MODUL PERKULIAHAN PERILAKU KONSUMEN. Jenis-Jenis Pembelajaran. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PERKULIAHAN PERILAKU KONSUMEN. Jenis-Jenis Pembelajaran. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN PERILAKU KONSUMEN Jenis-Jenis Pembelajaran Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Advertising & A41435EL Sugihantoro, S.Sos, M.Ikom Marketing 07 Communications Abstract Modul ini membahas mengenai jenisjenis pembelajaran. Kompetensi Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami jenis-jenis pembelajaran dan aplikasinya dalam komunikasi pemasaran.

2 Jenis-Jenis Pembelajaran Dalam kehidupan manusia, proses belajar akan berjalan terus-menerus sepanjang hidupnya. Experiential Learning Theory dalam McCarthy (2010:132), mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan merupakan hasil dari kombinasi mengelola dan mengubah pengalaman Jenis-jenis pembelajaran dapat dijelaskan melalui berbagai teori yang berkembang berkaitan dengan pembelajaran. Setidaknya terdapat 4 teori utama yang berkaitan dengan pembelajaran. Secara rinci dapat dijelaskan berikut ini; 1) Teori Perilaku Menurut teori ini belajar dapat berlangsung ketika individu mampu menghubunghubungkan stimulus dengan respons dan antara respons dengan stimulus. Terdapat dua teori yang termasuk dalam teori behavioristik, yaitu teori classical conditioning (pengkondisian klasik) dan operant conditioning (pengkondisian operan). A) Teori Pengkondisian Klasik Menurut Suryani (2008:133), teori ini berkembang oleh Ivan Pavlov, seorang psikolog Rusia melalui eksperimen yang dilakukannya pada sejumlah anjing. Dalam pengamatannya, Pavlov melihat bahwa jika anjing disajikan makanan yang berupa tepung daging (dalam hal ini berfungsi sebagai stimulus alamiah atau unconditioned stimulus (UCS), maka anjing akan memberikan respons alamiah berupa keluarnya air liur (oleh Pavlov disebut unconditioned respons (UCR). Dalam percobaannya Pavlov memasangkan antara conditioned stimulus (stimulus yang sudah dikondisikan atau (CS) dengan unconditioned stimulus (UCS). Dalam hal ini Pavlov memasangkan bel (sebagai CS) dengan tepung daging (UCS). Jadi setelah dibunyikan tanda bel, tepung daging diberikan. Hasilnya anjing memberikan respons berupa keluarnya air liur. Hal itu dilakukan secara berulang-ulang hingga pada akhirnya, ketika Pavlov membunyikan bel saja, tanpa diikuti daging, anjing sudah mengeluarkan air liur. Dari percobaan yang dilakukan Pavlov, dapat disimpulkan sebagai berikut: Dalam belajar pengulangan terhadap apa yang dipelajari menjadi penting. Semakin banyak latihan atau pengulangan dilakukan, hasil belajar akan semakin lebih baik (prinsip ini disebut the law of exercises). Pengulangan akan meningkatkan kekuatan hubungan antara stimulus yang dikondisikan dengan stimulus alamiah. Yang menjadi perdebatan hingga 2

3 saat ini adalah pada berapa kali pengulangan harus dilakukan agar menghasilkan hasil belajar yang optimal. Dalam belajar terjadi penggeneralisasian terhadap stimulus (stimulus generalization). Seringkali dalam belajar subyek yang belajar menyamakan stimuli yang mempunyai kemiripan. Dalam belajar terjadi pendiskriminasian stimulus (stimulus discrimination), stimulus yang hampir sama diangap sebagai hal yang berbeda. Aplikasi Belajar Pengkondisian Klasik dalam Strategi Pemasaran. Meskipun percobaan pengkondisian klasik dilakukan pada anjing, dan ini tentu saja mengandung kelemahan karena manusia lebih kompleks, namun beberapa konsep penting yang dikemukakan teori ini banyak yang dimanfaatkan untuk kepentingan strategi pemasaran. Berikut akan dijelaskan aplikasi pengkondisian klasik untuk kepentingan strategi pemasaran. Dalam strategi promosi, khususnya periklanan, iklan perlu ditayangkan berulangulang agar konsumen memahami iklan tersebut seperti maksud yang dikehendaki oleh pemasar. Namun demikian berapa kali pengulangan harus dilakukan agar memberikan hasil yang optimal dan efektif, frekuensi tidak dapat ditentukan secara pasti. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain; tayangan iklan lain terutama untuk kategori produk yang sama dan faktor individual (fisik maupun psikologis) konsumen. Adanya iklan yang lain yang juga ditayangkan berulang-ulang bisa menyebabkan terjadinya kelupaan pada konsumen karena akan terjadi proses interferensi (akibat banyaknya informasi yang masuk, sehingga terjadinya percampuran informasi yang masuk). Generalisasi Stimulus Dalam belajar, kemampuan individu untuk menggeneralisasikan stimulus juga merupakan faktor yang menentukan selain pengulangan. Dalam generalisasi stimulus ini individu akan memberikan responss yang samat terhadap stimulus yang mirip. Sebagai contoh orang akan menganggap semua produk elektronika keluaran Sony baik, karena mereka percaya pada beberapa produk yang dikeluarkan Sony yang memang bermutu baik. Sehingga apapun jenis produk elektronik yang dikeluarkan Sony dipandang sebagai produk yang bermutu. Ketika konsumen akan mencari Pizza Hut, maka di outlet manapun dia akan menganggap bahwa kualitasnya sama karena konsumen melakukan generalisasi. 3

4 Menurut Suryani (2008:136), beberapa aplikasi dari prinsip generalisasi stimulus adalah sebagai berikut: a) Perluasan lini, bentuk, dan kategori produk Adanya generalisasi stimulus yang dapat terjadi pada konsumen, dapat dimanfaatkan oleh produsen untuk melakukan perluasan lini produk, membuat aneka bentuk lain untuk merek sejenis dan memperluas kategori produk. Sebagai contoh Liefebuoy pada awalnya hanya membut produk sabun mandi padat dengan satu jenis warna dan aroma, kemudian dikembangkan lini produknya dengan menciptakan aneka warna dan aneka aroma. Lebih lanjut kini juga memperluas bentuknya dengan menambah yang bentuknya cair. Diharapkan bentuk cari ini akan dipersepsikan oleh konsumen memiliki kualitas yang bagus untuk produk sabun mandi dengan manfaat utama untuk kesehatan. Selain itu dengan dipercaya mereknya sebagai merek yang unggul dengan diferensiasi kesehatan memperluas kategori produk shampoo Lifebuoy. b) Family branding Beberapa pemasar yang produknya memiliki merek yang merajai dan memimpin pasar kini menciptakan produk produk baru yang berbeda dengan produk sebelumnya. Sebagai contoh ABC yang dulu hanya memproduksi baterai, kini memperluas produknya dengan menciptakan produk sirup, kecap, sambel, mie, dan lain-lain. Diharapkan dengan memberi nama ABC pada semua produknya konsumen akan menilai bahwa produk baru yang dikeluarkannya mempunyai mutunya sama dengan produk-produk ABC sebelumnya. c) Lisensi Beberapa perusahaan untuk meyakinkan dan membentuk kepercayaan mengenai produknya menggunakan lisensi untuk meraih pasar. Menurut Suryani (2008:137), kebalikan dari generalisasi stimulus adalah diskriminasi stimulus. Dalam belajar, konsumen juga melibatkan kemampuan untuk membedakan antara stimulus- stimulus yang ada. Konsumen pada hakekatnya juga mampu membedakan berbagai stimulus mirip. Adanya kemampuan inilah maka perusahaan melakukan positioning dan berusaha membedakan produknya dengan produk lain. a) Positioning Perusahaan yang memberikan stimulus yang memungkinkan konsumen membedakan produknya dengan produk yang lain akan lebih cepat dalam 4

5 membentuk pemahaman bahwa produk yang ditawarkannya benar-benar berbeda. Jadi meskipun di pasar muncul produk-produk yang sama dari aspek bentuk maupun merek dengan nama-nama yang mirip, konsumen tetap mampu membedakannya. Sebagai contoh Nutri Sari, meskipun banyak produk minuman serupa yang menggunakan merek dan kemasan yang mirip, konsumen tetap mampu membedakan ketika akan membeli sesuatu produk. Demikian juga dalam pembelian air mineral, meskipun kemasan, warnanya hampir sama, tetapi konsumen memiliki persepsi yang berbeda akan merek-merek yang ada. b) Diferensiasi produk Pada umumnya strategi diferensiasi produk dilakukan dengan tujuan agar konsumen mampu membedakan produknya dengan produk atau merek yang lain. Strategi ini perlu diterapkan agar produk yang sudah dikenal tidak disamakan sebagai produk yang sama dengan yang dihasilkan oleh pesaing. Sebagai contoh sabun detergen Rinso berusaha agar produknya yang sudah sangat dikenal di masyarakat tetap dianggap sebagai produk sabun detergen yang berbeda dengan merek-merek yang ada. Contoh lain adalah produk Luwak White Coffee yang memiliki diferensiasi sebagai kopi putih, walaupun akhirnya banyak pesaing yang bermunculan dengan jenis kopi yang sama, namun karena munculnya sebagai yang pertama dan berbeda, akhirnya mampu menjadi market leader. Pesyaratan Menggunakan Classical Conditioning Menurut Setiadi (2010:114), terdapat beberapa syarat untuk menerapkan classical conditioning dalam mengiklankan suatu produk perlu dipenuhi agar pengkondisian kepada konsumen berhasil. Persyaratan tersebut antara lain: Seharusnya tidak ada stimulus lain yang dapat membayangi unconditioned stimuli. Dengan perkataan lain, primary stimuli harus menjadi pusat perhatian. Perangsang utama seharusnya sebelumnya tidak diasosiasikan dengan merek produk lain. Primary stimuli seharusnya tidak terlalu familier bagi masyarakat konsumen akan menjadi jenuh dengan stimuli tertentu yang sangat sering tampil di media massa. Hal ini sering disebut sebagai pengaruh sebelum pemaparan. Penggunaan figur umum yang sudah sangat dikenal masyarakat sebenarnya 5

6 akan kurang efektif untuk membangun asosiasi produk dengan figure umum tersebut. B) Pengkondisian Operan (Instrumental/Operant Conditioning) Menurut Suryani (2008:138) teori ini dikembangkan oleh psikolog Amerika yang bernam BF Skinner. Dalam belajar melalui pengkondisian operan perilaku yang terbentuk dipengaruhi oleh konsekuensi dari perilaku yang dilakukan. Dengan demikian dalam belajar terjadinya perubahan perilaku belajar sebagai akibat dari konsekuensi-konsekuensi yang diterima individu. Konsumen akan berulang kali membeli sabun mandi merek Olala karena setiap membeli sabun mandi merek Olala mendapatkan hadiah gelas. Teori ini jug berpandangan bahwa belajar terjadi melalui proses mencoba dan mencoba dan kebiasaan akan terbentuk kalau ada konsekuensi positif (reward) yang diterima. Dalam proses belajar menurut BF Skinner, pemberian konsekuensi positif berupa hal-hal yang menyenangkan amatlah penting untuk memperkokoh terjadinya perilaku yang sudah terbentuk. Jika dalam konsekuensi positif tidak diberikan dalam jangka waktu yang lama, maka sangat mungkin individu akan lupa terhadap apa yang telah dipelajarinya atau perilaku yang sudah terbentuk akan menjadi hilang, sehingga dalam waktu yang panjang proses belajar yang dilakukan memberikan hasil yang tidak memuaskan. Sementara itu Setiadi (2010:115), memberikan penjelasan bahwa instrumental conditioning memandang bahwa perilaku sebagai fungsi dari tindakan konsumen (perilaku pembelian) dan penilaian konsumen terhadap derajat kepuasan yang diperoleh dari tindakan kepuasan yang dialami konsumen akan menyebabkan penguatan dan meningkatkan kemungkinan pembelian kembali. Dalam instrumental conditioning juga diperlukan adanya hubungan antara rangsangan dan tanggapan. Individu akan mementukan tanggapan kepada stimulus yang memberikan kepuasan yang paling tinggi. Penerapan Instrumental Conditioning pada Strategi Pemasaran Menurut Setiadi (2010:123) implikasi manajerial dari instrumental conditioning bisa digunakan dalam menyusun strategi pemasaran sebagai berikut: Produk yang ditawarkan harus berkualitas. Perilaku konsumen yang didasarkan pada teori instrumental conditioning mengharuskan pemasaran menciptakan dan menawarkan produk benarbenar berkualtias, sehingga konsumen akan mempunyai responss positif. Konsumen akan meresponss secara positif terhadap produk yang 6

7 ditawarkan apabila produk itu mampu memenuhi harapan dan dengan demikian mampu memuaskannya. Pesan iklan yang ditampilkan seharusnya berisi manfaat-manfaat produk. Pemasar seharusnya menyadari bahwa konsumen akan memberikan respons atas pengalamannya menggunakan produk. Agar konsumen mengetahui manfaat produk yang ditawarkan, maka informasi yang disampaikan harus berupa manfaat yang bisa diperoleh oleh konsumen. Oleh karena itu, pesan iklan seharusnya berupa manfaat-manfaat produk jika konsumen mengkonsumsi produk itu. Manfaat produk bisa berupa manfaat terhadap kesehatan, kelangsingan tubuh, kesegaran, menyembuhkan penyakit, dan lain sebagainya. Jangan sekali-kali pesan iklan tidak sesuai dengan kualitas produk yang sebenarnya, karena konsumen akan belajar dari pengalamannya. Jika ternyata apa yang disampaikan dalam iklan tidak sesuai dengan harapannya terhadap produk, maka respons negatif akan muncul, dan akhirnya probabilitas repurchasing akan menurun dengan cepat. 2) Teori Pembelajaran Kognitif Berdasarkan uraian Xu (2011:37), studi kognitif mengeksplorasi proses kognitif yang mengatur pilihan strategis. Melengkapi teori pilihan rasional, ilmu kognitif mencoba untuk menjelaskan mengapa atau bagaimana ekonomi keputusan terjadi di dunia yang tidak pasti dan subjektif (Kahneman, Slovic, & Tversky, 1982; Simon, 1957; Smircich & Stubbart, 1985). Sebagai pemikiran mendorong pembentukan strategi, kognisi manajerial terletak pada inti dari proses manajemen strategis (Stubbart, 1989). Manajer mengambil tindakan strategis sengaja untuk menanggapi perubahan lingkungan. Suryani (2008:142) menjelaskan bahwa menurut teori ini pembelajaran kognitif merupakan aktifitas mental. Manusia senantiasa dihadapkan pada suatu masalah dalam hidupnya. Proses belajar terjadi sebagai upaya manusia untuk mengatasi masalah. Dalam mengatasi masalah ini konsumen akan memproses informasi yang melibatkan proses mental yang kompleks. Kemampuan untuk mengolah informasi ini tergantung pada kemampuan kognitif konsumen dan kompleksitas informasi yang akan diproses. Konsumen akan mengolah informasi mengenai atribut produk, merek, perbandingan antar merek atau hal-hal lain yang terkait. Kemampuan mengingat antar individu juga berbeda-beda. Ada individu yang mudah mengingat hal-hal yang disajikan dalam bentuk verbal, dan 7

8 sebaliknya ada yang mudah untuk mengingat hal-hal yang sifatnya visual. Sedangkan tingkat kompleksitas informasi akan mempengaruhi pengolahan informasi yang dilakukan. Selanjutnya Setiadi (2010:115) menjelaskan bahwa pembelajaran kognitif muncul ketika seseorang menterjemahkan informasi yang ada di lingkungan dan menciptakan pengetahuan atau arti yang baru. Sering arti baru tersebut memodifikasi struktur pengetahuan yang ada dalam ingatan mereka. Pada dasarnya, konsumen berhubungan dengan informasi produk atau jasa melalui tiga cara antara lain: Konsumen dapat belajar tentang produk atau jasa melalui pengalaman penggunaan pribadi secara langsung. Pemasar menggunakan berbagai macam strategi seperti uji coba di toko atau contoh gratis agar konsumen mendapat kesempatan mengalami sendiri penggunaan suatu produk. Misalnya adalah dealer mobil memberi kesempatan kepada konsumennya untuk mengendari mobil yang ditaksir berkeliling di sekitar tokonya. Toko pakaian menyediakan ruang uji coba yang dilengkap cermin bagi konsumen yang hendak mencoba pakaian yang akan dibeli. Gerai es krim menyediakan contoh gratis, dan toko mebel selalu menyediakan tempat tidur yang terpasang rapi agar konsumen dapat mencoba duduk atau tidur di atasnya. Pembelajaran kognitif juga dapat muncul melalui pencerminan pengalaman penggunaan produk, yaitu konsumen mendapatkan suatu pengetahuan secara tidak langsung melalui pengamatan terhadap orang lain yang telah menggunakan produk tersebut. Sebagian besar pengamatan pencerminan terjadi secara tidak sengaja ketika konsumen memperhatikan orang lain menggunakan suatu produk atau jasa (melihat orang menggunakan sepatu roda). Pemasar dapat menciptakan pencerminan pengalaman penggunaan produk bagi konsumen melalui strategi pemasaran seperti penggunaan demonstrasi di pusat perbelanjaan, atau menggunakan atlet olahraga terkenal yang mengenakan baju atau sepat tertentu. Merek dengan pangsa pasar yang lebih tinggi memiliki keuntungan ketimbang merek yang kurang popular, karena konsumen cenderung mengamati orang lain yang menggunakan merek populer. Akhirnya banyak pembelajaran kognitif muncul ketika konsumen menterjemahkan informasi yang berkaitan dengan produk dari media massa (periklanan, majalah, televisi dan sebagainya) atau dari sumber-sumber personal seperti teman dan keluarga. 8

9 Ukuran Pembelajaran Kognitif Setiadi (2010:119) menjelaskan bahwa terdapat dua pendekatan utama terhadap ukuran pembelajaran kognitif yaitu pengenalan (recognition) dan ingatan (recall). Walaupun ukuran pengenalan memberi orang semacam isyarat untuk mendorong ingatan, tidak demikian halnya dengan ukuran ingatan. Sebagai contoh, meminta mahasiswa dalam suatu kelas perkuliahan untuk mendefinisikan konsep elaborasi akan menggambarkan suatu ukuran tingkatan. Ukuran pengenalan melibatkan tindakan meminta mahasiswa mengindentifikasikan definisi yang benar dari satu set kemungkinan jawaban. Tes pengenalan umumnya mencerminkan pembelajaran lebih besar daripada ukuran ingatan walaupun ada pengecualian. Demikian pula halnya keterlupaan tampak terjadi lebih lambat ketika diukur melalui pengenalan. Superioritas dari ukuran pengenalan hubungan dengan isyarat pemerolehan kembali tambahan yang melekat di dalam ukuran seperti ini. Aplikasi Teori Pembelajaran Kognitif Menurut Suryani (2008:142), karena konsumen memiliki kemampuan untuk mengolah informasi, maka pemasar perlu menyediakan informasi yang lengkap, akurat dan jelas kepada konsumen. Ketersediaan informasi yang berkualitas ini penting bagi proses pembelajaran konsumen, sehingga konsumen dapat mengambil keputusan. 3) Pembelajaran Observasional Menurut Suryani (2008:143), pembelajaran observasional pertama kali diperkenalkan oleh A. Bandura dan seringkali disebut sebagai belajar observasional. Teori ini berpendapat bahwa; 1) Dalam belajar individu akan meramalkan konsekuensi dari perilaku yang dilakukan dan melakukan berbagai perilaku. 2) Dalam belajar individu akan memperhatikan perilaku orang lain dan mengamati konsekuensi dari perilaku yang yang dilakukannya. 3) Individu mempunyai kemampuan untuk mengatur perilakunya sendiri dan melalui proses regulasi diri akan memberikan penghargaan maupun hukuman atas perilakunya. Peran model dalam belajar observasional sangat penting, karena pada hakekatnya individu akan melakukan perilaku seperti yang dilakukan model. Jika model melakukan suatu perilaku dan dari tindakannya tersebut, akan mendapatkan penghargaan, atau akibat yang menyenangkan, maka individu akan berusaha untuk 9

10 menirunya. Sebaliknya individu akan cenderung tidak melakukan perilaku yang memberikan konsekuensi negatif (hukuman). Model akan meningkat efektifitasnya jika: a) Model secara fisik menarik b) Model berhasil c) Model dapat dipercaya d) Model memiliki kemiripan dengan pengamat e) Model yang ditampilkan mampu mengatasi kesulitan dan kemudian berhasil. Selanjutnya menurut Suryani (2008:144), Bandura menjelaskan terdapat empat tahapan proses yang terjadi dalam belajar observasional, antara lain: 1. Proses perhatian Proses ini terjadi ketika individu ditayangkan suatu stimuli. Individu akan memperhatikan model secara cermat. Semakin menarik model, dan semakin dipercaya serta mempunyai kemiripan dengan individu akan semakin tinggi keinginan individu untuk memperhatikan. 2. Proses penyimpanan Apa yang diperhatikan akan disimpan dalam ingatan individu. Tentunya kemampuan untuk menyimpan ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Jika model yang ada mempunyai atribut atau cirri yang menonjol dan berbeda, akan dapat lebih mudah diingat oleh konsumen. 3. Produksi Dalam hal ini individu menghasilkan atau melakukan perilaku seperti yang dilakukan model. Individu akan berusaha untuk dapat menghasilkan perilaku sesuai dengan yang dilakukan mode. Dalam proses ini individu akan mengkoordinasikan proses kognitif untuk menghubung-hubungkan informasi yang ada agar dapat menghasilkan perilaku yang tepat. 4. Motivasi Motivasi merupakan hal yang penting untuk menghasilkan perilaku. Motivasi ini akan semakin kuat jika dengan melakukan tindakan seperti yang dilakukan model akan mendapatkan konsekuensi positif. Hadiah, rasa puas, penghargaan akan meningkatkan motivasi individu untuk melakukan perilaku seperti yang dilakukan model. Aplikasi dalam Strategi Pemasaran Menurut Suryani (2008:145), pemahaman terhadap pembelajaran ini penting bagi pemasar dalam upaya mendorong agar konsumen belajar sehingga menyukai dan menjadikan produknya sebagai pilihan dalam pembelian. Melalui iklan dengan model 10

11 yang tepat, pemasar dapat mendorong konsumen yang potensial tertarik dan mengikuti apa yang dilakukan oleh model. Adanya model yang mendapatkan konsekuensi positif dari tindakan yang dilakukan akan ditiru oleh konsumen. Hal yang juga penting dilakukan oleh pemasar adalah memilih model yang mempunyai kemiripan dengan segmen yang dituju, yang mempunyai penampilan menarik dan dapat dipercaya. Faktor lain yang penting dilakukan oleh pemasar adala bahwa memberikan penghargaan seperti hadiah, kupon untuk belanja, voucher kepada pembelanja yang setiap atau mau mencoba produk yang ditawarkan merupakan hal yang penting. 4) Pembelajaran Pasif Setiadi (2010:120), menguraikan satu teori pembelajaran yang belum dibahas sebelumnya. Teori tersebut adalah pembelajaran pasif yang dikemukakan oleh Krugman (1965), di mana televisi merupakan sarana pembelajaran yang pasif. Artinya seluruh informasi yang ditayangkan di televisi merupakan informasi yang datang menghampiri penonton/konsumen, dan bukan penonton yang mencari-cari informasi/iklan di televisi. Kita tidak pernah mendengar orang berkata bahwa saya mau mencari/melihat iklan merek produk tertentu di televisi, tetapi hampir bisa dipastikan orang menonton televisi adalah karena ingin melihat acara intinya, dan bukan menonton selingan iklan. Oleh karena itu, ketika konsumen melihat iklan di televisi, dia berada dalam kondisi yang pasif. Setiadi (2010:120), menjelaskan bahwa Krugman membuat hipotesis yang menyatakan televisi adalah media low involvement yang menghasilkan pembelajaran pasif. Krugman juga mempertanyakan mengapa media televisi mampu menghasilkan daya ingat merek yang tinggi, tetapi menghasilkan sedikit perubahan dalam sikap terhadap merek. Misalnya mengapa sebuah merek produk sangat dikenal oleh masyarakat, akan tetapi perilaku mereka terhadap merek itu tidak berubah. Krugman beralasan karena pada saat konsumen menerima stimulus (iklan) dia tidak menghubungkan dengan kebutuhannya, kepercayaan terhadap mereknya, dan pada pengalaman masa lalu. Dengan perkataan lain, ketika menonton televisi melihat iklan obat sakit kepala, pada saat itu dia tidak mengalai sakit kepala, atau misalnya ketika penonton televisi melihat iklan shampoo, pada saat itu dia sedang tidak perlu keramas. Adapun daya ingat yang melekat pada konsumen atas suatu merek tertentu karena konsumen sering melihat iklan merek itu di televisi. Dengan demikian daya ingat yang melekat pada benak konsumen dibangun dengan penayangan iklan yang secara berulangulang. Hal ini akan berbeda dengan perilaku pembelian yang tingkat keterlibatannya 11

12 tinggi. Konsumen akan mencari informasi atau iklan, ketika kebutuhan mengevaluasinya dan menentukan pilihan. Jadi pencarian informasi didahului oleh adanya kebutuhan. *** 12

13 Daftar Pustaka Peter, J. Paul dan Jerry C.Olson & Strategi Pemasaran. Edisi 9. Salemba Empat. Jakarta. Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk Edisi Ketujuh. PT Indeks. Jakarta. Setiadi, Nugroho J Kencana. Jakarta. Supranto, J dan Nandan Limakrisna dan Strategi Pemasaran. Mitra Wacana Media. Jakarta. Suryani, Tatik : Implikasi pada Strategi Pemasaran. Graha Ilmu. Yogyakarta. Jurnal : Gurau, Calin. (2012). A life-stage Analysis of Consumer Loyalty Profile: Comparing Generation X and Millennial Consumers. Journal of Consumer Marketing 29/ McCarthty, Mary. (2010). Experiential Learning Theory: From Theory To Practice. J Journal of Business & Economics Research; 8, 5; pp: Salegna, Gary J, Stephen A. Goodwin. (2005). Consumer Loyalty to Service Providers: An Integrated Conceptual Model. Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behavior. 18. pg: Srichanyachon, Napaporn. (2011). Cognitive Learning Styles of EFL Students. Journal of College Teaching and Learning; Feb 2011; 8, 2; pp Xu, Yang. (2011). A Social-Cognitive Perspective on Firm Innovation. Academy of Strategic Management Journal, Volume 10, Number 2. pp:

PERILAKU KONSUMEN. Jenis-Jenis Pembelajaran. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

PERILAKU KONSUMEN. Jenis-Jenis Pembelajaran. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: PERILAKU KONSUMEN Jenis-Jenis Pembelajaran Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id TEORI-TEORI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Bab 5 Proses Belajar Konsumen

Bab 5 Proses Belajar Konsumen Bab 5 Proses Belajar Konsumen Arti Proses Belajar 1. Solomon {1999, hal 71} Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen yang diakibatkan pengalaman. 2. Schiffman dan kanuk {2000, hal 160} Dari

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) Penguatan (+) Stimulus Respon Reinforcment Penguatan (-) Faktor lain ialah penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat timbulnya respons. Reinforcement bisa

Lebih terperinci

Oleh : MM. Tri Hesti Andriani

Oleh : MM. Tri Hesti Andriani Oleh : MM. Tri Hesti Andriani suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk keputusan mendahului dan menyusuli tindakan ini. terdapat

Lebih terperinci

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI Oleh: Alimul Muniroh 1 Abstrak Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang mendasar sebagai hasil dari pengalaman di sebuah organisasi/ lembaga

Lebih terperinci

Perilaku Konsumen Summary Chapter 9

Perilaku Konsumen Summary Chapter 9 Perilaku Konsumen Summary Chapter 9 by: Deya Putra Errid Hadisyah Putra Kemal Aditya Naufalia Tria Lestari Putri 1. Jelaskanlah proses Classical Conditioning. Gunakan eksperimen Pavlov untuk membantu anda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bervariasi dan semakin selektif. Melihat hal ini perusahaan pun berlomba

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bervariasi dan semakin selektif. Melihat hal ini perusahaan pun berlomba 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman yang perkembangannya begitu cepat seperti saat ini banyak perusahaan yang berlomba - lomba menghasilkan produk yang berkualitas, hal ini terjadi

Lebih terperinci

PROSES BELAJAR KONSUMEN

PROSES BELAJAR KONSUMEN Consumer Behavior PROSES BELAJAR KONSUMEN Sengguruh Nilowardono Seorang konsumen, baik anak, remaja, dewasa maupun orang tua, melakukan proses belajar Seseorang yang menyukai produk tertentu, memilih bentuk

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Behaviorisme Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Tokoh Tokoh: Ivan P. Pavlov 1849 1936 John Broadus

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Kepribadian dan Gaya Hidup. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

PERILAKU KONSUMEN. Kepribadian dan Gaya Hidup. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: PERILAKU KONSUMEN Kepribadian dan Gaya Hidup Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN KEPRIBADIAN

Lebih terperinci

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen MODUL PERKULIAHAN Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 14 Abstract Membahas proses dalam pengambilan keputusan pembelian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang dilakukan untuk mengubah dan memotivasi tingkah laku atau ketertarikan masyarakat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara manapun di dunia ini termasuk di Indonesia apabila perekonomian bangsa dikelola secara jujur, adil dan profesional, maka pertumbuhan ekonomi akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Produk Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung Teori teori Behaviorisme 1. Classical Conditioning, Ivan Pavlov (1849 1936) Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia yang menemukan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009:213) Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah

Lebih terperinci

Untuk pemahaman yang lebih mendalam, perlu diuraikan definisi belajar tersebut melalui penjelasan dari komponen-komponen dan istilah-istilah serta

Untuk pemahaman yang lebih mendalam, perlu diuraikan definisi belajar tersebut melalui penjelasan dari komponen-komponen dan istilah-istilah serta WHAT IS LEARNING? Belajar adalah salah satu bidang kajian terpenting dalam psikologi dan merupakan suatu konsep yang benar-benar sulit didefinisikan. Dalam American Heritage Dictionary, belajar diartikan

Lebih terperinci

Perilaku Konsumen. Pengantar. Hikmah Ubaidillah, M.IKom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Marketing Communication

Perilaku Konsumen. Pengantar. Hikmah Ubaidillah, M.IKom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Marketing Communication Modul ke: Perilaku Konsumen Pengantar Fakultas Ilmu Komunikasi Hikmah Ubaidillah, M.IKom Program Studi Marketing Communication www.mercubuana.ac.id DEFINISI UMUM semua bentuk modifikasi perilaku untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Yang Melandasi Permasalahan Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam masalah, maka perlu dikemukakan suatu landasan teori yang bersifat ilmiah. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2002) memberikan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat bahkan memaksa masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era ini, industri sepeda motor menjadi salah satu jenis usaha yang sedang mengalami pertumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan pasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat 256 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. (1) Faktor internal konsumen mencakup: (a) Kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk 2.1.1 Pengertian Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian,dibeli, dipergunakan, atau dikonsumsi dan dapat memuaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga membuat pelaku bisnis berlomba-lomba dalam memasarkan produk mereka dengan harapan agar

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN Modul ke: DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN Strategi Bersaing Fakultas FIKOM Dra. Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising http://www.mercubuana.ac.id Definisi STRATEGI DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK ACUAN DAN KELUARGA TERHADAP PROSES KEPUTUSAN UNTUK MEMBELI. Rorlen

PERAN KELOMPOK ACUAN DAN KELUARGA TERHADAP PROSES KEPUTUSAN UNTUK MEMBELI. Rorlen PERAN KELOMPOK ACUAN DAN KELUARGA TERHADAP PROSES KEPUTUSAN UNTUK MEMBELI Rorlen Email: rorlen79@yahoo.com Penulis Rorlen adalah staf pengajar tetap di Jurusan Manajemen, Universitas Bunda Mulia, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari tidak akan terlepas dari kegiatan transportasi, sehingga sarana transportasi yang memadai dibutuhkan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampilkan setiap harinya, baik melalui tayangan televisi dan media massa

BAB I PENDAHULUAN. tampilkan setiap harinya, baik melalui tayangan televisi dan media massa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan iklan di Indonesia sangat berkembang pesat, oleh karena itu banyak sekali perusahaan-perusahaan Indonesia berlombalomba meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Proses Pengambilan Keputusan Membeli Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk melakukan pemilihan produk atau jasa. Evaluasi dan pemilihan

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN DAN TINDAKAN PEMASARAN HAMIDAH. Fakultas Ekonomi Jurusan Management Universitas Sumatera Utara

PERILAKU KONSUMEN DAN TINDAKAN PEMASARAN HAMIDAH. Fakultas Ekonomi Jurusan Management Universitas Sumatera Utara PERILAKU KONSUMEN DAN TINDAKAN PEMASARAN HAMIDAH Fakultas Ekonomi Jurusan Management Universitas Sumatera Utara CONSUMER BEHAVIOR AND MARKETING ACTION Premise dalam buku ini menyatakan bahwa strategi pemasaran

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Pemahaman tentang perilaku konsumen berkaitan dengan segala cara yang dilakukan orang untuk mendapatkan barang konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Behavioristik Pandangan tentang belajar : Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus- respon) Ciri-ciri teori belajar behavioristik : a. Mementingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke-4 di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke-4 di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke-4 di dunia memiliki kebutuhan pangan yang besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakatnya. Seiring

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI 9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu berusaha agar melalui produk yang dihasilkan (diproduksi) dapat mencapai tujuan (penjualan) yang telah diharapkan. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam

Lebih terperinci

Behavior and Social Learning Theory

Behavior and Social Learning Theory MODUL 4 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1 Behavior and Social Learning Theory Materi yang akan di bahas: a. Pendekatan Umum Teori b. Penekanan pada Perilaku Belajar c. Hukum Universal d. Teori Belajar Modern e.

Lebih terperinci

Pengambilan Keputusan Pembelian

Pengambilan Keputusan Pembelian Pengambilan Keputusan Pembelian Nama : Arie Pratama Putra NIM : 105020200111006 Kelas : BA Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Sikap. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING

PERILAKU KONSUMEN. Sikap. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING Modul ke: PERILAKU KONSUMEN Sikap Fakultas ILMU KOMUNIKASI www.mercubuana.ac.id SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING PENGERTIAN SIKAP Allport (1956) dan dikutip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Setiadi (2003) Consumer Attitude merupakan makna. objek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Setiadi (2003) Consumer Attitude merupakan makna. objek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Munculnya persaingan dalam dunia bisnis merupakan hal yang tidak dapat dihindari, hal ini disebabkan oleh teknologi yang semakin modern oleh karena itu peran

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Latar Belakang tahun

I PENDAHULUAN. Latar Belakang tahun 1 I PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor consumer goods saat ini diramaikan oleh kemunculan produkproduk baru, khususnya pada kategori minuman penyegar. Di tahun 2003 muncul produk minuman kemasan yang memposisikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Manajemen Pemasaran Definisi pemasaran menurut Kotler di dalam buku Subagyo marketing in business (2010:2) Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. volume penjualan (Wahyuni, 2008). Usaha untuk dapat memenangkan. berkembang dan berubah-ubah (Kotler, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. volume penjualan (Wahyuni, 2008). Usaha untuk dapat memenangkan. berkembang dan berubah-ubah (Kotler, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan usaha dewasa ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala bidang. Melihat kondisi tersebut menyebabkan perusahaan semakin dituntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Inovasi Produk Menurut Kotler dan Keller (2009) inovasi adalah produk, jasa, ide, dan persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bauran Pemasaran Marketing Mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah bekerja untuk orang lain untuk menyelesaikan tugas tugas yang membantu pencapaian sasaran organisasi seefisien mungkin

Lebih terperinci

Le L ar a n r i n ng n g (Pa P r a t r 1) 1 By : Ika Sari Dewi

Le L ar a n r i n ng n g (Pa P r a t r 1) 1 By : Ika Sari Dewi Learning (Part 1) By : IkaSari Dewi Definisi Perubahan perilaku yang relatif permanen yang dibentuk melalui pengalaman. Tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil belajar Perubahan perilaku karena

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Iklan adalah salah satu komponen marketing mix yang umum dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Iklan adalah salah satu komponen marketing mix yang umum dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Iklan Iklan adalah salah satu komponen marketing mix yang umum dilakukan oleh perusahaan. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pemasaran Menurut Philip Kotler dan K.L.Keller (2007:12) dalam bukunya Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran saat ini di anggap menjadi bagian terpenting dalam kegiatan yang di lakukan oleh sebuah perusahaan, hal ini di karenakan pemasaran merupakan cara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Marketing 2.1.1 Pengertian Marketing Kita dapat membedakan antara definisi pemasaran secara sosial dan secara manajerial. Definisi sosial menunjukan peran yang dimainkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1Pengertian Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang digunakan oleh para pengusaha dalam memasarkan produk ataupun jasa yang dipasarkan. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan kegiatan iklan. Iklan bertujuan untuk mengenalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan kegiatan iklan. Iklan bertujuan untuk mengenalkan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan suatu produk bisa diproduksi secara massal, cepat, dan berkualitas. Konsumen menjadi penting disini karena merekalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ketidakpuasan Konsumen Dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Brand

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ketidakpuasan Konsumen Dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Brand BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Noorhayati (2011) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen Dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Brand Switching Behavior

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Perpindahan Merek (Brand Switching) Perpindahan merek (brand switching) adalah pola pembelian yang dikarakteristikkan dengan perubahan atau pergantian dari satu

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh 11 II. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang industri, perdagangan maupun jasa. Selain itu banyak produk

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang industri, perdagangan maupun jasa. Selain itu banyak produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada persaingan dunia usaha yang semakin meningkat, baik perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI Alimul Muniroh Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan, Indonesia E-mail: alimulmuniroh1@gmail.com Abstract: Learning is a fundamental process

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan di dalam bidang pemasaran produk begitu ketatnya,

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan di dalam bidang pemasaran produk begitu ketatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi persaingan di dalam bidang pemasaran produk begitu ketatnya, guna mendapatkan pangsa pasar yang tinggi. Persaingan tersebut ditambah dengan semakin kritisnya

Lebih terperinci

Social Learning Theory

Social Learning Theory Modul ke: 04Fakultas Erna PSIKOLOGI Social Learning Theory Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si Program Studi Psikologi Pendekatan Umum Teori P E R I L A K U o B S E R V A T I O N A l Teori Belajar Tradisional

Lebih terperinci

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme TEORI behaviorism Ada dua jenis pengkondisian: Tipe S : respondent conditioning (pengkondisian responden) identik dengan pengkondisian klasik. Menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang perilaku berpindah merek telah dilakukan oleh Purwanto Waluyo dan Pamungkas dan Agus Pamungkas (2003) dengan judul Analisis Perilaku Brand

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan kegiatan bisnis lainnya. Pada kegiatan pemasaran para manajer

BAB II LANDASAN TEORI. dengan kegiatan bisnis lainnya. Pada kegiatan pemasaran para manajer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan bisnis yang berbeda dengan kegiatan bisnis lainnya. Pada kegiatan pemasaran para manajer berurusan dengan konsumen,

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Motivasi Kebutuhan. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

PERILAKU KONSUMEN. Motivasi Kebutuhan. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: PERILAKU KONSUMEN Motivasi Kebutuhan Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN MOTIVASI Schiffman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Marketing 2.1.1 Barang Konsumsi Barang Konsumsi (consumer goods) adalah produk yang ditujukan untuk pengguna akhir. Dasar klasifikasi barang konsumsi yang biasa digunakan

Lebih terperinci

berikut akan dipaparkan dimensi dimensi dalam Epic model.

berikut akan dipaparkan dimensi dimensi dalam Epic model. EPIC MODEL Epic model merupakan model analisis efektivitas periklanan yang dikembangkan oleh AC Nielsen, salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia. Epic Model dan mencakup empat dimensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. 1 Mendiola B. Wiyawan, Kamus Brand, (Jakarta: Red & White Publishing, 2008), hal. 32

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. 1 Mendiola B. Wiyawan, Kamus Brand, (Jakarta: Red & White Publishing, 2008), hal. 32 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran modern dewasa ini tidak lagi hanya memasarkan produk yang berkualitas, menjual produk dengan harga yang murah, dan menempatkan produk yang mudah dijangkau

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 1, Edisi Februari 2012 (ISSN : )

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 1, Edisi Februari 2012 (ISSN : ) MEMBANGUN BRAND IMAGE PRODUK MELALUI PROMOSI EVENT SPONSORSHIP DAN PUBLISITAS Th. Susetyarsi Dosen PNS DPK STIE Semarang Abstraksi Perusahaan dalam kegiatannya tidak bisa lepas dengan merk produk yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan globalisasi yang begitu pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan globalisasi yang begitu pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan globalisasi yang begitu pesat, mempengaruhi dunia pemasaran saat ini. Dunia pemasaran saat ini menuntut semua perusahaan untuk berpikir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fenomena persaingan antar produk pada saat ini mengharuskan perusahaan untuk

I. PENDAHULUAN. Fenomena persaingan antar produk pada saat ini mengharuskan perusahaan untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena persaingan antar produk pada saat ini mengharuskan perusahaan untuk merancang dan menetapkan strategi bersaing yang tepat untuk merebut pangsa pasar (Market

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Perilaku Konsumen Dalam rangka memasarkan produknya, sangatlah penting bagi pemasar untuk mempelajari perilaku konsumen. Dengan mempelajari perilaku konsumen,

Lebih terperinci

Produksi Iklan Multimedia dan Interaktif

Produksi Iklan Multimedia dan Interaktif Modul ke: Produksi Iklan Multimedia dan Interaktif Pemecahan Masalah Tipe Perilaku Konsumen Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Brand Brand menurut Kotler (2002:63) adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat setiap perusahaan harus mampu bersaing, bertahan hidup dan bahkan terus berkembang. Salah satu hal penting yang

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU 1. Teori Belajar Tingkah Laku (Behaviorisme) Paham behaviorisme memandang belajar sebagai perkayaan/penambahan materi pengetahuan (material) dan atau perkayaan pola-pola respon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas penayangan iklan melalui media televisi di Indonesia dalam perkembangannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan semakin sering munculnya

Lebih terperinci

Pendekatan Interpretif Pendekatan ini untuk menggali secara

Pendekatan Interpretif Pendekatan ini untuk menggali secara HAND OUT PERKULIAHAN Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek Pertemuan : IX (Sembilan) Topik/Pokok Bahasan : Pendekatan Perilaku Konsumen Pokok-Pokok Perkuliahan : Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis menghadapi era baru persaingan global yang semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis menghadapi era baru persaingan global yang semakin ketat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis menghadapi era baru persaingan global yang semakin ketat yang disebabkan oleh globalisasi. Globalisasi didorong oleh kemajuan pesat dalam bidang

Lebih terperinci

Perilaku Konsumen Summary Chapter 8

Perilaku Konsumen Summary Chapter 8 Perilaku Konsumen Summary Chapter 8 by: Deya Putra Errid Hadisyah Putra Kemal Aditya Naufalia Tria Lestari Putri 1. Apa yang dimaksud dengan overt consumer behavior? Dan jelaskan mengapa overt consumer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini mengemukakan menurut pandangan mereka masing-masing. Kotler dan Armstrong (2008 : 5)

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI DAN PEMBELAJARAN KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH KULIAH MAHASISWA STP AVIASI JAKARTA. Anita Dyah Juniarti

PENGARUH MOTIVASI DAN PEMBELAJARAN KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH KULIAH MAHASISWA STP AVIASI JAKARTA. Anita Dyah Juniarti PENGARUH MOTIVASI DAN PEMBELAJARAN KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH KULIAH MAHASISWA STP AVIASI JAKARTA Anita Dyah Juniarti Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam bisnis yang meliputi pencarian bahan baku produk hingga produk tersebut sampai ke konsumen. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini di mana perubahan teknologi dan arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini di mana perubahan teknologi dan arus informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian semakin maju, terlebih pada masa globalisasi seperti sekarang ini di mana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler & Amstrong (2008:5) pemasaran adalah proses mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan yang dilakukan pada bab

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan yang dilakukan pada bab 70 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel nilai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Merek (brand) Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai: Nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk mengetahui

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk mengetahui BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari atribut produk terhadap keputusan pembelian ulang kecap ABC pada ibu rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produknya agar dapat bersaing dengan produk lain. Menurut Kotler(2009),

BAB I PENDAHULUAN. produknya agar dapat bersaing dengan produk lain. Menurut Kotler(2009), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan dimulainya perdagangan bebas menuntut perusahaan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memasarkan produknya agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam era globalisasi menuntut setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam era globalisasi menuntut setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi dalam era globalisasi menuntut setiap perusahaan baik yang bergerak dalam bidang industri barang maupun jasa mampu bersaing dengan perusahaan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Sikap..., Ferina Rahmawati, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Sikap..., Ferina Rahmawati, F.PSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan produkproduk penopang kehidupan manusia, kehidupan kita hampir tak bisa lepas dari sekumpulan iklan.

Lebih terperinci