(Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000. (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang 55,000,000

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000. (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang 55,000,000"

Transkripsi

1 AKUNTANSI PERPAJAKAN 1. Akuntansi Pajak untuk Pendapatan (Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000 Pada Saat Mengakui Pendapatan/Penjualan (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang 55,000,000 Pada Saat Penerimaan Piutang (Dr) PPN Keluaran 5,000,000 (Cr) PPN Masukan *) 2,000,000 (Cr) Kas/Bank 3,000,000 Pada Saat Menyetor PPN Kurang Bayar ke Kas Negara *) Asumsi Ada Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan Rp (Dr) Piutang 52,750,000 (Dr) Uang Muka PPh 23 2,250,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 (Cr) Pendapatan (Jasa) 50,000,000 Pada Saat Mengakui Pendapatan Jasa (Dr) Kas/Bank 52,750,000 (Cr) Piutang 52,750,000 Pada Saat Penerimaan Piutang (Dr) PPN Keluaran 5,000,000 (Cr) PPN Masukan *) 2,000,000 (Cr) Kas/Bank 3,000,000 Pada Saat Menyetor PPN Kurang Bayar ke Kas Negara - Uang Muka PPh 23 merupakan PPh 23 yang Terutang dan Harus Dipotong oleh Rekanan. - Pada Akhir Tahun merupakan Kredit Pajak yang Dapat Diperhitungkan sebagai Pengurang PPh Badan yang Harus Dibayar pada Akhir Tahun. (Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000

2 2. Akuntansi pajak Untuk Biaya : 1. Pengakuan Biaya Gaji a Jika PPh 21 Ditanggung oleh Karyawan (Dipotong dari Gaji) (Dr) Biaya Gaji 100,000,000 (Cr) Kas/Bank 80,000,000 (Cr) Hutang PPh 21 *) 20,000,000 Saat Pengakuan Beban Gaji *) PPh 21 Terutang Dihitung Sesuai Ketentuan yang Berlaku (KEP 545/PJ./2000 & PER- 15/PJ.2006) (Dr) Hutang PPh 21 20,000,000 (Cr) Kas/Bank 20,000,000 Saat Penyetoran PPh 21 terutang ke Kas Negara Jika Perusahaan Mengikutsertakan Karyawannya ke Jamsostek, maka pada Saat Pengakuan Beban Gaji akan Dibukukan sbb : (Dr) Biaya Gaji 100,000,000 (Cr) Kas/Bank 78,000,000 (Cr) Hutang PPh 21 *) 20,000,000 (Cr) Hutang Jamsostek (JHT Ditanggung Karyawan) 2,000,000 Dan Pada Saat Pembayaran Iuran Jamsostek ke PT Jamsostek akan Dibukukan sbb : (Dr) Biaya Jamsostek (JKK,JKM) 540,000 (Dr) Biaya Jamsostek (JHT Ditanggung Perusahaan) 3,700,000 (Dr) Hutang Jamsostek (JHT Ditanggung Karyawan) 2,000,000 (Cr) Kas/Bank 6,240,000 b Jika PPh 21 Ditanggung oleh Perusahaan (Dr) Biaya Gaji 100,000,000 (Dr) Biaya PPh 21 *) 20,000,000 (Cr) Kas/Bank 100,000,000 (Cr) Hutang PPh 21 20,000,000 Saat Pengakuan Beban Gaji *) Biaya PPh 21 Merupakan Kategori Non Deductable Expenses yang Harus Dikoreksi Fiskal

3 (Dr) Hutang PPh 21 20,000,000 (Cr) Kas/Bank 20,000,000 Saat Penyetoran PPh 21 Terutang ke Kas Negara 2. Pengakuan Biaya yang Merupakan Obyek PPh 23 (i.e : Sewa, Imbalan Jasa, Profesional Fee dll) a (Dr) Biaya Konsultan 50,000,000 (Dr) PPN Masukan 5,000,000 (Cr) Hutang PPh 23 2,250,000 (Cr) Hutang Usaha 52,750,000 Pada Saat Pengakuan Beban Biaya Konsultan (Dr) Hutang PPh 23 2,250,000 (Cr Kas/Bank 2,250,000 Pada Saat Menyetor PPh 23 ke Kas Negara (Dr) Hutang Usaha 52,750,000 (Cr) Kas/Bank 52,750,000 Pada Saat Melunasi Hutang ke Vendor b (Dr) Sewa dibayar dimuka *) 60,000,000 (Dr) PPN Masukan 6,000,000 (Cr) Hutang PPh Final (Ps 4(2) 6,000,000 (Cr) Kas/Bank 60,000,000 Pada Saat Membayar Sewa di Muka (Sewa Ruang Kantor) *) Untuk periode 1 th (Dr) Hutang PPh Final (Ps 4(2)) 6,000,000 (Cr) Kas/Bank 6,000,000 Pada Saat Menyetor PPh Final ke Kas Negara (Dr) Biaya Sewa 5,000,000 (Cr) Sewa Dibayar di Muka 5,000,000 Pada Saat Mengakui Biaya Sewa (Amortisasi Biaya Sewa Dibayar di Muka) 3. Pengakuan Biaya yang Sebagian Merupakan Obyek PPh 23 dan Sebagian Lainnya Bukan Obyek 23 a (Dr) Biaya Repair & Maintenance *) 10,000,000 (Dr) PPN Masukan 1,000,000 (Cr) Hutang PPh ,000 (Cr) Hutang Usaha 10,550,000

4 (Dr) Biaya Repair & Maintenance - Jasa *) 4,000,000 (Dr) Biaya Repair & Maintenance - Material 6,000,000 (Dr) PPN Masukan 1,000,000 (Cr) Hutang PPh ,000 (Cr) Hutang Usaha 10,820,000 Pada Saat Pengakuan Beban Biaya Repair & Maintenance *) Merupakan Obyek PPh 23 (Dr) Hutang PPh ,000 (Cr Kas/Bank 180,000 Pada Saat Menyetor PPh 23 ke Kas Negara (Dr) Hutang Usaha 10,820,000 (Cr) Kas/Bank 10,820,000 Pada Saat Melunasi Hutang ke Vendor C. Akuntansi Pajak Untuk Pembelian : 1. Pembelian Dalam Negeri (Dr) Pembelian 100,000,000 (Dr) Pajak Masukan 10,000,000 (Cr) Hutang 110,000, Pembelian Impor (Dr) Pembelian (CIF) 500,000,000 (Dr) Bea Masuk 25,000,000 (Dr) Pajak Masukan 52,500,000 (Dr) Uang Muka PPh 22 13,125,000 (Cr) Hutang 500,000,000 (Cr) Kas/Bank 90,625,000 D. Akuntansi Pajak Untuk PPN 1. PPN Keluaran - Secara umum bisa dilihat dalam contoh akuntansi pajak untuk pendapatan. - Penyerahan kepada WAPU

5 Dr PPN WAPU 5,000,000 Cr Piutang 5,000,000 Saat Menerima SSP dari WAPU Dr Kas/Bank 50,000,000 Cr Piutang 50,000,000 Saat Menerima Pembayaran dari WAPU 2. PPN Masukan - Secara umum bisa dilihat dalam contoh akuntansi pajak untuk biaya - PPN Masukan atas pemanfaatan BKP tidak berwujud/jkp dari Luar daerah pabean (Dr) Biaya Royalti 100,000,000 (Dr) PPN Masukan 10,000,000 (Cr) Hutang 80,000,000 (Cr) Hutang PPN 10,000,000 (Cr) Hutang PPh Pasal 26 20,000,000 Pada saat pengakuan biaya (Dr) Hutang PPN 10,000,000 (Cr) Kas/Bank 10,000,000 Saat menyetorkan PPN terutang ke Kas Negara Dr Hutang PPh Pasal 26 20,000,000 Cr Kas/Bank 20,000,000 Saat menyetorkan PPh 26 terutang ke Kas Negara Dr Hutang 80,000,000 Cr Kas/Bank 80,000,000 Saat melunasi tagihan ke Vendor 3. PPN Kurang atau Lebih Bayar Apabila Pajak Masukan lebih besar dibanding dengan pajak keluaran, maka akan menimbulkan PPN Lebih Bayar, sebaliknya jika pajak keluaran lebih besar dibanding dengan pajak masukan, maka menimbulkan PPN Kurang Bayar. PPN Lebih bayar dapat dikompensasikan ke masa berikutnya atau direstitusi PPN Kurang Bayar harus disetor ke kas negara paling lambat tgl 15 bulan berikutnya Pencatatan untuk PPN Kurang Bayar

6 b. (Dr) Pajak Keluaran 30,000,000 (Dr) PPN Lebih Bayar 20,000,000 (Cr) Pajak Masukan 50,000,000 Reclass pajak keluaran dengan pajak masukan. Dan mengakui adanya PPN Lebih bayar yang dapat dikompensasikan/direstitusi Selama bulan Maret 2007 PT Beta memiliki pajak masukan sebesar Rp dan pajak keluaran yang harus dipungut sendiri sebesar Rp PPN Lebih bayar dari masa sebelumnya sebesar Rp (Dr) Pajak Keluaran 100,000,000 (Cr) Pajak Masukan 50,000,000 (Cr) PPN Lebih Bayar 30,000,000 (Cr) Kas/Bank 20,000, Penerimaan kembali PPN Lebih bayar yang direstitusi PKP dapat mengajukan restitusi atas kelebihan pembayaran pajak (PPN) yang telah dilakukannya Apabila berdasarkan pemeriksaan pajak, PPN Lebih bayar yang dimintakan restitusi dikembalikan seluruhnya maka pencatatan yang dilakukan perusahaan adalah sbb : Selama tahun 2006 PPN Lebih bayar PT Alfa kumulatif sebesar Rp pada tahun 2007 permohonan restitusi dikabulkan seluruhnya oleh DJP (Dr) Kas/Bank 500,000,000 (Cr) PPN Lebih Bayar 500,000, Akuntansi pajak untuk PPh Badan : (Dr) Uang Muka PPh 25 50,000,000 (Cr) Kas/Bank 50,000,000 Pada saat membayar PPh 25 bulanan Contoh : Berdasarkan perhitungan laba/rugi fiscal PT ABC diketahui data sbb : Laba Bersih sebelum pajak 500,000,000 Uang Muka PPh 23 25,000,000 Uang Muka PPh ,000,000 pembukuan perusahaan pada saat mengakui PPh Badan terutang adalah sbb : (Dr) PPh Badan 132,500,000 (Dr) PPh Badan Lebih Bayar *) 12,500,000 (Cr) Uang Muka PPh 23 25,000,000 (Cr) Uang Muka PPh

7 Pada saat melakukan pembayaran PPh Pasal 29 ke kas negara Akuntansi pajak untuk surat ketetapan pajak (SKP) yang diterima perusahaan 1. Pada tahun 2005, PPh Badan PT ABC Lebih bayar sebesar Rp SKP Hasil pemeriksaan atas permohonan restitusi PT ABC yang diterbitkan DJP pada bln Februari 2007 adalah sbb : - SKP LB PPh Badan 100,000,000 - SKP Nihil - PPN - - SKP KB PPh Pasal 23 25,000,000 - SKP KB PPh Pasal 4 (2) 30,000,000 - SKP KB PPh Pasal 21 50,000,000 - STP PPN 1,000,000 - SKP KB PPh Pasal 26 20,000,000 Jumlah pajak yang kurang dibayar 126,000,000 Kompensasi dari SKPLB PPh Badan 100,000,000 Jumlah Pajak yang masih harus dibayar 26,000,000 Jurnal yang dibuat PT ABC pada saat menerima SKP adalah sbb : (Dr) Biaya Pajak 226,000,000 (Cr) PPh Badan Lebih Bayar 200,000,000 (Cr) Hutang Pajak 26,000,000 Jurnal yang dibuat pada saat melunasi Hutang pajak : (Dr) Hutang Pajak 26,000,000 (Cr) Kas/Bank 26,000,000 Apabila PT ABC Mengajukan keberatan atas SKP PPh Badan tersebut, maka jurnal yang dibuat oleh PT ABC adalah sbb : (Dr) Biaya Pajak (yang ditangguhkan) *) 100,000,000 (Dr) Biaya Pajak 126,000,000 (Cr) PPh Badan Lebih Bayar 200,000,000 (Cr) Hutang Pajak 26,000,000 *) Karena perusahaan mengajukan keberatan, maka Biaya pajak (SKP PPh Badan) ditangguhkan pembebanannya sampai surat keputusan keberatan diterbitkan Apabila Permohonan keberatan PT ABC tidak dikabulkan oleh DJP dan PT ABC tidak mengajukan banding maka Account 'Biaya Pajak (yang ditangguhkan) dibebankan sebagai biaya pajak pada saat Surat keputusan keberatan diterima oleh WP.

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PENCATATAN PAJAK Dwi Martani 1 PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PAJAK PENGHASILAN Pajak atas penghasilan perusahaan yang dipotong oleh pihak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

PENETAPAN DAN KETETAPAN

PENETAPAN DAN KETETAPAN PENETAPAN DAN KETETAPAN Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB I PENAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN Aris Munandar, SE., M.Si Tujuan Pembelajaran Jenis biaya yang diperkenankan bagi WP DN dan BUT untuk dibebankan sebagai biaya Jenis yang tidak diperkenankan bagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kesiapan Wajib Pajak saat dilakukan Pemeriksaan Pajak 1. Kelengkapan dokumen umum, dokumen perpajakan dan dokumen pembukuan. Kelengkapan dokumen umum, dokumen

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK HAK WAJIB PAJAK 1. Menunda penyampaian surat pemberitahuan 2. Pembetulan Surat Pemberitahuan 3. Mengangsur pembayaran 4. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi)

Lebih terperinci

By Afifudin PSP FE Unisma 2

By Afifudin PSP FE Unisma 2 Pengertian Penghasilan menurut SAK dan UU Pajak Tata cara Pemotongan PPh Pasal 21/26, dan PPh Pasal 21/23 Tata cara Pemungutan PPh Pasal 22. Penghitungan PPh Pasal 21, Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari

Lebih terperinci

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM. PENGHASILAN Oleh Iwan Sidharta, MM. Penghasilan Penghasilan Dari Kegiatan Usaha Penghasilan Sebagai Karyawan Gaji Upah Tunjangan Honor Komisi, bonus Hadiah Penghasilan Yang Merupakan Objek Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. 1 ALUR KUP WP SPT SKP Inkraacht 3 bulan (dikrim) Daftar Inkraacht Pemeriksaan Keberatan Inkraacht 5 tahun 3 bulan(dite rima)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Modul ke: Manajemen Perpajakan

Modul ke: Manajemen Perpajakan Modul ke: Manajemen Perpajakan Konsep manajemen & perencanaan stratejik, tujuan perusahaan, risiko & pengaruh pajak atas perusahaan, konsep manajemen pajak & motivasi mgt pajak. Fakultas FEB Suri Mahrani,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Pemeriksaan Pajak atas SPT WP Badan Salah satu kewajiban setiap Wajib Pajak adalah mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap serta menyampaikan secara langsung atau melalui pos

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Faktur Pajak merupakan bukti pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang PT ABC PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto merupakan perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang tekstil. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b. 77 DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN h SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN h ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN

Lebih terperinci

Akuntansi : Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan keuangan suatu organisasi /perusahaan yang terdiri dari neraca, L/R, dan

Akuntansi : Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan keuangan suatu organisasi /perusahaan yang terdiri dari neraca, L/R, dan Akuntansi : Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan keuangan suatu organisasi /perusahaan yang terdiri dari neraca, L/R, dan perubahan modal Pajak : Iuran dari rakyat kepada negara (yang

Lebih terperinci

AKUNTANSI PPN & PPnBM

AKUNTANSI PPN & PPnBM AKUNTANSI PPN & PPnBM Catatan PPN Sistem Kredit PPN Pasal 9 Ayat (2), (3), (4), (4a) UU PPN PPN Keluaran Merupakan PPN yang dipungut PKP Penjual atas penyerahan kepada PKP Pembeli. PPN Masukan Merupakan

Lebih terperinci

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d. 1771 - III/$ LAMPIRAN - III KREDIT PAJAK DALAM NEGERI NO. NAMA DAN NPWP OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK JENIS PENGHASILAN / TRANSAKSI PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN 1771 PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN)

Lebih terperinci

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu: PERPAJAKAN ORGANISASI NIRLABA Tri Purwanto Pengantar Pajak Organisasi Nirlaba UU No 28 Th 2007 ttg KUP Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMERIKSAAN PPN DAN

PROSEDUR PEMERIKSAAN PPN DAN Lampiran I Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-01/PJ.7/2002 Tanggal : 19 Februari 2002 PROSEDUR PEMERIKSAAN PPN DAN PPn BM I. Pajak Keluaran 1. Dapatkan angka-angka dari pembukuan PKP untuk menghitung

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA X PADA 1771/$ PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant Management dimana wajib pajak badan ini bergerak di bidang kesehatan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 & 3 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN I. PENDAHULUAN Mengingat pentingnya masalah Perpajakan dalam pengelolaan Dana Pensiun, maka perlu adanya pedoman mendasar tentang Perpajakan. Peraturan Perpajakan Dana Pensiun mengacu pada Undang-undang

Lebih terperinci

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00. SOAL PAJAK SMK 1.Penghasilan yang termasuk obyek PPh Pasal 21 (Pajak Penghasilan Pasal 21) adalah. a. bunga b. deviden c. Gaji d. royalty e. sewa 2. Berdasarkan data laporan keuangan atas usaha tahun pajak

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARANSEMESTER (RPS) MATA KULIAH P E R P A J A K A N II

RENCANA PEMBELAJARANSEMESTER (RPS) MATA KULIAH P E R P A J A K A N II RENCANA PEMBELAJARANSEMESTER (RPS) MATA KULIAH P E R P A J A K A N II 1 13 PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI 2015 Nama Mata Kuliah : PERPAJAKAN II Kode Mata Kuliah/sks : EKA4072 / 3 sks Program Studi Semester

Lebih terperinci

2

2 2 3 4 5 6 7 8 JAWABAN SOAL 1: a. Pajak final adalah pajak yang terutang dan dibayarkan seketika saat penghasilan diperoleh atau diterima, serta pemotongan dilakukan oleh pemberi penghasilan, atau pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Penghasilan 2.1.1. Pajak Penghasilan Badan Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Penulis ditempatkan pada Seksi Pengolahan

Lebih terperinci

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK Berdasarkan litelatur perpajakan dan KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN yang saya baca, kemungkinan pengembalian pajak lebih banyak diberikan kepada wajib pajak secara perorangan

Lebih terperinci

KOP SURAT WAJIB PAJAK

KOP SURAT WAJIB PAJAK Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER- Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009 Permohonan Pengurangan Besarnya Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Koreksi Fiskal atas Laporan Laba Rugi Komersial dalam Penentuan Penghasilan Kena Pajak Laporan keuangan yang dibuat oleh PT. Madani Securities bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 dalam Mardiasmo (2011: 23) tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa, pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat, LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 40/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor :...

Lebih terperinci

Kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas

Kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas /Hutang kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas (SAK) Lancar Tidak Lancar Diestimasi Kontinjensi 1 Hutang Usaha

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Tjahjono, Ahmad dan Huesein, M. Fakhri. 2000, Perpajakan, Yogyakarta, UPP AMP YUPN

DAFTAR PUSTAKA. Tjahjono, Ahmad dan Huesein, M. Fakhri. 2000, Perpajakan, Yogyakarta, UPP AMP YUPN DAFTAR PUSTAKA Tjahjono, Ahmad dan Huesein, M. Fakhri. 2000, Perpajakan, Yogyakarta, UPP AMP YUPN Waluyo. 2003, Perubahan Perundang-undangan Perpajakan Era Reformasi, Jakarta, Salemba Empat Situs Pajak

Lebih terperinci

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat, LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-40/PJ./2009 TENTANG : TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi terhadap laporan laba/ rugi perusahaan, dan melakukan rekonsiliasi perhitungan laba/ rugi, maka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 35 tahun di bidang perpajakan seperti penghitungan, pemeriksaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 35 tahun di bidang perpajakan seperti penghitungan, pemeriksaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Profil Perusahaan Konsultan Pajak Akuntax berada di bawah pimpinan Bp. H.A. Nur Sardjo Puspitadi yang telah mendapat izin Brevet B Negara No. S1.544/PJ./2001

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini bisa kita lihat bersama Pemerintah sedang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini bisa kita lihat bersama Pemerintah sedang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bisa kita lihat bersama Pemerintah sedang melakukan pembangunan yang dimana bertujuan untuk memberi peningkatan terhadap kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Ilustrasi TAX PLANNING. Oleh BAMBANG KESIT

Ilustrasi TAX PLANNING. Oleh BAMBANG KESIT Ilustrasi TAX PLANNING Oleh BAMBANG KESIT POKOK BAHASAN 1. Pemilihan Bentuk Badan Usaha 2. AlternaBf Bentuk Usaha 3. PerBmbangan terhadap Laba Usaha pada Akhir Tahun 4. Menunda Penghasilan 5. Biaya yang

Lebih terperinci

BIAYA. Oleh Iwan Sidharta, MM.

BIAYA. Oleh Iwan Sidharta, MM. BIAYA Oleh Iwan Sidharta, MM. BIAYA BIAYA YANG BUKAN PENGURANG PKP BIAYA YANG MERUPAKAN PENGURANG PKP BIAYA BIAYA YANG BERKAITAN DENGAN PENGHASILAN BUKAN OBJEK PAJAK BIAYA YANG BERKAITAN DENGAN PENGHASILAN

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN UMUM dan TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II KETENTUAN UMUM dan TATA CARA PERPAJAKAN BAB II KETENTUAN UMUM dan TATA CARA PERPAJAKAN A. Nomor Topik : 02 B. Judul : Ketentuan Umum dan Tata Cara Peran C. Jam/Minggu : 4 jam D. Tujuan : Memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar mahasiswa mengetahui

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771 SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK

Lebih terperinci

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap :

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap : : Put-44250/PP/M.VIII/16/2013 Maia Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN JLN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap : Menurut Terbanding

Lebih terperinci

Hasudungan Hutasoit, SE, M.Ak FEB UTA45 Jakarta

Hasudungan Hutasoit, SE, M.Ak FEB UTA45 Jakarta Hasudungan Hutasoit, SE, M.Ak FEB UTA45 Jakarta 1 Pasal 9 ayat (4) dan (4b) UU PPN dan PPnBM Apabila dalam sauatu Masa Pajak, ternyata PM > PK, selisihnya = kelebihan pajak, dapat dikompensasikan ke MP

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM UU No.18 Tahun 2000 => 42 Th 2009 Tentang Pengenaan PPN dan PPnBM atas BKP dan JKP yang dikonsumsi di dalam negeri Definisi Pajak

Lebih terperinci

Bab 9 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENDUDUK ASING

Bab 9 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENDUDUK ASING Bab 9 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENDUDUK ASING NPWP BAGI WP ORANG PRIBADI PENDUDUK ASING Orang pribadi yang diwajibkan sebagai Wajib Pajak di Indonesia adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendapatan dan Beban Menurut Akuntansi 1. Pendapatan Menurut Akuntansi Suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran

Lebih terperinci

Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seizin SPA FEUI. Mojakoe dapat didownload di

Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seizin SPA FEUI. Mojakoe dapat didownload di 2 MOJAKOE Perpajakan Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seizin SPA FEUI. Mojakoe dapat didownload di www.spa-feui.com Official Learning Partner: OfficialMedia Partner: @spafeui SPA FEUI www.spa-feui.com

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771 SPT TAHUNAN 1771 DEPARTEMEN KEUANGAN RI ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK BERI TANDA "X" DALAM (KOTAK) YANG SESUAI ISI DENGAN BENAR, LENGKAP DAN JELAS 2 0 0 6 SESUAI DENGAN PETUNJUK PENGISIAN BL TH BL TH

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Perencanaan pajak dilakukan sebagai usaha perusahaan didalam memenuhi peraturan yang berlaku atas Pajak Pertambahan Nilai. Setelah penulis melakukan evaluasi terhadap

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap gugatan terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT LARIS MEDIA SELARAS TAHUN 2011

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT LARIS MEDIA SELARAS TAHUN 2011 ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT LARIS MEDIA SELARAS TAHUN 2011 RUDI NURDIANSYAH 21209551/3EB03 DOSEN PEMBIMBING : ANNE DAHLIAWATI,SE.,MM. Latar Belakang Masalah Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

TABEL PERUBAHAN KODE MAP/KJS

TABEL PERUBAHAN KODE MAP/KJS Lampiran Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-02/PJ.24/2001 Tanggal : 22 Februari 2001 TABEL PERUBAHAN KODE MAP/KJS KODE LAMA 0111 PPh Pasal 21 0111 PPh Pasal 21 100 Masa 100 Masa PPh Pasal 21 101 Pembayaran

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Bagian: 1 Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK...

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... Lampiran I SE Dirjen Pajak Nomor : SE-01/PJ.43/1998 Kode nota NOTA PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN 1 SKPKB 2 SKPKBT 3 SKPN Jenis Pajak : Pasal 4 ayat (2) Nomor ketetapan/keputusan : Tgl. Penerbitan : Tgl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap warga negaranya. Salah satu hukum

Lebih terperinci

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK : D. PPh KURANG/LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771/$ SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 38 /PJ/2009, TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PAJAK TABEL AKUN PAJAK DAN 1. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 21 100 Masa PPh Pasal

Lebih terperinci

Lampiran I.1 NOMOR : Kepada Yth. LAMPIRAN :... 1) PERIHAL :... di )

Lampiran I.1 NOMOR : Kepada Yth. LAMPIRAN :... 1) PERIHAL :... di ) Lampiran I.1 NOMOR : Kepada Yth. LAMPIRAN :... 1) PERIHAL :... di -... 2) I. IDENTITAS WAJIB PAJAK 1. NAMA :... 3) 2. NPWP :... 4) 3. Alamat :... 5) II. LABA/RUGI PERUSAHAAN 3 TAHUN TERAKHIR URAIAN TAHUN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT TGS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta Notaris dengan No Akte 145 tanggal 23 April 1996. Akta pendirian tersebut

Lebih terperinci

GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK

GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK Disampaikan oleh : Drs. H. S. Eko Prijono, MM pada Seminar 1 hari Kriteria Pelayanan sosial RS dan Konsesi Pajak untuk RS non-profit

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Pada bagian ini penulis akan mengamati kasus yang penulis dapatkan selama menjalankan Praktek Kerja Lapangan di KKP Anton dan Rekan yaitu tentang pemeriksaan pajak

Lebih terperinci

Oleh Iwan Sidharta, MM.

Oleh Iwan Sidharta, MM. KOREKSI FISKAL Oleh Iwan Sidharta, MM. Terdapatnya perbedaan dalam Akuntansi Komersial dengan Peraturan Perpajakan. Perbedaan tersebut sehubungan dengan pengakuan penghasilan dan biaya. Perbedaan tersebut

Lebih terperinci

Landasan Hukum: Pasal 25 UU PPh PMK No. 208/ PMK.03/ 2009 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP.537/ PJ./ 2000

Landasan Hukum: Pasal 25 UU PPh PMK No. 208/ PMK.03/ 2009 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP.537/ PJ./ 2000 Landasan Hukum: Pasal 25 UU PPh PMK No. 208/ PMK.03/ 2009 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP.537/ PJ./ 2000 DEFINISI Angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan pada tahun berjalan.

Lebih terperinci

b. Gatot Kaca (K/3) Upah Pengurang PKP Tarif PPh 21 TUTG hari ke 3 Rp 360,000 Rp 150,000 Rp 210,000 5% Rp 10,500

b. Gatot Kaca (K/3) Upah Pengurang PKP Tarif PPh 21 TUTG hari ke 3 Rp 360,000 Rp 150,000 Rp 210,000 5% Rp 10,500 1. Berikut ini adalah transaksi yang terjadi pada PT Manteb United selama bulan Juli 2009 a. Melakukan pembayaran kepada Tn. Sastro Katro (TK/0) yang merupakan pegawai tetap dengan rincian: Gaji 6,000,000

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA

PERTEMUAN 4 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA PERTEMUAN 4 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA Surat Ketetapan Pajak (SKP) Surat ketetapan pajak berupa ; Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Lebih terperinci

MOJAKOE MOdul JAwaban KOEliah

MOJAKOE MOdul JAwaban KOEliah MOJAKOE MOdul JAwaban KOEliah Perpajakan 2 UAS Semester Genap 2013/2014 @spafebui SPA FEB UI Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seijin SPA FEB UI. Official partners: Official Partners: Official Media

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis penerapan perencanaan pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang diterima karyawan dengan menggunakan metode net dan gross up 1. Perencanaan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAL KANTOR PELAYANAN PAJAK SURAT TAGIHAN PAJAK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAL KANTOR PELAYANAN PAJAK SURAT TAGIHAN PAJAK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SURAT TAGIHAN PAJAK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA Nomor Tanggal Penerbitan Tanggal jatuh tempo I. Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang No.9 tahun 1994 jo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan untuk kepentingan umum. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 9 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pajak Pertambahan Nilai normal Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi Barang atau jasa yang dikonsumsi di

Lebih terperinci

NPWP dan Pengukuhan PKP

NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan NPPKP Pengusaha Wajib Pajak Bukan Pengusaha NPWP dan NPPKP NPWP Siapakan yang Wajib Mendaftarkan diri untuk Memperoleh NPWP? Orang Pribadi Menjalankan Usaha dan Pekerjaan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN 2 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Tujuan Instruksional : A. Umum Mahasiswa diharapkan mendapatkan pemahaman tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan B. Khusus o Mahasiswa mengetahui istilah-istilah

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

TABEL PERUBAHAN KODE MAP/KJS

TABEL PERUBAHAN KODE MAP/KJS Lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE07/PJ.24/2001 Tanggal : 22 Mei 2001 TABEL PERUBAHAN KODE MAP/KJS KODE LAMA KODE BARU (Lampiran KEP169/PJ/2001) MAP KJS URAIAN MAP KJS URAIAN (1)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

PELATIHAN PERPAJAKAN. Modul 1

PELATIHAN PERPAJAKAN. Modul 1 PELATIHAN PERPAJAKAN Modul 1 Developed by Center for Management Economic & Education Development BAGIAN I KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN A. Pengertian-Pengertian 1. Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG Pajak penghasilan tangguhan timbul akibat perbedaan temporer

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi ISSN: 1410-3842 Volume 17 No.2 September 2013 EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Meta Evelin Samosir Rachmat Kurniawan Ganda Hutapea

Lebih terperinci

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama 00BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Perbandingan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Antara Perusahaan Milik Negara (Pemungut) dan Perusahaan Swasta. Pada dasarnya perlakuan untuk Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dilakukan penghitungan perencanaan pajak atas pajak penghasilannya yang dijelaskan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dilakukan penghitungan perencanaan pajak atas pajak penghasilannya yang dijelaskan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 SIMPULAN Setelah dilakukan pembahasan atas laporan keuangan dan SPT PT Patra Jasa serta dilakukan penghitungan perencanaan pajak atas pajak penghasilannya yang dijelaskan pada

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 PRINSIP DASAR DALAM RANGKA PERUBAHAN SELF ASSESMENT KEADILAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya

Lebih terperinci

PPh Pasal 21 yang harus dipotong 8,556,000 6,300,000 37,970,000 3,366,000

PPh Pasal 21 yang harus dipotong 8,556,000 6,300,000 37,970,000 3,366,000 NAMA DENI SUGENG RANTUNG AGUS Mulai bekerja Jan-22 40,909 39,630 40,087 Status K/0 K/2 K/3 TK Gaji 96,000,000 84,000,000 216,000,000 60,000,000 THR 8,000,000 7,000,000 18,000,000 5,000,000 PPh Pasal 21

Lebih terperinci