BAB IX PERCOBAAN VIII APLIKASI KONTROL PID

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IX PERCOBAAN VIII APLIKASI KONTROL PID"

Transkripsi

1 BAB IX PERCOBAAN VIII APLIKASI KONTROL PID 9.1 Tujuan Percobaan 1. Memahami sistem kontrol open loop 2. Memahami sistem kontrol closed loop 3. Memahami sistematika terkontrol PID 9.2 DASAR TEORI Dalam proses otomatisasi, bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari proses otomatisasi ialah sistem dan perangkat kontrol yang digunakan, dimana perangkat kontrol tersebut dapat menggantikan peran operator dalam proses otomatisasi. Kontroler otomatik membandingkan harga yang sebenarnya dari keluaran yaitu plant dengan harga yang diinginkan, menentukan deviasi, dan menghasilkan suatu sinyal kontrol yang akan memperkecil deviasi sampai nol atau sampai suatu harga yang kecil.macam-macam sistem kontrol yang digunakan dalam industri adalah kontrol I/O, kontrol fuzzy, dan kontrol PID. Kontrol I/O merupakan sebuah sistem kontrol yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada user untuk memungkinkan mereka mengakses berkas, tanpa memperhatikan detail dari karakteristik dan waktu penyimpanan. Kontrol I/O menyangkut manajemen berkas dan peralatan manajemen yang merupakan bagian dari sistem operasi. Tugas dari Sistem Kontrol I/O adalah : 1) Memelihara directori dari berkas dan lokasi informasi 2) Menentukan jalan bagi aliran data antara main memory dan alat penyimpanan sekunder 3) Mengkoordinasi komunimasi antara CPU dan alat penyimpanan sekunder 4) Menyiapkan berkas penggunaan input atau output telah selesai

2 Untuk sistem kontrol fuzzy adalah sistem kontrol dimana dapat mendefinisikan nilai diantar nilai 0 dan 1, mungkin kita dapat mendefinisikan suatu parameter dengan nilai 0.5. Secara umum, logika fuzzy terdiri dari beberapa komponen, yaitu Fuzzifier, Fuzzy Rule Base, Fuzzy Inference Engine dan Defuzzifier. Yang menjadi inti dari logika fuzzy adalah Fuzzy Rule Base, yang berisi pernyataanpernyataan logika. Fuzzy Inference Engine merupakan komponen fuzzy yang menerjemahkan pernyataan logika yang ada di Rule Base menjadi perhitunganperhitungan matematika. Fuzzifier digunakan untuk memetakan nilai/harga variable di dunia nyata kedalam himpunan fuzzy (fuzzy sets), sedangkan Defuzzifier mengembalikan hasil perhitungan fuzzy (himpunan fuzzy) menjadi variable sesuai rentang nilainya di dunia nyata. Sedangkan untuk sistem kontrol PID merupakan sistem gabungan antar P (proporsional), I(Integral), dan D(Derivatif), sistem ini dapat mengurangi waktu respon sistem, dan mengurangi error sistem Motor DC Motor DC adalah sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan,dll. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik, fan angin) dan di industri. Motor listrik kadangkala disebut kuda kerja nya industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri. Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Kumparan medan pada motor dc disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika terjadi putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbul tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran, sehingga merupakan tegangan bolak-balik. Namun dengan dilakukannnya pengembangan terhadap sikat dan komutator, banyak motor DC yang digunakan dalam sistem servo dapat dioperasikan hampir tanpa perawatan. Beberapa motor DC menggunakan komutasi secara elektronika. Mereka dinamakan motor DC tanpa sikat.

3 Gambar 9.1 Motor DC Konstruksi Motor DC Suatu motor listrik, akan berfungsi apabila memiliki : 1. Kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet 2. Kumparan jangkar, untuk mengimbaskan ggl pada konduktor konduktor yang terletak pada alur-alur jangkar. 3. Celah udara yang memungkinkan berputarnya jangkar dalam medan magnet. Pada motor DC, kumparan yang berbentuk kutub sepatu dinamakan stator ( bagian yang tidak berputar ). Stator ini menghasilkan medan magnet, baik yang dibangkitkan koil atau magnet permanen.dan kumparan jangkar merupakan rotor ( bagian yang berputar ). Rotor ini berupa sebuah koil dimana sebuah arus listrik mengalir. Bila kumparan jangkar berputar dalam medan magnet, akan dibangkitkan tegangan (ggl) yang berubah-ubah arah setiap setengah putaran, sehinggga merupakan tegangan bolak-balik : e = E maks sin ω t Untuk memperoleh tegangan searah diperlukan alat penyearah yang disebut komutator dan sikat.

4 Gambar 9.2 Konstruksi Motor DC Tampak dalam Komutator : suatu konverter mekanik yang membuat arus dari sumber mengalir pada arah yang tetap walaupun belitan medan berputar Sikat : media dimana kerja utamanya adalah menghantarkan arus listrik untuk membangkitkan medan magnet yang diperlukan rotor untuk memberikan gaya tarik maupun tolak terhadap medan magnet stator agar rotor dapat berputar dalam satu arah. apabila sikat tersebut habis, maka arus listrik tidak akan mengalir kedalam kumparan pada rotor dan tidak ada medan magnet yang terbentuk sehingga tidak ada gaya yang memutar rotor tersebut. dan matilah motor tersebut. Angker Dinamo: Suatu konduktor berbentuk U dan berfungsi sebagai penggerak saat konduktor ini mendapat medan dari kedua kutub di sekitarnya Prinsip Kerja Motor DC Suatu motor listrik adalah suatu mesin yang mengubah tenaga listrik ke tenaga mekanik. Kerjanya atas dasar prinsip bahwa apabila suatu penghantar yang membawa arus diletakkan didalam suatu medan magnet, maka akan timbul gaya mekanik yang mempunyai arah sesuai dengan hukum tangan kiri dan besarnya adalah : F = B i l ( Hk. Lorentz )

5 Gambar 9.3 Prinsip sebuah motor DC Arus listrik mengalir ke koil melalui sikat sikat yang selalu berhubungan dengan komutator, yang ditekan oleh pegas. Pada posisi seperti pada gambar 9.1 (a), aliran arus pada koil akan menghasilkan medan magnet yang berlawan dengan medan magnet dari stator, sehingga menyebabkan koil berputar ke arah yang ditunjukkan oleh anak panah. Apabila aliran arus tetap mengalir seperti pada gambar 9.1 (a), koil akan diam pada posisi vertical setelah berputar sejauh 90 o. Apabila telah mencapai posisi seperti gambar 9.1 (b), komutator akan menyebabakan aliran arus yang mengalir melalui koil berbalik dari arah semula. Dengan demikian, aliran arus sekarang akan menghasilkan tolakan magnet yang memutar koil sejauh 90 o ke posisi seperti pada gambar 9.1 (c). Mekanisme ini terjadi berulang-ulang. Secara matematis, mekanisme diatas dapat digambarkan sebagai berikut: + Ia motor V Ra V eb - Gambar 9.4 Prinsip kerja motor DC secara matematis Berlaku hubungan-hubungan : a). I a V e = R a b

6 dimana : I a = Arus dalam jangkar e b = GGL lawan ( Back EMF ) dari jangkar R a = Tahanan untai jangkar P b). e b = φ Z N x a volt c). Persamaan tegangan : (i). Tegangan V berlawanan arah dengan EMF E b (ii). Didalam jangkar terjadi jatuh tegangan I a R a, jadi : V = e b + I a R a d). Kecepatan Motor DC ( N ) Dari persamaan tegangan motor DC : P e b = V - I a R a atau φ Z N x a V IaR a a Jadi N = rps Φ ZP dimana E b = V - I a R a, maka : Jadi N = N = E b Φ a ZP rps = V - I a R a ke b a, dimana k = tetap. Φ PZ Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa kecepatan N berbanding terbalik langsung dengan ggl lawan E b dan berbanding terbalik dengan fluksi φ. Gambar 9.5 Respon Keluaran Motor DC Gambar diatas menunjukkan respon keluaran dari suartu motor DC dengan menggunakan kontroller Fuzzy PI parameter proposional (gain) dari kontroler PI

7 dapat datur (schedulle) berdasarkan nilai masukan error (E) dengan tujuan agar respon ouput lebih cepat mencapai nilai setting point. Jadi dapat diasumsikan bahwa parameter gain dari kontroler PI merupakan fungsi dari error (E), seperti pada persamaan berikut ini: K = f (e) dimana K = proposional gain Secara sederhana dapat diturunkan suatu aturan kontrol (R) yang menyangkut kinerja dari scheduling gain pada suatu kontroler fuzzy PI sebagai berikut : R1 : Jika error (E) Besar maka K adalah Besar R2 : Jika error (E) Sedang maka K adalah Sedang R3 : Jika error (E) Kecil maka K adalah Kecil Akhir dari perancangan kontroler fuzzy PI maka dapat diperoleh suatu persamaan sinyal kontrol (u) sebagai berikut: U(k) = U(k-1)+ K dµ dimana ; µ(k-1) = sinyal kontrol pada waktu k-1 µ(k) = sinyal kontrol pada waktu k K = Proposional Gain dµ = Sinyal kontrol dari fuzzy Look Up Table Kontroler Proporsional (Proportional Controller) Kontroler proporsional merupakan aplikasi dari rangkaian kontroler yang memiliki keluaran (output) yang bersifat proporsional artinya nilai tersebut dibandingkan dengan nilai yang lain. Dalam hal ini nilai keluaran pada kontroler proporsional bergantung dibandingkan dengan titik tertentu yaitu titik setel (set point). Bila terjadi perubahan terhadap titik setel maka kontrol proporsional akan segera mengatur kembali sistem agar sesuai dengan keadaan yang diinginkan. Kontroler proposional memiliki keluaran yang sebanding/proposional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya). Secara lebih sederhana lagi dapat dikatakan, bahwa keluaran kontroler

8 proporsional merupakan perkalian antara konstanta proporsional dengan masukannya, Perubahan pada sinyal masukan akan segera menyebabkan sistem secara langsung mengubah keluarannya dengan perbandingan bergantung pada konstanta pengalinya. Kontroler proporsional dapat dikatakan bagian pertama yang dibentuk dalam PID kontroler, secara singkat kontroler proporsional mempunyai bentuk umum yaitu: K eluaran = P eroleh h asil p engukuran x sinyal k esalahan p engerak Bias sering disebut dengan kontrol reset. Nilai perolehan dalam pengukuran adalah perbandingan antara nilai keluaran (Output) dengan nilai masukan (Input). Dalam skala persen nilai peroleh umumnya di antara nilai 0-100%. Nilai ini sering dijadikan acuan oleh kontroler proporsional dalam mengatur sistem jika terdapat kesalahan yang dengan kemudian kontroler proporsional akan mengatur sistem kembali seperti proses pengaturan awal pada sistem. Gambar 9.6 Diagram blok kontroler proporsional Gambar 9.3 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara besaran setting, besaran aktual dengan besaran keluaran kontroler proporsional. Sinyal kesalahan (Error) merupakan selisih antara besaran setting dengan besaran aktualnya. Selisih ini akan mempengaruhi kontroler, untuk mengeluarkan sinyal positip (mempercepat pencapaian harga setting) atau negatif (memperlambat tercapainya harga yang diinginkan).

9 Kontroler Proporsional memiliki hubungan antara sinyal keluaran (Output) dengan sinyal penggerak kesalahan (Error), dirumuskan sebagai berikut: m(t) = Kp. e (t) dimana: m(t) = Sinyal keluaran (Output Signal) Kp = Konstanta penguatan dari kontroler proporsional e(t) = Sinyal kesalahan penggerak (Error signal) dalam time domain Dalam bentuk Transformasi Laplace (Laplace Transform) sebagai berikut: M (s) E (s) = Kp dimana: M(s) = Sinyal keluaran dalam bentuk laplace (Frequency Domain) E(s) = Sinyal kesalahan penggerak (Frequency Domain) Dari persamaan diatas dapat dikatakan bahwa kontroler proporsional memperbesar nilai pada bagian keluaran (Output Value) atau dengan kata lain sebagai amplifier dengan masukan yang telah diberikan sebelumnya. Besarnya nilai penguatan pada sisi keluaran telah ditentukan sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa sisi keluaran bergantung pada nilai masukan. Jadi Kontroler proporsional adalah penguat dengan penguatan yang dapat diatur, apapun wujud mekanisme yang sebenarnya dan apapun bentuk daya penggeraknya. Nilai yang dihasilkan pada sisi keluaran berbanding lurus dengan sisi masukan dengan besar penguatan yaitu sebesar Kp. Sehingga jika suatu sistem ingin memperoleh nilai yang lebih besar pada bagian keluarannya kontroler jenis ini dapat digunakan terutama pada sistem yang ingin memperoleh hasil yang cukup besar.

10 output / input step propor Gambar 9.7 Respon Kontrol Proporsional Kontroler proporsional memiliki 2 parameter, pita proporsional (proportional band) dan konstanta proporsional. Daerah kerja kontroler efektif dicerminkan oleh Pita proporsional, sedangkan konstanta proporsional menunjukkan nilai faktor penguatan terhadap sinyal kesalahan, yaitu: K p. Hubungan antara pita proporsional (PB) dengan konstanta proporsional (K p ) ditunjukkan secara prosentasi oleh persamaan berikut: dimana : PB = Pita proporsional (Proportional Band) Kp = Konstanta Kontroler Proporsional (Constant Proportional Controller) Dari persamaan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai pita proporsional berbanding terbalik dengan nilai konstanta kontroler proporsional, jika nilai Kp besar maka nilai PB akan kecil. Semakin besar nilai Kp maka nilai

11 PB semakin kecil, sebaliknya semakin kecil nilai Kp maka nilai PB semakin besar. Gambar 9.8 Pita Proporsional dari Kontroler Proporsional tergantung pada penguatan. Gambar 9.8 menunjukkan grafik hubungan antara pita proporsional, keluaran kontroler dan kesalahan yang merupakan masukan kontroler. Ketika konstanta proporsional bertambah semakin tinggi, pita proporsional menunjukkan penurunan yang semakin kecil, sehingga lingkup kerja yang dikuatkan akan semakin sempit. Ciri-ciri kontroler proporsional harus diperhatikan saat kontroler diterapkan pada sistem adalah: 1. Kalau nilai K p kecil, kontroler proporsional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat. 2. Kalau nilai K p dinaikkan, respon sistem menunjukkan semakin cepat mencapai keadaan mantapnya. 3. Namun jika nilai K p diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan berosilasi. R 2 V R e i R e o

12 Gambar 9.9 Rangkaian penguat operasional kontroler proporsional G(s) = R2 R1 dimana : G(s) = Fungsi alih yang merupakan perbandingan antara keluaran (Eo) dan masukan (Ei) dalam hal ini adalah resistor. Untuk menentukan variasi besar gain dengan cara memutar Variabel Resistor (VR) sesuai dengan nilai gain yang diinginkan Kontroler Integral (Integration Controller) Kontroler Integral adalah aplikasi dari rangkaian kontroler yang memiliki keluaran (output) yang bersifat integral artinya bahwa menjumlahkan nilai nilai masukan sesuai prinsip integral dan dapat mempercepat respon sistem, serta mengurangi error steady state. Kontroler integral mempunyai sifat mengintegrasi sinyal masukan, laju perubahan kontroler m(t) sebanding dengan sinyal kesalahan penggerak e(t), misalnya jika harga e(t) dinaikkan dua kali lipatnya maka harga m(t) berubah dengan laju perubahan dua kali semula, sedangkan jika harga e(t) nol maka harga m(t) tetap. Aksi kontrol ini disebut juga kontrol reset. Dikatakan kontrol reset karena pada kontrol proporsional yang plant nya tidak mempunyai integrator 1/s terdapat kesalahan dalam keadaan tunak atau Offset, kontroler ini mampu menghilangkan kesalahan (Offset) yang mana pada kontroler proporsional saat sinyal penggerak kesalahan nol maka keluaran tidak nol, hal ini tak sesuai. Kontroler ini bekerja sesuai persamaan : dm(t) = Ki.e(t) dt m(t) = e(t) dt / T i = K i. e(t) dt Dalam bentuk Transformasi Laplace, persamaan dapat ditulis sebagai berikut: M(s) = K i. E(s)/s Dimana : T i = tetapan waktu integral K i = 1/T i adalah tetapan integral yang nilainya dapat diatur e(t) = Sinyal kesalahan penggerak (Error signal) dalam time domain E(s) = Sinyal kesalahan penggerak (Frequency Domain)

13 Kontroler integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki kesalahan keadaan mantap nol. Kalau sebuah plant tidak memiliki unsur integrator (1/s). kontroler proporsional tidak akan mampu menjamin keluaran sistem dengan kesalahan keadaan mantapnya nol. Dengan kontroler integral, respon sistem dapat diperbaiki, yaitu mempunyai kesalahan keadaan mantapnya nol. Kontroler integral memiliki karakteristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran kontroler sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal kesalahan. Keluaran kontroler ini merupakan jumlahan yang terus menerus dari perubahan masukannya. Kalau sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan. Sinyal keluaran kontroler integral merupakan luas bidang yang dibentuk oleh kurva kesalahan penggerak - lihat konsep numerik. Sinyal keluaran akan berharga sama dengan harga sebelumnya ketika sinyal kesalahan berharga nol. Gambar 9.10 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t dan kurva u(t) terhadap t pada pembangkit kesalahan nol. Gambar 9.10 menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang disulutkan ke dalam kontroler integral dan keluaran kontroler integral terhadap perubahan sinyal kesalahan tersebut. Gambar 9.11 Diagram Blok Kontroler Integral

14 Gambar 9.7 menunjukkan blok diagram antara besaran sinyal kesalahan pengerak dengan keluaran suatu kontroler integral. Gambar 9.12 Perubahan keluaran sebagai akibat penguatan dan kesalahan Gambar 9.12 menunjukkan Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap keluaran. Ketika sinyal kesalahan berlipat ganda, maka nilai laju perubahan keluaran kontroler berubah menjadi dua kali dari semula. Jika nilai konstanta integrator berubah menjadi lebih besar, sinyal kesalahan yang relatif kecil dapat mengakibatkan laju keluaran menjadi besar. Ketika digunakan, kontroler integral mempunyai beberapa karakteristik berikut ini: 1. Keluaran kontroler membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga kontroler integral cenderung memperlambat respon. 2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran kontroler akan bertahan pada nilai sebelumnya. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai K i. 3. Konstanta integral K i yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi semakin besar nilai konstanta K i akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal keluaran kontroler.

15 Gambar 9.13 Rangkaian penguat Kontroler Integral 1 R4 G1 ( s) =, G 2( s) = R1. C2s R3 R4 G( s) = G1( s). G2( s) = R1. R3. C2s dimana : G(s) adalah perbandingan nilai keluaran terhadap nilai masukan. output / input step integral Gambar 9.14 Respon Kontrol Integral

16 9.2.4 Kontroler differensial (Differential Controller) Kontroler differensial mempunyai sifat menderivatif atau menurunkan sinyal masukan. Karakteristik dari aksi kontrol ini adalah mempunyai sifat mendahului sinyal kesalahan penggerak, sehingga bisa melakukan koreksi atau antisipasi terhadap sinyal keluaran lebih cepat. Kemampuan untuk mendahului ini aksi kontrol differensial ini juga mempunyai kelemahan yaitu, memperkuat sinyal derau (noise) sehingga dapat menimbulkan saturasi pada aktuator. Fungsi tambahan dari kontroler differensial ini adalah menaikkan sensitivitas sistem terhadap error kemudian memberi koreksi dengan cepat sebelum error bertambah serta meredam terjadinya osilasi saat sistem menggunakan kontroler integrasi. Keluaran kontroler diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif. Perubahan yang mendadak pada masukan kontroler, akan mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan cepat. E(s) M(s) Td.s Kesalahan pengerak Gambar 9.15 Diagram blok kontroler differensial Gambar 9.10 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara sinyal kesalahan penggerak dengan keluaran kontroler. Hubungan antara sinyal masukan dan keluaran dapat dituliskan sebagai berikut : m(t) = Kd.de(t)/dt Dalam Transformasi Laplace, (Frequency Domain) dapat dituliskan : M(s) = Kd s.e(s) dimana : M(t), E(t) = Sinyal Keluaran dan sinyal masukan Kd = Konstanta kontroler differensial

17 Gambar 9.16 Kurva waktu hubungan input - output kontroler differensial Gambar 9.16 menyatakan hubungan antara sinyal masukan dengan sinyal keluaran kontroler differensial. Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, maka keluaran kontroler juga tidak mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan berubah mendadak dan menaik berbentuk fungsi step, keluaran menghasilkan sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal masukan berubah naik secara perlahan fungsi ramp, keluarannya justru merupakan fungsi step yang besar magnitudonya sangat dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan faktor konstanta differensialnya T d Karakteristik kontroler differensial adalah sebagai berikut: 1. Kontroler ini tidak dapat menghasilkan keluaran bila tidak ada perubahan pada masukannya (berupa sinyal kesalahan penggerak). 2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan kontroler tergantung pada nilai Td dan laju perubahan sinyal kesalahan. 3. Kontroler differensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga kontroler ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi kontroler differensial dapat mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif, dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem. Berdasarkan karakteristik kontroler tersebut, kontroler differensial umumnya dipakai untuk mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak memperkecil kesalahan pada keadaan tunaknya. Kerja kontroler differensial hanyalah efektif pada lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh

18 sebab itu kontroler differensial tidak pernah digunakan tanpa ada kontroler lain sebuah sistem Kontroler Proporsional Integral Kombinasi dari kedua kontroler ini lebih dikenal dengan Kontroller PI. Kombinasi ini memiliki kelebihan yaitu dapat mempercepat Rising time sistem dan mengurangi error steady state. Kontroler jenis ini dapat didefinisikan melalui persamaan: u(t) = K p. e(t) + K p / T i. e(t) dt Dalam bentuk fungsi alihnya ialah sebagai berikut : U(s)/E(s) = K p.[ 1 + 1/T i s] Gambar 9.17 Diagram Blok Kontroler PI Gambar 9.17 ialah gambar diagram blok dari kontroler jenis proporsionalintegral-dimana bagian kontrolnya telah diisi dengan fungsi alih dari gabungan ketiga jenis kontroler ini. Dalam kontroler jenis ini setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing kontroler P dan I dapat saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi kontroler proporsional-integral (kontroller PID). Elemen-elemen kontroler P dan I masing-masing secara keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem, menghilangkan error dan menghasilkan perubahan awal yang besar Gambar Blok Diagram PI

19 Gambar 9.18 ialah diagram blok kontroler jenis PI, yang mana keluaran akan bergantung dari harga-harga konstanta masing-masing kontroler tersebut. Gambar 9.19 Hubungan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran Gambar 9.19 menunjukkan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran dengan masukan untuk kontroler PID. Karakteristik kontroler PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga parameter P, I dan D. Pengaturan konstanta Kp, Ti, dan Td akan mengakibatkan penonjolan sifat dari masingmasing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut dapat diatur lebih besar dibanding yang lain. Konstanta yang lebih akan memberikan kontribusi pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan. Gambar 9.20 Rangkaian Kontroler Jenis PI

20 9.2.7 Kontroler Proporsional-Integral-Differensial Kombinasi dari ketiga aksi kontrol ini, atau lebih dikenal dengan kontroler PID (Proporsional Integral Diferensial). Kombinasi ini memiliki kelebihan lebih bila dibandingkan dengan masing-masing kontroler. Kontroler jenis ini dapat didefinisikan melalui persamaan : u(t) = K p. e(t) + K p / T i. e(t) dt + K p.t d.de(t)/dt Dalam bentuk fungsi alihnya ialah sebagai berikut : U(s)/E(s) = K p.[ 1 + 1/T i s + T d s] U ( s) Kp (1 + Tis + Td. Tis = E( s) Tis 2 dimana : Kp ialah penguatan proporsional Ti ialah waktu integral dan Td ialah waktu turunan. Gambar 9.21 Diagram Blok Kontroler Jenis Proporsional-Integral-Differensial Gambar 9.21 ialah gambar diagram blok dari kontroler jenis proporsionalintegral-differensial dimana bagian kontrolnya telah diisi dengan fungsi alih dari gabungan ketiga jenis kontroler ini. Dalam kontroler jenis ini setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing kontroler P, I dan D dapat saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi kontroler proporsionalintegral-differensial (kontroller PID). Elemen-elemen kontroler P, I dan D masing-masing secara keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem, menghilangkan error dan menghasilkan perubahan awal yang besar.

21 Gambar 9.22 Diagram Blok kontroler PID analog Gambar 9.22 ialah diagram blok kontroler jenis PID, yang mana keluaran akan bergantung dari harga-harga konstanta masing-masing kontroler tersebut. Gambar 9.23 Hubungan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran Gambar 9.23 menunjukkan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran dengan masukan untuk kontroler PID. Karakteristik kontroler PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga parameter P, I dan D. Pengaturan konstanta Kp, Ti, dan Td akan mengakibatkan penonjolan sifat dari masingmasing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut dapat diatur lebih besar dibanding yang lain. Konstanta yang lebih akan memberikan kontribusi pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan.

22 C1 R 2 C 2 R 4 R R 3 e i - + LM 741 e o Gambar 9.24 Rangkaian Penguat Operasional dengan Kontroler PID Fungsi pemindahan (alih) untuk aksi kontrol proporsional integral diferensial diantara keluaran E0s(s) dan masukan Ei(s) adalah R1 Z 1 = dan Z R C S R2C2S +1 = C S Maka fungsi alih untuk kontrol PID adalah; Eo ( s) E( s) Eo ( s) R4R2 ( R1C1s + 1)( R2C2s + 1) = = Ei ( s) Ei ( s) E( s) R R ( R C s) 3 dimana : G(s) ialah perbandingan nilai keluaran terhadap nilai masukannya. E(t) Unit fungsi landai 2 0 t Gambar 9.25 Sinyal Kesalahan Pengerak fungsi Ramp U(t) Aksi kontrol PID T d Aksi kontrol PD 0 Hanya proporsional t Gambar 9.26 Keluaran sistem jika masukan fungsi Ramp dengan PID

23 Dari gambar 9.25 yang merupakan masukan pada sistem akan menghasilkan gambar 9.26 yang mana terlihat bahwa hasil keluarannya merupakan fungsi parabolik. Hal ini menunjukkan dalam kontroler jenis ini, kontroler integral sangat berperan dan menentukan adanya perubahan pada sistem. Artinya, kontrol integral ini mempercepat proses pengontrolan serta mengurangi nilai kesalahan pada saat keadaan tunak, dimana pada keadaan tunak tersebut saat sinyal pengerak kesalahan saat bernilai nol nilai pada keluaran tidak nol, hal itu menyalahi aturan dimana pada saat sinyal penggerak kesalahan nol maka respon keluaran seharusnya bernilai nol juga. Contoh Aplikasi PID: - Alat Pengendalian Kecepatan Motor DC dengan Kontroler PID - Pengontrolan Temperatur dengan Kontrol PID - Sistem Kontrol Optimal dalam reaktor Nuklir dengan Kontrol PID - Aplikasi pengandalian Ketinggian Permukaan air dengan Kontrol PID Dengan menggunakan Kontroler PID ini dapat mempercepat waktu stabil, mengurangi error steady state dan menguarngi waktu delay sistem Summing Amplifier Untuk menjumlah dua atau lebih masukan makan menggunakan summing amplifier, dengan membalik beberapa masukan, masing-masing mempunyai bati tegangan satu. Karena semua tahanannya berharga sama, maka setiap masukan mempunyai bati tegangan satu. V1 + rin A (V1-V2) rout Vout O V2 _ Gambar 9.27 Impedansi masuk dan rangkaian keluar Thevenin

24 Dari gambar, V TH = A (V 1 V 2 ) Op-amp yang lazin mempunyai r in yang tinggi, A yang tinggi, dan r out yang rendah. Untuk op-amp yang ideal maka impedansi masuk tak terhingga, bati tegangan tak terhingga, dan impedansi keluar nol PWM (Pulse Width Modulation) PWM modulator menghasilkan sinyal DC yang terpotong-potong, sehingga nampak seperti sinyal square (kotak) dengan duty cycle yang proporsional dengan tegangan input yang diberikan. Putaran motor DC dapat diatur dengan mengatur tegangan DC input atau dengan cara PWM (Pulse Width Modulator). Voltage driver akan menghasilkan tegangan yang sama dengan inputnya, PWM akan menghasilkan pulsa denga duty cycle yang sesuai dengan sinyal DC inputnya. PWM (Pulse width modulator) adalah suatu cara modulasi, dimana gelombang pembawa yang digunakan terdiri dari pulsa-pulsa segi empat yang berulang-ulang, dengan lebar pulsa yang dapat diubah-ubah oleh amplitudo dari sinyal informasi. PWM dipergunakan dalam pengaturan tegangan, tegangan beban diatur dengan cara mengatur duty cycle dari gelombang kotak yang disupplykan ke basis dari switching transistor. Untuk mengukur duty cycle dapat digunakan rumus : SiklusAkti f DutyCycle = x100% SiklusTota l Hal ini dapat diamati dari tampilan osiloskop sebagai berikut: Siklus Aktif Siklus total Gambar 9.28 Duty Cycle

25 Prinsip dasar PWM ditunjukkan pada gambar 9.20 sebagai berikut: H HR HP Gambar 9.29 Blok sederhana PWM HW HP 9 9 Gambar 9.30 Output PWM PWM diperoleh dengan mengumpankan sinyal segitiga e(t) dan sinyal modulasi e m (t) kesebuah komparator. Lebar pulsa dari sinyal menggambarkan informasi atau besar sinyal dari modulasi. Bila sinyal segitiga e(t) lebih besar dari e m (t) maka keluaran komparator e 0 =Vo yang merupakan nilai dari saturasi komparator. Bula e(t) kurang dari e m (t) maka keluarannya e 0 =-Vo. Bila e m (t)=0, lebar pulsa sama dengan siklus kerja yang berubah secara linear terhadap e m (t) dan besarnya akan mencapai 50%. Besarnya siklus kerja dirumuskan : V e D = 0 m x 2V 0 100% Frequency to Voltage Converter Rangkaian ini menghasilkan sinyal DC keluaran yang proporsional dengan frekuensi sinyal masukan. Frequency to Voltage Converter berfungsi untuk menghasilkan output berupa tegangan yang proporsional dengan inputnya yang berupa frekuensi. Secara sederhana blok diagram pengubah frekuensi ke tegangan adalah sebagai berikut :

26 Vr Schmitt Monostable Multivibrator - + op-amp Averaging Network Gambar 9.31 Diagram blok pengubah frekuensi ke tegangan Keterangan: Schmitt : Suatu bagian dari FTVC untuk memperhalus dan mempertegas logika sinyal Multivibrator monostable : disebut juga multivibrator one-shoot, menghasilkan pulsa output tunggal pada waktu pengamatan tertentu saat mendapat trigger dari luar. Monostable multivibrator memiliki satu kondisi stabil sehingga sring juga disebut sebagai multibrator one-shot Op-Amp : Komponen elektronika yang mempunyai fungsi pengikut tegangan, amplifier pembalik, amplifier non pembalik, amplifier diferensial, konverter tegangan ke arus, integrator dan linearisasi. Averaging Network : Suatu bagian dari FTVC untuk mencari nilai rata-rata frequensi untuk diubah ke nilai tegangan. Prinsip pengubahan frekuensi ke tegangan ini didasarkan pada pengisian dan pembuangan muatan kapasitor. Kapasitor dimuati sampai level tertentu yang ditentukan oleh rangkaian luar dan muatan ini disimpan kemudian dilepaskan ke sebuah integrator atau rangkaian tapis lolos rendah untuk tiap siklus sinyal masukan. Sinyal masukan ini masih harus dibentuk lagi dalam bentuk pulsa-pulsa. Bagian schmitt trigger mengubah sinyal masukan menjadi pulsa-pulsa yang kemudian diumpankan ke masukan monostable mutivibrator. Rangkaian monostable bersama dengan saklar presisi (precision switch) membangkitkan sebuah pulsa dengan amplitudo presisi (Vr) dan periode presisi (T, periode monostable) yang diumpankan ke jaringan perata. Keluaran akhir merupakan tegangan DC dengan riak yang rendah yang sebanding dengan frekuensi masukan rata-rata. Sinyal masukan dapat berupa sinyal sinusoida, segitiga atau pulsa yang diubah ke bentuk TTL dengan menggunakan rangkaian pemicu schmitt. Sinyal ini kemudian diumpankan ke monostable multivibrator untuk mendapatkan pulsa dengan lebar tertentu. Keluaran ini kemudian diumpankan ke transistor yang berfungsi sebagai saklar. Ini akan menjadikan transistor off. Pada posisi off

27 transistor akan tersedia pulsa dengan amplitudo dan lebar pulsa yang konstan. Kemudian sinyal ini diumpankan ke tingkat perata berupa filter lolos rendah, sehingga diperoleh sinyal keluaran DC yang sebanding dengan frekuensi masukan dihasilkan oleh opto coupler Sistem Kontrol Open Loop Open loop control atau kontrol loop terbuka adalah suatu sistem yang keluarannya tidak mempunyai pengaruh terhadap aksi kontrol. Artinya, sistem kontrol terbuka keluarannya tidak digunakan sebagai umpan balik dalam masukan R (s) E (s) KONTROLLER PLANT C(s) Gc (s) G(s) G Gambar 9.32 Diagram blok sistem open loop Dari gambar 9.23 di atas dapat diketahui persamaan untuk system loop terbuka : C (s) = R(s).Gc(s).G(s) C( s) G( s) = Gc ( s). G( s) Dalam suatu system control terbuka, keluaran tidak dapat dibandingkan dengan masukan acuan. Jadi, untik setiap masukan acuan berhubungan dengan operasi tertentu, sebagai akibat ketetapan dari system tergantung kalibrasi. Dengan adanya gangguan, system control open loop tidak dapatmelaksanakan tugas sesuai yang diharapkan. Sistem control open loop dapat digunakan hanya jika hubungan antara masukan dan keluaran diketahui dan tidak terdapat gangguan internal maupun eksternal. Contoh Aplikasi Open loop: - Sistem Kontrol Lampu Lalu Lintas - Sistem Kontrol pada Microwave - Sistem Kontrol Mesin Cuci

28 Sistem Kontrol Lup Tertutup (Close Loop) Sistem kontrol loop tertutup adalah sistem kontrol yang sinyal keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan, sistem kontrol lup tertutup juga merupakan sistem kontrol berumpan balik. Sinyal kesalahan penggerak, yang merupakan selisih antara sinyal masukan dan sinyal umpan balik yang dapat berupa sinyal keluaran atau suatu fungsi sinyal keluaran atau turunannya, diumpankan ke kontroler untuk memperkecil kesalahan dan membuat agar keluaran sistem mendekati harga yang diiinginkan. Dengan kata lain, istilah lup tertutup berarti menggunakan aksi umpan balik untuk memperkecil kesalahan sistem. Gambar 9.33 Sistem kontrol lup tertutup Dari gambar 9.33 di atas dapat diketahui persamaan yang digunakan dalam close loop sistem : C(s) (1+H(s).Gc(s).G(s)) =R(s).Gc(s).G(s) Pada Gambar 9.33 menunjukkan hubungan masukan dan keluaran dari sistem kontrol lup tertutup. Jika dalam hal ini manusia bekerja sebagai operator, maka manusia ini akan menjaga sistem agar tetap pada keadaan yang diinginkan, ketika terjadi perubahan pada sistem maka manusia akan melakukan langkah langkah awal pengaturan sehingga sistem kembali bekerja pada keadaan yang diinginkan. Dalam hal lain jika kontroler otomatik digunakan untuk menggantikan operator manusia, sistem kontrol tersebut menjadi otomatik, yang biasa disebut sistem kontrol otomatik berumpan balik atau sistem kontrol lup tertutup. Sistem kontrol manual berumpan balik dalam hal ini manusia bekerja dengan cara yang sama dengan sistem kontrol otomatik. Mata operator adalah analog dengan alat ukur kesalahan, otak analog dengan kontroler otomatik dan otot ototnya analog dengan aktuator. Hal inilah yang membedakan dengan

29 sistem kontrol lup terbuka yang keluarannya tidak berpengaruh pada aksi pengontrolan, dimana keluaran tidak diukur atau diumpan balikkan untuk dibandingkan dengan masukan. Sistem kontrol lup tertutup mempunyai kelebihan dari sistem kontrol lup terbuka yaitu penggunaan umpan balik yang membuat respon sistem relatif kurang peka terhadap gangguan eksternal dan perubahan internal pada parameter sistem dan mudah untuk mendapatkan pengontrolan Plant dengan teliti, meskipun sistem lup terbuka mempunyai kelebihan yaitu kestabilan yang tak dimiliki pada sistem lup tertutup, Kombinasi keduanya dapat memberikan performansi yang sempurna pada sistem. Dengan demikian jelaslah bahwa PID Kontroler adalah sistem kontrol lup tertutup (Close Loop), karena PID Kontroler adalah kontroler yang mampu menggantikan fungsi operator yang mana ketika terjadi perubahan keadaan sistem, yang kirimkan oleh sinyal kesalahan penggerak maka PID Kontroler akan melakukan suatu proses pengaturan kembali sehingga sistem bekerja kembali sesuai kehendak, dalam hal ini kombinasi sinergis antara ketiga aksi pengontrolan pada PID Kontroler. Kelebihan Close Loop: penggunaan umpan balik yang membuat respon sistem relatif kurang peka terhadap gangguan eksternal dan perubahan internal pada parameter sistem dan mudah untuk mendapatkan pengontrolan Plant dengan teliti dan dapat mereduksi error sistem Kekurangan Close Loop: Sistem tidak memiliki kestabilan dan sistem close loop tergolong rumit. Aplikasi Close Loop: - Aplikasi Pengontrol Suhu Ruangan - Aplikasi Pengontrol Ketinggian Permukaan Air - Aplikasi Robot Line Follower.

30 Optocoupler Opto coupler adalah suatu rangkaian listrik (elektronika) yang berfungsi untuk mengkonversi kecepatan menjadi pulsa listrik. Prinsip kerja optocoupler yaitu jika cahaya infra merah tidak terhalang maka outputnya akan dihasilkan tegangan nol dan sebaliknya. Piringan opto coupler dibuat berlubang-lubang supaya opto coupler dapat menghasilkan sinyal dengan frekuensi yang tergantung dari putaran motor, sehingga semakin cepat putaran motor semakin tinggi frekuensinya Plant motor DC dengan kontrol PID Vref K PWM PLANT MOTOR DC OPTO COUPLER frekuensi FTV Gambar 9.34 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara open loop Gambar 9.35 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara close loop Pada pengontrolan plant motor DC ini digunakan kontrol PID. Sistem kontrol yang digunakan adalah loop tertutup, maksudnya sistem kontrol yang sinyal keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan, sistem kontrol loop tertutup juga merupakan sistem kontrol berumpan balik. Mula-mula sistem diberi input berupa tegangan kemudian motor DC akan memberi respon keluaran berupa putaran. Respon keluaran pada motor DC diatur oleh kontrol PID.Tegangan referensi yang diberikan akan dimodulasi oleh PWM (Pulse With Modulation) untuk dipergunakan dalam pengaturan tegangan, tegangan motor DC diatur dengan cara mengatur duty cycle dari gelombang kotak yang disupplykan ke basis dari switching transistor. Pengaturan tegangan pada motor DC berguna untuk mengatur kecepatan putar motor DC/frekuensi putaran motor DC. Keluaran

31 dari motor DC akan menjadi masukan dari optocoupler. Optocoupler adalah komponen yang disusun sedemikian rupa sehingga jika cahaya infra merah tidak terhalang maka outputnya akan dihasilkan tegangan nol dan sebaliknya.piringan optocoupler dapat mengasilkan sinyal dengan frekuensi yang tergantung dari putaran motor, sehingga semakin cepat putaran motor semakin tinggi frekuensinya. Keluaran dari optocoupler berupa frekuensi di konversi kedalam sinyal informasi yang berupa tegangan oleh frequency to voltage converter yang komponen penyusunnya adalah IC LM 2917.Keluaran dari IC LM 2917 yang berupa tegangan diumpan balikkan untuk dibandingkan dengan sinyal masukan (reference). Sinyal kesalahan penggerak, yang merupakan selisih antara sinyal masukan dan sinyal umpan balik yang dapat berupa sinyal keluaran atau suatu fungsi sinyal keluaran atau turunannya, diumpankan ke kontroler (dalam percobaan ini digunakan kontrol PID)untuk memperkecil kesalahan dan membuat agar keluaran sistem mendekati harga yang diinginkan.

32 9.3 PENGUJIAN ALAT Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: 1. Modul Plant Pengatur motor DC dengan pengontrolan PID 2. Osiloskop digital dual trace 3. Penjepit buaya/konektor 4. Multemeter Cara Kerja Percobaan kateristik plant motor DC open loop Vreff PWM Plant Motor DC Optocoupler FTV Vout Gambar 9.36 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara open loop 1. Menyiapkan seperti pada gambar 9.27 dibutuhkan modul 2. Mengamati respon sistem terhadap input dengan menghubungkan probe osiloskop digital channel A pada Vreff channel B pada output1. 3. Memotret hasil yang tampak pada layar osiloskop (t/div=1s). 4. Mengulangi langkah 2 untuk beberapa variasi sinyal input Percobaan Close Loop (loop tertutup) Vref Kp Plant Motor DC Vout Output Tegangan FTV Optocoupler Gambar 9.37 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara close loop 1. Menyiapkan seperti pada gambar 9.28 dibutuhkan modul 2. Mengamati respon sistem terhadap input untuk Kp=1 dengan menghubungkan probe osiloskop digital channel A pada Vreferensi channel B pada output1. 3. Memotret hasil yang tampak pada layar osiloskop (t/div=1s). 4. Mengulangi langkah 2 untuk beberapa variasi nilai Kp.

33 Percobaan PID Kp Vref Ki PWM Mesin DC Opto coupler FTV Vout Kd Gambar 9.38 Diagram Blok percobaan PID control 1. Menyiapkan modul praktikum dasar sistem kontrol dan memastikan modul dalam keadaan baik, siap untuk digunakan. 2. Menyiapkan osiloskop digital, multitester digital dan penjepit buaya. 3. Menghubungkan blok rangkaian sistem kontrol motor DC close loop seperti yang terlihat pada gambar. Skema rangkaian percobaan PID control dengan menggunakan penjepit buaya untuk controller P (proportional) saja. 4. Menghubungkan osiloskop digital dengan keluaran untuk mengetahui respon sistem. 5. Menghubungkan multitester digital pada input tegangan dan keluaran sistem. 6. Menghubungkan frequency counter pada keluaran motor DC untuk mengetahui frekuensi yang dihasilkan motor DC 7. Memberi tegangan input / referensi dengan range 0 15 volt DC 8. Menghidupkan saklar on-off 9. Memotret keluaran yang ditampilkan oleh osiloskop digital dengan menggunakan kamera digital. 10.Mencatat dan menganalisa data yang diperoleh. 11.Mengulangi percobaan 3 12 untuk kontroller PI (proportional-integral) dan PID (proportional-integral-differensial) dengan gambar skema rangkaian PID kontrol.

34 9.3.3 Data Percobaan Percobaan Karateristik keluaran dari plant motor DC dengan open loop Pada percobaan rangkaian open loop didapatkan data sebagai berikut: Tabel 9.1 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC open loop Vref (V) V output (V) Gambar 9.39 Vref Plant motor DC percobaan Open loop variasi 1 Gambar 9.40 VoutputPlant motor DC percobaan Open loop variasi 1

35 Gambar 9.41 Vref Plant motor DC percobaan Open loop variasi 2 Gambar 9.42 Voutput Plant motor DC percobaan Open loop variasi Percobaan Karateristik keluaran plant dari plant motor DC pada close loop Kp=1 Pada percobaan rangkaian close loop Kp=1 didapatkan data sebagai berikut: Tabel 9.2 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC close loop Vref (V) V output (V)

36 Gambar 9.43 Vref Plant motor DC percobaan Close loop Kp=1 variasi 1 Gambar 9.44 Voutput Plant motor DC percobaan Close loop Kp=1 variasi 1 Gambar 9.45 Vref Plant motor DC percobaan Close loop Kp=1 variasi 2

37 Gambar 9.46 Voutput Plant motor DC percobaan Close loop Kp=1 variasi Perubahan Kp Pada percobaan rangkaian close loop Perubahan Kp didapatkan data sebagai berikut: Vreferensi = 10,8 V Tabel 9.3 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC close loop Kp V output (V) 25% % 10 Gambar 9.38 Vref Plant motor DC percobaan Close loop Perubahan Kp

38 Gambar 9.47 Voutput Plant motor DC percobaan Close loop Kp=25% Gambar 9.48 Voutput Plant motor DC percobaan Close loop Kp=50% Percobaan Karateristik keluaran dari plant motor DC dengan Control PID Vreferensi = 14,15 V Gambar 9.49 Vref Plant motor DC Percobaan Kontrol PID

39 1. Pada Control P Pada percobaan didapatkan data sebagai berikut: Tabel 9.4 Data Karateristik keluaran plant motor DC dengan kontrol P Kp Ki Kd V output (V) 25% Gambar 9.50 Voutput Plant motor DC dengan kontrol P 2. Pada Control PI Pada percobaan didapatkan data sebagai berikut: Tabel 9.4 Data Karateristik keluaran plant motor DC dengan kontrol PI V output Kp Ki Kd (V) 25% 25% Gambar 9.51 Voutput Plant motor DC dengan kontrol PI

40 3. Pada Control PID Pada percobaan didapatkan data sebagai berikut: Tabel 9.6 Data Karateristik keluaran plant motor DC dengan kontrol PID variasi P V output Kp Ki Kd (V) 25% 25% 25% Gambar 9.52 Voutput Plant motor DC dengan kontrol PID

41 9.4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Plant Motor DC (open loop) Vref PWM PLANT MOTOR DC OPTO COUPLER frekuensi FTV VOUT Gambar 9.53 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara open loop Untuk mengetahui karateristik keluaran dari plant motor DC dapat digunakan rangkaian seperti pada gambar 9.40 diatas. Mula-mula sistem diberi input berupa tegangan kemudian motor DC akan memberi respon keluaran berupa putaran. Tegangan referensi yang diberikan akan dimodulasi oleh PWM (Pulse With Modulation) untuk dipergunakan dalam pengaturan tegangan, tegangan motor DC diatur dengan cara mengatur duty cycle dari gelombang kotak yang di-supply-kan ke basis dari switching transistor.pengaturan tegangan pada motor DC berguna untuk mengatur kecepatan putar motor DC/frekuensi putaran motor DC. Keluaran dari motor DC akan menjadi masukan dari optocoupler. Opto coupler adalah suatu rangkaian listrik (elektronika) yang berfungsi untuk mengkonversi kecepatan menjadi pulsa listrik. Prinsip kerja optocoupler yaitu jika cahaya infra merah tidak terhalang maka outputnya akan dihasilkan tegangan nol dan sebaliknya. Dari percobaan, didapatkan data sebagai berikut: Tabel 9.9 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC open loop Vref (V) V output (V) Dari data inilah kita dapat menentukan G (s) dengan cara membagi V out dengan V ref. Sehingga didapatkan tabel sebagai berikut :

42 Tabel 9.10 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC open loop Vref (V) V output (V) G(s) Contoh perhitungan : Vout 7.63 G( s) = = = Vin 3,13 15 V output (V) Voutput (V) ,13 12,73 Vref (V) Gambar 9.54 Grafik Hubungan Vref dengan Voutput Dari grafik di atas terlihat hubungan antara tegangan input dengan tegangan output pada plant open loop dan besar gain rata-ratanya adalah 1,78. Dari grafik juga terlihat bahwa hubungan antara input dan output berbanding lurus atau linier di mana jika inputnya dinaikkan maka output juga akan naik. Pada sistem open loop besarnya output sama dengan input dikali penguatan tiap blok. Jadi Respon system control loop terbuka cepat dan tidak berpenagruh pada keluaran sebelumnya. Karena tidak ada penguatan maka keluaran sama dengan masukannya.

43 9.4.2 Percobaan plant motor DC pada close loop Gambar 9.55 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara close loop Pada pengontrolan plant motor DC ini digunakan kontrol PID. Sistem kontrol yang digunakan adalah loop tertutup ialah sistem kontrol yang sinyal keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan, sistem kontrol loop tertutup juga merupakan sistem kontrol berumpan balik. Mula-mula sistem diberi input berupa tegangan kemudian motor DC akan memberi respon keluaran berupa putaran. Respon keluaran pada motor DC diatur oleh kontrol PID. Tegangan referensi yang diberikan akan dimodulasi oleh PWM (Pulse With Modulation) untuk dipergunakan dalam pengaturan tegangan, tegangan motor DC diatur dengan cara mengatur duty cycle dari gelombang kotak yang disupplykan ke basis dari switching transistor. Pengaturan tegangan pada motor DC berguna untuk mengatur kecepatan putar motor DC/frekuensi putaran motor DC. Keluaran dari motor DC akan menjadi masukan dari optocoupler. Optocoupler adalah suatu rangkaian listrik (elektronika) yang berfungsi untuk mengkonversi kecepatan menjadi pulsa listrik. Prinsip kerja optocoupler yaitu jika cahaya infra merah tidak terhalang maka outputnya akan dihasilkan tegangan nol dan sebaliknya. Piringan optocoupler dapat menghasilkan sinyal dengan frekuensi yang tergantung dari putaran motor, sehingga semakin cepat putaran motor semakin tinggi frekuensinya Percobaan dengan Kp=1 Untuk percobaan dengan nilai Kp=1, maka yang divariasikan adalah nilai tegangan referensinya, dan hasilnya tampak pada tabel di bawah ini.

44 Tabel 9.11 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC close loop Kp=1 Vref (V) V output (V) 1,51 0,87 8,97 8,46 Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan antara Vreferensi dan juga dengan V outputnya, yang mana dapat digambarkan Gambar 9.56 Grafik Hubungan Vref dengan Voutput pada percobaan close loop Kp= V output (V) Voutput (V) ,51 8,97 Vref (V) Dari grafik terlihat bahwa hubungan antara input dan output berbanding lurus atau linier di mana jika inputnya dinaikkan maka output juga akan naik. Pada sistem close loop besarnya output sama dengan input dikali penguatan tiap blok. Pada sistem close loop, terdapat umpan balik yang menyebabkan nilai output mendekati nilai input sehingga nilai error-nya relatif kecil (error ideal adalah nol). Sedangkan pada sistem open loop, tidak terdapat umpan balik. Nilai output merupakan hasil kali dari seluruh penguatan tiap tiap blok dengan nilai input Percobaan dengan perubahan Kp Pada percobaan ini Kp diubah dengan memutar variac sebesar 50% dan 25%., sedangkan tegangan referensinya tetap, yaitu 10,8 V. Dan hasilnya tampak pada tabel di bawah ini.

45 Tabel 9.12 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC close loop Perubahan Kp Kp V output (V) 25% 9,69 50% 10 Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan antara Vreferensi dan juga dengan V outputnya, yang mana dapat digambarkan pada grafik di bawah ini V output (V) Voutput (V) % 50% Kp (%) Gambar 9.57 Grafik Hubungan Kp dengan Voutput pada percobaan close loop Perubahan Kp Dari grafik terlihat bahwa hubungan antara Kp dan Voutput berbanding lurus atau linier di mana jika Kpnya dinaikkan maka Voutput juga akan naik. Pada sistem close loop besarnya output sama dengan input dikali penguatan tiap blok. Jadi pengaruh perubahan Kp terhadap respon sistem bisa dijelaskan di bawah ini : a. Kalau nilai K p kecil, kontroler proporsional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat. b. Kalau nilai K p dinaikkan, respon sistem menunjukkan semakin cepat mencapai keadaan mantapnya.

46 c. Namun jika nilai K p diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan berosilasi Plant motor DC dengan kontrol PID input PID controller Pulse Width Modula - tion Mesin DC Opto cupler Frequen - cy to Voltage Output Gambar 9.58 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara close loop Pada pengontrolan plant motor DC ini digunakan kontrol PID. Sistem kontrol sistem kontrol yang digunakan adalah loop tertutup ialah sistem kontrol yang sinyal keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan, sistem kontrol loop tertutup juga merupakan sistem kontrol berumpan balik. Mula-mula sistem diberi input berupa tegangan kemudian motor DC akan memberi respon keluaran berupa putaran.respon keluaran pada motor DC diatur oleh kontrol PID. Tegangan referensi yang diberikan akan dimodulasi oleh PWM (Pulse With Modulation) untuk dipergunakan dalam pengaturan tegangan, tegangan motor DC diatur dengan cara mengatur duty cycle dari gelombang kotak yang di-supply-kan ke basis dari switching transistor. Pengaturan tegangan pada motor DC berguna untuk mengatur kecepatan putar motor DC/frekuensi putaran motor DC. Keluaran dari motor DC akan menjadi masukan dari optocoupler.

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang TUGAS AKHIR RESUME PID Oleh: Nanda Perdana Putra MN 55538 / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL (PID) Pendahuluan Sistem

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Kendali Sistem kendali adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga atau dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID Endra 1 ; Nazar Nazwan 2 ; Dwi Baskoro 3 ; Filian Demi Kusumah 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi

BAB II DASAR TEORI. kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Proporsional Integral Derivative (PID) Didalam suatu sistem kontrol kita mengenal adanya beberapa macam aksi kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral

Lebih terperinci

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp Strategi Dalam Teknik Pengendalian Otomatis Dalam merancang sistem pengendalian ada berbagai macam strategi. Strategi tersebut dikatakan sebagai strategi konvensional, strategi modern dan strategi berbasis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari sensor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor DC atau motor arus searah yaitu motor yang sering digunakan di dunia industri, biasanya motor DC ini digunakan sebagai penggerak seperti untuk menggerakan

Lebih terperinci

peralatan-peralatan industri maupun rumah tangga seperti pada fan, blower, pumps,

peralatan-peralatan industri maupun rumah tangga seperti pada fan, blower, pumps, 1.1 Latar Belakang Kebutuhan tenaga listrik meningkat mengikuti perkembangan kehidupan manusia dan pertumbuhan di segala sektor industri yang mengarah ke modernisasi. Dalam sebagian besar industri, sekitar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup[1] Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER Nursalim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto-Penfui Kupang,

Lebih terperinci

MAKALAH. Sistem Kendali. Implementasi Sistim Navigasi Wall Following. Mengguakan Kontrol PID. Dengan Metode Tuning Pada Robot Beroda

MAKALAH. Sistem Kendali. Implementasi Sistim Navigasi Wall Following. Mengguakan Kontrol PID. Dengan Metode Tuning Pada Robot Beroda MAKALAH Sistem Kendali Implementasi Sistim Navigasi Wall Following Mengguakan Kontrol PID Dengan Metode Tuning Pada Robot Beroda oleh : ALFON PRIMA 1101024005 PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR)

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR) ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR) Indar Chaerah Gunadin Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin Abstrak Perubahan daya reaktif yang disuplai ke beban

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC

FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC Afriadi Rahman #1, Agus Indra G, ST, M.Sc, #2, Dr. Rusminto Tjatur W, ST, #3, Legowo S, S.ST, M.Sc #4 # Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan BAB II TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan Pengertian kontrol atau pengaturan adalah proses atau upaya untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh sederhana dan akrab dengan aktivitas sehari-hari dari konsep

Lebih terperinci

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452 Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452 Moh. Hardiyanto 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Indonesia 2 Laboratory of

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu : III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung yang dilaksanakan

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN Muhammad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Jedidiah Wahana(13212141) Tanggal Percobaan: 12/03/16 EL3215 Praktikum Sistem Kendali Laboratorium Sistem Kendali dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Metode Pengasapan Cold Smoking Ikan asap merupakan salah satu makanan khas dari Indonesia. Terdapat dua jenis pengasapan yang dapat dilakukan pada bahan makanan yaitu hot smoking

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... i iii iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah... 1 1.2. Permasalahan... 1 1.3. Batasan masalah... 2 1.4. Tujuan dan manfaat penelitian...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID Joko Prasetyo, Purwanto, Rahmadwati. Abstrak Pompa air di dunia industri sudah umum digunakan sebagai aktuator

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam I. Tujuan 1. Mampu melakukan analisis kinerja sistem pengaturan posisi motor arus searah.. Mampu menerangkan pengaruh kecepatan

Lebih terperinci

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC PERCOBAAN 2 SISTEM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC 2.1. PRASYARAT Memahami komponen yang digunakan dalam praktikum sistem pengaturan kecepatan motor dc Memahami

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB II TEORI. Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran

BAB II TEORI. Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran BAB II TEORI II.. Sistem Kontrol Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran (Variabel,Parameter) agar berada pada suatu harga tertentu disebut dengan sistem control. Pengontrolan ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

Bab IV Pengujian dan Analisis

Bab IV Pengujian dan Analisis Bab IV Pengujian dan Analisis Setelah proses perancangan, dilakukan pengujian dan analisis untuk mengukur tingkat keberhasilan perancangan yang telah dilakukan. Pengujian dilakukan permodul, setelah modul-modul

Lebih terperinci

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC Dwiana Hendrawati Prodi Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH.,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Sutedjo ¹, Zaenal Efendi ², Dina Mursyida 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa D4 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan

Lebih terperinci

SIMULASI PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC BERBASIS PULSE WIDTH MODULATION (PWM)

SIMULASI PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC BERBASIS PULSE WIDTH MODULATION (PWM) SIMULASI PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC BERBASIS PULSE WIDTH MODULATION (PWM) Galuh Aji Remboko Jurusan Teknik Elektro. Universitas Dian Nuswantoro Semarang Galuhajiremboko@gmail.com INTI SARI PWM atau

Lebih terperinci

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan M O T O R D C Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut Ac Shunt Motor. Motor

Lebih terperinci

3/4/2010. Kelompok 2

3/4/2010. Kelompok 2 TEKNIK TENAGA LISTRIK KELOMPOK II Andinar (0906602401) Arwidya (0906602471) Christina (0906602499) Citra Marshal (0906602490) Kelompok 2 Christina M. Andinar H. Islamy Citra Marshal Arwidya Tantri A. 1

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC

Lebih terperinci

PENGATURAN KUAT CAHAYA PADA SOLATUBE MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS MIKROKONTROLER

PENGATURAN KUAT CAHAYA PADA SOLATUBE MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS MIKROKONTROLER PENGATURAN KUAT CAHAYA PADA SOLATUBE MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS MIKROKONTROLER Firman Dewan Saputra. 1, Dr. Ir. Purwanto, MT. 2, Ir. Retnowati, MT. 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro Univ. Brawijaya,

Lebih terperinci

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo,Surabaya

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo,Surabaya Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3ø dengan Kontrol PID melalui Metode Field Oriented Control (FOC) ( Rectifier, Inverter, Sensor arus dan Sensor tegangan) Denny Septa Ferdiansyah 1, Gigih Prabowo 2,

Lebih terperinci

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler...

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

CONVERSION. 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic

CONVERSION. 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic CONVERSION 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic Analog To Digital Converter Spesifikasi umum ADC : ADC tersedia dalam kemasan IC

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Jenis Motor DC Motor DC merupakan jenis motor yang paling sering digunakan di dalam dunia robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL DERIVATIF (PID) UNTUK MOTOR DC MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER

KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL DERIVATIF (PID) UNTUK MOTOR DC MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL DERIVATIF (PID) UNTUK MOTOR DC MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER Erwin Susanto Departemen Teknik Elektro, Institut Teknologi Telkom Bandung Email: ews@ittelkom.ac.id ABSTRACT

Lebih terperinci

1.1. Definisi dan Pengertian

1.1. Definisi dan Pengertian BAB I PENDAHULUAN Sistem kendali telah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Peranan sistem kendali meliputi semua bidang kehidupan. Dalam peralatan, misalnya proses

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG Satryo Budi Utomo, Universitas Jember

IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG Satryo Budi Utomo, Universitas Jember IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG 38 714 Abstrac Satryo Budi Utomo, Universitas Jember Satryo.budiutomo@yahoo.com Pressure Process Control of Trainer studying

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

A. Dasar Pengendalian Posisi Blok diagram kendali posisi kita adalah sebagai berikut

A. Dasar Pengendalian Posisi Blok diagram kendali posisi kita adalah sebagai berikut ANALOG SERVO MOTOR DC A. Tujuan praktikum: 1. Memahami prinsip dasar pengendalian posisi dan kecepatan pada motor DC 2. Memahami unjuk kerja pada saat transient dan steady state pada pengendalian kecepatan

Lebih terperinci

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika + 4 KAPASITOR, INDUKTOR DAN RANGKAIAN A 4. Bentuk Gelombang lsyarat (signal) Isyarat adalah merupakan informasi dalam bentuk perubahan arus atau tegangan. Perubahan bentuk isyarat terhadap fungsi waktu

Lebih terperinci

MOTOR INDUKSI 1. PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 2. JENIS JENIS MOTOR LISTRIK

MOTOR INDUKSI 1. PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 2. JENIS JENIS MOTOR LISTRIK MOTOR INDUKSI 1. PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK Dimana motor digunakan..?. Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

PERANCANGAN TRAINER PID ANALOG UNTUK MENGATUR KECEPATAN PUTARAN MOTOR DC

PERANCANGAN TRAINER PID ANALOG UNTUK MENGATUR KECEPATAN PUTARAN MOTOR DC Perancangan Trainer PID Analog untuk Mengatur Kecepatan (Subchan Mauludin dan Andi Kurniawan) PERANCANGAN TRAINER PID ANALOG UNTUK MENGATUR KECEPATAN PUTARAN MOTOR DC M. Subchan Mauludin 1*, Andi Kurniawan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI Sebelum Dipasang Filter

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI Sebelum Dipasang Filter BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI Sebelum Dipasang Filter Dengan asumsi bahwa kelistrikan di Gedung Direktorat TIK UPI seimbang maka dalam penggambaran bentuk

Lebih terperinci

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi Ana Ningsih 1, Catherina Puspita 2 Program Studi Teknik Mekatronika, Politeknik ATMI Surakarta 1 ana_n@atmi.ac.id, 2 apriliacatarina@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos 1. TUJUAN PERCOBAAN Praktikan dapat menguasai pemodelan sistem, analisa sistem dan desain kontrol sistem dengan software simulasi Scilab dan Scicos.

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG SISTEM KENDALI ANALOG DAN DIGITAL Disusun Oleh: SELLA MARSELIA NIM. 061330310905 Dosen Mata Kuliah : Ir. Siswandi, M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

Lebih terperinci

Universitas Medan Area

Universitas Medan Area BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Generator listrik adalah suatu peralatan yang mengubah enersi mekanis menjadi enersi listrik. Konversi enersi berdasarkan prinsip pembangkitan tegangan induksi

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI Kontrol Putaran Motor DC Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi Oleh: Andrik Kurniawan 130534608425 PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Perancangan Simulator Pengendalian Posisi Turret Pada Mobil Pemadam Kebakaran

Perancangan Simulator Pengendalian Posisi Turret Pada Mobil Pemadam Kebakaran Makalah Seminar Tugas Akhir Perancangan Simulator Pengendalian Posisi Turret Pada Mobil Pemadam Kebakaran Isma Candra Jati Kusuma*, Trias Andromeda, ST.MT**, Darjat, ST, MT.** Abstrak - Turret merupakan

Lebih terperinci

Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kendali Hybrid PID-Fuzzy

Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kendali Hybrid PID-Fuzzy ABSTRAK Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kendali Hybrid PID-Fuzzy Felix Pasila, Thiang, Oscar Finaldi Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya - Indonesia

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia APLIKASI PENGENDALI SUHU RUANGAN DENGAN KONTROLER LOGIKA FUZZY BERBASIS MIKROKONTROLER AVR-ATMEGA 328 Diyan Agung W. 1, Ir. Purwanto MT. 2, Ir.Bambang Siswojo MT. 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro Univ. Brawijaya,

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 1 SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 Muhamad Faishol Arif, Pembimbing 1: Erni Yudaningtyas, Pembimbing 2: Rahmadwati. Abstrak Hampir seluruh industri didunia saat ini memanfaatkan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI GENERATOR DC

KONSTRUKSI GENERATOR DC KONSTRUKSI GENERATOR DC Disusun oleh : HENDRIL SATRIYAN PURNAMA 1300022054 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2015 I. DEFINISI GENERATOR DC Generator

Lebih terperinci

BAB II DASAR SISTEM KONTROL. satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu

BAB II DASAR SISTEM KONTROL. satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu BAB II DASAR SISTEM KONTROL II.I. Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1. Skema Buck Converter [5]... 7 Gambar 2. 2. Buck Converter: Saklar Tertutup [5]... 7 Gambar 2. 3. Buck Converter: Saklar Terbuka [5]... 8 Gambar 2. 4. Rangkaian Boost Converter

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB II LANDASAN SISTEM BAB II LANDASAN SISTEM Berikut adalah penjabaran mengenai sistem yang dibuat dan teori-teori ilmiah yang mendukung sehingga dapat terealisasi dengan baik. Pada latar belakang penulisan sudah dituliskan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi alat sehingga memudahkan menganalisa rangkaian. Pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran

Lebih terperinci

Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy

Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy Ainur Rofiq N ¹, Irianto ², Cahyo Fahma S 3 1 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kontrol PID (Proportional Integral Derivative)

Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kontrol PID (Proportional Integral Derivative) Vol. 2, 2017 Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kontrol PID (Proportional Integral Derivative) Rosalina *, Ibnu Qosim, Mohammad Mujirudin Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan KEGIATAN BELAJAR 7 KENDALI MOTOR DC A. Tujuan 1. Mahasiswa memahami penerapan switching dengan rangkaian H-bridge pada motor DC 2. Mahasiswa memahami pengontrolan arah dan kecepatan motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Motor listrik adalah mesin listrik yang mengubah energi listrik ke energi

BAB I PENDAHULUAN. Motor listrik adalah mesin listrik yang mengubah energi listrik ke energi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor listrik adalah mesin listrik yang mengubah energi listrik ke energi mekanik. Motor listrik merupakan salah satu realisasi dari kaidah gaya Lorentz. Apabila muatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 3 PEDOMAN UMUM... 3 PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 3 PEDOMAN UMUM... 3 PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 3 PEDOMAN UMUM... 3 PERCOBAAN 1... 5 1. Teori Dasar... 5 2. Prosedur Percobaan... 6 3. Ringkasan... 7 PERCOBAAN 2... 8 1. Teori Dasar... 8 2. Prosedur Percobaan...

Lebih terperinci

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1 TOPIK 12 MESIN ARUS SEARAH Suatu mesin listrik (generator atau motor) akan berfungsi bila memiliki: (1) kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet; (2) kumparan jangkar, untuk mengimbaskan ggl pada

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN SISTEM

IV. PERANCANGAN SISTEM SISTEM PENGATURAN KECEPATAN PUTARAN MOTOR PADA MESIN PEMUTAR GERABAH MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DEFERENSIAL (PID) BERBASIS MIKROKONTROLER Oleh: Pribadhi Hidayat Sastro. NIM 8163373 Jurusan

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI DIGITAL

SISTEM KENDALI DIGITAL SISTEM KENDALI DIGITAL Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan tanggapan sistem yang diharapkan. Jadi harus ada

Lebih terperinci

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Kalau perlu mendesain sinyal level meter, histeresis pengatur suhu, osilator, pembangkit sinyal, penguat audio, penguat

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI

BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI Bab 1 ini berisi tentang konsep kendali dan terminologi yang dipakai dalam pembahasan tentang sistem kendali. Uraiannya meliputi pengertian kendali, sistem kendali,

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-51 Application Note AN116 DC Motor Speed Control using PID Oleh: Tim IE, Yosef S. Tobing, dan Welly Purnomo (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Sistem kontrol dengan metode PID (Proportional Integral

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan membahas tentang pemodelan perancangan sistem, hal ini dilakukan untuk menunjukkan data dan literatur dari rancangan yang akan diteliti. Selain itu, perancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Mesin Induksi 2.1.1 Motor Asinkron Motor adalah sebuah peralatan listrik yang mengubah energi listrik sebagai input-nya menjadi energi mekanik pada output-nya. Salah satu jenis

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN SENSOR ENCODER DENGAN KENDALI PI

PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN SENSOR ENCODER DENGAN KENDALI PI PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN SENSOR ENCODER DENGAN KENDALI PI Jumiyatun Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tadolako E-mail: jum@untad.ac.id ABSTRACT Digital control system

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik 1 Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik Pada motor DC berlaku persamaan-persamaan berikut : V = E+I a Ra, E = C n Ф, n =E/C.Ф Dari persamaan-persamaan diatas didapat : n = (V-Ra.Ra) / C.Ф

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI WATER LEVEL CONTROL SYSTEM BERBASIS PC OLEH: I MADE BUDHI DWIPAYANA NIM

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI WATER LEVEL CONTROL SYSTEM BERBASIS PC OLEH: I MADE BUDHI DWIPAYANA NIM TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI WATER LEVEL CONTROL SYSTEM BERBASIS PC UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNDIKSHA OLEH: I MADE BUDHI DWIPAYANA NIM. 0605031010

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN TERPISAH DENGAN PERUBAHAN BEBAN DAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LABVIEW 2010

UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN TERPISAH DENGAN PERUBAHAN BEBAN DAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LABVIEW 2010 UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN TERPISAH DENGAN PERUBAHAN BEBAN DAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LABVIEW 2010 SKRIPSI HENDRY SUBRATA 0906602692 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt

Lebih terperinci

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN Dwiana Hendrawati Prodi Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL Sutedjo ¹, Rusiana², Zuan Mariana Wulan Sari 3 1 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

Air menyelimuti lebih dari ¾ luas permukaan bumi kita,dengan luas dan volumenya yang besar air menyimpan energi yang sangat besar dan merupakan sumber

Air menyelimuti lebih dari ¾ luas permukaan bumi kita,dengan luas dan volumenya yang besar air menyimpan energi yang sangat besar dan merupakan sumber PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN MENGGUNAKAN DINAMO SEPEDA YOGI SAHFRIL PRAMUDYA PEMBIMBING 1. Dr. NUR SULTAN SALAHUDDIN 2. BAMBANG DWINANTO, ST.,MT Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang merubah enargi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Hampir pada semua prinsip pengoperasiannya,

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci