UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN TERPISAH DENGAN PERUBAHAN BEBAN DAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LABVIEW 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN TERPISAH DENGAN PERUBAHAN BEBAN DAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LABVIEW 2010"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN TERPISAH DENGAN PERUBAHAN BEBAN DAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LABVIEW 2010 SKRIPSI HENDRY SUBRATA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DEPOK JANUARI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN TERPISAH DENGAN PERUBAHAN BEBAN DAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LABVIEW 2010 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Teknik HENDRY SUBRATA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DEPOK JANUARI

3 3

4 4

5 KATA PENGANTAR Dengan rahmat Allah SWT. Saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Elektro pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya sadari tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi saya menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan moral dan material; 2) Dr. Ir. Ridwan Gunawan MT, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan saya dalam skripsi ini; 3) Denna Maulana Achmad, atas diskusi dan dukungan moral selama pengerjaan skripsi; Akhir kata, semoga Yang Maha Pengasih membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu saya. Depok, 24 Januari 2012 Penulis 5

6 6

7 ABSTRAK Nama : Hendry Subrata NPM : Program Studi : S1 Ekstensi Teknik Elektro Judul : Pengendalian Kecepatan Motor Arus Searah Penguatan Terpisah Dengan Perubahan Beban dan Menggunakan Perangkat Lunak Labview 2010 Skripsi ini membahas mengenai karakteristik dari motor arus searah eksitasi terpisah yang akan digunakan dalam pengendalian kecepatan dengan beban berubah. Untuk pengendalian kecepatan, digunakan sistem pengendalian PID. Input untuk pengendali berupa persen error antara setpoint dan process variable. Persen error ini digunakan sebagai input pengendali, yang nantinya keluaran pengendali akan berupa persen duty-cycle untuk PWM (Pulse Width Modulation). Ketika motor mengalami perubahan beban, akan ada perubahan pada kecepatan terbaca (process variable), pengendali akan mengatur sinyal tegangan motor agar kembali pada kecepatan yang diinginkan atau stabil pada setpoint. Kata kunci: Motor arus searah, setpoint, process variable, PID, persen error, duty-cycle, PWM (Pulse Width Modulation). 7

8 ABSTRACT Name : Hendry Subrata NPM : Study Program: S1 Extention Electrical Engineering Title : The speed Controll of Direct Current Motor with Separated Exitation and Variable Loads Using The Labview 2010 Software. This skripsi will discuss about characteristic of direct current motor with separated excitation that will be uses to speed control with changing load. For speed control, PID control will be used. The input for controller is a percent error between setpoint and process variable. This percent error be used as controller input, so the output of controller is percent duty-cycle for (Pulse Width Modulation). When motor having changing load, there will be a different desired speed (process variable), the controller have to set the signal voltage of motor in order to restore into stable setpoint Keywords: direct current motor with separated excitation, setpoint, process variable, PID, persent error, duty-cycle, PWM (Pulse Width Modulation). 8

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii HALAMAN PENGESAHAN iv KATA PENGANTAR.v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..vi ABSTRAK.vii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR..xi DAFTAR TABEL.xiv DAFTAR LAMPIRAN..xv 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Batasan Masalah Metoda Penulisan Sistematika Penulisan TEORI DASAR Motor Arus Searah Prinsip Kerja Motor Arus Searah Persamaan Ekivalen Rangkaian Dan Torsi Elektromagnetik PWM (Pulse Width Modulation).11 9

10 2.3 Sistem Pengendalian Kendali Proporsional Kendali Integral Kendali Derivatif Spesifikasi Respon Transien PERANCANGAN SISTEM Perancangan Dinamis dan Motor Arus Searah Dengan Beban Torsi Blok Diagram Sistem DATA DAN ANALISA Respon Motor Dengan Pengendali Respon Motor Dengan Pengendali PI Respon Motor Dengan Pengendali PID Respon Motor Terhadap Perubahan Beban Perubahan Beban Dengan Pengendali PI Perubahan Beban Dengan Pengendali PID KESIMPULAN.43 DAFTAR PUSTAKA 45 10

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Konduktor yang dilalui arus listrik.. 3 Gambar 2.2. Sebuah kawat listrik di dalam medan magnet.4 Gambar 2.3 Kawat jangkar/armature pada motor arus searah.5 Gambar 2.4 Gaya yang dihasilkan dari medan magnet terhadap arus.5 Gambar 2.5 Skematik mekanis motor arus searah...6 Gambar 2.6. Rangkaian ekivalen motor arus searah 8 Gambar 2.7 Gelombang carrier triangular pada modulasi PWM dengan duty cycle 0% dan 100%...12 Gambar 2.8 Gelombang carrier triangular dan sinyal PWM untuk duty cyle 80%...12 Gambar 2.9. Gelombang carrier triangular dan sinyal PWM untuk duty cyle 95%...13 Gambar Gelombang carrier triangular dan sinyal PWM untuk duty cyle 5%...13 Gambar spektrum sinyal PWM dengan duty cycle 25%...13 Gambar Metoda pengendalian sinyal kecepatan motor arus searah.14 Gambar 2.13 konfigurasi keluaran analog drive untuk motor arus searah 15 Gambar 2.14 keadaan rangkaian ketika transistor diaktifkan untuk setengah daya yang diperlukan..15 Gambar 2.15 Kurva unit step yang menunjukkan t d, t r, t p, M p, dan t s 19 11

12 Gambar 3.1 Skema motor arus searah dengan eksitasi terpisah 22 Gambar 3.2 Blok diagram tegangan sumber..23 Gambar 3.3 Blok diagram pengaruh torsi terhadap kecepatan..24 Gambar 3.4 Blok diagram persamaan tegangan armature.24 Gambar 3.5 Blok diagram motor/plant..25 Gambar 3.6 Blok diagram perancangan sistem.. 26 Gambar 4. 1Blok diagram motor arus searah dengan input step...29 Gambar 4.2 Karakteristik respon terhadap bidang s..30 Gambar 4.3 Karakteristik motor tanpa pengendali Gambar 4.4 Sistem Pengendalian PI Closed-Loop 32 Gambar 4.5 Hasil respon motor dengan pengendali PI 33 Gambar 4.6 Sistem Pengendalian PID Closed-Loop.35 Gambar 4.7 Blok diagram pengendalian motor terhadap perubahan beban dengan pengendali PI.36 Gambar 4.8 Respon motor terhadap perubahan beban dengan pengendali PI...38 Gambar 4.9 Respon motor terhadap pengendali PI dengan range kecepatan 90 rad/detik hingga115 rad/detik...39 Gambar 4.10 Blok diagram pengendalian motor terhadap perubahan beban dengan pengendali PID..40 Gambar 4.11 Respon motor terhadap perubahan beban dengan pengendali PID..41 Gambar 4.12 Respon motor terhadap pengendali PID pada range kecepatan 12

13 90 rad/detik hingga110 rad/detik

14 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Spesifikasi motor arus searah. 29 Tabel 4.2 Karakteristik respon transien motor tanpa pengendali...32 Tabel 4.3 Karakteristik respon transien motor dengan pengendali PI Tabel 4.4 Karakteristik respon transien motor dengan pengendali PID 36 14

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Front Panel Program Labview...46 Lampiran 2. Program Labview

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motor arus searah banyak digunakan pada konveyer, lift, kereta api listrik, pemutar kaset, dan aplikasi robotika. Secara garis besar ada dua jenis motor arus searah, eksitasi terhubung dan eksitasi terpisah. Pada eksitasi terpisah dibutuhkan sumber arus searah terpisah untuk menghasilkan medan magnet. Pemisahan ini menyebabkan pengendalian kecepatan difokuskan pada sinyal tegangan sumber yang akan menghasilkan arus armatur. Besarnya sinyal tegangan yang dihasilkan bergantung pada kecepatan yang diinginkan dan beban torsi yang harus dibawa motor. Pada beberapa kegunaan, diperlukan suatu bentuk nilai kecepatan yang berbeda-beda dengan beban yang bervariasi pula. Sehingga tidak bisa bila penggunaan motor arus searah hanya disambungkan dengan sumber tegangan. Kalaupun hanya dihubungkan dengan sumber tegangan tanpa adanya pengaturan sinyal tegangan, didapat motor yang berputar dengan kecepatan maksimum dan ketika terjadi pembebanan, kecepatan akan berkurang, oleh karena itu diperlukan sebuah pengendalian yang dapat mengatur kestabilan kecepatan walaupun motor mengalami perubahan beban secara tiba-tiba. Secara teknis, pengendali disini selain bertugas untuk mengatur kecepatan juga mengharuskan motor dapat mempercepat respon dari motor untuk mencapai kecepatan yang diinginkan, atau setpoint. dimisalkan pada lift, motor bergerak dengan kecepatan lift 0.5 m/detik. Beban yang harus dibawa motor arus searah bergantung dari berat total pengguna lift yang ada, sehingga diperlukan pengaturan kecepatan terhadap beban yang berubah-ubah. Jadi tidak diinginkan lift bergerak dengan kecepatan yang tidak konstan bergantung pada jumlah pengguna lift. 1.2 Tujuan Penulisan a. Membuat perencanaan sistem pengendali kecepatan motor arus searah eksitasi terpisah dengan perubahan beban 16

17 b. Membuat simulasi pengendalian kecepatan motor arus searah eksitasi terpisah yang memiliki perubahan beban 1.3 Batasan Masalah a. Karakteristik motor arus searah eksitasi terpisah dengan spesifikasi 100-Hp 240 V b. Proses perancangan sistem pengendalian c. Menganalisa respon kecepatan motor pada pengendali PI dan PID d. Menganalisa pengaruh kecepatan motor arus searah terhadap perubahan beban 1.4 Metoda Penulisan Dalam penyusunan laporan ini, dilakukan dengan studi literatur dari buku-buku pustaka, artikel/makalah penelitian, dan hasil konsultasi dengan dosen pembimbing Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berupa pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, metoda penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua membahas teori dasar dari motor arus searah, pulse width modulation (PWM) dan sistem pengendali. Bab tiga menjelaskan mengenai perancangan dinamis dan karakteristik motor arus searah eksitasi terpisah, perancangan sistem pengendalian. Pada bab empat berisi data dan analisa karakteristik motor arus searah, respon motor tanpa perubahan beban dengan pengendalian dan respon motor terhadap perubahan beban dengan pengendalian. Bab lima berisi kesimpulan dari keseluruhan teori yang didapat dan dibuktikan dengan hasil simulasi 17

18 BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Motor Arus Searah Motor arus searah banyak sekali dipakai untuk aplikasi elektronik seperti: pemutar kaset, pemutar piringan magnetik di harddisk komputer, kipas pendingin komputer, dan tentu saja mainan legendaris tamiya menggunakan motor arus searah. Tentu saja untuk keperluan-keperluan yang berdaya besar, motor arus searah masih dipakai pada aplikasi tertentu seperti kereta api listrik.[1] Prinsip Kerja Motor Arus Searah Pada dasarnya, motor arus searah merupakan suatu transduser yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Proses konversi ini terjadi melalui medan magnet. Gambar 2.1. Konduktor yang dilalui arus listrik Ketika arus I melalui sebuah konduktor, akan dihasilkan garis-garis gaya magnet (fluks) B. Arah dari fluks bergantung pada arah arus yang mengalir atau dimana terjadi perbedaan potensial tegangan. Untuk mempermudah arah medan magnet digunakan kaidah tangan kanan gaya Lorentz sebagai penentuan arahnya. 18

19 Gambar 2.2. Sebuah kawat listrik di dalam medan magnet Bila sebuah konduktor tadi diletakkan diantara dua buah magnet yang memiliki kutub berlawanan. Fluks magnet (B 1 ) yang dihasilkan konduktor akan mengalami perlawanan atau kesearahan dari medan magnet (B 2 ) yang dihasilkan magnet pemanen, bergantung dari arah medan magnet dari konduktor. Di saat medan magnet konduktor (B 1 ) berada disebelah kanan gambar, akan mengalami penguatan arah medan magnet, karena adanya arah medan magnet pemanen (B 2 ) juga kekanan atau menjadi searah, sedangkan untuk medan magnet konduktor (B 2 ) yang berada disebelah kiri, akan mengalami perlawanan arah medan magnet dari magnet permanen, sehingga terjadi pelemahan.[2] Pada motor arus searah, fenomena ini digunakan sebagai dasar penggerak motor. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar

20 Gambar 2.3 Kawat jangkar/armature pada motor arus searah Ketika kawat konduktor dialiri arus, konduktor akan bergerak didalam kumparan medan magnet dan menimbulkan gaya gerak listrik yang merupakan reaksi lawan terhadap tegangan sumber. Agar proses perubahan energi mekanik tersebut dapat berlangsung secara sempurna, maka tegangan sumber harus lebih besar dari pada tegangan gerak yang disebabkan reaksi lawan. Dengan memberi arus pada kumparan jangkar yang dilindungi oleh medan maka menimbulkan perputaran pada motor. Sehingga terjadilah gaya yang akan memutar jangkar/armatur tersebut.[2] Gambar 2.4 Gaya yang dihasilkan dari medan magnet terhadap arus 20

21 F = i x B L (2.1) Dengan: F = Gaya Lorentz (Newton) B = Kerapatan fluks (Tesla) i = Arus (ampere) L = Panjang konduktor kawat (meter) Gambar 2.5 Skematik mekanis motor arus searah[1] Gerak atau putaran yang dihasilkan oleh motor arus searah diperoleh dari interaksi dua buah medan yang dihasilkan oleh bagian jangkar/armatur dan bagian medan (field) dari motor arus searah. Pada gambar ilustrasi diatas, bagian medan berbentuk suatu kumparan yang terhubung ke sumber arus searah. Sedangkan bagian jangkar ditunjukkan sebagai magnet permanen (U-S), bagian jangkar ini tidak harus berbentuk magnet permanen, bisa juga berbentuk belitan yang akan menjadi elektro-magnet apabila mendapatkan sumber arus searah. Sehingga apabila motor arus searah berjenis jangkar belitan, maka kita harus menyediakan dua sumber arus searah, satu untuk bagian jangkarnya, satu lagi untuk bagian medannya. Bagian lain yang tidak kalah penting pada motor arus searah adalah adanya komutator (comutator) yang berpasangan dengan cincin 21

22 belah (slip rings). Perpasangan ini menjadikannya suatu konverter mekanik yang membuat arus dari sumber mengalir pada arah yang tetap walaupun belitan medan berputar[1] Perputaran kawat konduktor tadi akan menimbulkan sebuah gaya gerak listrik (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran dan sebanding terhadap kecepatan putaran (ω m ) pada motor dan flux per kutub (Φ d ). GGL atau biasa disebut tegangan induksi e bernilai negatif, karena polaritasnya selalu berlawanan dengan tegangan sumber (v).[4] Persamaan tegangan induksi: e PZ 2aπ Φ ω 2.2 Dengan : e a a P Z ω m = Tegangan induksi (GGL) = jumlah bagian paralel pada lilitan = Jumlah kutub = Jumlah konduktor = Kecepatan putar perdetik (rad/s) Φ d = Medan fluks (Weber) Jumlah konduktor (Z), jumlah kutub (P), dan 2π bernilai konstan, maka bisa diasumsikan sebagai konstanta armatur (K a ), sehingga persamaan tegangan induksinya (e a ) menjadi: e a = K a Φ d ω m (2.3) Persamaan Ekivalen Rangkaian dan Torsi Elektromagnetik 22

23 Pada dasarnya rangkaian ekivalen motor arus searah berdasarkan resistansi armature (R a ), induktansi dalam (L a ), tegangan induksi (e a ). Pada motor, input yang berupa energi listrik akan terkonversi menjadi energi mekanik dalam bentuk torsi (T) dan kecepatan putar (ω m ). [4] Gambar 2.6. Rangkaian ekivalen motor arus searah [4] v e R i L di dt 2.4 Dengan : v = Tegangan sumber (Volt) e a = Tegangan induksi (Volt) R a = Resistansi armatur (Ohm) i a = Arus armatur (Ampere) L a = Induktansi dalam armature (Henry) Dalam keadaan steady state, arus armature bersifat konstan dan rasio perubahan arus armatur adalah nol, sehingga persamaan tegangan armatur (v) menjadi: 23

24 v e R i 2.5 Untuk mengetahui daya yang diambil motor, persamaan tegangan armatur (v) 2.5 dikalikan dengan arus armatur (i a ) : v i a = e a i a + R a i a 2 (2.6) Dengan : v i a = Daya sumber atau P a (Watt) e a i a = Daya efektif atau P e (Watt) 2 R a i a = copper losses (Watt) Daya efektif (P e ) adalah daya yang dikonversikan menjadi daya mekanik (P m ) pada motor. Dengan mengasumsikan rugi-rugi gesekan dan angin tidak ada atau nol. Daya mekanik (P m ) terjadi dalam bentuk torsi elektromagnetik dan kecepatan. P m = T ω m (2.7) Jadi daya elektrik (P e ) yang dikonversikan menjadi daya mekanis( P m ) : P e = P m (2.8) e a i a = T ω m [3] (2.8a) tegangan induksi (e a ) disubstitusikan dengan persamaan tegangan induksi (e a ). K a Φ d ω m i a = T ω m (2.8b) K a Φ d i a = T (2.9) Jika fluks (Φ d ) bernilai konstan, maka konstanta armatur (K a ) dan fluks (Φ d ), menjadi konstanta baru atau konstanta magnetik (K m ). dan persamaan torsi (T) 2.9 dan persamaan tegangan induksi (e a ) 2.3 menjadi : 24

25 T = K m i a (2.10) e a = K m ω m (2.11) sewaktu periode konduksi arus armatur, energi listrik mengalir pada rangkaian armature, interaksi dari arus dan medan fluks menghasilkan torsi elektromagnetik (T) bersifat positif, sedangkan jika ada pembebanan, disebut torsi beban (T L ). Motor yang mendapat suplai beban energi sewaktu periode perputaran memiliki energi kinetik. T J dω dt 2.12 Induksi armatur yang bertindak sebagai reservoir dari energi listrik sewaktu periode konduksi. Armatur dan beban inersia (J) bertindak sebagai reservoir dari energi mekanis sewaktu periode perputaran motor. Ketika perputaran celah udara (air-gap) torsi bernilai nol, persamaan differensial yang menggambarkan kecepatan motor, sebagai berikut : [3] J dω dt B ω Dimana diasumsikan beban torsi sebanding dengan kecepatan. Kecepatan motor dalam hal kecepatan awal (ω m0 ) menjadi: ω ω / L 2.14 Dan konstanta waktu mekanis (τ L ) motor: τ L J B

26 2.2 Pulse Width Modulation (PWM) Pulse with modulation atau PWM adalah sebuah metoda yang digunakan untuk mengkondisikan sinyal keluaran atau hasil proses dari sebuah kontroler dalam bentuk kondisi on-off,. Lebar pulsa on dan off bergantung pada sinyal sistem pengendali, jika respon yang dihasilkan plant jauh lebih kecil dari setpoint, dapat dipastikan PWM akan menghasilkan sinyal on lebih lebar daripada sinyal off, begitupun sebaliknya. Gelombang yang dihasilkan berbentuk gelombang kotak, jika gelombang tersebut divariasikan, keluaran dari siklus kerja (duty cycle) bisa didapat gelombang-gelombang kotak yang bervariasi dan bila dirata-ratakan menjadi gelombang yang bermacam-macam misalnya sinus, segitiga, dan sebagainya.[4] Duty cycle didefinisikan sebagai : duty cycle Ton Ton Toff 2.16 Dengan: Ton = Waktu aktif atau on (Detik atau %) Toff = Waktu pasif atau off (Detik atau %) Untuk memudahkan dalam penerapan, terkadang siklus kerja direpresentasikan dalam bentuk persen. Keadaan siklus kerja penuh atau aktif seluruhnya dinotasikan dalam 100%. Tinggal diatur berapa persentasi on atau off yang diperlukan dalam range 0% hingga 100%. Misalkan siklus kerja 56%, menandakan waktu on dari sistem adalah 56% dan waktu off 44%. Salah satu cara yang paling sering digunakan untuk menghasilkan gelombang rektangular terhadap varian duty cycle adalah carrier-based PWM. Yaitu dengan membandingkan sinyal control dengan gelombang segitiga atau triangular. Gambar 2.5 menunjukkan contoh gelombang triangular dengan repetisi frekuensi 10kHz. Perbandingan sinyal ini, sengan sinyal referensi, sebuah sinyal 26

27 PWM yang memiliki duty cycle 0% dan 100% dihasilkan. Karena carrier triangular, hubungan level referensi dan duty cycle adalah linier. Dengan : Gambar 2.7 Gelombang carrier triangular pada modulasi PWM Frekuensi switching (Fs) = 10kHz t = 0 µs, 0.1 µs, 300 µs Gelombang Triangular t : dengan duty cycle 0% dan 100% [4] a cos cos 2 π. Fs. t π 2.17 Gambar 2.8 Gelombang carrier triangular dan sinyal PWM untuk duty cyle 80% [4] 27

28 Gambar 2.9. Gelombang carrier triangular dan sinyal PWM untuk duty cyle 95% [4] Gambar Gelombang carrier triangular dan sinyal PWM untuk duty cyle 5% [4] Gambar spektrum sinyal PWM dengan duty cycle 25% [4] 28

29 Gambar 2.7 menunjukan sinyal PWM dengan duty cycle 80% dibuat. Metode ini bekerja dengan baik pada range duty cycle 5-95% seperti yang digambarkan pada gambar 2.8 dan 2.9. bagaimanapun, jika sinyal referensi mencapai 100% atau jatuh 0%, dapat menyebabkan sinyal PWM selalu ON atau OFF terus menerus, hal ini dinamakan overmodulasi. Overmodulasi dapat diabaikan dengan cara menyesuaikan kondisi dari sinyal kontrol. Sebagai tambahan, sinyal kontrol yang menghasilkan sinyal PWM dalam duty cycle 99% sebagai ON dan 1% sebagai OFF, perubahannya mungkin tidak akan pernah menyentuh daerah berlawanan dan membuang sebuah waktu dalam pentransisian. Karena itu, sangat disarankan untuk membatasi sinyal kontrol ke dalam sebuah range, sehingga mencegah overmodulasi pada pulsa sinyal yang rumit. [4] Pada kendali kecepatan, terjadi sesuatu yang tidak akurat, karena secara teknis energi listrik dikonversi dalam bentuk torsi, bukan kecepatan. Lebih jelasnya kecepatan presisi ditentukan oleh torsi motor dan beban mekanis, atau kecepatan bertambah jika tegangan sumber diperbesar. Motor arus searah dapat dijalankan dengan sebuah rangkaian interface, dimana sinyal kecil dari pengendali dikonversi menjadi sinyal besar. Selain PWM ada cara klasik, yaitu analog drive. Penguat daya linier digunakan dalam metoda ini, sinyal dari pengendali diperkuat secara linier agar didapat tegangan analog yang linier pula.[6] (a) (b) Gambar Metoda pengendalian sinyal kecepatan motor arus searah; (a) analog drive; (b) PWM drive[6] Pada Penguat linier ini digunakansebuah penguat daya transistor. Rangkaian yang digunakan bisa common emitter (CE), yang mana terjadi penguatan tegangan dan arus, atau common collector (CC) yang hanya terjadi penguatan arus. 29

30 (a) (b) Gambar 2.13 konfigurasi keluaran analog drive untuk motor arus searah; (a) common emitter (CE); (b) common collector (CC) [5] Teori yang digunakan pada gambar 2.13 hampir sama, ketika tegangan base (VB) diperbesar, transistor mulai aktif dan dialirkan arus pada kolektor (IC). Arus kolektor kali lebih besar dari arus basis (IB), tergantung penguatan dari transistor (hfe). Sewaktu transistor dihidupkan, IC diperbesar dengan VB yang kurang lebih linier, kemudian IC mengalir ke motor, yang mana arus untuk motor dihasilkan. Kekurangan pada rangkaian ini adalah amplifier kelas A sangat tidak efisien.[6] Gambar 2.14 keadaan rangkaian ketika transistor diaktifkan untuk setengah daya yang diperlukan [6] 30

31 Dimisalkan pada kasus motor dihubungkan dengan sumber 12-V, 2-A seperti gambar disaat transistor aktif terus menerus atau bersifat closed-switch, seluruh tegangan 12 V diberikan pada motor, ketika setengah dihidupkan, akan bersifat seperti resistor yang diserikan pada motor, mengurangi setengah IC atau 1 A. Sekarang, hanya 6 V yang diberikan ke motor untuk putaran dan 6 V lagi diberikan ke transistor dalam bentuk panas. Untuk motor kecil, rugi-rugi ini masih bisa diterima, tetapi untuk motor besar atau motor yang dijalankan dengan baterai, diperlukan keefisiensian yang tepat.[6] 2.3 Sistem Pengendalian Sebuah pengendali membandingkan nilai yang terbaca atau PV (process variable) dari keluaran plant dengan nilai referensi atau SP (setpoint), deviasi nilai ini disebut error. Sinyal yang dihasilkan pengendali berguna untuk mengurangi deviasi ke nol (zero) atau menghasilkan nilai deviasi (error) yang kecil. [9] e (t) = SP PV (2.18) nilai error e (t) ini, disubstitusikan pada persamaan pengendali u(t), e 1 T 2.19 e T 2.20 e Dengan: e (t) : Error SP : Setpoint PV : Process Variable

32 u(t) : Keluaran pengendali K p : Penguat atau gain K d : Konstanta derivatif (Kp.Td) Ki : Konstanta integrator (Kp. Ti) T i : waktu integral atau reset time T d : waktu derivatif atau rate time Pada sub bab ini, dijelaskan mengenai parameter proporsional, integral, dan derivatif terhadap respon dari plant Kendali Proporsional Untuk pengendali dengan aksi kendali proporsional, hubungan antara keluaran dari pengendali u(t) dan aktuasi sinyal error e(t) adalah: u P (t) = K p e(t) (2.22) atau dalam bentuk transformasi Laplace, 2.23 Dimana, K p adalah proporsional gain. Apapun mekanisme aktual yang mungkin terjadi dan apapun bentuk pengoperasian daya, pengendali proporsional secara esensial adalah amplifier dengan penguat yang disesuaikan.[9] Kendali Integral Didalam sebuah pengendali dengan aksi kendali integral, nilai dari keluaran pengendali u(t) berubah dalam rasio proporsional terhadap aktuasi sinyal error e(t), oleh karena itu,[9] 2.24 Atau, 32

33 2.24 Dimana K i adalah konstanta yang disesuaikan. Fungsi transfer dari pengendali integral adalah 2.25 Jika sinyal error e(t) adalah nol, maka nilai keluaran pengendali u(t) tidak berubah (stationary) Kendali Derivatif Ketika kendali derivatf ditambahkan pada kendali proporsional, akan dihasilkan sebuah pengendali yang sangat sensitive. Keuntungan dari penggunaan kendali derivatif adalah merespon terhadap perubahan aktuasi error dan dapat menghasilkan pengkoreksian yang signifikan sebelum magnitude dari aktuasi error menjadi terlalu besar.[5] 2.26 Dalam transformasi Laplace, 2.27 Kendali derivatif mengantisipasi aktuasi error, aksi koreksi inisiasi awal, dan menjaga kestabilan sistem. [5] 2.4 Spesifikasi Respon Transien Dalam banyak kasus, tampilan dari karakteristik sistm kendali dispesifikasikan pada domain waktu. Sistem dengan penyimpanan energi (energy storage) tidak bisa merespon secara instan dan akan menampilkan respon transien kapanpun disubyeksikan terhadap input atau disturbance. Sering kali, 33

34 karakteristik tampilan dari sistem kendali yang dispesifikasikan dalam transien respon terhadap input unit step, karena mudah untuk ditampilkan dan cukup drastis, jika respon terhadap input step diketahui, maka secara matematis dimungkinkan untuk menghitung rspon terhadap berbagai input.[5] Pada sistem kendali respon transien, seringkali sistem mengalami osilasi teredam (damped) sebelum keadaan steady-state tercapai. Dalam karakteristik respon transien sistem kendali terhadap input unit step, terdapat beberapa spesifikasi, berikut adalah gambar kurva respon dan penjelasannya: Gambar 2.15 Kurva unit step yang menunjukkan t d, t r, t p, M p, dan t s [4] Delay time, t d Delay time adalah waktu yang dibutuhkan respon untuk mencapai setengah dari nilai akhir (final value) pada saat pertama kali Rise time, t r Rise time adalah waktu yang dibutuhkan respon untuk naik dari 10% ke 90%, 5% ke 95%, atau 0% ke 100% dari nilai akhir. Peak time, t p 34

35 π t ω 1 ζ Dengan: t p = Peak time (detik) ω n = frekuensi alami tidak teredam ζ = rasio peredaman 2.28 Peak time adalah waktu yang diperlukan respon untuk mencapai puncak pertama overshoot. Bila dalam sebuah proses terjadi respon awal yang lebih besar dari setpoint, waktu terjadi respon yang besar itulah disebut peak time. Maximum overshoot, M p / x 100% 2.29 Dengan : M p = Maksimum overshoot (%) ζ = rasio peredaman Maximum overshoot adalah nilai puncak overshoot maksimum kurva respon dalam bentuk persen Settling timg, t s Settling time adalah waktu yang dibutuhkan kurva respon untuk mencapai nilai akhir dan memiliki range tetap terhadap nilai akhir, biasanya 2% atau 5%. Jika diambil nilai 2% maka matematis time samplingnya: 4 ω 2.30 Nilai konstanta 4, bergantung dari nilai toleransi setpoint yang diinginkan, untuk 2% adalah 4 dan untuk 5% adalah 3.[5] 35

36 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Dinamis Motor Arus Searah Dengan Beban Torsi Pada bab ini akan dijelaskan perencanaan sistem secara keseluruhan. motor yang diberi tegangan akan dihasilkan torsi untuk memutar motor, ketika motor diberi beban, torsi diharuskan memutar motor dengan membawa beban, sehingga kecepatan motor akan berkurang. Hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan sistem pengendali yang akan mengubah-ubah sinyal tegangan pada motor. Besarnya sinyal tegangan tersebut bergantung pada besarnya beban yang harus diputar motor. Jika beban motor besar, maka diperlukan torsi yang lebih besar untuk menjaga kecepatan motor tetap stabil, disinilah sinyal tegangan akan diperbesar oleh pengendali. Sebaliknya, jika motor yang telah diberi beban, lalu secara tiba-tiba beban tersebut dibuang atau hilang, maka motor akan mengalami kecepatan yang lebih besar, karena sinyal tegangan yang diberikan pengendali pada motor untuk memberikan torsi yang sanggup memutar motor sesuai kecepatan yang dinginkan. Torsi motor dapat diperbesar dengan memberikan arus yang besar atau tegangan yang lebih tinggi atau digunakan sebuah sistem PWM (Pulse Width Modulation) yang akan memberikan sinyal on-off. Frekuensi sinyal motor yang sangat cepat ini, membuat motor seakan-akan bekerja dengan tegangan tertentu. Dimisalkan motor diberi tegangan 100 volt, tetapi dalam bentuk 50% duty-cycle, yang akan terjadi motor tidaklah bergerak tersendat-sendat, akan tetapi motor akan bergerak seakan-akan menerima sumber tegangan 50 volt. Penggunaan metoda PWM ini juga dinilai efisien terhadap besarnya daya yang dipakai bila dibandingkan dengan sinyal analog, dimana pada sinyal analog tegangan yang tidak diperlukan akan dikonversi menjadi panas pada transistor, serta penggunaan daya yang konstan, sehingga dinilai tidak efisiensi. 36

37 Gambar 3.1 Skema motor arus searah dengan eksitasi terpisah[3] Gambar diatas mempresentasikan sebuah motor arus searah yang dihubungkan dengan tegangan sumber (v) dan mengalirkan arus armatur (i a ) untuk mengkonduksikan resistansi armature (R a ) dan induktansi armatur (L a ) yang bersifat konstan. Sehingga untuk meningkatkan torsi (T) dan kecepatan motor (ω m ) diperlukan arus yang lebih besar, dengan kata lain memperbesar tegangan sumber (v). Torsi beban (T L ) diaplikasikan sebagai beban mekanis yang ditanggung motor dan berlawanan arah dari torsi elektromagnetik (T) dan kecepatan motor (ω m ), sehingga Torsi beban (T L ) akan bernilai negatif atau bersifat pengganggu (disturbance) dari kecepatan motor (ω m ) yang hendak dikendalikan. Berdasarkan persamaan torsi elektromagnetik (T) 2.10 dan persamaan tegangan induksi (e a ) 2.11 didapat nilai K m memiliki perbandingan e a dan ω m atau T dan i a. T = K m i a (2.10) e a = K m ω m (2.11) K e ω T i 3.1 Dengan: 37

38 T = Torsi elektromagnetik (N.m) K m = K a. Φ d bernilai konstan,karena arus medan Φ d dan konstanta armatur (K a = PZ/2πa) bernilai tetap i a e a = Arus armatur (Ampere) = Tegangan armatur (Volt) ω m = Kecepatan putar (rad/detik) Respon motor terhadap perubahan sumber tegangan dan pengaruhnya terhadap beban torsi bisa dianalisis secara matematis dari gambar 3.1. Persamaan tegangan sumber (v) atau persamaan rangkaian listrik motor arus searah v e R i L di dt 3.2 Diubah menjadi persamaan Laplace: V E R I L s I 1 V E. R L s I bila digambarkan dalam bentuk blok diagram: Gambar 3.2 Blok diagram tegangan sumber Torsi didapat sesuai dengan persamaan torsi terhadap arus (2.10), arus armatur i a dikalikan dengan Konstanta motor K m. 38

39 Gambar 3.3 Blok diagram pengaruh torsi terhadap kecepatan Secara mekanis, torsi memiliki persaman matematis: T J dω dt B ω T L 3.3 Jika dalam Laplace : T Js ω B ω 1 ω T Js B Pembagian 1/(Js+B) menghasilkan keluaran berupa kecepatan motor. Diketahui, tegangan armatur dapat dicari dengan menggunakan persamaan tegangan armatur (2.11), atau dalam blok diagram : Gambar 3.4 Blok diagram persamaan tegangan armatur Jadi, blok diagram motor dengan input tegangan sumber yang diproses oleh motor untuk menghasilkan kecepatan motor, adalah sebagai berikut: 39

40 Gambar 3.5 Blok diagram motor/plant Torsi beban disini T L, sebagai perubahan beban yang diberikan terhadap motor. Dari gambar blok diagram motor 3.5 didapat persamaan akar-akar karakteristik motor. Berikut penguraiannya: ω V K 1 ω V K ω V K 3.4 ω V K ω V K 3.5 Dari persamaan diatas, diketahui akar-akar persamaan karakteristiknya : Akar-akar persamaan motor arus searah (3.6) ini, ditentukan oleh parameterparameter motor. Yang nantinya akan dihasilkan suatu bentuk karakteristik dari motor arus searah yang dipakai. Pada bab empat akan diambil beberapa parameter motor arus searah sebagai pembanding respon motor terhadap nilai-nilai karakteristik transien yang berbeda. 3.2 Blok Diagram Sistem Secara keseluruhan persamaan dinamis rangkaian ekivalen motor (3.5b) dan persamaan torsi motor dengan pembebanan (3.6b) adalah plant dari sistem yang akan dirancang kestabilannya. Sistem pengendali yang akan digunakan adalah PI 40

41 (proposional dan derivatif) dan PID (proposional, integral dan derivatif). Penggunaan dua macam pengendali ini bertujuan untuk membandingkan hasil respon atau kecepatan terbaca dari plant terhadap dua sistem pengendali PI dan PID. Keluaran dari sistem pengendali akan dijadikan masukan bagi PWM dalam bentuk duty-cycle. Oleh karena itu diperlukan algoritma yang mengatur persentasi keluaran dari pengendali. Gambar 3.5 Blok diagram perancangan sistem Pada skripsi ini, setpoint berupa kecepatan motor yang diinginkan (desired value) dan di set sesuai keinginan. Kemudian terjadi pembandingan antara setpoint dan process variable, proses ini disebut sebagai error. Deviasi antara setpoint dan process variable diubah dalam bentuk persen error yang akan dimasukan ke dalam persamaan PID. Keluaran PID yang sudah dalam bentuk persen digunakan sebagai sinyal duty cycle pada PWM. Semakin besar persen error yang terjadi, semakin besar duty cycle yang dihasilkan. Keluaran PWM diberikan pada plant. persamaan motor akan memproses dalam bentuk matematis sinyal-sinyal yang diterimanya, bila process variable atau kecepatan yang diinginkan sudah stabil, akan ada perubahan beban yang digunakan sebagai pengganggu (disturbance) pada kecepatan yang telah stabil. Disturbance yang dalam bentuk beban ini, akan mempengaruhi kinerja dari kecepatan motor. Jika perubahan beban bertambah motor akan mengalami penurunan kecepatan, dan apabila beban berkurang, motor akan mengalami kenaikan kecepatan. Disinilah fungsi dari sistem umpan balik, sebagai pembaca kecepatan. Deviasi ini akan diproses kembali oleh PID, agar didapatkan keluaran baru untuk menstabilkan kecepatan. Namun, kecepatan akan terus menurun bilamana disturbance yang 41

42 diberikan terlalu berat atau diluar kemampuan motor disaat kecepatan yang diinginkan/setpoint. Keluaran dari pengendali PID adalah penjumlahan dari proporsional, integrator, dan derivatif. Seperti persaman berikut ini: 3.24 Keluaran aktual dari pengendali secara spesifik dibatasi dalam bentuk range, disebabkan keluaran pengendali akan menjadi masukan pada PWM, dimana PWM menerima masukan dalam bentuk persen duty-cycle yang tidak bisa memproses nilai kurang dari 0% dan lebih dari 100%. Maka ditambahkan algoritma sebagai berikut: If u (t) u max then u (t) = u max (t) And If u (t) u min then u (t) = u min (t) Algoritma diatas disebut sebagai anti-windup. Windup terjadi ketika perubahan besar dalam setpoint dan error diakumulasikan integral sewaktu rise (windup), kemudian terjadi overshoot dan berlanjut terhadap kenaikan error yang terakumulasi. Masalah ini dapat dicegah dengan pembatasan-pembatasan dari penjumlahan integral.[9] 42

43 Bab 4 Data dan Analisa Untuk pengujian sistem ini, diperlukan karakteristik respon transien dari motor arus searah. Dari respon karakteristiknya dapat diketahui respon motor terhadap tegangan. Disini sistem pengendali berfungsi untuk memberikan respon motor yang sesuai dengan setpoint. Pencapaian respon motor terhadap setpoint dipengaruhi oleh beberapa jenis pengendali. Pengendali proporsional berfungsi sebagai gain atau penguatan dari respon. Kendali proporsional akan bernilai besar jika sinyal yang diberikan pada motor menghasilkan respon steady-state tidak sesuai atau berada jauh dari setpoint. Pengendali integral berfungsi sebagai mempercepat respon untuk mencapai setpoint. Pengendali derivatif berfungsi mengurangi osilasi respon sewaktu mencapai steady-state. Ada berbagai macam kombinasi yang bisa didapat dari sistem pengendalian ini, seperti PI, PD, PID. Pengendali integral dan pengendali derivatif tidak bisa berdiri sendiri, karena diperlukan faktor gain. Faktor gain ini hanya didapat dengan memberikan nilai konstanta proprsional K P. karena faktor perkalian Kp terhadap parameter integral dan parameter derivatif. Pada skripsi ini, digunakan pengendali PI dan PID. Masing-masing pengendali akan dianalisa respon yang dihasilkan terhadap motor. Kemudian diberikan berbagai perubahan beban. beban pertama T L1 sebagai penambahan beban, yaitu sebesar 2000 N.m. Pembebanan T L1 diberikan saat detik awal (0 detik) Pada detik ke 6, akan diberikan perubahan beban T L2 berupa pengurangan sebesar N.m. Perubahan beban kedua ini T L2 adalah simulasi motor yang bebannya dikurangi hingga nol secara tiba-tiba.perubahan beban ketiga T L3 diberikan pada detik ke 10 sebesar 2000 N.m Atau mensimulasikan motor yang bergerak tanpa beban secara tiba-tiba diberikan beban sebesar 2000 N.m. Perubahan beban ini akan membuat pengendali melakukan berbagai keluaran, bergantung pada deviasi antara kecepatan yang diinginkan terhadap kecepatan terbaca. Semakin besar deviasi yang terjadi, semakin besar pulas keluaran dari pengendali. Deviasi ini disebut error. Error digunakan sebagai input variabel pengali pada parameter-parameter. Motor arus searah yang digunakan pada laporan ini sebagai berikut: 43

44 Tabel 4.1 Spesifikasi motor arus searah [2] Spesifikasi motor Motor 100hp Satuan Daya, P watt Tegangan sumber, v 240 volt Kecepatan maksimum, ω m 183 rad/s Induktansi armature, L a henry Resistansi armature, R a ohm Konstanta motor, K m 1.27 volt-detik/rad Momen inersia, J 3.64 kg-m 2 Konstanta friksi torsi 2.23 N-m-detik Setelah dibuat program simulasi, plant yang memiliki parameter diatas diberi input step. Gambar 4.1 Blok diagram motor arus searah dengan input step Step input disini, diberikan tegangan nominal untuk motor, yaitu 240 volt. Step input akan diproses secara matematis oleh plant, sehingga memiliki keluaran atau respon berbentuk kecepatan (rad/detik), tetapi pada skripsi ini dinginkan nilai nominal yang sama terhadap kecepatan, yaitu 100 rad/s maka tegangan yang diberikan sekitar 132 volt. Diberikan input step terhadap persamaan transfer motor (3.5) dengan spesifikasi parameter seperti pada tabel 4.1 dan didapat fungsi alih : ω V K

45 Akar akar persamaan motor 100 HP: s s didapatkan faktor redaman pada redaman kritis ω n sebesar dan rasio redaman: 2ω ζ ζ cos -1 ζ = θ = o Gambar 4.2 Karakteristik respon terhadap bidang s setelah rasio redaman ζ dan faktor redaman ω n diketahui, nilai waktu puncak t p, persen overshoot M p, dan settling time t s dapat dicari dengan persamaan berikut: t π ω 1 ζ 2.28 t detik M ζπ/ ζ x 100%

46 M.. /. x 100% M. /. x 100% 32.1% t 4 T 4 ω ζ t 0.58 detik dan didapat respon motor tersebut sebagai berikut: Gambar 4.3 Karakteristik motor tanpa pengendali Digunakan toleransi setpoint sebesar ±2%, terlihat pada garis hitam horizontal yang membatasi respon dari motor tersebut. Bila digunakan perhitungan matematis untuk mencari nilai maksimum overshoot, diperlukan penentuan peak time t p dan settling time t s dari gambar. Pada gambar karakteristik motor tanpa pengendali (gambar 4.3) telah didapatkan parameter-parameter tersebut, peak time 0.16 detik dan settling time

47 Tabel 4.2 Karakteristik respon transien motor tanpa pengendali Spesifikasi respon transien Motor besar Delay time, t d (detik) Rise time, t r (detik) 0.1 Peak time, t p (detik) 0.16 Settilng time, t s (detik) 0.58 Maximum overshoot, M p (%) 32.1 Delay time diambil berdasarkan waktu yang diperlukan sistem untuk mencapai 50% dari setpoint, yaitu sebesar detik. Respon yang bersifat kurang teredam, karena rasio redaman 0 < ζ < 1, diambil rise time pada saat respon 0%- 100% dari titik setpoint, yaitu sebesar 0.1 detik. 4.1 Respon Motor Dengan Pengendali Motor dikendalikan dengan dua macam jenis pengendalian, PI dan PID. Pada sistem pengendalian ini digunakan sistem closed-loop sebagai indikator pembacaan kecepatan yang dihasilkan motor Respon Motor Dengan Pengendali PI Pada pengendalian ini digunakan pengendali proporsional dan pengendali integral. Pengendali proporsional bersifat sebagai gain untuk respon dalam mencapai setpoint atau kecepatan yang diinginkan, sedangkan pengendali integral berguna untuk mempercepat respon motor mencapai setpoint. Gambar 4.4 Sistem Pengendalian PI Closed-Loop 47

48 Setpoint disini berupa kecepatan yang diinginkan dalam satuan rad/detik. Error berfungsi sebagai masukan pengendali terhadap deviasi keluaran yang dihasilkan, bila terjadi error yang besar, maka pengendali akan mengalikan error tersebut menjadi besar, karena adanya pengendali proporsional. Untuk Parameter pengendalian ini, diberikan nilai K P 1250 dan K I Dan didapat hasil respon sebagai berikut : Gambar 4.5 Hasil respon motor dengan pengendali PI Dari data diatas, digunakan toleransi respon sebesar 2% (garis kuning), untuk digunakan pada persamaan time sampling (2.30). terlihat respon kecepatan motor mengalami osilasi pada area toleransi setpoint. Berdasarkan gambar diatas, didapat peak time detik dan overshoot sebesar 42%.. M ζπ/ ζ x 100% 2.29 ln 0.42 ζ. / ζ. ζ. / ζ

49 Cos -1 ζ = θ = o t π ω 1 ζ ω t 4 ω ζ 2.30 t x t Tabel 4.3 Karakteristik respon transien motor dengan pengendali PI Spesifikasi respon transien PI satuan Time constant, T c 0.1 detik Delay time, t d 0.04 detik Rise time, t r detik Peak time, t p detik Settling time, t s 0.5 detik Maximum overshoot, M p 42 % Dari tabel dan perhitungan matematis untuk settling time terjadi perbedaan sebesar 0.07 detik. Hal ini terjadi karena, adanya pengendali integral yang digunakan untuk mempercepat respon mencapai setpoint dan karakteristik motor sendiri. Pengendali ini mampu membuat sistem menjadi stabil, namun masih ada osilasi sewaktu pencapaian setpoint. Respon yang bersifat kurang teredam, karena rasio redaman 0 < ζ < 1, diambil rise time pada saat respon 0%-100% dari titik 49

50 setpoint, yaitu sebesar detik, disini terlihat pengendali PI dapat mempercepat waktu respon dari plant Respon Motor Dengan Pengendali PID Pada pengendalian ini digunakan pengendali proporsional, pengendali integral dan pengendali untuk melihat perbedaan respon yang dihasilkan. Pengendali proporsional bersifat sebagai gain untuk respon dalam mencapai setpoint atau kecepatan yang diinginkan, pengendali integral berguna untuk mempercepat respon motor mencapai setpoint, sedangkan pengendali derivatif berfungsi untuk menghilangkan osilasi pada respon motor. Gambar 4.6 Sistem Pengendalian PID Closed-Loop Setpoint disini berupa kecepatan yang diinginkan sebesar 100 rad/detik. Error berfungsi sebagai masukan pengendali terhadap deviasi keluaran yang dihasilkan, bila terjadi error yang terjadi kecil, maka pengendali akan mengalikan error tersebut, tetapi fungsi dari pengendali derivatif akan mengurangi osilasi yang ada. Untuk Parameter pengendalian ini, diberikan nilai K P 600, K I 620, dan K D 50. didapat hasil respon sebagai berikut : 50

51 Gambar 4.6 Hasil respon motor dengan pengendali PID Motor diset agar menghasilkan respon kecepatan sebesar 100 rad/detik. Parameter pengendali PID akan mengolah deviasi kecepatan yang diingingkan (100 rad/detik) atau setpoint terhadap kecepatan terbaca (process variable). Perbedaan deviasi ini disebut sebagai error. Besar kecilnya error ditentukan oleh respon kecepatan yang dihasilkan motor. Jika error besar, maka keluaran pengendali bersifat besar, hal ini menunjukkan bahwa kecepatan motor terbaca masih jauh dari setpoint. Berdasarkan gambar hasil respon motor dengan pengendali PID (gambar 4.6) bisa didapatkan perkiraan karakteristik transien dari motor dengan pengendali PID. Tabel 4.4 Karakteristik respon transien motor dengan pengendali PID Spesifikasi respon transien PID satuan Time constant, T c detik Delay time, t d detik Rise time, t r 0.18 detik Peak time, t p Tidak ada detik Settling time, t s detik Maximum overshoot, M p Tidak ada % Diambil toleransi setpoint sebesar 2%, dan time constant pada saat respon bernilai 63.2% dari setpoint sebesar 0.088detik. Settling time untuk toleransi setpoint 2% adalah empat kalinya dari time constant, atau bernilai detik. Bila dilihat dari gambar hasil respon motor dengan pengendali PID (gambar 4.7), respon pada motor tidak mengalami overshoot seperti hasil respon motor dengan pengendali PI (Gambar 4.5). hal ini disebabkan adanya pengendali derivatif yang mencegah respon mengalami osilasi dan overshoot. Dilihat dari settling timenya, respon motor dengan pengendali PID ini lebih cepat daripada respon motor tanpa pengendali dan dengan pengendali PI. 4.2 Respon Motor Terhadap Perubahan Beban 51

52 Torsi yang dihasilkan motor menentukan kecepatan yang dihasilkannya. Torsi akan besar jika motor menerima sinyal tegangan yang besar. Apabila motor tidak diberikan sinyal tegangan yang besar, maka motor akan bergerak lambat. Disini akan diberikan setpoint pada motor sebesar 100 rad/detik. Lambat atau cepatnya kecepatan motor ditentukan oleh sinyal tegangan dan kemampuan maksimum torsi motor pada saat kecepatan tersebut Perubahan Beban Dengan Pengendali PI Diberikan nilai kecepatan yang diinginkan (setpoint) sebesar 100 rad/detik. Motor telah diberikan beban pertama T L1 sebesar 2000 N.m sejak awal (0 detik), lalu pada detik ke 6 beban akan dikurangi T L2 sebesar 2000 N.m atau motor berputar tanpa beban, karena jumlah beban yang dikurangi sama dengan beban yang diberikan disaat awal. Pada detik ke 10, motor yang berputar tanpa beban ini, kembali diberi beban ketiga T L3 secara tiba-tiba sebesar 2000 N.m. Gambar 4.7 Blok diagram pengendalian motor terhadap perubahan beban dengan pengendali PI Pengendali akan mengatur sinyal tegangan untuk motor ketika terjadi perubahan beban. Masukan pada pengendali PI adalah error atau deviasi antara setpoint dan process variable. Parameter pengendali yang diberikan pada sistem ini adalah K P 1250 dan K I Pengendali PI akan mengatur sinyal tegangan untuk motor bergantung dari error yang terbaca. Sinyal tegangan akan bernilai besar apabila beban yang diberikan pada motor besar, sehingga motor akan menghasilkan torsi yang besar pula untuk menjaga kecepatan terbaca (process 52

53 variable) sesuai dengan kecepatan yang diinginkan (setpoint). Berikut adalah hasil simulasi untuk motor yang diberi peubahan beban dengan pengendali PI Gambar 4.8 Respon motor terhadap perubahan beban dengan pengendali PI. Sesuai dengan bentuk karakteristik motor yang memiiki pengendali PI pada sub bab 4.1.1, terjadi overshoot. Namun overshoot yang dihasilkan tidak sebesar 42% tetapi 38%. Selama terjadi pembebanan pertama T L1 dan pembebanan ketiga T L3, motor mengalami osilasi berkepanjangan kecuali pada pengurangan beban T L2 atau motor berputar tanpa beban. Untuk lebih jelasnya osilasi pada pembebanan pertama T L1 dan pembebanan ketiga T L3, gambar akan diperbesar dengan range pemantauan kecepatan rad/detik. Gambar 4.9 Respon motor terhadap pengendali PI dengan range kecepatan 90 rad/detik hingga115 rad/detik 53

54 Terlihat pada detik ke 2.8 dan 3.2 motor mengalami steady-state, tetapi kembali mengalami osilasi. Pada pembebanan pertama, terdapat range osilasi terhadap setpoint, dengan osilasi maksimum +5% dan osilasi minimum -5%. Osilasi besar ini terjadi pada detik ke 5. Perubahan beban kedua T L2, melakukan pengurangan beban pada motor secara tiba-tiba, sehingga perlahan-lahan motor mengalami steady-state pada detik ke 7 hingga 10. Antara detik ke 6 dan ke 7, terjadi proses osilasi untuk mencapai kestabilan, dengan osilasi maksimum 4% dan osilasi minimum 2.5%. proses osilasi ini terus berlanjut hingga detik ke 7 atau disaat motor mengalami kestabilan kecepatan tanpa beban. detik ke 10 diberikan secara tiba-tiba beban perubahan beban ketiga T L3 dengan besar 2000 N.m, dan motor mengalami osilasi maksimum pada periode pembeban ketiga ini osilasi maksimum sebesar +6% pada detik ke 12 dan osilasi minimum sebesar -6.5% pada detik ke 10. Osilasi minimum pada detik ke 10 ini terjadi, karena sinyal tegangan yang dihasilkan pengendali kepada motor untuk kecepatan 100 rad/detik tanpa pembebanan, berubah karena adanya pembebanan ketiga T L3. Sehingga motor mengalami penurunan kecepatan sebesar -6.5% atau menjadi 93.5 rad/detik. Pengendali PI mengatur kembali sinyal tegangan untuk motor untuk dicapai keadaan steady-state atau kecepatan yang diinginkan (100rad/detik) Perubahan Beban Dengan Pengendali PID Diberikan nilai kecepatan yang diinginkan (setpoint) sebesar 100 rad/detik. Motor telah diberikan beban pertama T L1 sebesar 2000 N.m sejak awal (0 detik), lalu pada detik ke 6 beban akan dikurangi T L2 sebesar 2000 N.m atau motor berputar tanpa beban, karena jumlah beban yang dikurangi sama dengan beban yang diberikan disaat awal. Pada detik ke 10, motor yang berputar tanpa beban ini, kembali diberi beban ketiga T L3 secara tiba-tiba sebesar 2000 N.m. 54

55 Gambar 4.10 Blok diagram pengendalian motor terhadap perubahan beban dengan pengendali PID Pengendali akan mengatur sinyal tegangan untuk motor ketika terjadi perubahan beban. Masukan pada pengendali PID adalah error atau deviasi antara setpoint dan process variable. Parameter pengendali yang diberikan pada sistem ini adalah K P 600, K I 620, dan K D 50. Pengendali PID akan mengatur sinyal tegangan untuk motor bergantung dari error yang terbaca. Sinyal tegangan akan bernilai kecil apabila beban yang diberikan pada motor kecil, sehingga motor akan menghasilkan torsi yang cukup untuk menjaga kecepatan terbaca (process variable) sesuai dengan kecepatan yang diinginkan (setpoint). Berikut adalah hasil simulasi untuk motor yang diberi peubahan beban dengan pengendali PID. Gambar 4.11 Respon motor terhadap perubahan beban dengan pengendali PID. Terlihat respon kecepatan yang dihasilkan motor tidak mengalami osilasi yang berkepanjangan seperti pada pengendali PI, hal ini disebabkan adanya pengendali derivatif yang menjaga respon motor agar osilasi dapat dikurangi atau 55

56 diperkecil dan respon kecepatan motor yang dihasilkan lebih cepat dari pengendali PI. Bila ditentukan toleransi setpoint adalah ± 2%, pada detik ke 0.37 motor telah mengalami steady-state walaupun motor berputar dengan pembebanan pertama T L1 sebesar 2000 N.m. Untuk lebih jelasnya pengaruh perubahan beban pada pengendali PID, akan diperbesar gambar respon sistem ini. Gambar 4.12 Respon motor terhadap pengendali PID pada range kecepatan 90 rad/detik hingga110 rad/detik Terlihat pada detik ke 6, dimana perubahan beban kedua T L2 sebesar N.m terjadi motor mengalami kenaikan kecepatan. Hal ini disebabkan oleh perubahan beban kedua T L2 adalah pengurangan beban yang ada pada motor sewaktu motor mulai di set atau sejak detik ke 0. Sinyal tegangan yang dihasilkan motor sebelum perubahan beban kedua ini, untuk memutar kecepatan motor yang telah diberi beban pertama T L1 sebesar 2000 N.m, jadi pada detik ke 6 beban yang ada pada motor secara tiba-tiba dikurangi dengan nilai yang sama pada pembebanan pertama T L1, dan motor bergerak tanpa beban. Terjadi overshoot kecepatan pada detik ke 6 ini sebesar 3% atau 103 rad/detik. Kemudian motor mengalami perlambatan kecepatan hingga detik ke 9. perlambatan ini terjadi karena pengaruh sinyal tegangan yang dihasilkan pengendali terhadap error yang terjadi bersifat minus, karena kecepatan terbaca (process variable) lebih besar dari kecepatan yang diinginkan (setpoint). Rentang waktu antara overshoot perubahan beban 56

57 kedua T L2 ini, hingga mencapai keadaan steady-state (pada detik ke 9) sebesar 3 detik. Selama masa ini, motor mengalami terus menerus perlambatan. Di detik ke 10, motor kembali diberikan perubahan beban. kali ini beban ketiga T L3, sebesar 2000 N.m. Beban ketiga ini bersifat pemberian beban pada motor, sehingga motor mengalami penurunan kecepatan menjadi 95.5 rad/detik atau turun 4.5% dari kecepatan yang diinginkan. Pengendali PID kembali mengatur sinyal tegangan untuk motor karena terjadi deviasi atau error pada motor lebih besar bila dibandingkan dengan detik sebelumnya atau waktu dimana motor berputar tanpa beban. Sinyal tegangan yang diberikan pengendali PID ini membuat motor mengalami pertambahan kecepatan hingga kembali mencapai setpoint. Waktu yang diperlukan motor sejak pembebanan ketiga T L3 ini hingga mengalami steady-state pada detik ke 13 sebesar 3 detik, artinya selama kurun waktu itu, kecepatan motor berada dibawah setpoint atau kecepatan yang diinginkan. 57

58 Bab 5 Kesimpulan 1. Karakteristik transien motor yang digunakan memiliki delay time detik, Rise time 0.1 detik, waktu yang diperlukan untuk mencapai Peak time sebesar 0.16 detik, mengalami Settling time untuk toleransi setpoint 2% sebesar 0.58 detik dan besarnya maksimum overshoot 32.1% 2. Digunakan dua jenis pengendali PI dengan parameter Kp 1250, Ki 1800 dan PID dengan Kp 600, Ki 620, Kd 50 untuk mengatur kecepatan motor. Berdasarkan hasil respon yang didapat, pengendali PI menghasilkan overshoot 42% dan settling time 0.5 detik, sedangkan untuk pengendali PID tidak terjadi overshoot dan settling time detik. Hal ini, menunjukkan pengendali PID lebih baik daripada PI, karena pada PID adanya faktor derivatif. 3. Respon kecepatan yang dihasilkan sewaktu terjadi perubahan beban pada pengendali PI adalah beban pertama T L1 menyebabkan motor mengalami overshoot 38% dan motor mengalami osilasi maksimum +5% dan osilasi minimum -5% dari setpoint. Perubahan beban kedua T L2 motor mengalami kenaikan kecepatan sebesar 4% dan steady-state terjadi pada detik ke 7 hingga 10. Perubahan beban ketiga T L3 motor mengalami osilasi maksimum sebesar 6% pada detik ke 12 dan osilasi minimum sebesar 6.5% pada detik ke Digunakan toleransi setpoint sebesar ± 2%. Pengaruh pengendali PID pada pemberian beban pertama T L1 berupa perlambatan mencapai setpoint yaitu 0.37 detik. Pada saat perubahan beban kedua T L2, motor mengalami kenaikan kecepatan sebesar 2.2% atau rad/detik, kemudian mengalami perlambatan untuk mencapai setpoint selama 0.8 detik. Perubahan beban ketiga T L3, respon kecepatan motor yang dihasilkan 58

59 berupa penurunan sebesar 4.5% atau menjadi 95.5 rad/detik dan waktu yang diperlukan untuk kembali ke steady-state sebesar 0.5 detik 59

60 DAFTAR PUSTAKA Allen, Bradley. Motor Fundamental. Jurnal Rockwell Automation. 3. Fitzgerald, Kingsley, Kusko. (1971). Electric Machinery (third edition). Jepang. Penerbit : McGraw Hill. 4. Krishnan, R. (2001) Electrical Motor Drives: Modeling, Analysis, and Control. New Jersey. Penerbit : Prentice Hall 5. Ogata, Katsuhiko. (1997) Modern Control Engineering (third edition). New Jersey. Penerbit : Prentice Hall 6. Killian. Modern Control Technology: Component and Systems. Penerbit : Delmar 7. Kuo, C Benjamin. (1995) Automatic Control Systems (seventh edition). New Jersey. Penerbit : Prentice Hall 8. Nise, Norman S. (2004) Control Systems Engineering (fourth edition). Penerbit : John Wiley and Sons 9. Labview : PID Control Toolkit User Manual. (2006). Austin, Texas: National Instrument 60

61 Lampiran 1. Front Panel Labview 61

SKRIPSI. Analisa sistem..., Denna Maulana Achmad, FT UI, 2012

SKRIPSI. Analisa sistem..., Denna Maulana Achmad, FT UI, 2012 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA SISTEM WARD LEONARD PADAA RANGKAIAN MOTOR DAN GENERATOR DC DENGAN PENGENDALI PID SKRIPSI DENNA MAULANA ACHMAD 0906602540 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam I. Tujuan 1. Mampu melakukan analisis kinerja sistem pengaturan posisi motor arus searah.. Mampu menerangkan pengaruh kecepatan

Lebih terperinci

Bab V. Motor DC (Direct Current)

Bab V. Motor DC (Direct Current) Bab V Motor DC (Direct Current) 52 5.1. Pendahuluan Salah satu komponen yang tidak dapat dilupakan dalam sistem pengaturan adalah aktuator. Aktuator adalah komponen yang selalu bergerak mengubah energi

Lebih terperinci

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos 1. TUJUAN PERCOBAAN Praktikan dapat menguasai pemodelan sistem, analisa sistem dan desain kontrol sistem dengan software simulasi Scilab dan Scicos.

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER Nursalim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto-Penfui Kupang,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan M O T O R D C Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut Ac Shunt Motor. Motor

Lebih terperinci

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika + 4 KAPASITOR, INDUKTOR DAN RANGKAIAN A 4. Bentuk Gelombang lsyarat (signal) Isyarat adalah merupakan informasi dalam bentuk perubahan arus atau tegangan. Perubahan bentuk isyarat terhadap fungsi waktu

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang TUGAS AKHIR RESUME PID Oleh: Nanda Perdana Putra MN 55538 / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL (PID) Pendahuluan Sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis penerapan Kontroler PID Pada AVR Untuk Menjaga Kestabilan Tegangan di PLTP Wayang Windu

BAB I PENDAHULUAN. Analisis penerapan Kontroler PID Pada AVR Untuk Menjaga Kestabilan Tegangan di PLTP Wayang Windu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi umat manusia. Tanpa energi listrik manusia akan mengalami kesulitan dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah ( listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik, dimana tenaga gerak

Lebih terperinci

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA Untuk menguji hasil rancangan pengendalian motor induksi tiga fasa metode kendali torsi langsung dan duty ratio yang telah dibahas pada bab sebelumnya dilakukan simulasi dengan

Lebih terperinci

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler...

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

Bambang Siswanto Pasca Sarjana Teknik Pengaturan

Bambang Siswanto Pasca Sarjana Teknik Pengaturan Bambang Siswanto 2208202004 Pasca Sarjana Teknik Pengaturan Latar Belakang Motor DC banyak dipakai pada proses industri Penggunaan kontroler PID pada motor industri Penggunaan metode Algoritma Genetik

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Daya 3.1.1 Daya motor Secara umum, daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor DC atau motor arus searah yaitu motor yang sering digunakan di dunia industri, biasanya motor DC ini digunakan sebagai penggerak seperti untuk menggerakan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik 1 Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik Pada motor DC berlaku persamaan-persamaan berikut : V = E+I a Ra, E = C n Ф, n =E/C.Ф Dari persamaan-persamaan diatas didapat : n = (V-Ra.Ra) / C.Ф

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR 2105100166 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Control system : keluaran (output) dari sistem sesuai dengan referensi yang diinginkan Non linear

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang hampir sama dengan komponen mesin-mesin lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat konversi energi mekanis

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1 Umum Motor arus searah ialah suatu mesin listrik yang berfungsi mengubah energi listrik arus searah (listrik DC) menjadi energi gerak atau energi mekanik, dimana energi gerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor DC 2.1.1. Prinsip Kerja Motor DC Motor listrik adalah mesin dimana mengkonversi energi listrik ke energi mekanik. Jika rotor pada mesin berotasi, sebuah tegangan akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR)

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR) ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR) Indar Chaerah Gunadin Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin Abstrak Perubahan daya reaktif yang disuplai ke beban

Lebih terperinci

3/4/2010. Kelompok 2

3/4/2010. Kelompok 2 TEKNIK TENAGA LISTRIK KELOMPOK II Andinar (0906602401) Arwidya (0906602471) Christina (0906602499) Citra Marshal (0906602490) Kelompok 2 Christina M. Andinar H. Islamy Citra Marshal Arwidya Tantri A. 1

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1. Skema Buck Converter [5]... 7 Gambar 2. 2. Buck Converter: Saklar Tertutup [5]... 7 Gambar 2. 3. Buck Converter: Saklar Terbuka [5]... 8 Gambar 2. 4. Rangkaian Boost Converter

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 TahapanPenelitian berikut ini: Secara umum tahapan penelitian digambarkan seperti pada Gambar 3.1 diagram alir Gambar 3.1 Diagram alir penelitian Agar dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB VIII MOTOR DC 8.1 PENDAHULUAN 8.2 PENYAJIAN

BAB VIII MOTOR DC 8.1 PENDAHULUAN 8.2 PENYAJIAN BAB VIII MOTOR DC 8.1 PENDAHULUAN Deskripsi Singkat Manfaat Relevansi Capaian Pembelajaran Pembahasan mengenai prinsip dasar motor DC. Pembahasan bagian-bagian motor DC. Pembahasan tentang prinsip kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pustaka Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai Pengontrol Suhu Menggunakan Proportional Integral berbasis Mikrokontroler ATMEGA 8535 [3].

Lebih terperinci

DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT)

DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT) DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT) Oleh : Raga Sapdhie Wiyanto Nrp 2108 100 526 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Bambang Sampurno,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo,Surabaya

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo,Surabaya Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3ø dengan Kontrol PID melalui Metode Field Oriented Control (FOC) ( Rectifier, Inverter, Sensor arus dan Sensor tegangan) Denny Septa Ferdiansyah 1, Gigih Prabowo 2,

Lebih terperinci

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi Ana Ningsih 1, Catherina Puspita 2 Program Studi Teknik Mekatronika, Politeknik ATMI Surakarta 1 ana_n@atmi.ac.id, 2 apriliacatarina@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang merubah enargi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Hampir pada semua prinsip pengoperasiannya,

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kontrol PID (Proportional Integral Derivative)

Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kontrol PID (Proportional Integral Derivative) Vol. 2, 2017 Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kontrol PID (Proportional Integral Derivative) Rosalina *, Ibnu Qosim, Mohammad Mujirudin Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Universitas Medan Area

Universitas Medan Area BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Generator listrik adalah suatu peralatan yang mengubah enersi mekanis menjadi enersi listrik. Konversi enersi berdasarkan prinsip pembangkitan tegangan induksi

Lebih terperinci

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil istrik A. M. Husni, M. Ashari Prof,

Lebih terperinci

Perancangan Pengendali Proportional-Integral Anti-Windup (Pi-Aw) pada Simulator Mobil Listrik untuk Kendali Kecepatan dan Torsi

Perancangan Pengendali Proportional-Integral Anti-Windup (Pi-Aw) pada Simulator Mobil Listrik untuk Kendali Kecepatan dan Torsi Perancangan Pengendali Proportional-Integral Anti-Windup (Pi-Aw) pada Simulator Mobil Listrik untuk Kendali Kecepatan dan Torsi Adnan Rafi Al Tahtawi Program Studi Teknik Komputer Politeknik Sukabumi Jl.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI PID PADA SUBSISTEM AKTUATOR ROBOT MOBIL TIPE SINKRON

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI PID PADA SUBSISTEM AKTUATOR ROBOT MOBIL TIPE SINKRON PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI PID PADA SUBSISTEM AKTUATOR ROBOT MOBIL TIPE SINKRON Muhammad Ilhamdi Rusydi Jurusan Teknik Elektro, Universitas Andalas Padang, Kampus Limau Manis, Padang, Sumatera

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC Presentasi Tugas Akhir 5 Juli 2011 PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC Pembimbing: Dr.Ir. Moch. Rameli Ir. Ali Fatoni, MT Dwitama Aryana

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan membahas tentang pemodelan perancangan sistem, hal ini dilakukan untuk menunjukkan data dan literatur dari rancangan yang akan diteliti. Selain itu, perancangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI SLIDING-PID UNTUK PENDULUM GANDA PADA KERETA BERGERAK

PERANCANGAN SISTEM KENDALI SLIDING-PID UNTUK PENDULUM GANDA PADA KERETA BERGERAK PERANCANGAN SISTEM KENDALI SLIDING-PID UNTUK PENDULUM GANDA PADA KERETA BERGERAK Oleh : AHMAD ADHIM 2107100703 Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl.-Ing., Ph.D. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kebanyakan

Lebih terperinci

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452 Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452 Moh. Hardiyanto 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Indonesia 2 Laboratory of

Lebih terperinci

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA I. MOTOR LISTRIK 1 FASA Pada era industri modern saat ini, kebutuhan terhadap alat produksi yang tepat guna sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan effesiensi waktu dan biaya.

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengendalian Kecepatan Motor Pompa Air Tekanan Konstan

Perancangan Sistem Pengendalian Kecepatan Motor Pompa Air Tekanan Konstan Perancangan Sistem Pengendalian Kecepatan Motor Pompa Air Tekanan Konstan Hari Widagdo Putra¹, Ir. Wijono, M.T., Ph.D ², Dr. Rini Nur Hasanah, S.T., M.Sc.³ ¹Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, ² ³Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Materi Presentasi: Pendahuluan Tinjauan Pustaka Perancangan Hasil Simulasi Kesimpulan

Materi Presentasi: Pendahuluan Tinjauan Pustaka Perancangan Hasil Simulasi Kesimpulan Judul Tugas Akhir Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Moch. Rameli Ir. Rusdhianto Effendi A.K, M.T Perancangan dan Simulasi Direct Torque Control (DTC) pada Motor Induksi Menggunakan Teknik Space Vector Pulse Width

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik Nama : Gede Teguh Pradnyana Yoga NIM : 1504405031 No Absen/ Kelas : 15 / B MK : Teknik Tenaga Listrik PRINSIP KERJA MOTOR A. Pengertian Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis

Lebih terperinci

Hamzah Ahlul Fikri Jurusan Tehnik Elektro, FT, Unesa,

Hamzah Ahlul Fikri Jurusan Tehnik Elektro, FT, Unesa, Pengendalian Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Kontrol Fuzzy Logic Hamzah Ahlul Fikri Jurusan Tehnik Elektro, FT, Unesa, email: fikrihamzahahlul@gmail.com Subuh Isnur Haryudo Jurusan Tehnik

Lebih terperinci

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC Dwiana Hendrawati Prodi Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor DC Motor DC adalah suatu mesin yang mengubah energi listrik arus searah (energi lisrik DC) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor. [1] Pada dasarnya, motor

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol PID Untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret Pada Turret-gun Kaliber 20mm

Perancangan Sistem Kontrol PID Untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret Pada Turret-gun Kaliber 20mm A512 Perancangan Sistem Kontrol PID Untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret Pada Turret-gun Kaliber 20mm Danu Wisnu, Arif Wahjudi, dan Hendro Nurhadi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Industri, Institut

Lebih terperinci

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp Strategi Dalam Teknik Pengendalian Otomatis Dalam merancang sistem pengendalian ada berbagai macam strategi. Strategi tersebut dikatakan sebagai strategi konvensional, strategi modern dan strategi berbasis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan banyak keuntungan seperti bersahabat dengan lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam

Lebih terperinci

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Robot Robot TKC306 - Robotika Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pembahasan tentang aktuator robot beroda Referensi: : magnet permanen, stepper, brushless, servo Teknik PWM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL DERIVATIF (PID) UNTUK MOTOR DC MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER

KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL DERIVATIF (PID) UNTUK MOTOR DC MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL DERIVATIF (PID) UNTUK MOTOR DC MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER Erwin Susanto Departemen Teknik Elektro, Institut Teknologi Telkom Bandung Email: ews@ittelkom.ac.id ABSTRACT

Lebih terperinci

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK PENDAHULUAN Dalam banyak aplikasi, maka perlu untuk memberikan torsi pengereman bagi peralatan yang digerakkan oleh motor listrik. Dalam beberapa

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 1 SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 Muhamad Faishol Arif, Pembimbing 1: Erni Yudaningtyas, Pembimbing 2: Rahmadwati. Abstrak Hampir seluruh industri didunia saat ini memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motor arus searah (motor DC) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor DC telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut

Lebih terperinci

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) Dimas Harind Yudha Putra,Riswan Dinzi Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

Supervisory Control and Data Acquisition. Karakteristik Dasar Sensor

Supervisory Control and Data Acquisition. Karakteristik Dasar Sensor Supervisory Control and Data Acquisition Karakteristik Dasar Sensor Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: pramudijanto@gmail.com Supervisory Control

Lebih terperinci

TUNING KONTROL PID LINE FOLLOWER. Dari blok diagram diatas dapat q jelasin sebagai berikut

TUNING KONTROL PID LINE FOLLOWER. Dari blok diagram diatas dapat q jelasin sebagai berikut TUNING KONTROL PID LINE FOLLOWER Tunning kontrol PID ini bertujuan untuk menentukan paramater aksi kontrol Proportional, Integratif, Derivatif pada robot line follower. Proses ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

Klasifikasi Motor Listrik

Klasifikasi Motor Listrik Klasifikasi Motor Listrik MOTOR DC Axial current carrying conductors Radial magnetic flux Arus Dalam Motor DC Medan Magnet dalam Motor DC Gaya Dalam Motor DC Torsi dalam Motor Listrik Perubahan Torsi dalam

Lebih terperinci

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC MOTOR DC Karakteristik Motor DC Karakteristik yang dimiliki suatu motor DC dapat digambarkan melalui kurva daya dan kurva torsi/kecepatannya, dari kurva tersebut dapat dianalisa batasanbatasan kerja dari

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID Joko Prasetyo, Purwanto, Rahmadwati. Abstrak Pompa air di dunia industri sudah umum digunakan sebagai aktuator

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN Muhammad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Jedidiah Wahana(13212141) Tanggal Percobaan: 12/03/16 EL3215 Praktikum Sistem Kendali Laboratorium Sistem Kendali dan

Lebih terperinci

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA BAB III 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan

Lebih terperinci

MAKALAH. Sistem Kendali. Implementasi Sistim Navigasi Wall Following. Mengguakan Kontrol PID. Dengan Metode Tuning Pada Robot Beroda

MAKALAH. Sistem Kendali. Implementasi Sistim Navigasi Wall Following. Mengguakan Kontrol PID. Dengan Metode Tuning Pada Robot Beroda MAKALAH Sistem Kendali Implementasi Sistim Navigasi Wall Following Mengguakan Kontrol PID Dengan Metode Tuning Pada Robot Beroda oleh : ALFON PRIMA 1101024005 PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN Dwiana Hendrawati Prodi Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN SISTEM

IV. PERANCANGAN SISTEM SISTEM PENGATURAN KECEPATAN PUTARAN MOTOR PADA MESIN PEMUTAR GERABAH MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DEFERENSIAL (PID) BERBASIS MIKROKONTROLER Oleh: Pribadhi Hidayat Sastro. NIM 8163373 Jurusan

Lebih terperinci

METODE PERLAMBATAN (RETARDATION TEST) DALAM MENENTUKAN RUGI-RUGI DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH

METODE PERLAMBATAN (RETARDATION TEST) DALAM MENENTUKAN RUGI-RUGI DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH METODE PERLAMBATAN (RETARDATION TEST) DALAM MENENTUKAN RUGI-RUGI DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH Lamcan Raya Tamba, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Rancang Bangun Pengatur Tegangan Otomatis pada Generator Ac 1 Fasa Menggunakan Kendali PID (Proportional Integral Derivative)

Rancang Bangun Pengatur Tegangan Otomatis pada Generator Ac 1 Fasa Menggunakan Kendali PID (Proportional Integral Derivative) Rancang Bangun Pengatur Tegangan Otomatis pada Generator Ac 1 Fasa Menggunakan Kendali PID (Proportional Integral Derivative) Koko Joni* 1, Achmad Fiqhi Ibadillah 2, Achmad Faidi 3 1,2,3 Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Control Unit G.U.N.T Tipe dengan Pengendali PID MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor, Juni 9 SIMULASI KENDALIAN FLOW CONTROL UNIT G.U.N.T TIPE DENGAN PENGENDALI PID Syahrir

Lebih terperinci

SCADA dalam Sistem Tenaga Listrik

SCADA dalam Sistem Tenaga Listrik SCADA dalam Sistem Tenaga Listrik Karakteristik Dasar Sensor Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: pramudijanto@gmail.com SCADA dalam Sistem Tenaga

Lebih terperinci

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA Bab 4 berisikan simulasi serta analisa dari hasil perancangan dan simulasi pada bab sebelumnya. Hasil perancangan dan simulasi dibagi menjadi empat sub bab dengan menggunakan

Lebih terperinci

Pengenalan SCADA. Karakteristik Dasar Sensor

Pengenalan SCADA. Karakteristik Dasar Sensor Pengenalan SCADA Karakteristik Dasar Sensor Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: pramudijanto@gmail.com Pengenalan SCADA - 03 1 Karakteristik Dasar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG Satryo Budi Utomo, Universitas Jember

IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG Satryo Budi Utomo, Universitas Jember IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG 38 714 Abstrac Satryo Budi Utomo, Universitas Jember Satryo.budiutomo@yahoo.com Pressure Process Control of Trainer studying

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum (1,2,4) Secara sederhana motor arus searah dapat didefenisikan sebagai suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi gerak atau energi

Lebih terperinci

Telemetri dan Pengaturan Remote

Telemetri dan Pengaturan Remote Telemetri dan Pengaturan Remote Karakteristik Dasar Sensor Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: pramudijanto@gmail.com Tele & Remote - 02 1 Karakteristik

Lebih terperinci

SIMULASI PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN PENYEARAH TERKENDALI SEMI KONVERTER BERBASIS MATLAB/SIMULINK

SIMULASI PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN PENYEARAH TERKENDALI SEMI KONVERTER BERBASIS MATLAB/SIMULINK ISSN: 1693-6930 41 SIMULASI PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN PENYEARAH TERKENDALI SEMI KONVERTER BERBASIS MATLAB/SIMULINK Ikhsan Hidayat Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

peralatan-peralatan industri maupun rumah tangga seperti pada fan, blower, pumps,

peralatan-peralatan industri maupun rumah tangga seperti pada fan, blower, pumps, 1.1 Latar Belakang Kebutuhan tenaga listrik meningkat mengikuti perkembangan kehidupan manusia dan pertumbuhan di segala sektor industri yang mengarah ke modernisasi. Dalam sebagian besar industri, sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID

Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID JURNAL INTAKE---- Vol. 5, Nomor 2, Oktober 2014 Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID Alamsyah Ahmad Teknik Elektro,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PROSEDUR PERCOBAAN PERCOBAAN PENDAHULUAN PERCOBAAN Kontrol Motor Induksi dengan metode Vf...

DAFTAR ISI PROSEDUR PERCOBAAN PERCOBAAN PENDAHULUAN PERCOBAAN Kontrol Motor Induksi dengan metode Vf... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PERCOBAAN 1... 2 1.Squirrel Cage Induction Motor (Motor Induksi dengan rotor sangkar)... 2 2.Double Fed Induction Generator (DFIG)... 6 PROSEDUR PERCOBAAN... 10 PERCOBAAN 2...

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mesin arus searah Prinsip kerja

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mesin arus searah Prinsip kerja BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin arus searah 2.1.1. Prinsip kerja Motor listrik arus searah merupakan suatu alat yang berfungsi mengubah daya listrik arus searah menjadi daya mekanik. Motor listrik arus searah

Lebih terperinci