Berdasarkan distribusi unitnya, klausa dapat diklasifikasikan atas klausa bebas dan klausa terikat.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Berdasarkan distribusi unitnya, klausa dapat diklasifikasikan atas klausa bebas dan klausa terikat."

Transkripsi

1 TATA KALIMAT (SINTAKSIS) 4.1 Klausa Pengertian dan Ciri Klausa Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas predikat (P) baik disertai subjek (S), objek (O), dan keterangan (ket) atau tidak (Ramlan, 2001: 79). Keraf (1984:137) mengemukakan bahwa klausa adalah satuan konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan istilah subjek, predikat, objek, dan keterangan Klasifikasi Klausa Berdasarkan distribusi unitnya, klausa dapat diklasifikasikan atas klausa bebas dan klausa terikat Klausa Bebas Klausa bebas adalah klausa yang berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna. Syarat untuk menjadi kalimat sempurna yang harus terpenuhi adalah unsur subjek dan predikat. Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna dan merupakan kelengkapan dari suatu kalimat. Perhatikan contoh berikut: (1) Abah tulak 'ayah pergi' (2) Duduk! 'duduk' Pada kalimat (1) mempunyai unsur subjek dan predikat. Abah 'ayah' berfungsi sebagai unsur subjek karena merupakan orang yang melakukan tindakan, sedangkan tulak 'pergi' berfungsi sebagai unsur predikat karena merupakan tindakan dari pelaku. Berbeda dengan kalimat (2) Duduk dan (3) Ulun 'saya'. Kalimat-kalimat tersebut hanya mempunyai satu unsur saja. Kalimat duduk! hanya mempunyai satu unsur predikat, serta kalimat ulun 'saya' hanya mempunyai satu unsur subjek saja. Kalimat apabila mempunyai satu unsur inti saja baik berupa subjek atau predikat, kalimat tersebut dikatakan kalimat tidak sempurna.

2 Klausa bebas bila ditinjau berdasarkan jenis katanya yang berfungsi sebagai predikat dapat dibedakan menjadi: 1. Klausa Verbal Contoh: Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja. (1) Siti manyanga iwak. 'Siti menggoreng ikan.' (2) Amir guring di kamar. 'Amir tidur di kamar.' (3) Acil tulak ka pasar. 'Bibi pergi ke pasar.' Contoh-contoh kalimat di atas termasuk klausa verbal karena klausa tersebut predikatnya terdiri atas kata kerja, yaitu manyanga 'menggoreng', guring 'tidur', tulak 'pergi'. Klausa verbal bila ditinjau dari unsur internalnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) Klausa Transitif Klausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata keija yang memerlukan objek. Contoh: (1 )Ading memasang baju. S P O 'Adik memakai baju.' (2) Kaka manyipak bola. S P O 'Kakak menendang bola.' (3) Sidin mambaca buku. S P O 'Beliau membaca buku.' (b) Klausa Intransitif Klausa intransitif adalah klausa yang mengandung kata kerja intransitif, yaitu kata keija yang tidak memerlukan objek. Contoh: (1) U din balajar rajin banar. S P K 'Udin belajar rajin sekali.' (2) Adins bamainan sampai sore. S P K 'Ading bermain sampai sore. (3) Inya bukah pina laju banar. S P K 'Dia lari tampak cepat sekali.' 2. Klausa Nonverbal Klausa nonverbal ialah klausa yang predikatnya terdiri dari kata selain kata kerja (kata benda, sifat, dan sebagainya). Contoh: (DNininva guru mangaji kuran. S P 'Neneknya guru mengaji Alqur'an.'

3 (2) Umanya himung banar. S P 'Ibunya senang sekali.' (3) Sapinya anam ikung. S P 'Sapinya enam ekor.' Pada contoh (1) termasuk kalimat yang predikatnya kata benda, yaitu guru mangaji Alquran 'guru mengaji Alqur'an', contoh (2) termasuk kalimat yang predikatnya kata sifat, yaitu himung banar 'senang sekali', dan contoh (3) predikatnya kata bilangan anam ikung 'enam ekor' Klausa Terikat Klausa terikat adalah klausa yang tidak berdiri sendiri sebagai kalimat sempurnanya, hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna. menjadi: Klausa terikat apabila ditinjau berdasarkan fungsinya dapat dibedakan 1. Klausa Nominal Klausa nominal adalah klausa terikat yang bertindak sebagai nomina. Contoh: Bubuhan nang umpat pamainan nitu ditangkapi pulisi. 'Orang-orang yang ikut permainan itu ditangkap polisi.' 2. Klausa Adjektif Contoh: Klausa adjektif adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adjektif. (1) Urang nangpina marista nitu si Aluh. 'Orang yang kelihatan sedih itu si Aluh.' (2) Kakanak halus nitu adingnya Ati. 'Anak kecil itu adiknya Ati.' 3. Klausa Adverbial adverbia. Contoh: Klausa adverbial adalah klausa terikat yang bertindak sebagai Udin bulik ka Kandangan menjadi Udin bulik ka kampung halamannya. 'Udin pulang ke Kandangan' menjadi 'Udin pulang ke kampung halamannya.'

4 4.2 Kalimat Pengertian Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh. Pikiran yang utuh itu dapat diwujudkan dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam bentuk lisan ditandai dengan alunan titi nada, keras lembutnya suara, dan sela jeda, serta diakhiri nada selesai. Dalam bentuk tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya Unsur-unsur Kalimat Di samping berunsur subjek dan predikat, kalimat dapat dibangun dari unsur yang lebih kompleks. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut. Abah manzirimi duit pas awal bulan. 'Ayah mengirimi uang ketika S P O Pel K S P O Pel awal bulan.' K Berdasarkan contoh di atas, sebuah kalimat dapat tersusun dari unsur yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing unsur tersebut Subjek Subjek adalah unsur kalimat yang ada dalam sebuah kalimat. Subjek memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa. 2. Tidak didahului kata depan atau preposisi. 3. Dapat disertai kata ini atau itu. 4. Dapat merupa kata/kelompok kata benda atau kelas kata yang lain yang dapat memiliki salah satu ciri subjek Predikat Predikat adalah unsur kalimat yang memerikan atau menerangkan subjek. Keterangan itu berhubungan dengan apa, berapa, mengapa, atau bagaimana subjek. Predikat memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

5 1. Berupa jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa atau berapa. 2. Dapat disertai kata pengikar tidak atau bukan. 3. Dapat disertai adverbia seperti ingin, mau, akan. 4. Dapat didahului kata ialah, adalah, merupakan. 5. Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kelompok kata sifat, atau kelompok kata benda, kata atau kelompok kata bilangan Objek Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau yang menderita akibat perbuatan subjek. Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Terdapat dalam kalimat berpredikat verba transitif. 2. Langsung mengikuti predikat. 3. Tidak dapat didahului kata depan atau preposisi. 4. Menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya. 5. Dapat berupa kata atau kelompok kata benda atau anak kalimat (ditandai dengan kata penghubung bahwa). 6. Dapat diganti dengan bentuk -nya Pelengkap Pelengkap adalah unsur kalimat yang menerangkan predikat, tetapi tidak dikenai perbuatan subjek. Pelangkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Melengkapi makna kata kerja (predikat). 2. Terdapat dalam kalimat berpredikat kata keija dwitransitif. 3. Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek di dalam kalimat itu. 4. Tidak didahului kata depan. 5. Berupa kata/kelompok kata benda, kata/ kelompok kata sifat atau klausa. 6. Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya. 7. Tidak dapat digantikan dengan -nya. 8. Cenderung tidak dapat dilesapkan.

6 Keterangan Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut mengenai hal yang dinyatakan di dalam kalimat, keterangan kalimat bahasa Indonesia tidak wajib hadir. Selain itu letaknya pun bebas. Keterangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memberikan informasi tentang waktu, tempat, tujuan, cara, penyerta, alat. 2. Memiliki keleluasaan letak/tempat (dapat di awal, di akhir, atau menyisip di antara subjek dan predikat). 3. Didahului kata depan seperti ke, di, dari, pada, dalam, dengan atau kata penghubung/konjungsi jika berupa anak kalimat. 4. Tanpa kata depan jika berupa kata seperti kemarin, sekarang, tadi, nanti. 5. Dapat berupa kata, frase, atau klausa. 4.3 Kalimat Dasar dalam Bahasa Indonesia Kalimat dasar adalah kalimat yang mengandung hal-hal sebagai berikut: (i) terdiri dari satu klausa; (ii) unsur-unsurnya lengkap; (iii) susunan unsur- unsurnya menurut urutan yang paling umum; dan (iv) tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran (Alwi, et al, 2003:319). Kridalaksana (2001:92) mengemukakan bahwa kalimat dasar adalah kalimat yang strukturnya sederhana tetapi unsur-unsurnya lengkap dan yang paling lazim. 4.4 Pola Kalimat Dasar Kalimat dasar memiliki struktur dengan pola SP, SPO, SPPel, SPK, SPOPel, dan SPOK. Berikut penjelasan pola-pola tersebut Pola SP Kalimat yang predikatnya tidak menuntut objek, pelengkap, dan keterangan mempunyai pola SP seperti berikut. Contoh: (1) Umanya guring. S P 'Ibunya tidur.' (2) Kucingnya tiga ikuns. S P 'Kucingnya tiga ekor.' (3) Ading balajar.

7 S P 'Adik belajar.' Pola SPO Dalam kalimat dasar yang berpola SPO, predikat diisi oleh kata kerja transitif yang menghendaki dua pendamping, yakni subjek dan predikat. Dengan kata lain pola SPO ini menuntut kehadiran objek seperti contoh berikut. Contoh: ( 1 ) Sidin lasi mambaca koran. S P O (2) Uma manjarang banyu. S P O 'Ibu merebus air.' (3) Ading mananam kambans mawar. S P O 'Adik menanam bunga mawar.' Pola SPPel Kalimat dasar berpola SPPel juga menghendaki dua pendamping yang berupa subjek dan predikat, tetapi tidak memerlukan objek. Dalam pola SPPel yang diperlukan kehadiran pelengkap. Berikut contoh pemakaiannya. Contoh: (1) Inya marasa hara. S P Pel 'Dia merasa kuatir.' (2) Sidin manjadi katua RT. S P Pel 'Beliau menjadi ketua RT.' (3) Muhanya nanskaya kainya. S P P e l " 'Wajahnya mirip kakeknya.' Pola SPK Dalam kalimat berpola SPK, predikat menuntut kehadiran dua pendamping, yakni subjek dan keterangan. Berikut contoh pemakaiannya. Contoh: ( 1 ) Abah tulak ka kantor. S P K 'Ayah pergi ke kantor.' (2) Sampah masih haja dibuang sambarangan. S P K 'Sampah masih saja dibuang sembarangan.' (3) Inya balaiar sampai t angah malam. S P K

8 4.4.5 Pola SPOPel 'Dia belajar hingga tengah malam.' Predikat dalam kalimat dasar berpola SPOPel menuntut kehadiran objek dan pelengkap sekaligus. Berikut contoh pemakaiannya. Contoh: (1) Aku manukarakan ading w adai cincin. S P 0 Pel 'Saya membelikan adik kue cincin.' (2) Bubuhannya manggalari sidin Utuh Ganal. S P 0 Pel 'Mereka menggelari beliau Utuh Ganal.' (3) Inya mambari unda buah langsat. S P 0 Pel 'Dia memberi saya buah langsat.' Pola SPOK Predikat dalam kalimat dasar berpola SPOK menuntut tiga pendamping sekaligus, yakni subjek, objek, dan keterangan. Berikut contoh pemakaiannya. Contoh: ( 1 ) Sidin mambawa bawaan gasan cucunya. S P O K 'Beliau membawa oleh-oleh untuk cucunya.' (2) Uma maandak epok di bawah tilam. S P O K 'Ibu meletakkan dompet di bawah kasur.' (3) Kami sudah badapat sidin samalam. S POK 'Kami sudah bertemu beliau kemarin.' 4.5 Jenis Kalimat Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan jumlah klausa, bentuknya, sifatnya, serta berdasarkan predikatnya Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk (Djajasudarma dalam Putrayasa, 2007:26).

9 Kalimat Tunggal A. Pengertian Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa terikat (Cook, 1971:38; Elson and Pickett, 1969:123). Alwi, et al, (2003:338) mengemukakan bahwa kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal ini berarti bahwa konstituen untuk tiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat tunggal terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Dalam kalimat tunggal tidak mustahil terdapat unsur manasuka, seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Hal senada juga dikemukakan Keraf (1991:194) kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola yang baru. Kridalaksana (2001:95) mengemukakan bahwa kalimat tunggal adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas. Chaer (2003:243) mengatakan bahwa kalau klausanya hanya satu, kalimat tersebut disebut kalimat tunggal. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa atau satu konstituen SP. Unsur inti kalimat tunggal adalah subjek dan predikat (Rusyana dan Samsuri, 1976:29). Dengan demikian, kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa atau dua unsur inti subjek dan predikat dan dapat diperluas dengan satu atau lebih unsur tambahan tetapi tidak membentuk pola baru. B. Ciri-ciri Kalimat Tunggal Ciri-ciri kalimat tunggal sebagai berikut: 1. Terdiri dari unsur inti subjek dan predikat. 2. Dapat diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan. 3. Hasil dari perluasan tersebut tidak boleh membentuk pola baru. 4. Boleh ditambah dengan objek dan keterangan. Contoh penggunaan kalimat tunggal sebagai berikut: (1) Urang itu kai kami. 'Orang itu kakek kami.' (2) Abah manukar peci hanyar. 'Ayah membeli kopiah baru.' (3) Bajauh! 'Pergi!'

10 Kalimat Majemuk A. Pengertian Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih yang bagian-bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola yang baru di samping pola yang sudah ada (Keraf, 1991:199). Chaer (2003:243) mengatakan kalau klausa di dalam sebuah kalimat terdapat lebih dari satu, kalimat itu disebut kalimat majemuk. Atmojo, et al, (1991:119) juga mengemukakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas (Kridalaksana, 2001:94; Tangan 1985:7). Verhaar (1999:275) juga mengatakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Purba, et al. (2002:149) mengatakan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai kesatuan. Dengan demikian, sifat kalimat majemuk selalu berwujud dua klausa atau lebih dan akan terjadi hubungan antarklausa yang ada pada kalimat itu. B. Ciri-ciri Kalimat Majemuk Ciri-ciri kalimat majemuk sebagai berikut: 1. Hasil penggabungan atau perluasan dari kalimat tunggal. 2. Mempunyai unsur inti yang ganda, baik subjek, predikat, maupun objek. 3. Menggunakan kata tugas. 4. Mempunyai induk kalimat dan anak kalimat. C. Jenis-jenis Kalimat Majemuk Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu: (1) kalimat majemuk setara, (2) kalimat majemuk rapatan, dan (3) kalimat majemuk bertingkat (Putrayasa, 2007:55). 1. Kalimat Majemuk Setara Alwi, et al. (2001:24) mengemukakan bahwa kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang unsur-unsurnya sederajat atau setara. Artinya, unsur yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah daripada unsur yang

11 lainnya. Masing-masing unsur yang membentuk kalimat majemuk itu dapat berdiri sendiri. Keraf (1991:200) mengemukakan hal yang sama bahwa kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat, tidak ada pola kalimat yang menduduki suatu fungsi yang lebih tinggi dari pola yang ada. Purba, et al. (2002:149) juga mengemukakan hal yang senada bahwa dalam kalimat majemuk setara, hubungan antara klausa yang satu atau dengan klausa yang lain dalam satu kalimat menyatakan hubungan koordinatif/sederajat/setara. Kridalaksana (2001:94) mengatakan bahwa kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri dari klausa-klausa bebas. Putrayasa (2007:55) mendefinisikan bahwa kalimat majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya tidak ada yang dihilangkan. Dengan kata lain, unsur-unsur kalimat tunggal yang digabungkan mempunyai kedudukan yang setara. Jadi, kalimat majemuk setara diberi nama sesuai dengan jenis hubungan yang ada di antara kalimat-kalimat yang digabungkan. Selanjurnya, Putrayasa (2007:55) mengatakan bahwa secara garis besar, kalimat majemuk setara dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kalimat majemuk setara sejalan, (2) kalimat majemuk berlawanan, dan (3) kalimat majemuk penunjukkan. Kalimat majemuk setara sejalan adalah kalimat-kalimat yang digabungkan itu tidak berlawanan atau pengertiannya sejalan. Kemudian yang dimaksud dengan kalimat majemuk setara berlawanan adalah kalimatkalimat yang digabungkan itu mengandung makna pertentangan. Selanjutnya, kalimat majemuk setara penunjukkan adalah bagian kalimat satu menunjuk kembali pada bagian lain. Contoh: (1) Inya makan dan minum di rumah unda. 'Dia makan dan minum di rumah saya.' (2) Ikam umpat aku atawa umpat inya bulik? 'Kamu ikut saya atau ikut dia pulang?'

12 (3) Ading sudah rajin balajar, tapi nilai ulangannya masih haja randah. 'Ading sudah rajin belajar, tapi nilai ulangannya masih saja rendah.' 2. Kalimat Majemuk Rapatan Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang terjadi dari penggabungan beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya sama dirapatkan atau dituliskan sekali saja (Putrayasa, 2007:57). Kemudian Putrayasa (2007:57) membagi kalimat majemuk rapatan menjadi: (1) kalimat majemuk rapatan sama subjek, (2) kalimat majemuk rapatan sama predikat, (3) kalimat majemuk rapatan sama objek, dan (4) kalimat majemuk rapatan sama keterangan. Pemberian nama ini sesuai dengan unsur kalimat yang dirapatkan. Contoh: Contoh: Maling itu dihajar, disepak-sepak, habis itu disimbur lawan banyu. S P1 P2 P3 'Pencuri itu dipukul, ditendang-tendang, setelah itu disiram dengan air.' 2) Kalimat Majemuk Rapatan Sama Predikat Contoh: Rumahnya, pahumaannya, dan kabunnya dijual. SI S2 S3 P 'Rumahnya, sawahnya, dan kebunnya dijual.' 3) Kalimat Majemuk Rapatan Sama Objek Contoh: Abah manulis dan uma mangirimakan surat ini. SI P1 S2 P2 O 'Ayah menulis dan ibu mengirimkan surat ini.' 4) Kalimat Majemuk Rapatan Sama Keterangan Contoh: Ading manyapu halaman dan kaka mamasak di sumur. SI P1 01 S2 P2 K 'Adik menyapu halaman dan kakak memasak di sumur.' 3. Kalimat Majemuk Bertingkat Admojo, et al. (1991:124) mengemukakan bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya tidak mempunyai kedudukan yang sama. Hubungan klausa yang satu dengan klausa lainnya disebut hubungan subordinatif. Ketidaksetaraan kedudukan klausa dalam kalimat ini akan menimbulkan adanya klausa utama dan klausa sematan.

13 Klausa utama adalah klausa yang menjadi induk kalimat, sedangkan klausa sematan klausa yang menjadi bagian klausa utama. Putrayasa (2007:59) mengatakan bahwa kalau sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentak menjadi kalimat dan kalau kalimat bentakan itu digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, terbentuklah kalimat majemuk bertingkat. Dengan ketentuan: 1. Sisi kalimat sumber disebut induk kalimat. 2. Kalimat bentukan disebut anak kalimat. 3. Anak kalimat diberi nama sesuai dengan nama unsur kalimat sumber yang digantinya. Keraf (1991:200) juga mengemukakan bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Salah satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang lazimnya disebut induk kalimat, sedangkan pola yang lain yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat. Sesuai dengan fungsi atau relasinya itu, anak-anak kalimat dapat dibagi menjadi: 1. Anak-anak kalimat yang menduduki fungsi utama kalimat, yaitu anak kalimat subjek dan anak kalimat predikat. 2. Anak-anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi pelengkap fungsi tambahan yang rapat, yaitu anak kalimat objek langsung, objek pelaku, dan objek berkepentingan. Anak-anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi tambahan yang renggang, baik sebagai keterangan subjek dan objek maupun sebagai keterangan predikat yang renggang, yaitu anak kalimat keterangan subjek, anak kalimat keterangan objek, anak kalimat keterangan waktu, anak kalimat keterangan tempat, keterangan sebab, dan keterangan akibat. Contoh: Abahnya rancak bamamai lantaran anaknya kada mau balajar. 'Ayahnya sering mengomel sebab anaknya tidak mau belajar.' Inya sudah bapadah lawan unda kalau inya kada masuk sakolah. 'Dia sudah mengatakan kepada saya bahwa dia tidak masuk sekolah.' (3) Biar hujan unda tetap datang ka rumah ikam. 'Meskipun hujan saya tetap datang ke rumah kamu.' Kalimat Berdasarkan Bentuknya Berdasarkan bentuknya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Berikut uraiannya.

14 Kalimat Berita Kalimat berita adalah kalimat yang berisi pemberitaan atau pernyataan. Kalimat berita disebut juga kalimat deklaratif (Alwi, et al, 2001:9). Kridalaksana (2001:92) mengatakan kalimat berita atau deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif dan pada umumnya mengandung makna 'menyatakan atau memberitahukan sesuatu'; dalam ragam tulis biasanya diberi tanda titik (.) atau tak diberi apa-apa pada bagian akhirnya. Chaer (1998:349) mendefinisikan bahwa kalimat berita adalah kalimat yang isinya menyatakan berita atau pernyataan untuk diketahui oleh orang lain (pendengar atau pembaca). Kalimat berita dibentuk dari sebuah klausa, dua buah klausa, tiga buah klausa, atau juga lebih; atau dalam wujud kalimat sederhana, kalimat luas rapatan, kalimat luas setara, kalimat luas bertingkat, maupun kalimat kompleks, sesuai dengan besarnya atau luasnya isi berita yang ingin disampaikan. Selanjutaya, Ramlan (1996:32) juga menambahkan bahwa berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian. Contoh: (1) Isuk sidin tulak ka Tanjung. 'Besok beliau pergi ke Tanjung.' (2) Sidin baisi cucu 15 ikung. 'Beliau mempunyai cucu 15 orang.' (3) Bubuhannya dibari waktu saminggu manggawi tugas ini. 'Mereka diberi waktu seminggu mengerjakan tugas ini.' Kalimat Tanya Kalimat tanya adalah kalimat yang biasanya digunakan untuk meminta informasi tentang sesuatu dari lawan bicara. Kalimat tanya disebut juga kalimat interogatif (Alwi, et al, 2001:9). Kridalaksana (2001:93) juga mengemukakan kalimat tanya atau interogatif adalah kalimat yang

15 mengandung intonasi interogatif dan pada umumnya mengandung makna pertanyaan; dalam ragam tulis biasanya ditandai oleh (?). Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya mengharapkan reaksi atau jawaban berupa pengakuan, keterangan, alasan, atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 1998:350). Selanjutnya, Ramlan (1996:33) kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Contoh: (1) Sapa ngaran ikam? 'Siapa nama kamu?' (2) Buku ini sudah pian baca? 'Buku ini sudah tuan baca?' (3) Ikamkah nang maambil iwakku? 'Kamukah yang mengambil ikanku?' Kalimat Perintah Kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung perintah atau permintaan (permohonan) kepada lawan bicara agar lawan bicara melaksanakan atau mengeijakan apa yang diinginkan oleh pembicara. Kalimat perintah disebut juga kalimat imperatif (Alwi, et al, 2001:9). Kridalaksana (2001:94) juga mengemukakan bahwa kalimat perintah atau kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif dan pada umumnya mengandung makna perintah atau larangan; dalam ragam tulis ditandai oleh (.) atau (!). Kemudian, Cook (1971:38) mengatakan bahwa kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa tindakan. Contoh (1) Tutupakan lawang! 'Tutup pintu!' (2) Ayu kita tulakan! 'Ayo kita berangkat!' (3) Kawakah ikam nang maantar bubur ini ka rumah nini! 'Bisakah kamu yang mengantar bubur ini ke rumah nenek?'

16 4.5.3 Kalimat Berdasarkan Sifatnya Berdasarkan sifatnya kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat aktif dan kalimat pasif. Berikut uraiannya Kalimat Aktif Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperanan sebagai pelaku atau aktor (Cook, 1971:49). Jadi dalam kalimat aktif, subjeknya melakukan tindakan secara aktif dan biasanya ditandai dengan kata kerja. Jenis-jenis kalimat aktif dapat dibedakan menjadi kalimat aktif transitif dan aktif intransitif. Berikut penjelasannya. A. Kalimat Aktif Transitif Kalimat aktif transitif merupakan kalimat aktif yang memerlukan objek. Contoh: (1) Uma mamasak nasi. 'Ibu memasak nasi.' (2) Ading balajar mambaca. 'Adik belajar membaca.' (3) Sidin manyamir sapatu. 'Beliau menyemir sepatu.' B. Kalimat Aktif Intransitif memerlukan Kalimat aktif intransitif merupakan kalimat aktif yang tidak objek. Contoh: (1) Inya manari-nari sorangan. 'Dia menari-nari sendirian.' (2) Sidin bahinakpina ngalih banar. 'Beliau bernapas tampak susah sekali.' (3) Kakanakan itu babukahan haja. 'Anak-anak itu berlari-larian saja.' Kalimat Pasif Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperanan sebagai penderita. Jadi dalam kalimat pasif, subjeknya melakukan tindakan secara pasif. Contoh: (1) Wadai ini habis dimakan kaka. 'Kue ini habis dimakan kakak.' (2) Kucing disepak ading. 'Kucing ditendang adik.' (3) Bubuhannya kahausan. 'Mereka kehausan.'

17 4.5.4 Kalimat Berdasarkan Pengisi Predikat Kalimat berdasarkan pengisi predikat maksudnya konstituen apa saja yang mengisi predikat kalimat sehingga kalimat dapat dibedakan menjadi (1) kalimat verbal dan (2) kalimat ekusional. Berikut penjelasannya Kalimat Verbal (verba) atau frase verba. Contoh: (1) Sidin maunjun. 'Beliau memancing.' (2) Abah guring di kamar. 'Ayah tidur di kamar.' (3) Uma manggangan asam. 'Ibu menyayur asem.' Kalimat Ekusional Kalimat ekusional adalah kalimat yang memiliki predikat bukan kata kerja (verba). Predikat dalam kalimat ekusional dapat berupa kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva), atau kata bilangan (numeralia). Contoh: (1) Abah undapulisi. 'Ayah saya polisi.' (2) Anak sidin bungas banar. 'Anak beliau cantik sekali.' (3) Rumah sidin 3 buah. 'Rumah beliau 3 buah.' Kalimat Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya Kalimat berdasarkan kelengkapan unsurnya dapat dibedakan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap Kalimat Lengkap Kalimat lengkap merupakan kalimat yang unsur-unsurnya lengkap, seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Contoh: (1) Uma haratan manj arang pucuk daun gumbili di dapur. 'Ibu sedang merebus pucuk daun singkong di dapur.' (2) Kami manggawi tugas bahasa Indonesia di rumah Ayu. 'Kami mengerjakan tugas bahasa Indonesia di rumah Ayu.'

18 (3) Bini sidin bungas banar. 'Istri beliau cantik sekali.' Kalimat Tak Lengkap Kalimat tak lengkap merupakan kalimat yang tidak ada unsur subjek dan predikat. Hal ini terjadi dalam wacana karena unsur yang tidak muncul tersebut sudah diketahui sebelumnya. Contoh: (1) Kai! 'Kakek!' (2) Guring 'Tidur' (3) makan! 'makan!' Kalimat Berdasarkan Susunan Unsurnya Berdasarkan susunan unsurnya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat biasa dan kalimat inversi Kalimat Biasa Kalimat biasa merupakan kalimat yang susunan subjeknya mendahului predikat. Contoh: (1) Bubuhannya mamutik langsat. 'Mereka memetik duku.' (2) Ading ditukarakan anakan. 'Adik dibelikan boneka.' (3) Kaka manapas jilbabnya. 'Kakak mencuci jilbabnya Kalimat Inversi Kalimat inversi merupakan kalimat yang susunan predikatnya mendahului subjek. Contoh: (1) Takurihing sidin mandangar habar nitu. 'Tersenyum beliau mendengar kabar yang itu.' (2) Marangut muhanya manarima tugas nang banyak. 'Merengut wajahnya menerima tugas yang banyak.' (3) Manangis ay inya mandangar habar adingnya maninggal dunia. 'Menangislah dia mendengar kabar adiknya meninggal dunia.'

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis)

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) Diyah Permana (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak Kajian tentang Frasa Nominal dalam

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS PEMHSN SOL SINTKSIS 1. Perbedaan Frase dengan Kata Majemuk Frasa adalah frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT? KALIMAT? Kalimat merupakan bentuk bahasa atau wacana yang digunakan sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Mustakim, 1994). Kalimat

Lebih terperinci

Perhatikan kalimat di bawah ini!

Perhatikan kalimat di bawah ini! KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2 SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2 1. (1).Aku sudah selesai belajar. (2).Besok aku siap pulang (3).Karena ingin mendapat nilai yang baik,aku lebih Lama belajar dan lebih

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami halhal lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Untuk STIKOM Bandung Tahun 2011-2012 Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jadi, bila tidak

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Pola Hubungan Peran Semantik dalam Kalimat Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S.Pd. M.Pd. Disusun oleh : Kelompok

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Kalimat Pertemuan 04 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri kalimat. 2. Menggunakan kata dan frasa sebagai pembentuk kalimat, 3. Memahami

Lebih terperinci

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini Pengertian Kalimat Pengertian kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini Kalimat Fakta adalah

Lebih terperinci

BAB II POLA DAN TIPE KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR

BAB II POLA DAN TIPE KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR BAB II POLA DAN TIPE KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR Analisis terhadap data kalimat kompleks karangan siswa kelas VII SMP Dwijendra Denpasar ditemukan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan 8 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sintaksis Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG Mutoharoh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ragam bahasa menurut sarananya dibatasi atas ragam lisan dan tulisan. Karena bahasa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dan jurnal. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah dipertanggung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian pola kalimat yang sudah pernah dilakukan adalah analisis pola kalimat berpredikat verba dalam bahasa Indonesia pada buku mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar atau tabloid adalah lembaran-lembaran kertas yang tertuliskan berita (Alwi, 2007: 1109). Berita sendiri dapat diartikan sebagai laporan tercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Sumpah ini membuktikan bahwa berbangsa satu, bertanah

Lebih terperinci

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI 1. Pengertian Verba 2. Verba Dasar 3. Verba Turunan 4. Verba Majemuk VERBA . Pengertian Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. Dalam masyarakat moderen, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

Kalimat aktif Kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan.

Kalimat aktif Kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan. 1 Kalimat aktif Kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan. Ciri-ciri : 1. Subjeknya sebagai pelaku. 2. Predikatnya berawalan me- atau ber-. 3. Predikatnya tergolong kata kerja

Lebih terperinci

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

Kemampuan Penggunaan Struktur Kalimat Terhadap Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi Siswa Kelas VII SMPN 3 Sungguminasa Kabupaten Gowa

Kemampuan Penggunaan Struktur Kalimat Terhadap Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi Siswa Kelas VII SMPN 3 Sungguminasa Kabupaten Gowa Fardillah/Kemampuan Penggunaan Struktur Kalimat Terhadap Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi 642 Kemampuan Penggunaan Struktur Kalimat Terhadap Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi FARDILLAH Abstrak

Lebih terperinci

KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D

KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI Ekawati A1D1 10 129 Abstrak Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: Struktur fungsi klausa verbal bahasa Menui, Struktur kategori klausa

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun

LANDASAN TEORI. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun 7 II. LANDASAN TEORI 2.1 Kalimat Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun yang menentukan satuan kalimat bukannya banyakanya kata yang menjadi unsurnya, melainkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra,

Lebih terperinci

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu FUNGSI ETERANGAN DALAM ALIMAT MAJEMU BERTINGAT DALAM OMPAS MINGGU TRULI ANJAR YANTI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): Nama : Hengki Firmansyah Nim : 1402408324 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah.

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah. 1. 1. Ayah pergi ke Bandung 2. Paman datang dari Medan 3. Ibu menyambutnya dengan ramah Hasil penggabungan tiga kalimat tersebut yang Tepat adalah... SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan kajian sintaksis sebelumnya pernah diteliti oleh:

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan kajian sintaksis sebelumnya pernah diteliti oleh: 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian mengenai bahasa khususnya kalimat aktif dan pasif dengan menggunakan kajian sintaksis sebelumnya pernah diteliti oleh: 1. Penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Abstrak KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Trismanto 1) Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jalan Pemuda No. 70 Semarang 50132 Email : trismanto_tris@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh: ERNI FITRIANA A. 310090015

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Status BBM mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A berbeda dengan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. Status BBM mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A berbeda dengan jenis 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian mengenai Jenis-jenis Kalimat pada Pemakaian Bahasa Gaul di Status BBM mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A berbeda dengan jenis penelitian sejenis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan.

Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan. pelajaran 1 diri sendiri Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan. Kompetensi Dasar 1.1 Membedakan berbagai bunyi bahasa. 1.2. Melaksanakan sesuatu sesuai dengan

Lebih terperinci

Kata kunci: perilaku objek, kalimat, bahasa Indonesia. Abstract

Kata kunci: perilaku objek, kalimat, bahasa Indonesia. Abstract PERILAKU OBJEK KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Mas Sukardi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Vetaran Bangun Nusantara Jl. S. Humardani Jombor Sukoharjo/ Mahasiswa S3 Universitas Sebelas

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.

Lebih terperinci