BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. Dalam masyarakat moderen, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Selain itu, animo individu atau masyarakat yang tinggi terhadap program komunikasi melalui media massaseperti surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan internet menjadikan setiap saat individu atau masyarakat tidak dapat dilepaskan dari hadirnya media massa. Sehingga media massa sudah menjadi sajian atau santapan masyarakat sebagai acuan sumber berita dan informasi yang sedang berkembang di sekitarnya. Salah satu media massa yang dianggap populer di kalangan masyarakat saat ini, yaitu media massa cetak, di antaranya yaitu, surat kabar, majalah, buku teks, newsletter, buletin, dan tabloid. Para pemilik perusahaan media massa bersaing untuk menarik para pembaca sebanyak-banyaknya agar memperoleh pelanggan di pasaran sehingga laku dan dapat diterima di masyarakat. Ketika media cetak telah laris di pasaran dan dapat diterima oleh masyarakat dapat dikatakan pula bahwa media tersebut sukses dari segi finansial sehingga mendapatkan banyak keuntungan. Hal ini juga berarti bahwa media cetak itu dapat semakin berpengaruh, karena semakin banyak yang membacanya. 1

2 2 Maka dari itu media cetak semakin mampu membentuk opini publik, dan inilah merupakan salah satu tujuan pokok dari keberadaan media cetak tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi media cetak untuk dapat laris di pasaran dan diterima oleh masyarakat.salah satunya adalah struktur bahasa suatu media cetak yang dapat dilihat dari redaksi media cetak tersebut. Redaksi adalah cara dan gaya menyusun dalam kalimat (KBBI, 2003:938). Kridalaksana (2008:208) menyebutkan redaksi adalah cara mengungkapkan sesuatu dengan kata, frase, kalimat sehingga membentuk wacana. Sehingga dalam penyusunan media cetak, redaksi merupakan bagian terpenting yang harus diperhatikan. Judul merupakan bagian dari peyusunan redaksi. Permasalahan judul tentang media cetak menarik untuk dikupas lebih dalam. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti judul artikel media cetak yang terdapat dalam majalah. Judul yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang sering kita sebut headline bukan judul dari sampul majalah. Judul diambil dari majalah Panjebar Semangat (PS) tahun Majalah PS adalah majalah mingguan berbahasa Jawa yang terbit di Surabaya. Majalah ini pertama kali terbit pada 2 September 1993.Panjebar Semangat didirikan oleh Dr. Soetomo, tokoh pendiri Budi Utomo, sebagai salah satu media yang digunakan untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia 2. Majalah tersebut masih populer di 2 Wikipedia.org/wiki/Panjebar_Semangat diakses tanggal 29 April 2013

3 3 kalangan masyarakat terutama di pulau Jawa yang sebagian penduduknya masih menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi dan juga menjadi bahasa ibu. Bahasa Jawa sebagai media komunikasi dapat berbentuk kalimat, klausa, atau frase. Sosok kalimat tampak dalam dua wujud, yaitu lisan dan tulisan. Wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, diwarnai oleh kekeras-lembutan tekanan, disela oleh jeda diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Wujud tulisan, khususnya yang berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruh kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru (Sudaryanto, 1992:56). Kalimat secara gramatikal dapat dipaparkan berdasarkan kategori sintaksis, fungsi sintaksis, dan peran sintaksis atau peran semantis (Wedhawati dkk,.2001:20). Wujud klausa atau frase bahasa Jawa dapat direalisasikan dalam judul majalah PS. Kajian terhadap judul di dalam majalah PS akan dianalisis dari aspek sintaksis khususnya satuan kebahasaan yang berupa frase dan klausa. Beberapa judul dalam majalah PS mempunyai satuan sintaksis yang berupa frase dan klausa, seperti contoh di bawah ini: (1) Siap Wafat (PS, : 37) Siap mati (2) Bupati Madiun Disuduk Obeng (PS, : 13) Bupati Madiun ditusuk obeng S P PEL Contoh (1) merupakan satuan kebahasaan berupa frase. Frase tersebut termasuk jenis frase endosentrik yang atributif karena unsur-unsur pembentuk yang tidak setara. Kata Wafat merupakan unsur pusat (UP) dan kata Siap

4 4 merupakan unsur atribut (Atr).Secara kategorial frase tersebut termasuk frase verbal karena kata Siap termasuk golongan kata tambah (T), dan kata Wafat termasuk golongan verbal (V). Contoh (2) merupakan satuan kebahasaan berupa klausa. Berdasarkan fungsinya Bupati Madiun berfungsi sebagai subjek (S), Disuduk berfungsi sebagai predikat (P), Obeng berfungsi sebagai pelengkap (PEL). Klausa tersebut termasuk dalam kategori klausa verbal karena berisi predikat golongan (V), yaitu kata Disuduk. 1.2 Rumusan Masalah Atas dasar penjelasan latar belakang di atas, penulis akan membahas tentang sintaksis dalam judul majalah PS tahun Oleh karena itu, ada beberapa rumusan masalah yang muncul, di antaranya yaitu: 1. Apa sajakah jenis dan kategori pembentuk frase judul artikel dalam majalah Panjebar Semangat tahun 2010? 2. Bagaimanakah struktur klausa judul artikel dalam majalah Panjebar Semangat tahun 2010? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yang membahas judul dalam majalah PS dari segi sintaksis, di antaranya sebagai berikut : 1. Memaparkan jenis dan kategori pembentuk frase judul artikel dalam majalah PS tahun 2010.

5 5 2. Memaparkan penggolongan klausa berdasarkan unsur internnya, adatidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P, dan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi P judul artikel dalam majalah PS tahun Penelitian ini juga memberikan manfaat praktis, yaitu tentang penulisan judul artikel dalam majalah Panjebar Semangat sesuai struktur bahasa Jawa. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu ruang lingkup data dan ruang lingkup analisis data Ruang Lingkup Data Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari majalah PS selama tahun 2010 edisi bulan Januari sampai dengan Desember. Sumber data tersebut diambil dari majalah PS edisi 9 Januari 2010 sejumlah tujuh judul artikel, edisi 27 Februari 2010 sejumlah empat judul artikel, edisi 13 Maret 2010 sejumlah delapan judul artikel, edisi 10 April 2010 sejumlah empat judul artikel, edisi 8 Mei 2010 sejumlah empat judul artikel, edisi 12 Juni 2010 sejumlah empat judul artikel, edisi 17 Juli 2010 sejumlah enam judul artikel, edisi 14 Agustus 2010 sejumlah empat judul artikel, edisi 11 September 2010 sejumlah tujuh judul artikel, edisi 16 Oktober 2010 sejumlah enam judul artikel, edisi 13 November 2010 sejumlah lima judul artikel, dan edisi 18 Desember 2010 sejumlah empat judul artikel. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terdapat berbagai macam bentuk struktur sintaksis judul artikel dalam majalah PS, yaitu, frase dan

6 6 klausa. Data diambil secara acak dari majalah PS, hanya sebatas judul artikel yang berbentuk frase dan klausa pada majalah tersebut Ruang Lingkup Analisis Data Ruang lingkup pada penelitian ini hanya sebatas pada pembahasan mengenai struktur sintaksis dan bentuk satuan sintaksis dalam judul majalah PS. Struktur sintaksis dalam judul majalah PS meliputi kategori, fungsi, dan peran sintaksis. Struktur sintaksis yang dibahas dalam penelitian ini menganalisis tentang judul artikel pada majalah PS dianalisis frase dan klausa. Judul artikel berbentuk frase pada majalah PS dianalisis berdasarkan jenis dan kategori frase. Judul artikel berbentuk klausa pada majalah PS dianalisis struktur klausa berdasarkan fungsi unsur internya, klusa berdasarkan ada atau tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat, dan klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat. 1.5 Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian tentang judul yang dianalisis dari aspek sintaksis telah banyak dilakukan.pertama, penelitian Faeruzzabadi (2002) berbentuk skripsi yang berjudul, Elipsis Konjungsi Dan Fungsi Sintaksis Dalam Judul Berita Surat Kabar Berbahasa Indonesia. Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan elipsis fungsi sintaksis dalam judul berita surat kabar berbahasa Indonesia. Sumber data yang diambil dari skripsi ini berasal dari Jawa Pos, Koran Tempo, Kompas, Republika, Kedaulatan Rakyat, dan Bernas edisi awal, pertengahan, dan akhir Januari 2002.

7 7 Skripsi Faeruzzabadi membahas tentang unsur elipsis dalam judul berita surat kabar berbahasa Indonesia yang hanya ditemukan 2 unsur fungsi sintaksis yang dilesapkan di dalam judul berita surat kabar berbahasa Indonesia yaitu unsur subjek dan predikat. Unsur lain seperti objek dan pelengkap tidak ditemukan dilesapkan dari judul berita kabar berbahasa Indonesia. Tesis Sumarno yang berjudul, Judul Kajian Surat Kabar Sebuah Kajian Sintaksis secara khusus berisi tentang berbagai analisis yang mendeskripsikan secara detail judul surat kabar Kompas dan Jawa Pos yang dijadikan bahan dan sumber data. Tesis tersebut menjelaskan atau memaparkan secara detail hal-hal seperti pola unsur fungsional judul berita, maksud penggunakan instrumenintrumen sintaksis dalam judul berita, pemadatan strukur sintaksis judul berita, dan preferensi penulisan judul berita, antara bentuk kalimat dan bentuk frase. Penelitian tesis tersebut mempunyai tujuan agar dapat memberikan pemahaman yang mendalam khususnya tentang teori sintaksis dalam kaitannya dengan analisis pola komponen judul berita, antara bentuk kalimat dan frase sehingga dapat dijadikan sebagai acuan penulis untuk penelitian ini. Penelitian di atas semuanya menggunakan bahan berasal dari surat kabar berbahasa Indonesia sedangkan yang akan ditulis dalam penelitian ini bahan bersumber dari majalah berbahasa Jawa yang masih jarang diteliti oleh para peneliti. 1.6 Landasan Teori Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun dengan dan tattein menempatkan. Secara etimologis istilah tersebut berarti menempatkan bersama-

8 8 sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat (Verhaar, 1988:70). Sintaksis adalah salah satu cabang ilmu linguistik.istilah sintaksis secara langsung diambil dari bahasa Belanda syntaxis, dalam bahasa Inggris digunakan juga istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase (Ramlan, 2005:18) sedangkan Kridalaksana (2008:223) mengatakan bahwa sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar dalam bahasa. Penelitian ini menggunakan teori sintaksis yang ditulis oleh Ramlan dan Sudaryanto. Ramlan (2005:18) menyebutkan bahwa sintaksis adalah ilmu bahasa yang menbicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase Frase Menurut Ramlan (2005:138) frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang hanya menempati satu fungsi atau jabatan, baik dalam subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (PEL) maupun keterangan (KET). Kesimpulannya adalah frase merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat karena hanya menduduki satu fungsi. Kumpulan kata yang ada pada frase merupakan kumpulan kata yang bersifat nonpredikatif, artinya hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek-predikat atau predikat objek. Kata-kata tersebut merupakan gabungan kata yang bersifat nonpredikatif dan hanya menduduki satu fungsi atau jabatan.

9 Frase Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya) Frase berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu frase endosentrik dan frase eksosentrik. a. Frase Endosentrik Frase Endosentrik dibagi menjadi tiga, yaitu frase endosentrik koordinatif, frase endosentrik atributif, dan frase endosentrik apositif. a.1 Frase Endosentrik Koordinatif Frase ini terdiri dari usur-unsur yang mempunyai kedudukan setara atau sama kuat (semuanya merupakan unsur pusat (UP) ). Kesamaan kedudukan tersebut dapat dibuktikan oleh kata penghubung lan dan atau karo dengan. a.2 Frase Endosentrik Atributif Frase ini terdiri dari unsur unsur yang tidak setara atau sama kuat (terdiri dari unsur pusat (UP) dan atributif (Atr.)). Oleh karena itu, unsur-unsurnya tidak bisa dihubungkan dengan kata penghubung lan dan atau karo dengan. a.3 Frase Endosentrik Apositif Frase ini adalah frase yang terdiri dari unsur pusat dan atribut, namun atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan. b. Frase Eksosentrik Frase Eksosentrik yaitu frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. Frase tersebut tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Contoh frase yang eksosentrik ialah frase neng omah di rumah, sing ijo yang hijau.

10 Frase Berdasarkan Kategori yang Menjadi Unsur Pusatnya Berdasarkan kategori yang menjadi unsur pusatnya, frase dibagi menjadi lima jenis, yaitu frase nominal, frase verbal, frase bilangan, frase keterangan, dan frase depan. a. Frase Nominal Frase nominal yaitu frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal. Secara kategorial, frase nominal mungkin bisa terdiri dari frase nominal diikuti nominal, nominal diikuti verbal, nominal diikuti bilangan, nominal diikuti keterangan, nominal diikut frase depan, nominal didahului bilangan, nominal didahului kata sandang, kata sing yang diikuti nominal, kata sing diikuti verbal, kata sing yang diikuti bilangan, kata sing yang diikuti keterangan, dan kata sing yang diikuti frase depan. Menurut Sudaryanto (1992:85) memaparkan bahwa terdapat ciri-ciri kata yang bisa dimasukkan dalam kategori nominal, antara lain adalah bilamana ada kata polimorfemis dalam bahasa Jawa berunsurkan afiks (pan-, pa-, pi-, pra, pan-/-an, pa-/-an, dan pra-/-an), kemudian (konfiks ka-/-an, sufiks an, dan sufiks e) memberi ciri kenominaan. Di samping dapat diketahui lewat bentuk morfologis dan perangai sintaksisnya, nomina dapat diketahui juga lewat perangai sintaksisnya, yaitu sebagai pengacu terhadap unsur kenyataan yang berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, gagasan, pengertian, dan yang lain sejenisnya beserta dengan segala dimensi yang dimiliki dan dapat disebut dengan kata.

11 11 b. Frase Verbal Frase verbal yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal. Seperti contoh frase lagi maca, kata lagi mempunyai distribusi yang sama dengan kata maca membaca. Kata maca termasuk golongan verbal, maka lagi maca juga termasuk golongan verbal. Hubungan makna antar unsur-unsurnya terdiri dari penjumlahan, pemilihan, ragam, negatif, aspek, dan tingkat. Sudaryanto (1992:77) menguraikan ciri-ciri kata yang termasuk dalam kategori verbal, di antaranya yaitu, sebagai P verbal diikuti atau diatributi oleh kata lagi dalam arti sedang (bukan baru ) yang letak kiri, verbal dapat menjawab pertanyaan Ngapa? atau Lagi apa?, verbal dapat diikuti keterangan yang menyatakan cara melakukan tindakan yang dapat ditandai dengan kata karo dengan atau kanthi hingga, verbal memungkinkan munculnya konstituen lain yang sederajat dengan S atau P itu sendiri secara sintaksis seperti kata wedi takut dan wani berani dengan kata jirih takut dan kendel berani. Sebagai verbal, wedi dan wani disebut verbal keadaan, sedangkan jirih dan kendel yang bukan verbal itu termasuk kategori adjektiva. c. Frase Bilangan Frase bilangan yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan. Seperti contoh frase minyak goreng telung liter tiga liter minyak goreng. Kata telu termasuk golongan kata bilangan, sedangkan kata liter termasuk kata penyukat. Jadi frase bilangan tersebut terdiri dari unsur kata bilangan diikuti kata penyukat. Selain itu, terdapat juga frase bilangan yang terdiri dari kata bilangan disertai kata tambah. Misalnya seperti seperti frase

12 12 papat wae empat saja. Kata papat termasuk dalam kata bilangan, sedangkan kata wae termasuk dalam kata tambah. d. Frase Keterangan Frase keterangan yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan. Misalnya frase wingi sore kemarin sore. Kata wingi mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan. e. Frase Depan Frase depan yaitu frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksisnya. Misalnya frase saka omah. Frase saka omah terdiri dari kata depan saka sebagai penanda, diikuti omah sebagai aksisnya Klausa Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, PEL., dan KET. ataupun tidak. Unsur inti klausa adalah S dan P, namun demikian S sering dihilangkan dan jelas bahwa unsur yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P (Ramlan, 2005:79). Unsur-unsur lainnya mungkin ada, mungkin juga tidak ada. Sudaryanto (1992:62) menyebutkan bahwa kalimat tunggal yang menjadi unsur pembentuk kalimat majemuk maka disebut klausa. Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang disebut S, P, O, PEL, dan KET. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama dalam satu klausa, terkadang satu klausa hanya terdiri dari S dan P; S, P, dan O; S, P, dan PEL; S, P, dan KET; S, P, PEL, dan KET, atau P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa adalah P (Ramlan, 2005:80). Sudaryanto (1992:126) memaparkan

13 13 bahwa dalam bahasa Jawa dapat dijumpai setidak-tidaknya adanya lima jenis fungsi sintaksis yaitu, predikat (P), subjek (S), objek (O), pelengkap (PEL), keterangan (KET). a. Fungsi Predikat dan Subjek Berdasarkan strukturnya, S dan P dapat dipertukarkan tempatnya. Kalimat tunggal yang terdiri atas dua konstituen, jika dilihat dari aspek fungsi sintaksisnya, selalu berupa P dan S; dan dalam penyusunan kalimat tunggal bahasa Jawa yang biasa, S itu berada di depan P, jadi, S letak kiri terhadap pusatnya. b. Fungsi Objek Fungsi O dapat dikenali kejatiannya lewat dua cara, yaitu cara pertama dengan melihat jenis P-nya dan cara kedua dengan memperhatikan cirri khas O itu sendiri. Jenis P yang memunculkan fungsi O adalah P yang berwatak aktif transitif. Fungsi P yang berwatak demikian itu memiliki imbangan bentuk pasif didan dapat dijadikan bentuk imperatif.secara kategorial, P yang berwatak aktif transistif dapat didisi oleh verba dasar tertentu dan verba berimbuhan N-, N-/-I, N- /-ake. Dalam pada itu, cirri khas O adalah pengisinya yang berupa peran tertentu dapat mengisi fungsi S dalam kalimat pasif. c. Fungsi Pelengkap Di samping O, fungsi letak kanan P ada juga yang disebut fungsi pelengkap (Pel). Tetapi, fungsi itu tidak memiliki watak khas O. pengisinya tidak dapat mengisi fungsi S karena imbangan pasifnya memang tidak mungkin; atau

14 14 tidak akan menjadi S dalam kalimat pasif karena P-nya justru sudah pasif dan S- nya pun sudah ada. d. Fungsi Keterangan Fungsi S, P, O, dan PEL adalah empat fungsi sintaksis bahasa Jawa yang adanya di dalam kalimat bersifat wajib dan hadir bergantung pada watak pengiring P-nya. Di samping fungsi yang bersifat wajib, ada pula fungsi P. Fungsi sintaksis jenis terakhir itu disebut keterangan. Pada umumnya yang menjadi ciri menonjol fungsi KET dalam hal perilaku strukturalnya adalah kebebasan letaknya. Fungsi KET memiliki letak yang cenderung lebih bebas daripada PEL, terlebih-lebih bila hadir secara ganda. Hal itu bergantung pada pengisinya. Fungsi KET dapat terletak di depan SP, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antar P dan O dan di antara P dan PEL karena O dan PEL boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung di belakang P, setidak-tidaknya mempunyai kecenderungan demikian. Penggolongan klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan unsur internnya, ada atau tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P, dan berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi P Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur Internnya Klausa berdasarkan fungsi unsur internya dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa yang terdiri dari S dan P

15 15 disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-s disebut klausa tidak lengkap. a. Klausa Lengkap Klausa lengkap dapat dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan unsur internnya, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. b. Klausa Tidak lengkap Klausa yang tidak lengkap adalah klausa yang tidak memiliki unsur S, hanya terdiri dari unsur P, disertai O, PEL, KET, atau tidak Klausa Berdasarkan Ada atau Tidaknya Kata Negatif yang Secara Gramatik Menegatifkan P Berdasarkan ada atau tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan atau mengingkarkan P, klausa dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu klausa positif dan klausa negatif. a. Klausa Positif Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif ora tidak, dudu bukan, durung belum, aja jangan yang secara gramatik menegatifkan P. b. Klausa Negatif Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif ora tidak, dudu bukan, durung belum, aja jangan yang secara gramatik menegatifkan P.

16 Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang Menduduki Fungsi P Ramlan (2005:129) mengemukakan bahwa berdasarkan golongan atau kategori kata atau frase yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu, klausa nominal, klausa verbal, klausa bilangan, klausa depan. a. Klausa Nominal Klausa nominal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan N. Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik mempunyai perilaku pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, O. Sedangkan, pada tataran frase tidak dapat dinegatifkan dengan kata ora tidak, melainkan dengan kata dudu bukan, dapat diikuti kata kuwi itu sebagai atributnya, dan mengikuti kata depan neng di atau nang di sebagai aksisnya. b. Klausa Verbal Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri kata atau frase golongan V. kata golongan V adalah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan kata ora tidak. c. Klausa Bilangan Klausa bilangan atau klausa numerial ialah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan bilangan. Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat, sedangkan frase bilangan ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.

17 17 d. Klausa Depan Klausa depan atau klausa pereposisional ialah klausa yang P-nya terdiri dari frase depan, yaitu frase yang diawali oleh kata depan sebagai penanda. 1.7 Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini melalui tiga tahapan, yaitu penyediaan data, analisis data, dan pemaparan hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5). Berikut penjelasan metode yang digunakan dalam dalam penelitian ini Metode Penyediaan Data Metode awal yang dilakukan yaitu dengan menentukan objek yang akan diteliti dan melakukan pengumpulan data. Data yang menjadi objek dari penelitian ini, yaitu majalah PS selama tahun 2010 edisi bulan Januari sampai dengan Desember. Setelah objek data ditentukan, dilakukan langkah berikutnya yaitu dengan melakukan studi pustaka dan mengumpulkan judul dari artikel yang terdapat dalam majalah tersebut Metode Analisis Data Metode analisis data dilakukan setelah objek penelitian ditentukan. Objek data yang berupa judul artikel dalam majalah PS kemudian diteliti secara sintaksis. Analisis sintaksis dilakukan dengan cara mengelompokkan satuan sintaksis yang berupa frase dan klausa, kemudian ditentukan jenis dan kategori yang berupa frase serta fungsi dan kategori yang berupa klausa.

18 Metode Pemaparan Hasil Analisi Data Langkah terakhir dari penelitian ini adalah menulis analisis/hasil penelitian dalam bentuk laporan. Uraian dari semua bentuk laporan akan dijelaskan dalam sistematika penyajian. 1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini disusun dalam empat bab, yaitu : Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penyajian. BAB II menjelaskan tentang jenis dan kategori pembentuk frasejudul artikel dalaml majalah PS tahun BAB III menjelaskan kategori dan fungsi sintaksis pembentuk klausa judul artikel dalaml majalah PS tahun BAB IV merupakan kesimpulan dan saran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK Analisis klausa dalam surat kabar harian Media Indonesia ini dilatarbelakangi keragaman penggunaan klausa yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terdiri dari wacana, kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem. Dalam wujud

BAB 1 PENDAHULUAN. terdiri dari wacana, kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem. Dalam wujud BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara linguistik bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang terdiri dari wacana, kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media cetak selalu identik dengan tulisan dan gambar-gambar yang dicetak pada lembaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan seperti fonem, morfem, frasa,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

PENULISAN KARYA ILMIAH

PENULISAN KARYA ILMIAH Modul ke: Fakultas.... PENULISAN KARYA ILMIAH Memahami pengertian karya ilmiah, ciri-ciri karya ilmiah, syarat-syarat karya ilmiah, bahasa yang benar dalam karya ilmiah, jenis-jensi karya ilmiah, tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya, baik sebagai makhluk individu maupun mahluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya, baik sebagai makhluk individu maupun mahluk sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia memiliki sifat ingin berinteraksi dengan manusia lainnya, baik sebagai makhluk individu maupun mahluk sosial, untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS  SKRIPSI RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar atau tabloid adalah lembaran-lembaran kertas yang tertuliskan berita (Alwi, 2007: 1109). Berita sendiri dapat diartikan sebagai laporan tercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Interaksi dan segala

Lebih terperinci

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu sumber data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sudah sering sekali majalah dicari para peneliti untuk dikaji segi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan alat untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Kalimat berperan penting sebagai wujud tuturan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia. Penutur

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari dua makna. Sebagian besar orang salah mengartikan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari dua makna. Sebagian besar orang salah mengartikan apa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ambiguitas merupakan hal yang bermakna dua atau mempunyai lebih dari dua makna. Sebagian besar orang salah mengartikan apa yang dibaca dan yang didengarnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat atau berinteraksi dengan orang lain, bahasa menjadi hal yang sangat penting. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari bahasa karena bahasa mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai alat komunikasi. Bahasa dimanfaatkan untuk berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Sumpah ini membuktikan bahwa berbangsa satu, bertanah

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting oleh masyarakat. Surat kabar dikatakan sebagai sebuah simbol bagi peradaban masyarakat

Lebih terperinci

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya

BAB I PENDAHULUAN. kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata kerja (verba) dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah tembung kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya merupakan kata yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep 2.1.1 Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak lepas dengan berkomunikasi untuk bersosialisasi antar orang. Biasanya seseorang berkomunikasi bertujuan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Pelesapan Fungsi. (Satya Dwi) 128 PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Oleh: Satya Dwi Nur Rahmanto,

Lebih terperinci