BAB II LANDASAN TEORI. Status BBM mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A berbeda dengan jenis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Status BBM mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A berbeda dengan jenis"

Transkripsi

1 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian mengenai Jenis-jenis Kalimat pada Pemakaian Bahasa Gaul di Status BBM mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A berbeda dengan jenis penelitian sejenis yang telah ada. Untuk membuktikannya, peneliti meninjau dua penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Mahasiswa tersebut adalah Waluyaningsih dan Riana. Penelitian Waluyaningsih dilakukan pada tahun 2010 dan penelitian Riana pada tahun Sedangkan penelitian dengan judul Jenisjenis Kalimat pada Pemakaian Bahasa Gaul di Status BBM mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A dilakukan pada tahun Perbedaan penelitian sebelumnya dapat dilihat sebagai berikut. 1. Penelitian dengan Judul Ragam Bahasa Gaul dalam Wacana Kartu Seluler pada Koran Harian Kompas Penelitian tersebut dilakukan oleh Waluyaningsih pada tahun 2010 dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian Waluyaningsih bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembentukan ragam bahasa tidak baku (gaul) serta aspek dan efek komunikasi dalam wacana iklan kartu seluler pada koran harian Kompas. Dalam proses pembentukan bahasa gaul dalam wacana iklan kartu seluler pada koran harian Kompas membahas mengenai: (a) proses nasalisasi kata kerja aktif in untuk membentuk kata kerja aktif transitif, (b) penghilangan, (c) pemendekan, (d) penggunaan istilah lain, (e) penggantian, (f) pengindonesiaan bahasa asing (inggris dan daerah), (g) penggunaan bahasa inggris secara utuh, (h) penambahan. Penelitian 9

2 10 tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data pada penelitian berupa kosakata ragam bahasa tidak baku (gaul) yang terdapat dalam wacana iklan kartu seluler pada koran harian kompas. Metode penelitian ada tiga tahap, yaitu: (a) Tahap penyediaan data, (b) Tahap analisisan data, (c) Tahap hasil analisis data. Dalam tahap penyediaan data metode yang digunakan metode simak teknik sadap dan metode cakap dan teknik lanjutannya yaitu teknik catat. Kemudian metode yang digunakan dalam tahap analisis data adalah metode padan dengan teknik dasar teknik Pilah Unsur Penentu (PUP). Metode analisis lain yang digunakan adalah metode agih. Teknik dasar yang digunakan dalam metode agih adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik lanjutan metode agih yang digunakan adalah teknik lesap, teknik ganti. Sedangkan tahap penyajian hasil analisis data, menggunakan metode penyajian informal dan penyajian formal. Penelitian di atas memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Perbedaannya yaitu penelitian yang akan peneliti lakukan mengenai analisis jenis-jenis kalimat pada pemakaian bahasa gaul di status BBM Mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A. Sedangkan penelitian di atas berkenaan dengan proses terbentuknya ragam bahasa tidak baku (gaul). Serta aspek dan efek komunikasi ragam bahasa tidak baku (gaul) dalam wacana kartu seluler pada koran harian kompas. Persamaannya penelitian di atas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu sama-sama meneliti tentang ragam bahasa tidak baku (gaul). 2. Penelitian dengan Judul Proses Pembentukan Kata dalam Ragam Bahasa Gaul pada Tabloid Gaul Edisi Tahun 2012 Penelitian tersebut dilakukan oleh Riana pada tahun 2013 dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian Riana bertujuan untuk mendeskripsikan

3 11 proses pembentukan kata dalam ragam bahasa gaul pada tabloid Gaul edisi tahun Proses pembentukan dalam kata bahasa gaul pada tabloid Gaul membahas mengenai: (a) nasalisasi kata kerja aktif in untuk membentuk kata kerja aktif transitif. (b) bentuk pasif 1: di + Kata Dasar + -in, (c) bentuk pasif 2: ke + Kata Dasar, (d) penggunaan istilah lain, (e) pengindonesiaan bahasa asing (inggri), (f) penggunaan bahasa inggris secara utuh, (g) satuan yang lebih ringkas, (h) pemendekan kata: singkatan, penggalan, akronim, (i) perubahan huruf, (j) sisipan -ok-, (k) penggantian suku kata akhir, (l) nasalisasi kata kerja aktif. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data pada penelitian berupa kata ragam bahasa tidak baku (gaul) yang terdapat dalam wacana tabloid Gaul edisi 15 hungga edisi 21 tahun Tahap penelitian ada tiga tahap, yaitu: (a) Tahap penyediaan data, (b) Tahap analisis data, (c) Tahap penyajian hasil analisis data. Dalam tahap penyediaan data metode yang digunakan metode pustaka. Kemudian metode yang digunakan dalam tahap analisis data, menggunakan metode agih. Teknik dasar yang digunakan dalam metode agih adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik lanjutan metode agih yang digunakan adalah teknik lesap, teknik ganti. Sedangkan tahap penyajian hasil analisis data, menggunakan metode penyajian informal dan penyajian formal. Penelitian tersebut memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Perbedaannya yaitu penelitian yang akan peneliti lakukan mengenai analisis jenis-jenis kalimat pada pemakaian bahasa gaul di status BBM Mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A. Sedangkan penelitian di atas berkenaan dengan proses pembentukan kata dalam ragam bahasa gaul. Ragam bahasa gaul itu terdapat pada tabloid Gaul edisi tahun Persamaannya penelitian

4 12 di atas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama meneliti tentang ragam bahasa tidak baku (gaul). B. Kalimat 1. Pengertian Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap (Putrayasa, 2009: 1). Menurut Alisyahbana, (dalam Putrayasa, 2009: 1), kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap. Sedangkan menurut Dewi (2009: 3), kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun dan naik. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lemah, disertai jeda, dan akhiri intonasi naik atau turun. Dalam wujud tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengann tanda baca titik (.), tanya (?), atau seru (!). Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil berupa klausa yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap. Kalimat dalam bahasa lisan yaitu satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang, disertai nada akhir turun dan naik. Sedangkan kalimat dalam bahasa tulis adalah suatu kalimat yang dimulai dari huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca. Tanda baca tersebut diantaranya tanda baca baca titik (.), tanya (?), atau seru (!). Pada kalimat yang berwujud tulisan juga dapat digunakan tanda koma (,), titik dua (:) tanda pisah (-). 2. Fungsi Sintaksis Unsur Kalimat Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang biasa disebut jabatan kata (peran kata), yakni yakni subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan

5 13 (Ket) (Achmad, 2015: 185). Sedangkan menurut Dewi (2009: 3), dalam kalimat terdapat beberapa fungsi sintaksis. Fungsi sintaksis unsur kalimat dapat dimiliki oleh setiap kalimat. Unsur kalimat tersebut merupakan satuan gramatik dan unsur tersebut dapat berupa kata, frasa, atau klausa yang membentuk kalimat. Selanjutnya unsurunsur dalam kalimat dapat diuraikan sebagai berikut: a. Subjek (selanjutnya disebut S) Menurut Achmad (2015: 185), subjek (S) merupakan bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh sosok sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar subjek diisi oleh kata benda, kata kerja, dan klausa. Subjek kalimat dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa atau siapa. Subjek pada kalimat umumnya terletak di sebelah kiri predikat dan dapat diikuti partikel pun. Partikel pun mengandung arti menggantikan kata juga, saja, meski, biar, kendati. Partikel pun juga menyatakan aspek bahwa perbuatan mulai terjadi dan untuk menguatkan atau manyatakan pokok kalimat (Depdiknas, 2007: 920). Pada kalimat, subjek dapat menjadi objek jika kalimat tersebut dipasifkan (Dewi, 2009: 3). Subjek yang diisi kata benda sebagai berikut: Contoh: Ayah membaca koran di teras S (kata benda) P O ket. Tempat b. Predikat (selanjutnya disebut P) Menurut Dewi (2009: 5), predikat merupakan unsur yang harus ada dalam kalimat. Oleh karena itu predikat disebut unsur inti kalimat. Unsur predikat dapat diisi oleh kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, frasa kerja, frasa benda, frasasifat, atau frasa bilangan. Predikat (P) adalah bagian dari kalimat yang memberi

6 14 tahu perbuatan yang dilakukan subjek. Predikat dapat dicari dengan rumus pertanyaan bagaimana, mengapa atau diapakan (Achmad, 2015: 186). Berikut predikat yang berupa kata kerja yaitu: Contoh: Aditya sedang membaca buku S P O c. Objek (selanjutnya disebut O) Menurut Dewi (2009: 5), objek terletak setelah predikat. Objek wajib hadir dalam kalimat transitif, dalam kalimat intransitif objek tidak diperlukan. Objek dalam kalimat aktif akan menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek dapat berupa kata benda atau frasa benda, dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif dan dapat diganti dengan pronomina nya. Letak objek di belakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya objek. Objek dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa atau siapa terhadap tindakan subjek (Achmad, 2015: 187). Berikut objek yang berupa kata benda yaitu: Contoh: Amin meletakkan buku di meja S P O ket. Tempat d. Pelengkap (selanjutnya disebut Pel.) Menurut Dewi (2009: 6), pelengkap disebut juga komplemen. Pelengkap pada dasarnya mirip dengan objek sehingga orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan pelengkap. Objek dan pelengkap sama-sama terletak di belakang predikat. Pelengkap berupa frasa benda, frasa kerja, frasa sifat, frasa depan, atau klausa. Pelengkap berada langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di belakang objek jika objek hadir dalam kalimat. Selanjutnya pelengkap tidak dapat dijadikan

7 15 subjek dalam kalimat pasif, tidak dapat diganti dengan nya, kecuali bergabung dengan preposisi selain di, ke, dari, dan akan. Contoh pelengkap sebagai berikut: Contoh: Ibu sedang belajar menanam pohon mangga di pekarangan e. Keterangan (selanjutnya disebut Ket.) Menurut Dewi (2009: 7), keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling mudah berpindah tempat. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, atau di tengah kalimat. Kehadiran keterangan dapat bersifat manasuka atau dapat ada atau tidak dalam kalimat. Keterangan dapat berupa frasa benda, frasa kerja, frasa sifat, atau frasa depan. Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan pelengkap dan klausa dalam kalimat (Achmad, 2015:189). Keterangan alat dalam kalimat sebagai berikut: Contoh: Fahri memotong kertas dengan gunting S P ]O Ket. Alat Menurut Dewi (2009: 7) keterangan dapat dibagi menjadi sembilan jenis. Jenisrangan yaitu keterangan tempat, waktu, alat, tujuan, cara, penyerta, perbandingan atau kemiripan, dan sebab. Sejalan dengan pendapat Dewi, Achmad (2015: 189) membagi keterangan menjadi delapan jenis, antara lain keterangan waktu, tempat, cara, alat, alasan/ sebab, tujuan, similatif, dan penyerta. Perbedaan pendapat dua ahli tersebut hanya pada keterangan similatif. Untuk lebih jelasnya, macam-macam keterangan menurut Dewi (2009: 7) akan di uraikan sebagai berikut: 1) Tempat Fungsinya keterangan tempat yaitu untuk memberikan informasi mengenai tempat terjadinya peristiwa atau keadaan. Keterangan tempat juga berfungsi untuk menunjukan tempat yang dituju atau arah. Selanjutnya keterangan tempat juga

8 16 berfungsi untuk menerangkan tempat asal atau yang ditinggalkan. Dapat pula digunakan sebagai jawaban pertanyaan di mana, ke mana, dan dari mana. Makna keterangan tempat dapat diketahui dengan adanya kata depan di, ke, dari, dalam, pada. Berikut ini keterangan yang ditandai dengan kata depan di, ke, dari, yaitu: Contoh: Andre berbicara dengan Ikbal di kamar Ayah pergi ke medan Ibu dari Manado 2) Waktu Keterangan waktu berfungsi untuk menginformasikan berlangsungnya sesuatu dalam waktu tertentu. Keterangan waktu dapat pula berfungsi untuk memberikan informasi mengenai saat terjadinya peristiwa. Unsur pengisi keterangan waktu bukan saja menjawab pertanyaan bilamana. Keterangan waktu dapat juga menjawab pertanyaan sejak bilamana, hingga bilamana, dan berapa lama. Preposisi atau kata penghubungnya yaitu sebelum, sesudah, selama, sepanjang. Berikut ini keterangan waktu yang menggunakan kata penghubung sebelum, sesudah, dan sepanjang dalam kalimat, yaitu: Contoh: Saudara harus datang ke kantor sebelum pukul 5 Sesudah pukul sepuluh baru boleh pergi Sepanjang tahun ini banyak terjadi bencana alam di Indonesia 3) Alat Keterangan alat menjelaskan tentang dengan alat apa seseorang melakukan sesuatu (Ramlan, 1987: 128). Fungsinya keterangan alat yaitu untuk menyatakan ada tidaknya alat yang dipakai untuk melakukan suatu perbuatan. Keterangan alat digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan apa. Selain dapat menjawab

9 17 pertanyaan tersebut, keterangan alat juga dapat menjawab pertanyaan dengan memakai kata hubung. Preposisi atau kata penghubungnya keterangan alat yaitu: dengan. Keterangan alat dalam kalimat sebagai berikut: Contoh: Ikbal memotong kertas dengan gunting Ibu memotong sayuran dengan pisau Ayah memotong bambu dengan golok 4) Tujuan Keterangan tujuan berfungsinya untuk menunjukkan arah. Di dalam kalimat, keterangan tujuan dapat juga berfungsi untuk menunjukan jurusan. Adapun fungsi keterangan tujuan yang lain yaitu untuk menunjukkan maksud perbuatan atau kejadian. Ciri keterangan tujuan yaitu dapat menjawab pertanyaan untuk siapa, bagi siapa, kepad siapa. Preposisi atau kata penghubungnya yaitu: agar/ supaya, untuk, bagi, demi. Contoh kalimat Agar kamu pintar, kamu harus belajar, keterangan tujuannya yaitu pada kalimat Agar kamu pintar, sedangkan kalimat kamu harus belajar adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan. 5) Cara Keterangan cara berfungsi untuk menyatakan jalannya suatu peristiwa dalam kalimat itu berlangsung. Selain fungsi tersebut, keterangan cara juga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana subjek. Misalnya pada kalimat Pencuri itu lari dengan cepat. Di dalam kalimat frasa dengan cepat menduduki fungsi keterangan cara. Buktinya yaitu dapat menjawab pertanyaan bagaimana pencuri itu lari. Preposisi kata penghubungnya keterangan cara yaitu: dengan, secara, dengan cara, dengan jalan. Berikut ini kalimat yang menggunakan keterangan cara dalam kalimat dengan

10 18 menggunakan kata penghubung dengan dan secara, sebagai berikut: Contoh: Pencuri itu masuk ke rumah dengan diam-diam Secara hati-hati saat menganalisis data 6) Penyerta Fungsinya keterangan penyerta yaitu untuk menyatakan ada tidaknya orang yang menyertai orang lain dalam melakukan sesuatu. Dapat dikemukakan bahwa makna penyerta ditandai oleh kata depan dengan. Selain kata tersebut kata beserta dan bersama juga digunakan untuk menandai makna ini. Keterangan penyerta dapat menjawab pertanyaan dengan atau bersama dengan siapa. Preposisi atau kata penghubung keterangan penyerta yaitu: dengan dan bersama. Berikut ini kaliamt yang menggunakan keterangan penyerta, yaitu sebagai berikut: Contoh: Abdul pergi dengan adiknya Ahmad berlibur ke Jakarta bersama kedua orang tuannya 7) Perbandingan atau kemiripan Perbandingan atau kemiripan menduduki fungsi keterangan. Fungsinya untuk menyatakan kesetaraan atau kemiripan antara suatu keadaan. Dapat pula menyatakan kesetaraan kejadian atau perbuatan dengan keadaan. Selanjutnya dapat menyatakan kesetaraan kejadian atau perbuatan yang lain. Ada juga perbandingan yang tidak menunjukan persamaan, dalam hal ini digunakan kata depan daripada. Preposisi atau kata penghubungnya yaitu: seperti, bagaikan, laksana. Keterangan perbandingan atau kemiripan dalam kalimat yaitu: Contoh: Rudi berlari seperti angin Royan bertingkah bagaikan seorang dewa Sinar matamu laksana bintang di langit

11 19 8) Sebab Jenis keterangan yang terakhir yaitu keterangan sebab. Fungsi keterangan sebab yaitu untuk menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu keadaan. Keterangan tersebut di dalam kalimat dapat juga menyatakan kejadian. Selanjutnya keterangan sebab dapat menunjukan perbuatan yang terjadi. Keterangan sebab dalam kalimat dapat dicari dengan pertanyaan mengapa atau sebab. Preposisi atau kata penghubungnya yaitu: karena, sebab. Berikut ini contoh kalimat yang menggunakan keterangan sebab dengan kata penghubung karena dan sebab, yaitu: Contoh: Karena perempuan itu, Ahmad rela meninggalkan istrinya Sebab kecerobohannya tidak memakai helm, maka Martono ditilang polisi 3. Jenis Kalimat Berdasarkan Isinya Menurut Putrayasa (2009: 19), jenis-jenis kalimat dibedakan berdasarkan 6 hal, yaitu: (a) jenis kalimat berdasarkan isi. (b) jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa. (c) jenis kalimat berdasarkan predikat yang membentuknya. (d) jenis kalimat berdasarkan sifat hubungan Aktor-Aksi. (e) jenis kalimat berdasarkan struktur internal klausa utama. (f) jenis kalimat berdasarkan ada tidaknya perubahan dalam pengucapan. Dalam pembahasan kali ini, peneliti hanya membatasi mengenai jenis kalimat berdasarkan isinya. Menurut Putrayasa (2009: 19) jenis kalimat berdasarkan isinya dapat dibedakan atas tiga bagian, yaitu kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat perintah. sedangkan menurut Cook dalam Tariga (2009: 18) menyebut jenis kalimat berdasarkan isinya dengan istilah kalimat berdasarkan jenis responsi yang diharapkan dibedakan atas tiga bagian, yaitu kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan dan kalimat perintah. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang jenis kalimat

12 20 berdasarkan isinya: a. Kalimat Berita Kalimat berita adalah kalimat yang mengandung suatu pengungkapaan peristiwa atau kejadian. Kalimat berita sering juga disebut kalimat pernyataan. Menurut Dewi (2009: 20) kalimat berita merupakan kalimat yang berisi pemberitaan. Kalimat berita diakhiri dengan intonasi netral dan nada turun. Dalam kalimat berita tidak ada unsur yang ditonjolkan. Kalimat berita yaitu kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan responsi tertentu (Cook dalam Putrayasa, 2009: 19). Sedangkan menurut Achmad (2015: 208) kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. 1) Bentuk Penulisan kalimat Berita Menurut Putrayasa (2009: 20) bentuk penulisan kalimat berita dimulai dengan huruf kapital di awal kalimat. Sedangkan menurut Achmad (2015: 208) penulisan kalimat berita biasanya diakhiri tanda titik (.). Pada akhir kalimat digunakan tanda titik (.). tanda titik (.) berfungsi untuk menunjukan kalimat tersebut sudah selesai. Misalnya pada kalimat Anak itu bermain bola. Kalimat tersebut merupakan kalimat berita, karena berisi pemberitaan ada anak yang bermain bola. Bentuk penulisan kalimat berita tersebut di awali huruf kapital pada kata Anaknya. Di akhir kalimat berita itu di akhiri tanda baca titik (.). Bentuk penulisan kalimat berita yang lain sebagai berikut: Contoh: Korban Lapindo blokir rumah Ical. Aksi premanisme terjadi di kota-kota besar. Anak itu bermain bola

13 21 2) Struktur Kalimat Berita Menurut Putrayasa (2009: 20), kalimat berita dipisahkan menjadi dua struktur, yaitu struktur utama dan struktur variasi atau struktur inversi. Struktur utama kalimat berita mengikuti hukum D-M. Hukum D-M (singkatan dari diterangkanmenerangkan) menyebutkan bahwa baik dalam kata majemuk maupun dalam kalimat, segala sesuatu segala yang menerangkan selalu terletak di belakang yang diterangkan. Sedangkan struktur inversinya dibagi menjadi dua, yaitu struktur inversi total dan struktur inversi sebagian. Untuk lebih jelas tentang struktur kalimat berita, berikut pemapaparannya, yaitu: a) Struktur Utama Penyusunan frasa-frasa pada struktur utama ini mengikuti hukum D-M (Diterangkan-Menerangkan). Artinya, frasa yang dianggap penting akan didahulukan dari frasa yang dianggap kurang penting. Berdasarkan hukum D-M tersebut, terdapat beberapa struktur utama dalam bahasa Indonesia, yaitu: (1) Subjek-Predikat (S-P), contoh: Gubernur itu diperiksa. (2) Subjek-Predikat-Objek (S-P-O), contoh: Ketua DPRD menerima usulan itu. (3) Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (S-P-O-K), contoh: Kepala Sekolah mengumumkan berita itu tadi pagi. b) Struktur Variasi atau Struktur Inversi Struktur variasi atau struktur inversi dibedakan atas dua bagian, yaitu: Struktur inversi total dan struktur inversi parsial atau sebagian. Inversi total terjadi kalau frasa predikat secara keseluruhan mendahului subjek. Sedangkan struktur inversi parsial dalam kalimat, terjadi apabila frasa objek, adverbial, atau objek dan adverbial

14 22 mendahului subjek. Jadi struktur inversi parsial atau sebagian terjadi apabila predikat pada kalimat tetap berada di belakang subjek. Berikut adalah struktur variasi atau struktur inversi di dalam kalimat, yaitu: Contoh struktur inversi total: Bawa bibit itu kemari P S Ket Contoh struktur inversi parsial: Dengan sangat keras Andi menangis O S P b. Kalimat Tanya Menurut Putrayasa (2009: 26), kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu pertanyaan kepada orang lain. Ahli lain mengatakan bahwa kalimat tanya adalah kalimat yang berisikan pertanyaan seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh jawaban dari pihak yang ditanya (Dewi, 2009: 21). Sedangkan menurut Achmad (2015: 210) kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) tentang masalah yang diharapkan. Kata tanya yang dipergunakana yaitu bagaimana, di mana, berapa, kapan, dan lain-lain. 1) Bentuk Penulisan kalimat Tanya Menurut Putrayasa (2009: 27), penulisan kalimat tanya dimulai dengan huruf kapital. Kemudian di akhir kalimat tanya menggunakan tanda tanya (?). Tanda baca tanya (?) digunakan untuk menggantikan intonasi tanya. Sedangkan menurut Achmad (2015: 210) menyatakan bahwa kalimat tanya diakhiri dengan tanda tanya (?). Misalnya pada kalimat Di mana rumahmu?. Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya, bentuk penulisannya yaitu diawali huruf kapital pada kata Di. Sedangkan di

15 23 akhir kalimat terdapat tanda baca tanya (?). Kalimat tanya yang lain sebagai berikut: Contoh: Apa Saudara seorang mahasiswa? Bagaimana cara menggunakan alat ini? 2) Struktur Kalimat Tanya. Menurut Putrayasa (2009:27), membedakan struktur kalimat tanya menjadi 6 (enam) struktur, yairu: a) Struktur kalimat berita (KB) + intonasi tanya, contoh kalimatnya yaitu: Mereka bercerai?. b) Struktur inversi kalimat berita (KB) + intonasi tanya, contoh kalimatnya yaitu: Berceraikah mereka?. c) Struktur kalimat berita (KB) + kata tanya apa, contoh kalimatnya sebagai berikut: Apakah buku ini dipinjamkan?. d) Struktur pengganti unsur kalimat berita (KB) dengan kata tanya, contoh kalimatnya sebagai berikut: Kepada siapakah Gadis memberikan surat itu?. e) Struktur frasa, contoh kalimatnya yaitu: Gaun itu, siapakah perancangnya?. f) Struktur kalimat langsung, contoh kalimatnya sebagai berikut: Pukul berapakah ayah berangkat?. Tanya Bagus c. Kalimat Perintah Menurut Putrayasa (2009: 31), kalimat perintah adalah kalimat yang isinya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Ciri-ciri kalimat perintah adalah mempergunakan intonasi perintah, diakhiri dengan nada naik pada akhir kalimat. Kata kerja yang dipakai untuk mendukung isi perintah biasanya merupakan kata dasar, mempergunakan partikel pengeras lah. Dalam bentuk tulis kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru (!). Kalimat perintah dapat berisi permohonan, ajakan, persilaan, larangan, ejekan, atau harapan (Dewi, 2009: 22). Sedangkan menurut Achmad (2015: 207), kalimat perintah adalah kalimat yang

16 24 bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Berikut ini beberapa kali mat perintah yang lain, yaitu: Contoh: Buanglah sampah itu Belajarlah hingga pandai Cuci piring itu 1) Bentuk Penulisan Kalimat Perintah Menurut Putrayasa (2009: 31) bentuk penulisan kalimat perintah dimulai dengan huruf Kapital. Sedangkan di akhir kalimat perintah menggunakan tanda titik (.) atau tanda seru (!). Sedangkan menurut Achmad (2015: 207), menyatakan bahwa dalam penulisannya kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!). Tanda baca seru digunakan untuk mengganti intonasi perintah. Misalnya pada kalimat Tutuplah pintu itu!. Bentuk penulisan pada kalimat tersebut yaitu diawali huruf kapital pada kata Tutuplah. Selanjutnya pada contoh kalimat tersebut diakhiri dengan tanda baca seru (!). Bentuk penulisan kalimat perintah yang lain sebagai berikut: Contoh: Berikan buku ini kepadanya kalau dia datang! Tanamkanlah modalmu di perusahaan ini! Mandilah sekarang! Berjuanglah hingga berhasil! 2) Struktur Kalimat Perintah Kalimat perintah menggunakan kalimat berita sebagai sumber strukturnya ditambah dengan intonasi perintah. Menurut Suparman (dalam Putrayasa, 2009: 31), kalimat perintah mempunyai kemungkinan struktur sebagai berikut: (1) Struktur Subjek-Predikat (S-P), contoh: kalian beristirahat saja dulu!. (2) Struktur Keterangan Modal-Subjek-Predikat (Ket. Modal-S-P), contoh: Hendaknya Saudara memehami

17 25 perasaannya!. (3) Struktur Predikat-Objek (P-O), contoh: Buanglah sampah itu!. (4) Struktur Predikat (P), dalam struktur ini yang digunakan hanya predikat, dari struktur predikat yang paling lengkap hingga tinggal predikatnya saja. Struktur P, merupakan struktur yang paling tepat, karena subjeknya orang kedua (kamu) yang tidak disebutkan. Sesungguhnya penyebutan orang kedua tidak perlu lagi, karena sudah cukup jelas (Putrayasa, 2009: 32), contoh: Kerjakanlah!. (5) Struktur Oleh Kamu, struktur kalimat perintah ini hanya memperjelas pelakunya saja, yaitu orang kedua, contoh: Bacalah oleh kamu buku ini!. (6) Struktur Jangan dan Tidak, struktur kalimat perintah jangan dan tidak juga disebut kalimat larangan. Kata larangan jangan dan tidak mempunyai fungsi yang berbeda. Kata jangan digunakan untuk melarang melakuka sesuatu bagi lawan bicara yang kedudukannya lebih rendah daripada pembicara. Sementara kata tidak digunakan untuk melarang melakukan sesuatu bagi lawan bicara yang kedudukannya lebih tinggi daripaada pembicara, contoh: Jangan tidur!. (7), contoh: Biarlah mereka mengatasi persoalan itu!. C. Bahasa Gaul 1. Pengertian Bahasa Gaul Bahasa Indonesia yang digunakan dikalangan anak remaja yang lebih dikenal dengan istilah ABG (Anak Baru Gede) Indonesia saat ini sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menurut Mastuti (2008: 37), bahasa gaul adalah bahasa yang tidak mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku. Ketidakbakuan bahasa gaul tersebut tercermin dalam kosa kata, struktur kalimat dan intonasi. Ragam bahasa gaul memiliki ciri khusus seperti singkat, lincah, dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek

18 26 melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek. Sedangkan menurut Lumintaintang dalam Mastuti (2008: 38), bahasa gaul lebih cenderung memilih ragam santai, sehingga tidak terlalu baku. 2. Pembentukan Bahasa Gaul Ada banya cara untuk menciptakan bahasa gaul, dari yang paling standar sesuai aturan-aturan tertentu sehingga mudah untuk dipelajari. Tidak hanya itu, bahasa gaul juga dapat dibentuk dari istilah-istilah baru yang sangat asing dan bahkan tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pembentukan kata dalam bahasa gaul tidak memiliki rumus yang tetap dan dapat berubah seiring perkembangan bahasa para pemakai bahasa tersebut. Bahasa gaul bersifat terbuka dalam menerima istilah-istilah baru, oleh karena itu setiap istilah dalam bahasa gaul tidak bertahan lama sesuai perkembangan zaman dan kalangan penutur bahasa tersebut. Bentuk bahasa gaul akan diuraikan lebih lanjut menururut dua ahli untuk saling melengkapi, yaitu sebagai berikut: a) Pembentukan Bahasa Gaul Menurut Indari Mastuti Menurut Mastuti (2008:56) ada sebelas peraturan dalam membentuk bahasa gaul, yaitu: 1) Proses nasalisasi kata kerja aktif + in untuk membentuk kata kerja transitif aktif, contoh: pikir menjadi mikirin. 2) Bentuk pasif 1: di + kata dasar + in, contoh: dua menjadi diduain. 3) Bentuk pasif 2: ke + kata dasar, contoh: timbang menjadi ketimbang. 4) Penghilangan huruf (fonem) awal, contoh: habis menjadi abis. 5) Penghilangan huruf h pada awal suku kata bentuk baku, contoh: tahu menjadi tau. 6) Pemendekan kata atau kontraksi dari dua kata yang berbeda, contoh: terima

19 27 kasih menjadi makasih. 7) Penggunaan istilah lain, contoh: cantik menjadi kece. 8) Pengganti huruf a dengan e, contoh: benar menjadi bener. 9) Pengganti diftong au dengan o dan ai dengan e, contoh: kalau menjadi kalo. 10) Pengindonesiaan bahasa asing (Inggris), contoh: sorry menjadi sori. 11) Penggunaan bahasa Inggris secara utuh, contoh: friend, what b) Pembentukan Bahasa Gaul Menurut i Dewa Putu Wijana Sebagian besar kata-kata yang digunakan dalam bahasa gaul sudah dikreasikan atau diubah maknanya oleh para pemakainya. Pengubahan tersebut bertujuan untuk memenuhi berbagai kepentingan tertentu. Kepentingan tersebut seperti untuk menjalin keakraban, melucu, menyindir, merahasiakan, dan sebagainya. Menurut Wijana (2010: 54), dari sekian banyak kata-kata bahasa gaul remaja yang telah mengalami perubahan makna, jenis-jenis relasi hubungan bentuk dan makna yang dinyatakan dapat dibedakan menjadi dua, yakni singkatan dan akronim. Kedua pembentukan bahasa gaul tersebut diuraikan lebih lanjut sebagai berikut: 1) Singkatan Menurut Wijana (2010: 18) singkatan adalah pemendekan yang tidak dapat dibaca sebagai kata biasa. Singkatan dapat dibentuk dengan bermacam-maacam cara, dan hasilnya adalah bentuk-bentuk pendek yang di dalam bahasa gaul diberi makna yang bermacam-macam. Satuan ekspresi bahasa gaul cukup banyak yang dikreasikan dengan singkatan yaitu: (1) Singkatan huruf awal (abreviasi), contoh: BOS artinya bekas orang susah. (2) Singkatan huruf awal diganti dengan angka, contoh: D3 artinya dagang duit dengkul (wiraswasta). (3) Singkatan angka digunakan untuk

20 28 merepresentasikan kata, contoh: Dit4 yang artinya di tempat. (4) Singkatan berupa kata, contoh: BGT artinya banget (sangat, sekali). (5) Satu kata mungkin disingkat dengan satu huruf, sedangkan kata yang lain disigkat dengan beberapa huruf, contoh: MBGT artinya mahal banget. 2) Akronim Berbeda dengan singkatan yang dibentuk dengan representasi huruf awal frasa, atau beberapa huruf yang ada dalam kata. Menurut Wijana (2010: 21) akronim adalah bentuk dari gabungan suku pembentuk frasa sehingga memungkinkan diucapkan seperti kata biasa. Sering kali di dalam akronim berlaku aturan yang sangat longgar. Dari kelonggaran tersebut sehingga bagian-bagian yang digabungkan tidak selalu suku kata satuan yang direpresentasikan. Kelonggaran inilah yang menyebabkan akronim sebagai satuan ekspresi yang paling besar jumlahnya dibandingkan dengan satuan ekspresi yang lain. Adapun contoh akronim bahasa gaul yaitu: a. Duren artinya duda keren b. Gimrong artinya gigi mrongos c. Hadija artinya hati-hati di jalan d. Sate kambing artinya saya yang kate kok kamu yang bingung e. Narkoba artinya nasi goreng karo bakwan Pada contoh (a), (b), dan (c) pembentukan dilakukan dengan penggabungan suku dengan berbagai kombinasinya, yakni suku awal dengan suku akhir (a) dan suku awal dengan suku awal (b) dan (c). Dalam (d) dan (e) yang digabungkan tidak persis suku kata, tetapi memungkinkan pula bagian kata. Misalnya bing dalam (d) mewakili bingung dan ko serta ba dalam (e) mewakili karo dan bakwan, yang jelas-jelas bukan suku kata-kata bersangkutan. Dari lima data di atas, terlihat bentuk akronim mungkin dibentuk menjadi bentuk yang belum ada sebelumnya, seperti gimrong, tetapi sangat

21 29 memungkinkan pula dipadankan dengan bentuk-bentuk yang sudah ada sebelumnya dengan berbagai motivasi atau latar belakang yang tidak mudah diidentifikasikan, misalnya dengan buah-buahan duren, nama orang Hadija, dan obat terlarang narkoba. D. BlackBerry 1. Pengertian BlackBerry BlackBery pertama kali diperkenalkan pada tahun Saat itu Research In Motion (RIM) pertama kali mengeluarkan BlackBery berupa 2-way pager yang dilengkapi dengan keyboard ukuran kecil. Baru pada tahun 1997 BlackBery secara resmi dikenalkan ke pasaran dan mendapatkan respon yang baik dari masyarakat. BlackBerry adalah salah satu smart phone canggih yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama pengguna BlackBerry. BlackBerry merupakan gabungan dari fungsi komputer, elektronika, dan wireless. Fungsinya yaitu untuk bermain game, akses facebook, chatting, mendengarkan musik, menjelajah internet, dan sebagainya. Penemu BlackBerry yaitu Mike Lazaridis yang ingin membuktikan impian gurunya dengan menemukan teknologi terbaru dan canggih. Pada awalnya BlackBerry hanya bisa digunkan untuk sesama pengguna BlackBerry saja. Tetapi seiring perkembangan zaman, BlackBerry dapat digunakan pada sistem operasi Android dan IOS (Juju dan Matamaya, (2009: 1). 2. BlackBerry messenger (BBM) Salah satu keunggulan BlackBerry adalah terdapatnya fitur blackberry Messenger (BBM). BBM adalah aplikasi chatting yang sudah terintegrasi dengan hendheld BlackBerry dan hanya dapat digunakan oleh sesama pemilik BlackBerry

22 30 dengan menggunakan PIN yang dimiliki. Kelebihan dari BBM dibandingkan layanan pesan yang lain yaitu dapat menemukan fitur untuk mengirim file dan voice note. Tidak hanya untuk chatting saja, BBM juga dapat memberikan informasi, mengungkapkan perasaan dan lain-lain melalui status BBM. Seiring kemajuan zaman, fungsi BlackBery mungkin akan lebih canggih karena pengaruh perkembangan ilmu dan teknologi yang selalu berkembang (Juju dan Matamaya, 2009: 134).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang demikian lain untuk saling melengkapi kebutuhannya. Untuk berinteraksi tersebut manusia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS 0 PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pendidikan S1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media cetak selalu identik dengan tulisan dan gambar-gambar yang dicetak pada lembaran

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI 0 ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK Analisis klausa dalam surat kabar harian Media Indonesia ini dilatarbelakangi keragaman penggunaan klausa yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Pola Hubungan Peran Semantik dalam Kalimat Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA Fungsi Bahasa 1. Alat/media komunikasi 2. Alat u/ ekspresi diri 3. Alat u/ integrasi & adaptasi sosial 4. Alat kontrol sosial (Keraf,

Lebih terperinci

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT? KALIMAT? Kalimat merupakan bentuk bahasa atau wacana yang digunakan sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Mustakim, 1994). Kalimat

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND Berlian Pancarrani Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Menulis 2.1.1. Pengertian Menulis Menulis mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi seperti halnya berbicara.

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KALIMAT BERDASARKAN ISINYA PADA PEMAKAIAN BAHASA GAUL DI STATUS BBM MAHASISWA PBSI UMP ANGKATAN 2012 KELAS A

JENIS-JENIS KALIMAT BERDASARKAN ISINYA PADA PEMAKAIAN BAHASA GAUL DI STATUS BBM MAHASISWA PBSI UMP ANGKATAN 2012 KELAS A JENIS-JENIS KALIMAT BERDASARKAN ISINYA PADA PEMAKAIAN BAHASA GAUL DI STATUS BBM MAHASISWA PBSI UMP ANGKATAN 2012 KELAS A SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Artikel Publikasi diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa akan selalu berhubungan dengan masyarakat penutur begitu pula sebaliknya, masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Perlinda Br Bangun (perlinda.bangun94@gmail.com) Dr. Malan Lubis,

Lebih terperinci

Perhatikan kalimat di bawah ini!

Perhatikan kalimat di bawah ini! KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki. Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018

Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki. Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018 Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018 Bahasa Indonesia Riwayat Fakta Berasal dari bahasa Melayu yang diperkaya oleh berbagai sumber Lahir pada

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Untuk STIKOM Bandung Tahun 2011-2012 Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jadi, bila tidak

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT PADA WACANA KONSULTASI MAJALAH PARAS EDISI JANUARI-DESEMBER 2012

ANALISIS RAGAM KALIMAT PADA WACANA KONSULTASI MAJALAH PARAS EDISI JANUARI-DESEMBER 2012 ANALISIS RAGAM KALIMAT PADA WACANA KONSULTASI MAJALAH PARAS EDISI JANUARI-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media elektronik atau cetak. Setiap

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud katakata,

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh: ERNI FITRIANA A. 310090015

Lebih terperinci

RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI

RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun Oleh:

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan alat untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Kalimat berperan penting sebagai wujud tuturan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia. Penutur

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan judul Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Gaul pada Tabloid Edisi Tahun 2012, oleh Riana

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan judul Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Gaul pada Tabloid Edisi Tahun 2012, oleh Riana 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Gaul pada Tabloid Edisi 15-21 Tahun 2012, oleh Riana Penelitian tersebut bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat berperan bagi kehidupan manusia. Terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat berperan bagi kehidupan manusia. Terbukti dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan bagi kehidupan manusia. Terbukti dari penggunaannya untuk percakapan sehari-hari, tentu ada peran bahasa yang membuat satu sama lain dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Naskah Publikasi Ilmiah

PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Naskah Publikasi Ilmiah 1 PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

ANALISIS BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA. Dra. SALLIYANTI

ANALISIS BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA. Dra. SALLIYANTI ANALISIS BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA Dra. SALLIYANTI Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara 1. PENDAHULUAN Bahasa merupakan salah satu alat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Orang Indonesia pasti pandai berbahasa Indonesia, orang Belanda pasti pandai berbahasa Belanda, orang Jepang pasti pandai berbahasa Jepang, orang Korea tentu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia di dunia ini menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama. Bahasa adalah salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri

Lebih terperinci

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN DALAM SURAT DINAS DI KANTOR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2014 DAN 2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA DALAM RANGKA PEMBELAJARAN MENULIS SURAT

Lebih terperinci

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI 1. Pengertian Verba 2. Verba Dasar 3. Verba Turunan 4. Verba Majemuk VERBA . Pengertian Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permen Kis di produksi oleh PT Mayora Indah. Produk permen ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. Permen Kis di produksi oleh PT Mayora Indah. Produk permen ini banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen Kis di produksi oleh PT Mayora Indah. Produk permen ini banyak ditemukan di supermarket, warung, asongan, ataupun di toko makanan. Permen Kis menawarkan produk

Lebih terperinci

Masmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia

Masmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia Menulis adalah merekonstruksi fakta, dan alat untuk merekonstruksi itu adalah bahasa. Kata atau pilihan kata menjadi sangat menentukan dalam hal mengungkapkan makna atau pengertian yang hendak kita nyatakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai salah satu alat interaksi sosial. Terdapat dua bahasa yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013 ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS  SKRIPSI RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

Tugas Bahasa Indonesia

Tugas Bahasa Indonesia 2013 Tugas Bahasa Indonesia Pentingnya EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif Ratna Fitrianingsih 18111837 3KA34 Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN)

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN) ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA WACANA EKSPOSISI SISWA SD DI DESA SELO KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA WACANA EKSPOSISI SISWA SD DI DESA SELO KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA WACANA EKSPOSISI SISWA SD DI DESA SELO KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

MATERI 4 KALIMAT Oleh : Afiati HDF

MATERI 4 KALIMAT Oleh : Afiati HDF MATERI 4 KALIMAT Oleh : Afiati HDF SATUAN BAHASA TERKECIL YG MERUPAKAN KESATUAN PIKIRAN. KALIMAT DIAWALI DAN DIAKHIRI DG KESENYAPAN (LISAN) KALIMAT DIAWALI DENGAN HURUF KAPITAL DAN DIAKHIRI DENGAN TANDA

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG Nama Mata Kuliah Kode/SKS Waktu SOAL TUGAS TUTORIAL II : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD : PGSD 4405/3 (tiga) : 60 menit/pada pertemuan ke-5 PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan.

Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan. pelajaran 8 kegiatan sehari hari Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan. Kompetensi Dasar 1.1 Membedakan berbagai bunyi bahasa. 1.2. Melaksanakan sesuatu sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam bahasa tersebut digunakan sesuai kondisi yang ada. Preston dan Shuy (dalam Chaer, 2002: 105) mengatakan ragam

Lebih terperinci