LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I
|
|
- Deddy Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Setting Time Bahan Cetak Alginat berdasarkan Variasi Suhu Air Kelompok : A6a Tgl. Praktikum : 17 Maret 2014 Pembimbing : Asti Meizarini, drg,ms Penyusun : 1. Tiara Meilena Zhafirah Imanina Dinna Fitria Greisya Beshlina Fitri W R P Reniati Cempakasari DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2014
2 1. TUJUAN Setiap mahasiswa mampu memanipulasi dengan tepat material cetak alginat serta membedakan pengaruh suhu terhadap waktu setting. 2. CARA KERJA 2.1 Bahan yang digunakan a. Bubuk Alginat (Regular Set) b. Air Gambar 1. Bubuk alginat dengan merk Jeltrate (Regular Set) 2.2 Alat yang diperlukan a. Mangkuk karet b. Spatula c. Gelas ukur d. Stopwatch e. Timbangan analitik / digital f. Cetakan bentuk cincin dari paralon dalam diameter 3 cm, tinggi 16 mm g. Alat uji waktu settingberupa batang akrilik diameter 6 mm, panjang 10 cm h. Lempeng kaca i. Termometer digital
3 Gambar 2. Alat yang diperlukan 2.3 Cara kerja a. Cetakan bentuk cincin diletakkan diatas lempeng kaca. b. Air suhu kamar diukur sebanyak 19 ml (satu tanda batas gelas ukur sesuai petunjuk pabrik), suhu air diukur dan dicatat. Gambar 3. Pengukuran suhu air c. Bubuk alginat ditimbang sebanyak 7 gram (satu sendok takar sesuai petunjuk pabrik). d. Air dengan suhu kamar yang telah diukur, dituang ke dalam mangkuk karet, selanjutnya ditambahkan bubuk alginat yang telah ditimbang. e. Cairan air dan bubuk alginat diaduk menggunakan spatula dengan gerakan angka 8, membentuk putaran 180 intermitten. Pengadukan dilakukan sambil menekan adonan alginat pada dinding mangkuk
4 karet sampai halus dan homogen selama 45 detik (aturan pabrik). Dapat juga air dan bubuk alginat diaduk menggunakan spatula dengan cara menekan spatula pada dinding mangkuk karet dengan cepat dan memutar perlahan mangkuk karet hingga adonan menjadi halus. Gambar 4. Pengadukan alginat f. Adonan alginat yang telah homogen dimasukkan kedalam cetakan bentuk cincin hingga berlebih. Adonan alginat diratakan mengguna- kan spatula. Gambar 5. Adonan alginat dimasukkan kemudian diratakan dalam cetakan bentuk cincin g. Ujung alat uji waktu setting disentuhkan pada permukaan adonan alginat, kemudian tarik ddengan cepat. Ujung alat uji tersebut
5 dikeringkan dengan kertas tissue. Tahap tersebut diulang dengan interval 5 detik, hingga tidak ada bekas tekanan dari ujung alat uji. h. Waktu setting dihitung dari awal pencampuran bubuk alginat dan air, hingga adonan alginat tidak ada bekas tekanan dari ujung alat uji waktu setting menggunakan stopwatch dalam satuan detik. i. Tahap pekerjaan diulang menggunakan air suhu lebih dingin. j. Tahap pekerjaan diulang dengan menggunakan air suhu lebih panas. k. Hasil waktu setting dibedakan dengan variasi suhu.
6 (minutes) 3. HASIL PRAKTIKUM Pada percobaan ini, digunakan alginat tipe regular set, yang memiliki waktu setting 0,75-1 menit dengan rasio W/P yang sama di setiap percobaan yaitu: 19:7 ml/gr. Percobaan Suhu Air (⁰ C) W/P (ml/gr) Working Time (minutes) Final Setting Time (minutes) Initial Setting Time (minutes) 1 13,5⁰ C 19 : ,5⁰ C 19 : ,8⁰ C 19 : ,4⁰ C 19 : ,5⁰ C 19 : Tabel 1. Hasil percobaan setting time alginat dengan variasi suhu air Final Setting Time (minutes) Initial Setting Time (minutes) (⁰ C) Grafik 1. Hasil Percobaan setting time alginat dengan variasi suhu air
7 4. PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Bahan Cetak Alginat Alginat berasal dari ekstrak lendir alga coklat yang disebut asam alginat. Asam alginat adalah kopolimer linier dari β-d-mannuronic acid dan β-dguluronic acid. Alginat sebagai bahan cetakirreversible hydrocolloidyang memiliki komponen utama berupa garam alginat larut air, yiatu natrium, kalium dan alginat trietanolamin akan lebih banyak kandungan mannuronic acid-nya agar mudah digunakan untuk menghasilkan bentuk negatif akibat sifatnya yang elastis (Anusavice, Shen, & Rawls 2013: 171). Gambar 6. Rumus Struktur dari Asam Alginat (Anusavice, Shen, & Rawls, 2013: 171) Alginat yang berupa bubuk apabila dicampur dengan air, maka akan menjadi suatu sistem koloidal. Garam alginat larut air sebagai komponen aktif utama apabila bercampur dengan air akan membentuk sol. Sol akan berubah menjadi gel karena reaksi kimia tertentu yang terjadi selama proses gelasi (Karni, 2011). Komponen Fungsi Persentase berat Kalium alginat Agar alginat larut dalam air 15 Kalsium sulfat Reaktor 16 Oksida seng Partikel pengisi 4 Kalium titanium Pemercepat proses gelasi dan 3
8 fluorid pengeras gipsum Tanah diatoma Partikel pengisi 60 Natrium fosfat Retarder 2 Tabel 2. Komposisi Bubuk Bahan Cetak Alginat (Anusavice, Shen, & Rawls, 2013: 172) Bubuk alginat yang diproduksi pabrik mengandung sejumlah komponen. Menurut Anusavice et al. (2013: 103) asam alginat serta kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air, tetapi garam yang diperoleh dengan natrium, kalium, dan amonium larut dalam air. Kalsium sulfat dapat digunakan sebagai reaktor. Tanah diatoma dan oksida seng adalah untuk berfungsi sebagai pengisi. Bahan pengisi yang ditambahkan dengan jumlah yang tepat akan meningkatkan kekuatan dan kekerasan gel alginat,mempengaruhi waktu pengerasan gel, menjamin permukaan gel padat, dan menghasilkan tekstur yang halus. Kalium titanium fluorid ditambahkan pada alginat sebagai bahan mempercepat pengerasan dental stone untuk mendapat permukaan model stone yang keras dan padat setelah keluar dari cetakan alginat (Karni, 2011). Natrium fosfat ditambahkan untuk memperlambat laju reaksi pembentukan gel (setting) agar mudah dilakukan manipulasi. 4.2 Proses Gelasi Reaksi sol menjadi gel antara alginat larut air dengan ion kalsium dari kalsium sulfat. Kalsium sulfat bereaksi dengan cepat untuk membentuk kalsium alginat tidak larut dari kalium atau natrium alginat. Proses yang berlangsung cepat ini tidak menyediakan waktu kerja yang cukup. Di dalam kemasan pabrik bubuk alginat mengandung retarder berupa trinatrium fosfat yang akan memeperlambat laju reaksi pembentukan kalsium alginat. (Anusavice, Shen, & Rawls, 2013: ) 2Na 3 PO CaSO 4 Ca 3 (PO) Na 2 SO 4
9 Bila pasokan trinatrium fosfat menipis, ion kalsium mulai bereaksi dengan kalium alginat untuk membuat kalsium alginat dan terjadi initial setting lalu final setting seperti berikut: (Anusavice, Shen, & Rawls, 2013: 172) K2nAlg + ncaso4 nk2so4 + CanAlg Selain melalui kandungan bahan retarder pada bubuk, kontrol setting time dapat dilakukan melalui pengaturan variasi suhu air,kecepatan pengadukan, dan rasio w/p. 4.3 Kontrol Setting Time Setting time adalah waktu yang diukur dari mulai pengadukan hingga terjadinya gelasi (setting). Setting time harus menyediakan waktu yang cukup untuk dokter gigi melakukan pengadukan, mengisi ke sendok cetak, dan mencetak ke mulut pasien. (Anusavice et al., 2013: 106). Ada beberapa tipe alginat menurut setting time-nya, yaitu (1) Regular set, mengeras dalam waktu 2-4,5 menit dan digunakan untuk pemakaian rutin (2) Fast set, mengeras dalam waktu 1-2 menit dan digunakan untuk mencetak rahang anak-anak atau pasien yang mudah mengalami mual (Annusavice et al., 2013: 106). Pada percobaan ini, bubuk yang digunakan adalah tipe regular set dengan waktu pengadukan selama 45 detik. Beberapa cara untuk melakukan kontrol setting time ini : 1. Variasi suhu air Percobaan ini lebih menekankan pada penggunaan variasi suhu air untuk mengatur setting time. Menurut Ferracane dalam bukunya tahun 2001 (dikutip dalam Irnawati & Sunarintyas, 2009: 138) suhu normal air untuk alginat antara 20 0 C dan 22,2 0 C. Menurut tabel di bawah ini semakin tinggi temperatur, semakin pendek waktu setting. Sedangkan pada suhu yang rendah, waktu setting berlangsung cukup lama. Pada cuaca panas, pengadukan harus menggunakan air dingin agar gelasi prematur tidak terjadi ((Anusavice, Shen, & Rawls, 2013: 173)
10 Gambar 7. Efek temperatur air terhadap setting time bahan cetak alginat (Anusavice, Shen, & Rawls, 2013: 173) Kenaikan suhu yang terjadi mengakibatkan energi kinetik partikel bahan cetak alginat menjadi besar. Frekuensi tumbukan yang besar akan memperbesar terjadinya tumbukan efektif. Energi kinetik inilah yang diperlukan dalam suatu reaksi kimia agar mudah melampaui energi aktivasi. Hal ini yang mengakibatkan semakin tinggi suhu air, maka alginat akan lebih cepat setting dan sebaliknya. Pada percobaan ini didapatkan hasil yang benar pada tabel 1 pada nomor 4 dan 5. Sedangkan pada nomor 1 dan 2 terjadi perbedaan dengan teori yang seharusnya proses setting lebih lama pada nomor 1 dibanding nomor 2. Hal ini dapat disebabkan perbedaan pengadukan oleh operator yang berbeda yang berhubungan dengan kecepatan pengadukan. 2. Kecepatan Pengadukan Pengadukan mengakibatkan terjadinya tumbukan antar partikel terdispersi. Pengadukan dengan kecepatan tinggi akan memberikan energi kinetik yang dapat menggerakkan cairan sehingga dapat mendispersikan fase terdispersi ke dalam medium dispersinya (Kurniasari & Fithri Nurul, 2010). Pengadukan merupakan salah satu faktor yang mempercepat terjadinya reaksi kimia. Hal itu dikarenakan pengadukan memperbesar peluang terjadinya
11 tumbukan antar partikel. Dengan frekuensi tumbukan yang semakinbesar, maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif yang mampumenghasilkan reaksi juga semakin besar. - Semakin cepat pengadukan, yaitu semakin banyak jumlah pengadukan dalam satu menit, maka mempercepat setting time. - Semakin lambat pengadukan, yaitu semakin sedikit jumlah pengadukandalam satu menit, maka memperlambat setting time (McCabe and Wall, 2008). Berdasar percobaan yang telah dilakukan terdapat perbedaan dengan teori yang ada. Pada tabel 1 nomor 1 suhu yang dipakai adalah 13,5 0 C dan pada nomor 2 16,5 0 C. Menurut teori yang telah disitasi dari berbagai sumber suhu yang rendah akan memperlambat laju reaksi gelasi, namun pada nomor 1 proses gelasi atau setting terjadi lebih cepat dibanding nomor 2. Hal ini dapat terjadi karena kecepatan pengadukan yang dilakukan oleh operator. Semakin cepat pengadukan yang dilakukan oleh operator, maka pratikel terdispersi akan mengalami persentase tumbukan yang meningkat sehingga dapat mempercepat laju reaksi gelasi. 3. Rasio W/P Dalam keadaan klinis, seringkali ada kecenderungan untuk mengubah setting time dengan mengganti rasio W/P atau waktu pengadukan. Modifikasi kecil ini dapat mempunyai efek yang nyata pada sifat gel, mempengaruhi kekuatan terhadap robekan dan elastisitas. Jadi,setting time lebih baik diatur oleh jumlah retarder yang ditambahkan selama proses pembuatan di pabrik. (Anusavice, 2003) Jumlah relatif air dan bubuk mempengaruhi fleksibilitas alginat. Campuran yang lebih tebal menghasilkan penurunan fleksibilitas. (Powers, 2008) Zat yang memiliki konsentrasi besarmengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dan mudah berikatan dibandingkan zat yang konsentrasinya rendah.partikel yang susunannya lebih rapat, akan lebih sering bertumbukandibandingkan dengan partikel yang susunannya renggang sehinggakemungkinan terjadinya reaksi semakin besar.hal tersebut menyebabkan:
12 -Semakin besar rasio W/P, maka akan memperlambat setting time. -Semakin kecil rasio W/P, maka akan mempercepat setting time. Pada praktikum ini, tidak dilakukan percobaan untuk mengujipengaruh perbedaan rasio W/P terhadap setting time alginat, sehinggadigunakan rasio W/P yang sama di setiap percobaan yaitu sesuai aturanpabrik 7 gram bubuk alginat untuk 19 ml air. 5. KESIMPULAN Dengan diadakannya praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa perbedaan suhu air dan pengadukan ternyata mempengaruhi waktu setting alginat. Semakin rendah suhu air yang digunakan, maka semakin lama waktu setting dan sebaliknya untuk suhu air yang tinggi akan semakin cepat waktu setting. Selain itu, air dengan suhu rendah dapat setting jauh lebih cepat dari yang seharusnya karena adanyatumbukan patikel-partikel dengan frekuensi yang meningkat seiring meningkatnya kecepatan pengadukan yang dilakukan oleh operator. Pada proses manipulasi (working time) jumlah adukan dalam 45 detik tersebut juga dapat mempengaruhi waktu setting. Jadi, tidak hanya pengaruh suhu ruangan, rasio W/P, dan suhu air saja yang menjadi faktor yangmempengaruhi waktu setting, namun juga bagaimana working time-nya dalam proses pengadukan.
13 6. DAFTAR PUSTAKA Anusavice, KJ, 2003, Phillip s science of dental material, 11 th edn, Saunders Elsevier, Missouri, pp Anusavice, KJ, Shen, C & Rawls, HR, 2013, Phillip s science of dental material, 12 th edn, Saunders Elsevier, Missouri, pp Anusavice, KJ, 2013, Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi, trans. Budiman, JA & Parwoko, S, edk 10, EGC, Jakarta, h. 103, 106. Irnawati, D & Sunarintyas, S, 2009, Functional relationship of room temperature and setting time of alginate impression material, Journal Universitas Airlangga, vol. 42, no. 3, h , dilihat 18 Maret 2014,< journal.unair.ac.id/filerpdf/dentj pdf>. Karni, RH, 2011, Penentuan waktu akhir sineresis pada beberapa bahan cetak alginat, skripsi S.KG, Universitas Sumatera Utara, dilihat 18 Maret 2014, USU Institutional Repository, < 789/30451>. Kurniasari, K & Fithri Nurul, D.W, 2010, Optimasi penambahan alginat sebagai emulsifier pada susu kedelai dengan variasi kecepatan, waktu, dan suhu pengadukan, Universitas Diponegoro, Tembalang, h. 4. Powers, JM, 2008, Dental materials properties and manipulation, 9 th edn, Mosby Elsevier, USA, p McCabe, JF & Wall, A, 2008, Applied dental materials, 9 th edn, Blackwell, Victoria.
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI)
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI) : B5b Tgl. Praktikum : 11 Maret 2014 Pembimbing : Titien Hary Agustantina, drg.,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Setting Time Gipsum Tipe II Berdasarkan W : P Ratio Grup : B - 3A Tgl. Praktikum : 5 April 2012 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes Penyusun : 1. Ratih Ayu Maheswari
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat Group : A5b Tgl, Praktikum : 08 Mei 2012 Pembimbing : Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., MKes Penyusun: No. Nama NIM
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Setting Time Bahan Cetak Alginat Berdasarkan Variasi Suhu Air
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : Setting Time Bahan Cetak Alginat Berdasarkan Variasi Suhu Air : A5a Tgl. Praktikum : 5 Maret 2103 Pembimbing : Asti Meizarini, drg., MS. Penyusun : No
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversibel atau ireversibel, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi;
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I
BARU LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : RECOVERY FROM DEFORMATION MATERIAL CETAK ALGINAT Kelompok : A-7 Tgl. Praktikum : 25 Mei 2015 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes No Nama Penyusun : NIM.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau ireversible, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversible menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19, seorang ahli kimia dari Skotlandia memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat
BARU LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat : A3a Tgl.Praktikum : 26 Mei 2014 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes. Penyusun : 1. Pramadita
Lebih terperinciManipulasi Bahan Cetak Alginat
Manipulasi Bahan Cetak Alginat A. Cara Mencampur Tuangkan bubuk alginate dan campurkan dengan air menjadi satu ke dalam mangkuk karet (bowl). Ikuti petunjuk penggunaan dari pabrik. Aduk menggunakan spatula
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap setting time bahan cetak alginate dengan penambahan pati garut (Maranta
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II
REVISI LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II Topik : SEMEN SENG FOSFAT Kelompok : B10 Tgl. Praktikum : 12 November 2014 Pembimbing : Titien Hary Agustantina, drg., M.Kes No. Nama NIM 1 ZULFA F PRANADWISTA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah dalam proses pencampuran dan manipulasi, alat yang digunakan minimal,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alginat merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan pada praktek kedokteran gigi karena alginat memiliki banyak manfaat, antara lain : mudah dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DASAR TEORI 1.Bahan Cetak a. Pengertian Bahan Cetak Bahan cetak digunakan untuk menghasilkan replika bentuk gigi dan jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencetakan rahang merupakan tahap awal dalam perawatan prostodontik yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. Cetakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan teknologi serta bahan dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis bahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Model gigitiruan merupakan replika dari permukaan rongga mulut. Pembuatan model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga mulut dan dibiarkan
Lebih terperinciPENGARUH UJI TEMPERATUR AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Maranta arundinaceae L.
PENGARUH UJI TEMPERATUR AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Maranta arundinaceae L.) Esti Dwi Cahyani 1, Dwi Aji Nugroho 2 1 Maasiswa Prodi Pendidikan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembuatan Model Salah satu tahap dalam pembuatan gigitiruan yaitu pembuatan model gigitiruan yang terbagi menjadi model studi dan model kerja. Pencetakan anatomis dilakukan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Gipsum Gipsum merupakan mineral alami yang telah digunakan sebagai model gigitiruan sejak 1756 20 Gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat
Lebih terperinciLaporan Praktikum Kimia Laju Reaksi
Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Oleh: 1. Kurniawan Eka Yuda (5) 2. Tri Puji Lestari (23) 3. Rina Puspitasari (17) 4. Elva Alvivah Almas (11) 5. Rusti Nur Anggraeni (35) 6. Eki Aisyah (29) Kelas XI
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut. Konsentrasi Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel
Lebih terperinciPERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI
PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciOptimalisasi Variasi Komposisi Batu Kapur Lhoknga Aceh Besar sebagai Bahan Baku Material Dental Gipsum
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No.01, Januari Tahun 2016 Optimalisasi Variasi Komposisi Batu Kapur Lhoknga Aceh Besar sebagai Bahan Baku Material Dental Gipsum Zulfalina, Nazaria, & Irhamni
Lebih terperinciLaboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../...
Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../... Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Praktikan : mor Absen : Kelas : Tanggal : Lembar Kegiatan Siswa
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II
REVISI LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II Topik : Bahan Tanam Gypsum Bonded Kelompok : C12 Tgl. Praktikum : Selasa, 27 Oktober 2015 Pembimbing : Soebagio, drg.,m.kes PENYUSUN: NO. NAMA NIM 1. FARID MARZUQI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan sekitarnya, kemudian akan diisi dengan bahan pengisi untuk mendapatkan
Lebih terperincikimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN
KTSP & K-13 kimia K e l a s XI LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami konsep molaritas. 2. Memahami definisi dan faktor-faktor
Lebih terperinciUji Temperatur Air Pencampur Terhadap Setting Time Bahan Cetak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana) Dian Yosi Arinawati¹, Andi Triawan²
Uji Temperatur Air Pencampur Terhadap Setting Time Bahan Cetak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana) Dian Yosi Arinawati¹, Andi Triawan² ¹Prodi Kedokteran Gigi UMY ²Bagian Orthodonsi Prodi Kedokteran
Lebih terperinciPENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT
PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : RIRI HENY KARNI NIM :
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gipsum Gipsum merupakan mineral yang berasal dari alam yang telah dikenal selama berabad-abad. Gipsum terbentuk secara alamiah dari hasil penguapan air di pedalaman perairan
Lebih terperinciWaktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu
3 LAJU REAKSI Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan,
Lebih terperinciPENGARUH SUHU AIR TERHADAP SETTING TIME ALGINAT
PENGARUH SUHU AIR TERHADAP SETTING TIME ALGINAT SKRIPSI Munira Eka Novianthy J 111 09 108 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI BAGIAN ILMU BAHAN DAN TEKNOLOGI GIGI MAKASSAR 2012 PENGARUH SUHU
Lebih terperinciMODUL I Pembuatan Larutan
MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN PRAKTKUM 1 LAJU REAKSI
LAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN PRAKTKUM 1 LAJU REAKSI DOSEN PENGAMPU : ANDI HIMYATUL HIDAYAH, S.Si.,Apt. DISUSUSN OLEH : FILDZAH MAULIDA NIM. 37.2016.7.1.81454 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 Topik Kelompok : Manipulasi Material Cetak Elastomer : A10 Tgl. Pratikum : Senin, 27 Maret 2017 Pembimbing : Priyawan Rachmadi, drg., Ph.D Penyusun : 1. Salsalia Siska
Lebih terperincic. Suhu atau Temperatur
Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain bergantung pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh : a. Konsentrasi Pereaksi Pada umumnya jika konsentrasi
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL. Tgl. Praktikum : 12 Desember : Helal Soekartono, drg., M.Kes
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL Topik Kelompok : Heat Treatment : C2 Tgl. Praktikum : 12 Desember 2013 Pembimbing : Helal Soekartono, drg., M.Kes Penyusun : 1. Ahmad Sukma Faisal 021211133018 2. Ayu Rafania
Lebih terperinciJURNAL PRAKTIKUM KIMIA LAJU REAKSI 24 MARET 2014
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA LAJU REAKSI 24 MARET 204 Oleh MIRRAH AGHNIA NAFILAH F (306200055) FITRIA KUSUMA WARDHANI (306200060) INTAN MUTHIAH AFIFAH (30620006) NUR AZIZAH APRIANI (306200064) PROGRAM STUDI
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-1 Sekolah : SMAN 3 Tangerang Selatan Mata Pelajaran : Kimia Kelas/ Semester : XI/ I Tahun Pelajaran : 010/011 Pokok Bahasan : Laju Reaksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dokter gigi sering merekomendasikan pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, gigitiruan cekat, gigitiruan penuh, atau implan untuk kasus kehilangan gigi dalam perawatan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah Motor diesel 4 langkah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor disel 4-langkah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Gipsum Gipsum merupakan mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia Selain itu, gipsum juga merupakan produk samping dari berbagai proses kimia Di alam, gipsum merupakan
Lebih terperinciPembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami
Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi Mulut dan Ilmu Kedokteran Forensik. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : MANIPULASI MATERIAL CETAK ELASTOMER Kelompok : A-7 Tgl. Praktikum : 11 Mei 2015 Pembimbing : Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., M.Kes Penyusun : No. Nama NIM 1. M.
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciPEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL (RING AND BALL TEST) (PA ) (AASHTO-T53-74) (ASTM-D36-69)
(PA-0302-76) (AASHTO-T53-74) (ASTM-D36-69) 1. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan ini untuk menentukan angka titik lembek aspal yang berkisar dari 30⁰C sampai dengan 157⁰C dengan cara ring and ball. Titik
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing
Lebih terperinciBY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN
BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN STANDAR KOMPETENSI 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 135 cc, dengan merk Yamaha
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan
BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama
BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah mengekstrak polipeptida dari ampas kecap melalui cara pengendapan dengan
Lebih terperinciPERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL
144 LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL KELAS/KELOMPOK : KETUA KELOMPOK : ANGGOTA : UPI #PENDIDIKAN KIMIA AULIA WAHYUNINGTYAS #0706475 TUJUAN PERCOBAAN 1.
Lebih terperinciMAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR
MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR Bagaimana Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan Zat Padat dalam Zat Cair Oleh : Fitria Anjar Sari 124254074 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PMPKN KELAS PPKn
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA
PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gipsum merupakan mineral yang didapatkan dari proses penambangan di berbagai belahan dunia. Gipsum merupakan produk dari beberapa proses kimia dan sering digunakan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, karena pada
Lebih terperinciKUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI
KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Untuk Pembuatan Gigitiruan Model gigitiruan merupakan replika jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut pasien yang digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana
34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP Standar Kompetensi 1. Memahami kinetika reaksi dan kesetimbangan kimia
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis penelitian Analitik eksperimen laboratoris 4.2 Populasi Sampel yang dibuat sesuai kriteria 4.3 Sampel penelitian a. Bentuk dan ukuran Lempeng akrilik berbentuk persegi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium
30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciSOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr
SOAL LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml A. 5 ml B. 10 ml C. 2.5 ml D. 15 ml E. 5.5 ml : A Mencari volume yang dibutuhkan pada proses
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji
4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Yamaha
Lebih terperinciGambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin
I. JUDUL : Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat II. TANGGAL PERCOBAAN : Rabu, 16 November 2011 III. TUJUAN : 1. Untuk memberikan gambaran bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan
Lebih terperinciPENGARUH DERAJAT KEASAMAN (ph) AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Marantha arundineceae L)
PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (ph) AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Marantha arundineceae L) Shabrina Herlyanti *, Dwi Aji Nugroho ** * Mahasiswa Kedokteran
Lebih terperinciPETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan.
PETA KONSEP LAJU REAKSI Berkaitan dengan ditentukan melalui Waktu perubahan Dipengaruhi oleh Percobaan dari Pereaksi Hasil reaksi Konsentrasi Luas Katalis Suhu pereaksi permukaan menentukan membentuk mengadakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang
Lebih terperinciKUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI
KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0.05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5
Lebih terperinciIII. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN
III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian peralatan proses pembuatan faktis yang terdiri dari kompor listrik,panci, termometer, gelas
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR KECEPATAN REAKSI Disusun Oleh : 1. Achmad Zaimul Khaqqi (132500030) 2. Dinda Kharisma Asmara (132500014) 3. Icha Restu Maulidiah (132500033) 4. Jauharatul Lailiyah (132500053)
Lebih terperinciOPTIMASI PENAMBAHAN ALGINAT SEBAGAI EMULSIFIER PADA SUSU KEDELAI DENGAN VARIASI KECEPATAN, WAKTU DAN SUHU PENGADUKAN
1 OPTIMSI PENMBHN LGINT SEBGI EMULSIFIER PD SUSU KEDELI DENGN VRISI KECEPTN, WKTU DN SUHU PENGDUKN Kholifah Kurniasari (L2C006063) dan Nurul Fithri D. W. (L2C00608) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya
Lebih terperinciI. Tujuan. Dasar Teori
I. Tujuan 1. Merangkai rangkaian listrik yang digunakan dalam proses pewarnaan alumunium dalam proses anodizing dengan benar. 2. Dapat menghitung konsentrasi asam sulfat yang digunakan dalam proses pewarnaan
Lebih terperinciBAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON
BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI OLEH : KELOMPOK III Nama : Rifqi Munip (061330401022) Riska (061330401023) Sarah Swasti Putri (061330401024) Siti Nurjanah (061330401025)
Lebih terperinciwanibesak.wordpress.com
1. Diberikan beberapa pernyataan 1) katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan cara menaikan energi aktivasi 2) tahap penentu laju reaksi adalah tahap reaksi yang berlangsung paling lambat 3) laju reaksi
Lebih terperinciPercobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan
IV. BAHAN DAN METODE PERCOBAAN 4.1. Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pencetakan merupakan proses untuk mendapatkan suatu cetakan yang tepat dari gigi dan jaringan mulut, sedangkan hasil cetakan merupakan negative reproduction dari jaringan mulut tersebut.
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian
14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.
Lebih terperinciBAB III UJI MATERIAL
BAB III UJI MATERIAL 3.1. Uraian Umum Eksperimen dalam analisa merupakan suatu langkah eksak dalam pembuktian suatu ketentuan maupun menentukan sesuatu yang baru. Dalam ilmu pengetahuan dibidang teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang
43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Garis besar penelitian ini adalah pengujian potensi senyawa azo yang diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang sesuai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan
Lebih terperinciLAPORAN PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI
LAPORAN PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi 2. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius II. Dasar
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia
27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )
41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.
14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. group design. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan merupakan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan
III. METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan diantaranya adalah : A. Populasi Populasi adalah subyek
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA 4
88 LEMBAR KERJA SISWA 4 Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Submateri Pokok Alokasi Waktu : Kimia : I/ganjil : Laju Reaksi : Teori Tumbukan : 2 x 45 menit Standar Kompetensi Memahami Kinetika Reaksi,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah
40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah Motor diesel 4 langkah
Lebih terperinci