BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental."

Transkripsi

1 14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. group design. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan merupakan penelitian post test only control 3.3 Lokasi dan Waktu penelitian Lokasi penelitian 1.Pembuatan ekstrak lidah buaya: Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU, Medan. 2.Pembuatan dan perendaman sampel: Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG USU, Medan Waktu penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015-Agustus Sampel dan Besar Sampel Sampel Die stone merupakan hasil pengisian dental stone pada hasil cetakan alginat dengan Master die kuningan berbentuk kerucut terpancung dengan ukuran yaitu : diameter atas 6,60 mm, diameter bawah 8,36 mm, dan tinggi 10 mm. 35

2 15 Diameter atas 6,60 mm Tinggi 10 mm Diameter bawah 8,36 mm Gambar 2. Kerangka hasil cetakan alginat setelah diisi dental stone Besar Sampel Dihitung dengan menggunakan rumus berikut : 36 (t-1) ( r-1) 15 Keterangan: t = jumlah perlakuan r = jumlah pengulangan Pada penelitian ini akan menggunakan 5 kelompok sampel yaitu kelompok tanpa perendamandan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25 %, maka t=5. (t-1) (r-1) 15 (5-1 ) (r-1) 15 4 (r-1) 15 4r 19 r 5 Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5 buah untuk setiap perlakuan.

3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi Kriteria pada Hasil Cetakan Kriteria Inklusi pada Hasil Cetakan 1. Cetakan alginat dengan permukaan yang halus. 2. Mould berada di tengah-tengah hasil cetakan Kriteria Eksklusi pada Hasil Cetakan 1. Cetakan yang sobek 2. Cetakan yang poreus 3. Cetakan yang terlepas dari ring cetak 4. Cetakan yang tidak mencakup keseluruhan master die Kriteria pada Die Stone Kriteria Inklusi pada Die Stone 1. Die stone dengan permukaan halus. 2. Die stone yang utuh Kriteria Ekslusi pada Die Stone 1. Die stone yang poreus. 2. Die stone yang retak. 3. Die stone yang tidak mencakup keseluruhan hasil cetakan. 3.6 Variabel Penelitian Variabel Bebas Waktu perendaman hasil cetakan dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% yaitu 15, 20, 25, dan 30 menit Variabel Tergantung Perubahan dimensi hasil cetakan alginat.

4 Variabel Terkendali 1. Rasio alginat dan air ( 2,1 gr/ 5 ml) 2. Rasio gips cetak dengan air ( 5 gr/ 1,5 ml) 3. Ukuran master die kuningan dengan ukuran diameter atas 6,60 mm, diameter bawah 8,36 mm, dan tinggi 10 mm. 4. Volume larutan ekstrak daun lidah buaya 25% sebagai bahan rendam hasil cetakan alginate 20 ml. 5. Cara melepaskan cetakan dari master die, segera setelah mengeras ±1-2 menit cetakan dilepas dengan hati-hati sehingga permukaan hasil cetakan tetap halus Variabel Tidak Terkendali 1. Kecepatan pengadukan bahan cetak alginat. 2. Kecepatan pengadukan dental stone. 3. Temperatur ruangan 3.7 Definisi Operasional 1. Perubahan dimensi adalah perubahan ukuran hasil cetakan alginat karena terjadinya penyerapan larutan (imbibisi) yang diketahui dari perbedaan hasil pengukuran diameter atas, diameter bawah, dan tinggi die stone dengan menggunakan kaliper digital dengan satuan milli meter pada kelompok kontrol dengan kelompok perendaman (15, 20, 25, dan 30 menit ) dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25%. 2. Larutan ekstrak daun lidah buaya 25% adalah larutan hasil pengenceran dari ekstrak kental daun lidah buaya 1:4 dengan akuades sehingga diperoleh 25% ekstrak daun lidah buaya. 3. Hasil cetakan alginat adalah hasil cetakan dari bahan cetak alginat setelah diisi dengan dental stone. 4. Waktu perendaman adalah lamanya hasil cetakan direndam dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% yaitu selama 15, 20, 25, dan 30 menit.

5 Alat dan Bahan Penelitian Alat penelitan A. Alat pembuatan Die stone 1. Master die kuningan dengan ukuran diameter atas 6,60 mm diameter bawah 8,36 mm, dan tinggi 10 mm. Gambar 3. Master die 2. Ring tube kuningan yang berlubang-lubang pada dindingnya dengan ukuran diameter dalam 10 mm dan tinggi 15 mm. Gambar 4. Ring Tube

6 19 3. Rubber bowl, spatula dan sendok takar alginat. Gambar 5. Rubber bowl 4. Spuit 10 ml (Terumo, Philippines) Gambar 6. Spuit 5. Timbangan digital dengan angka ketelitian 0,001 g (made in Japan) Gambar 7. Timbangan digital

7 20 mm) 6. Kaliper digital (Krisbow Brand Model KW dengan ketelitian 0,01 Gambar 8. Kaliper digital 7. Stopwacth 8. Lecron mass (Dentica, Japanese) Gambar 9. Lecron mass 9. Wadah untuk merendam, Tabung 30 ml Gambar 10. Wadah Perendaman

8 Wadah untuk menyimpan, nierbeken stainless (onemed, Indonesia) Gambar 11. Nierbeken stainless 11. Alat bantu pencetakan Gambar 12. Alat bantu pencetakan

9 22 B. Alat pembuatan Ekstrak Daun Lidah buaya 1. Timbangan (Kenmaster, China) Gambar 13. Timbangan 2. Pisau (Joyko Cutter CU-15BC) 3. Lemari pengering dengan suhu 40-50º c Gambar 14. Lemari pengering

10 23 4. Stoples (Harum wangi, Indonesia) Gambar 15. Stoples 5. Blender (Miyako, Indonesia) Gambar 16. Blender 6. Perkolator Gambar 17. Perkolator

11 24 7. Rotary Evaporator (Heydolph vv 2000, Germany) Gambar 18. Rotary Evaporator 8. Kertas Perkamen 9. Aluminium foil Bahan Penelitian 1. Daun lidah buaya segar ± 7 kg. Gambar 19. Daun lidah buaya 2. Etanol 96% Gambar 20. Etanol

12 25 3. Akuades Gambar 21. Akuades 4. Bahan cetak alginat (Bubuk warna Pink kemerahan, Hygedent, China) Gambar 22. Bahan cetak alginat 5. Dental Stone tipe III (Bubuk warna biru, Moldano, Germany) Gambar 23. Dental Stone tipe III

13 Prosedur Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Daun lidah buaya 25% Untuk memperoleh larutan ekstrak daun lidah buaya 25% dilakukan dengan cara perkolasi bedasarkan farmakope indonesia yaitu dengan cara sebagai berikut. 15,37,38 a. Daun lidah buaya dikumpulkan ± 7 kg, disortasi yaitu memisahkan dengan benda-benda asing. Kemudian dicuci bersih lalu ditiriskan setelah itu ditimbang dan dipotong kecil-kecil. Gambar 24. Proses disortasi dan penimbangan daun lidah buaya b. Kemudian dimasukkan dalam lemari pengering dengan suhu ºC. Proses pengeringan terjadi sekitar 7 hari. Bahan yang telah kering dibuat serbuk dengan cara memblender. Gambar 25. Proses pengeringan lidah buaya dan simplisia

14 27 c. Pembuatan ekstrak etanol dilakukan dengan cara perkolasi yaitu proses penyarian bahan aktif yang terdapat pada serbuk simplisia daun lidah buaya dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak ± 7000 ml. Sebanyak ±700 gram simplisa dimasukkan kedalam wadah tertutup, lalu dilarutkan dengan pelarut etanol 96% sampai seluruh permukaan simplisia menjadi basah. Massa tersebut disimpan dalam botol kedap cahaya dan terlindung dari cahaya matahari dibiarkan sekurangkurangnya selam 3 jam lalu dilakukan penyaringan. Gambar 26. Proses penyarian bahan aktif dengan menggunakan pelarut etanol 96% d. Hasil penyaringan diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40ºC selama 2 hari sehingga diperoleh ekstrak kental ±140 ml. Gambar 27. Proses penguapan hasil penyarian sehingga diperoleh ekstrak kental

15 28 e. Ekstrak kental daun lidah buaya diencerkan dengan menggunakan akuades 15 ml. Pengenceran dilakukan setiap akan melakukan penelitian sebanyak 20 ml sebagai media perendam. Berdasarkan rumus pengenceran. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M1= Konsentrasi larutan sebelum pengenceran M2= Konsentrasi larutan setelah pengenceran V1= Volume larutan sebelum pengenceran V2= Volume larutan setelah pengenceran M1 v1 = M2 v2 100% X 5 ml = 25% (5+v2) V2 = 15 ml Pengambilan Cetakan dengan Bahan cetak Alginat 1. Bahan cetakan alginat ditimbang diaduk dengan air p/w rasio (2,1 gr/ 5 ml ) pada rubber bowl dengan menggunakan spatula sampai homogen. Gambar 28. Penimbangan bahan cetak alginat

16 29 2. Bahan cetakan dimasukkan ke dalam ring tube kuningan yang sudah diberikan tanda sebelumnya. Gambar 29. Ring Tube yang telah diisi alginat 3. Pencetakan dilakukan pada master die yang dipasang pada alat pencetak kusus sebagai model selama 1-2 menit, pencetakan master die dilakukan pada tengah ring cetak. Gambar 30. Proses pencetakan dengan alat pencetakan 4. Kemudian setelah bahan cetak mengeras cetakan dilepas. Gambar 31. Hasil Cetakan

17 Perlakuan pada Hasil Cetakan Sampel yang dibagi kedalam 5 kelompok, yaitu : 1. Lima cetakan sebagai kelompok kontrol, langsung di isi dengan dental stone tipe III. Gambar 32. Hasil Cetakan diisi dengan dental stone. 2. Lima cetakan direndam dalam larutan daun lidah buaya 25% sebanyak ± 20 ml selama 15 menit, kemudian diisi dengan dental stone tipe III. 3. Lima cetakan direndam dalam larutan daun lidah buaya 25% sebanyak ± 20 ml selama 20 menit, kemudian diisi dengan dental stone tipe III. 4. Lima cetakan direndam dalam larutan daun lidah buaya 25% sebanyak ± 20 ml selama 25 menit, kemudian diisi dengan dental stone tipe III. 5. Lima cetakan direndam dalam larutan daun lidah buaya 25% sebanyak ± 20 ml selama 30 menit, kemudian diisi dengan dental stone tipe III. Gambar 33. Perendaman hasil cetakan alginat

18 Pengukuran Sampel Setelah semua die stone diperoleh dilakukan pengukuran pada: 1. Diameter atas die stone 2. Diameter bawah die stone. 3. Tinggi die stone yaitu jarak dari alas ke puncak die stone. Pengukuran dilakukan dari titik yang telah diberi tanda sebagi titik tolak pengukuran dengan menggunakan kaliper digital untuk mendapatkan data-data yang di perlukan. Gambar 34. Die stone yang diberi tanda pengukuran Pengukuran Perubahan Dimensi Persentase perubahan dimensi dapat dicari berdasarkan rumus ISO : 26 A-B Master Die 100% Keterangan: A-B = Perubahan dimensi (mm) A = Ukuran master die kelompok pengukuran (mm) B = Hasil pengukuran die stone kelompok sampel (mm)

19 Analisa Data Untuk melihat perbedaan ukuran die stone sebagai kontrol dengan die stone dari hasil cetakan alginat yang telah diberi perlakuan dengan perendaman dengan larutan ekstrak daun lidah buaya 25% selama 15, 20, 25, dan 30 menit, dilakukan uji data dengan Kruskal-Wallis lalu dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney dengan menggunakan program analisa data SPSS.

20 33 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASILPENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil Pengukuran Die Stone Hasil pengukuran diameter atas, diameter bawah, dan tinggi die stone pada kelompok kontrol dan perendaman dengan 15, 20, 25, dan 30 menit terlihat adanya perbedaan ukuran die stone yaitu pada kelompok kontrol dan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit dibandingkan dengan master die. Berdasarkan data hasil penelitan pada diameter atas die stone diperoleh mean dan standar deviasi dari masing-masing kelompok yaitu kelompok kontrol sebesar 6,60±0 mm, pada kelompok perendaman 15 menit yaitu 6,54± mm, pada kelompok perendaman 20 menit yaitu 6,51±0,02280 mm, pada kelompok perendaman 25 menit yaitu 6,46± mm dan pada kelompok perendaman 30 menit yaitu 6,36±0,07362 mm. Pada diameter bawah die stone diperoleh mean dan standar deviasi dari pada masing-masing kelompok yaitu kelompok kontrol sebesar 8,35±0,00447 mm, pada kelompok perendaman 15 menit yaitu 8,29±0,01789 mm, pada kelompok perendaman 20 menit yaitu 8,20±0,05727 mm, pada kelompok perendaman 25 menit yaitu 8,15±0,06058 mm dan pada kelompok perendaman 30 menit yaitu 7,99±0, mm. Pada tinggi die stone diperoleh mean dan standar deviasi dari masing-masing kelompok yaitu kelompok kontrol sebesar 9,99±0,00894 mm, pada kelompok perendaman 15 menit yaitu 9,93±0,03421 mm, pada kelompok perendaman 20 menit yaitu 9,90±0,0363 mm, pada kelompok perendaman 25 menit yaitu 9,84±0,05357 mm dan pada kelompok perendaman 30 menit yaitu 9,64± mm. Dari data tersebut diperoleh adanya penurunan ukuran diameter atas, diameter bawah, dan tinggi die stone pada masing-masing kelompok perlakuan dibandingkan dengan ukuran master die seperti pada tabel berikut.

21 34 Tabel 2. Rerata dan Standar Deviasi Pengukuran Die Stone Kelompok Kontrol dan Perendaman 15, 20, 25, dan 30 Menit. Master Die (mm) Diameter Atas Master Die (mm) Kelompok Pengukuran Sampel Diameter Bawah Master Die (mm) Tinggi 15 mnt/ mm Waktu Perendaman 20 mnt/ mm 25 mnt/ mm 30 mnt/ mm 6,60 6,55 6,50 6,48 6,44 15 mnt/ mm Waktu Perendaman 20 mnt/ mm 25 mnt/ mm 30 mnt/ mm 8,36 8,30 8,24 8,22 8,16 Kontrol Kontrol Kontrol 15 mnt/ mm Waktu Perendaman 20 mnt/ mm 25 mnt/ mm 30 mnt/ mm 10 9,92 9,90 9,88 9,64 6,60 6,56 6,51 6,49 6,39 8,36 8,28 8,23 8,08 8, ,95 9,96 9,80 9,55 6,60 6,60 6,53 6,49 6,49 6,35 8,36 8,36 8,32 8,11 8,21 8, ,94 9,90 9,87 9,74 6,60 6,52 6,51 6,47 6,41 8,36 8,31 8,19 8,13 8, ,97 9,92 9,89 9,54 6,60 6,55 6,55 6,41 6,25 8,35 8,28 8,25 8,12 7,63 9,98 9,88 9,86 9,77 9,76 Mean ± SD 6,60 ± 0 6,54 ±0,0 1 6,51 ±0,0 2 6,46 ±0,0 3 6,36 ±0,0 7 Mean ± SD 8,35 ±0,00 8,29 ±0,0 1 8,20 ±0,0 5 8,15 ±0,0 6 7,99 ±0,2 0 Mean ± SD 9,99 ±0,00 9,93 ±0,00 9,90 ±0,0 3 9,84 ±0,0 5 9,64 ±0, Perubahan Dimensi Die Stone Pengukuran perubahan dimensi hasil cetakan alginat dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok perendaman (15, 20, 25, dan 30 menit) dengan ekstrak daun lidah buaya 25% pada diameter atas, diameter bawah, dan tinggi die stone (Lampiran 9). Hasil perubahan dimensi hasil cetakan alginat dilihat dari persentase rerata perubahan dimensi kelompok pengukuran diameter atas, diameter bawah, dan tinggi die stone. Berdasarkan data hasil pengukuran dapat dilihat pada diameter atas die stone didapatkan persentase rata-rata perubahan dimensi pada kelompok kontrol adalah 0%, pada kelompok perendaman 15 menit adalah 0,01%, pada kelompok 20 menit adalah 0,01%, pada kelompok perendaman 25 menit adalah 0,02%, dan pada kelompok perendaman 30 menit adalah 0,04%. Pada diameter bawah die stone didapatkan persentase rata-rata perubahan dimensi pada kelompok kontrol adalah 0,0002%, pada kelompok perendaman 15 menit adalah 0,007%, pada kelompok 20 menit adalah 0,02%, pada kelompok perendaman 25 menit adalah

22 35 0,03%, dan pada kelompok perendaman 30 menit adalah 0,05%. Pada tinggi die stone didapatkan persentase nilai rata-rata perubahan dimensi pada kelompok kontrol adalah 0,0004%, pada kelompok perendaman 15 menit adalah 0,007%, pada kelompok 20 menit adalah 0,009%, pada kelompok perendaman 25 menit adalah 0,016%, dan pada kelompok perendaman 30 menit adalah 0,037% seperti tabel berikut. Tabel 3. Rerata Perubahan Dimensi dan Persentase Diameter Atas, Diameter Bawah dan Tinggi Die Stone Kelompok Kontrol dan Perendaman 15, 20, 25, dan 30 Menit. Kelompok Pengukuran Diameter Atas Diameter Bawah Kontrol 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit (mm) (%) (mm) (%) (mm) (%) (mm) (%) (mm) (%) Mean 0 0 0,06 0,01 0, ,13 0,02 0,23 0,04 SD 0 0 0,02 0,003 0,02 0,004 0,03 0,01 0,07 0,01 Mean 0,002 0,0002 0,058 0,007 0,16 0,02 0,21 0,03 0,37 0,05 SD 0,004 0,0001 0,015 0,002 0,06 0,007 0,06 0,007 0,20 0,03 Tinggi Mean 0,004 0,0004 0,068 0,007 0,092 0,009 0,158 0,016 0,354 0,037 SD 0,009 0,0009 0,034 0,034 0,04 0,004 0,05 0,005 0,103 0,011 Dari data tersebut diketahui bahwa semakin lama waktu perendaman cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% maka persentase rata-rata perubahan dimensi ukuran diameter bawah, diameter atas, dan tinggi die stone akan semakin besar. Hal ini dapat terlihat dalam grafik berikut.

23 36 % Perubahan Dimensi Diameter atas Diameter bawah Tinggi Kontrol menit Waktu Perendaman Gambar 35. Grafik persentase rata-rata perubahan dimensi diameter atas, diameter bawah, dan tinggi die stone

24 Analisa Penelitian Sebelum dilakukan uji analitik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas data diperoleh hasil uji bahwa p-value ( kolom sig) pada tabel uji Shapiro -Wilk kurang dari 0,05, maka Ho ditolak, yaitu berarti data yang diambil dari populasi tidak terdistribusi normal (lampiran 8). Oleh karena itu, analisa data yang digunakan pada hasil penelitian die stone adalah uji data non parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis untuk melihat perubahan dimensi pada diameter atas, diameter bawah dan tinggi die stone dari data sampel penelitian yang tidak terdistribusi normal dengan p-value (probabilitas) 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Tabel Uji Kruskal-Wallis pada Diameter Atas, Diameter bawah dan Tinggi Die Stone untuk kelompok kontrol dan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit. diameter_atas diameter_bawah Tinggi Chi-Square 22,377 21,239 21,139 Df Asymp. Sig. 0,000 0,000 0,000 Pada tabel diatas dapat terlihat pada kolom Asymp. Sig. diameter atas, diameter bawah, dan tinggi diperoleh nilai p-value = 0,000, Dengan demikian hasil yang diperoleh p<0,05, maka diperoleh bahwa Ho (Hipotesa) ditolak. Sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat perbedaan bermakna pada tiap rata-rata kelompok (pada kelompok kontrol, perendaman 15 menit, 20 menit, 25 menit dan 30 menit) untuk diameter atas, diameter bawah dan tinggi die stone.

25 38 Setelah didapat perbedaaan yang signifikan, dapat dilakukan uji analisis lanjutan, yaitu Mann-Whitney untuk mengetahui perbandingan perbedaan antar kelompok dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Tabel Uji Mann-Whitney pada Diameter Atas, Diameter bawah dan Tinggi Die Stone untuk kelompok kontrol dan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit. Kontrol Perendaman Mann-Whitney U Asymp. Sig. (2-tailed) Diameter Diameter Diameter Atas Bawah Tinggi Atas Bawah Tinggi Atas Bawah Tinggi ,000 0,000 0,000 0,005* 0,007* 0,007* ,000 0,000 0,000 0,005* 0,007* 0,007* ,000 0,000 0,000 0,005* 0,007* 0,007* ,000 0,000 0,000 0,005* 0,007* 0,007* ,000 0,000 7,500 0,044* 0,009* 0, ,000 0,000 1,500 0,009* 0,009* 0,021* ,000 0,000 0,000 0,009* 0,009* 0,009* ,000 6,000 3,000 0,015* 0,175 0,047* ,000 1,000 0,000 0,009* 0,016* 0,009* ,500 4,000 0,000 0,021* 0,076 0,009* * ada perbedaan yang signifikan setelah dilakukan Uji Mann-Whitney dengan p 0,05. Dari tabel diatas didapat, bahwa pada diameter atas terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit dengan besar signifikansi yang sama p = 0,005 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat perubahan diameter atas hasil cetakan alginat yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit. Pada diameter bawah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit dengan besar signifikansi yang sama p = 0,007 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat perubahan diameter bawah hasil cetakan alginat yang bermakna

26 39 antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit Pada tinggi terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit dengan besar signifikansi yang sama p = 0,007 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat perubahan tinggi hasil cetakan alginat yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit. Dari hasil penghitungan Uji Mann-Whitney di dapatkan nilai p-value antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit pada diameter atas p = 0,044 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit. Pada diameter bawah p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit. Pada tinggi p = 0,293 (p>0,05) artinya tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit. Dari hasil penghitungan Uji Mann-Whitney di dapatkan nilai p-value antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 25 menit pada diameter atas p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 25 menit. Pada diameter bawah p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 25 menit. Pada tinggi p = 0,021 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 25 menit. Dari hasil penghitungan Uji Mann-Whitney di dapatkan nilai p-value antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 30 menit pada diameter atas p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 30 menit. Pada diameter bawah p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 30 menit. Pada tinggi p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 30 menit.

27 40 Dari hasil penghitungan Uji Mann-Whitney di dapatkan nilai p-value antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 25 menit pada diameter atas p = 0,015 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 25 menit. Pada diameter bawah p = 0,175 (p>0,05) artinya tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 25 menit. Pada tinggi p = 0,047 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 25 menit. Dari hasil penghitungan Uji Mann-Whitney di dapatkan nilai p-value antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 30 menit pada diameter atas p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 30 menit. Pada diameter bawah p = 0,016 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 30 menit. Pada tinggi p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 30 menit. Dari hasil penghitungan Uji Mann-Whitney di dapatkan nilai p-value antara kelompok perendaman 25 menit dengan kelompok perendaman 30 menit pada diameter atas p = 0,021 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 25 menit dengan kelompok perendaman 30 menit. Pada diameter bawah p = 0,076 (p>0,05) artinya tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 25 menit dengan kelompok perendaman 30 menit. Pada tinggi p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 25 menit dengan kelompok perendaman 30 menit.

28 41 BAB 5 PEMBAHASAN Hasil cetakan bahan cetak alginat yang direndam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% mengalami proses imbibisi yaitu proses terserapnya air disebabkan karena pada alginat terdapat ion-ion Na, SO4 2-, PO4 3- sebagai potensial osmotik. Hal ini menimbulkan ekspansi hasil cetakan bahan cetak alginat sehingga mengakibatkan terjadi penurunan ukuran die stone dibandingkan dengan ukuran master die. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari hasil analisa dengan uji Mann-witney antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit, pada kelompok kontrol dengan perendaman 15 menit dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% didapatkan nilai signifikansi untuk diameter atas, diameter bawah dan tinggi masing-masing yaitu : p = 0,005, p = 0,007, p = 0,007 (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang signifikan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Panza, dkk (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perendaman bahan cetak alginat dalam larutan disinfektan sodium hipoklorit 1% selama 10 menit dan dalam larutan glutaraldehyde 2% selama 10 dan 15 menit akan tampak terjadinya perubahan dimensi yang signifikan. 39 Pada kelompok kontrol dengan perendaman 20 menit dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% terdapat nilai signifikansi untuk diameter atas, diameter bawah, dan tinggi masing-masing yaitu: p = 0,005, p = 0,007, p = 0,007 (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Oderinu, dkk (2007) menyatakan bahwa ada perubahan dimensi yang signifikan pada hasil cetakan alginat setelah direndam dalam larutan sodium hipoklorit 1% selama 20 dan 30 menit. 40 Dalam penelitian didapatkan bahwa terjadi perbedaan perubahan dimensi hasil cetakan alginat antara kelompok kontrol dengan dengan perendam 25 dan 30 menit dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25%. Pada perendaman 25 menit

29 42 terdapat nilai signifikansi untuk diameter atas, diameter bawah, dan tinggi masingmasing yaitu: p = 0,005, p = 0,007, p = 0,007 (p<0,05), perendaman 30 menit yaitu: p = 0,005, p = 0,007, p = 0,007 (p<0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh Oderinu, dkk pada tahun Pada penelitan ini perendaman dimulai dari 15 menit mengingat bahwa ekstrak daun lidah buaya efektif menurunkan jumlah koloni mikroorganisme pada basis gigi tiruan setelah direndam selama 15 menit 14. Perendaman paling lama sampai 30 menit sebab waktu penyimpanan alginat sampai diisi dengan gipsum tidak boleh lebih dari 30 menit. 41. Menurut Santoso EDL, dkk (2011) perubahan dimensi pada bahan cetak yang direndam dalam larutan desinfektan akan sangat berarti apabila terjadi perubahan dimensi lebih dari 0,2% yang mana hal ini diluar toleransi klinik. 42 Sesuai dengan hal tersebut, persentase perubahan dimensi pada perendaman waktu 15 menit untuk diameter atas sebesar 0,01%, diameter bawah sebesar 0,007%, dan tinggi sebesar 0,007% sedangkan untuk perendaman dengan waktu terlama yaitu 30 menit didapatkan persentase perubahan dimensi diameter atas sebesar 0,04%, diameter bawah sebesar 0,05%, dan tinggi sebesar 0,037%. Dari analisis persentase perubahan dimensi hasil cetakan alginat menunjukkan bahwa perubahan dimensi bahan cetak pada perendaman (15, 20, 25, dan 30) menit masih dalam batas toleransi klinik, perendaman hasil cetakan dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% hanya mengakibatkan perubahan dimensi sekitar 0-0,2%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa teknik desinfeksi dengan perendaman hasil cetakan bahan cetak alginat dengan larutan ekstrak daun lidah buaya 25% mengakibatkan terjadinya perubahan dimensi akibat adanya imbibisi (penyerapan air) pada hasil cetakan sehingga hasil cetakan akan mengembang dan terjadi penurunan ukuran diameter atas, diameter bawah, dan tinggi die stone.

30 43 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Adanya perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang signifikan setelah direndam dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% dengan persentase rata-rata perubahan dimesi pada kelompok waktu 15 menit untuk diameter atas sebesar 0,01%, diameter bawah sebesar 0,007%, dan tinggi sebesar 0,007% sedangkan untuk kelompok waktu terlama 30 menit yaitu diameter atas sebesar 0,04%, diameter bawah sebesar 0,05%, dan tinggi sebesar 0,037%. 6.2 Saran 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data awal untuk penelitian yang lebih lanjut. 2. Diharapkan adanya penelitian lebih mendalam untuk meneliti pengaruh larutan ekstrak daun lidah buaya dan bahan herbal lainnya terhadap bahan cetak alginat atau bahan cetak lainnya.

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.)

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.) PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu. 12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis

Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu. 12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu 12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis Dikeringkan dalam lemari pengering dengan suhu 40-50 о C, selama ± 5 hari Potongan-potongan yang sudah kering

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN SALAM 25%

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN SALAM 25% PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN SALAM 25% SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: ROMAULI

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA 1 PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30%

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian the post test only control group design. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories. 3.2 Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Post test with control

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitan the post test only control group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. B. Sampel Penelitian Sampel pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dan dengan desain penelitian post-test only control group. B. Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004). B. Lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. B. Tempat dan waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir Lampiran 2. Morfologi Tanaman Kecipir Gambar 1. Tanaman Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) Lampiran 2. (Lanjutan) A B Gambar 2. Makroskopik Daun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol Lampiran 2. Karakteristik Tanaman Jengkol A B Lampiran 2. (lanjutan) C Keterangan : A. Tanaman Jengkol B. Kulit Buah Jengkol C. Simplisia Kulit Buah Jengkol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi bervariasi jenisnya yaitu bahan cetak yang bersifat elastis dan non-elastis. Salah satu bahan cetak elastis yang banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris In Vitro. B. Populasi dan Sampel Penelitian Subyek pada penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji Bakteri uji

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories 3.2 Desain Penelitian Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah Posttest design 3.3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorium. B. Lokasi Penelitian Ekstraksi dilakukan di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang Lampiran 2. Gambar 1. Hewan Teripang segar Gambar 2. Daging Teripang Lampiran 2. (Lanjutan) Gambar 3. Simplisia Teripang Gambar 4. Serbuk simplisia Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan penyinaran dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan penyinaran dilakukan 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental murni laboratoris secara in vitro. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kimia Medik, Ilmu Mikrobiologi, dan Ilmu Farmakologi. 3.1.2 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian secara in vitro. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni laboratoris B. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di LPTT Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN

Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN Salam Hormat, Saya yang bernama Anita, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, ingin melakukan penelitian tentang PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori dan Rancangan Penelitian Penelitian uji efek tonikum infusa daun landep pada mencit putih jantan ini dapat dikategorikan sebagai penelitian eksperimental dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai risiko kerja masing-masing, termasuk bagi praktisi yang memiliki pekerjaan dalam bidang kedokteran gigi. Salah satu risiko tersebut adalah

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH PERENDAMAN DALAM AIR REBUSAN DAUN JAMBUBIJI 25% DENGAN WAKTU BERBEDA

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH PERENDAMAN DALAM AIR REBUSAN DAUN JAMBUBIJI 25% DENGAN WAKTU BERBEDA PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH PERENDAMAN DALAM AIR REBUSAN DAUN JAMBUBIJI 25% DENGAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah studi eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control group

Lebih terperinci

Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2 merupakan medikamen saluran akar yang paling sering digunakan sejak tahun 1920.

Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2 merupakan medikamen saluran akar yang paling sering digunakan sejak tahun 1920. LAMPIRAN 1.SKEMA ALUR PIKIR Pada perawatan endodontik, medikamen saluran akar digunakan sebagai agen antimikroba beberapa diantaranya untuk mengeliminasi organisme, mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan 47 Lampiran 2. Gambar tumbuhan dan daun binara (Artemisia vulgaris L.) Tumbuhan binara Daun segar tampak depan Daun segar tampak belakang 48 Lampiran 3. Gambar tumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah 69 Lampiran 2. Gambar tumbuhan rimpang lengkuas merah a b Keterangan: a. Gambar tumbuhan lengkuas merah b. Gambar rimpang lengkuas merah 70 Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai. Dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test Randomized Control

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu penelitian ini yaitu Ilmu Farmakologi, Ilmu Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji dengan posttest only control group design B. Subjek Penelitian Hewan uji yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian mencit (Mus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola post test only control group design.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen kuasi yang hasilnya akan dianalisis secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Design Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola posttest only with control

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap setting time bahan cetak alginate dengan penambahan pati garut (Maranta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini besifat eksperimental dengan rancangan penelitian the post test only controlled group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatori research, dan pelaksanaanya menggunakan metode eksperimen murni, hal ini berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 15 April 3 Mei 2013, dimana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 15 April 3 Mei 2013, dimana BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 15 April 3 Mei 2013, dimana diawali dengan pengambilan Fly Ash di PT. PG Tolangohula

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan rangkaian kegiatan pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiyono (2015, hlm 2) mengatakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang 59 Lampiran 2. Gambar tanaman rimbang dan gambar makroskopik buah rimbang A Keterangan: A. Tanaman rimbang B. Buah rimbang B 60 Lampiran 3. Gambar serbuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam bidang kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk membuat model studi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak digunakan selama beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain mudah pada manipulasi,

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Scoresheet Uji Sensori Hedonik

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Scoresheet Uji Sensori Hedonik 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Scoresheet Uji Sensori Hedonik UJI THRESHOLD Nama Panelis : Tanggal : Produk : Es Krim Brokoli Kriteria : Rasa Instruksi : Di hadapan Anda disajikan empat macam es krim yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara metode non eksperimental dan metode eksperimental. Metode non eksperimental

Lebih terperinci

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Gambar tumbuhan dan daun segarkembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray Keterangan :Gambar tumbuhan kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah jamur Fusarium oxysporum. Penelitian eksperimen yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap. 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan lima kelompok perlakuan. Hasil penghitungan bilangan peroksida dari tiap-tiap kelompok perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata)

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata) BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata) 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah nanopartikel

Lebih terperinci

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Lampiran 2 Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Gambar 1. Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) suku Fabaceae Lampiran 2 A B C Gambar 2. Buah dari Tanaman Jengkol (Pithecellobium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design.

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan penelitian The Post Test Only Control Group Design. 4.2 Sampel Penelitian dan Besar Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. manggis (Garcinia mangostana Linn) yang telah matang

BAB III METODE PENELITIAN. manggis (Garcinia mangostana Linn) yang telah matang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian eksperimental kuasi dengan pretest dan posttest control group design. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1.

Lebih terperinci

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2. BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mortar dengan bahan tambahan abu merang dilakukan di Laboratorium Struktur dan Teknologi Bahan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre test & post test control group design

Lebih terperinci

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) Lampiran 1 A Gambar 1. Tanaman ceplukan dan daun ceplukan B Keterangan A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) B : Daun ceplukan Lampiran 1 (Lanjutan) A B Gambar 2. Simplisia dan serbuk simplisia Keterangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Alur Pikir. Biodentin. Kulit Buah Manggis

LAMPIRAN 1. Alur Pikir. Biodentin. Kulit Buah Manggis LAMPIRAN 1 Alur Pikir Biodentin Biodentin merupakan material yang berbahan dasar kalsium silikat. Biodentin yang diperkenalkan oleh Septodont ini memiliki daya biokompabilitas dan bioaktif yang baik. Biodentin

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Melakukan Determinasi di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Melakukan Determinasi di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Melakukan Determinasi di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 56 57 Lampiran 2. Surat Keterangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. CoA Provitamin B5 (D-Panthenol)

Lampiran 1. CoA Provitamin B5 (D-Panthenol) Lampiran 1. CoA Provitamin B5 (D-Panthenol) 55 Lampiran 2. Gambar sediaan masker sheet 56 Lampiran 3. Gambar sediaan essence masker sheet Blanko F1 F2 F3 Blanko F1 F2 F3 Keterangan : Blanko : Blanko (tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan uji daya hambat ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan jamur Botryodiplodia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada saat akhir penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental 4.2. Tempat Penelitian 1. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan metode eksperimen kuasi dimana rancangan penelitiannya adalah after only with

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013. 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris post test with control group design. B. Populasi dan Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. MetodePenelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen kuantitatif, metode ini dipilih karena digunakan untuk menguji sebab-akibat serta mempunyai keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Subyek Penelitin Subyek pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilitian Penelitian mengenai perbedaan kekerasan email gigi desidui antara sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only Control Group Design).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan rancangan penelitian pre test and post test control group design

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Determinasi Kulit Kayu Manis ((Cinnamomum burmannii Nees & T.Nees)) Blume

Lampiran 1. Hasil Determinasi Kulit Kayu Manis ((Cinnamomum burmannii Nees & T.Nees)) Blume Lampiran 1. Hasil Determinasi Kulit Kayu Manis ((Cinnamomum burmannii Nees & T.Nees)) Blume 51 Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik Kulit Kayu Manis Madu Hutan 52 Lampiran 2. (lanjutan) Simplisia kulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian 51 Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tanaman 52 Lampiran 3. Karakteristik Tanaman Alpukat ( Persea americana Mill. ) Tanaman Alpukat Buah alpukat 53 Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium (in vitro) menggunakan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Tumbuhan pepaya jantan a. Tumbuhan pepaya jantan b. Bunga pepaya jantan c. Simplisia bunga pepaya jantan Lampiran 3. Perhitungan hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan variabel hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan rancangan penelitian pre-test dan post-test. B. Populasi dan Sampel 1. Subjek Penelitian

Lebih terperinci