LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II"

Transkripsi

1 REVISI LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II Topik : SEMEN SENG FOSFAT Kelompok : B10 Tgl. Praktikum : 12 November 2014 Pembimbing : Titien Hary Agustantina, drg., M.Kes No. Nama NIM 1 ZULFA F PRANADWISTA DEA AISYAH MEIDIANA ADININGSIH DINDA KHAIRUNNISA R JERRY SAIFUDIN DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

2 1. TUJUAN 1.1. Dapat memanipulasi semen seng fosfat yang digunakan untuk basis dan luting dengan cara yang tepat Dapat mengamati perbedaan konsistensi antara semen seng fosfat sebagai basis dan luting Dapat mengamati perbedaan setting time antara semen seng fosfat sebagai basis dan luting. 2. CARA KERJA 2.1. Bahan a. Bubuk dan cairan semen seng fosfat b. Vaselin a b 2.2 Alat : Gambar 2.1. Bahan-bahan yang diperlukan untuk praktikum. a. semen seng fosfat b.vaselin a. Glass slab (kaca tebal) b. Kaca tipis c. Spatula semen d. Stopwatch e. Cetakan sampel f. Celluloid strip g. Plastik filling instrument h. Kuas kecil i. Timbangan digital 1

3 j. Jarum Gillmore k. Pisau malam e h j c f a b d g i Gambar 2.2. Alat alat yang digunakan untuk praktikum. a. jarum Gillmore, b. kaca tebal, c. timbangan digital, d. kaca tipis, e. cetakan, f. stopwatch, g. kuas, h. plastic filling instrument i. pisau malam, j. spatula semen. 2.3 Cara kerja: a. Alat dan bahan disiapkan. b. Cetakan disiapkan dengan sisi dalam cetakan diolesi dengan vaselin menggunakan kuas, dialasi dengan celluloid strip dan diletakkan di atas kaca tipis. c. Bubuk semen seng fosfat diambil dan ditimbang di atas timbangan digital, dicatat sebagai berat awal bubuk. Bubuk semen diambil 1 sendok takar, berat diukur kembali sebagai berat akhir bubuk. Berat akhir dan berat awal bubuk diambil selisihnya sebagai berat bubuk yang digunakan. d. Semen yang sudah ditakar, diletakkan di atas glass lab dan dibagi menjadi 3 bagian. e. Botol cairan diambil dan di timbang di atas timbangan digital, dicatat sebagai berat awal cairan. Cairan ditetesken secara vertikal di atas glass slab tanpa tekanan. Botol cairan ditimbang kembali untuk mendapatkan berat akhir cairan. Berat akhir dan berat awal cairan diambil selisihnya sebagai berat cairan yang digunakan. f. Jumlah cairan yang digunakan untuk semen seng fosfat sebagai luting adalah sebanyak 3 tetes, sedangkan sbagai basis sebanyak 2 tetes. g. Bubuk bagian pertama dicampur dengan cairan menggunakan spatula selama 10 detik, waktu mulai pengadukan bubuk dan cairan dicatat. Semen diaduk dengan dengan gerakan memutar dan menekan spatula pada 2

4 glass lab sambil dilakukan spreading. Bubuk bagian kedua ditambahkan dan diaduk dengan cara yang sama, demikian seterusnya pada bagian ketiga dilakukan pengadukan selama kurang lebih 40 detik hingga homogen (bubuk dan cairan telah tercampur dengan sempurna). h. Campuran bubuk dan cairan yang telah homogen dilakukan spreading yang lebih pada glass lab. i. Campuran antara bubuk dan cairan yang dikumpulkan menjadi satu. j. Konsistensi semen seng fosfat yang telah diaduk dilakukan pengujian. Konsistensi semen seng fosfat sebagai luting dapat diketahui dengan spatula diletakkan miring 45 o terhadap glass slab dan adonan semen ditarik keatas dengan ketinggian kurang lebih 2 cm, ketika semen ikut terangkat tanpa terputus maka konsistensi untuk luting sudah didapatkan. Konsistensi semen seng fosfat sebagai basis tercapai apabila adonan dapat dibentuk menjadi bola / bulatan dan tidak melekat pada glass lab. k. Adonan semen dimasukkan ke dalam cetakan sampel yang telah disiapkan dengan bantuan plastic filling instrument hingga penuh. l. Permukaan adonan semen seng fosfat dilapisi dengan celluloid strip dan kaca tipis. m. Cetakan sampel yang telah dilapisi oleh celluloid strip dan kaca tipis ditekan dengan telunjuk. n. Kaca tipis dilepaskan dari permukaan dan ditunggu hingga celluloid strip sudah dapat dilepas. o. Jika celluloid strip sudah dapat dilepas, jarum Gillmore ditekan pada permukaan adonan semen seng fosfat dengan interval 5 detik ketika mendekati setting time (ketika dilakukan penekanan awal bekas tekanan sudah hampir hilang). Bekas tekanan jarum Gillmore tidak boleh ditempat yang sama. p. Uji setting time dilakukan hingga tidak ada bekas cekungan dari jarum Gillmore. 3

5 BASIS LUTING 3. HASIL PRAKTIKUM Tabel 3.1. Setting time semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis. BUBUK CAIRAN Berat Berat Berat Berat awal akhir Selisih awal akhir Selisih (gram) (gram) (gram) (gram) 58, ,29 24,22 24,07 0,15 58,03 57,75 0,28 23,96 23,85 0,11 57,41 57,12 0,29 23,66 23,53 0,13 RATA-RATA 0,287 0,13 setting time 8 menit 45 detik 10 menit 35 detik 9 menit 55 detik 9 menit 45 detik Tabel 3.2. Setting time semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai luting. BUBUK CAIRAN Berat Berat Berat Berat setting time Selisih Selisih awal akhir awal akhir (menit:detik) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram) 59,03 58,76 0,27 24,41 24,22 0,19 18 menit 25 detik 57,75 57,41 0,34 23,85 23,66 0,19 18 menit 50 detik RATA-RATA 0,305 0,19 18 menit 37 detik 4. PEMBAHASAN Semen Seng fosfat merupakan semen yang memiliki sejarah paling panjang, sehingga material ini memiliki aplikasi yang paling luas. Mulai dari semen sebagai luting, cavitas liner dan basis untuk melindungi pulpa dari stimulus mekanik, termal, maupun elektrik suatu restorasi (O Brien 2002, p 136). 4

6 Semen seng fosfat terdiri dari bubuk putih yang dicampurkan dengan cairan. Bubuk semen ini paling banyak mengandung zinc oksida dengan 10% magnesium oksida, dan cairannya merupakan asam phosporic encer dengan konsentrasi 45-64% ( Van Nort 2002, p. 260) Magnesium oksida yang terdapat didalam bubuk semen seng fosfat membantu mempertahankan warna putih dari semen. Keuntungan lainnya adalah membuat proses pulverisation zinc oksida menjadi lebih mudah, dan juga meningkatkan compressive strenght dari semen. Oksida lain seperti sillika dan aluminium ditambahkan dengan jumlah yang lebih kecil sekitar 5% untuk meningkatkan sifat mekanik dari material, dan memberikan berbagai tingkat warna. Terkadang ada juga beberapa pabrik yang memberikan flouride yang memiliki berbagai keuntungan (Van Nort 2002, p. 260). Cairan dari semen seng fosfat memiliki sifat buffer dengan kombinasi dari oksida yang terkandung di dalam bubuk dengan magnesium hidroksida yang berperan untuk membentuk phosphate pada cairan. (Van Nort 2002, p. 260). Saat bubuk dan cairan semen seng fosfat dicampur, asam fosfat melarutkan partikel zinc oxide pada area superfisial. Zinc oxide yang bercampur degnan asam fosfat menghasilkan suatu reaksi asam basa sehingga terbentuk asam seng fosfat [Zn(H 2 PO 4 ) 2 ]. ZnO + 2 H 3 PO 4 Zn(H 2 PO 4 ) 2 + H 2 O Kemudian diikuti oleh reaksi yang kedua, yaitu reaksi antara partikel zinc oxide dengan produk reaksi yang pertama, yaitu asam seng fosfat sehingga menghasilkan senyawa seng fosfat yang terhidrasi. Reaksi ini merupakan reaksi eksotermis. ZnO + Zn(H 2 PO 4 ) 2 + 2H 2 O Zn 3 (PO 4 ) 2.4H 2 O (Hopeit) Senyawa ini hampir tidak larut dan terkristalisasi untuk membentuk matriks fosfat yang mengikat partikel zinc oxide yang tidak bereaksi. Adanya aluminium dalam material diperkirakan dapat mencegah terjadinya proses kristalisasi, sehingga menghasilkan matriks yang seperti kaca, yaitu berupa gel 5

7 aluminofosfat. Keberadaan magnesium juga dapat menunda berlangsungnya proses kristalisasi. (Van Noort 2013, p. 217) Dalam literatur lain (Anusavice 2013, p. 316) menyebutkan bahwa partikel zinc oxide yang tersisa atau tidak larut dalam asam fosfat bereaksi dengan aluminium fosfat sehingga membentuk gel seng aluminofosfat. Semen yang telah setting mengandung partikel zinc oxide yang tidak bereaksi terbungkus di dalam matriks seng aluminofosfat. Reaksi eksotermik yang timbul setelah bubuk dan cairan semen seng fosfat dicampur memberikan kerugian berupa working time yang singkat. Untuk mengatasi kerugian tersebut, dapat disiasati dengan cara sebagai berikut: (Craig 2002, pp ). 1. Menggunakan glass slab yang dingin atau tebal Pada glass slab yang tebal atau dingin, memungkinkan untuk menyerap panas lebih banyak dari pada glass lab yang tipis. Penggunaan glass slab dingin dapat memperpanjang working time dan memperpendek setting time. 2. Menggunakan teknik spreading Teknik spreading pada saat pengadukan juga dapat mengurangi reaksi eksotermis, karena dengan cara tersebut bidang pengadukan akan lebih luas, sehingga panas yang dapat diserap oleh glass slab akan lebih banyak. 3. Membagi bubuk menjadi beberapa bagian Pembagian bubuk menjadi beberapa bagian menyebabkan reaksi eksotermik yang dihasilkan akan bertahap dan sedikit demi sedikit, sehingga panas yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Keuntungan lain dari membagi bubuk menjadi bagian-bagian kecil adalah mendapatkan konsistensi yang diinginkan. Pada manipulasi semen seng fosfat rasio bubuk dan cairan tergantung pada aplikasinya. Jika digunakan untuk basis membutuhkan konsistensi putty like dengan rasio bubuk dan cairan yang digunakan adalah 3,5:1. Sedangkan untuk lutting ditambahkan cairan. Rasio bubuk dan cairan yang lebih rendah bermanfaat untuk mendapatkan sifat flow yang lebih baik sehingga terjadi seating yang benar. (McCabe 2008, p. 273). 6

8 Working time seng fosfat umumnya detik, dalam rentang waktu tersebut cukup untuk menghasilkan campuran seng fosfat yang baik (Craig 2002, p. 597). Pada manipulasi semen seng fosfat sebagai luting, didapatkan setting time selama 18 menit 25 detik dengan bubuk 0,27 gram dan cairan 0,19 gram pada percobaan pertama dan 18 menit 50 detik dengan bubuk 0,34 gram dan cairan 0,19 gram pada percobaan kedua. Konsistensi yang dihasilkan cukup encer. Sedangkan pada manipulasi semen seng fosfat sebagai basis didapatkan setting time selama 8 menit 45 detik dengan bubuk 0,29 gram dan cairan 0,15 gram pada percobaan pertama, 10 menit 35 detik dengan bubuk 0,28 gram dan cairan 0,11 gram pada percobaan kedua, dan 9 menit 55 detik dengan bubuk 0,29 gram dan cairan 0,13 gram pada percobaan kedua. Konsistensi yang dihasilkan cukup padat sehingga dapat dibentuk menjadi bola. Setting time yang didapatkan pada percobaan yang telah dilakukan sangat menunjukkan bahwa setting time semen seng fosfat sebagai luting lebih lama dari pada sebagai basis. Perbedaan setting time ini disebabkan karena terdapat perbedaan pada rasio bubuk dan cairan yang dugunakan. Rasio bubuk dan cairan yang digunakan pada manipulasi semen seng fosfat sebagai luting lebih kecil dari pada sebagai basis. Atau dalam arti jumlah cairan yang digunakan pada manipulasi sebagai luting lebih banyak dari pada basis. Pada manipulasi seng fosfat sebagai luting diperlukan hasil campuran yang tipis, sehingga diperlukan rasio bubuk dan cairan yang lebih kecil untuk menghasilkan konsistensi yang lebih encer. Rasio bubuk dan cairan yang lebih kecil dapat memperpanjang setting dan working time. (Anusavice 2013, p. 317) Hal ini disebabkan karena partikel zinc oxide yang digunakan dalam reaksi menjadi lebih banyak, sehingga pembentukan matrik yang menyelubungi partikel sisa zinc oxide semakin cepat. (Cirns 2004, p: 195) 7

9 5. SIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : Semen seng fosfat yang diaplikasikan sebagai basis memiliki konsistensi yang lebih kental dari pada sebagai luting. Semen seng fosfat yang diaplikasikan sebagai basis memiliki etting time yang lebih cepat dari pada sebagai luting. 8

10 DAFTAR PUSTAKA Anusavice K. J Philip s Science of Dental Materials. 12 th ed. St Louis : Elsevier Saunders. pp: Cairns D Intisari Kimia Farmasi. 2 nd ed. EGC. p: 195. Craig, Robert and John M. Power Restorative Dental Material. Ed. 11th. Missouri: Mosby Inc. pp McCabe, JF dan Walls, Angus WG Applied Dental Materials. 9 th ed. Victoria : Blackwell Science publ, Inc. p O Brien W.J Dental Material and Their Selection. 3 rd ed. Michigan. Quintessence Publishing Co Inc. p Van Noort R Introduction to Dental Materials. 4 th ed. Elsevier. p: 217. Van Noort Introduction to Dental Materials. 2 nd ed. Mosby Elsevier. p

11 LAMPIRAN O Brien W.J Dental Material and Their Selection. 3rd ed. Michigan. Quintessence Publishing Co Inc. pp McCabe, JF dan Walls, Angus WG Applied Dental Materials. 9 th ed. Victoria : Blackwell Science publ, Inc. p

12 Cairns D Intisari Kimia Farmasi. 2 nd ed. EGC. p:

13 Van Noort R Introduction to Dental Materials. 4 th ed. Elsevier. p:

14 Van Noort Introduction to Dental Materials. 2 nd ed. Mosby Elsevier. p

15 14

16 15

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI) LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI) : B5b Tgl. Praktikum : 11 Maret 2014 Pembimbing : Titien Hary Agustantina, drg.,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Setting Time Gipsum Tipe II Berdasarkan W : P Ratio Grup : B - 3A Tgl. Praktikum : 5 April 2012 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes Penyusun : 1. Ratih Ayu Maheswari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat BARU LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat : A3a Tgl.Praktikum : 26 Mei 2014 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes. Penyusun : 1. Pramadita

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat Group : A5b Tgl, Praktikum : 08 Mei 2012 Pembimbing : Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., MKes Penyusun: No. Nama NIM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II (Revisi)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II (Revisi) LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II (Revisi) Topik : Semen Glass Ionomer Grup : C6 Tgl.Praktikum : 5 Desember 2013 Pembimbing : Titien Hary Agustantina, drg., M.Kes NAMA : 1. Reno Andrey S. 021211133052

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I BARU LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : RECOVERY FROM DEFORMATION MATERIAL CETAK ALGINAT Kelompok : A-7 Tgl. Praktikum : 25 Mei 2015 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes No Nama Penyusun : NIM.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Setting Time Bahan Cetak Alginat berdasarkan Variasi Suhu Air Kelompok : A6a Tgl. Praktikum : 17 Maret 2014 Pembimbing : Asti Meizarini, drg,ms Penyusun : 1. Tiara

Lebih terperinci

Manipulasi Bahan Cetak Alginat

Manipulasi Bahan Cetak Alginat Manipulasi Bahan Cetak Alginat A. Cara Mencampur Tuangkan bubuk alginate dan campurkan dengan air menjadi satu ke dalam mangkuk karet (bowl). Ikuti petunjuk penggunaan dari pabrik. Aduk menggunakan spatula

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap setting time bahan cetak alginate dengan penambahan pati garut (Maranta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dalam proses pencampuran dan manipulasi, alat yang digunakan minimal,

BAB I PENDAHULUAN. mudah dalam proses pencampuran dan manipulasi, alat yang digunakan minimal, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alginat merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan pada praktek kedokteran gigi karena alginat memiliki banyak manfaat, antara lain : mudah dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 Topik Kelompok : Manipulasi Material Cetak Elastomer : A10 Tgl. Pratikum : Senin, 27 Maret 2017 Pembimbing : Priyawan Rachmadi, drg., Ph.D Penyusun : 1. Salsalia Siska

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Setting Time Bahan Cetak Alginat Berdasarkan Variasi Suhu Air

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Setting Time Bahan Cetak Alginat Berdasarkan Variasi Suhu Air LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : Setting Time Bahan Cetak Alginat Berdasarkan Variasi Suhu Air : A5a Tgl. Praktikum : 5 Maret 2103 Pembimbing : Asti Meizarini, drg., MS. Penyusun : No

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II REVISI LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II Topik : Bahan Tanam Gypsum Bonded Kelompok : C12 Tgl. Praktikum : Selasa, 27 Oktober 2015 Pembimbing : Soebagio, drg.,m.kes PENYUSUN: NO. NAMA NIM 1. FARID MARZUQI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 2

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 2 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 2 Topik : Amalgam Kelompok : II-7 Tgl. Praktikum : 11 Oktober 2011 Pembimbing : Asti Meizarini, drg., MS Penyusun : 1. ILFI KARICHMA Y 021011112 2. ANNETE NABILA 021011113

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL. Tgl. Praktikum : 12 Desember : Helal Soekartono, drg., M.Kes

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL. Tgl. Praktikum : 12 Desember : Helal Soekartono, drg., M.Kes LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL Topik Kelompok : Heat Treatment : C2 Tgl. Praktikum : 12 Desember 2013 Pembimbing : Helal Soekartono, drg., M.Kes Penyusun : 1. Ahmad Sukma Faisal 021211133018 2. Ayu Rafania

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan semen gigi yang baik ini bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi sekaligus

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan semen gigi yang baik ini bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi sekaligus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini teknologi untuk memproduksi bahan tambal gigi berkembang cukup pesat. Hal ini memberikan pilihan bagi para dokter gigi untuk menentukan bahan semen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : MANIPULASI MATERIAL CETAK ELASTOMER Kelompok : A-7 Tgl. Praktikum : 11 Mei 2015 Pembimbing : Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., M.Kes Penyusun : No. Nama NIM 1. M.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau ireversible, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversible menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama restorasi pada daerah yang tidak mendapat tekanan besar (Zoergibel dan Illie, 2012). Terlepas dari

Lebih terperinci

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL 144 LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL KELAS/KELOMPOK : KETUA KELOMPOK : ANGGOTA : UPI #PENDIDIKAN KIMIA AULIA WAHYUNINGTYAS #0706475 TUJUAN PERCOBAAN 1.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversibel atau ireversibel, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DASAR TEORI 1.Bahan Cetak a. Pengertian Bahan Cetak Bahan cetak digunakan untuk menghasilkan replika bentuk gigi dan jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1. Penyusun:

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1. Penyusun: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 Topik : Manipulasi Resin Akrilik Aktivasi Panas (Heat Cured) Grup : A2a Tgl. Pratikum : Selasa, 20 Maret 2012 Pembimbing : Sri Yogyarti,drg., MS Penyusun: 1. Ivan Indra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi desidui berada pada rongga mulut dalam waktu yang singkat tetapi ketika terjadi karies, gigi desidui perlu mendapatkan perhatian khusus terutama dalam

Lebih terperinci

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

3 Universitas Indonesia

3 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kaca (SIK) Semen Ionomer Kaca (SIK) pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang terdiri dari bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan

Lebih terperinci

Soraya D.P. Rezky dkk.: Perendaman semen ionomer kaca konvensional dalam kefir 55

Soraya D.P. Rezky dkk.: Perendaman semen ionomer kaca konvensional dalam kefir 55 Soraya D.P. Rezky dkk.: Perendaman semen ionomer kaca konvensional dalam kefir 55 Perendaman semen ionomer kaca kekerasan permukaan konvensional dalam kefir terhadap *Soraya Dian Permata Rezky, **Titien

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) SIKMR merupakan modifikasi dari semen ionomer kaca dan monomer resin sehingga bahan ini memiliki sifat fisis yang lebih baik dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan cekat merupakan protesa permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa untuk menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi (Shilingburg dkk., 1997).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Gipsum Gipsum merupakan mineral alami yang telah digunakan sebagai model gigitiruan sejak 1756 20 Gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk 18 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Perkembangan bidang kedokteran gigi bukan hanya mencakup tindakan preventif, kuratif dan promotif, melainkan juga estetik, menyebabkan kebutuhan terhadap restorasi estetik

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis penelitian Analitik eksperimen laboratoris 4.2 Populasi Sampel yang dibuat sesuai kriteria 4.3 Sampel penelitian a. Bentuk dan ukuran Lempeng akrilik berbentuk persegi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 PERCOBAAN VIII PEMURNIAN SENYAWA ORGANIK PADAT DENGAN REKRISTALISASI Tanggal Praktikum : 4 Maret 2014 Tanggal Pengumpulan : 13 Maret 2014 Disusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan restorasi gigi ada dua macam, yaitu restorasi langsung dan restorasi tidak langsung. Restorasi langsung adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,

BAB 1 PENDAHULUAN. rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19, seorang ahli kimia dari Skotlandia memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

LAPORAN INSTRUMEN DASAR PENGENALAN ALAT PH METER

LAPORAN INSTRUMEN DASAR PENGENALAN ALAT PH METER LAPORAN INSTRUMEN DASAR PENGENALAN ALAT PH METER Oleh: Khoirun Nisa ( P1337434116078) SEMESTER 1 REGULER B DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2016/2017 LAPORAN INSTRUMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencetakan rahang merupakan tahap awal dalam perawatan prostodontik yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. Cetakan

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT

PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : RIRI HENY KARNI NIM :

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 22 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kebocoran mikro pada tumpatan GIC Fuji IX, GIC Fuji II, dan GIC Fuji II LC. Kebocoran mikro tersebut dapat terdeteksi dengan terlihatnya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Heat Treatment Grup : B5 Tgl. Praktikum : 11 Desember 2012 Pembimbing : Titien Hary Agustantiana, drg., M.Kes. Penyusun: 1. M. Taufik Ari S. 021111085 2. Anastasia

Lebih terperinci

Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../...

Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../... Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../... Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Praktikan : mor Absen : Kelas : Tanggal : Lembar Kegiatan Siswa

Lebih terperinci

PENGARUH UJI TEMPERATUR AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Maranta arundinaceae L.

PENGARUH UJI TEMPERATUR AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Maranta arundinaceae L. PENGARUH UJI TEMPERATUR AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Maranta arundinaceae L.) Esti Dwi Cahyani 1, Dwi Aji Nugroho 2 1 Maasiswa Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ultrasonik digunakan sebagai dasar ultrasonic scaler (Newman dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. ultrasonik digunakan sebagai dasar ultrasonic scaler (Newman dkk., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gelombang ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia yaitu di atas 20.000 Hz (Sujono, 1985). Dalam

Lebih terperinci

VISIT MY WEBSITE : KLIK AJA LINKNYA SOB http://dionlegionis.blogspot.com/search/label/education%20mipa http://dionlegionis.blogspot.com/2015/03/klasifikasi-kodok-beranak-darisulawesi.html http://dionlegionis.blogspot.com/2015/03/download-pdf-statistika-datatunggal.html

Lebih terperinci

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan berlangsung

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Oleh: 1. Kurniawan Eka Yuda (5) 2. Tri Puji Lestari (23) 3. Rina Puspitasari (17) 4. Elva Alvivah Almas (11) 5. Rusti Nur Anggraeni (35) 6. Eki Aisyah (29) Kelas XI

Lebih terperinci

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air. III. REAKSI KIMIA Tujuan 1. Mengamati bukti terjadinya suatu reaksi kimia. 2. Menuliskan persamaan reaksi kimia. 3. Mempelajari secara sistematis lima jenis reaksi utama. 4. Membuat logam tembaga dari

Lebih terperinci

Untuk mengetahui cara/metode yang benar untuk memisahkan (mengisolasi) DNA dari buah-buahan

Untuk mengetahui cara/metode yang benar untuk memisahkan (mengisolasi) DNA dari buah-buahan ISOLASI DNA Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah: Untuk mengetahui cara/metode yang benar untuk memisahkan (mengisolasi) DNA dari buah-buahan Mengetahui keefektifan deterjen dan buah yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf 24 L yang merupakan alat hasil rancangan tugas akhir angkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Rancangan kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemutihan gigi adalah prosedur yang telah digunakan pada bidang kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin banyak dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan karena adanya aktivitas suatu jasad renik yang ditandai dengan demineralisasi atau hilangnya mineral

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

: Kirana patrolina sihombing

: Kirana patrolina sihombing Laporan Praktikum Biomedik BM 506 Tema : ph Meter, Buffer dan Pengenceran Hari/Tanggal Praktikum : Selasa/10 Maret 2015 Jam Nama Praktikan Tujuan Praktikum : 10.00 WIB 14.00 WIB : Melya Susanti : Kirana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan teknologi serta bahan dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya terjadi selama atau setelah pengambilan cetakan. Untuk mendapatkan model restorasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

ELEKTROLISIS AIR (ELS)

ELEKTROLISIS AIR (ELS) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ELEKTROLISIS AIR (ELS) Koordinator LabTK Dr. Dianika Lestari / Dr. Pramujo Widiatmoko PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) BAB V METODOLOGI 5.1. Pengujian Kinerja Alat yang digunakan Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) 1. Menimbang Variabel 1 s.d 5 masing-masing

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Pemilihan Proses Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut

Lebih terperinci

: Kirana patrolina sihombing

: Kirana patrolina sihombing Laporan Praktikum Biomedik BM 506 Tema : ph Meter, Buffer dan Pengenceran Hari/Tanggal Praktikum : Selasa/10 Maret 2015 Jam Nama Praktikan Tujuan Praktikum : 10.00 WIB 14.00 WIB : Melya Susanti : Kirana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan satu gigi atau lebih dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan fungsional gigi yang masih ada. Hilangnya keseimbangan fungsional gigi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III UJI MATERIAL

BAB III UJI MATERIAL BAB III UJI MATERIAL 3.1. Uraian Umum Eksperimen dalam analisa merupakan suatu langkah eksak dalam pembuktian suatu ketentuan maupun menentukan sesuatu yang baru. Dalam ilmu pengetahuan dibidang teknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 NAMA KLP NIM FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 DAFTAR ISI BAB 1. Tata Tertib 1.1 Tata tertib Skill s Lab 1.2 Tata Tertib Ujian Skill s Lab Bab 2. Kegiatan Pembelajaran Skill s Lab Material

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. B. Identifikasi Variabel 1. Variabel Pengaruh a. Self adhesif semen (RelyX TM U200, 3M ESPE,

Lebih terperinci

PENGARUH PELAPISAN BAHAN TAMBAL GLASS IONOMER DENGAN VARNISH DAN COCOA BUTTER TERHADAP DAYA SERAP SALIVA BUATAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PELAPISAN BAHAN TAMBAL GLASS IONOMER DENGAN VARNISH DAN COCOA BUTTER TERHADAP DAYA SERAP SALIVA BUATAN SECARA IN VITRO PENGARUH PELAPISAN BAHAN TAMBAL GLASS IONOMER DENGAN VARNISH DAN COCOA BUTTER TERHADAP DAYA SERAP SALIVA BUATAN SECARA IN VITRO THE EFFECT OF GLASS IONOMER FILLING MATERIAL LINING USING VARNISH AND COCOA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR Disusun oleh : 1. Juliana Sari Moelyono 6103008075 2. Hendra Setiawan 6103008098 3. Ivana Halingkar 6103008103 4. Lita Kuncoro 6103008104

Lebih terperinci

PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (ph) AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Marantha arundineceae L)

PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (ph) AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Marantha arundineceae L) PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (ph) AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Marantha arundineceae L) Shabrina Herlyanti *, Dwi Aji Nugroho ** * Mahasiswa Kedokteran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PENENTUAN TITIK BEKU Nama Mahasiswa NIM : Ita Permadani : M0311040 Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 10 November 2011 Kelompok : 13 Asisten Pembimbing : Dewi Nur Rita LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI II.1 Tinjauan Pustaka Bahan tumpat gigi merupakan material kedokteran gigi yang digunakan untuk menumpat gigi yang telah berlubang. Bahan tumpat gigi yang paling

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan eksperimental yang dilakukan di laboratorium Fisika Material, Jurusan pendidikan fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Pembuatan Larutan Buffer Semua zat yang digunakan untuk membuat larutan buffer dapat larut dengan sempurna. Larutan yang diperoleh jernih, homogen, dan tidak berbau. Data

Lebih terperinci

VII. TEKNIK PENCETAKAN

VII. TEKNIK PENCETAKAN VII. TEKNIK PENCETAKAN Pencetakan gigi yang telah dipersiapkan dimaksudkan untuk dapat menduplikasi dari keadaan geligi di dalam mulut pasien. Pencetakan diperlukan: sendok cetak bahan cetak bahan pengisi

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON

BAB III METODE PENELITIAN MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON BAB III METODE PENELITIAN 3.1. URAIAN UMUM Langkah-langkah yang mengawali penelitian dilaksanakan berdasarkan peraturan dan standart yang berlaku, dalam hal ini digunakan acuan SK SNI T 15 1990 03 dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : Juwita (127008003) Herviani Sari (127008008) Tanggal Praktikum: 4 Oktober 2012 Tujuan Praktikum: 1. Memahami prinsip dasar larutan buffer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : Meutia Atika Faradilla (147008014) Sri Wulandari (147008005) Tanggal Praktikum : 10 Maret 2015 Tujuan Praktikum : 1. Memahami prinsip dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahkota gigi tiruan cekat merupakan suatu restorasi tetap yang menutupi permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi, kontur, serta melindungi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan prosedur praktikum hukum kekekalan massa yang efektif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan prosedur praktikum hukum kekekalan massa yang efektif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Alur Penelitian Pengembangan prosedur praktikum hukum kekekalan massa yang efektif dilakukan dengan eksperimen di laboratorium melalui tahap-tahap sebagai berikut:

Lebih terperinci