BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan Pengajaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan Pengajaran"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan Pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik (Sardiman, 2008). Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru akan ditransformasikan pada anak didiknya, sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku siswa tersebut. Guru harus mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan membiarkan siswa menemukan sendiri, sehingga para siswa dapat mencerna dan menerima pelajaran dengan mudah, serta dapat mengingat pelajaran tersebut dalam jangka waktu yang lama (Djamarah, 2006). Menurut Slameto (2003), tujuan pembelajaran biologi tidak akan mudah tercapai apabila tidak ada minat belajar siswa khususnya terhadap biologi, sebab merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar, minat belajar pengaruhnya terhadap belajar, bila bahan pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa-siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa malas untuk belajar karena siswa tidak memperoleh keputusan dari pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah disimpan. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa minat 1

2 2 adalah salah satu faktor-faktor yang menghambat suksesnya pendidikan dan pengajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru sering mengalami kesulitan dalam hal ini merupakan masalah yang selalu muncul setiap kali proses belajar mengajar. Istilah ekosistem pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris bernama A. G. Tansley pada tahun Beberapa penulis lain telah menggunakan istilah berbeda, tetapi maksudnya sama dengan ekosistem. membahas mengenai karateristik ekositem, hal ini juga berhubungan dengan pembahasan ekologi. Ekologi adalah kajian ilmu ilmiah mengenai interaksi antar organisme dan lingkungannya. Lingkungan meliputi komponen abiotik (faktor-faktor kimiawi dan fisik tak hidup) seperti suhu, cahaya, air, dan nutrien. Yang juga penting pengaruhnya pada organisme adalah komponen biotik (hidup) semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu. Organisme lain bisa berkompetisi dengan suatu individu untuk mendapatkan makanan dan sumber daya lainnya, memangsanya, atau mengubah lingkungan fisik dan kimiawi. Seperti akan kita lihat, pertanyaan mengenai kepentingan relatif berbagai komponen lingkungan seringkali merupakan inti kajian-kajian ekologis dan kontroversi yang menyertainya. Dalam karakteristik ekositem kita mengenal juga biogeografi yang membahas geografi makhluk hidup dalam persebarannya, dari sini pula kita dapat melihat karakteristiknya (Mulyadi, 2010). Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti selaku guru biologi Kelas VII SMP Negeri 3 Masohi terdapat berbagai masalah: (1) Siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi mata pelajaran biologi cenderung menghafalkan konsep biologi

3 3 seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi (berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep biologi sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan contoh selain yang tertera dalam buku paket mereka, semua siswa tidak bisa menjawabnya, (2) siswa kurang terampil dalam mengkomunikasikan fakta-fakta dan konsep biologi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan diskusi dan ceramah oleh 3-4 orang siswa saja, (3) siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, (4) siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar, (5) nilai siswa masih rendah dan 35% siswa yang tidak tuntas nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menggunakan model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). Menurut Trianto (2009), inkuiri rnerupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, sedangkan inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Pembelajaran

4 4 inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli kegiatan. Melalui penerapan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri terbimbing siswa dapat Mengkonstruksi Pemahaman dan keterkaitan antara materi yang dipelajarinya dengan dunia nyata yang dihadapinya. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian maka siswa akan lebih cepat dan mudah menerima materi pelajaran sehingga mereka akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Suasana belajar aktif dan tidak membosankan sehingga belajar Biologi bisa menggembirakan dan menarik. Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan Hasil Belajar biologi Siswa pada materi Ekositem Kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan penerapan hasil belajar siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran konvensional tentang materi ekosistem siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah.

5 5 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penerapan hasil belajar siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran konvensional dibandingkan terhadap materi ekosistem siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah setelah penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : Guru : Sebagai bahan informasi bagi guru bidang studi biologi untuk menjadikan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai alternatif dalam belajar. Sekolah : Untuk bahan masukan dalam meningkatkan mutu sekolah. Peneliti Siswa : : Untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan dibidang pembelajaran biologi. Untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa. 1.5 Penjelasan Istilah 1. Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). 2. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009).

6 6 3. Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh meneluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Unsur-Unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisahpisahkan.

7 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains Salah satu landasan teoretik pendidikan IPA/Biologi modern termasuk pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa (Dediknas dalam Elfis, 2010). Sedangkan menurut Kunandar (2008), konstruktivisme adalah landasan berpikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilya diperluas melalui konteks yang terbatas. Menurut Dediknas dalam Elfis (2010), ada 6 keunggulan penggunaan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah, yaitu: pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya. Menurut Kunandar (2008), ciri-ciri guru yang telah mengajar dengan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut : 7

8 8 Guru adalah salah satu dari berbagai macam sumber belajar, bukan satusatunya sumber belajar. Guru membawa siswa masuk ke dalam pengalaman-pengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka. Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam pertanyan-pertanyaan guru. Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa berdiskusi satu sama lain. Guru menggunakan istilah-istilah kognitif, seperti klasifikasikan, analisislah, dan ciptakanlah ketika merancang tugas-tugas; Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri. Guru menggunakan data mentah dan sumber primer bersama-sama dengan bahan-bahan pelajaran yang dimanipulasi. Guru tidak memisahkan antara tahap mengetahui dari proses menemukan. Guru mengusahakan agar siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara, dan

9 9 tenaga kerja, (Blanchard dalam Trianto, 2009). Menurut Johnson (2009), Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari, sehingga siswa akan lebih produktif dan inovatif. Pembelajaran kontekstual akan mendorong kearah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik (Kunandar, 2008). Kunandar (2008), memaparkan ciri-ciri pembelajaran kontekstual antara lain, yaitu 1) Adanya kerjasama antara semua pihak, 2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem, 3) Saling menunjukkan, 4) Menyenangkan, tidak membosankan, 5) Belajar dengan bergairah, 6) Pembelajaran terintegrasi, 7) Mengunakan berbagai sumber, 8) Siswa aktif, 9) Sharing dengan teman, 10) Siswa kritis, guru kreatif, 11) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.

10 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). Menurut Trianto (2009), inkuiri rnerupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, sedangkan inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli kegiatan. Menurut Sanjaya (2009), ciri-ciri dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : - Menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan dan dibimbing untuk menemukan jawaban dan suatu permasalahan.

11 11 - Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya adalah Berorientasi pada pengembangan intelektual. Keberhasilan proses belajar dengan model pembelajaran inkuiri bukan diuntukan dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu. 1. Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi, baik interaksi antara siswa, maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungannya. 2. Bertanya Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan merupakan suatu proses berpikir, oleh karena itu kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. 3. Belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi juga merupakan proses berpikir yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak. Menurut National Research Council dalam Ibrahim (2009), tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah : - Mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari dan konsep sains. Mengembangkan keterampilan ilmiah siswa.

12 12 - Membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Menurut Sardiman (2008), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Adapun pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikio-fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2008) Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009). Kingsley dalam Sudjana (2009), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keternpilan dan (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Hasil belajar merupakan usaha bersama antara guru dan siswa. Memperoleh hasil belajar yang baik, tidak cukup hanya menyediakan guru yang baik dan mampu mengkomunikasikan serta mentransfer ilmu kepada peserta didik, tetapi diperlukan juga siswa yang mau dan siap menerima ilmu yang diajarkan oleh guru. Siswa juga ikut berperan dan bertanggung jawab atas hasil belajar yang dicapai.

13 13 Hasil belajar merupakan penentuan akhir dalam rangkaian aktifitas belajar dan keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari hasil akhir yang diperolehnya. Nasution (2005), menyatakan bahwa hasil belajar nyata dari apa yang dilakukan sebelumnya. Kekurangan dari hasil belajar siswa terletak pada keterbatasan proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Bloom dalam Sudjana (2009), mengklasifikasi hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu : 1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi 3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Hasil Belajar Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Pada tahap pelaksanaan pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Prinsip yang harus diperhatikan dalam

14 14 melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu pada pengembangan intelektual (kemampuan berpikir), interaksi, bertanya, belajar untuk berpikir (learning how to think), dan keterbukaan (Sanjaya, 2008). Pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar ditinjau dari setiap tahap pelaksanaannya. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa itu sendiri (Trianto, 2009) Konsep Ekosistem Hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan timbal balik atau interaksi berlangsung baik antarmakhluk hidup maupun antar makhluk hidup dengan lingkungan. Lingkungan beserta makhluk hidup yang mengadakan interaksi itu disebut Ekosistem. Ekosistem terdiri dari benda hidup (faktor biotik) dan benda tak hidup (faktor abiotik). Interaksi antara faktor biotik dan abiotik mengakibatkan ekosistem tumbuh, berkembang dan mengalami perubahan. Ekosistem mengalami energi, sumber energi utama untuk ekosistem adalah matahari. 1. Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem Populasi Populasi adalah sekumpulan individu dalam suatu areal tertentu. a. Kepadatan Populasi

15 15 Jumlah individu di dalam populasi per satuan luas menunjukan besarnya populasi. Besarnya populasi per satuan luas disebut kerapatan atau kepadatan. b. Perubahan Populasi Besar populasi senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, besar populasi rumput teki dikebun sekolah pada bulan Januari adalah Artinya, di dalam kebun sekolah terdapat teki sebanyak batang. Besar populasi teki itu dapat berubah jika waktu pengamatannya berbeda. Misalnya, di bulan Juni besar populasi teki berkurang menjadi batang karena terjadi musim kemarau. Perubahan populasi dapat terjadi karena besar populasi bertambah atau berkurang. Populasi dapat bertambah karena ada yang lahir atau datang dari tempat lain (imigrasi). Sebaliknya, populasi dapat berkurang karena ada yang mati atau pergi ke tempat lain (emigrasi). Komunitas Antara populasi satu dengan yang lain juga terjadi interaksi. Misalnya antara populasi ikan dan populasi ganggang, antara populasi ikan dan populasi teratai. Interaksi antara populasi di dalam suatu area pada suatu waktu membentuk komunitas. Jadi, komunitas merupakan keseluruhan makhluk hidup yang mengadakan interaksi di suatu tempat pada waktu tertentu. Misalnya, komunitas hutan terdiri atas berbagai jenis tumbuhan, berbagai jenis hewan, dan berbagai jenis mikroorganisme.

16 16 2. Ekosistem Di tempat tinggal anggota komunitas tersebut berada, terdapat benda tak hidup. Misalnya tanah, udara, air dan cahaya matahari. Antara anggota komunitas dan benda tak hidup tersebut saling berinteraksi membentuk ekosistem. Ekosistem itu dikenal pula sebagai sistem lingkungan. Ekosistem kecil berinteraksi membentuk ekosistem yang lebih besar. Semua ekosistem di permukaan bumi berinteraksi membentuk ekosistem yang besar yaitu ekosfer, misalnya cuaca dan keadaan tanah. Dibandingkan dengan bumi seluruhnya, ekosfer itu merupakan lapisan yang sangat tipis. Lapisan permukaan bumi dan atmosfer yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup disebut biosfer, misalnya flora dan fauna. Tingkat Organisme Penyusun Ekosistem dan Biosfer Individu Populasi Komunitas Ekosistem Ekosfer Biosfer

17 17 3. Habitat dan Nisia Habitat Tempat hidup makhluk hidup tidak sama karena kebutuhan makhluk hidup juga tidak sama. Setiap jenis makhluk hidup mempunyai tempat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Semua jenis hewan maupun tumbuhan hanya dapat hidup di tempat yang cocok untuk hewan atau tumbuhan itu. Tempat hidup organisme disebut sebagai habitat. Nisia Di dalam habitatnya, setiap makhluk hidup memiliki peranan tertentu, yaitu hal yang dapat dilakukan oleh makhluk hidup di habitatnya. Contohnya, semut mencari sisa-sisa bahan organik dibawah semak-semak, sedangkan dibawah semak-semak tersebut kadal mencari serangga untuk dimakan. Jadi peranan semut dan kadal berbeda, meskipun berada di habitat yang sama. Peranan atau pekerjaan organisme tersebut disebut nisia. Nisia berkaitan dengan jenis makanan, cara mencari makan, dan waktu mencari makan. Nisia terbentuk untuk menghindari persaingan (kompetisi) antarspesies. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa habitat itu merupakan alamat organisme, sedangkan nisia merupakan pekerjaan organisme. Habitat adalah tempat hidup makhluk hidup. Nisia adalah peranan makhluk hidup di habitatnya. Nisia berkaitan dengan jenis makanan, waktu mencari makan, dan cara mendapatkan makanan.

18 18 4. Komponen Penyusun Ekosistem Suatu ekosistem tersusun atas komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Komponen Biotik 1. Produsen Produsen adalah makhluk hidup yang mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik. Proses tersebut hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil dengan cara fotosintesis. Contohnya ganggang, lumut, dan tumbuhan hijau. 2. Konsumen Konsumen berarti pemakan. Semua hewan dan tumbuhan tak berklorofil, misalnya tali putri, termasuk konsumen. Konsumen memakan bahan organik yang dihasilkan oleh produsen. (Sabariah, 2002), berdasarkan tingkatannya dalam rantai makanan, konsumen dibagi lagi menjadi beberapa tingkat, yaitu : 1) Konsumen Tingkat I, Adalah organisme yang secara langsung bergantung pada produsen (tumbuhan). Oleh karena itu, konsumen I dikenal dengan nama herbivora. Contoh herbivora: ulat pemakan tumbuhan, kuda, sapi. 2) Konsumen Tingkat II, adalah organisme yang memakan Konsumen Tingkat I. Hewan pemakan daging umumnya adalah konsumen kedua, biasanya disebut karnivora. Contoh karnivora harimau, beruang, singa dan ular.

19 19 3) Konsumen Tingkat III, adalah organisme yang memakan Konsumen Tingkat II. 3. Dekomposer Organisme pengurai umumnya merupakan jasad renik. Disebut pengurai karena organisme ini mampu menguraikan organisme yang sudah mati atau sisa-sisa organisme menjadi mineral. Contoh pengurai adalah jamur dan bakteri yang bersifat saprofit. Jamur dan bakteri ini dapat hidup pada sampah atau sisasisa makhluk hidup (hewan atau tumbuhan yang mati). Peran pengurai sangat tinggi, karena kalau tidak ada organisme ini, banyak zat sisa makhluk hidup yang menumpuk tidak menjadi partikel (molekul) kecil yang siap dipakai oleh produsen, dijelaskan oleh (Sabariah, 2002). Daur Ekosistem Lingkungan Dekomposer Produsen Konsumen Penggolongan komponen biotik berdasarkan peranannya dalam ekosistem: Produsen : Penghasil bahan organik. Konsumen I : Pemakan tingkat I, langsung memakan produsen. Konsumen II : Memakan konsumen I.

20 20 Konsumen III : Memakan konsumen II. Konsumen Puncak : Konsumen tingkat terakhir. Dekomposer = pengurai : menguraikan bahan organik menjadi anorganik. Komponen Abiotik Di dalam suatu ekosistem,komponen abiotik sangat mempengaruhi kehidupan komponen biotik. Komponen abiotik sangat mempengruhi kehidupan komponen biotik. Komponen abiotik ekosistem meliputi energi matahari, angin, mineral yang terdapat di tanah, oksigen, karbon dioksida, dan air. 1) Gas Karbon Dioksida dan Oksigen Jumlah gas karbon dioksida di udara sekitar 0,3%, sedangkan gas oksigen mencapai 21%. Gas karbon dioksida diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis. Gas oksigen sangat diperlukan tumbuhan,hewan, dan manusia untuk bernafas.didalam ekosistem terjadi daur ekosistem dan karbon dioksida melalui proses pernapasan dan fotosintesis. 2) Air Air sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Tubuh organisme 90% terdiri dari air. Air berfungsi sebagai pelarut dan bahan baku proses di dalam tubuh. 3) Tanah Tanah sangat penting untuk kehidupan. Tanah menyediakan habitat dan sumber makanan bagi tumbuhan dan hewan. Tanah terbentuk dari hasil pelapukan batuan. Tanah mengandung air tanah, udara tanah garam mineral, dan humus. Tanah yang mengandung humus

21 21 merupakan tanah yang subur. Dengan demikian tanah berpengaruh terhadap keanekaragaman organisme. Sebaliknya, makhluk hidup juga mempengaruhi kondisi tanah. Kotoran dan sisa tubuh organisme akan diuraikan oleh mikroorganisme dan kemudian menjadi penyusun tanah yang subur. 4) Suhu Suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh cahaya matahari yang jatuh dipermukaannya. Suhu lingkungan juga dipengaruhi oleh adanya tumbuhan. Tanah yang gundul memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada tanah yang ditumbuhi tumbuhan. Suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mengganggu proses di dalam tubuh makhluk hidup. Sel tubuh dapat pecah pada suhu di bawah 0 o C. Pada suhu atas 45 o C protein tubuh organisme dapat rusak. 5) Kelembapan Daerah pegunungan memiliki kelembapan udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah dibandingkan dengan daerah pantai. Di daerah pengunungan banyak yang terdapat tumbuhan epifit. Misalnya paku, anggrek, dan lumut. Hal ini karena tumbuhan epifit memerlukan kelembapan udara yang tinggi untuk dapat hidup. 6) Cahaya Matahari Cahaya matahari adalah sumber energi ekosistem. Cahaya matahari diperlukan oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Hasil fotosintesis berguna

22 22 sebagai makanan hewan dan tumbuhan. Tumbuhan dan hewan tidak bisa hidup tanpa cahaya. Cahaya matahari juga mempengaruhi suhu lingkungan. 7) Ruangan Ruangan merupakan komponen abiotik yang digunakan oleh makhluk hidup untuk hidup, bergerak, tumbuh, dan berkembang biak. Ruangan yang cukup memungkinkan makhluk hidup untuk mendapatkan makanan, tumbuh, dan berkembang biak. 3. Keseimbangan dan Daya Lenting Ekosistem Keseimbangan Ekosistem Ekosistem merupakan kesatuan antara komponen biotik dan abiotik. Jadi, di dalam ekosistem terdapat interaksi antara produser, konsumen, pengurai dan benda seperti tanah, air, dan udara. Dalam suatu ekosistem, jumlah komponen biotik dapat berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi karena komponen biotik ada yang tumbuh, berkembang biak, berpindah, atau mati. Perubahan dalam satu komponen biotik dapat mempengaruhi komponen biotik lainnya. Misalnya, pada musim kemarau jumlah rumput di suatu padang rumput berkurang. Karena jumlah rumput sedikit, belalang yang memakan rumput juga pun jumlahnya menurun. Sebagian ada yang mati karena tidak mendapat makanan, sebagian ada yang berpindah ke tempat lain. Demikian pula jumlah burung pemakan belalang menurun karena makanannya berupa belalang berkurang. Daya lenting ekosistem

23 23 Ekosistem yang seimbang sekalipun, dapat terganggu. Penggangu keseimbangan ekosistem itu misalnya bencana alam, hama, dan penyakit. Dapat juga karena pengaruh kegiatan manusia, misalnya penebangan hutan, pemburuan hewan, atau pencemaran. Daya lenting adalah kemampuan ekosistem untuk pulih kembali ke keadaan seimbang. Misalnya, pohon tua yang ada di hutan tumbang. 4. Pengelompokan organisme berdasarkan cara dan jenis makanannya Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik, organisme dibedakan menjadi organisme autotrof dan heterotrof. Organisme Autotrof Organisme Autotrof adalah organisme yang mampu menyusun zat anorganik menjadi zat organik. Organisme Autotrof adalah semua organisme berklorofil, dapat berfotosintesis. Zat anorganik, air dan CO2 diubah menjadi gula, selanjutnya gula diubah menjadi amilum, protein, lemak. Organisme Heterotrof Organisme Heterotrof adalah organisme yang tidak mampu menyusun zat anorganik menjadi zat organik sehingga harus mendapatkan makanannya dengan cara memakan organisme lain. Berdasarkan jenis makananya Organisme Heterotrof dibedakan menjadi herbivora, karnivora, omnivora, scavengera, dan detrtitifora.

24 24 1) Herbivora Herbivora artinya pemakan tumbuhan. Di dalam tingkatan rantai makanan, herbivora tergolong konsumen I. Contohnya adalah sapi, rusa, kelinci, belalang, dan ulat. 2) Karnivora Karnivora artinya pemakan daging. Semua konsumen II dan seterusnya tergolong karnivora. Karena memangsa hewan lain, hewan ini disebut sebagai predator. Predator mendapatkan mangsanya dengan memburu mangsanya tersebut. Contoh karnivora adalah kodok, laba-laba, elang, ular, dan kucing. 3) Omnivora Omnivora artinya pemakan segala. Hewan omnivora dapat memakan tumbuhan atau daging. Contoh omnivora adalah burung, kera, orang utang, dan manusia. Hewan omnivora biasanya mendominasi ekosistem, kecuali jika ekosistem telah terganggu. Manusia merupakan organisme omnivora yang mampu beradaptasi dengan segala jenis kondisi lingkungan, terutama karena akal pikirannya. 4) Pemakan Bangkai (scavenger) Hewan yang memakan tubuh hewan lainnya yang sudah mati disebut pemakan bangkai (scavenger). Contoh hewan pemakan bangkai adalah burung nasar.

25 25 5) Detritifora Serpihan-serpihan organisme berupa serpihan daun, batang, atau potongan hewan disebut detritus. Organisme pemakan detritus disebut detritivora. Contoh detritivora adalah cacing tanah, rayap, dan serangga tanah (Syamsuri dkk, 2006).

26 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, yaitu untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode inkuiri. 3.2.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Masohi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini mulai dari hari senin tanggal 15 januari 2013 sampai dengan sabtu 27 april Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 140 orang Sampel Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas, yaitu kelas VII1 (sebagai kelas eksperimen) dan VII2 (sebagai kelas kontrol). 3.4.Variabel Penelitian Variabel Bebas (X) Yang menjadi bebas dalam penelitian ini adalah Pembelajaran konvensonal dengan indikatornya kegiatana guru dan belajar siswa. 26

27 Variabel Terikat (Y) Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Model Inkuiri terbimbing pada Mata Pelajaran Bilogi materi Ekosistem dengan indikatornya nilai hasil tes awal dan tes akhir (post test). Kelas Pre test Perlakuan Post test Eksperimen Variabel (X) 20 soal X1, O 4 soal Kontrol Variabel (Y) 20 soal X2, O 4 soal Keterangan : X1 : Pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing X2 : Pembelajaran konvensional O : Observasi 3.5.Instrumen Penelitian Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah hal yang perlu atau langkahlangkah yang harus dilakukan guru untuk merealisasikan kegiatan belajar mengajar yang telah diatur strateginya sesuai dengan silabus. Di dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harus berpedoman pada kurikulum berbasis kompetensi. Rencana pembelajaran terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan penerapan pengalaman belajar. Instrument yang digunakan untuk mendapatkan data hasil penelitian adalah tes. Tes yang diberikan sebanyak 24 soal terdiri dari 20 PG dan 4 Esay yang disusun

28 28 berdasarkan materi pokok tentang Ekosistem di kelas VII SMP Negeri 3 Masohi. Soal yang diberikan terlebih dahulu diujikan untuk sampel yang lain 3.6.Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Peneliti melakukan beberapa persiapan antara lain : - Menetapkan waktu penelitianmenetapkan kelas eksperimen dan Kontrol. - Menetapkan materi yang akan diajarkan. - Menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku panduan siswa, membuat lembar kegiatan peserta didik (LKS), post-test, dan soal-soal ujian blok. - Membuat ringkasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik Tahap pelaksanaan Pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut : - Kelas Eksperimen - Pendahuluan - Menyapa siswa dan memeriksa kehadiran siswa. - Menyampaikan tujuan pembelajaran. - Motivasi dan apersepsi Pelapon Memberikan informasi tentang ulasan materi dan menjelaskan secara garis besar materi yang akan dipelajari.

29 29 Memberikan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran pada siswa. Membantu siswa membuat hipotesis Membagikan LKS 1 dan meminta siswa untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan melalui pengamatan. Mempersilahkan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. dengan memberi penguatan serta menyampaikan jawaban yang benar. Memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan. 3.7 Teknik Analisis Data Langkah-langkah statistik uji-t: Mencari nilai rata-rata kelas (Sudjana, 2003) mengemukakan bahwa jika penelitian teknik analisisis statistik parametrik maka sampelnya harus berdistribusi normal dan homogen. Untuk itu di gunakan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai berikut : 1. Uji Normalitas Untuk pengujian data normalitas, data nilai hasil belajar siswa digunakan uji chi-kuadrat yang bertujuan untuk mengetahui data yang diperoleh dari responden berdistribusi normal atau tidak. X 2 = (F0-Fh) 2 Fh ( Soedjana, 1998)

30 30 Keterangan: F0 = Frekuensi yang diobservasi ( pengamat) Fh = frekuensi yang diharapkan Nilai X 2 hitung selanjutnya dibandingkan dengan X 2 tebal dan di konsultasikan dengan derajat kebebasan (db) = (k-3), serta taraf signifikan 0,01 atau 1% kriteria pengujiannya adalah : H0 : Sampel berdistribusi normal Ha : Sampel tidak berdistribusi normal 2. Uji Homogenitas Menurut Soedjana (1997) dalam menguji homogenitas sampel digunakan uji kesamaan dua varians atau uji F dengan rumus : F = Varians Terbesar Varians Terkecil F = S2 S 2 x y = nx fixi2 ( fixi)2 nx(nx i) ny fiyi2 ( fiyi)2 ny(ny i) Apabila Fhitung < FTabel, maka dikatakan mempunyai varians yang sama 6) Apabila Fhitung > FTabel, maka dikatakan mempunyai varians yang berbeda Uji statistik untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yaitu: Rumushipotesis H0:=(Hipotesisawal) H1: (Hipotesisakhir) Kriteriapengujianhipotesa: Terima H0 dan tolak H1 apabila thitung < ttabel Terima H1 dan tolak H0 apabila thitung > ttabel (\Sudjana,2002) Taraf signifikan (α) = 0,0

31 31 3.Uji hipotesis Untuk mengethui adatidaknya perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing pendkatan pembelajaran konvensional dalam mempelajari materi ekosistem maka dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan sampel yang berkorelasi. Menurut Ratumanan (2005) rumus uji t dengan sampel yang berkorelasi adalah sebagai berikut : t = xi x2 si2 ni +s22 n2 _2r[ s 2 n1 ][ s 1 n2 ] Keterangan: Xi = Xi = Si = mean kelas inkuiri terbimbing mean kelas konvensional simpangan buku kelas inkuiri terbimbing S2= simpangan buku kelas konvensional Si 2 = S2 2 = varians kelas inkuiri terbimbing varians kelas konvensional n1= rata subyek kelas inkuiri terbimbing n2= rata subyek kelas konvensional r = korelasi antara kelas inkuiri terbimbing dengan kelas konvensional Taraf signifikan yang di gunakan pada teknik ini adalah 1% dengan derajat kebebasan ( n1 + n2-2 ) Kriteria pengujian sebagai berikut : Jika thitung< ttabel maka H0 di terima atau Ha ditolak Jika thitung> ttabel maka H0 di terima atau Ha diterima

32 32 Rumus hipotesis yang di uji sebagai berikut : 4. H0 : Xi = X2 tidak terdapat perbedaan hasil belajar biologi dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa kelasvii SMP Negeri 3 masohi. Ha Xi X2 terdapat perbedaan hasil belajar biologi dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa Tabel ( presentasi ketuntasan) Presentasi ketuntasas Nilai Skor Amat baik Baik Cukup Kurang baik 0 39 Sangat tidak baik ( purwanto dan atwi supratman, 1999 )

33 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil tes awal dan tes akhir Pada hasil penelitan ini telah dilakukan uji tes awal dan tes akhir pada kelas VII1 dan VII2 dengan memperoleh nilai rata-rata sebagi berikut : Tabel (Nilai rata-rata hasil tes awal dan tes akhir) Kelas Nilai Rata-rata Tes awal Tes akhir Inkuiri terbimbing VII2 55,83 69,66 Konvensional VII1 52,33 55,33 Menurut waningrum ( 2007), untuk menghitung nilai rata yaitu : Nilai rata = jumlah nilai jumlah siswa Tabel ( tabel frekuensi nilai rata-rata) Presentase ketuntasan Inkuiri terbimbing VII2 presentase ketuntasan konvensional VII1 nilai Skor nilai Skor ( purwanto dan atwi supratman, 1999 ) 33

34 34 Dari Tabel 4.1.1, dan di atas terlihat bahwa hasil tes awal pada kedua kelas sebelum melakukan pendekatan pada kelas inkuiri terbimbing hasil yang diperoleh pada kedua kelas tersebut memiliki hasil yang tidak berbeda jauh (lampiran 5), terlihat jelas hanya ada beberapa siswa yang memperoleh hasil ketuntasan. 1) Uji persyaratan analisis Sebelum melakukan pengujian untuk menjawab hipotesis dengan teknik satistik inferensial yaitu uji t, maka perlu dilakukan uji normalitas data untuk normal tidaknya distribusi data dan uji homogenitas mngetahui varians data untuk meengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. a. Uji Normalitas Untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data dari populasi, maka dilakukan perhitungan chi-kuadrat untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional ( lampiran 6 ) dan diperoleh hasil seperti pada Tabel Tabel hasil Chi-kuadrat kelas inkuiri terbimbing dan kelas konvensional Kelas X 2 hitung X 2 Tabel Inkuiri terbimbing 6, ,3 Konvensional 9, ,3

35 35 Dari Tabel di atas terlihat bahwa X 2 hitung dari kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional lebih kecil dari pada X 2 Tabel. Ini berarti H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data yg diambil berasal dari sampel distribusi normal. b. Uji homogenitas Selanjutnya untuk mengetahui bahwa kemampuan siswa dalam populasi itu memang benar-benar homogen, maka dilakukan perhitungan kesamaan dua varians (lampiran 7) dengan hasil seperti pada Tabel Tabel Harga varians dan harga F untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas konveensional Kelas Varians uji Uji Fhitung FTabel Inkuiri terbimbing 19959,26 1,30 2,41 Konvensional 15295,49 1,30 2,41 Dari Tabel di atas terlihat bahwa harga Fhitung lebih kecil dari FTabel jadi H0 diterima dan ini berarti bahwa populasi mempunyai varians yang homogen. c. Pengujian hipotesis (uji t) Dari skor tes hasil belajar serta penghitungan-penghitungan mean, simpangan baku, varians, dan uji-t untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional (lampiran 8) di peroleh hasil seperti Tabel

36 36 Tabel Mean, simpangan baku, nilai t dari kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional Kelas Mean S S 2 thitung ttabel Inkuiri terbimbing 6,5 1,7 2,9 3,83 2,660 Konvensional 5,5 1,6 2,9 3,83 2,660 Dari Tabel di atas terlihat bahwa mean dari skor tes hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing lebih besar dari kelas konvensional. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing lebih baik dari pada kelas konvensional, dan untuk memprjelas perbedaan hasil belajar dari siswa pada kedua kelas tersebut,perlu dilakukan uji-t (lampiran 8) diperoleh thitung = 3,83 dan ttabel = 2,660. Oleh karena thitung lebih besar dari ttabel,maka H0di tolak yang memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 masohi dalam mempelajari materi ekosistem.

37 Pembahasan Perbedaan Hasil Belajar Biologi dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing dan Pendekatan Konvensional Materi ekosistem siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi. Dari hasil perhitungan menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas VII2 SMP Negeri 3 Masohi dengan mengunakan pendekatan Inkuiri terbimbing lebih baik dari pada hasil belajar siswa kelas VII1 dengan menggunakan pendekatan Konvensional. Perbedaan tersebut ditunjukan oleh hasil penelitian bahwa mean skor tes hasil belajar siswa pada kelas pendekatan terbimbing (69,66 ) lebih tinggi dari mean skor tes hasil belajar siswa pada kelas pendekatan Konvensional (55,33 ) yang dilakukan lewat perhitungan hasil uji t pada lampiran 8. Hal ini menunjukan terdapat perbedaan antara kedua pendekatan tersebut. Hasil analisis dapat diketahui, bahwa nilai rata-rata daya serap hasil belajar berdasarkan nilai rata-rata hasil tes akhir pada kelas inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional. Hal ini disebabkan karena motivasi yang akan menimbulkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat untuk lebih aktif dan giat belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Dalyono dalam Djamarah (2002), Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, hal ini terwujud dalam model pembelajaran inkuiri (Piaget dalam Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Siswa lebih mampu

38 38 mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya serta dapat menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu dan juga terbuka (Roestiyah, 2001). Terlihat jelas pada hasil pengamatan sikap afektif dan pisikomotor yaitu, pada kelas inkuiri terbimbing mendapatkan hasil lebih besar dari pada kelas konvensional ( pada lampiran 3 ) Karena pada kelas pendekatan Inkuiri terbimbing siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dalam menyelesaikan masalah siswa terlihat cermat dalam memberikan tanggapan atau pertanyaan menyangkut materi yang di ajarkan. Hal yang sama terjadi pada pendekatan konvensional, namun dalam proses pembelajaran, siswa terlihat kurang cermat dalam memberikan tanggapan atau pertanyaan menyangkut materi yang di ajarkan. Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan maka secara eksperimen semu hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa materi ekosistem dengan menggunakan pendektan inkuiri terbimbing secra umum di katagorikan baik. Untuk memperkuat hasil analisis eksperimen semu tersebut, maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji-t, setelah dilakukan uji-t terdapat perbedaan hasil belajar siswa anatar pendekatan inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan pendekatan konvensional. Hal ini disebabkan karena motivasi yang akan menimbulkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat untuk lebih aktif dan giat belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Dalyono dalam Djamarah (2002), Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

39 39 Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, hal ini terwujud dalam model pembelajaran inkuiri (Piaget dalam Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Siswa lebih mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya serta dapat menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu dan juga terbuka (Roestiyah, 2001). Adapun kelemahan Model Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), yaitu : (1) Jika model inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. (2) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. (3) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. (4) Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Adapun kelebihan dari Model Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), adalah sebagai berikut : (1) Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. (2) Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

40 40 (3) Model inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan. (4) Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Berdasarkan uraian di atas maka terlihat jelas perbedaan nilai hasil belajar antara kelas yang menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing. Perbedaan hasil belajar biologi siswa tersebut dapat dilihat dari daya serap, ketuntasan individual siswa dan ketuntasan klasikal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mistiani (2009) terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Tahun Ajaran 2012/ Penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada siklus I dari kategori cukup menjadi kategori baik, dan pada siklus II dari kategori baik menjadi kategori amat baik. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari tidak tuntas menjadi tuntas.

41 41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisa data, maka dapat diperoleh dari hasil penitian pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi pada materi ekosistem dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional maka di simpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang yang diajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan penekatan konvensional pada materi ekosistem. Perbedaan hasil belajar ini dapat dilihat dari hasil uju-t dimana thitung = 3,83 lebih besar dari ttabel = dan pada perbedaan nilai rata-rata kedua kelas dimana nilai rata-rata untuk kelas yang diaajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing = 61,83 dan nilai rata-rata untuk kelas yang diajarkan dengan pendekatan konvensional = 52,5. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing lebih menonjol dari pada pendekatan konvensional 5.2. Saran Berdasarkan hasil peneliti dan analisa data yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka peneliti menyampaikan saran-saransebagai berikut : 1. Dalam memberikan bimbingan, untuk siswa yang berkemampuan kurangagarmendapat perhatian yang lebih. 2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengkombinasikan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode lain atau menggunakan media pembelajaran agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil

42 42 belajarnya, dan diharapkan memperhatikan secara cermat alokasi waktu agar penerapan model Pembelajaran inkuiri terbimbing dalam setiap pertemuan waktunya terselesaikan sesuai dengan yang diinginkan. 3. Diharapkan pengajar atau guru mencoba memperkenalkan kepada siswa tentang pendekatan-pendekatan model pembelajaran seperti inkuiri terbimbing, dengan demikian perkembangan pola berfikir siswa menjadi baik dan dapat mengalokasikan waktu yang memadai dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

43 43 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sekolah : SMP NEGERI 3 MASOHI Mata Pelajaran : IPA (Biologi) Kelas/Semester : VII/ 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standart Kompetensi : 1. Mamahami saling ketergantungan dalam ekosistem Kompetensi Dasar : 1.1 Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem I. Indikator 1. Mendefinisikan makhluk hidup yang tergolong langka 2. Menyebutkan contoh makluk hidup yang tergolong makluk hidup langka disuatu lokasi 3. Mengemukakan pentingnya membudidayakan tumbuhan dan hewan langka 4. Membuat tulisan untuk mengenalkan jenis, bentuk, dan manfaat tumbuhan, hewan langka yang dilindungi. II. Materi Pembelajaran Materi Pokok : Pelestarian keanekaragaman hayati Sub Materi : - Perlindungan keanekaragaman hayati - Pemeliharaan hewan dan tumbuhan III. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Metode Pembelajaran Inkuiri Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai :

44 44 1. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru 2. Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya (dalam kelompok terdiri atas dua orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masingmasing 3. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya 4. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalah dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh Siswa 5. Guru memimpin kesimpulan 6. Penutup Modifikasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 1. Guru menulis topic pembelajaran. 2. Guru menulis tujuan pembelajaran 3. Guru meminta siswa untuk membaca materi tentang mikroskop 4. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya 5. Guru membagikan LKS 1 untuk siswa yang sebangku (bangku ke-1) dan LKS 2 untuk Siswa bangku ke Guru meminta siswa mengerjakan LKS secara individu (tahap think) 7. Siswa menyampaikan/mengutarakan hasil atau jawaban LKS kepada teman sebelahnya (tahap pair) 8. Siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang untuk mendiskusikan kembali hasil/jawaban LKS1 dan LKS 2 (tahap share) 9. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya 10. Guru dan siswa membuat kesimpulan IV. Langkah-langkah Pembelajaran Adapun langkah-langkah pembelajarannya : 1. Membina suasana yang responsif diantara siswa. 2. Mengemukakan permasalahan untuk di inkuiri (ditemukan) melalui cerita, film, gambar, dan sebagianya. Kemudian mengajukan pertanyaan ke arah mencari, merumuskan dan memperjelas permasalahan dari cerita dan gambar.

45 45 3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, pertanyaan yang diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut. 4. Merumuskan hipotesis/ perkiraan yang merupakan jawaban dari peryataan tersebut. Perkiraan jawaban ini akan terlihat tidaknya setelah pengumpulan data dan pembuktian atas data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. Guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan. 5. Menguji hipotesis, guru mengajukan petanyaan yang bersifat meminta data untuk pembuktian hipotesis. 6. Pengambilan kesimpulan perumusan kesimpulan ini dilakukan guru dan siswa Tujuan pembelajaran : Melalui pembelajaran ini siswa dapat: 1. Mendefinisikan makhluk hidup yang tergolong langka 2. Menyebutkan contoh makluk hidup yang tergolong makluk hidup langka disuatu lokasi 3. Mengemukakan pentingnya membudidayakan tumbuhan dan hewan langka 4. Membuat tulisan untuk mengenalkan jenis, bentuk, dan manfaat tumbuhan, hewan langka yang dilindungi. Kegiatan No. Guru Siswa 1 Kegiatan Awal Memotivasi peserta didik dengan mengajukan pertanyaan Di manakah kalian dapat melihat/mengamati hewan secara langsung? Melanjutkan pertanyaan Apakah itu memang tempat hidup mereka sebenarnya? Menuliskan topik yang akan Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, siswa menjawab di kebun binatang atau di taman safari Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, pesrta didik menjawab Bukan, itu merupakan tempat pemeliharaan saja, dan dijadikan sarana wisata

46 46 dipelajari yaitu pelestarian keanekaragaman hayati Menyebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam belajar Menulis topik yang akan dipelajari Menulis tujuan pembelajaran 2 Kegiatan Inti Meminta Siswa untuk membaca materi tentang perlindungan keanekaragaman hayati serta pemeliharaan hewan dan tumbuhan Meminta Siswa untuk duduk berpasangan dengan teman sebangkunya Membagikan LKS 1 untuk Siswa bangku ke 1 dan LKS 2 Untuk Siswa di bangku ke 2 dan meminta Siswa untuk mengerjakan/berpikir secara individu atau mandiri Meminta Siswa untuk memikirkan kembali jawaban LKS masingmasing dengan teman sebangkunya Meminta Siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang untuk mendiskusikan dan memikirkan kembali hasil/jawaban LKS 1 dan LKS 2 Menjadi fasilitator dan moderator diskusi kelas Memberikan penguatan pada hasil Membaca materi Duduk berpasangan dengan teman sebangkunya Mengerjakan LKS secara mandiri (tahap think) Mendiskusikan hasil jawaban LKS dengan teman sebangku (tahap pair) Mendiskusikan jawaban LKS dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang (tahap share) Mempresentasikan hasil kerja kelompok dalam diskusi kelas

47 47 diskusi ( penguatan berupa konsep-konsep penting, contoh dapat dilihat pada materi essensial) 3 Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut Menugaskan Siswa untuk mempelajari materi kepadatan populasi Mencatat penguatan yang diberikan oleh guru Mengerjakan perintah guru V. Media Pembelajaran Alat/bahan : Alat tulis, OHP, Alam Sekitar Sumber Belajar : Syamsuri, Istamar, dkk IPA Biologi SMP Kelas Jakarta: Erlangga. VI. Penilaian LKS1 dan LKS 2 Penilaian Proses Belajar Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran ALWI ASAGAF S.pd. i TASMAR S.pd

48 48 Lampiran 3 PEMRKAHAN SOAL-SOAL DAN JAWABAN TES AWAL DAN TES AKHIR Lingkungan beserta makhluk hidup yang mengadakan interaksi disebut... a. Populasi b. Perubahan pupulasi c. Ekosistem d. lingkungan 2. Ekosistem yang terjadi dari benda hidup adalah... a. Foktor biotik b. Faktor abiotik c. Faktor energi d. Sumber energi 3. Sekumpulan individu dalam suatu areal tertentu disebut.. a. Populasi b. Ekosistem c. Perubahan populasi d. Kerapatan atau kepadatan 4. Populasi dapat bertamba karena ada yang lahir atau datang dari tempat lain disebut.. a. Imigrasi b. Emigrasi c. Populasi d. komoditas 5. Semua ekosistem dipermukaan bumi berinteraksi membentuk ekosistem yang besar adalah.. a. Ekosper b. Biosfer c. Atmosfer d. Lingkungan 6. Konsumen tingkat II adalah organisme yang memakan konsumen tingkat I. Hewan pemakan daging umunya adalah... a. Karnifora b. Herbivora c. Konsumen tingkat I d. Konsumen tingkat II 7. Organisme yang secara langsung bergantung pada produsen (tumbuhan) adalah... a. Konsumen tingkat II b. Konsumen tingkat I c. Konsumen tingkat III C A A A A A B

49 49 d. Konsumen tingkat I dan II 8. Lapisan permukaan bumi dan atmosfer yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup disebut... a. Konsumen tingkat I b. Konsumen tingkat II c. Produsen d. Konsumen 9. Mahluk hidup mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik adalah... a. Ekosfer b. Biosfer c. Atmosfer d. Ekosistem 10. Populasi dapat berkurang karena ada yang mati atau ada yang pergi ketempat lain disebut... a. Komonitas b. Populasi c. Emigrasi d. Imigrasi 11. Hewan omnivora dapat memakan tumbuhan atau daging, contoh omnivora yang paling benar adalah Laba-laba, elang dan belalang 13. Ular, kucing, kelinci dan belalang 14. Kelinci, belalang, ular dan laba-laba 15. Burung, kera, dan manusia 12. Herbivora artinya pemakan tumbuhan di dalam tingkatan rantai makanan, herbivora tergolong dalam konsumen tingkat I contoh konsumen tingkat I yang paling benar adalah... a. Kodok, laba-laba, elang, ular, dankucing b. Burung, kera, kelinci dan belalang c. Burung, kera, dan kelinci d. Kera, kelinci, dan manusia 13. Organisme pemakan detritus disebut... a. Herbivora, b. Detrivor c. Scavenger d. Omnivora 14. Hewan yang memakan tubuh hewan lainnya yang sudah mati disebut... a. Detritifor b. Scavenger c. Omnifor d. Detritus 15. Dibawa ini contoh hewan pemakan bangkai C B C D A B B

50 50 adalah... a. Burung nasar b. Burung elang c. Burung bangau d. Burung kakaktua 16. Ekosistem mengalami energi, sumber energi utama untuk ekosistem adalah... a. Oksigen b. Populasi c. Energi d. Matahari 17. Di bawa ini urutan daur ekosistem yang paling benar adalah... a. Dekompeser, konsumen, produsen, lingkungan b. Produsen, konsumen, dokompeser, lingkungan c. Produsen, lingkungan, konsumen, dekomposer d. Lingkungan, produsen, konsumen,dekomposer 18. Urutan tingkat organisme penyusun ekosistem dan biosfer yang paling benar adalah... a. Komonitas, populasi, individu, ekosfer, biosfer b. Ekosfer, biosfer, ekosistem, komonitas, populasi, indifidu c. Individu, populasi, komonitas, ekosistem, ekosfer, biosfer d. Biosfer, ekosfer, ekosistem, komonitas, populasi, individu. 19. Semua jenis hewan maupun tumbuhan hanya dapat hidup ditempat yang cocok untuk hewan atau tumbuhan, tempat hidup organisme disebur sebagai... a. Komonitas b. Populasi c. Habitat d. Ekosistem 20. Ekosistem atas komponen makhluk hidup disebut... a. Populasi b. Biotik c. Abiotik d. Ekosistem A D D C C B

51 51 Esai Test 02 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar! No. Soal Essay Jawaban Markah Bobot 1. Apa yang dimaksud Konsumen tingkat kedua adalah 2 4 dengan konsumen organism yang memakan tingkat kedua konsumen tingkat satu yaitu jelaskan? hewan pemakan daging. 2. Di dalam ekosistem a. Cahaya matahari adalah 4 16 komponen abiotik sumber energi yang sangat mempengaruhi kehidupan komponen diperlukan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis, hasil biotik, komponen fotosintesis berguna sebagai abiotik ekosistem makanan hewan dan meliputi energi. tumbuhan. Karena Jelaskan komponen tumbuhan dan hewan tidak abiotik ekosistem bisa hidup tanpa cahaya. yang meliputi : a. Energi cahaya matahari b. Air c. Tanah b. Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup air berfungsi sebagai pelarut dan bahan baku proses dalam tubuh dan untuk tubuh organisme terdiri dari 90% air/. c. Tanah sangat penting untuk kehidupan, tanah terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan tanah juga mengandung 4 6 air, udara dan garam mineral.

52 52 3. Apa yang dimaksud dengan karnifora jelaskan dan berikan 5 contohnya. 4. Sebutkan dan jelaskan 6 tingkat organisme penyusun ekosistem dan biosfer! Karnifora adalah hewan pemakan daging. Contoh karnifora adalah kodok, labalaba, elang, ular dan kucing. 1. Individu Individu adalah suatu populasi persatuan luas yang menunjukkan besarnya populasi. 2. Populasi Populasi adalah sekumpulan individu dalam suatu areal tertentu. 3. Komunitas Komunitas adalah populasi atau suatu makhluk hidup yang lain juga terjadi interaksi misalnya antara populasi ikan dan ganggang antara populasi ikan dan populasi teratai. 4. Ekosistem Ekosistem adalah tempat tinggal anggota komunitas tersebut terdapat benda tak hidup, misalnya tanah, udara, air, dan cahaya matahari. 5. Ekosfer Ekosfer adalah semua ekosistem dipermukaan

53 53 bumi berinteraksi membentuk ekosistem yang besar, misalnya cuaca dan keadaan tanah. 6. Biosfer Biosfer adalah lapisan permukaan bumi dan atmosfer yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup, misalya flora dan fauna. 4 Jumlah 60 Nilai Akhir = Jumlah Skor Perolehan Jumlah Skor Total x 100 (Wurianingrum, 2007). = = x 100

54 54 Lampiran 3 LEMBARAN PENGAMATAN AFEKTIF DAN PISIKOMOTORIK Adapun profil (gambaran) hasil belajar yang akan ditunjukan pada hasil ini mencakup aspek pisikomotor (keterampilan) dan Aspek Afektif (sikap), yaitu : 1. Aspek Afektif, NO Pada aspek ini penulis tampilkan hasil kerja siswa melalui keterampilan siswa yang disesuaikan dengan 5 butir soal tentang materi ekosistem. Bila jawaban siswa benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0 sebagaimana termuat pada Tabel 1.1.1a dan Tabel 1.1.1b. Presentasi ketuntasan kelas inkiuri terbimbing Tabel 1.1.1a Afektif kelas inkuiri terbimbing (VII2) Nomor soal/skor Jumlah Skor Nilai A B B A C NO Presentasi ketuntasan kelas konvensional Tabel 1.1.2a Afektiif kelas konvensional (VII1) Nomor soal/skor Jumlah Skor Nilai B D B D C Predikat Ket Predikat Ket

55 55 Keterangan : Skor 1. Minat 2. Perhatian mengikuti pelajaran 3. Tanggung jawab 4. Menghargai pendapat teman Predikat Bila Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif = A = B = C 2. Aspek Psikomotor Pada aspek ini penulis tampilkan sikap siswa dalam proses pembelajaran diantaranya keseriusan mengerjakan tugas, menyampaikan pendapat, menerima pendapat orang lain, memecahkan masalah, dan kerjasama dalam kelompok sesuai dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dalam hal ini menggunakan lembar pengamatan sikap dengan rentang skor yakni: 0-4 dengan predikat amat baik (A) = , baik (B) = 76-85, Cukup. (C) = 60-75, kurang (D) = dan sangat kurang (E) = Kurang dari 40. Seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 (lembar Pengamatan sikap).

56 56 NO Tabel 2.1.1b Penilaian Psikomotor kelas inkuiri terbimbing (VII2) Presentasi ketuntasan kelas inkiuri terbimbing Jumlah Skor Jumlah skor Nilai Predikat Ket A B B A C Tabel 2.1.2b Penilaian Psikomotor kelas konvensional (VII1) NO Presentasi ketuntasan Jumlah Skor Jumlah Predikat Nilai kelas konvensional skor Ket A C D E E Keterangan : 1. Menyiapkan sumber belajar 2. Presentase 3. Efesiensi waktu 4. Mampu bekerjasama 5. Mandiri dalam kelas Rentang skor yakni : 0-4 Predikat : Amat baik (A) = ,

57 57 Baik (B) = Cukup (C) = 60-75, Kurang (D) = Sangat kurang (E) = < 40 Nilai = jumlah skor skor maksimun x 100% Sumber : (Purwanto, 2008)

58 58 ASPEK PENILAIAN PROSES A. Aspek yang dinilai dan kriteria penskoran hasil belajar afektif 1. Minat 3. bekerjasama dengan teman sekelompok dan memberikan ide penyelesaian masalah 2. bekerjasama hanya dengan beberapa teman kelompok dan memberika ide penyelesaian masalah 1. tidak bekerjasama dengan teman sekelompok dan tidak memberikan ide 2. Perhatian mengikuti pelajaran 3. dalam mengikuti pelajaran, penuh perhatian dan seiring menyampaikan pendapat 2. dalam mengikuti pelajaran, penuh perhatian, dan tidak menyampaikan pendapat 1. dalam mengikuti pelajaran, tidak ada perhatian dan tidak menyampaikan pendapat 3. Tanggung jawab 3. aktif dalam melaksanakan tugas dari guru dan selesai tepat waktu 2. aktif dalam melaksanakan tugas dari guru, tapi tidak selesai tepat waktu 1. tidak aktif dalam mnyelesaikan tugas dari guru dan tidak selesai tepat waktu 4. Menghargai pendapat teman 3. selalu menghargai pendapat teman dan mendengar pendapat teman 2. selalu menghargai pendapat teman tapi tidak menghargai pendapat teman 1. tidak menghargai dan tidak mendengar pendapat teman

59 59 B. Aspek yang dinilai penskoran hasil belajar Psikomotorik 1. Menyiapkan sumber belajar 5 : menyiapkan sumber belajar yang lengkap sesuai arahan guru 4 : menyiapkan sumber belajar yang lengkap, tapi kurang sesuai dengan arahan guru 3 : menyiapkan sumber belajar kurang lengkap, tapi sesuai dengan arahan guru 2 : menyiapkan sumber belajar kurang lengkap, kurang sesuai dengan arahan guru 1 : tidak menyiapkan sumber belajar dan tidak mendengarkan arahan guru 2. Presentase 5. mempresentasikan dengan jelas dan menerima kritik dan saran dari kelompok lain 4. memprsentasikan dengan jelas dan menerima kritik tapi tidak menerima saran dari kelompok lain 3. mempresentasikan kurang jelas, tapi menerima kritik dan saran dari kelompok lain 2. mempresentasikan kurang jelas, dan tidak menerima kritik dan saran dari kelompok lain 1. tidak mempresentasikan dengan jelas dan tudak menerima kritik dan saran dari kelompok lain 3. Efesiensi Waktu 5. menyelesaikan tugas dengan benar dan dikumpulkan tepat waktu 4. menyelesaikan tugas dengan benar, tapi tidak dikumpulkan tepat waktu 3. menyelesaikan tugas kurang benar, tapi dikumpulkan tepat waktu 2. menyelesaikan tugas kurang benar 1. tidak menyelesaikan tugas 4. Mampu bekerjasama 5. semua anggota bekerjasama dalam kelompok 4. ketua dan sekertaris saja yang bekerja, tapi anggota kelompok tidak 3. ketua saja yang bekerja

60 60 2. sekertaris saja yang bekerja 1. tidak ada kerjasama dalam kelompok

61 61 Lampiran 4 Tabel 4.1 Hasil Chi- Kuadrat Kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional. Kelas X 2 hitung X 2 Tabel Inkuiri terbimbing 6, ,3 Konvensional 9, ,3 Dari Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa harga X 2 hitung dari kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional lebih kecil dari X 2 Tabel. Ini berarti H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diambil berasal dari sampel berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Selanjutnya untuk mengetahui bahwa kemampuan siswa dalam populasi itu benar-benar homogen, maka dilakukan perhitungan kesamaan dua varians (lampiran 7 ) dengan hasil seperti pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Harga varians dan Harga F untuk Kelas pendekata inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional Kelas Varians Uji Fhitung Uji FTabel Inkuiri terbimbing 19959,26 1,30 2,41 Konvensional 25295,49 1,30 2,41

62 62 Lampiran 4 Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa harga Fhitung lebih kecil dari FTabel, jadi Ho diterima dan ini berarti bahwa populasi mempunyai varians yang homogen. 2) Pengujian Hipotesis Dari skor tes hasil belajar serta perhitungan-perhitugan mean, simpangan baku, varians, dan uji t untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas konvensional (lampiran 8 ) diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Mean, Simpangan Baku dan Nilai dari Kelas penddkatan inkuiri terbimbing dan kelas konvensional. Kelas Mean S S thiting ttabel Inkuiri terbimbing 6.5 1,7 2,9 3,83 2,660 Konvensional 5,5 1,6 2,8 3,83 2,660 Dari Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa mean dari skor tes hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing lebih besar dari kelas Konvensional. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan hasil belajar siswa pada kelas Inkuiri terbimbing lebih baik dari kemampuan hasil belajar pada kelas Konvensional, dan untuk memperjelas perbedaan hasil belajar dari siswa pada kedua kelas tersebut perlu dilakukan uji-t (Lampiran 8 ) diperoleh hasil thitung =3,83 dan ttabel = 2,660. Oleh karena thitung lebih besar dari ttabel, maka Ho ditolak yang memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara pendekatan Inkuiri terbimbing dan pendekatan Konvensional pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi dalam mempelajari materi ekosistem.

63 63 Lampiran 5 Nomor subyek Hasi tes awal KelasXi(ikuiri Terbimbig) VII2 Kelas X2(konvensional VII1 Inisial Siswa skor perolehan nilai Inisial siswa skor perolehan Nilai 1 AF 0,7 70 AL 0, AR 0,4 40 CT 0, AK 0,65 65 DA 0, AI 0,75 75 DC 0, AN 0,5 50 EM 0, BA 0,45 45 ER 0, BL 0,8 80 FN 0, BM 0,45 45 FM 0, CT 0,35 35 FK 0, DH 0,4 40 FR 0, DS 0,45 45 GH 0, EH 0,3 30 KI 0, FK 0,6 60 KP 0, FS 0,6 60 KR 0, GW 0,7 70 IN 0, GE 0,65 65 IM 0, GU 0,7 70 IS 0, GL 0,6 60 LI 0, HI 0,5 50 LP 0, HM 0,5 50 MG 0, HE 0,7 70 MH 0, IY 0,4 40 MM 0, IK 0,6 60 NH 0, IU 0,4 40 NJ 0, JU 0,6 60 NK 0, JJ 0,5 50 NP 0, KS 0,6 60 NS 0, KU 0,8 80 OS 0, NM 0,6 60 OU 0, LK 0,5 50 QR 0,55 55

64 64 Nomor subyek Hasi tes akhir KelasXi(ikuiri Terbimbig) VII2 Kelas X2(konvensional VII1 Inisial Siswa skor perolehan nilai Inisial siswa skor perolehan nilai 1 AF 0,9 90 AL 0, AR 0,5 50 CT 0, AK 0,75 75 DA 0, AI 0,95 95 DC 0, AN 0,5 50 EM 0, BA 0,65 65 ER 0, BL FN 0, BM 0,55 55 FM 0, CT 0,45 45 FK 0, DH 0,6 60 FR 0, DS 0,6 60 GH 0, EH 0,6 60 KI 0, FK 0,75 75 KP 0, FS 0,9 90 KR 0, GW IN 0, GE 0,75 75 IM 0, GU 0,8 80 IS 0, GL 0,7 70 LI 0, HI 0,6 60 LP 0, HM 0,55 55 MG 0, HE 0,8 80 MH 0, IY 0,5 50 MM 0, IK 0,65 65 NH 0, IU 0,6 60 NJ 0, JU 0,7 70 NK 0, JJ 0,55 55 NP 0, KS 0,75 75 NS 0, KU 0,8 80 OS 0, NM 0,75 75 OU 0, LK 0,7 70 QR 0,55 55

65 65 Lampiran 6 UJI NORMALITAS Nilai kemampuan siswa yang diambil dari nilai tes untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekakatan konvensional ( lampiran 5 ) terlebih dahulu disusun dalam Tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan penghitungan Chi-kuadrat untuk kedua kelas tersebut sebagai berikut : 1. Chi-kuadrat dari kelas pendekatan inkuiri terbimbing Langkah pertama : membuat Tabel distrbusi frekuensi a) Menentukan nilai terkecil dan nilai terbesar dari kelompok data, didapat : Nilai tertinggi : 100 Nilai terendah : 40 Rentang = nilai tertinggi nilai terendah = = 60 b) Menentukan banyaknya kelas dengan menggunakan rumus : K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 log 30 K = 1 + 3,3 ( 1,477) K = 1 + 4,8741 K = 5,8741 dibulatkan menjadi 6 K = 6 c) Mencari panjang kelas dengan rumus :

66 66 Panjang kelas = rentang banyaknya kelas = 60 6 = 10 d) Masukan data dalam Tabel distribusi frekuensi Tabel 1 distribusi nilai siswa kelas inkuiri terbimbing Kelas interval Fi xi xi 2 Fi xi Fi xi ,5 9120,25 286, , ,5 7310, ,5 5700, ,5 4290, ,5 3080, ,5 2070,25 409, ,25 Fi Xi = 1895 Fi xi 2 = ,5 Keterangan : F = frekuensi Xi = titik tengah kelas interval Langkah kedua : mencari nilai rata-rata ( x ) X = fi xi fi = = 63,17 Langkah ketiga : mencari standar deviasi dan batas atas nyata n (fixi2) (fixi)2 S = n(n 1) = 30 (698519,5) (1895)2 30(29)

67 67 = = = 19919,2643 =141,13 Cara menentukan batas atas dan batas bawah nyata di dapat : 1. Memiliki kelas interval Batas bawah nytanya adalah 91 0,5 = 90,5 Batas atas nyata adalah ,5 = 100,5 2. Memiliki kelas interval Batas bawah nyatanya adalah 81-0,5 = 80,5 Batas atas nyatanya adalah ,5 = 90,5 3. Memiliki kelas interval Batas bawah nyatanya adalah 71 0,5 = 70,5 Batas atas nyatanya adalah ,5 = 80,5 4. Memiliki kelas interval Batas bawah nyatanya adalah 61 0,5 = 60,5 Batas atas nyatanya adalah ,5 = 70,5 5. Memiliki kelas interval Batas bawah nyatanya adalah 51-0,5 = 50,5 Batas atas nyatanya adalah ,5 = 60,5 6. Memiliki kelas interval Batas bawah nyatanya adalah 41 0,5 = 40,5

68 68 Batas atas nyatanya adalah 50 0,5 = 50,5 Langkah keempat : mencari angka standar atau Z score Z- score = batas atas nyatanya x S 100,5 63,17 141,13 90,5 63,17 141,13 80,5 63,17 141,13 70,5 63,17 141,13 60,5 63,17 141,13 50,5 65,17 141,13 40,5 63,17 141,13 = 37,33 141,13 = 0,26 = 27,33 141,13 = 0,19 = 17,33 141,13 = 0,12 = 7,33 141,13 = 0,05 = 2,67 141,13 = - 0,01 = ,13 = - 0,08 = 22,67 = - 0, ,13 Langkah kelima : mencari batas luas kelas interval dengan menggunakan Tabel luas di bawah legkungan normal standar dari O ke Z ( Lampiran 9) dan diperoleh batas luas kelas interval sebagai berikut : Z scor (0,26) = 0,0871 Z scor (0,19) = 0,0574 Z scor (0,12) = 0,0478 Z scor (0,05) = 0,0199 Z scor (-0,01) = 0,0040 Z scor (-0,08) = 0,0310 Z scor (-0,16) = -0,0636

69 69 Dengan batas luas kelas interval, dapat ditentukan luas masing-masing interval dengan cara menggurangan bilangan batas atas dengan bilangan batas bawah Soedjana (1997) dan diperoleh luas kelas interval sebagai berikut : 0,1026 0,0754 = 0,0272 0,0754 0,0478 = 0,0276 0,0478 0, 0199 = 0,0199 0,0199 (-0,0040) = 0,0239-0,004 (-0,0310) = 0,0270-0,0310 (-0,0636) = 0,0326 Dengan luas kelas interval, kita dapat menghitung frekuensi harapan (fh) dengan mengalikan luas kelad interva dengan 100 0,0272 X 100 = 2,72 0,0276 X 100 = 2,76 0,0279 X 100 = 2,79 0,0239 X 100 = 2,39 0,0270 X 100 = 2,70 0,0326 X 100 = 3,26

70 70 Selanjutnya angkah standar ( Z score ), batas luas kelas interval, dan frekuensi harapan (fh) didistribusikan kedalam Tabel bantu analisis Chi- Kuadrat (X 2 ) berikut untuk mendapatkan nilai X 2 hitung dari kelas Inkuiri terbimbing. F Fh F fh (f fh ) (f fh)2 fh 3 2,27 0,28 0,0784 0, ,76-0,76 0,5776 0, ,79 3,21 10,3041 3, ,39-0,39 0,1521 0, ,70 5,30 2,0900 1, ,26 5,74 3,9476 1,1066 = 6, 5044

71 71

72 72 Lampiran 7 UJI HOMOGENITAS Sesuai data yang ada pada tabel distribusi nilai kemampuan siswa untuk kelas inkuiri terbimbing dan kelas konvensional, maka menurut sudjana (1997) varians dari kedua kelas tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus : S 2 = n( f ixi2) ( f ixi)2 n(n 1) 1. Varians inkuiri terbimbing S 2 = 30(698519,5 (1895)2 30(30 1) = = Varians konvensional S 2 = 30(527310,5) (1585)2 30(30 1) = ,5 870 = 15295,49

73 73 Selanjutnya menurut soedjana (1997) nilai F dapat dihitung dengan rumus : varians terbesar F = varians terkecil Db pembilangan (V1) = n1-1 = 31 1 = 29 Db penyebut (V2) = n2 1 = 30 1 = 29 Db (V1 V2) = (V1 + V2) 2 = ( ) 2 = 58 Dengan taraf signifikan (α) = 1% maka sesuai tabel nilai kritis distribusi F dapat diperoleh nilai Ftabel = Fα ( V1,V2) = F0,01 (29,29) = 2,41 Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel ( 1,30<2,41) pada taraf signifikan α = 1% maka varians dapat dikatakan homogen

74 74 Lampiran 8 Uji -t skor tes hasil belajar siswa dari kedua kelas terlebih dahulu distribusikan kedalam tabe untuk menghitung nilai rata-rata simpangan baku dan varians. 1 Nilai rata-rata, simpangan baku dan varians dari kelas inkuiri terbimbing X = 197,5 30 = 6,5 S1 = 1 (X X)2 n = 1 30 = (87) = 2,9 =1,7 S1 2 = (1,7) 2 =2,9 2 Nilai rata simpangan baku dan varians pada kelas konvensional Y = = 5,5 S2 = 1 (Y Y)2 n = 1 30 (86,75) = 2,8 = 1,6 S2 2 = (1,6) 2 =2,8

75 75 3. Mencari nilai rata-rata uji-t yaitu : t = = = X Y S12 n1 +S22 n2 2, ,8 30 2r( S1 n1 ( S2 n2 ) 6,5 5,5 2(0,022)( 1,7 1,6 )( ) 1 0,096+0,093 (0,044)(0,31)(0,29) = 1 0,189 0,0 004 = 1 0,185 = 1 0,261 t = 3,83 4.Untuk mencari db yaitu : db = Nx + Ny 2 = = 60 2 = 58 α = 0,05

76 76 karena db 58 tidak terdapat pada tabel t maka dibuat inter polasi data yaitu penggabungan db atas dan db bawah kemudian dibagi 2 yaitu : 1, , % ttabel = 1,675 = 1,675 2, , % ttabel = 2,406 = 2,406 Nilai thitung = 3,83 > dari ttabel 5% = 1,675 dan 1% = 2,406 maka Ha diterima dan menolak H0

77 77 Lampiran 14 Kegiatan 1 (perkenalan dan apresepsi) kegiatan 2 (motivasi) Kegiatan 3 (pengarahan) Kegiatan 4 (menulis SK-KD)

78 78 Kegiatan 5 (membagi kelompok) kegiatan 6 (memberikan penjelasan materi tentang contoh gambaran kehidupan ekosistem ) Kegiatan 7 ( membagikan materi ) kegiatan 8 (siswa Berdiskusi)

79 79 Kegiatan 9 (memberikan kesempatan kepada siswa bertanya) kegiatan 10 ( guru menjelaskan) Kegiatan 11 ( siswa menjawab) kegiatan 12 (masing-masing kelompok persentasi di depan)

80 80 Kegiatan 13 (guru membantu siswa Meluruskan presentasi kelompok) kegiatan 14 (kelompok lain menanggapi hasil kelompok lain) Kegiatan 15 ( kelompok yang lain membantu) kegiatan 16 ( guru membagikan soal tes akhir)

Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik, organisme penyusun ekosistem dibedakan menjadi organisme autotrof dan heterotrof.

Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik, organisme penyusun ekosistem dibedakan menjadi organisme autotrof dan heterotrof. Pada ekosistem kolam air tawar terdapat berbagai macam tumbuhan dan hewan yang hidup bersama. Ekosistem tersusun atas populasi makhluk hidup dan lingkungan tidak hidup. Hubungan antar populasi tersebut

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP Hubungan Antarmakhluk Hidup Kita sering melihat kupu-kupu hinggap pada bunga atau kambing berkeliaran di padang rumput. Di sawah, kita juga sering melihat

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal pengurai memegang peranan penting dalam proses fotosintesis

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal pengurai memegang peranan penting dalam proses fotosintesis 1. Manakah pernyataan dibawah ini yang benar SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.2 pengurai memegang peranan penting dalam proses fotosintesis klorofil dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Penerapan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Penerapan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Penerapan Student Teams Achievement Division (STAD) Efektif terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII pada Materi Pokok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

Lebih terperinci

Komponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan

Komponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan Rantai Makanan Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari suatu mahluk hidup ke mahluk hidup lain dalam proses makan dan dimakan dengan satu arah. Tiap tingkatan dari rantai makanan disebut

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA Ridwan Abdullah Sani, Yeni Evalina Tarigan, M. Zainul Abidin T.

Lebih terperinci

Ekologi ilmu tentang rumah atau tempat tinggal organisme atau rumah tangga mahluk hidup.

Ekologi ilmu tentang rumah atau tempat tinggal organisme atau rumah tangga mahluk hidup. Istilah ekologi pertama kali dekenalkan oleh ahli biologi Jerman, yaitu Ernst Haeckel (1834-1919). Ekologi berasal dari bahasa Yunani; oikos, artinya rumah atau tempat tinggal dan logos, artinya ilmu.

Lebih terperinci

2) Komponen Penyusun Ekosistem

2) Komponen Penyusun Ekosistem EKOSISTEM 1) Pengertian Habitat dan Relung Ekologi Hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya dipelajari dalam cabang ilmu yang disebut ekologi. Ekologi berasal

Lebih terperinci

45 LAMPIRAN-LAMPIRAN

45 LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN 45 46 46 LAMPIRAN I RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Sekolah : SD Negeri 2 Jatipohon. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam. Kelas / Semester : IV / 1 Waktu : 6 x 35 menit ( 3

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 9 Banjarbaru Tahun Pelajaran 2010/2011)

Lebih terperinci

Contoh Soal Try Out IPA Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 7 SMP/MTs. Hindayani.com

Contoh Soal Try Out IPA Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 7 SMP/MTs. Hindayani.com Hindayani.com Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Wahyu naik mobil yang sedang bergerak lurus. Pernyataan yang benar a. Wahyu bergerak terhadap mobil b. Wahyu tidak bergerak terhadap rumah

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1 1. Proses perubahan ekosistem secara alamiah yaitu dapat disebakan oleh... Pengeringan rawa Penggunaan pestisida Kemarau

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI 6 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan bangsa yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis.

Lebih terperinci

1. Individu. 2. Populasi. 3. Komunitas. 4. Ekosistem. 5. Bioesfer

1. Individu. 2. Populasi. 3. Komunitas. 4. Ekosistem. 5. Bioesfer 1. Individu 2. Populasi 3. Komunitas 4. Ekosistem 5. Bioesfer Kata individu berasal dari bahasa latin individum yang berarti tidak dapat dibagi. Dalam ekologi, individu berarti satu organisme. Misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan agar peserta

Lebih terperinci

Aliran energi dalam ekosistem

Aliran energi dalam ekosistem Aliran energi dalam ekosistem Aliran energi dalam ekosistem Produser mendapatkan energi dari cahaya matahari untuk menyusun zat organik melalui fotosintesis. Jadi, matahari merupakan sumber energi bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN KONVENSIONAL PADA MATERI OPERASI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 1 SIANTAR T.A. 2012/2013 Gayus Simarmata FKIP Universitas

Lebih terperinci

Kelas X.2, SMA 3 Padang : Cindy Medrina Olivia Septiana Putri Ovyra Ramadhani Sardiman EKOSISTEM

Kelas X.2, SMA 3 Padang : Cindy Medrina Olivia Septiana Putri Ovyra Ramadhani Sardiman EKOSISTEM Kelas X.2, SMA 3 Padang : Cindy Medrina Olivia Septiana Putri Ovyra Ramadhani Sardiman EKOSISTEM A. JENJANG KEHIDUPAN Ekologi ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi baik sebagai individu

Lebih terperinci

BAB IV E K O S I S T E M

BAB IV E K O S I S T E M BAB IV E K O S I S T E M Masalah apa yang akan dibahas? Apakah ekosistem itu? Komponen apakah yang menyusun ekosistem? Apakah sumber energi dalam ekosistem? Apakah rantai makanan dan jaringjaring makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik.untuk mencapai tujuan yang berlangsung dalam lingkungan. Pendidikan bukan sekedar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem, Peran dan Interaksinya

Komponen Ekosistem, Peran dan Interaksinya Komponen Ekosistem, Peran dan Interaksinya Bumi dihuni oleh manusia, hewan, tumbuhan dan jasad renik. Semua makhluk hidup tersebut memerlukan lingkungan untuk tempat hidupnya. Lingkungan adalah segala

Lebih terperinci

Rantai Makanan. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen, konsumen dan decomposer.

Rantai Makanan. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen, konsumen dan decomposer. Rantai Makanan 1. Pengertian Rantai makanan adalah perpindahan energi dari organisme pada suatu tingkat tropik ke tingkat tropik berikutnya dalam peristiwa makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Saling Ketergantungan Antara Makhluk Hidup dengan Lingkungannya SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Mars Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Saling Ketergantungan Antara Makhluk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN Oleh : Yeyen Suryani & Dewi Natalia S Abstrak Masalah dalam penelitian ini

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLATIHAN SOAL BAB 12

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLATIHAN SOAL BAB 12 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLATIHAN SOAL BAB. Makhluk hidup yang bertindak sebagai konsumen tingkat III adalah nomor http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio-7-d.png

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning A. Kusdiwelirawan 1, Tri Isti Hartini 2, Aniq Rif atun Najihah 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang

Lebih terperinci

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( )

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( ) EKOSISTEM KOLAM Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( 13196 ) PENGERTIAN EKOSISTEM Ekosistem merupakan tingkat organisme yang lebih tinggi daripada komunitas atau merupakan kesatuan dari komunitas dengan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi: a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang meliputi wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada tidak akan dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung kepada organisme lain

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI 244 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 244-249 HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI Wisnu Sunarto, Woro Sumarni, Eli

Lebih terperinci

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM 1. Interaksi antar Organisme Komponen Biotik Untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, setiap organisme melakukan interaksi tertentu dengan organisme lain. Pola-pola

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Heriyanto* ), Rena Lestari 1), Riki Riharji Lubis 2) 1&2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pra Siklus Pelaksanaan pra siklus pada minggu ke-2 dan ke-3 bulan Oktober 2012 mata pelajaran IPA tentang tumbuhan hijau dengan hasil belajar yang sangat mengecewakan.

Lebih terperinci

Abstrak. Nurina Rahma

Abstrak.   Nurina Rahma PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GAYA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS IV DI SEKOLAH BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAS KASIH SURABAYA Nurina Rahma E-mail: nurina_rahma@yahoo.com

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Fenomena Biosfer dan Antroposfer Pertemuan Ke- : 1 dan 2 Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (4 x 45 menit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berargumentasi Kemampuan adalah kuasa, kesanggupan melakukan sesuatu (Tim Penyusun Kamus, 2005). Argumentasi adalah suatu bentuk retoritika yang berusaha untuk

Lebih terperinci

IPA SD Kelas IV 1

IPA SD Kelas IV 1 ANITA ROSIANA 111134036 IPA SD Kelas IV 1 Kata Pengantar Ilmu Pengetahuan Alam adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan mengetahui alam secara sistematis. IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP

MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP KHOIRUL ANWAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia dan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian

Lebih terperinci

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu : A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode

Lebih terperinci

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No.

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGGUNAAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET DI KELAS V SDN SUKAJAYA KECAMATAN JATINUNGGAL KABUPATEN SUMEDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Melalui dunia pendidikan seseorang akan mendapat berbagai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penerapan Model Pembelajaran inkuiri terbimbing disertai mind mapping dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penerapan Model Pembelajaran inkuiri terbimbing disertai mind mapping dalam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikemukakan secara rinci hasil penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran inkuiri terbimbing disertai mind mapping dalam Pembelajaran Fisika Siswa Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti sesuatu peristiwa atau gejala

Lebih terperinci

Indikator Pembelajaran Siswa mampu menjelaskan pengertian ekosistem. Siswa mampu menjelaskan komponen ekosistem. Siswa mampu mendefinisikan

Indikator Pembelajaran Siswa mampu menjelaskan pengertian ekosistem. Siswa mampu menjelaskan komponen ekosistem. Siswa mampu mendefinisikan 58 Lampirn 1 S I L A B U S Sekolah : MTs N Surakarta 1 Kelas/Semester : VII (Tujuh)/2 (Dua) Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 April 2016 sampai dengan 2 Mei

Lebih terperinci

Lailly Ramadhani dan Tri Harsono. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.Jl.Willem Iskandar Pasar V Medan ABSTRAK

Lailly Ramadhani dan Tri Harsono. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.Jl.Willem Iskandar Pasar V Medan ABSTRAK 443 PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELAS X SMA SWASTA R.A. KARTINI SEI RAMPAH TAHUN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan kemampuan siswa SD dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat diperlukan untuk melanjutkan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 1, Hal 15-25, Februari 2017

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 1, Hal 15-25, Februari 2017 PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN REACT DAN QUANTUM TEACHING DALAM MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 8 BANDA ACEH Amalia Husna 1, Hasmunir 2, Thamrin Kamaruddin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan terkontrol (khususnya datang dari sekolah), sehingga dia dapat. memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

I. PENDAHULUAN. dan terkontrol (khususnya datang dari sekolah), sehingga dia dapat. memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial dimana orang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat di simpulkan bahwa:think

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat di simpulkan bahwa:think BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat di simpulkan bahwa:think Pair Share Efektif Dalam Pembelajaran Biologi Materi Pokok Ekosistem Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus dimiliki oleh manusia, karena dengan pendidikan manusia akan lebih mampu untuk mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar adalah suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil, dari tidak bisa bersikap menjadi bisa bersikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat mengingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA YANTI REFITA Guru SMP Negeri 3 Dumai yantirefita3@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli Andi Rahmi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama bagi bangsa yang sedang berkembang, yang sedang membangun negaranya. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian dilakukan di SMK Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi berbagai perubahan serta kemajuan di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

EKOSISTEM HOME TUJUAN BELAJAR MATERI

EKOSISTEM HOME TUJUAN BELAJAR MATERI HOME TUJUAN BELAJAR MATERI LATIHAN PENGAYAAN TUJUAN PEMBELAJARAN Mengidentifikasi komponen ekosistem berdasarkan lingkungan sekitar Siswa dapat mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar

Lebih terperinci

Bimafika, 2016, 8, 10 15

Bimafika, 2016, 8, 10 15 Bimafika, 2016, 8, 10 15 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 AIR BUAYA Hairan Wali 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan konstitusi serta sarana dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1996: 7) mengemukakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kehidupan manusia. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa

Lebih terperinci