BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berargumentasi Kemampuan adalah kuasa, kesanggupan melakukan sesuatu (Tim Penyusun Kamus, 2005). Argumentasi adalah suatu bentuk retoritika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembicara (Keraf, 2007). Oleh karena itu semakin banyak disodorkan bukti-bukti maka akan semakin kuat argumentasi itu. Untuk memperkuat argumentasi dapat dipergunakan data-data statistik, fakta atau pengalaman-pengalaman kongkret aktual (Hendrikus, 1991). Menurut Keraf (2007), dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain dari pada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal. Oleh karena itu, berargumentasi merupakan cara yang sangat bagus dalam kegiatan diskusi dan untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang persoalan kompleks. Menurut Silberman (2006), prosedur dalam berargumentasi antara lain: 1. Pilihlah sebuah masalah yang memiliki dua sisi atau lebih. 2. Bagilah kelas menjadi sejumlah kelompok dan perintahkan setiap kelompok untuk mengemukakan argument yang mendukung pihaknya. 7

2 8 Doronglah mereka untuk bekerja dengan rekan sebangku atau gugusan kelompok kecil. 3. Jelaskan bahwa siswa mana saja bias memulai debat. Setelah seorang siswa memiliki kesempatan untuk mengajukan satu argument yang mendukung pendapatnya, beri kesempatan untuk munculnya argument lain atau argument yang berseberangan dari kelompok lain. Lanjutkan diskusi, lakukan prosesnya dengan cepat. 4. Akhiri kegiatan ini dengan membandingkan persoalan menurut pandangan seorang guru. Kesimpulannya yaitu, kemampuan berargumentasi adalah suatu kecakapan yang dimiliki oleh seseorang dalam hal ini adalah siswa dalam pemberian alasan-alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat dengan mengajukan bukti-bukti menggunakan prinsip-prinsip logika sehingga orang lain percaya pada pendapat atau alasan yang dikemukakan (Rahayu, 2008). 2.2 Biologi Menurut Depdiknas (2004), Biologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengenal diri sendiri, mengenal makhluk hidup di sekitar, mengetahui hubungan makhluk hidup dengan makhluk hidup lain serta dengan lingkungannya. Tujuan dari pengajaran biologi antara lain adalah mengembangkan pengetahuan psikis, dari metode biologi untuk memecahkan masalah kehidupan individu dan sosial, mengembangkan cara berfikir ilmiah melalui penelitian dan percobaan serta merangsang studi

3 9 lebih lanjut dibidang biologi dan bidang lain yang berhubungan dengan biologi dan membangkitkan rasa sayang terhadap makhluk hidup (Sastrodinoto, 1985). 2.3 Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2011). Jadi, model pembelajaran dapat dijadikan pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu: pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai, pertimbangan terhadap bahan atau materi pembelajaran, pertimbangan dari sudut peserta didik, serta pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis (Rusman, 2011) Menurut Winataputra (1994) dalam Julianto (2010), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

4 10 1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. 2. Memiliki misi atau tujuan pendidikan tertentu. 3. Dapat dijadikan pedoman umtuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas. 4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah-langkah pembelajaran/syntax; (b) adanya prinsip-prinsip reaksi; (c) sistem sosial; dan (d) sistem pendukung. 5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. 2.4 Pembelajaran Berbasis Masalah/Problem Based Learning (PBL) Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya serta mampu mengembangkan ketrampilan berfikir. Menurut Rusman (2011) salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya ketrampilan berfikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (disingkat PBM). Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa diajarkan keterampilanketerampilan khusus agar dapat bekerja sama di dalam kelompoknya. Siswa diberi lembar kegiatan yang berisi tentang pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan. Perlu ditekankan kepada siswa bahwa

5 11 mereka belum boleh mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggot kelompoknya menyelesaikan tugasnya (Suyatmi, 2008). Menurut Moffit (2002) dalam Rusman (2011), pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah. Masalahmasalah tersebut menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami prinsip, dan mengembangkan keterampilan yang berbeda dengan pembelajaran pada umumnya. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: 1. permasalahan menjadi starting point dalam belajar 2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan di dunia nyata. 3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda 4. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar 5. Belajar pengarahan diri menjadi hal utama 6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM 7. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif

6 12 8. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan 9. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar 10. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. Menurut Ismail (2002) dalam Rusman (2011), langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: Fase Aspek Tingkah Laku Guru 1 Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logisti yang diperlukan dan memotifasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar 3 Membimbing pengalaman individual/kelompok 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Menurut Sanjaya (2006), model pembelajaran berbasis masalah memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut:

7 13 1. Keunggulan a) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran. b) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. c) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. d) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. e) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. f) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. g) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. h) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. i) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

8 14 j) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. 2. Kelemahan a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. 2.5 Hasil Penelitian Tindakan Kelas Terdahulu Beberapa hasil penelitian dibidang pendidikan selama ini berorientasi pada peningkatan mutu pembelajaran. Suyatmi (2008), melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajara Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Binangun. Hasilnya yaitu kemampuan komunikasi siswa mengalami peningkatan yang tinggi, hal ini juga berakibat pada meningkatnya hasil belajar siswa. Sementara itu, Toifah (2011), menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar biologi di SMA Negeri

9 15 Banyumas. Hasil yang diperoleh yaitu hasil belajar biologi siswa kelas IX IPA 4 SMA Negeri Banyumas dapat ditingkatkan. Penelitian lain yaitu, Kristiyani (2008) melakukan penelitian menguji efektivitas metode PBL pada mata kuliah psikologi kepribadian, hasilnya yaitu dengan menggunakan metode PBL terjadi peningkatan kesenangan belajar dibandingkan dengan menggunakan metode tradisional.

10 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIIB SMP Muhammadiyah Sokaraja Kabupaten Banyumas pada semester genap tahun ajaran 2011/ Subyek Penelitian Subyek penelitian yaitu anak didik kelas VIIB SMP Muhammadiyah Sokaraja, dengan jumlah 36 anak didik yang terdiri dari 19 perempuan dan 17 laki-laki. 3.3 Data dan Sumber Data 1. Data Rincian data dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian adalah: Tabel 3.1 Sumber data dan data No Sumber Data Data 1 Siswa 1) Aktivitas siswa khususnya aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan berargumentasi. 2) Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 3) Respon dan pendapat siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 16

11 Indikator aktivitas Indikator aktivitas digunakan untuk mengetahui pencapaian aktivitas yang diamati tertera dalam tabel berikut: Tabel 3.2 Indikator Aktivitas Kemampuan Argumentasi Siklus I Pertemuan 1 No Indikator Kemampuan Argumentasi Indikator Aktivitas 1 Kemampuan Bertanya 1. Siswa mampu bertanya mengenai materi satuan-satuan dalam ekosistem. 2. Siswa mampu bertanya mengenai materi faktor biotik. 3. Siswa mampu bertanya mengenai materi faktor abiotik dalam ekosistem. 4. Siswa mampu bertanya tapi tidak sesuai materi yang sedang dibahas. 5. Siswa mampu bertanya berulang kali. 2 Kemampuan menjawab 1. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan pertanyaan oleh guru. 2. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman mengenai materi satuan-satuan ekosistem. 3. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi faktor abiotik dalam ekosistem. 4. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi faktor biotik dalamekosistem. 3 Kemampuan menyampaikan pendapat 5. Siswa mampu menjawab pertanyaan berulang kali 1. Siswa mampu menyampaikan pendapat kepada teman pada saat diskusi kelas. 2. Siswa mampu menyampaikan pendapat mengenai materi satuan-satuan ekosistem. 3. Siswa mampu menyampaikan pendapat mengenai Kriteria SB (Sangat Baik) : Jika siswa mampu menguasai 5 indikator dari 5 indikator. B (Baik) : Jika siswa mampu menguasai 4 indikator dari 5 indikator. C (Cukup) : Jika siswa mampu menguasai 3 indikator dari 5 indikator. K ( Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 2 indikator dari 5 indikator. SK (Sangat Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 1 indikator dari 5 indikator.

12 18 4 Kemampuan menyanggah 5 Kemampuan Mempresentasikan 6 Kemampuan Menjelaskan materi faktor abiotik pada ekosistem. 4. Siswa mampu menyampaikan pendapat mengenai materi faktor bioti dalam ekosistem. 5. Siswa mampu menyampaikan pendapat berulang kali. 1. Siswa mampu menyanggah pendapat teman. 2. Siswa mampu menyanggah pendapat guru. 3. Siswa mampu menyanggah dengan jelas. 4. Siswa mampu menyanggah dengan disertai alasan yang logis. 5. Siswa mampu menyanggah berulang kali. 1. Siswa mampu mempresentasikan dengan berani/tidak malu-malu. 2. Siswa mampu mempresentasikan dengan membaca buku. 3. Siswa mampu mempresentasikan tanpa membaca buku. 4. Siswa mampu mempresentasikan dengan jelas. 5. Siswa mampu mempresentasikan berulang kali. 1. Siswa mampu menjelaskan materi satuan-satuan dalam ekosistem 2. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi faktor biotik dalam ekosistem. 3. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi faktor abiotik dalam ekosistem. 4. Siswa mampu menjelaskan jawaban permasalahan yang ada di LKS. 5. Siswa mampu menjelaskan berulang kali.

13 19 Tabel 3.3 Indikator Aktivitas Kemampuan Argumentasi Siklus I Pertemuan 2 No Indikator Kemampuan Argumentasi Indikator Aktivitas 1 Kemampuan Bertanya 1. Siswa mampu bertanya mengenai materi rantai makanan dan jaring-jaring makanan. 2. Siswa mampu bertanya mengenai materi pola interaksi organisme. 3. Siswa mampu bertanya mengenai materi simbiosis. 4. Siswa mampu bertanya tapi tidak sesuai materi yang sedang dibahas. 5. Siswa mampu bertanya berulang kali. 2 Kemampuan menjawab 1. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan pertanyaan oleh guru. 2. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman mengenai materi rantai makanan. 3. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi pola interaksi. 4. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi simbiosis. 3 Kemampuan menyampaikan pendapat 5. Siswa mampu menjawab pertanyaan berulang kali. 1. Siswa mampu menyampaikan pendapat kepada teman pada saat diskusi kelas. 2. Siswa mampu menyampaikan pendapat mengenai materi rantai makanan.. 3. Siswa mampu menyampaikan pendapat mengenai materi pola interaksi. 4. Siswa mampu menyampaikan pendapat mengenai Kriteria SB (Sangat Baik) : Jika siswa mampu menguasai 5 indikator dari 5 indikator. B (Baik) : Jika siswa mampu menguasai 4 indikator dari 5 indikator. C (Cukup) : Jika siswa mampu menguasai 3 indikator dari 5 indikator. K ( Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 2 indikator dari 5 indikator. SK (Sangat Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 1 indikator dari 5 indikator.

14 20 4 Kemampuan menyanggah 5 Kemampuan Mempresentasikan 6 Kemampuan Menjelaskan materi simbiosis. 5. Siswa mampu menyampaikan pendapat berulang kali. 1. Siswa mampu menyanggah pendapat teman. 2. Siswa mampu menyanggah pendapat guru. 3. Siswa mampu menyanggah dengan jelas. 4. Siswa mampu menyanggah dengan disertai alasan yang logis. 5. Siswa mampu menyanggah berulang kali. 1. Siswa mampu mempresentasikan dengan berani/tidak malu-malu. 2. Siswa mampu mempresentasikan dengan membaca buku. 3. Siswa mampu mempresentasikan tanpa membaca buku. 4. Siswa mampu mempresentasikan dengan jelas. 5. Siswa mampu mempresentasikan berulang kali. 1. Siswa mampu menjelaskan materi rantai makanan dan jarring-jaring makanan. 2. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi pola interaksi. 3. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi simbiosis. 4. Siswa mampu menjelaskan jawaban permasalahan yang ada di LKS. 5. Siswa mampu menjelaskan berulang kali.

15 21 Tabel 3.4 Indikator Aktivitas Kemampuan Argumentasi Siklus II Pertemuan 1 No Indikator Kemampuan Argumentasi Indikator Aktivitas 1 Kemampuan Bertanya 1. Siswa mampu bertanya mengenai materi keanekaragaman makhluk hidup. 2. Siswa mampu bertanya mengenai materi species langka dan dilindungi di Indonesia. 3. Siswa mampu bertanya mengenai materi punahnya hewan dan tumbuhan di dunia. 4. Siswa mampu bertanya tapi tidak sesuai materi yang sedang dibahas. 5. Siswa mampu bertanya berulang kali. 2 Kemampuan menjawab 1. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pertanyaan guru. 2. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman mengenai materikeanekaragaman makhluk hidup. 3. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi species langka dan dilindungi di Indonesia. 4. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi punahnya hewan dan tumbuhan didunia. 3 Kemampuan menyampaikan pendapat 5. Siswa mampu menjawab pertanyaan berulang kali 1. Siswa mampu menyampaikan pendapat kepada teman pada saat diskusi kelas. 2. Siswa mampu menyampaikan pendapat dengan jelas. 3. Siswa mampu menyampaikan pendapat dengan berani/tidak malu-malu. 4. Siswa mampu menyampaikan pendapat tanpa ditunjuk Kriteria SB (Sangat Baik) : Jika siswa mampu menguasai 5 indikator dari 5 indikator. B (Baik) : Jika siswa mampu menguasai 4 indikator dari 5 indikator. C (Cukup) : Jika siswa mampu menguasai 3 indikator dari 5 indikator. K ( Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 2 indikator dari 5 indikator. SK (Sangat Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 1 indikator dari 5 indikator.

16 22 4 Kemampuan menyanggah 5 Kemampuan Mempresentasikan 6 Kemampuan Menjelaskan terlebih dahulu. 5. Siswa mampu menyampaikan pendapat berulang kali. 1. Siswa mampu menyanggah pendapat teman. 2. Siswa mampu menyanggah pendapat guru. 3. Siswa mampu menyanggah dengan jelas. 4. Siswa mampu menyanggah dengan disertai alasan yang logis. 5. Siswa mampu menyanggah berulang kali. 1. Siswa mampu mempresentasikan dengan berani/tidak malu-malu. 2. Siswa mampu mempresentasikan dengan membaca buku. 3. Siswa mampu mempresentasikan tanpa membaca buku. 4. Siswa mampu mempresentasikan dengan jelas. 5. Siswa mampu mempresentasikan berulang kali. 1. Siswa mampu menjelaskan materi keanekaragaman makhluk hidup 2. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi species langka dan dilindungi di Indonesia. 3. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi materi punahnya hewan dan tumbuhan di dunia. 4. Siswa mampu menjelaskan jawaban permasalahan yang ada di LKS. 5. Siswa mampu menjelaskan berulang kali.

17 23 Tabel 3.5 Indikator Aktivitas Kemampuan Argumentasi Siklus II Pertemuan 2 No Indikator Kemampuan Argumentasi Indikator Aktivitas 1 Kemampuan Bertanya 1. Siswa mampu bertanya mengenai materi punahnya hewan langka di Indonesia. 2. Siswa mampu bertanya mengenai materi pelestarian In Situ.. 3. Siswa mampu bertanya mengenai materi pelestarian Ex Situ. 4. Siswa mampu bertanya tapi tidak sesuai materi yang sedang dibahas. 5. Siswa mampu bertanya berulang kali. 2 Kemampuan menjawab 1. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pertanyaan guru. 2. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman mengenai materi punahnya hewan langka di Indonesia. 3. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi pelestarian In Situ. 4. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi pelestarian Ex Situ. 3 Kemampuan menyampaikan pendapat 5. Siswa mampu menjawab pertanyaan berulang kali 1. Siswa mampu menyampaikan pendapat kepada teman pada saat diskusi kelas. 2. Siswa mampu menyampaikan pendapat dengan jelas. 3. Siswa mampu menyampaikan pendapat dengan berani/tidak malu-malu. Kriteria SB (Sangat Baik) : Jika siswa mampu menguasai 5 indikator dari 5 indikator. B (Baik) : Jika siswa mampu menguasai 4 indikator dari 5 indikator. C (Cukup) : Jika siswa mampu menguasai 3 indikator dari 5 indikator. K ( Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 2 indikator dari 5 indikator. SK (Sangat Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 1 indikator dari 5 indikator.

18 24 4 Kemampuan menyanggah 5 Kemampuan Mempresentasikan 6 Kemampuan Menjelaskan 4. Siswa mampu menyampaikan pendapat tanpa ditunjuk terlebih dahulu. 5. Siswa mampu menyampaikan pendapat berulang kali. 1. Siswa mampu menyanggah pendapat teman. 2. Siswa mampu menyanggah pendapat guru. 3. Siswa mampu menyanggah dengan jelas. 4. Siswa mampu menyanggah dengan disertai alasan yang logis. 5. Siswa mampu menyanggah berulang kali. 1. Siswa mampu mempresentasikan dengan berani/tidak malu-malu. 2. Siswa mampu mempresentasikan dengan membaca buku. 3. Siswa mampu mempresentasikan tanpa membaca buku. 4. Siswa mampu mempresentasikan dengan jelas. 5. Siswa mampu mempresentasikan berulang kali. 1. Siswa mampu menjelaskan materi punahnya hewan langka di Indonesia. 2. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi pelestarian In Situ. 3. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi pelestarian Ex Situ. 4. Siswa mampu menjelaskan jawaban permasalahan yang ada di LKS. 5. Siswa mampu menjelaskan berulang kali.

19 25 Tabel 3.6 Indikator Aktivitas Kemampuan Argumentasi Siklus III Pertemuan 1 No Indikator Kemampuan Argumentasi Indikator Aktivitas 1 Kemampuan Bertanya 1. Siswa mampu bertanya mengenai materi kepadatan penduduk. 2. Siswa mampu bertanya mengenai materi dampak kepadatan penduduk. 3. Siswa mampu bertanya mengenai materi cara mengatasi ledakan penduduk. 4. Siswa mampu bertanya tapi tidak sesuai materi yang sedang dibahas. 5. Siswa mampu bertanya berulang kali. 2 Kemampuan menjawab 1. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan pertanyaan oleh guru. 2. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman mengenai materi kepadatan penduduk. 3. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi dampak kepadatan penduduk. 4. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi cara mengatasi ledakan penduduk. 3 Kemampuan menyampaikan pendapat 5. Siswa mampu menjawab pertanyaan berulang kali 1. Siswa mampu menyampaikan pendapat kepada teman pada saat diskusi kelas. 2. Siswa mampu menyampaikan pendapat dengan jelas. 3. Siswa mampu menyampaikan pendapat dengan berani/tidak malu-malu. 4. Siswa mampu menyampaikan pendapat tanpa ditunjuk Kriteria SB (Sangat Baik) : Jika siswa mampu menguasai 5 indikator dari 5 indikator. B (Baik) : Jika siswa mampu menguasai 4 indikator dari 5 indikator. C (Cukup) : Jika siswa mampu menguasai 3 indikator dari 5 indikator. K ( Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 2 indikator dari 5 indikator. SK (Sangat Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 1 indikator dari 5 indikator.

20 26 4 Kemampuan menyanggah 5 Kemampuan Mempresentasikan 6 Kemampuan Menjelaskan terlebih dahulu. 5. Siswa mampu menyampaikan pendapat berulang kali. 1. Siswa mampu menyanggah pendapat teman. 2. Siswa mampu menyanggah pendapat guru. 3. Siswa mampu menyanggah dengan jelas. 4. Siswa mampu menyanggah dengan disertai alasan yang logis. 5. Siswa mampu menyanggah berulang kali. 1. Siswa mampu mempresentasikan dengan berani/tidak malu-malu. 2. Siswa mampu mempresentasikan dengan membaca buku. 3. Siswa mampu mempresentasikan tanpa membaca buku. 4. Siswa mampu mempresentasikan dengan jelas. 5. Siswa mampu mempresentasikan berulang kali. 1. Siswa mampu menjelaskan materi kepadatan penduduk. 2. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi danpak kepadatan penduduk. 3. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi upaya mengatasi ledakan penduduk. 4. Siswa mampu menjelaskan jawaban permasalahan yang ada di LKS. 5. Siswa mampu menjelaskan berulang kali.

21 27 Tabel 3.7 Indikator Aktivitas Kemampuan Argumentasi Siklus III Pertemuan 2 No Indikator Kemampuan Argumentasi Indikator Aktivitas 1 Kemampuan Bertanya 1. Siswa mampu bertanya mengenai materi pengelolaan lingkungan. 2. Siswa mampu bertanya mengenai materi pencemaran. 3. Siswa mampu bertanya mengenai materi kerusakan hutan. 4. Siswa mampu bertanya tapi tidak sesuai materi yang sedang dibahas. 5. Siswa mampu bertanya berulang kali. 2 Kemampuan menjawab 1. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan pertanyaan oleh guru. 2. Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman mengenai materi pengelolaan lingkungan. 3. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi pencemaran. 4. Siswa mampu menjawab pertanyaan mengenai materi kerusakan hutan. 3 Kemampuan menyampaikan pendapat 5. Siswa mampu menjawab pertanyaan berulang kali 1. Siswa mampu menyampaikan pendapat kepada teman pada saat diskusi kelas. 2. Siswa mampu menyampaikan pendapat dengan jelas. 3. Siswa mampu menyampaikan pendapat dengan berani/tidak malu-malu. 4. Siswa mampu menyampaikan pendapat tanpa ditunjuk terlebih dahulu. Kriteria SB (Sangat Baik) : Jika siswa mampu menguasai 5 indikator dari 5 indikator. B (Baik) : Jika siswa mampu menguasai 4 indikator dari 5 indikator. C (Cukup) : Jika siswa mampu menguasai 3 indikator dari 5 indikator. K ( Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 2 indikator dari 5 indikator. SK (Sangat Kurang) : Jika siswa mampu menguasai 1 indikator dari 5 indikator.

22 28 4 Kemampuan menyanggah 5 Kemampuan Mempresentasikan 6 Kemampuan Menjelaskan 5. Siswa mampu menyampaikan pendapat berulang kali. 1. Siswa mampu menyanggah pendapat teman. 2. Siswa mampu menyanggah pendapat guru. 3. Siswa mampu menyanggah dengan jelas. 4. Siswa mampu menyanggah dengan disertai alasan yang logis. 5. Siswa mampu menyanggah berulang kali. 1. Siswa mampu mempresentasikan dengan berani/tidak malu-malu. 2. Siswa mampu mempresentasikan dengan membaca buku. 3. Siswa mampu mempresentasikan tanpa membaca buku. 4. Siswa mampu mempresentasikan dengan jelas. 5. Siswa mampu mempresentasikan berulang kali. 1. Siswa mampu menjelaskan materi pengelolaan lingkungan. 2. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi pencemaran. 3. Siswa mampu menjelaskan mengenai materi kerusakan hutan. 4. Siswa mampu menjelaskan jawaban permasalahan yang ada di LKS. 5. Siswa mampu menjelaskan berulang kali.

23 Indikator Kinerja Untuk mengetahui pencapaian aktivitas yang diharapkan maka ditentukan indikator kinerja sebagai berikut: Tabel 3.8 Indikator Kemampuan Argumentasi No Indikator Kemampuan Berargumentasi Siswa Indikator (%) Siklus I Indikator (%) Siklus II Indikator (%) Siklus III 1 Kemampuan bertanya Kemampuan menjawab pertanyaan Kemampuan menyampaikan pendapat Kemampuan menyanggah pendapat Kemampuan menjelaskan Kemampuan mempresentasikan Indikator kinerja diatas, ditentukan untuk kategori minimal Baik (B), dan penentuan kriteria tersebut berdasarkan pada kemampuan awal siswa yang dilihat dari hasil UTS dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi. 3.6 Indikator Prestasi Belajar Indikator prestasi belajar ditentukan berdasarkan kriteria ketuntasan minimal di SMP Muhammadiyah Sokaraja yaitu sebesar 70. Siswa dengan nilai < 70 tidak tuntas belajarnya dan siswa dengan nilai 70 telah tuntas belajarnya. Indikator ketuntasan klasikal siswa mencapai 65%.

24 Teknik Pengumpulan data Untuk memperoleh data digunakan cara sebagai berikut : 1. Aktivitas Berargumentasi Siswa Data aktivitas berargumentasi siswa didapat dengan cara observasi dikelas dengan menggunakan instrument lembar observasi (Lampiran 6). Adapun aktivitas siswa yang diamati antara lain kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan, kemampuan menyampaikan pendapat, kemampuan menyanggah pendapat, kemampuan menjelaskan dan kemampuan mempresentasikan. 2. Hasil belajar Data hasil belajar didapat dengan menggunakan instrument tes. Tes yang digunakan adalah pretes (Lampiran 4) pada awal pertemuan dan post tes (Lampiran 5) pada akhir siklus. Pretes digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari, sedangkan post tes diberikan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. 3. Respon dan Tanggapan siswa Data berupa respon dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah didapat dengan menggunakan instrument angket (Lampiran 7).

25 Teknik Analisis 1. Observasi aktifitas siswa Data hasil penskoran observasi aktivitas siswa di kelas dihitung pada setiap indikator pengamatan dengan menggunakan rumus : P : x 100 % (Purwanto, 2010) Keterangan: P : Jumlah persentase siswa yang melakukan aktivitas belajar R : Jumlah siswa yang melakukan aktivitas belajar T : Jumlah keseluruhan siswa yang belajar 2. Observasi Hasil Belajar Hasil dari pretest dan posttest dicari rata-rata kelas dan ketuntasan belajar secara klasikal untuk dapat diketahui peningkatannya. Rumus untuk menghitung rerata kelas adalah sebagai berikut : Rata- rata kelas : (Arikunto, 2005) Keterangan : X = Nilai mentah yang dimiliki subyek N = Banyaknya subjek yang memiliki nilai Sedangkan untuk menetahui ketuntasan kelas secara klasikal menggunakan rumus: NP = x 100 % (Purwanto, 2010) Keterangan : NP = Nilai persen yang dicari R = Jumlah siswa yang mendapat nilai 70 SM = jumlah seluruh siswa 3. Respon dan tanggapan siswa

26 32 Data hasil angket dan wawancara dianalisis menggunakan rumus persentase sebagai berikut: Persentase (%) : N = jumlah responden seluruhnya x 100 % (Djamarah, 2005) Untuk dapat mengetahui kriteria dari hasil persentase menurut Arikunto (2005), adalah sebagai berikut : Jika memiliki kesesuaian %: Sangat baik Jika memiliki kesesuaian % : Baik Jika memiliki kesesuaian % : Cukup Jika memiliki kesesuaian % : Kurang Jika memiliki kesesuaian 0 20 % : Kurang sekali 3.9 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan kelas dengan menggunakan desain PTK Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus, setiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu : (1). Perencanaan (planning) (2). Pelaksanaan (acting) (3). Pengamatan tindakan (observing) (4). Refleksi (Kunandar, 2009). Berikut adalah gambaran desain secara lengkap menurut Kemmis dan Taggart dalam Wiriaatmadja (2008) :

27 33 PLAN Siklus 1 REFLECT OBSERVEE ACT Siklus 2 REFLECT REVISED PLAN OBSERVE ACT Siklus ke-n Gambar 3.1. Siklus Model Kemmis dan Taggart. (Wiriaatmadja, 2008) 3.10 Rencana Tindakan Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Pada akhir siklus akan diadakan pos test untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam setiap siklus penelitian adalah sebagai berikut : Rencana Tindakan Siklus I 1. Tahap Persiapan (planning) Pada tahap perencanaan dilakukan kolaborasi antara peneliti bersama guru mata pelajaran untuk berdiskusi merencanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, dengan hasil sebagai berikut: 1) Menentukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) untuk

28 34 meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran biologi diantaranya berupa RPP dan LKS. (Lampiran 2 dan 3) 2) Menyusun kelompok belajar siswa kelas VII B dengan membagi siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. (Lampiran 1) 3) Menyusun instrument evaluasi pembelajaran berupa soal pre test dan post test beserta kunci jawaban soalnya. (Lampiran 4 dan Lampiran 5) 4) Menyusun lembar observasi yang berisi indikator kemampuan berargumentasi siswa. (Lampiran 6) 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Sesuai dengan kesepakatan guru dan peneliti, pada setiap siklus pembelajaran akan dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Peneliti/guru melaksanakan pembelajaran dengan mengacu pada RPP yang telah disiapkan, adapun materi yang akan diajarkan adalah materi Ekosistem. 3. Tahap Pengamatan tindakan (Observing) Pada tahap observasi, peneliti akan dibantu oleh guru dan 2 orang observer melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar obeservasi yang digunakan sebagai dasar pengamatan terhadap indikator yang diamati. 2 orang observer bertugas untuk mengamati aktivitas siswa. Pengamatan terhadap hasil belajar dilakukan melalui evaluasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada setiap akhir siklus. 4. Tahap Refleksi (Reflecting)

29 35 Pada tahap refleksi, hasil observasi dan evaluasi yang diperoleh akan dianalisis untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. Hasil refleksi digunakan untuk merencanakan tindakan pada sikus berikutnya, hal ini sebagai dasar untuk perbaikan disiklus selanjutnya antara lain: 1. Menyusun RPP yang dapat menggali kemampuan berargumentasi siswa melalui permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari. 2. Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang lebih bervariasi agar lebih menggali kemampuan berargumentasi siswa. 3. Proses pembelajaran lebih di maksimalkan pada pemberdayaan siswa agar kemampuan berargumentasi siswa lebih tergali Rencana Tindakan Siklus II 1. Tahap Persiapan (planning) Peneliti bersama guru melakukan koordinasi untuk mendiskusikan rencana kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan hasil sebagai berikut: 1) Menentukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran biologi diantaranya berupa RPP dan LKS. (Lampiran 2 dan 3) 2) Menyusun kelompok belajar siswa kelas VII B dengan membagi siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. (Lampiran 1) 3) Menyusun instrument evaluasi pembelajaran berupa soal pre test dan post test beserta kunci jawaban soalnya. (Lampiran 4 dan Lampiran 5)

30 36 4) Menyusun lembar observasi yang berisi indikator kemampuan berargumentasi siswa. (Lampiran 6) 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Sesuai dengan kesepakatan guru dan peneliti, pada setiap siklus pembelajaran akan dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Peneliti/guru melaksanakan pembelajaran dengan mengacu pada RPP yang telah disiapkan, adapun materi yang akan diajarkan adalah materi Keanekaragaman Makhluk Hidup. 3. Tahap Pengamatan tindakan (Observing) Pada tahap observasi, peneliti akan dibantu oleh guru dan 2 orang observer melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar obeservasi yang digunakan sebagai dasar pengamatan terhadap indikator yang diamati. 2 orang observer bertugas untuk mengamati aktivitas siswa. Pengamatan terhadap hasil belajar dilakukan melalui evaluasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada setiap akhir siklus. 4. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap refleksi, hasil observasi dan evaluasi yang diperoleh akan dianalisis untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. Hasil refleksi digunakan untuk merencanakan tindakan pada sikus berikutnya, hal ini sebagai dasar untuk perbaikan disiklus selanjutnya antara lain: 4. Menyusun RPP yang dapat menggali kemampuan berargumentasi siswa melalui permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari.

31 37 5. Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang lebih bervariasi agar lebih menggali kemampuan berargumentasi siswa. 6. Proses pembelajaran lebih di maksimalkan pada pemberdayaan siswa agar kemampuan berargumentasi siswa lebih tergali Rencana Tindakan Siklus III 1. Tahap Persiapan (planning) Peneliti bersama guru melakukan koordinasi untuk mendiskusikan rencana kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan hasil sebagai berikut: 1) Menentukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran biologi diantaranya berupa RPP dan LKS. (Lampiran 2 dan 3) 2) Menyusun kelompok belajar siswa kelas VII B dengan membagi siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. (Lampiran 1) 3) Menyusun instrument evaluasi pembelajaran berupa soal pre test dan post test beserta kunci jawaban soalnya. (Lampiran 4 dan Lampiran 5) 5) Menyusun lembar observasi yang berisi indikator kemampuan berargumentasi siswa. (Lampiran 6) 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Sesuai dengan kesepakatan guru dan peneliti, pada setiap siklus pembelajaran akan dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Peneliti/guru melaksanakan pembelajaran dengan mengacu pada RPP yang telah disiapkan, adapun materi yang

32 38 akan diajarkan adalah materi Kepadatan Populasi dan Kerusakan Lingkungan. 3. Tahap Pengamatan tindakan (Observing) Pada tahap observasi, peneliti akan dibantu oleh guru dan 2 orang observer melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar obeservasi yang digunakan sebagai dasar pengamatan terhadap indikator yang diamati. 2 orang observer bertugas untuk mengamati aktivitas siswa. Pengamatan terhadap hasil belajar dilakukan melalui evaluasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada setiap akhir siklus. 4. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap refleksi, hasil observasi dan evaluasi yang diperoleh akan dianalisis untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. Hasil refleksi digunakan untuk merencanakan tindakan pada sikus berikutnya.

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Setting Penelitian 3.1.1. Setting Waktu Pelaksanaan penelitian direncanakan berlangsung dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2012. Adapun jadwal penelitian adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB III. model yang mudah dipahami dan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan

BAB III. model yang mudah dipahami dan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode penelitian deskriftif analisis dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dimana dalam pelaksanaanya, dilaksanakan dalam 3 siklus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berusaha menerapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis penelitian tindakan 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46) mengemukakan PTK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIIIA SMP N 2 Sokaraja Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Alasan melaksanakn

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Sedangkan model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action research (CAR).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan Kelas atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Arikunto

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan Kelas atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Arikunto BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Arikunto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research.

BAB III METODE PENELITIAN. pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani (2007:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research, yaitu penelitian kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action BAB III METODE PENELITIAN A Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) atau biasa disingkat PTK. PTK adalah suatu penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Metode adalah cara yang teratur dan terorganisir dengan baik yang hendak ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Metode penelitian merupakan cara yang ditempuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan Classroom Action

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting 3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Surabaya yang terletak di jalan Danau Towuti Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berusaha menerapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 9 Metro Barat. Penelitian dilaksanakan di kelas IVA semester ganjil Tahun. pelaksanaan sampai dengan tahap penyimpulan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 9 Metro Barat. Penelitian dilaksanakan di kelas IVA semester ganjil Tahun. pelaksanaan sampai dengan tahap penyimpulan. 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan peneliti secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SDN 9

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas dengan model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research, yaitu satu action research yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research, yaitu satu action research yang 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), dalam bahasa Inggris penelitian tindakan kelas sering disebut dengan classroom action

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian, refleksi diri, dan tindakan terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognisi siswa kelas III

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Classroom Action Research. PTK merupakan penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Classroom Action Research. PTK merupakan penelitian yang dilakukan 27 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dikenal dengan Classroom Action Research. PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR). Menurut (Arikunto dkk, 2009,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2)

BAB III METODE PENELITIAN. terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2) BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian Sesuai dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan (action research) merupakan upaya pemecahan masalah atau suatu perbaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan 24 BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini dirancang dengan penelitian tindakan kelas yang merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suharsimi (2012: 3) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitianan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan bentuk pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran problem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Setting Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian akan dilakukan di SMP Pasundan 6 Bandung. Sekolah ini berlokasi di Jalan Sumatera No. 41 Bandung 40117 2. Subjek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Wibawa (Taniredja, 2012, hlm.15) menemukakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Belakang dan Karakteristik Subyek Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang diterapkan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan model Penelitian Tindakan Kelas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 BANTARKAWUNG Rahma Tisa Nurpratiwi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei, semester genap tahun pelajaran

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei, semester genap tahun pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei, semester genap tahun pelajaran 2014/2015, bulan April 2015 bertempat di SMP Satya Dharma Sudjana, Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dirancang dan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK) atau class room action research (CAR). Hermawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini memungkinkan peneliti melakukan beberapa tindakan kelas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini memungkinkan peneliti melakukan beberapa tindakan kelas BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, penelitian ini memungkinkan peneliti melakukan beberapa tindakan kelas untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri secara kolaboratif dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri secara kolaboratif dan 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wardhani, (2007: 1.3) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yag dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil. saling terkait dan berkesinambungan, yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN. diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil. saling terkait dan berkesinambungan, yaitu : BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Wardani, dkk. (2008 : 14) mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan salah satu jenis penelitian yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Kunandar PTK adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27 39 BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian ini mempergunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2008)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah 2 Kalianda Lampung Selatan. 2. Kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah kelas VII 2 yang

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah 2 Kalianda Lampung Selatan. 2. Kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah kelas VII 2 yang BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat 1. Lokasi penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti adalah SMP Muhammadiyah 2 Kalianda Lampung Selatan 2. Kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan 51 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan subyek/obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan subyek/obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak 32 BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985) II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Sebelum kita mengetahui pengertian kemampuan pemecahan masalah, terlebih dahulu kita harus mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research (CAR). Menurut Tarigan (2011: 103), penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research (CAR). Menurut Tarigan (2011: 103), penelitian 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kaji tindak lanjut dengan menggunakan pedoman yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lazim dikenal dengan Classroom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajarmerupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat IPA Ilmu sains merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Kelas atau PTK. Kemmis (Atmadja, 2008:12) menjelaskan bahwa:

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Kelas atau PTK. Kemmis (Atmadja, 2008:12) menjelaskan bahwa: BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas atau PTK. Kemmis (Atmadja, 2008:12) menjelaskan bahwa: Penelitian

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VIII PUTRA SMP IT MASJID SYUHADA Ifut Riati Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dirancang dengan menggunakan metode penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dirancang dengan menggunakan metode penelitian tindakan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dirancang dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Prosedur penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III mendeskripsikan metode, model, subjek penelitian, prosedur, alat instrumen, dan analisis data pada penerapan model cooperative learning tipe Numbered Heads Together

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sekolah MA AL-FALAH Limboto khususnya kelas XI IPS dengan jumlah siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Sekolah MA AL-FALAH Limboto khususnya kelas XI IPS dengan jumlah siswa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting Penelitian 3.1.1 Penetapan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di Sekolah MA AL-FALAH Limboto khususnya kelas XI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh : ULLY FAKHRUNI NIM : F15111023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 22 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yang dilakukan dalam upaya memperbaiki pembelajaran

Lebih terperinci

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG Hj. TUTI NURYATI SMP Negeri 3 Subang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas tersebut. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Kasihani (Sukayati, 2008:7) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Kunandar (2011) PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Alasan peneliti memilih menggunakan penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian juga sering disebut metodologi yaitu cara-cara untuk mengumpulkan dan menganalisa data-data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang disebut juga dengan Classroom Action Research,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru menjelaskan PTK adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru menjelaskan PTK adalah suatu 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Menurut Kunandar dalam bukunya Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru menjelaskan PTK adalah suatu kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Setting dalam penelitian ini meliputi tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus penelitian yang diterangkan sebagai berikut : 1. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan teori-teori pendidikan pada masa ini adalah hal yang marak dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai pendidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut;

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut; III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Dan Prosedur Penelitian. Dalam penelitian ini akan digunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau class room action research (CAR).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau class room action research (CAR). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dirancang dan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK) atau class room action research (CAR). Hermawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal sebagai clasroom action

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal sebagai clasroom action 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal sebagai clasroom action research.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang layak untuk melakukan PTK adalah guru di kelasnya sendiri. Lebih rinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang layak untuk melakukan PTK adalah guru di kelasnya sendiri. Lebih rinci BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tahapan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, yaitu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu. pada metode yang digunakan oleh penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu. pada metode yang digunakan oleh penelitian. 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu masalah dalam penelitian (Ratna, 2004:20). Kualitas penelitian tegantung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani dkk, 2007: 13).

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani dkk, 2007: 13). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 51 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), menurut Isaac (1971) penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk mengubah perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Slungkep 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV sebanyak 22 siswa. 3.2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Metode, Bentuk dan Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Metode, Bentuk dan Rancangan Penelitian 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode, Bentuk dan Rancangan Penelitian a. Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau classroom

Lebih terperinci

B. Model Penelitian Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari beberapa model yaitu: Model PTK Kurt Lewin Model PTK Kemmis dan Mc Taggart

B. Model Penelitian Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari beberapa model yaitu: Model PTK Kurt Lewin Model PTK Kemmis dan Mc Taggart BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan latar belakang dan bidang kajian yang akan diteliti, maka metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode tersebut digunakan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk mencari pemecahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Istilah dalam bahasa Inggris dikenal Classroom Action Research (CAR).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan

Lebih terperinci