4. Memahami relasi atau hubungan bentuk dan makna 5. Memahami adanya perubahan makna 6. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip analisis semantik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. Memahami relasi atau hubungan bentuk dan makna 5. Memahami adanya perubahan makna 6. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip analisis semantik"

Transkripsi

1 SITI MULYANI

2 Deskripsi mata kuliah: Mahasiswa memahami konsep-konsep semantik seperti arti, makna, tipe makna, relasi bentuk dan makna, komponen dan kontras makna, perubahan makna, hubungan semantik dengan cabang linguistik yang lain. Standar Kompetensi: 1. Memahami pengertian semantik dan ruang lingkupnya 2. Memahami teorimakna, referensi, dan tipe makna 3. Memahami pengertian dan kajian semanti leksikal dan semantik struktural 4. Memahami relasi atau hubungan bentuk dan makna 5. Memahami adanya perubahan makna 6. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip analisis semantik

3 Strategi Perkuliahan Tatap Muka 1. Perkuliahan mimbar: tanya jawab, diskusi 2. Ujian tengah semester 3. Ujian semester Nontatap muka 1. Tugas individu 2. Tugas kelompok Referensi: 1. Aminuddin Pengantar Semantik. Bandung: Angkasa 2. Crus, D.A Lexical Semantics. Cambridge: Cambridge University Press 3. Kempson, Ruth M Semantics Theory, Cambridge: CUP 4. Lyons, John Semantics I,II. Cambridge: CUP 5. Palmer, FR Semantics. Cambridge: CPU 6. Slamet Mulyana Semantik. Jakarta: Fajar Bhakti 7. Verhaar, JWM. 1983: Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada UP 8. Allan, Keith Linguistics Meaning. London: Routledge and Kegan Paul Inc. 9. Parera, Jos Daniel Teori Seamntik. Jakarta: Erlangga

4 Etimologi kata semantik Bahasa Inggris: semantics bahasa Yunani, sema (nomina) tanda/ lambang semaino/ samaino (verba) menandai/berarti tanda/ lambang/ sema: tanda linguistik/ signe linguistique (Bahasa Perancis) Semantik: cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara tandatanda linguistik dengan hal-hal yang ditandai/ bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna/ ilmu tentang makna/ arti Semiotika: ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda (rambu-rambu lalu lintas, morse dll) Pemakai istilah makna pertama kali: Aristoteles ( sm) melalui pengertian kata ( kata satuan terkecil yang mengandung makna)

5 Tanda (bahasa Indonesia): bekas, tanda dengan yang ditandai bersifat langsung. Mis. lampu merah, suara adzan Lambang; tanda yang tidak secara langsung melainkan melalui sesuatu yang lain, bersifat konvensional, perjanjian, untuk mengetahui makna lambang harus mempelajari misalnya warna merah dan putih pada bendera. Bunyi bahasa termasuk lambang, untuk mengetahui makna meja (selain orang Indonesia) harus belajar Lambang bahasa/ lambang/tanda yang lain mewakili suatu konsep yang berada di dunia ide/ benak kita, misal kursi mewakili suatu konsep dalam benak kiita berupa benda yang biasa digunakan sebagai tempat duduk dengan wujud yang sedemikian rupa Simbol: berpadanan dengan kata lambang, kedua kata tersebut mewakili konsep yang sama meskipun distribusi penggunaannya berbeda

6 Tanda menurut Ferdinand De Saussure terdiri atas: a. Komponen yang mengartikan: bunyi bahasa b. Komponen yang diartikan: makna dari komponen pertama a dan b merupakan lambang/ tanda sedang sesuatu yang ditandai/ dilambangi berada di luar bahasa yang disebut referen/ hal yang ditunjuk Tanda linguistik makna yang diartikan [bunyi] yang mengartikan referen Yang menandai/ intralingual yang ditandai/ ekstralingual

7 Menurut Ogden dan Richard (1923) hubungan antara tanda/ lambang, konsep (ada di benak masyarakat dengan referen (sesuatu yang ditunjuk) nampak pada segitiga semantik berikut ini (segitiga Ogden dan Richard) Konsep/ makna Tanda/lambang/ simbol kata/leksem sesuatu yang ditunjuk (referen) Hubungan antara tanda/ lambang dengan konsep/ makna bersifat langsung, hubungan antara makna dengan referen / sesuatu yang ditunjuk bersifat langsung, namun hubungan antara tanda/ lambang dengan sesuatu yang ditunjuk tidak bersifat langsung.

8 Menurut Kamus linguistik makna adalah: 1. Maksud pembicara 2. Pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman, persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia 3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya 4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa Makna merupakan gejala dalam ujaran. Informasi merupakan gejala di luar ujaran, sedang maksud gejala luar ujaran. Beda informasi dan maksud adalah informasi sesuatu luar ujaran dilihat dari objeknya atau yang dibicarakan, sedangkan maksud dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara atau subjeknya

9 Kaidah Umum: 1. Hubungan antara tanda (kata/leksem)dengan referen bersifat arbitrer/ tidak ada hubungan wajib 2. Secara sinkronik makna sebuah kata /leksem tidak berubah, secara diakronik kemungkinan berubah ada 3. Bentuk-bentuk yang berbeda akan berbeda maknanya 4. Setiap bahasa memiliki sistem semantik yang berbeda dengan sistem semantik bahasa yang lain 5. Makna setiap kata dalam suatu bahasa dipengaruhi oleh pandangan hidup dan sikap anggota masyarakat 6. Luasnya makna yang dikandung sebuah bentuk gramatikal berbanding terbalik dengan luasnya bentuk tersebut makna kereta lebih luas dibandingkan dengan makna kereta api

10 Lambang/ kata adalah nama atau label dari sesuatu yang dilambangkannya. Penamaan: pemberian nama/ label terhadap sesuatu yang bersifat arbitrer dan konvensional Proses pemberian nama: 1. Peniruan bunyi; penamaan berdasarkan bunyi dari benda / sesuatu tersebut 2. Penyebutan bagian; penamaan sesuatu berdasarkan bagian dari sesuatu tersebut, ada dua macam pars pro toto (penyebutan bagian untuk keseluruhan: minta kopi di rumah makan) dan totem pro parte (penyebutan keseluruhan untuk bagian: HIJAU nganakake pentas wayang kulit) 3. Penyebutan sifat khas; terjadi transposisi makna dalam pemakaian (perubahan dari sifat menjadi benda), misalnya: si bongsor, lurik

11 4. Penemu dan pembuat; penamaan berdasarkan pembuat/ penemu ( appelativa) misal: mujair (petani bernama Mujair di Kediri), Volt (Volta/ sarjana fisika Italia), kodak / diesel/ciba/ aspirin (pabrik dan merek dagang = nama benda) 5. Tempat asal; penamaan bedasarkan asal benda tersebut, misalnya: kenari (pulau Kenari di Afrika), sarden (pulau Sardenia di Italia), soto Kudus, nasi Padang 6. Bahan; penamaan berdasarkan nama bahan pokok benda itu, misalnya kaca mata, kaca spion, kaca jendela, bambu runcing 7. Keserupaan; penamaan berdasarkan kesamaan sifat atau ciri dari makna leksikal kata itu, misalnya sikil meja, sikil kursi, kepala kantor, kepala surat, kepala paku 8. Pemendekan; penamaan berdasarkan hasil penggabungan unsur-unsur dari beberapa kata, ABRI, KONI, rudal, pemda 9. Penamaan baru; nama/ istilah baru diadakan untuk menggantikan nama lama yang dianggap kurang tepat, tidak rasional, kurang halus, kurang ilmiah, misalnya wisatawan turis/ pelancong, pramuwisma babu/ jongos

12 Jenis makna 1. Berdasarkan jenis semantiknya: makna leksikal dan makna gramatikal 2. Berdasrkan ada tidaknya referen: makna referensial dan makna nonreferensial 3. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa: makna denotatif dan makna konotatif 4. Berdasarkan ketepatan makna: makna kata dan makna istilah/ makna umum dan makna khusus 5. Berdasarkan ada tidaknya hubungan makna: makna konseptual dan makna asosiatif 6. Berdasarkan kriteria lain: makna idiomatik dan makna peribahasa, makna kolokatif, makna reflektif, makna kias

13 Makna Leksikal dan makna gramatikal Leksikal jenis katanya ajektif nominanya leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem ; satuan bentuk bahasa yang terkecil yang bermakna. Makna leksikal; makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata, makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, makna yang sungguhsungguh nyata dalam kehidupan kita. Makna leksikal suatu kata adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep seperti yang dilambangkan kata. Makna leksikal berkenaan dengan makna leksem/ makna sesuai dengan referennya. Misalnya: tikus adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus, Tikus iku mati kejiret. Tetapi dalam kalimat Sing dadi tikus ing kantorku wong njero, tikus tidak bermakna leksikal, tetapi bermakna gramatikal

14 Makna leksikal sering dipertentangkan dengan makna gramatikal Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika, seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Misalnya kata sapu (alat pembersih ruang): nyapu (melakukan pekerjaan dengan alat disebut bentuk dasar), sapu-sapu (banyak sapu), sapu jagad (nama sebuah do a) Selain itu makna suatu kata tergantung pada konteks kalimat/ konteks situasi, maka makna gramatikal juga disebut makna kontekstual atau makna situasional, sering juga disebut dengan makna struktural karena proses dan satuan-satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. Setiap bahasa mempunyai sarana/ alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna/ nuansa makna gramatikal. Misalnya dalam bahasa Jawa untuk menyatakan makna sangat dengan pengubahan vokal / diftongisasi

15 Makna Referensial dan makna non-referensial Pembedaan makna tersebut berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen (sesuatu di luar bahasa yang diacu/ ditunjuk) maka kata-kata tersebut termasuk kata yang bermakna referensial, namun apabila kata-kata itu tidak memiliki referen, maka kata tersebut termasuk kata yang bermakna non-referensial. Biasanya kata-kata yang termasuk kata-kata yang memiliki makna non-referensial adalah kosa kata yang termasuk dalam kata tugas (function word); kata yang terutama menyatakan hubungan gramatikal yang tidak dapat bersambung dengan afiks. Antara lain preposisi (ing, saka) konjungsi (nanging, jalaran), artikel (si, ponang), dan pronominal (aku, panjenengan).

16 Makna Denotatif dan makna Konotatif Pembedaan makna denotatif dan makna konotatif didasarkan pada ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata. Makna denotatif/ makna denotasional/ makna konseptual/ makna kognitif/ makna sebenarnya; makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya, makna yang mempunyai nilai rasa netral/ berkonotasi netral. Makna ini menyangkut informasi faktual objektif Sebuah kata mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai rasa, nilai rasa tersebut dapat berupa nilai rasa rendah/ buruk dapat pula berupa nilai rasa tinggi/ baik. Kata perempuan dan wanita merupakan dua kata yang mempunyai makna denotatif yang sama namun nilai rasa kedua kata tersebut berbeda, dewasa ini perempuan memiliki nilai rasa rendah sedang wanita memiliki nilai rasa tinggi dharma wanita gedung wanita, menteri urusan peranan wanita.

17 Dapat pula disebutkan bahwa makna denotatif adalah makna dasar/ makna asli/ makna pusat, sedang makna konotatif adalah makna tambahan dalam hal ini sifatnya memberi tambahan nilai rasa baik positif maupun negatif. Nilai rasa yang melekat pada sebuah kata dapat menjadi merosot akibat pemakaian kata tersebut dalam masyarakat tidak sesuai dengan makna denotasi/ makna yang sebenarnya dari kata tersebut, contoh kata kebijaksanaan Positif negatifnya makna juga karena digunakannya referen kata tersebut sebagai perlambang, bila referennya digunakan sebagai lambang positif maka akan bernilai rasa positif sebaliknya bila digunakan untuk lambang negatif maka akan bernilai rasa negatif ( lambang positif bunga melati, burung garuda, bunga kamboja, buaya merupakan lambang negatif maka akan bernilai rasa negatif.

18 Makna kata dan makna istilah Pembedaan makna kata dan makna istilah didasarkan pada ketepatan makna satuan lingual tersebut dalam penggunaannya secara umum dari secara khusus. Dalam pemakaian secara umum bersifat umum sehingga kata mempunyai makna, namun dalam bidang tertentu kata memiliki makna khusus karena makna yang terkandung adalah tetap dan pasti, misalnya kata tahanan masih bersifat umum, namun dalam bidang hukum istilah tahanan mempunyai makna orang yang ditahan sehubungan dengan kasus perkara, dalam bidang kelistrikan istilah tahanan bermakna daya yang menahan arus listrik. Namun ada unsur-unsur bahasa yang menjadi unsur bahasa umum karena frekuensi pemakaiannya tinggi, dan disebut istilah umum mempunyai makna luas. Dan ada istilah yang mempunyai makna khusus/ pengertian sempit. Misalnya kata melihat mempunyai makna umum, sedang mengintip, mengawasi, meninjau, melirik mengandung makna melihat dengan kondisi tertentu.

19 Makna Konseptual dan makna asosiatif Pembedaan makna konseptual dan asosiatif didasarkan pada ada tidaknya hubungan (asosiatif, reflektif) makna sebuah kata dengan makna kata yang lain. Leech membedakan makna atas makna konseptual dan makna asosiatif, yang termasuk dalam makna asosiatif adalah makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna reflektif, dan makna kolokatif Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan referennya, makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Dapat dikatakan makna konseptual sama dengan makna referensial, makna leksikal, dan makna denotatif

20 Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa. Makna asosiatif ini sama dengan perlambangperlambang yang digunakan masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Misalnya: melati berasosiasi dengan makna suci/ kesucian karena melati sebagai perlambang kesucian, merah berasosiasi dengan berani karena merah sebagai perlambang keberanian. Karena makna asosiasi berhubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang berlaku dalam masyarakat bahasa berarti berurusan dengan nilai rasa bahasa sehingga makna ini termasuk dalam makna konotatif Makna stilistika berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat. Sehingga dibedakan antara rumah, pondok, istana, keraton, kediaman, tempat tinggal; guru, dosen, pengajar, instruktur

21 Makna afektif berkenaan dengan perasaan pembicara pemakai bahasa secara pribadi, baik terhadap mitra tutur maupun terhadap objek yang dibicarakan. Makna afektif ini lebih terasa dalam bahasa lisan. Misalnya: Ayo padha dirungokake ana wong omong rame wae! Coba ta bab iki digatekake sapa ngerti ana gunane! Makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama sama sebuah frasa (ko = sama, lokasi = tempat). Misalnya kata endah, edi, peni, apik, asri kesemua kata tersebut mempunyai makna sama tetapi masingmasing kata tersebut terikat oleh kata-kata tertentu dalam suatu frasa. Sesawangan ing wanci sore ing pereng gunung iku katon asri. Tidak tepat bila; Sesawangan ing wanci sore ing pereng gunung iku katon peni.

22 Makna idiomatik ; idiom adalah satuan-satuan bahasa (kata, frasa, atau kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Misalnya; adus banyu wayu mandi dengan air yang didiamkan semalam, adus banyu anget mandi dengan menggunakan air hangat, adus kringet? (makna satuan lingual ini tidak berkaitan dengan makna leksikal maupun makna gramatikal unsur-unsurnya) Dalam bahasa Indonesia ada 2 jenis idiom: idiom penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsurunsurnya secara keseluruhan merupakan satu kesatuan dengan satu makna (meja hijau), idiom sebagian masih ada unsur yang memiliki makna leksikalnya sendiri (daftar hitam). Bagaimana dengan idiom dalam bahasa Jawa?

23 Makna idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa (kata, frasa, atau kalimat) yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Beda idiom, ungkapan, dan metafora Idiom dilihat dari segi makna ( menyimpangnya makna idiom dari makna leksikal dan makna gramatikal unsur pembentuknya Ungkapan dilihat dari segi ekspresi kebahasaan ; usaha penutur untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosinya dalam bentuk satuan bahasa tertentu yang dianggap paling tepat dan paling kena Metafora dilihat dari segi digunakannya sesuatu untuk memperbandingkan yang lain dari yang lain Misalnya; raja siang matahari, putri malam bulan, bunga bangsa pahlawan, raja singa nama penyakit

24 Jika dilihat dari segi makna, maka satuan lingual di atas termasuk idiom, jika dilihat dari segi ekspresi maka hal itu termasuk ungkapan, namun jika dilihat dari segi adanya perbandingan maka termasuk metafora. Peribahasa, makna unsur-unsur pembentuknya dapat diramalkan karena adanya asosiasi atau tautan antara makna leksikal dan makna gramatikal unsur-unsur pembentuk peribahasa dengan makna lain yang menjadi tautannya Misalnya dua orang yang tidak pernah akur/ damai diungkapkan dalam bentuk peribahasa kaya banyu karo lenga dalam kenyataan air dan minyak tidak bisa menyatu Peribahasa bersifat memperbandingkan sehingga sering disebut perumpamaan, sehingga dalam bahasa Jawa sering menggunakan kata bermakna umpama, misalnya kaya, kadya, lir, pindha

25 Relasi makna Dalam setiap bahasa kita temukan kosa kata yang maknanya berhubungan dengan makna kosa kata yang lain. Hubungan makna ini mungkin menyangkut kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonimi), ketercakupan makna, atau bisa hubungan yang lain. Sinonimi Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu syn dengan dan anoma nama. Sinonimi berarti nama lai untuk benda yang sama atau hal yang sama. Verhaar mendefinisikan sinonimi sebagai unngkapan (kata, frasa, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain

26 Hubungan makna kata yang bersinonim bersifat dua arah. Misalnya kata kembang bersinonim dengan puspa, maka puspa bersinonim dengan kembang kembang puspa Makna yang bersinonim tidak memiliki makna sama persis, yang hanyalah bagian aytau unsur-unsur tertentu. Misalnya kata mati dan seda, mati memiliki komponen makna (1) tidak bernyawa, (2) dapat dikenakan pada apa saja (manusia, binatang, pohon), seda memiliki komponen makna (1) tidak bernyawa, (2) hanya dikenakan pada manusia Ketidak biasaan saling menggantikan tersebut karena; a) faktor waktu, b) faktor tempat, c) faktor sosial, d) faktor bidang kegiatan, e) faktor nuansa makna

27 Wujud satuan bahasa yang bersinonim a. Sinonim morfem (bebas) dengan morfem (terikat), misalnya antara panjenengan dengan mu b. Sinonimkata dengan kata, misal mangan dengan dhahar c. Sinonim antara kata dengan frasa, misalnya kudu dengan ora oleh ora d. Sinonim antara frasa dengan frasa, misalnya bapak ibu dengan wong tuwa e. Sinonim antara kalimat dengan kalimat, misalnya ibu mundhut beras dengan beras dipundhut ibu Yang harus diperhatikan dalam sinonim: 1. Tidak semua kata memiliki sinonim 2. Kata yang bersinonim pada bentuk dasar tidak bersinonim pada bentuk jadian (benar betul) 3. Kata dalam arti sebenarnya tidak bersinonim tetapi dalam arti kiasan mempunyai sinonim (hitam - jahat, buruk) 4. Kata tidak mempunyai sinonim dalam bentuk dasar tetapi memiliki sinonim dalam bentuk jadian (kering- mengeringkan, menjemur

28 Antonimi dan Oposisi Kata antonimi berasal dari anti melawan dan onoma nama (bahasa Yunani kuna). Secara harafiah antonim berarti nama lain untuk benda yang lain pula. Secara semantik antonim berarti ungkapan yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain, biasanya disebut lawan kata sebetulnya yang berkebalikan itu maknanya. Antonim tidak bersifat mutlak melainkan beroposisi, oposisi tercakup konsep betul-betul berlawanan sampai yang hanya bersifat kontras, sehingga oposisi maknanya dapat dibedakan menjadi oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hierarkial, oposisi majemuk Oposisi mutlak, dalam antonim yang mengandung oposisi makna secara mutlak misalnya mati dan urip, obah lan meneng

29 Oposisi kutub, kata yang mempunyai oposisi makna kutub pertentangan maknanya tidak mutlak melainkan bersifat gradasi kutub A (sugih, panas, seneng, adoh) batas kutub B (mlarat, adhem, susah, cedhak) Kata-kata yang beroposisi kutub umumnya adalah kata-kata dari kelas adjektif. Oposisi hubungan; satuan lingual yang mempunyai oposisi relasional ini bersifat saling melengkapi, adanya suatu kata karena hadirnya kata lain yang menjadi oposisinya ( dodol tuku).

30 Oposisi hubungan dapat terjadi pada keta kerja dan dapat pula terjadi pada kata benda; maju-mundur, menehi-nampa, guru-murid, dokter-pasien Oposisi Hierarkial; makna satuan lingual yang beroposisi hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan. Kosa kata yang mempunyai oposisi hierarkial ini biasanya berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, isi) nama satuan hitungan, nama jenjang kepangkatan Misalnya: senti meter, gram ons Oposisi majemuk, satuan lingual yang mempunyai oposisi makna lebih dari satu satuan lingual Misalnya: lungguh - ngadeg, jengkeng, ndhodhok

31 Homonimi, homofoni, homografi Homonimi berasal dari kata homo sama dan onoma nama, homonimi: nama sama untuk benda atau hal lain Homonimi sebagai ungkapan yang bentuknya sama dengan ungkapan lain yang maknanya tidak sama Misalnya, bisa dalam bahasa Indonesia Kemungkinan penyebab adanya homonimi 1. Bentuk-bentuk yang berhomonimi itu berasal dari bahasa/ dialek yang berbeda. Misalnya, bisa (racun/ Indonesia) bisa (dapat / Jawa) 2. Bentuk-bentuk yang berhomonimi itu terjadi sebagai hasil proses morfologi. Misalnya, mengukur ( ukur, kukur) Beda homonimi, homofoni dan homografi? Cari contoh

32 Hiponimi dan hipernimi Hiponimi berasal dari kata hypo di bawah dan onoma nama, jadi nama yang termasuk di bawah nama lain Hiponimi: ungkapan yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain Ikan tongkol bandeng tenggiri teri mujair cakalang kohiponim Relasi leksikon yang berhiponim bersifat searah. Konsep hiponimi dan hipernimi mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna kata yang berada di bawah makna kata yang lain. Ada kata yang merupakan hipernimi terhadap sejumlah kata lain. Relasi ini mudah diterapkan pada leksikon berjenis benda.

33 Polisemi diartikan sebagai satuan lingual yang mempunyai makna lebih dari satu Misalnya: kepala (Indonesia) memiliki makna: 1. Bagian tubuh dari leher ke atas; kepala kambing 2. Bagian sesuatu yang letaknya di bagian atas/ depan/ yang penting; kepala surat, kepala kereta api 3. Bagian sesuatu yang berbentuk bulat; kepala jarum 4. Pemimpin/ ketua; kepala sekolah, kepala kantor 5. Jiwa/ orang; setiap kepala membayar Rp. 5000,- 6. Akal budi; badannya besar tetapi kepalanya kosong

34 Munculnya polisemi polisemi disebabkan leksikon memiliki komponen makna tidak hanya satu, masingmasing komponen makna berkembang menjadi makna tersendiri Apa bedanya homonimi dengan polisemi? Ambiguitas/ ketaksaan sering diartikan dengan satuan lingual yang bermakna ganda/ mendua arti Kegandaan makna dalam satuan lingual ini disebabkan karena adanya proses gramatik yang membentuk frasa atau satuan lingual yang lebih luas lagi Garwane pak lurah sing anyar pinter masak.

35 Perubahan makna Sebab-sebab perubahan makna 1. Perkembangan dalam ilmu dan teknologi; dalam perjalanan waktu satuan lingual tetap digunakan namun awalnya mengandung konsep yang sederhana berubah akibat perkembangan teknologi. Kerteta api (awal bertenaga uap sekarang bertenaga diesel/listrik) 2. Perkembangan sosial dan budaya; sarjana (orang pandai/ cendekiawan lulusan perguruan tinggi) 3. Perbedaan bidang pemakaian; bajak, garap dengan bentuk derivasinya (relasi polisemi karena masih ada pertautan makna dasar) 4. Adanya asosiasi; pemakaian satuan lingual diasosiasikan dengan sesuatu yang lain, asosiasi ini dapat berkenaan dengan wadah, waktu atau tempat (amplop/ uang sogok, 17 Agustusan/ HUT RI, Pakem/ tempat perawatan orang stres)

36 5. Pertukaran tanggapan indera; panca indera manusia sudah mempunyai tugas masing-masing untuk menangkap gejala yang berasal dari luar dirinya, misalnya rasa pait, manis diterima oleh alat perasa lidah, rangsangan yang menyangkut panas dingin, kasar dan halus ditetima oleh indera perasa kulit, gejala yang terakait dengan terang gelap diterima oleh indera mata, sedang yang berkenaan dengan bau-bauan diterima oleh indera penciuam (hidung) Namun dalam kehidupan sering dijumpai adanya pertukaran indera dalam menangkap rangsangan dari luar, misalnya pedhes seharusnya ditera oleh indera perasa lidah namun ditanggakap oleh indera pendengaran (swaramu iku pedhes dirungokake)

37 Perubahan makna sebagai akibat adanya pertukaran tanggapan indera ini disebut sinesthesia yang berasal darti kata sun sama dan aisthetikas tampak (Yunani) 6. Perbedaan tanggapan; karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan dalam masyarakat ada kata mengalami perubahan nilai rasa (dapat menjadi memiliki nilai rasa tinggi/ amelioratif atau menjadi memiliki nilai rasa rendah/ peyoratif) konotatif 7. Adanya pengembangan istilah; pembentukan istilah baru dengan memanfaatkan satuan lingual yang sudah ada dengan mengubah makna dapat menjadi lebih luas ataupun menjadi lebih sempit. Misalnya papan (Indonesia) lempengan kayu tipis lebar sekarang mempunyai makna perumahan.

38 Jenis perubahan 1. Meluas; makna satuan lingual berubah menjadi lebih luas 2. Menyempit; makna satuan lingual berubah menjadi lebih sempit/ khusus 3. Perubahan total, sene buang air kecil sumene istirahat 4. Penghalusan/ ufemia; dalam rangka penghalusan dimunculkan satual lingual baru yang mempunyai nilai rasa lebih halus batur abdi 5. Pengasaran kasusnya seperti dalam penghalusan, jadi memunculkan satuan lingual baru yang dapat memberikan nilai rasa lebih kasar dengan tujuan memberi tekanan/ untuk menunjukkan suasana tidak aramah atau untuk menunjukkan kejengkelan, namun kekasaran tidak terasa. Misalnya Tim olah raga saka RT 1 wis mlebu kothak.

39 Medan Makna Kata-kata dapat dikelompokkan yang maknanya saling berkaitan/ berdekatan karena sama-sama berada dalam bidang kegiatan atau keilmuan. Misalnya beras, minyak, gula, teh, kopi, susu, sabun mandi, sabun cuci pasta gigi dapat dikelompokkan menjadi satu karena semuanya terkait dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Namun kata dapat pula dikelompokkan atas dasar komponenkomponen makna tertentu sehingga akan nampak perbedaan dan persamaan makna antara kata yang satu dengan kata yang lain. Medan makna/ semantik field/ semantic domain; bagian sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan/ realitas alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksiokal yang maknanya berhubungan

40 Kata-kata yang berada dalam satu medan makna dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu golongan kolokasi dan golongan set Kolokasi adalah sejumlah kata yang berada bersama dalam satu tempat/ lingkungan dan bersifat sintakmatik (hubungan linier antara unsur-unsur bahasa dalam tataran tertentu). Misalnya, jaka bagus Set menunjuk hubungan paradigmatik (hubungan antara unsur-unsur bahasa dengan unsur lain di luar tingkat itu yang dapat saling dipertukarkan/menggantikan) Suatu set biasanya berupasekelompok unsur leksikal dari kelas yang sama yang nampak sebagai satu kesatuan Setiap leksikal dalam satu set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota dalam set tersebut.

41 Misalnya kita tahu batas suhu adhem, anget, panas. Pengelompokkan unsur leksikal berdasarkan kolokasi dan set dapat memberikan gambaran teori medan makna. Setiap unsur leksikal memiliki komponen makna masing-masing yang mungkin ada persamaan dan perbedaan. Komponen makna/ komponen semantik/ semantic feature/ semantic property/ semantic marker; setiap leksikal terdiri dari satu/ beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata/ makna unsur leksikal tersebut. Misalnya; bapak mengandung komponen makna : +insan, +dewasa, +jantan, dan +kawin, sedang ibu mengandung komponen makna +insan, +dewasa, + kawin, dan jantan Komponen makna Bapak Ibu Insan + + Dewasa + + Jantan + - kawin + +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA Ragam Makna/Jenis Makna Berdasarkan jenis semantiknya Makna leksikal Makna gramatikal Berdasarkan ada tidaknya referen suatu kata Makna referensial Makna nonreferensial

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama. Nama : Setyaningyan NIM : 1402408232 BAB 7 TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK Makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK Nama : Hasan Triyakfi NIM : 1402408287 BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK Dalam berbagai kepustakaan linguistik disebutkan bidang studi linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa juga merupakan

Lebih terperinci

7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK

7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK 7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK Hocket, seorang tokoh strukturalis menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri dari lima sub sistem,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Toko di Purwokerto, Kabupaten Banyumas dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya,

Lebih terperinci

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. SEMANTIK Pengantar Linguistik Umum 3 November 2014 APAKAH SEMANTIK ITU? 1 2 Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Menurut Ogden & Richards (1923), makna tanda bahasa dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Konsep Penamaan Rumah Makan di Daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas, tahun 2010 oleh Danang Eko Prasetyo. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Tempat Pemakaman Umum di Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASSAN TEORI

BAB II LANDASSAN TEORI 6 BAB II LANDASSAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Semantik Nama-Nama Hotel di Kawasan Lokawisata Baturraden, Kabupaten Banyumas. Karya Wilantika Apriliani Tahun 2016

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul Kajian Penamaan Tempat Fotokopi di Sekitar Lingkungan Kampus di Purwokerto Tahun 2015. Untuk membedakan penelitian sekarang dengan

Lebih terperinci

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS Endang Sri Maruti marutiendang@gmail.com Universitas PGRI Madiun Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan beberapa bentuk relasi makna

Lebih terperinci

BAB 7 TATARAN LINGUISTIK : SEMANTIK

BAB 7 TATARAN LINGUISTIK : SEMANTIK BAB 7 TATARAN LINGUISTIK : SEMANTIK Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua tataran yang bangun-membangun ini, makna berada di dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis.penamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti oleh peneliti- peneliti sebelumnya antara lain tentang analisis makna kata Ruh oleh Uswatun Hasanah (990704023),

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA UMB. Penulisan Kata (Diksi) Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

BAHASA INDONESIA UMB. Penulisan Kata (Diksi) Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi. Modul ke: BAHASA INDONESIA UMB Penulisan Kata (Diksi) Fakultas Psikologi Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Definisi Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata atau diksi adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Semantik Kata semantik atau semasiologi diturunkan dari kata Yunani semainein: bermakna atau berarti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BENTUK KATA DAN MAKNA

BENTUK KATA DAN MAKNA BENTUK DAN MAKNA BENTUK KATA DAN MAKNA 1. FONEM bunyi bahasa yang membedakan arti/ makna Contoh : /apēl/ dan /apəl/ /mental/ dan /məntal/ /s/ayur - /m/ayur /s/ : /m/ Fonem ada dua : Konsonan dan Vokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu cara manusia berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut interaksi sosial. Interaksi sosial ini dapat mengungkapkan perasaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kebudayaan Widhagdo (1988 : 21) menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupan. Semuanya

Lebih terperinci

Kata dan Gagasan a) Adaptasi dari Gorys Keraff. Pilihan Kata

Kata dan Gagasan a) Adaptasi dari Gorys Keraff. Pilihan Kata Kata dan Gagasan a) Adaptasi dari Gorys Keraff. Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (bisa fonologis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51) dalam bukunya yang berjudul Kosa Kata Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa makna kata ialah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut: Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini saya akan memperkenalkan teori-teori yang akan digunakan untuk menganalisis bab 3. 2.1 Semantik 意味論 Dalam menganalisis lagu, tidak dapat terlepas dari semantik. Keraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra juga merupakan wujud dari kebudayaan suatu bangsa dan salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama diri. Perbedaannya dengan

BAB II KAJIAN TEORI. pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama diri. Perbedaannya dengan BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang Berjudul Kajian Semantik Nama Diri Anak SD Negeri (Kelas Satu) di Eks Kota Administrasi Puwokerto Kabupaten Banyumas oleh Chandra Devani

Lebih terperinci

SILABUS DAN SAP MATA KULIAH

SILABUS DAN SAP MATA KULIAH SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : SEMANTIK BAHASA INDONESIA KODE : IN105 Dra.NunungSitaresmi, M.Pd. Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2013 Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek kajian lingustik. Menurut Kridalaksana (1983)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek kajian lingustik. Menurut Kridalaksana (1983) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek kajian lingustik. Menurut Kridalaksana (1983) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis BAHASA INDONESIA Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM Program Studi Akuntansi Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata-kata

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci. BAB 2 LANDASAN TEORI Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci. Pembicaraan mengenai teori dibatasi pada teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Teori-teori yang dimaksud sebagai

Lebih terperinci

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstrak Bahasa adalah sarana paling penting dalam masyarakat, karena bahasa adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 21

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan

Lebih terperinci

Makna dan Semantik. Modul 1 PENDAHULUAN

Makna dan Semantik. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Makna dan Semantik Abdul Chaer Liliana Muliastuti D PENDAHULUAN alam kehidupan kita sehari-hari kita sering mendengar dan juga menggunakan kata makna, (yang lazim disinonimkan dengan kata arti)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Robert Sibarani (1997: 65) mengemukakan, bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Setiap

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu

Bab 2. Landasan Teori. dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori kanyouku 慣用句 Kanyouku 慣用句 adalah suatu ungkapan yang maknanya tidak dapat diturunkan dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu makna

Lebih terperinci

REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN

REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN 2016 Sakrim Surel: sakrim.madura@yahoo.com ABSTRAK Pembuktian

Lebih terperinci

ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI)

ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI) ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI) Eka Susylowati, SS, M.Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstrak Metafora merupakan penggunaan bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. relevan, yaitu penelitian berjudul Kajian Semantik pada Syair Lagu Kesenian

BAB II LANDASAN TEORI. relevan, yaitu penelitian berjudul Kajian Semantik pada Syair Lagu Kesenian 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian Jenis-jenis Makna Kata Pada Lirik Lagu Banyumasan Ciptaan Bapak Rasito Purwo Pangrawit memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Setiap budaya memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai hal

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Setiap budaya memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai hal BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Memasak merupakan salah satu hal yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Setiap budaya memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai hal tersebut. Peristilahan

Lebih terperinci

SEMANTIK BAHASA INDONESIA. Astri Widyaruli Anggraeni, S.S., M.A

SEMANTIK BAHASA INDONESIA. Astri Widyaruli Anggraeni, S.S., M.A diktat kuliah SEMANTIK BAHASA INDONESIA Khusus Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Bahasa Daerah FKIP Universitas Muhammadiyah Jember FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah suatu hal yang amat lazim diperankan di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri, kegiatan berbahasa lisan hingga kini masih dipilih

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

Semantik NORDIN BIN TAHIR INSTITUT PENDIDIKAN GURU KAMPUS IPOH

Semantik NORDIN BIN TAHIR INSTITUT PENDIDIKAN GURU KAMPUS IPOH Semantik NORDIN BIN TAHIR INSTITUT PENDIDIKAN GURU KAMPUS IPOH Bahasa Fonetik Tatabahasa Semantik Sintaksis Morfologi 2 Pendahuluan: Semantik Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat sekitar. Ada dua cara

Lebih terperinci

JENIS MAKNA DAN PERUBAHAN MAKNA

JENIS MAKNA DAN PERUBAHAN MAKNA JENIS MAKNA DAN PERUBAHAN MAKNA Oleh: Muzaiyanah *) Abstract: Meaning is an integral part of the semantics and always sticks of what we Tell the. Meaning, a form of language that should be analyzed within

Lebih terperinci

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) A. Pengertian Kosakata PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) Guru Bahasa Indonesia SMAN 3 Parepare Kosakata menurut Kridalaksana (1993: 122) sama dengan leksikon. Leksikon adalah (1)

Lebih terperinci

kalimat dan makna materi bahan ajar cetak. Untuk itu, maka setelah mempelajari BBM ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan tentang:

kalimat dan makna materi bahan ajar cetak. Untuk itu, maka setelah mempelajari BBM ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan tentang: BBM 7 Ilmu Semantik Ilmu bahasa terdiri atas empat tataran, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dari keempat cabang ilmu tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu tata bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Idiom berasal dari bahasa Yunani yaitu idios yang berarti khas, mandiri,

BAB II KAJIAN TEORI. Idiom berasal dari bahasa Yunani yaitu idios yang berarti khas, mandiri, BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Idiom Idiom berasal dari bahasa Yunani yaitu idios yang berarti khas, mandiri, khusus atau pribadi. Menurut Keraf (2005:109) Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Makna Bahasa ialah sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan sehari-hari manusia

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA D I K S I. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas SISTEM INFORMASI. Program Studi SISTEM INFORMASI.

BAHASA INDONESIA D I K S I. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas SISTEM INFORMASI. Program Studi SISTEM INFORMASI. BAHASA INDONESIA Modul ke: D I K S I Fakultas SISTEM INFORMASI Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Pengertian Diksi Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar bahasa yang digunakan untuk memahami

Lebih terperinci

1.makna denotasi ; makna tersurat (cth-tangan,muka,hidung ;semuanya anggota badan) 2.makna konotasi ; makna tersirat (cth; bunga kemboja; kematian)

1.makna denotasi ; makna tersurat (cth-tangan,muka,hidung ;semuanya anggota badan) 2.makna konotasi ; makna tersirat (cth; bunga kemboja; kematian) Tajuk 2- Fitur Makna dalam Bahasa Melayu A.Sifat makna B.Kelas makna C.Lewah dalam makna A.Sifat makna Makna bersifat dinamis dan evolusi. Dinamis-boleh berubah-rubah Evolusi-boleh berkembang Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain dan berperan dalam perkembangan berbagai macam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Dwikustanti (2010) yang berjudul Sarkasme pada Wacana Spanduk

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Dwikustanti (2010) yang berjudul Sarkasme pada Wacana Spanduk 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini digunakan bagi penulis untuk memberikan referensi atau acuan, untuk membedakan antara penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak dapat lepas dari pemakaian bahasa, apalagi dalam kehidupan masyarakat. Peranan bahasa dalam hidup bermasyarakat sangat

Lebih terperinci

Kontribusi Penguasaan Semantik terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa IIPK Universitas Negeri Padang

Kontribusi Penguasaan Semantik terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa IIPK Universitas Negeri Padang Kontribusi Penguasaan Semantik terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa IIPK Universitas Negeri Padang Afnita Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang Abstract: This study aims to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Telah diketahui bahwa pemakaina bahasa diwujudkan dalam bentuk kata-kata dan kalimat.

Lebih terperinci

MAKNA REFERENSIAL PADA NAMA LAUNDRY DI KELURAHAN GONILAN, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO

MAKNA REFERENSIAL PADA NAMA LAUNDRY DI KELURAHAN GONILAN, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO MAKNA REFERENSIAL PADA NAMA LAUNDRY DI KELURAHAN GONILAN, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

MODUL. BAHASA dan SASTRA INDONESIA

MODUL. BAHASA dan SASTRA INDONESIA YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KATA DAN PEMAKNAANNYA DI BALIHO PARTAI POLITIK TAHUN 2014 SEBAGAI WAHANA MOTIVASI WARGA

ANALISIS KELAS KATA DAN PEMAKNAANNYA DI BALIHO PARTAI POLITIK TAHUN 2014 SEBAGAI WAHANA MOTIVASI WARGA Artikel Publikasi: ANALISIS KELAS KATA DAN PEMAKNAANNYA DI BALIHO PARTAI POLITIK TAHUN 2014 SEBAGAI WAHANA MOTIVASI WARGA Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. kita rasakan baik di dalam hati maupun pikiran. Begitu pula menurut Walija (1996 : 4),

Bab 1. Pendahuluan. kita rasakan baik di dalam hati maupun pikiran. Begitu pula menurut Walija (1996 : 4), Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sarana komunkasi utama untuk mengungkapkan segala sesuatu yang kita rasakan baik di dalam hati maupun pikiran. Begitu pula menurut Walija (1996 : 4),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

BAB II RELASI MAKNA DALAM BAHASA DAYAK DIALEK JANGKANG JUNGUR TANJUNG. penting dalam kehidupan manusia, bahasa tidak hanya dipergunakan dalam

BAB II RELASI MAKNA DALAM BAHASA DAYAK DIALEK JANGKANG JUNGUR TANJUNG. penting dalam kehidupan manusia, bahasa tidak hanya dipergunakan dalam 9 BAB II RELASI MAKNA DALAM BAHASA DAYAK DIALEK JANGKANG JUNGUR TANJUNG A. Relasi Makna 1. Hakikat dan Fungsi Bahasa Bahasa merupakan sarana komunikasi utama yang digunakan oleh manusia sebagai alat untuk

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA KELAS X Oleh: Dra. M.M. Lies Supriyantini

BAHASA INDONESIA KELAS X Oleh: Dra. M.M. Lies Supriyantini YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung 4214714 BAHASA INDONESIA KELAS X Oleh: Dra. M.M. Lies Supriyantini MODUL 5 KATA (PENGAYAAN KATA, PERTAUTAN KATA, & PERUBAHAN/PERGESERAN MAKNA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang teori-teori yang menjadi landasan

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang teori-teori yang menjadi landasan 10 BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang teori-teori yang menjadi landasan untuk memperkuat penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Teori-teori tersebut diambil dari penjelasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian Jenis-jenis Makna Istilah Bidang Ekonomi Makro-Mikro pada Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan manusia untuk mengerti satu sama lain. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat

Lebih terperinci

Mencermati Kata, Kalimat dan Paragraf dalam Penulisan Ilmiah (part 1) By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep

Mencermati Kata, Kalimat dan Paragraf dalam Penulisan Ilmiah (part 1) By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Mencermati Kata, Kalimat dan Paragraf dalam Penulisan Ilmiah (part 1) By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep I. MENCERMATI KATA Pendahuluan Bahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tulus Rusyidi dalam Album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai kajiannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tulus Rusyidi dalam Album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai kajiannya. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terhadap analisis makna pada lirik lagu tentu saja sudah ada yang meneliti pada waktu sebelumnya, namun mereka menggunakan objek dan fokus

Lebih terperinci

Drs. Mulyana, M. Hum. Semantik Bahasa Jawa Kajian Lengkap Dinamika Makna Dalam Bahasa. Oktober 2008 KATA PENGANTAR

Drs. Mulyana, M. Hum. Semantik Bahasa Jawa Kajian Lengkap Dinamika Makna Dalam Bahasa. Oktober 2008 KATA PENGANTAR Drs. Mulyana, M. Hum Semantik Bahasa Jawa Kajian Lengkap Dinamika Makna Dalam Bahasa Oktober 2008 KATA PENGANTAR i Alhamdullilah, segala puji hanya pantas baagi Allh SWT, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya,

Lebih terperinci

sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Menurut Kridalaksana

sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Menurut Kridalaksana 7 sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Menurut Kridalaksana (2008:50) Diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA TEORI. Universitas Indonesia

BAB 2 KERANGKA TEORI. Universitas Indonesia BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1 Pengantar Di dalam bab ini akan disajikan mengenai teori medan makna oleh Leech (1983), pengertian kehiponiman yang dikemukakan oleh Lyons (1977), Verhaar (1978) dan teori yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan Bab 2 Landasan Teori Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian kali ini. Teori tersebut mencangkup teori semantik dan teori pengkajian puisi. Teori

Lebih terperinci