BAB II LANDASAN TEORI. Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan"

Transkripsi

1 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian Jenis-jenis Makna Istilah Bidang Ekonomi Makro-Mikro pada Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan penelitian sejenis yang telah ada. Peneliti menemukan penelitian yang relevan. Untuk membuktikannya, peneliti meninjau skripsi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian sejenis yang relevan tersebut dilakukan oleh Pipit Noviana Sari. Dengan judul Jenis Makna Kosa Kata Khusus Penyakit pada Rubik Fokus Kita dalam Majalah Dokter Kita Bulan Oktober-November 2014 dan Saran Implementasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK.Penelitian tersebut merupakan penelitian yang mendeskripsikan jenis-jenis makna yang terdapat pada kosa kata khusus pada bidang kesehatan yaitu penyakit dalam majalah Dokter Kita. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif. Tahap penyedian data meliputi pengumpulan data, pemilihan dan pemilahan dan penataan jenis data yang dicatat. Teknik lanjutannya yaitu simak bebas libat cakap kemudian mencatat dan dilanjutkan dengan pengklasifikasian. Berdasarkan pemaparan dapat disimpulkan bahwa kedua penelitian di atas memiliki persamaan denganpenelitian ini. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti jenis-jenis makna, menggunakan tahap penelitian, tahap analisis data, dan penyediaan hasil analisis data yang sama. Adapun perbedaannya penelitian diatas dengan penelitian ini adalah data dan sumber datanya, data yang dipakai dalam penelitian di atas merupakan data kosa kata khusus penyakit, namun dalam penelitian ini datanya 7

2 8 berupa istilah yang terdapat dalam ekonomi bidang ekonomi makro dan ekonomi mikro. Sumber data penelitian di atas menggunakan media massa berupa majalah Dokter Kita edisi Oktober-November 2014 dan penelitian ini menggunakan majalah Tempo edisibulan Maret B. Istilah Dalam buku Pedoman Umum Pembentukkan Istilah (Depdiknas, 2012: 66) istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Istilah dibedakan menjadi dua yaitu istilah umum dan istilah khusus. Istilah umum berasal dari bidang tertentu, yang dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum. Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja. Contoh dalam bidang ekonomi makro istilah pajak dan dalam bidang ekonomi mikro ada istilah saham. C. Semantik Menurut Aminuddin (2008: 15) semantik mengandung pengertian studi tentang makna. Aminuddin beranggapan bahwa makna merupakan bagian dari bahasa, sedangkan semantik merupakan bagian dari linguistik. Sedangkan menurut Aslinda dan Syafyahya (2007: 5) semantik merupakan ilmu yang membicarakan makna atau arti suatu bahasa. Aslinda dan Syafyahya mengatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa (di samping sintaksis dan morfologi) juga makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik. Sedangkan menurut de Saussure (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007:5) berpendapat bahwa yang dipelajari dalam

3 9 semantik adalah bagaimana menganalisis makna dalam sebuah kata, jenis makna yang terdapat dalam suatu kata dan komponen makna yang dikandung oleh sebuah kata. Dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan ilmu yang mempelajari makna dari suatu bahasa. D. Makna 1. Pengertian Makna Makna menurut Palmer (dalam Djajasudarma, 2008: 5) hanya menyangkut intrabahasa. Sejalan dengan pendapat tersebut, Lyons (dalam Djajasudarma, 2008:5) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberitakan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Makna juga memiliki pengertian bahwa makna merupakan hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya. Adapun pengertian makna dalam pembahasan ini ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar. dunia luar yang dimaksud adalahdunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. 2. Jenis-Jenis Makna Menurut Abdul Chaer (2013: 60-78) makna mempunyai jenis atau tipe yang dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut padang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata/leksem dapa dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif,

4 10 berdasarkan ketetapan maknanya dikenal adanya makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna asosiatif, makna kolokatif, makna reflektif, makna idiomik, dan sebagainya. Sedangkan Menurut Mansoer Pateda (2010: ) terdapat 29 jenis makna yaitu makna afektif, makna denotatif, makna deskriptif, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter, makna gramatikal, makna ideasional, makna intensi, makna khusus, makna kiasan, makna kognitif, makna kolokasi, makna konotatif, makna konseptual, makna konstruksi, makna kontekstual, makna leksikal, makna lokusi, makna luas, makna piktorial, makna proposisional, makna pusat, makna referensial, makna sempit, makna stilistika, makna tekstual, makna tematis dan makna umum. Dari jenis-jenis makna yang sudah disebutkanpenulis mengelompokan menjadi beberapa jenis makna. Jenis makna yang dikelompokan merupakan jenis makna yang memiliki fungsi ataupun maksud yang sama sehingga penulis menggabungkan jenis makna yang sama ke dalam suatu kelompok. Dari paparan di atas peneliti mengelompokkan jenis-jenis makna yang sudah peneliti rangkum menjadi 14 jenis makna yang sudah peneliti kelompokkan, berikut 14 jenis-jenis makna: a. Makna Leksikal Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer 2013: 60). Makna leksikal juga bisa dikatakan makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk

5 11 berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu (Pateda 2010: 119). Misalnya, kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat tikus itu mati diterkam kucing, atau dalam kalimat panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus. Kata tikus pada dua kalimat tersebut jelas merujuk pada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam makna leksikal karena tidak merujuk pada binatang tikus melainkan pada seorang manusia, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus. b. Makna Khusus Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada bidang tertentu. Makna khusus juga disebut makna terbatas. Makna ini terbatas dalam bidang atau kegiatan tertentu. Salah satu cara untuk mendapatkan makna khusus, yakni menambah kata, baik di depan atau di belakang (Pateda, 2010: ). Contohnya bagi dokter atau yang bekerja di rumah sakit, makna istilah operasi selalu dikhususkan pada upaya menyelamatkan nyawa orang dengan jalan mengoprasi sebagian anggota tubuh pasien. Itu sebabnya muncul urutan istilah operasi jantung, operasi sesar, dan operasi tumor. c. Makna Konotatif Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan kriteria-kriteria. Makna konotatif dapat disebut dengan makna tambahan atau makna

6 12 kiasan. Makna konotatif juga dapat berubah dari waktu ke waktu. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif, jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi (Chaer, 2013: 65). Misalnya kata perempuan dan wanita, kata perempuan mempunyai nilai positif karena penggunaan kata perumpuan biasanya digunakan dalam penggunaan situasi formal, namun kata wanita biasanya digunakan pada hal yang bernilai negatif, seperti wanita malam. Makna konotatif juga lebih berhubungan dengan nilai rasa pemakai bahasa, apakah perasaan senang, jengkel, gembira atau jijik (Pateda, 2010: ). d. Makna Luas Makna luas menunjukkan bahwa makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang dipertimbangkan. Semua kata yang tergolong kata yang berkonsep, dapat dikatakan memiliki makna luas. Makna luas juga dapat ditambahkan kata atau kalimat yang lain sebagai penjelasnya sehingga menjadi makna khusus atau makna sempit. Dikatakan demikian sebab apa yang diinformasikan dalam kata tersebut belum jelas bagi pendengar apalagi bagi pembaca. Kata itu akan jelas sekali maknanya setelah pendengar atau pembaca mengikuti rangkaian kalimat berikutnya (Pateda, 2010: 120). e. Makna Kias Kiasan ini digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti

7 13 sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti putri malam dalam arti bulan, raja siang yang berarti matahari, daki dunia dalam arti harta uang, membanting tulang dalam arti bekerja keras, semua memiliki arti kiasan. Antara bentuk ujaran dengan makna yang diacu ada hubungan kiasan, perbandingan atau persamaan. Gadis cantik disamakan dengan bunga; matahari yang menyinari bumi pada siang hari disamakan dengan raja dan sebagainya (Chaer 2013: 60-78). Menurut Pateda makna kiasan tidak sesuai lagi dengan konsep yang terdapat di dalam kata tersebut. Makna kiasan sudah bergeser dari makna sebenarnya f. Makna Gramatikal Pateda (2010: 103) menyebut makna gramatika adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Makna gramatikal disebut juga makna konstektual atau makna situasional. Selain itu bisa juga disebut makna struktural karena proses dan satuan-satuan gramatikal selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. Makna gramatikal itu bermacam-macam. Setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramtikal tertentu untuk menyatakan makna-makna gramatikal itu. Untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia menggunakan proses reduplikasi seperti kata buku yang bermakna sebuah buku menjadi buku-buku yang bermakna banyak buku. Dalam bahasa Inggris untuk menyatakan jamak digunakan penambahan morfem {s} atau bentuk khusus. Misalnya book sebuah buku menjadi books yang bermakna banyak buku ; kata woman bermakna seorang wanita menjadi womens yang bermakna banyak wanita. Penyimpangan makna dan

8 14 bentuk-bentuk gramatikal yang sama lazim juga terjadi dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa Indonesia misalnya, bentuk-bentuk kesedihan, ketakutan, kegembiraan dan kesenangan memiliki makna gramatikal yang sama, yaitu hal yang disebut kata dasarnya. Tetapi bentuk atau kata kemaluan yang bentuk gramatikalnya sama dengan deretan kata di atas, memiliki makna yang lain. Contoh lain, kata menyedihkan, menakutkan, dan mengalahkan memiliki makna gramatikal yang sama yaitu membuat jadi yang disebut kata dasarnya. Tetapi kata memenangkan dan menggalakan yang dibentuk dari kelas kata dan imbuhan yang sama dengan ketiga kata di atas, tidak memiliki makna seperti ketiga kata tersebut; sebab bukan bermakna membuat menjadi menang dan membuat galak melainkan bermakna memperoleh kemenangan dan menggiatkan. (Chaer 2013: 60-63). g. Makna Nonreferensial Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada atau tidaknya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu suatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Apabila makna itu tidak mempunyai referen maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial. Kata meja dan kursi termasuk kata bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu jenis perabotan rumah tangga yang disebut meja dan kursi. Sebaliknya kata karena dan kata tetapi tidak mempunyai referen. Jadi, kata karena dan kata tetapi termasuk kata yang bermakna nonreferensial. Katakata yang termasuk kategori kata penuh, seperti sudah disebutkan, termasuk kata-kata yang bermakna referensial; sedangkan kata tugas, seperti preposisi dan konjungsi, termasuk kata-kata yang bermakna nonrefrensial (Chaer 2013: 63).

9 15 h. Makna Lokusi, ilokusi dan perlokusi Dalam kajian tindak tutur (speech act) dikenal adanya makna lokusi, makna ilokusi, dan makna perlokusi. Yang dimaksud dengan makna lokusi adalah makna yang dikatakan dalam ujaran, makna harfiah, atau makna apa adanya. Sedangkan yang dimaksud makna ilokusi adalah makna yang dipahami oleh pendengar. Sebaliknya, yang dimaksud makna perlokusi adalah makna yang diinginkan oleh penutur. Misalnya, kalau seseorang bertanya kepada tukang afdruk foto di pinggir jalan, Bang, tiga kali empat, berapa?. Makna secara lokusi kalimat tersebut adalah keingin tahuan si penutur tentang tiga kali empat. Namun, makna perlokusi, makna yang diinginkan si penutur adalah bahwa si penutur ingin tahu berapa biaya mencetak foto ukuran tiga kali empat sentimeter. Apabila si pendengar, yaitu tukang afdruk foto itu memiliki makna ilokusi yang sama dengan makna perlokusi dari si penanya, tentu dia akan menjawab, misalnya dua ribu atau tiga ribu. Tetapi kalau makna ilokusinya sama dengan makna lokusi dari ujaran tiga kali empat berapa, dia pasti akan menjawab dua belas, bukan jawab yang lain. Dalam kajian tindak tutur, sebuah ujaran sekaligus dapat bermakna lokusi, ilokusi, dan perlokusi (Chaer 2013: 60-78). i. Makna Ideasional Makna ideasional adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan kata yang berkonsep. Kata yang dapat dicari konsepnya atau ide yang terkandung di dalam satuan kata-kata baik bentuk dasar ataupun turunan. Dengan makna ideasional yang terkandung di dalamnya dapat dilihat paham yang terkandung di dalam makna sebuah kata. Dalam hubungan dengan makna ideasional kata ada baiknya dibedakan antara konsep kata dan makna ideasional kata. Konsep kata merupakan makna inti,

10 16 sedangkan makna ideasional merupakan konsekuensi atau hal yang diharapkan yang berlaku di dalam sebuah kata (Pateda, 2010: ). Misalnya kata partisipasi mengandung makna ideasional j. Makna Kontekstual Makna kontekstual muncul akibat hubungan antara ujaran dengan konteks. Sudah diketahui konteks berwujud dalam banyak hal. Konteks yang dimaksud yaitu (i) konteks orang, termasuk di sini hal yang berkaitan dengan jenis kelamin, kedudukan pembicara, usia pembicara/pendengar, latar belakang sosial ekonomi pembicara/pendengar, (ii) konteks situasi, misalnya situasi aman, situasi ribut. (iii) konteks tujuan, (iv) konteks formal, (v) konteks suasana hati, (vi) konteks waktu, (vii) konteks tempat, (viii) konteks objek, (ix) konteks alat kelengkapan, (x) konteks kebahasaan, maksudnya apakah memenuhi kaidah bahasa yang digunakan oleh kedua belah pihak; dan (xi) konteks bahasa (Pateda, 2010: 116). k. Makna Piktorial Makna piktorial adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Perasaan yang muncul segera setelah mendengar atau membaca suatu ekspresi yang menjijikan atau perasaan benci/ perasaan yang tidak diinginkan. Perasaan dapat pula berupa perasaan gembira, misalnya kata kakus. Kata kakus jika dibaca atau diucapkan maka seseorang akan terbayang baunya, warna kotoran, bentu kotoran. Semua yang terbayang pendengar atau pembaca merasa jijik ataupun mual. Makna kata kakus dengan segala bayangan ada di dalam otak kita (Pateda, 2010: 122).

11 17 l. Makna Pusat Makna pusat atau makna inti adalah makna yang dimiliki setiap kata meskipun kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat. Dalam BI kata buku dan kata meja termasuk kategori nomina, untuk ditentukan makna pusat harus menentukan dari sudut manakah kita lihat. Dari bentuknya, bahan bakunya, kegunaannya, atau penjualan. Jika orang memandang buku dari segi bentuknya maka pusat kata buku yaitu benda yang berbentuk segi empat. Jika orang memandang dari segi penjualan, maka makna kata buku, yakni benda yang diperjual belikan. Jika orang memandang dari segi bahan bakunya, maka makna kata buku, yakni terbuat dari kertas atau dari kayu pohon (Pateda, 2010: 124). m. Makna Tekstual Makna tekstual adalah makna yang timbul setelah seseorang membaca teks secara keseluruhan. Makna tekstual tidak diperoleh melalui makna setiap kata, atau makna setiap kalimat. Tetapi makna dapat ditemukan setelah seseorang membaca keseluruhan teks. Makna tekstual juga dapat dilihat melalui kesimpulan dari teks yang dibaca keseluruhan. Dengan demikian makna tekstual lebih berhubungan dengan bahasa tertulis. Makna tekstual lebih berhubungan dengan amanat, pesan, boleh juga tema yang ingin disampaikan melalui teks (Pateda, 2010: 130). n. Makna Tematis Makna tematis akan dipahami setelah dikomunikasikan oleh pembicara atau penulis. Baik dipahami melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan maupun penekanan pembicaraan. Biasanya makna tematis dapat dilakukan dengan adanya

12 18 komunikasi dan pemahaman yang baik antara pembicara dan penulis. Misalnya kalimat, Ali anak dokter Bagus meninggal kemarin, belum jelas siapa yang meninggal. Kalau kalimat itu diubah menjadi, Ali, anak dokter Bagus, meninggal kemarin,. Maka makna yang diinformasikan, yakni anak dokter Bagus meninggal kemarin (Pateda, 2010: ). E. Ilmu Ekonomi 1. Pengertian Menurut Samuelson (dalam Putong, 2002: 15) ilmu ekonomi adalah suatu studi bagaimana orang-orang dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat dipergunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi, sekarang dan dimasa datang, kepada berbagai orang dan golongan masyarakat (Putong, 2002: 15).Selain Samuelson, pakar ekonom Ekelund dan Tollison (dalam Alam, 2013: 4) juga mengatakan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari cara individu dan masyarakat yang mempunyai keinginan yang tidak terbatas memilih untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas demi memenuhi keinginan mereka. Ilmu ekonomi menurut Sudarman (1980: 1) merupakan cabang ilmu sosial yang menaruh perhatian pada masalah bagaimana seharusnya memanfaatkan sumber daya yang terbatas jumlahnya untuk memuaskan kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Menurut Joesron dan Fathorrozi (2002: 2) ilmu yang mempelajari bagaimana manusia melakukan tindakan pemilihan terhadap berbagai alternatif yang mungkin ini

13 19 disebut dengan ilmu ekonomi. Selanjutnya, ilmu ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok, yakni: a. Ilmu ekonomi deskriptif, yang bertugas mengumpulkan keterangan-keterangan factual tentang suatu masalah; b. Teori ekonomi, yang bertugas menjelaskan mekanisme kegiatan ekonomi. Teori ekonomi ini dibagi menjadi dua, yakni: 1) Teori Ekonomi Mikro 2) Teori Ekonomi Makro c. Ilmu ekonomi terapan yaitu ilmu yang menggunakan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari teori ekonomi untuk menjelaskan keterangan-keterangan atau masalah-masalah yang dikumpulkan oleh ekonomi deskriptif. F. Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro 1. Ekonomi Makro a. Pengertian Ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana mekanisme perekonomian secara keseluruhan bekerja. Ekonomi makro mempelajari kekuatan-kekuatan dan kecenderungan-kecenderungan yang memengaruhi perekonomian secara keseluruhuhan. Ini mencangkup struktur, kinerja, perilaku, dan pengambilan keputusan ekonomi secara keseluruhan dalam perekonomian nasional, regional, serta global (Alam, 2013: 60). Menurut Putong (2003: 145) ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang khusus mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan. Menurut Gilarso ekonomi makro membahas hal-hal seperti hasil produksi nasional total,

14 20 tingkat kesempatan kerja, tingkat harga, jumlah uang beredar, investasi total, ekspor total, pendapatan nasional, laju inflasi, dan sebagainya (Gilarso, 2001: 12). Dari pengertian-pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa ekonomi makro merupakan cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari perekonomian secara luas. b. Ruang Lingkup Menurut Alam (2013: 61) ada beberapa data ekonomi makro yang dapat digunakan sebagai acuan antara lain: (1) neraca perdagangan dan neraca pembayaran, (2) pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan perkapita, (3) Penggunaan tenaga kerja dan pengangguran, (4) Keadaan perubahan harga-harga atau inflasi, dan (5) Kesetabilan kurs mata uang dalam negeri. Sedangkan menurut (Putong, 2001: 17), dalam aspek ekonomi makro analisisnya antara lain: (1) pendapatan nasional,(2)neraca pembayaran, (3)kesempatan kerja, (4)inflasi, (5)investasi. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa ada 6 aspek data yaitu: (1) neraca perdagangan dan neraca pembayaran, (2) pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan perkapita, (3) penggunaan tenaga kerja dan pengangguran, (4) keadaan perubahan harga-harga atau inflasi, (5) kesetabilan kurs mata uang dalam negeri, dan (6) investasi. c. Indikator Kegiatan Ekonomi Makro 1) Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran Neraca perdagangan merupakan ikhtisar yang menunjukkan selisih antara niali transaksi ekspor dan impor suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Neraca perdagangan suatu negara yang positif, menunjukkan negara itu mengalami ekspor

15 21 yang nilai moneternya melebihi impor. Surplus dapat menjadi indikator bahwa jumlah aliran dana masuk lebih besar dari jumlah aliran yang keluar. Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang menunjukkan aliran pembayaran yang dilakukan dari negara-negara lain ke dalam negeri dan dari dalam negeri ke negara lain dalam satu tahun tertentu. Neraca pembayaran bermasalah apabila neraca pembayaran mengalami defisit. Artinya, pembayaran ke luar negeri melebihi penerimaan dari luar negeri. Neraca pembayaran yang aktif mengindikasikan bahwa aliran dana masuk dan hak suatu negara lebih besar dari aliran dana keluar dan kewajibannya terhadap negara lain. 2) Pendapatan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pendapatan Per Kapita Pendapatan nasional merupakan indikator yang dapat menunjukkan kemajuan ekonomi suatu negara. Pendapatan nasional yang semakin meningkat akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang persentasenya melebihi persentase pertumbuhan penduduk mengakibatkan pertumbuhan pendapatan per kapita. Atau kata lainpendapatan nasional merupakan kumpulan pendapatan masyarakat suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan nasional akan memengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita negara yang bersangkutan. Selain itu, jumlah penduduk juga akan memengaruhi jumlah pendapatan per kapita suatu negara. 3) Penggunaan Tenaga Kerja dan Pengangguran Pengangguran dalam suatu negara ditunjukkan dengan angka perbedaan antara angkatan kerja dan penggunaan tenaga kerja yang sesungguhnya. Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu.

16 22 Suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh apabila tingkat penganggurannya kurang dari 4%. Meningkatnya tingkat pengangguran tidak hanya disebabkan oleh penurunan kesempatan tenaga kerja, namun juga akibat meningkatnya jumlah angkatan kerja. Peningkatan angkatan kerja mengandung makna bahwa pengangguran kadang-kadang bertambah meskipun pada saat yang sama kesempatan kerja juga bertambah. 4) Keadaan Perubahan Harga-Harga atau Inflasi Inflasi adalah suatu gejala ekonomi yang paling tidak diinginkan sebab inflasi dapat membuat perekonomian tidak stabil. Secara umum, dampak inflasi antara lain adalah berkurangnya investasi disuatu negara, kenaikan suku bunga, penanaman modal yang bersifat spekulatif, pelaksanaan pembangunan yang gagal, ketidak stabilan ekonomi, neraca pembayaran defisit, dan kesejahteraan masyarakat merosot. Inflasi yang terkendali meupakan salah satu indikator keberhasilan kinerja ekonomi. Inflasi juga merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor yang dimaksud seperti faktor konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. 5) Kestabilan Kurs Mata Uang dalam Negeri Kurs (exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan. Kurs memungkinkan kita menerjemahkan

17 23 harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Nilai kurs sangat penting saat mengambil keputusan untuk berbelanja atau membeli barang dari luar negri, karena dengan kurs kita akan menerjemahkan harga-harga barang dari berbagai macam negara kedalam mata uang negara kita.misalnya nilai tukar atau kurs terhadap dollar Amerika Serikat atau sebaliknya. Kesetabilan kurs mata uang merupakan pertanda keberhasilan ekonomi. Jika kurs tidak menentu, maka hal itu merupakan pertanda kinerja ekonomi yang tidak baik. 6) Invetasi Menurut Fitzgeral, investasi adalah suatu aktivitas yang berhubungan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. Dari definisi ini investasi dikonstruksikan sebagai sebuah kegiatan untuk: (i) Penarikan sumber dana yang digunakan untuk pembelian barang modal. (ii) Barang modal itu akan dihasilkan produk baru. Menurut Sunariyah (2003: 4), investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masamasa yang akan datang. 2. Ekonomi Mikro a. Pengertian Teori Mikro ekonomi dapat didefinisikan sebagai: satu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menganalisis bagian-bagian kecil dari keseluruhankegiatan ekonomi (Sukirno, 2006: 21). Menurut Alam (2013: 57), ekonomi mikro mempelajari

18 24 perilaku individu dan rumah tangga perusahaan dalam membuat keputusan tentang alokasi sumber daya yang terbatas.gilarso mengatakan bahwa dalam ilmu ekonomi mikro kita mempelajari perilaku sebuah perusahaan atau cabang usaha tertentu dan memusatkan perhatian pada hal-hal seperti pasar untuk satu jenis barang tertentu, pendapatan faktor produksi tertentu, teori harga dan alokasi sumber daya ekonomi, serta distribusi pendapatan di antara para pemilik faktor produksi. Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa ekonomi mikro merupakan cabang ilmu ekonomi yang mempelajari bagian-bagian kecil dari perilaku dan kegiatan ekonomi. (Gilarso, 2001: 13). b. Ruang Lingkup Menurut Sudarman teori ekonomi mikro merupakan pemecahan (disaggregation) dari variable-variabel ekonomi makro seperti konsumsi, investasi dan tabungan. Ekonomi mikro menjelaskan komposisi dan alokasi dari produksi total sedang ekonomi makro itu sendiri menjelaskan tingkat produksi total (1984: 4). (Putong, 2002: 17) ilmu ekonomi mikro khususnya memperlajari perilaku individu manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Aspek analisis antara lain sebagai berikut: (1) Analisis biaya/ manfaat, (2) Teori permintaan dan penawaran, (3) Elastisitas, (4) Model-model pasar, (5) Industri, (6) teori harga, dan (7) teori produksi. c. Indikator Kegiatan Ekonomi Makro 1) Analisis Biaya Biaya (cost) adalah segala pengeluaran yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan di masa yang akan datang. Biaya dapat digolongkan dalam dua jenis.

19 25 Pertama, biaya eksplisit yaitu segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendapatkan faktor-faktor produksi. Kedua, adalah biaya implisit (tersembunyi), yaitu semua biaya taksiran yang dimiliki oleh faktor produksi apa bila digunakan. Selain itu, biaya juga dapat digolongkan menjadi biaya internal, yaitu segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka operasional perusahaandan biaya eksternal, yaitu biaya yang seharusnya ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat operasional perusahaan yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar usaha (Putong, 2003: 111). 2) Permintaan dan Penawaran a) Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Masyarakat selaku konsumen harus membeli barang atau jasa keperluannya di pasar. Keadaan ini mengandaikan bahwa barang atau jasa itu memiliki tingkat harga tertentu. Adanya berbagai macam harga di pasar selanjutnya mengandaikan adanya kondisi yang mempengaruhi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan dari seorang individu atau masyarakat terhadap suatu barang, diantaranya adalah harga barang yang dimaksud, tingkat pendapatan, jumlah penduduk, selera dan ramalan/estimasi di masa yang akan datang, dan harga barang lain/subtiusi. Besar kecilnya perubahan permintaan dideterminasi/ditentukan oleh besarkecilnya perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan dan berbanding lurus dengan penawaran (Putong, 2003: 32-33).

20 26 b) Penawaran Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu. Sebagaimana juga halnya dengan permintaan, maka pada teori penawaran juga dikenal apa yang dinamakan jumlah barang yang ditawarkan dan penawaran. Penawaran adalah gabungan seluruh jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu, periode tertentu, dan berbagai macam tingkat harga tertentu (Putong, 2003: 32-38).Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam menawarkan produknya pada suatu pasar di antaranya sebagai berikut: harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain, ongkos dan biaya produksi, tujuan produksi dari perusahaan, dan teknologi yang digunakan (Putong, 2003: 32-38).Faktor teknologi akan memengaruhi output barang atau jasa yang akan dihasilkan produsen. Semakin tinggi teknologi, semakin cepat barang dihasilkan, maka semakin besar pula penawaran yang terjadi. 3) Elastisitas Angka pengukur kepekaan dalam ilmu ekonomi disebut sebagai koefisien elastisitas (dalam hal ini adalah koefisien elastisitas permintaan). Jadi jelasnya koefisien elastisitas (permintaan) adalah derajat (dalam satuan angka tentunya) kepekaan dari permintaan suatu barang terhadap perubahan harga barang yang dimaksud. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai elastisitanya, yaitu sebagai berikut: adanya barang substitusi, presentase pendapatan yang digunakan/jenis barang, jangka waktu analisis/perkiraan atau pengetahuan konsumen, dan tersedianya sarana kredit (Putong,

21 : 47-60). Elastisitas penawaran adalah derajat kepekaan atas peubahan harga terhadap perubahan jumlah barang yang ditawarkan. Dengan mengetahui nilai elastisitasnya, maka dapat diketahui prilaku produsen dalam menawarkan produk berhubungan dengan tingkat harga. Produsen juga akan mendapatkan informasi mengenai barang yang diperjual belikannya di pasar, apakah memungkinkan untuk menaikkan atau menurunkan harga jual yang dimaksud (Putong, 2003: 47-60). 4) Industri (Aplikasi Hukum dan Teori) a) Aplikasi dalam Bidang Pertanian Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam perekonomian yang merupakan penopang kehidupan produksi sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian diantaranya mencangkup: subsektor perkebunan, subsektor perikanan, subsektor peternakan. Hasil dari sektor pertanian adalah produk yang bersifat tidak tahan lama. Tidak tahan lama yang dimaksud adalah sangat dibutuhkan tetapi permintaannya bersifat elastis. b) Aplikasi dalam Bidang Industri Barang indutri adalah barang yang dihasilkan dari proses pengolahan dengan menggunakan teknologi yang bertujuan menambah kegunaan (daya guna) dari barang tersebut. Industri adalah kumpulan dari semua perusahaan yang menghasilkan barang yang sama. Beberapa hal yang digolongkan dalam idang insudtri adalah sebagai beikut: industri pengolahan (manufacture), industri pariwisata, industri hiburan, industri pendidikan, dan lain-lain.

22 28 c) Aplikasi dalam Bidang Informatika Informatika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari transformasi fakta berlambang yaitu data maupun informasi pada mesin berbasis komputasi. Informatika juga mencangkup struktur, sifat, dan interaksi dari beberapa sistem yang dipakai untukmengumpulkan data. Bidang informatika adalah bidang baru yang dibahas dalam pengantar ilmu ekonomi mikro oleh penulis. Secara umum bidang informatika hanyalah bidang yang berhubungan dengan data dan informasi. Data dan informasi yang dimaksud termasuk teknologi informasinya yaitu berupa komputer (perangkat keras (hadware) dengan perangkat lunak (software), manajemen dan manusia (operator), dan komunikasi. d) Penstabilan Harga Komoditi Pertanian Komoditi pertanian bersifat khas, yaitu disatu sisi sangat dibutuhkan, tetapi di sisi lain permintaannya bersifat tidak elastias (harga tidak berpengaruh besar terhadap permintaan). Oleh karena itu, besar kemungkinan produsen komoditi pertanian di satu sisi akan banyak mengalami kerugian karena harga tidak berpengaruh besar pada permintaan, di sisi lain produsen akan bisa semena-mena menaikkan harga komoditinya (merugikan konsumen) karena elastisitasnya bersifat inelastic sehingga akan menguntungkan bila menaikkan harga dengan mengurangi penjualan atau produksi (Putong, 2003: 70-74). 5) Teori Harga Setiap barang yang memiliki nilai akan mampu ditukar dengan barang lain secara bebas. Dan ketika nilai yang dimiliki barang tersebut dinyatakan dengan uang, maka nilai itu disebut dengan harga. Harga suatu barang adalah nilai (tukar) barang

23 29 tersebut dinyatakan atau diukur dengan uang. Jadi, antara nilai dan harga tidak sama: Nilai (tukar) suatu barang diukur dengan membandingkannya dengan barang lain (Gilarso, 2001: 70). Nilai barang dinyatakan dalam uang menjadi harga. Harga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran (Gilarso, 2001: 76). 6) Teori Produksi Produksi atau memproduksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari semula. Untuk memproduksi dibutuhkan faktor-faktor produksi yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi. Faktor-faktor produksi yang dimaksudkan dalam ilmu ekonomi adalah manusia (tenaga kerja=tk), modal (uang atau alat modal seperti mesin = M), SDA (tanah=t) dan skill (Teknologi=T) (Putong, 2003: ). 7) Model-Model Pasar Suatu pertemuan antara orang yang mau menjual dan orang yang membeli suatu barang dan jasa tertentu dengan harga tertentu pula. Pasar juga merupakan proses hubungan timbal balik antara penjual dan pembeli untuk mencapai kesepakatan harga dan jumlah suatu barang / jasa yang diperjualbelikan. Alasannya tempat bertemunya penjual dan pembeli tersebut bisa dimana saja. Macam pasar yang secara absolut hanya ada dalam teori ekonomi adalah bentuk persaingan murni dan persaingan sempurna. Secara garis besar, macam-macam pasar ditinjau dari segi penjualan. Pasar yang dimaksud merupakan pasar persaingan sempurna, monopoli, monopolistis, dan oligopoli. Bila ditinjau dari sisi pembeli, macam-macam pasar: monoposoni, oligopsoni, dan pasar persaingan Sempurna (Putong, 2003: 123).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA Ragam Makna/Jenis Makna Berdasarkan jenis semantiknya Makna leksikal Makna gramatikal Berdasarkan ada tidaknya referen suatu kata Makna referensial Makna nonreferensial

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Toko di Purwokerto, Kabupaten Banyumas dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Tempat Pemakaman Umum di Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul Kajian Penamaan Tempat Fotokopi di Sekitar Lingkungan Kampus di Purwokerto Tahun 2015. Untuk membedakan penelitian sekarang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman Abstrak Dalam seni bina, pembinaan, kejuruteraan, dan pembangunan harta tanah, bangunan merujuk kepada mana-mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu cara manusia berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut interaksi sosial. Interaksi sosial ini dapat mengungkapkan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Konsep Penamaan Rumah Makan di Daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas, tahun 2010 oleh Danang Eko Prasetyo. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

Kebijakan Makro Ekonomi

Kebijakan Makro Ekonomi EKONOMI MAKRO PENJELASAN Memberikan gambaran bagaimana suatu perekonomian berfungsi dan menjalankan kegiatannya Menerangkan bagaimana suatu masyarakat yang memiliki faktor produksiyang terbatas, tetapi

Lebih terperinci

Kontribusi Penguasaan Semantik terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa IIPK Universitas Negeri Padang

Kontribusi Penguasaan Semantik terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa IIPK Universitas Negeri Padang Kontribusi Penguasaan Semantik terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa IIPK Universitas Negeri Padang Afnita Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang Abstract: This study aims to determine

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. SEMANTIK Pengantar Linguistik Umum 3 November 2014 APAKAH SEMANTIK ITU? 1 2 Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Menurut Ogden & Richards (1923), makna tanda bahasa dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. relevan, yaitu penelitian berjudul Kajian Semantik pada Syair Lagu Kesenian

BAB II LANDASAN TEORI. relevan, yaitu penelitian berjudul Kajian Semantik pada Syair Lagu Kesenian 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian Jenis-jenis Makna Kata Pada Lirik Lagu Banyumasan Ciptaan Bapak Rasito Purwo Pangrawit memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Menurut Kempson (dalam Pateda, 2010: 79) ada tiga usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Menurut Kempson (dalam Pateda, 2010: 79) ada tiga usaha yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pateda (2010: 79) istilah makna mempunyai konsep dalam bidang tertentu. Menurut Kempson (dalam Pateda, 2010: 79) ada tiga usaha yang menjalaskan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Bahasa dan masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang mengacu kepada trilogi pembangunan. Demi mewujudkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama. Nama : Setyaningyan NIM : 1402408232 BAB 7 TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK Makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua

Lebih terperinci

BAB II LANDASSAN TEORI

BAB II LANDASSAN TEORI 6 BAB II LANDASSAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Semantik Nama-Nama Hotel di Kawasan Lokawisata Baturraden, Kabupaten Banyumas. Karya Wilantika Apriliani Tahun 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian setiap negara tidak selalu stabil, tetapi berubahubah akibat berbagai masalah ekonomi yang timbul. Salah satu aspek penting dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51) dalam bukunya yang berjudul Kosa Kata Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa makna kata ialah

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis BAHASA INDONESIA Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM Program Studi Akuntansi Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata-kata

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada konteks ekonomi makro, tolak ukur keberhasilan perekonomian suatu daerah antara lain adalah Pendapatan daerah, tingkat kesempatan kerja dan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang sangat penting dalam perekonomian. Seluruh barang dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan perkembangan perekonomian atau

Lebih terperinci

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI INFLASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. A. INFLASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat vital yang dimiliki oleh manusia dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, lalu lintas informasi berada pada tingkat kecepatan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Demi memenuhi hasrat masyarakat akan informasi yang terus

Lebih terperinci

Modul ke: Pendahuluan. Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS. Cecep W. Program Studi. S-1 Manajemen.

Modul ke: Pendahuluan. Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS. Cecep W. Program Studi. S-1 Manajemen. Modul ke: Pendahuluan Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS Cecep W Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi 1 Kontrak Perkuliahan Tujuan Ruang Lingkup Mengapa orang perlu mempelajari Ilmu Ekonomi?

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide,

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI NOVIA ESTI NINGSIH A 310 070 021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N.

Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N. Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N. Gregory Mankiw) Bab 1 1. Jelaskan perbedaan antara makroekonomi dan mikro

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK Nama : Hasan Triyakfi NIM : 1402408287 BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK Dalam berbagai kepustakaan linguistik disebutkan bidang studi linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa juga merupakan

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang

BAB II KAJIAN TEORI. manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang BAB II KAJIAN TEORI A. Semantik Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan dengan struktur makna suatu wicara. Makna adalah maksud pembicaraan, pengaruh satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Makna Bahasa ialah sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan sehari-hari manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN

REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN 2016 Sakrim Surel: sakrim.madura@yahoo.com ABSTRAK Pembuktian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia didukung oleh perkembangan pasar modal. Pasar modal dibentuk untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam sistem perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki keanekaragaman yang unik dan memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. Pada dasarnya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KARANGAN SISWA KELAS VII MTs NEGERI SURAKARTA II

ANALISIS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KARANGAN SISWA KELAS VII MTs NEGERI SURAKARTA II ANALISIS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KARANGAN SISWA KELAS VII MTs NEGERI SURAKARTA II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan hubungan interaksi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam melakukan interaksi tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa memperdulikan bantuan dari negara lain. Tentu

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan; INFLASI Pengertian Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan kenaikan harga itu berlangsung dalam jangka panjang. Inflasi secara umum terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Laba tersebut merupakan salah satu sumber daya perusahaan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu bentuk perwujutan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci