BAB I PENDAHULUAN. manusia. Setiap budaya memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai hal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. manusia. Setiap budaya memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai hal"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Memasak merupakan salah satu hal yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Setiap budaya memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai hal tersebut. Peristilahan dalam hal aktivitas memasak ditandai dengan beragamnya satuan lingual, baik kata maupun frasa, untuk menggambarkan atau mendefinisikan aktivitas itu. Bahasa Inggris, sebagai salah satu bahasa yang memiliki penutur terbanyak di dunia, memiliki kebudayaan memasak yang unik dan berbeda dengan budaya lainnya. Hal ini tentu saja merefleksikan/mencerminkan pandangan masyarakat penutur bahasa tersebut terhadap aktivitas memasak. Oleh karena itu, jika diamati lebih mendalam, bahasa Inggris mempunyai kosakata yang sangat kaya, khususnya kosakata pada ranah kuliner. Bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional dan menjadi bahasa komunikasi antar negara di dunia menjadikan banyak peristilahan yang menjadi penting untuk diamati secara mendetail, misalnya pada kasus peristilahan di bidang kuliner. Bahasa Inggris, yang mulanya menyebar di daratan Eropa dan kemudian meluas ke berbagai penjuru dunia, menjadikan western food atau masakan Eropa sebagai patokan untuk membuat peristilahan dalam bidang kuliner. Teknik memasak yang kompleks, yang mungkin saja tidak dimiliki oleh masyarakat di belahan bumi lain, menjadikan peristilahan memasak dalam bahasa 1

2 2 Inggris sangat perlu untuk diamati dan diteliti. Oleh karena itulah, jika diamati lebih mendalam, bahasa Inggris mempunyai kosakata yang sangat kaya mengingat kebudayaan memasak di Eropa, seperti Inggris, Prancis, dan Spanyol, merupakan salah satu kebudayaan dengan cara atau teknik memasak tertua di dunia. Seperti telah diuraikan pada paragraf sebelumya, maka dapat ditarik sebuah simpulan awal bahwa aktivitas memasak ditandai dengan beragamnya satuan lingual. Keberagaman satuan lingual ini menandakan bahwa aktivitas memasak memiliki beragam kata atau frasa yang merupakan hiponim (kata khusus) dari hipernim (kata umum) yang menjelaskan aktivitas itu. Setiap kegiatan yang menghasilkan atau menggunakan teknik berbeda akan ditandai dengan leksikon yang berbeda-beda pula. Hal ini juga terlihat dalam bahasa Inggris, yaitu dengan ditemukannya temuan awal berupa sekurang-kurangnya lima kata yang merupakan hiponim dari hipernim kata cooking atau memasak. Kosakata tersebut antara lain frying, sautéing, simmering, boiling, roasting, grilling, blanching, baking, dan masih ditemukan beragam kata lainnya. Pendefinisian kata aktivitas memasak, khususnya dalam bahasa Inggris, belum dilakukan secara optimal di dalam penyusunan kamus. Jika dirujuk ke dalam Kamus Inggris Indonesia (1998), definisi kata yang terdapat dalam aktivitas memasak akan berputar pada kata-kata yang terdapat dalam lema kata yang akan didefinisikan, misalnya dalam pendefinisian kata grill, roast, fry, dan sauté. Berikut adalah pendefinisian dari makna kamus terhadap kata-kata tersebut.

3 3 1. grill bermakna memanggang, 2. roast bermakna memanggang, membakar 3. fry bermakna menggoreng 4. sauté bermakna menggoreng sebentar Dari empat contoh di atas, pendefinisian makna dalam kamus, kata grill, roast, fry, dan sauté cenderung didefinisikan dengan penjelasan yang saling berputar dan kabur. Pada pendefinisian tersebut juga terlihat bahwa makna kata menggoreng muncul berulang dalam fry dan sauté, begitu pula dengan makna kata memanggang dan membakar yang juga muncul berulang dalam kata grill dan roast. Hal ini menimbulkan masalah dalam memilih satuan lingual aktivitas memasak yang tepat bagi pengguna bahasa Inggris, khususnya bagi pembelajar bahasa Inggris yang bukan penutur asli bahasa tersebut dan bagi para praktisi kuliner yang memperlajari resep masakan dalam bahasa Inggris. Oleh karena itulah perlu dicari sebuah jalan tengah untuk membantu pemecahan masalah tersebut. Pendefinisan yang belum optimal dalam kamus terhadap satuan lingual, baik kata maupun frasa, yang merupakan hiponim dari kata cooking adalah hal yang selanjutnya diangkat dalam penelitian ini. Kesulitan mendefinisikan makna satuan lingual dalam ranah hiponim kata cooking atau aktivitas memasak dalam bahasa Inggris adalah hal yang selanjutnya dicarikan pemecahannya. Kesulitan mendefinisikan sebuah satuan lingual biasanya terjadi ketika satuan lingual yang ditemui adalah hal yang dianggap baru bagi pengguna bahasa dan definisi dari satuan lingual tersebut belum secara rinci dipaparkan dalam kamus. Pendefinisian

4 4 makna secara berputar-putar hanyalah akan membingungkan pengguna bahasa. Oleh karena itulah, penelitian ini mencoba untuk mendata semua satuan lingual, baik kata maupun frasa, dalam bahasa Inggris yang merupakan hiponim dari kata yang bermakna cooking dan kemudian menganalisisnya ke dalam sebuah teknik yang digunakan untuk membedakan makna satuan lingual yang satu dengan kata yang lain. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis komponen makna, sehingga pada akhirnya diperoleh ciri semantik pembeda antar kata-kata tersebut. Penelitian ini berada pada ranah semantik, yaitu sebuah kajian yang merupakan cabang dari ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna. Melalui pengkajian makna, maka dengan penelitian ini, diharapkan ciri pembeda antara satuan lingual yang merupakan hiponim dari kata cooking dapat terlihat jelas. Makna memiliki pengertian sebagai pertautan yang ada di antara unsurunsur bahasa itu sendiri. Menurut Palmer (1976:30), makna hanya menyangkut infra bahasa. Lyons (1977:204) menyatakan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata adalah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata lain. Pengamatan terhadap medan makna tidak dapat dipisahkan atau ditinggalkan dalam proses penganalisisan makna. Medan makna merupakan bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Di dalam medan makna, suatu kata terbentuk oleh relasi makna kata tersebut dengan kata lain yang

5 5 terdapat dalam medan makna itu. Sebuah medan makna dapat diibaratkan sebagai mosaik. Jika makna satu kata bergeser, makna kata lain dalam medan makna tersebut juga akan berubah (Lehrer, 1974:16). Oleh karena itu, setelah dilakukan analisis komponen makna yang bertujuan untuk menemukan komponen pembeda antar kata ataupun satuan lingual, hal yang perlu dilakukan setelahnya adalah melihat perkembangan makna dan pergeseran atau perkembangan makna yang terjadi pada tiap satuan lingual. Hal ini bertujuan agar analisis komponen makna dapat bermanfaat secara optimal dan agar pergeseran makna dalam bentuk polisemi ataupun bentuk relasi makna lain dapat terlihat. Pada akhirnya, penelitian mencoba memperlihatkan secara jelas komponen semantis apakah yang masih dipertahankan pada tiap satuan lingual walaupun maknanya bergeser. Semantik sebagai ilmu mempelajari kebermaknaan kata dan satuannya atau kelompok kata akan dijadikan dasar penelitian ini yang menitikberatkan pada kajian makna kata. Salah satu fenomena menarik dalam semantik adalah terkadang sifat majemuk bahasa sering menimbulkan kekacauan semantik, misalnya pada kata rice dalam bahasa Inggris dapat diartikan sebagai beras, gabah, nasi, dan sebagainya, padahal dalam bahasa Indonesia kata beras, gabah, dan nasi memiliki makna yang berlainan. Sejalan dengan hal tersebut, dalam unitunit kebahasaan, unit semantik terdiri dari fitur-fitur semantik (semantic features) (Poedjosoedarmo, 2001:105). Sejalan dengan contoh tersebut di atas, dalam bidang kuliner, hal yang sejenis juga terjadi, misalnya dalam bahasa Inggris ditemukan kata yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia akan bermakna memanggang, namun dalam bahasa Inggris ditemukan sekurang-kurangnya tiga

6 6 kata yang memiliki makna memanggang, yaitu baking, grilling, dan roasting, walaupun ketiganya bermakna memanggang namun ketiganya memiliki perbedaan makna. Pendefinisian yang berputar semacam ini masih sangat sering ditemukan dalam kamus. Selanjutnya, untuk memecahkan masalah tersebut maka hal yang selanjutnya akan dilakukan adalah dengan menemukan ciri semantik pembeda antara ketiganya, sehingga akan terlihat perbedaan makna dari ketiganya melalui analisis komponen makna berikut. Tabel 1.1 Contoh Analisis Komponen Makna Minyak Membolak banyak sedikit TM -balik menjaga makanan suhu stabil Cooking Uap Air api(sumber panas) tidak menjaga suhu stabil jauh dekat besar kecil 1. baking grilling roasting Melalui pengamatan dengan analisis komponen makna, maka perbedaan antar kata (satuan lingual) dapat dengan mudah diamati, sehingga pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat membantu mencari pembeda dan mengurai makna satuan lingual secara lebih terperinci. Dikaitkan dengan fenomena di atas, penelitian ini menarik untuk dilakukan karena dianggap belum optimalnya kegiatan pendefinisian satuan lingual aktivitas memasak di dalam kamus. Padahal kata cooking memiliki beragam kata/frasa untuk menggambarkan berbagai kegiatan, teknik, metode, dan cara memasak itu sendiri. Pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan pemaknaan dalam kamus.

7 7 Hal lain yang mendasari pentingnya penelitian ini adalah mengenai perkembangan dalam hal kuliner yang semakin pesat, sehingga dengan sendirinya kosakata dalam kuliner pun semakin berkembang. Hal ini dikarenakan satuan lingual aktivitas memasak ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian seringkali hal ini dapat menyebabkan pemilihan satuan lingual aktivitas memasak yang tidak sesuai dengan aktivitas memasak yang dilakukan, khususnya pada proses penerjemahan buku resep masakan. Banyak resep masakan yang tidak diterjemahkan secara tepat sehingga langkah-langkah yang dijalankan oleh pembaca buku resep akan tidak tepat pula. Fenomena yang demikian dapat menyebabkan timbulnya masalah dalam pemilihan satuan lingual aktivitas memasak yang tepat bagi pengguna dan pembelajar bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris sendiri, seperti telah dijabarkan sebelumnya, terdapat banyak kata/frasa untuk menggambarkan cara atau teknik memasak. Para pengguna bahasa Inggris harusnya dapat lebih jeli dalam melakukan pemilihan satuan lingual tersebut untuk menggambarkan, mendeskripsikan dan menerjemahkan suatu proses memasak. Dalam hal ini tentu saja tidak hanya dengan menggunakan kata cooking sebagai satu kata untuk menggambarkan semua hal yang berhubungan dengan cara memasak. Masih banyak satuan lingual lain yang lebih tepat untuk mendeskripsikan proses masak dengan cara tertentu. Agar penelitian ini menjadi penelitian yang mendalam dan fokus, maka penelitian ini diberi batasan yang jelas, yaitu pada bidang semantik yang dikhususkan dalam medan makna aktivitas cooking dalam bahasa Inggris. Penelitan ini merupakan penelitian tataran satuan lingual dengan melihat aspek

8 8 semantis yang terdapat dalam aktivitas cooking dalam bahasa Inggris. Untuk dapat menjawab dan mengelompokkan satuan-satuan lingual dalam suatu ranah dengan tepat, perlu diketahui relasi makna dan komponen makna yang terkandung dalam setiap satuan lingual dalam ranah tersebut. Selanjutnya, hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan hasil analisis komponen makna adalah dengan mengamati bentuk perluasan makna dari tiap-tiap satuan lingual, sehingga makna yang beragam tersebut dapat diamati komponen semantiknya, dan terlihat komponen semantik apa yang tetap dipertahankan. Pengamatan terhadap keragaman makna dari satuan lingual pada tataran relasi makna polisemi inilah yang selanjutnya diamati pada penelitian ini. Hal ini dilakukan mengingat pentingnya pengamatan terhadap komponen sematik apa saja yang masih dipertahankan walaupun makna menjadi berkembang ataupun bergeser, dan penelitian diharapkan dapat ini dapat membantu mengoptimalkan pendefinisian makna dalam kamus dan pengkategorian relasi makna, khususnya polisemi. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Apa sajakah satuan lingual yang bermakna aktivitas memasak atau cooking dalam bahasa Inggris? 2. Bagaimanakah komponen semantis yang terkandung di dalam setiap satuan lingual yang bermakna aktivitas memasak atau cooking dalam bahasa Inggris?

9 9 3. Bagaimana bentuk perluasan makna yang terjadi pada tiap satuan lingual yang bermakna aktivitas memasak atau cooking dalam bahasa Inggris dan bentuk relasi makna yang merupakan polisemi dari satuan-satuan lingual tersebut? 1.3 RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini berada pada tataran semantik, sehingga ruang lingkup penelitian ini berada pada ranah makna satuan lingual. Istilah satuan lingual digunakan karena data yang ditemukan dapat berupa satuan kata maupun frasa. Pada proses penganalisisan data, penelitian ini membedakan makna satuan lingual yang satu dengan yang lain, serta mengamati perluasan makna yang terjadi pada setiap satuan lingual. Satuan lingual yang dipilih untuk dianalisis dalam penelitian ini adalah satuan lingual yang bermakna aktivitas memasak atau cooking dalam bahasa Inggris. Satuan lingual dengan makna tersebut dibatasi pada pengertian bahwa aktivitas memasak atau cooking adalah suatu aktivitas pengolahan bahan makanan yang mengolah makanan mentah, setengah matang ataupun makanan matang dengan menggunakan sumber energi panas sehingga bahan makanan yang melalui proses ini akan mengalami efek tertentu seperti perubahan warna, tekstur, dan aroma, lalu pada akhirnya bahan makanan tersebut dapat disantap. Dalam membatasi data, peneliti mencoba membatasinya hanya mengamati dan meneliti verba yang bermakna memasak dengan melalui proses pemanasan dengan sumber panas tertentu saja.

10 TUJUAN PENELITIAN Berkenaan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan satuan lingual yang bermakna aktivitas memasak atau cooking dalam bahasa Inggris. 2. Mendeskripsikan komponen semantis yang terkandung di dalam setiap satuan lingual yang bermakna aktivitas memasak atau cooking dalam bahasa Inggris. 3. Mendeskripsikan bentuk perluasan makna yang terjadi pada tiap satuan lingual yang bermakna aktivitas memasak atau cooking dalam bahasa Inggris dan bentuk relasi makna yang merupakan polisemi dari satuansatuan lingual tersebut. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Hasil penjelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan bagi pembaca maupun peneliti-peneliti selanjutnya, baik yang bersifat praktis maupun yang bersifat teoretis Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ranah ilmu pengetahuan bahasa atau linguistik, khususnya semantik. Temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dan inspirasi bagi peminat bahasa dan peneliti bahasa untuk meneliti lebih lanjut mengenai ranah semantik, hubungan makna, medan makna, dan komponen makna yang menjadi pembeda

11 11 antar satuan lingual, serta bentuk perluasan makna yang masih dapat dilacak dengan mengamati komponen semantik yang ada pada makna awal Manfaat Praktis Adapun beberapa manfaat praktis yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu penyusunan kamus, baik kamus satu bahasa atau kamus ekabahasa, kamus dwibahasa, ataupun tesaurus. Analisis komponen makna pada dasarnya bertujuan untuk menganailisis komponen distingtif sehingga pembeda antar satuan lingual terlihat jelas, dan inilah yang dapat dimanfaatkan dalam penyusunan kamus. Selain itu, hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan penentuan status relasi makna, khususnya polisemi dan homonimi, karena analisis komponen makna dapat membantu penentuan hal tersebut. 2. Dalam dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pembelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan pengajaran ilmu perhotelan, kuliner, dan pariwisata yang menuntut banyak pengetahuan tentang kosakata yang berhubungan dengan memasak dan macam tekniknya. Pemahaman dan penguasaan satuan lingual diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memilih satuan lingual secara tepat sesuai dengan konteksnya, sehingga makin meningkat pula kemampuan dalam berkomunikasi. 3. Pada bidang penerjemahan, penelitian ini diharapkan dapat mempermudah penerjemah atau pembelajar bahasa menemukan ekuivalen terjemahan

12 12 yang tepat. Melalui analisis komponen makna baik secara umum maupun secara khusus dari bahasa tertentu/bahasa sumber maka dapat ditetapkan terjemahan yang sepadan sehingga terciptalah terjemahan yang tepat pada bahasa sasaran. 4. Hasil penelitian ini dapat membantu mahasiswa dalam meneliti komponen makna dan melakukan pilihan satuan lingual yang tepat, baik kata maupun frasa yang bermakna memasak dalam bahasa Inggris dan bahasa Inggris, sehingga terjadi ketepatan dalam melakukan pilihan satuan lingual seperti dalam menerjemahkan atau menyusun resep masakan. 1.6 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa penelitian yang berhubungan dengan analisis komponen makna sudah banyak dilakukan oleh banyak peneliti bahasa. Salah satu penelitian yang melakukan penganalisisan komponen makna adalah sebuah tesis yang berjudul Ciri Pembeda Semantik Kata yang Bermakna Rumah dalam Bahasa Jawa (Supiyarno:2009). Penelitian ini membahas ciri pembeda semantik kata yang bermakna rumah dalam bahasa Jawa. Kata yang bermakna rumah dalam bahasa Jawa yang pemiliknya manusia maupun hewan merupakan sinonim. Untuk menjamin keakuratan kesinoniman kata-kata yang bermakna rumah tersebut dilakukan kajian relasi aspek semantiknya. Penelian lain yang berhubungan dengan analisis medan makna dan komponen makna penyusunnya adalah Medan Makna Ranah Emosi dalam Bahasa Indonesia oleh Pramanik (2005). Pramanik menemukan 80 kata emosi

13 13 dalam bahasa Indonesia yang berasal dari kategori adjektiva dasar. Dari 80 kata emosi itu, ada makna kata berani dan penasaran yang tidak memiliki kelompok medan makna sehingga tidak dilakukan analisis komponen. Dengan demikian tersisa 78 kata emosi yang ditemukan melalui analisis konteks verbal, aspek semantis dan dimensi semantis. Dari 78 kata emosi tersebut, terbentuk 9 medan makna kata emosi, yaitu medan makna senang, suka, heran, sedih, marah, bosan, benci, takut, dan malu. Melalui analisis komponen makna terlihat bahwa setiap kata dalam medan makna memiliki komponen makna yang hampir sama, tetapi dapat dibedakan dengan komponen diagnostik yang terdapat pada kata tersebut. Berikut adalah beberapa penelitian dan hasil penelusuran pustaka lain yang dilakukan oleh peneliti untuk melihat bagaimana analisis komponen makna dilakukan dan apa saja yang telah dilakukan dalam penelitian komponen makna. Penelitian aspek komponen makna verba dalam bahasa Indonesia tentang komponen makna memasak pernah diteliti Wijana (2000). Pada penelitiannya, dilakukan analisis komponen makna terhadap makna generik memasak untuk kata-kata seperti menggoreng, menumis, menyangrai, mengukus, merebus, mengetim, dan membakar. Faktor pembedanya adalah pada alat dan penggunaannya untuk memasak.

14 14 Tabel 1.2 Analisis Komponen Makna Memasak dalam Bahasa Indonesia Nama Leksem Memasak Minyak Uap Air Api Banyak Sedikit TM Satu Dua Jauh Dekat Alat Alat 1. Menggoreng Menumis Menyangrai Mengukus Mengetim Merebus Memanggang Membakar Penelitian lainnya pernah dilakukan adalah penelitian yang berjudul Medan Makna Leksikal Memasak oleh Sitanggang (2007). Sitanggang menderetkan 41 kosa kata yang termasuk dalam medan makna memasak itu dengan maknanya secara alfabetis. Dari deretan kata serta deskripsi yang terdapat dalam medan makna kata memasak di atas tampak adanya seperangkat makna yang mempunyai komponen umum yang sama. Sitanggang menganalisis leksem dengan beberapa komponen makna pembeda, yaitu: a. bahan, yakni bahan utama yang dipakai untuk memasak, misalnya minyak goreng, air, santan, kecap, atau uap, b. bahan yang akan dimasak, misalnya sayur, daging, ikan, dan ubi, c. proses atau cara memasak, misalnya ditumis, direbus, dikukus, dibakar, dipanggang, digoreng, d. tempat memasak yaitu wadah untuk tempat memasak, misalnya kuali, panci, e. alat, yaitu alat yang dipakai untuk memasak kompor, tungku, bara api, arang, oven, dan

15 15 f. cara mengolah : - berkuah atau tidak berkuah - dengan gula atau tanpa gula. Berdasarkan peninjauan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya, ternyata peneliti belum menemukan penelitian yang mengamati tentang medan makna aktivitas memasak dalam bahasa Inggris. Penelitian medan makna yang pernah dilakukan adalah penelitian dalam bahasa Prancis, yaitu bahasa yang satu rumpun dengan bahasa Inggris, rumpun Indo Eropa. Penelitian tersebut adalah yang ditulis oleh tesis yang berjudul Medan Makna Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis yang mengkaji makna leksem yang terdapat dalam aktivitas memasak yang ditulis oleh Harianja (2010). Objek penelitian ini adalah leksemleksem aktivitas memasak yang berasal dari Dictionnaire Français - Indonésien dan kosa kata kuliner. Penelitian ini merumuskan klarifikasi semantis leksemleksem yang terdapat dalam aktivitas memasak bahasa Perancis, menemukan komponen makna yang terdapat dalam leksem-leksem bahasa Perancis yang berasal dari aktivitas memasak, dan menemukan relasi makna leksem-leksem aktivitas memasak bahasa Perancis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam leksem aktivitas memasak yang menggunakan proses pemanasan terdapat 22 leksem. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penentuan komponen makna leksem aktivitas memasak banyak ditentukan oleh faktor proses atau cara memasak dan bahan utama yang digunakan. Dari beragamnya penelitian mengenai analisis komponen makna terhadap beberapa bahasa, dalam penelitian digambarkan sebuah analisis komponen makna hiponim dari cooking dalam bahasa Inggris yang belum pernah dilakukan

16 16 sebelumnya, sehingga akan terlihat jelas perbedaan antar kata maupun frasa yang bermakna cooking. Tataran kata atau frasa ini selanjutnya disebut sebagai satuan lingual. Hal ini juga yang menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, karena penelitian ini menyentuh tataran frasa atau gabungan kata. Hal lain yang digunakan untuk membantu penelitian ini adalah beragamnya teknik penganalisisan dari penelitian-penelitian sebelumnya dipelajari dan dijadikan landasan bagaimana menjalankan penelitian ini. 1.7 LANDASAN TEORI Beberapa teori oleh beberapa ahli bahasa digunakan untuk menganalisis data-data berupa satuan lingual (kata maupun frasa) dari bahasa Inggris dalam sebuah analisis komponen makna Medan Makna Medan makna merupakan bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Hubungan dengan masalah relasi makna kata dari kurun waktu yang berbeda, asosiasi hubungan kata secara paradigmatis sesuai dengan ciri referen dan konseptualisasinya, juga berhubungan secara internal antara kata yang satu dengan yang lainnya (Aminuddin, 1998:109). Medan makna ialah seperangkat leksem yang maknanya berelasi dan eksistensinya merupakan salah satu ciri universal leksikon setiap bahasa. Medan makna adalah sekelompok atau sejumlah leksem yang berelasi secara semantis

17 17 yang pada umumnya dicakupi atau dipayungi oleh leksem yang menjadi superordinatnya (Lehrer, 1974:1). Sekelompok leksem itu akan membentuk suatu medan jika seperangkat leksem itu mempunyai komponen bersama Relasi Makna Verhaar (1993:390) mendefinisikan mengenai relasi makna sebagai hubungan kebermaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Hubungan kebermaknaan mungkin menyangkut hal kesamaan makna, kebalikan makna, kegandaan makna, ketercakupan makna dan sebagainya. Sehubungan dengan tata hubungan makna ini, Suwandi (2008:101) merangkum dari beberapa pernyataan linguis dunia dan menyimpulkan bahwa tujuh hubungan atau relasi kemaknaan satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain. Tata hubungan makna tersebut ialah (1) sinonimi, (2) antonimi, (3) homonimi, (4) polisemi, (5) hiponimi, dan (6) ambiguitas. 1. Sinonimi Verhaar (1999:394) mendefiniskan sinonim sebagai ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan bentuknya yang berbeda. Sementara Palmer (1981:88) mendefinisikan sinonimi sebagai bentuk relasi makna yang menunjukkan kemiripan makna antara satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain. Sebagai contoh sinonim dalam bahasa Indonesia, nasib dan takdir, keduanya bermakna hampir sama, tetapi dengan perbedaan nuansa kecil. Makna dua buah kata yang bersinonimi tidak pernah

18 18 mempunyai makna yang sama persis, mutlak atau simetris. Hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim juga bersifat dua arah. Parker (1946:33) mendefinisikan sinonimi sebagai dua buah kata atau lebih yang memiliki kemiripan makna, sehingga keduanya memiliki kemiripan komponen semantik. Dalam bahasa Inggris, pasangan conceal dan hide menyembunyikan, stubborn and obstinate keras kepala, dan big dan large besar dianggap sebagai sinonimi dalam bahasa Inggris. Walaupun pasanganpasangan tadi memiliki kesamaan ciri semantik, tetapi tidak ada pasangan kata dalam bahasa yang benar-benar memiliki ciri semantik yang sepenuhnya sama walaupun pasangan kata tersebut digunakan dalam konteks yang sama. Contohnya adalah walaupun pasangan big dan large memiliki relasi sinonimi, frasa a big sister dan a large sister memiliki makna yang tidak sama. A big sister bermakna saudara perempuan yang lebih tua (kakak perempuan), sedangkan a large sister bermakna sebagai saudara perempuan yang besar (secara ukuran tubuh). 2. Antonimi atau Oposisi Verhaar (1999:395) mendefinisikan antonomi adalah ungkapan (bisa berupa kata, tetapi dapat juga berbentuk frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain, misalnya kata bagus berantonim dengan kata buruk, besar dengan kecil, membeli dengan menjual dan sebagainya. Hubungan makna antara dua buah kata yang berantonimi bersifat dua arah. Jadi kalau bagus berantonim dengan buruk maka buruk berantonim dengan bagus.

19 19 Antonim disebut juga dengan istilah lawan kata, lawan makna atau oposisi. Dalam Suwandi (2008:106), berdasarkan sifatnya, antonimi atau oposisi dapat dibedakan menjadi: a. Oposisi Mutlak Dalam Parker (1946:36), oposisi atau antonimi mutlak dikenal dengan binary antonyms. Terdapat perlawanan makna yang mutlak, misalnya antara alive hidup dengan dead mati terdapat batas yang mutlak, sebab sesuatu yang hidup pasti tidak mati, dan sesuatu yang mati pasti tidak hidup. b. Oposisi Kutub Oposisi kutub juga dikenal dengan gradable antonyms (Parker, 1946:36). Makna kata-kata yang termasuk oposisi kutub ini pertentanganya tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi. Dapat diartikan bahwa oposisi kutub artinya terdapat tingkat-tingkat makna pada kata-kata tersebut, misalnya kata hot panas dan cold dingin. kaya dan miskin, terdapat tingkatan pada kata tersebut misalnya warm hangat dan cool dingin. Kata-kata yang berasoiasi kutub ini umumnya berasal dari kelas kata adjektif, misalnya far jauh near dekat, long panjang short pendek, high tinggi low rendah, dan sebagainya. c. Oposisi Hubungan Makna kata-kata yang beroposisi hubungan (relasional) ini bersifat saling melengkapi. Artinya kehadiran kata yang satu karena ada kata yang lain yang menjadi oposisinya. Tanpa kehadiran keduanya maka oposisi ini tidak ada, misalnya kata menjual beroposisi dengan membeli, suami degan istri.

20 20 d. Oposisi Hierarkial Makna kata kata yang beroposisi hierakrial ini menyatakan suatu deret jenjang atau tindakan. Oleh karena itu kata-kata yang beroposisi hierarkial ini adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang dan isi), nama satuan hitungan dan penanggalan, nama jenjang kepangkatan dan sebagainya, misalnya meter beroposisi dengan kilometer karena berada dalam satuan yang menyakatan panjang. e. Oposisi resiprokal Oposisi resiprokal adalah sejenis antonim yang mengandung pasangan yang berlawanan atau bertentangan dalam makna tetapi secara fungsional memiliki hubungan yang sangat erat dan hubungan itu berupa hubungan timbal balik, misalnya teaching mengajar dan learning belajar, dan sending mengirim dan receiving menerima. 3. Homonimi, Homofoni, dan Homograf a. Homonimi Verhaar (1999:395) mendefinisikan homonimi sebagai hubungan di antara dua kata (atau lebih) yang yang bentuknya sama dengan ungkapan lain tetapi maknanya berbeda, misalnya bisa yang bermakna racun ular dan bisa yang bermakna sanggup. b. Homofoni Homofoni berasal dari dua kata yaitu kata homo yang bermakna sama dan fon yang bermakna bunyi, jadi homofoni adalah kata-kata yang mempunyai bentuk yang berbeda, maknanya berbeda tetapi mempunyai bunyi yang sama,

21 21 misalnya kata bang dengan bank. Bank adalah lembaga yang mengurus lalu lintas uang, sedangkan bang berasal dari abang yang bermakna kakak laki-laki. Dalam bahasa Inggris dicontohkan read /ri:d/ membaca dan reed /ri:d/ buluh. c. Homografi Homografi secara etimologi beras dari kata homo yang bermakna sama dengan graf yang bermakna tulisan, jadi homografi adalah kata-kata mempunyai tulisan yang sama tetapi bunyi dan maknanya berbeda. Dalam bahasa Indonesia, contoh dari homografi adalah seperti, apel /apəl/ yang berarti buah, sedangkan apel /apεl/ yang berarti upacara. 4. Polisemi Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Suwandi (2008:112) mendefinisikan polisemi sebagai pemakaian bentuk bahasa seperti kata. Frasa, dan sebagainya dengan makna yang berbeda-beda. Polisemi merupakan kata atau frasa yang mempunyai makna lebih dari satu. Beberapa arti kata tersebut masih ada hubungannya, misalnya kata kepala dalam bahasa Indonesia memiliki makna: Bagian tubuh dari leher ke atas (seperti terdapat pada manusia dan hewan) Bagian dari sesuatu yang terletak di bagian atas atau depan yang merupakan bagian yang penting (kepala kereta api, kepala meja). Bagian dari sesuatu yang berbentuk bulat (kepala paku, kepala jarum) Pemimpin atau ketua (kepala sekolah, kepala kantor) Jiwa orang, seperti dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan Rp

22 22 Akal budi, seperti dalam kalimat Badannya besar tetapi kepalanya kosong. Konsep polisemi hampir sama dengan konsep homonimi. Perbedaanya adalah homonimi bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata atau lebih yang kebetulan maknanya sama. Tentu saja homonimi itu bukan sebuah kata maka maknanya pun berbeda. Makna kata pada homonimi tidak ada kaitannya atau hubungannya sama sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan polisemi adalah sebuah kata yang memiliki makna lebih dari satu, makna kata pada polisemi masih ada hubungannya antara makna yang satu dengan yang lain karen memang kembangkan dari komponen-komponen makna kata-kata tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mengamati relasi makna polisemi dan homonimi yang terkadang sulit dibedakan. 5. Hiponimi dan Hipernimi a. Hiponimi Verhaar (1999:396) hiponim adalah ungkapan biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat berupa frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain, misalnya gurame adalah hiponim dari ikan. Makna gurame termasuk dalam makna kata ikan. Gurame memang ikan, tetapi bukan hanya gurami yang termasuk dalam makna ikan. Bandeng, tenggiri, salmon, mujair, cakalang, teri, mas dan sebagainya juga termasuk dalam makna ikan. Hubungan antara gurame, teri, cakalang dan ikan-ikan lain disebut hubungan kohiponim. Jadi gurame berkohiponim dengan tenggiri, bandeng dan sebagainya.

23 23 Hubungan hiponim ini hanya bersifat satu arah, artinya hiponim dari bandeng adalah ikan, tetapi ikan tidak berhiponim dengan bandeng melainkan ikan berhipernim dengan bandeng. b. Hipernimi Konsep hipernimi adalah kebalikan dari konsep hiponimi. Konsep hiponimi dan hipernimi mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya. Oleh karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipernim dari sebuah kata merupakan hipernim dari kata lainnya, akan menjadi hiponim terhadap kata lain yang hierarkial di atasnya, misalnya kata mahluk berhipernim dengan manusia dan binatang tetapi binatang berhipernim juga dengan ikan, kambing, monyet, gajah dan sebagainya, ikan berhipernim juga dengan gurame, tongkol, bandeng dan sebagainya. Di samping istilah hiponimi dan hipernimi terdapat istilah lain yaitu meronimi. Kedua istilah ini mengadung konsep yang hampir sama. Bedanya kalau hiponimi menyatakan adanya kata (unsur leksikal) yang maknanya berada di bawah makna kata lain, sedangkan meronimi menyatakan adanya kata (unsur leksikal) yang merupakan bagian bagian dari kata lain. Misalnya ikan mempunyai bagian-bagian tubuh, kepala, sirip, ekor, ingsang, sisik, dan sebagainya maka bisa dikatakan bahwa meronimi dari ikan adalah kepala, sirip, ekor, ingsang, sisik dan sebagainya.

24 24 6. Ambiguitas Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti. Pengertian ambiguitas hampir sama dengan pengertian polisemi. Perbedaannya terletak pada kegandaan makna dalam polisemi dari kata, sedangkan kegandaan makna pada ambiguitas berasal dari satuan yang lebih besar yaitu frase atau kalimat dan terjadi akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda, misalnya buku sejarah baru dapat ditasfirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit atau baru dibeli dan (2) buku itu berisi sejarah zaman baru. Pengertian ambiguitas hampir sama dengan homonimi. Perbedaanya terletak pada apabila homonimi dilihat sebagai bentuk yang kebetulan sama dan dengan makna yang berbeda, sedangkan ambiguitas adalah sebuah bentuk dengan makna yang berbeda sebagai akibat dari berbedanya penafsiran struktur gramatikal bentuk tersebut. Ambiguitas hanya terjadi pada tataran frasa dan kalimat sedangkan homonimi dapat terjadi pada semua satuan gramatikal Analisis Komponen Makna Berkaitan dengan penjelasan tata hubungan makna di atas, salah satu cara dalam menetapkan hubungan makna antara seperangkat satuan lingual (kata atau frasa) dan suatu medan adalah dengan analisis komponen makna. Dalam penjelasannya, Lyons (1963:336) menghubungkan analisis komponen makna bersama dan komponen makna pembeda. Analisis komponen makna adalah analisis satuan lingual, baik kata atau frasa, berdasarkan komponen pembedanya. Analisis tersebut berguna untuk melihat kekontrasan antara satuan lingual yang satu dengan yang lain di dalam medan leksikal.

25 25 Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis ini mengandaikan setiap unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri yang membedakannya dengan unsur lain (Chaer, 2009:115). Sementara pengertian komponen menurut Palmer ialah keseluruhan makna dari suatu kata, terdiri atas sejumlah elemen, yang antara elemen yang satu dengan yang lain memiliki ciri yang berbeda-beda (Aminuddin, 1998:128). Analisis dengan cara seperti ini sebenarnya bukan hal baru, R. Jacobson dan Morris Halle dalam laporan penelitian mereka tentang bunyi bahasa yang berjudul Preliminaries to Speech Analysis: The Distinctive Features and Their Correlates (1969) telah menggunakan cara analisis seperti itu. Dalam laporan itu mereka mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa dengan menyebutkan ciri-ciri pembeda di antara bunyi yang satu dengan bunyi yang lain. Bunyi-bunyi yang memiliki sesuatu ciri diberi tanda plus (+) dan yang tidak memiliki ciri itu diberi tanda minus (-). Konsep analisis dua-dua ini lazim disebut analisis biner oleh para ahli kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang lain. Analisis komponen makna yaitu usaha memahami makna satuan bahasa atas dasar komponen makna yang membentuk makna satuan bahasa. Lyons (1977: ) menjelaskan bahwa analisis bahasa adalah pendekatan untuk mendeskripsikan makna kata atau frasa yang mendasarkan pada tesis bahwa makna setiap leksem dapat diuraikan atas komponen-komponen

26 26 maknanya. Sedangkan, Chaer (2009: ) menjelaskan teori komponen makna atau komponen semantik yang menjelaskan bahwa setiap leksem atau kata terdiri atas satu yang bersama-sama membentuk makna kata tersebut. Contoh, leksem perjaka dan mempunyai komponen makna: (+) manusia, (-) berpotensi melahirkan, (-) menikah; gadis mempunyai komponen makna: (+) manusia, (+) berpotensi melahirkan, (-) menikah. Analisis komponen makna leksem perjaka dan gadis itu dapat dilihat dalam tabel 1.3. Tabel 1.3 Komponen Makna Leksem Perjaka dan Gadis Komponen Makna Leksem Perjaka Gadis Manusia + + Berpotensi melahirkan - - Menikah - + Lyons (1977: ) menjelaskan bahwa dalam analisis komponen, ada empat unsur yang harus diperhatikan, yaitu komponen (makna), fitur, pemarkah, dan ciri pembeda. Komponen makna adalah kumpulan fitur makna. Fitur adalah variabel makna yang dinilai (dalam komponen makna mengandung sejumlah variabel makna yang dapat dinilai). Pemarkah adalah penanda nilai suatu fitur. Ciri pembeda adalah ciri khas nilai fitur suatu leksem atau satuan leksikal pada saat leksem itu dibandingkan dengan leksem yang lain. Penerapan konsep komponen (makna), fitur, pemarkah, dan ciri pembeda dapat dilihat dalam contoh analisis komponen makna kerbau, sapi dan di tabel 1.4.

27 27 Tabel 1.4 Analisis Komponen Makna Kerbau, Sapi, dan Kuda KOMPONEN MAKNA LEKSEM Kerbau Sapi Kuda Binatang Berkaki empat Pemakan rumput Berkuku lebah dua Untuk menarik pedati Untuk pembajak Sebagai tunggangan Suka berkubang Berdasarkan analisis makna leksem kerbau, sapi, dan kuda pada tabel 4, dapat diketahui sebagai berikut: binatang adalah fitur makna yang pertama; berkaki empat fitur makna yang kedua; pemakan rumput adalah fitur makna kedua; berkuku belah dua adalah fitur makna yang ketiga; untuk menarik pedati fitur makna yang keempat; untuk membajak adalah fitur makna yang kelima; sebagaitunggangan adalah fitur makna yang keenam; suka berkubang adalah fitur makna yang ketujuh. Fitur makna ini nilainya bisa berbeda atau bisa sama antara leksem yang satu dengan yang lain. Misalnya fitur untuk membajak sama-sama dimiliki oleh kerbau dan sapi, tetapi tidak dimiliki oleh kuda. Permarkah adalah tanda yang menandai nilai suatu fitur. Permakah plus(+) berarti fitur itu dimiliki oleh leksem yang sedang dianalisis, sedangkan permakah minus(-) berarti fitur itu tidak dimiliki oleh leksem yang sedang dianalisis. Contoh, fitur berkuku belah dua (+) untuk kerbau, (+) untuk sapi, tetapi (-) untuk kuda. Artinya, fitur berkuku belah dua dimiliki oleh kerbau dan sapi, tetapi tidak dimiliki oleh leksem kuda. Komponen makna adalah semua fitur makna yang sudah dimarkahi.

28 Aktivitas Memasak Untuk dapat mengerti lebih jelas batasan aktivitas memasak di dalam penelitian ini, maka penelitian ini didasarkan pada pengertian aktivitas memasak seperti yang dijabarkan di dalam A Taste of Vitality : Nutrient Dense Cooking (2001 : 243), cuisiner adalah masakan, cara, seni masak. Dalam Merriam Webster s Collegiate Dictionary (1998:254), memasak dideskripsikan sebagai aktivitas untuk menyiapkan makanan dengan melalui proses pemanasan (Cook 1. To prepare food for eating by means of heat; 2.To undergo the action of being cooked (the rice is ~ ing now)). Sementara Oxford Dictionaries Online mendefinisikan cooking atau aktivitas memasak sebagai prepare (food, a dish, or a meal) by mixing, combining, and heating the ingredients menyiapkan makanan dengan cara mencapur, mengkombinasikan, dan memanaskan bahan-bahan makanan. Berdasarkan pendefinisian dari beberapa sumber, maka dapat disimpulkan bahwa cooking merupakan suatu aktivitas pengolahan bahan makanan yang mengolah makanan mentah, setengah matang ataupun makanan matang dengan menggunakan sumber energi panas sehingga bahan makanan yang melalui proses ini akan mengalami efek tertentu seperti perubahan warna, tekstur, dan aroma, lalu pada akhirnya bahan makanan tersebut dapat disantap. Proses mengolah makanan dengan cara memanaskannya inilah yang selanjutnya menjadi batasan dalam penelitian ini.

29 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini menerapkan persyaratan bahwa penelitian harus berdasar pada fakta yang ada sehingga pemerian yang diberikan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Metode deskriptif adalah metode yang mengolah dan menganalisis data berdasarkan bahan yang diperoleh tanpa menambahi dan mengurangi lalu kemudian menganalisisnya. Medan makna cooking menjadi sasaran penelitian ini dideskripsikan keberadaannya dengan struktur yang memperlihatkan hubungan makna antar satuan lingual. Sejalan dengan itu, sebagai langkah kerja, dilakukan tiga tahapan yang utama yaitu (1) pengumpulan data, (2) pengolahan data atau penganalisisan data, dan (3) penyajian hasil pengolahan data. Data penelitian ini adalah kalimat, paragraf atau wacana-wacana lisan dan tulisan yang mengandung satuan lingual (kata/frasa) yang merupakan hiponimi dari kata cooking, sedangkan objek dari penelitian ini adalah satuan lingual dalam bahasa Inggris yang merupakan hiponimi dari kata cooking. Data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data yang terbagi menjadi sumber data lisan dan sumber data tulisan. Data lisan diperoleh dari beberapa ahli kuliner yang merupakan penutur bahasa Inggris dan penutur bahasa Indonesia yang merupakan pembelajar bahasa Inggris. Data tulisan diperoleh dari kamus bahasa Inggris, buku resep masakan, dan artikel tentang dunia kuliner di internet. Dalam pengumpulan data digunakan teknik simak catat (Sudaryanto, 1988:15-20) dengan cara menyimak penggunaan kata dengan makna memasak melalui informasi dari beberapa ahli kuliner dan video memasak melalui DVD

30 30 dan situs video YouTube. Peneliti juga melakukan penelusuran melalui referensireferensi yang ada, seperti kamus, artikel majalah, buku resep, dan penelitianpenelitian sebelumnya. Data yang diperoleh kemudian diinventarisasi dalam bentuk catatan atau kartu data, lalu diklasifikasikan berdasarkan kesamaan komponen semantik leksikalnya. Pada tahapan penganalisisan komponen makna, metode analisis data yang dipakai adalah metode padan. Menurut Sudaryanto (1993: 15), metode padan adalah metode penganalisisan data yang alat penentunya merupakan bagian (langue) yang bersangkutan. Teknik dasar analisis data yang dipakai adalah teknik pilah unsur penentu, yaitu teknik yang alat penentunya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti. Hal yang menjadi daya pilah dalam penelitian ini adalah daya pilah referensial, misalnya membagi satuan lingual kata menjadi beberapa jenis, maka perbedaan referen teracu yang ditunjuk oleh kata itu harus diketahui terlebih dahulu, dan untuk mengetahui perbedaan referen itu, daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh setiap peneliti harus digunakan (Sudaryanto, 1993: 22). Dalam hal ini, daya pilah referensial yang digunakan oleh peneliti adalah dengan memilah satuan lingual atau data yang diperoleh berdasarkan komponen makna penyusunnya. Pada penganalisisan data, peneliti membagi hal tersebut ke dalam beberapa langkah kerja atau tahapan. Hal yang dilakukan adalah melakukan pendataan terhadap satuan-satuan lingual bermakna cooking dalam bahasa Inggris dan melakukan penganalisisan terhadap komponen semantis pembeda melalui teknik analisis komponen makna, kemudian mengamati pergeseran makna

31 31 yang terjadi pada setiap satuan lingual dan melihat komponen semantik apakah yang tetap dipertahankan pada bentuk makna-makna yang bergeser tersebut. Menganalisis komponen makna memerlukan langkah-langkah tertentu. Nida menyebutkan enam langkah untuk menganalisis komponen makna (Sudaryat, 2009:57) : a. menyeleksi sementara makna yang muncul dari sejumlah komponen yang umum dengan pengertian makna yang dipilih masih berada di dalam makna tersebut, b. mendaftar semua ciri spesifik yang dimiliki oleh rujukannya, c. menentukan komponen yang dapat digunakan untuk kata yang lain, d. menentukan komponen diagnostik yang dapat digunakan untuk setiap kata, e. mengecek data yang dilakukan pada langkah pertama, dan f. mendeskripsikan komponen diagnostiknya, misalnya dalam bentuk matriks. Setelah dilakukan analisis komponen makna dan terlihat ciri semantik pembeda antar satuan lingual, hal yang dilakukan selanjutnya adalah mengamati keragaman makna dari tiap-tiap satuan lingual. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melihat komponen semantis apakah yang tetap dipertahankan dalam keragaman makna dari tiap-tiap satuan lingual tersebut, dan hal ini dapat mengoptimalkan penggunaan hasil analisis komponen makna. Dari hasil analisis ini dapat dilihat relasi makna dari tiap satuan lingual, khususnya relasi makna yang berupa polisemi.

32 32 Penyajian data dilakukan dengan metode formal dan informal. Metode formal adalah sebuah metode penyajian data dengan tanda lambang, tanda panah, tanda bintang, lambang huruf, dan berbagai diagram (Sudaryanto, 1993: 145). Metode penyajian data formal yang dipakai dalam penelitian ini adalah tabel analisis komponen makna. Sementara metode informal adalah sebuah metode penyajian data dengan menjelaskan data dengan kata-kata. 1.9 SISTEMATIKA PENYAJIAN Penelitian mengenai Ciri Semantik Pembeda Satuan Lingual yang Mengandung Makna Cooking dalam Bahasa Inggris ini dibahas ke dalam empat bab. BAB I merupakan bagian pendahuluan yang berisikan 1.1 Latar Belakang, 1.2 Rumusan Masalah, 1.3 Ruang Lingkup Penelitian, 1.4 Tujuan Penelitian, 1.5 Manfaat Penelitian, 1.6 Tinjauan Pustaka, 1.7 Landasan Teori, 1.8 Metode Penelitian, dan 1.9 Sistematika Penyajian. BAB II akan membahas satuan-satuan lingual aktivitas memasak yang termasuk dalam ranah aktivitas memasak/pengolahan bahan makanan dalam bahasa Inggris. BAB III membahas mengenai komponen semantis di dalam setiap satuan lingual aktivitas cooking dalam bahasa Inggris. BAB IV membahas mengenai polisemi dari tiap satuan lingual yang bermakna cooking dalam bahasa Inggris. Sedangkan BAB V Penutup, terdiri atas 5.1 Kesimpulan dan 5.2 Saran.

MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK (MEMBAKAR) DALAM BAHASA PRANCIS. Nurilam Harianja Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK (MEMBAKAR) DALAM BAHASA PRANCIS. Nurilam Harianja Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK (MEMBAKAR) DALAM BAHASA PRANCIS Nurilam Harianja Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat medan makna aktivitas memasak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek kajian lingustik. Menurut Kridalaksana (1983)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek kajian lingustik. Menurut Kridalaksana (1983) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek kajian lingustik. Menurut Kridalaksana (1983) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS, KONSEP DAN PENELITIAN TERDAHULU. meronim, member-collection, dan portion-mass (Saeed, 2009:63). Sehubungan

BAB II KAJIAN TEORETIS, KONSEP DAN PENELITIAN TERDAHULU. meronim, member-collection, dan portion-mass (Saeed, 2009:63). Sehubungan BAB II KAJIAN TEORETIS, KONSEP DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Relasi Makna Relasi makna meliputi sinonim, antonim, polisemi, homonim, hiponim, meronim, member-collection, dan portion-mass

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama. Nama : Setyaningyan NIM : 1402408232 BAB 7 TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK Makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengungkapkan gagasan dengan tepat dan jelas diperlukan diksi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengungkapkan gagasan dengan tepat dan jelas diperlukan diksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengungkapkan gagasan dengan tepat dan jelas diperlukan diksi atau pemilihan kata yang tepat guna menciptakan saling kesepahaman antar penutur. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. SEMANTIK Pengantar Linguistik Umum 3 November 2014 APAKAH SEMANTIK ITU? 1 2 Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Menurut Ogden & Richards (1923), makna tanda bahasa dapat dilihat dari

Lebih terperinci

MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK (MENGGORENG) DALAM BAHASA PERANCIS. Nurilam Harianja. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan ABSTRACT

MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK (MENGGORENG) DALAM BAHASA PERANCIS. Nurilam Harianja. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan ABSTRACT MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK (MENGGORENG) DALAM BAHASA PERANCIS Nurilam Harianja Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan ABSTRACT This thesis, which is entitled as Medan Makna Aktivitas Memasak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dianut dalam suatu penelitian. Dalam

Lebih terperinci

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK Nama : Hasan Triyakfi NIM : 1402408287 BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK Dalam berbagai kepustakaan linguistik disebutkan bidang studi linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa juga merupakan

Lebih terperinci

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS Endang Sri Maruti marutiendang@gmail.com Universitas PGRI Madiun Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan beberapa bentuk relasi makna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK (MEMBAKAR) DALAM BAHASA PRANCIS

MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK (MEMBAKAR) DALAM BAHASA PRANCIS MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK (MEMBAKAR) DALAM BAHASA PRANCIS Nurilam Harianja Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat medan makna aktivitas memasak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PANAS DAN PENGOLAHAN PEMBEKUAN KELOMPOK 1

PENGOLAHAN PANAS DAN PENGOLAHAN PEMBEKUAN KELOMPOK 1 PENGOLAHAN PANAS DAN PENGOLAHAN PEMBEKUAN KELOMPOK 1 Latar Belakang Dalam pengolahan bahan makanan kita harus mengetahui bagaimana cara pengolahan bahan makanan, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

Lebih terperinci

METODE MEMASAK. Oleh : Atat Siti Nurani

METODE MEMASAK. Oleh : Atat Siti Nurani METODE MEMASAK Oleh : Atat Siti Nurani Program Studi Pendidikan Tata Boga Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia 2010 Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji arti di dalam bahasa (Hurford dan Hearsly, 1983:1). Saat seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa adalah suatu simbol bunyi yang dihasilkan oleh indera pengucapan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi sangat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sangat berperan penting bagi kehidupan manusia. Bahasa dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala sesuatu. Satuan kebahasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA TEORI. Universitas Indonesia

BAB 2 KERANGKA TEORI. Universitas Indonesia BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1 Pengantar Di dalam bab ini akan disajikan mengenai teori medan makna oleh Leech (1983), pengertian kehiponiman yang dikemukakan oleh Lyons (1977), Verhaar (1978) dan teori yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya permasalahan kategori ini sehingga tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Semantik Kata semantik atau semasiologi diturunkan dari kata Yunani semainein: bermakna atau berarti.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Menurut Kridalaksana (2008:21) mengartikan bahasa sebagai sebuah sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Menurut Kridalaksana (2008:21) mengartikan bahasa sebagai sebuah sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Menurut Kridalaksana (2008:21) mengartikan bahasa sebagai sebuah sistem lambang

Lebih terperinci

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, masalah penelitian yang meliputi pengidentifikasian masalahah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu kalimat. Untuk membuat kalimat yang baik sehingga tuturan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu kalimat. Untuk membuat kalimat yang baik sehingga tuturan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kata yang tepat di dalam sebuah tuturan diperlukan guna terciptanya saling kesepahaman diantara penutur seperti yang diungkapkan oleh Leech, (2003: 16),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2011:1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa peran

BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2011:1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia yang berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau tulisan sebagai representasi ujaran itu (Wijana, 2011:1).

Lebih terperinci

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstrak Bahasa adalah sarana paling penting dalam masyarakat, karena bahasa adalah salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif dipilih sebagai upaya untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu pesan dari seseorang ke orang lain. Berbahasa yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu pesan dari seseorang ke orang lain. Berbahasa yang baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan dari seseorang ke orang lain. Berbahasa yang baik dan benar ialah berbahasa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, diuraikan berbagai aspek yang berkaitan dengan penentuan dan penggunaan metode penelitian. Uraian yang dimaksud meliputi: lokasi penelitian, desain penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Oleh karena itu, memahami kosakata adalah hal yang terpenting

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Oleh karena itu, memahami kosakata adalah hal yang terpenting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosakata merupakan unsur dasar yang terdapat dalam suatu bahasa. Tanpa mengetahui kosakata, seseorang tidak akan bisa berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinonimi adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun, memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata atau padanan kata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 3. Metodologi Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berorientasi pada metode

BAB 3. Metodologi Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berorientasi pada metode 29 BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini berorientasi pada metode kualitatif yang bersifat deskriptif yang digunakan untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 21

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan kalimat, dan sejalan dengan itu kata dan kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi adalah sesuatu yang sudah sangat familiar dalam beberapa dekade terakhir ini. Banyak acara dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi atau hanya sekedar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu media bagi pembelajar bahasa Jepang di Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan memperdalam bahasa Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

Waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng makanan tergantung pada:

Waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng makanan tergantung pada: Baking and roasting Pembakaran dan memanggang pada dasarnya operasi dua unit yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah kualitas makanan. pembakaran biasanya diaplikasikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luasnya pemakaian bahasa menyebabkan makna sebuah kata mengalami pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur atau peneliti bahasa akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Verba ini sangat familiar dengan penutur bahasa Inggris karena

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Verba ini sangat familiar dengan penutur bahasa Inggris karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Verba say dalam bahasa Inggris merupakan salah satu verba tindakan dalam kegiatan komunikasi. Verba ini sangat familiar dengan penutur bahasa Inggris karena fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman. Dalam suatu hotel terdapat section lain yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman. Dalam suatu hotel terdapat section lain yang berperan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hotel merupakan salah satu fasilitas penting dalam dunia parwisata. Hotel tidak hanya menyediakan jasa penginapan akan tetapi juga menawarkan section makanan dan minuman.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba AMBIL, komponen semantis, kategorisasi, makna, polisemi, dan sintaksis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain dan berperan dalam perkembangan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam. kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam. kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Telah diketahui bahwa pemakaina bahasa diwujudkan dalam bentuk kata-kata dan kalimat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa berfungsi sebagi alat untuk berkomuikasi, sejalan dengan perkembangannya bahasa mengalami perluasan fungsi. Perluasan fungsi bahasa terjadi adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan sosial manusia. Selain itu, bahasa mempunyai fungsi penting dalam kegiatan berinteraksi antar sesama

Lebih terperinci

BAB III METODE MEMASAK

BAB III METODE MEMASAK 65 BAB III METODE MEMASAK Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa memiliki pengetahuan tentang tahapan-tahapan proses pengolahan makanan dan macam-macam tehnik dasar pengolahan makanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN RELASI MAKNA DENGAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KALIMAT KELAS IX SMP NEGERI 3 BARUSJAHE

HUBUNGAN PENGUASAAN RELASI MAKNA DENGAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KALIMAT KELAS IX SMP NEGERI 3 BARUSJAHE WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN : 2089-8592 HUBUNGAN PENGUASAAN RELASI MAKNA DENGAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KALIMAT KELAS IX SMP NEGERI 3 BARUSJAHE Ernawati Br. Bangun Dosen Tetap Yayasan

Lebih terperinci

BENTUK KATA DAN MAKNA

BENTUK KATA DAN MAKNA BENTUK DAN MAKNA BENTUK KATA DAN MAKNA 1. FONEM bunyi bahasa yang membedakan arti/ makna Contoh : /apēl/ dan /apəl/ /mental/ dan /məntal/ /s/ayur - /m/ayur /s/ : /m/ Fonem ada dua : Konsonan dan Vokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK

7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK 7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK Hocket, seorang tokoh strukturalis menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri dari lima sub sistem,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menurut medianya dibedakan menjadi dua yakni, bahasa lisan dan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menurut medianya dibedakan menjadi dua yakni, bahasa lisan dan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi yang sangat penting peranannya bagi masyarakat Jawa. Penggunaan bahasa Jawa di masyarakat semakin beragam dan kreatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Linguistik merupakan dasar dalam mempelajari keahlian berbahasa, atau biasa disebut dengan ilmu bahasa. Linguistik berasal dari kata Latin Lingua yang artinya

Lebih terperinci