Pokok Bahasan 4 KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL 3 SEKTOR. Dosen Pengampu: Retno Budi Lestari, SE, M.Si

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pokok Bahasan 4 KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL 3 SEKTOR. Dosen Pengampu: Retno Budi Lestari, SE, M.Si"

Transkripsi

1 Pokok Bahasan 4 KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL 3 SEKTOR Dosen Pengampu: Retno Budi Lestari, SE, M.Si

2 Adanya campur tangan pemerintah menimbulkan 2 perubahan penting 1. Pungutan pajak yg dilakukan oleh pemerintah (T) mengurangi pengeluaran Agregat (AE) 2. Pajak memungkinkan pemerintah melakukan perbelanjaan dan ini akan menaikkan perbelanjaan agregat. Karena belum ada perdagangan dengan LN, maka perekonomian 3 sektor dinamakan perekonomian tertutup

3 ALIRAN PENDAPATAN DAN SYARAT KESEIMBANGAN Gaji,upah,,sewa, bunga,untung Pajak perusahaan Pajak individu Pengeluaran pemerintah investasi Konsumsi RT Tabungan pinjaman

4 Pendapatan RT akan digunakan utk 3 kebutuhan : Y = C+S+T Pengeluaran Agregat (AE) dllm perekonomian 3 sektor menjadi AE = C+I+G SYARAT KESEIMBANGAN : Jika penawaran agregat (AS) = Agregat demand (AD) Dalam perekonomian yg tidak melakukan perdagangan LN, AS = Y

5 Pengeluaran Agregaat (AE) adalah pengeluaran yag dilakukan oleh berbagai pihak dalam perekonomian tersebut meliputi tiga jenis : Y = AE = C + I + G

6 Selanjutnya pendapatan yg diterima oleh RT akan digunakan untuk 3 tujuan 1.Membiayai konsumsi (C) 2.Ditabung (S) 3.Membayar Pajak (T) Dalam keseimbangan berlaku persamaan Y = C + I + G. Sedangkan Tiap tingkat pendapatan nasional berlaku Y = C + S + T

7 KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL berlaku persamaan : C + I + G = C + S + T (bila C dikurangi dari setiap ruas) Maka : I + G = S + T Dalam perekonomian 3 sektor tercapai keseimbangan dalam keadaan sbb : Y = C + I + G I + G = S + T

8 PAJAK LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG 1. Pajak langsung : jenis pungutan pemerintah yg scr langsung dikumpulkan dari pihak yg wajib membayar pajak. 2. Pajak tak langsung : pajak yg bebannnya dapat dipindhkan kepada orang lain. Bentuk bentuk pajak pendapatan 1. Pajak regresif : sistem pajak yg presentasi pungutan pajak menurun apabila pendapatan yg dikenakan pajak menjadi bertambah tinggi. 2. Pajak proporsional : presentassi pungutan pajak yg tetap besarnya pada berbagai tingkat pendapatan. 3. Pajak progresif : sistem pajak yg presentasinya bertambah apabila pendapatan semakin meningkat.

9 EFEK PAJAK TERHADAP KONSUMSI DAN TABUNGAN. Yd = Y T 1.Pajak yang dipungut akan mengurangi pendapatan disposible sebanyak pajak yg dipungut tersebut. 2.Penurunan pendapatan disposible menyebabkan pengeluaran konsumsi dan tabungan RT akan berkurang pd berbagai tingkat pendapatan.

10 Misal C = ,75Y C = 90 = 0,75Yd Karena pemerintah tidak memungut pajak, maka Y adalah sama dg Yd Keadaan setelah pemngutan pajak,maka : Yd = Y T Setiap pemungutan pajak akan menimbulkan perubahan terhadap pendapatan disposible. Pajak sebesar T akan menyebabkan pendapatan disposible turun sebanyak T, maka: Yd = - T

11 Kemerosotan pendapatan disposible akan konsumsi dan tabungaan RT. Jumlah konsumsi dan tabungan yg berkurang adalah sama dengan pengurangan pendapatan disposible, Maka : Yd = -T = C + C Disamping tergantung pada perubahan C pendapatan disposible,pengurangan konsumsi ditentukan oleh MPC dan MPS: C = MPC x Yd atau C = MPC (-T) S = MPS x Yd atau S = MPS x (-T) Dalam contoh di atas, pajak T = 40, MPC =0,75 dan MPS =0,25. Maka pengurangan konsumsi dan tabungan RT yg terjadi :.

12 Efek Pajak Tetap terhadap Konsumsi dan Tabungan Rumah Tangga (dalam trilliun rupiah) Y T Yd C S (1) (2) (3) (4) (5) Bagian 1 : T = Bagian 2 : T=

13 Efek Pajak Proporsional terhadap Konsumsi dan Tabungan Rumah Tangga (dalam trilliun rupiah) Y T Yd C S (1) (2) (3) (4) (5) Bagian 1 : T = Bagian 2 : T 20%Y

14 KESIMPULAN : Apa pun sistem pajak, pajak tetap atau pajak proporsional, punguta pajak akan menakibaatkan konsumsi dan tabungan RT berkurang sebanyak yg ditentukan oeh ppersamaan berikut : C = MPC x T S = MPS x T Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal c MPC Yd MPCy C Y

15 Karena pajak proporsional adalah t Y, maka Yd= Y t. Y, = (1-t ) Y, Oleh karena MPC = b, maka : C Y MPCy ( 1 t) b

16 Kecondongan Menabung Marjinal : S MPS Yd S MPSy Yd Dalam perekonommian tiga sektor dengan sistem pajak proporsional, MPS adalah lebih besar dari MPSy. Dalam sistem pajak proporsional, nilai MPSy adalah : MPSy ( 1 b)(1 t )

17 EFEK PAJAK : ANALISIS ALJABAR DAN GRAFIK Dalam contoh angka yg dibuat dalam tabel 5.1 dan 5.2, dimisalkan fungsi konsumsi adalah C = ,75Y. Misal pajak (T = 40 triliun) dan dalam tabel 5.2 dimisalkan pajak (T= 20% dari Y. 1.Efek pajak tetap : C 1 = -bt + a +by S 1 = - (1-b)T a +(1-b)Y

18 Pendekatan Grafik Gambar hal : Efek pajak tetap : Sebelum pajak fs konsumsi adalah C =a + by. Pajak tetap mengurangi konsumsi sebanyak ΔC = -bt dan menyebabkan Fungsi konsumsi bergeser ke C1 = -bt + a + by, yaitu pengurangan sebanyak bt = -MPC.T ( gambar 5.2 i, hal : 166) Fs. Tabungan menjadi : S1 = -(1-b)T a +(1-b)Y

19 EFEK PAJAK : ANALISIS ALJABAR DAN GRAFIK 1.Efek pajak tetap i. Fungsi konsumsi : ii. Fungsi Tabungan :..

20 EFEK PAJAK : ANALISIS ALJABAR DAN GRAFIK 2. Pengaruh Pajak Proporsional Pajak proporsional sebanyak ty menurunkan konsumsi sebanyak ΔC = -b.ty. Apabila fungsi konsumsi asal adalah C = a + by,maka fungsi konsumsi baru : (C 1 ) adalah : C 1 = a + by-b.t.y C 1 = a +b(1-t)y

21 Misalkan fungsi tabungan asal S = -a + (1-b)Y dan pajak adalah ty. Pajak akan menurunkan fungsi tabungan sebanyak ΔS = (1-b)tY, maka fungsi tabungan yang baru (S1) adalah : S1 =-a + (1 - b)(1 - t)y Fungsi Konsumsi baru (C1) dengan pajak 0,2 Y adalah :. Fungsi tabungan baru (S1) dengan pajak 0,2 Y adalah :.

22 Pendekatan Grafik 2. Pajak Proporsional C = a +by C1 = a +by- bty Atau menjadi C1 = a + by- MPC.T Fungsi tabungan : S =-a +(1-b)Y menjadi S1 = -a +(1-b)(1-t)Y

23 Pengeluaran Pemerintah (G) Penentu penentu pengeluaran pemerintah : 1. Proyeksi jumlah pajak yang diterima 2. Tujuan-tujuan ekonomi yg ingin dicapai 3. Pertimbangan politik dan keamanan

24 Keseimbangan Dalam perekonomian Tiga sektor 1. Pajak tetap dan keseimbangan pendapatan diketahui C = ,75Y S = ,25Y T = 40 I = 120 G = 60 Keseimbangan Secara angka :

25 Keseimbangan Dalam perekonomian Tiga sektor Keseimbangan Secara Aljabar i. C = ,75Y dan S = ,25Y ii I = 120 iii G = 60 Dengan demikian pendapatan nasional pada keseimbangan adalah (dalam triliun rupiah) Y = C + I + G = ,75Y ,25Y = 240 Y = 960

26 Suntikan-bocoran (triliun rupiah) Pengeluaran agregat (triliun rupiah) PAJAK TETAP DAN KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL Y=AE E C+I+G C=60+0,75Y G=180 (a) Pendekatan penawaran agregat-permintaan agregat (+) E W=S+T J=I+G 0 1+G=180 (b) Pendekatan suntikanbocoran -60 (-) 240 Pendapatan Nasional (Triliun rupiah)

27 Pengaruh pajak tetap ke atas konsumsi dan tabungan RT Y T C S I G AE=C+I+G Keadaan Ekonomi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) EKSPANSI SEIMBANG KONTRAKSI

28 Keseimbangan Dalam perekonomian Tiga sektor 2. Pajak Proporsional dan Keseimbangan pendapatan Digunakan pemisalan2: 1. Presentasi pajak dnn sifat hubungan diantara pendapatan nasional, konsumsi dan tabungan seperti pd tabel 5.2. Maka fungsi konsumsi C = 90+0,6Y dan S = ,2Y, fungsi pajak T = 0,4Y Investasi Perusahaan adalah I = 150 (triliun) dan pengeluaran G 240 (triliun)..

29 Keseimbangan Dalam perekonomian Tiga sektor 2. Pajak Proporsional dan Keseimbangan pendapatan Keseimbangan secara aljabar : Dari informasi di atas, maka pendapatan nasional keseiembangan dicapai pada : Y = C + I + G. Maka ; Y = ,6Y ,4Y = 480 Y = 1200 Keseimbangan penddapatan nasional juga dapat dicari dg pendekatan suntikan bocoran (I + G = S + T)

30 Pengaruh pajak proporsional ke atas konsumsi dan tabungan RT Y T C S I G AE=C+I+G Keadaan Ekonomi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) EKSPANSI SEIMBANG KONTRAKSI

31 Pengeluaran agregat (triliun rupiah) Suntikan-bocoran (triliun rupiah) Pajak Proporsional dan Keseimbangan Pendapatan Nasional Y=AE C+I+G (+) C 390 S+T I+G (a) Pendekatan penawaran agregat-permintaan agregat (b) Pendekatan suntikanbocoran Pendapatan Nasional 0-90 (-)

32 MULTIPLIER DALAM EKONOMI TIGA SEKTOR (DALAM TRILIUN RUPIAH) Tahapan proses Multiplier Pertambahan pendapatan nasional Bagian 1 : Sistem Perpajakan tetap Pertambahan Pajak Pertambahan pendapatan disposebel Pertambahan konsumsi Pertamabahan tabungan Y T Y d C S I I = Y 1 = II Y 2 = ,25 3,75 III Y 3 = 11, ,25 8,4375 2,8125 Dan seterusnya Jumlah Total Y=80 T=0 Y d =80 C=60 S=20 Bagian 2 : Sistem Pajak Proporsional I I = Y 1 = II Y 2 = 12 2,7 9,6 7,2 2,4 III Y 3 = 9,6 1,92 7,68 5,76 1,92 Dan Seterusnya Jumlah Total Y=50 T=10 Y d =40 C=30 S=10

33 Multiplier dalam Perekonomian Tiga Sektor 2. Menghitung Nilai Multiplier Tiga jenis multiplier akan ditentukan besarnya, yaitu untuk : 1.Multiplier Investasi, 2.Multiplier pengeluaran pemerintah 3.Multiplier perubahan pajak. Multiplier Investasi 1.Sistem pajak tetap : Y 1 1 b

34 Multiplier dalam Perekonomian Tiga Sektor 2. Sistem pajak proporsional Multiplier investasi (pajak proporsional ) 1 1 b bt 1 1 b(1 t) Contoh menghitung Multiplier Investasi : Jika MPC = 0,75 pajak proporsional T = 0,2Y Pertambahan investasi = 20 triliun

35 Multiplier dalam Perekonomian Tiga Sektor Multiplier Pengeluaran pemerintah 1. Sistem pajak tetap : Dalam perekonomian yg menggunakan sistem pajak tetap, nilai multiplier pengeluaran pemerintah (G) adalah 1 1 b dan kenaikan pendapatan nasional (ΔY) dapat dihitung dengan persamaan Y 1 1 b G

36 Multiplier dalam Perekonomian Tiga Sektor Multiplier Pengeluaran pemerintah 2. Sistem pajak Proporsional : Dalam perekonomian yg menggunakan sistem pajak proporsional, nilai multiplier pengeluaran pemerintah (G) adalah Y 1 1 b bt G

37 Multiplier dalam Perekonomian Tiga Sektor Multiplier Pajak 2. Sistem pajak tetap Dalam perekonomian yg menggunakan sistem pajak tetap,pengurangan pajak sebanyak ΔT akan menambah pendapatan nasional (ΔY) sebanyak : b 1 b dikali dengan pengurangan pajak yang dilakukan. Dalam pajak tetap nilai multiplier perubahan pajak (M T ) Y T b 1 b

38 Multiplier dalam Perekonomian Tiga Sektor Multiplier Pajak 2. Sistem pajak proporsional Pengurangan pajak sebanyak ΔT akan menaikkan pendapatan nasional sebanyak : Y T b 1 b bt

39 SOAL LATIHAN : 1. Misalkan dalam suatu perekonomian berlaku keadaan seperti dinyatakan di bawah ini ; - Fungsi konsumsi : C= ,75Yd - Pemerintah memungut pajak sebanyak 20% dari pendapatan nasional - G = 500 dan I = 300 a. Hitunglah pendapatan nasional pada keseimbangan. b. Bagaimanakah anggaran belanja pemerintah (surplus, defisit atau seimbang)? c. Apabila pendapatan nasional pada tingkat konsumsi tenaga penuh adalah 3000, masalah apakah yang dihadapi oleh perekonomian tersebut? d. Dengan menggunakan pendekatan penawaran agregat-permintaan agregat, dan suntikan bocoran, lukiskan keadaan keseimbangan perekonomian tersebut!

40 SOAL LATIHAN : 2. Misalkan suatu negara menetapkan sistem pajak tetap dan jika : a. MPS = 0,4, Berapakah angka pengganda belanja pemerintah? b. MPC = 0,9, Berapakah angka pengganda belanja pemeritah? c. MPC = 0,6 dan pajak diturunkan pemerintah sebesar 20 triliun? Berapakah peningkatan pendapatan nasional ekulibrium?

41 SOAL LATIHAN : 2. Dalam sebuah perekonomian dimisalkan sbb : fungsi konsumsi C = ,75Yd Investasi adalah I = 600 Pengeluaran pemerintah (G) = 800 pajak adalah 15% dari Y Berapakah pendapatan nasional dari perekonomian ini dan lukislah grafik keseimbangannya!

KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TERBUKA

KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TERBUKA KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TERBUKA 1. Pengertian Perekonomian Empat Sektor/Perekonomian Terbuka, yaitu Perekonomian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi pada suatu negara, yaitu memperhitungkan

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Tiga Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Tiga Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Tiga Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Pada perekonomian dua sektor, pendapatan nasional sama dengan pendapatan disposebel. Disposable Income adalah pendapatan pribadi dikurangi

Lebih terperinci

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana)

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) BAB 2 Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) Perekonomian tertutup merupakan perekonomian yang tidak mengenal hubungan ekonomi dengan negara lain (seperti ekspor, transaksi impor, transaksi

Lebih terperinci

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)

Lebih terperinci

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel) Tugas PIE Makro 1. Diketahui: C = 50 + 0,8 Yd S = - 50 + 0,2 Yd I = 40 Pendapatan Nasional Konsumsi RT Tabungan RT Investasi Pengeluaran Agregat 0 150 200 450 600 750 Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) PREPARED BY : S. K.TOMASOA, SE.,M.Si. Keseimbangan Ekonomi

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN DALAM PEREKONOMIAN TERTUTUP

KESEIMBANGAN DALAM PEREKONOMIAN TERTUTUP Pokok Bahasan 5 KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL Dosen Peng ngampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Guru Besar Universitas Riau KESEIMBANGAN DALAM PEREKONOMIAN TERTUTUP Keseimbangan perekonomian negara

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR Oleh: T. Parulian Dalam dunia nyata, pelaku kegiatan ekonomi bukan hanya rumah tangga dan perusahaan (swasta). Dengan masuknya pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB 3 KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR (TERTUTUP)

BAB 3 KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR (TERTUTUP) BAB 3 KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR (TERTUTUP) 3.1 Aliran Pendapatan dan Syarat Keseimbangan Perekonomian tiga sektor diartikan sebagai perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga, perusahaan

Lebih terperinci

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi Yang dimaksud dengan perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan Hubungan antara konsumsi dan pendapatan Pada saat pendapatan rendah, rumah tangga mengorek

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah 5. Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah Mengapa Anda Perlu Tahu Kita tulis kembali krisis yang melanda Indonesia tahun 1997 sebagai momentum memasukkan peran pemerintah dalam

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro

Pengantar Ekonomi Makro PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN Pengantar Ekonomi Makro Matakuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi Pengajar : Dany Juhandi, S.P, M.Sc Amelira Haris Nasution, S.P, M.Si Semester : I Pertemuan : 8 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) Yang dimaksud fungsi pendapatan disini adalah Pendapatan Nasional (Y) yaitu pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR RETNO BUDI L, SE,M.SI

KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR RETNO BUDI L, SE,M.SI KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR RETNO BUDI L, SE,M.SI Perekonomian dua sektor adalah : perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan. Aggregate Output and Aggregate Income (Y) Aggregate

Lebih terperinci

Skedul Konsumsi Atau Daftar. Konsumsi

Skedul Konsumsi Atau Daftar. Konsumsi PERILAKU KONSUMSI FUNGSI KONSUMSI Skedul Konsumsi Atau Daftar Pendapat an pribadi setelah pajak (GDP = DI) Konsumsi Konsumsi ( C ) Tabungan (saving /dissaving) ( S ) 370 375-5 390 390 0 410 405 5 430 420

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi 2. Pengantar Ekonomi 2. MODEL PEREKONOMIAN MR Alfarabi Istiqlal. Pendahuluan. Model Perekonomian 4/3/2017 A. PEREKONOMIAN DUA SEKTOR

Pengantar Ekonomi 2. Pengantar Ekonomi 2. MODEL PEREKONOMIAN MR Alfarabi Istiqlal. Pendahuluan. Model Perekonomian 4/3/2017 A. PEREKONOMIAN DUA SEKTOR MODEL PEREKONOMIAN MR Alfarabi Istiqlal Pendahuluan Terbagi menjadi 3: a. Model Perekonomian dua sektor b. Model Perekonomian tiga sektor c. Model Perekonomian empat sektor 2 A. PEREKONOMIAN DUA SEKTOR

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA)

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) Oleh: T. Parulian Analisis pendapatan nasional empat sektor terdiri dari empat pelaku ekonomi yaitu RTK, RTP, RTN dan RTLN.

Lebih terperinci

MAKRO EKONOMI. Agung Mustofa Sri Retno Wahyuni Vicha Ratih D. Yoga Purohmana Jasa

MAKRO EKONOMI. Agung Mustofa Sri Retno Wahyuni Vicha Ratih D. Yoga Purohmana Jasa MAKRO EKONOMI Agung Mustofa Sri Retno Wahyuni Vicha Ratih D. Yoga Purohmana Jasa Penentuan Kegiatan Ekonomi Berdasarkan Teori Pandangan Klasik Pandangan Keynes Pendekatan Masa Kini Pandangan Ahli Ekonomi

Lebih terperinci

SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI

SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI PERILAKU KONSUMSI FUNGSI KONSUMSI Skedul Konsumsi Atau Daftar Konsumsi Pendapat an pribadi setelah pajak (GDP = DI) Konsumsi (C) Tabungan (saving /dissaving) (S) 370

Lebih terperinci

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL 6.1 Pendahuluan Dalam ekonomi makro, pengeluaran seseorang yang digunakan untuk konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Konsumsi akan semakain tinggi

Lebih terperinci

Letak Sebuah Titik :

Letak Sebuah Titik : BAB V FUNGSI Letak Sebuah Titik : Y+ Kuadran II Kuadran I X+ Kuadran III Kuadran IV Fungsi ialah : Suatu bentuk hubungan matematis yg menyatakan hub. Ketergantungan/ fungsional antara satu variabel dengan

Lebih terperinci

ANALISA PENDAPATAN NASIONAL

ANALISA PENDAPATAN NASIONAL ANALISA PENDAPATAN NASIONAL Keadaan ekonomi yang diharapkan oleh suatu negara:. Tingkat kesempatan kerja (KK) yang tinggi 2. Peningkatan kapasitas produksi nasional yang tinggi 3. Tingkat pendapatan nasional

Lebih terperinci

Perekonomian Terbuka

Perekonomian Terbuka Perekonomian Terbuka Perekonomian Terbuka Perekonomian empat sektor (perekonomian terbuka) adalah suatu perekonomian yang didalamnya sudah terdapat perdagangan luar negeri (ekpor-impor). Pengeluaran agregat

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI 1 Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI Tujuan Instruksi Khusus: Mahasiswa dapat memahami hubungan nilai variable permintaan agregat (keynessian), pendapatan nasional keseimbangan dan sistem keuangan.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN FISKAL 30/04/2016. Kebijakan fiskal

KEBIJAKAN FISKAL 30/04/2016. Kebijakan fiskal KEBIJAKAN FISKAL KEBIJAKAN FISKAL Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang diinginkan dengan cara mengubah-ubah

Lebih terperinci

MAKALAH KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TERBUKA

MAKALAH KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TERBUKA MAKALAH KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TERBUKA ABDUL MUCHSIN AKHMAD FAUZI AZIS KURNIA FAHMI PERMADI MAHMUDIN M. TITS EKO YANA HERDIAN HENDRO MAYHADI SAHRUL BADRI ANANDA PRATAMA MUSMUALIM SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Arus Lingkar Kegiatan Ekonomi Dua Sektor Arus Lingkar Kegiatan Ekonomi Tiga Sektor Arus Lingkar Kegiatan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Arus Lingkar Kegiatan Ekonomi Arus lingkar

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. MEMAHAMI KONSUMSI DAN TABUNGAN Konsumsi Tabungan Fungsi Konsumsi APC MPC Garis 45 0 Fungsi Tabungan APS Grafis Matematis Grafis Matematis Komponen Pendapatan

Lebih terperinci

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan IS-LM) Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional

Lebih terperinci

PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL

PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL KEBIJAKAN FISKAL K E L O M P O K 6 : B E R T H A Y U L I A R T I M N O V A N T I N A Y A S A P U T R I N U R U L A L I D A P A N J I A D H Y A T M A T E T A K A R I N A PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL Menurut

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN 1 2 Fungsi Ekonomi Utama Pemerintah 1. Meningkatkan efisiensi dengan menciptakan persaingan, mengendalikan eksternalitas dan menyediakan barang publik Pemerintah berperan

Lebih terperinci

MODEL IS DARI PASAR BARANG DAN MODEL LM DARI PASAR UANG. Chapter Ten 1

MODEL IS DARI PASAR BARANG DAN MODEL LM DARI PASAR UANG. Chapter Ten 1 MODEL IS DARI PASAR BARANG DAN MODEL LM DARI PASAR UANG. Chapter Ten 1 Model Keynes diartikan berbeda-beda oleh banyak orang. Hal yang berguna untuk memikirkan model Keynes buku teks dasar sebagai perincian

Lebih terperinci

MODEL PEREKONOMIAN TERTUTUP 3 SEKTOR

MODEL PEREKONOMIAN TERTUTUP 3 SEKTOR C:/Indra/Materi Ekonomi Makro/Semester 3/UNTIRTA MODEL KENESIAN I : ANALISIS SILANG KENESIAN (The Keynesian Cross Analysis, KCA) MODEL PEREKONOMIAN TERTUTUP 3 SEKTOR Arti Analisis Silang Keynesian. Adl.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER. Oleh : Muhlisin

KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER. Oleh : Muhlisin KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER Oleh : Muhlisin TEORI MAKROEKONOMI MELIPUTI JUGA ANALISIS DALAM BERBAGAI ASPEK BERIKUT : 1. Masalah ekonomi yang dihadapi, terutama pengangguran dan inflasi, dan

Lebih terperinci

Matakuliah : J 0034/Ekonomi Makro Tahun : 2005 Versi : Revisi 3. Pertemuan 3 Pemikiran Makro Ekonomi Klasik

Matakuliah : J 0034/Ekonomi Makro Tahun : 2005 Versi : Revisi 3. Pertemuan 3 Pemikiran Makro Ekonomi Klasik Matakuliah : J 0034/Ekonomi Makro Tahun : 2005 Versi : Revisi 3 Pertemuan 3 Pemikiran Makro Ekonomi Klasik 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa akan

Lebih terperinci

BAB 10 Permintaan Agregat 1: Membangun Model IS-LM

BAB 10 Permintaan Agregat 1: Membangun Model IS-LM BAB 10 Permintaan Agregat 1: Membangun Model IS-LM Tutoriasl PowerPoint Untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6. N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian Chapter Ten 1 Depresi Besar (Great Depression)

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN AGREGAT DEMAND AGREGAT SUPPLY

KESEIMBANGAN AGREGAT DEMAND AGREGAT SUPPLY KESEIMBANGAN AGREGAT DEMAND AGREGAT SUPPLY L Suparto LM,.M.Si AGREGAT DEMAND-AGREGAT SUPPLY Dengan memperkenalkan peranan uang dalam perekonomian, dan menerangkan teori Keynes yang menyatakan bahwa tingkat

Lebih terperinci

EKONOMI MAKRO: MODEL ANALISIS IS-LM. Oleh : Nur Baladina, SP. MP.

EKONOMI MAKRO: MODEL ANALISIS IS-LM. Oleh : Nur Baladina, SP. MP. EKONOMI MAKRO: MODEL ANALISIS IS-LM Oleh : Nur Baladina, SP. MP. Konsep Dasar Analisis IS-LM Model IS-LM memadukan ide-ide aliran pemikiran Klasik dengan Keynes, sering disebut sebagai sintesis Klasik-Keynesian,

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN KESEIMBANGAN UMUM PASAR BARANG DAN PASAR UANG

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN KESEIMBANGAN UMUM PASAR BARANG DAN PASAR UANG PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN KESEIMBANGAN UMUM PASAR BARANG DAN PASAR UANG Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi Pengajar : Dany Juhandi, S.P, M.Sc Amelira Haris Nasution, S.P, M.Si Semester : I Pertemuan

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN UANG Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi : Dany Juhandi, S.P, M.Sc

KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN UANG Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi : Dany Juhandi, S.P, M.Sc KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN UANG Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi Pengajar Semester : Dany Juhandi, S.P, M.Sc : I Pertemuan : 11 Pokok Bahasan PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN Amelira Haris Nasution,

Lebih terperinci

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog:

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog: Pokok Bahasan 3 PENENTUAN KEGIATAN EKONOMI Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email: asyahza@yahoo.co.id; syahza.almasdi@gmail.com Guru Besar Universitas Riau Pandangan Klasik, Keynes

Lebih terperinci

Keseimbangan Empat Sektor

Keseimbangan Empat Sektor Keseimbangan Empat Sektor Dalam keseimbangan empat sektor diperkenalkan dua dual. Dua hai yang dimaksud adalah campur pemerintah dalam perekonomian (membicarakan perekonomian 3 sektor), dan hubungan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PEMBAHASAN KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO A. KESEIMBANGAN PASAR EKONOMI MIKRO INDIVIDU

BAB I PEMBAHASAN KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO A. KESEIMBANGAN PASAR EKONOMI MIKRO INDIVIDU BAB I PEMBAHASAN KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO A. KESEIMBANGAN PASAR EKONOMI MIKRO INDIVIDU Dalam bentuk yang paling sederhana keseimbangan pasar digambarkan dengan kurva demand dari satu individu

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS ANTARA KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER DENGAN PENDEKATAN MODEL IS - LM (STUDI KASUS INDONESIA TAHUN )

ANALISIS EFEKTIVITAS ANTARA KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER DENGAN PENDEKATAN MODEL IS - LM (STUDI KASUS INDONESIA TAHUN ) ANALISIS EFEKTIVITAS ANTARA KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER DENGAN PENDEKATAN MODEL IS - LM (STUDI KASUS INDONESIA TAHUN 1970-2005) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat S-2

Lebih terperinci

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan

Lebih terperinci

MODUL AJAR TEORI EKONOMI MAKRO

MODUL AJAR TEORI EKONOMI MAKRO 1 MODUL AJAR TEORI EKONOMI MAKRO Oleh : RITA INDAH MUSTIKOWATI, SE, MM FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 2 STRUKTUR DASAR EKONOMI MAKRO BAB I Standar Kompetensi : Memahami metode-metode

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL TIK: Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa memahami tentang variabelvariabel dalam ekonomi makro. TIU: Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu

Lebih terperinci

Tabungan, Investasi dan Sistem Keuangan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Tabungan, Investasi dan Sistem Keuangan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Tabungan, Investasi dan Sistem Keuangan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Untuk membuka Usaha membutuhkan Investasi. Definisi Investasi secara Makro adalah terkait dengan barang modal, diantaranya: a. Pembelian

Lebih terperinci

Materi UTS Matematika Ekonomi dan Bisnis

Materi UTS Matematika Ekonomi dan Bisnis Materi UTS Matematika Ekonomi dan Bisnis 1. Fungsi permintaan, fungsi penawaran dan keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak 2. Fungsi Biaya, Fungsi Penerimaann dan Analisis Pulang Pokok. 3. Fungsi

Lebih terperinci

BAB III PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

BAB III PENDAPATAN DAN PENGELUARAN BAB III PENDAPATAN DAN PENGELUARAN A. PENDAPATAN NASIONAL 1. PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL Adalah jumlah nilai seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam periode tertentu

Lebih terperinci

Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional. Pengantar Ilmu Ekonomi

Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional. Pengantar Ilmu Ekonomi Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional. Pengantar Ilmu Ekonomi Saturday, June 25, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-11 Pengertian kebijakan fiskal. Jenis Pajak. Efek Pajak otonom tehadap keseimbangan

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MAKRO

PENGANTAR EKONOMI MAKRO PENGANTAR EKONOMI MAKRO Pitri Yandri Email: p.yandri@gmail.com Situs: www.pyandri.co.cc STIE MAIJI STIE MAIJI Juli 2010 Buku: Olivier Blanchard, 2006, Macroeconomics, fourth edition, international edition,

Lebih terperinci

Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang

Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang Modul 1 Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang Arief Ramayandi, S.E., MecDev., Ph.D. Ari Tjahjawandita, S.E., M.Si. M PENDAHULUAN odul ini akan menjelaskan

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan KEBIJAKAN PEMERINTAH Kebijakan pemerintah yg berkaitan dengan APBN untuk mempengaruhi jalannya perekonomian guna mencapai sasaran atau tujuan tertentu Misal: 1. menaikkan/menurunkan budget 2. menaikkan

Lebih terperinci

CAKUPAN MATERI 1. KONSEP DASAR KEBIJAKAN FISKAL 2. PERAN KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA 3. KONSEP APBN 4. GAMBARAN UMUM APBN 5. STUDI IMPLEMENTASI

CAKUPAN MATERI 1. KONSEP DASAR KEBIJAKAN FISKAL 2. PERAN KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA 3. KONSEP APBN 4. GAMBARAN UMUM APBN 5. STUDI IMPLEMENTASI CAKUPAN MATERI 1. KONSEP DASAR KEBIJAKAN FISKAL 2. PERAN KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA 3. KONSEP APBN 4. GAMBARAN UMUM APBN 5. STUDI IMPLEMENTASI www.mercubuana.ac.id Pengertian Kebijakan Fiskal kebijakan

Lebih terperinci

I. ILMU EKONOMI. Apakah Ilmu Ekonomi Itu?

I. ILMU EKONOMI. Apakah Ilmu Ekonomi Itu? I. ILMU EKONOMI Apakah Ilmu Ekonomi Itu? Di dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita selalu berpikir untuk membeli barang-barang yang sangat kita butuhkan. Jika masih ada sisa mungkin kita bisa membeli

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN 4 SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) : RUMAH TANGGA + PERUSAHAAN + PEMERINTAH + PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PEREKONOMIAN 4 SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) : RUMAH TANGGA + PERUSAHAAN + PEMERINTAH + PERDAGANGAN LUAR NEGERI PEREKONOMIAN 4 SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) : RUMAH TANGGA + PERUSAHAAN + PEMERINTAH + PERDAGANGAN LUAR NEGERI NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL (NPI) = Neraca pembayaran luar negeri, adalah pecatatan

Lebih terperinci

BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL 1.1 Pengukuran Pendapatan Nasional Untuk mempermudah perhitungan pendapatan nasional terdapat tiga metode yang digunakan yaitu : 1. Metode Produksi (Production Approach)

Lebih terperinci

Teori Pengeluaran Pemerintah. Sayifullah, SE., M.Akt. Materi Presentasi. Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro

Teori Pengeluaran Pemerintah. Sayifullah, SE., M.Akt. Materi Presentasi. Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro Teori Pengeluaran Pemerintah Sayifullah, SE., M.Akt Materi Presentasi Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro 1 Rostow dan Musgrave : Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Lebih terperinci

Kinerja kebanyakan bisnis sangat tergantung pada tiga faktor ekonomi makro, yaitu : Yaitu perubahan dalam tingkat umum dari aktivitas ekonomi.

Kinerja kebanyakan bisnis sangat tergantung pada tiga faktor ekonomi makro, yaitu : Yaitu perubahan dalam tingkat umum dari aktivitas ekonomi. Nama : Shoma Wiryantara NIM : 10.12.4643 LINGKUNGAN BISNIS Keberhasilan suatu perusahaan sebagian tergantung pd. Lingkungannya. Walaupun manajer suatu perusahaan tidak dapat mengendalikan lingkungan, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu: perpajakan (tax policy) dan pengeluaran (expenditure policy). Dalam hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu: perpajakan (tax policy) dan pengeluaran (expenditure policy). Dalam hal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Dalam perekonomian dan pembangunan ekonomi suatu negara, peranan pemerintah secara empiris tidak dapat dihindarkan. Peran pemerintah tersebut diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB III MODEL KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM PEREKONOMIAN

BAB III MODEL KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM PEREKONOMIAN BAB III MODEL KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM PEREKONOMIAN Sebelum membahas lebih jauh mengenai beberapa model keseimbangan pendapatan baik dalam perekonomian dua sektor, tiga dan empat sektor akan dibahas

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGANTAR EKONOMI MAKRO AK215105/3

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGANTAR EKONOMI MAKRO AK215105/3 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGANTAR EKONOMI MAKRO AK215105/3 Hendri Jopanda, SE. M.Si PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA JAKARTA 2016 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER r Fakultas

Lebih terperinci

PENGELUARAN PEMERINTAH PENGGUNAAN PENGELUARAN PEMERINTAH MENJALANKAN RODA PEMERINTAHAN MEMBIAYAI KEGIATAN PEREKONOMIAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN 1. PERAN ALOKATIF: mengalokasikan SDE agar pemanfaatannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Ekonomi Makro dalam Perspektif Filsafat Ilmu.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Ekonomi Makro dalam Perspektif Filsafat Ilmu. Kode & nama mata kuliah : IS 305 Pengantar Ekonomi Makro (3SKS) SATUAN ACARA PERKULIAHAN Topik bahasan : Ekonomi Makro dalam Perspektif Filsafat Ilmu : Mahasiswa memahami dan mendiskripsikan pengertian,

Lebih terperinci

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Silabus: 1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Peran pemerintah dalam bidang ekonomi. Organisasi Bisnis dan Keuangan Produksi dan Pendapatan Nasional. Uang dan Lembaga Keuangan Bank Indonesia.

Lebih terperinci

Soal A. 1. Apa pengertian dari pembagian pendapatan nasional, dan apakah pendapatan nasional sudah terbagikan dengan merata di antara anggota

Soal A. 1. Apa pengertian dari pembagian pendapatan nasional, dan apakah pendapatan nasional sudah terbagikan dengan merata di antara anggota Soal A. 1. Apa pengertian dari pembagian pendapatan nasional, dan apakah pendapatan nasional sudah terbagikan dengan merata di antara anggota masyarakat ataukah belum? Jawab : Pembagian pendapatan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Bidang Kebijakan Pajak dan PNBP II, Pusat Kebijakan Pendapatan Negara I. Pendahuluan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT

MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT Permintaan agregat adalah permintaan keseluruhan total atau permintaan seluruh lapisan masyarakat. Permintaan agregat terbentuk : 1. Dibentuk oleh pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bahwa sebagian besar dari pendapatan yang diterima masyarakat akan dibelanjakan kembali untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pengeluaran

Lebih terperinci

MAKALAH KEBIJAKAN FISKAL. Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ekonomi Makro Dosen Pengampu : Agus Arwani, M Ag.

MAKALAH KEBIJAKAN FISKAL. Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ekonomi Makro Dosen Pengampu : Agus Arwani, M Ag. MAKALAH KEBIJAKAN FISKAL Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ekonomi Makro Dosen Pengampu : Agus Arwani, M Ag Di Susun Oleh : 1. M. Ifwan Maula (2013116270) 2. Dede Achmadan Chulqi (2013116272) 3.

Lebih terperinci

Akhmad Karim Assyifa NIM FISIP IKOM UT. TUGAS 3 Pengantar Ilmu Ekonomi

Akhmad Karim Assyifa NIM FISIP IKOM UT. TUGAS 3 Pengantar Ilmu Ekonomi Akhmad Karim Assyifa NIM 030014935 FISIP IKOM UT TUGAS 3 Pengantar Ilmu Ekonomi RANGKUMAN MODUL 7 PEREKONOMIAN DUA SEKTOR Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor perusahaan

Lebih terperinci

digambarkan sebagai berikut: C/S

digambarkan sebagai berikut: C/S FUNGSI KONSUMSI, FUNGSI TABUNGAN DAN PENDAPATAN NASIONAL Seorang ahli dalam bidang ekonomi bernama Keyness, mempunyai pendapat bahwa pengeluaran seseorang untuk konsumsi dipengaruhi oleh pendapatannya.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA Kuliah SEI pertemuan 11 NANANG HARYONO, S.IP., M.Si DEPARTEMEN ADMINISTRASI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 Perencanaan Pembangunan Ekonomi ARTHUR LEWIS dalam buku DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

Neraca Perdagangan : Pendekatan Analisa Parsial

Neraca Perdagangan : Pendekatan Analisa Parsial Neraca Perdagangan : Pendekatan Analisa Parsial Meet -10 Hariyatno Creat BY HRY 26 Okt 2011 1 Pendekatan Analisa Parsial (partial equilibrium analysis ) metode yg Tabel Posisi konsumsi & produksi VS harga

Lebih terperinci

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian 1 Model ini sangat sederhana

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL PENDAPATAN N A S I O N A L: W A KTU KE W A KTU D A E R A H

PENDAPATAN NASIONAL PENDAPATAN N A S I O N A L: W A KTU KE W A KTU D A E R A H PENDAPATAN NASIONAL MANFAAT PERHITUNGAN D A N A N A LISA PENDAPATAN N A S I O N A L: 1. MENGETAHUI D A N MENELAAH S TRUKTUR S I S TEM PEREKONOMIAN 2. MEMBANDINGKAN PEREKONOMIAN D A R I W A KTU KE W A KTU

Lebih terperinci

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Pengertian Inflasi Sumber dan Dampak Inflasi Jenis Jenis Inflasi Kebijakan Pemerintah Mengatasi Inflasi Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. 1 Inflasi Inflasi Dapat Didefinisikan Sebagai Suatu Kondisi Dimana

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi MANAGEMEN PEREKONOMIAN INDONESIA KEBIJAKAN FISKAL DAN APBN -Arfi laili Ibkari (43114120416) -Puji Warastuti (43114120402) -Wiwit Aryani (43114120411)

Lebih terperinci

BAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan

BAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik mengenai dampak defisit anggaran terhadap perekonomian telah sering menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan berbeda terhadap

Lebih terperinci

Andri Wijanarko,SE,ME

Andri Wijanarko,SE,ME Andri Wijanarko,SE,ME Andri_wijanarko@yahoo.com 2 A.Pengeluaran Pemerintah B. Pengeluaran Rumah tangga 3 JENIS PENGGUNAAN 2006 2007 2008 2009 Pengeluaran Konsumsi 210,260,292 223,820,060 235,432,864 254,791,295

Lebih terperinci

KEBIJAKAN FISKAL. Sayifullah, SE., M.Akt

KEBIJAKAN FISKAL. Sayifullah, SE., M.Akt KEBIJAKAN FISKAL Sayifullah, SE., M.Akt Materi Presentasi Asal mula kebijakan fiskal Macam kebijakan fiskal Tujuan kebijakan fiskal Konflik antara stabilitas harga dan kesempatan kerja Kaitan antara kebijakan

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT L Suparto LM,. M.Si Dalam teori makroekonomi klasik, jumlah output bergantung pada kemampuan perekonomian menawarkan barang dan jasa, yang sebalikya bergantung pada suplai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti khusus bagi negara-negara berkembang dalam membuat kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti khusus bagi negara-negara berkembang dalam membuat kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hubungan kausalitas antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah memiliki arti khusus bagi negara-negara berkembang dalam membuat kebijakan dan keputusan anggaran

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Penggunaan Fungsi dalam Ekonomi Matematika adalah suatu alat untuk menyederhanakan penyajian dan pemahaman suatu masalah. Dengan menggunakan bahasa matematika, penyajian suatu

Lebih terperinci

Pasar Uang Dan Kurva LM

Pasar Uang Dan Kurva LM Pasar Uang Dan Kurva LM, SE., MM. 1 Permintaan Dan Penawaran Uang Uang Segala sesuatu yg dapat dipakai sebagai alat pembayaran yg sah. Fungsi uang Sebagai satuan pengukur nilai, alat tukar dan penimbun

Lebih terperinci

Pembahasan Soal UTS PTE Makro 2016/2017

Pembahasan Soal UTS PTE Makro 2016/2017 Pembahasan Soal UTS PTE Makro 2016/2017 1. Ekonomi makro adalah cabang dari ilmu ekonomi yang membahas? : C. Perekonomian secara agregatif Alasan : Teori Ekonomi Makro adalah suatu cabang ilmu ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian tiga sektor, campur tangan pemerintah tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga

Lebih terperinci

Kerangka IS-LM. Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD)

Kerangka IS-LM. Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD) 7. Kerangka IS-LM Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD) Mengapa Anda Perlu Tahu Pembahasan model keseimbangan silang Keyness mengasumsikan bahwa tingkat suku bersifat eksogen dalam

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro PENGANTAR EKONOMI MAKRO Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Pengertian Ekonomi Makro ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia telah mengakibatkan perekonomian mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah Indonesia terbelit

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

BAB 1 PERSOALAN EKONOMI

BAB 1 PERSOALAN EKONOMI BAB 1 PERSOALAN EKONOMI A. Pilihan Ganda 1. Dibawah ini yang termasuk faktor produksi adalah: a. SDA (Sunber Daya Alam) b. SDM (Sumber Daya Manusia) c. Semua alat buatan manusia d. Semua benar 2. Di dalam

Lebih terperinci