BAB III MODEL KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM PEREKONOMIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III MODEL KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM PEREKONOMIAN"

Transkripsi

1 BAB III MODEL KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM PEREKONOMIAN Sebelum membahas lebih jauh mengenai beberapa model keseimbangan pendapatan baik dalam perekonomian dua sektor, tiga dan empat sektor akan dibahas terlebih dahulu mengenai konsumsi, tabungan, investasi dan eksport import. A. FUNGSI KONSUMSI Adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara variabel pendapatan nasional ( Y ) dengan variabel konsumsi ( C ). Fungsi konsumsi menurut JM Keynes dirumuskan sebagai C = Co + cy Karakteristik Fungsi Konsumsi Keynes adalah : 1. Besarnya pengeluaran konsumsi ( C ) dipengaruhi secara positif dan searah oleh besarnya pendapatan 2. Merupakan fungsi konsumsi jangka pendek, ditunjukkan adanya konsumsi otonom ( Co ) yaitu Pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan sama dengan nol ( 0 ) Pengeluaran konsumsi yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan 3. c = Marginal Propensity to Consume ( MPC ) yaitu besarnya kecenderungan perubahan konsumsi ketika pendapatan berubah ( C / Y ). 0 < c < 1, atau MPC positif tapi kurang dari 1. (Ini berdasarkan Fundamental Psychological Law). Dimana c merupakan slope kurva konsumsi. 4. Y adalah pendapatan yang siap dibelanjakan atau disebut disposible income yaitu Y d = Y tax + subsidi 5. Average Propensity to Consume atau kecenderungan rata rata untuk berkonsumsi. APC = C / Y = Co + cy = c + Co / cy Y Besarnya APC tidak konstan, tetapi membesar dengan semakin besarnya C Dalam jangka pendek APC > MPC 13

2 APC ( pada satu tingkat pendapatan ) adalah slope garis yang dibuat dari titik origin ke suatu titik pada kurva konsumsi ( pada tingkat pendapatan tertentu 6. Fungsi konsumsi jangka panjang Keynes mempunyai sifat sifat sebagai berikut: Fungsinya C = ky MPC = APC MPC jangka panjang > MPC jangka pendek Tidak ada autonomous consumption, karena dalam jangka panjang apabila tidak ada pendapatan maka tidak bisa berkonsumsi. Hubungan Konsumsi Jangka Panjang dan jangka Pendek Dalam jangka panjang, pola konsumsi menurut Keynes akan membentuk suatu pola tertentu dengan berbagai model. Model model tersebut dikembangkan oleh pengikut pengikut Keynes. Terdapat tiga model hubungan konsumsi jangka panjang dan jangka pendek yang perlu dibahas di sini, ayitu : 1. Permanent Income Hypothesis, menurut Milton Friedman, pendapatan permanen terdiri dari pendapatan periode lalu ditambah dengan windfall income yang diyakini menjadi bagian dari pendapatan permanen. Keyakinan itu diwujudkan dalam koefisien adaptasi yang dinotasikan dengan g. Dalam jangka pendek g terletak antara 0 dan satu. Semakin mendekati 0 artinya konsumen semakin pesimis bahwa windfall income akan menjadi pendapatan permanen, sementara semakin mendekati 1 artinya konsumen semakin optimis. Dalam jangka panjang besarnya g adalah 1, artinya seluruh windfall akan menjadi pendapatan permanen. C = k ( 1 g ) Y t-1 + kg Y t 2. Relative Income Hypothesis, menurut Duessenbery jika pendapatan berubah maka pola konsumsi juga akan berubah mengikuti jalur perubahan yang ratchet, karena pola pola perubahan konsumsi tersebut melalui tahap - tahap penyesuaian. Dalam jangka pendek karena konsumen belum bisa menyesuaikan pola konsumsi dengan pendapatan yang baru, maka konsumen tetap mendasarkan pola konsumsinya pada pendapatan yang lama, baru dalam jangka panjang pola konsumsi akan mengikuti pada pendapatan yang baru. Sulitnya penyesuaian terhadap pendapatan yang baru adalah karena psychological shock pada kasus pendapatan turun. Secara grafis, model konsumsi Relative income ini bisa digambarkan sebagai berikut : 14

3 CL Co3 G F C E D CS3 CS2 CS1 Co2 A B Co1 0 Y1 Y2 Y3 Gambar 3.1 Relative Income Hypotesis Keterangan : Cl adalah konsumsi jangka panjang, sementara Cs1, Cs2 dan Cs3 adalah konsumsi jangka pendek. Pendapatan mula mula adalah sebesar Y1 dengan konsumsi di titik A, ketika terjadi kenaikan pendapatan pada Y2, konsumsi tidak langsung berubah ke titk C, namun melalui penyesuaian di titik B. Demikian juga ketika pendapatan naik ke Y3. Dalam jangka panjang, konsumsi akan mengikuti pola konsumsi Cl. Sehingga apabila digambarkan, perubahan konsumsi akan menjadi A B C D E. Demikian juga ketika terjadi penurunan pendapatan, maka pola konsumsi tidak akan langsung berubah sesuai pola konsumsi jangka panjang namun mengalami penyesuaian seperti pada saat pendapatan naik. 3. Life Cycle Hypothesis, menurut Ando Modigliani apabila pola konsumsi sepenuhnya mengikuti naik turunnya pendapatan banyak konsumen yang tidak kuat karena adanya cultural lag dan psychological shock. Untuk itu banyak konsumen mengatasinya dengan cara merencanakan pengeluaran seumur hidupnya agar tetap sama dan merata, tidak mengikuti naik turunnya pendapatan. Asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah : Umur manusia bisa diperkirakan, misalnya selama D tahun 15

4 Umur produktif manusia juga bisa diperkirakan misalnya selama R tahun Besarnya pendapatan per periode umur juga bisa diperkirakan misalnya Y rupiah Selain pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan juga terdapat kekayaan lain misalnya warisan, hadiah atau hibah. Dari keempat asumsi tersebut maka kita bisa membuat rumus sebagai berikut : C = W + R Y = W + R Y D D D B. FUNGSI TABUNGAN Tabungan merupakan fungsi pendapatan S = s Y. Besar kecilnya tabungan dipengaruhi secara positif oleh besar kecilnya pendapatan nasional. Di mana tabungan adalah sisa pendapatan setelah digunakan untuk konsumsi atau dapat ditulis sebagai S = Y C. Hal ini mengandung arti bahwa besarnya tabungan baru diketahui setelah besarnya konsumsi diketahui. C. PEREKONOMIAN 2 SEKTOR Dalam arus lingkar pendapatan dan pengeluaran pada bab kedua, sudah disinggung mengenai beberapa model keseimbangan pendapatan nasional. Pada perekonomian negara yang masih tertutup dan sederhana, komponen perekonomian terdiri atas dua sektor yaitu rumah tangga konsumen dan rumah tangga produsen dengan variabel variabel yang digunakan konsumsi ( C ) dan tabungan ( S ). Hubungan antar variabel dalam perekonomian dua sektor ini adalah sebagai berikut : C = f ( Y d ) konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan 1. 0 < C < 1 Y 2. C = a + byd 3. Y d = C + S 4. Y d = ( a + by d ) + S S = Y d - ( a + by d ) S = -a + (1 b ) Y d Di mana Y d = Pendapatan yang bisa langsung dibelanjakan C = Konsumsi 16

5 S = Saving, tabungan.a = konsumsi autonomos/ Co.b = MPC/ c Selain mpc kita juga mengenal adanya mps ( marginal propensity saving), yaitu seberapa besar perubahan tabungan dengan adanya perubahan pendapatan. Dari hubungan tabungan dan konsumsi, maka kita akan menemukan Mpc+ Mps = 1. Pada titik pendapatan tertentu terdapat kondisi di mana semua pendapatan dihabiskan untuk konsumsi. Hal ini disebut dengan pendapatan break event point. Juga kondisi ketika pendapatan tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumsinya, sehingga terjadi pendapatan yang sifatnya negatif atau terjadi hutang. Secara grafis, hubungan pendapatan, tabungan dan konsumsi bisa digambarkan sebagai berikut : C,S a E Y=C C = a + by S = -a + by a Y e Y Gambar 3.24 Contoh Pada tingkat pendapatan sebesar 100 mrp pertahun, besar konsumsi 95 mrp Pada tingkat pendapatan nasional 120 mrp per tahun, besar konsumsi 110 mrp. Pada tingkat pendapatan Rp 90 milyar, berapakah konsumsi dan tabungannya Dicari a. Fungsi konsumsi dan tabungan b. Titik Break even point c. Pada tingkat pendapatan Rp 90 milyar berapa konsumsi dan tabungannya Jawab a. APC 100 = C 100 / Y 100 = 95 / 100 = 0,95 17

6 APC 120 = C 120 / Y 120 = 110/120 = 0,9166 MPC = C / Y = ( ) / ( ) = 15 / 20 = 0,75 Maka dengan menggunakan rumus di atas bisa dicari C = ( APCn MPC ) Y + MPC. Y = ( 0,95-0,75 ) ,75 Y = 0,20 x ,75 Y = ,75 Y b. Tingkat Break even Y = C Y - C = 0 Y - ( ,75 Y ) = 0 Y - 0,75 Y - 20 = 0 0,25 Y = 20 Y = 80 mrp Artinya pada tingkat pendapatan sebesar Rp 80 milyar, seluruh pendapatan digunakan untuk berkonsumsi. Sebelum tingkat pendapatan sebesar Rp 80 milyar, kekurangan konsumsi akan ditutup dengan tabungan negatif ( hutang ). c. Fungsi Saving S = Y - C C = a + cy maka S = Y - ( a + cy ) = Y - a - cy = ( 1 - c ) Y - a Dari soal di atas, fungsi savingnya adalah S = ( 1 - c ) Y - a S = ( 1-0,75 ) Y - 20 = ( 0,25 ) Y - 20 d. Pada tingkat pendapatan Rp 90 milyar, maka konsumsinya C = ,75 ( 90 ) = 87,5 milyar rupiah S = 0,25 ( 90 ) 20 = 2,5 milyar rupiah 18

7 D. PEREKONOMIAN DUA SEKTOR DENGAN MEMASUKKAN UNSUR PAJAK DAN SUBSIDI Pajak dan subsidi akan mempengaruhi pengeluaran konsumsi dan tabungan melalui pendapatan yang bisa dibelanjakan. Seperti di bahas dalam bab sebelumnya bahwa pendapatan disposible adalah pendapatan setelah dikurangi dengan pajak ( T ) dan ditambah dengan subsidi ( F ) yang diterima masyarakat. Yd = Y - T + F / Yd = Y Tx + Tr T = f ( Y ) artinya besar kecilnya pajak ditentukan oleh pendapatan nasional. T = To + ty To = Autonomous tax, besar kecilnya pajak tidak dipengaruhi oleh pendapatan ty = Marginal Propensity to tax atau koefisien pajak, yaitu besarnya perubahan pajak apabila terjadi perubahan pendapatan. Dalam sistem pajak built in fleksible, besar kecilnya pajak tergantung juga pada besar kecilnya pendapatan nasional. Sistem pajak ini disebut automatic stabilizer yaitu penstabil otomatis, yaitu besarnya perubahan pajak apabila terjadi perubahan dalam pendapatan. Hal yang sama juga berlaku pada subsidi yang menggunakan sistem ini. Dalam pengenaan pajak, pendapatan dibagi dalam beberapa tingkat kelompok pendapatan dengan 3 sistem pajak sebagai berikut : a. Progresif, yaitu semakin tinggi pendapatan atau harga semakin tinggi persentase pajak yang dikenakan. b. Regresif, yaitu semakin tinggi pendapatan atau harga semakin rendah persentase pajak yang dikenakan. c. Proporsional, Persentase pajak yang dikenakan sama untuk setiap tingkatan pendapatan ataupun harga. Dari ketiga sistem pajak tersebut, yang paling sering digunakan adalah pajak proporsional. Tujuan dikenakan pajak dengan sistem proporsional adalah 1. Meratanya pembagian pendapatan untuk menghilangkan distorsi/ ketimpangan pembagian pendapatan 2. Stabilisasi perekonomian Dalam perekonomian yang sudah memasukkan pajak ini, fungsi konsumsinya dituliskan sebagai berikut : C = Co + c ( Y T + F ) = Co + c (Y (To + ty ) + ( Fo fy) = Co + c ( Y To ty + Fo fy ) 19

8 = Co + cy cto cty + cfo cf Y C = ( Co cto + cfo ) + ( c ct cf ) Y Dari fungsi konsumsi tersebut bisa diturunkan dalam fungsi saving sebagai berikut : S = - ( Co cto + cfo ) + ( 1 ( c ct cf )Y Perubahan jumlah konsumsi & saving krn perubahan Tx C + C = a + c ( Y + Tr - ( Tx + Tx ) C + C = a + c ( Y + Tr - Tx ) - c Tx C + C = C - c Tx C = - c Tx Contoh : Jika diketahui C = ,8 Yd T = ,2 Y F = 50 0,1 Y Carilah fungsi konsumsi dan savingnya C = Co + c Yd = Co + c ( Y - T + F ) = ,8 ( Y ( ,2 Y ) + ( 50 0,1 Y ) = ,8 ( Y 100 0,2 Y ,1 Y ) = ,8 ( 0,7 Y - 50 ) = ,56 Y - 40 = ,56 Y Jadi C = ,56 Y S = ,44 Y E. EKONOMI 2 SEKTOR YANG SUDAH MEMASUKKAN INVESTASI Dalam perekonomian dua sektor Y = C + S, adalah pendapatan dilihat dari segi penggunaannya, apabila dilihat dari segi asalnya maka Y = C + I. Di sini sudah dimasukkan variabel investasi. Dalam ekonomi makro, investasi adalah pengeluaran sektor bisnis. Investasi mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin kecil investasinya. Ekonomi periode ke-0 ( pendapatannya ) digunakan pada periode ke-1. Periode ke 1 digunakan untuk periode ke2 dan seterusnya maka akan diperoleh : Co + Io = Yo Yo = C1 + S1 20

9 Y C1 + I1 = Y1 Y1 = C2 + S2 dan seterusnya nasional equilibrium adalah tingkat pendapatan nasional di mana tidak ada kekuatan ekonomi yang mempunyai tendensi untuk mengubahnya. Yo = Y1 = Y2 dan seterusnya. Karena konsumsi tergantung Y maka Ceq saat Co = Y1 = Y2 dst Demikian juga untuk saving. Maka kita bisa menyimpulkan bahwa S1 = I1 Pada perekonomian dua sektor yang sudah memasukkan variabel investasi ini terdapat 2 cara untuk menghitung pendapatan nasional equilibrium yaitu : Cara I Y C Y Y cy = C + I = a + cy = a + cy + I = a + I ( 1 c ) Y = a + I Y = ( a + I ) 1 1- c Cara II S Y - C = a + I 1 - c = I = I Y - ( a + cy ) = I Y - a - cy Y - cy = I = a + I ( 1 c ) Y = a + I Y = 1. ( a + I ) 1 c Contoh : Diketahui Fungsi konsumsi C = 0,75 Y + 20 mrp Investasi/ th I = 40 mrp a. Hitung besar pendapatan nasional equilibrium b. Hitung besar konsumsi equilibrium c. Besar saving equilibrium 21

10 Jawab a. Y = 1. ( ) ( 1 0,75 ) = 4 x 60 = 240 mrp b. Ceq = a + cy = ,75 ( 240 ) = 200 mrp c. S eq = ,25 ( 240 ) = 40 mrp Dari hasil penghitungan maka terlihat S = I Apabila terjadi kondisi di mana investasi tidak sama dengan saving besarnya Ketidakseimbangan perekonomian ( DISEQUILIBRIUM ). Pendapatan nasional akan terus berubah. F. PEREKONOMIAN 3 SEKTOR dan PERAN PEMERINTAH Perekonomian 3 sektor ini masih tergolong perekonomian yang tertutup karena belum ada sektor Luar Negeri-nya. Dalam perekonomian 3 sektor sudah mulai memasukkan sektor pemerintah. Peran pemerintah dalam perekonomian mulai dianggap penting setelah Keynes memasukkannya dalam analisis tahun Menurut Keynes Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan keseimbangan melalui 2 cara yaitu pembelanjaan pemerintah akan barang & jasa (G) dan pemungutan pajak T (Tx) & transfer ( Tr ). Dengan masuknya peranan pemerintah, maka perekonomian makro khususnya permintaan agregat tidak hanya dipengaruhi oleh sektor moneter namun juga dipengaruhi sektor fiskal. Pengeluaran pemerintah mempunyai karakteristik : a. Fungsi pengeluaran adalah Go yang berarti merupakan variabel exogeneous yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh variabel apapun dalam perekonomian tetapi ditentukan sepenuhnya oleh pemerintah, namun dipengaruhi oleh ada tidaknya sumber dana pemerintah atau disebut derajat eksogenitas. b. G adalah pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk pembelian barang dan jasa oleh pemerintah, baik berupa pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. 22

11 Sumber dana G adalah : Dalam suatu negara terdapat beberapa sumber pendapatan yaitu : 1. Pajak yang merupakan sumber pendapatan terbesar. Pajak adalah uang atau daya beli masyarakat yang diserahkan kepada pemerintah dengan tidak memperoleh imbalan secara langsung. 2. Peminjaman dari Bank Sentral 3. Penjualan obligasi melalui Open Market Operastion ( OMO ) atau operasi pasar terbuka 4. Usaha Negara yang sah ( BUMN ) 5. Pinjaman / hutang dari luar negeri. Pendapatan pendapatan tersebut akan dialokasikan ke dalam : 1. Pengeluaran konsumsi kongkrit/ Government Expenditure yaitu melalui : Belanja rutin meliputi pengeluaran biaya administrasi pemerintah seperti gaji pegawai, perjalanan dinas dan lain lain Belanja pembangunan yang digunakan untuk melakukan pembangunan fasilitas fasilitas umum. 2. Pengeluaran transfer payment, misalnya untuk subsidi subsidi, beasiswa dan lain sebagainya. Tx dan Tr mempengaruhi hubungan antara pendapatan out put & pendapatan disposible oleh swasta (Yd) Yd = Y + Tr - Tx Karena Yd = C + S Maka C + S = Y + Tr Tx Pada perekonomian 3 sektor berarti sudah mulai dibicarakan adanya kebijakan Fiskal. 3 Fungsi Kebijakan Fiskal 1. Fungsi Alokasi Public Goods 2. Fungsi Distribusi Pembagian pendapatan nasional 3. Fungsi stabilisasi ( memelihara kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga stabil & tingkat perekonomian tumbuh pesat ). Dengan memasukkan fungsi Investasi dan Government pada perekonomian 3 sektor rumusan matematisnya menjadi sebagai berikut : Y = C + I + G Y = Yd Tr + Tx 23

12 Yd Yd = Y + Tr Tx = C + S Maka akan diperoleh C + I + G = C + S - Tr + Tx I + G = S Tr + Tx I + G + Tr = S + Tx Kalau dalam perekonomian 2 sektor I = S, maka dalam perekonomian 3 sektor ini I tidak harus sama dengan S, asalkan I + G + Tr = S + Tx Dengan menggunakan persamaan dasar tersebut di atas bisa diperoleh Y = C + G + I C = a + c Yd Y - cy = a + c Yd + I + G = a + c ( Y + Tr - Tx ) + I + G = a + ctr - ctx + I + G ( 1 c ) Y = a + ctr - ctx + I + G Contoh Y = a + ctr - ctx + I + G 1 c Fungsi Konsumsi : C = 0,85 Yd mrp Investasi : I = 87,5 mrp Pajak : Tx = 70 mrp GE : G = 65 mrp Transfer payment : Tr = 75 mrp Dicari pendapatan nasional, konsumsi dan saving equilibrium a. Y = 1 ( a - ctx + ctr + G + I ) 1-c Y = 1 ( 135 (0,85 x 70) + (0,85x75 ) ,5) (1-0,85) Y = 6,67 ( ,5 + 63, ,5 ) = 6,6667 ( 291,75 ) = 1945,0097 b. C = 0,85 Yd + a = 0,85 ( ) = 0,85 ( 1950 ) = 1657, = 1792,5 mrp 24

13 c. S = Yd - C = ( ) ,5 = ,5 = 157,5 mrp Untuk mencocokkannya S + Tx = I + G + Tr 157, = 87, ,5 = 227,5 Jadi dalam contoh kasus ini terbukti bahwa I tidak harus sama dengan S namun S + Tx = I + G + Tr Dalam suatu kondisi bisa jadi pengeluaran pemerintah jauh lebih besar dibandingkan dengan pendapatan pemerintah, maka yang terjadi adalah defisit perekonomian. Pada jaman orde baru, kondisi perekonomian yang defisit merupakan hal yang tabu sehingga untuk menciptakan kondisi perekonomian yang berimbang, pemerintah menutupnya dengan hutang luar negeri. Sejak masa Reformasi dengan pemerintahan Abdurrahman Wahid, pemerintah mulai berani menyatakan kondisi yang sesungguhnya yaitu perekonomian defisit. G. PEREKONOMIAN 4 SEKTOR Dalam perekonomian empat sektor dimasukkan adanya sektor luar negeri dengan ekspor dan impornya sehingga disebut dengan Open Ekonomi atau ekonomi yang terbuka karena aktifitas ekonomi suatu negara tidak hanya ditentukan oleh aktifitas ekonomi masyarakat dalam negeri tapi juga hubungannya dengan negara lain. Perdagangan luar negeri terjadi karena masing masing negara ingin meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi dan pendapatan nasionalnya 3 faktor utama penyebab terjadinya perdagangan internasional adalah : 1. Absolute Advantage yaitu keunggulan mutlak yaitu suatu negara dengan sumber daya yang dimilikinya merupakan satu satunya atau sebagian kecil produsen suatu barang tertentu. Sehingga negara lain terpaksa harus membeli barang kebutuhan yang dimaksud pada negara tersebut. Dengan adanya berbagai macam kemajuan dan inovasi dalam tehnologi baru, maka saat ini hampir tidak ada negara yang mempunyai keunggulan absolut tersebut karena sebagian besar mampu dipatahkan dengan competitive advantage. Hanya satu negara yang punya 25

14 keunggulan yang tidak mungkin akan bisa disaingi oleh negara manapun di dunia yaitu Arab Saudi dengan Ka bahnya. Seluruh masyarakat Islam di dunia ketika membutuhkan untuk berhaji pasti akan menuju ke negara tersebut walaupun harus dibayar dengan harga yang sangat mahal. 2. Comparative Advantage, keunggulan komparative yang terjadi karena adanya kemampuan suatu negara untuk memproduksi barang dengan biaya yang paling murah sehingga negara negara lain memilih bertransaksi dengan negara tersebut untuk memperoleh suatu barang. Keunggulan komparatif lebih mengacu pada harga yang mampu diberikan kepada konsumen. 3. Competitive Advantage, keunggulan kompetitive yang terjadi karena adanya inovasi tehnologi tehnologi baru yang selalu muncul. Setiap negara apabila berusaha maka pasti akan mampu menciptakan competitive advantage. Jadi keunggulan kompetitif lebih mengacu pada produk unggulan yang mampu diciptakan dengan kualitas yang lebih tinggi. Perubahan penting adalah bahwa pembelanjaan yang dilakukan bukan lagi merupakan pembelanjaan atas barang barang dalam negeri, namun sudah terjadi pembelanjaan luar negeri. Demikian juga untuk produksi atau penjualan, yang dilakukan sudah mencakup dalam dan luar negeri. Secara matematis dengan adanya ekspor dan impor maka fungsi Y menjadi Y = C + I + G + ( X - M ) X - M adalah nett ekspor. a. Ekspor ( X ) Yang dimaksud dengan ekspor adalah penjualan barang dan jasa ke luar negeri. Ekspor merupakan variabel eksogen yang besar kecilnya ditentukan oleh order pembelian masyarakat luar negeri. Secara matematis X = Xo. Terdapat beberapa sebab meningkatnya ekspor suatu negara antara lain Meningkatnya kemakmuran masyarakat dunia Tingkat inflasi dalam negeri lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi negara pengimpor sehingga barang dalam negeri menjadi lebih murah dibandingkan barang produksi negara tersebut Kurs devisa efektif menguntungkan eksportir. Pemerintah suatu negara terkadang menerapkan devaluasi yaitu penurunan nilai mata uang dalam 26

15 negeri terhadap mata uang asing yang dimaksudkan untuk menggairahkan ekspor. Pernyataan tersebut bisa diilustrasikan sebagai berikut : Rupiah menurun terhadap dollar Harga barang Indonesia di luar negeri menjadi lebih murah Permintaan barang Indonesia di luar negeri meningkat X naik, I turun Produktifitas dalam negeri meningkat Permintaan faktor faktor produksi dalam negeri meningkat pengangguran turun pendapatan naik Jadi diharapkan dengan adanya devaluasi bisa memberikan efek yang besar bagi peningkatan produktifitas dalam negeri dan pengurangan pengangguran Adanya peningkatan efisiensi produksi dalam negeri dalam arti luas Kegagalan produk dari negara penghasil barang yang sama ( pesaing ) Adanya kebijakan fiskal dan moneter yang serasi dengan peningkatan ekspor b. Import ( M ) Yang disebut dengan import adalah pembelian produk baik barang maupun jasa dari luar negeri. Impor merupakan variabel yang endogin sehingga besar kecilnya dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional suatu negara. Impor dan pendapatan nasional mempunyai hubungan yang positif artinya semakin tinggi pendapatan nasional semakin besar impor yang dilakukan oleh masyarakat negara tersebut. Dalam import dikenal adanya Marginal propensity to import ( MPI ). Secara matematis M = f Y = Mo + my. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan impor suatu negara yaitu : Adanya peningkatan kemakmuran masyarakat dalam negeri, ini berkaitan dengan import yang merupakan fungsi Y. Tingkat inflasi dalam negeri lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi negara pengekspor, sehingga harga barang barang import lebih murah dibandingkan barang dalam negeri Kurs devisa efektif menguntungkan bagi importir. Apabila suatu negara mengalami Apresiasi atau naiknya mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing, maka impor diprediksikan akan naik dengan cepat, karena harga harga barang luar negeri apabila dikurs dengan mata uang dalam negeri menjadi lebih murah. Kondisi ini pernah dialami oleh Amerika ketika berhadapan dengan Jepang. Dengan adanya peningkatan nilai tukar dollar 27

16 terhadap Jepang, maka harga barang - barang Jepang menjadi lebih murah, sehingga Amerika merasa kewalahan dan menerapkan bea masuk relatif tinggi terhadap barang barang produksi Jepang. Kebijakan pemerintah yang merangsang import, misal pembebasan bea masuk dan sebagainya. Dalam kasus perdagangan Internasional kerap sekali terjadi perselisihan antar negara, yang kemudian diselesaikan melalui WTO ( World Trade Organization ). Indonesia pernah berhadapan dengan Jepang untuk masalah perdagangan Internasional pada tahun 1996 yaitu untuk kasus mobil Timor, mobil yang sebagian besar onderdilnya buatan Korea tersebut diakui sebagai produk dalam negeri, sehingga mendapatkan pembebasan bea masuk yang besar, hal ini menyebabkan Jepang sebagai importir mobil terbesar di Indonesia merasa dirugikan dan melaporkannya pada WTO. Kasus perselisihan yang paling sering terjadi dalam perdagangan Internasional adalah Dumping yaitu salah satu bentuk diskriminasi harga secara internasional. Terdapat 2 macam dumping yang umum terjadi yaitu Pertama Dumping Predatory penentuan harga luar negeri lebih rendah dibandingkan harga dalam negeri dimaksudkan untuk mendongkrak eksport dan merebut pangsa pasar yang selama ini dikuasai negara lain. Kelemahan dumping jenis ini adalah konsumen dalam negeri dipaksa untuk memberikan subsidi kepada konsumen luar negeri. Kedua Dumping Sporadis, yaitu perbedaan harga dalam dan luar negeri hanya dilakukan ketika terjadi over supply suatu barang. Dumping ini dimaksudkan untuk mengatasi kelebihan produksi barang dan menjaga stabilitas harga dalam negeri. Bila perekonomian mencapai tingkat keseimbangan maka pendapatan nasional sama dengan pengeluaran agregatif, secara matematis bisa digambarkan sebagai berikut : Y = C + S + T ( Tx - Tr ) Y = C + I + G + ( X - M ) C + S + T = C + I + G + ( X - M ) S + T = I + G + ( X - M ) S + T + M = I + G + X Misal pemerintah menggunakan balance budget maka G = T 28

17 S + M = I + X atau S - I = X - M Bila kondisi surplus X > M maka I < S Bila kondisi defisit X < M maka I > S Perekonomian empat sektor merupakan perekonomian yang lengkap dan terbuka, di mana masing masing variabel ekonomi sudah tercakup di dalamnya baik yang bersifat endogen ( nilainya ditentukan dalam model ) maupun variabel eksogen. Kedelapan variabel ekonomi makro ( C, S, I, G, T, F, X dan M ) secara fiskal bisa dikelompokkan menjadi 2 yaitu variabel variabel injection dan variabel variabel leakage. Variabel injection adalah variabel yang multipliernya bersifat positif karena arah perubahannya searah dengan arah perubahan pendapatan nasional. Sehingga apabila ditambah akan menyebabkan kenaikan pendapatan nasional. Variabel injection terdiri dari C, I, G dan X. Variabel leakage adalah variabel yang multipliernya bersifat negatif karena arah perubahannya berlawanan arah dengan pendapatan nasional. Sehingga apabila ditambah justru akan mempunyai efek mengurangi pendapatan nasional. Variabel variabelnya adalah C, S, T dan M. Sehingga keseimbangan yang terjadi seperti diungkap sebelumnya adalah Injection = Leakage C + I + G + X = C + S + T + M ( bila konsumsi dihilangkan ) I + G + X = S + T + M Keterangan : - Konsumsi dapat dianggap sebagai variabel injeksi dan leakage. - Subsidi ( F ) disatukan dengan pajak sebagai nett tax - Cara membaca I + G + X adalah : Investasi ditambah dengan pengeluaran pemerintah ditambah tabungan - Cara membaca S + T + M adalah tabungan yang dipengaruhi oleh adanya pajak dan subsidi ditambah import, sehingga untuk menyelesaikannya harus dicari terlebih dulu konsumsinya baru selanjutnya bisa ditemukan tabungannya. 29

18 H. ANGKA PENGGANDA Setelah mempelajari keempat model perekonomian mulai dari yang tertutup sederhana, 2 sektor, memasukkan unsur pemerintah, 3 sektor dan model terbuka lengkap, 4 sektor. Terdapat hubungan yang saling berkaitan antar masing masing variabel perekonomian. Dengan pendapatan nasional ( Y ) sebagai intinya. Permasalahan yang cukup penting untuk dipelajari adalah bagaimana perubahan variabel variabel ekonomi makro baik yang bersifat injection maupun leakage, terutama sekali pada variabel endogen ( variabel yang nilainya ditentukan dalam model ). Untuk mengetahui seberapa besar perubahan variabel ekonomi makro karena perubahan Y ( Y ) kita mengenal adanya angka pengganda atau multiplier yang disarikan dari model model matematis yang ada pada masing masing model perekonomian. Ak pengganda konsumsi kc Ak pengganda Investasi ki = Y / C = 1. 1-c + ct = Y/ I = c + ct Angka pengganda pengeluaran pemerintah kg = Y / G Angka pengganda pajak ktx Angka pengganda subsidi ktr = 1. 1 c + ct = Y / Tx = - c. 1 - c + ct = Y / Tr = c. 1 - c + ct 30

ANALISA PENDAPATAN NASIONAL

ANALISA PENDAPATAN NASIONAL ANALISA PENDAPATAN NASIONAL Keadaan ekonomi yang diharapkan oleh suatu negara:. Tingkat kesempatan kerja (KK) yang tinggi 2. Peningkatan kapasitas produksi nasional yang tinggi 3. Tingkat pendapatan nasional

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN 4 SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) : RUMAH TANGGA + PERUSAHAAN + PEMERINTAH + PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PEREKONOMIAN 4 SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) : RUMAH TANGGA + PERUSAHAAN + PEMERINTAH + PERDAGANGAN LUAR NEGERI PEREKONOMIAN 4 SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) : RUMAH TANGGA + PERUSAHAAN + PEMERINTAH + PERDAGANGAN LUAR NEGERI NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL (NPI) = Neraca pembayaran luar negeri, adalah pecatatan

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah 5. Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah Mengapa Anda Perlu Tahu Kita tulis kembali krisis yang melanda Indonesia tahun 1997 sebagai momentum memasukkan peran pemerintah dalam

Lebih terperinci

Fungsi Konsumsi Keynes

Fungsi Konsumsi Keynes Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi.

Lebih terperinci

BAB 3 KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR (TERTUTUP)

BAB 3 KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR (TERTUTUP) BAB 3 KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR (TERTUTUP) 3.1 Aliran Pendapatan dan Syarat Keseimbangan Perekonomian tiga sektor diartikan sebagai perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga, perusahaan

Lebih terperinci

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) Yang dimaksud fungsi pendapatan disini adalah Pendapatan Nasional (Y) yaitu pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana)

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) BAB 2 Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) Perekonomian tertutup merupakan perekonomian yang tidak mengenal hubungan ekonomi dengan negara lain (seperti ekspor, transaksi impor, transaksi

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA)

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA) Oleh: T. Parulian Analisis pendapatan nasional empat sektor terdiri dari empat pelaku ekonomi yaitu RTK, RTP, RTN dan RTLN.

Lebih terperinci

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel) Tugas PIE Makro 1. Diketahui: C = 50 + 0,8 Yd S = - 50 + 0,2 Yd I = 40 Pendapatan Nasional Konsumsi RT Tabungan RT Investasi Pengeluaran Agregat 0 150 200 450 600 750 Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR Oleh: T. Parulian Dalam dunia nyata, pelaku kegiatan ekonomi bukan hanya rumah tangga dan perusahaan (swasta). Dengan masuknya pemerintah dalam

Lebih terperinci

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. MEMAHAMI KONSUMSI DAN TABUNGAN Konsumsi Tabungan Fungsi Konsumsi APC MPC Garis 45 0 Fungsi Tabungan APS Grafis Matematis Grafis Matematis Komponen Pendapatan

Lebih terperinci

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Putri Irene Kanny Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-4 Arus lingkar pendapatan dalam perekonomian tertutup dua sektor Arus lingkar pendapatan

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL PENDAPATAN N A S I O N A L: W A KTU KE W A KTU D A E R A H

PENDAPATAN NASIONAL PENDAPATAN N A S I O N A L: W A KTU KE W A KTU D A E R A H PENDAPATAN NASIONAL MANFAAT PERHITUNGAN D A N A N A LISA PENDAPATAN N A S I O N A L: 1. MENGETAHUI D A N MENELAAH S TRUKTUR S I S TEM PEREKONOMIAN 2. MEMBANDINGKAN PEREKONOMIAN D A R I W A KTU KE W A KTU

Lebih terperinci

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL 6.1 Pendahuluan Dalam ekonomi makro, pengeluaran seseorang yang digunakan untuk konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Konsumsi akan semakain tinggi

Lebih terperinci

Perekonomian Terbuka

Perekonomian Terbuka Perekonomian Terbuka Perekonomian Terbuka Perekonomian empat sektor (perekonomian terbuka) adalah suatu perekonomian yang didalamnya sudah terdapat perdagangan luar negeri (ekpor-impor). Pengeluaran agregat

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB V KESEIMBANGAN PASAR BARANG dan PASAR UANG ( Analisis IS LM )

BAB V KESEIMBANGAN PASAR BARANG dan PASAR UANG ( Analisis IS LM ) BAB V KESEIMBANGAN PASAR BARANG dan PASAR UANG ( Analisis IS LM ) Setelah mempelajari mengenai pendapatan nasional dan memahami sekilas perbedaan pandangan antara ekonom Klasik dan Keynesian, yang masing

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) PREPARED BY : S. K.TOMASOA, SE.,M.Si. Keseimbangan Ekonomi

Lebih terperinci

digambarkan sebagai berikut: C/S

digambarkan sebagai berikut: C/S FUNGSI KONSUMSI, FUNGSI TABUNGAN DAN PENDAPATAN NASIONAL Seorang ahli dalam bidang ekonomi bernama Keyness, mempunyai pendapat bahwa pengeluaran seseorang untuk konsumsi dipengaruhi oleh pendapatannya.

Lebih terperinci

BAB V KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN PASAR UANG ( ANALISIS IS LM )

BAB V KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN PASAR UANG ( ANALISIS IS LM ) BAB V KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN PASAR UANG ( ANALISIS IS LM ) BAB V KESEIMBANGAN PASAR BARANG dan PASAR UANG ( Analisis IS LM ) Setelah mempelajari mengenai pendapatan nasional dan memahami sekilas

Lebih terperinci

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

TEORI KONSUMSI. Minggu 8 TEORI KONSUMSI Minggu 8 Pendahuluan Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan

Lebih terperinci

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi Pengantar Makro Ekonomi Pengantar Ilmu Ekonomi Makroekonomi Mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan Bertujuan memahami peristiwa ekonomi dan memperbaiki kebijakan

Lebih terperinci

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di

Lebih terperinci

BAB III PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

BAB III PENDAPATAN DAN PENGELUARAN BAB III PENDAPATAN DAN PENGELUARAN A. PENDAPATAN NASIONAL 1. PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL Adalah jumlah nilai seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam periode tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI

SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI PERILAKU KONSUMSI FUNGSI KONSUMSI Skedul Konsumsi Atau Daftar Konsumsi Pendapat an pribadi setelah pajak (GDP = DI) Konsumsi (C) Tabungan (saving /dissaving) (S) 370

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN TABUNGAN

KONSUMSI DAN TABUNGAN Minggu ke 4 dan 5 KONSUMSI DAN TABUNGAN ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI 8 dan 5 Maret 03 LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan model konsumsi dan tabungan,

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik a. Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi

Lebih terperinci

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan suku bunga. Makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi

Lebih terperinci

Kerangka IS-LM. Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD)

Kerangka IS-LM. Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD) 7. Kerangka IS-LM Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD) Mengapa Anda Perlu Tahu Pembahasan model keseimbangan silang Keyness mengasumsikan bahwa tingkat suku bersifat eksogen dalam

Lebih terperinci

BAB II PENDAPATAN NASIONAL

BAB II PENDAPATAN NASIONAL BAB II PENDAPATAN NASIONAL A. PENGERTIAN Pendapatan nasional merupakan salah satu indikator keadaan ekonomi suatu negara. Terdapat beberapa istilah dalam produksi nasional antara lain : a. GNP ( Gross

Lebih terperinci

GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor - impor

GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor - impor 1. Pengertian GDP: Ujian Ekonomika Makro GDP (Gross Domestic Product) atau Produk Domestik Bruto dalam Bhs Ind, adalah salah satu dari beberapa indikator yang mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi. GDP

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 1. Para ekonom menggunakan beberapa variabel makroekonomi untuk mengukur prestasi seuah perekonomian. Tiga variable yang utama adalah real GDP, inflation

Lebih terperinci

Letak Sebuah Titik :

Letak Sebuah Titik : BAB V FUNGSI Letak Sebuah Titik : Y+ Kuadran II Kuadran I X+ Kuadran III Kuadran IV Fungsi ialah : Suatu bentuk hubungan matematis yg menyatakan hub. Ketergantungan/ fungsional antara satu variabel dengan

Lebih terperinci

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Silabus: 1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Peran pemerintah dalam bidang ekonomi. Organisasi Bisnis dan Keuangan Produksi dan Pendapatan Nasional. Uang dan Lembaga Keuangan Bank Indonesia.

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi TEORI KONSUMSI Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL Model 2 Sektor

ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL Model 2 Sektor ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL Model 2 Sektor KONSEP EKONOMI MODEL 2 SEKTOR Model perekonomian dimana pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari dua sektor yaitu : 1. Rumaha tangga keluarga 2. Rumah tangga perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

KURVA PERMINTAAN AGREGAT (AGGREGATE DEMAND AD) PADA DIAGRAM AD AS (AGGREGATE SUPPLY - PENAWARAN AGREGAT) BERDASARKAN FUNGSI DARI SETIAP KOMPONEN AD

KURVA PERMINTAAN AGREGAT (AGGREGATE DEMAND AD) PADA DIAGRAM AD AS (AGGREGATE SUPPLY - PENAWARAN AGREGAT) BERDASARKAN FUNGSI DARI SETIAP KOMPONEN AD Bahan 4a - Kurva Permintaan Agregat Pada Diagram AD-A KURVA PERMINTAAN AGREGAT (AGGREGATE DEMAND AD) PADA DIAGRAM AD A (AGGREGATE UPPLY - PENAWARAN AGREGAT) BERDAARKAN FUNGI DARI ETIAP KOMPONEN AD I. BERDAARKAN

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN 1 2 Fungsi Ekonomi Utama Pemerintah 1. Meningkatkan efisiensi dengan menciptakan persaingan, mengendalikan eksternalitas dan menyediakan barang publik Pemerintah berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

Pembahasan Soal UTS PTE Makro 2016/2017

Pembahasan Soal UTS PTE Makro 2016/2017 Pembahasan Soal UTS PTE Makro 2016/2017 1. Ekonomi makro adalah cabang dari ilmu ekonomi yang membahas? : C. Perekonomian secara agregatif Alasan : Teori Ekonomi Makro adalah suatu cabang ilmu ekonomi

Lebih terperinci

Andri Wijanarko,SE,ME

Andri Wijanarko,SE,ME Andri Wijanarko,SE,ME Andri_wijanarko@yahoo.com 2 A.Pengeluaran Pemerintah B. Pengeluaran Rumah tangga 3 JENIS PENGGUNAAN 2006 2007 2008 2009 Pengeluaran Konsumsi 210,260,292 223,820,060 235,432,864 254,791,295

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Produksi Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan

Lebih terperinci

Skedul Konsumsi Atau Daftar. Konsumsi

Skedul Konsumsi Atau Daftar. Konsumsi PERILAKU KONSUMSI FUNGSI KONSUMSI Skedul Konsumsi Atau Daftar Pendapat an pribadi setelah pajak (GDP = DI) Konsumsi Konsumsi ( C ) Tabungan (saving /dissaving) ( S ) 370 375-5 390 390 0 410 405 5 430 420

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan KEBIJAKAN PEMERINTAH Kebijakan pemerintah yg berkaitan dengan APBN untuk mempengaruhi jalannya perekonomian guna mencapai sasaran atau tujuan tertentu Misal: 1. menaikkan/menurunkan budget 2. menaikkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SELAMA PERIODE

KEBIJAKAN SELAMA PERIODE KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA KEBIJAKAN SELAMA PERIODE 1966-1969 Pembersihan proses-proses kebijakan orde lama yang tidak

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA III. NERACA PEMBAYARAN PENDAHULUAN REKENING NERACA PEMBAYARAN REKENING TRANSAKSI BERJALAN REKENING MODAL KETIDAKSESUAIAN STATISTIK REKENING

Lebih terperinci

KURVA IS-LM. a lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP

KURVA IS-LM. a lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP KURVA IS-LM a lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP Referensi Bahan ajar kurva IS LM Profesor Nuhfil Hanani diakses dari http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/4-makro-4-analisis-is-lm-nuhfil.pdf

Lebih terperinci

KEBIJAKAN FISKAL. APBN dan Pengaruh Ekonomi Makronya. Kebijaksanaan Fiskal merupakan kebijakan dalam kombinasi pos-pos APBN dengan nilainilai

KEBIJAKAN FISKAL. APBN dan Pengaruh Ekonomi Makronya. Kebijaksanaan Fiskal merupakan kebijakan dalam kombinasi pos-pos APBN dengan nilainilai KEBJAKAN FSKAL Kebijakan fiskal dan moneter, merupakan dua sejoli dalam suatu kebijakan makro ekonomi, yang keduanya saling kaitmengkait karena satu kebijakan akan mempunyai konsekuensi terhadap bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

Consumption - Saving - Investment

Consumption - Saving - Investment Consumption - Saving - Investment 1 Unsur yang mempengaruhi turun naiknya tingkat pendapatan nasional : Consumption atau Konsumsi (C) Saving atau Tabungan (S) Investment atau Investasi (I) 2 Pendapat mengenai

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

MODUL AJAR TEORI EKONOMI MAKRO

MODUL AJAR TEORI EKONOMI MAKRO 1 MODUL AJAR TEORI EKONOMI MAKRO Oleh : RITA INDAH MUSTIKOWATI, SE, MM FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 2 STRUKTUR DASAR EKONOMI MAKRO BAB I Standar Kompetensi : Memahami metode-metode

Lebih terperinci

I. ILMU EKONOMI. Apakah Ilmu Ekonomi Itu?

I. ILMU EKONOMI. Apakah Ilmu Ekonomi Itu? I. ILMU EKONOMI Apakah Ilmu Ekonomi Itu? Di dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita selalu berpikir untuk membeli barang-barang yang sangat kita butuhkan. Jika masih ada sisa mungkin kita bisa membeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

IV. MODEL ANALISIS IS-LM

IV. MODEL ANALISIS IS-LM Nuhfil Hanani 1 IV. MODEL ANALISIS IS-LM 4.1. Pasar Barang dan Kurve IS Dalam upaya sistematisasi pembahasan ekonomi makro, kita bedakan struktur perekonomian menjadi dua, yaitu : (1) perekonomian tertutup

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi PELAKU KEGIATAN EKONOMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan rumah tangga keluarga, rumah tangga produsen, rumah tangga pemerintah,

Lebih terperinci

DEVISA DAN KESEIMBANGAN DAN KETIDAKSEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

DEVISA DAN KESEIMBANGAN DAN KETIDAKSEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DEVISA DAN KESEIMBANGAN DAN KETIDAKSEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PENGERTIAN : DEVISA Adalah semua benda yang bisa digunakan untuk transaksi pembayaran dengan luar negeri yang diterima

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP BAB I PENDAHULUAN Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Utang luar negeri yang selama ini menjadi beban utang yang menumpuk yang dalam waktu relatif singkat selama 2 tahun terakhir sejak terjadinya krisis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PEKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA SATUAN ACARA PEKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : TEORI EKOMI 2 FAKULTAS : EKOMI JURUSAN/JENJANG : MANAJEMEN DAN AKUNTANSI / S-1 KODE : KD-021204 MINGGU POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN T I K

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

SILABUS OLIMPIADE EKONOMI. : 120 menit tingkat kabupaten/kota dan provinsi. 150 menit tingkat nasional

SILABUS OLIMPIADE EKONOMI. : 120 menit tingkat kabupaten/kota dan provinsi. 150 menit tingkat nasional SILABUS OLIMPIADE EKONOMI Bidang studi Jenjang Alokasi waktu : Ekonomi : SMA/MA : 120 menit tingkat kabupaten/kota dan provinsi 150 menit tingkat nasional Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran 1. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

Malang Study Club. Latihan Ekonomi SMA XII IPS

Malang Study Club. Latihan Ekonomi SMA XII IPS 1. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara berikut ini: (1) Membuka lokasi baru/cabang. (2) Meningkatkan kualitas SDM. (3) Menambah mesin-mesin baru. (4) Penataan posisi peralatan dan petugas

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN FISKAL 30/04/2016. Kebijakan fiskal

KEBIJAKAN FISKAL 30/04/2016. Kebijakan fiskal KEBIJAKAN FISKAL KEBIJAKAN FISKAL Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang diinginkan dengan cara mengubah-ubah

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI. Analisis Pulang Pokok Fungsi Konsumsi dan Tabungan Model Penentuan Pendapatan Nasional

MATEMATIKA EKONOMI. Analisis Pulang Pokok Fungsi Konsumsi dan Tabungan Model Penentuan Pendapatan Nasional MATEMATIKA EKONOMI Analisis Pulang Pokok Fungsi Konsumsi dan Tabungan Model Penentuan Pendapatan Nasional Navel O. Mangelep, Jurusan Matematika Universitas Negeri Manado September 2013 ANALISIS PULANG

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI 1 Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI Tujuan Instruksi Khusus: Mahasiswa dapat memahami hubungan nilai variable permintaan agregat (keynessian), pendapatan nasional keseimbangan dan sistem keuangan.

Lebih terperinci

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang 1. a-c a. apa saja berbedaan dari kedua teori tersebut? INDIKATOR Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang Subtitusi Rumus (persamaan saldo uang riil) / Kesimpulan penting MILTON FRIEDMAN

Lebih terperinci

II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK

II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK Nuhfil Hanani 1 II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK 2.1. Dasar Filsafat Mazhab Klasik Mazhab Klasik yang dipelopori oleh Adam Smith ( 1732-1790) yang tercermin dalam bukunya yang diterbitkan th. 1776 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Pergantian Pemerintahan dari Orde Baru ke orde Reformasi menuntut pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

EKONOMI MAKRO: MODEL ANALISIS IS-LM. Oleh : Nur Baladina, SP. MP.

EKONOMI MAKRO: MODEL ANALISIS IS-LM. Oleh : Nur Baladina, SP. MP. EKONOMI MAKRO: MODEL ANALISIS IS-LM Oleh : Nur Baladina, SP. MP. Konsep Dasar Analisis IS-LM Model IS-LM memadukan ide-ide aliran pemikiran Klasik dengan Keynes, sering disebut sebagai sintesis Klasik-Keynesian,

Lebih terperinci

LATIHAN KUANTITATIF PENGANTAR TEORI EKONOMI MAKRO

LATIHAN KUANTITATIF PENGANTAR TEORI EKONOMI MAKRO LATIHAN KUANTITATIF PENGANTAR TEORI EKONOMI MAKRO LATIHAN KUANTITATIF PENGANTAR TEORI EKONOMI MAKRO A. PERTUMBUHAN EKONOMI SOAL A1 Pertanyaan : Hitunglah pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah yang menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN SISTEM PEREKONOMIAN TERTUTUP DAN TERBUKA

BAB II PEMBAHASAN SISTEM PEREKONOMIAN TERTUTUP DAN TERBUKA BAB II PEMBAHASAN SISTEM PEREKONOMIAN TERTUTUP DAN TERBUKA A. Pengertian sistem perekonomian sederhana, terbuka dan tertutup 1. Perekonomian Terbuka Dalam perekonomian terbuka, perdagangan luar negeri

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Penentuan Kegiatan Ekonomi: 1. Pandangan Klasik a. Di dalam perekonomian terjadi keadaan di mana jumlah keseluruhan penawaran barang- barang (penawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu Indonesia harus giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Tujuan utama pembangunan adalah tercapainya

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: Membahas Konsep Neraca Pembayaran Luar Negeri - Indonesia Fakultas Ekonomi & Bisnis Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id NERACA PEMBAYARAN REKENING

Lebih terperinci

Kebutuhan manusia Pengertian kebutuhan Macam-macam kebutuhan

Kebutuhan manusia Pengertian kebutuhan Macam-macam kebutuhan 1. Mengidentifikasi manusia Karakteristik OSN Ekonomi menurut jenjang Tingkat Kabupaten/Kota Tingkat Provinsi Tingkat Nasional Kebutuhan manusia Pengertian Macam-macam 1. Mengidentifikasi manusia Kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci