PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016 DEPUTI PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN 2016 DEPUTI PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN 2016

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Profil Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan di Provinsi Sulawesi Selatan Dengan adanya penyusunan Profil Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan di Provinsi Sulawesi Selatan2016 diharapkan dapat memberikan gambaran keadaan tenaga kerja perempuan di Provinsi Sulawesi Selatan dalam kurun waktu tahun 2015, dan diharapkan pula agar dapat menjadi sumber data bagi yang membutuhkan dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan dan pengambilan kebijakan di bidang ketenagakerjaan untuk Provinsi Sulawesi Selatan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Profil Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan di Provinsi Sulawesi Selatan 2016 masih terdapat kekurangan dan kelemahan, maka kami sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan penyusunan pada waktu yang akan datang. Jakarta, Desember 2016 Penyusun ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Sistematika Penyajian... 3 BAB II... 4 KEGIATAN PENDUDUK... 4 A. Angkatan Kerja... 4 B. Bukan Angkatan Kerja BAB III PENDUDUK YANG BEKERJA A. Karakteristik Umum B. Lapangan Pekerjaan Utama C. Status Pekerjaan Utama D. Jenis Pekerjaan Utama BAB IV UPAH PEKERJA A. Diferensiasi Upah menurut Karakteristik Umum B. Diferensiasi Upah/Gaji menurut Kabupaten/Kota C. Diferensiasi Upah/Gaji menurut Lapangan Pekerjaan D. Diferensiasi Upah/Gaji menurut Jenis Pekerjaan BAB V JUMLAH JAM KERJA A. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Jenis Kelamin B. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama C. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Status Pekerjaan Utama D. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Jenis Pekerjaan Utama iii

4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan, dengan ibu kota Makassar yang dahulu disebut sebagai Ujungpandang. Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 0 12' - 8 Lintang Selatan dan ' ' Bujur Timur dengan luas wilayah ,53 km². Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat dan Laut Flores di selatan. Sebelum Proklamasi RI, Sulawesi Selatan merupakan wilayah kerajaan yang berdiri sendiri yang memiliki empat etnis yaitu Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Menurut catatan sejarah Budaya Sulawesi Selatan, ada tiga kerajaan besar yang pernah berpengaruh yakni Kerajaan Luwu, Gowa, dan Bone. Berbeda dengan pembentukan Provinsi lain di Indonesia, Sulawesi Selatan terbentuk menjadi satu kesatuan wilayah administratif tingkat Provinsi, atas kemauan dan ikrar raja-raja serta masyarakat setempat sekaligus bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga Sulawesi Selatan menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang diatur dalam UU Nomor 21 tahun 1950 dan Makassar sebagai pusat pemerintahan. Kota Makassar terkenal pula sebagai kota Angin Mamiri berarti kota dengan hembusan angin sepoi-sepoi basah, Kota ini juga terkenal dengan Pantai Losarinya yang indah atau dikenal dengan restoran terpanjang karena pengunjung yang dapat menikmati hidangan lezat sambil menikmati hembusan angin laut yang menyegarkan dan menyaksikan terbenamnya matahari serta keindahan panorama laut. Kota Makassar bersuhu o C, dengan luas wilayah 175,77 Km 2 dan terus berkembang khususnya ke arah Timur dimana pembangunan infrastruktur seperti perluasan Pelabuhan Laut Makassar, Bandara Hasanuddin dan jalan tol. Provinsi Sulawesi Selatan memiliki jumlah penduduk sebanyak 8,534,754 jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jumlah tersebut meliputi semua golongan umur mulali dari bayi dengan umur kurang dari satu tahun, anak-anak, hingga golongan usia lanjut, lebih dari 60 tahun. Tentu tidak semua golongan umur tersebut memiliki potensi untuk berkontribusi dalam kegiatan 1

5 ekonomi. Oleh karena itu, dikenal istilah penduduk usia produktif, yaitu penduduk dengan usia 15 tahun ke atas, yang secara potensial dianggap mampu berkontribusi dalam kegiatan ekonomi. Mereka ini sering juga disebut sebagai tenaga kerja, setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Di Provinsi Sulawesi Selatan, penduduk yang tergolong tenaga kerja berjumlah yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Dari jumlah tenaga kerja tersebut, termasuk dalam kelompok penduduk angkatan kerja adalah sebanyak laki-laki dan perempuan. Gambaran yang mirip dengan daerah lain dimana angkatan kerja laki-laki hampir dua kali lipat angkatan kerja perempuan. Penduduk angkatan kerja diartikan sebagai penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara, tidak bekerja dan pengangguran. Penduduk angkatan kerja inilah yang sering dianggap sebagai penduduk yang aktif secara ekonomi (economically active). Penduduk tenaga kerja yang tidak termasuk dalam angkatan kerja, biasa disebut penduduk bukan angkatan kerja. Karakteristik angkatan kerja, baik yang sudah bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan, sangat penting dan strategis bagi kemajuan pembangunan suatu wilayah. Kualitas dan kapasitas angkatan kerja sangat menentukan kualitas pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pengetahuan dan perhatian terhadap karakteristik angkatan kerja dan ketenagakerjaan secara umum, sangat penting dalam upaya mendorong pembangunan wilayah. Pemahaman terhadap aspek tersebut dapat digunakan untuk merencanakan dengan baik setiap program dan kegiatan khususnya dalam upaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitasnya. B. Tujuan Tujuan penulisan buku ini adalah untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang profil pekerja di Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya untuk: 1. Mengetahui karakteristik umum dan kegiatan penduduk usia kerja (angkatan kerja dan bukan angkatan kerja) di Provinsi Sulawesi Selatan; 2. Mengetahui karakteristik umum, lapangan pekerjaan, status pekerjaan serta jenis pekerjaan penduduk bekerja di Provinsi Sulawesi Selatan; 2

6 3. Mengetahui perbedaan tingkat upah bagi penduduk yang bekerja di Provinsi Sulawesi Selatan; 4. Mengetahui perbedaan jumlah jam kerja bagi penduduk yang bekerja di Provinsi Sulawesi Selatan. C. Sistematika Penyajian Data yang digunakan dalam publikasi ini adalah data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Tahun 2015 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), selain data-data pendukung lainnya. Penyajian dimulai dengan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang dan tujuan penulisan, pembahasan dilanjutkan dengan menguraikan kegiatan penduduk. Pada bagian ini diuraikan penjelasan mengenai kondisi penduduk angkatan kerja secara umum. Diantaranya adalah membahas pengangguran dan kondisi penduduk bukan angkatan kerja yang meliputi penduduk yang mengurus rumah tangga, sedang sekolah serta melakukan kegiatan lainnya. Bagian selanjutnya adalah mengenai penduduk bekerja, yaitu bagian dari angkatan kerja yang berada dalam kategori sedang bekerja. Pembahasan dimulai dengan melihat karakteristik secara umum, yaitu membahas karakteristik berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur dan pendidikan. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan secara khusus menurut lapangan pekerjaan utama, status pekerjaan utama dan jenis pekerjaan utama. Tentu saja, sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan, pembahasan berbagai aspek ini tidak lepas dari isu gender. Dengan tetap mengutamakan pada fokus perhatian isu gender, pembahasan dilanjutkan dengan melihat secara khusus mengenai upah. Pembahasan mengenai upah dilakukan hanya pada kelompok penduduk bekerja dengan status pekerjaan utama sebagai buruh/karyawan/pegawai. Pembahasan pengupahan juga memperhatikan diferensiasinya menurut wilayah kabupaten, lapangan pekerjaan utama dan jenis pekerjaan utama. Akhir penulisan buku ini ditutup dengan pembahasan mengenai jam kerja, yang merupakan salah satu indikator penting untuk melihat kinerja ketenagakerjaan. Jumlah jam kerja menggambarkan apakah seseorang telah bekerja sesuai dengan potensinya atau justru sebenarnya masih setengah menganggur. 3

7 BAB II KEGIATAN PENDUDUK A. Angkatan Kerja Provinsi Sulawesi Selatan memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jumlah tersebut meliputi semua golongan umur. Mulai dari bayi dengan umur kurang dari satu tahun, anak-anak, hingga golongan usia lanjut (lebih dari 60 tahun). Namun tidak semua golongan umur tersebut memiliki potensi untuk berkontribusi dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu dikenal istilah penduduk usia produktif, yaitu penduduk dengan usia 15 tahun ke atas, yang secara potensial dianggap mampu berkontribusi dalam kegiatan ekonomi. Mereka sering juga disebut sebagai tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Di Provinsi Sulawesi Selatan, penduduk yang tergolong tenaga kerja berjumlah jiwa yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Jumlah tenaga kerja tersebut, yang termasuk dalam kelompok penduduk angkatan kerja sebanyak orang laki-laki dan orang perempuan. Gambaran tersebut memiliki kemiripan dengan daerah lain dimana angkatan kerja laki-laki hampir dua kali lipat angkatan kerja perempuan. Penduduk angkatan kerja diartikan sebagai penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Penduduk angkatan kerja inilah yang sering dianggap sebagai penduduk yang aktif secara ekonomi (economically active). Penduduk tenaga kerja yang tidak termasuk dalam angkatan kerja, biasa disebut penduduk bukan angkatan kerja. Dalam pembahasan mengenai angkatan kerja, sering dipakai konsep Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) didefinisikan sebagai perbandingan antara angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja. TPAK mengukur besarnya partisipasi angkatan kerja dalam dunia kerja. TPAK dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesulitan angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan. 4

8 Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Total Penduduk Berumur 0+Tahun 4,168,039 4,366,715 8,534,754 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas 2,914,228 3,167,647 6,081,875 Angkatan Kerja 2,302,622 1,403,506 3,706,128 Bekerja 2,174,360 1,311,132 3,485,492 Pengangguran 128,262 92, ,636 Bukan Angkatan Kerja 611,606 1,764,141 2,375,747 Sekolah 303, , ,269 Mengurus Rumah Tangga 73,234 1,306,866 1,380,100 Lainnya 234, , ,378 TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) Pekerja Tidak Penuh 696, ,446 1,306,311 Setengah Penganggur 202, , ,345 Paruh Waktu 494, , ,966 Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Jumlah angkatan kerja laki-laki jauh lebih banyak dibandingkan perempuan, sementara jumlah penduduk justru lebih banyak perempuan di bandingkan laki-laki. Hal ini menyebabkan angka TPAK laki-laki jauh di atas TPAK perempuan. Grafik 2.1. menunjukkan bahwa TPAK laki-laki di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2015 mencapai 79,01 persen. Sementara TPAK perempuan hanya 44,31 persen. Perbedaan yang besar menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang besar dalam dunia kerja antara laki-laki dengan perempuan. Namun jika diamati sejak tahun 2011 hingga tahun 2015, kesenjangan TPAK pada tahun 2015 antara laki-laki dengan perempuan adalah yang terkecil. Kesenjangan terbesar terjadi pada tahun 2011 dimana TPAK laki-laki sebesar 83,09 sementara TPAK perempuan hanya 45,47 persen. TPAK perempuan cenderung stagnan, bahkan sempat mengalami peningkatan pada tahun 2014, sementara TPAK laki-laki cenderung menurun tanpa pernah mengalami peningkatan. TPAK laki-laki yang terus menurun berujung pada kesenjangan yang semakin menipis, namun hal tesebut tidak dapat dibiarkan terus berlangsung. Perlu adanya upaya serius untuk meningkatkan kembali TPAK laki-laki untuk mendorong terus tumbuhnya kegiatan ekonomi. Sementara TPAK perempuan juga perlu terus ditingkatkan untuk semakin mempersempit kesenjangan. Perempuan perlu terus didorong untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan ekonomi sehingga memberikan konstribusi yang signifkan dalam pembangunan. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas, keterampilan, dan produktivitas perempuan melalui berbagai kegiatan 5

9 pemberdayaan perlu terus ditingkatkan. Selain itu upaya untuk memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk masuk dunia kerja juga perlu terus didorong. Hal ini dapat dilakukan karena semakin membaiknya tingkat pendidikan perempuan akan mendorong pula makin besarnya penerimaan sosial atas perempuan yang bekerja di luar rumah. Pada dasarnya, perlu adanya peningkatan kontribusi baik TPAK laki-laki maupun TPAK perempuan untuk pembangunan perekonomian yang lebih maju. Grafik 2.1 Persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Laki-laki Perempuan Total Sumber: BPS, Sakernas, Agustus Selain mereka yang sedang bekerja, termasuk juga dalam angkatan kerja adalah pengangguran. Pengangguran terdiri dari: (a) Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan; (b) Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha; (c) Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan; dan (d) Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. Sedangkan istilah mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang sedang mencari pekerjaan, seperti mereka: (a) Yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan; (b) Yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan; dan (c) Yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, tetapi karena sesuatu hal masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan lain. 6

10 Jumlah pengangguran di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2015 adalah sebesar orang yang terdiri dari pengangguran laki-laki dan pengangguran perempuan. Jenis kelamin seringkali menjadi pembeda utama dalam pembagian kerja di beberapa sektor.terlihat bahwa secara absolut jumlah pengangguran laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Namun tidak demikian bila dipahami dengan menggunakan konsep tingkat pengangguran terbuka (TPT). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Konsep ini lebih menggambarkan perbandingan peluang dari masing-masing angkatan kerja dalam memasuki dunia kerja. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk perempuan di Provinsi Sulawesi Selatan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan TPT laki-laki. Jika diamati sejak tahun 2011, ternyata TPT di Sulawesi Selatan ini telah mengalami penurunan yang sangat besar. TPT di Sulawesi Selatan untuk laki-laki pada tahun 2011 sebesar 6,24 persen, sedangkan TPT perempuan pada tahun 2011 lebih tinggi, yaitu 11,29 persen. Meskipun TPT perempuan tahun 2015 cenderung menurun jika dibandingkan pada tahun 2011, namun angkanya masih cukup tinggi yaitu 6,58 persen, sedangkan untuk TPT laki-laki pada tahun 2015 sebesar 5,57 persen. Tingginya angka TPT untuk perempuan, di satu sisi menunjukkan sesuatu hal yang baik, yaitu menggambarkan bahwa telah terjadi minat yang tinggi bagi penduduk perempuan di Sulawesi Selatan untuk memasuki dunia kerja. Hal ini berarti perempuan dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian daerah. Fenomena yang makin mendorong masuknya wanita ke lapangan kerja adalah karena makin tingginya biaya hidup bila hanya ditopang oleh satu pendapatan keluarga. Akan tetapi, dari sisi yang lain menunjukkan bahwa akses bagi perempuan untuk memasuki dunia kerja tidak semudah seperti laki-laki. Perbedaan ini menggambarkan adanya ketimpangan yang mungkin saja disebabkan oleh masih terdapat diskriminasi dalam penerimaan pekerja. Peluang perempuan dibidang ekonomi untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masih terkendala oleh berbagai faktor. Potensi daerah dari Provinsi Sulawesi Selatan paling besar adalah sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan. Sebagian besar besar menganggap bahwa untuk pekerjaan di berbagai sektor tersebut lebih banyak membutuhkan tenaga, sehingga laki-laki dianggap lebih cocok untuk perkejaan tersebut. Akibatnya, tenaga kerja laki-laki lebih banyak terserap 7

11 dalam bidang tersebut. Pekerja perempuan dianggap memiliki banya batasan dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tersebut, sehingga hanya sedikit perempuan yang bekerja lebih sedikit. Grafik 2.2 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Laki-laki Perempuan Total Sumber: BPS, Sakernas, Agustus Kecenderungan menurunnya angka TPT untuk perempuan sejak tahun 2011 sampai tahun 2015 merupakan fenomena yang menggembirakan. Kondisi ini menunjukkan bahwa tenaga kerja perempuan semakin kompetitif dalam upaya memasuki lapangan kerja. Perubahan ini menunjukkan adanya peningkatan peran perempuan yang sangat berarti dalam kegiatan ekonomi. Akses laki-laki dan perempuan ke pekerjaan formal meningkat dari waktu ke waktu, tapi hasil berbeda berdasarkan jenis kelamin. Oleh karena itu, meskipun ada kecenderungan TPT meningkat lagi pada lima tahun terakhir, tidak boleh menyurutkan semangat untuk terus mendorong perempuan agar bisa lebih aktif lagi dalam memberikan kontribusinya dalam pembangunan melalui dunia kerja.sudah ada upaya untuk mendukung perempuan memperoleh kesempatan kerja di sektor perekonomian formal, seperti kuota perempuan di parlemen dan jam kerja yang fleksibel.namun upaya lebih lanjut dibutuhkan untuk menjembatani kesenjangan antar jenis kelamin, terutama terkait diskriminasi, kualitas lingkungan kerja di sektor-sektor yang didominasi perempuan serta peraturan yang membolehkan cuti melahirkan. Kesenjangan gender dalam pekerjaan rentan juga diperkirakan akan berkurang 8

12 karena adanya penurunan jumlah perempuan yang bekerja sebagai pekerja keluarga tanpa upah. Akibat transisi dari pekerja keluarga menuju dunia kerja eksternal, yang bukan merupakan unit keluarga, merupakan tantangan, maka dibutuhkan program-program yang mendukung perempuan untuk membangun keterampilan dan akses mereka ke pekerjaan formal. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Termasuk Pengangguran Terbuka Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total ,698 18,321 48, ,555 36,105 80, ,563 19,427 47, ,236 6,929 15, ,007 2,503 9, ,293 4,395 7, ,887 1,857 4, , , ,348 1,314 2, ,794 Jumlah 128,262 92, ,636 Sumber: BPS, Sakernas, Agustus Pengangguran laki-laki maupun perempuan memiliki jumlah terbesar pada kelompok umur tahun. Pengangguran di umur muda karena banyaknya angkatan kerja yang tidak seimbang dengan kesempatan kerja atau lapangan kerja yang kurang memadai. Pengangguran tersebut juga masih minim dalam pengalaman kerja. Jika dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada kelompok usia tahun menunjukkan bahwa TPT laki-laki lebih besar dibandingkan dengan TPT perempuan. Tingginya jumlah orang muda yang bergabung dalam angkatan kerja membutuhkan investasi tambahan untuk strategi transisi dari sekolah ke dunia kerja, agar dapat memastikan kaum muda mampu mengakses peluang kerja yang ada. Sementara itu jika diperhatikan menurut tingkat pendidikan (tabel 2.3), jumlah pengangguran terbesar adalah mereka dengan tingkat pendidikan SMA yaitu mencapai orang. Hal ini terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan. Selain itu, Sulawesi Selatan memiliki jumlah pengangguran terbuka terbesar kedua adalah mereka yang memiliki tingkat pendidikan universitas, yaitu mencapai orang, dengan laki-laki sebanyak orang dan perempuan sebanyak

13 orang. Kondisi ini cukup menarik, mengingat mereka berpendidikan tinggi namun masih banyak diantaranya yang menjadi pengangguran. Jumlah pengangguran terbesar berikutnya adalah mereka yang berpendidikan SMK, yaitu mencapai orang. Masalah pengangguran tertinggi terletak pada tingkat pendidikan yang cukup tinggi yaitu SMA, SMK, dan Universitas. Sebagian besar kaum muda yang menganggur belum pernah bekerja sebelumnya. Pengalaman kerja dan latar belakang pendidikan memainkan peran penting dalam pekerjaan. Beberapa hal yang kiranya menjadi penyebab adalah masih sedikitnya peluang kerja di perusahaan. Hal ini menyebabkan tingkat persaingan mendapatkan pekerjaan tersebut semakin tinggi yang tidak hanya dibutuhkan seorang tenaga kerja yang menguasai teknis pekerjaan tetapi juga memiliki keunggulan lainnya seperti keunggulan personality, kepemimpinan, kreativitas dan lain-lain. Akses atas informasi pasar tenaga kerja dan layanan ketenagakerjaan juga merupakan faktor penting dalam keberhasilan transisi dari sekolah ke dunia kerja. Selain itu, usia yang relatif muda menyebabkan belum banyak kebutuhan hidup yang harus dipenuhi oleh mereka. Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Termasuk Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Tidak/Belum Pernah Sekolah 703 1,628 2,331 Tidak/Belum Tamat SD 6,439 3,876 10,315 SD 9,200 8,061 17,261 SMP 10,946 11,262 22,208 SMA 50,164 31,078 81,242 SMK 22,847 10,427 33,274 D I/II/III 1,518 5,512 7,030 Universitas 26,445 20,530 46,975 Jumlah 128,262 92, ,636 Sumber: BPS, Sakernas, Agustus Jumlah penganguran terkecil terdapat pada golongan yang tidak pernah sekolah yaitu laki-laki sebanyak 703 orang dan perempuan sebanyak orang. Hal ini diduga kuat karena kualitasnya yang rendah, mereka tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan, sehingga apapun pekerjaan yang ditawarkan akan diambil. Mereka akan memiiki kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan hidup jika tidak bekerja. Pada tingkat pendidikan rendah, diduga juga memiliki tingkat kesejahteraan juga rendah. Di Sulawesi Selatan dengan potensi daerah terbesar pasa sektor 10

14 pertanian, kehutanan,perkebunan dan perikanan menunjukkan bahwa tenaga kerja sebagai buruh kasar, operator alat dan tenaga produksi jauh lebih besar dibandingkan dengan tenaga profesional sehingga tenaga kerja dengan pendidikan rendah lebih banyak terserap.dalam rencana pembangunan berikutnya, target pengurangan pengangguran dapat digandakan dengan target pekerjaan kualitatif seperti pekerjaan informal. B. Bukan Angkatan Kerja Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas dan selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya, serta tidak melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja, atau mencari pekerjaan. Di Provinsi Sulawesi Selatan, jumlah penduduk bukan angkatan kerja ada sebanyak orang yang terdiri dari orang laki-laki dan 1.764,141 orang perempuan. Terlihat bahwa jumlah bukan angkatan kerja perempuan hampir tiga kali lipat dari jumlah bukan angkatan kerja laki-laki. Seperti pembahasan angkatan kerja, hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan yang tidak masuk kedalam dunia kerja atau aktif secara ekonomi. Dunia kerja lebih didominasi oleh laki-laki. Grafik 2.3 Persentase Penduduk yang Mengurus Rumah Tangga Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Mayoritas penduduk bukan angkatan kerja yang mengurus rumah tangga adalah perempuan yang mencapai 94,69 persen, sedangkan sisanya sebesar 5,31 11

15 persen adalah laki-laki. Hal ini dapat dimengerti mengingat nilai sosial budaya masyarakat Indonesia termasuk di Provinsi Sulawesi Selatan yang menempatkan perempuan sebagai pengurus rumah tangga. Bahkan jika terdapat laki-laki yang mengurus rumah tangga, belum tentu akan mengakui bahwa dirinya melakukan kegiatan tersebut. Mengurus rumah tangga adalah kegiatan seseorang mengurus aktifitas rumah tangga tanpa mendapatkan upah, misalnya: ibu-ibu rumah tangga dan anaknya yang membantu mengurus rumah tangga. Sebaliknya, pembantu rumah tangga yang mendapatkan upah walaupun pekerjaannya mengurus rumah tangga dianggap bekerja. Grafik 2.4 Persentase Penduduk yang Sekolah Menurut Jenis Kelamin Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Sementara itu untuk kelompok penduduk bukan angkatan kerja yang kegiatannya sekolah, relatif berimbang antara laki-laki dan perempuan. Meskipun demikian perempuan sedikit lebih banyak dibandingkan laki-laki. Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam hal akses terhadap pendidikan relatif sudah seimbang antara laki-laki dan perempuan. Tidak terdapat lagi diskriminasi dalam masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Kelompok penduduk yang sedang sekolah ini ratarata adalah anak-anak usia sekolah. Meskipun demikian terdapat juga penduduk usia dewasa yang sedang sekolah, yaitu mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi atau sedang mengikuti kegiatan sekolah persamaan pendidikan dasar. Grafik 2.5 Persentase Penduduk yang Melakukan Kegiatan Lainnya Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun

16 33.90 Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Selanjutnya untuk penduduk bukan angkatan kerja yang melakukan kegiatan lainnya, didominasi oleh laki-laki (66,10). Hal ini berbanding terbalik dengan yang mengurus rumah tangga lebih didominasi oleh perempuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk perempuan yang tidak masuk sebagai angkatan kerja, umumnya karena sekolah atau mengurus rumah tangga. Sedangkan untuk laki-laki umumnya karena sekolah atau kegiatan lainnya. Termasuk kegiatan lainnya adalah kegiatan seseorang selain bekerja, sekolah dan mengurus rumah tangga, yakni mereka yang sudah pensiun, orang-orang yang cacat jasmani (buta, bisu dan sebagainya) yang tidak melakukan sesuatu pekerjaan. 13

17 BAB III PENDUDUK YANG BEKERJA A. Karakteristik Umum Penduduk yang bekerja adalah bagian dari angkatan kerja yang sedang memiliki pekerjaan atau dengan kata lain sedang aktif bekerja. Sementara itu, bekerja diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi juga termasuk dalam definisi bekerja. Oleh karena itu, sering dipahami bahwa penduduk yang bekerja adalah penduduk yang secara nyata memberikan nilai tambah atau berkontribusi langsung terhadap perekonomian suatu wilayah. Di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, penduduk yang bekerja mencapai orang dimana 62,38 persen diantaranya adalah laki-laki dan sisanya 37,62 persen adalah perempuan. Angka ini menunjukkan jumlah pekerja laki-laki hampir dua kali lipat lebih banyak dibanding pekerjaperempuan. Hal tersebut menandakan bahwa kontribusi perempuan dalam kegiatan perekonomian di Provinsi Sulawesi Selatan masih kecil. Banyak faktor yang menjadi penyebab perbandingan persentase tersebut begitu timpang. Penyebab utama adalah nilai sosial budaya yang menempatkan perempuan bukan sebagai sumberdaya utama dalam kegiatan ekonomi. Perempuan yang bekerja lebih dipandang sebagai pelengkap atau untuk membantu laki-laki. Oleh karena itu, masih banyak perempuan yang memilih untuk tidak bekerja meskipun memiliki kualitas dan keterampilan yang memungkinkan mereka untuk bekerja. Penyebab lainnya adalah masih belum terciptanya kesempatan kerja yang terbuka dan memungkinkan perempuan untuk ikut andil di dalamnya karena terbatasi oleh nilai sosial budaya yang berlaku di daerah setempat. Sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan, masih belum bisa menerima apabila perempuan bekerja pada sektor-sektor yang membutuhkan tenaga besar, kasar, waktu kerja sampai larut malam, dan sebagainya. 14

18 Grafik 3.1 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Fenomena ini menunjukkan bahwa di masa yang akan datang, jumlah pekerja perempuan masih dapat terus ditingkatkan. Upaya itu dapat dilakukan dengan menghilangkan diskriminasi dalam penerimaan pekerja. Selain itu juga perlu diupayakan untuk membuka lapangan pekerjaan yang dapat melibatkan perempuan dan sesuai dengan nilai sosial budaya setempat. Pembukaan lapangan pekerjaan yang cocok bagi pekerja perempuan akan membuka juga peluang-peluang usaha baru. Cara tersebut dapat meningkatkan investasi ekonomi dan pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan. Hampir seluruh penduduk yangbekerja di Provinsi Sulawesi Selatan masih termasukdalam usia produktif. Menurut kelompok umur, penduduk yang bekerja di Provinsi Sulawesi Selatan sebagian besar berada pada kelompok umur tahun (Tabel 3.1). Sisanya adalah pekerja dengan umur tahun dan diatas 55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan memiliki potensi perekonomian yang sangat baik karena didukung oleh pekerja-pekerja usia produktif yang semestinya memiliki produktivitas yang lebih tinggi pula. Akan tetapi hal tersebut harus didukung dengan keterampilan yang memadai agar produktivitas meningkat. Kualitas pekerja yang baik dengan produktivitas yang tinggi akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pula dan berujung pada kesejahteraan masyarakat. 15

19 Tabel 3.1 Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total ,237 59, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,491 84, , , , ,236 Jumlah 2,174,360 1,311,132 3,485,492 Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Pada Grafik 3.2 terdapat adanya perbedaan proporsi antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan. Terlihat bahwa pada kelompok usia muda yakni tahun, proporsi pekerja perempuan lebih rendah dibandingkan dengan pekerja lakilaki. Akan tetapi pada kelompok umur tahun hingga kelompok umur tahun, proporsi pekerja perempuan lebih tinggi dari pekerja laki-laki. Pada kelompok umur 60tahun ke atas, proporsi pekerja perempuan kembali lebih rendah dibandingkan pekerja laki-laki. Gambaran pada grafik tersebut menjelaskan bahwa pada saat perempuan berada dalam usia reproduktif (hamil, melahirkan, dan menyusui, dan mengurus anak), partisipasi perempuan dalam dunia kerja, cenderung lebih rendah dari laki-laki. Selanjutnya, begitu masa reproduktif telah terlewati, maka partisipasi perempuan dalam bekerja kembali meninggi. 16

20 Grafik 3.2 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Menurut tingkat pendidikan pekerja (Grafik 3.3), persentase terbesar penduduk yang bekerja di Provinsi Sulawesi Selatan adalah yang berpendidikan SD dengan persentase pekerja laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pekerja perempuan. Persentase terbesar kedua adalah pekerja yang berpendidikan SMA. Persentase terbesar selanjutnya adalah pekerja yang berpendidikan SMP dan pekerja yang tidak/belum tamat SD. Persentase paling rendah adalah pekerja dengan tingkat pendidikan DI/II/III yang angkanya tidak lebih dari lima persen. Gambaran tersebut sekaligus menggambarkan tingkat pendidikan penduduk Provinsi Sulawesi Selatan yang rata-rata masih rendah. Persentase pekerja dengan tingkat pendidikan universitas memiliki perbedaan dari tingkat pendidikan lainnya. Pada kelompok ini, persentase untuk perempuan jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Pada kelompok tingkat pendidikan lain, persentase laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. 17

21 Grafik 3.3 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD SD SMP SMA SMK D I/II/III Universitas Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Berdasarkan Grafik 3.3, tingkat pendidikan pekerja di Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan lebih dari 60 persen pekerja merupakan lulusan SMP ke bawah. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pekerja di wilayah ini masih tergolong rendah dan akan berdampak pada tingkat produktivitas pekerja. Jika ratarata dari kualitas dan produktivitas pekerja rendah, maka daya saing ekonomi di suatu tempat akan menjadi rendah juga. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena pada saat ini sudah diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). MEA memiliki pola integrasi ekonomi dengan cara membentuk sistem perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara ASEAN. Selain membuka arus perdagangan bebas, MEA juga menghapuskan pembatasan perekrutan tenaga kerja asing. Tenaga kerja asing bebas memasuki seluruh wilayah Indonesia (tentu saja termasuk ke Provinsi Sulawesi Selatan) dan berpeluang mengisi berbagai jabatan di berbagai sektor. Pekerja lokal harus lebih membekali diri karena persaingan akan semakin ketat. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pekerja dengan cara meningkatkan keterampilan melalui pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini perlu dilakukan mengingat Provinsi Sulawesi Selatan adalah merupakan salah satu wilayah yang 18

22 memiliki potensi ekonomi cukup besar dan menjadi andalan untuk wilayah Indonesia bagian timur. B. Lapangan Pekerjaan Utama Lapangan pekerjaan utama menggambarkan sektor-sektor kegiatan ekonomi tempat masyarakat bekerja atau mencari penghasilan. Lapangan pekerjaan utama diklasifikasikan menjadi 9 kategori, mulai dari sektor primer hingga sektor jasa. Kesembilan kategori lapangan pekerjaan utama tersebut adalah Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri; Listrik, Gas dan Air Minum; Konstruksi; Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi; Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi; Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan; dan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan. Tabel 3.2 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Total 1 986, ,920 1,454, ,745 3,511 25, ,459 88, , ,384 1,747 8, ,268 9, , , , , ,279 7, , ,492 31,895 91, , , ,355 Jumlah 2,174,360 1,311,132 3,485,492 Catatan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air Minum Sumber: BPS, Sakernas Agustus Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 19

23 Gambaran yang diperlihatkan pada Tabel 3.2. berikut menjelaskan jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Sulawesi Selatan menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin. Begitu juga yang disajikan pada Grafik 3.4 yang memberikan gambaran grafis yang lebih mudah dipahami. Grafik 3.4. menunjukkan bahwa hampir separuh dari persentase pekerja lakilaki di Provinsi Sulawesi Selatan, yakni 45,37 persen bekerja pada lapangan pekerjaan 1 (satu) yaitu pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan. Terlihat bahwa pekerja laki-laki terkonsentrasi pada lapangan pekerjaan tersebut. Sementara pada lapangan pekerjaan lainnya, pekerja laki-laki relatif memiliki persentase yang lebih kecil. Berdasarkan potensi sektoral Provinsi Sulawesi Selatan, sektor pertanian dan perkebunan memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan oleh masyarakat setempat. Luasnya lahan dan kondisi geografis sangat mendukung kedua sektor tersebut. Provinsi Sulawesi Selatan dikenal sebagai daerah penghasil tanaman pangan dan hortikultura terbesar di kawasan Indonesia bagian Timur. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan supplier beras ke 23 Provinsi di Indonesia. Lapangan pekerjaan di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan dapat dijadikan sebagai peluang besar usaha jika dikembangkan lebih baik lagi. Sektor-sektor tersebut mendominasi perekonomian di Provinsi Sulawesi Selatan dan berpeluang menyerap pekerja lebih banyak dari sektor lainnya. Peningkatan kualitas pekerja dapat dilakukan dengan cara menambah tenaga profesional agar meningkatkan produktivitas. Proporsi pekerja perempuan lebih tinggi dibanding pekerja laki-laki terlihat pada lapangan pekerjaan 6 (enam) yaitu Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi dan lapangan pekerjaan 9 (sembilan), yaitu Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan. Proporsi yang terjadi pada kedua jenis lapangan pekerjaan tersebutmenunjukkan bahwa sebenarnya pekerja perempuan lebih memiliki kelenturan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang berbeda. Perempuan lebih bisa menyesuaikan kemampuannya sesuai dengan lapangan pekerjaan yang membutuhkannya. Sementara bagi pekerja laki-laki cenderung terkonsentrasi pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan. Sektor tersebut dipandang membutuhkan lebih banyak tenaga, sehingga laki-laki lebih cocok untuk pekerjaan tersebut. Akibatnya, tenaga kerja laki laki banyak terserap dalam sektor tersebut. 20

24 Grafik 3.4 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Laki-laki Perempuan Catatan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 C. Status Pekerjaan Utama Status pekerjaan utama diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh), yaitu Berusaha sendiri, Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar, Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar, Buruh/karyawan/pegawai, Pekerja bebas di pertanian, Pekerja bebas di non pertanian, dan Pekerja keluarga/tak dibayar. Ketujuh status pekerjaan tersebut dapat ditemui di Provinsi Sulawesi Selatan. Meskipun untuk status pekerjaan nomor 3 (Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar) hanya terdapat sebesar 4,82 persen untuk pekerja laki-laki dan 1,32 persen untuk pekerja perempuan. Menurut status pekerjaannya, di Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 32,76 persen pekerja perempuan masuk dalam kategori pekerja keluarga/tak dibayar. Hal ini berbeda jauh dengan pekerja laki-laki yang proporsinya hanya 10,62 persen. 21

25 Fakta ini menggambarkan bahwa pekerja perempuan banyak yang membantu anggota keluarganya dalam usaha keluarga dan tidak dibayar. Status pekerjaan yang juga banyak digeluti perempuan adalah sebagai Buruh/karyawan/pegawai. Pada status pekerjaan ini, persentase untuk perempuan lebih tinggi dari laki-laki, yaitu mencapai 34,30 persen. Sedangkan untuk laki-laki mencapai 32,93 persen. Jadi cukup berimbang antara laki-laki dan perempuan. Status pekerjaan lain yang juga cukup berimbang antara pekerja laki-laki dan perempuan adalah Berusaha Sendiri. Pada kelompok ini tidak terdapat perbedaan yang besar antara laki-laki dan perempuan. Sementara itu untuk status pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayardidominasi oleh laki-laki. Kondisi ini relevan dengan fakta yang diuraikan sebelumnya bahwa sebagian besar perempuan menjadi tenaga tidak tetap/tidak dibayar. Dapat disimpulkan bahwa pekerja laki-laki dalam status pekerjaan tersebut dibantu oleh istri atau kerabat perempuannya dan tidak memberikan gaji/upah secara tetap. Grafik 3.5 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Laki-laki Perempuan Catatan: 1 Berusaha sendiri 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar 3 Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 4 Buruh/karyawan/pegawai 5 Pekerja bebas di pertanian 6 Pekerja bebas di non pertanian 7 Pekerja keluarga/tak dibayar Sumber: BPS, Sakernas Agustus

26 Perbedaan persentase status pekerjaan sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.5 di atas, menunjukkan bahwa dominasi laki-laki terhadap perempuan masih tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan. Laki-laki bisa mempunyai kesempatan bekerja yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Perempuan bisa masuk dunia kerja, tetapi sebagian besar berstatus sebagai pekerja keluarga/tak dibayar yang sifatnya membantu usaha keluarga. D. Jenis Pekerjaan Utama Jenis pekerjaan utama yang paling banyak ditekuni masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan adalah jenis pekerjaan kategori 6, yaitu Tenaga Usaha Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan. Jenis pekerjaan ini tergolong dalam jenis pekerjaan primer atau sektor pertanian. Kondisi ini tentu saja sesuai dengan karakteristik Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan wilayah pertanian. Pada jenis pekerjaan ini proporsi pekerja laki-laki lebih tinggi (44,95 persen) dibandingkan dengan proporsi pada perempuan (35,51 persen). Jenis pekerjaan yang banyak digeluti oleh pekerja laki-laki selanjutnya adalah jenis pekerjaan Tenaga Produksi Op Alat Angkutan dan Pekerja Kasar. Hal ini dapat dimaklumi karena jenis pekerjaan ini membutuhkan tenaga dan kekuatan fisik lebih besar dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Oleh karena itu wajar jika laki-laki cukup dominan di jenis pekerjaan ini, yaitu mencapai 25,68 persen. Meskipun ada juga perempuan yang terlibat, tetapi persentasenya tidak besar hanya 10,90 persen. Sama halnya dengan di daerah lain, perempuan lebih menyukai jenis pekerjaan yang relatif tidak membutuhkan tenaga fisik yang besar. Perempuan lebih cocok dan lebih meyukai jenis pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan perhatian yang detail. 23

27 Grafik 3.6 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Laki-laki Perempuan Catatan: 1. Tenaga Profesional, Teknisi dan Tenaga Lain Ybdi 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 3. Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan Tenaga Ybdi 4. Tenaga Usaha Penjualan 5. Tenaga Usaha Jasa 6. Tenaga Usaha Tani, Kebun, Ternak-Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan 7. Tenaga Produksi Op Alat Angkutan dan Pekerja Kasar 8. Lainnya Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Kondisi yang berbeda dengan laki-laki, jenis pekerjaan peringkat kedua yang diminati perempuan di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Tenaga Usaha Penjualan. Pada jenis pekerjaan ini persentase pekerja perempuan mencapai 25,17 persen. Persentase tersebut sangat dominan jika dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 11,26 persen. Kondisi yang jauh berbeda ini disebabkan karena masih adanya steorotip yang mengasosiasikan jenis pekerjaan tertentu dengan jenis kelamin. Suatu jenis pekerjaan dianggap hanya cocok untuk laki-laki sementara ada jenis pekerjaan lainnya dianggap hanya cocok dilakukan oleh perempuan. Pengelompokan seperti ini diharapkan kedepannya akan semakin berkurang. Upaya peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja perlu dilakukan, baik untuk pekerjalaki-laki maupun perempuan. Kesempatan kerja yang terbuka dapat 24

28 dimanfaatkan oleh semua pekerja sehingga akan terwujud kesetaraan antara pekerja laki-laki dan perempuan. 25

29 BAB IV UPAH PEKERJA A. Diferensiasi Upah menurut Karakteristik Umum Upah/gaji bersih adalah imbalan yang diterima sebulan oleh buruh/karyawan baik berupa uang atau barang yang dibayarkan perusahaan/kantor/majikan. Imbalan dalam bentuk barang dinilai dengan harga setempat. Upah/gaji bersih yang dimaksud adalah upah/gaji setelah dikurangi potongan-potongan iuran wajib, pajak penghasilan dan sebagainya. Mengacu pada definisi tersebut maka hanya penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai atau yang sering disebut dengan pekerja saja yang menerima upah/gaji. Berdasarkan hal tersebut, kajian yang membahas terkait upah hanya relevan diterapkan pada penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai saja, sedangkan untuk selain itu lebih tepat menggunakan istilah pendapatan. Rata-rata upah/gaji bersih pekerja di Provinsi Sulawesi Selatan masih tergolong rendah. Grafik 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja memiliki gaji di bawah Rp sebulan. Sebagian besar pekerja dengan upah/gaji terendah adalah perempuan, yaitu sebesar 52,02 persen, sedangkan laki-laki sebesar 45,18 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa selain ada permasalahan pada upah/gaji yang sangat rendah, juga masih adanya diskriminasi dalam pengupahan yang berujung pada ketimpangan. Pekerja perempuan lebih banyak menerima upah yang lebih rendah daripada pekerja laki-laki bahkan untuk jenis pekerjaan yang sama. Perempuan menerima upah yang berbeda dengan laki-laki hanya karena perbedaan jenis kelamin. Salah satu penyebabnya adalah stereotip dan budaya masyarakat yang membedakan tugas antara laki-laki dan perempuan. Masyarakat menempatkan tugas laki-laki sebagai pencari nafkan dan perempuan sebagai pengurus rumah tangga. Laki-laki sebagai pencari nafkah utama atau disebut sebagai tulang punggung keluarga sedangkan perempuan yang bekerja sebagai pencari nafkah untuk mendapatkan pendapatan tambahan karena tugas utamanya adalah mengurus rumah tangga. Padahal, hal tersebut akan berbeda ketika perempuan bekerja merupakan single parent yang menjadi tulang punggung keluarga. Perempuan yang menjadi pencari nafkah utama memiliki beban tanggungan keluarga yang sama dengan laki-laki sebagai pencari nafkah utama, 26

30 akan tetapi jika perempuan mendapatkan gaji/upah yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki dengan pekerjaan yang sama, hal tersebut menjadi lebih berat dan tidak adil bagi perempuan. Fenomena diskriminasi tersebut juga terlihat nyata pada tiga kelompok pekerja dengan upah tertinggi, yaitu Rp atau lebih. Pada ketiga kelompok tersebut, persentase pekerja laki-laki selalu lebih besar dengan selisih yang sangat besar dari pada persentase pekerja perempuan. Hal ini membuktikan bahwa pekerja dengan upah/gaji tinggi mayoritas dinikmati oleh pekerja laki-laki, sedangkan pekerja perempuan yang menikmati upah/gaji bersih yang tinggi berjumlah sedikit. Grafik 4.1 Persentase Buruh/Karyawan Menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Laki-laki Perempuan Catatan: 1 = kurang dari Rp = Rp sampai Rp = Rp sampai Rp = Rp sampai Rp = Rp sampai Rp = Rp sampai Rp = Rp sampai Rp = Rp dan lebih Sumber: BPS, Sakernas Agustus

31 Rata-rata upah/gaji menurut kelompok umur juga merupakan pokok perhatian yang menarik untuk dibahas terkait pekerja di Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 4.1. Menunjukkan, rata-rata upah/gaji menurut kelompok umur yang menunjukkan adanya indikasi diskriminasi pengupahan menurut jenis kelamin. Pada hampir semua kelompok umur, rata-rata upah/gaji yang diterima oleh pekerja perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, kecuali pada kelompok umur tahun. Tabel 4.1 menunjukkan, semakin tua umur pekerja semakin tinggi pula ratarata gaji/upahnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengalaman bekerja, dan produktivitas pekerja. Pada usia lanjut (60+) upah/gaji mengalami penurunan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi fisik yangg semakin menurun. Rata-rata upah/gaji mencapai puncak tertinggi pada kelompok umur tahun. Pada usia tersebut pekerja telah memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga memiliki kemampuan yang lebih baik dalam bekerja. Tabel 4.1 Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan Buruh/Karyawan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Jumlah Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Besarnya upah/gaji bersih yang diterima oleh seorang pekerja, baik pekerja perempuan maupun laki-laki pada umumnya juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditamatkan. Tabel 4.2 menunjukkan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula upah/gaji pekerja per bulan baik pada laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan 28

32 berhubungan secara positif pada tingkat upah/gaji pekerja. Hal tersebut sama terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Pekerja dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki kesempatan/akses bekerja pada bidang yang lebih luas baik formal maupun informal serta memiliki peluang yang lebih besar dalam jenjang pekerjaan. Pekerja dengan pendidikan yang lebih rendah memiliki kesempatan/akses bekerja cenderung pada pekerjaan informal seperti buruh informal. Pekerja yang memiliki pendidikan tinggi memiliki peluang menduduki jenjang jabatan/pekerjaan yang lebih tinggi sekaligus pendapatan yang lebih tinggi pula. Rata-rata upah/gaji bersih pekerja perempuan berdasarkan tingkat pendidikan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh pemilihan jenis pekerjaan yang didasarkan pada tugas produktif dan reproduktif. Perempuan melakukan peran ganda yaitu melakukan kegiatan produktif dan reproduktif serta menempatkan kegiatan reproduktif sebagai pekerjaan utama, sehingga perempuan lebih cenderung memilih pekerjaan produktif yang lebih fleksibel agar dapat melaksanakan kegiatan reproduktif. Ketimpangan paling besar yaitu pada tingkat pendidikan terendah (tidak/belum pernah sekolah) dengan rata-rata upah/gaji pekerja perempuan sebesar Rp sedangkan pekerja laki-laki Rp per bulan. Hal tersebut memperlihatkan masih rendahnya akses perempuan dalam memperoleh pendidikan. Budaya menjadi salah satu penyebab perempuan cenderung memiliki pendidikan yang lebih rendah. Laki-laki lebih memiliki akses lebih tinggi terhadap pendidikan karena peran laki-laki sebagai pencari nafkah, sedangkan perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk mengurus keluarga. Hal tersebut mengakibatkan sehingga dianggap tidak memerlukan pendidikan yang tinggi, padahal perempuan merupakan pengasuh utama bagi anak, sehingga pendidikan harusnya penting untuk perempuan karena perempuanlah yang sering di rumah dan mendidik anak. Peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perempuan perlu digalakkan baik pada perempuan itu sendiri maupun lingkungan. Kesadaran tersebut perlu ditingkatkan karena mayoritas motif atau alasan utama perempuan bekerja bukanlah untuk menambah pendapatan keluarga, melainkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang belum terpenuhi dari pendapatan laki-laki sebagai pencari nafkah utama. 29

33 Tabel 4.2 Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan Buruh/Karyawan Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD SD SMP SMA SMK D I/II/III Universitas Jumlah Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 B. Diferensiasi Upah/Gaji menurut Kabupaten/Kota Rata-rata upah/gaji bersih yang diterima selama sebulan bekerja untuk keseluruhan Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar Rp untuk pekerja laki-laki dan Rp untuk pekerja perempuan, sedangkan angka rata-rata total (tanpa memperhatikan jenis kelamin) adalah sebesar Rp Tabel 4.3 menunjukkan, mayoritas pekerja laki-laki memiliki upah/gaji yang lebih tinggi di kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, kecuali pada Kabupaten/Kota Sinjai, Barru, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Kota Pare-pare upah/gaji pekerja perempuan lebih tinggi daripada pekerja laki-laki. Daerah yang memiliki rata-rata upah/gaji bersih paling tinggi adalah Kabupaten Luwu Timur, baik untuk pekerja laki-laki maupun pekerja perempuan. Rata-rata upah/gaji bersih di Kabupaten Luwu Timur ini, untuk pekerja perempuan lebih tinggi dari yang diterima pekerja laki-laki, yaitu sebesar Rp sebulan. Sementara untuk pekerja laki-laki hanya Rp sebulan. 30

34 Tabel 4.3 Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan Buruh/Karyawan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 No. Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Total 1 Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene dan Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Toraja Utara Kota Makassar Kota Pare-pare Kota Palopo Provinsi Sulawesi Selatan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 C. Diferensiasi Upah/Gaji menurut Lapangan Pekerjaan Upah/gaji di Provinsi Sulawesi Selatan secara umum masih rendah, terutama pada lapangan pekerjaan di sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan. Dari total pekerja yang bekerja di sektor tersebut ( orang), sebesar 78,25 persen memiliki gaji terendah (<Rp sebulan), sedangkan sebesar 2,72 dengan upah/gaji tertinggi (Rp ). Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan sudah tidak menjanjikan lagi. 31

35 Tabel 4.4 Jumlah dan Persentase Pekerja menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Lapangan Pekerjaan Utama < Upah/Gaji Bersih Sebulan Total ,25 4,00 3,55 2,96 2,00 4,03 2,48 2,72 100, ,98 6,07 7,14 3,79 11,06 9,36 15,43 31,18 100, ,38 8,16 6,40 5,62 3,94 13,29 11,05 12,17 100, ,58 1,17 1,72 11,66 0,00 5,09 14,17 42,61 100, ,32 4,53 4,70 5,55 6,87 27,22 18,53 18,30 100, ,07 5,07 6,11 5,56 4,82 10,19 9,99 15,19 100, ,88 2,66 5,66 7,42 11,93 26,04 15,61 26,80 100, ,33 4,33 2,49 2,53 2,95 11,40 13,25 51,73 100, ,86 16,15 6,37 2,93 2,39 7,56 7,37 43,36 100,00 Jumlah ,75 6,63 4,90 4,02 3,58 9,14 7,38 16,61 100,00 Keterangan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Sumber: BPS, Sakernas - Agustus

36 Lapangan pekerjaan lain yang juga banyak memberikan upah/gaji rendah adalah Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi. Dari total pekerja pada sektor tersebut ( orang), sebesar (43,07), hanya mendapatkan upah/gaji terkecil (<Rp sebulan) dan sebesar 15,19 mendapatkan gaji/upah tertinggi ( sebulan). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa lapangan pekerjaan perdagangan ini dapat dikatakan sedikit lebih memberikan harapan jika dibandingkan dengan lapangan pekerjaan pertanian. Nilai tambah yang dapat dinikmati oleh pekerja pada lapangan pekerjaan ini lebih tinggi. Sebagaimana di provinsi lainnya, lapangan pekerjaan yang semestinya diharapkan dapat memberikan upah/gaji cukup baik di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Industri, karena industri menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Lapangan pekerjaan ini hanya menyerap sebanyak orang saja,dan dari jumlah tersebut hanya sebesar 12,17 persen yang menerima upah/gaji tertinggi (Rp sebulan). dan sebesar 39,38 menerima gaji terendah (<Rp ). Lapangan pekerjaan yang secara persentase banyak memberikan upah/gaji tinggi (Rp ), meskipun daya serapnya relatif kecil adalah Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan (51,73), sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan (43,36) dan sektor Listrik, Gas dan Air Minum (42,61). Perbedaan upah/gaji menurut lapangan pekerjaan utama pada laki-laki sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.5. memperlihatkan bahwa masih banyak pekerja yang menerima upah/gaji terendah. Sebesar 45,18 persen dari total orang pekerja laki-laki memiliki upah/gaji terendah (<Rp ). Lapangan pekerjaan dengan persentase upah/gaji tertinggi ( ), pada pekerja laki-laki adalah pada Lembaga Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Jasa Perusahaan (57,27), Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan (50,07) serta pada sektor Listrik, Gas dan Air Minum (47,06). 33

37 Tabel 4.5 Jumlah dan Persentase Pekerja Laki-laki menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Lapanga n Pekerjaa n Utama < Upah/Gaji Bersih Sebulan Total ,13 3,40 4,09 3,32 2,35 5,41 3,50 3,80 100, ,15 4,19 5,72 3,24 12,84 9,28 16,33 34,23 100, ,82 2,92 4,48 5,14 3,43 15,17 15,27 17,77 100, ,40 1,49 0,00 9,18 0,00 6,48 14,40 47,06 100, ,65 4,68 4,92 5,72 6,76 27,23 18,76 17,29 100, ,84 2,66 4,10 4,62 4,87 12,23 11,51 21,17 100, ,47 2,13 5,73 7,52 12,56 26,23 15,71 26,64 100, ,86 2,77 1,35 1,81 4,47 11,65 11,83 57,27 100, ,26 9,72 5,13 3,53 3,14 8,92 7,24 50,07 100,00 Jumlah ,18 4,16 4,38 4,13 4,14 11,18 8,57 18,25 100,00 Keterangan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Sumber: BPS, Sakernas - Agustus

38 Tabel 4.6. Jumlah dan Persentase Pekerja Perempuan menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Lapangan Pekerjaan Utama < Upah/Gaji Bersih Sebulan Total ,94 5,27 2,41 2,20 1,26 1,13 0,33 0,46 100, ,29 17,66 15,92 7,15 0,00 9,85 9,85 12,28 100, ,14 16,64 9,50 6,38 4,77 10,24 4,22 3,11 100, ,54 0,00 8,01 20,72 0,00 0,00 13,34 26,39 100, ,38 1,23 0,00 2,01 9,14 27,00 13,74 39,50 100, ,40 6,97 7,69 6,29 4,79 8,58 8,79 10,48 100, ,74 12,70 4,19 5,57 0,00 22,47 13,60 29,73 100, ,94 7,24 4,62 3,87 0,12 10,94 15,90 41,38 100, ,39 22,30 7,56 2,36 1,68 6,27 7,49 36,95 100, Jumlah ,02 10,72 5,76 3,82 2,65 5,75 5,40 13,88 100,00 Keterangan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Sumber: BPS, Sakernas - Agustus

39 Tabel 5.6 menunjukkan kondisi upah/gaji pada pekerja perempuan umumnya lebih banyak yang mendapatkan upah/gaji lebih rendah dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Persentase pekerja perempuan yang mendapatkan upah/gaji terendah (>Rp sebulan) sebesar 52,02 persen, jauh lebih besar dari lakilaki (45,18), Pekerja perempuan yang mendapatkan upah/gaji tertinggi (Rp ) juga lebih rendah (13,88) dibandingkan dengan pekerja laki-laki (18,25). Fakta ini tentu saja mengindikasikan bahwa masih terdapat adanya diskriminasi pengupahan yang yang terjadi karena jenis kelamin. Pada sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan, pekerja perempuan mendapatkan upah/gaji terendah (<Rp ) lebih tinggi (86,94) dibandingkan dengan laki-laki (74,13). Begitu pula persentase upah/gaji tertinggi (Rp ) pada pekerja perempuan lebih rendah (0,46) dibandingkan dengan laki-laki (3,80). Pada sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi, pekerja perempuan mendapatkan upah/gaji terendah (<Rp ) lebih tinggi (46,40) dibandingkan dengan laki-laki (38,84). Begitu pula persentase upah/gaji tertinggi (Rp ) pada pekerja perempuan lebih rendah (10,48) dibandingkan dengan laki-laki (21,17). Memperhatikan keragaman data sebagaimana diungkapkan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa ketimpangan dalam hal besarnya tingkat upah/gaji antara laki-laki dan perempuan terjadi pada semua lapangan pekerjaan utama. Meskipun tingkat keparahan ketimpangannya tidak sama, namun pada semua lapangan pekerjaan perlu mendapat perhatian serius. Perlu dilakukan upaya advokasi secara masif sehingga pekerja perempuan bisa mendapatkan hak pengupahan yang sama dengan pekerja laki-laki. Tentu saja dengan tidak mengabaikan kapasitas dan kualitas pekerja perempuan yang memang perlu terus ditingkatkan. D. Diferensiasi Upah/Gaji menurut Jenis Pekerjaan Imbalan atau upah/gaji yang diterima oleh pekerja juga bervariasi menurut jenis pekerjaan. Tabel 4.7. di bawah ini menjelaskan secara umum (tanpa membedakan jenis kelamin) bahwa dari total orang yang bekerja pada jenis pekerjaan T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan dan Perburuan,sebesar 78,60 mendapatkan gaji/upah terendah (<Rp ). Rendahnya upah/gaji menggambarkan bahwa 36

40 jenis pekerjaan tersebut belum memiliki nilai tambah yang tinggi sehingga mampu membayar tinggi tenaga kerja yang terlibat di dalamnya. Nilai tambah yang dihasilkan sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang mengalokasikan tenaga dan waktunya untuk jenis pekerjaan tersebut. Tabel 4.7. Jumlah dan Persentase Pekerja menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Jenis Pekerjaan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Jenis Pekerjaa n Utama < Upah/Gaji Bersih Sebulan Total ,29 18,02 3,71 1,47 0,96 4,63 9,95 48,98 100, ,26 2,43 1,19 0,93 0,93 0,94 3,91 48,42 100, ,65 12,49 4,05 1,88 1,96 5,82 11,47 51,69 100, ,53 5,38 6,22 5,45 4,32 9,14 8,06 13,89 100, ,06 6,75 7,57 5,62 6,24 17,23 12,57 25,98 100, ,60 4,02 3,49 2,91 1,98 3,91 2,43 2,65 100,00 7/8/ ,17 6,57 7,14 6,91 7,52 22,09 13,91 14,69 100,00 X/ ,57 2,68 5,19 0,87 3,39 0,00 1,55 84,76 100,00 Jumlah ,75 6,63 4,90 4,02 3,58 9,14 7,38 16,61 100,00 Keterangan: 1.Tenaga Profesional, Teknisi Dan Tenaga Lain yang berhubungan dengan itu 2.Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan 3.Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha Dan Tenaga yang berhubungan dengan itu 4.Tenaga Usaha Penjualan 5.Tenaga Usaha Jasa 6.T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan Dan Perburuan 7/8/9.Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya Sumber: BPS, Sakernas - Agustus

41 Jenis pekerjaan lainnya yang juga banyak memberikan upah/gaji terendah (< ) adalah Tenaga Usaha Penjualan yaitu 47,53 persen. Tapi sepertinya di Provinsi Sulawesi Selatan, jenis pekerjaan ini baru mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak, akan tetapi belum mampu memberikan upah/gaji yang cukup memadai. Selanjutnya, jenis pekerjaan yang memberikan upah/gaji terendah (<Rp ) adalah Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan (41,26). Namun demikian, para pekerja yang bekerja pada jenis pekerjaan yang ketiga ini juga banyak yang menerima upah/gaji yang tinggi. Persentase jenis pekerjaan yang banyak memberikan upah/gaji tertinggi (Rp ) adalah lainnya (84,76) Akan tetapi jumlah pekerja yang terlibat dalam jenis pekerjaan ini sangat sedikit, hanya orang. Upah/Gaji yang tinggi juga banyak dinikmati oleh para pekerja yang tergolong dalam pejabat pelaksana, tenaga tata usaha dan tenaga Ybdi ( orang atau 51,69). Golongan terakhir yang para pekerjanya mendapat upah/gaji tinggi adalah jenis tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan sebanyak orang (48,42). Tabel 4.8. menunjukkan tingkat upah/gaji menurut jenis pekerjaan khusus untuk pekerja laki-laki di Sulawesi Selatan. Dari total orang pekerja laki-laki yang bekerja pada jenis pekerjaan TU Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan terdapat 74,47 persen yang menerima upah/gaji terendah (<Rp sebulan). Pekerja laki-laki tersebut mayoritas bekerja sebagai buruh dan sektor tersebut memerlukan banyak tenaga kerja terutama sebagai buruh. Selain itu juga pekerjaan sebagai buruh tidak memerlukan persyaratan khusus untuk mengaksesnya sehingga mayoritas pekerja memilih untuk bekerja pada sektor tersebut. peringkat kedua yang paling banyak memberikan upah/gaji terendah secara persentase untuk laki-laki adalah jenis pekerjaan Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan, (45,06). Selanjutnya jenis pekerjaan berikutnya yang juga banyak memberikan upah/gaji terendah (<Rp ) adalah Tenaga Usaha Penjualan (43,06). Persentase jenis pekerjaan yang banyak memberikan upah/gaji tertinggi (Rp ) pada kelompok pekerja laki-laki adalah jenis pekerjaan Lainnya (85,17), Tenaga Profesional, Teknisi Dan Tenaga Lain Ybdi (58,21), Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha Dan Tenaga Ybdi (57,81), Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan (43,58). 38

42 Tabel 4.8. Jumlah dan Persentase Pekerja Laki-laki menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Jenis Pekerjaan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Jenis Pekerjaa n Utama < Upah/Gaji Bersih Sebulan Total ,97 10,14 2,94 1,77 0,82 4,60 10,55 58,21 100, ,06 2,94 1,55 1,21 1,21 1,22 3,24 43,58 100, ,09 8,86 3,13 1,59 2,28 5,86 12,37 57,81 100, ,06 2,58 3,60 4,62 3,61 9,93 10,20 22,39 100, ,91 4,09 3,35 4,13 7,28 18,95 14,16 33,13 100, ,47 3,41 4,09 3,24 2,32 5,28 3,43 3,75 100,00 7/8/ ,43 4,07 6,10 6,90 8,37 24,55 15,44 17,14 100,00 X/ ,67 2,85 5,09 0,93 3,07 0,00 1,23 85,17 100,00 Jumlah ,18 4,16 4,38 4,13 4,14 11,18 8,57 18,25 100,00 Keterangan: 1.Tenaga Profesional, Teknisi Dan Tenaga Lain yang berhubungan dengan itu 2.Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan 3.Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan Tenaga yang berhubungan dengan itu 4.Tenaga Usaha Penjualan 5.Tenaga Usaha Jasa 6.T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan Dan Perburuan 7/8/9.Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya Sumber: BPS, Sakernas - Agustus

43 Pada jenis pekerjaan T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan Dan Perburuan, sebesar 87,27 persen pekerja perempuan menerima upah/gaji terendah kurang dari (<Rp sebulan) dan mendapat upah/gaji tertinggi (Rp ) sebesar 0,35 persen. Hal tersebut juga terjadi pada pekerja laki-laki. Pekerja laki-laki, menerima upah/gaji terendah sebesar 74,47 persen dan mendapat upah/gaji tertinggi sebesar 3,75 persen. jenis pekerjaan inilah yang paling banyak menyerap pekerja perempuan karena pekerjaan ini dapat diakses tanpa harus memiliki persyaratan khusus. Perempuan selalu dibutuhkan pada jenis pekerjaan pertanian karena ada bagian di pertanian yang hanya dikerjakan oleh perempuan seperti bercocok tanam, ataupun yang dikerjakan oleh perempuan dan laki-laki seperti menyiangi gulma dan panen. Jenis pekerjaan Tenaga Usaha Penjualan juga banyak menyerap pekerja perempuan karena tidak memiliki persyaratan khusus untuk mengakses pekerjaan pada sektor tersebut serta perempuan dipandang lebih cocok pada sektor tersebut karena mayoritas pembeli adalah perempuan. pekerja perempuan menerima upah yang terendah lebih tinggi (50,85 persen) daripada laki-laki 43,06. Persentase pekerja perempuan yang mendapatkan upah tertinggi, sebesar 7,58 persen dan pekerja laki-laki sebesar 22,39 persen. Jadi untuk jenis pekerjaan yang lebih menyerap pekerja perempuan lebih dominanpun, tingkat upahnya tetap lebih rendah dibanding pekerja laki-laki. Pada umumnya, perbedaan upah antara perempuan dan laki-laki pada jenis pekerjaan yang sama maupun yang lebih menyerap tenaga kerja perempuan dengan hasil upah/gaji pekerja perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain budaya dan stereotipe terkait pada pembagian kerja produktif dan reproduktif. Perempuan melakukan peran ganda yaitu melakukan kegiatan produktif dan reproduktif serta menempatkan kegiatan reproduktif sebagai pekerjaan utama, sehingga perempuan lebih cenderung memilih pekerjaan produktif yang lebih fleksibel agar dapat melaksanakan kegiatan reproduktif. 40

44 Tabel 4.9 Jumlah dan Persentase Pekerja Perempuan menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Jenis Pekerjaan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Upah/Gaji Bersih Sebulan Jenis Pekerjaa < n Utama Total ,06 22,62 4,16 1,29 1,04 4,64 9,59 43,58 100, ,55 0,71 0,00 0,00 0,00 0,00 6,16 64,58 100, ,76 16,91 5,16 2,25 1,56 5,76 10,37 44,24 100, ,85 7,45 8,16 6,07 4,85 8,55 6,48 7,58 100, ,45 10,47 13,48 7,70 4,77 14,82 10,34 15,96 100, ,27 5,30 2,24 2,21 1,27 1,03 0,32 0,35 100,00 7/8/ ,78 16,33 11,21 6,98 4,21 12,49 7,91 5,10 100,00 X/ ,00 0,00 6,76 0,00 8,23 0,00 6,52 78,49 100,00 Jumlah ,02 10,72 5,76 3,82 2,65 5,75 5,40 13,88 100,00 Keterangan: 1.Tenaga Profesional, Teknisi Dan Tenaga Lain yang berhubungan dengan itu 2.Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan 3.Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan Tenaga yang berhubungan dengan itu 4.Tenaga Usaha Penjualan 5.Tenaga Usaha Jasa 6.T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan Dan Perburuan 7/8/9.Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya Sumber: BPS, Sakernas - Agustus

45 BAB V JUMLAH JAM KERJA A. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Jenis Kelamin Umumnya orang bekerja selama 8 (delapan) jam dalam sehari atau jam dalam seminggu. Akan tetapi kondisi tersebut berlaku bagi status pekerjaan buruh atau pegawai, tidak demikian untuk status pekerjaan lainnya. Oleh karena itu, jumlah jam kerja dalam seminggu sering digunakan untuk melihat seberapa besar penduduk memanfaatkan potensi waktunya untuk kegiatan produktif atau kegiatan menghasilkan pendapatan. Sering juga dikatakan bahwa jika seseorang tidak memenuhi jumlah jam kerja tertentu, orang tersebut dikatakan sebagai setengah menganggur atau bekerja tidak penuh. Grafik 5.1. memperlihatkan bahwa di Provinsi Sulawesi Selatan, proporsi terbesar pada pekerja laki-laki yang bekerja dengan jumlah jam kerja antara jam per minggu sebesar 26,87 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa persentase pekerja laki-laki yang bekerja antara jam per minggu lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja perempuan (17,00). Sementara itu proporsi terbesar pada pekerja perempuan, satu per empatnya bekerja dengan jumlah jam kerja jam dalam seminggu. Namun apabila dibandingkan dengan persentase pekerja laki-laki sebelumnya, data tersebut masih lebih rendah sebesar 1,74 pesen. Fenomena tersebut menjelaskan bahwa lebih banyak pekerja laki-laki yang bekerja penuh dibandingkan dengan pekerja perempuan. Sebaliknya, lebih banyak perempuan yang menjadi setengah menganggur atau bekerja tidak penuh dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan adanya peran ganda pada pekerja perempuan. Selain menjadi pekerja, perempuan juga berperan sebagai ibu rumah tangga sehingga sebagian besar pekerja perempuan memutuskan untuk mengurangi jam kerjanya. Selain itu, hal tersebut disebabkan karena adanya batasan waktu kontribusi perempuan untuk bekerja dan masih kurangnya lapangan kerja yang menyerap banyak tenaga kerja perempuan dibandingkan dengan lakilaki. Ketimpangan ini harus segera dikurangi dengan terus mendorong dan mendukung peran perempuan untuk terus meningkatkan kontribusi dalam dunia kerja. Beberapa peningkatan peranan perempuan sebagai mitra yang sejajar 42

46 dengan laki-laki dalam pembangunan berarti meningkatkan tanggung jawab perempuan sebagai pribadi yang mandiri dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut diperlukan kerja keras disertasi peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja perempuan sebagai insan pembangunan yang tangguh di berbagai sektor dan mampu bersaing dengan pekerja laki-laki.selanjutnya, dapat juga dilakukan dengan menciptakan atau menambah lapangan pekerjaan yang lebih banyak menyerap pekerja perempuan. Grafik 5.1 Persentase Penduduk Bekerja menurut Golongan Jumlah Jam Kerja Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Laki-laki Perempuan 0**) Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 B. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Di Provinsi Sulawesi Selatan penduduk yang bekerja di sektor lapangan pekerjaan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanansatu per empatnya menghabiskan waktu untuk bekerja antara jam dalam seminggu (Tabel 5.1). Mengingat jumlah jam kerja yang normal (atau penuh) dalam seminggu adalah di atas 40 jam seminggu, dengan asumsi setidaknya bekerja 8 jam sehari. Pada lapangan pekerjaan ini hanya 35,19 persen saja penduduk yang bekerja selama 35 jam atau lebih dalam seminggu. Hal ini menunjukkan bahwa pada sektor lapangan pekerjaan tersebut masih banyak penduduk yang tidak bekerja maksimal 43

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI LAMPUNG 2016

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI LAMPUNG 2016 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI LAMPUNG 2016 DEPUTI PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN 2016 i KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN

PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI JAWA TENGAH 2016 DEPUTI PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN 2016 i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No.67//72/Th. XVIII, 05 November 205 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 205 AGUSTUS 205: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,0 PERSEN Angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 205 mencapai.384.235 orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012 No.63/11/72/Th. XV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 2012 mencapai 1.213.063

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di

Lebih terperinci

No. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014 No.65/11/72/Th. XVII, 05 November 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 2014 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.33/05/52/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,86 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 No.08/05/62/Th.IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 Februari 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,14 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 67/11/32/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 Agustus 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,72 PERSEN Jawa Barat mengalami penurunan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,18 persen Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,98 PERSEN No.36/05/52/Th. IX, 5 Mei 2015 Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No.36/05/52/Th. IX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,66 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 No. 26/05/14/Th. XIV, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Riau pada Februari 2013 sebesar 4,13 persen Jumlah angkatan kerja di Riau pada Februari 2013

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 30/05/82/Th XVI, 05 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 557,1 ribu orang bertambah 32,6 ribu orang dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 No.08/11/62/Th.IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 Agustus 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 4,54 persen angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 No.66/11/72/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,29 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah pada Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No.36/05/52/Th. IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,69 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 33/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,14 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,26% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2014 mencapai 3,26

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 65/11/82/Th XV, 07 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 524,5 ribu orang bertambah 10,9 ribu orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 No.64/II/72/Th. XVI, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,27 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 2013 mencapai 1.228.337

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 08/05/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,14 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.26/05/72/Th. XX, 05 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,97 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 64/11/32/Th.XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,89 PERSEN Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th. XI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,03 PERSEN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.79 /11/33/Th.X, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,63 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2016 sebanyak 17,31 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 33/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,10 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 28/05/16/Th. XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 27/05/82/Th XV, 04 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI : Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 530,7 ribu orang, bertambah 11,7 ribu orang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 53/11/14/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Riau Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Riau Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.32/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2015 mencapai 1,65 juta orang yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 29/05/61/Th. XIX, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,58 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 No.75/11/52/Th. X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,94 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 59/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Papua Barat Agustus 2017 Agutus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 74/11/35/Th.XV, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.29 /05/17/XI, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2017 sebanyak

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 30/05/12/Th. XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,41 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.35 /05/33/Th.X, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,20 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2016 sebanyak 17,91 juta orang,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 220/12/21/Th. V, 1 Desember 20 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 20 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEMAKIN TURUN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.22/05/64/Th.XVII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2014 mencapai 1.923.968 orang, bertambah

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan No. 63/11/16Th. XIX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.81 /11/33/Th.IX, 05 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,99 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2015 sebanyak 17,30 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.37/05/33/Th.IX, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2015 yang sebesar 18,29 juta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 No.08/05/62/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 Februari 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,13 persen angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 80/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2015 tercatat sebanyak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/05/18/Th.VII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,05 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011 No. 04, 5Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI FEBRUARI : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 2,67% Angkatan kerja NTT pada mencapai 2.234.887 orang, bertambah8,0 ribuorang (0,36 persen) dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN No. 68 /11/17/Th IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Agustus 2015

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 92/11/21/Th. X, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,20 PERSEN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No 81/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Agustus 2015 tercatat sebanyak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 65/11/61/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 No.027/05/63/Th XV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2011 sebesar 1,840 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,36

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012 No. 08/11/62/Th.VI, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012 Agustus 2012 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,17 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014 No.08/11/62/Th.VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014 Agustus 2014 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,24 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,72 PERSEN No. 28/05/14/Th.XVI, 5 Mei 2015 Jumlah angkatan kerja di Riau pada 2015 mencapai 2.974.014 orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 08/11/Th.X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,78 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Februari 2016 mencapai 1.212.040

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No.29/05/73/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2017 Februari 2017 jumlah angkatan kerja 3.991.818 orang, jika dibandingkan Februari 2016

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 96/11/64/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2016 tercatat sebanyak 1.717.892

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014 No. 54/11/91/Th. XIV, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat pada Agustus 2014 mencapai 398.424 orang, mengalami peningkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,94 PERSEN No. 26/05/14/Th.XVII, 4 Mei 2016 Jumlah angkatan kerja di Riau pada 2016 mencapai 2.978.238 orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 152/12/21/Th.IV, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI KEMBALI NAIK

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,55 PERSEN No. 08/11/Th.IX, 5 November 2015 Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.44/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Februari 2017 mencapai 324.586 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 31 /05/17/Th IX, 5 Mei 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,21 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2015 mencapai

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN No. 59/11/14/Th. XV, 5 November 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2014 mencapai 2.695.247 orang.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 81/11/21/Th. IX, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,70 PERSEN No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012 No. 63/11/63/Th XVI /05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2012 sebesar 71,93 persen.

Lebih terperinci