KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI LAMPUNG 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI LAMPUNG 2016"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI LAMPUNG 2016 DEPUTI PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN 2016 i

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Profil Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan di Provinsi Lampung Tahun Dengan adanya penyusunan Profil Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan di Provinsi Lampung 2016 diharapkan dapat memberikan gambaran keadaan tenaga kerja perempuan di Provinsi Lampung dalam kurun waktu tahun 2015, dan diharapkan pula agar dapat menjadi sumber data bagi yang membutuhkan dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan dan pengambilan kebijakan di bidang ketenagakerjaan untuk Provinsi Lampung. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Profil Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan di Provinsi Lampung 2016 masih terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dalam data maupun bahasa, maka kami sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan penyusunan pada waktu yang akan datang. Jakarta, Desember 2016 Penyusun ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Sistematika Penyajian... 2 BAB II... 4 KEGIATAN PENDUDUK... 4 A. Angkatan Kerja... 4 B. Bukan Angkatan Kerja... 9 BAB III PENDUDUK YANG BEKERJA A. Karakteristik Umum B. Lapangan Pekerjaan Utama C. Status Pekerjaan Utama D. Jenis Pekerjaan Utama BAB IV UPAH PEKERJA A. Diferensiasi Upah menurut Karakteristik Umum B. Diferensiasi Upah menurut Kabupaten/Kota C. Diferensiasi Upah menurut Lapangan Pekerjaan D. Diferensiasi Upah menurut Jenis Pekerjaan BAB V JUMLAH JAM KERJA A. Karakteristik Umum B. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama C. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Status Pekerjaan Utama D. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Jenis Pekerjaan Utama BAB VI PENDUDUK YANG BEKERJA DI LUAR NEGERI A. Karakteristik TKI B. Daerah Asal (Kabupaten/Kota) iii

4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung, dengan ibukota Bandar Lampung adalah wilayah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Wilayah utara provinsi Lampung berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan. Provinsi Lampung memiliki pelabuhan utama bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni, serta pelabuhan nelayan, seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung. Provinsi Lampung juga memiliki bandar udara yaitu "Radin Inten II", yang dahulu bernama Branti. Bandar udara ini berjarak 28 km dari Ibukota dengan melalui jalan negara menuju Kotabumi. Selain itu, Provinsi Lampung juga memiliki lapangan terbang AURI bernama Astra Ksetra yang terdapat di Kabupaten Menggala. Secara Geografis, Provinsi Lampung berada antara 103º 40' - 105º 50' Bujur Timur, serta 6º 45' - 3º 45' Lintang Selatan. Provinsi Lampung terbagi ke dalam 15 (lima belas) daerah tingkat II, yaitu 13 (tiga belas) wilayah kabupaten dan 2 (dua) wilayah kota. Berdasarkan data SP 2010, Kabupaten Lampung Tengah berpenduduk jiwa, Kabupaten Lampung Timur berpenduduk jiwa, dan Kabupaten Lampung Selatan berpenduduk jiwa, merupakan kabupaten terpadat di Provinsi Lampung. Hampir 40% penduduk Provinsi Lampung bermukim di tiga daerah tersebut. Urutan laju pertumbuhan penduduk tertinggi Provinsi Lampung adalah Kabupaten Tulangbawang (2,61% per tahun), Kota Metro (1,95%), dan Bandar Lampung (1,59%). Sedangkan, daerah laju pertumbuhan penduduk terendah yakni Pringsewu (0,55%), Lampung Timur (1,78%), dan Lampung Tengah (1,13%). Walaupun Lampung Tengah tercatat sebagai daerah dengan penduduk terpadat, daerah tersebut memiliki laju pertumbuhan penduduk yang rendah, bahkan masih berada di bawah laju pertumbuhan penduduk Lampung (1,23% per tahun). Data terbaru Sakernas 2015, menyatakan bahwa jumlah penduduk Provinsi Lampung mencapai jiwa, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data tersebut, penduduk usia kerja atau yang berusia 15 tahun keatas berjumlah jiwa, yang terdiri dari lakilaki dan perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk usia kerja tersebut, 1

5 kelompok angkatan kerja berjumlah jiwa, yang terbagi atas lakilaki dan perempuan. Angkatan kerja terbagi menjadi dua, yaitu penduduk yang sedang bekerja dan penduduk yang sedang menganggur atau mencari pekerjaan. Kedua golongan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi Provinsi Lampung.Keduanya berusaha terlibat secara aktif dalam perekonomian Provinsi Lampung dalam berbagai lapangan, status, dan jenis pekerjaan. Memahami karakteristik keduanya menjadi sangat penting dan strategis, terutama untuk dapat merencanakan dengan baik setiap program dan kegiatan, khususnya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas penduduk. B. Tujuan Secara umum tujuan penulisan adalah untuk memberikan gambaran secara lengkap dan menyeluruh tentang profil perlindungan tenaga kerja perempuan di Provinsi Lampung, khususnya untuk: 1. Mengetahui karakteristik umum dan kegiatan penduduk usia kerja (angkatan kerja dan bukan angkatan kerja) di Provinsi Lampung; 2. Mengetahui karakteristik umum, lapangan, status, serta jenis pekerjaan penduduk bekerja di Provinsi Lampung; 3. Mengetahui diferensiasi tingkat upah bagi penduduk bekerja di Provinsi Lampung; 4. Mengetahui diferensiasi jumlah jam kerja bagi penduduk bekerja di Provinsi Lampung. Selain menyajikan profil pekerja di Provinsi Lampung, profil ini juga akan memberikan gambaran, kebijakan, dan program dalam rangka perlindungan tenaga kerja di Provinsi Lampung. C. Sistematika Penyajian Data yang digunakan dalam publikasi ini adalah data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Tahun 2015 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), selain data-data pendukung lainnya. 2

6 Profil ini diawali dengan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang dan tujuan penulisan, pembahasan, dan dilanjutkan dengan Bab II mengenai kegiatan penduduk, yang menguraikan kondisi penduduk angkatan kerja secara umum (pengangguran dan kondisi penduduk bukan angkatan kerja). Bab selanjutnya membahas mengenai penduduk bekerja, yaitu bagian dari angkatan kerja (memenuhi kriteria sedang bekerja). Bab ini dimulai dengan melihat karakteristik penduduk pekerja secara umum (perbedaan karakteristik berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, dan pendidikan), dan dilanjutkan dengan pembahasan secara khusus (lapangan pekerjaan utama, status pekerjaan utama dan jenis pekerjaan utama). Sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan, pembahasan berbagai aspek ini menggunakan pisau gender analysis. Pembahasan dilanjutkan dengan melihat secara khusus mengenai upah, dengan tetap menggunakan pisau gender analysis. Pembahasan mengenai upah tentu saja hanya dilakukan pada kelompok penduduk bekerja dengan status pekerjaan utama sebagai buruh/karyawan/pegawai. Selain dikupas secara umum, bab ini juga membahas diferensiasi pengupahan menurut wilayah kabupaten dan mengkaitkannya dengan tingkat upah minimum, lapangan pekerjaan utama dan jenis pekerjaan utama. Bab berikutnya membahas mengenai jam kerja, sebagai salah satu indikator penting untuk melihat kinerja dari ketenagakerjaan. Jumlah jam kerja menggambarkan apakah seseorang telah bekerja sesuai dengan potensinya atau tidak. Pembahasan mengenai jam kerja juga diperhatikan menurut lapangan pekerjaan utama, status pekerjaan utama, dan jenis pekerjaan utama. Tentu saja tidak meninggalkan pembahasan menurut pendidikan dan jenis kelamin. Penulisan buku ini ditutup dengan pembahasan mengenai penduduk Lampung yang bekerja di luar negeri dan kebijakan serta program dalam rangka perlindungan tenaga kerja di Provinsi Lampung. 3

7 BAB II KEGIATAN PENDUDUK A. Angkatan Kerja Provinsi Lampung memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jumlah tersebut meliputi semua golongan umur, mulai dari bayi (<1 tahun) hingga golongan lanjutusia (>60 tahun). Tidak semua golongan umur tersebut memiliki potensi untuk berkontribusi dalam kegiatan ekonomi, sehingga dikenal istilah penduduk usia produktif, yaitu penduduk dengan usia 15 tahun ke atas, yang secara potensial dianggap mampu berkontribusi dalam kegiatan ekonomi. Mereka disebut juga sebagai tenaga kerja yakni, setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Penduduk yang tergolong tenaga kerja di Provinsi Lampung berjumlah orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dari jumlah tenaga kerja tersebut, yang termasuk dalam kelompok penduduk angkatan kerja adalah orang yaitu, laki-laki sebanyak orang dan perempuan sebanyak orang. Gambaran ini mirip dengan daerah lain, dimana angkatan kerja laki-laki hampir dua kali lipat angkatan kerja perempuan. Penduduk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja ( 15 tahun) yang bekerja, punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran. Penduduk angkatan kerja inilah yang sering dianggap sebagai penduduk yang aktif secara ekonomi (economically active). Penduduk tenaga kerja yang tidak termasuk dalam angkatan kerja, biasa disebut penduduk bukan angkatan kerja. Dalam pembahasan mengenai angkatan kerja, sering dipakai konsep Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja didefinisikan sebagai perbandingan antara angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja. TPAK digunakan untuk mengukur besarnya partisipasi angkatan kerja dalam dunia kerja, dan sebagai indikator tingkat kesulitan angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan. Angka TPAK yang rendah menunjukkan kecilnya kesempatan kerja yang tersedia bagi penduduk usia kerja. Sebaliknya, angka TPAK yang tinggi menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang tersedia. 4

8 Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Provinsi Lampung menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Total Penduduk Berumur 0+Tahun , Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) 85,56 44,57 65,60 TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) 4,37 6,68 5,14 Pekerja Tidak Penuh Setengah Penganggur Paruh Waktu Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Walaupun jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan relatif seimbang, namun jumlah angkatan kerja laki-laki jauh lebih banyak dari perempuan. Hal ini menyebabkan angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki jauh di atas TPAK perempuan. Grafik 2.1 memperlihatkan bahwa di Provinsi Lampung pada tahun 2015, TPAK laki-laki mencapai 85,56 persen, sedangkan TPAK perempuan sebanyak 44,57 persen. Perbedaan yang besar menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang besar dalam dunia kerja antara laki-laki dengan perempuan. Sejak tahun 2011, kesenjangan TPAK antara laki-laki dengan perempuan pada tahun 2015 adalah yang terbesar. TPAK perempuan cenderung menurun, sementara TPAK laki-laki cenderung konstan, bahkan pada tahun 2015 terjadi sedikit peningkatan. Penurunan TPAK perempuan, berpeluang pada kesenjangan yang semakin melebar, sehingga harus ada upaya serius untuk meningkatkan TPAK perempuan. Perempuan perlu terus didorong untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan ekonomi dan diberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk masuk dunia kerja, sehingga dapat memberikan konstribusi yang signifkan dalam pembangunan. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas, keterampilan, dan produktivitas perempuan melalui berbagai kegiatan pemberdayaan perlu terus ditingkatkan. 5

9 Grafik 2.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan Total Sumber: BPS, Sakernas, Agustus Selain mereka yang sedang bekerja (dibahas lebih lanjut pada Bab III), pengangguran termasuk juga ke dalam angkatan kerja. Pengangguran terdiri dari: (a) Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan; (b) Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha; (c) Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan; dan (d) Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. Sedangkan istilah mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang sedang mencari pekerjaan, seperti mereka: (a) Yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan; (b) Yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan; dan (c) Yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, tetapi karena sesuatu hal masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan lain. Jumlah pengangguran di Provinsi Lampung pada tahun 2015 adalah jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.data tersebut menunjukkan jumlah pengangguran laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Hal ini berbeda dengan konsep Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), yakni persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Konsep ini lebih 6

10 menggambarkan perbandingan peluang laki-laki dan perempuan dalam memasuki dunia kerja. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk perempuan di Provinsi Lampung selalu lebih tinggi dibandingkan dengan TPT laki-laki. TPT perempuan cenderung menurun jika dibandingkan pada tahun 2011, namun angkanya masih cukup tinggi, yaitu 6,68 persen. Sedangkan untuk TPT laki-laki pada tahun 2015 sebesar 4,37 persen, tidak jauh berbeda dengan TPT laki-laki pada tahun 2011 yang sebesar 4,69 persen. Tingginya angka TPT untuk perempuan, di satu sisi menunjukkan kabar gembira, yaitu menggambarkan bahwa telah terjadi minat yang tinggi bagi penduduk perempuan di Lampung untuk memasuki dunia kerja, yang berarti untuk memberikan kontribusi bagi perekonomian daerah. Akan tetapi, di sisi lain, menunjukkan bahwa akses perempuan untuk memasuki dunia kerja tidak semudah seperti laki-laki. Hal ini menggambarkan adanya ketimpangan yang mungkin disebabkan oleh masih kentalnya nuansa diskriminasi dalam penerimaan pekerja. Grafik 2.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan Total Sumber: BPS, Sakernas, Agustus Tabel 2.2 menunjukkan bahwa pengangguran laki-laki maupun perempuan sebagian besar adalah kelompok umur muda (15 29 tahun). Namun pada kelompok umur tahun, jumlah pengangguran perempuan jauh di bawah laki-laki. Hal ini 7

11 terjadi karena jumlah laki-laki yang memasuki dunia kerja lebih banyak dibandingkan perempuan. Laki-laki pada usia tersebut kebanyakan telah memasuki jenjang pernikahan sehingga kewajibannya sebagai kepala keluarga mengharuskannya untuk mencari pekerjaan. Dengan kata lain pada usia tersebut adalah saat-saat memasuki lapangan pekerjaan. Sementara untuk perempuan justru mungkin belum terlalu menjadi prioritas. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Termasuk Pengangguran Terbuka Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun 2015 Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Jumlah Sumber: BPS, Sakernas, Agustus Sementara itu menurut tingkat pendidikan (Tabel 2.3), jumlah pengangguran terbesar adalah mereka dengan pendidikan SMA, disusul mereka yang pendidikan SMP, kemudian yang berpendidikan SMK. Hal ini terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan. Fenomena ini terjadi karena mereka cenderung menunggu dan memilih pekerjaan yang dirasa cocok. Kelompok ini juga usianya masih relatif muda. Oleh karena itu mereka masih belum terlalu dibebani kebutuhan yang mengharuskannya untuk bekerja apa saja yang mungkin tidak sesuai dengan keinginannya. Mereka masih mampu hidup meski menjadi pengangguran. Disamping itu, kemungkinan kesempatan kerja belum begitu banyak terbuka di Lampung. Jumlah penganguran terkecil terdapat pada golongan yang tidak pernah sekolah. Hal ini diduga karena kualitasnya yang rendah, sehingga mereka tidak bisa memilih-milih pekerjaan. Apapun pekerjaan yang ditawarkan akan diambilnya. Yang penting bekerja. Kelompok ini tidak akan sanggup untuk hidup tanpa bekerja. Pada kelompok dengan tingkat pendidikan rendah, kemungkinan tingkat kesejahteraannya 8

12 juga rendah, sehingga mengharuskannya untuk tetap bekerja apa saja untuk bisa bertahan hidup. Bagi kelompok penduduk seperti ini, menganggur adalah suatu barang mewah yang justru sangat sulit untuk dinikmati. Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Termasuk Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun 2015 Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD SD SMP SMA SMK D I/II/III Universitas Jumlah Sumber: BPS, Sakernas, Agustus B. Bukan Angkatan Kerja Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas dan selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya, serta tidak melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja, atau mencari pekerjaan. Di Provinsi Lampung, jumlah penduduk bukan angkatan kerja ini sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah bukan angkatan kerja perempuan tiga kali lipat dari jumlah bukan angkatan kerja laki-laki. Seperti dalam pembahasan angkatan kerja, perempuan lebih banyak yang tidak masuk kedalam dunia kerja atau aktif secara ekonomi, dimana dunia kerja didominasi oleh laki-laki. Mayoritas penduduk bukan angkatan kerja yang mengurus rumah tangga adalah perempuan, yakni 95,55 persen, dan sisanya laki-laki sebanyak 4,45 persen (Grafik 2.3). Hal ini dikarenakan nilai sosial budaya masyarakat Indonesia termasuk Provinsi Lampung, menempatkan perempuan untuk mengurus rumah tangga. Bahkan jika ada laki-laki yang mengurus rumah tangga, belum tentu ia akan mengakui bahwa dirinya melakukan kegiatan tersebut. Mengurus rumah 9

13 tangga adalah kegiatan dimana seseorang mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah, misalnya: ibu-ibu rumah tangga dan anaknya yang membantu mengurus rumah tangga. Sebaliknya pembantu rumah tangga dianggap bekerja karena mendapatkan upah walaupun pekerjaannya mengurus rumah tangga. Grafik 2.3 Persentase Penduduk yang Mengurus Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Kelompok penduduk bukan angkatan kerja yang kegiatannya sekolah, memiliki jumlah laki-laki (51,65%) sedikit lebih banyak dari perempuan (48,35%). Fenomena ini menunjukkan, dalam hal akses terhadap pendidikan relatif sudah seimbang antara laki-laki dan perempuan, karena tidak terdapat lagi diskriminasi dalam masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Kelompok penduduk yang sedang sekolah ini didominasi oleh anak-anak usia sekolah, namun terdapat juga penduduk usia dewasa yang sedang sekolah, yaitu mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi atau sedang mengikuti persamaan pendidikan dasar. 10

14 Grafik 2.4 Persentase Penduduk yang Sekolah menurut Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Selanjutnya, penduduk bukan angkatan kerja yang melakukan kegiatan lainnya, didominasi oleh laki-laki. Hal ini berbanding terbalik dengan mengurus rumah tangga yang didominasi oleh perempuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perempuan yang tidak masuk sebagai angkatan kerja, umumnya karena sekolah atau mengurus rumah tangga. Sedangkan untuk laki-laki umumnya karena sekolah atau kegiatan lainnya, yakni mereka yang sudah pensiun, orangorang yang cacat jasmani (buta, bisu dan sebagainya) yang tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Grafik 2.5 Persentase Penduduk yang Melakukan Kegiatan Lainnya menurut Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus

15 BAB III PENDUDUK YANG BEKERJA A. Karakteristik Umum Penduduk yang bekerja adalah bagian dari angkatan kerja yang sedang memiliki pekerjaan atau dengan kata lain sedang aktif bekerja. Sementara itu, bekerja diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu. Kegiatan tersebut juga termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, sering dipahami bahwa penduduk yang bekerja adalah penduduk yang secara nyata memberikan nilai tambah atau berkontribusi langsung terhadap perekonomian suatu wilayah.seluruh penduduk bekerja, di wilayah Provinsi Lampung, mencapai jiwa, yaitu 67,45 persen laki-laki dan sisanya (32,55%) adalah perempuan (Grafik 3.1). Angka ini menunjukkan bahwa jumlah pekerja laki-laki dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa masih sangat kecil kontribusi perempuan dalam kegiatan perekonomian di Provinsi Lampung. Banyak faktor yang menjadi penyebab ketimpangan jumlah tersebut. Penyebab utama adalah nilai sosial budaya yang menempatkan perempuan bukan sebagai sumberdaya utama dalam kegiatan perekonomian. Meskipun perempuan bekerja, perempuan lebih dipandang sebagai pelengkap atau membantu laki-laki. Oleh karena itu, banyak perempuan yang memilih tidak bekerja meskipun kualitas dan keterampilan yang dimilikinya memungkinkan dirinya untuk bekerja. Penyebab lainnya adalah belum terciptanya kesempatan kerja yang terbuka dan memungkinkan perempuan untuk turut bekerja di dalamnya, dengan mempertimbangkan batasan-batasan nilai sosial budaya yang berlaku di daerah setempat. Seperti diketahui bahwa masyarakat Indonesia, khususnya di Provinsi Lampung, masih belum bisa menerima apabila perempuan bekerja pada sektorsektor yang membutuhkan tenaga besar, kasar, waktu kerja sampai larut malam, dan sebagainya. Fenomena ini menunjukkan bahwa di masa yang akan datang, jumlah pekerja perempuan masih terus dapat ditingkatkan. Upaya itu dapat dilakukan dengan 12

16 menghilangkan diskriminasi dalam penerimaan pekerja. Upaya lainnya adalah membuka lapangan pekerjaan untuk melibatkan perempuan sebagai pekerja, yang relatif diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, investasi ekonomi dan pembangunan di Provinsi Lampung perlu terus ditingkatkan sebagai upaya meningkatkan peluang-peluang usaha baru yang kemungkinan akan cocok bagi pekerja perempuan. Grafik 3.1 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Rata-rata Penduduk bekerja di Provinsi Lampung tergolong dalam usia produktif. Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar penduduk yang bekerja di Provinsi Lampung berada pada rentang tahun, diikuti penduduk bekerja berusia tahun dan berusia lanjut (Tabel 3.1). Hal ini berarti bahwa potensi perekonomian Provinsi Lampung seharusnya sangat baik karena didukung oleh pekerja-pekerja usia produktif, yang semestinya memiliki produktivitas yang lebih tinggi pula. Akan tetapi, tentu saja usia produktif tersebut harus didukung dengan keterampilan yang memadai agar produktivitas meningkat. Kualitas pekerja yang baik dengan produktivitas yang tinggi merupakan peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berujung pada kesejahteraan masyarakat. 13

17 Tabel 3.1 Jumlah Penduduk yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun 2015 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total Jumlah Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Grafik 3.2.menggambarkan perbedaan proporsi antara pekerja laki-laki dan perempuan. Grafik tersebut menujukkan bahwa kelompok usia muda (15 34 tahun) dan kelompok usia 60+ memiliki proporsi perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Sebaliknya, kelompokusia tahun hingga kelompok usia tahun menunjukkan proporsi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Fakta tersebut menunjukkan bahwa jika perempuan berada dalam usia reproduktif (hamil, melahirkan, dan menyusui), maka partisipasi perempuan dalam dunia kerja cenderung lebih rendah dari laki-laki. Akan tetapi, begitu masa reproduktif tersebut telah dilewati, gairah perempuan untuk bekerja menjadi sangat tinggi. Grafik 3.2 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus

18 Grafik 3.3 menggambarkan persentase penduduk bekerja menurut tingkat pendidikan. Berdasarkan tingkat pendidikan, persentase terbesar penduduk yang bekerja di Provinsi Lampung berpendidikan SD dengan persentase yang relatif berimbang antara laki-laki dan perempuan. Persentase terbesar kedua adalah penduduk bekerja tamatan SMP, SMA dan tidak/belum tamat SD. Gambaran tersebut juga menggambarkan tingkat pendidikan penduduk Provinsi Lampung yang rata-rata masih rendah. Grafik 3.3 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD SD SMP SMA SMK D I/II/III Universitas Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Kualitas pekerja di wilayah Provinsi Lampung yang masih sangat rendah diindikasikan dari tingkat pendidikan yang juga rendah (60% pekerja hanya berpendidikan SMP ke bawah). Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan karena memperlihatkan produktivitas dan daya saing penduduk bekerja yang juga rendah. Dengan sudah diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), dimana tenaga kerja asing bebas memasuki Indonesia (termasuk ke Provinsi Lampung), akan semakin membuat pekerja lokal menjadi lebih tertekan. Untuk mengantisipasi persaingan yang makin ketat tersebut, tidak ada jalan lain kecuali harus dilakukan upaya peningkatan kualitas dengan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini perlu dilakukan mengingat Provinsi Lampung merupakan salah 15

19 satu wilayah yang memiliki potensi ekonomi cukup besar dan menjadi andalan untuk wilayah Sumatera bagian selatan. B. Lapangan Pekerjaan Utama Lapangan pekerjaan utama menggambarkan sektor-sektor kegiatan ekonomi dimana masyarakat bekerja atau mencari mata pencaharian. Lapangan pekerjaan utama diklasifikasikan menjadi 9 kategori, mulai dari sektor primer hingga sektor jasa. Tabel 3.2 menjelaskan jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Lampung menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin. Begitu juga Grafik 3.4 yang memberikan gambaran grafis yang lebih mudah dipahami. Tabel 3.2 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun 2015 Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Total Jumlah Catatan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Sumber: BPS, Sakernas Agustus

20 Grafik 3.4 menggambarkan lebih dari setengah laki-laki yang bekerja di Provinsi Lampung (51,97%) bekerja pada lapangan pekerjaan 1 (satu) yaitu Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan. Fakta tersebut memperlihatkan bahwa laki-laki terkonsentrasi pada lapangan kerja tersebut dibandingkan dengan lapangan pekerjaan yang lainnya. Hal ini agak berbeda dengan penduduk bekerja perempuan yang sepertinya lebih tersebar setidaknya pada tiga lapangan pekerjaan. Meskipun proporsi terbesar juga terlihat pada lapangan pekerjaan 1 (satu), proporsi pekerja perempuan juga cukup tinggi pada lapangan pekerjaan 6 (enam), yaitu Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi, serta lapangan pekerjaan 9 (sembilan), yaitu Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan. Fenomena yang tergambar pada Grafik 3.4 juga menunjukkan bahwa sebenarnya pekerja perempuan lebih memiliki kelenturan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang berbeda. Pekerja perempuan lebih bisa menyesuaikan kemampuannya sesuai dengan lapangan pekerjaan yang membutuhkannya. Kebalikannya, laki-laki, terutama yang berpendidikan rendah, cenderung untuk terperangkap pada lapangan pekerjaan pertanian tersebut. Grafik 3.4 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan Catatan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 17

21 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 C. Status Pekerjaan Utama Status pekerjaan utama diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh), yaitu: (1) Berusaha sendiri, (2) Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar, (3) Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar, (4) Buruh/karyawan/pegawai, (5) Pekerja bebas di pertanian, (6) Pekerja bebas di non pertanian, dan (7) Pekerja keluarga/tak dibayar. Ketujuh status pekerjaan tersebut dapat ditemui di Provinsi Lampung. Meskipun untuk status pekerjaan nomor 3 (Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar) hanya terdapat sedikit saja, yaitu 4,85 persen untuk laki-laki dan 1,63 persen untuk perempuan. Banyak pekerja perempuan di Provinsi Lampung termasuk dalam kategori pekerja keluarga/tidak dibayar, dilihat berdasarkan status pekerjaannya. Proporsinya mencapai 40,54 persen yangsangat jauh berbeda dengan proporsi laki-laki (9,33%). Fakta ini menggambarkan bahwa masih terdapat perlakuan diskriminatif antara lakilaki dan perempuan. Jadi, meskipun jumlah pekerja perempuan terus meningkat, namun, nilai rupiah yang diterima oleh pekerja perempuan tidak dapat diketahui dengan pasti karena banyaknya yang tidak dibayar. Status pekerjaan yang juga banyak digeluti perempuan adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai. Persentase pekerja perempuan pada status pekerjaan inimencapai 23,89 persen. Persentase tersebut sedikit dibawah laki-laki yang mencapai 26,17 persen. Status pekerjaan yang juga cukup berimbang antara lakilaki dan perempuan adalah Berusaha Sendiri. Pada kelompok ini tidak terdapat perbedaan yang besar antara laki-laki dan perempuan. Sementara itu, laki-laki mendominasi status pekerjaan sebagai pengusaha yang dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar. Kondisi ini relevan dengan fakta yang diuraikan sebelumnya, dimana banyak perempuan menjadi pekerja keluarga/tidak dibayar. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan perempuan menjadi pekerja tidak dibayar karena membantu suami atau keluarganya sendiri. 18

22 Grafik 3.5 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan Catatan: 1 Berusaha sendiri 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar 3 Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 4 Buruh/karyawan/pegawai 5 Pekerja bebas di pertanian 6 Pekerja bebas di non pertanian 7 Pekerja keluarga/tak dibayar Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Perbedaan persentase status pekerjaan sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.5 menunjukkan tingginya dominasi laki-laki terhadap perempuan di Provinsi Lampung. Pekerja laki-laki seolah mendapat kesempatan yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Perempuan bisa masuk dunia kerja, tetapi pada status pekerjaan yang kurang menguntungkan. D. Jenis Pekerjaan Utama Jenis pekerjaan utama yang paling banyak digeluti masyarakat di Provinsi Lampung adalah jenis pekerjaan kategori 6, yaitu Tenaga Usaha Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan. Jenis pekerjaan ini tergolong dalam jenis pekerjaan primer atau sektor pertanian. Kondisi ini tentu saja sesuai dengan karakteristik Provinsi Lampung yang merupakan wilayah pertanian. Pada jenis pekerjaan ini proporsi pada laki-laki lebih tinggi (51,19%) dibandingkan dengan proporsi pada perempuan (41,89%). 19

23 Jenis pekerjaan yang juga disukai di Provinsi Lampung, khususnya untuk lakilaki, adalah jenis pekerjaan Tenaga Produksi Op Alat Angkutan dan Pekerja Kasar. Jenis pekerjaan ini membutuhkan tenaga dan kekuatan fisik lebih besar dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Oleh karena itu, wajar saja jika laki-laki sangat dominan di jenis pekerjaan ini, yaitu mencapai 27,50 persen. Meskipun ada juga perempuan terlibat, tetapi tidaklah besar persentasenya, yaitu hanya 10,30 persen. Grafik 3.6 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jenis Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan Catatan: 1. Tenaga Profesional, Teknisi dan Tenaga Lain Ybdi 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 3. Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan Tenaga Ybdi 4. Tenaga Usaha Penjualan 5. Tenaga Usaha Jasa 6. T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan dan Perburuan 7. Tenaga Produksi Op Alat Angkutan dan Pekerja Kasar 8. Lainnya Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Berbeda dengan laki-laki, jenis pekerjaan peringkat kedua untuk perempuan adalah Tenaga Usaha Penjualan. Proporsi pekerja perempuan pada jenis pekerjaan ini mencapai 29,01 persen. Persentase tersebut sangat dominan jika dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 10,54 persen. Ketimpangan jenis pekerjaan terjadi karena masih adanya stereotipe yang mengasosiasikan jenis pekerjaan tertentu terhadap jenis kelamin. Ke depan, pengelompokan seperti ini tentu akan semakin 20

24 berkurang seiring dengan semakin tingginya tingkat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Jika kualitas semakin seimbang, begitu juga dengan kesempatan yang terbuka juga semakin seimbang, tentu kesetaraan tersebut akan semakin mudah terwujud. 21

25 BAB IV UPAH PEKERJA A. Diferensiasi Upah menurut Karakteristik Umum Upah/gaji bersih adalah imbalan yang diterima sebulan oleh buruh/karyawan, baik berupa uang atau barang, yang dibayarkan oleh perusahaan/kantor/majikan. Imbalan dalam bentuk barang dinilai dengan harga setempat. Selanjutnya, upah/gaji bersih yang dimaksud adalah gaji/upah setelah dikurangi dengan potonganpotongan iuran wajib, pajak penghasilan, dan sebagainya. Berdasarkan pengertian tersebut, hanya penduduk bekerja dengan status Buruh/karyawan/pegawai (atau yang sering disebut dengan pekerja) yang menerima gaji/upah bersih. Oleh karenanya, pembahasan mengenai upah, tentu saja, hanya relevan pada golongan pekerja saja. Rata-rata upah/gaji bersih bagi para pekerja di Provinsi Lampung masih rendah. Seperti halnya yang ditunjukkan pada Grafik 4.1, sebagian terbesar pekerja bergaji di bawah Rp ,-. Memprihatinkannya lagi, sebagian besar pekerja dengan upah/gaji terendah ini adalah perempuan. Hal ini menunjukkan adanya persoalan upah/gaji yang sangat rendah diikuti dengan masih adanya diskriminasi dalam pengupahan berdasarkan jenis kelamin. Perempuan akan cenderung diberikan upah yang lebih rendah dari pada laki-laki. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa proporsi pekerja perempuan dengan upah terendah mencapai 55,85 persen, sedangkan laki-laki lebih rendah yaitu 41,98 persen. Gambaran diskriminasi upah/gaji berdasarkan jenis kelamin dapat semakin terlihat nyata dengan memperhatikan tiga kelompok pekerja dengan upah tertinggi, yaitu golongan 6 (Rp Rp ), golongan 7 (Rp Rp ), dan golongan 8 (diatas Rp ). Berdasarkan data tiga kelompok tersebut, persentase pekerja laki-laki selalu lebih besar dan memiliki ketimpangan yang tinggi terhadap persentase pekerja perempuan. Dengan kata lain, pekerja, dengan upah/gaji tinggi, didominasi oleh laki-laki. Kalaupun ada pekerja perempuan dengan upah/gaji yang tinggi, jumlahnya tidak lebih dari setengahnya laki-laki. 22

26 Grafik 4.1 Persentase Buruh/Karyawan Menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) per Bulan dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan Catatan: 1 = kurang dari Rp = Rp sampai Rp = Rp sampai Rp = Rp sampai Rp = Rp sampairp = Rp sampai Rp = Rp sampai Rp = Rp dan lebih Sumber: BPS. Sakernas Agustus 2015 Tabel 4.1 menggambarkan rata-rata upah/gaji menurut kelompok umur. Tabel tersebut semakin mengindikasikan adanya diskriminasi pengupahan menurut jenis kelamin. Terlihat jelas sekali bahwa pada hampir semua kelompok umur, rata-rata upah/gaji yang diterima oleh pekerja perempuan nilainya jauh lebih rendah di bawah laki-laki. Meskipun demikian, pengecualian berlaku untuk pekerja pada kelompok usia tahun dan tahun, dimana rata-rata upah pekerja perempuan jauh lebih tinggi dibanding laki-laki. Fenomena ini masih perlu dijelaskan lebih lanjut. Salah satu faktor penyebab terjadinya anomali tersebut diduga karena perempuan sifatnya lebih fokus untuk berkarir dan loyal pada pekerjaannya, sehingga memiliki masa kerja yang lebih tinggi. Hal ini agak berbeda dengan laki-laki yang umumnya senang berpindah-pindah pekerjaan. 23

27 Tabel 4.1 Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Buruh/Karyawan Selama Sebulan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun 2015 Kelompok Umur Rata-rata Upah/Gaji Bersih Sebulan (Rp) Laki-laki Perempuan Rata-rata Jumlah Sumber: BPS. Sakernas Agustus 2015 Tabel 4.1 juga diperkuat dengan Grafik 4.2. yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kelompok umur, atau dengan kata lain semakin tua seseorang, tingkat rata-rata upah semakin tinggi, kecuali kelompok lanjut usia (diatas 60 tahun). Hal ini diduga dikarenakan semakin tua seseorang maka semakin memiliki pengalaman dan semakin produktif, sehingga imbalan atas pekerjaan pun meningkat atau semakin besar. Rata-rata upah/gaji tertinggi bagi pekerja di Provinsi Lampung berada pada kelompok usia tahun. Grafik 4.2 Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Buruh/Karyawan Selama Sebulan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun ,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 Laki-laki Perempuan 1,000, , Sumber: BPS. Sakernas Agustus

28 Rata-rata upah/gaji bersih yang diterima oleh pekerja, baik perempuan maupun laki-laki, juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditamatkan. Dengan demikian, pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu karakteristik yang menggambarkan kualitas pekerja yang berimplikasi pada besaran upah/gaji bersih yang diterima. Grafik 4.3 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka rata-rata upah yang diterima akan semakin besar. Kondisi tersebut terjadi pada pekerja laki-laki maupun pekerja perempuan. Grafik 4.3 Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Buruh/Karyawan Selama Sebulan Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun ,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 0 Laki-laki Perempuan Sumber: BPS. Sakernas Agustus 2015 Grafik 4.3 menggambarkan bahwa rata-rata upah perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, pada hampir semua kelompok di tingkat pendidikan. Ketimpangan yang sangat besar terjadi terutama pada tingkat pendidikan rendah, yaitu tidak/belum pernah sekolah. Pada tingkat pendidikan tersebut rata-rata upah pekerja perempuan hanya Rp ,- sebulan. Sementara untuk laki-laki pada tingkat pendidikan yang sama, rata-rata upahnya mencapai Rp ,- per bulan. Nilai budaya yang menempatkan laki-laki sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab dalam mencari nafkah merupakan salah satu penyebab timpangnya pengupahan menurut jenis kelamin. Karena status perempuan yang dianggap bukan sebagai kepala keluarga, banyak pengusaha yang menjadikan status tersebut sebagai alasan untuk memberikan upah lebih rendah kepada perempuan. Alasan yang sama digunakan untuk tidak memberikan hak-hak pekerja 25

29 lainnya seperti tunjangan anak, tunjangan suami, dan sebagainya. Karena pekerja perempuan selalu dianggap sebagai pekerja lajang. Bahkan karena anggapan status lajangnya tesebut juga berdampak pada potongan pajak dengan tarif yang lebih tinggi atas penghasilan yang diperolehnya. Semakin tinggi pendidikan, ketimpangan upah antara perempuan dengan laki-laki semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan lakilaki dan perempuan, maka tingkat upah keduanya menjadi semakin setara. Bahkan pada kelompok tingkat pendidikan diploma (DI/II/III), rata-rata upah pekerja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Fakta ini diduga terjadi dikarenakan penentuan besar upah seseorang, dengan tingkat pendidikan tinggi, ditentukan oleh kinerja dan kualitas pekerja itu sendiri, dan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Tabel 4.2 Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Buruh/Karyawan Selama Sebulan Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun 2015 Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan Rata-rata Upah/Gaji Bersih Sebulan (Rp) Laki-laki Perempuan Total Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD SD SMP SMA SMK D I/II/III Universitas Jumlah Sumber: BPS. Sakernas Agustus 2015 B. Diferensiasi Upah menurut Kabupaten/Kota Rata-rata upah/gaji bersih sebulan untuk keseluruhan Provinsi Lampung adalah sebesar Rp ,- untuk pekerja laki-laki dan Rp ,- untuk pekerja perempuan. Sedangkan, angka rata-rata total (tanpa memperhatikan jenis kelamin) adalah sebesar Rp ,-. Angka tersebut sudah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan ketetapan upah minimum Provinsi Lampung, yaitu sebesar Rp ,-. Dengan demikian, pekerja di Provinsi Lampung dapat dikatakan sudah sangat beruntung karena rata-rata upah yang diterima sudah melebihi ketentuan minimal. Tetapi, kenyataan tersebut hanya berlaku bagi pekerja laki-laki. Hal ini terjadi karena pekerja perempuan memiliki rata-rata upah yang masih di 26

30 bawah upah minimum provinsi. Tingkat upah pekerja perempuan seharusnya didorong lebih tinggi lagi sehingga dapat memenuhi ketetapan upah minimum atau standar yang telah ditetapkan. Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa daerah yang memiliki rata-rata upah/gaji bersih paling tinggi adalah Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Barat, dan Kota Metro. Apabila hanya melihat pada kelompok laki-laki saja, daerah dengan rata-rata upah/gaji bersih tertinggi adalah Kabupaten Lampung Barat, disusul Kota Bandar Lampung, dan kemudian Kota Metro. Sedangkan, daerah Kabupaten Lampung Tengah, Kota Bandar Lampung, dan Kabupaten Lampung Barat merupakan daerah dengan rata-rata upah tertinggi apabila dilihat pada kelompok pekerja perempuan. Tabel 4.3 Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan Buruh/Karyawan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun 2015 No. Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Total 1 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulangbawang Pesawaran Pringsewu Mesuji Tulangbawang Barat Pesisir Barat Kota Bandar Lampung Kota Metro Provinsi Lampung Sumber: BPS. Sakernas Agustus 2015 Grafik 4.4 memberikan gambaran rata-rata upah yang diterima pekerja di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung dibandingkan dengan upah minimum yang ditetapkan di setiap daerah tersebut. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa 5 (lima) kabupaten/kota memiliki nilai rata-rata upah yang sudah melebihi tingkat upah minimum yang telah ditetapkan. Kelima daerah tersebut adalah Kabupaten Lampung 27

31 Barat, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Tengah, Kota Bandar Lampung, dan Kota Metro. Sedangkan, 10 (sepuluh) daerah lainnya memiliki ratarata upah pekerja yang masih berada di bawah upah minimum yang telah ditetapkan. Grafik 4.4 Besar Upah Minimum Kabupaten/Kota dan Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan Buruh/Karyawan Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun 2015 Kota Metro Kota Bandar Lampung Pesisir Barat Tulangbawang Barat Mesuji Pringsewu Pesawaran Tulangbawang Way Kanan Lampung Utara Lampung Tengah Lampung Timur Lampung Selatan Tanggamus Lampung Barat 1,764,000 1,870,000 1,763,000 1,792,100 1,763,000 1,763,000 1,763,000 1,771,200 1,763,000 1,763,000 1,770,620 1,763,100 1,800,500 1,763,000 1,763, ,0001,000,0001,500,0002,000,0002,500,0003,000,000 UM Kab/Kota Perempuan Laki-laki Sumber: BPS. Sakernas Agustus 2015 Apabila diperhatikan lebih teliti berdasarkan jenis kelamin, data menunjukkan bahwa hanya tiga daerah saja yang memberikan upah pekerja perempuan lebih tinggi dari upah minimum yang telah ditetapkan. Ketiga daerah itu ialah Kota Metro, Kota Bandar Lampung, dan Kabupaten Lampung Barat. Jadi, masih terdapat 12 daerah kabupaten/kota dengan rata-rata upah pekerja perempuan berada di bawah upah minimum yang telah ditetapkan. Fakta menunjukkan bahwa hanya pekerja lakilaki yang sudah menikmati rata-rata upah di atas upah minimum di lima daerah sebagaimana disebutkan sebelumnya (Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten 28

32 Lampung Timur, Kabupaten Lampung Tengah, Kota Bandar Lampung, dan Kota Metro). Fenomena ini kembali menunjukkan bahwa masih terdapat ketimpangan yang mencolok antara laki-laki dengan perempuan. C. Diferensiasi Upah menurut Lapangan Pekerjaan Secara umum, tingkat upah di Provinsi Lampung masih rendah, terutama di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan. Secara rinci, diferensiasi upah menurut lapangan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.4. Seluruh pekerja di sektor ini berjumlah jiwa, baik laki-laki maupun perempuan. Dari seluruh pekerja tersebut, sebanyak 68,83 persen memiliki gaji tidak lebih dari Rp ,- per bulan. Sedangkan, golongan upah tertinggi (lebih dari Rp ,- per bulan) hanya dinikmati oleh 2,05 persen saja. Lapangan pekerjaan lain yang memberikan upah rendah adalah Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi.Dari jiwa yang bekerja di sektor ini, jiwa diantaranya hanya mendapatkan upah tidak lebih dari Rp sebulan. Meskipun demikian, banyak pekerja ( jiwa atau 11,67%) yang mendapatkan upah lebih dari Rp ,- sebulan pada lapangan pekerjaan ini. Dengan demikian, lapangan pekerjaan ini dapat dikatakan sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan lapangan pekerjaan sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan. Lapangan pekerjaan yang memberikan upah cukup baik di Provinsi Lampung adalah Industri. Sayangnya, lapangan pekerjaan ini hanya menyerap orang pekerja saja. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak orang pekerja menerima upah Rp ,- atau lebih dalam sebulan. Namun, jumlah penerima upah terendah (tidak lebih dari Rp ,- sebulan) juga masih cukup besar, yaitu sebanyak orang pekerja. Diferensiasi upah menurut lapangan pekerjaan utama pada laki-laki, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa masih banyak pekerja yang menerima upah terendah (tidak lebih dari Rp ,- sebulan). Dari seluruh pekerja laki-laki di Provinsi Lampung ( orang), sebanyak orang (41,98%) masih mendapatkan upah yang sangat rendah, yaitu tidak lebih dari Rp ,- sebulan. Sedangkan, pekerja laki-laki yang beruntung 29

33 mendapatkan upah tertinggi atau Rp ,- atau lebih sebulan hanya 12,25 persen saja. Tabel 4.4 Jumlah dan Persentase Pekerja menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Lapangan Pekerjaan Utama < Upah/Gaji Bersih Sebulan Total % 68,83 3,22 4,97 6,32 4,10 6,70 3,81 2,05 100, % 24,85 1,06 11,03 3,31 8,87 28,04 12,55 10,28 100, % 30,51 4,65 4,15 8,06 6,49 13,83 15,59 16,71 100, , % 0,00 0,00 0,00 5,80 21,16 7,34 32,49 33,21 100, % 6,40 1,59 3,70 7,71 8,96 28,92 29,75 12,96 100, % 42,93 2,47 5,58 8,21 6,19 12,76 10,20 11,67 100, Lapangan Pekerjaan Utama % 9,34 1,12 5,22 7,93 10,80 22,71 21,76 21,12 100,00 < Upah/Gaji Bersih Sebulan % 9,84 4,08 1,17 9,98 3,64 16,27 20,18 34,85 100, % 8,76 9,40 12,39 8,23 6,16 10,29 8,70 36,06 100,00 Jumlah % 46,49 3,72 5,76 7,22 5,53 11,12 9,20 10,96 100,00 Total Keterangan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Sumber: BPS, Sakernas Agustus

34 Kondisi lebih parah dialami oleh pekerja pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan. Data menunjukkan bahwa lebih dari setengah pekerja laki-laki pada sektor ini ( orang atau 62,59%) hanya mendapatkan upah terendah atau kurang dari Rp ,- sebulan. Tingkat upah ini tentu saja sangat tidak layak dan jauh di bawah nilai upah minimum yang telah ditetapkan di Provinsi Lampung. Sementara itu, pekerja laki-laki, pada lapangan pekerjaan ini, yang mendapatkan upah Rp ,- atau lebih sebulan hanya berjumlah 7,68 persen saja. Tabel 4.5 Jumlah dan Persentase Pekerja Laki-laki menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Lapangan Pekerjaan Utama Upah/Gaji Bersih Sebulan < Total % 62,59 3,33 5,55 7,29 5,04 8,52 4,95 2,74 100, % 21,21 1,15 11,95 3,59 7,00 30,38 13,60 11,14 100, % 24,75 2,36 2,81 7,75 6,78 16,07 19,29 20,20 100, % 0,00 0,00 0,00 5,80 21,16 7,34 32,49 33,21 100, % 6,42 1,51 3,71 7,73 8,99 28,83 29,82 12,99 100, % 36,96 1,06 3,29 6,75 5,07 16,27 13,04 17,54 100, % 9,90 0,69 5,43 8,39 11,43 21,91 20,27 21,99 100, % 11,38 4,93 0,38 7,01 0,95 16,24 24,30 34,82 100, % 10,77 4,88 9,20 7,85 5,10 10,61 11,12 40,47 100,00 Jumlah % 41,98 2,80 5,14 7,36 5,88 13,24 11,35 12,25 100,00 Keterangan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 31

35 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Lapangan pekerjaan kedua yang juga banyak memberikan upah rendah adalah perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi. Sebanyak orang atau 36,96 persen dari orang pekerja laki-laki yang mendapatkan upah terendah (kurang dari Rp ,- sebulan). Meski demikian, cukup banyak pekerja ( orang atau 17,54%) menerima upah tertinggi (Rp ,- atau lebih sebulan). Kondisi upah pada pekerja perempuan lebih memprihatinkan dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Tabel 4.6 menggambarkan kondisi upah pada pekerja perempuan di berbagai lapangan pekerjaan. Persentase pekerja perempuan, yang hanya mendapatkan upah terendah tidak lebih dari Rp ,- sebulan, jauh lebih besar dari laki-laki. yakni mencapai 55,85 persen. Sejalan dengan pernyataan tersebut, pekerja perempuan yang beruntung mendapatkan upah tertinggi (Rp ,- atau lebih sebulan) lebih sedikit dibandingkan pekerja laki-laki, yaitu hanya 8,28 persen saja. Fakta ini tentu saja mengindikasikan adanya diskriminasi pengupahan berdasarkan jenis kelamin. Kondisi pada lapangan pekerjaan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan untuk pekerja perempuan lebih parah lagi. Sebanyak 84,78 persen pekerja perempuan pada lapangan pekerjaan ini hanya mendapat upah terendah (tidak lebih dari Rp ,- sebulan), dan hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 62,59 persen saja. Begitu pula dengan pekerja perempuan dengan upah tinggi (Rp, ,- atau lebih sebulan) hanya berjumlah 1,2 persen saja dari keselurahan pekerja perempuan di lapangan kerja ini. Pada lapangan pekerjaan Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi, dimana banyak perempuan terlibat di dalamnya, kondisi upahnya juga tidak lebih baik dari lapangan pekerjaan yang lain. Apabila dibandingkan dengan upah yang didapatkan oleh pekerja laki-laki, upah pekerja perempuan masih lebih rendah. Pada lapangan ini sebanyak 47,74 persen pekerja perempuan masih menerima upah yang terendah, yaitu kurang dari Rp ,- sebulan. Begitu juga untuk upah tertinggi. Pada lapangan pekerjaan ini, pekerja perempuan yang menikmati hanya sebanyak orang atau hanya 6.94 persen saja. 32

36 Tabel 4.6 Jumlah dan Persentase Pekerja Perempuan menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Lapangan Pekerjaan Utama < Upah/Gaji Bersih Sebulan Total % % % % % % % % Jumlah % Keterangan: 1 Pertanian. Perkebunan. Kehutanan. Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik. Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan. Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi. Pergudangan dan Komunikasi 8 Lmbg Keuangan. Real Estate. Ush Persewaan & Js Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan. Sosial dan Perorangan Sumber: BPS. Sakernas Agustus 2015 D. Diferensiasi Upah menurut Jenis Pekerjaan Tingkat upah yang diterima oleh pekerja juga bervariasi menurut jenis pekerjaan. Jenis-jenis pekerjaan tertentu menunjukkan pengupahan yang lebih baik dari jenis pekerjaan lainnya. Tabel 4.7 menjelaskan bahwa jenis pekerjaan T U Tani, 33

37 Kebun, Ternak, Ikan, Hutan, dan Perburuan adalah yang paling banyak memberikan upah terendah (tidak lebih dari Rp ,- sebulan). Dari orang yang bekerja pada jenis pekerjaan ini, sebanyak 69,51 persen pekerja menerima upah yang sangat rendah sebagaimana disebutkan di atas (upah terendah atau tidak lebih dari Rp ,- sebulan). Rendahnya upah menggambarkan bahwa jenis pekerjaan tersebut belum memiliki nilai tambah yang tinggi untuk mampu membayar tinggi tenaga kerja yang terlibat di dalamnya. Nilai tambah yang dihasilkan sangat kecil apabila dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang mengalokasikan tenaga dan waktunya pada jenis pekerjaan tersebut. Jenis pekerjaan berikutnya yang juga banyak memberikan upah murah adalah Tenaga Usaha Penjualan, dimana 44,60 persen pekerja menerima upah di bawah Rp ,- sebulan. Kondisi ini cukup mengherankan mengingat jenis pekerjaan ini berada pada sektor perdagangan, yang secara umum biasanya memberikan upah tinggi. Hal ini diduga karena Provinsi Lampung baru mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak pada jenis pekerjaan ini sehingga belum mampu memberikan imbalan yang cukup memadai. Selanjutnya, jenis pekerjaan peringkat tiga yang memberikan upah murah adalah jenis pekerjaan Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan, dengan proporsi upah terendah mencapai 27,89 persen. Namun demikian, para pekerja yang bekerja pada jenis pekerjaan yang ketiga ini juga banyak yang menerima upah yang tinggi. Jenis pekerjaan yang banyak memberikan upah tertinggi adalah jenis pekerjaan Lainnya dimana terdapat 76,36 persen pekerja yang menerima upah Rp ,- atau lebih sebulan. Akan tetapi, jumlah pekerja yang terlibat dalam jenis pekerjaan ini sangat sedikit, yaitu hanya orang. Selain itu, jenis pekerjaan yang juga memberikan upah tertinggi adalah jenis pekerjaan Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan. Pada jenis pekerjaan ini, lebih dari setengah pekerja (56,79 persen) dari seluruh pekerjanya ( orang) mendapatkan upah tertinggi (Rp ,- atau lebih sebulan).selanjutnya, jenis pekerjaan Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha, dan Tenaga Ybdi juga merupakan jenis pekerjaan dengan upah gaji yang bagus. Hal ini dikarenakan jumlah pekerja yang menerima gaji tertinggi (Rp ,- atau lebih sebulan) mencapai orang atau 51,82 persen. 34

38 Tabel 4.7 Jumlah dan Persentase Pekerja menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Jenis Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Jenis Pekerjaan Utama < Upah/Gaji Bersih Sebulan Total % 5,32 12,28 11,09 4,37 4,23 5,30 7,50 49,90 100, % ,92 0,00 1,42 5,14 3,84 56,79 100, % 0,21 2,06 4,64 5,02 3,04 15,18 18,03 51,82 100, % 44,60 2,42 5,90 8,27 6,38 11,28 9,50 11,64 100, % 24,93 6,52 11,33 10,36 6,61 13,52 12,38 14,35 100, % 69,51 3,26 4,99 6,32 4,05 6,69 3,44 1,74 100,00 7/8/ % 19,00 3,64 5,35 9,00 8,76 21,18 20,13 12,94 100,00 X/ % 0,00 0,00 0,00 3,35 0,00 6,49 13,81 76,36 100,00 Jumlah % 46,49 3,72 5,76 7,22 5,53 11,12 9,20 10,96 100,00 Keterangan: 1.Tenaga Profesional, Teknisi Dan Tenaga Lain Ybdi 2.Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan 3.Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha Dan Tenaga Ybdi 4.Tenaga Usaha Penjualan 5.Tenaga Usaha Jasa 6.T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan Dan Perburuan 7/8/9.Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Diferensiasi upah menurut jenis pekerjaan dan jenis kelamin di Provinsi Lampung, dapat dilihat melalui Tabel 4.8 dan Tabel 4.9. Berbeda dengan pekerja laki-laki, pekerja perempuan mendapatkan pengupahan yang sungguh sangat menyedihkan pada jenis pekerjaan T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan, dan Perburuan.Pada jenis pekerjaan ini, sebanyak 85,01 persen pekerja perempuan mendapat upah kurang dari Rp ,- sebulan. Persentase tersebut merupakan 35

39 angka yang sangat besar, mengingat jumlah pekerja perempuan pada jenis pekerjaan ini sangat besar, yaitu sebanyak orang. Sementara itu, pekerja perempuan yang mendapatkan upah tertinggi (Rp ,- atau lebih sebulan) hanya berjumlah 0,25 persen saja. Data tersebut menunjukkan bahwa meskipun jumlah pekerja laki-laki yang menerima upah terendah pada jenis pekerjaan ini juga besar (63,40%), jumlah tersebut masih jauh dari perempuan. Hal serupa juga berlaku pada jumlah penerima upah tertinggi, dimana sebanyak 2,33 persen pekerja laki-laki disandingkan dengan hanya 0,25 persen pekerja perempuan yang menerima gaji tertinggi. Dengan demikian, jenis pekerjaan ini dapat dikatakan sebagai jenis pekerjaan yang buruk. Namun, kenyataannya menunjukkan bahwa jenis pekerjaan inilah yang paling banyak menyerap pekerja, baik laki-laki maupun perempuan. Rendahnya upah menunjukkan bahwa produktivitas pekerja pada jenis pekerjaan ini sangat rendah sehingga nilai tambah yang dihasilkan juga sangat rendah dan berimplikasi pada upah yang murah pula. Jenis pekerjaan lainnya yang juga menarik untuk diperhatikan adalah Tenaga Usaha Penjualan. Hal ini menjadi menarik karena melibatkan banyak sekali pekerja perempuan. Jenis pekerjaan ini lebih banyak menyerap pekerja perempuan dari pada pekerja laki-laki. Namun, berdasarkan tingkat upahnya, pekerja laki-laki tetap menikmati upah yang lebih baik dibandingkan dengan pekerja perempuan. Sebanyak 48,99 persen pekerja perempuan mendapat upah terendah (kurang dari Rp ,- sebulan). Sementara, proporsi untuk laki-laki hanya 38,77 persen. Proporsi perempuan yang mendapatkan upah tertinggi (Rp ,- atau lebih sebulan) hanya 6,33 persen dan pekerja laki-laki mencapai 18,70 persen. Kesimpulannya, jenis pekerjaan dengan pekerja perempuan dominan tidak menjadi jaminan akan upah pekerja perempuan lebih tinggi dari pada pekerja laki-laki. Kualitas pekerja perempuan yang rendah dan berimplikasi pada produkvititas yang rendah diduga menjadi penyebab terjadinya fenomena ini. Oleh karenanya, perlu dilakukan pengamatan lebih jauh untuk mengetahui dan memahami alasan atas fenomena ini. Jenis-jenis pekerjaan yang banyak memberikan upah yang memadai bagi pekerja perempuan, secara berurutan, adalah Tenaga Profesional, Teknisi Dan Tenaga Lain Ybdi; Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha, Dan Tenaga Ybdi; dan tentu saja Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan; dimana masing-masing 36

40 jumlah pekerja perempuan yang mendapatkan upah tertinggi adalah 47,40 persen, 40,01 persen, dan 38,30 persen. Meskipun demikian, angka tersebut masih jauh apabila dibandingkan dengan persentase penerima upah tertinggi yang diperoleh pekerja laki-laki, yaitu 52,93 persen, 58,71 persen, dan 61,75 persen. Tabel 4.8 Jumlah dan Persentase Pekerja Laki-laki menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Jenis Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Jenis Pekerjaan Utama < Upah/Gaji Bersih Sebulan Total % 6,72 6,79 9,56 5,18 3,67 5,40 9,77 52,93 100, % 34,30 0,00 0,66 0,00 0,00 1,84 1,46 61,75 100, % 0,14 0,49 5,63 6,29 2,78 8,25 17,71 58,71 100, % 38,77 0,90 3,68 6,95 5,31 13,54 12,15 18,70 100, % 25,88 1,78 2,84 6,10 4,83 14,93 19,62 24,02 100, % 63,40 3,38 5,58 7,28 5,01 8,52 4,50 2,33 100,00 7/8/ % 15,17 2,46 4,78 8,44 8,67 23,70 22,43 14,35 100,00 X/ % 0,00 0,00 0,00 3,65 0,00 0,00 15,05 81,30 100,00 Jumlah % 41,98 2,80 5,14 7,36 5,88 13,24 11,35 12,25 100,00 Keterangan: 1.Tenaga Profesional, Teknisi Dan Tenaga Lain Ybdi 2.Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan 3.Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha Dan Tenaga Ybdi 4.Tenaga Usaha Penjualan 5.Tenaga Usaha Jasa 6.T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan Dan Perburuan 7/8/9.Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya Sumber: BPS, Sakernas Agustus

41 Tabel 4.9 Jumlah dan Persentase Pekerja Perempuan menurut Golongan Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Selama Sebulan dan Jenis Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Jenis Pekerjaan Utama < Upah/Gaji Bersih Sebulan Total % 4,16 16,82 12,36 3,71 4,70 5,22 5,63 47,40 100, % 3,96 0,00 20,86 0,00 6,71 17,45 12,71 38,30 100, % 0,35 4,73 2,95 2,85 3,48 27,03 18,60 40,01 100, % 48,99 3,57 7,58 9,26 7,20 9,57 7,50 6,33 100, % 23,92 11,55 20,31 14,87 8,49 12,03 4,71 4,12 100, % 85,01 2,96 3,48 3,87 1,62 2,06 0,75 0,25 100,00 7/8/ % 40,21 10,21 8,47 12,11 9,21 7,25 7,41 5,13 100,00 X/ % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 78,49 0,00 21,51 100,00 Jumlah % 55,85 5,64 7,03 6,92 4,80 6,72 4,75 8,28 100,00 Keterangan: 1.Tenaga Profesional, Teknisi Dan Tenaga Lain Ybdi 2.Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan 3.Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha Dan Tenaga Ybdi 4.Tenaga Usaha Penjualan 5.Tenaga Usaha Jasa 6.T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan Dan Perburuan 7/8/9.Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya Sumber: BPS, Sakernas Agustus

42 BAB V JUMLAH JAM KERJA A. Karakteristik Umum Jumlah jam kerja dalam seminggu dapat digunakan untuk melihat pemanfaatan potensi waktu seorang pekerja untuk kegiatan produktif. Oleh karena itu, jika penduduk tidak memenuhi jumlah jam kerja tertentu, mereka dikategorikan setengah menganggur atau bekerja tidak penuh. Grafik 5.1 menggambarkan bahwa proporsi bekerja laki-laki (30,98%) lebih besar dibandingkan perempuan (18,32%) dilihat dari jumlah jam kerja antara jam seminggu. Proporsi terbesar pekerja perempuan (20,92%), bekerja dengan jumlah waktu jam kerja jam seminggu. Sedangkan,jumlah proporsi pekerja perempuan berada pada jam kerja jam seminggu adalah sebesar 20,70 persen. Hal ini dikarenakan, perempuan memiliki peran ganda sebagai pengurus rumah tangga. Grafik 5.1. Persentase Penduduk Bekerja menurut Golongan Jumlah Jam Kerja Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung Tahun Laki-laki Perempuan **) Sumber: BPS, Sakernas Agustus

43 Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih dominan bekerja penuh dibandingkan perempuan. Hal ini menunjukkan lebih banyak perempuan yang setengah menganggur atau bekerja tidak penuh dibandingkan lakilaki. Perbedaan ini perlu disikapi dengan terus mendorong peran perempuan agar semakin berkontribusi dalam dunia kerja. Perlu dilakukan peningkatan kualitas pekerja perempuan dan ketersediaan lapangan kerja yang banyak menyerap pekerja perempuan sehingga mampu bersaing dengan pekerja laki-laki. B. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Penduduk yang bekerja di lapangan pekerjaan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikananpaling banyak menghabiskan waktunya untuk kerja selama jam seminggu, yaitu 25,32 persen. Jumlah jam kerja ini menunjukkan bahwa pada lapangan pekerjaan ini banyak penduduk yang tidak bekerja maksimal sesuai dengan potensi waktu kerja yang dimilikinya. Hal ini mengingat, jumlah jam kerja normal (penuh) dalam seminggu adalah di atas 40 jam, dengan asumsi setidaknya bekerja 8 jam per hari. Kondisi yang berbeda, ditunjukkan pada beberapa lapangan pekerjaan lainnya, dengan jumlah jam kerja paling banyak yaitu jam per minggu. Persentase masing-masing lapangan pekerjaan antara lain: (1) Pertambangan dan Penggalian (38,08%); (2) Industri (41,87%); (3) Listrik, Gas dan Air Minum (58,75%), (4) Konstruksi (63,44%); (5)Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi (37,79%); (6)Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi (37,91%); (7) pekerjaan Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan (40,98%). Konstruksi adalah lapangan pekerjaan yang memiliki persentase terbesar (63,44%) dari lapangan pekerjaan lainnya dengan jumlah jam kerja jam per minggu. Namun demikian terdapat juga lapangan pekerjaan yang menunjukkan kinerja serupa dengan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan, yaitu Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan dengan persentase (33,64 %) dan jumlah jam kerja jam perminggu. 40

44 Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Bekerja menurut Golongan Jumlah Jam Kerja Lapangan Pekerjaan Utama Utama dan Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Jam Kerja Utama 0**) Total % 3,55 3,90 8,65 25,32 20,50 21,77 15,13 1,18 100, % 0,00 2,45 3,05 12,32 15,67 25,75 38,08 2,68 100, % 1,55 2,20 2,47 11,03 13,72 22,61 41,87 4,55 100, % 0,00 0,00 0,00 5,80 0,00 20,07 58,75 15,38 100, % 0,40 0,09 0,00 5,13 8,53 19,37 63,44 3,04 100, % 0,92 1,46 2,37 7,97 9,59 21,66 37,79 18,24 100, % 0,62 0,73 1,27 6,50 10,54 22,56 37,91 19,89 100, % 2,59 1,02 0,19 10,77 10,05 30,84 40,98 3,56 100, % 2,11 2,75 3,30 11,81 19,04 33,64 20,81 6,54 100,00 Jumlah % 2,37 2,75 5,33 16,99 16,36 23,21 26,86 6,13 100,00 Keterangan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Berdasarkan fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lapangan pekerjaan di Provinsi Lampung telah bekerja secara penuh dalam seminggu. Namun, pada lapangan pekerjaan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan dan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan belum bekerja secara penuh. Padahal pada lapangan pekerjaan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, 41

45 Perburuan &Perikanan, menyerap paling banyak tenaga kerja dan berpengaruh sangat besar terhadap angka agregat. Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Laki-laki Bekerja menurut Golongan Jumlah Jam Kerja Utama dan Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Lapangan Pekerjaan Utama Jam Kerja Utama 0**) % 4,05 2,23 6,24 21,88 21,54 24,13 18,41 1,51 100, % 0,00 2,65 1,65 10,99 14,36 27,89 40,24 2,21 100, % 1,85 1,32 1,65 8,77 11,30 21,18 48,45 5,48 100, % 0,00 0,00 0,00 5,80 0,00 20,07 58,75 15,38 100, % 0,40 0,09 0,00 5,15 8,55 19,42 63,52 2,88 100, % 0,57 1,05 1,14 6,98 8,63 22,16 44,65 14,82 100, % 0,65 0,17 1,34 6,88 11,03 22,71 36,16 21,06 100, % 0,00 0,33 0,27 11,96 11,90 32,74 37,57 5,24 100, % 1,72 2,26 1,73 10,93 13,26 35,43 27,48 7,18 100,00 Jumlah % 2,58 1,67 3,79 15,21 16,22 24,31 30,98 5,23 100,00 Keterangan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Perbandingan antara laki-laki dan perempuan khususnya pada lama bekerja dalam seminggu menarik untuk ditelaah. Umumnya laki-laki bekerja lebih lama dibandingkan dengan perempuan. Hal ini terlihat, dimana laki-laki (30,98%) lebih tinggi dari seluruh golongan jumlah jam kerja utama, yaitu pada golongan jumlah jam kerja jam seminggu (Tabel 5.2). Sedangkan pada perempuan yang bekerja Total 42

46 penuh hingga jam seminggu hanya 18,32 persen. Persentase terbesar perempuan justru bekerja hanya selama jam seminggu (20,92%) dan jam seminggu (20,70%) (Tabel 5.3). Tabel 5.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Perempuan Bekerja menurut Golongan Jumlah Jam Kerja Utama dan Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Lapangan Pekerjaan Utama Jam Kerja Utama 0**) % 2,26 8,17 14,80 34,11 17,86 15,74 6,74 0,32 100, % 0,00 0,00 19,90 28,23 31,38 0,00 12,20 8,28 100, % 0,78 4,40 4,52 16,65 19,79 26,17 25,45 2,24 100, % #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 33,21 66,79 100, % 1,20 1,79 3,36 8,78 10,36 21,26 32,27 20,98 100, % 0,00 10,11 0,00 0,00 2,20 20,13 67,56 0,00 100, % 8,12 2,49 0,00 8,25 6,10 26,79 48,25 0,00 100, % 2,60 3,36 5,25 12,88 26,20 31,42 12,55 5,74 100,00 Jumlah % 1,92 4,99 8,53 20,70 16,64 20,92 18,32 7,98 100,00 Keterangan: 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Total Kondisi tersebut juga tergambar pada masing-masing lapangan pekerjaan. Pada lapangan pekerjaan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan, porsi terbesar perempuan (34,11%) bekerja hanya jam seminggu. Sedangkan untuk laki-laki jam seminggu dengan persentase 24,13 persen. 43

47 Namun pada pekerjaan ini, perempuan menyumbang paling besar tenaga kerja yang kurang produktif. Berikutnya adalah lapangan pekerjaan industri. Pada lapangan pekerjaan ini, 48,45 persen laki-laki bekerja secara penuh, yaitu jam seminggu. Sementara untuk perempuan angka persentasenya hanya mencapai 25,45 persen. Jadi pada lapangan pekerjaan yang tipikal terjadwal ketatpun, jumlah perempuan yang bekerja penuh masih relatif sedikit. Oleh karena itu, jika jumlah jam kerja menjadi salah satu indikator kualitas SDM yang perlu disepakati, harus ada upaya peningkatan jumlah pekerja perempuan pada lapangan pekerjaan ini. Terjadi ketimpangan di lapangan pekerjaan Konstruksi antara pekerja laki-laki dan perempuan. Keseluruhan perempuan yang terlibat dalam pekerjaan ini, sebanyak 66,79 persen dan bekerja lebih dari 60 jam seminggu sedangkan laki-laki hanya sebesar 2,88 persen yang bekerja sampai 60 jam lebih. Pekerja perempuan yang bekerja secara penuh dalam jam seminggu adalah sebanyak persen dan pekerja laki-laki sebanyak 63,52 persen. Disisi lain, jumlah perempuan yang bekerja pada lapangan pekerjaan ini, sangat sedikit yaitu hanya 560 orang, tetapi jumlah jam kerjanya begitu tinggi. C. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Status Pekerjaan Utama Jumlah jam kerja juga bervariasi menurut status pekerjaan utama. Di Provinsi Lampung status pekerjaan yang digeluti penduduk dengan jumlah jam kerja paling lama (45-59 jam seminggu) adalah Pekerja bebas di non pertanian (45.57%), Buruh/karyawan/pegawai (40,65%), dan pekerja yang berusaha dibantu buruh tetap atau dibayar (32.29%) (Tabel 5.4). Tidak berbeda dengan sebelumnya, terdapat perbedaan antara pekerja lakilaki dan pekerja perempuan menurut golongan jumlah jam kerja utama dan status pekerjaan utama. Pekerja laki-laki yang bekerja lebih lama umumnya bekerja sebagai pekerja bebas di non pertanian. Sebanyak 49,43 persen laki-laki bekerja sebagai pekerja bebas di non pertanian dan bekerja selama jam seminggu. Sedangkan, pekerja perempuan, yang bekerja selama jam seminggu, lebih banyak (29,15%) bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai. Angka persentase tersebut menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang sangat besar antara laki-laki dan perempuan dalam hal jumlah jam kerja. Umumnya laki-laki bekerja secara penuh jam seminggu. Hal ini berbanding terbalik dengan pekerja perempuan. Tabel

48 Jumlah dan Persentase Penduduk Bekerja menurut Golongan Jumlah Jam Kerja Utama dan Status Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Status Pekerjaan Jam Kerja Utama Utama 0**) Total % 4,06 2,90 4,57 16,62 16,05 22,10 24,73 8,98 100, % 4,92 0,92 4,89 19,23 19,63 22,52 19,84 8,06 100, % 5,60 0,94 3,69 12,75 14,51 20,89 32,29 9,32 100, % 1,76 0,60 1,41 8,04 13,18 27,88 40,65 6,48 100, % 0,00 1,49 4,20 19,93 21,10 28,47 22,98 1,84 100, % 0,00 1,82 2,04 12,44 11,99 21,08 45,57 5,07 100, % 0,00 8,52 13,55 28,31 17,87 18,48 11,01 2,25 100,00 Jumlah % 2,37 2,75 5,33 16,99 16,36 23,21 26,86 6,13 100,00 Keterangan: 1 Berusaha sendiri 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar 3 Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 4 Buruh/karyawan/pegawai 5 Pekerja bebas di pertanian 6 Pekerja bebas di non pertanian 7 Pekerja keluarga/tak dibayar Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Laki-laki Bekerja menurut Golongan Jumlah Jam Kerja Utama dan Status Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Status Pekerjaan Jam Kerja Utama Utama 0**) Total % 4,11 1,90 4,35 17,93 16,73 22,99 26,02 5,97 100, % 5,26 0,74 4,91 19,82 21,18 23,94 18,93 5,21 100, % 4,47 1,07 3,34 11,60 14,47 21,56 34,13 9,36 100, % 1,25 0,52 0,90 7,36 10,85 26,93 45,71 6,48 100, % 0,00 1,82 3,09 17,65 21,08 29,94 24,17 2,25 100, % 0,00 0,98 1,17 10,24 11,25 22,02 49,43 4,91 100, % 0,00 8,04 11,41 24,98 19,22 19,88 15,51 0,96 100,00 Jumlah % 2,58 1,67 3,79 15,21 16,22 24,31 30,98 5,23 100,00 45

49 Keterangan: 1 Berusaha sendiri 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar 3 Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 4 Buruh/karyawan/pegawai 5 Pekerja bebas di pertanian 6 Pekerja bebas di non pertanian 7 Pekerja keluarga/tak dibayar Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Tabel 5.6 Jumlah dan Persentase Penduduk Perempuan Bekerja Menurut Golongan Jumlah Jam Kerja Utama dan Status Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Status Pekerjaan Jam Kerja Utama Utama 0**) Total % 3,94 4,95 5,02 13,92 14,64 20,26 22,08 15,18 100, % 3,29 1,75 4,76 16,39 12,23 15,72 24,17 21,70 100, % 13,38 0,00 6,14 20,61 14,79 16,31 19,70 9,07 100, % 2,92 0,78 2,57 9,59 18,48 30,05 29,15 6,46 100, % 0,00 0,00 9,14 30,10 21,18 21,91 17,67 0,01 100, % 0,00 8,02 8,40 28,62 17,47 14,12 17,11 6,26 100, % 0,00 8,75 14,57 29,89 17,24 17,81 8,87 2,87 100,00 Jumlah % 1,92 4,99 8,53 20,70 16,64 20,92 18,32 7,98 100,00 Keterangan: 1 Berusaha sendiri 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar 3 Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 4 Buruh/karyawan/pegawai 5 Pekerja bebas di pertanian 6 Pekerja bebas di non pertanian 7 Pekerja keluarga/tak dibayar Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 D. Diferensiasi Jumlah Jam Kerja menurut Jenis Pekerjaan Utama Masing-masing jenis pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis pekerjaan lain. Di Provinsi Lampung, jenis pekerjaan yang paling banyak pekerjanya dalam seminggu (bekerja penuh jam) adalah Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar (46,32%). Berikutnya terdapat tiga jenis pekerjaan dengan persentase yang relatif sama untuk kelompok yang bekerja jam seminggu, yaitu Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha Dan Tenaga Ybdi 46

50 (38,06%), Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan (37,88%) dan Tenaga Usaha Penjualan (36,80%). Jenis pekerjaan yang penduduknya terlibat paling banyak tapi dengan jumlah jam kerja yang relatif kecil adalah T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan Dan Perburuan. Pada jenis pekerjaan ini, terdapat 25,48 persen penduduk yang hanya bekerja selama jam seminggu, sebanyak 20,71 persen yang bekerja selama jam seminggu, dan sebanyak 21,87 persen yang bekerja selama jam seminggu. Hanya 14,75 persen saja yang bekerja selama jam seminggu. Kondisi ini sejalan dengan fenomena jumlah jam kerja pada lapangan pekerjaan yang terkait dengan pertanian. Tabel 5.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Bekerja menurut Golongan Jumlah Jam Kerja Jenis Pekerjaan Utama Utama dan Jenis Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Jam Kerja Utama 0**) Total % 3,18 2,27 4,13 16,88 28,24 29,44 12,91 2,93 100, % 0,00 1,44 2,70 2,21 18,31 37,47 37,88 0,00 100, % 0,36 0,74 0,00 2,63 7,54 46,76 38,06 3,90 100, % 0,94 1,51 2,53 7,85 9,91 21,72 36,80 18,74 100, % 1,23 3,57 3,31 9,98 8,32 24,67 31,45 17,47 100, % 3,58 3,93 8,69 25,48 20,71 21,87 14,75 0,99 100,00 7/8/ % 1,21 1,43 1,68 9,44 11,83 21,30 46,32 6,81 100,00 X/ % 0,00 0,00 0,00 0,00 16,99 48,45 27,51 7,05 100,00 Jumlah % 2,37 2,75 5,33 16,99 16,36 23,21 26,86 6,13 100,00 Keterangan: 1.Tenaga Profesional, Teknisi Dan Tenaga Lain Ybdi 2.Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan 3.Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha Dan Tenaga Ybdi 4.Tenaga Usaha Penjualan 5.Tenaga Usaha Jasa 47

51 6.T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan Dan Perburuan 7/8/9.Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2015 Fakta yang berbeda terlihat menurut jenis kelamin. Terdapat perbedaan yang sangat besar antara laki-laki dengan perempuan.pekerja laki-laki yang bekerja sebagai Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar (50,10%) bekerja selama jam seminggu. Sedangkan untuk perempuan hanya 25,38 persen. Tabel 5.8 Jumlah dan Persentase Penduduk Laki-laki Bekerja menurut Golongan Jumlah Jam Kerja Utama dan Jenis Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Tahun 2015 Jenis Pekerjaan Utama Jam Kerja Utama 0**) Total % 3,77 1,75 1,81 18,91 20,44 28,98 19,09 5,25 100, % 0,00 0,00 3,42 1,69 9,26 39,19 46,44 0,00 100, % 0,58 1,17 0,00 3,90 9,48 45,50 35,85 3,53 100, % 0,68 1,24 1,21 7,01 9,24 22,13 43,48 15,01 100, % 0,43 2,49 1,17 5,36 6,12 26,61 39,09 18,73 100, % 4,09 2,24 6,24 22,08 21,78 24,28 17,94 1,34 100,00 7/8/ % 0,94 0,81 1,27 8,13 10,19 21,21 50,10 7,35 100,00 X/ % 0,00 0,00 0,00 0,00 13,42 48,91 29,99 7,69 100,00 Jumlah % 2,58 1,67 3,79 15,21 16,22 24,31 30,98 5,23 100,00 Keterangan: 1.Tenaga Profesional, Teknisi Dan Tenaga Lain Ybdi 2.Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan 3.Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha Dan Tenaga Ybdi 4.Tenaga Usaha Penjualan 5.Tenaga Usaha Jasa 6.T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan Dan Perburuan 7/8/9.Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya Sumber: BPS, Sakernas Agustus

52 Pada jenis pekerjaan Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha Dan Tenaga Ybdi, pekerja perempuan bekerja lebih lama dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini terlihat pada persentase perempuan yang bekerja selama jam seminggu mencapai 41,84 persen. Sedangkan pekerja laki-laki hanya mencapai 35,85 persen. Pada jenis pekerjaan ini, laki-laki lebih banyak terkonsentrasi pada kelompok yang bekerja selama jam seminggu dengan persentase mencapai 45,50 persen. Namun tetap saja, tidak sebanding dengan perempuan (48,93%) yang bekerja selama jam seminggu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan ini lebih didominasi perempuan khususnya yang bekerja secara penuh. Tabel 5.9 Jumlah dan Persentase Penduduk Perempuan Bekerja menurut Golongan Jumlah Jam Kerja Utama dan Jenis Pekerjaan Utamadi Provinsi Lampung Tahun 2015 Jenis Pekerjaan Utama Jam Kerja Utama 0**) Total % 2,69 2,70 6,06 15,21 34,69 29,82 7,82 1,02 100, % 0,00 6,80 0,00 4,16 52,09 31,04 5,92 0,00 100, % 0,00 0,00 0,00 0,47 4,22 48,93 41,84 4,53 100, % 1,14 1,71 3,53 8,48 10,41 21,41 31,77 21,55 100, % 2,09 4,72 5,56 14,88 10,65 22,61 23,35 16,13 100, % 2,28 8,23 14,90 34,08 17,98 15,77 6,66 0,11 100,00 7/8/ % 2,70 4,81 3,91 16,69 20,90 21,76 25,38 3,84 100,00 X/ % 0,00 0,00 0,00 0,00 56,59 43,41 0,00 0,00 100,00 Jumlah % 1,92 4,99 8,53 20,70 16,64 20,92 18,32 7,98 100,00 Keterangan: 1.Tenaga Profesional, Teknisi Dan Tenaga Lain Ybdi 2.Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan 3.Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha Dan Tenaga Ybdi 4.Tenaga Usaha Penjualan 5.Tenaga Usaha Jasa 6.T U Tani, Kebun, Ternak2, Ikan, Hutan Dan Perburuan 7/8/9.Tenaga Produksi Op Alat Angkutan Dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya Sumber: BPS, Sakernas Agustus

53 Jenis pekerjaan lain yang juga menarik untuk dibahas adalah Tenaga Usaha Penjualan, yang semula diduga akan lebih banyak didominasi oleh perempuan dengan kemungkinan bekerja lebih lama. Faktanya hal tersebut tidak terjadi di Provinsi Lampung. Persentase perempuan yang bekerja jam seminggu pada pekerjaan ini hanya sebesar 31,77 persen. Begitupun yang bekerja selama jam seminggu, hanya sebesar 21,41 persen. Sementara itu, pekerja laki-laki, yang bekerja selama jam seminggu mencapai persentase sebesar 43,48 persen dan yang bekerja selama jam seminggu mencapai 22,13 persen. Dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk jenis pekerja yang terkait dengan jual menjual lebih didominasi oleh pekerja laki-laki bukan oleh perempuan. Jenis pekerjaan Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan merupakan jenis pekerjaan yang didominasi oleh perempuan dengan jumlah jam kerja tidak penuh. Jumlah jam kerja selama jam seminggu pada pekerja perempuan memiliki persentase sebesar 52,09 persen. Kemudian jumlah jam kerja jam seminggu memiliki persentase 4,16 persen dan adapun jumlah jam kerja 1-9 jam seminggu sebesar 6,8 persen. Terlihat bahwa perempuan cenderung bekerja di bawah waktu standar yang umum pada jenis pekerjaan yang lebih bersifat manajemen dan administratif. 50

54 BAB VI PENDUDUK YANG BEKERJA DI LUAR NEGERI A. Karakteristik TKI Data Sakernas BPS (2015) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Provinsi Lampung mencapai orang, yang terbagi atas orang laki-laki dan orang perempuan.jumlah penduduk yang besar dan ketersediaan lapangan pekerjaan yang terbatas, menyebabkan banyak penduduk yang mencari pekerjaan atau bekerja ke luar negeri. Pada tahun 2015, penduduk Provinsi Lampung yang bekerja ke luar negeri sebanyak jiwa yang terdiri dari perempuan dan sebanyak laki-laki. Walaupun jumlah pekerja laki-laki lebih besar dari pada perempuan, namun yang bekerja ke luar negeri lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. Di satu sisi, kondisi ini sangat membantu dalam upaya memenuhi hak penduduk untuk mendapatkan penghasilan, tetapi di sisi lain masih ada masalah yang ditimbulkan akibat dari pengiriman TKI tersebut. Dengan adanya perbedaan bahasa, budaya, dan hukum di negara tujuan, maka dibutuhkan kesiapan keterampilan dan mental yang kuat. Untuk mengetahui karakteristik pekerja dari Provinsi Lampung yang bekerja di luar negeri, dapat dilihat melalui data-data berikut. Tingkat pendidikan TKI di Provinsi Lampung Tahun 2015 yang bekerja ke luar negeridigambarkan pada Grafik 6.1. Tenaga kerja tersebut didominasi oleh tenaga kerja tamatan SMP (51,9%). Dapat disimpulkan bahwa Provinsi Lampung mempunyai kualitas SDM yang baik karena telah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mereka rata-rata bekerja sebagai caregiver, walaupun ada beberapa yang menjadi pekerja penata laksana rumah tangga (domestic worker). 51

55 Grafik 6.1 Jumlah Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Indonesia Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Provinsi Lampung Tahun ,359 6,304 4,976 Laki 3,158 1,818 2,055 1,719 2,647 Perempuan Total Pasca Sarjana Sarjana Diploma SMU SMP SD Sumber data: PUSLITFO BNP2TKI TKI yang berasal dari Provinsi Lampung didominasi oleh tenaga kerja yang berstatus menikah (Grafik 6.2). Banyaknya TKI laki-laki (6.192 orang) dan perempuan (1.782 orang) yang berstatus menikah, tentunya akan meninggalkan beban bagi keluarga yang ditinggalkan. Beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu, pola asuh anak (tidak diasuh secara langsung oleh ayah atau ibu kandung). Anak tidak mendapat jaminan atas haknya seperti hak pendidikan, hak kesehatan, hak untuk mendapatkan kasih sayang dan hak untuk didengar suaranya. Padahal, mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, jika hak mereka dipenuhi. Selain masalah yang terkait dengan pengasuhan anak, masalah lain yang dihadapi oleh TKI adalah kerentanan dalam hubungan dan ketahanan keluarga. Hal inilah yang seharusnya mendapat perhatian, karena program dan kegiatan perlindungan terhadap TKI tidak dapat terlepas dari perlindungan terhadap keluarganya. 52

56 Grafik 6.2. Jumlah Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri IndonesiaMenurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Provinsi LampungTahun ,191 1,782 3,857 3, ,207 Laki Perempuan Menikah Belum Menikah Janda/ Duda Sumber data: PUSLITFO BNP2TKI Jika dilihat dari jabatannya, TKI dari Provinsi Lampung lebih banyak didominasi oleh perempuan yang bekerja sebagai Caregiveryaitu, berjumlah orang yang terdiri dari, perempuan sebanyak orang dan laki-laki sebanyak 20 orang. Namun demikian masih banyak juga TKI dari Provinsi Lampung yang bekerja sebagai pekerja penata laksana rumah tangga (domestic worker), yaitu sebanyak orang yang terdiri dari orang perempuan dan 12 orang laki-laki. 53

PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016

PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016 DEPUTI PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN 2016 DEPUTI PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang

Lebih terperinci

PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN

PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI JAWA TENGAH 2016 DEPUTI PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN 2016 i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 No.08/05/62/Th.IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 Februari 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,14 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No.67//72/Th. XVIII, 05 November 205 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 205 AGUSTUS 205: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,0 PERSEN Angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 205 mencapai.384.235 orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 No.08/11/62/Th.IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 Agustus 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 4,54 persen angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012 No.63/11/72/Th. XV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 2012 mencapai 1.213.063

Lebih terperinci

No. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,18 persen Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 53/11/14/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Riau Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Riau Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 30/05/82/Th XVI, 05 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 557,1 ribu orang bertambah 32,6 ribu orang dibanding

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan 55 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan 103º40 (BT) Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan sampai 6º45 (LS)

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 67/11/32/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 Agustus 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,72 PERSEN Jawa Barat mengalami penurunan

Lebih terperinci

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 A. Gambaran Umum Provinsi Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung tanggal 18 Maret 1964. Secara

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014 No.08/11/62/Th.VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014 Agustus 2014 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,24 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th. XI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,03 PERSEN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 220/12/21/Th. V, 1 Desember 20 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 20 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEMAKIN TURUN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014 No.65/11/72/Th. XVII, 05 November 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 2014 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No.36/05/52/Th. IX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,66 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 No. 26/05/14/Th. XIV, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Riau pada Februari 2013 sebesar 4,13 persen Jumlah angkatan kerja di Riau pada Februari 2013

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.33/05/52/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,86 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 33/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,14 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.79 /11/33/Th.X, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,63 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2016 sebanyak 17,31 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 08/05/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,14 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,98 PERSEN No.36/05/52/Th. IX, 5 Mei 2015 Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No.36/05/52/Th. IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,69 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 No.66/11/72/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,29 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah pada Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.29 /05/17/XI, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2017 sebanyak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 65/11/82/Th XV, 07 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 524,5 ribu orang bertambah 10,9 ribu orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 No.64/II/72/Th. XVI, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,27 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 2013 mencapai 1.228.337

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 64/11/32/Th.XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,89 PERSEN Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 33/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,10 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 59/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Papua Barat Agustus 2017 Agutus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 29 /05/16/Th. XVIII, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016 Februari 2016: Tingkat Pengangguran Terbuka Sebesar 3,94 Persen Jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.26/05/72/Th. XX, 05 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,97 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.32/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2015 mencapai 1,65 juta orang yang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan No. 63/11/16Th. XIX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 29/05/61/Th. XIX, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,58 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN No. 68 /11/17/Th IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Agustus 2015

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 81/11/21/Th. IX, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 27/05/82/Th XV, 04 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI : Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 530,7 ribu orang, bertambah 11,7 ribu orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/05/18/Th.VII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,05 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 35/05/21/Th. VIII, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,39 PERSEN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.22/05/64/Th.XVII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2014 mencapai 1.923.968 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,26% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2014 mencapai 3,26

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.35 /05/33/Th.X, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,20 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2016 sebanyak 17,91 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012 No. 08/11/62/Th.VI, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012 Agustus 2012 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,17 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 31 /05/17/Th IX, 5 Mei 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,21 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 28/05/16/Th. XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN (Di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 No.08/05/62/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 Februari 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,13 persen angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.37/05/33/Th.IX, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2015 yang sebesar 18,29 juta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,94 PERSEN No. 26/05/14/Th.XVII, 4 Mei 2016 Jumlah angkatan kerja di Riau pada 2016 mencapai 2.978.238 orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 No.75/11/52/Th. X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,94 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011 No. 04, 5Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI FEBRUARI : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 2,67% Angkatan kerja NTT pada mencapai 2.234.887 orang, bertambah8,0 ribuorang (0,36 persen) dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2012 No. 52/11/91/Th. VI, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2012 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat mencapai 361.597 orang, turun sebesar 22.495 orang dibandingkan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 92/11/21/Th. X, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,20 PERSEN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 65/11/61/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 74/11/35/Th.XV, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 30/05/12/Th. XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,41 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.81 /11/33/Th.IX, 05 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,99 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2015 sebanyak 17,30 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Th. XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,49 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 32/05/61/Th. XVIII, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,78 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 42/05/21/Th. X, 4 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,05 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 36/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,31 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 29,74

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 152/12/21/Th.IV, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI KEMBALI NAIK

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 No. 22/5/Th.XVII, 5 Mei 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,75 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 08/11/Th.X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,78 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Februari 2016 mencapai 1.212.040

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017 No. 08/11/62/Th.XI, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Agustus 2017 Agustus 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci