PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN ANYAMAN PURUN DANAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN ANYAMAN PURUN DANAU"

Transkripsi

1 PRODUKTIVITAS DAN (30):56-64 PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN ANYAMAN PURUN DANAU (Lepironia mucronata Rich) DI DESA HARUSAN, KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, KALIMANTAN SELATAN Oleh/by FATRIANI Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani KM 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan This study aims to determine the productivity and yield in the manufacture of woven Purun (hats, baskets, and mats). Productivity in manufacturing woven Purun Harusan Village is 0:25 hours / units (cap), 0:20 hours / units (mat) and 12:37 hours / fruit (basket), yield of making wicker Purun is 78.77% (cap), 89.21% (mat), and 83.51% (basket). Based on the analysis of the diversity of the age and education did not significantly affect the productivity and yield Purun webbing. The age and education have a weak relationship with productivity webbing Purun (correlation coefficient value 0268) and the coefficient of determination (R2) generated only for 0072, age and educational factors have a weak correlation with yield webbing Purun (correlation coefficient value 0124) and coefficient of determination (R2) generated only by 0015 Keywords : Productivity, Yield, Purun,Hats, Baskest,Mat Penulis untuk korespondensi: PENDAHULUAN Pemanfaatan hasil hutan tidak hanya bersumber pada kayu, sekarang ini sedang digalakkan umtuk memanfaatkan hasil hutan non kayu, Hasil hutan non kayu yang berasal dari tumbuhan berupa akar, buah, kulit, batang, daun, dan getah. Salah satu hasil hutan non kayu berupa daun yang belum dikembangkan secara intensif namun mempunyai nilai ekonomis yang dapat menmberikan penghasilan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah kerajinan anyaman tanaman purun danau (Lepironia macronata Rich). Kerajinan ini merupakan usaha sampingan bagi mayarakat di Desa Harusan, Hulu Sungai Utara, bila usaha ini dapat dikembangkan maka akan dapat meningkatkan pendapatan bagi pengrajin dan daerah. Pengembangan usaha ini terutama untuk memperluas kesempatan kerja, menunjang pendapatan daerah serta memanfaatkan potensi sumber daya alam, dalam rangka pengembangan industri anyaman ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain produktivitas dan rendemen yang dihasilkan. Produktivitas berkaitan erat dengan kemampuan dalam menghasilkan suatu produk pada saat tertentu, sedangkan rendemen berhubungan dengan kuantitas yang dihasilkan (sebanyak-banyaknya dengan persyaratan kualitas yang diinginkan). Berhubungan dengan usaha industri tersebut diatas maka perlu diketahui produktivitas dan rendemen yang dihasilkan dari anyaman tanaman tersebut sehingga berpotensi untuk dikembangkan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan rendemen dalam pembuatan anyaman purun dari Desa Harusan, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September

2 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Harusan, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan,. Lama penelitian sampai dengan pengolahan data dilaksanakan selama ± 3 bulan. Obyek yang digunakan adalah pengrajin tas, topi, dan tikar purun. Peralatan yang digunakan adalah, stopwatch, timbangan, kuisioner, kamera, tally sheet, kalkulator, dan alat tulis. Produktivitas diukur menurut rumus berikut ( Herjanto, 1999): Output Produktivitas = X 100 % Input Sedangkan rendemen menurut Ruhendi (1979) : Output Rendemen = x 100% Input Hubungan antara karakteristik responden dengan produktivitas dan rendemen dilakukan dengan uji regresi berganda sebagai berikut: ^ y = bo + b1x1 = b2x2 + ε Keterangan: Y = variabel tidak bebas X1, x2 = variabel bebas Bo, b1, b2 = konstanta ε = galat Untuk mengetahui keeratan hubungan antara x dan y ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi dan koefisien determinasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi Proses pembuatan topi. Mengambil tanaman purun. Mengeringkan tanaman purun. Memilah-milah tanaman yang baik untuk dijadikan topi. Menimbang tanaman Memipihkan tanaman dengan cara menumbuk. Memberi warna sesuai selera. Menganyam dengan metode angkat 2 untuk membuat kepala. Menahan dengan kaki agar anyaman tidak bergerak, dan seterusnya. Memulai anyaman lagi dengan metode angkat 2 untuk bulatan topi (penduyang). Menahan dengan kaki agar anyaman tidak bergerak, dan seterusnya. Memotong bagianbagian pinggir anyaman yang masih kelihatan tidak rapi dan Menjahit dengan menggunakan jarum dan tali rafia untuk merapikan anyaman topi Proses pembuatan tikar. Mengambil tanaman purun. Mengeringkan tanaman purun. Memilah-milah tanaman yang baik untuk dijadikan anyaman tikar. Menimbang tanaman sebanyak 1 kg. Memipihkan tanaman dengan cara menumbuk. Memberi warna sesuai selera. Menganyam dengan metode balang orik kemudian menahan dengan kaki agar anyaman tidak bergerak. Memotong bagian-bagian pingggir anyaman yang masih kelihatan tidak rapi. Menjahit dengan mengunakan jarum dan tali rafia untuk merapikan anyaman tikar Proses pembuatan bakul. Mengambil tanaman purun. Mengeringkan tanaman purun. Memilah-milah tanaman yang baik untuk dijadikan bakul. Menimbang tanaman sebanyak 1 kg. Memipihkan tanaman dengan cara menumbuk. Memberi warna sesuai selera. Menganyam dengan metode angkat 2. Membuat tali bakul dengan metode angkat 2 dan merapikannya. Menjahit ujung-ujungnya dengan tali rapia agar rapi Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September

3 Pengrajin Purun Jumlah pengrajin sebagai responden adalah 30 orang, rincian persentase pengrajin berdasarkan kelas umur, jenis kelamin, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan jumlah anggota keluarga disajikan pada Tabel dibawah ini. Tabel 1. Persentase pengrajin menurut kelas umur Umur (thn) J u m l a h (orang) Persentase (%) Topi Tikar Bakul Topi Tikar Bakul > Tabel 2. Persentase pengrajin menurut jenis kelamin J u m l a h (orang) Persentase (%) Jenis Kelamin Topi Tikar Bakul Topi Tikar Bakul P L Tabel 3. Persentase pengrajin menurut pekerjaan pokok Pekerjaan J u m l a h (orang) Persentase (%) Pokok Topi Tikar Bakul Topi Tikar Bakul Pengrajin Bertani Pedagang Sopir Peternak Buruh P N S Tabel 4. Persentase pengrajin menurut pekerjaan sampingan Pekerjaan J u m l a h (orang) Persentase (%) Sampingan Topi Tikar Bakul Topi Tikar Bakul Pengrajin Bertani Pedagang Sopir Peternak Buruh P N S Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September

4 Tabel 5. Persentase pengrajin menurut tingkat pendidikan Tingkat J u m l a h (orang) Persentase (%) Pendidikan Topi Tikar Bakul Topi Tikar Bakul Tidak tamat SD Tamat SD TTidak tamat SMP/ sederajat Tamat SMP/ sederajat Tidak tamat SMA/ sederajat Tamat SMA/ sederajat Tabel 6. Persentase pengrajin menurut status perkawinan Status J u m l a h (orang) Persentase (%) Perkawinan Topi Tikar Bakul Topi Tikar Bakul Belum kawin Kawin Janda/duda Tabel 8. Persentase pengrajin menurut jumlah anggota keluarga Jumlah J u m l a h (orang) Persentase (%) Anggota Topi Tikar Bakul Topi Tikar Bakul keluarga Tabel 9. Produktivitas pengrajin anyaman purun No Produk Output Waktu Kerja (jam) Produktivitas (/buah) (buah) Murni Umum Total Jam Hari Minggu Bulan Tahun 1 Topi 2, Tikar Bakul Jumlah Ratarata Tabel 10. Rendemen pengrajin anyaman purun No Produk Input (gr) Output (gr) Jumlah produk Rendemen (%) Limbah (gr) Limbah (%) 1 Topi Tikar Bakul Jumlah Rata-rata Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September

5 PRODUKTIVITAS DAN (30):56-64 Untuk mengetahui pengaruh umur dan pendidikan terhadap produktivitas dan rendemen pengrajin anyaman purun disajikan pada Tabel berikut. Tabel 11. Analisis keragaman produktivitas anyaman purun Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah Fhitung F tabel 5% 1% Regresi 2 1, , ,043 tn 3,35 5,49 Galat , Total Tabel 12. Analisis keragaman rendemen anyaman purun Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah Fhitung F tabel 5% 1% Regresi tn 3,35 5,49 Galat Total Kontribusi umur pengrajin anyaman pururn untuk topi, tikar dan bakul terbesar adalah pada usia tahun, ini berarti regenerasi dari pengrajin purun dilakukan secara turun temurun, keadaan ini akan mempermudah berkembangnya kerajinan anyaman purun karena pengrajin muda lebih mudah menerima inovasi, hal ini sesuai dengan pendapat dari Deperindag (1998) dalam Hartati (2008), bahwa tenaga kerja produktif adalah usia tahun, sedangkan yang tidak produktif adalah diatas 52 tahun dan dibawah 15 tahun. Responden/pengrajin anyaman purun 100% ditekuni oleh kaum perempuan, hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan menganyam memerlukan keterampilan yang bersifat kesabaran, ketekunan dan dapat dilakukan tanpa harus meninggalkan rumah. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September

6 Kerajinan anyaman purun ini 100 % merupakan pekerjaan sampingan saja, artinya usaha kerajinan ini merupakan pekerjaan sampingan tanpa harus dilakukan setiap hari dengan tujuan untuk menambah penghasilan pengrajin dan menghidupi keluarga mereka. Kerajinan anyaman tas purun juga sudah dikenal secara turun temurun bagi masyarakat setempat, namun perkembangan usaha ini masih sangat lambat karena hanya sebagai pekerjaan sampingan dan berupa usaha sendiri (tanpa bantuan dana dan pengembangan dari siapapun) untuk kesejahteraan keluarga. Tingkat pendidikan pengrajin purun paling tinggi tamat SLTA/sederajat adalah 1 orang (10%) untuk pengrajin topi dan tikar, Pengrajin di desa ini kebanyakan menamatkan hingga tingkatan SD/sederajat dan ada yang tidak tamat SD, para pengrajin ini kebanyakan adalah orang yang putus sekolah karena tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sebab alasan ekonomi, karena ingin berusaha atau memang menjadi pengrajin guna menambah pendapatan. Para pengrajin umumnya masih muda walaupun kebanyakan sudah kawin (90 100%) dan hanya 1 orang (10%) yang belum kawin (pengrajin topi), ini menunjukkan bahwa jumlah pengrajin yang sudah kawin lebih banyak daripa yang belum kawin, artinya kerajinan tas purun ini lebih ditekuni oleh kaum ibu-ibu yang ingin membantu perekonomian keluarga walaupun jumlah tangggungan dalam keluarga mereka pada umumnya hanya berkisar abtara 4 6 orang (80 90%), dan 10% berjumlah 0 3 orang, ada satu keluarga yang anggota keluarganya hingga mencapai 7 orang (pengrajin tikar). Para pengrajin ini memperoleh bahan baku purun dengan cara memetik sendiri pada lahannya, karena purun cukup banyak tersedia dan bahan baku ini tidak memerlukan musim atau waktu tertentu untuk tumbuh (bisa dilakukan di sembarang tempat). Pengrajin anyaman purun juga melaksanakan sendiri kegiatan pengolahan purun mulai membeli bahan baku sampai pada pemasaran kepada pedagang pengumpul yang dikerjakan secara berkelompok dan diketuai oleh ketua kelompok sebagai pengumpul dan pemodal. Rata-rata produktivitas pengrajin anyaman purun sebesar 0.27 jam/buah, 2,4 buah/hari, 16,6 buah/minggu dan 71,0 buah/bulan dan 863,8 buah/tahun. Produktivitas kerajinan purun masing-masing responden dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan pokok dan sampingan, pendidikan, status perkawinan dan jumlah anggota keluarga. Variabel yang paling berpengaruh terhadap besarnya produktivitas kerajinan anyaman purun adalah variabel pengalaman dan ketrampilan pengrajin jika dilihat dari hasil anyaman produk yang dihasilkan. Menurut Hartati (2008), faktor yang mampu mempengaruhi produktivitas yang berasal dari manusia: kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang kebudayaan, pendidikan, kemampuan, sikap dan minat serta struktur pekerjaan. Keahlian dan umur (kadang-kadang jenis kelamin) dari angkatan kerja juga mampu mempengaruhi besarnya produktivitas dari suatu responden. Rendahnya nilai produktivitas pengrajin anyaman purun di desa ini karena banyak waktu yang terbuang pada saat pengolahan produk kerajinan, hal ini terlihat dari lamanya waktu kerja total yang diperlukan oleh pengrajin untuk membuat produk tertentu. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September

7 Rata-rata rendemen yang dihasilkan adalah 78.77% (topi), 83.51% (bakul), dan 89.21% (tikar). Tinggi rendahnya rendemen dalam suatu proses produksi dapat dijadikan salah satu kriteria (ukuran) keberhasilan proses produksi tersebut. Menurut Septina (1998), keberhasilan suatu proses produksi adalah dengan mendapatkan hasil yang maksimal dimana jumlah bahan baku yang dipakai hampir sama dengan jumlah barang yang dihasilkan, dalam hal ini tentunya limbah yang terjadi berjumlah kecil. Rendemen ini akan memperlihatkan berapa besar bahan baku dalam satuan berat setelah proses produksi menjadi barang jadi dan berapa pula yang hilang atau tidak terpakai. Rendemen anyaman berupa topi sebesar 78.77% dengan limbah 21.23%, adanya limbah yang terbuang ini berasal dari bahan baku dalam pembuatan produk tersebut yang harus dibuang karena tidak sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan untuk mendapatkan bentuk produk yang diinginkan, untuk mendapatkan bentuk yang bagus dan yang diinginkan maka ada bagianbagian tertentu dari anyaman bahan baku yang harus dipotong. Tingginya limbah ini karena proses pembuatan topi lebih rumit dibandingkan dengan anyaman tikar dan bakul. Pembuatan topi ini memerlukan dua kali proses penganyaman yakni menganyam bagian kepala topi dan kembali menganyam bagian lingkaran topinya sehingga harus banyak melakukan banyak pemotongan bahan baku dibagian-bagian tertentu. Rendemen untuk anyaman purun berupa tikar sebesar 89.21% dengan limbah 10.79%. Besarnya rendemen tikar ini karena proses pembuatan tikar tidak terlalu sulit dan rumit. Pembuatan tikar ini hanya memerlukan helaian tanaman purun yang kemudian langsung dianyam menjadi tikar dengan ukuran 85 x 85 cm, proses ini juga pemotongannya hanya dilakukan dibagian ujung tikar yang berlebihan saja. Nilai rendemen ini untuk masing-masing rendemen berbedabeda, bahkan ada yang mendekati 100% (rendemen 97.45% untuk pengrajin Ramayanti), ini karena pengrajin tersebut masih tergolong muda dan lebih terampil, ini bisa dilihat dari waktu pembuatan tikar yang relatif cepat dan limbah yang kecil (2.55%) serta dia selektif dalam memilih dan menggunakan bahan baku anyaman purun untuk membuat tikar sehingga nilai rendemen yang dicapainya tinggi. Rendemen anyaman purun berupa bakul sebesar 83.51% dengan limbah 16.49%, lebih teliti dan terampilnya pengrajin dalam membuat produk anyaman bakul menyebabkan bahan baku yang terbuang lebih sedikit. Berdasarkan hasil analisis keragaman ternyata faktor umur dan pendidikan berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas anyaman purun, tetapi antara umur dan pendidikan memiliki hubungan korelasi positif yang cukup lemah terhadap produktivitas di desa tersebut (nilai koefisien korelasi 0.268), menurut Adi (2005), mengemukakan kisaran nilai r (koefisien korelasi) antara akan memiliki hubungan cukup lemah. Hubungan yang cukup lemah ini juga dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang dihasilkan hanya sebesar artinya faktor umur dan pendidikan hanya mempengaruhi produktivitas pengrajin sebesar 7.2%, sedangkan sisanya sebesar 92.8% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Berdasarkan hasil analisis keragaman ternyata faktor umur dan pendidikan berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen anyaman purun, tetapi antara umur dan pendidikan memiliki hubungan korelasi positif yang lemah terhadap produktivitas di desa tersebut (nilai korelasi 0.124), Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September

8 menurut Adi (2005), mengemukakan kisaran nilai r (koefisien korelasi) yang kurang dari 0.15 akan memiliki hubungan lemah. Hubungan yan lemah ini juga dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang dihasilkan hanya sebesar artinya faktor umur dan pendidikan hanya mempengaruhi produktivitas pengrajin sebesar 15%, sedangkan sisanya sebesar 85% dipengaruhi oleh faktor lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Produktivitas pembuatan anyaman purun di Desa Harusan adalah 0.25 jam/buah (topi), 0.20 jam/buah (tikar) dan 0.37 jam/buah (bakul) 2. Rendemen pembuatan anyaman purun adalah 78.77% (topi), 89.21% (tikar), dan 83.51% (bakul) 3. Berdasarkan analisis keragaman faktor umur dan pendidikan berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas dan rendemen anyaman purun 4. Faktor umur dan pendidikan memiliki hubungan yang lemah dengan produktivitas anyaman purun (nilai koefisien korelasi 0.268) dan nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang dihasilkan hanya sebesar Faktor umur dan pendidikan memiliki hubungan yang lemah dengan rendemen anyaman purun (nilai koefisien korelasi 0.124) dan nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang dihasilkan hanya sebesar Saran 1. Perlu pembinaan dari instansi terkait agar produk (desain) anyaman lebih variatif sehingga pemasaran lebih bersifat nasional 2. Agar limbah bahan baku anyaman purun dipe-gunakan untuk keperluan lainnya 3. Untuk meningkatkan pemasaran para pengrajin perlu mendirikan KUD DAFTAR PUSTAKA Bramasto, N Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB, Bogor Departemen Perindustrian Laporan Pelaksanaan Pelatihan Teknik Produksi dan Bantuan Desain Kerajinan Anyaman Purun. Kabupaten Tapin, Rantau Kerajinan Anyaman Purun. Pusat Promosi dan Informasi Hasil Kerajinan Daerah. Dinas Perindustrian Propinsi Dati I Kalimantan Selatan Elisabet,O.J Studi Peningkatan Nilai Tambah Kerajinan Anyaman Tikar Purun di Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Skripsi Fakultas Kehutanan UNLAM. Tidak dipublikasikan. Hartati,D Produktivitas dan Rendemen Kerajinan Anyaman Daun Nipah (Nypa fructicans Wurmb) di Desa Simpang Empat Kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Skripsi Fakultas Kehutanan UNLAM. Tidak dipubli-kasikan. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September

9 Herjanto,E Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Koraini, D Produktivitas dan Rendemen Industri Kerajinan Sapu Ijuk Aren (Arenga pinnata Merr) dan Peranannya Terhadap Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Skripsi Fakultas Kehutanan UNLAM. Tidak dipublikasikan. Madyana. A.M Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomik. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Atmajaya, Yogyakarta. Nurdin, R dan Zabidi, Y Pengukuran dan Analisis Produktivitas Lini Produksi PT. XYZ dengan Menggunakan Metode Objective Matrix. Jurnal. Jurusan Teknik Industri. Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA) Septina, S Efisiensi Pemakaian Bahan Baku Kayu pada Industri PT Inhutani II Stagen, Kotabaru. Kalimantan Selatan. Skripsi Fakultas Kehutanan UNLAM. Tidak dipublikasikan. Shadiqin, H Studi Tata Letak Mesin Tile Rotan di CV Sampurna Rattan Carpet Industry, Sekumpul Martapura, Kabupaten Banjar. Skripsi Fakultas Kehutanan UNLAM. Tidak dipublikasikan. Sinungan, M Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara, Jakarta. Yulianan, Studi Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Wanita pada Industri Kerajinan Rumah Tangga dan Hubungannya dengan Pendapatan Keluarga di Kecamatan Banjarbaru Utara, Kalimantan Selatan. Skripsi Fakultas Kehutanan UNLAM. Tidak dipublikasikan. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT PENENTUAN HUBUNGAN TINGGI BEBAS CABANG DENGAN DIAMETER POHON MERANTI PUTIH (Shorea bracteolata Dyer) DI AREAL HPH PT. AYA YAYANG INDONESIA, TABALONG, KALIMANTAN SELATAN Oleh/by EDILA YUDIA PURNAMA 1) ;

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER LOG DAN LAMA PEREBUSAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN FINIR KAYU SUNGKAI DALAM KEGIATAN PENYAYATAN FINIR (SLICING) DI PT

PENGARUH DIAMETER LOG DAN LAMA PEREBUSAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN FINIR KAYU SUNGKAI DALAM KEGIATAN PENYAYATAN FINIR (SLICING) DI PT PENGARUH DIAMETER LOG DAN LAMA PEREBUSAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN FINIR KAYU SUNGKAI DALAM KEGIATAN PENYAYATAN FINIR (SLICING) DI PT. DAYA SAKTI UNGGUL CORPORATION Oleh/by NOOR MIRAD SARI Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Dusun Raiy terletak di Desa Raja Kecamatan Ngabang kabupaten

Lebih terperinci

STUDI PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR

STUDI PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR STUDI PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mangium Willd) DI KECAMATAN LANDASAN ULIN KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Oleh/by ROSIDAH R RADAM Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP (Baeckea frustescens L) DENGAN PENYULINGAN METODE PEREBUSAN The Influence of Growing Site and duration distillation

Lebih terperinci

PENGOLAHAN GULA AREN (Arrenga Pinnata Merr) DI DESA BANUA HANYAR KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

PENGOLAHAN GULA AREN (Arrenga Pinnata Merr) DI DESA BANUA HANYAR KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Jurnal Hutan Tropis Volume 3 No. 3 November 2015 ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992 PENGOLAHAN GULA AREN (Arrenga Pinnata Merr) DI DESA BANUA HANYAR KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Processing Of Palm Sugar (Arenga

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang karyawan pada perusahaan Filter PT.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang karyawan pada perusahaan Filter PT. BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan hasil jawaban responden kemudian ditabulasi dan dapat ditarik suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH 224 ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH (Analyze Break Even Point (BEP) And The Risk Of Snakehead Fish

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penciptaan tenaga kerja yang produktif merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus

Lebih terperinci

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PURUN BAJANG SEBAGAI SUBSTITUSI PURUN DANAU DAN PURUN TIKUS

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PURUN BAJANG SEBAGAI SUBSTITUSI PURUN DANAU DAN PURUN TIKUS SIFAT FISIS DAN MEKANIS PURUN BAJANG SEBAGAI SUBSTITUSI PURUN DANAU DAN PURUN TIKUS Physical and Mechanical Properties of Purun Bajang as Substitution of Purun Danau and Purun Tikus Dwi Harsono Balai Riset

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Kecamatan Johan Pahlawan terletak antara 04 1 0 lintang utara serta antara 96 04 0 dan 96 09 0 bujur timur dengan luas 44,91 km².

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yaitu penelitian dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder.

Lebih terperinci

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU (Rhizophora mucronata Lamck) DAN KAYU RAMBAI (Sonneratia acida Linn) DENGAN BERBAGAI TEKANAN Oleh/by: Gt. A. R. THAMRIN Program Studi Teknologi Hasil Hutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perindustrian Industri adalah bidang yang menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja, serta penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Peranan bagi wanita secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mulia dan dijunjung

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua marga, enam jenis dan satu varietas. Dua marga tersebut adalah : Pandanus dan Freycinetia.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR A. Letak Geografis Kecamatan Banjar adalah salah satu bagian dari wilayah Kota Banjar selain Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Langensari yang berdiri

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan 108 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai prospek pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, maka

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

PENGARUH SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEREMPUAN PENGRAJIN LONTAR DI DESA BONA, GIANYAR

PENGARUH SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEREMPUAN PENGRAJIN LONTAR DI DESA BONA, GIANYAR PENGARUH SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEREMPUAN PENGRAJIN LONTAR DI DESA BONA, GIANYAR Ni Putu Uti Andari Luh Putu Aswitari Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI CIHERANG DI DESA SUNGAI DURAIT TENGAH KECAMATAN BABIRIK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI CIHERANG DI DESA SUNGAI DURAIT TENGAH KECAMATAN BABIRIK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA 219 ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI CIHERANG DI DESA SUNGAI DURAIT TENGAH KECAMATAN BABIRIK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA (Analysis Of Socioeconomic Factors On The Income Of

Lebih terperinci

Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT RENDEMEN FINIR PADA MESIN ROTARY COMPUTERIZE BERDASARKAN JENIS KAYU DI PT HENDRATNA PLYWOOD BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN Oleh/by Gt. A. R. THAMRIN 1 NOOR MIRAD SARI 1 & YANI IKA RAHMAWATY 2 1) Program

Lebih terperinci

JURNAL P ENYULUHAN PEMBINAAN WANITA PENGOLAH IKAN ASIN DI PESISIR MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

JURNAL P ENYULUHAN PEMBINAAN WANITA PENGOLAH IKAN ASIN DI PESISIR MUARA ANGKE JAKARTA UTARA JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 September 2006, Vol. 2, No. 2 Abstract PEMBINAAN WANITA PENGOLAH IKAN ASIN DI PESISIR MUARA ANGKE JAKARTA UTARA EMPOWERMENT OF WOMEN THAT PROCESSED SALTY FISH AT MUARA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena ditunjang oleh sistem pemerintahan yang desentralisasi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong atau BPPT merupakan salah satu UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari puyuh Coturnix-cotunix japonica pada umur 15 minggu yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari puyuh Coturnix-cotunix japonica pada umur 15 minggu yang 12 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh dan telur yang didapatkan dari puyuh Coturnix-cotunix japonica

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN CV TKB merupakan perusahaan yang bergerak dibidang garmen. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Maret 2008.Perusahaan ini terletak di Jl. Gardu Raya Km. 6 No. 27 Dramaga,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat. BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan mangrove di hutan alam Batu Ampar Kalimantan Barat. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan dari bulan Januari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong, 64 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa Talang Bojong serta Tokoh Masyarakat Desa Talang

Lebih terperinci

JENIS ROTAN, PRODUK ROTAN OLAHAN DAN ANALISIS EKONOMI PADA INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN KOMERSIAL DI KOTA MEDAN HASIL PENELITIAN.

JENIS ROTAN, PRODUK ROTAN OLAHAN DAN ANALISIS EKONOMI PADA INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN KOMERSIAL DI KOTA MEDAN HASIL PENELITIAN. JENIS ROTAN, PRODUK ROTAN OLAHAN DAN ANALISIS EKONOMI PADA INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN KOMERSIAL DI KOTA MEDAN HASIL PENELITIAN Oleh : OBBI PARDAMEAN PANE 071203024/ Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Malinau adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia. Ibu Kota dari Kabupaten ini adalah Malinau Kota. Berikut

Lebih terperinci

SIFAT FISIS DAN MEKANIS ANYAMAN BAMBAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS ANYAMAN BAMBAN Sifat fisis dan mekanis anyaman bamban (Donax canniformis) dengan bahan stabilisator....dwi Harsono SIFAT FISIS DAN MEKANIS ANYAMAN BAMBAN (Donax canniformis) DENGAN BAHAN STABILISATOR PEG 1000 DAN TANIN

Lebih terperinci

23 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

23 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN 23 ANALISIS USAHA PEMBUATAN TAHU (Studi Kasus pada Pabrik Tahu Berkat Sekumpul Martapura) (Farm Analysis of Tofu Produce) (Case Study in Berkat Sekumpul Tofu Produce Factory at Martapura District) Fitriani,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 1 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 01 Desember 015 sampai 31 Januari 016 di Rumah Pemotongan Hewan Sapi Jagalan, Surakarta, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Roganda Malau ¹), Hasman Hasyim ²),

Lebih terperinci

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Widya Lestari 1, Syafril Hadi 2 dan Nahri Idris 2 Intisari Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi barang setengah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih. Istilah

Lebih terperinci

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Bahan Baku dan Bahan Tambahan Produksi Kerajinan Rotan No Bahan Asal Pembelian Rotan Harga Beli (Rp) 1. Bahan Baku Rotan a. Rotan Manau Pabrik/Koperasi Rotan 11.300/kg b. Rotan Semambu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA 6 POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI PEDESAAN : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun

Lebih terperinci

) DAN KADAR ALKOHOL DARI DESA UJUNG LAMA KABUPATEN TANAH LAUT DAN DESA SUNGAI ALANG KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

) DAN KADAR ALKOHOL DARI DESA UJUNG LAMA KABUPATEN TANAH LAUT DAN DESA SUNGAI ALANG KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN PRODUKSI NIRA AREN (Arrenga pinnata) DAN KADAR ALKOHOL DARI DESA UJUNG LAMA KABUPATEN TANAH LAUT DAN DESA SUNGAI ALANG KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN Oleh/by FATRIANI Program Studi Teknologi Hasil

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT HENNI ARRYATI Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN Oleh : Rachman Effendi 1) ABSTRAK Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kalimantan Selatan tidak sebanding dengan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tasikmalaya merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang lokasinya sekitar 120 KM dari Kota Bandung ibu kota Propinsi Jawa Barat. Tasikmalaya, terutama pada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Luas Lahan Dan Bantuan Pemerintah Terhadap Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuat Kembang Rampai

Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Luas Lahan Dan Bantuan Pemerintah Terhadap Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuat Kembang Rampai Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Luas Lahan Dan Bantuan Pemerintah Terhadap Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuat Kembang Rampai di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Nama : A.A. Ayusya Prabhandina

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan salah satu diantara banyak permasalahan yang ada di Indonesia. dengan bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI Pandu Sumarna 1, Neneng Sri Mulyati 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jl. Ir. H. Juanda Km 3 Indrmayu, sumarnapandu@gmail.com 2 Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH INSENTIF, TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA HOTEL PELANGI MALANG)

PENGARUH INSENTIF, TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA HOTEL PELANGI MALANG) PENGARUH INSENTIF, TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA HOTEL PELANGI MALANG) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Febri Rudiansyah 105020100111009 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bandung dengan Penentuan tempat pengambilan sampel memakai Cluster Sampling dimana penentuan tersebut dipilih

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah.....

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu Lampiran 2. Kegiatan Wawancara dan Lokasi Penelitian Wawancara dengan Pemilik Usaha Lokasi Usaha Gebyar Cakalang Lampiran 3. Kegiatan pemindangan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Septiawan, 2 Dini Rochdiani, 3 Muhamad Nurdin Yusuf

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Negeri Baru yang merupakan salah satu desa berpotensial dalam bidang perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat) Ade Rezkika Nasution*),

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DAERAH PROGRAM PNPM MANDIRI PEDESAAN

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DAERAH PROGRAM PNPM MANDIRI PEDESAAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DAERAH PROGRAM PNPM MANDIRI PEDESAAN (Studi Kasus Desa Balerejo Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Tahun Pelaksanaan 2012) Mirah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM TRIONO HERMANSYAH NPM. 0710 4830 0671 ABSTRAK Berbedanya kemampuan petani

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS 7.1. Karakteristik Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 38 responden yang menjadi mitra

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/ PROFIL USAHA ISTRI NELAYAN MANGGOPOH PALAK GADANG PADANG PARIAMAN Oleh: Hasan Basri Nasution Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pembangun ekonomi. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pembangun ekonomi. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) atau dikenal juga dengan sebutan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pendorong terdepan dan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. perekonomian di Desa Gandrungmanis adalah sebagai berikut :

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. perekonomian di Desa Gandrungmanis adalah sebagai berikut : IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Data monografi Desa Gandrungmanis (Tahun 2016, Semester 1) menunjukkan keadaan alam, keadaan penduduk, dan keadaan sarana perekonomian di Desa Gandrungmanis adalah sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS TENAGA KERJA, BANTUAN MODAL USAHA DAN TEKNOLOGI TERADAP PRODUKTIVITAS KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI JIMBARAN

PENGARUH KUALITAS TENAGA KERJA, BANTUAN MODAL USAHA DAN TEKNOLOGI TERADAP PRODUKTIVITAS KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI JIMBARAN E-Jurnal EP Unud, 2 [2] : 102-107 ISSN: 2303-0178 PENGARUH KUALITAS TENAGA KERJA, BANTUAN MODAL USAHA DAN TEKNOLOGI TERADAP PRODUKTIVITAS KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI JIMBARAN Ni Wayan

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini persaingan yang dihadapi perusahaan-perusahaan baik perusahaan industri maupun non industri sangat tinggi. Untuk itu, maka setiap perusahaan, dimana salah satunya adalah CV. Bintang

Lebih terperinci

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga. Bambu memiliki cabang-cabang

Lebih terperinci

Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas. Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas. Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT WAKTU PENGERINGAN FINIR FACE/BACK DAN LONGCORE PADA TIGA JENIS KAYU DENGAN DUA TINGKAT KETEBALAN DI PT HENDRATNA PLYWOOD BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN Oleh/By Gt. A. R. THAMRIN 1 & ISNAWATI 2 1) Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pengalaman Kerja Fagbenle (2012) menguraikan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan adalah berasal dari diri karyawannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap,

Lebih terperinci

PARTISIPASI PENGEMBANGAN ANYAMAN LOKAL OLEH KAUM PEREMPUAN DI DESA PANTOK KECAMATAN NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU

PARTISIPASI PENGEMBANGAN ANYAMAN LOKAL OLEH KAUM PEREMPUAN DI DESA PANTOK KECAMATAN NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU PARTISIPASI PENGEMBANGAN ANYAMAN LOKAL OLEH KAUM PEREMPUAN DI DESA PANTOK KECAMATAN NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU Oleh: NITA NIM. E11110012 Program Studi Pembangunan Sosial/Ilmu Sosiatri Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan

Lebih terperinci

Kerajinan Tangan Hasil Pengolahan Tumbuhan Hutan Oleh Masyarakat Desa Nibung Kecamatan Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu

Kerajinan Tangan Hasil Pengolahan Tumbuhan Hutan Oleh Masyarakat Desa Nibung Kecamatan Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu Kerajinan Tangan Hasil Pengolahan Tumbuhan Hutan Oleh Masyarakat Desa Nibung Kecamatan Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu Muhammad Syukur Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email : msyukur1973@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Waris 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang Utara (LU) dan 98-100 Bujur Timur (BT), merupakan wilayah yang berbatasan di sebelah utara

Lebih terperinci