BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menghasilkan informasi komprehensif terkait pelaksanaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menghasilkan informasi komprehensif terkait pelaksanaan"

Transkripsi

1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menghasilkan informasi komprehensif terkait pelaksanaan kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda. Penggunaan pendekatan top-down dan bottom-up sekaligus mampu memberikan informasi yang lebih lengkap sebagai umpan balik (feed back) dalam kerangka perbaikan kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda yang sedang dilaksanakan di kawasan city walk Kota Surakarta ini. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa kesimpulan, implikasi maupun saran adalah sebagai berikut: A. Kesimpulan Dilihat dari analisis komponen-komponen CIPP (context, input, process, product evaluation) terhadap implementasi kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut sudah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya tujuan dari adanya kebijakan yakni mengembalikan fungsi dari city walk sebagaimana mestinya. Dari sini maka dapat dikatakan bahwa tujuan kebijakan dari kacamata pembuat kebijakan (policy maker) telah berhasil. Selain itu, implementasi kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini terbukti mampu menekan dan mengurangi angka pelanggaran parkir serta memberikan perubahan yang signifikan di mana kawasan ini menjadi lebih tertib, teratur dan tidak semrawut sebagaimana sebelum diimplementasikannya kebijakan. Bahkan persentase kepatuhan dan ketertiban di wilayah ini mencapai 95%. Sementara sisanya, disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi peraturan 209

2 210 yang berlaku. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor yang menjadi pendorong kelancaran implementasi kebijakan dan faktor yang menghambat implementasi kebijakan. Beberapa faktor pendorong yang membuat kebijakan ini berjalan dengan baik antara lain adalah karena: Pertama, adanya kesesuaian antara kebijakan dengan kebutuhan lingkungan dan kondisi sosial masyarakat kota Surakarta; Kedua, tercukupinya instrumen maupun sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan; Ketiga, proses sosialisasi yang dilakukan secara maksimal mempunyai implikasi penting bagi sikap birokrat garda depan untuk berani menerapkan kebijakan baru secara tegas; Keempat, tidak adanya target perolehan denda dalam pelaksanaan kebijakan turut mendorong sikap profesionalisme pelaksana kebijakan karena tujuan pelaksanaan kebijakan jelas dan tidak rancu. Selain itu, ditemukan pula bahwa walaupun implementasi kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini sudah terbukti secara positif memberikan hasil signifikan namun ternyata keberhasilan implementasi kebijakan tidak hanya ditentukan oleh terpenuhinya komponen-komponen pendukung pelaksanaan kebijakan semata namun dipengaruhi oleh partisipasi aktif dari kelompok sasaran dan sikap birokrat garda depan dalam menyampaikan kebijakan yang juga menjadi faktor pendorong keberhasilan pelaksanaan kebijakan. Sikap dan perilaku tim operasi gabungan penertiban parkir liar yang menjunjung tinggi profesionalitas, tetap ramah dan memberikan edukasi saat penindakan pun sangat membantu memperlancar pelaksanaan kebijakan. Namun, pelaksanaan di lapangan pun tidak terlepas dari berbagai dinamika maupun persoalan kepublikan

3 211 (publicness) yang mengendap di masyarakat khususnya para pemilik toko atau usaha lama maupun juru parkir di kawasan city walk. Dari sisi birokrat garda depan (street level bureaucrat) misalnya ditemukan bahwa pelaksana kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda kerap mengalami berbagai hal menimbulkan dilema seperti protes, umpatan dan makian, ancaman, upaya suap/sogok, upaya menawar denda dari para pelanggar namun para birokrat garda depan ini mampu untuk mengatasi hal-hal tersebut dengan berpegang teguh pada prinsip profesionalisme. Selain itu, para birokrat garda depan ini pun tercatat mengambil langkah diskresi dengan motif untuk memperlancar pelaksanaan tugas mereka. Kemudian dari sisi kelompok masyarakat (target group), penerimaan/respon terhadap kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini terbelah menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama yakni para pengguna atau pejalan kaki adalah kalangan yang mendukung serta menyetujui agar kebijakan ini terus dilanjutkan ke depannya karena mereka merasakan manfaat dari hadirnya kebijakan ini. Sementara, kelompok kedua yakni para juru parkir dan para pemilik toko/usaha lama adalah kalangan yang merasa keberatan dan tidak setuju mengenai adanya kebijakan ini. Kelompok ini berharap ada suatu peninjauan ulang atau kajian ulang terhadap kebijakan yang telah dijalankan pemerintah kota karena pemerintah kota belum merealisasikan janjinya untuk membuat kantong-kantong parkir yang mana ini berimbas pada menurunnya pelanggan secara drastis akibat kesulitan parkir sehingga berkontribusi terhadap menurunnya pendapatan.

4 212 Oleh karena itu, keberhasilan implementasi kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini terlihat jelas masih menyisakan permasalahan sehingga tingkat keberhasilannya pun tidak mencapai 100%. Adapun permasalahan-permasalahan yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda tersebut penulis paparkan secara sederhana, lugas dan singkat sebagai berikut: a. Ada pertentangan kepentingan antar stakeholder. b. Ada ketidakpatuhan (compliance) terhadap standar operasional prosedur (SOP). Prosedur yang sulit dan perkembangan kebijakan membuat birokrat garda depan melakukan diskresi. c. Kurangnya koordinasi antar birokrat garda depan terkait teknis penindakan di lapangan. d. Tidak adanya rambu larangan parkir dan petunjuk tempat parkir di sekitar kawasan wisata membuat pelanggaran berulang kali terjadi. e. Gerakan tim operasi gabungan penertiban parkir liar yang lambat karena seluruhnya menggunakan mobil berukuran besar membuat para pelanggar sering melarikan diri atau kabur. f. Masih ada pelanggaran aturan parkir di city walk ketika tidak ada operasi gabungan. g. Ada protes di masyarakat terkait besaran denda yang sama antara sedenda mobil dan sepeda motor yakni sebesar Rp ,00 sehingga banyak pelanggar yang berupaya menawar denda.

5 213 h. Denda sebesar Rp ,00 tidak cukup memberi efek jera bagi pemilik mobil yang melanggar karena jumlah denda tersebut terbilang kecil. i. Terdapat negative side effect dari kebijakan di mana ada kepentingan sebagian masyarakat sekaligus stakeholder yang dikorbankan yakni toko-toko lama yang tidak memiliki lahan parkir dan juru parkir yang lahan parkirnya menjadi hilang atau menyempit. j. Belum terlaksananya janji pemerintah untuk membangun kantongkantong parkir di sekitar kawasan city walk. k. Solusi untuk parkir di seberang jalan (Jalan Slamet Riyadi) dari pemerintah tidak dapat diterima oleh pengunjung maupun di sekitar city walk karena minimnya fasilitas untuk menyeberang jalan. B. Implikasi Implikasi merupakan konsekuensi atau akibat langsung dari temuan atau hasil penelitian. Merujuk pada kesimpulan yang didapat maka penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan maupun umpan balik (feed back) berkenaan dengan kebijakan program penggembokan roda. Penelitian ini mengungkap bahwa kebijakan program penggembokan roda dapat terus dilaksanakan dengan melakukan langkah-langkah perbaikan pada beberapa aspek yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Dampak langsung dari pelaksanaan kebijakan ini adalah kembalinya fungsi city walk sebagai ruang publik dan pedestrian. Ini dibuktikan dengan menurunnya angka pelanggaran parkir liar di kawasan tersebut serta city walk

6 214 menjadi lebih rapi, tertib dan tidak semrawut sebagaimana sebelum dilaksanakan kebijakan program penggembokan roda. Berpijak pada hasil penelitian mengenai program penggembokan roda di kawasan city walk, maka dapat ditarik suatu pandangan bahwa kebijakan semacam ini khususnya yang berkaiktan dengan pengendalian parkir ataupun penertiban parkir dapat diadaptasi dan dilakukan di berbagai kota atau daerah lain terutama yang memiliki kesamaan karakteristik sebagaimana yang dimiliki Kota Surakarta dengan melakukan penguatan di beberapa aspek temuan sebagaimana telah diungkap oleh penelitian ini. B.1. Implikasi Teoritis Melalui penggunaan dua pendekatan berbeda yakni pendekatan top-down dan bottom-up maka didapatkanlah pada penelitian ini informasi penting yang sangat berguna dan menjadi umpan balik (feed back) bagi pelaksanaan program penggembokan roda di kawasan city walk Kota Surakarta. Penelitian ini memperkuat teori bahwa keberhasilan suatu program/kebijakan tidak hanya ditentukan oleh pihak pembuat kebijakan (policy maker) semata melainkan juga ada kalangan lain semisal birokrat garda depan (street level bureaucrat) maupun kelompok sasaran (target group) ikut berperan di dalamnya. Terlebih seperti diungkapkan Sabatier (1986) bahwa kedua komponen baik di ranah top-down dan bottom-up memiliki keterkaitan atau saling terkait. Selain itu, program yang dijalankan pemerintah pun nyatanya dapat pula berimbas pada persoalan kepublikan (publicness) (Merritt, 2013). Hal tersebut terkonfirmasi dalam temuan ini sehingga hal semacam ini hendaknya menjadi catatan penting yang harus dikaji lebih mendalam sebelum implementasi suatu kebijakan/program dilakukan.

7 215 B.2. Implikasi Metodologis Memadu dua pendekatan yang berbeda (top-down dan bottom-up) dan mengkajinya secara kualitatif benar-benar memberikan dimensi baru dalam studi implementasi berkenaan dengan program penggembokan roda ini. Kajian ini menemukan hasil tidak hanya dari perspektif policy maker semata melainkan juga menemukan temuan menarik dari sisi birokrat garda depan (street level bureaucrat) maupun kelompok sasaran (target group). Melalui model gabungan atau yang disebut Pülzl dan Treib (2015) sebagai pendekatan hibrida ini didapat suatu penjelasan yang lebih komprehensif terkait bagaimana implementasi berjalan di lapangan sehingga penguatan ataupun perbaikan ke depan akan menjadi semakin lengkap karena tidak hanya berfokus pada perspektif pembuat kebijakan melainkan juga menilik ranah birokrat garda depan dan kelompok sasaran. Dari sini didapat informasi bahwa ada pula beberapa penguatan yang harus dilakukan ataupun apresiasi untuk diberikan terhadap birokrat garda depan maupun kelompok sasaran dalam konteks partisipasi menyukseskan pelaksanaan program penggembokan roda ini. C. Saran Melihat hasil kesimpulan dan temuan mengenai faktor-faktor apa saja yang mendorong ataupun menghambat pelaksanaan kebijakan, serta implikasi penelitian tersebut maka dihasilkan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada Pembuat Kebijakan (Policy Maker) a. Perlu adanya perubahan ataupun penyesuaian terhadap SOP yang ada saat ini dengan kondisi di lapangan dan perkembangan kebijakan yang

8 216 juga menyasar sepeda motor. Seperti diketahui SOP saat ini sering menyulitkan para birokrat garda depan dalam menjalankan tugasnya dan malah mendorong mereka untuk tidak patuh kepada SOP karena kondisi yang ada. b. Pemerintah kota Surakarta sebaiknya menyediakan kantong-kantong parkir di city walk dengan petunjuk yang jelas sebagai insfrakstruktur penunjang sehingga pemanfaatan city walk menjadi lebih maksimal serta dampak positif dari dibangunnya city walk juga dapat dirasakan oleh seluruh stakeholder yang ada. Dengan kata lain, semua stakeholder merasa diuntungkan dan terjamin hak-haknya sehingga mereka memiliki keinginan untuk melaksanakan kewajibannya yakni ikut menjaga ketertiban city walk. c. Mempertimbangkan banyaknya pusat bisnis dan wisata di jalan Slamet Riyadi sebaiknya diberikan tempat-tempat penyeberangan maupun jembatan penyeberangan agar masyarakat dapat dengan mudah menyeberang ke city walk dan menikmati public space yang telah disediakan tersebut mengingat Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan protokol yang selalu padat. d. Melihat hasil temuan berupa pelanggaran larangan parkir yang berulang kali terjadi di depan Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari, maka sebaiknya diberi rambu larangan parkir serta rambu petunjuk mana tempat parkir yang diperbolehkan di area tersebut. e. Untuk meningkatkan efektifitas kebijakan, sebaiknya penggembokan roda tidak hanya dilakukan ketika operasi gabungan tetapi perlu ada

9 217 petugas patroli yang senantiasa menjaga ketertiban parkir dan melakukan penggembokan roda bila ada pelanggaran. f. Memperhatikan besaran denda yang ada saat ini maka diperlukan adanya suatu penyesuaian besaran denda untuk mobil dan sepeda motor. Untuk itu, perlu adanya kenaikan besaran denda terutama untuk mobil agar menimbulkan efek jera. Sementara itu, besaran denda sepeda motor dirasa sudah cukup memberatkan dan sudah memberikan efek jera. g. Melihat pelaksanaan kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda terutama saat operasi gabungan banyak pula para pelanggar yang sempat melarikan diri (kabur) maka diperlukan adanya tim operasi gabungan yang menggunakan sepeda motor. Hal ini diperlukan untuk menghalau ataupun menyergap para pelanggar yang akan melarikan diri. h. Menilik kondisi di lapangan di mana street-level bureaucrats memegang peranan penting untuk menunjang keberhasilan implementasi kebijakan, maka hal ini dapat dijadikan masukan bagi pemerintah agar membuat semacam skema bagaimana seharusnya street-level bureaucrats bekerja dalam rangka menyukseskan implementasi kebijakan. i. Diperlukan adanya suatu evaluasi internal dari Dishubkominfo sebagai penanggungjawab pelaksanaan kebijakan berkaitan dengan implementasi kebijakan yang telah dilaksanakan mengingat selama ini

10 218 belum ada evaluasi terhadap kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini. j. Pemkot Surakarta sebaiknya mengajak institusi pendidikan (baik formal maupun non formal) untuk memasukkan materi mengenai fungsi penting ruang publik dan mensosialisasikan larangan parkir di city walk. 2. Kepada Pemangku Kepentingan (Stakeholder) a. Bagi pemilik toko dengan bangunan lama yang tidak memiliki lahan parkir sebaiknya memberikan masukan secara aktif kepada Dishubkominfo Kota Surakarta baik secara langsung, melalui fasilitas pengaduan masyarakat maupun media untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi hingga janji Pemkot Surakarta untuk membangun kantong parkir di city walk direalisasikan. Hal ini mengingat permasalahan tersebut tidak pernah diangkat oleh media padahal pelaksanaan kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini senantiasa mendapat sorotan media lokal. b. Juru parkir yang memiliki lahan di area city walk sebaiknya menaati peraturan yang ada dengan tidak mengarahkan parkir di city walk mengingat city walk merupakan area bebas parkir. Namun, juru parkir sebaiknya mengutarakan permasalahan yang mereka hadapi kepada UPTD. Perparkiran Kota Surakarta agar mendapatkan solusi yang jelas dari pihak yang memiliki kewenangan.

11 219 c. Juru parkir, pemilik toko ataupun PKL di kawasan city walk hendaknya dapat bersatu dalam sebuah organisasi guna membicarakan jalan keluar atas permasalahan mereka dan mengajukan usulan kepada Pemkot Surakarta demi perbaikan kebijakan ke depan. 3. Kepada Birokrat Garda Depan a. Birokrat garda depan sebaiknya ikut menentukan ataupun memberi masukan untuk perbaikan kebijakan ke depan berdasarkan pengalaman mereka di lapangan. b. Birokrat garda depan sebaiknya meningkatkan koordinasi terkait teknis penindakan di lapangan. c. Birokrat garda depan diharapkan terus mempertahankan profesionalisme dalam menjalankan tugas. d. Birokrat garda depan hendaknya dapat memberikan dedikasi, edukasi, dan sikap ramah kepada masyarakat ketika menghadapi protes. 4. Kepada Masyarakat a. Masyarakat sebaiknya meningkatkan awareness terhadap rambu larangan parkir dan secara aktif mencari tahu daerah-daerah mana saja yang menjadi daerah larangan parkir. b. Masyarakat kota Surakarta hendaknya meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan pentingnya fungsi ruang publik karena hal tersebut adalah untuk kebaikan bersama.

12 220 c. Masyarakat hendaknya menyambut kebijakan ini serta turut berpartisipasi untuk mensukseskan pelaksanaannya dengan tidak parkir sembarangan di kawasan city walk. d. Masyarakat Surakarta hendaknya menguatkan kembali kearifan lokal yang mereka miliki dan mengingat kembali salah satu tujuan berawal dibangunnya city walk yakni untuk mewujudkan budaya Jawa nguwongke wong ditengah perkembangan kota yang semakin padat. 5. Kepada Peneliti Lain a. Peneliti yang akan melakukan studi implementasi hendaknya senantiasa membuka pikiran serta berusaha untuk menemukan hal-hal baru yang menarik dalam melakukan penelitiannya semisalnya dengan menggunakan pendekatan gabungan (top-down dan bottom-up) maupun pendekatan lainnya yang diyakini dapat memberikan dimensi gagasan baru dalam melihat suatu implementasi kebijakan/program karena terbukti studi implementasi masih merupakan studi yang menarik. b. Peneliti hendaknya selalu bersikap terbuka terhadap berbagai gagasan ataupun lontaran baru yang dapat memperkaya lacakan penelitian dalam studi implementasi. c. Peneliti lain yang akan melakukan studi implementasi kebijakan/program dapat pula memadukan menggunakan pendekatan berbeda semisal melalui metode survei (kuantitatif) maupun

13 221 wawancara mendalam (kualitatif) dengan tujuan untuk saling melengkapi ataupun membandingkan hasil penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melaksanakan pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melaksanakan pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melaksanakan pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah yang dibagi menjadi dua yaitu tugas pembangunan dan tugas umum pemerintah. Tugas pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah satu setengah dekade pelaksanaan desentralisasi daerah, Kota Surakarta atau kerap disebut dengan Kota Solo, salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah perpakiran tidak pernah luput dari kehidupan kita sehari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah perpakiran tidak pernah luput dari kehidupan kita sehari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perpakiran tidak pernah luput dari kehidupan kita sehari hari karena setiap hari kita pasti melakukannya. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Surakarta merumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik ditengah kota. Pada tahun 2012 ini beberapa kota besar di Indonesia sedang berlomba

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. pejalan kaki ini sebenarnya telah diatur pada paasal 131 dan pasal 132 UU

Bab 1. Pendahuluan. pejalan kaki ini sebenarnya telah diatur pada paasal 131 dan pasal 132 UU Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia, peraturan bagi pejalan kaki ini sebenarnya telah diatur pada paasal 131 dan pasal 132 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan data hasil survei, analisis, perhitungan, dan usulan penanganan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai kinerja simpang Colombo-Gejayan dan simpang

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting dalam memperlancar pembangunan yang pemerintah laksanakan, karena merupakan sarana untuk masyarakat

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro) STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro) TUGAS AKHIR Oleh : RINA NAZLA ULFAH L2D 098 461 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Wali Kota Ajak Masyarakat Bangun Kota dengan Kebersamaan

Wali Kota Ajak Masyarakat Bangun Kota dengan Kebersamaan Wali Kota Ajak Masyarakat Bangun Kota dengan Kebersamaan Menjelang berakhirnya tahun 2015 dan memasuki tahun baru 2016, Wali Kota Pontianak, Sutarmidji menyampaikan beberapa hal terkait capaian-capaian

Lebih terperinci

1.4. Tujuan dan Sasaran Tujuan Tujuan merancang dan menata penggal Jalan Garuda Mas dengan menerapkan konsep city walk.

1.4. Tujuan dan Sasaran Tujuan Tujuan merancang dan menata penggal Jalan Garuda Mas dengan menerapkan konsep city walk. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian Garuda Mas City Walk Bernuansa Islami, perlu diketahui tentang: Garuda Mas : Merupakan penggal jalan di Desa Pabelan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR, Menetapkan : a bahwa dalam usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB VII ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENATAAN PKL

BAB VII ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENATAAN PKL BAB VII ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENATAAN PKL 5.3 Aspirasi Parapihak dalam Penataan PKL di Kota Tasikmalaya Secara umum semua PKL yang ada di Kota Tasikmalaya menginginkan adanya penataan agar tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyediaan tenaga yang bermutu adalah produk dari proses pendidikan di suatu lembaga pendidikan seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk menghasilkan tenaga terdidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kota besar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan adalah kota Yogyakarta. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan banyaknya aset wisata yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 18 TAHUN 2007 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 18 TAHUN 2007 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 18 TAHUN 2007 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa parkir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), setiap daerah mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan pungutan kepada masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan parkir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap hari selalu saja ada pelanggaran rambu lalu lintas yang terjadi. Seperti berhenti sembarangan, menyebrang seenaknya, dan masih banyak lagi pelanggaran lainnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB V KONSEP Traffic-coaster

BAB V KONSEP Traffic-coaster BAB V KONSEP Traffic-coaster Rumusan analisis permasalahan pada bab sebelumnya menyebutkan tiga kata kunci sebagai permasalahan utama dari perancangan taman lalu lintas ini, yaitu mix program, akses responsif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan ruang terbuka maupun tertutup yang berfungsi sebagai tempat terjadinya interaksi sosial, ekonomi dan budaya. Di wilayah perkotaan, ruang publik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan masyarakat saat ini menuntut setiap orang untuk berupaya berdayaguna dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya kearah yang lebih baik. Baik itu melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasakan imbalan yang dikutip tersebut secara langsung. Pemungutan pajak memang bukan suatu hal yang mudah, dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. merasakan imbalan yang dikutip tersebut secara langsung. Pemungutan pajak memang bukan suatu hal yang mudah, dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber dana yang paling potensial dalam pembiayaan negara. Seiring dengan peningkatan kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anggaran Menurut Mulyadi (1993) pengertian anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari : BAB III METODOLOGI 3.1. Bagan Alir Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari : START PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER Geometrik Volume Lalu Lintas Kecepatan Kendaraan Hambatan Samping Volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah bagi pejalan kaki yang mempunyai ukuran dan dimensi berdasarkan skala manusia (Nasution,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program

BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan Visi Kota Metro menjadi Kota Pendidikan maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program Jam Belajar Masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman Barat maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi program dan kegiatan DAK pada Dinas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai fenomena pergeseran konsepsi masyarakat terhadap Tugu Yogyakarta dari tetenger menjadi public place maka didapatkan bahwa terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaksang Masalah Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang baru, sebab sebelumnya legitimasi legal formal peran serta masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada pejalan kaki, dan wawancara kepada dinas-dinas terkait, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada peningkatan ekonomi. Orientasi ekonomi membuat aspek sosial dan lingkungan seringkali diabaikan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya perubahan prinsip di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketertiban dan kenyamanan kota (tidiness and convenience) merupakan fungsi turunan terpenting dari penataan ruang kota. Tujuan utama penataan ruang kota adalah terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus pada Satlantas Kepolisian Resor Subang Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi di kota akan terus berkembang jika pertumbuhan penduduk serta kebutuhannya untuk bergerak atau berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya semakin meningkat.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Undang-undang Nomor 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik dari

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai PROPOSAL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Wednesday, 01 February 2017 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung kepada masyarakat

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAN KAWASAN KORIDOR JALAN GATOT SUBROTO SURAKARTA Sebagai kawasan wisata belanja yang bercitra budaya Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di dalamnya diatur oleh hukum. Tujuan dibuatnya hukum ini adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia melahirkan sektor informal. Salah satu wujud sektor informal di perkotaan adalah lahirnya pedagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara perusahaan, baik antar perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Sehingga setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang 1 ARTIKEL Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang Fikry, Larasati, Sulandari Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orde baru tumbang pada tahun 1988, karena sistem pemerintahan Orde Baru yang sentralistik dianggap tidak baik dan tidak sesuai lagi, karena rencana pembangunan ditentukan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dalam rangka menyelesaikan permasalahan Kota Administrasi Jakarta Pusat yang berupa peningkatan jumlah kendaraan pribadi, tingkat kemacetan, permasalahan guna lahan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Kota Payakumbuh yang strategis menjadikannya sebagai salah satu kota yang memainkan peran penting di Propinsi Sumatera Barat. Kota Payakumbuh merupakan gerbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perpindahan tempat yang dilakukan manusia ke tempat lainnya dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka untuk mencapai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007 tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Rektor Universitas Dian Nuswantoro Menimbang : bahwa untuk menjamin penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. menjadi kurang optimal dilakukan dan bahkan gagal dalam mencapai tujuan

BAB VII PENUTUP. menjadi kurang optimal dilakukan dan bahkan gagal dalam mencapai tujuan BAB VII PENUTUP 7.1 KESIMPULAN Berbagai hambatan ditemui saat proses implementasi kebijakan miras dilakukan. Hambatan tersebut berimplikasi kepada implementasi kebijakan miras menjadi kurang optimal dilakukan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Inspektorat Kabupaten Bantul. PELAYANAN UMUM. PRASARANA. Hari. Kawasan. Bebas Kendaraan Bermotor.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Inspektorat Kabupaten Bantul. PELAYANAN UMUM. PRASARANA. Hari. Kawasan. Bebas Kendaraan Bermotor. 1 2016 No.37,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Inspektorat Kabupaten Bantul. PELAYANAN UMUM. PRASARANA. Hari. Kawasan. Bebas Kendaraan Bermotor. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 FILOSOFI 5.1.1 Filosofi Dasar BAB V KONSEP PERANCANGAN merupakan kawasan perdagangan di kawasan yang terdiri dari beberapa pasar yang diharapkan penataan kawasan harus saling medukung pasar-pasar tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik bagi pengusaha untuk mempromosikan barang dan jasa mereka dengan menggunakan berbagai aneka ragam

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian pada ruas Jalan Tawangmangu berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA 108 BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA 8.1 Analisis Keterkaitan Karakteristik PKL, Kebijakan Penataan Ruang tentang Penataan PKL, dan Aspirasi Masyarakat tentang Model Penataan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN Dengan Judul Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Ponorogo tentang Perda Nomor 5 Tahun 2011 dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima (Studi an pada Pedagang kaki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN A.1. Pelaksanaan PPK 1. Efektifitas Pemberdayaan dalam PPK a) Kesesuaian Pemberdayaan dengan dimensi Konteks Program pemberdayaan yang dilakukan: untuk penetapan

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : RISA NIKEN RATNA TRI HIYASTUTI L2D 002 432 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam

Lebih terperinci

Bab Delapan Kesimpulan

Bab Delapan Kesimpulan Bab Delapan Kesimpulan Hasil temuan lapangan dari penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, LKMS di Jawa Tengah mengalami perkembangan yang positif pada tahun 2009-2014, hal ini dikarenakan jumlah lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasilitas umum merupakan sebuah sarana yang dibangun oleh pemerintah. Fasilitas ini dibangun untuk masyarakat. Tujuan dari pembangunan fasilitas umum ini tentu untuk

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang :

Lebih terperinci

AMANDEMEN PERATURAN ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA TENTANG MASA PENGENALAN AKADEMIK

AMANDEMEN PERATURAN ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA TENTANG MASA PENGENALAN AKADEMIK AMANDEMEN PERATURAN ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA TENTANG MASA PENGENALAN AKADEMIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Yang dimaksud dengan : (1) MPA (Masa Pengenalan Akademik)

Lebih terperinci

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak Upaya penyediaan pelayanan publik seharusnya dilakukan pada semua sektor dan diperuntukkan untuk seluruh lapisan masyarakat, termasuk di antaranya masyarakat

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup perhatian karena menyangkut aturan-aturan guna mensejahterakan masyarakat, bukan saja masyarakat selaku

Lebih terperinci

Kebijakan NEPCon untuk Penyelesaian Sengketa

Kebijakan NEPCon untuk Penyelesaian Sengketa Kebijakan NEPCon untuk Penyelesaian Sengketa NEPCon Policies 1 December 2014 2011 Kebijakan NEPCon untuk Penyelesaian Sengketa 2 Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memaparkan dan mengatur cara NEPCon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Pada hakikatnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga bertindak sebagai makhluk sosial dimana manusia memiliki kebutuhan dan kebiasaan untuk berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner)

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner) Pusat Rekreasi Area Car Free : Suatu bentuk kesatuan koordinasi yang merupakan induk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya, jalan merupakan sebuah prasarana transportasi darat yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu daerah. Hal ini pernah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN TENTANG PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPARKIRAN. Dasar Hukum Pengeloal Perparkiran Kota Medan meliputi:

BAB III GAMBARAN TENTANG PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPARKIRAN. Dasar Hukum Pengeloal Perparkiran Kota Medan meliputi: BAB III GAMBARAN TENTANG PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPARKIRAN A. Dasar Hukum Dasar Hukum Pengeloal Perparkiran Kota Medan meliputi: 1. Keputusan Mendagri RI No.43 Tahun 1980 tentang pedoman pengelolaan perparkiran

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007 PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007 T E N T A N G PENYELENGGARAAN LALU LINTAS JALAN DI WILAYAH KABUPATEN REJANG LEBONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat, BAB I PENDAHULUAN Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat, berbagai dugaan permasalahan yang terjadi di lapangan, pertanyaan untuk menjawab dugaan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya memantapkan implementasi mekanisme perencanaan dan penganggaran daerah secara partisipatif sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo adalah kota budaya, kota ini terletak di bagian timur provinsi Jawa Tengah. Kota yang sampai sekarang masih kental dengan budaya yang semakin lama semakin

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Jasa Parkir antara Konsumen pada Chandra Supermarket dan Departement Store Chandra Supermarket dan Departement Store merupakan salah satu pasar swalayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tranportasi yang melalui jalan-jalan di Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. tranportasi yang melalui jalan-jalan di Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pelajar sekaligus sebagai tempat tujuan wisata memiliki kekayaan budaya dan keragaman masyarakat. Seiring berjalannya waktu, dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan. Perkembangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan. Perkembangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan tumbuh dan berkembang seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan. Perkembangan tersebut memerlukan anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia memiliki persebaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota besar di Indonesia. Sebagai ibukota Jawa Barat, Kota Bandung menjadi kota yang terkenal kemacetan kedua di Indonesia. Kota Bandung juga

Lebih terperinci