BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN"

Transkripsi

1 BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Atraksi Wisata Memiliki keunikan sebagai Kampung tradisional Jawa. Kampung Wisata Batik Kauman memiliki potensi atraksi sebagai wisata budaya (batik dan religi) yang sangat kuat, terletak di Koridor Budaya Surakarta (Keraton- Mangkunegaran-Pasar Gedhe), yang merupakan wilayah dengan prioritas penanganan konservasi di Surakarta. a) Setting Fisik Kampung Wisata Batik Kauman Kampung Wisata Batik Kauman sebagai salah satu potensi wisata budaya Kota Surakarta. Dari sisi sejarah dan peninggalan budayanya, sangat erat kaitannya dengan Keraton Surakarta, sehingga upaya pengembangan kampung ini bisa memperkuat keberadaan Keraton sebagai pusat orientasi budaya Surakarta dan kampung-kampung lama lain yang ada di sekitarnya. b) Masjid Agung Keberadaan Masjid Agung dalam sejarah terbentuknya Kampung Wisata Batik Kauman merupakan pusat orientasi kampung pada awalnya. Keberadaannya sebagai landmark Kampung Wisata Batik Kauman. Posisi Masjid Agung sebagai landmark kurang didukung oleh fisik kawasan di sekitarnya. Mulai 107

2 dari posisi akses utama kawasan, sampai kepada kondisi bangunan di sekitar dan menuju Masjid Agung. c) Bangunan Tradisional Bangunan tradisional masih banyak dijumpai, berupa rumah tradisional, seperti rumah ketib, rumah joglo serta langgar yang dengan kondisi beragam belum tergali maksimal sebagai heritage culture. Hanya tersisa kurang lebih 30% dari bangunan tradisional yang masih dapat dinikmati keindahannya, selebihnya dalam kondisi yang tidak terawat atau bahkan berubah fungsi dan bentuknya. Perubahan fasad yang terjadi pada beberapa bangunan dapat menjadi atraksi yang menarik bagi pengunjung. Fasad berubah dengan etalase etalase yang dapat mencukupi kebutuhan something to buy atau dapat dimanfaatkan sebagai potensi wisata belanja bagi wisatawan yang didukung dengan adanya Kampung Wisata batik Laweyan dan Pasar Klewer sebagai komplementer. d) Lojen Lojen merupakan ruang sirkulasi penghubung di Kampung Wisata Batik Kauman yang saling terhubung satu dengan lainnya. Menjadi menarik selain karena bentuknya yang berupa loronglorong juga karena deretan bangunan toko batik maupuan bangunan tradisional di kanan dan kiri lojen. Berjalan menyusuri lojen dapat menjadi salah satu potensi atraksi wisata. Atraksi ini kurang didukung oleh aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Berbagai macam penggunan melintas pada ruang jalan sehingga wisatawan akan merasa tidak nyaman melewatinya. Penataan fasad pada bangunan agar lebih menarik dan pengaturan pengguna pada ruang jalan dapat menciptakan atraksi pada lojen. 108

3 e) Aktivitas Budaya Masyarakat Aktivitas membatik dan religi merupakan aktivitas turun temurun yang ada di Kampung Wisata Batik Kauman. Hal ini dapat dikembangkan menjadi potensi living culture bagi wisatawan. Kedua aktivitas ini masih dapat ditemukan dan masih berlangsung hingga saat ini, walaupun kegiatan membatik hanya tersisa 3 toko diantara beberapa yang ada di Kampung Kauman. Posisinya tepat berada di tengah kampung sehingga tidak ada pemerataan potensi Sarana Pendukung Wisata Keberadaan Kauman sebagai kampung Wisata Batik tidak hanya menempatkan Atraksi sebagai daya tarik wisata, tetapi juga harus mendapat dukungan dari sisi akses dan amenitas kawasan. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu ke tempat atau daerah yang sama sekali masih asing bagi wisatawan tersebut, maka ia memerlukan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Pelayanan tersebut melingkupi kemudahan aksesibilitas dan orientasi serta pelengkap atau pelayanan kebutuhan pada kawasan wisata. Secara kemudahan Akses dan kelengkapan Amenitas, pemenuhan kebutuhan di Kampung Wisata Batik Kauman dapat dikatakan kurang mendukung kegiatan atraksi sebagai Kampung Wisata. Diperlukan penambahan fasilitas dan perbaikan dari sisi aksesibilitas. a) Pencapaian ke Kawasan. Mudah dan dapat dicapai dengan beberapa sarana transportasi umum. Terdapat halte bus dan parkir angkot di sekitar kawasan Pencapaian ke kawasan yang mudah tidak diikuti dengan mudah tidaknya kawasan Kampung Wisata Batik Kauman ditemukan. Posisi gerbang dan fasad toko yang tidak mendukung fungsi kawasan menjadi penyebab Kampung Wisata Batik Kauman 109

4 kadang terlewat oleh pengunjung. Pintu gerbang kawasan kurang dapat dikenali dari jalan utama karena tertutup oleh bangunan di kanan-kirinya (tidak legibel). b) Sirkulasi dan Ruang Terbuka di dalam Kawasan Kampung Wisata Batik Kauman Jalur jalan yang saling terhubung di dalam kawasan memudahkan pengunjung bergerak di dalam Kampung Wisata, namun fisik jalur yang berupa gang sempit seringkali membingungkan karena tidak ada penunjuk arah serta tidak nyaman sebagai jalur pedestrian karena kondisi material dan tidak ada vegetasi perindang. Selain itu tidak ada pemisahan antar pengguna jalan mengakibatkan aktivitas lebih didominasi oleh pengguna kendaraan bermotor (orientasi di dalam kawasan tidak jelas). Belum tersedianya ruang terbuka publik sebagai sarana atraksi wisata sekaligus mendukung kegiatan masyarakat, mengakibatkan jalur sirkulasi sebagai satu-satunya ruang terbuka. Selain itu, aktivitas yang terjadi pada ruang jalan kurang mendukung sebagai kawasan wisata. Atraksi yang ada jadi tidak dapat maksimal dinikmati pengunjung. Berbagai pengguna melintas pada ruang jalan. c) Parkir Tersedia di Kampung Wisata Batik Kauman, baik on street maupun off street yang lebih banyak melayani kebutuhan kegiatan perdagangan dan jasa di luar kawasan kampung, seperti Pasar Klewer, pusat perdagangan di sepanjang Jl Dr Radjiman sampai kepada kebutuhan parkir untuk wisata Keraton Surakarta. Kapasitas masih sangat kurang, sebagai sarana pendukung kegiatan wisata, pemenuhan kapasitas parkir sangat dibutuhkan sehingga 110

5 pengunjung tidak perlu membawa kendaraannya masuk ke dalam Kawasan. d) Bangunan Amenitas Kawasan Terdapat beberapa warung makan dan 3 buah homestay di Kawasan Kampung Wisata Batik Kauman. Masih sangat kurang dalam memenuhi kebutuhan pelayanan bagi wisatawan. Perlu ditambahkan beberapa sarana pelengkap lagi agar dapat mendukung atraksi wisata. e) Street Furniture Street Furniture sudah memiliki desain khas sehingga dapat mencirikan karakter Kampung Wisata Batik Kauman. Masalah terdapat pada perletakkan dan penggunaan yang belum maksimal sehingga kurang mendukung fungsi kawasan. Misalnya, pada penempatan kursi bagi pejalan kaki yang lelah. Tidak ditempatkan pada posisi yang pengguna nyaman untuk beristirahat. Tidak adanya peneduh serta banyaknya pengguna yang melintas menjadi salah satu masalah yang harus diselesaikan Arahan Penataan Kampung Wisata Batik Kauman Beberapa potensi dan permasalahan yang ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman dirumuskan sebuah konsep penataan kawasan Kampung Wisata batik Kauman yang tidak hanya mampu menghidupkan kawasan (visitable) tetapi juga harus mampu malayani pengguna dan nyaman untuk dikunjungi (livable dan walkable). Selain itu juga dapat menjadi perkuatan budaya bagi Kota Surakarta. Keterkaitan Kampung Wisata Batik Kauman dengan Masjid Agung dan Keraton, serta keberadaan Pasar Gede dan Kampung Wisata Batik Laweyan membuat Kampung Kauman berpotensi untuk dikembangkan menjadi Kampung Wisata Budaya (Batik dan Religi). 111

6 Gambar 6.1 Konsep Penataan Kampung Wisata Batik Kauman Perencanaan kampung Wisata Batik Kauman harus mampu memanfaatkan warisan budaya sebagai daya tarik wisata sekaligus melakukan perlindungan terhadap warisan budaya. Perencanaan kawasan yang tepat tidak hanya akan menjadi daya tarik wisata, tapi sekaligus dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal dan kualitas budaya di kawasan tersebut Perkuatan Atraksi Wisata Perkuatan atraksi wisata di Kampung Wisata Batik Kauman harus memenuhi kebutuhan Site dan Event Attraction. Potensi fisik dan kegiatan lokal khas di Kampung Wisata Batik Kauman ditawarkan kepada wisatawan. 112

7 1. Perkuatan Kampung Wisata Batik Kauman sebagai Wisata Budaya Dengan memaksimalkan potensi budaya fisik non fisik pada Kampung terkait dengan sejarah dan bangunan terhadap Kota Surakarta. a) Heritage Walk Kampung Wisata Batik Kauman Lojen atau jalur sirkulasi papan catur sebagai salah satu potensi wisata, ditambah keberadaan bangunan tradisional yang masih ada pada kawasan dapat menciptakan sebuah atraksi baru yaitu wisata heritage-religi trail di Kampung Wisata Batik Kauman. Selain itu, potensi budaya di luar kampung juga dapat dimanfaatkan sebagai Jalur penjelajahan situs-situs budaya. Membuat jalur penjelajahan dengan rute : Kampung Wisata Batik Kauman Masjid Agung Mangkunegaran kampung Wisata Batik Laweyan Sriwedari Keraton Kasunanan Surakarta kembali ke Kampung Wisata Batik Kauman. Gambar 6.2 Arahan Jalur Wisata Budaya kampung Kauman terhadap Kota Surakarta Selain ke situs-situs bersejarah di luar kampung, penjelajahan dengan membuat Heritage Trail melihat 113

8 bangunan kuno di Kampung Wisata Batik Kauman sekaligus menikmati petualangan melewati lojen-lojen. Gambar 6.3 Arahan Jalur Wisata Budaya di Dalam Kampung b) Kampung Wisata Batik Kauman sebagai Kampung Galery Ketrampilan membatik (Batik Performing Art) yang dimiliki penduduk dapat dimanfaatkan untuk ditampilkan kepada wisatawan. Atraksi yang biasanya berada di dalam bangunan dan tidak banyak diketahui oleh pengunjung dibuat di tempat yang mudah terlihat, seperti showroom. Atraksi ini dapat disaksikan secara langsung oleh pengunjung ketika masuk ke kawasan. Pengunjung juga dapat langsung mencoba kegiatan ini sebagai bagian dari konsep perencanaan yang something to see dan something to do bagi para wisatawan. Penataan bangunan dengan arahan active building form memperkuat ruang terbuka publik. Fasad bangunan toko 114

9 dengan desain kaca agar memudahkan pengunjung untuk melihat-lihat apa saja yang ditawarkan. Gambar 6.4 Arahan active building form fasad bangunan toko Gambar 6.5 Arahan Jalur Wisata Kampung Galery di Dalam Kampung Wisata Batik Kauman Seperti halnya Heritage trail, wisata Kampung galeri juga menawarkan rute melewati toko-toko batik hingga menuju ke Pasar Gede, Kampung Wisata Batik Laweyan dan Potensi komplementer di sekitar Kampung Wisata Batik Kauman. 115

10 Membuat jalur penjelajahan dengan rute : Kampung Wisata Batik Kauman Pasar Klewer kampung Wisata Batik Laweyan Pasar Triwindu (Ngarsopuro) Pasar Gede kembali ke Kampung Wisata Batik Kauman. Gambar 6.6 Arahan Jalur Wisata Belanja kampung Kauman terhadap Kota Surakarta 2. Perkuatan Masjid sebagai Landmark Kawasan Masjid Agung merupakan pusat orientasi kawasan. Dari sisi sejarah serta bangunan yang masih tradisional, perkuatan Masjid Agung sebagai bagian yang penting bagi Kampung Wisata Batik Kauman sangat diperlukan, agar sejarah tidak terputus. Perlatakkan Gapura yang tepat dan menjadikan Jalan Hasyim Asy ari sebagai Main Entrance kawasan untuk memperkuat Masjid Agung sebagai landmark utama kawasan. Perkuatan landmark sangat penting, selain memudahkan pencapaian ke kawasan juga dapat mempetkuat image/ citra Kampung Wisata Batik Kauman. Main entrance sebaiknya berada di sisi selatan Jalan Slamet Riyadi atau di sisi utara kawasan. Bagian jalan ini masih memiliki jalan yang lebar dan memiliki city walk. Main Entrance berada pada tepi Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Dr. Radjiman. 116

11 Side Entrance berada pada tepi Jalan Yos Sudarso, Jalan Kalimosodo dan Jalan Masjid Agung sebagai penghubung kawasan Kampung dengan wilayah sekitarnya. Meletakkan Gapura pada titik yang memudahkan pencapaian ke kawasan oleh pengunjung. Mempertahankan desain gapura yang telah ada merupakan salah satu bagian dari mempertahankan karakter kawasan. Gambar 6.7 Arahan Main Entrance dan Gapura Kawasan 3. Aktivitas Budaya Masyarakat sebagai Atraksi Wisata Atraksi kegiatan membatik merupakan potensi terkuat yang dimiliki Kampung Wisata Batik Kauman sebagai bagian dari Something to do bagi wisatawan. Bagaimana membuat wisatawan betah tinggal berlama-lama di Kampung Wisata batik Kauman merupakan tantangan yang dimiliki Kampung Wisata Batik Kauman. Lokasi dimana terdapatnya toko dengan atraksi membatiknya cenderung berada di tengah kawasan, tepat pada penempatan gapura. Oleh karena itu, diperlukan magnet-magnet 117

12 baru di beberapa titik kawasan sebagai perkuatan sekaligus penyebar atraksi (tidak mengumpul di tengah). Konsep active building form pada toko batik selain menawarkan batik yang telah jadi, akan lebih menarik apabila proses pembuatannya juga terlihat oleh wisatawan yang melintas. Proses penggambaran batik dengan menggunakan malam dapat dilakukan pada sisi depan toko dan menjadi tontonan bagi pengunjung. Gambar 6.8 Arahan Magnet Baru di Kampung Wisata Batik Kauman 4. Penataan Tata Massa Bangunan Mempertahankan ornamen-ornamen asli khas Kampung Wisata Batik Kauman. Membuat design guidelines bagi kawasan. Fasad bangunan dirancang dengan konsep kaca dengan bentuk yang tetap mengikuti bentuk asal bangunan tradisional agar menghadirkan kontekstualitas dengan bentukan material yang bisa memperkuat bangunan lama, sehingga karakter kawasan dapat terjaga. Karakter khas ini dapat menjadi souvenir dari masa tertentu yang unik bagi pengunjung. 118

13 Penataan tata massa bangunan sebagai pengendalian bangunan-bangunan baru yang muncul agar tidak menenggelamkan atau mereduksi nilai, kualitas serta identitas bangunan-bangunan yang telah menjadi komponen penting bagi sejarah Kampung Wisata Batik Kauman. Mengembangkan massa bangunan berskala manusia dengan mengatur tinggi dan setback bangunan. Deretan komersial retail diatur dengan mempertahankan sempadan yang telah diatur. Tinggi bangunan memperhatikan skala manusia, terutama pada bagian dalam kawasan Kampung Wisata Batik Kauman Penataan Sarana Pendukung Wisata 1. Sirkulasi dan Ruang Terbuka di dalam Kawasan Kampung Wisata Batik Kauman Mempertahankan dan mengembangkan jalur kendaraan tradisional/ lokal non motor seperti andong dan becak dengan memantapkan jalur lambat di sisi utara Jalan Slamet Riyadi dan beberapa ruas jalan di sekitar kawasan. Mempertahankan keberadan Trans-Solo dan kereta Jaladara sebagai transportasi umum masal sebagai fasilitas transportasi menuju ke kawasan. Gambar 6.9 Konsep Sistem Pergerakan 119

14 Memisahkan antara jalur pejalan kaki dengan kendaraan bermotor. Di dalam kawasan, moda transportasi yang diperbolehkan adalah non motorize, seperti becak dan sepeda. Pada Jalur Utama kawasan, seperti Jalan Hasyim Asy ari, Jalan Masjid Agung dan Jalan Trisula dapat dilalui oleh kendaraan tradisional dan pejalan kaki. Untuk ruang jalan lainnya hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki. Masyarakat Lokal Kauman boleh menggunakan kendaraan dengan aturan-aturan tertentu. Seperti, terbatas pada kendaraan roda 2, dan dilarang melewati rute wisatawan. Gambar 6.10 Arahan Jalur Sirkulasi Setiap Jalur pedestrian di desain harus ada pemisahan antar pengguna jalan. Desain jalur pedestrian yang dipisahkan oleh jalur hijau yang ditanami vegetasi pengarah. Jalur pedestrian dibuat berimpit dengan bangunan agar mempermudah pengunjung untuk melihat-lihat. 120

15 Gambar 6.11 Arahan Jalur Pedestrian pada Sirkulasi Utama Kawasan Untuk jalur sirkulasi yang dikhususkan bagi pejalan kaki, arahan penataan sebagai berikut. Gambar 6.12 Arahan Jalur Pedestrian pada Sirkulasi khusus pejalan kaki Tidak adanya open space atau ruang terbuka publik menjadikan jalur pedestrian didesain sebagai salah satu ruang terbuka yang dapat digunakan bagi pengguna beraktivitas. Penciptaan nodes sebagai ruang terbuka publik juga dapat menciptakan ruang bagi sarana beraktivitas bagi pengunjung dan masyarakat sekaligus menjadi orientasi pada kawasan sekaligus dapat menciptakan magnet baru pada kawasan. 121

16 Gambar 6.13 Arahan letak nodes kawasan Nodes ini juga sebagai tempat perpindahan moda, baik dari kendaraan umum ke tradisional maupuan dari tradisional ke pejalan kaki. 2. Parkir Konsep kawasan yang dirubah menjadi jalur pedestrian mewajibkan penyediaaan kantong-kantong parkir. Kantong parkir ada pada sisi timur kawasan, yaitu di depan Masjid Agung dan Pasar Cenderamata. Parkir On Street terdapat pada jalan Slamet Riyadi dan Jalan Dr. Radjiman dan Jalan Yos Sudarso. 122

17 Gambar 6.14 Arahan parkir dan sirkulasi kawasan 3. Amenitas Kawasan Membuat nyaman pengunjung yang datang dengan mendesain jalur pedestrian. Atractive street, menata koridor jalan menjadi bentkan yang atraktif melalui desain pola material jalan yang bervariasi serta penunjang art performing, space dan fasilitas hiburan. Signage sebagai faktor kemudahan dan kenyamanan (keteduhan, kantong istirahat dan pedagang kaki lima). Penambahan elemen vegetasi sebagai pendukung kenyamanan. Bangunan Amenities yang ada sampai saat ini berupa Homestay. Potensi pedagang kaki lima yang ada dapat dimanfaatkan menjadi kulinary area dengan dilakukan penataan. 123

18 Selain itu, diperlukan beberapa tambahan fungsi amenities untuk mendukung fungsi kawasan wisata, seperti toilet umum. Penataan zonasi bangunan penunjang wisata, antara PKL, Homestay, Resto dan fasilitas lainnya terhadap bangunan hunian dan non hunian komersial lainnya agar menciptakan keteraturan tatanan massa bangunan Menambah fasilitas berupa Pusat Informasi Wisata (Tourism Information Center) Sangat diperlukan oleh pengunjung agar dapat dengan mudah mengetahui apa yang dibutuhkan dan tempat mana yang akan dituju. Fasilitas Pelayanan Wisata - Menyediakan layanan bagi pengunjung seperti persewaan sepeda dan layanan pemandu wisata. Pemandu Wisata ini harus orang yang benar-benar mengerti tentang sejarah Kampung Wisata Batik Kauman. Tugasnya adalah memberikan penjelasan kepada wisatawan tentang sejarah dan segala yang berhubungan dengan kampung Wisata Batik Kauman. Pengunjung dipersilahkan melakukan penjelajahan terhadap situs-situs bersejarah. Penjelajahan situs ini tidak hanya di Kampung Kauman tetapi juga pada kawasan bersejarah lainnya, seperti Keraton Surakarta hingga Pasar Gede. 4. Penataan Street Furniture Kawasan Desain street furniture yang ada seperti bangku taman dan lampu yang sudah dengan karakter khas Kauman dipertahankan. Penataan hanya pada perletakkannya saja. Jalur pedestrian dilengkapi dengan street furniture Kursi ditempatkan pada titik lelah orang berjalan pada posisi yang teduh sehingga orang dengan nyaman 124

19 beristirahat. Lebih diutamakan pada bangunan yang memiliki setback dan pada nodes kawasan. Lampu ditempatkan dengan jarak tertentu sebagai penerangan kawasan. Begitu juga dengan peta kawasan Kampung Wisata Batik Kauman, ditempatkan pada nodes dan pada sisi dalam dari pintu gerbang. 125

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Sampul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Intisari... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

6.1 Peruntukkan Kawasan

6.1 Peruntukkan Kawasan 6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data di lapangan dan kuesioner masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Elemen yang menjadi identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN KAMPUNG TRADISIONAL WISATA BATIK KAUMAN SURAKARTA

ARAHAN PENATAAN KAMPUNG TRADISIONAL WISATA BATIK KAUMAN SURAKARTA ARAHAN PENATAAN KAMPUNG TRADISIONAL WISATA BATIK KAUMAN SURAKARTA Desrina Ratriningsih 1 1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta email :desrina@uty.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo adalah kota budaya, kota ini terletak di bagian timur provinsi Jawa Tengah. Kota yang sampai sekarang masih kental dengan budaya yang semakin lama semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melaksanakan pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melaksanakan pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melaksanakan pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah yang dibagi menjadi dua yaitu tugas pembangunan dan tugas umum pemerintah. Tugas pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN V.1 Strategi Karena batasan luas yang besar maka pengembangan kawasan kerajinan gerabah membutuhkan pembagian pengembangan menjadi

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas dan hubungan antara setting fisik dan aktivitas, maka didapatkan beberapa hasil temuan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) LAMPIRAN 115 116 Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) 1. Mesjid Laweyan Cikal bakal budaya dan sejarah laweyan dan Surakarta Sejarah Kerajaan Pajang yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,

Lebih terperinci

Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space)

Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA Diajukan oleh : ARDHANA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa, didapatkan faktor-faktor pembentuk karakter fisik ruang jalan dan kualitas karakter fisik pada Perempatan Ring Road Condong Catur

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil pembahasan kualitas ruang terbuka pubik yang telah dilakukan, antara lain : 1. Hasil pambahasan kualitas fisik dan kualitas non fisik

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya didapat sebuah kesimpulan bahwa kondisi eksisting area sekitar stasiun Tanah Abang bersifat tidak ramah terhadap para pejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Terkait dengan pertanyaan penelitian akan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi walkability menjadi acuan dalam proses menganalisa dan pembahasan,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Manfaat...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi fungsi dan bentuk fisiknya. Kawasan

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi budaya, kota-kota di Indonesia mulai marak dengan munculnya pusat-pusat perbelanjaan modern.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) yang memiliki banyak obyek wisata. Kota Yogyakarta terkenal dengan kebudayaan yang sangat khas

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah, BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam membangun sumber daya diberbagai bidang pembangunan. Peran remaja pada usia produktif sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAN KAWASAN KORIDOR JALAN GATOT SUBROTO SURAKARTA Sebagai kawasan wisata belanja yang bercitra budaya Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap karakteristik setting fisik dan non fisik (aktivitas) di kawasan penelitian

Lebih terperinci

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 KESIMPULAN Sentra Batik Tulis Giriloyo, Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan dan Kulit Manding merupakan beberapa kawasan industri kreatif yang berpotensi dikembangkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penyusunan konsep simbiosis mutualistik untuk penataan PKL Samanhudi erat kaitannya dengan karakter masing-masing pelaku dan konflik kepentingan serta konflik

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta Steven Nio (1), Julia Dewi (1) stevennio93@gmail.com, julia.dewi@uph.edu (1) Arsitektur,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA

IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA 33 IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA Kuncoro Harsono, Yayi Arsandrie, Wisnu Setiawan Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

Smart City Walk dan Taman Sepeda Sebagai Fasilitas Wisata Sepeda di Selokan Mataram DAFTAR ISI

Smart City Walk dan Taman Sepeda Sebagai Fasilitas Wisata Sepeda di Selokan Mataram DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR...vii ABSTRAK... ix DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan 6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan Hasil dalam perubahan kawasan dapat dilihat berdasarkan teori-teori yang digunakan pada perencanaan ini. Dalam hal perancangan kawasan ini menggunakan teori yang sangat

Lebih terperinci

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ruang bersama/ ruang komunal/ ruang publik menyediakan fasilitas bagi masyarakat untuk beraktivitas secara personal maupun berkelompok. Ruang publik dapat berupa ruang

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA RENANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI ILIWUNG, JAKARTA Konsep Rencana Pengembangan Lanskap Ekowisata Dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata diperlukan konsep sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Penelitian terhadap hubungan desain lingkungan fisik dan aktivitas kriminal pada malam hari di Kawasan Kota Lama Semarang menghasilkan beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN INDUSTRI BATIK DI TRUSMI, CIREBON

PENATAAN KAWASAN INDUSTRI BATIK DI TRUSMI, CIREBON LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENATAAN KAWASAN INDUSTRI BATIK DI TRUSMI, CIREBON Diajukan Oleh: LIA LISTIYANI 21020111130061 Dosen pembimbing I Ir. Eddy Hermanto, MSA Dosen

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 204 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Perumusan kesimpulan dibuat dengan tetap mengacu kepada pertanyaan penelitian yang ada untuk dapat memperoleh relefansi pembahasan secara menyeluruh,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA

BAB III TINJAUAN TEMA BAB III TINJAUAN TEMA III.1. Latar Belakang Pemilihan Tema Pembangunan mall khususnya di JABODETABEK saat ini sangat pesat dan jarak antrar mall yang satu dengan mall yang lain begitu dekat. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan Peningkatan kualitas lingkungan (prinsip pembangunan berwawasan lingkungan) Pelayanan Terhadap Masyarakat (perbaikan

Lebih terperinci

Kualitas Walkability pada Koridor Jalan Kayu Aya Seminyak Bali

Kualitas Walkability pada Koridor Jalan Kayu Aya Seminyak Bali Kualitas Walkability pada Koridor Jalan Kayu Aya Seminyak Bali Cynthia Luna Kanadeva dan Jenny Ernawati Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145 Telp.

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru

Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru JURNAL edimensi ARSITEKTUR Vol. II, No. 1 (2014), 316-320 316 Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru Anthony Oetomo dan Ir. St. Kuntjoro Santoso, M.T. Prodi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di

BAB I PENDAHULUAN. Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di Surakarta yang memanjang dari persimpangan Jalan Tentara Pelajar hingga Pusat Pergudangan Pedaringan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA), lima kawasan cagar budaya

BAB I PENDAHULUAN. Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA), lima kawasan cagar budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Kotabaru merupakan Kawasan Cagar Budaya yang ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 2011 melalui Surat Keputusan Gubernur DIY No. 186/KEP/2011 tentang Penetapan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah

Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah Faktor Internal Faktor Eksternal Opportunnity (O) 1. Adanya rencana Bappeko dalam pengembangan Kalimas sebagai kawasan berbasis waterfront city. (O1) 2. Kebijakan

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN TEKNIK: METODE EVALUASI- KRITERIA SELEKSI TAHAP 1 Menggali atau menemukan identitas kawasan di sepanjang koridor Jalan Mastrip berdasarkan aspek kajian identitas kawasan TAHAP

Lebih terperinci