KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2012 Kepala Badan Pusat Statistik RI, Dr. Suryamin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2012 Kepala Badan Pusat Statistik RI, Dr. Suryamin"

Transkripsi

1

2

3 KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan Tahun 2012 ini memuat penjelasan teknis berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data serta penghitungan Angka Ramalan (ARAM) produksi tanaman pangan Data yang dikumpulkan meliputi luas tanaman padi (Daftar SP-PADI), luas tanaman palawija (Daftar SP-PALAWIJA), luas penggunaan lahan (Daftar SP-LAHAN), jumlah alat/mesin dan kelembagaan pertanian (Daftar SP-ALSINTAN TP), masalah perbenihan (Daftar SP-BENIH TP), serta data produktivitas (hasil per hektar) tanaman pangan hasil Survei Ubinan (Daftar SUB-S) Buku Pedoman ini merupakan penyempurnaan Buku Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan yang diterbitkan Tahun 2007, dan diterbitkan berdasarkan kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Kementerian Pertanian Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh jajaran BPS dan Kementerian Pertanian serta para petugas lapangan atas kontribusinya dalam pelaksanaan Pengumpulan Data Tanaman Pangan Selamat bekerja Jakarta, Mei 2012 Kepala Badan Pusat Statistik RI, Dr Suryamin Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012 i

4

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vi I PENDAHULUAN 1 II DATA YANG DIKUMPULKAN 7 III ORGANISASI PENGUMPULAN DATA 12 IV DAFTAR SP Metode Pengumpulan Data SP Daftar SP-LAHAN Daftar SP-ALSINTAN TP Daftar SP-BENIH TP 50 V PRODUKTIVITAS Daftar SUB-P Ubinan dan Cara Pengisian Daftar SUB-DS Daftar SUB-S (UBINAN) 92 VI PELAPORAN Pelaporan Hasil Pengolahan Data Pelaporan Percepatan Bulanan Arus Pelaporan Dokumen 121 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012 iii

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Jenis Daftar yang Digunakan Untuk Pengumpulan Data Tanaman Pangan 9 Tabel 2 Jenis Daftar yang Digunakan Untuk Rekapitulasi dan Pengolahan Data 10 Tabel 3 Jadwal Pelaporan Daftar SP, SUB P, SUB DS dan SUB S 10 Tabel 4 Jadwal Pelaporan Rekapitulasi Daftar Survei Pertanian (SP) 11 iv Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Pola Tanam Campuran 16 Gambar 2 Pola Tanam Campuran 16 Gambar 3 Cara Menentukan Pangkal Sumbu 92 Gambar 4 Cara Menentukan Pangkal Sumbu 92 Gambar 5 Cara Menentukan Pangkal Sumbu 93 Gambar 6 Cara Menentukan Pangkal Sumbu 93 Gambar 7 Cara Menentukan Pangkal Ubinan 98 Gambar 8 Alat Ubinan 102 Gambar 9 Timbangan 103 Gambar 10 Posisi Pen Penunjuk Pada Timbangan 103 Gambar 11 Garis Skala Pada Alat Timbangan 105 Gambar 12 Tripod 106 Gambar 13 Tas 107 Gambar 15 Bagan Arus Pelaporan Daftar SP dan Daftar SUB-S (Ubinan) 122 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012 v

8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran I Tabel Angka Random 123 Lampiran II Gambar Berbagai Jenis Komoditi 125 Lampiran III Gambar Alat dan Mesin Pertanian 126 vi Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

9 BAB I PENDAHULUAN 1 Organisasi pengelola statistik di Indonesia didirikan pada tahun 1864, yaitu berkenaan dengan diadakannya "Afdeling Statistik pada Bureau van de Algemene Sekretarie" Pada waktu sebelumnya kegiatan statistik baru merupakan catatan-catatan dan publikasi-publikasi yang sifatnya insidentil saja 2 Pada tahun 1884, Afdeling Statistik tersebut ditutup dengan alasan penghematan dan pada tanggal 24 September 1924 dibentuk lagi "Central Kantoor voor de Statistiek" (CKS) yang dimasukkan dalam "Departemen Van Landbouw en Nijverheid" 3 Sesudah kemerdekaan, kantor ini dinamakan Biro Pusat Statistik, yang semula secara berturut-turut berada di bawah Kementerian Pertanian, Kementerian Perekonomian, Sekretariat Perdana Menteri, Menteri Riset dan akhirnya di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden 4 Tugas BPS secara keseluruhan dicantumkan dalam Undang-undang No 6 dan 7 Tahun 1960, dimana disamping bertugas melaksanakan perencanaan, pengumpulan, pengolahan dan analisis data statistik, juga diwajibkan melaksanakan koordinasi kegiatan statistik dari segenap instansi pemerintah 5 Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No 16 Tahun 1968 dan Surat Keputusan Kepala BPS No 1833/68/21 SK tanggal 30 September 1968, penyusunan data statistik pertanian tanaman pangan menjadi wewenang Subbagian Tanaman Bahan Makanan, Bagian Statistik Pertanian, Biro II Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

10 (Statistik Rutin) Dengan adanya PP No 2 Tahun 1992 dan Keppres No 6 Tahun 1992, pelaksanaan tugas pengumpulan data statistik pertanian tanaman pangan dan hortikultura di BPS dilakukan oleh Bagian Statistik Tanaman Padi dan Bagian Statistik Tanaman Palawija dan Hortikultura, Biro Pusat Statistik Disamping itu, di BPS ada unit-unit lain yang juga mengumpulkan data yang berkaitan dengan statistik tanaman pangan dan hortikultura, antara lain data ekspor/impor, harga-harga, konsumsi dan nilai tukar petani 6 Sebelum tahun 1970 pengumpulan data statistik pertanian tanaman pangan juga dilakukan oleh Kementerian Pertanian Cara pengumpulan dan pengolahannya berbeda, sehingga hasilnya berbeda 7 Untuk memperbaiki keadaan tersebut, maka Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan No 527/KPTS/OP/11/1970 tanggal 9 Nopember 1970 telah membentuk Tim Kerja Perbaikan Statistik Pertanian yang terdiri dari unsurunsur Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, Badan Pengendali Bimas, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan BPS Tim ini bertugas mengkaji metode lama tentang pengumpulan, penelitian, pelaporan, pengolahan dan publikasi statistik pertanian serta mengusulkan metode baru Saran-saran tim tersebut ditetapkan sebagai bahan dasar pelaksanaan kerjasama pengumpulan, pengolahan dan penyajian data antara Biro Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, baik di pusat maupun tingkat daerah Penetapan tersebut dicantumkan dalam Instruksi Bersama Direktur Jenderal Pertanian Tanaman Pangan dan Kepala BPS nomor SK 47/DDP/XI/1972 tanggal 20 Nopember Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

11 8 Mengingat aparat Dinas Pertanian di daerah adalah aparat Pemerintah Daerah, pelaksanaan sistem pengumpulan dan pelaporan yang baru hasil tim dilengkapi dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1973 tanggal 12 Pebruari 1973 yang ditujukan kepada semua Gubernur Kepala Daerah untuk: a Membantu dan mengawasi kelancaran pelaksanaan sistem pengumpulan data pelaporan baru di bidang statistik pertanian sebagaimana digariskan dalam buku instruksi dan pedoman yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan dan BPS b Agar memerintahkan kepada semua Bupati/Walikota dan Camat untuk : 1) Mengawasi agar buku register kecamatan diisi dengan tertib dan teratur sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Instansi Pusat 2) Mengawasi agar KSK (Mantri Statistik)/KCD (Mantri Tani)/Petugas Kecamatan melakukan pelaporan sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan 3) Menjelaskan kepada tiap-tiap Kepala Desa/Daerah yang setingkat dengan desa beserta juru tulisnya tentang cara-cara menaksir luas tanaman, konsep dan definisi dan cara pengisian register serta jadwal waktu pelaporan KSK/Mantri Statistik maupun KCD/Mantri Tani atau Petugas Kecamatan yang pernah mendapat pelatihan statistik pertanian sistem baru dimanfaatkan untuk memberikan bimbingan teknis kepada Kepala Desa 9 Dalam rangka meningkatkan kerjasama penghitungan produksi pertanian dilengkapi pula dengan Instruksi Menteri Negara Ekonomi, Keuangan dan Industri No IN/05/MENKUIN/1/1973 tanggal 23 Januari 1973, kepada Menteri Pertanian, Menteri Keuangan dan Kepala BPS untuk: Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

12 - Melaksanakan cara penghitungan produksi pertanian yang sama agar diperoleh hasil yang seragam - Mengusahakan cara penghitungan produksi pertanian yang tepat untuk dapat digunakan secara nasional - Menugaskan BPS sebagai koordinator 10 Untuk kelancaran kerjasama antara aparat Kementerian Pertanian dan aparat Biro Pusat Statistik di daerah, telah dikeluarkan instruksi bersama Direktur Jenderal Pertanian Tanaman Pangan dan Kepala BPS 20/DJTP/VI/1975 a No, tanggal 28 Juni 1975 Tentang Pelaksanaan P2/1/11/1975 Perbaikan Statistik Pertanian IHK b No, tanggal 17 Desember 1984 Tentang Keseragaman Metode untuk Memperoleh Kesatuan Angka c No, tanggal 7 Agustus 1987 Tentang Petunjuk IHK Pelaksanaan Peramalan dan Pengolahan Bersama Data Statistik Padi dan Palawija 11 Sejak bulan Januari 1995 telah digunakan buku Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan dan Hortikultura, sebagai penyempurnaan dan perbaikan buku pengumpulan dan pengolahan data nomor dan nomor Setelah tahun 1995 terjadi berbagai perubahan organisasi pengelola data statistik pertanian, seperti tertuang dalam peraturan-peraturan sebagai berikut: a Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik b Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah 4 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

13 c Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah d Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Statistik e Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2000 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 172 Tahun 2000 f Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 234/M Tahun 2000, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 2389/M Tahun 2000 g Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 177 Tahun 2000 Tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen h Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 173 Tahun 2000 i Keputusan Presiden Nomor 178 Tahun 2000 Tentang Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen j Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen k Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/KPTS/OT210/1/2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian l Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/KPTS/OT140/9/2005 Tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

14 m Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 001 Tahun 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik 13 Sehubungan dengan adanya perubahan-perubahan struktur organisasi pengelola data statistik pertanian, serta perubahan formulir yang digunakan dalam pengumpulan data, maka pada tahun 2002 dilakukan penyempurnaan buku pedoman pengumpulan data tanaman pangan dan hortikultura yang mulai digunakan sejak bulan Januari Berdasarkan Surat dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan dengan Nomor 399RC010C1807 tanggal 21 Mei 2007 perihal Penyempurnaan Pedoman Pengumpulan dan Pengolahan Data Tanaman Pangan, maka tahun 2007 diterbitkan buku Pedoman Pengumpulan dan Pengolahan Data Tanaman Pangan yang merupakan pemisahan dan penyempurnaan dari buku Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan dan Hortikultura Buku Pedoman ini berlaku mulai bulan Januari Mengingat adanya perubahan formulir yang digunakan dalam pengumpulan data dan perubahan sampling frame yang dipandang perlu dengan menggunakan sampling frame hasil sensus yang terbaru yaitu Sensus Penduduk 2010, maka pada tahun 2012 diterbitkan buku Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan yang merupakan pemisahan Buku Pedoman Pengumpulan Data dan Pengolahan Tanaman Pangan 2007 Buku ini mulai berlaku bulan Januari Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

15 BAB II DATA YANG DIKUMPULKAN 1 Data yang dikumpulkan melalui laporan Statistik Pertanian (SP) tanaman pangan mencakup luas tanaman padi, luas tanaman palawija, penggunaan lahan, alat/mesin dan kelembagaan pertanian serta perbenihan a Informasi luas tanaman padi yang dikumpulkan meliputi luas panen, tanam dan puso menurut jenis lahan (sawah dan bukan sawah), kelompok varietas hibrida, unggul (non hibrida) dan lokal serta jenis pengairan (irigasi, tadah hujan, rawa pasang surut, dan rawa lebak) b Informasi luas tanaman palawija yang dikumpulkan meliputi luas panen, tanam dan puso menurut jenis lahan (sawah dan bukan sawah) Khusus untuk jagung dan kedelai juga dikumpulkan luas panen muda, serta untuk jagung luas panen untuk hijauan pakan ternak Untuk tanaman jagung, data luas panen, tanam, dan puso tersebut dirinci menurut kelompok varietas hibrida, komposit, dan lokal Sedangkan untuk palawija lainnya (kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, sorgum, gandum, talas, dan ganyong); luas panen, tanam, dan puso yang dikumpulkan merupakan luas total Ditanyakan juga produksi untuk tanaman kacang hijau, sorgum, gandum, talas, dan ganyong c Informasi penggunaan lahan yang dikumpulkan adalah luas baku lahan menurut jenis penggunaan yaitu lahan sawah per jenis pengairan (irigasi, tadah hujan, rawa pasang surut, dan rawa lebak); lahan pertanian bukan sawah (tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, ditanami pohon/hutan rakyat, padang penggembalaan/padang rumput, sementara tidak diusahakan dan lahan pertanian bukan sawah lainnya) serta lahan bukan pertanian (rumah/bangunan/halaman sekitarnya, hutan Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

16 negara, rawa-rawa (tidak ditanami)) dan lahan bukan pertanian lainnya (seperti untuk jalan, pemukiman, perkantoran, sungai, dll) d Informasi tentang alat dan mesin pertanian yang dikumpulkan adalah jumlah alat/mesin dalam kondisi baik/termasuk rusak ringan dan rusak menurut jenis penggunaan (pengolahan lahan, penanaman, pengendalian OPT, pengairan, pemanenan, perontokan/pemipilan, dan lainnya), juga informasi tentang kelembagaan pertanian yang dikumpulkan adalah jumlah usaha pelayanan jasa alsintan, kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi unit desa/koperasi tani, kios sarana produksi pertanian, dan kelompok penangkar benih serta regu pengendali hama e Data perbenihan yang dikumpulkan meliputi informasi penangkaran benih (jumlah penangkar/produsen, luas penangkaran dan produksi benih), peredaran benih (jumlah pengedar dan jumlah benih yang diedarkan), serta informasi tentang penggunaan benih (bersertifikat dan tidak bersertifikat) 2 Informasi pokok yang dikumpulkan melalui Survei Ubinan adalah data produktivitas (hasil per hektar) tanaman padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar Informasi pendukung lainnya yang juga dikumpulkan dalam Survei Ubinan antara lain: 8 a Jenis lahan b Cara penanaman c Jenis kegiatan peningkatan produksi d Jenis varietas benih e Banyaknya benih yang digunakan f Banyaknya pupuk yang digunakan g Informasi cara pengendalian terkena serangan hama/opt h Informasi kualitatif terkait dengan produktivitas Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

17 3 Ruang Lingkup Pengumpulan data Statistik Pertanian (SP) tanaman pangan dan data Produktivitas (Survei Ubinan) mencakup seluruh wilayah Republik Indonesia 4 Periode Pengumpulan Data a Pengumpulan data luas tanaman padi dan luas tanaman palawija dilakukan setiap bulan b Pengumpulan data penggunaan lahan, alat/mesin dan kelembagaan pertanian serta perbenihan dilakukan setiap tahun c Pengumpulan data produktivitas (ubinan) dilakukan sesuai dengan waktu panen petani 5 Jenis Daftar yang Digunakan dan Frekuensi Pengumpulan Data a Daftar yang dipakai untuk pengumpulan data tanaman pangan adalah seperti pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Jenis Daftar yang Digunakan untuk Pengumpulan Data Tanaman Pangan No Jenis Daftar Cakupan Frekuensi Pengumpulan Keterangan 1 SP PADI Kecamatan Bulanan Laporan luas tanaman padi 2 SP PALAWIJA Kecamatan Bulanan Laporan luas tanaman palawija 3 SP LAHAN Kecamatan Tahunan Laporan penggunaan lahan 4 SP ALSINTAN TP Kecamatan Tahunan Laporan alat/mesin dan kelembagaan pertanian tanaman pangan 5 SP BENIH TP Kecamatan Tahunan Laporan perbenihan tanaman pangan 6 SUB-P Blok Sensus Subround Pemutakhiran daftar rumah tangga dan keterangan panen 7 SUB-DS Blok Sensus Subround Daftar sampel rumah tangga 8 SUB-S Plot Ubinan Tergantung panenan Keterangan hasil ubinan Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

18 Pengumpulan data SP dilakukan melalui tahapan pengisian Register Kecamatan, yaitu daftar yang digunakan untuk mengumpulkan data pada tingkat desa/kelurahan Kemudian rekapitulasi kecamatan dari register tersebut dilaporkan dengan Daftar SP b Daftar yang dipakai untuk penyusunan rekapitulasi di tingkat kabupaten/kota dan provinsi seperti pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Jenis Daftar yang Digunakan untuk Rekapitulasi Data No Jenis Daftar Frekuensi Keterangan a Di tingkat Kabupaten/Kota 1) RKSP-PADI, RKSP-PALAWIJA, RKSP-LAHAN, RKSP-ALSINTAN TP dan RKSP-BENIH TP b Di tingkat Provinsi 1) RPSP-PADI, RPSP-PALAWIJA, RPSP-LAHAN, RPSP-ALSINTAN TP dan RPSP-BENIH TP Sesuai dengan masing-masing Daftar SP Sesuai dengan masing-masing Daftar SP Rekap daftar SP dari kabupaten/kota yang mencakup seluruh kecamatan di wilayahnya Rekap Daftar SP dari provinsi yang mencakup seluruh kabupaten/kota di wilayahnya c Jadwal pelaporan dari kecamatan ke kabupaten/kota adalah seperti pada Tabel 3 berikut: Tabel 3 Jadwal Pelaporan Daftar SP, SUB P, dan SUB-S FrekuensiPen gumpulan JenisDaftar Jawa (paling lambat) Luar Jawa (paling lambat) Bulanan SP PADI SP PALAWIJA Tanggal 5 setelah bulan yang bersangkutan berakhir Tanggal 10 setelah bulan bersangkutan berakhir Tahunan SP LAHAN SP ALSINTAN TP SP BENIH TP Tanggal 5 Januari Tanggal 10 Januari Subround Tergantung Panen DAFTAR SUB P DAFTAR SUB DS DAFTAR SUB S Dua minggu sebelum subround berjalan Satu minggu sebelum subround berjalan Untuk bulan yang ada panen, dikirimkan bersamaan dengan waktu pengiriman Daftar SP-PADI dan SP- PALAWIJA Untuk bulan yang tidak ada panen, tidak perlu melaporkan DAFTAR SUB S 10 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

19 d Jadwal pelaporan daftar rekapitulasi dari kabupaten/kota ke provinsi dan dari provinsi ke pusat adalah seperti pada Tabel 4 berikut: Tabel 4 Jadwal Pelaporan Rekapitulasi Daftar Survei Pertanian (SP) Frekuensi Pengumpulan Jenis Daftar Jawa (paling lambat) Luar Jawa (paling lambat) ke provinsi ke pusat *) ke provinsi ke pusat *) Bulanan Rekap SP PADI Rekap SP PALAWIJA Tanggal 10 setelah bulan bersangkutan berakhir Tanggal 20 setelah bulan bersangkutan berakhir Tanggal 15 setelah bulan bersangkutan berakhir Tanggal 20 setelah bulan bersangkutan berakhir Tahunan Rekap SP-LAHAN, Rekap SP-ALSINTAN TP dan Rekap SP-BENIH TP Tanggal 10 Januari Tanggal 20 Januari Tanggal 15 Januari Tanggal 20 Januari Keterangan : *) Khusus Rekap Daftar SP-PADI, SP-PALAWIJA dan SP-LAHAN tidak dikirim ke BPS RI karena pengolahan sudah dilakukan di BPS daerah Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

20 BAB III ORGANISASI PENGUMPULAN DATA 1 Seperti telah diuraikan sebelumnya, semula pengumpulan data statistik tanaman pangan dan hortikultura dilakukan oleh BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura serta Badan Pengendali Bimas secara terpisah Cara ini mengakibatkan tersedianya data produksi padi dan palawija yang berbeda-beda Untuk mengatasi hal ini telah dikeluarkan Instruksi Bersama Direktur Jenderal Pertanian Tanaman Pangan dan Kepala BPS No IHK tanggal 17 Desember 1984 Tentang Keseragaman Metode untuk Memperoleh Kesatuan Angka 2 Data produksi padi/palawija diperoleh dari perkalian data luas panen dan hasil per hektar (produktivitas) Data luas panen diperoleh dari laporan SP dan data produktivitas diperoleh dari hasil survei ubinan a Laporan SP mencakup laporan luas tanaman padi (SP-PADI), luas tanaman palawija (SP-PALAWIJA), laporan penggunaan lahan (SP- LAHAN), alat/mesin dan kelembagaan pertanian (SP-ALSINTAN TP) serta laporan perbenihan (SP-BENIH TP) Pengumpulan data SP dilakukan oleh KCD/Mantri Tani (Mantan) dan dibuat rangkap 4 (arsip KCD, BPS Kabupaten/Kota, Distan Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi) Kelancaran pemasukan dokumen SP dan akurasi isiannya menjadi tanggung jawab Distan Provinsi/Kabupaten/Kota b Data produktivitas hasil ubinan (Daftar SUB-S) dikumpulkan oleh aparat BPS daerah (KSK/Mantri Statistik) untuk ubinan nomor ganjil dan aparat Distan (KCD/Mantri Tani) untuk ubinan nomor genap Laporan hasil ubinan (Daftar SUB-S) dibuat rangkap 2 (BPS 12 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

21 Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi) Kelancaran pemasukan dokumen ubinan (Daftar SUB-S) dan akurasi isiannya menjadi tanggungjawab BPS Provinsi/Kabupaten/Kota Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

22 BAB IV DAFTAR SP 41 Metode Pengumpulan Data SP Pengumpulan data Statistik Pertanian (SP) tanaman pangan dilakukan secara lengkap melalui pendekatan area di seluruh kecamatan Data luas tanaman padi dan palawija diperoleh dengan cara penaksiran sebagai berikut: 1 Mendapatkan data luas panen, tanam dan puso berdasarkan peta luas baku lahan sawah (audit lahan) dengan menggunakan citra satelit 2 Dengan menggunakan sistem blok pengairan Biasanya desa yang sudah mempunyai pengairan teknis, sawah dalam desa tersebut dibagi dalam beberapa blok pengairan, kemudian tanggal penanaman ditentukan untuk setiap blok pengairan Contoh: Sawah desa A mempunyai 3 blok pengairan Volume air yang tersedia dalam desa tersebut bisa mengairi sawah seluas 3 hektar dalam waktu 1 minggu Untuk menggarap sawah blok 1 diperlukan pengairan selama 2 minggu, untuk blok 2 diperlukan pengairan selama 3 minggu dan untuk blok 3 diperlukan pengairan selama 1 minggu Dari informasi di atas bisa diperkirakan luas tanaman yang ada pada sawah desa A secara keseluruhan = 2 x 3 hektar + 3 x 3 hektar + 1 x 3 hektar = 18 hektar 3 Laporan petani kepada Kepala Desa Petani biasanya melaporkan kepada Kepala Kelompok/Kontak Tani lebih dahulu dan Kepala Kelompok/Kontak Tani selanjutnya melaporkan kepada Kepala Desa, tetapi ada juga petani yang langsung 14 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

23 melaporkan kepada Kepala Desa tanpa melalui Kepala Kelompok/Kontak Tani 4 Banyaknya benih yang digunakan Berdasarkan pada banyaknya benih yang digunakan, petugas akan bisa mengetahui luas tanaman Contoh: Untuk satu hektar padi sawah, digunakan benih 30 kg gabah (tergantung pada kebiasaan daerah masing-masing) Apabila jumlah benih yang digunakan pada desa tersebut sebanyak 150 kg gabah, maka perkiraan luas sawah di desa tersebut adalah 150/30 x 1 ha = 5 ha 5 Eye estimate (pandangan mata) berdasarkan luas baku Metode ini dilakukan dengan cara perkiraan berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh pegawai/petugas desa, dengan syarat bahwa luas baku lahan telah diketahui terlebih dahulu dan yang melakukan taksiran sudah berpengalaman Penjelasan: a Tanaman yang diperhitungkan luas tanamnya hanya terbatas pada tanaman yang jarak tanamnya maksimum 3 kali jarak tanam normal Untuk tanaman pekarangan yang memenuhi persyaratan tersebut luas tanamnya tetap dimasukkan dan harus mempunyai peluang untuk terpilih dalam ubinan b Tanaman yang ditanam digalengan apabila hanya ditanam satu baris saja maka tidak dilaporkan c Cara menghitung luas tanaman campuran Dalam menaksir luas tanaman campuran tidak diperkirakan berapa bagian yang ditanami tanaman yang lain, tetapi menurut luas bidang yang ditanami dengan catatan jarak tanamnya maksimum 3 kali jarak tanam normal Bila jarak tanam (jarak melintang membujur) Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

24 lebih dari 3 kali jarak tanam normal, luas tanaman tersebut tidak perlu dilaporkan Contoh: - Sebidang tanah yang luasnya 1 ha ditanami dua jenis tanaman, jagung dan kedelai Jagung ditanam dengan jarak tanam normal, sedangkan kedelai ditanam melebihi 3 kali jarak tanam normal, maka yang dilaporkan adalah luas tanaman jagung seluas 1 ha dan luas tanaman kedelai tidak dilaporkan (lihat Gambar 1) - Sebidang tanah yang luasnya 1 ha ditanami dua jenis tanaman, jagung dan kedelai Kedua tanaman tersebut ditanam dengan jarak tanam kurang dari 3 kali jarak tanam normal, maka yang dilaporkan adalah luas tanaman jagung dan kedelai masing-masing seluas 1 ha (lihat Gambar 2) o x x x o x x x o x x x o o x x x o x x x o x x x o o x x x o x x x o x x x o o x x x o x x x o x x x o o x x x o x x x o x x x o o x x x o x x x o x x x o o x x x o x x x o x x x o o x x x o x x x o x x x o o x o x o x o x o x o x o o x o x o x o x o x o x o o x o x o x o x o x o x o o x o x o x o x o x o x o o x o x o x o x o x o x o o x o x o x o x o x o x o o x o x o x o x o x o x o o x o x o x o x o x o x o Gambar 1 Pola Tanam Campuran Keterangan : x : Tanaman Jagung o : Tanaman Kedelai Gambar 2 Pola Tanam Campuran 6 Sumber informasi lain Sumber informasi lain yang dapat digunakan sebagai dasar atau rujukan dalam memperoleh data luas misalnya Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Petugas Pengawas Benih, dll 16 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

25 42 Konsep dan Definisi Tata Cara Pengisian Daftar A Tata Cara Pembulatan Angka Semua isian dalam daftar SP-PADI, SP-PALAWIJA, SP-LAHAN, SP- ALSINTAN TP, dan SP-BENIH TP adalah dalam bilangan bulat (dibulatkan) dan ditulis dengan pensil hitam Ketentuan dan contoh cara pembulatan adalah sebagai berikut: 1 Semua bilangan di belakang koma yang nilainya kurang dari setengah dibulatkan ke bawah Contoh : 14,490 dibulatkan 14 13,495 dibulatkan 13 17,498 dibulatkan 17 2 Semua bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas Contoh : 12,51 dibulatkan 13 27,515 dibulatkan 28 8,534 dibulatkan 9 3 Semua bilangan di belakang koma yang nilainya sama dengan setengah dan di depannya bilangan genap, maka pembulatannya ke bawah Contoh : 12,50 dibulatkan 12 14,500 dibulatkan 14 18,5 dibulatkan 18 4 Semua bilangan di belakang koma yang sama nilainya sama dengan setengah dan di depannya bilangan ganjil, maka pembulatannya ke atas Contoh : 13,5 dibulatkan 14 15,50 dibulatkan 16 19,50 dibulatkan 20 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

26 B Konsep dan Definisi 1 Daftar SP-PADI dan SP-PALAWIJA a) Lahan Sawah Yang dimaksud dengan lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut Termasuk di sini lahan yang terdaftar di Pajak Hasil Bumi, Iuran Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah, baik yang ditanami padi maupun palawija Berdasarkan pengairannya lahan sawah dibedakan menjadi: 1) Lahan Sawah Irigasi adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringanjaringannya diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat 2) Lahan Sawah Tadah Hujan adalah lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantung pada air hujan, pasang surutnya air sungai/laut dan air rembesan 3) Lahan Sawah Rawa Pasang Surut adalah lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantung pada air hujan, pasang surutnya air sungai/laut 18 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

27 4) Lahan Sawah Rawa Lebak adalah lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantung pada air rembesan b) Lahan Bukan Sawah Lahan bukan sawah adalah semua lahan selain lahan sawah seperti lahan pekarangan, ladang/huma, tegal/kebun, lahan perkebunan, kolam, tambak, danau, rawa, dan lainnya c) Luas tanaman akhir bulan yang lalu adalah luas tanaman pada tanggal terakhir dari bulan laporan yang lalu Besarnya luas ini sama dengan luas tanaman pada awal bulan laporan Di sini luas tanaman benih tidak dimasukkan d) Luas panen adalah luas tanaman yang dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur dan hasilnya paling sedikit 11% dari keadaan normal Khusus untuk jagung dan kedelai, luas tanaman yang dipanen adalah yang bertujuan menghasilkan pipilan kering (jagung) dan biji kering (kedelai) e) Luas panen muda adalah luas tanaman yang dipungut hasilnya dengan tujuan tidak menghasilkan pipilan kering (jagung) atau biji kering (kedelai) Sedangkan khusus untuk tanaman baby corn tidak tercakup dalam pengumpulan data tanaman pangan Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

28 Penjelasan: Tanaman jagung yang dipungut hasilnya waktu masih muda (belum dapat dipipil) yang digunakan untuk sayuran dsb, dimasukkan ke dalam tanaman yang dipanen muda f) Luas Panen untuk Hijauan Pakan Ternak adalah luas tanaman jagung yang dipungut hasilnya dalam bentuk daun, batang dan buah (seluruh bagian tanaman) dengan tujuan digunakan untuk pakan ternak g) Luas Tanam adalah luas tanaman yang betul-betul ditanam (sebagai tanaman baru) pada bulan laporan, baik penanaman yang bersifat normal maupun penanaman yang dilakukan untuk mengganti tanaman yang dibabat/dimusnahkan karena terserang OPT atau sebab-sebab lain h) Luas Puso adalah luas tanaman yang mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh serangan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan), DFI (Dampak Fenomena Iklim) dan/atau oleh sebab lainnya (gempa bumi, dll), sedemikian rupa sehingga hasilnya kurang dari 11 % dari keadaan normal i) Luas Tanaman Akhir Bulan Laporan adalah adanya luas tanaman pada akhir bulan laporan 20 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

29 Data yang dilaporkan dalam Daftar SP-PADI dan SP-PALAWIJA berdasarkan jenis varietas 1) Padi (Daftar SP-PADI) - Padi Hibrida Padi hibrida adalah keturunan pertama (F1) yang dihasilkan dari persilangan antara dua galur atau lebih tetua pembentuknya dan/atau galur/inbrida homozigot Contohnya: Bernas Super, Bernas Prima, Sembada B3, SL 11 SHS Turunan pertama dan seterusnya dari padi hibrida tidak termasuk sebagai padi hibrida - Padi Non hibrida: Padi non hibrida (bukan hibrida) adalah padi yang produksi benihnya dilakukan melalui penyerbukan sendiri atau terjadi secara alami Berdasarkan kelompok varietas, padi non hibrida terdiri dari: a Padi Varietas Unggul (Non Hibrida) adalah varietas yang telah dilepas oleh pemerintah yang mempunyai kelebihan dalam potensi hasil dan/atau sifat-sifatnya Contohnya : Memberamo, Mekongga, Ciherang, IR-64, Inpari, Inpara, Inpago b Padi Varietas Lokal adalah varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani, serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai oleh negara 2) Palawija (Daftar SP-PALAWIJA) - Jagung hibrida adalah keturunan pertama (F1) yang dihasilkan dari persilangan 2 (dua) atau lebih tetua pembentuknya dan/atau Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

30 galur/inbrida homozigot Contohnya: BISI-816, P27, DK 7722, NK 6325, Pertiwi-3, SHS-4 - Jagung Komposit Jagung komposit adalah jagung yang benihnya dilakukan melalui penyerbukan sendiri dan terjadi secara alami Contohnya: Surya, Lagaligo, Sukmaraga, dll - Jagung varietas lokal adalah varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani, serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai oleh negara - Kedelai dirinci menurut kelompok SLPTT dan Non SLPTT Contohnya: Wilis, Grobogan, Kipas Merah - Kacang tanah: beberapa nama daerah untuk kacang tanah adalah kacang suuk, kacang cina, kacang hole, kacang waspada, kacang jebrul, kacang bandung, kacang manggala, kacang kerentil, kacang kerentul - Kacang hijau : kacang herang - Ubi kayu/singkong: beberapa nama daerah untuk ubi kayu adalah hui jendral, boled, hui perancis, ketela pohung, ketela matriks, ketela cangkel, ketela mantri, kaspe, menyok - Ubi jalar/ketela rambat: beberapa nama daerah untuk ubi jalar adalah mantang, hui boled, ketela pendem, ketela jawa - Sorgum/cantel - Gandum - Talas - Ganyong - Umbi lainnya: umbi selain tersebut diatas 22 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

31 Data yang dilaporkan dalam Daftar SP-PADI dan SP-PALAWIJA berdasarkan jenis kegiatan SLPTT dan Non SLPTT - Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT): Merupakan sekolah lapangan bagi petani, dimana petani terlibat secara langsung dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien dan spesifik lokasi, sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan Serta merupakan sarana bagi petani guna mendapatkan pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi Fokus penerapan SLPTT merupakan upaya membina petani agar mampu mengelola sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam melakukan budidaya dilahan usahataninya berdasarkan spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan nasional Namun demikian wilayah diluar SLPTT juga tetap dilakukan pembinaan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat Peningkatan produktivitas diupayakan dengan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Dengan sistem ini diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan untuk empat komoditas tersebut, yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus sebagai tempat tukar-menukar Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

32 informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai kawasan percontohan bagi kawasan lainnya MEKANISME Dalam setiap 25 ha areal SL padi non hibrida/unggul, 10 ha areal Sekolah Lapang (SL) padi hibrida, 15 ha areal SL jagung dan 10 ha areal SL kedelai masing-masing ditempatkan 1 unit Laboratorium Lapangan (LL) dan memperoleh bantuan paket benih Varietas Unggul Baru (VUB) dan pupuk (NPK, Urea, & Organik) serta melakukan pertemuan petani pelaksana SL Area SL hanya mendapat bantuan benih Varietas Unggul Baru (VUB) Untuk menjamin keberhasilan penerapan dilapangan perlu dilakukan pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh penyuluh pertanian, peneliti, POPT, PBT dan Mantri Tani Materi Sekolah Lapang PTT antara lain penerapan manajemen usaha tani yang menyinergikan sarana produksi dan teknologi antara lain pemakaian benih/bibit unggul bermutu, pemupukan berimbang, pengendalian hama terpadu, penggunaan alsintan, pengairan dan halhal lain yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas - Non SLPTT Yang termasuk dalam Non SLPTT yaitu kegiatan diluar SLPTT misalnya: GP3K, P2BN dan yang tanpa bantuan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) merupakan suatu gerakan partisipasi BUMN untuk membantu Program Kementerian Pertanian dalam mendukung penguatan ketahanan pangan, khususnya komoditi padi, kedelai, dan jagung 24 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

33 TUJUAN Tujuan utama gerakan ini adalah untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi petani yaitu kesulitan modal kerja dan produktivitas yang belum optimal MEKANISME 1 Sinergi antara BUMN dengan petani sesuai peran masing-masing 2 Petani menyediakan dan menggarap lahan 3 BUMN menyediakan dana pinjaman untuk keperluan modal kerja, pembelian benih unggul dan sarana produksi (pupuk dan pestisida), serta memberikan pengawalan dan pembinaan pada petani 4 BUMN juga akan bertindak sebagai off-taker pada saat panen 5 Petani membayar kembali pinjaman kepada BUMN pada saat panen PENDANAAN 1 Program Kemitraan yang dikelola oleh BUMN 2 Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) Untuk isian kegiatan SLPTT, perlu koordinasi dengan Dinas Pertanian dimana lokasi desa/kelurahan yang terkena program tersebut A Tata Cara Pengisian Daftar SP-PADI Daftar SP-PADI dibagi menjadi lahan sawah dan lahan bukan sawah yang cara pengisiannya sama Padi di lahan sawah adalah padi yang ditanam di lahan sawah, termasuk: padi gogo rancah, padi pasang surut, padi rawa lebak, padi rembesan dan lain-lain sedangkan padi di lahan bukan sawah adalah padi yang ditanam di lahan bukan Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

34 sawah Yang termasuk padi di lahan bukan sawah ialah padi gogo/ladang/huma Isian dengan bilangan bulat (dibulatkan) dan satuannya adalah hektar Pengisian luas panen, tanam, puso dan tanaman akhir bulan laporan komoditi padi dirinci menurut kelompok varietas, jenis pengairan dahulu, sesudah itu baru dituliskan jumlahnya 1 Pengenalan tempat Isikan pada sudut kiri atas nama provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan, serta cantumkan kode-kode wilayah yang sesuai Pada sudut kanan atas cantumkan nama bulan dan tahun laporan, untuk bulan Juli tuliskan 07 dan tahun 2011 isikan 11 2 Kolom (1) dan (2) Cukup Jelas 3 Kolom (3) dan (8): Tanaman akhir bulan yang lalu Isikan luas tanaman akhir bulan yang lalu untuk padi di lahan sawah pada kolom (3) dan padi di lahan bukan sawah pada kolom (8) Isian kolom (3) disalin dari isian kolom (7) untuk padi di lahan sawah dan kolom (8) disalin dari kolom (12) untuk padi di lahan bukan sawah pada laporan bulan lalu 4 Kolom (4) dan (9): Panen Isikan luas panen dikolom (4) untuk padi lahan sawah dan kolom (9) untuk padi lahan bukan sawah 5 Kolom (5) dan (10): Tanam Isikan luas tanam pada kolom (5) untuk padi lahan sawah dan kolom (10) untuk padi lahan bukan sawah Penanaman baru sebagai pengganti tanaman yang rusak/puso, harus didahului oleh laporan rusak pada bulan ini atau bulan sebelumnya 26 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

35 6 Kolom (6) dan (11): Puso Isikan luas tanaman yang mengalami kerusakan (puso) pada kolom (6) untuk padi lahan sawah dan kolom (11) untuk padi lahan bukan sawah Data Puso diperoleh dari petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) 7 Kolom (7) dan (12): Tanaman akhir bulan laporan Kolom (7) = kolom (3) kolom (4) + kolom (5) kolom (6) Kolom (12) = kolom (8) kolom (9) + kolom (10) kolom (11) Kolom (3) > kolom (4), kolom (7) > 0 Kolom (8) > kolom (9), kolom (12) > 0 Catatan : JUMLAH PADI = 1a + 1b + 1c = 2a + 2b + 2c + 2d Contoh Daftar SP-PADI (lihat pada halaman berikut): Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

36 28 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

37 Tata Cara Pengisian Daftar SP-PALAWIJA Daftar SP-PALAWIJA dibagi untuk lahan sawah dan lahan bukan sawah dengan cara pengisian yang sama Semua isian dalam bilangan bulat (dibulatkan) dan satuan hektar Untuk pengisian luas panen, panen muda (khusus jagung dan kedelai), panen untuk hijauan pakan ternak (khusus jagung), tanam, puso dan tanaman akhir bulan laporan Untuk tanaman jagung dirinci menurut jenis varietas hibrida, komposit, dan lokal, sedangkan tanaman lainnya merupakan jumlah total, sesudah itu baru dituliskan jumlahnya 1 Pengenalan tempat Isikan pada sudut kiri atas nama provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan, serta cantumkan kode-kode wilayah yang sesuai Pada sudut kanan atas cantumkan nama bulan dan tahun laporan, untuk bulan Juli tuliskan 07 dan tahun 2011 isikan 11 2 Kolom (1) dan (2): Cukup Jelas 3 Kolom (3) dan (10): Tanaman akhir bulan yang lalu Isikan luas tanaman akhir bulan yang lalu untuk setiap tanaman palawija pada kolom (3) untuk lahan sawah dan kolom (10) untuk lahan bukan sawah Isian kolom (3) dan kolom (10) disalin dari kolom (9) untuk palawija di lahan sawah dan kolom (16) untuk palawija di lahan bukan sawah laporan bulan lalu 4 Kolom (4) dan (11): Panen Isikan luas tanaman yang dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur (untuk jagung adalah dengan tujuan menghasilkan pipilan kering panen dan untuk kedelai menghasilkan biji kering panen) pada kolom (4) untuk lahan sawah dan kolom (11) untuk lahan bukan sawah Khusus untuk kacang hijau yang dipanen berkali-kali, penghitungan luas panennya (luas panen yang diisikan pada Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

38 kuesioner) adalah luas panen yang dibongkar habis pada bulan laporan Sedangkan tanaman yang dipanen tetapi belum dibongkar habis pada bulan laporan (masih akan dipanen pada bulan-bulan berikutnya), tidak dicatat pada bulan laporan 5 Kolom (5) dan (12): Panen muda Isikan luas tanaman jagung dan kedelai yang dipanen muda, bila ditanam di lahan sawah isikan di kolom (5) dan di lahan bukan sawah di kolom (12) 6 Kolom (6) dan (13): Panen untuk hijauan pakan ternak Isikan pada kolom (6), luas tanaman jagung yang dipanen untuk hijauan pakan ternak di lahan sawah, dan di lahan bukan sawah di kolom (13) 7 Kolom (7) dan (14): Tanam Isikan luas tanaman yang baru ditanam (penanaman baru) pada bulan laporan di kolom (7) untuk lahan sawah dan kolom (14) untuk lahan bukan sawah Penanaman baru sebagai pengganti tanaman yang mengalami kerusakan atau puso dicatat dalam kolom (7) untuk lahan sawah dan kolom (14) untuk lahan bukan sawah Penanaman baru sebagai pengganti tanaman puso, harus didahului oleh laporan kerusakan pada bulan bersangkutan atau bulan sebelumnya 8 Kolom (8) dan (15): Puso Isikan tanaman yang mengalami kerusakan atau puso untuk setiap tanaman palawija di lahan sawah pada kolom (8) dan pada kolom (15) untuk lahan bukan sawah Data Puso diperoleh dari petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan- Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) 30 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

39 9 Kolom (9) dan (16) : Tanaman akhir bulan laporan Kolom (9) = kolom (3) kolom (4) kolom (5) kolom (6) + kolom (7) kolom (8) Kolom (16) = kolom (10) kolom (11) kolom (12) kolom (13)+ kolom (14) kolom (15) 10 Kolom (17) : Produksi di lahan sawah dan lahan bukan sawah Kolom (17) isikan produksi baik di lahan sawah dan lahan bukan sawah untuk komoditi kacang hijau, sorgum/cantel, gandum, talas, dan ganyong Hal ini dikarenakan untuk komoditi tersebut tidak dilakukan ubinan Catatan: Khusus untuk tanaman jagung, rincian 1 = 1a + 1b+1c dan untuk tanaman kedelai, rincian 2 = Contoh Daftar SP-PALAWIJA (lihat pada halaman berikut): Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

40 32 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

41 2 Daftar SP-LAHAN Daftar ini digunakan untuk melaporkan luas lahan menurut penggunaannya yang berada di wilayah administrasi kecamatan termasuk tanah yang diusahakan oleh rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan lain-lain Laporan ini merupakan laporan tahunan yang berisi kondisi akhir tahun dan dilaporkan pada setiap awal tahun berikutnya Data yang diisikan adalah keadaan lahan yang sebenarnya dan bukan berdasarkan status a) Konsep dan Definisi (1) Lahan sawah Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperoleh status lahan tersebut Lahan tersebut termasuk lahan yang terdaftar di Pajak Bumi Bangunan, Iuran Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah, baik yang ditanami padi maupun palawija Lahan sawah terdiri dari: (a) Lahan Sawah Irigasi Lahan sawah irigasi adalah lahan sawah yang sumber air utamanya berasal dari air irigasi Lahan sawah irigasi terdiri dari:teknis,setengahteknis, irigasi sederhana, irigasi desa/non PU, termasuk juga sawah sistem surjan yaitu sawah yang sumber air utamanya berasal dari air Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

42 (b) (c) (d) irigasi atau air reklamasi rawa pasang surut (bukan lebak) dengan sistem tanam pada tabukan dan guludan Lahan Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang sumber air utamanya berasal dari curah hujan Lahan Sawah Rawa Pasang Surut Lahan sawah rawa pasang surut adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut, termasuk juga disini polder yaitu lahan sawah yang terdapat didelta sungai Lahan Sawah Rawa Lebak Lahan sawah rawa lebak adalah lahan sawah yang mempunyai genangan hampir sepanjang tahun, minimal selama tiga bulan dengan ketinggian genangan minimal 50 cm (2) Lahan Pertanian Bukan Sawah Lahan pertanian bukan sawah adalah semua lahan pertanian selain lahan sawah Lahan pertanian bukan sawah terdiri dari: Tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, lahan yang ditanami pohon/hutan rakyat, padang penggembalaan, padang rumput, lahan yang sementara tidak diusahakan dan lahan pertanian bukan sawah lainnya (tambak, kolam, empang) (a) Tegal/Kebun Tegal/Kebun adalah lahan bukan sawah (lahan kering) yang ditanami tanaman semusim atau tahunan dan terpisah dengan 34 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

43 halaman sekitar rumah serta penggunaannya tidak berpindahpindah (b) Ladang/Huma Ladang/Huma adalah lahan bukan sawah (lahan kering) yang biasanya ditanami tanaman musiman dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim, kemudian akan ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi (berpindah-pindah) Kemungkinan lahan ini beberapa tahun kemudian akan dikerjakan kembali jika sudah subur (c) Perkebunan Perkebunan adalah lahan yang ditanami tanaman perkebunan/industri seperti: karet, kelapa, kopi, teh dan sebagainya, baik yang diusahakan oleh rakyat/rumah tangga ataupun perusahaan perkebunan yang berada dalam wilayah kecamatan (d) Lahan yang Ditanami Pohon/Hutan Rakyat Lahan ini meliputi lahan yang ditumbuhi kayu-kayuan/hutan rakyat termasuk bambu, sengon dan angsana, baik yang tumbuh sendiri maupun yang sengaja ditanami misalnya semak-semak dan pohon-pohon yang hasil utamanya kayu Kemungkinan lahan ini juga ditanami tanaman bahan makanan seperti padi atau palawija, tetapi tanaman utamanya adalah bambu/kayukayuan (e) Padang Penggembalaan/Padang Rumput Padang penggembalaan/padang rumput adalah lahan yang khusus digunakan untuk penggembalaan ternak Lahan yang sementara tidak diusahakan (dibiarkan kosong lebih dari satu tahun dan kurang dari dua tahun) tidak dianggap sebagai lahan Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

44 penggembalaan/padang rumput meskipun ada hewan yang digembalakan disana (f) Lahan yang Sementara Tidak Diusahakan Lahan yang sementara tidak diusahakan adalah lahan pertanian bukan sawah yang tidak ditanami apapun lebih dari 1 tahun tetapi 2 tahunlahan sawah yang tidak ditanami apapun > 2 tahun digolongkan menjadi lahan pertanian bukan sawah yang sementara tidak diusahakan (g) Lahan Bukan Sawah Lainnya Adalah lahan bukan sawah selain rincian 2a-2f Misalnya lahan sekitar rumah (pekarangan) yang diusahakan untuk pertanian (3) Lahan Bukan Pertanian Yang termasuk dalam lahan bukan pertanian adalah: rumah, bangunan dan halaman sekitarnya, hutan negara, rawa-rawa (yang tidak ditanami), lahan bukan pertanian lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus dll), termasuk lahan pertanian bukan sawah yang tidak ditanami apapun selama lebih dari 2 tahun (a) Lahan untuk rumah, bangunan dan halaman sekitarnya Lahan yang dipakai untuk rumah/bangunan termasuk halaman sekitar rumah (pekarangan) yang tidak diusahakan untuk pertanian Bila lahan sekitar rumah tersebut tidak jelas batasbatasnya dengan tegal/kebun maka dimasukkan ke dalam lahan tegal/kebun (b) Lahan bukan pertanian lainnya (lain-lain) Yang dimaksud adalah lahan lainnya yang belum termasuk pada perincian di atas, misalnya: (1) Jalan, saluran, lapangan olah raga dan lain-lain 36 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

45 (2) Lahan yang tidak dapat ditanami seperti lahan tandus, berpasir, terjal, dsb (3) Termasuk lahan pertanian bukan sawah yang tidak diusahakan > 2 tahun b) Cara Pengisian Daftar SP-LAHAN Dalam Daftar SP-LAHAN pengisiannya adalah bilangan bulat (dibulatkan) dan satuan luasnya dalam hektar Lahan Sawah: (1) Pengenalan Tempat Pada sudut kiri atas tuliskan nama dan kode provinsi, kabupaten/kota, kecamatan Pada sudut kanan atas tuliskan tahun laporan, untuk tahun 2011 isikan 11 (2) Kolom (1) dan (2): Cukup jelas (3) Kolom (3), (4) dan (5) Kolom (3), (4) dan (5) ini digunakan untuk mencatat realisasi lahan sawah yang ditanami padi selama satu tahun (4) Kolom (6): Lahan sawah yang tidak ditanami padi, tetapi ditanami tanaman lainnya Isikan luas lahan sawah yang ditanami tanaman lain selama setahun (tidak ditanami padi) Bila lahan sawah selama 1 tahun tidak ditanami padi tetapi ditanami palawija atau tanaman semusim lainnya, maka luas lahan sawah tersebut dimasukkan ke dalam kolom (6) (5) Kolom (7): Lahan sawah yang tidak ditanami padi dan tidak ditanami apapun sementara tidak diusahakan Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

46 Isikanlah luas lahan sawah berdasarkan rincian di kolom (3) sampai dengan kolom (6) yang sementara tidak ditanami apapun> 1 tahun dan 2 tahun pada kolom (7) (6) Kolom (8): Jumlah Merupakan jumlah kolom (3) + kolom (4) + kolom (5) + kolom (6) + kolom (7) Lahan Bukan Sawah: 1) Kolom (1) dan (2): Cukup jelas 2) Kolom (3) Isikanlah pada kolom (3) luas lahan pertanian bukan sawah untuk rincian a sampai dengan g Lahan Bukan Pertanian: 1) Kolom (1) dan (2): Cukup jelas 2) Kolom (3): isikanlah pada kolom (3) luas lahan bukan pertanian 38 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

47 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

48 3 Daftar SP-ALSINTAN TP Daftar ini digunakan utnuk melaporkan alat/mesin pertanian dan kelembagaan pertanian yang ada di wilayah administrasi kecamatan Laporan ini merupakan laporan tahunan yang berisi kondisi akhir tahun dan dilaporkan pada setiap awal tahun berikutnya Alat/mesin pertanian yang dicatat adalah alat/mesin pertanian yang digunakan untuk tanaman pangan, tidak termasuk yang ada di toko Untuk alat dan mesin pertanian yang bergerak (dapat dipindahkan) dicatat pada kecamatan domisili pemilik alat tersebut a) Konsep dan Definisi (1) Pengolahan Lahan (a) Traktor roda dua: suatu jenis traktor yang digunakan untuk mengolah lahan atau menarik peralatan yang mempunyai roda sebanyak dua buah (Power Hekker) (b) Traktor roda empat: suatu jenis traktor yang digunakan untuk mengolah lahan atau menarik peralatan yang mempunyai roda sebanyak empat buah (2) Penanaman (a) Alat tanam padi (Transplanter) Suatu alat penanam benih padi yang dapat menanam dua baris atau lebih sekali jalan yang digerakkan oleh tenaga manual (manusia), ternak dan tenaga mekanis (traktor) (b) Alat tanam biji-bijian (Seeder) Suatu alat tanam biji-bijian yang dibuat dari beberapa komponen bahan, yang penggunaannya ditarik oleh tenaga manual, ternak 40 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

49 atau mekanis (traktor) yang dapat menanam dengan dua baris (row) atau lebih (3) Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) (a) Alat penyemprot/sprayer: Contoh: Hand Sprayer, Knapsack Power Sprayer, dan Skid Power Sprayer (b) Swing Fog: alat pengabut pestisida pekat dengan menggunakan poros dan tekanan gas Pemakaiannya biasanya digendong dan perlu bantuan angin (c) Emposan Tikus: alat pengembus untuk mengembus asap beracun ke dalam liang tikus, alat ini digerakkan tenaga motor atau tenaga tangan (d) Pembersih gulma: alat pembersih gulma (penyiang) digunakan untuk menghilangkan gulma baik secara manual atau dengan tenaga motor (4) Pengairan Pompa Air Adalah alat untuk memanfaatkan air dengan memindahkan dari sumber air ke tempat yang membutuhkan air, biasanya ke tempat yang lebih tinggi Berdasarkan prinsip kerja impeler untuk memindahkan air, pompa itu dibedakan atas: pompa axial, sentrifugal dan mixed flow Berdasarkan kegunaannya pompa itu dibedakan sebagai berikut: Submersible pump Deep well pump Berdasarkan ukuran diameter pipa pengeluaran air dibedakan atas 2, 3, 4, 6, atau diameter lainnya Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

50 (5) Pemanenan (a) Sabit bergerigi adalah suatu alat yang digunakan untuk memanen padi atau kedelai Berdasarkan jumlah gerigi pada bilah pisau, dikategorikan menjadi tiga: Gerigi halus : jumlah gerigi lebih dari 16 gerigi dalam satu inci Gerigi sedang : jumlah gerigi antara gerigi dalam satu inci Gerigi kasar : jumlah gerigi lebih kecil dari 14 gerigi dalam satu inci (b) Pemotong padi tipe gunting (Reaper) adalah mesin pemanen yang memotong tanaman padi dan meletakkan hasil pemotongannya di bagian samping arah jalannya mesin dalam bentuk jajaran terlepas Berdasarkan lebar pemotongan, terdapat 3 tipe reaper yaitu reaper 3 row, reaper 4 row, dan reaper 5 row (c) Paddy Mower adalah mesin yang memotong batang padi dan meletakkan hasil potongannya ke bagian samping arah kiri jalannya operator yang pengoperasiannya disandang dibagian pinggang kanan operator (d) Stripper adalah mesin pemanen padi dengan cara menyisir (menyerut) malai padi dan meninggalkan tegakan jerami di lahan Berdasarkan pengoperasiannya, ada dua model stripper yaitu tipe jalan (walking) dan dinaiki (riding) (e) Combine Harvester adalah alat mesin yang digunakan untuk memanen padi, merontokkan gabah dan memisahkan gabah dari kotoran-kotoran yang dilakukan secara berkesinambungan pada 42 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

51 waktu mesin ini bekerja di lapangan Ada dua jenis combine harvester, yaitu: Tipe operator berjalan di belakang Tipe dikendarai (f) Alat pengungkit ubi kayu/ubi jalar (6) Perontokan/Pemipilan (a) Perontok Padi(Thresher) Adalah alat mesin yang digunakan untuk merontokkan butiran padi dari tangkainya Berdasarkan penggeraknya dibedakan sebagai berikut: Pedal thresher (tenaga manusia) Power thresher (motor penggerak) (b) Pemipil jagung (Corn sheller) Adalah alat mesin yang digunakan untuk memipil jagung dari tongkolnya yang dapat digerakkan oleh tenaga manusia (manual) atau motor penggerak (c) Perontok Kedelai (Thresher) Adalah suatu jenis alat mesin yang digunakan untuk melepaskan biji kedelai dari polongnya (d) Perontok Multiguna Adalah alat mesin yang dapat digunakan untuk merontokkan/memipil padi, jagung dan kedelai (7) Pembersihan Pembersih Gabah (Winower) Adalah alat mesin untuk memisahkan gabah dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan seperti potongan jerami, gabah hampa dan Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

52 benda-benda asing, dapat digerakkan oleh tenaga manusia (manual) atau motor penggerak (8) Pengeringan Alat yang digunakan untuk pengeringan biasanya adalah alat mesin yang dapat menurunkan kadar air gabah atau biji-bijian lainnya dengan menggunakan udara yang dipanaskan Yang sering digunakan oleh petani adalah pengering tipe datar (Flat bed dryer) dan pengering tipe vertikal (Continous dryer) a) Flat Bed Dryer adalah mesin pengering tipe datar (berbentuk kotak atau bulat) yang menggunakan penampung gabah atau bijibijian lainnya dan dilengkapi dengan mekanisme penyaluran udara panas yang bersumber dari alat pemanas (burner) b) Continuous Dryer adalah mesin pengering dimana bahan secara kontinyu dalam jumlah dan mekanisme tertentu mengalir dalam ruang pengeringan (9) Penggilingan a) Penggilingan Padi Kecil/Small Rice Mill adalah penggilingan padi dengan kapasitas giling <500 kg gabah per jam b) Penggilingan Padi Menengah/Medium Rice Mill adalah penggilingan padi dengan kapasitas giling antara 500 sampai dengan 1500 kg gabah per jam c) Penggilingan Padi Besar/Large Rice Mill adalah penggilingan padi dengan kapasitas giling >1500 kg gabah per jam 44 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

53 (10) Penyimpanan Penyimpanan hasil tanaman pangan (Silo) Silo adalah penyimpanan hasil pertanian dalam bentuk curah Penyimpanan dalam bentuk curah berarti hasil pertanian disimpan tanpa karung pembungkus dan disimpan secara besar-besaran dalam satu bangunan Biasanya, hasil pertanian yang disimpan dalam bentuk curah adalan hasil pertanian yang berupa biji-bijian (gandum, beras, jagung yang telah dipipil, sorgum, rye, barley, oat, kacangkacangan, kopi, lada, biji bunga matahari, dan sebagainya) (11) Pembuatan Pupuk Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO)/Kompos adalah alat yang digunakan untuk proses pembuatan pupuk organik/kompos yang setidaknya mempunyai bagian: Pencacah/penghancur yaitu alat mesin yang digunakan untuk mencacah/menghancurkan bahan organik menjadi ukuran kecil Pencampur (mixer) yaitu alat mesin yang digunakan untuk mencampur bahan organik yang sudah tercacah dengan bahan lain sesuai kebutuhan (12) Kelembagaan Pertanian (a) Usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) UPJA merupakan suatu lembaga ekonomi pedesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa dalam rangka optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk mendapatkan keuntungan usaha baik dalam maupun di luar kelompok tani/gapoktan Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

54 (b) Kelompok Tani (POKTAN) Kelompok tani adalah kumpulan petani yang mempunyai kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya dalam mengusahakan lahan usaha tani secara bersama pada satu hamparan atau kawasan, yang dikukuhkan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk (c) Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Gabungan kelompok tani adalah gabungan dari 2 atau lebih kelompok tani dan memiliki bidang usaha sejenis dari hulu sampai hilir yang dikukuhkan dengan surat keputusan Bupati/Walikota yang diusulkan oleh Kepala Distan Kabupaten/Kota (d) Koperasi Unit Desa (KUD)/Koperasi Tani KUD adalah organisasi ekonomi yang berwatak sosial dan merupakan wadah bagi berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat (e) Kios Sarana Produksi Pertanian (SAPROTAN) Kios sarana produksi pertanian adalah toko yang menjual sarana produksi pertanian seperti pupuk, benih, pestisida dan alsintan langsung kepada konsumen (tidak termasuk distributor) (f) Kelompok Penangkar Benih Kelompok penangkar benih adalah gabungan 2 atau lebih petani atau kelompok tani yang memiliki fungsi melakukan penangkaran atau perbanyakan benih varietas unggul bersertifikat 46 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

55 (g) Regu Pengendali Hama Regu pengendali hama adalah organisasi yang bergerak di bidang perlindungan tanaman/ pengendalian OPT yang merupakan salah satu seksi dalam kelompok tani yang mempunyai anggota sekitar orang dan mempunyai sarana pengendalian berupa alat pengendalian, pestisida, dan perlengkapan lainnya b) Cara Pengisian Daftar SP-ALSINTAN TP (1) Pengenalan Tempat Pada sudut kiri atas tuliskan nama dan kode provinsi, kabupaten/kota, kecamatan Pada sudut kanan atas tuliskan tahun laporan, untuk tahun 2011 isikan 11 (2) Kolom (1) dan kolom (2): Cukup jelas (3) Kolom (3): Kondisi Baik Isikan alat dan mesin pertanian yang berada dalam kondisi baik termasuk yang rusak ringan yang masih dapat diperbaiki (4) Kolom (4): Rusak berat Isikan pada kolom (4) jumlah alat dan mesin pertanian yang rusak berat pada tahun laporan, yaitu alat dan mesin pertanian yang tidak dapat digunakan lagi (secara ekonomi tidak layak diperbaiki) Alat dan mesin pertanian ini tidak akan dihitung lagi pada periode laporan tahun berikutnya (5) Kolom (5): Jumlah Untuk alsintan (rincian 1 s/d 11) adalah jumlah alat/mesin pertanian yang ada di wilayah kecamatan tersebut, yang kondisi baik maupun Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

56 rusak berat Alat dan mesin yang dicakup dalam pengumpulan data ini adalah alat dan mesin yang digunakan untuk tanaman pangan Kolom (5) = kolom (3) + kolom (4) Untuk kelembagaan pertanian (rincian 12) adalah jumlah kelembagaan pertanian yang melakukan kegiatan (aktif) dalam tahun laporan Lihat contoh Daftar SP-ALSINTAN TP 48 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

57 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

58 4 Daftar SP-BENIH TP Daftar ini digunakan untuk melaporkan penangkaran benih (jumlah penangkar/produsen, luas penangkaran dan produksi), pengedar benih (jumlah pengedar, jumlah benih yang diedarkan) dan jumlah penggunaan benih (bersertifikat dan tidak bersertifikat) Jumlah penangkar/produsen benih dan pengedar benih yang dicatat adalah banyaknya unit usaha kondisi akhir tahun yang ada di wilayah kecamatan Sedangkan luas penangkaran, produksi benih, banyaknya benih yang terjual dan penggunaan benih dicatat selama periode Januari-Desember a) Konsep dan Definisi (1) Penangkar/produsen benih Penangkar/produsen benih adalah perseorangan, badan hukum atau instansi pemerintah/swasta yang melakukan proses produksi benih untuk diedarkan atau diperdagangkan dan mendapat ijin dari Dinas Pertanian kabupaten/kota Yang termasuk ke dalam kriteria penangkar/produsen benih adalah: Produsen benih perseorangan Balai-Balai Benih Tanaman Pangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak dibidang produksi benih Perusahaan swasta yang bergerak dibidang produksi benih (2) Pengedar benih Pengedar benih adalah setiap orang, badan hukum atau instansi pemerintah/swasta yang melakukan kegiatan atau serangkaian 50 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

59 kegiatan dalam rangka menyalurkan benih kepada masyarakat baik untuk maupun tidak diperdagangkan mengedarkan benih (3) Benih bersertifikat Benih bersertifikat adalah benih yang proses produksinya melalui sistem sertifikasi benih, sertifikasi sistem manajemen mutu dan/atau sertifikasi produk Sertifikasi benih yaitu sistem produksi benih yang mendapat pemeriksaan lapangan dan pengujian secara laboratoris oleh instansi yang berwenang serta memenuhi persyaratan standar yang ditentukan (4) Benih tidak bersertifikat Benih tidak bersertifikat adalah benih yang proses produksinya tidak melalui sistem sertifikasi (5) Benih Hibrida Benih Hibridaadalah benih yang merupakan turunan pertama yang dihasilkan dari persilangan dua galur induk atau lebih dimana sifatsifat individunya heterozygote dan homogen (6) Benih Unggul (Non Hibrida) Benih unggul (selain tanaman jagung) adalah benih yang memiliki keunggulan produksi dan mutu hasil, tanggap terhadap pemupukan, toleran terhadap hama dan penyakit utama, umur genjah, tahan terhadap kerebahan dan tahan terhadap pengaruh buruk/cekaman lingkungan Benih non hibrida adalah varietas benih yang produksi benihnya dilakukan melalui penyerbukan sendiri dan terjadi secara alami Benih non hibrida terdiri dari: Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

60 (7) Benih Komposit (khusus tanaman jagung) Benih komposit adalah benih yang merupakan hasil persilangan dari campuran beberapa varietasturunan pertama dan seterusnya dari jagung hibrida termasuk dalam jagung komposit (8) Benih Lokal Benih lokal adalah benih yang merupakan hasil pertanaman spesifik lokasi b) Cara Pengisian Daftar SP-BENIH TP Untuk informasi penangkaran/peredaran benih menggunakan pendekatan domisili unit usaha Sedangkan informasi penggunaan benih menggunakan pendekatan area (1) Pengenalan Tempat Pada sudut kiri atas tuliskan nama dan kode provinsi, kabupaten/kota, kecamatan Pada sudut kanan atas tuliskan tahun laporan, untuk tahun 2011 isikan 11 (2) Kolom (1) dan (2): cukup jelas (3) Kolom (3): Jumlah Penangkar/Produsen yang telah mendapat ijin dari Dinas Pertanian Kab/Kota kondisi akhir tahun Isikan jumlah penangkar/produsen benih, seperti Balai Benih, BUMN, BUMD atau swasta yang telah mendapat ijin dari Dinas Pertanian kab/kota Jumlah penangkar/produsen benih yang ada di kecamatan bersangkutan adalah yang berusaha di bidang produksi benih padi atau palawija Catatan: Jika memproduksi benih lebih dari satu jenis tanaman, maka dicatat untuk setiap jenis tanaman 52 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

61 (4) Kolom (4): Luas Tanam Penangkaran Selama Setahun Isikan luas tanam penangkaran benih yang dilakukan oleh produsen tersebut selama setahun yaitu luas tanam benih pada periode Januari-Desember, tanpa memandang dimana lokasi usaha berada Isikan dalam satuan hektar (5) Kolom (5): Luas Panen Penangkaran Selama Setahun Isikan luas panen penangkaran benih yang dilakukan oleh produsen tersebut selama setahun yaitu luas panen benih pada periode Januari- Desember, tanpa memandang dimana lokasi usaha berada Isikan dalam satuan hektar (6) Kolom (6): Produksi Selama Setahun Isikan produksi benih yang dihasilkan, selama setahun dari luas panen penangkaran di kolom (5) Untuk benih padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan sorgum adalah satuan kilogram Sedangkan untuk benih ubi kayu dan ubi jalar dalam satuan stek (7) Kolom (7): Jumlah Pengedar Benih yang Terdaftar di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Kondisi Akhir Tahun Isikan jumlah pengedar benih yang ada di kecamatan yang bersangkutan dan berusaha di bidang pemasaran/penyaluran benih dan terdaftar di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota pada kondisi akhir tahun Catatan: Jika menjual benih lebih dari satu jenis tanaman, maka dihitung pada masing-masing jenis tanaman (8) Kolom (8): Jumlah Benih yang Diedarkan Selama Setahun Isikan jumlah benih yang diedarkan oleh seluruh pengedar di kolom enam (7) dalam periode laporan tanpa memandang dimana lokasi usaha berada Untuk benih padi, jagung, kedelai, kacang tanah, Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

62 kacang hijau dan sorgum adalah satuan kilogram Sedangkan untuk benih ubi kayu dan ubi jalar dalam satuan stek (9) Kolom (9): Jumlah Penggunaan Benih yang Bersertifikat Selama Setahun Isikan jumlah penggunaan benih bersertifikat selama setahun yang digunakan oleh petani di kecamatan bersangkutan Informasi ini dapat diperoleh dari Kelompok Tani atau PPL/Petugas Pengawas BenihUntuk benih padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan sorgum adalah satuan kilogram Sedangkan untuk benih ubi kayu dan ubi jalar dalam satuan stek (10) Kolom (10): Jumlah Penggunaan Benih yang Tidak Bersertifikat Selama Setahun Isikan jumlah penggunaan benih tidak bersertifikat selama setahun yang digunakan petani di kecamatan yang bersangkutan Untuk benih padi, jagung, kedelai, kacang tanah dalam satuan ton, untuk kacang hijau, sorgum, dan gandum dalam satuan kilogram Sedangkan untuk benih ubi kayu dalam satuan umbi dan stek, kemudian untuk ubi jalar, talas, dan ganyong dalam satuan umbi Lihat contoh daftar SP-BENIH TP 54 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

63 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

64 BAB V PRODUKTIVITAS Pengumpulan Data Produktivitas Pengumpulan data produktivitas tanaman pangan (padi dan palawija) dilakukan secara sampel melalui survei ubinan dengan pendekatan rumah tangga Tanaman padi meliputi padi sawah dan padi ladang, sedangkan tanaman palawija meliputi jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar Metode pengumpulan data produktivitas tanaman pangan menerapkan metode pengukuran langsung pada plot ubinan terpilih dan metode wawancara dengan petani sampel untuk karakteristik-karakteristik yang berkaitan dengan produktivitas seperti penggunaan pupuk, benih, pengairan, pestisida, cara penanaman dan sebagainya Survei Ubinan dilakukan setiap tahun secara rutin Pelaksanaan ubinan dilakukan dalam tiga periode; yaitu subround I (periode Januari-April), subround II (periode Mei-Agustus) dan subround III (periode September- Desember) Pemutakhiran rumah tangga dan pendaftaran petak di setiap bidang lahan untuk suatu subround dilakukan pada bulan terakhir subround sebelumnya Unit pencacahan Survei Ubinan adalah rumah tangga usaha tanaman pangan yang melakukan panen pada subround tertentu Mengingat selama ini sampling frame disusun berdasarkan ST03, maka dipandang perlu untuk menggantinya dengan sampling frame SP 2010 dan sekaligus memanfaatkan hasil SP 2010 untuk memutakhirkan daftar rumah tangga Pemanfaatan hasil SP 2010 dalam pemutakhiran rumah tangga ditujukan untuk memudahkan pendaftaran/listing petani yang melakukan panen pada subround tertentu dan menghindari salah lokasi listing 56 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

65 Metodologi Produktivitas a Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan dalam Survei Ubinan 2012 ada 3 jenis, yaitu kerangka sampel untuk pemilihan desa/kelurahan, kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus, dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga Kerangka sampel desa/kelurahan adalah daftar kode dan nama desa/kelurahan yang dilengkapi dengan informasi luas baku lahan sawah (hasil audit lahan/kementerian Pertanian untuk wilayah Pulau Jawa, dan luas lahan sawah hasil PODES 2008 untuk wilayah luar Pulau Jawa) Desa/kelurahan dalam kerangka sampel distratifikasi terlebih dahulu menurut luas baku lahan sawah dan jumlah petani tanaman pangan Kerangka sampel blok sensus adalah daftar blok sensus hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010) yang dilengkapi dengan informasi jumlah petani tanaman pangan dari Daftar SP2010-C1 Rincian 217 (lapangan usaha atau bidang pekerjaan utama) yang berisi kode 01 (pertanian tanaman padi dan palawija) dan Rincian 218 (status atau kedudukan dalam pekerjaan utama) berkode 1,2, atau 3 (yaitu status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap atau buruh tidak dibayar, berusaha dibantu buruh tetap atau buruh dibayar) Kerangka sampel rumah tangga adalah daftar nama kepala rumah tangga hasil pemutakhiran rumah tangga yang dilengkapi dengan informasi perkiraan bulan panen untuk masing-masing jenis tanaman (padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar) Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

66 b Stratifikasi Desa Stratifikasi desa dalam kabupaten dilakukan agar pengambilan sampel dapat menyebar pada semua komposisi menurut luas baku lahan sawah dan jumlah petani tanaman pangan Stratifikasi desa dilakukan di level kabupaten/kota Untuk memperoleh stratifikasi desa/kelurahan, terlebih dahulu dilakukan pengelompokan setiap desa/kelurahan menurut 2 variabel yaitu luas baku lahan sawah (X) dan jumlah petani tanaman pangan (Y) Pengelompokan desa/kelurahan menurut luas baku lahan sawah (X) dilakukan sebagai berikut: Kelompok Kriteria luas baku lahan sawah (X) X sd X X sd Li X sd 2 1 Li X sd X 2 X i X 3 X Pengelompokan desa/kelurahan menurut jumlah petani tanaman pangan (Y) dilakukan sebagai berikut: Kelompok Kriteria jumlah petani tanaman pangan (Y) Y sd Y Y sd Li Y sd 2 1 Li Y sdy 2 Y i Y 3 Y Selanjutnya berdasarkan pengelompokan desa/kelurahan menurut kedua variabel tersebut diatas dapat diperoleh maksimun 9 strata desa/kelurahan, yaitu: 58 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

67 Desa/kelurahan yang memenuhi kelompok pada Strata kriteria jumlah kriteria luas baku petani tanaman lahan sawah (X) pangan (Y) (1) (2) (3) c Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang diterapkan dalam Survei Ubinan adalah metode pengambilan sampel multi-stage sampling design Tahap pertama, dari kerangka sampel desa, dipilih sejumlah desa secara Probability Proportional to Size (PPS) dengan size petani tanaman pangan Tahap kedua, dari setiap desa/kelurahan terpilih, dipilih 1 (satu) blok sensus secara PPS dengan size jumlah petani tanaman pangan Pada setiap blok sensus terpilih dilakukan pemutakhiran rumah tangga Khusus untuk strata yang jumlah sampel blok sensusnya lebih dari jumlah sampel desa dalam strata, maka beberapa desa terpilih yang memiliki luas baku lahan terbesar harus dibuat subdesa (dalam frame) terlebih dahulu, selanjutnya setiap desa/subdesa tersebut tetap dipilih 1 blok sensus Tahap ketiga, dari hasil pemutakhiran rumah tangga, dipilih rumah tangga yang akan panen pada subround tertentu secara sistematik Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

68 Tahap keempat, dari setiap petani terpilih, dipilih satu petak secara acak untuk dilakukan ubinan Tahap kelima, pada petak terpilih, dipilih satu plot (berukuran 2,5 2,5 m 2 ) untuk dilakukan ubinan 1) Pembentukan Subdesa Pembentukan subdesa dalam frame untuk pengambilan sampel Tahap II (blok sensus) hanya dilakukan bila jumlah sampel blok sensus dalam suatu strata lebih dari jumlah sampel desanya Banyaknya subdesa yang harus dibentuk pada suatu desa strata tertentu, tergantung dari banyaknya sampel blok sensus pada strata tersebut Subdesa dibentuk dengan membagi populasi blok sensus dalam desa tersebut menjadi beberapa bagian menurut nomor urut blok sensusnya Desa yang dilakukan pembentukan subdesa adalah desa yang memiliki luas baku lahan sawah yang terluas pada strata tersebut Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh sebagai berikut: Tabel 1 Alokasi Sampel Desa dan Blok Sensus Kabupaten [03] Purbalingga, Provinsi [33] Jawa Tengah Strata Banyaknya desa Alokasi sampel Desa Alokasi sampel BS (1) (2) (3) (4) Total Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

69 Berdasarkan tabel di atas, maka untuk desa-desa yang terpilih pada strata 8 dan 9 harus dilakukan pembentukan subdesa karena banyaknya sampel desa kurang dari banyaknya sampel blok sensus Contoh 1: pembentukan subdesa Misalnya Desa 002 yang terdapat pada strata 8 memiliki 25 blok sensus Pembentukan subdesa pada Desa 002 dilakukan sebagai berikut: nomor blok sensus 001B, 002B,, 012B dimasukkan ke subdesa 1 dan nomor blok sensus 013B,,025B dimasukkan ke subdesa 2 Selanjutnya pada masing-masing subdesa tersebut dipilih 1 blok sensus 2) Alokasi dan Penarikan Sampel Blok Sensus Alokasi sampel blok sensus dilakukan per kabupaten per subround, sedangkan alokasi sampel blok sensus dalam setiap strata tidak dibedakan menurut subround-nya Oleh karena itu, pengambilan sampel blok sensus untuk setiap subround dalam satu kabupaten dilakukan secara sistematik dengan terlebih dahulu mengurutkan blok sensus yang telah terpilih menurut desa dan strata desanya Contoh 2: pengambilan sampel blok sensus Target sampel blok sensus di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah sebanyak 145 blok sensus, dengan rincian per subround sebagai berikut: 61 blok sensus untuk subround I, 51 blok sensus untuk subround II dan 33 blok sensus untuk subround III Pengambilan sampel blok sensus untuk setiap subround dilakukan secara sistematik dengan terlebih dahulu mengurutkan blok sensus dalam satu kabupaten menurut strata desa Dengan demikian, maka target sampel blok sensus per strata akan terpenuhi Ilustrasi: Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

70 Strata Kode Desa (dalam No blok sensus kabupaten/kota) B 002B B 002B B 002B dst B 002B d Estimasi Tahap Tabel 2 Sampling Scheme Survei Ubinan 2012 Unit Jumlah Populasi Sampel Metode Peluang Fraksi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Mhi nh Mhi 1 Desa N h n h pps Mh0 Mh0 M M 2 3 Blok sensus Rumah Tangga B hi 1 pps M hij m hij sistematik 4 Petak P hijk 1 acak M hij hi 0 M hij dengan: N h : Banyaknya populasi desa pada strata h (h=1, 2,, 9); n h : Banyaknya sampel desa pada strata h; 1 1 P hijk M m hij hi 0 hij M hij 1 P hijk 62 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

71 M : Banyaknya petani tanaman pangan di desa i pada strata h; : Banyaknya petani tanaman pangan dari seluruh desa pada strata h hi M h0 N h M h M hi i 1 0 ; B hi : Banyaknya populasi blok sensus di desa i pada strata h; M hij : Banyaknya petani tanaman pangan di blok sensus j, desa i, pada strata h; : Banyaknya petani tanaman pangan dari seluruh blok sensus di M hi0 M hij m hij P hijk desa i, pada strata h, B hi M hi M hij j 1 0 ; : Banyaknya rumah tangga hasil pemutakhiran yang akan panen pada subround tertentu di blok sensus j, desa i, pada strata h; : Banyaknya sampel rumah tangga di blok sensus j, desa i, pada strata h; : Banyaknya petak di rumah tangga k, blok sensus j, desa i, pada strata h; Misalkan y menyatakan nilai karakteristik Y, dan x menyatakan nilai karakteristik X Estimasi rasio Y terhadap X dapat dihitung dengan rumus: dengan: 9 Yˆ Rˆ Xˆ, Y ˆ w h y h, merupakan nilai estimasi total karakteristik Y ; h 9 X ˆ w h x h, merupakan nilai estimasi total karakteristik X; w h h M n M h h0 hi M M hi0 hij M m hij hij sensus j, desa i, strata h P hijk Varians rasio dapat dihitung dengan rumus: V, merupakan penimbang rumah tangga k, blok 9 R ˆ 1 v y Rˆ 2 ˆ v xˆ 2Rˆcov xˆ, yˆ h 1 xˆ 2 h, Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

72 dengan: : fraksi pemilihan sampel tahap pertama, f h s yh yh yh, n 1 h h s xh xh xh n 1 h h e Alokasi Sampel Desa dan Blok Sensus Alokasi sampel desa/blok sensus per kabupaten/kota untuk masing-masing subround di setiap provinsi dilakukan secara proporsional terhadap besarnya luas panen tahun 2010 Alokasi ini dilakukan di BPS RI dengan: n k K p k k 1 p k n, n k : jumlah sampel desa/blok sensus di kabupaten k, p k : luas panen tahun 2010 di kabupaten k, n : target sampel desa/blok sensus di provinsi Selanjutnya target sampel desa/blok sensus dialokasikan ke setiap strata dalam satu kabupaten secara proporsional terhadap luas baku lahan sawah f Alokasi Sampel Plot Ubinan Menurut Jenis Tanaman Alokasi sampel plot ubinan menurut jenis tanaman pangan per kabupaten/kota dilakukan di BPS RI dan dilakukan untuk masing-masing subround secara proporsional terhadap besar luas panen tahun 2010 Alokasi sampel ubinan per blok sensus untuk setiap jenis tanaman menjadi tanggung jawab pengawas atau petugas BPS Kabupaten/Kota Alokasi sampel ubinan menurut jenis tanaman: 1) Padi Sawah dan Jagung: secara proporsional terhadap jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran yang melakukan panen pada subround 64 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

73 yang bersangkutan pada blok sensus terpilih menurut jenis varietas (hibrida dan non hibrida) dan kegiatan (SLPTT dan Non SLPTT) 2) Padi Ladang dan Kedelai: secara proporsional terhadap jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran yang melakukan panen pada subround yang bersangkutan pada blok sensus terpilih menurut kegiatan (SLPTT dan Non SLPTT) 3) Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar: secara proporsional terhadap jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran yang melakukan panen pada subround yang bersangkutan pada blok sensus terpilih Proses alokasi sampel plot ubinan menurut jenis tanaman diuraikan sebagai berikut: 1) Berdasarkan hasil pemutakhiran rumah tangga di seluruh blok sensus dengan menggunakan SUB-P, BPS Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi jumlah rumah tangga per jenis tanaman pada subround yang bersangkutan dengan formula sebagai berikut: dengan: N j j i k k N j N ij, i 1 : jumlah rumah tangga tani hasil pemutakhiran untuk tanaman ke-j dari seluruh blok sensus terpilih dalam satu kabupaten/kota pada subround tertentu, : jenis tanaman pangan, (j = 1,2,3,4,5,6,7,8), : blok sensus ( i = 1,2,3, k), : banyaknya blok sensus terpilih dalam satu kabupaten/kota Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan ilustrasi sebagai berikut: Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

74 Tabel 3 Jumlah Rumah Tangga Tani per Jenis Tanaman di Suatu Kabupaten/Kota pada Subround yang Bersangkutan Hasil Pemutakhiran Rumah Tangga No Kabupaten/kota: NKS Padi Sawah Padi Ladang Jumlah Rumah Tangga per Jenis Tanaman (j) Jagung Kedelai Kacang Tanah Subround : Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) i k N 11 N 21 N 31 N i1 N k1 N 12 N 22 N 32 N i2 N k2 N 13 N 23 N 33 N k3 N 14 N 24 N 34 N k4 N 15 N 25 N 35 N ij N k5 N 16 N 26 N 36 N k6 N 17 N 27 N 37 N k7 N 18 N 28 N 38 N k8 Jml dengan: N 1 N 2 N 3 N 4 N 5 N 6 N 7 N 8 N 1 N 2 N 3 N 4 N 5 N 6 N 7 N 8 : jumlah seluruh rumah tangga hasil pemutakhiran yang bertani padi sawah dalam satu kabupaten/kota, : jumlah seluruh rumah tangga hasil pemutakhiran yang bertani padi ladang dalam satu kabupaten/kota, : jumlah seluruh rumah tangga hasil pemutakhiran yang bertani jagung dalam satu kabupaten/kota, : jumlah seluruh rumah tangga hasil pemutakhiran yang bertani kedelai dalam satu kabupaten/kota, : jumlah seluruh rumah tangga hasil pemutakhiran yang bertani kacang tanah dalam satu kabupaten/kota, : jumlah seluruh rumah tangga hasil pemutakhiran yang bertani kacang hijau dalam satu kabupaten/kota, : jumlah seluruh rumah tangga hasil pemutakhiran yang bertani ubi kayu dalam satu kabupaten/kota, : jumlah seluruh rumah tangga hasil pemutakhiran yang bertani ubi jalar dalam satu kabupaten/kota 2) Target sampel ubinan menurut jenis tanaman pada suatu subround yang diperoleh dari BPS RI untuk satu kabupaten/kota (n j ) dialokasikan ke setiap blok sensus secara proporsional terhadap jumlah rumah tangga tani per jenis 66 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

75 tanaman hasil listing pada masing-masing blok sensus (N ij ) dengan rumus sebagai berikut: sehingga n k j n ij i 1 N ij n ij n j N j dengan: N ij : jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran yang bertani tanaman j pada blok sensus ke-i, N j : jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran yang bertani tanaman j dari seluruh blok sensus dalam satu kabupaten/kota, n ij : jumlah sampel ubinan tanaman j pada blok sensus ke-i, n j : target sampel ubinan tanaman j dalam satu kabupaten/kota Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4 Alokasi Sampel Ubinan Menurut NKS dan Jenis Tanaman Kabupaten/kota : Subround : No NKS Padi Sawah Padi Ladang Alokasi Sampel Rumah Tangga per Jenis Tanaman (j) Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) i k n 11 n 21 n 31 n i1 n k1 n 12 n 22 n 32 n i2 n k2 n 13 n 23 n 33 n k3 n 14 n 24 n 34 n k4 n 15 n 25 n 35 n k5 n 16 n 26 n 36 n ij n k6 n 17 n 27 n 37 n k7 n 18 n 28 n 38 n k8 Jml n 1 n 2 n 3 n 4 n 5 n 6 n 7 n 8 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

76 Dari tabel di atas terlihat alokasi sampel ubinan padi sawah pada setiap blok sensus berturut-turut adalah n 11, n 21,,n k1 sehingga n 11 + n n k1 = n 1 N11 N21 N31 dengan: n11 n 1, n21 n 1, n31 n 1, dst N N N 1 3) Selanjutnya hasil alokasi sampel ubinan per jenis tanaman per blok sensus diserahkan kepada Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) sebagai bahan pemilihan petak ubinan pada setiap blok sensus untuk subround yang bersangkutan Contoh 3: alokasi sampel ubinan per jenis tanaman dan per blok sensus Hasil pemutakhiran rumah tangga di 10 blok sensus di Kabupaten Banyumas pada subround Januari-April 2012 seperti berikut ini: Tabel 4 Jumlah Rumah Tangga Menurut NKS dan per Jenis Tanaman Hasil Pemutakhiran Rumah Tangga 1 1 Provinsi : Jawa Tengah Kabupaten : Banyumas Subround : Januari-April NKS Padi Sawah Jumlah Rumah Tangga per Jenis Tanaman (j) Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jumlah (N j ) Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

77 Berdasarkan data hasil pemutakhiran rumah tangga pada tabel di atas, target sampel ubinan menurut jenis tanaman pada Kabupaten Banyumas subround Mei-Agustus 2012 dialokasikan secara proporsional ke setiap blok sensus (BS) terpilih seperti berikut: Tabel 5 Hasil Alokasi Sampel Rumah Tangga Tani per Jenis Tanaman per Blok Sensus Provinsi : Jawa Tengah Kabupaten : Banyumas Subround : Januari-April 2012 Jumlah sampel rumah tangga per jenis tanaman (j) NKS Padi Padi Sawah Ladang Jagung Kedelai Kacang Kacang Ubi Ubi Tanah Hijau Kayu Jalar (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jumlah (n j ) g Pengambilan Sampel Rumah Tangga Pengambilan sampel rumah tangga tani menurut jenis tanaman di setiap blok sensus pada suatu subround dilakukan oleh KSK Pengambilan sampel tersebut dilakukan segera setelah menerima target sampel ubinan per jenis tanaman untuk setiap blok sensus dari BPS Kabupaten/Kota Tahapan pengambilan sampel rumah tangga tani pada setiap blok sensus sampel sebagai berikut: Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

78 1 Berikanlah nomor urut di samping nama bulan pada masing-masing kolom 9 sd 28 Pemberian nomor urut dilakukan untuk kolom dengan nomor yang sama terlebih dahulu mulai dari halaman pertama hingga terakhir, kemudian dilanjutkan pada kolom berikutnya di halaman pertama untuk jenis tanaman yang sama Pemberian nomor urut dimulai dari 1 (satu) kembali untuk jenis tanaman berikutnya 2 Hitunglah interval sampel rumah tangga untuk setiap jenis tanaman j dengan cara: N j I j, n j dengan: I j : interval sampel rumah tangga tani jenis tanaman j N j : jumlah rumah tangga tani jenis tanaman j hasil pemutakhiran yang akan panen pada subround tertentu n j : target sampel ubinan jenis tanaman j 3 Angka random telah ditentukan dengan paket program berdasarkan distribusi Uniform yang bernilai antara 0 dan 1 Untuk menentukan rumah tangga tani terpilih pertama untuk suatu jenis tanaman (R 1j ), dilakukan dengan rumus: R AR I 1 j j Berikutnya untuk menentukan R 2j, R 3j,, R nj sebagai berikut: R 2j = R 1j + I j R 3j = R 2j +I j R 4j = R 3j +I j R nj = R (n-1)j + I j,dengan R nj harus N j dilakukan dengan rumus 4 Sampel rumah tangga terpilih untuk masing-masing jenis tanaman adalah rumah tangga dengan nomor urut bulan panen yang sesuai dengan R 1j, R 2j, R 3j,,R nj 70 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

79 Berdasarkan butir 2, lingkari nomor-nomor bulan panen yang sesuai dengan angka random terpilih tersebut pada kolom-kolom (8), (9), (10),, (27) Daftar SUB-P Blok IV Selanjutnya, lingkari pula nomor urut bangunan fisik pada Kolom (1), nomor urut bangunan sensus pada Kolom (2), dan nomor urut rumah tangga pada Kolom (3) 51 DAFTAR SUB-P a) SUB-P (Survei Ubinan Tanaman Pangan Pemutakhiran Daftar Rumah Tangga) (1) Tujuan Pemutakhiran daftar rumah tangga bertujuan membentuk kerangka sampel untuk pemilihan sampel rumah tangga yang melakukan panen tanaman padi/palawija yang akan diukur produktivitasnya Di dalam pemutakhiran rumah tangga dikumpulkan data tentang bulan panen menurut jenis tanaman, jenis kegiatan pemerintah, dan jenis varietas tanaman padi/palawija pada subround pengamatan (2) Jadwal Jadwal kegiatan pemutakhiran daftar rumah tangga masing-masing subround setiap tahun adalah sebagai berikut: Subround Januari April (t) Mei Agustus (t) September Desember (t) Pemutakhiran rumah tangga Desember (t-1) April (t) Agustus (t) (3) Tata Cara Pemutakhiran Daftar Rumah Tangga Untuk menghindari tercacahnya rumah tangga di luar blok sensus dan terlewatnya rumah tangga yang berada di dalam blok sensus Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

80 terpilih, maka sebelum melakukan pemutakhiran daftar rumah tangga, dengan membawa peta blok sensus hasil SP 2010, pencacah terlebih dahulu melakukan orientasi lapangan dengan mengelilingi blok sensus untuk mengenali batas-batas blok sensus Ketika mengelilingi blok sensus tersebut petugas diharapkan mendapatkan gambaran tentang keadaan blok sensus terpilih sehingga pencacah dapat melakukan pemutakhiran rumah tangga dengan baik, sehingga tidak terjadi ganda cacah atau lewat cacah Daftar SUB-P adalah daftar yang memuat nama-nama kepala rumah tangga beserta alamat (Satuan Lingkungan Setempat, nama jalan, dsb) dalam suatu blok sensus Prosedur pemutakhiran daftar rumah tangga adalah sebagai berikut: (a) Pemutakhiran daftar rumah tangga dilakukan dengan cara mengunjungi seluruh rumah tangga yang tercantum pada daftar SUB-P secara door to door dimulai dari rumah tangga terkecil untuk mengetahui keberadaan rumah tangga pada saat pemutakhiran dengan berbagai kondisi (ditemukan, ganti kepala rumah tangga, dsb) (b) Apabila pada saat pemutakhiran daftar rumah tangga ditemukan rumah tangga baru/pindah ke dalam blok sensus, maka tuliskan keterangan untuk rumah tangga yang bersangkutan pada baris sebelah baris terakhir yang terisi (Blok IV) Pengisian nomor bangunan fisik dan bangunan sensus mengikuti bangunan fisik dan bangunan sensus terdekat sebelumnya dengan pemberian indeks berupa abjad A, B, C, dst 72 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

81 b) Konsep dan Definisi (1) Blok sensus adalah satuan daerah kerja pencacah yang merupakan bagian dari suatu desa yang mencakup sekitar rumah tangga dan dibatasi oleh batas-batas alam atau batas-batas lainnya yang jelas seperti sungai, tanggul, pantai, jalan kereta api, dan sebagainya (2) Bangunan Fisik adalah tempat perlindungan yang mempunyai dinding, lantai dan atap, baik tetap maupun sementara, yang digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal Khusus untuk bangunan fisik bukan tempat tinggal dianggap sebagai bangunan fisik jika luas lantainya paling sedikit 10 m 2 (3) Bangunan Sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu masuk tersendiri (4) Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur, atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta mengurus keperluannya sendiri (5) Kepala rumah tangga adalah orang yang dianggap bertanggung jawab terhadap rumah tangga tersebut Kepala rumah tangga bisa berjenis kelamin laki-laki atau perempuan (6) Bertani tanaman pangan adalah apabila kepala/anggota rumah tangga tersebut pada saat pencacahan mengusahakan (menanam, memelihara tanaman padi sawah, padi ladang/gogo, dan atau Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

82 palawija), serta diharapkan akan panen pada subround yang bersangkutan (7) Bidang lahan adalah suatu hamparan lahan yang dimiliki/dikuasai rumah tangga dan dibatasi oleh penguasaan lahan rumah tangga lain ataupun batas-batas alam lainnya (8) Petak lahan adalah bagian dari bidang lahan yang dibatasi oleh saluran/galengan, tanaman, atau batas-batas lainnya (9) Jenis tanaman adalah padi sawah, padi ladang/gogo, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar c) Cara Pengisian SUB-P Sebelum pengisian Blok I (Pengenalan Tempat), isikan rincian Subround (misalnya Mei-Agustus), Tahun (misalnya 2011, dalam kotak ditulis 11) dan lingkari kode Jenis Ubinan (misalnya ubinan Pusat, lingkari kode 1 dan isikan kedalam kotak) (1) Blok I PENGENALAN TEMPAT Berisi nama dan kode wilayah (provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan), subdesa/kelurahan, nomor blok sensus, nomor kode sampel, Satuan Lingkungan Setempat (SLS), dan Angka Random (AR) 74 (2) Blok II KETERANGAN PETUGAS Tuliskan nama pencacah, tanggal pencacahan, dan tanda tangan pencacah Apabila SUB P ini telah diperiksa, maka tuliskan pula nama pengawas/pemeriksa, tanggal pengawasan/pemeriksaan, dan tanda tangan pengawas/pemeriksa Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

83 (3) Blok III RINGKASAN (Diisi oleh Pengawas/Pemeriksa) Blok ini diisi setelah pemutakhiran daftar rumah tangga dalam satu blok sensus telah selesai dan petugas pengawas/pemeriksa selesai melakukan pemeriksaan (a) Rincian 301 Jumlah rumah tangga keseluruhan: disalin dari Blok IV kolom (6) nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran (b) Rincian 302 Jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman pangan: disalin dari Blok IV kolom (7) rincian c kumulatif sampai dengan halaman ini pada halaman terakhir (c) Rincian 303 Banyaknya rumah tangga tanaman pangan menurut komoditi dan sampel ubinan yang terpilih menurut komoditi Banyaknya rumah tangga tanaman pangan menurut komoditi adalah jumlahan pada rincian c pada halaman terakhir Blok IV: Padi sawah : kolom (9) sampai dengan kolom (16) Padi ladang/gogo : kolom (17) sampai dengan kolom (18) Jagung : kolom (19) sampai dengan kolom (22) Kedelai : kolom (23) sampai dengan kolom (24) Kacang tanah : kolom (25) Kacang hijau : kolom (26) Ubi kayu : kolom (27) Ubi jalar : kolom (28) Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

84 Banyaknya sampel ubinan padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar disalin dari Blok IV jumlah nomor yang dilingkari: Padi sawah : kolom (9) sampai dengan kolom (16) Padi ladang/gogo : kolom (17) sampai dengan kolom (18) Jagung : kolom (19) sampai dengan kolom (22) Kedelai : kolom (23) sampai dengan kolom (24) Kacang tanah : kolom (25) Kacang hijau : kolom (26) Ubi kayu : kolom (27) Ubi jalar : kolom (28) (4) Blok IV PEMUTAKHIRAN DAFTAR RUMAH TANGGA DAN KETERANGAN PANEN TANAMAN PANGAN Tatacara pemutakhiran daftar rumah tangga: Kolom (1): Nomor Urut Bangunan Fisik Nomor urut bangunan fisik yang tercantum pada kolom ini adalah hasil pencacahan lengkap SP2010Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan tidak berurutan Kolom (2): Nomor Urut Bangunan Sensus Nomor urut bangunan sensus yang tercantum pada kolom ini adalah hasil pencacahan lengkap SP2010 Satu bangunan fisik dapat terdiri dari satu atau lebih bangunan sensus (minimal satu bangunan sensus) Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan tidak berurutan 76 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

85 Kolom (3): Nomor Urut Rumah Tangga Nomor urut rumah tangga yang tercantum pada kolom ini adalah hasil pencacahan lengkap SP2010Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan tidak berurutan Kolom (4): Nama Kepala Rumah Tangga Nama kepala rumah tangga yang tercantum pada kolom ini adalah hasil pencacahan lengkap SP2010 Kolom (5): Hasil Pemutakhiran Rumah Tangga Kolom ini merupakan hasil pemutakhiran yang dilakukan oleh pencacah Kolom ini diisi dengan kode yang sesuai dengan kondisi keberadaan rumah tangga yang dikunjungi Berikut ini penjelasan setiap kondisi pemutakhiran: - Apabila rumah tangga ditemukan maka isikan kode 1 pada Kolom (5), kemudian tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhirannya di Kolom (6) - Apabila rumah tangga ganti kepala rumah tangga, coret isian Kolom (4) yaitu nama kepala rumah tangga, kemudian tuliskan nama kepala rumah tangga yang baru Selanjutnya isikan kode 2 pada Kolom (5) dan tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran di Kolom (6) - Apabila rumah tangga pindah dalam blok sensus, isikan kode 3 pada Kolom (5) dan tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran di Kolom (6) - Apabila yang dikunjungi PETUGAS adalah rumah tangga baru, tuliskan keterangan untuk rumah tangga yang bersangkutan pada baris setelah baris terakhir yang terisi Pengisian nomor Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

86 bangunan fisik (Kolom (1)) dan bangunan sensus (Kolom (2)) mengikuti bangunan fisik dan bangunan sensus terdekat sebelumnya dengan pemberian indeks berupa abjad A, B, C, dst Selanjutnya isikan kode 4 pada Kolom (5) dan tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran di Kolom (6) - Apabila rumah tangga pindah ke luar blok sensus, isikan kode 5 pada Kolom (5) dan tanda - pada kolom (6) - Apabila rumah tangga tidak ditemukan, isikan kode 6 pada kolom (5) dan tanda - pada kolom (6) Keterangan: Kode 1 Ditemukan adalah kondisi dimana nama kepala rumah tangga dan alamat pada saat pemutakhiran sama dengan nama kepala rumah tangga dan alamat pada saat pencacahan SP2010 Termasuk dalam kondisi ini adalah bila nama kepala rumah tangga berbeda yang diakibatkan karena nama yang tercantum adalah nama panggilan atau alias dan kesalahan dalam penulisan dalam pencacahan SP2010 dan perbedaan alamat akibat kesalahan penulisan pada saat pencacahan SP2010 Kode 2 Ganti KRT adalah kondisi dimana alamat pada saat pemutakhiran rumah tangga sama dengan alamat pada saat pencacahan SP2010 tetapi terjadi pergantian kepala rumah tangga yang diakibatkan nama kepala rumah tangga yang tercantum pada daftar ini telah pindah, meninggal, atau sebab lain misalnya bercerai Termasuk dalam kondisi ini adalah terjadinya kesalahan pengklasifikasian yang dilakukan oleh petugas SP2010 Kode 3 Pindah Dalam Blok Sensus adalah kondisi dimana alamat pada saat pemutakhiran rumah tangga berbeda dengan 78 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

87 alamat rumah tangga pada saat pencacahan SP2010 sedangkan nama kepala rumah tangga tetap sama Tidak termasuk perbedaan alamat rumah tangga karena terjadi kesalahan penulisan alamat pada saat pencacahan SP2010 Kode 4 Baru adalah kondisi dimana rumah tangga ditemukan pada saat pemutakhiran tetapi tidak tercantum dalam Daftar SUB-P, pada umumnya adalah pada saat pencacahan SP2010 rumah tangga tersebut dicacah oleh petugas SP2010 di blok sensus lain tetapi pada saat pemutakhiran rumah tangga tersebut telah pindah ke blok sensus tersebut Termasuk dalam kondisi ini adalah rumah tangga yang terlewat cacah pada saat pencacahan SP2010 dan juga rumah tangga baru yang ditemukan di blok sensus tersebut yang merupakan pecahan rumah tangga yang tercatat dalam SP2010 Kode 5 Pindah Keluar Blok Sensus adalah kondisi dimana rumah tangga yang tercatat pada saat SP2010 pada saat pemutakhiran tidak ditemukan dan setelah dikonfirmasikan dengan tetangga disekitarnya diperoleh informasi bahwa rumah tangga tersebut telah pindah tempat tinggal diluar blok sensus yang sedang dilakukan pemutakhiran Termasuk pula rumah tangga yang bukan merupakan cakupan dari BS tersebut, ataupun rumah tangga tunggal yang telah meninggal dunia pada saat pemutakhiran Kode 6 Tidak Ditemukan adalah kondisi dimana kepala rumah tangga pada saat pemutakhiran tidak dapat ditemukan dan setelah dikonfirmasikan dengan tetangga disekitarnya memang tidak ada yang mengenalnya Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

88 Agar lebih mudah memahami kondisi-kondisi pemutakhiran diatas, perhatikan ilustrasi gambar berikut ini Kondisi SP2010 Kondisi Survei Ubinan Keterangan gambar: Nomor 1 Rumah tangga ditemukan Nomor 2 Rumah tangga ganti kepala rumah tangga Nomor 3 Rumah tangga pindah dalam blok sensus Nomor 4 Rumah tangga baru Nomor 5 Rumah tangga pindah ke luar blok sensus Nomor 6 Rumah tangga tidak ditemukan Kolom (6): Jika kolom (5) berkode 1-4, nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran Beri nomor urut jika kolom (5) berkode 1-4, jika berkode 5-6 maka (STOP) 80 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

89 Kolom (7): Jika kolom (5) berkode 1-4, apakah rumah tangga mengusahakan tanaman pangan Beri kode 1 jika Ya dan - jika tidak Kolom (8): Apakah rumah tangga akan panen tanaman pangan pada subround yang bersangkutan Isikan kode 1 apabila rumah tangga tersebut bertani tanaman pangan pada saat pencacahan dan akan panen pada subround yang bersangkutan Penjelasan: Pemutakhiran daftar rumah tangga untuk subround Mei- Agustus dilakukan pada bulan April Suatu rumah tangga disebut bertani tanaman pangan jika pada saat pemutakhiran daftar rumah tangga mengusahakan tanaman padi/palawija dan akan dipanen pada subround Mei-Agustus Isikan kode strip - bila rumah tangga tersebut tidak bertani tanaman pangan dan pertanyaan dilanjutkan pada rumah tangga berikutnya Kolom (9) sampai dengan kolom (16): Padi Sawah Isikan perkiraan bulan panen tanaman padi sawah menurut irigasi,non irigasi, jenis kegiatan peningkatan produksi (SLPTT, Non SLPTT), dan jenis varietas (hibrida dan non hibrida, untuk lokal dimasukkan ke dalam non hibrida) Kolom (9) sampai kolom (16) diisi hanya jika kolom (8) berkode 1 dengan 3 huruf pertama nama bulan panen (JAN, FEB, MAR, APR, MEI, JUN, JUL, AGU, SEP, OKT, NOV, DES) Kolom (17) dan kolom (18): Padi Ladang/Gogo Isikan perkiraan bulan panen tanaman padi ladang/gogo menurut jenis kegiatan pemerintah (SLPTT dan Non SLPTT) Kolom (17) dan kolom (18) diisi hanya jika kolom (7) berkode 1 dengan 3 huruf pertama nama bulan panen (JAN, FEB, MAR, APR, MEI, JUN, JUL, AGU, SEP, OKT, NOV, DES) Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

90 Kolom (19) sampai dengan kolom (22): Jagung Isikan perkiraan bulan panen tanaman jagung menurut jenis varietas (hibrida dan non hibrida, untuk komposit dan lokal dimasukkan ke dalam non hibrida), dan jenis kegiatan pemerintah (SLPTT dan Non SLPTT) Kolom (19) dan kolom (22) diisi hanya jika kolom (7) berkode 1 dengan 3 huruf pertama nama bulan panen (JAN, FEB, MAR, APR, MEI, JUN, JUL, AGU, SEP, OKT, NOV, DES) Kolom (23) sampai dengan kolom (24): Kedelai Isikan perkiraan bulan panen tanaman kedelai menurut jenis kegiatan pemerintah (SLPTTdan Non SLPTT) Kolom (23) sampai kolom (24) diisi hanya jika kolom (7) berkode 1 dengan 3 huruf pertama nama bulan panen (JAN, FEB, MAR, APR, MEI, JUN, JUL, AGU, SEP, OKT, NOV, DES) Kolom (25): Kacang tanah Isikan perkiraan bulan panen tanaman kacang tanah Kolom (25) diisi hanya jika kolom (7) berkode 1 dengan 3 huruf pertama nama bulan panen (JAN, FEB, MAR, APR, MEI, JUN, JUL, AGU, SEP, OKT, NOV, DES) Kolom (26): Kacang hijau Isikan perkiraan bulan panen tanaman kacang hijau Kolom (26) diisi hanya jika kolom (7) berkode 1 dengan 3 huruf pertama nama bulan panen (JAN, FEB, MAR, APR, MEI, JUN, JUL, AGU, SEP, OKT, NOV, DES) 82 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

91 Kolom (27): Ubi kayu Isikan perkiraan bulan panen tanaman ubi kayu Kolom (27) diisi hanya jika kolom (7) berkode 1 dengan 3 huruf pertama nama bulan panen (JAN, FEB, MAR, APR, MEI, JUN, JUL, AGU, SEP, OKT, NOV, DES) Kolom (28): Ubi jalar Isikan perkiraan bulan panen tanaman ubi jalar Kolom (28) diisi hanya jika kolom (7) berkode 1 dengan 3 huruf pertama nama bulan panen (JAN, FEB, MAR, APR, MEI, JUN, JUL, AGU, SEP, OKT, NOV, DES) Rincian a: Jumlah baris terisi halaman ini Isikan jumlah baris yang terisi pada halaman yang bersangkutan untuk masing-masing kolom Khusus kolom (7) isikan jumlah baris yang berkode 1 Rincian b: Kumulatif sd halaman sebelumnya Salin isian Rincian c halaman sebelumnya pada rincian ini Isikan tanda - untuk halaman 1 Rincian c: Kumulatif sd halaman ini Rincian ini merupakan penjumlahan Rincian a + Rincian b untuk masing-masing halaman Untuk pengisian bulan panen, perlu konfirmasi dengan kegiatan yang sudah/sedang/akan dilakukan petani (kapan pengolahan lahan, penanaman, dst) 5) Blok V PENGAMBILAN SAMPEL Blok ini digunakan untuk melakukan penarikan sampel menurut jenis tanaman Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

92 84 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

93 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

94 86 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

95 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

96 88 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

97 52 UBINAN DAN CARA PENGISIAN DAFTAR SUB-DS a) Daftar Sampel Daftar SUB-DS digunakan untuk mencatat nomor urut bangunan fisik, nomor urut bangunan sensus, nomor urut rumah tangga terpilih, nama kepala rumah tangga/petani, jenis tanaman yang akan diubin dan perkiraan bulan panen Nomor urut ubinan ganjil, pelaksanaannya menjadi tanggung jawab KSK/Mantri Statistik dan nomor urut ubinan genap pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Kepala Cabang Dinas (KCD)/Mantri Tani Misalkan banyaknya plot ubinan terpilih 10 plot, maka nomor urut ubinan 1,3,5,7, dan 9 menjadi tanggung jawab KSK, sedangkan nomor urut 2,4,6,8, dan 10 menjadi tanggung jawab KCD b) Cara Pengisian Daftar SUB-DS 1) Blok I PENGENALAN TEMPAT Rincian 101 sampai dengan 108 disalin dari Daftar SUB-P Blok I rincian 101 sampai dengan 108 Rincian 109: Jenis Ubinan, disalin dari Daftar SUB-P pojok kanan atas halaman 1 Rincian 110: Isikan nama pencacah pendaftaran rumah tangga Rincian 111: Angka Random, disalin dari daftar SUB-P Blok I rincian 109 2) Blok II RENCANA PELAKSANAAN UBINAN Isian disalin dari SUB-P untuk rumah tangga tani yang petaknya akan diubin Penyalinan dimulai secara berurutan menurut jenis Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

98 tanaman yang akan diubin, yaitu rumah tangga yang akan diubin padi sawah, padi ladang, jagung dan seterusnya Kolom (1): Nomor dimulai dari nomor 1,2,3,,10; dan urutkan per jenis tanaman Apabila dalam 1 blok sensus banyaknya ubinan terpilih lebih dari 10 plot, maka tambahkan nomor urut 11 dan seterusnya pada lembar tambahan Kolom (2): Salin nomor urut bangunan fisik sesuai dengan isian daftar SUB-P Blok IV kolom (1) yang nomor urut rumah tangganya pada kolom (3) dilingkari Kolom (3): Salin nomor urut bangunan sensus sesuai dengan isian daftar SUB-P Blok IV kolom (2) yang nomor urut rumah tangganya pada kolom (3) dilingkari Kolom (4): Salin nomor urut rumah tangga terpilih sesuai dengan isian Daftar SUB-P Blok IV kolom (3) yang dilingkari Kolom (5): Salin nama kepala rumah tangga/petani sesuai dengan isian Daftar SUB-P Blok IV kolom (4) yang nomor urut rumah tangganya pada kolom (3) dilingkari Kolom (6): Salin jenis tanaman yang akan diubin, sesuai Daftar SUB-P Blok IV pada kolom sesuai dengan jenis tanaman yang terpilih Kolom (7): Salin perkiraan bulan panen sesuai isian Daftar SUB-P Blok IV kolom (8) sd (29) pada kolom yang sesuai dengan jenis tanamannya Catatan: Daftar SUB-DS dibuat rangkap dua untuk petugas KSK (Mantri Statistik) dan KCD (Mantri Tani) masing-masing satu rangkap 90 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

99 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

100 53 DAFTAR SUB-S (UBINAN) Daftar SUB-S digunakan untuk pengambilan sampel petak, pengambilan sampel plot, mencatat hasil ubinan dan keterangan lainnya pada petak terpilih a Cara Melakukan Ubinan 1) Cara menentukan pangkal sumbu - Untuk petak sawah yang berbentuk bujur sangkar, ambillah ujung barat daya dari petak lahan tersebut sebagai pangkal sumbu seperti Gambar 3 - Bila petak sawah tidak berbentuk bujur sangkar, penentuan sisi Barat-Timur (BT) dan sisi Utara-Selatan (US) mengikuti panjang galengan dan sedapat mungkin pangkal sumbu diambil pada sudut barat daya seperti Gambar 4 dan Gambar 5 Utara Selatan (US) Utara - Selatan (US) Petak sawah Petak sawah Barat Daya (BD) Barat Timur (BT) Barat Timur (BT) 0 0 Gambar 3 Gambar 4 92 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

101 Utara-Selatan (US) Petak sawah 0 Barat Timur (BT) Gambar 5 O adalah titik ujung di Barat Daya dari petak - Dalam keadaan yang luar biasa, dimana bentuk lahan tidak teratur maka agak sulit untuk memilih pangkal sumbu Dalam hal ini ambillah sebuah tempat di sebelah barat daya petak sawah, penentuan arah B - T dan U - Stetap mengikuti arah galengan seperti Gambar 6 Petak U - S 0 B - T Gambar 6 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

102 2) Cara Menentukan Titik Pangkal Ubinan Setelah pangkal sumbu dan sisi BT- US ditentukan, selanjutnya tentukan titik pangkal ubinan, dengan cara: (a) Ukurlah panjang kedua sisi petak sawah tersebut (panjang sisi B T dan U-S) dengan mempergunakan langkah kaki biasa dan catatlah hasilnya (b) Hitunglah jumlah digit dari panjang kedua sisi petak sawah tersebut misalnya panjang sisi B-T dalam puluhan langkah (2 digit) dan panjang sisi U-S dalam puluhan langkah (2 digit), maka jumlah digit dari panjang kedua sisi petak sawah tersebut = 4 digit (c) Kita ambil angka random yang terdiri dari 5 digit dengan picingan mata ( angka picingan mata) pada salah satu halaman tabel angka random Angka random tersebut untuk menentukan halaman, baris, dan kolom berapa pada tabel angka random awal Dari angka random awal akan didapatkan nomor halaman, baris, dan kolom yang akan dipakai sebagai angka random terpilih Berikut langkah-langkah untuk melakukan picingan angka hingga didapatkan nomor halaman, baris dan kolom: 1) Siapkan TAR yang terdiri atas 2 halaman (lihat Lampiran 1) 2) Setiap halaman terdiri dari 25 kolom dan 35 baris Masingmasing halaman diberi nomor kolom 1, 2,3, 25 dan nomor baris 1, 2, 3,,35 3) Ambilah sebuah pensil atau benda berujung runcing Buka salah satu halaman dari 2 halaman TAR yang telah disiapkan Untuk keperluan ini dapat digunakan sembarang 94 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

103 halaman TAR Picingkan mata atau alihkan pandangan ke tempat lain, dan letakkan ujung pensil di atas lembaran TAR Bilangan yang paling dekat dengan posisi ujung pensil adalah merupakan titik awal pembacaan angka random untuk menentukan halaman, baris, dan kolom yang akan digunakan untuk memilih R1 Mulai dari titik ini bacalah 5 angka ke kanan Misalkan halaman yang digunakan untuk pembacaan ini adalah halaman pertama TAR dan ujung pensil jatuh pada bagian tertentu dari tabel seperti pada ilustrasi berikut: Contoh Hasil Picingan pada Tabel Angka Random Lima angka di sebelah kanan tanda titik ( ) adalah Dari angka picingan mata, akan ditentukan nomor halaman, baris, dan kolom untuk mendapatkan Nomor Random Terpilih Langkah-langkah untuk menentukan nomor halaman, baris, dan kolom adalah sebagai berikut: Penentuan halaman pembacaan TAR Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

104 Karena ada 2 halaman TAR, angka random yang digunakan untuk menentukan halaman ini cukup satu angka saja Untuk mudahnya, gunakan angka 0, 1, 2,,9 dengan ketentuan bahwa angka ganjil untuk menyatakan halaman pertama Tabel Angka Random, angka 0 (nol) atau genap untuk halaman kedua Pada pembacaan di atas, yaitu 26387, dijit pertama adalah 2 (genap) Oleh karena itu halaman yang terpilih adalah halaman kedua dari TAR Penentuan baris Karena pada setiap halaman ada 35 baris, maka untuk penentuan baris ini digunakan bilangan yang terdiri atas 2 dijit Untuk penghematan, ditentukan bahwa bilangan 01, 36, dan 71 digunakan untuk menyatakan baris 1 Bilangan 02, 37, dan 72 digunakan untuk menyatakan baris 2, dan seterusnya Pada pembacaan di atas (26387), dijit ke-2 dan ke-3 adalah 63, maka baris pembacaan jatuh pada baris ke- 28, karena = 28 Penentuan kolom Karena pada setiap halaman ada 25 kolom, maka untuk penentuan kolom ini digunakan bilangan yang terdiri atas 2 dijit Untuk penghematan, ditentukan bahwa bilangan 01, 26, 51, dan 76 digunakan untuk 96 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

105 menyatakan kolom 1 Bilangan 02, 27, 52, dan 77 digunakan untuk menyatakan kolom 2, dan seterusnya Pada pembacaan di atas, dijit ke-4 dan ke-5 adalah 87, maka baris pembacaan jatuh pada kolom ke-12, karena 87-( )=12 Sehingga TAR yang digunakan adalah halaman 2, baris ke 28 dan kolom ke 12 (d) Setelah didapatkan nomor halaman, baris, dan kolom, lihat kembali ke TAR Ambil digit angka sebanyak jumlah digit dari panjang kedua sisi petak sawahsebelumnya dimisalkan 4 digit yang terdiri dari 2 digit yang pertama menunjukkan koordinat sisi B-T, sedang 2 digit terakhir menunjukkan koordinat sisi U-S Jika dari angka random ternyata 2 digit pertama dan atau 2 digit terakhir masih lebih tinggi dari panjang kedua sisi, berarti belum memenuhi syarat dan harus dilanjutkan ke baris berikutnya (ke bawah), dan bila masih belum menemukan maka diteruskan pada 4 kolom berikutnya sampai dapat memenuhi syarat yang diperlukan Contoh : Panjang sisi B-T adalah 15 langkah dan panjang sisi U-S adalah 20 langkah, maka angka random yang dicari harus dibawah 1520 Langkah-langkah untuk mendapatkan titik pangkal ubinan adalah sebagai berikut: 1 Menentukan angka picingan mata Misalkan didapatkan angka picingan mata Menentukan nomor random awal Dari digit pertama (angka 6), angka random terpilih diambil dari tabel angka random halaman 2 (karena 6 angka genap) Kemudian dari 2 digit Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

106 berikutnya (angka 43) didapatkan baris ke-8 dan dari 2 digit terakhir (angka 85) didapatkan kolom ke-10 3 Menentukan nomor random terpilih Pada tabel angka random 4 digit angka pada halaman 2 baris 8 kolom 10 adalah 9310 Karena tidak memenuhi syarat, dicari angka random yang 2 digit pertama dan 2 digit terakhirnya lebih kecil dari 1520 Dari tabel angka randon didapatkan angka random 0808 yang ternyata memenuhi syarat yang berarti titik pangkal ubinan (P) akan berada 8 langkah dari titik 0 (Barat Daya) searah sisi B-T dan 8 langkah dari sisi U-S (d) Jika titik pangkal ubinan (P) berada di luar petak sawah atau berada di dekat galengan sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan, maka gantilah nomor randomnya sehingga didapatkan seluruh plot ubinan berada dalam petak tersebut U-S Petak sawah O : Titik pangkal sumbu x : Panjang sisi petak B-T y : Panjang sisi petak U-S P : Titik pangkal ubinan y =20 8 P 8 O x = 15 B-T Gambar 7 98 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

107 (e) Bila petak sawah/bidang bukan lahan sawah bentuknya tak menentu maka petugas harus mengelilingi petak sawah/bidang bukan lahan sawah tersebut untuk memudahkan penentuan titik pusat ubinan Ketentuan ini berlaku juga bila batas-batas dari bidang bukan lahan sawah tidak jelas, dimana sering terjadi bahwa antara lahan kebun/tegal yang dikuasai seorang petani dengan petani lainnya tidak jelas Bila terjadi hal demikian petugas harus menanyakan pada petani yang bersangkutan karena dalam hal ini pasti petani mengetahui (f) Bila petak sawah mempunyai luasan yang kecil sehingga tidak memungkinkan dilakukan ubinan (2½ m x 2½ m), maka harus dilakukan ubinan satu petak yaitu dengan mengukur berat seluruh hasil panen pada petak tersebut dan memperkirakan luasnya b Peralatan ubinan Peralatan ubinan terdiri dari alat ubinan (pengukur plot) dan timbangan dengan dilengkapi dengan tripod sebagai alat penggantung timbangan di lapang dan sebuah tas sebagai tempat membawa peralatan ubinan tersebut 1) Alat Ubinan, terdiri dari: 12 batang pengukur masing-masing: 4 batang pipa bagian ujung (A1) 4 batang pipa bagian tengah (A2) 4 batang pipa bagian pangkal (A3) 4 batang penyiku (A4) Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

108 4 buah pasak yang dibuat dari besi strip (5) yang keseluruhannya terbuat dari pipa dengan bentuk seperti Gambar 8 Karena peralatan ini dibuat secara masinal, maka setiap sambungan dapat dipadukan dengan yang manapun juga asalkan A1, A2, A3 dan A4 secara berurutan Langkah-langkah penggunaan alat: Sambunglah A1 dan A2 sehingga pengunci tepat masuk ke celah pengunci yang kemudian dilanjutkan dengan pemasangan A3 Doronglah satuan sisi A1, A2, A3 kedalam A4 dan pasak pada A1 Lakukan cara yang sama pada sisi A3 dengan sisi lain dimana pengunci A3 harus masuk ke dalam celah pengunci pada A1 yang kedua Hal ini dilakukan dengan cara yang sama untuk ketiga sisi lainnya, melalui cara penyambungan yang sama Pemasangan yang tepat akan otomatis menjadi suatu bentuk bujur sangkar Apabila tidak berbentuk bujur sangkar, maka telitilah kemungkinan adanya suatu pengunci yang tidak masuk dalam celah pengunci atau lakukan pengulangan pemasangan Sebelum melakukan panenan hasil ubinan perlu diperhatikan, untuk ubi kayu adalah umbi basah berkulit, dan ubi jalar adalah umbi basah atau berat semua umbi yang berada di dalam plot ubinan, tanpa memperhatikan titik tumbuh Apabila umbi terletak pada batas ubinan, pisahkan dan dihitung sendiri, kemudian dibagi dua dan tambahkan dengan berat hasil ubinan umbi yang ada dalam ubinan Setelah plot ubinan dipanen, alat pengukur plot ubinan dibongkar dan jangan lupa mencocokkan jumlah alat Setelah 100 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

109 jumlah alat lengkap, lepaslah satu-satu dan masukkan kembali ke dalam tas 2) Timbangan a) Untuk menghindari kesalahan pembacaan garis skala, yang bila berbeda 1 mm akan berbeda penimbangan sebanyak 40 gram, maka pada setiap penggeseran bandul gram atau kilogram pada garis skala diberikan per penghenti b) Bentuk timbangan terlihat pada Gambar 9 Mengingat alat timbangan tersebut cukup peka, harap diperhatikan baik perawatan maupun penggunaannya agar tingkat ketelitian timbangan dapat dipertahankan Sebelum timbangan digunakan, dilakukan penyesuaian keseimbangan terlebih dahulu sebagai berikut: Gantungkan timbangan tersebut pada tempat yang kuat dan tidak bergoyang Letakkan kedua batu timbangan (bandul) pada posisi skala 0 (nol) Perhatikan pen penunjuk keseimbangan pada posisi yang betul-betul seimbang, seperti Gambar 10 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

110 Gambar 11 Gambar 8 Alat Ubinan 102 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

111 Gambar 12 Timbangan Gambar 9 Timbangan Gambar 10 Posisi Pen Timbangan Seandainya pen penunjuk keseimbangan menunjukkan posisi B (positif positif/salah) atau posisi C (posisi negatif/salah) maka pertama-tama kendorkan baut pengunci bandul keseimbangan agar mudah diputar (digeser), kemudian: Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

112 Jika terjadi posisi B putarlah (geser) bandul keseimbangan arah ke kiri Jika terjadi posisi C putarlah (geser) bandul keseimbangan arah ke kanan c) Cara melakukan penimbangan Sebelum melakukan penimbangan perlu diperhatikan: (1) Bentuk hasil panen setiap jenis tanaman yang diisikan pada kuesioner: Padi : gabah kering panen (GKP) Jagung : tongkol kering panen tanpa kulit dan tangkai Kedelai : polong kering panen Kacang tanah : polong kering panen Ubi kayu : umbi basah berkulit Ubi jalar : umbi basah (2) Membersihkan hasil tersebut dari kotoran/benda asing sesuai dengan kebiasaan petani setempat (3) Kaitkan beban yang akan ditimbang pada kaitan beban (padi atau palawija yang akan ditimbang dimasukkan ke kantong) Sebelum melakukan penimbangan hasil ubinan perlu ditimbang terlebih dahulu berat kantong untuk membantu penimbangan hasil ubinan tersebut Berat hasil ubinan adalah berat keseluruhan dikurangi berat kantong Contoh: Berat kantong = 0,65 kg Berat gabah dan kantong = 2,15 kg 104 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

113 Jadi berat yang harus diisikan di Daftar SUB-S = (2,15-0,65) kg = 1,50 kg (4) Geser bandul kilogram ke arah kanan skala demi skala sampai penunjuk keseimbangan menunjukkan posisi positif (5) Geser bandul kg tersebut ke kiri lagi sehingga menjadi posisi negatif (6) Geser bandul gram sehingga terjadi keseimbangan yaitu penpenunjuk keseimbangan menunjukkan posisi A (Gambar 10) (7) Baca nilai satuan skala dan kemudian tambahkan dengan hasil nilai satuan yang terbaca pada skala gram Gambar 11 Garis Skala Pada Alat Timbangan d) Cara Perawatan Timbangan (1) Lakukan penimbangan dengan hati-hati dan seksama sehingga pisau penumpu tidak cepat tumpul (2) Jangan sampai terkena benturan keras yang mengakibatkan ketelitian menurun Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

114 (3) Jaga agar lubang pada bandul dan alur pada batang timbangan tidak tertutup tanah atau benda-benda lainnya (4) Jika tidak dipakai jangan disimpan dengan cara digantungkan sebab akan mengakibatkan pisau penumpu cepat tumpul (5) Perhatikan baut-baut pengunci pada bandul-bandul setiap selesai digunakan untuk menimbang 3) Tripod a) Alat ini dimaksudkan untuk menggantung timbangan di lapang sehingga dapat dilakukan penimbangan secara cermat, meskipun melaksanakan ubinan sendirian b) Alat ini terdiri dari: 1) Tiga batang kaki bawah 2) Tiga batang kaki atas 3) Satu kepala tripod yang seluruhnya terbuat dari besi (Gambar 12) Gambar 12 Tripod 106 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

115 4) Tas Tas ini dimaksudkan untuk tempat alat ubinan, timbangan dan tripod Tas ini ditujukan untuk mempermudah membawa peralatan ubinan ke lapangan Tas ini dibuat dari terpal yang tidak tembus air dan berwarna mencolok (Gambar 13) Gambar 13 Tas c Cara Pengisian SUB-S 1) Tuliskan bulan dan tahun panen dan isikan kode pada kotak sebelah kanan atas Misalnya: Ubinan dilakukan bulan April 2011, tuliskan bulan: April dan tahun: 2011, kemudian isikan kode bulan 04 dan kode tahun 11 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

116 2) Blok I PENGENALAN TEMPAT Rincian 101 sd108: Pengenalan Tempat Isian pada rincian 101 sd101 disalin dari rincian 108 sd109 Blok I Daftar SUB-DS Rincian 110: Nomor urut rumah tangga Isian nomor urut rumah tangga, disalin dari Daftar SUB-DS Blok II kolom (4) Rincian 111: Nama Kepala Rumah tangga Isian nama kepala rumah tangga, disalin dari Daftar SUB-DS Blok II kolom (5) Rincian 112: Nama Responden Isikan nama responden yang dapat memberikan keterangan mengenai hasil ubinan dan keterangan lainnya Rincian 113: Nomor telepon responden Isikan nomor telepon responden yang dapat memberikan keterangan mengenai hasil ubinan dan keterangan lainnya Rincian 114: Jenis Tanaman Pangan Isian jenis tanaman pangan, disalin dari Daftar SUB-DS Blok II kolom (6) Rincian 115: Angka Random Isian angka random, disalin dari Daftar SUB-DS Blok I rincian 115 3) Blok II KETERANGAN PENGAMBILAN SAMPEL PETAK Setelah terpilih sampel rumah tangga kemudian dilakukan pengambilan sampel petak pada rumah tangga terpilih Pengambilan sampel petak dilakukan pada saat akan melakukan ubinan 108 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

117 Kolom (1): Jumlah Bidang Isikan jumlah bidang lahan yang diusahakan untuk tanaman pangan terpilih (isian pada rincian 114) dan akan panen pada subround yang bersangkutan Kolom (2): Nomor Bidang Bila jumlah bidang lahan yang diusahakan untuk tanaman pangan terpilih (isian pada rincian 114) yang akan dipanen pada subround yang bersangkutan lebih dari 1 (satu) bidang (misalnya 3 bidang), maka nomor urut bidang lahan dituliskan pada baris yang berbeda (dituliskan menjadi 3 baris dengan nomor urut 1, 2 dan 3) Kolom (3):Jumlah Petak Isikan jumlah petak masing-masing bidang lahan yang diusahakan untuk tanaman pangan terpilih (isian pada rincian 114) Kolom (4): Nomor Petak Kumulatif Isikan nomor petak kumulatif dari isian kolom (3) Rincian 201: Jumlah Petak (seluruh bidang) Isikan jumlah petak dari isian kolom (4) nomor petak kumulatif yang terakhir Rincian 202: Angka Random Isian angka random, disalin dari Blok I rincian 115 Rincian 203: Nomor Petak Terpilih Isian nomor petak terpilih diperoleh dari: Jumlah petak x Angka Random Contoh: Jumlah petak seluruhnya = 5 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

118 Angka Random pada Blok I rincian 115 = 0,27 Nomor petak terpilih = 5 x 0,27 = 1,35 1 4) BLOK III SKETSA BIDANG TERPILIH Setelah petak terpilih ditentukan, gambarlah sketsa bidang terpilih lengkap dengan posisi petak yang terdapat pada bidang tersebut Isikan pula nomor dan lokasi bidang pada tempat yang tersedia Lokasi bidang adalah nama sebutan wilayah dimana bidang berada 5) BLOK IV KETERANGAN PENGAMBILAN SAMPEL PLOT Rincian 401: Panjang Sisi Petak (langkah biasa) Isikan panjang sisi dalam satuan langkah, yaitu sisi Barat-Timur (X) dan sisi Utara-Selatan (Y) Rincian 402: Angka Picingan Mata Isikan angka picingan mata sebanyak lima dijit yang diperoleh dengan picingan mata Rincian 403: Nomor Random Awal Isikan Nomor Halaman, Baris, dan Kolom yang diperoleh dari angka picingan mata Rincian 404: Nomor Random Terpilih Isikan nomor random terpilih (memenuhi syarat) dalam penentuan titik pusat ubinan, yaitu X (arah Barat-Timur) dan Y(arah Utara- Selatan) 110 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

119 Rincian 405: Tanggal Pengiriman ke BPS/Distan Kabupaten/Kota Isikan tanggal pengiriman ke BPS Kabupaten/Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Bila Pencacah adalah KSK (Mantri Statistik)/Staf BPS Daerah/Mitra maka yang diisi adalah tanggal pengiriman ke BPS Kabupaten/Kota Bila pencacah adalah KCD/Staf Distan, maka diisi tanggal pengiriman ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota 6) Blok V KETERANGAN PETUGAS Isikan nama petugas pencacah, nama pengawas/pemeriksa, tanggal pencacahan, tanggal pengawasan/pemeriksaan, tanda tangan pencacah, dan tanda tangan pengawas/pemeriksa Pemberian tanda tangan agar dilakukan setelah isian diisi/diperiksa dengan benar 7) Blok VI KETERANGAN UMUM TANAMAN TERPILIH Rincian 601: Jenis Lahan Lingkari kode jenis lahan dan isikan kodenya pada kotak yang disediakan Rincian 602: Ukuran Ubinan Lingkari kode jenis plot ubinan, yaitu kode 1 untuk ubinan 2½ m x 2½ m dan kode 2 untuk ubinan satu petak, kemudian isikan kodenya pada kotak yang disediakan Rincian 603: Bila rincian 603 berkode 2 Bila rincian 603 berkode 2 (ubinan satu petak), isikan luas petak yang diubin dalam satuan m 2 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

120 Rincian 604: Luas Tanaman Sejenis pada Bidang dimana Terdapat Petak Terpilih Isikan luas tanaman sejenis pada bidang dalam m 2 dimana terletak petak terpilih untuk ubinanyang dimaksud dengan luas tanaman sejenis adalah luas bidang yang ditanami jenis tanaman sesuai dengan tanaman yang akan diubin Rincian 605: Cara Penanaman Lingkari kode cara penanaman, yaitu kode 1 untuk monokultur dan kode 2 untuk tumpangsari Isikan kodenya pada kotak yang disediakan Rincian 606: Kegiatan peningkatan produksi Lingkari kode jenis kegiatan peningkatan produksi, yaitu kode 1 untuk SLPTT, kode 2 untuk Non SLPTT Isikan kodenya pada kotak yang disediakan Rincian 607: Banyaknya Benih Isikan banyaknya benih yang digunakan pada bidang dimana terdapat petak terpilih Banyaknya benih yang diisikan adalah yang benar-benar digunakan pada luas bidang yang telah diisikan pada rincian 602 sebelumnya Untuk tanaman ubi kayu dan ubi jalar, isikan - Rincian 608: Khusus untuk Padi atau Jagung, Kelompok Varietas Benih yang Digunakan Lingkari kode jenis varietas padi yang diubin dan isikan kodenya pada kotak yang disediakan Jika yang diubin bukan padi, pada kotak isikan Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

121 Rincian 609: Banyaknya Pupuk Yang Digunakan Isikan banyaknya pupuk yang digunakan pada bidang dimana terdapat petak terpilih (bidang pada rincian 602) Isikan menurut jenis pupuk yang digunakan Isian kode pupuk dan kode satuan sesuai dengan yang ditentukan Rincian 610: Cara pengendalian Hama/OPT Isikan cara pengendalian hama/opt apabila bidang dimana petak berada terkena serangan hama/opt Isikan menurut jenis pengendalian yang dilakukanisian kode sesuai yang ditentukan 8) Blok VII HASIL UBINAN Rincian 701: Berat Hasil Ubinan Isikan berat hasil ubinan dalam satuan kg dengan 2 angka dibelakang koma pada tempat yang disediakan Rincian 702: Banyaknya Rumpun dalam Plot Ubinan Isikan banyaknya rumpun dalam plot ubinan pada tempat yang disediakan 9) Blok VIII KETERANGAN PENDUKUNG Untuk pengisian rincian 801 sampai dengan 809 secara umum: a) Penggunaan benih, serangan OPT, penggunaan pupuk, kecukupan air, dan penggunaan alat/sarana pemanenan/perontokan: kondisi tahun ini dan tahun lalu pada subround yang sama, pada bidang dimana petak diubin b) Jika pada tahun lalu pada bidang dimana petak diubin tidak ditanami komoditi padi/palawija yang sama, pada kotak tahun lalu isikan 0 (nol) Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

122 Rincian 801: Asal Benih yang Digunakan Lingkari kode asal benih yang digunakan tahun lalu dan tahun ini pada subround dan bidang yang sama dimana petak diubin, kemudian isikan pada kotak yang disediakan Rincian 802: Serangan OPT Lingkari kode kondisi serangan OPT (menurut persepsi responden) tahun ini dan tahun lalu pada subround dan bidang yang sama dimana petak diubin, kemudian isikan pada kotak yang disediakan Rincian 803: Dampak Perubahan Iklim (Banjir atau Kekeringan) Lingkari kode dampak perubahan iklim tahun lalu dan tahun ini pada subround dan bidang yang sama dimana petak diubin, kemudian isikan pada kotak yang disediakan Rincian 804: Kecukupan Air (menurut persepsi responden) Lingkari kode kondisi kecukupan air tahun lalu dan tahun ini pada subround dan bidang yang sama dimana petak diubin, kemudian isikan pada kotak yang disediakan Rincian 805: Khusus untuk Padi, Alas Penumpukan Sementara Sebelum Perontokan Lingkari kode alas yang digunakan untuk penumpukan sementara sebelum perontokan tahun lalu dan tahun ini pada subround dan bidang yang sama dimana petak diubin, kemudian isikan pada kotak yang disediakan Rincian 806: Khusus untuk Padi, Ukuran Alas Perontokan Lingkari kode ukuran alas perontokan yang digunakan tahun lalu dan tahun ini pada subround dan bidang yang sama dimana petak diubin, kemudian isikan pada kotak yang disediakan 114 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

123 Rincian 807: Produktivitas/Hasil per Hektar (menurut persepsi responden) Lingkari kode perbandingan produktivitas (hasil per hektar) tahun lalu dan tahun ini pada subround dan bidang yang sama dimana petak diubin, kemudian isikan pada kotak yang disediakan Rincian 808: Produktivitas/Hasil per Hektar di Wilayah Responden (menurut persepsi responden) Lingkari kode perbandingan produktivitas di wilayah responden (hasil per hektar) tahun lalu dan tahun ini pada subround dan bidang yang sama dimana petak diubin, kemudian isikan pada kotak yang disediakan 7) Blok IX: CATATAN Isikan penjelasan atau hal-hal yang perlu diketahui berkaitan dengan isian pada Daftar SUB-S Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

124 116 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

125 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

126 118 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

127 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

128 BAB VI PELAPORAN 61 Pelaporan Hasil Pengolahan Data Pelaporan data dari tingkat kabupaten/kota maupun provinsi dibuat seragam, baik bentuk tabel, satuan berat, bentuk hasil, maupun waktu dan satuan wilayah untuk memudahkan pengolahan selanjutnya Laporan dari kabupaten/kota akan dijadikan dasar penyusunan laporan tingkat provinsi, demikian juga laporan provinsi menjadi dasar untuk penyusunan angka nasional Dengan adanya laporan yang seragam tersebut akan lebih mudah melakukan kompilasi data laporan kabupaten/kota dan provinsi Seperti diketahui, data dikumpulkan melalui dua cara yaitu melalui Daftar SP dan melalui ubinan/perkiraan produktivitas untuk tanaman pangan (padi/palawija) A Pelaporan untuk Kabupaten/Kota Pengiriman Rekapitulasi Daftar SP (RKSP) Rekapitulasi Daftar SP dibuat 4 (empat) rangkap oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dikirim ke: a) BPS Provinsi melalui BPS Kabupaten/Kota dengan menggunakan e- mail b) Dinas Pertanian Provinsi c) BPS Kabupaten/Kota d) Arsip di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Selain mengirimkan data RKSP, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota juga mengirimkan (upload) Database-SPTP ke Dinas Pertanian Provinsi dan Kementerian Pertanian 120 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

129 B Pelaporan untuk Provinsi Pelaporan RPSP Berdasarkan RKSP dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, maka Dinas Pertanian Provinsi membuat RPSP sesuai periode dan bentuk laporan SP Tanaman Pangan RPSP dibuat rangkap 3 (tiga), selanjutnya dikirim ke: a) Ditjen Tanaman Pangan (RPSP-PADI, RPSP-PALAWIJA, RPSP- LAHAN, RPSP-ALSINTAN TP dan RPSP-BENIH TP) b) BPS Provinsi c) Arsip Dinas Pertanian Provinsi 62 Pelaporan Percepatan Bulanan Untuk mendukung kebutuhan Kementerian Pertanian dalam menerapkan Early Warning System (EWS) pemenuhan produksi pangan nasional dilakukan mekanisme pelaporan data sebagai berikut: a) Setiap bulan KCD mengirimkan daftar SP-Padi dan SP-Palawija ke KSK setiap tanggal 5 dan 10 (luar jawa) bulan berikutnya b) KSK menyerahkan ke BPS Kabupaten/Kota untuk dientri dan dikirimkan ke provinsi setiap tanggal 15 bulan berikutnya c) BPS Provinsi mengirimkan raw data SP hasil kompilasi dan validasi ke BPS RI paling lambat tanggal 20 setelah bulan laporan dengan menggunakan atau sarana internet yang disediakan (misal melalui filelibbpsgoid untuk tanaman-pangan) 63 Arus Pelaporan Dokumen: Arus pelaporan Daftar SP dan Daftar SUB-S (Ubinan) dapat dilihat pada gambar 15 Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

130 Bagan Arus Pelaporan Daftar SP dan Daftar SUB-S (Ubinan) BPS Ditjen Tanaman Pangan Database TP Database SP TP Arsip - SP TP - SUB-S BPS Propinsi Distan Propinsi Arsip - SP TP - SUB-P - SUB-S BPS Kabupaten/Kota SP TP (1) SUB-S (1) Database TP SP TP (2 ) SUB-S Genap (2) Distan Kabupaten/Kota Database SP TP Arsip - SP TP SUB-P (1) SUB-DS SUB-S Ganjil (2) SUB-P Database SP TP SUB-S Genap (2) SUB-DS SP TP (3) SP TP KSK/Mantis Daftar sampel : SUB -DS KCD/Mantan Data Puso POPT-PHP PPL (BPP) Arsip : SP TP SP TP Desa SUB-P (1) SUB-S Ganjil( 2 ) SUB-S Genap( 2 ) L a p a n g a n / P e t a n i Keterangan: Kerjasama, Koordinasi, Sinkronisasi Pelaporan Pengumpulan Data Penyerahan Dokumen Gambar Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

131 Lampiran I TABEL ANGKA RANDOM Halaman Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

132 TABEL ANGKA RANDOM Halaman Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

133 Lampiran II Gambar Berbagai Jenis Komoditi Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sorgum Ganyong Talas Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012 Gandum 125

134 Lampiran III Gambar Alat dan Mesin Pertanian 126 Alat Tanam Padi (transplanter) Alat Tanam Padi (transplanter) Combine Harvester Combine Harvester Emposan Tikus Pemotong padi Pengabut Pestisida Penggiling Padi Penggilingan Padi Penyemprot Penyemprot Perontok Padi Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan, 2012

135 Perontok Padi Pompa Air Sabit Bergerigi Traktor Roda Dua Traktor Roda Empat Pemipil Jagung Alat Tanam Padi (Transplanter) Paddy Mower Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan,

1.1. Latar Belakang. Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura 1

1.1. Latar Belakang. Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan Statistik Hortikultura di tingkat pusat dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Hortikultura serta Pusat Data dan

Lebih terperinci

Luas dan Penggunaan Lahan Kabupaten Mamuju Tahun 2014

Luas dan Penggunaan Lahan Kabupaten Mamuju Tahun 2014 Luas dan Penggunaan Lahan Kabupaten Mamuju Tahun 2014 Nomor Katalog : 3311021.7604 Nomor Publikasi : 76043.1501 Ukuran Publikasi Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan Oleh : 21,5 cm x 28,5 cm

Lebih terperinci

Katalog BPS : 5201.004 2014 STATISTIK PENGGUNAAN LAHAN Provinsi Sulawesi Selatan BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan

Lebih terperinci

STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN

STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN Katalog:3311006.6102 Katalog:3311006.6102 STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BENGKAYANG 2015 Statistik Penggunaan Lahan Kabupaten Bengkayang 2015 ISSN : 2540-8488 No Publikasi : 61020.1639 Katalog :

Lebih terperinci

LUAS LAHAN MENURUT PENGGUNAANNYA KABUPATEN PURBALINGGA 2014 No. Katalog BPS : 3311004.3303 No. Publikasi : 33033.1502 Ukuran Buku : 15 cm X 21 cm Jumlah Halaman : 19 halaman Naskah / Olah Data : Rachmat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. tanggal 28 Juni 1975 tentang Pelaksanaan Perbaikan Statistik. Pertanian. tanggal 17 Desember 1984 tentang Keseragaman Metode untuk

BAB I. PENDAHULUAN. tanggal 28 Juni 1975 tentang Pelaksanaan Perbaikan Statistik. Pertanian. tanggal 17 Desember 1984 tentang Keseragaman Metode untuk KATA PENGANTAR Pembangunan pertanian tanaman pangan akan berhasil apabila ditunjang oleh perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik juga ditunjang oleh data yang berkualtas dan akurat. Selain itu data

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA JAW A TENGAH 1996-2011 ISSN : 0854-6932 No. Publikasi : 33531.1204 Katalog BPS : 5203007.33 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : 245 halaman Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

Statistik Tanaman Holtikultura Kabupaten Pinrang 2016 i i STATISTIK PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN PINRANG 2016 Nomor Publikasi : 73153.006 Katalog BPS : 3311004.7315 Ukuran Buku : 21 x 15 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/07/12/Th.VI. 02 Juli 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2011 DAN RAMALAN I TAHUN 2012) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/11/Th.V. 01 Juli 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2010 DAN RAMALAN II TAHUN 2011) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2010,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015

SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015 RAHASIA VP2015-S 001. Subround yang lalu: 1. Januari-April 2. Mei-Agustus 3. September-Desember REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015 PENCACAHAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN KONDISI TERTENTU OBJEK PAJAK PADA RUMAH DAN TANAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

Dr. Syech Suhaimi,SE,M.Si. Kepala BPS Provinsi Banten. Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Dr. Syech Suhaimi,SE,M.Si. Kepala BPS Provinsi Banten. Badan Pusat Statistik Provinsi Banten Dr. Syech Suhaimi,SE,M.Si. Kepala BPS Provinsi Banten Badan Pusat Statistik Provinsi Banten DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Menyelenggarakan Statistik dasar : melalui (Sensus, survei atau

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SAMPANG

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS. 5214.32 PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA JAWA BARAT TAHUN 2010-2014 ISSN: - Nomor Publikasi: 32.530.15.01 Katalog BPS: 5214.32 Ukuran Buku: 19 cm x 28 cm Jumlah Halaman: vii + 71 halaman

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No. 22/03/51/Th. IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 2,74 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG 1 BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011 DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015) No. 47/07/35/Th XIII,1 Juli 2015 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2014 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) No. 52/11/36/Th. VIII, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) TAHUN 2014 LUAS PANEN PADI SAWAH MENINGKAT TETAPI PRODUKTIVITAS MENURUN Berdasarkan Angka Ramalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur terletak di bagian Timur Pulau Jawa, dengan luas wilayah 47.154,70 kilometer persegi, dikelilingi oleh 2.916 km garis pantai. Batas wilayah di sebelah

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 20/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA, BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung Program Peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

STATISTIK PADI PALAWIJA

STATISTIK PADI PALAWIJA KATALOG BPS: 5203015.1204 STATISTIK PADI PALAWIJA KABUPATEN TAPANULI TENGAH 2011 STATISTIK PADI PALAWIJA Kabupaten Tapanuli Tengah 2011 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TAPANULI TENGAH STATISTIK PADI PALAWIJA

Lebih terperinci

No Daftar Isian Cakupan Rekapitulasi a. Di Tingkat Kabupaten/Kota

No Daftar Isian Cakupan Rekapitulasi a. Di Tingkat Kabupaten/Kota II. METODOLOGI 2.1. Daftar Isian yang Digunakan Pengumpulan data hortikultura yang dilakukan di tingkat kecamatan, untuk statistik hortikultura dinamakan Hortikultura (SPH). Pengumpulan data ini menggunakan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 853.710

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENILAIAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PADA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2009

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 75/11/52/Th.IX, 2 November 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 DAN ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015 PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 215 Ir. Ni Putu Suastini, MSi (Penyuluh Pertanian Madya) Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng 215 PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 47/07/52/Th.IX, 1 Juli 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 DAN ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT A.

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA PROBOLINGGO TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI SERUYAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) No. 33/07/36/Th. IX, 1 Juli 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) PRODUKSI PADI 2014 MENURUN SIGNIFIKAN DIBANDING TAHUN 2013, TAHUN 2015 DIPREDIKSI AKAN MENGALAMI

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KKP-E

PETUNJUK TEKNIS KKP-E PETUNJUK TEKNIS KKP-E I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan didasari pengalaman dalam pelaksanaan penyaluran kredit usaha pertanian, sejak Tahun 2000 telah diluncurkan Skim Kredit Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

SALINAN NOMOR 5/E, 2010 SALINAN NOMOR 5/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2010 WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015) No. 47/07/51/Th. IX, 1 Juli 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ARAM I) DIPERKIRAKAN NAIK 0,39 PERSEN A. PADI Produksi padi di Bali pada tahun

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014) No. 16/03/36/Th.IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014) PRODUKSI PADI 2014 LEBIH RENDAH BILA DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Banten

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) No.22/03/35/Th XIII,2 Maret 2015 A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 12,398 juta ton Gabah

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012 BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012 T E N T A N G ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK TANI (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK TANI (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK TANI (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Pengadaan dan Penyaluran

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SINJAI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi EDISON, SP KOORDINATOR PENYULUH PERTANIAN B. ACEH Disampaikan pada Pertemuan Penyuluh Pertanian se-kota Banda Aceh BPP Lueng Bata, 5 Maret 2015 Latar

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KEBUTUHAN, PENYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016 BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

Potret Usaha Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Subsektor (HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013) ISBN : 978-602-70458-4-2

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, Februari 2013 Laporan AkLrntabilitas

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI D.I.YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN II 2008)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI D.I.YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN II 2008) BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 24/07/34/Th. X, 01 Juli 2008 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI D.I.YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN II 2008) Berdasarkan ATAP 2007 dan Angka Ramalan II (ARAM II) tahun 2008,

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN MADIUN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 2009 DAN ANGKA RAMALAN II 2010) No. 03/07/53/Th.XIII, 1 Juli 2010 PUSO NTT 2010 MENGHAMBAT PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 046/11/12/Th.VI. 01 November 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2012) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2012,

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) No.02 /07/3321/Th.I,1 Juli 2015 Angka tetap produksi padi Kabupaten Demak tahun 2014 mencapai

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 4/7/71/Th. VIII, 1 Juli 214 ANGKA TETAP TAHUN 213 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 214 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 213 diperhitungkan sebesar 638.373 ton

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO MOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 2010 WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) No. 78/11/33, Th. IX, 2 NOVEMBER 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, produksi padi Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 diperkirakan sebesar

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR .36 POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR (HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

Lebih terperinci

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA TEBING

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN/KOTA SE-NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU

Lebih terperinci

VIII. MEKANISME/PROSEDUR, PELAPORAN, PENGAWASAN PESTISIDA

VIII. MEKANISME/PROSEDUR, PELAPORAN, PENGAWASAN PESTISIDA VIII. MEKANISME/PROSEDUR, PELAPORAN, PENGAWASAN PESTISIDA Jumlah wilayah kerja pengamatan dan pengendalian OPT di Provinsi Jawa Barat meliputi 17 kabupaten dan 9 kota, terdiri dari 592 kecamatan, 1.799

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI, REALOKASI DAN RENCANA KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KAPUAS

Lebih terperinci