BAB I. PENDAHULUAN. tanggal 28 Juni 1975 tentang Pelaksanaan Perbaikan Statistik. Pertanian. tanggal 17 Desember 1984 tentang Keseragaman Metode untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENDAHULUAN. tanggal 28 Juni 1975 tentang Pelaksanaan Perbaikan Statistik. Pertanian. tanggal 17 Desember 1984 tentang Keseragaman Metode untuk"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Pembangunan pertanian tanaman pangan akan berhasil apabila ditunjang oleh perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik juga ditunjang oleh data yang berkualtas dan akurat. Selain itu data juga dapat difungsikan sebagai indikator tingkat keberhasilan terhadap pelaksanaan pembangunan terutama di sektor pertanian tanaman pangan. Dalam upaya penyediaan data yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah telah bekerjasama dengan Badan Pusat Badan Statistik (BPS) secara rutin untuk melakukan pengumpulan dan pengolahan data tanaman pangan yang terdiri dari tanaman padi dan palawija. Pengumpulan data dilakukan secara berjenjang dari tingkat Kecamatan sampai tingkat Provinsi di Jawa Tengah. Pengumpulan data lapang di 35 Kabupaten di Jawa Tengah menggunakan blangko Statistik Pertanian(SP) Tanaman Pangan yang diterbitkan oleh BPS. ini merupakan gambaran kondisi pertanian Jawa Tengah tahun Data yang disajikan merupakan Angka Tetap data tahun 2015 yang telah disinkronkan dengan BPS. Data yang disajikan meliputi luas panen, produktivitas dan produksi tanaman pangan serta data-data lain yang mendukung. Penyajian data dalam Statistik Tanaman Pangan Jawa Tengah 2015 ini mengacu pada buku Pedoman Pengumpulan data Tanaman Pangan Tahun 2012 yang diterbitkan oleh BPS dan Kementarian Pertanian. Semoga ini dapat bermanfaat dan membantu semua pemangku kepentingan yang bergerak dalam bidang pertanian tanaman pangan.

3 BAB I. PENDAHULUAN A. Landasan Hukum Pengelolaan Statistik Tanaman Pangan Pengelolaan statistik tanaman pangan yang dilakukan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah didasarkan pada beberapa landasan hukum dan aturan pengelolaan statistik tanaman pangan. Beberapa landasan hukum pengelolaan statistik tanaman pangan ini diantaranya : 1. Instruksi bersama Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Kepala BPS : a. No. 20\DJTP\VI\1975 P.2\1\11\1975 tanggal 28 Juni 1975 tentang Pelaksanaan Perbaikan Statistik Pertanian b. No. I.HK c. No. Memperoleh Kesatuan Angka I.HK tanggal 17 Desember 1984 tentang Keseragaman Metode untuk. tanggal 7 Agustus 1987 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peramalan dan Pengolahan Bersama data Statistik Padi dan Palawija 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah 4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah 5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik 6. Surat Direktur Jenderal Tanaman pangan Nomor 399.RC.010.C tanggal 21 Mei 2007 perihal Penyempurnaan Pedoman Pengumpulan dan Pengolahan data Tanaman Pangan, dengan diterbitkanya buku Pedoman Pengumpulan dan Pengolahan Data Tanaman Pangan tahun 2007 dan disempurnakan pada tahun 2012 B. Metodologi 1. Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan dan disajikan adalah luas tanaman padi, luas tanaman palawija dan data produktivitas masing-masing komoditas tanaman pangan dalam periode tertentu. a. Informasi luas tanaman padi yang dikumpulkan dan disajikan meliputi luas panen dan luas tanam untuk komoditas padi sawah dan padi ladang. b. Informasi luas tanaman palawija yang dikumpulkan dan disajikan meliputi luas panen dan luas tanam untuk komoditas jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. c. Pengumpulan data Produktivitas tanaman pangan (padi dan palawija) dilakukan secara sampel melalui survei ubinan dengan pendekatan rumah tangga.

4 2. Ruang Lingkup Pengumpulan dan penyajian data Statistik Tanaman Pangan dan data produktivitas mencakup seluruh Kabupaten/Kota se Jawa tengah. Titik terkecil pengumpulan data adalah di tingkat Kecamatan. Pendataan SP Tanaman Pangan dilakukan oleh Mantri Tani/KCD tiap Kecamatan dengan berkoordinasi dengan petugas BPS. 3. Periode Pengumpulan Data a. Pengumpulan data luas tanaman padi dan luas tanaman palawija dilakukan setiap bulan. Data luas tanaman padi dan palawija dilaporkan setiap periode bulanan. b. Pengumpulan data produktivitas dilakukan sesuai dengan waktu panen petani. Pelaporan angka produktivitas dilakukan tiap periode empat bulanan (Subround). 4. Metode Pengumpulan Data SP Pengumpulan data Statistik Pertanian (SP) tanaman pangan dilakukan secara lengkap melalui pendekatan area di seluruh kecamatan. Data luas tanaman padi dan palawija diperoleh dengan cara penaksiran sebagai berikut : a. Mendapatkan data luas panen, tanam dan puso berdasarkan peta baku lahan sawah (audit lahan) dengan menggunakan citra satelit. b. Dengan menggunakan sistem blok pengairan. Biasanya desa yang sudah mempunyai pengairan teknis, sawah dalam desa tersebut dibagi dalam beberapa blok pengairan, kemudian tanggal penanaman ditentukan untuk setiap blok pengairan. c. Laporan petani kepada Kepala Desa. Petani biasanya melaporkan kepada Kepala Kelompok/Kontak Tani lebih dahulu dan Kepala Kelompok/Kontak Tani selanjutnya melaporkan kepada Kepala Desa, tetapi juga ada petani yang langsung melaporkan kepada Kepala Desa tanpa melalui Kepala Kelompok/Kontak Tani. d. Banyaknya benih yang digunakan, yaitu didasarkan pada banyaknya benih yang digunakan, petugas akan bisa mengetahui luas tanaman. e. Menggunakan Eye estimate (pandangan mata) berdasarkab luas baku. Metode ini dilakukan dengan cara perkiraan berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh pegawai/petugas desa, dengan syarat bahwa luas baku lahan telah diketahui terlabih dahulu dan yang melakukan taksiran sudah berpengalaman. Tanaman yang diperhitungkan luas tanamnya hanya terbatas pada tanaman yang jarak tanamnya maksimum 3 kali jarak tanam normal. Untuk tanaman pekarangan yang memenuhi persyaratan tersebut luas tanamnya tetap dimasukkan dan harus mempunyai peluang untuk terpilih dalam ubinan. Tanaman yang ditanam di galengan apabila hanya ditanam satu baris saja maka tidak dilaporkan. Apabila terdaat tanaman campuran dalam menaksir tanaman campuran tidak diperkirakan berapa bagian yang ditanami tanaman yang lain, tetapi menurut luas bidang yang ditanami dengan catatan jarak tanamnya maksimum 3 kali jarak tanam normal. Bila jarak tanam (jarak melintang membujur) lebih dari 3 kali jarak tanam normal, luas tanaman tersebut tidak perlu dilaporkan.

5 f. Sumber informasi lain yang dapat digunakan sebagai dasar atau rujukan dalam memperoleh data luas misalnya Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Petugas Pengawas Benih, dan lain-lain. 5. Konsep dan Definisi a. Lahan Sawah Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyaluskan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut. Termasuk disini lahan yang terdaftar di Pajak Hasil Bumi, Iuran Pembangunan daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah, baik yang ditanami padi maupun palawija. Berdasarkan pengairannya lahan sawah dibedakan menjadi : - Lahan Sawah Irigasi Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur dan dikuasai Dinas Pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. - Lahan Sawah Tadah Hujan Lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dan sistem irigasi tetapi bergantung pada air hujan, pasang surutnya air sungai/laut dan air rembesan. - Lahan Sawah Rawa Pasang Surut Lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantung pada air hujan, pasang surutnya air sungai/laut/ - Lahan sawah rawa Lebak Lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantung pada air rembesan. b. Lahan Bukan sawah Lahan bukan sawah adalah semua lahan selain lahan sawah seperti lahan pekarangan, ladang/huma, tegal/kebun, lahan perkebunan, kolam, tambak, danau, rawa, dan lainnya. c. Luas panen Luas panen adalah luas tanaman yang dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur dan hasilnya paling sedikit 11 % dari keadaan normal. Khusus untuk jagung dan kedelai, luas tanaman yang dipanen adalah yang bertujuan menghasilkan pipilan kering (jagung) dan biji kering (kedelai). d. Luas Tanam Luas tanam adalah luas tanaman yang betul-betul ditanam (sebagai tanaman baru) pada bulan laporan, baik penanaman yang bersifat normal maupun penanaman yang

6 dilakukan untuk mengganti tanaman yang dibabat/dimusnahkan karena terserang OPT atau sebab-sebab lain. e. Luas Puso Luas puso adalah luas tanaman yang mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh serangan OPT (Oranisme Pengganggu Tumbuhan), DFI (Dampak Fenomena Iklim) dan/atau oleh sebab lainnya (gempa bumi, dan lain-lain), sedemikian rupa sehingga hasilnya kurang dari 11 % dari keadaan normal. C. Pengelolaan Data Tanaman Pangan Data produksi padi/palawija diperoleh dari perkalian data luas panen dan hasil per hektar (produktivitas). Data luas panen dperoleh dari laporan SP dan data produktivitas diperoleh dari hasil survei ubinan. Laporan SP mencakup laporan luas tanaman padi (SP-PADI), luas tanaman palawija (SP- PALAWIJA), laporan penggunaan lahan (SP-LAHAN), alat/mesin dan kelembagaan pertanian (SP- ALSINTAN TP) serta laporan perbenihan (SP-BENIH TP). Pengumpula data SP dilakukan oleh KCD/Mantri Tani (Mantan) dan dibuat rangkap 4 (arsip KCD, BPS Kabupaten/Kota, Distan Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi). Kelancaran pemasukan dokumen SP dan akurasi isiannya menjadi tanggung jawab Distan Provinsi/Kabupaten/Kota. Data produktivitas hasil ubinan (Daftar SUB-S) dikumpulkan oleh aparat BPS daerah (KSK/Mantri Statistik) untuk ubinan nomor ganjil dan aparat Distan(KCD/Mantri Tani) untuk ubinan nomor genap. Laporan hasil ubinan (Daftar SUB-S0 dibuat rangkap 2 (BPS Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi). Kelancaran pemasukan dokumen ubinan (Daftar SUB-S) dan akurasi isiannya menjadi tanggungjawab BPS Provinsi/Kabupaten/Kota.

7 BAB II. PADI SAWAH Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi penyangga pangan nasional. Dari beberapa komoditas tanaman pangan utama di Jawa Tengah, padi sawah merupakan komoditas yang menyumbang nilai luas panen dan produksi terbesar. Proporsi komoditas penyumbang produksi tanaman pangan di Jawa tengah dapat dilihat pada gambar berikut. 1% 1% 0% 2% 1% 17% 19% 0% 0% 0% 0% Produksi 2015 (Ton) 59% PADI SAWAH UBI KAYU JAGUNG PADI LADANG UBI JALAR KEDELAI KACANG TANAH KACANG HIJAU GANYONG TALAS SORGUM/CANTEL GANDUM Proporsi produksi padi sawah di Jawa Tengah yang mencapai 59 % dari total produksi tanaman pangan di Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan kondisi lahan, irigasi dan iklim Jawa Tengah yang sangat sesuai untuk pertanaman padi di sawah. Pada tahun 2015 ini total luas panen padi sawah di Jawa Tengah mencapai ha dan meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai ha. Produktivitas rata-rata padi sawah pada tahun 2015 mencapai 60,99 ku/ha meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 54,12 ku/ha. Dengan luas panen dan produktivitas tersebut, produksi padi sawah pada tahun 2015 adalah mencapai ton dan meningkat cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai ton. Hampir seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Tengah memiliki panenan padi sawah. Persebaran luasan panen padi sawah di Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik berikut.

8 Luas Panen Padi sawah (Ha) 140, , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 Pada grafik terlihat bahwa Kabupaten/Kota yang memiliki luasan panen padi sawah tertinggi adalah Kabupaten Cilacap seluas ha diikuti Grobogan, Pati, Brebes dan Demak. Seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Tengah memiliki luasan tanaman padi sawah sampai yang terkecil Kota Surakarta yang memiliki luas panen padi sawah di 2015 seluas 195 Ha. Data luas panen, produktivitas dan produksi padi sawah total satu tahun 2015 pada masingmasing Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel berikut.

9 Tabel Angka Tetap Tanaman Pangan (Padi Sawah) Tahun 2015 Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Kabupaten/Kota Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) , , , , , ,332 12, ,105 39, , , , , , , ,164 9, ,408 56, , , , , , , , , , , ,993 11, ,174 49, , , , , , , ,906 19, ,643 93, , , , , , , , , , ,600 1, ,926 38, , , ,718 11, , , , , , , , , , , , , ,315 4, ,227 27, , , ,978 13, ,279 43, , , ,492 10, ,419 40, , , , , ,705 16, ,083 82, , , ,044 10, ,991 62, , , ,948 14, ,349 99, , , , , , , , , , ,987 Total 776, ,965, , ,233, , ,806,604 1,804, ,006,569

10 Produksi Padi Sawah (Ton) Dapat dilihat bahwa produksi padi sawah terbesar adalah pada periode Januari-April (Subround I) sebesar Ton kemudian diikuti periode Mei-Agustus (Subround II) dan terakhir pada periode September-Desember (Subround III). Hal ini dikarenakan karena panenan Januari-April adalah tanaman yang ditanam pada September-Desember tahun lalu dimana puncak masa tanam padi sawah di Jawa Tengah adalah pada periode tersebut. Sedangkan pada periode Mei-Agustus adalah hasil pertanaman pada periode Januari-April dan selanjutnya untuk periode Subround III. Produksi padi sawah Jawa Tengah memiliki tren yang meningkat apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya walaupun peningkatanya sedikit. Memang terdapat tahun-tahun yang produksinya turun, akan tetapi secara kumulatif produksi padi sawah Jawa Tengah mengalami tren yang positif. Perkembangan produksi padi sawah dari tahun 1998 dapat dilihat pada grafik berikut. 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000, Produksi padi sawah tahun 2015 yang mencapai ton adalah capaian produksi terbesar dari tahun Bila dibandingkan dengan taun 2014 maka peningkatanya adalah ton atau sebesar 18,42 % dari produksi Kenaikan produksi yang cukup besar per periode subround tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini.

11 Produksi Padi sawah (Ton) 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000, ,000,000 - Jan-April Mei-Agustus Sep - Des Peningkatan produksi terjadi pada setiap periode subround. Peningkatan produksi terbesar terdapat pada periode bulan Januari sampai dengan April dengan selisih produksi mencapai ton sedangkan peningkatan terendah terdapat pada periode September sampai dengan Desember dengan selisih Rendahnya produksi padi sawah pada periode Januari-April tahun 2014 dibandingkan tahun 2015 adalah karena pada tahun 2014 banyak lahan pertanaman padi sawah yang terkena banjir bahkan mengakibatkan puso sebesar ha sedangkan luasan puso pada tahun 2015 cukup rendah. Selain rendahnya puso, pada tahun 2015 juga dipengaruhi oleh program UPSUS (Upaya Khusus) dari Kementerian Pertanian untuk mencapai surplus produksi beras nasional dengan memberikan bantuan benih, pupuk serta pengawalan sehingga memacu petani untuk menanam padi lebih banyak. Bencana alam banjir yang terdapat pada lahan pertanian padi sawah pada tahun 2015 ini untuk lahan yang terkena berkurang secara signifikan. Penurunan juga terjadi pada lahan yang terkena banjir dan menjadi puso. Data bencana alam banjir yang memberikan dampak pada lahan tanaman padi (padi sawah dan ladang) tahun 2015 dan perbandinganya dengan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.

12 Data Bencana Alam Banjir pada Komoditas Padi (Padi sawah+padi Ladang (Ha)) No Kabupaten/Kota Terkena Puso Terkena Puso 1 Brebes Km. Tegal Tegal Pemalang 4,049 1, Km Pekalongan Pekalongan 3, Batang Km. Semarang Km Salatiga Semarang Kendal 4,225 1, Demak 9,982 3,587 1, Grobogan , P a t i 13,692 11,868 2, Kudus 6,411 5, Jepara 7,120 6,161 1, Rembang 1, Blora Banyumas 1, Cilacap 2, Purbalingga Banjarnegara Km Magelang Magelang Temanggung Wonosobo Purworejo Kebumen 1, Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen 1, Klaten 1, Boyolali Km. Surakarta - - JUMLAH 60,527 33,781 12,417 1,718 Dari data diatas dapat dilihat bahwa bencana banjir yang berdampak pada tanaman padi pada tahun 2015 sebesar Ha dan sangat lebih rendah bila dibandingkan dengan lahan padi sawah yang terkena banjir pada tahun Sedangkan yang menjadi puso pada tahun 2015 adalah ha jauh lebih kecil dibandingkan tahun 2014 yang mencapai ha yang berarti pula lahan padi yang terkena banjir dan menjadi puso di 2014 adalah 50 % lebih sedangkan untuk tahun 2015 hanya sekitar 10 % saja. Kekeringan yang berdampak pada tanaman padi di Jawa Tengah tahun 2015 ini lebih besar bila dibandingkan dengan tahun Bencana kekeringan terjadi pada pertengahan tahun 2015 dengan musim kemarau yang panjang hingga akhir tahun 2015.

13 Data Bencana Alam Kekeringan pada Komoditas Padi (Padi sawah+padi Ladang(Ha)) No Kabupaten/Kota Terkena Puso Terkena Puso 1 Brebes 175-1, Km. Tegal Tegal ,622 1,655 4 Pemalang ,344 2,790 5 Km Pekalongan Pekalongan ,734 1,273 7 Batang Km. Semarang Km Salatiga Semarang Kendal 5-2,056 1, Demak - - 3, Grobogan 77-8,132 2, P a t i 126-2, Kudus Jepara Rembang 2, , Blora 1, ,559 2, Banyumas 1, , Cilacap ,382 2, Purbalingga Banjarnegara Km Magelang Magelang Temanggung Wonosobo Purworejo Kebumen Sukoharjo 1,449-1, Karanganyar 1, Wonogiri 1, Sragen Klaten Boyolali Km. Surakarta JUMLAH 12,744 2,913 63,927 18,410 Organisme pengganggu tanaman yang menyerang padi sawah pada tahun 2015 ini juga cukup terkendali bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Luasan yang terkena lebih banyak dalam intensitas ringan yaitu Ha sedangkan serangan Organisme Pengganggu Tanaman yang mengakibatkan puso hanya 51 Ha. Dengan adanya pengawalan lahan pertanian melalui program UPSUS mengakibatkan serangan OPT menjadi lebih cepat terdeteksi dan tertangani. Data serangan OPT pada tanaman padi dapat dilihat pada data berikut ini.

14 Tabel Kumulatif Serangan OPT Pada Tanaman Padi No. JENIS OPT INTENSITAS SERANGAN (HA) INTENSITAS SERANGAN (HA) Ringan Sedang Berat Puso Ringan Sedang Berat Puso 1 PENGGEREK BATANG 2 WBC 3 TIKUS 4 TUNGRO 5 GANJUR 6 ULAT GRAYAK 7 HAMA PUTIH PALSU 8 WALANG SANGIT 9 KEPINDING TANAH 10 BURUNG 11 BLAS 12 HAWAR PELEPAH 13 BERCAK DAUN COKLAT 14 HAWAR BAKTERI 15 KERDIL KUNING 16 DAUN JINGGA 17 BERCAK BERGARIS 18 LALAT DAUN 19 BELALANG 20 URET 21 SIPUT MURBEI 22 BLS 23 ULAT DAUN 24 THRIPS 25 KERDIL RUMPUT 26 KERDIL HAMPA 27 NODA PALSU 28 BRS 29 Wereng Punggung Putih JUMLAH OPT 21, , ,212 2, ,149 8, ,708 1, ,062 12, , , , , , , ,836 3, ,340 3, , , ,811 8,762 1,100 2,511 76,307 5,

15 Pertanaman padi sawah dari segi luasan, produktivitas dan serangan OPT sangat tergantung pada kondisi iklim yang ada. Pada awal tahun 2014 lahan pertanian padi sawah banyak yang terkena banjir sehingga menjadi puso dikarenakan curah hujan dan hari hujan pada awal tahun 2014 yang tinggi. Sedangkan lahan padi sawah pada pertengahan 2015 banyak yang mengalami kekeringan sehingga terjadi puso dikarenakan rendahnya curah hujan dan hari hujan. Data curah hujan dan hari hujan pada tahun 2015 dapat dilihat pada data berikut.

16 Data Curah Hujan dan Hari Hujan per bulan Provinsi Jawa Tengah NO KABUPATEN Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH 1 Brebes Tegal Pemalang Pekalongan Batang Km. Semarang Km.Salatiga Semarang Kendal Demak Grobogan Pati Kudus Jepara Rembang Blora Banyumas Cilacap Purbalingga Banjarnegara Magelang Temanggung Wonosobo Purworejo Kebumen Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten Boyolali JML JATENG 11, , , , , Rata² JATENG

17 Luas Panen Padi ladang (Ha) BAB III. PADI LADANG Padi Ladang adalah padi yang ditanam di lahan pekarangan, ladang/huma, tegal/kebun, lahan perkebunan, kolam, tambak, danau, rawa, dan lainnya. Luas tanaman padi ladang di Jawa Tengah tidak sebesar padi sawah. Pada tahun 2015, padi ladang hanya menyumbang sekitar 0,99 % dari produksi tanaman pangan di Jawa Tengah. Tahun 2015 ini padi ladang Jawa Tengah memiliki luas panen Ha turun dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar Ha. Untuk produktivitas padi ladang pada tahun 2015 ini mencapai 41,39 Ku/ha turun dari tahun 2014 yang sebesar 42,28 Ku/ha. Dikarenakan luas panen dan produktivitas padi ladang yang turun maka produksi padi ladang pada tahun 2015 ini juga turun. Produksi padi ladang tahun ini sebesar Ton sedangkan produksi tahun 2014 sebesar ton. Berbeda dengan padi sawah yang dapat ditemui di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, padi ladang hanya ditemui di beberapa Kabupaten/Kota saja, seperti tergambarkan pada grafik luas panen padi ladang Jawa Tengah 2015 berikut ini. 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Luasan tanaman padi ladang identik dengan banyak atau tidaknya sumber air maupun irigasi pada daerah tersebut. Semakin sedikit jaringan irigasi pada suatu daerah semakin tinggi pula luasan tanaman padi ladangnya. Kabupaten dengan luas panen padi ladang terbesar di Jawa Tengah pada 2015 adalah Kabupaten Wonogir, diikuti Blora, Cilacap, Kebumen, dan Rembang. Sedangkan kabupaten Magelang, Sukoharjo, Temanggung, Batang, Kota Magelang, Kota Salatiga dan Kota Tegal pada tahun 2015 tidak terdapat tanaman padi ladang. Penanaman padi ladang di Jawa Tengah sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan curah hujan. Penanaman padi ladang yang turun di 2015 ini dipengaruhi oleh curah hujan 2015 yang lebih rendah dibandingkan dengan Data luas panen, produktivitas dan produksi padi ladang tahun 2014 di Jawa Tengah dapat dilihat di tabel berikut.

18 Tabel Angka Tetap Tanaman Pangan (Padi Ladang) Tahun 2015 Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Kabupaten/Kota Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Cilacap , ,676 Banyumas ,386 Purbalingga ,360 Banjarnegara , ,482 Kebumen , ,387 Purworejo ,402 Wonosobo Magelang Boyolali , ,444 Klaten Sukoharjo Wonogiri , ,264 Karanganyar ,180 Sragen , , , ,037 Grobogan , ,267 Blora , ,106 Rembang , , ,717 Pati , , ,169 Kudus ,637 Jepara , ,607 Demak , ,780 Semarang ,823 Temanggung Kendal ,945 Batang Pekalongan ,023 Pemalang , ,630 Tegal Brebes , , , ,493 Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal JUMLAH 57, ,619 13, , ,672 71, ,852

19 Produksi Padi Ladang (ton) Produksi Padi Ladang (Ton) Pola tanam dan panen padi ladang sama dengan padi sawah. Penanaman padi ladang sangat tergantung oleh iklim dan curah hujan. Luas panen padi ladang terbesar terdapat pada periode Januari- April yang merupakan hasil penanaman periode September-Desember tahun sebelumnya. Berdasarkan data produksi padi ladang dari tahun 1998, mulai dari tahun 2006 produksi padi ladnag mengalami kenaikan yang signifikan dengan puncak tahun Pada tahun 2015 terjadi penurunan dikarenakan curah hujan yang lebih rendah dibandingkan Grafik tren produksi padi ladang dapat dilihat pada grafik berikut. 400, , , , , , ,000 50, Penurunan produksi padi ladang pada tahun 2015 dibandingkan dengan dengan tahun 2014 terlihat pada periode Januari-April. Sedangkan untuk periode Mei-Agustus dan September-Desember terjadi peningkatan akan tetapi cukup kecil. Perbandingan produksi padi ladang per periode antara tahun 2015 dan 2014 dapat dilihat pada grafik berikut Jan-April Mei-Agustus Sep - Des

20 Penurunan produksi padi ladang pada periode Januari-April di tahun 2015 disebabkan oleh penanaman padi ladang pada akhir periode September-Desember 2014 tidak banyak. Hal ini dikarenakan masih rendahnya curah hujan sehingga petani lebih memilih komoditas lain untuk ditanam di ladangnya. Selain itu ada beberapa petani yang tanam padi ladangnya mundur ke periode Januari- April Hal ini yang menyebabkan produksi pada periode Mei-Agustus 2015 menjadi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014.

21 Luas Panen jagung (Ha) BAB IV. JAGUNG Jagung adalah tanaman pangan palawija yang dapat ditanam di lahan sawah maupun lahan non sawah. Pada lahan sawah, jagung biasa digunakan sebagai tanaman sela setelah padi. Jagung di Jawa Tengah banyak digunakan untuk industri pakan ternak, bahan baku industri makanan ataupun untuk konsumsi di beberapa daerah. Jagung menempati posisi ketiga setelah padi sawah dan ubi kayu sebagai penyumbang produksi tanaman pangan di Jawa Tengah pada tahun 2015 dengan persentase 10,75 %. Pada tahun 2015 ini luasan panen padi jagung ha, meningkat bila dibandingkan luas panen 2014 yang seluas Ha. Produktivitas jagung rata-rata Jawa Tengah tahun 2015 adalah 59,18 Ku/ha meningkat signifikan bila dibandingkan dengan produktivitas tahun 2014 yang mencapai 56,71 ku/ha. Dengan luas panen dan produktivitas yang meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2014 maka produksi jagung pun juga meningkat yaitu produksi 2015 sebesar Ton sedangkan produksi tahun 2014 sebesar Ton. Jagung hampir dapat ditemui di semua Kabupaten/Kota di Jawa Tengah kecuali untuk Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Pekalongan dan Kota Tegal. Persebaran luas panen jagung di Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik berikut ini. 120, ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 Kabupaten dengan luasan panen jagung terbesar pada 2015 adalah Kabupaten Grobogan, Wonogiri dan Blora dan sama dengan di tahun Berbeda dengan padi yang cenderung suka dengan air, jagung adalah tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, sehingga Kabupaten-kabupaten yang memiliki debit ar kecil, petaninya lebih cenderung untuk menanam jagung. Sedangkan untuk daerah yang memiliki air yang cukup akan lebih memilih padi. Data luas panen, produktivitas dan produksi tiap Kabupaten/Kota tiap Periode subround dapat dilihat pada tabel berikut.

22 Tabel Angka Tetap Tanaman Pangan (Jagung) Tahun 2015 Kab/Kota Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Cilacap , ,089 Banyumas , ,304 Purbalingga , ,845 2, ,651 6, ,339 Banjarnegara , ,322 Kebumen , ,479 Purworejo ,225 1, ,389 3, ,543 Wonosobo , ,123 Magelang , ,385 Boyolali , ,431 Klaten , ,003 Sukoharjo , ,284 2, ,056 Wonogiri , ,710 Karanganyar , ,410 Sragen , ,369 7, ,640 19, ,322 Grobogan , ,721 17, , , ,941 Blora , ,669 Rembang , ,674 3, ,704 25, ,145 Pati , ,016 4, ,862 20, ,075 Kudus , ,250 Jepara , ,219 Demak , ,700 Semarang , ,177 Temanggung , , ,385 19, ,054 Kendal , ,735 4, ,911 31, ,032 Batang , ,764 2, ,699 6, ,382 Pekalongan , ,017 Pemalang , , ,354 5, ,462 Tegal , ,207 4, ,284 16, ,286 Brebes , ,938 2, ,901 17, ,055 Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang ,763 Kota Pekalongan Kota Tegal JUMLAH 247, ,460, , ,106, , , , ,212,392

23 Produksi Jagung (ton) Produksi tahun 2015 ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan produksi jagung tahun Selain minat petani untuk menanam jagung meningkat dibandingkan dengan tanaman palawija yang lain, hal lain yang menyebabkan kenaikan produksi tersebut adalah penggunaan benih jagung hibrida yang semakin meningkat dan program pengembangan jagung yang cukup luas terutama pengembangan jagung di lahan hutan. Perkembangan produksi jagung dapat dilihat pada grafik berikut ini. 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, , Produksi jagung dari tahun 1998 mengalami tren yang meningkat. Produksi jagung Jawa Tengah mencapai titik tertinggi pada tahun 2015 ini. Penggunaan benih jagung hibrida yang meningkat mengakibatkan produktivitas jagung meningkat pula. Peningkatan tanaman jagung juga dipengaruhi oleh semakin meningkatnya permintaan jagung untuk bahan baku industri makanan atau makanan ternak. Mulai tahun 2014 terdapat program penambahan areal tanam jagung di lahan hutan. Permintaan jagung yang semakin meningkat serta kemudahan penanaman jagung bahkan sampai di lahan hutan semakin meningkatkan minat petani untuk menanam jagung. Pola produksi tiap periode pada tahun 2015 dan 2014 dapat dilihat pada grafik berikut ini.

24 Produksi Jagung (Ton) Jan-April Mei-Agustus Sep - Des Banjir yang melanda lahan pertanaman jagung pada tahun 2015 ini lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2014 terutama pada periode Januari-April. Hal ini pula yang mengakibatkan luas panen dan produktivitas jagung pada periode Januari-Februari tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan 2014 dengan berkurangnya puso dan lahan yang terkena. Walaupun pada tahun 2015 tidak terjadi banjir, curah hujan pada awal tahun 2015 cukup sesuai untuk penanaman tanaman jagung sehingga petani lebih memilih tanaman jagung dibandingkan dengan tanaman palawija yang lain. Akan tetapi luas panen jagung pada periode September-Desember lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun Hal ini diakibatkan karena lahan pertanaman jagung yang terkena bencana kekeringan pada tahun 2015 lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun Data banjir dan kekeringan yang berdampak pada tanaman jagung di Jawa Tengah tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.

25 Data Bencana Alam Banjir pada Komoditas Jagung (Ha) No Kabupaten/Kota Terkena Puso Terkena Puso 1 Brebes Km. Tegal Tegal Pemalang Km Pekalongan Pekalongan Batang Km. Semarang Km Salatiga Semarang Kendal Demak Grobogan P a t i Kudus Jepara Rembang Blora Banyumas Cilacap Purbalingga Banjarnegara Km Magelang Magelang Temanggung Wonosobo Purworejo Kebumen Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten Boyolali Km. Surakarta - - JUMLAH 1,

26 Data Bencana Alam Kekeringan pada Komoditas Jagung (Ha) No Kabupaten/Kota Terkena Puso Terkena Puso 1 Brebes Km. Tegal Tegal Pemalang Km Pekalongan Pekalongan Batang Km. Semarang Km Salatiga Semarang Kendal Demak Grobogan 334-6, P a t i Kudus Jepara Rembang Blora Banyumas Cilacap Purbalingga Banjarnegara Km Magelang Magelang Temanggung Wonosobo Purworejo Kebumen Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten Boyolali Km. Surakarta - - JUMLAH 1, ,

27 Dikarenakan curah hujan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014, serangan OPT pada jagung di Jawa Tengah juga lebih kecil. Walaupun puso karena serangan OPT pada tahun 2015 ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu dari 1 ha menjadi 5 ha, angka puso tersebut relatif kecil dibandingkan dengan penambahan luas tanam bila dibandingkan dengan Data OPT yang menyerang jagung di Jawa Tengah dapat dilihat pada table berikut Data Organisme Pengganggu Tanaman pada Komoditas Jagung No. JENIS OPT 1 LALAT BIBIT 2 PENGGEREK BATANG 3 TIKUS 4 KARAT 5 BULAI 6 PENGGEREK TONGKOL 7 URET 8 ULAT TANAH 9 HAWAR DAUN 10 WERENG JAGUNG 11 BELALANG 12 ULAT GRAYAK 13 HAWAR PELEPAH 14 BABI HUTAN 15 BUSUK TONGKOL 16 KUMBANG LANDAK 17 KUDIS JUMLAH OPT INTENSITAS SERANGAN (HA) INTENSITAS SERANGAN (HA) Ringan Sedang Berat Puso Ringan Sedang Berat Puso , , , , , ,

28 BAB V. KEDELAI Salah satu komoditas tanaman pangan yang permintaan pasarnya cukup tinggi sedangkan produksi masih rendah di lingkup dalam negeri adalah kedelai. Kedelai memang termasuk komoditas yang tidak mudah untuk dibudidayakan di lahan di Jawa Tengah. Akan tetapi pengembangan varietas kedelai lokal cukup pesat sehingga sedikit-demi sedikit varietas lokal yang sesuai dengan kondisi alam dan iklim Indonesia bermunculan. Kedelai bukan merupakan tanaman pangan utama di Jawa Tengah dan ditanam sebagai tanaman sela setelah penanaman padi saat ketersediaan air kurang melimpah. Luas panen kedelai Jawa Tengah pada tahun 2015 mencapai Ha, turun dibandingkan luas panen tahun 2014 yang mencapai Ha. Produktivitas rata-rata setahun kedelai untuk tahun 2015 adalah 18,38 naik dari produktivitas tahun 2014 yang mencapai 17,37 ha. Walaupun luas panen 2015 turun, dengan produktivitas yang naik, produksi tahun 2015 naik dengan nilai produksi ton sedangkan produksi 2014 mencapai Ton. Data luas panen, produktivitas dan produksi kedelai secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.

29 Tabel Angka Tetap Tanaman Pangan (Kacang Tanah) Tahun 2015 Kabupaten/Kota Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Cilacap , ,244 Banyumas , ,534 Purbalingga Banjarnegara Kebumen , ,530 Purworejo , ,422 2, ,567 Wonosobo Magelang 0 0! Boyolali , ,062 Klaten , ,026 Sukoharjo , ,505 1, ,950 Wonogiri , ,254 Karanganyar Sragen , ,487 2, ,600 Grobogan , , , ,003 Blora , ,000 Rembang , , , ,544 Pati , , ,430 3, ,172 Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal , ,032 Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes , , , ,493 Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal Total 28, ,237 19, ,814 23, ,743 70, ,794

30 Luas Panen Kedelai (Ha) Proporsi produksi kedelai pada produksi tanaman pangan di Jawa Tengah hanya berkisar 0.43 % dari total produksi tanama pangan di Jawa Tengah. Kabupaten/Kota yang terdapat tanaman kedelai tidak sebanyak jagung maupun padi. Persebaran tanaman kedelai di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah pada tahun 2015 dapat dilihat pada grafik berikut. 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Kabupaten Grobogan masih merupakan penghasil kedelai terbesar di Jawa Tengah. Selain kondisi alam dan iklim yang sesuai untuk penanaman kedelai, di kabupaten Grobogan juga digunakan varietas lokal unggul yaitu varietas Grobogan. Hampir 25 % luasan panen kedelai di Jawa Tengah terdapat di Kabupaten Grobogan. Akan tetapi dengan banyaknya program-program pemerintah dalam pengembangan kedelai menyebabkan penanaman kedelai juga mulai dikembangkan di Kabupaten/Kota lain walaupun total luasan panen se Jawa Tengah berkurang. Produksi kedelai tahun 2015 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tahun Kenaikan produksi kedelai pada tahun 2015 disebabkan oleh meningkatnya produktivitas walaupun luas panen turun. Perkembangan produksi kedelai Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik berikut.

31 Produksi Kedelai (Ton) Produksi Kedelai (ton) 250, , , ,000 50, Apabila diperhatikan, kenaikan dan penurunan produksi kedelai tiap tahun sangat fluktuatif. Hal ini diakibatkan penanaman kedelai sangat bergantung pada minat petani. Pengaruh harga jual kedelai dan harga jual komoditas lain sangat menentukan minat petani untuk menanam kedelai. Selain kedua faktor tersebut juga terdapat faktor program pengembangan kedelai dari Pemerintah. Dari tren terlihat bahwa produksi kedelai mengalami tren yang menurun, akan tetapi dengan adanya program-program pengembangan kedelai pemerintah, produksi kedelai sedikit dapat ditingkatkan kembali. Produksi kedelai tahun 2015 meningkat sedikit dibandingkan tahun 2014 dikarenakan naiknya produktivitas. Produktivitas yang meningkat apabila dibandingkan dengan 2014 diakibatkan karena adanya program pemerintah sehingga benih yang digunakan adalah benih yang unggul dan sarana seperti pupuk yang memadai. Gambaran produksi kedelai tahun 2014 dan 2013 per periode dapat dilihat pada grafik berikut Jan-April Mei-Agustus Sep - Des Pola produksi kedelai di Jawa Tengah pada tahun 2015 hampir sama dengan pola produksi pada tahun Peningkatan produksi terjadi pada setiap periode subround. Kesamaan pola produksi menunjukan bahwa pertanaman kedelai belum begitu berkembang di jawa Tengah. Hal ini lebih

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA JAW A TENGAH 1996-2011 ISSN : 0854-6932 No. Publikasi : 33531.1204 Katalog BPS : 5203007.33 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : 245 halaman Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015 KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH OUT LINE 1. CAPAIAN PRODUKSI 2. SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN 3. CAPAIAN

Lebih terperinci

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) No. 74/12/33 Th.VII, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM JAWA TENGAH TAHUN 2013 SEBANYAK 3,31 JUTA RUMAH TANGGA, TURUN 28,46 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah

Lebih terperinci

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH UPAYA PEMANTAPAN SWASEMBADA PADI, JAGUNG DAN KEDELAI UNTUK MENDUKUNG PERWUJUDAN KEDAULATAN PANGAN NASIONAL DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH LAHAN BASAH (HA) 990.652

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki lahan perikanan yang cukup besar. Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan untuk mendukung upaya pengembangan perekonomian

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) No. 52/11/36/Th. VIII, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) TAHUN 2014 LUAS PANEN PADI SAWAH MENINGKAT TETAPI PRODUKTIVITAS MENURUN Berdasarkan Angka Ramalan

Lebih terperinci

KESIAPAN JATENG MENGANTISIPASI DAMPAK ANOMALI IKLIM UNTUK MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN

KESIAPAN JATENG MENGANTISIPASI DAMPAK ANOMALI IKLIM UNTUK MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN KESIAPAN JATENG MENGANTISIPASI DAMPAK ANOMALI IKLIM UNTUK MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH KINERJA KEGIATAN 2015 Produksi padi tertinggi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun 2000-an kondisi agribisnis tembakau di dunia cenderung

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014) No. 16/03/36/Th.IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014) PRODUKSI PADI 2014 LEBIH RENDAH BILA DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Banten

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 728 112 20 1,955 2,178 2,627 1,802 9,422 57,379 16.42 2 Purbalingga 70 50 11 471

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No. 22/03/51/Th. IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 2,74 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TARUN 2116 PERUBAHANPERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN2015 KEBUTUHAN DAN HARGAECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIANDI

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH Joko Sutrisno 1, Sugihardjo 2 dan Umi Barokah 3 1,2,3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH

PENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH PENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH Rachman Djamal, dkk Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang Telp.

Lebih terperinci

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961 IR. SUGIONO, MP Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961 1 BBPTU HPT BATURRADEN Berdasarkan Permentan No: 55/Permentan/OT.140/5/2013 Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden yang

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan pembangunan dan global governance pada abad ke 21, dampaknya terhadap pengelolaan sektor pertanian dan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi untuk mencapai pertumbuhan angkatan kerja, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi untuk mencapai pertumbuhan angkatan kerja, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan menjadi suatu upaya untuk mencapai peningkatan kesejahteraan sosial, yaitu dengan gerakan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan fungsi beras sebagai makanan pokok bagi hampir seluruh penduduk. Pentingnya keberadaan beras

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

Dr. Syech Suhaimi,SE,M.Si. Kepala BPS Provinsi Banten. Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Dr. Syech Suhaimi,SE,M.Si. Kepala BPS Provinsi Banten. Badan Pusat Statistik Provinsi Banten Dr. Syech Suhaimi,SE,M.Si. Kepala BPS Provinsi Banten Badan Pusat Statistik Provinsi Banten DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Menyelenggarakan Statistik dasar : melalui (Sensus, survei atau

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2012 Kepala Badan Pusat Statistik RI, Dr. Suryamin

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2012 Kepala Badan Pusat Statistik RI, Dr. Suryamin KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan Tahun 2012 ini memuat penjelasan teknis berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data serta penghitungan Angka Ramalan

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sehingga produksi tercapai

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013) A. PADI No. 45/07/35/Th.XI,1 Juli 2013 Angka Tetap (ATAP) tahun 2012 produksi Padi Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/07/12/Th.VI. 02 Juli 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2011 DAN RAMALAN I TAHUN 2012) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 96 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Dalam bab ini, akan dipaparkan secara umum tentang 14 kabupaten dan kota yang menjadi wilayah penelitian ini. Kabupaten dan kota tersebut adalah

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015) No. 47/07/35/Th XIII,1 Juli 2015 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2014 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan ialah metode penelitian eksplanatoris. Penelitian eksplanatoris merupakan penelitian yang bersifat noneksploratif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi perhatian pemerintah, karena tingkat konsumsi masyarakat akan kedelai sangatlah besar yaitu 2,23 juta

Lebih terperinci

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017 REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL 13-17 JULI 2017 NO SIMBOL JENIS STAND NOMOR STAND INSTANSI 1 1 Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah 2 2 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 44/07/71/Th. XVI, 1 Juli 2016 ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (Atap) produksi padi tahun 2015 mencapai 674.169 ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH No Program Anggaran Sub Sasaran Lokasi 1. Program Rp. 1.000.000.000 Pelayanan dan Sosial Kesejahteraan Sosial Penyandang

Lebih terperinci

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 21/03/71/Th. IX, 2 Maret 2015 ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 640.162 ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/11/Th.V. 01 Juli 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2010 DAN RAMALAN II TAHUN 2011) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2010,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi umum Provinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pemerintahan, wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut : A. Administrasi Pemerintah,

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) No.22/03/35/Th XIII,2 Maret 2015 A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 12,398 juta ton Gabah

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 47/07/71/Th. XI, 1 Juli 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 637.927 ton Gabah Kering Giling (GKG).

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 08/05/33/Th.I, 15 Mei 2007 TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH MENURUN 0,1% Tingkat Penganguran Terbuka di Jawa Tengah pada Februari 2007 adalah 8,10%. Angka ini 0,10% lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita kenal dengan istilah Beras (Purnomo & Purnamawati, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kita kenal dengan istilah Beras (Purnomo & Purnamawati, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu tanaman pangan indonesia. Di indonesia ada beberapa tanaman pangan yang dikonsumsi rakyat sebagian berasal dari beberapa jenis padi, ubi

Lebih terperinci

STATISTIK PADI PALAWIJA

STATISTIK PADI PALAWIJA KATALOG BPS: 5203015.1204 STATISTIK PADI PALAWIJA KABUPATEN TAPANULI TENGAH 2011 STATISTIK PADI PALAWIJA Kabupaten Tapanuli Tengah 2011 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TAPANULI TENGAH STATISTIK PADI PALAWIJA

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 47/07/71/Th.IX, 1 Juli 2015 ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 1 (Aram 1) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 664.282 ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th XIII, 2 November PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II ) A. PADI Angka Ramalan (ARAM) II produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar 13,05 juta ton Gabah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah. Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan

Lebih terperinci

STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN

STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN Katalog:3311006.6102 Katalog:3311006.6102 STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BENGKAYANG 2015 Statistik Penggunaan Lahan Kabupaten Bengkayang 2015 ISSN : 2540-8488 No Publikasi : 61020.1639 Katalog :

Lebih terperinci

GUBERNURJAWATENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG

GUBERNURJAWATENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG GUBERNURJAWATENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG KEBUTUHANDAN HARGAECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIANDI PROVINSIJAWA TENGAH TAHUNANGGARAN2016 DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESA

Lebih terperinci

LUAS LAHAN MENURUT PENGGUNAANNYA KABUPATEN PURBALINGGA 2014 No. Katalog BPS : 3311004.3303 No. Publikasi : 33033.1502 Ukuran Buku : 15 cm X 21 cm Jumlah Halaman : 19 halaman Naskah / Olah Data : Rachmat

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 046/11/12/Th.VI. 01 November 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2012) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2012,

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH,

GUBERNUR JAWA TENGAH, GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 wsm 2^17 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 2009 DAN ANGKA RAMALAN II 2010) No. 03/07/53/Th.XIII, 1 Juli 2010 PUSO NTT 2010 MENGHAMBAT PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 16/03/71/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi di Sulawesi Utara tahun 2015 diperkirakan sebesar 674.169 ton

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM PETA WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG Temanggung Dalam Angka Tahun 2011 1 LETAK GEOGRAFI Kabupaten Temanggung terletak antara : 110 o 23' - 110 o 46'30" Bujur Timur 7 o 14'

Lebih terperinci

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 PAPARAN SEKRETARIS DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 Ungaran, 19 Januari 2017 Struktur Organisasi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 48/11/Th. XVII, 03 November 2014 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) Sampai dengan Subround II (Januari-Agustus) tahun 2014, telah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap 15.24 6.68 22.78 1676090 2 Kab. Banyumas 18.44 5.45 21.18 1605580 3 Kab. Purbalingga 20.53 5.63 21.56 879880 4 Kab. Banjarnegara

Lebih terperinci

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 NO KAB./KOTA L P JUMLAH 1 KABUPATEN REMBANG 820 530 1.350 2 KOTA MAGELANG 238 292 530 3 KABUPATEN WONOGIRI 2.861

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci