BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas. Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan mempertimbangkan bahwa agroindustri nata de coco di daerah tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. 3.2 Metode Penetuan Sampel Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode snowball sampling (bola salju), yaitu dengan menemui satu orang pengusaha nata de coco untuk menunjuk responden/sampel berikutnya yang sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah industri rumah tangga yang memproduksi nata de coco lembaran (masih mentah). Besar sampel yang didapat adalah sebanyak 4 sampel. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, dengan cara melakukan wawancara langsung dengan pengusaha agroindustri nata de coco dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan.

2 3.4 Metode Analisis Data Untuk hipotesis 1 digunakan analisis deskriptif dan hipotesis 2 digunakan analisis SWOT. Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal. 2. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal, eksternal, dan matrik SWOT. 3. Tahap pengambilan keputusan. Tahap pengambilan data ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi perusahaan dapat dilakukan dengan wawancara terhadap ahli perusahaan yang bersangkutan. Setelah mengetahui berbagai faktor dalam perusahaan maka tahap selanjutnya adalah membuat matriks internal eksternal. Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal Faktor Strategi Internal & Eksternal Rating Bobot Skor (Rating x Bobot) Kekuatan/Kelemahan Total Skor Kekuatan/Kelemahan 100 Peluang/Ancaman Total Skor Peluang/Ancaman 100 Sumber: Rangkuti, 1997.

3 Berdasarkan tabel tersebut, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strategi adalah menetukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan/kelemahan serta peluang/ancaman dalam kolom 1, lalu beri peringkat (rating) untuk setiap faktor pada kolom 2 berdasarkan respon sampel penelitian terhadap faktor-faktor tersebut, yaitu: Tabel 4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal 4 Sangat Besar Kekuatan Peluang 3 Besar Kekuatan Peluang 2 Kecil Kekuatan Peluang 1 Sangat Kecil Kekuatan Peluang 1 Sangat Besar Kelemahan Ancaman 2 Besar Kelemahan Ancaman 3 Kecil Kelemahan Ancaman 4 Sangat Kecil Kelemahan Ancaman Sumber: Rangkutui, Kemudian beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1 pada kolom 3 dengan rumus seperti berikut: Bobot = rating x total bobot total rating Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4 (Rangkuti, 1997). Matrik SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk empat kemungkinan alternatif strategi.

4 Tabel 5. Matrik SWOT INTERNAL EKSTERNAL OPPORTUNITIES (O) - Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal THREATHS (T) - Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Sumber: Rangkuti, STRENGTHS (S) - Tentukan 5-10 faktorfaktor kekuatan internal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman WEAKNESSES (W) - Tentukan 5-10 faktorfaktor kelemahan internal STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Keterangan: 1. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

5 4. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 1997). 3.5 Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat Defenisi dan Batasan Operasional sebagai berikut: Defenisi: 1. Agroindustri, adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian berupa limbah tanaman kelapa, yaitu air kelapa. 2. Nata de coco, adalah jenis komponen minuman yang merupakan senyawa selulosa yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi. 3. Strategi pemasaran, adalah rencana tindakan yang hendak diikuti oleh manajer pemasaran yang berdasarkan atas analisa situasi dan tujuan perusahaan. Batasan Operasional: 1. Tempat penelitian adalah perusahaan agroindustri nata de coco di Kota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas. 2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2013.

6 BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK AGROINDUSTRI NATA DE COCO 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Kota Medan terletak antara 3.27' 3.47ʹ Lintang Utara dan 98.35ʹ 98.44ʹ Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,49 C 23,97 C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15 C 34,21 C. Kelembaban udara di wilayah Medan rata-rata %. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat, dan timur. Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat I di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Berikut adalah deskripsi kecamatan di Kota Medan yang merupakan lokasi penelitian pada agroindustri nata de coco, yaitu Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas Medan Tembung Kecamatan Medan Tembung merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 7,78 km². Kecamatan Medan Tembung berbatasan dengan:

7 - Sebelah Utara berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Selatan berbatas dengan : Kecamatan Medan Denai - Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Perjuangan - Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Tembung, Kelurahan Bantan memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 1,51 km² sedangkan Kelurahan Tembung mempunyai luas terkecil yakni 0,64 km². Kecamatan Medan Tembung dihuni oleh orang dimana penduduk terbanyak di Kelurahan Bantan yakni sebanyak orang dan jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Tembung yakni sebanyak orang. Perusahaan industri di Medan Tembung sudah mulai ramai, terutama industri rumah tangga. Tercatat pada tahun 2012 terdapat sebanyak 48 industri kecil dan industri rumah tangga di Kecamatan Medan Tembung Medan Johor Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 16,96 km². Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan: - Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Medan Polonia - Sebelah Selatan berbatas dengan : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Selayang - Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Medan Amplas

8 Dari enam kelurahan di Kecamatan Medan Johor, Kelurahan Kwala Bekala memiliki luas wilayah terluas yaitu sebesar 5,50 km² sedangkan Kelurahan Kedai Durian memiliki luas wilayah terkecil yaitu 0,98 km². Kecamatan Medan Johor dihuni oleh orang dimana penduduk paling banyak berada di Kelurahan Kwala Bekala yakni sebanyak orang, jumlah penduduk paling kecil berada di Kelurahan Kedai Durian yakni sebanyak orang. Perusahaan industri di Medan Johor sudah mulai banyak bermunculan, terutama industri rumah tangga. Perusahaan industri besar banyak terdapat di Kelurahan Kedai Durian, pada tahun 2012 tercatat sebanyak 23 industri besar dan sedang, dan 247 industri kecil dan industri rumah tangga di Kecamatan Medan Johor Medan Amplas Kecamatan Medan Amplas merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 13,764 km². Kecamatan Medan Amplas berbatasan dengan: - Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Medan Denai - Sebelah Selatan berbatas dengan : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Johor - Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Amplas, Kelurahan Harjosari II memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 4,59 km², sedangkan Kelurahan Siti Rejo II mempunyai luas wilayah terkecil yakni 0,40 km².

9 Kecamatan Medan Amplas dihuni oleh orang dimana penduduk terbanyak berada di Kelurahan Harjosari I yakni sebanyak orang dan jumlah penduduk terkecil ada di Kelurahan Bangun Mulia yakni sebanyak orang. Perusahaan industri di Medan Amplas sudah mulai banyak yang bermunculan, terutama industri kecil. Tercatat pada tahun 2012 terdapat sebanyak 17 industri besar dan sedang, 23 industri kecil, dan 21 industri rumah tangga di Kecamatan Medan Amplas. 4.2 Karakteristik Agroindustri Nata De Coco Karakteristik Sampel Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusaha, serta luas lahan dan bangunan usaha. Secara rinci, karakteristik sampel pengusaha agroindustri nata de coco dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Karakteristik Pengusaha Agroindustri Nata De Coco Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range Umur Tahun Tingkat Pendidikan Tahun Lama Usaha Tahun 2, Luas Lahan Usaha m² 887, Luas Bangunan Usaha m² 167, Sumber: Analisis data primer, Lampiran 1. Dari tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata umur pengusaha agroindustri nata de coco adalah 32 tahun dengan rentang antara tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang dijalani oleh pengusaha tersebut rata-rata adalah 13 tahun, ini

10 menunjukkan bahwa pendidikan pengusaha nata de coco adalah tingkat SMA/sederajat. Sedangkan pengalaman berusaha di bidang agroindustri nata de coco tersebut rata-rata adalah 2,75 tahun dengan rentang antara 2 3 tahun. Rata - rata luas lahan usaha nata de coco adalah 887,5 m² dengan rentang antara m², sedangkan luas bangunan untuk memproduksi nata de coco rata-rata adalah 167,5 m² dengan rentang antara m² Permodalan Modal usaha bagi pengusaha skala besar ataupun kecil merupakan unsur yang utama dalam mendirikan suatu usaha yang bertujuan untuk mendukung peningkatan pendapatan (profit) yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup pengusaha itu sendiri. Modal usaha berasal dari modal sendiri, modal keluarga, ataupun pinjaman dari lembaga keuangan (bank). Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal pinjaman pada bank Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu kegiatan produksi. Tenaga kerja dalam usaha agroindustri nata de coco di daerah penelitian diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi seperti pembelian bahan baku, penyaringan bahan baku, pemasakan air kelapa, pencetakan, pencucian wadah, pengemasan hasil, pengangkutan hasil, dll.

11 Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, rata-rata jumlah tenaga kerja yang dipakai adalah 6 orang dengan rentang antara 3 7 orang. Jam kerja untuk memproduksi nata de coco rata-rata dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Upah tenaga kerja pada industri ini adalah sebesar Rp /hari atau sekitar Rp /bulan Bahan Baku Bahan baku sangat penting bagi perusahaan agroindustri yang mengolah suatu produk, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu kualitas dari produk yang dihasilkannya. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi nata de coco harus berkualitas, yaitu tidak kotor, tidak bau, dan tidak basi. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kualitas nata de coco yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, penyediaan bahan baku berupa air kelapa cukup tersedia untuk kebutuhan produksi yaitu rata-rata sekitar 1875 liter/hari dengan rentang antara liter/hari. Umumnya pengusaha memperoleh bahan baku dari pasarpasar yang berada di Kota Medan. Tabel 7. Kebutuhan bahan baku pada agroindustri nata de coco di daerah penelitian tahun Sampel Kebutuhan Air Kelapa per Hari liter liter liter liter Sumber: Analisis data primer.

12 4.2.5 Fasilitas Perusahaan Fasilitas perusahaan agroindustri nata de coco pada lokasi penelitian meliputi seluruh peralatan dan perlengkapan yang terdapat dalam perusahaan untuk memperlancar kegiatan produksi. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada agroindustri nata de coco di lokasi penelitian, fasilitas-fasilitas tersebut adalah: 1. Fasilitas Produksi Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi nata de coco adalah: - Jerigen air sebagai media penyimpanan air kelapa (bahan baku). - Saringan untuk menyaring air kelapa yang masih kotor karena tercampur material lain seperti serabut, pecahan tempurung, dll. - Tangki air sebagai media penyimpanan air kelapa yang telah disaring dan siap untuk dimasak. - Panci ukuran besar dengan kapasitas 150 dan 300 liter serta kompor untuk memasak air kelapa. - Botol sirup sebagai media penyimpanan bibit nata. - Gayung plastik untuk menuangkan air kelapa yang sudah dimasak ke dalam loyang plastik. - Loyang plastik untuk mencetak air kelapa yang akan difermentasi. - Koran sebagai penutup air kelapa pada loyang plastik selama proses fermentasi.

13 2. Fasilitas Penyimpanan Bibit nata yang difermentasi serta nata de coco yang sudah dicetak disusun di rak dan disimpan di dalam gudang penyimpanan yang terdapat di dalam pabrik. Sedangkan untuk nata de coco yang sudah jadi dimasukkan ke dalam tong berukuran besar dan disimpan di dalam gudang penyimpanan hingga nata de coco tersebut dijemput oleh agen. 3. Fasilitas Transportasi Masing-masing industri nata de coco memiliki 1 mobil pick-up dengan kapasitas 50 jerigen untuk mengangkut bahan baku berupa air kelapa ke pasar. 4.3 Proses Pembuatan Nata De Coco Proses pengolahan air kelapa menjadi nata de coco terdiri dari dua tahapan, yaitu pembuatan bibit nata (starter) dan pembuatan nata de coco. Bahan baku yang digunakan adalah air kelapa, air cuka, gula, dan pupuk urea/za. 1. Pembuatan bibit nata (starter) - Penyaringan Air kelapa yang akan dimasak terlebih dahulu disaring dengan menggunakan kain saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan air kelapa yang kotor karena masih tercampur dengan material lain seperti serabut, pecahan tempurung, dll. - Proses memasak Air kelapa yang telah disaring dimasukkan ke dalam panci besar yang sebelumnya sudah disterilkan, lalu dipanaskan dan dicampur dengan air

14 cuka, gula, dan pupuk urea/za. Proses perebusan dilakukan ± 2,5 jam hingga air kelapa mendidih. Proses perebusan bertujuan untuk menghancurkan mikroba-mikroba yang terdapat dalam air kelapa. - Fermentasi Dalam keadaan panas, air kelapa yang telah dimasak dimasukkan ke dalam botol bekas sirup yang sebelumnya telah disterilkan lalu ditutup dengan plastik. Selanjutnya bibit nata dibiarkan sampai dingin. Setelah dingin, berikan cairan Acetobacter Xylinum dan disimpan di dalam ruangan sampai 4 5 hari hingga bakteri tumbuh pada bibit nata tersebut. 2. Pembuatan nata de coco - Penyaringan Air kelapa yang akan dimasak terlebih dahulu disaring dengan menggunakan kain saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan air kelapa yang masih kotor. - Proses memasak Air kelapa yang telah disaring dimasukkan ke dalam panci besar lalu dipanaskan dan dicampur dengan air cuka, gula, dan pupuk urea/za. Proses perebusan dilakukan ± 2,5 jam hingga air kelapa mendidih. - Fermentasi Dalam keadaan panas, air kelapa yang telah dimasak dituang ke dalam loyang yang sebelumnya telah disterilkan lalu ditutup dengan kertas koran. Selanjutnya nata de coco didiamkan selama satu hari. Setelah dingin, berikan cairan bibit nata (starter) dan diamkan selama 6 7 hari agar terbentuk lembaran nata de coco.

15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco Kekuatan Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco Adapun kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah: 1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco Setiap perusahaan yang ingin masuk ke dalam agroindustri nata de coco memerlukan modal yang besar untuk biaya investasi dan operasi. Modal tersebut dapat menjadi ancaman bagi para pengusaha. Namun, di daerah penelitian modal bukannlah menjadi ancaman bagi mereka dalam menjalankan usahanya. Modal usaha bisa berasal dari modal sendiri, modal keluarga, ataupun pinjaman dari lembaga keuangan/bank. Lembaga keuangan sangat dibutuhkan oleh dunia usaha agribisnis, terutama bagi usaha kecil yang biasanya membutuhkan modal tambahan sebagai modal investasi dan modal kerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal pinjaman pada bank yaitu pada Bank Mega dan BRI. Besarnya modal yang digunakan pada usaha nata de coco tersebut rata-rata adalah Rp dengan rentang antara Rp Rp

16 2. Harga jual produk nata de coco per Kg Dalam menetapkan harga produk, perusahaan tidak hanya menetapkan harga berdasarkan kehendak perusahaan. Penetapan harga harus melihat penetapan harga pesaing, sehingga perusahaan dapat mempertahankan pelanggan (distributor) dan memperoleh keuntungan yang memuaskan. Penetapan harga yang terlalu tinggi menyebabkan kehilangan pelanggan (distributor) karena berpindah menjadi pelanggan dari perusahaan pesaing. Penetapan harga yang terlalu rendah juga menyebabkan berkurangnya keuntungaan (profit) yang diperoleh perusahaan, hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan usaha. Dalam penentuan harga jual produknya pengusaha terlebih dahulu menghitung beberapa biaya seperti biaya tenaga kerja, biaya material/bahan baku, dan biaya lain-lain seperti biaya administrasi, biaya pemasaran, dan sebagainya setelah itu baru ditentukan berapa keuntungan yang ingin diperoleh. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, rata-rata harga jual produk nata de coco dalam bentuk lembaran adalah Rp 1.500/Kg. Harga tersebut diperoleh berdasarkan total biaya untuk memproduksi produk nata de coco adalah Rp 850/Kg kemudian pengusaha ingin mengambil keuntungan sebesar 80%, maka besar harga jual yang ditetapkan adalah sebesar Rp Harga tersebut merupakan kekuatan perusahaan agroindustri dan dianggap sesuai dengan permintaan akan nata de coco mentah di Kota Medan yang cenderung tinggi.

17 3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco Dari segi sosial, usaha nata de coco menyerap tenaga kerja lokal yang besar baik perusahaan menengah, besar, kecil maupun rumah tangga. Usaha ini hanya menggunakan teknologi yang sederhana tanpa perlu pengetahuan yang spesifik. Tenaga kerja untuk memproduksi nata de coco tidak membutuhkan pendidikan formal atau pengetahuan khusus, tetapi lebih memerlukan ketrampilan dan ketekunan. Hal ini merupakan kekuatan bagi perusahaan agroindustri karena apabila terjadi peningkatan permintaan, pengusaha tidak mengalami kesulitan untuk mencari tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja juga dapat dipenuhi dari keluarga sendiri atau dari tetangga sekitar. Tenaga kerja biasanya ada yang tetap dan tidak tetap (borongan). Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam industri nata de coco skala kecil-rumah tangga rata-rata adalah 6 orang dengan jam kerja kurang lebih 8 jam/hari yaitu mulai dari jam 8 pagi 4 sore Kelemahan Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco Adapun kelemahan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah: 1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, agroindustri pada sampel penelitian hanya memproduksi nata de coco dalam bentuk lembaran yang merupakan bahan baku bagi makanan dan

18 minuman yang terbuat dari nata de coco. Tidak adanya variasi produk pada agroindustri ini dianggap sebagai kelemahan perusahaan karena keuntungan yang diperoleh hanya berasal dari penjualan produk mentah. Padahal dengan memiliki kekuatan perusahaan seperti modal dan tenaga kerja, nata de coco mentah tersebut dapat diolah menjadi berbagai minuman dan agar-agar dalam kemasan yang menarik yang tentunya dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menghasilkan produk mentah saja. 2. Jumlah produksi nata de coco per hari Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, jumlah produksi nata de coco per hari rata-rata adalah 800 Kg/hari dengan rentang antara Kg/hari. Dalam skala industri kecil/rumah tangga, produksi harian nata de coco dengan jumlah tersebut dianggap masih kecil karena dengan adanya kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan seharusnya dapat memproduksi hingga 3 5 ton/hari. Namun, perusahaan agroindustri nata de coco di daerah penelitian tidak dapat memproduksi dalam jumlah besar karena jumlah produksi ditentukan oleh agen/distributor yang membeli hasil produk perusahaan tersebut. Dengan dibatasinya jumlah produksi tersebut merupakan kendala bagi usaha nata de coco dalam mendapatkan profit yang lebih tinggi. 3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco Akses ke saluran distribusi merupakan kendala dalam agroindustri nata de coco, karena saluran distribusi untuk produk nata de coco umumnya sudah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar nata de coco, sehingga para pengusaha nata de coco skala kecil-rumah tangga mengalami kesulitan untuk melakukan distribusi

19 produknya. Promosi/sistem penjualan produk yang dijalankan agroindustri nata de coco di daerah penelitian lebih banyak ditujukan ke agen (distributor), karena para pengusaha nata de coco tidak memiliki akses (link) ke industri besar. Hal ini merupakan kendala bagi usaha tersebut untuk memperluas jaringan pemasaran produknya Peluang Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco Adapun peluang agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah: 1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco Bahan baku sangat penting bagi perusahaan agroindustri yang mengolah suatu produk, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu kualitas dari produk yang dihasilkannya. Keberlangsungan input juga merupakan hal yang penting dalam manajemen agribisnis termasuk nata de coco. Air kelapa merupakan bahan baku yang mudah didapat, tersedia sepanjang tahun, dan harganya murah. Pada mulanya air kelapa kebanyakan hanya merupakan limbah dari industri pembuatan kopra atau minyak goreng. Dalam hal penyediaan bahan baku, perusahaan agroindustri nata de coco sudah dapat mengkoordinir dengan baik sehingga proses produksi akan terus berjalan dan dapat mencapai target produksi yang dibutuhkan. Hal ini merupakan peluang bagi pengusaha agroindustri untuk meningkatkan jumlah produksinya.

20 Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, penyediaan bahan baku berupa air kelapa cukup tersedia untuk kebutuhan produksi yaitu rata-rata sekitar 1875 liter/hari dengan rentang antara liter/hari dengan harga Rp Rp 6.000/jerigen (1 jerigen = 25 liter). Umumnya pengusaha memperoleh bahan baku tersebut dari pasar-pasar yang berada di Kota Medan. 2. Pangsa pasar produk nata de coco Produk kelapa yang biasanya dijual oleh masyarakat adalah kopra, minyak goreng, gula merah, dan kelapa butiran. Padahal banyak sekali produk-produk yang bisa diturunkan dari buah kelapa. Salah satunya adalah nata de coco yang menggunakan bahan baku air kelapa. Dari segi skala perusahaan, usaha nata de coco dilakukan oleh beberapa perusahaan besar-menengah dan juga perusahaan kecil-rumah tangga. Tentu saja mereka memiliki segmentasi pasar sendiri-sendiri. Perusahaan besar-menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas mencangkup pasar domestik dan pasar ekspor. Sedangkan perusahaan kecil-rumah tangga memiliki pasar lokal dan daerah sekitar. Di pasar domestik, permintaan nata de coco biasanya meningkat tajam pada saat menjelang hari raya Natal, Lebaran, Tahun Baru dan peristiwa-peristiwa penting lainnya. Begitu banyaknya permintaan pada waktu-waktu tersebut, agroindustri nata de coco pada daerah penelitian memproduksi nata de coco dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini merupakan peluang bagi pengusaha nata de coco dalam mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

21 5.1.4 Ancaman Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco Adapun ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah: 1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco Pola konsumsi terhadap nata de coco dan potensi pasarnya mempunyai prospek cerah. Keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh industri penghasil produk ini. Agroindustri nata de coco terus berkembang dan menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Semakin meingkatnya permintaan terhadap produk nata de coco, maka banyak industri yang bergerak dibidang nata de coco. Dampak yang ditimbulkan dari industri tersebut adalah terjadinya persaingan dengan industri sejenis dalam memperebutkan konsumen dan dan mendapatkan bahan baku. Besar kecilnya ancaman masuknya pendatang baru/pesaing ke dalam agroindustri nata de coco tergantung pada rintangan masuk yang ada dan reaksi dari para pengusaha agroindustri. 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco Ancaman produksi utama yang dihadapi oleh industri nata de coco adalah musim/cuaca yaitu musim penghujan. Selain pada musim penghujan input air kelapa mengalami penurunan supply, musim hujan juga akan mengganggu suhu udara yang bisa sangat mempengaruhi proses fermentasi. Kestabilan suhu ruangan 28º - 31ºC dibutuhkan dalam proses fermentasi. Selain berpengaruh pada proses produksi, musim/cuaca juga berpengaruh dalam proses pemasaran. Pada saat musim hujan, permintaan akan nata de coco menurun sehingga produsen harus mengurangi produksinya yang akhirnya berdampak pada profit perusahaan.

22 5.2 Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco Perusahaan dalam menghadapi berbagai masalah dalam mencapai tujuan harus dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan. Dalam menetapkan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan, dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh bagi perusahaan. Melalui faktor internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaaan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari agroindustri nata de coco di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi pemasaran Nata De Coco di Kota Medan sebagai berikut: Tabel 8. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan Faktor Faktor Parameter Faktor Internal - Kekuatan 1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco 2. Harga jual produk nata de coco per Kg 3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco - Kelemahan 1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco 2. Jumlah produksi nata de coco per hari 3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco Faktor Eksternal - Peluang 1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco 2. Pangsa pasar produk nata de coco - Ancaman 1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco Sumber: Analisis data primer.

23 Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal pada pemasaran agroindustri nata de coco di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal/Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal/Eksternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS). Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, rating, dan pembobotan dipindahkan ke tabel matrik IFAS untuk diberi skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut: Tabel 9. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan) 1. Penggunaan modal usaha pada 3 18,75 56,25 agroindustri nata de coco 2. Harga jual nata de coco per Kg 3 18,75 56,25 3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri 2 12,5 25 nata de coco Weakness (Kelemahan) 1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco 2. Jumlah produksi nata de coco per hari Promosi/sistem penjualan produk nata de coco TOTAL ,5 Sumber: Analisis data primer, Lampiran 5. Hasil pembobotan faktor internal yang paling tinggi pada kekuatan adalah penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco dan harga jual nata de coco per Kg, sedangkan hasil yang paling tinggi pada kelemahan adalah produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco dan promosi/sistem penjualan produk nata de coco.

24 Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, rating, dan pembobotan dipindahkan ke tabel matrik EFAS untuk diberi skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut: Tabel 10. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rating Bobot Skor Opportunity (Peluang) 1. Ketersediaan bahan baku dalam 4 28,57 114,28 agroindustri nata de coco 2. Pangsa pasar produk nata de coco 3 21,42 64,26 Threats (Ancaman) 1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco TOTAL ,54 Sumber: Analisis data primer, Lampiran 6. Hasil pembobotan faktor eksternal yang paling tinggi pada peluang adalah ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco, sedangkan hasil yang paling tinggi pada ancaman adalah perusahaan pesaing agroindustri nata de coco dan pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco. Selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal sebagai berikut:

25 Tabel 11. Penggabungan matriks evaluasi faktor strategis internal dan eksternal pemasaran agroindustri nata de coco Faktor - Faktor Strategis Rating Bobot Skor Faktor Strategis Internal Strength (Kekuatan) 1. Penggunaan modal usaha pada 3 18,75 56,25 agroindustri nata de coco 2. Harga jual nata de coco per Kg 3 18,75 56,25 3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri 2 12,5 25 nata de coco Total Skor Kekuatan ,5 Weakness (Kelemahan) 1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco 2. Jumlah produksi nata de coco per hari Promosi/sistem penjualan produk nata de coco Total Skor Kelemahan Selisih (Kekuatan Kelemahan) 47,5 Faktor Strategis Eksternal Opportunity (Peluang) 1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco 4 28,57 114,28 2. Pangsa pasar produk nata de coco 3 21,42 64,26 Total Skor Peluang ,54 Threats (Ancaman) 1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco Total Skor Ancaman Selisih (Peluang Ancaman) 78,54 Sumber: Analisis data primer, Lampiran 7. Tabel 11 menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan kelemahan) adalah sebesar 47,5 yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan terhadap pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang ancaman) sebesar 78,54 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh ancaman terhadap pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan.

26 Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan. Posisi strategi pemasaran dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan kelemahan) dan nilai y diperoleh dari sel isih faktor eksternal (peluang ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai berikut: Faktor Eksternal Y (+) Kuadran III 78,54 Kuadran I Strategi Turn Around Strategi Agresif X ( ) 47,5 X (+) Faktor Internal Kuadran IV Strategi Defensif Kuadran II Strategi Diversifikasi Y ( ) Gambar 3. Matriks Posisi Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco. Posisi perusahaan agroindustri dalam pemasaran produk nata de coco di daerah penelitian berada di kuadaran I, artinya posisi ini menandakan bahwa situasi perusahaan sangat menguntungkan, perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

27 Setelah mengetahui hasil pada gambar di atas, maka perlu dilakukan analisis dengan menyusun faktor-faktor strategis dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), Strategi WO (Weakness-Opportunities), dan Strategi WT (Weakness-Threats). Tabel 12. Matrik SWOT EKSTERNAL INTERNAL OPPORTUNITIES (O) 1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco. (O1) 2. Pangsa pasar produk nata de coco. (O2) THREATHS (T) 1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco. (T1) 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco. (T2) STRENGTHS (S) 1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco. (S1) 2. Harga jual nata de coco per Kg. (S2) 3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco. (S3) STRATEGI SO 1. Menghasilkan variasi produk. (S1, S2, S3, O1, O2) 2. Meningkatkan modal usaha. (S1, O2) 3. Memanfaatkan peluang pasar untuk memperluas jaringan pemasaran produk. (S2, O2) STRATEGI ST 1. Mengadopsi teknologi dalam proses produksi. (S1, T2) 2. Memberikan pelatihan dan pengembangan bagi tenaga kerja. (S1, S3, T1, T2) WEAKNESS (W) 1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco. (W1) 2. Jumlah produksi nata de coco per hari. (W2) 3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco. (W3) STRATEGI WO 1. Meningkatkan kualitas produk. (W1, W2, O1, O2) 2. Mempertahankan pelanggan/distributor. (W1, W2, W3, O2) 3. Menjalin kerjasama yang baik dengan pemasaok bahan baku. (W1, O1, O2) STRATEGI WT 1. Mengembangkan produk sesuai permintaan pasar. (W1, W2, T1) 2. Melakukan promosi produk ke industri makanan & minuman. (W1, W3, T1)

28 Keempat berbagai kemungkinan strategi di atas tidak digunakan seluruhnya dalam pemasaran agroindustri nata de coco di daerah penelitian, melainkan disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matrik posisi SWOT. Di daerah penelitian, posisi perusahaan agroindustri dalam pemasaran nata de coco berada pada kuadaran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi tersebut adalah strategi agresif. Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO (Strengths- Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Sehingga strategi-strategi yang tepat digunakan perusahaan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah: 1. Menghasilkan variasi produk. (S1, S2, S3, O1, O2) Saat ini produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco di daerah penelitian hanya berupa lembaran nata yang merupakan bahan baku bagi industri makanan dan minuman. Seharusnya dengan memiliki kekuatan seperti modal dan tenaga kerja, agroindustri ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai produk seperti minuman dan agar-agar dalam kemasan. 2. Meningkatkan modal usaha. (S1, O2) Modal merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan suatu usaha. Dengan adanya pinjaman dari lembaga keuangan/bank, pengusaha agroindustri nata de coco dapat membeli alat dan teknologi untuk mengembangkan produknya serta menambah tenaga kerja yang terampil untuk memproduksi nata de coco dalam jumlah besar.

29 3. Memanfaatkan peluang pasar untuk memperluas jaringan pemasaran produk. (S2, O2) Tingginya permintaan akan nata de coco sebagai bahan baku industri makanan dan minuman merupakan peluang bagi para pengusaha nata de coco untuk meningkatkan produksinya serta menjual hasil produksinya ke perusahaan besar. Untuk itu perlu adanya kerja sama dengan pemerintah agar perusahaan agroindustri skala kecil-rumah tangga memiliki akses (link) ke perusahaan besar.

30 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. a. Kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco, harga jual nata de coco, dan jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco. b. Kelemahan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco, jumlah produksi nata de coco, dan promosi/sistem penjualan produk nata de coco. c. Peluang agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco dan pangsa pasar produk nata de coco. d. Ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah perusahaan pesaing agroindustri nata de coco dan pengaruh musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco. 2. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri nata de coco di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths- Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan sebagai berikut: 1. Menghasilkan variasi produk. 2. Meningkatkan modal usaha. 3. Memanfaatkan peluang pasar untuk memperluas jaringan pemasaran.

31 6.2 Saran 1. Kepada pengusaha agroindustri nata de coco - Perusahaan agroindustri nata de coco dapat meningkatkan penggunaan teknologi dalam proses produksi seperti pengolahan nata hingga menjadi minuman dalam kemasan yang menarik konsumen. - Perusahaan agroindustri diharapkan dapat memperluas jaringan distribusi produk seperti bekerja sama dengan idustri makanan dan minuman lokal maupun luar daerah. 2. Kepada pemerintah - Pemerintah diharapkan dapat melakukan pembinaan mengenai industri skala kecil-rumah tangga, untuk itu pemerintah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) perlu mendata ulang guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai profil dan karakteristik agroindustri nata de coco di Kota Medan. - Diperlukan kebijakan pemerintah agar mampu mendorong lembaga terkait seperti lembaga keuangan/bank untuk pembiayaan serta pemerintah daerah yang dapat memberikan pelatihan mengenai manajemen usaha, teknologi produksi, penanganan limbah, dll. 3. Kepada peneliti selanjutnya Disarankan agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemasaran agroindustri nata de coco di berbagai daerah.

STRATEGI PEMASARAN CINCAU HITAM (Mesona Palustris) DI KOTA MEDAN. Nur aidah Nasution*), Lili Fauzia**), A.T. Hutajulu**)

STRATEGI PEMASARAN CINCAU HITAM (Mesona Palustris) DI KOTA MEDAN. Nur aidah Nasution*), Lili Fauzia**), A.T. Hutajulu**) STRATEGI PEMASARAN CINCAU HITAM (Mesona Palustris) DI KOTA MEDAN Nur aidah Nasution*), Lili Fauzia**), A.T. Hutajulu**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI PANCAKE DURIAN DI KOTA MEDAN

STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI PANCAKE DURIAN DI KOTA MEDAN STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI PANCAKE DURIAN DI KOTA MEDAN Machfira Ernisolia P*), Iskandarini**), Lily Fauzia**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penetuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Selatan, yaitu di Kecamatan Tapaktuan. Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp) DI KOTA MEDAN

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp) DI KOTA MEDAN STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp) DI KOTA MEDAN Noviarny Anggasta Lara Sumarlan*), Iskandarini**), Lily Fauzia**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran. Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran. Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia Parameter No. Indikator SWOT 1 2 3 4 Faktor Internal 1. Modal (S) (W) 2. Produksi

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA MEDAN SKRIPSI

STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA MEDAN SKRIPSI STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH : DIAN UTAMI RANGKUTI 090304146 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 JUDUL NAMA : STRATEGI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Indikator Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses)

Lampiran 1. Indikator Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses) 62 Lampiran 1. Indikator Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses) No Indikator Parameter Rating I. Faktor Internal i Kekuatan ( Strengths ) 1. Penggunaan Modal Usaha Pada Agroindustri Sirup Buah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Salak Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS SWOT MENARA SUCI TOUR AND TRAVEL DAN SHAFIRA TOUR AND TRAVEL. Pendapatan Jumlah jamaah Pendapatan Jumlah

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS SWOT MENARA SUCI TOUR AND TRAVEL DAN SHAFIRA TOUR AND TRAVEL. Pendapatan Jumlah jamaah Pendapatan Jumlah BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS SWOT MENARA SUCI TOUR AND TRAVEL DAN SHAFIRA TOUR AND TRAVEL A. Data Temuan Menara suci Tabel 4.1 Data Temuan Travel Shafira Tahun Pendapatan Jumlah jamaah Pendapatan Jumlah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kelompok Tani Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Strategi Pemasaran Strategi Pemasaran ialah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Aspek Agronomi Kopi Arabika Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama Perpugenus coffea dari familia Rubiaceae. Tanaman kopi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan CV Mokolay Mitra Utama sendiri merupakan salah satu unit usaha yang bergerak di bidang perkebunan manggis dan durian di Desa Samongari Kabupaten,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA (Jl. Medan-Tanjung Morawa Km. 9,5 Medan) Dicky Tri I.P. *), Iskandarini **) dan Salmiah **) *) Alumni Fakultas Pertanian USU

Lebih terperinci

IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR

IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR 5.1. Gambaran Umum Industri Nata de Coco di Kota Bogor Bibit nata de coco Acetobacter xylinum pertama kali berasal dari Philipina yang dibawa ke Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 1 (5) : 457-463, Desember 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU Cassava Chips Balado Development Strategy In UKM "Pundi Mas"

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah desain penelitian pengembangan. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa penelitian pengembangan merupakan metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Indentifikasi faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan dalam pembuatan strategi. Identifikasi faktor internal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek/ Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah UMKM Kipas Bambu yang terletak di Desa Jipangan Bangunjiwo Kasihan Bantul. Kemudian subjek dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat dimana peneliti akan memperoleh atau mencari suatu data yang berasal dari responden yang akan diteliti oleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ANALISIS STRATEGI SWOT UNTUK MEMPERLUAS PEMASARAN PRODUK KURMA SALAK UD BUDI JAYA BANGKALAN Moh. Sirat ) 1, Rakmawati) 2 Banun Diyah Probowati ) 2 E-mail : rakhma_ub@yahoo.com dan banundiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Aspek Agronomi Kakao Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi Perkebunan Unggulan, hal ini tergambar dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usaha PT. Multi Nabati Sulawesi 1. Sejarah Singkat PT. Multi Nabati Sulawesi adalah satu perusahaan investasi asing yang terlibat dalam industri minyak kelapa (CCNO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Objek Wisata Air Terjun Lepo, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang III. METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang meneliti suatu objek pada masa sekarang (Nazir,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada produksi karet remah di PT ADEI Crumb Rubber Industry yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif karena menggambarkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di SMAK St. Petrus Comoro

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta Strategi pengembangan pada Industri Biofarmaka D.I.Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI Kerangka pemikiran teoritis memberikan beberapa teori untuk pemecahan masalah yang akan dilakukan. Oleh karena itu pada bagian dibawah ini akan dikemukakan teori teori yang menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS 5.1. Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan.

Lebih terperinci

Penerapan analisis swot (strengths,weakness,opportuni ties,threats) sebagai strategi. pemasaran pada mierip kafe di. bekasi

Penerapan analisis swot (strengths,weakness,opportuni ties,threats) sebagai strategi. pemasaran pada mierip kafe di. bekasi Penerapan analisis swot (strengths,weakness,opportuni ties,threats) sebagai strategi ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL bekasi FINANCE pemasaran pada mierip kafe

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA (Studi Kasus pada PT. Pacific Eastern Coconut Utama di Desa Sukaresik Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran) Oleh : Aan Mahaerani 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN MAJALAH "AL MIHRAB" DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN ANALISIS SWOT

BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN MAJALAH AL MIHRAB DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN ANALISIS SWOT BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN MAJALAH "AL MIHRAB" DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN ANALISIS SWOT Dalam upaya pengembangan dakwah melalui jurnalistik yang telah dilakukan oleh pengelola majalah "Al-Mihrab",

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI PANCAKE DURIAN DI KOTA MEDAN SKRIPSI

STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI PANCAKE DURIAN DI KOTA MEDAN SKRIPSI STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI PANCAKE DURIAN DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH : MACHFIRA ERNISOLIA P 100304107 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STRATEGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu penelitian dimulai pada bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013. B.

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TUNJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan secara organik.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA INDUSTRI TAHU DI KOTA MEDAN. Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA INDUSTRI TAHU DI KOTA MEDAN. Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA INDUSTRI TAHU DI KOTA MEDAN GISKA 1), SATIA NEGARA L 2), dan RAHMANTA 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU 2) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

Lebih terperinci

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum. NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO Eko Arianto Prasetiyo, Istiko Agus Wicaksono dan Isna Windani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini berlokasi pada obyek wisata alam Pantai Siung yang ada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Salah satu produk olahan kacang adalah roti kacang. Tekstur kuenya yang lembut merupakan khas roti kacang Tebing Tinggi. Roti kacang ini terbuat dari tepung

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA NATA DE COCO

ANALISIS USAHA NATA DE COCO KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS ANALISIS USAHA NATA DE COCO ZUZA BAIHAQI PRIYANTO S1.Si.2J (10.12.5069 ) SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN ILMU KOMPUTER STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING 3.1 SWOT UNTUK FORMULASI STRATEGI Analisis SWOT didasarkan pada logika, yaitu memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga

Lebih terperinci

4.1.2 Struktur Organisasi Milkfood Barokah

4.1.2 Struktur Organisasi Milkfood Barokah 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Milkfood Barokah Milkfood Barokah merupakan usaha mikro yang memiliki kegiatan usaha memproduksi minuman susu olahan. Milkfood Barokah

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN LOKASI USAHA PADA USAHA FRANCHISE AYAM SABANA JAKARTA TIMUR

ANALISIS PEMILIHAN LOKASI USAHA PADA USAHA FRANCHISE AYAM SABANA JAKARTA TIMUR ANALISIS PEMILIHAN LOKASI USAHA PADA USAHA FRANCHISE AYAM SABANA JAKARTA TIMUR Nama : SIGIET GALANG PHAMBUDIE NPM : 16210540 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Lies Hadrijaningsih, SE, MM LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI TAHU ISI GORENG (Studi Kasus : Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan) SKRIPSI

STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI TAHU ISI GORENG (Studi Kasus : Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan) SKRIPSI STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI TAHU ISI GORENG (Studi Kasus : Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan) SKRIPSI OLEH : WAHYU BINARKO 100304103 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam pengembangan industri dodol durian. 3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. BAB II LANDASAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN CAFÉ LAMPIRI DALAM MEMASUKI PASAR PERSAINGAN

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN CAFÉ LAMPIRI DALAM MEMASUKI PASAR PERSAINGAN ANALISIS STRATEGI PEMASARAN CAFÉ LAMPIRI DALAM MEMASUKI PASAR PERSAINGAN Nama : Galih Damar Kusumo NPM : 12210915 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Gatot Subiyakto, SH., MM LATAR BELAKANG Pada masa sekarang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran. 37 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Pengembangan Pariwisata di Pulau Pasaran dan juga untuk mengetahu apa saja

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tepatnya di Jalan Raya Soekarno-Hatta Km 30, PO BOX 119 Ungaran, 50501

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tepatnya di Jalan Raya Soekarno-Hatta Km 30, PO BOX 119 Ungaran, 50501 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada PT Coca-Cola Amatil Indonesia (Central Java) yang terletak di daerah Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum menjadi prioritas. Belum ada strategi pengelolaan air limbah

Lebih terperinci

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting

Lebih terperinci

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS Kiki Alibasah Dosen Jurusan Sistem Informasi STMIK Sumedang Email : kikialibasah78@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATANALISISKAN PENJUALAN KAMERA DSLR MERK CANON DI TOKO DIKS PHOTOGRAPHY

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATANALISISKAN PENJUALAN KAMERA DSLR MERK CANON DI TOKO DIKS PHOTOGRAPHY ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATANALISISKAN PENJUALAN KAMERA DSLR MERK CANON DI TOKO DIKS PHOTOGRAPHY Nama : Doddy Muhammad Tri Widodo Npm : 11011 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat dimana seorang peneliti melakukan penelitiannya dari proses survei, pengambilan atau pencarian data, dan wawancara

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS Ajat 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi iis.iisrina@gmail.com Dedi Sufyadi

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT Refiswal*); Iskandarini**); Tavi Supriana***) *) Alumni Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

Karina Sukma Br Tobing *), Rahmanta Ginting **) dan Lily Fauzia **)

Karina Sukma Br Tobing *), Rahmanta Ginting **) dan Lily Fauzia **) ANALISIS BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PT.SANG HYANG SERI (Persero) (Studi Kasus : PT.Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Cabang Deli Serdang, Kabupaten Deli Serdang) Karina Sukma Br Tobing *),

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO Mukhamad Johan Aris, Uswatun Hasanah, Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI. Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI. Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menganalisis

Lebih terperinci

Jurnal S. Pertanian 1 (1) : 1-12 (2017) ISSN :

Jurnal S. Pertanian 1 (1) : 1-12 (2017) ISSN : Jurnal S. Pertanian 1 (1) : 1-12 (2017) ISSN : 2088-0111 STRATEGI PEMASARAN USAHA KERUPUK LIPAT PADA UD. SINAR JAYA BARU DI GAMPONG PADANG KASAB KECAMATAN PEULIMBANG KABUPATEN BIREUEN Dian Safitriˡ, T.M.Nur

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari munculnya pesaing pesaing baru maupun pesaing. pesaing yang sudah mapan dalam suatu bidang usaha.

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari munculnya pesaing pesaing baru maupun pesaing. pesaing yang sudah mapan dalam suatu bidang usaha. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akhir akhir ini, adanya persaingan dalam dunia bisnis sudah merupakan hal yang tidak baru lagi, melainkan persaingan yang semakin keras dan berat. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET DENAH LOKASI PEMBUATAN TEMPE Jalan Besar Belok kiri Jalan Lurus Lokasi Pembuatan Tempe Bagian Sebelah Kiri Lokasi LIMBAH CAIR PEMBUATAN TEMPE Tempat Limbah Mengalir PROSES SINGKAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di RSIFC khususnya di gudang Instalasi Farmasi. Hasil penelitian meliputi tahap penyimpanan dan analisis SWOT untuk mengetahui posisi Instalasi Farmasi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

: Budi Utami, SE., MM

: Budi Utami, SE., MM STRATEGI PEMASARAN PADA TOKO PAKAIAN OLAHRAGA ZOMBIE SOCCER NAMA NPM/KELAS PEMBIMBING : ARIF ASMAWI : 111109/EA : Budi Utami, SE., MM Latar Belakang Seiring berjalannya perkembangan ekonomi sehingga membuat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata CHAPTER-09 Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata SWOT Filosofi SWOT Analisis SWOT atau Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI MEUBEL ROTAN IRMA JAYA DI KOTA PALU

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI MEUBEL ROTAN IRMA JAYA DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 3 (2) : 247-254, April 2015 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI MEUBEL ROTAN IRMA JAYA DI KOTA PALU Strategy development of Rattan furniture Irma Jaya Industry, Palu Mariani

Lebih terperinci