HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Survei Konsumsi Pangan Hal yang diharapkan dari survei konsumsi pangan ini adalah data konsumsi pangan yang digunakan untuk menghitung estimasi besarnya paparan bisphenol-a (BPA) pada air dan ASI dalam botol susu polikarbonat yang menjadi tujuan utama dari penelitian ini. Survei konsumsi pangan ini juga memberi gambaran informasi sebaran responden yang menggunakan botol polikarbonat untuk menyimpan ASI dan air untuk bayi. Rekapan hasil survei untuk responden yang menyimpan ASI dan air dalam botol polikarbonat dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Informasi mengenai pengguna atau pengkonsumsi ASI dan air dalam botol susu polikarbonat dikelompokan berdasarkan tingkat pendidikan responden, pekerjaan responden, cara sterilisasi botol, brand botol, tempat penyimpanan botol, cara penyiapan ASI, jenis kelamin anak, usia anak, berat badan anak, frekuensi dan lama minum anak, serta volume botol yang digunakan. Pengelompokan ini dilakukan untuk mempermudah melihat sebaran pengguna botol susu polikarbonat. Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam upaya antisipasi terjadinya migrasi BPA yang melebihi batas konsumsi tubuh anak Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan Hasil survei di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Bogor menunjukkan bahwa 91 responden menyimpan air di dalam botol susu polikarbonat. Dari 91 responden tersebut didapat beragam tingkat pendidikan, sehingga perlu dilakukan pengelompokan untuk memudahkan analisa tingkat pendidikan responden terhadap penggunaan botol susu polikarbonat. Dari hasil survei tersebut, didapat jumlah responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak satu orang, SMP sebanyak lima orang, SLTA sebanyak 28 orang, S0 (D1 dan D3) sebanyak 25 orang, S1 sebanyak 29 orang, dan S2 sebanyak tiga orang. Selanjutnya, di wilayah yang sama dilakukan juga survei terhadap responden yang menyimpan ASI di dalam botol susu polikarbonat. Survei tersebut menghasilkan 72 responden dengan tingkat pendidikan SLTA, S0, S1, dan S2. Responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 19 orang, S0 sebanyak 13 orang, S1 sebanyak 36 orang, dan S2 sebanyak empat orang. Data sebaran tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pendidikan Responden Pengguna botol PC untuk menyimpan air (orang) Tabel 4.1. Tingkat pendidikan responden Persentase pengguna botol PC untuk menyimpan air (%) Pengguna botol PC untuk menyimpan ASI (orang) Persentase pengguna botol PC untuk menyimpan ASI (%) SD SMP SLTA S S S Total

2 Dari data tersebut, dapat diketahui sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikannya. Persentase tingkat pendidikan responden yang menyimpan air antara lain, responden dengan tingkat pendidikan SD sebesar 1%, SMP sebesar 6% SLTA sebesar 31%, S0 sebesar 27%, S1 sebesar 32% dan S2 sebesar 3%. Persentase tersebut memberi gambaran bahwa responden yang paling banyak menyimpan air di dalam botol susu polikarbonat adalah responden dengan tingkat pendidikan S1. Pada survei terhadap responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat, didapat persentase tingkat pendidikan responden antara lain, responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebesar 26%, S0 sebesar 18%, S1 sebesar 50% dan S2 sebesar 6%. Persentase tersebut memberi gambaran bahwa responden yang paling banyak menyimpan ASI di dalam botol susu polikarbonat adalah responden dengan tingkat pendidikan S1, selanjutnya adalah responden dengan tingkat pendidikan SLTA dan S0. Sebaran tingkat pendidikan responden yang menyimpan air dan ASI dalam botol susu polikarbonat dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1. Sebaran tingkat pendidikan responden yang menyimpan air dan ASI dalam botol susu polikarbonat Secara keseluruhan, dari responden yang disurvei di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Bogor menunjukkan bahwa yang paling banyak menggunakan botol susu polikarbonat untuk menyimpan air dan ASI adalah responden dengan tingkat pendidikan S1. Persentase sebesar 32% untuk responden S1 yang menyimpan air putih dalam botol susu polikarbonat dan sebesar 50% untuk responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi tidak memberi jaminan untuk bebas dari resiko paparan zat berbahaya BPA yang terkandung dalam polikarbonat. Tingkat pendidikan yang tinggi seharusnya mempengaruhi pemahaman terkait penggunaan polikarbonat. Akan tetapi ketidakpedulian masyarakat terhadap isu BPA yang terkandung dalam botol dan juga terjangkaunya harga botol susu polikarbonat menyebabkan penggunaan botol susu polikarbonat masih sangat umum. Untuk itu diperlukan penyuluhan terhadap semua kalangan, baik kalangan berpendidikan maupun masyarakat luas mengenai bahaya paparan BPA yang terkandung dalam botol susu polikarbonat Sebaran responden berdasarkan pekerjaan Berdasarkan hasil survei, terdapat beragam jenis pekerjaan pengguna botol PC, antara lain ibu rumah tangga, karyawan, guru, perawat, dosen, pegawai bank, dan pedagang sehingga perlu dilakukan pengelompokan untuk memudahkan analisa jenis pekerjaan responden terhadap penggunaan botol 13

3 susu polikarbonat. Jenis pekerjaan responden kemudian dikelompok menjadi empat kelompok, yaitu ibu rumah tangga, karyawan swasta, PNS dan wiraswasta. Dari hasil survei terhadap 91 responden yang menyimpan air dalam botol susu polikarbonat, didapat jumlah responden dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 49 orang, karyawan swasta sebanyak 18 orang, PNS sebanyak 16 orang dan wiraswasta sebanyak delapan orang. Survei juga dilakukan terhadap responden yang menyimpan ASI di dalam botol susu polikarbonat. 72 responden tersebut juga dikelompokkan menjadi empat kelompok pekerjaan, yaitu ibu rumah tangga, karyawan swasta, PNS dan wiraswasta. Dari hasil survei didapat jumlah responden ibu rumah tangga yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat sebanyak 20 orang, karyawan swasta sebanyak 25 orang, PNS sebanyak 16 orang, dan wiraswasta sebanyak 11 orang. Data sebaran jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 4.2. Pekerjaan Responden Pengguna botol PC untuk menyimpan air (orang) Tabel 4.2. Jenis pekerjaan responden Persentase pengguna botol PC untuk menyimpan air (%) Pengguna botol PC untuk menyimpan ASI (orang) Persentase pengguna botol PC untuk menyimpan ASI (%) Ibu Rumah Tangga Swasta PNS Wiraswasta Total Dari data tersebut, dapat diketahui persentase jenis pekerjaan responden yang menyimpan air dalam botol susu polikarbonat antara lain, responden ibu rumah tangga sebesar 54%, karyawan swasta sebesar 20%, PNS sebesar 17% dan wiraswasta sebesar 9%. Persentase tersebut memberi gambaran bahwa responden yang paling banyak menyimpan air putih di dalam botol susu polikarbonat adalah responden ibu rumah tangga, selanjutnya adalah responden yang bekerja sebagai karyawan swasta dan PNS. Pada survei terhadap responden pengguna ASI dalam botol susu polikarbonat, didapat persentase jenis pekerjaan responden antara lain, responden ibu rumah tangga sebesar 28%, karyawan swasta sebesar 35%, PNS sebesar 22% dan wiraswasta sebesar 15%. Persentase tersebut memberi gambaran bahwa responden yang paling banyak menyimpan ASI di dalam botol susu polikarbonat adalah karyawan swasta, selanjutnya ibu rumah tangga dan PNS. Sebaran jenis pekerjaan responden yang menyimpan air dan ASI dalam botol susu polikarbonat dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.2. Sebaran jenis pekerjaan responden yang menyimpan air dan ASI dalam botol susu polikarbonat 14

4 Secara keseluruhan, dari responden yang disurvei di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Bogor menunjukkan bahwa yang paling banyak menggunakan botol susu polikarbonat untuk menyimpan air adalah ibu rumah tangga sebesar 54%, dan 46% sisanya adalah ibu pekerja yang 20%-nya merupakan karyawan swasta, sedangkan yang paling banyak menggunakan botol susu polikarbonat untuk menyimpan ASI adalah ibu pekerja sebesar 72% dimana 35 %-nya merupakan karyawan swasta, selanjutnya adalah ibu rumah tangga sebesar 28%. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang bekerja di luar rumah maupun yang tidak bekerja di luar rumah memiliki kemungkinan yang sama untuk terkontaminasi paparan zat berbahaya BPA yang terkandung dalam polikarbonat. Kekurangtahuan masyarakat mengenai bahaya BPA dan penjualan botol susu polikarbonat yang menyebar di Indonesia menyebabkan penggunaan botol susu polikarbonat dianggap hal yang biasa. Dari sisi ekonomi, harga botol susu polikarbonat yang murah dan dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat juga menyebabkan konsumsi terhadap botol susu jenis ini lebih diminati oleh masyarakat kecil sampai masyarakat dengan tingkat penghasilan menengah keatas. Untuk itu penyuluhan mengenai bahaya paparan BPA yang terkandung dalam botol susu polikarbonat perlu dilakukan secara menyeluruh, baik di kantor-kantor maupun di perumahan masyarakat untuk menghindarkan masyarakat dari penggunaan botol susu polikarbonat Sebaran branded botol susu polikarbonat Brand atau merk dagang merupakan hal yang sangat penting dalam penjualan suatu produk. Merk dagang adalah suatu identitas perusahaan yang dibuat untuk membedakan produknya dengan produk pesaing. Pencitraan dari perusahaan pembuat produk akan mempengaruhi pamor produk tersebut. Semakin baik citra perusahaan atau semakin terkenal nama perusahaan, maka merk dagang yang digunakan oleh perusahaan tersebut juga akan lebih dipercaya oleh konsumen. Kepercayaan konsumen terhadap merk dagang suatu produk akan mempengaruhi keinginan konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut. Oleh karena itu, merk dagang sangat mempengaruhi tingkat penjualan produk. Pada penelitian ini akan dilihat sebaran merk dagang botol susu polikarbonat yang biasa dikonsumsi oleh responden. Untuk mempermudah analisa, merk dagang botol susu akan dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu botol susu dengan merk A, merk B dan merk C. Berdasarkan hasil survei, dari 91 responden yang menggunakan botol untuk menyimpan air, didapat jumlah botol susu polikarbonat yang digunakan dengan merk dagang A sebanyak 70 botol, merk dagang B sebanyak 17 botol, dan merk dagang C sebanyak empat botol. Survei juga dilakukan terhadap 72 responden yang menyimpan ASI di dalam botol susu polikarbonat. Dari hasil survei didapat jumlah botol susu polikarbonat dengan merk dagang A yang digunakan untuk menyimpan ASI sebanyak 50 botol, merk dagang B sebanyak 20 botol, dan merk dagang C sebanyak dua botol. Data sebaran merk botol susu polikarbonat yang digunakan oleh responden dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Merk botol susu polikarbonat Merk Botol Jumlah botol PC yang digunakan untuk menyimpan air (buah) Persentase botol PC yang digunakan untuk menyimpan air (%) Jumlah botol PC yang digunakan untuk menyimpan ASI (buah) Persentase botol PC yang digunakan untuk menyimpan ASI (%) A B C Total

5 Dari data tersebut, persentase botol susu polikarbonat yang banyak digunakan responden untuk menyimpan air adalah botol susu dengan merk dagang A sebesar 77%, merk dagang B sebesar 19%, dan merk dagang C sebesar 4%. Sedangkan persentase botol susu polikarbonat yang digunakan untuk menyimpan ASI antara lain, botol susu dengan merk dagang A sebesar 69%, merk dagang B sebesar 28% dan merk dagang C sebesar 3%. Persentase tersebut memberi gambaran bahwa botol susu polikarbonat yang paling banyak digunakan responden adalah botol susu dengan merk dagang A. Sebaran merk botol susu polikarbonat yang digunakan responden untuk menyimpan air dan ASI dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.3. Sebaran merk botol susu polikarbonat yang digunakan untuk menyimpan air dan ASI Secara keseluruhan, dari responden yang disurvei di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Bogor menunjukkan bahwa botol susu polikarbonat yang paling banyak digunakan, baik untuk menyimpan air, maupun untuk menyimpan ASI adalah botol susu polikarbonat dengan merk dagang A sebesar 77% dan 69%. Hal ini menunjukkan bahwa merk dagang A merupakan botol susu polikarbonat dengan tingkat kepercayaan konsumen yang cukup baik. Selain tingkat kepercayaan masyarakat yang baik terhadap merk dagang ini, harga yang ditawarkan juga terjangkau, sehingga mayoritas masyarakat menggunakan botol susu polikarbonat dengan merk dagang A. Selanjutnya dilakukan perhitungan persentase sebaran tingkat pendidikan dan pekerjaan responden terhadap pemilihan brand botol. Persentase tingkat pendidikan dan pekerjaan responden yang menyimpan air dan ASI dalam botol terhadap pemilihan brand botol susu polikarbonat dapat dilihat pada Tabel 4.4. Brand botol A paling banyak digunakan untuk menyimpan air. Responden yang memilih brand A untuk menyimpan air memiliki beragam tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Mulai dari tingkat pendidikan SD sampai tingkat pendidikan S2. Namun mayoritas responden yang menggunakan brand A, jika dilihat dari tingkat pendidikannya adalah tingkat pendidikan S1. Jika dilihat dari jenis pekerjaannya, mayoritas responden yang menggunakan brand A adalah responden dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Brand botol A paling banyak digunakan untuk menyimpan ASI. Responden yang memilih brand A untuk menyimpan ASI, memiliki tingkat pendidikan yang beragam, mulai dari tingkat pendidikan SLTA sampai tingkat pendidikan S2. Namun mayoritas responden yang menggunakan brand A, jika dilihat dari tingkat pendidikannya adalah tingkat pendidikan S1. Jika dilihat dari jenis pekerjaannya, mayoritas responden yang menggunakan brand A adalah responden karyawan swasta. Dari Tabel dapat diketahui bahwa responden penyimpan air dalam botol susu polikarbonat yang memilih brand A adalah responden dengan tingkat pendidikan S1 sebesar 33% dan pekerjaan ibu rumah tangga sebesar 53%. Untuk responden penyimpan ASI dalam 16

6 botol susu polikarbonat yang memilih brand A adalah responden dengan tingkat pendidikan S1 sebesar 50% dan karyawan swasta sebesar 40%. Tabel 4.4. Tingkat pendidikan dan pekerjaan responden yang menyimpan air dan ASI dalam botol terhadap pemilihan brand botol susu polikarbonat Merk Botol PC untuk Air Merk Botol PC untuk ASI Total Total A B C A B C (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) S S S Pendidikan SLTA SMP SD Total Ibu RT Pekerjaan Swasta PNS Wiraswasta Total Sebaran responden berdasarkan cara sterilisasi botol susu Sterilisasi botol susu dilakukan untuk menghindari kontaminasi bakteri dari pangan yang tersisa didalam botol. Biasanya sterilisasi ini dilakukan dengan pemanasan pada suhu tertentu untuk mematikan bakteri yang ada. Ada banyak cara untuk mensterilisasi botol susu antara lain, dengan mencuci botol susu menggunakan sabun, merebus botol susu, merendam botol susu dalam air panas, atau menggunakan uap panas dari mesin seperti steamer. Suhu dan lama waktu sterilisasi mempengaruhi terjadinya pengikisan lapisan plastik polikarbonat pada botol susu. Hal ini harus diperhatikan mengingat kikisan tersebut dapat terlarut dalam air dan ASI. Biedermann-Brem dan Grob (2009) mempelajari pengaruh suhu terhadap migrasi BPA dalam air ledeng, hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi BPA dalam air ledeng pada suhu 50 C sebesar < mg/l meningkat menjadi mg/l ketika air mendidih. Kemudian konsentrasi BPA dalam air pada ph 9.5 (50 o C) sebesar <0.002 mg/l meningkat menjadi mg/l ketika air mendidih. Menurut Biles et al. (1997), konsentrasi terbesar migrasi BPA dari kemasan polikarbonat dalam air deionisasi dan air ledeng adalah sebesar 1 mg/l pada suhu 65 C selama 10 hari. BPA akan sangat mudah bermigrasi apabila suhunya dinaikkan atau dipanaskan. Sementara botol susu dalam penggunaannya selalu bersentuhan panas baik untuk sterilisasi dengan cara direbus, dipanaskan dengan microwave, hingga dituangi air mendidih atau air panas. Pemanasan botol, kondisi makanan yang panas dalam botol, atau keberadaan makanan atau minuman asam, serta pencucian yang berulang pada botol polikarbonat dapat meningkatkan lepasnya monomer BPA dari botol. Untuk mempermudah analisis, cara sterilisasi botol susu polikarbonat kemudian dikelompokkan menjadi tiga cara, yaitu dengan cara merebus botol dalam air dengan suhu 100 ºC, merendam botol ke dalam air panas dengan suhu sekitar 70ºC, dan sterilisasi dengan menggunakan steamer. Dari hasil survei terhadap 91 responden yang menggunakan botol susu polikarbonat untuk 17

7 menyimpan air, didapat sebanyak 75 orang responden yang mensterilisasi botol susu polikarbonat dengan cara direbus, sebanyak 12 orang dengan cara merendam botol dalam air panas dengan suhu sekitar 70ºC, dan empat orang sisanya menggunakan steamer. Selanjutnya, dari 75 responden yang menggunakan botol susu polikarbonat untuk menyimpan ASI, didapat sebanyak 52 orang responden yang mensterilisasi botol susu polikarbonat dengan cara direbus, sebanyak 14 orang dengan cara merendam botol dalam air panas dengan suhu sekitar 70ºC, dan enam orang menggunakan steamer. Data cara sterilisasi botol susu polikarbonat dapat dilihat pada Tabel 4.5. Cara Sterilisasi Botol Tabel 4.5. Cara sterilisasi botol susu polikarbonat Jumlah botol PC untuk menyimpan air (buah) Persentase botol PC untuk menyimpan air (%) Jumlah botol PC untuk menyimpan ASI (buah) Persentase botol PC untuk menyimpan air (%) Direbus Direndam air panas Steamer Total Dari data tersebut didapat persentase sebaran responden berdasarkan cara sterilisasi botol susu polikarbonat. Botol susu polikarbonat yang digunakan untuk menyimpan air, sebesar 83% disterilisasi dengan cara direbus, sebesar 13% disterilisasi dengan cara direndam dalam air panas, dan sebesar 4% disterilisasi dengan menggunakan steamer. Botol susu polikarbonat yang digunakan untuk menyimpan ASI, sebesar 72% disterilisasi dengan cara direbus, sebesar 20% disterilisasi dengan cara direndam dalam air panas, dan sebesar 8% disterilisasi dengan menggunakan steamer. Dari sebaran tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mensterilisasi botol susu polikarbonat dengan cara merebusnya. Secara keseluruhan, dari responden yang disurvei di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Bogor menunjukkan bahwa cara sterilisasi botol susu polikarbonat yang paling banyak dilakukan adalah direbus. Persentase sebesar 83% untuk botol yang digunakan untuk menyimpan air dan sebesar 72% untuk botol yang digunakan untuk menyimpan ASI. Cara sterilisasi botol dengan merebusnya merupakan cara yang umum dilakukan untuk menghilangkan bakteri dari pangan yang tersisa didalam botol. Perlakuan ini sebenarnya cara paling baik karena bakteri pembawa penyakit dapat mati jika dipanaskan pada suhu 100ºC. Akan tetapi, yang perlu dihindari bukan bakteri saja. Bahaya paparan BPA dalam botol susu polikarbonat juga harus dihindari. Cara sterilisasi dengan merebus botol pada suhu 100ºC dapat menyebabkan terlepasnya BPA dari botol.sebaran cara sterilisasi botol susu polikarbonat yang digunakan untuk menyimpan air dan ASI dapat dilihat pada Gambar 4.4. Berdasarkan perilaku responden secara spesifik, sterilisasi botol susu polikarbonat dengan cara direbus kemudian dibedakan lagi menjadi dua, yaitu botol direbus selama 5-10 menit setelah air mendidih dan botol dimasak bersama air sampai air mendidih. Sterilisasi botol dengan cara direndam air panas juga dispesifikasi lagi menjadi dua, yaitu perendaman botol dalam air panas dan pengocokan botol dengan air panas. Data sterilisasi botol susu polikarbonat berdasarkan perilaku responden dapat dilihat pada Tabel

8 Gambar 4.4. Sebaran cara sterilisasi botol susu polikarbonat yang digunakan untuk menyimpan air dan ASI Cara Sterilisasi Botol Suhu Direbus 100 Direndam air panas 70 Tabel 4.6. Sterilisasi botol secara spesifik Keterangan Cara Botol direbus selama 5 10 menit setelah air mendidih Botol sekaligus dimasak hingga air mendidih Botol PC untuk air (buah) Persentase botol PC untuk air (%) Botol PC untuk ASI (buah) Persentase botol PC untuk ASI (%) Total Air mendidih, kompor dimatikan, lalu botol direndam Botol dikocok dengan air panas Total Steamer 100 Menggunakan steamer 4 6 Total responden Pada botol susu polikarbonat yang digunakan untuk menyimpan air, dari 75 responden yang melakukan sterilisasi botol dengan cara perebusan, 56% responden atau sebanyak 42 pengguna botol merebus botol selama 5-10 menit setelah air mendidih dan 44% responden atau sebanyak 33 pengguna botol merebus botol bersamaan dengan air sampai air mendidih. Pada botol susu polikarbonat yang digunakan untuk menyimpan ASI, dari 52 responden yang melakukan sterilisasi botol dengan cara perebusan, 56% responden atau sebanyak 29 pengguna botol merebus botol selama 5-10 menit setelah air mendidih dan 44% responden atau sebanyak 23 pengguna botol merebus botol bersamaan dengan air sampai air mendidih. Perilaku merebus air bersamaan dengan botol sampai air mendidih ini merupakan perilaku yang sangat ekstrim karena botol akan mengalami kontak dengan air panas lebih lama mulai dari air dimasak sampai air tersebut mendidih. Dibandingkan dengan perilaku merebus botol selama 5-10 menit setelah air mendidih, akumulasi panas yang diterima oleh botol yang 19

9 mengalami perilaku perebusan dari air dimasak sampai air mendidih akan lebih besar, sehingga kemungkinan BPA terpapar karena panas juga lebih besar. Gambar 4.5. Sebaran sterilisasi botol dengan perebusan Selanjutnya, pada keterangan sterilisasi botol susu dengan perendaman dalam air panas yang suhunya diperkirakan 70ºC, 75% responden atau sebanyak sembilan pengguna botol polikarbonat yang menyimpan air dalam botol dan 72% responden atau sebanyak 10 pengguna botol yang menyimpan ASI merendam botol setelah air mendidih. 25 % responden atau sebanyak tiga orang pengguna yang menyimpan air dalam botol dan 28% responden atau sebanyak empat orang pengguna yang menyimpan ASI dalam botol melakukan sterilisasi botol dengan mengocok botol yang berisikan air panas. Perilaku responden yang mensterilisasi botol susu polikarbonat dengan mengocok botol yang berisi air panas lebih beresiko terpapar BPA. Hal ini disebabkan pada saat pengocokan, air panas dan dinding botol mengalami gesekan secara berulang. Pada suhu tinggi, kekuatan plastik akan melemah atau melentur dan gesekan yang terjadi secara berulang dapat menggores dinding plastik sehingga BPA yang terkandung di dalamnya dapat terpapar. Cara sterilisasi lainnya dengan menggunakan steamer, yaitu pencucian botol susu polikarbonat secara otomatis dengan menggunakan uap panas (suhu 100ºC). Cara sterilisasi dengan menggunakan steamer ini tergolong jarang digunakan karena dari segi harga, steamer termasuk barang yang tidak bisa dijangkau oleh semua kalangan. Sebaran sterilisasi botol susu polikarbonat dengan cara direndam air panas dapat dilihat pada Gambar 4.6. Gambar 4.6. Sebaran sterilisasi botol dengan perendaman dalam air panas 20

10 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Michels (2008) di Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard (HSPH), menunjukkan bahwa air yang disimpan selama seminggu didalam botol polikarbonat dapat terkontaminasi BPA. Hal ini akan meningkat dua sampai tiga kali lipat apabila botol dipanaskan. Penelitian lain juga menyatakan bahwa botol susu polikarbonat yang mengalami perlakuan perebusan pada suhu 100ºC selama satu jam, pencucian dan penyikatan secara berulang akan mengakibatkan nilai paparan BPA pada botol meningkat (Brede et al, 2003). Menurut Biedermann-Brem dan Grob (2009), proses sterilisasi yang biasa diperlakukan pada botol bayi akan mempengaruhi konsentrasi BPA yang dilepaskannya. Botol bayi yang disterilkan dengan steamer selama 5 menit dapat menyebabkan lepasnya BPA dari botol bayi sebanyak 3-10 µg/l. Besarnya konsentrasi BPA yang lepas dari botol bayi tergantung dari lamanya sterilisasi, semakin lama waktu sterilisasi semakin banyak BPA yang terlepas. Sedangkan mensterilisasi botol dengan merebusnya selama 10 menit akan menyumbang BPA sebanyak 6 µg/l. Kemudian dilakukan perhitungan persentase tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan responden terhadap cara sterilisasi botol susu polikarbonat pada responden yang menyimpan air dan ASI dalam botol. Persentase tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan responden yang menyimpan air dan ASI dalam botol terhadap pemilihan cara sterilisasi botol susu polikarbonat dapat dilihat pada Tabel 4.7. Dari Tabel dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang menggunakan botol susu polikarbonat, baik untuk menyimpan air maupun ASI, mensterilisasi botol polikarbonat dengan cara perebusan. Responden pengguna botol polikarbonat untuk air yang mensterilisasi botol dengan perebusan memiliki beragam tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Jika dilihat dari tingkat pendidikannya, mayoritas responden yang melakukan perebusan adalah responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebesar 34%. Jika dilihat dari pekerjaannya, mayoritas responden yang melakukan perebusan adalah ibu rumah tangga sebesar 56%. Untuk responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat, pengguna yang melakukan sterilisasi dengan perebusan jika dilihat dari tingkat pendidikannya adalah S1 sebesar 53%. Jika dilihat dari jenis pekerjaannya, mayoritas responden yang melakukan sterilisasi dengan perebusan adalah karyawan swasta sebesar 33%. Tabel 4.7. Tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan responden yang menyimpan air dan ASI dalam botol terhadap pemilihan cara sterilisasi botol susu polikarbonat Sterilisasi Botol PC untuk Air Sterilisasi Botol untuk ASI Direbus Direndam Steamer Total Direbus Direndam Steamer air panas air panas Total (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) S S S Pendidikan SLTA SMP SD Total Ibu RT Pekerjaan Swasta PNS Wiraswasta Total

11 Sebaran responden berdasarkan tempat penyimpanan botol Tempat penyimpanan botol susu polikarbonat dibedakan menjadi dua, yaitu tempat penyimpanan yang terbuka dan tempat penyimpanan yang tertutup. Dari hasil survei yang dilakukan terhadap 91 responden yang menggunakan botol susu polikarbonat untuk menyimpan air, 66% responden atau sebanyak 60 pengguna menyimpan botol di tempat tertutup dan 34% responden atau sebanyak 31 pengguna menyimpan botol di tempat terbuka. Pada 72 responden menggunakan botol susu polikarbonat untuk menyimpan ASI, 64% responden atau sebanyak 46 pengguna menyimpan botol di tempat tertutup dan 36% responden atau sebanyak 26 pengguna menyimpan botol di tempat terbuka. Artinya, secara keseluruhan responden menyimpan botol susu polikarbonat di tempat tertutup. Botol susu polikarbonat sebaiknya memang di simpan di tempat tertutup yang bersih, kering, dan tidak lembab. Penyimpanan botol susu di tempat tertutup yang bersih dan tidak lembab dapat mencegah botol terkontaminasi debu dan bakteri, selain itu, tempat tertutup dapat menghindari botol dari paparan sinar matahari secara langsung. Paparan sinar matahari secara langsung memang tidak secara instan menyebabkan lapisan plastik polikarbonat terkikis, akan tetapi semakin lama botol disimpan di tempat yang terpapar sinar matahari, kemungkinan plastik polikarbonat terkikis akan semakin besar. Untuk itu, penyimpanan botol susu polikarbonat sebaiknya di tempat yang tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Pada 72 responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat dilakukan survei lagi mengenai tempat penyimpanan ASI perah. Data survei tempat penyimpanan ASI perah dapat dilihat pada Tabel 4.8. Dari data diketahui bahwa responden menyimpan ASI perah di freezer dan lemari pendingin. 12 % responden atau sebanyak delapan pengguna menyimpan ASI perah di freezer kulkas dua pintu dan 88% responden atau sebanyak 64 pengguna menyimpan ASI perah di lemari pendingin. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki kecenderungan untuk menyimpan ASI perah di lemari pendingin. Pemilihan keputusan responden untuk menyimpan ASI perah di lemari pendingin karena ASI yang disimpan tidak untuk jangka waktu yang panjang. Pada suhu rendah, kemungkinan BPA terkikis dari plastik sangat kecil, akan tetapi semakin lama ASI disimpan dalam botol susu polikarbonat, tidak menutup kemungkinan bahwa BPA juga akan menkontaminasi ASI. Tabel 4.8. Tempat penyimpanan ASI perah Tempat penyimpanan ASI perah Botol PC Persentase (buah) botol PC (%) Freezer kulkas dua pintu 8 12 Lemari pendingin bagian bawah kulkas dua pintu Lemari pendingin satu pintu Total Penyimpanan ASI perah dilakukan untuk menghindari kerusakan pada ASI. Organisasi laktasi internasional, Lalecheleague, menetapkan kisaran waktu penyimpanan ASI perah pada suhu ruang (19ºC-22ºC) dapat bertahan selama 4-10 jam, penyimpanan pada kulkas bagian bawah yang bersuhu 0ºC-4ºC dapat bertahan selama 2-3 hari, penyimpanan pada freezer kulkas satu pintu dengan suhu variatif < 4ºC dapat bertahan selama dua minggu, penyimpanan pada freezer kulkas dua pintu dengan suhu variatif < 4 ºC dapat bertahan selama 3-4 bulan, dan penyimpanan pada freezer khusus dengan suhu -19 ºC dapat bertahan selama 6 bulan atau lebih. Interval waktu tersebut tergantung kondisi dari lokasi penyimpanan. Perbedaan rentang waktu antara freezer kulkas satu pintu dengan freezer kulkas dua pintu disebabkan pada freezer dua pintu, suhu akan konstan karena bagian freezer kulkas tidak selalu dibuka dan ditutup. ( 22

12 Bila ASI perah akan diberikan kurang dari enam jam, maka ASI tidak perlu di simpan di lemari pendingin. Akan tetapi disarankan untuk tidak menyimpan ASI di suhu kamar lebih dari 3 atau 4 jam untuk mencegah ASI dari kontaminasi bakteri. Sebaiknya ASI disimpan di lemari pendingin bagian tengah atau di bagian terdalam freezer, karena lokasi-lokasi tersebut memiliki temperatur yang lebih dingin dan konstan. ASI yang disimpan pada rak yang menempel di pintu lemari pendingin akan mengalami perubahan suhu karena temperatur di tempat tersebut mudah berubah ketika pintu dibuka dan ditutup. Khamzah (2012) menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan ASI perah antara lain pemberian label keterangan waktu perah pada botol yang digunakan untuk menampung ASI, tidak mengisi botol penampung ASI dengan penuh karena ASI akan memuai saat membeku. Masa penyimpanan ASI yang paling lama adalah tidak lebih dari enam bulan dalam keadaan beku, jika disimpan lebih lama dari 6 bulan, komposisi yang terkandung dalam ASI bila terurai. Hal ini disebabkan pembekuan yang lama (lebih dari 6 bulan) dapat mengubah komposisi kimia ASI, seperti terjadi penguraian beberapa senyawa lemak dan hilangnya beberapa senyawa yang berfungsi melawan organisme berbahaya. Membekukan ASI akan merusak beberapa antibodi dalam ASI sehingga sebaiknya sedapat mungkin menggunakan ASI segar Sebaran responden berdasarkan cara penyiapan ASI ASI yang telah disimpan untuk waktu tertentu oleh responden, sebelum dikonsumsi oleh anak, perlu melalui beberapa tahap penyiapan ASI. Tahap penyiapan ASI dikelompokkan menjadi tiga cara antara lain dengan mendiamkan botol di suhu ruang selama 30 menit, merendam botol dengan air panas, dan dengan menggunakan steamer. Dari hasil survei terhadap 72 responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat, terdapat empat responden yang menyiapkan ASI dengan cara mendiamkan botol di suhu ruang, sebanyak 62 responden menyiapkan ASI dengan merendam botol dalam air panas, dan sisanya sebanyak enam orang menyiapkan ASI dengan menggunakan steamer. Sebaran penyiapan ASI yang dilakukan responden dapat dilihat pada Tabel 4.9. Dari data tersebut, diketahui sebaran cara penyiapan ASI yang dilakukan oleh responden dengan persentase sebesar 86% responden menyiapkan ASI dengan cara merendam botol susu polikarbonat dalam air panas, sebesar 8% responden menyiapkan ASI dengan menggunakan steamer dan 6% responden menyiapkan ASI dengan mendiamkan botol di suhu ruang. Sebaran cara penyiapan ASI dalam botol susu polikarbonat dapat dilihat pada Gambar 4.7. Tabel 4.9. Cara penyiapan ASI yang dilakukan responden Cara penyiapan ASI perah Botol PC Persentase (buah) botol PC (%) Didiamkan di suhu ruang 4 6 Direndam air panas Menggunakan steamer 6 8 Total

13 Gambar 4.7. Sebaran cara penyiapan ASI dalam botol susu polikarbonat Hal ini menunjukkan kecenderungan responden untuk merendam botol ASI sebelum memberikannya pada anak untuk dikonsumsi. Cara ini dilakukan agar anak tidak mengkonsumsi ASI yang masih dalam keadaan dingin saat botol dikeluarkan dari tempat penyimpanan ASI. Perlakuan ini menyebabkan perubahan suhu yang sangat ekstrim bagi botol susu polikarbonat. Perubahan suhu yang mendadak selain dapat menyebabkan kerusakan kandungan vitamin dalam ASI, juga dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan plastik polikarbonat. Hal ini sangat memungkinkan BPA dari polikarbonat terpapar ke dalam ASI. Sebaiknya, untuk menyiapkan ASI yang disimpan dalam waktu satu atau dua hari di lemari pendingin, tidak perlu dilakukan pemanasan botol dengan merendam botol dalam air panas. Botol yang dikeluarkan dari lemari pendingin cukup didiamkan saja pada suhu ruang selama kurang lebih 30 menit sampai ASI dalam botol mencapai suhu normal. Hal ini dirasa lebih baik untuk mencegah terpaparnya BPA dari botol susu polikarbonat. Menurut Biedermann-Brem dan Grob (2009), cara penyiapan ASI dengan merebus botol susu dapat menyebabkan pelepasan BPA tidak lebih dari 0.5 µg/l. Khamzah (2012) menjelaskan bahwa setelah penyimpanan, saat ASI akan diberikan kepada anak perlu penanganan khusus, seperti pemberian ASI sebaiknya berdasarkan waktu pemerahan dimana yang pertama diperah harus dikonsumsi lebih dulu. Untuk ASI yang disimpan di lemari pendingin cukup dihangatkan dengan cara meletakkan botol di wadah berisi air hangat selama 15 menit, sambil dikocok secara perlahan. Untuk ASI beku, keluarkan botol susu yang berisi ASI beku. Setengah jam sebelum dikonsumsi oleh anak, rendamlah di dalam wadah berisi air hangat, atau pindahkan ASI beku ke lemari pendingin bagian bawah semalam sebelum dikonsumsi. ASI tidak boleh dipanaskan dengan suhu tinggi karena akan merusak kandungan vitamin dalam ASI. Selanjutnya dilakukan perhitungan persentase tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan responden terhadap cara penyiapan ASI. Persentase tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan responden yang menyimpan ASI perah terhadap pemilihan cara penyiapan ASI perah dapat dilihat pada Tabel Dari Tabel dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyiapkan ASI perah dengan cara merendam botol dalam air panas. Jika dilihat dari tingkat pendidikan responden yang menyiapkan ASI perah dengan merendam botol dalam air panas, responden paling banyak dengan tingkat pendidikan S1 sebesar 50%. Jika dilihat dari jenis pekerjaan yang menyiapkan ASI perah dengan cara merendam botol dalam air panas, responden paling banyak adalah karyawan swasta sebesar 35%. 24

14 Tabel Tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan responden yang menyimpan ASI dalam botol terhadap pemilihan cara penyiapan ASI perah Cara Penyiapan ASI Didiamkan di Direndam air Total Steamer suhu ruang panas (n) (%) (n) (%) (n) (%) Pendidikan S S S SLTA Total Pekerjaan Ibu RT Swasta PNS Wiraswasta Total Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin anak Hasil survei pada 91 responden yang menyimpan air putih di dalam botol susu polikarbonat, menunjukkan sebaran jenis kelamin anak yang mengkonsumsi air putih dengan menggunakan botol susu polikarbonat sebanyak 45 anak laki-laki dan 46 anak perempuan dengan persentase 49% anak yang berjenis kelamin laki-laki dan 51% anak yang berjenis kelamin perempuan. Sebaran jenis kelamin anak yang mengkonsumsi air putih dari botol polikarbonat ini cenderung seimbang. Sedangkan dari 72 responden yang menyimpan ASI dalam botol polikarbonat, jenis kelamin anak yang mengkonsumsi ASI dengan menggunakan botol polikarbonat adalah sebanyak 27 anak berjenis kelamin laki-laki dan 45 anak yang berjenis kelamin perempuan. Gambaran sebaran jenis kelamin anak yang mengkonsumsi air dan ASI dalam botol polikarbonat dapat dilihat pada Gambar 4.8. Secara keseluruhan, dari responden yang disurvei di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Bogor menunjukkan bahwa yang paling banyak mengkonsumsi air dan ASI dengan menggunakan botol susu polikarbonat adalah anak perempuan. Persentase sebesar 51% untuk anak perempuan yang mengkonsumsi air dalam botol susu polikarbonat dan sebesar 63% untuk anak perempuan yang mengkonsumsi ASI dalam botol susu polikarbonat. Sebenarnya baik anak laki-laki maupun anak perempuan, keduanya memiliki kemungkinan yang sama untuk terkontaminasi paparan BPA apabila orang tuanya tidak memiliki pengetahuan yang cukup terhadap bahaya botol susu polikarbonat. Banyaknya persentase anak perempuan dalam hal ini disebabkan oleh tingkat kelahiran anak perempuan yang lebih tinggi daripada anak laki-laki. Berdasarkan data statistik tahun 2009, menunjukkan bahwa tingkat kelahiran bayi perempuan di Indonesia adalah 51,5% (BPS, 2010). Penelitian yang dilakukan mengenai keterkaitan paparan BPA terhadap jenis kelamin dilakukan di Korea dengan pengukuran berdasarkan sampel urin. Hasilnya, konsentrasi BPA yang terpapar pada urin pria dan wanita tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan paparan BPA (Yang et al., 2006). Kang et al. (2006) menambahkan bahwa nilai konsentrasi BPA yang terpapar dalam tubuh manusia sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup dan pemakaian produk yang mengandung BPA. 25

15 Gambar 4.8. Sebaran jenis kelamin anak yang mengkonsumsi air dan ASI dalam botol susu polikarbonat Sebaran responden berdasarkan usia anak Menurut Depkes (2000), pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak terjadi dengan sangat cepat, terutama pada periode tertentu yang disebut dengan periode kritis pertumbuhan otak. Masa ini merupakan masa yang sangat penting tidak hanya pada pertumbuhannya, tetapi juga pada perkembangan kecerdasan dan keterampilan motorik, mental, sosial, dan emosional anak. Periode masa kritis ini terjadi pada usia 3 bulan menjelang kelahiran anak sampai tiga tahun pertama. Menurut Khamzah (2012), tahapan pertumbuhan tubuh anak sangat dipengaruhi oleh asupan gizinya. Dari penelitian di Honduras ditemukan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif selama enam bulan, dapat merangkak dan duduk lebih dulu dibandingkan bayi yang mendapat makanan pendamping pada usia empat bulan. Hal ini disebabkan ASI mengandung LCPUFAs (Arachidonic Acid / AA dan Docosahexanoic Acid / DHA) dalam jumlah yang memadai untuk pertumbuhan otak anak. Untuk itu, ASI sangat penting dalam tumbuh kembang optimal anak. Pada survei ini, usia anak dikelompokkan menjadi 5 kelompok antara lain, usia kurang dari enam bulan, usia 7-12 bulan, bulan, bulan dan bulan. Menurut Hermawan (2011), pada tahun pertama hingga ketiga usia anak merupakan periode emas kehidupan anak untuk bertumbuh dan berkembang. Pada usia tersebut, anak sedang dalam proses membentuk dirinya. Pengembangan kognisi serta emosi pada usia tersebut dapat menciptakan fondasi paling hakiki bagi anak. Anak membutuhkan nutrisi yang lengkap dan seimbang untuk dapat mencapai perkembangan mental dan daya kognisi yang optimal. Tumbuh adalah adanya peningkatan secara kuantitas dan mudah diukur, yang sifatnya irreversible atau tidak diulang. Seperti penambahan tinggi badan dan berat badan. Kembang adalah adanya peningkatan secara kualitas, yang sifatnya reversible atau bisa diulang. Misalnya, kemampuan anak mengingat bentuk benda atau menyebutkan warna. Dari hasil survei yang dilakukan pada 91 responden yang menyimpan air dalam botol susu polikarbonat, sebanyak 15 anak yang berusia kurang dari enam bulan mengkonsumsi air dari botol susu polikarbonat, sebanyak 31 anak yang berusia 7-12 bulan, sebanyak 21 anak yang berusia bulan, sebanyak 21 anak yang berusia bulan, dan sebanyak tiga anak yang berusia bulan. Hal yang sama juga dilakukan pada 72 responden yang menyimpan ASI dalam botol polikarbonat. dari hasil survei, sebanyak 30 anak yang berusia kurang dari enam bulan mengkonsumsi ASI dari botol susu polikarbonat, sebanyak 22 anak yang berusia 7-12 bulan, sebanyak 10 anak yang berusia 26

16 13-18 bulan, sebanyak delapan anak yang berusia dan sebanyak dua anak yang berusia bulan. Data usia anak dapat dilihat pada Tabel Usia anak (bulan) Tabel Usia anak yang menggunakan botol susu polikarbonat Bayi yang mengkonsumsi air dalam botol PC (orang) Persentase bayi yang mengkonsumsi air dalam PC (%) Bayi yang mengkonsumsi ASI dalam botol PC (orang) Persentase bayi yang mengkonsumsi ASI dalam PC (%) Kurang dari Total Dari data tersebut, dapat diketahui persentase rentang usia anak yang mengkonsumsi air dalam botol susu polikarbonat antara lain, rentang usia anak kurang dari enam bulan sebesar 17%, rentang usia 7-12 bulan sebesar 34%, rentang usia bulan sebesar 23%, rentang usia bulan sebesar 23% dan rentang usia bulan sebesar 3%. Persentase tersebut memberi gambaran bahwa rentang usia anak 7-12 bulan paling banyak mengkonsumsi air dari botol susu polikarbonat, selanjutnya adalah rentang usia bulan dan rentang usia bulan sebesar 23%. Pada survei terhadap responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat, didapat persentase rentang usia anak yang mengkonsumsi ASI dari botol susu polikarbonat antara lain, rentang usia kurang dari enam bulan sebesar 42%, rentang usia 7-12 bulan sebesar 30%, rentang usia bulan sebesar 14%, rentang usia bulan sebesar 11% dan rentang usia bulan sebesar 3%. Persentase tersebut memberi gambaran bahwa rentang usia kurang dari enam bulan paling banyak mengkonsumsi ASI dari botol susu polikarbonat, selanjutnya adalah rentang usia 7-12 bulan. Sebaran rentang usia anak yang mengkonsumsi air dan ASI dari botol susu polikarbonat dapat dilihat pada Gambar 4.9. Gambar 4.9. Sebaran rentang usia konsumsi air dan ASI dari botol susu polikarbonat Secara keseluruhan, dari responden yang disurvei di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Bogor menunjukkan bahwa rentang usia 7-12 bulan yang paling banyak mengkonsumsi air dari botol susu polikarbonat dengan persentase sebesar 34%, sedangkan rentang usia kurang dari enam bulan yang paling banyak mengkonsumsi ASI dari botol 27

17 susu polikarbonat dengan persentase sebesar 42%, selanjutnya adalah rentang usia 7-12 bulan sebesar 30%. Hal ini menunjukkan bahwa rentang usia 7-12 bulan merupakan rentang usia yang rawan kontaminasi BPA dari botol susu polikarbonat. Pada rentang usia 7-12 bulan, kemampuan motorik anak sedang berkembang pesat dimana anak pada usia tersebut telah dapat duduk, mengangkat kepala, memiliki banyak kosa kata yang bisa diucapkan, dan sudah dapat memegang botol minumnya sendiri (Khamzah, 2012). Karena berkembangnya kemampuan motorik anak sehingga anak sudah dapat memegang botol minumnya sendiri, ada kemungkinan anak akan melempar botol minumnya setelah selesai diminum. Untuk menghindari bahaya dari pecahnya botol susu anak, maka orang tua cenderung memilih botol susu polikarbonat yang tidak riskan pecah karena mengandung bahan tambahan penguat plastik berupa BPA. Hal ini menyebabkan anak dengan rentang usia 7-12 bulan memiliki resiko terpapar BPA dari botol susu polikarbonat. Anak dengan rentang usia kurang dari enam bulan juga merupakan titik rawan terkontaminasi BPA melalui ASI yang disimpan dalam botol susu polikarbonat. Hal ini disebabkan konsumsi ASI memang sangat dibutuhkan pada usia kurang dari enam bulan. Menurut Khamzah (2012), Bayi yang diberi ASI selama enam bulan memiliki daya perlindungan yang lebih tinggi terhadap penyakit. Untuk memenuhi kebutuhan ASI ekslusif pada bayi tersebut, maka orang tua menyiapkan stok cadangan ASI perah apabila suatu ketika dihadapkan pada kondisi tidak dapat menyusui anak secara langsung. Penyimpanan ASI perah sebaiknya menggunakan botol kaca. Akan tetapi karena harga botol susu polikarbonat yang lebih terjangkau dan penyebarannya yang lebih luas, maka pemilihan botol susu polikarbonat untuk menyimpan ASI perah masih sangat marak. Dengan kondisi seperti ini, maka rentang usia anak kurang dari enam bulan memiliki kemungkinan terpapar BPA dari polikarbonat. Semakin sering anak mengkonsumsi pangan dari botol susu polikarbonat, maka semakin besar juga kemungkinannya untuk terkontaminasi BPA Sebaran responden berdasarkan berat badan anak Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi. Pada masa bayi, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Sediaoetama (1996) menjelaskan bahwa parameter untuk mengukur kemajuan pertumbuhan yang biasa dipergunakan ialah berat dan tinggi badan. Pola pertumbuhan anak biasanya diukur secara periodik. Fase pertumbuhan anak tidak berbentuk kurva garis lurus, melainkan terdiri dari beberapa fase tumbuh dengan kecepata tinggi dan diselingi fase tumbuh dengan kecepatan yang lambat. Menurut Khomsan (2001), pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor gizi. Kondisi kurang gizi anak pada awalnya mempengaruhi berat badan anak. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir yang rendah (BBLR) kurang dari 2,5 kg memiliki kemungkinan pengecilan otak yang dapat mempengaruhi kecerdasannya. Pada survei ini, berat badan anak dikelompokkan menjadi lima kelompok antara lain, rentang berat kurang dari 3 kg, 4-6 kg, 7-9 kg, kg, dan berat diatas13 kg. Hasil survei pada 91 responden, menunjukkan bahwa anak yang mengkonsumsi air dari botol minum polikarbonat sebanyak delapan orang yang memiliki rentang berat badan 4-6 kg, sebanyak 32 orang yang memiliki rentang berat badan 7-9 kg, sebanyak 35 orang yang memiliki rentang berat badan kg dan sebanyak 16 orang yang memiliki rentang berat badan di atas 13 kg. Survei yang sama dilakukan pada 72 responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat. Hasil survei menunjukkan bahwa anak yang mengkonsumsi ASI dari botol susu polikarbonat sebanyak 20 orang yang memiliki rentang berat badan 4-6 kg, sebanyak 25 orang yang memiliki rentang berat badan 7-9 kg, sebanyak 19 orang yang memiliki rentang berat badan kg dan sebanyak delapan orang yang memiliki rentang berat badan di atas 13 kg. Data ini dapat dilihat pada Tabel

18 Berat badan anak (kg) Tabel Berat badan anak yang menggunakan botol susu polikarbonat Bayi yang mengkonsumsi air dalam botol PC (orang) Persentase bayi yang mengkonsumsi air dalam PC (%) Bayi yang mengkonsumsi ASI dalam botol PC (orang) Persentase bayi yang mengkonsumsi ASI dalam PC (%) Di atas Total Rata-rata 10 kg 8,5 kg Dari data tersebut, dapat diketahui persentase rentang berat badan anak yang mengkonsumsi air dalam botol susu polikarbonat antara lain, rentang berat badan anak 4-6 kg sebesar 9%, rentang berat badan 7-9 kg sebesar 35%, rentang berat badan kg sebesar 38% dan rentang berat badan diatas 13 kg sebesar 18%. Persentase tersebut memberi gambaran bahwa rentang berat badan anak kg yang paling banyak mengkonsumsi air dari botol susu polikarbonat, selanjutnya adalah rentang berat badan 7-9 kg sebesar 35%. Pada survei terhadap responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat, didapat persentase rentang berat badan anak yang mengkonsumsi ASI dari botol susu polikarbonat antara lain, rentang berat badan anak 4-6 kg sebesar 28%, rentang berat badan 7-9 kg sebesar 35%, rentang berat badan kg sebesar 26% dan rentang berat badan diatas 13 kg sebesar 11%. Persentase tersebut memberi gambaran bahwa rentang berat badan anak 7-9 kg yang paling banyak mengkonsumsi ASI dari botol susu polikarbonat, selanjutnya adalah rentang berat badan kg sebesar 26%. Sebaran rentang berat badan anak yang mengkonsumsi air dan ASI dari botol susu polikarbonat dapat dilihat pada Gambar Gambar Sebaran berat badan konsumsi air dan ASI dari botol susu polikarbonat Secara keseluruhan, dari responden yang disurvei di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Bogor menunjukkan bahwa anak dengan rentang berat badan kg yang paling banyak mengkonsumsi air dari botol susu polikarbonat dengan persentase sebesar 38%, selanjutnya adalah anak dengan rentang berat badan 7-9 kg sebesar 35%, sedangkan rentang berat badan anak yang paling banyak mengkonsumsi ASI dari botol susu polikarbonat adalah 7-9 kg dengan persentase sebesar 35%, selanjutnya adalah rentang berat badan 29

19 10-12 kg sebesar 26%. Hal ini menunjukkan bahwa rentang berat badan 7-9 kg dan kg merupakan rentang berat badan anak yang rawan kontaminasi BPA dari botol susu polikarbonat. Menurut Khamzah (2012), rentang berat badan 7-12 kg adalah rata-rata berat badan normal bayi yang berusia 7-12 bulan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa pada rentang usia 7-12 bulan, kemampuan motorik anak sedang berkembang pesat. Perkembangan ditandai dengan semakin besarnya konsumsi pangan yang dibutuhkan oleh anak. Semakin besar konsumsi anak terhadap pangan yang disimpan dalam botol susu polikarbonat, maka akan semakin besar juga resiko anak terkontaminasi paparan BPA dari botol susu polikarbonat Sebaran responden berdasarkan frekuensi minum anak Frekuensi minum anak adalah berapa kali anak minum menggunakan botol susu polikarbonat dalam satu hari. Menurut survei yang dilakukan terhadap 91 responden yang menyimpan air dan 72 responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat, rata-rata frekuensi anak mengkonsumsi air dalam botol susu polikarbonat adalah sebanyak 5 kali dalam satu hari. Hal ini dapat diketahui dari data, angka yang paling sering muncul (modus) adalah 5, artinya, frekuensi anak paling sering mengkonsumsi air dan ASI dari botol adalah sebanyak 5 kali. Dari data juga dapat dilihat bahwa anak mengkonsumsi air dari botol susu polikarbonat minimal satu kali sehari, dan anak mengkonsumsi ASI dari botol susu polikarbonat minimal dua kali sehari. Frekuensi maksimal anak mengkonsumsi air dari botol susu polikarbonat adalah sebanyak 12 kali dalam satu hari, dan frekuensi anak mengkonsumsi ASI dari botol susu polikarbonat adalah 10 kali dalam satu hari. Data sebaran frekuensi anak mengkonsumsi air dan ASI selama satu hari dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Gambar Frekuensi (kali) Tabel Frekuensi konsumsi air dan ASI anak dalam satu hari Bayi yang mengkonsumsi air dalam botol PC (orang) Persentase bayi yang mengkonsumsi air dalam PC (%) Bayi yang mengkonsumsi ASI dalam botol PC (orang) Persentase bayi yang mengkonsumsi ASI dalam PC (%) Total

20 Gambar Frekuensi minum anak dengan menggunakan botol polikarbonat Frekuensi minum anak ditentukan sendiri oleh kemampuan dan keinginan anak untuk mengkonsumsi minuman. Rendahnya frekuensi minum anak dapat menyebabkan anak mengalami kondisi gagal tumbuh. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya frekuensi minum anak antara lain, faktor endogenous (organik) seperti masalah sistem pencernaan anak dan faktor eksogenous (non organik) seperti ketidakmampuan fisik ibu untuk memproduksi ASI yang cukup (Mukkada et al., 2010). Menurut Khamzah (2012), ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain, seperti buang air, kepanasan dan kedinginan. Rata-rata ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Karena kemampuan mencernanya sedang dalam keadaan yang sangat baik. Semakin besar frekuensi minum anak dengan menggunakan botol susu polikarbonat, maka akan semakin besar juga kemungkinan anak terpapar BPA. Hal ini disebabkan semakin sering penggunaan botol susu polikarbonat, maka akan semakin cepat rusak lapisan plastik pada botol susu karena pencucian dan penyikatan berulang pada botol. Selanjutnya dilakukan perhitungan secara statistik untuk mengetahui keterkaitan hubungan antara usia dan berat badan terhadap frekuensi minum anak. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode Spearman. Toleransi data eror atau taraf signifikansi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebesar 0,1. Hal ini berarti tingkat kepercayaan terhadap hasil perhitungan adalah sebesar 90%. Dari hasil perhitungan, didapat nilai signifikansi hubungan sebesar 0,000 atau lebih kecil dari taraf signifikansi pada variabel usia dan berat badan. Hal ini menunjukkan bahwa usia dan berat badan anak berhubungan sangat erat satu sama lain. Kedua variabel tersebut juga memiliki keterkaitan terhadap frekuensi minum anak. Hal ini ditunjukkan pada perhitungan signifikansi hubungan antar variabel yang menghasilkan nilai lebih kecil dari taraf signifikansi 0,1. Pada Tabel 4.14, terdapat keterkaitan yang positif dari ketiga variabel tersebut, artinya semakin tua usia anak berhubungan dengan semakin beratnya berat badan anak, serta semakin seringnya frekuensi anak minum air dalam satu hari. Pada Tabel 4.15, terdapat keterkaitan dalam hubungan yang negatif antara usia anak dengan frekuensi minum ASI. Artinya semakin tua usia anak, maka intensitas minum ASI pada anak akan menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti produksi ASI ibu yang menurun atau kebutuhan gizi anak yang meningkat, sehingga anak cenderung lebih sering mengkonsumsi makanan pendamping ASI seperti susu formula. Signifikansi hubungan antara usia dan berat badan anak terhadap frekuensi minum air dan ASI pada anak dapat dilihat pada Tabel dan Tabel

21 Tabel Nilai P hasil pengujian hubungan antara usia dan berat badan anak terhadap frekuensi anak minum air Usia (bulan) Berat Badan (kg) Frekuensi (kali) Usia (bulan) Berat Badan (kg) Frekuensi (kali) Koefisien korelasi Nilai P Jumlah Koefisien korelasi Nilai P Jumlah Koefisien korelasi Nilai P Jumlah Tabel Nilai P hasil pengujian hubungan antara usia dan berat badan anak terhadap frekuensi anak minum ASI Usia (bulan) Berat Badan (kg) Frekuensi (kali) Usia (bulan) Koefisien Korelasi Nilai P Jumlah Berat Badan Koefisien Korelasi (kg) Nilai P Jumlah Frekuensi Koefisien Korelasi (kali) Nilai P Jumlah Sebaran volume botol susu polikarbonat yang digunakan Survei juga dilakukan untuk mengetahui volume botol yang paling banyak digunakan oleh responden untuk menyimpan air dan ASI. Volume botol dibagi menjadi tiga kelompok antara lain, botol dengan volume kecil, yaitu 60 ml, botol dengan volume sedang, yaitu 120 ml, dan botol dengan volume besar, yaitu 240 ml. Dari hasil survei, diketahui bahwa volume botol yang paling banyak digunakan responden untuk menyimpan air adalah botol dengan volume 120 ml sebanyak 45 anak, selanjutnya adalah botol dengan volume 60 ml. Untuk responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat, botol susu yang paling banyak digunakan adalah botol dengan volume 60 ml. Data sebaran volume botol susu polikarbonat yang digunakan untuk menyimpan air dan ASI dapat dilihat pada Tabel

22 Volume botol susu (ml) Tabel Volume botol susu polikarbonat yang digunakan Bayi yang mengkonsumsi air dalam botol PC (orang) Persentase bayi yang mengkonsumsi air dalam PC (%) Bayi yang mengkonsumsi ASI dalam botol PC (orang) Persentase bayi yang mengkonsumsi ASI dalam PC (%) , , Total responden Volume botol susu yang digunakan anak untuk mengkonsumsi air paling banyak adalah volume 120 ml atau botol sedang sebesar 50%. Penggunaan botol sedang banyak digunakan untuk anak dengan usia diatas 6 bulan karena volume botol sedang dianggap pas untuk memenuhi kebutuhan minum anak. Berbeda dengan botol penampung air, 62,5% responden menyimpan ASI pada botol susu dengan volume kecil atau 60 ml. Hal ini dikarenakan anak yang mengkonsumsi ASI biasanya pada usia di bawah 6 bulan. Volume botol kecil atau 60 ml sudah mencukupi kebutuhan minum bayi. Selain itu, penggunaan volume botol yang kecil untuk menyimpan ASI adalah agar ASI yang diminum bisa langsung dihabiskan. ASI yang tersisa dalam satu botol tidak dapat diminum lagi untuk periode minum berikutnya karena memiliki kemungkinan besar terkontaminasi bakteri. Untuk itu, ASI perah sebaiknya disimpan dalam jumlah sedikit atau cukup untuk sekali minum anak, yaitu 60 ml. Semakin besar volume botol susu yang digunakan anak untuk minum, artinya semakin banyak volume minuman yang masuk dalam tubuh anak. Apabila diasumsikan bahwa BPA terpapar kedalam pangan yang dikemas oleh botol polikarbonat, artinya, semakin besar volume pangan yang tertelan oleh anak, maka akan semakin banyak juga kandungan BPA yang masuk ke dalam tubuh anak. Kandungan BPA dalam plastik polikarbonat juga disesuaikan dengan besarnya volume botol susu yang akan dibuat. Semakin besar volume botol susu yang dibuat, maka membutuhkan semakin banyak BPA juga sebagai bahan penguat plastiknya. Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antara usia dan berat badan anak terhadap penggunaan volume botol susu, dilakukan perhitungan secara statistik dengan menggunakan metode Pearson. Dari hasil perhitungan korelasi, diketahui usia dan berat badan anak menghasilkan nilai korelasi lebih kecil dari nilai toleransi, yang berarti kedua variabel tersebut berhubungan sangat erat satu sama lain. Selanjutnya, pada perhitungan korelasi antara usia anak dan volume botol yang digunakan untuk minum, menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,094 dan 0,021. Kedua nilai tersebut lebih kecil daripada nilai toleransi yang ditetapkan. Artinya, usia anak memiliki keterkaitan terhadap volume botol susu polikarbonat yang digunakan anak. Terdapat keterkaitan yang positif dari ketiga variabel tersebut, artinya semakin tua usia anak berhubungan dengan semakin beratnya berat badan anak, serta semakin besarnya volume yang digunakan anak untuk minum. Usia anak yang semakin besar tentunya membutuhkan asupan gizi yang juga banyak. Untuk itu, anak membutuhkan porsi minum yang besar juga. Data korelasi antara usia dan berat badan anak terhadap volume botol susu yang digunakan anak untuk minum air dan ASI dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Tabel

23 Tabel Nilai P hasil pengujian hubungan antara usia dan berat badan anak terhadap volume botol susu yang digunakan anak untuk minum air Usia (bulan) Berat badan (kg) Frekuensi (kali) Usia (bulan) Koefisien Korelasi Nilai P Jumlah Berat badan (kg) Koefisien Korelasi Nilai P Jumlah Frekuensi (kali) Koefisien Korelasi Nilai P Jumlah Tabel Nilai P hasil pengujian hubungan antara usia dan berat badan anak terhadap volume botol susu yang digunakan anak untuk minum ASI Usia (bulan) Berat badan (kg) Frekuensi (kali) Usia (bulan) Koefisien Korelasi Nilai P Jumlah Berat badan (kg) Koefisien Korelasi Nilai P Jumlah Frekuensi (kali) Koefisien Korelasi Nilai P Jumlah Sebaran responden berdasarkan lama waktu kontak Lamanya waktu kontak dapat mengidentifikasi seberapa besar resiko BPA akan terpapar ke dalam air dan ASI. Semakin lama air dan ASI disimpan dalam botol susu polikarbonat, maka akan semakin banyak pula residu BPA yang mengkontaminasinya. Lama waktu kontak air dengan botol susu polikarbonat dilihat dari lama penyiapan dan lama minum anak sedangkan lama waktu kontak ASI dengan botol susu polikarbonat dilihat dari lama penyiapan ASI, lama minum anak, dan lama penyimpanan ASI. Dari hasil survei, kemudian dapat diketahui lama waktu minum anak. Seperti dijelaskan diatas, lama minum anak dipengaruhi seberapa besar volume botol yang digunakan anak untuk minum. Karena beragamnya waktu lama minum anak, maka dikelompokkan menjadi 0-5 menit, 34

24 6-15 menit, menit, menit, dan diatas satu jam. Rata-rata lama waktu anak menghabiskan air dalam botol susu polikarbonat adalah 5 menit sedangkan rata-rata lama waktu anak yang menghabiskan ASI dalam botol susu polikarbonat adalah 6-15 menit. Sebaran lama minum anak dapat dilihat pada Tabel dan Gambar Lama Minum Anak (menit) Bayi yang mengkonsumsi air dalam botol PC (orang) Tabel Lama minum anak Persentase bayi yang mengkonsumsi air dalam botol PC (%) Bayi yang mengkonsumsi ASI dalam botol PC (orang) Persentase bayi yang mengkonsumsi ASI dalam botol PC (%) Diatas 1 jam Total Gambar Sebaran lama waktu minum anak Selanjutnya dilakukan survei untuk mengetahui lama penyiapan air dan ASI. Dari hasil survei, responden hanya membutuhkan waktu 1-2 menit untuk menyiapkan air dalam botol susu polikarbonat, akan tetapi dibutuhkan waktu yang lebih beragam bagi responden untuk menyiapkan ASI dalam botol susu polikarbonat. Karena beragamnya waktu yang dibutuhkan responden, maka data dikelompokkan menjadi 0-5 menit, 6-15 menit, menit, menit, dan diatas satu jam untuk penyiapan ASI. Cara penyiapan ASI dalam botol susu polikarbonat telah dijelaskan pada sub bab Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk menyiapkan ASI adalah 6-15 menit. Lama penyiapan ASI ini dipengaruhi keputusan responden terhadap penyiapan ASI yang disimpan dan tempat penyimpanan ASI. Keputusan responden untuk berapa lama merendam botol ASI perah sebelum diberikan kepada anaknya sangat mempengaruhi lama waktu penyiapan ASI, selain itu, ASI yang 35

25 disimpan di bagian freezer kulkas juga membutuhkan waktu lebih lama untuk disiapkan. Data lama penyiapan ASI dapat dilihat pada Tabel Tabel Lama penyiapan ASI dalam botol susu polikarbonat Lama Penyiapan ASI Pengguna ASI dalam Persentase pengguna (menit) botol PC (orang) ASI dalam botol PC (%) Di atas 1 jam 1 1 Total Dari data diatas dapat diketahui sebaran lama waktu penyiapan ASI yang dibutuhkan oleh responden. Persentase lama penyiapan ASI antara lain, 26% responden memerlukan waktu 0-5 menit untuk menyiapkan ASI, 59% responden memerlukan waktu 6-15 menit untuk menyiapkan ASI, 11% responden memerlukan waktu menit untuk menyiapkan ASI, 3% responden memerlukan waktu menit untuk menyiapkan ASI, dan 1% responden memerlukan waktu di atas satu jam untuk menyiapkan ASI. Sebaran lama waktu yang dibutuhkan responden untuk menyiapkan ASI dapat dilihat pada Gambar Gambar Sebaran lama waktu penyiapan ASI Pada responden yang menyimpan ASI dalam botol susu polikarbonat, juga dilakukan survei terhadap lama penyimpanan ASI. Lama penyimpanan ASI tergantung tempat penyimpanannya. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 4.1.5, ASI yang disimpan di bagian freezer kulkas dapat bertahan lebih lama daripada yang disimpan hanya di lemari pendingin. Dari hasil survei diketahui bahwa responden paling banyak menyimpan ASI selama satu hari. Jumlah responden yang menyimpan ASI selama satu hari sebanyak 45 orang. Artinya diatas 50% responden lebih memilih menyimpan ASI selama satu hari. Penyimpanan ASI selama satu hari ini dilakukan responden hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya apabila responden sedang bekerja. Kebanyakan responden tidak ingin menyimpan ASI terlalu lama karena responden menginginkan anaknya mengkonsumsi ASI yang masih dalam keadaan segar. Terlalu lama menyimpan ASI juga akan menyebabkan 36

26 perubahan struktur lemak dalam ASI akibat perubahan suhu yang mendadak sehingga kerja enzim lipase terganggu. Data lama penyimpanan ASI dapat dilihat pada Tabel Tabel Lama penyimpanan ASI dalam botol susu polikarbonat Lama penyimpanan ASI (hari) Pengguna ASI dalam botol PC (orang) Persentase pengguna ASI dalam botol PC (%) , , Total Dari data di atas, dapat diketahui sebaran lama penyimpanan ASI dalam botol susu polikarbonat. 62,5% responden menyimpan ASI dalam botol selama satu hari, 15% responden menyimpan ASI dalam botol selama dua hari, 12,5% responden menyimpan ASI dalam botol selama tiga hari, dan 10% responden menyimpan ASI selama lima hari. Sebaran lama penyimpanan ASI dalam botol dapat dilihat pada Gambar Gambar Sebaran lama penyimpanan ASI Selanjutnya dilakukan perhitungan lama waktu kontak pangan dengan botol susu polikarbonat. Waktu kontak adalah lama waktu pangan bersentuhan (kontak) langsung dengan botol polikarbonat. Lama waktu kontak air dengan botol susu polikarbonat dilihat dari lama responden menyiapkan air ke dalam botol dan lama minum anak menggunakan botol. Rata-rata lama penyiapan air ke dalam botol adalah satu menit, sedangkan rata-rata lama minum anak adalah lima menit. Artinya, rata-rata waktu kontak air dengan botol susu polikarbonat adalah 6 menit. Lama waktu kontak ASI dengan botol susu polikarbonat dilihat dari lama responden menyimpan dan menyiapkan ASI, serta lama waktu minum anak menggunakan botol. Rata-rata lama waktu anak minum ASI adalah 15 menit, rata-rata waktu yang dibutuhkan responden untuk menyiapkan ASI adalah 15 menit, dan rata-rata lama penyimpanan ASI yang dilakukan oleh responden adalah selama satu hari. Jika waktu kontak dihitung dalam satuan menit, maka lama penyimpanan ASI yang dilakukan oleh responden adalah 1440 menit. Artinya ratarata waktu kontak antara ASI dengan botol susu polikarbonat adalah 1470 menit. 37

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Survei Konsumsi Pangan Hasil dari survei konsumsi pangan dari lima daerah di Jakarta adalah data konsumsi pangan yang akan digunakan untuk menghitung nilai estimasi paparan

Lebih terperinci

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Tahap Awal Proses Pengolahan (1) Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat

Lebih terperinci

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI 1 AIR SUSU IBU A. PENDAHULUAN Dalam rangka pekan ASI (Air Susu Ibu) yang jatuh pada minggu I bulan Agustus Tahun 2012 ini, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berupaya untuk memberikan informasi yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan penyediaan energi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dan penyediaan energi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi pada awal kehidupan. ASI mengandung semua zat gizi (nutrient) yang dibutuhkan untuk membangun dan penyediaan energi

Lebih terperinci

Philips NL9206AD-4 Drachten

Philips NL9206AD-4 Drachten Philips NL9206AD-4 Drachten 4213.354.3925.1 Keterangan umum Botol Natural adalah botol minum dengan dot untuk bayi dan anak. Botol ini terdiri atas 4 bagian: yaitu wadah plastik, cincin berulir, dot, dan

Lebih terperinci

Philips NL9206AD-4 Drachten

Philips NL9206AD-4 Drachten Philips NL9206AD-4 Drachten 4213.354.3923.1 Keterangan umum Botol Classic+ adalah botol minum dengan dot untuk bayi dan anak. Botol ini terdiri atas 4 bagian: yaitu wadah plastik, cincin berulir, dot,

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

Philips NL9206AD-4 Drachten

Philips NL9206AD-4 Drachten Philips NL9206AD-4 Drachten 4213.354.3927.1 Keterangan umum Dot Natural terletak pada bagian atas botol Natural dan merupakan tempat keluarnya cairan. Dot terbuat dari silikon yang memiliki 1 atau beberapa

Lebih terperinci

CABE GILING DALAM KEMASAN

CABE GILING DALAM KEMASAN CABE GILING DALAM KEMASAN 1. PENDAHULUAN Cabe giling adalah hasil penggilingan cabe segar, dengan atau tanpa bahan pengawet. Umumnya cabe giling diberi garam sampai konsentrasi 20 %, bahkan ada mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah satunya

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

Pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak?

Pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak? Pertanyaan yang sering ditanyakan Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak? 1 2 Bagaimana ASI diproduksi? Ibaratnya pabrik: 1. Pabrik 2. Jalur distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Ruang Lingkup. Gizi Bagi Pekerja. Kebutuhan Gizi Pekerja. ASI di Tempat Kerja 31/03/2014 2

Pokok Bahasan. Ruang Lingkup. Gizi Bagi Pekerja. Kebutuhan Gizi Pekerja. ASI di Tempat Kerja 31/03/2014 2 Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Kesehatan Kerja Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS JAMBI 31/03/2014

Lebih terperinci

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum. NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya

Lebih terperinci

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU MENANGANI AIR SUSU MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU Air susu mengandung zat-zat gizi yg sangat cocok utk perkembangbiakan bakteri penyebab kerusakan air susu. Proses produksi yg tdk hygienes, penanganan yg

Lebih terperinci

ETAWA BEAUTY SOAP PRODUK SABUN MANDI SUSU KAMBING ETAWA DESA KALIGESING

ETAWA BEAUTY SOAP PRODUK SABUN MANDI SUSU KAMBING ETAWA DESA KALIGESING PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM ETAWA BEAUTY SOAP PRODUK SABUN MANDI SUSU KAMBING ETAWA DESA KALIGESING BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN Diusulkan oleh: 1. WITRI SETIYANI (D0114105/2014)

Lebih terperinci

MENYUSUI SAAT IBU BEKERJA. Dinas Kesehatan Provinsi Bali

MENYUSUI SAAT IBU BEKERJA. Dinas Kesehatan Provinsi Bali MENYUSUI SAAT IBU BEKERJA Dinas Kesehatan Provinsi Bali ASI MAKANAN TERBAIK UNTUK BAYI Menurut WHO : 2/3 kematian bayi dan anak terkait dg kurang gizi 2/3 dari kurang gizi tsb terkait dg pola pemberian

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi usia 6-12 bulan melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian ASI eksklusif sejak hari pertama tidak selalu mudah karena banyak wanita menghadapi masalah dalam melakukannya. Keadaan yang sering terjadi pada hari

Lebih terperinci

Melindungi kesehatan ibu :

Melindungi kesehatan ibu : KONSELING MENYUSUI 1/1 MANFAAT MENYUSUI A S I Zat-zat gizi yang lengkap Mudah di cerna, diserap secara efesien Melindungi terhadap infeksi MENYUSUI Membantu bonding dan perkembangan Membantu menunda kehamilan

Lebih terperinci

MANISAN BASAH BENGKUANG

MANISAN BASAH BENGKUANG MANISAN BASAH BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J. HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN PENDAPATAN ORANG TUA DENGAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 6 24 BULAN DI KELURAHAN PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan mengenai susu UHT

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B Kelompok 6 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras kencur dikenal sebagai minuman tradisional khas Indonesia yang terbuat dari bahan-bahan herbal segar. Komposisi utamanya ialah beras dan rimpang kencur yang memiliki

Lebih terperinci

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING Penerimaan bahan makanan kering adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas, dan kuantitas bahan makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI 1. Defenisi ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, yang berguna bagi makanan

Lebih terperinci

MANISAN KERING BENGKUANG

MANISAN KERING BENGKUANG MANISAN KERING BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB VII PEMELIHARAAN RUTIN PADA LEMARI ES

BAB VII PEMELIHARAAN RUTIN PADA LEMARI ES BAB VII PEMELIHARAAN RUTIN PADA LEMARI ES Bab ini berisi tentang bagaimana memelihara fisik lemari es dengan benar. Pemeliharaan sangat diperlukan untuk menjaga keawetan lemari es. 7.1 Perawatan dan pembersihan

Lebih terperinci

Lampiran Universitas Sumatera Utara

Lampiran Universitas Sumatera Utara 101 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAYA PANCUR BATU I. Faktor Sosial Budaya Data Demografi

Lebih terperinci

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi Pengertian ASI (Air Susu Ibu) ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan Dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Susu Susu merupakan salah satu pangan asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya (Suwito dan Andriani,

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU Bambang Kusmartono 1, Merita Ika Wijayati 2 1,2 Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta e-mail : bkusmartono@ymail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan gizi bayi sampai berusia 2 tahun sangat penting sehingga harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah dengan pemberian Air Susu

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Kepada Yth. Ibu Balita Di Tempat Kabanjahe, Juli 2015 Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul. Dalam hal ini

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. MODUL 4 PRESTO IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu presto ikan yang dihasilkan utuh, bersih,

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan suhu tinggi adalah salah satu dari sekian banyak metode pengawetan makanan yang sering digunakan. Metode ini sebenarnya sudah sangat familier dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti MODUL 6 SELAI RUMPUT LAUT Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah selai rumput laut dengan baik dan benar. Indikator Keberhasilan: Mutu selai rumput laut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara adalah air (Chandra, 2012). Air merupakan sumber kehidupan yang diperlukan oleh makhluk hidup untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, temuan penelitian, dan pembahasannya. Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses menyusui memang proses alami bagi setiap wanita yang melahirkan, tetapi tidak jarang proses ini menjadi begitu membingungkan dan penuh perjuangan bagi ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin

Lebih terperinci

Lampiran 1. Angket Penelitian

Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN POSISI TAWAR KONSUMEN TENTANG PENGGUNAAN KEMASAN STYROFOAM SEBAGAI WADAH MAKANAN DI AMALIUN FOODCOURT TAHUN 2015 No. Responden :. I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) Denie Septina A, Dwi Anita A & Titik Anggraeni Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Pendinginan dan Pembekuan. Kuliah ITP

Pendinginan dan Pembekuan. Kuliah ITP Pendinginan dan Pembekuan Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pendinginan dan pembekuan, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pendinginan dan pembekuan terhadap mutu pangan Indikator

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

KEGUNAAN MEMERAH ASI

KEGUNAAN MEMERAH ASI KEGUNAAN MEMERAH ASI Mengurangi bengkak, sumbatan atau stasis ASI Memberi makan bayi yang mengalami kesulitan menghisap payudara Memberi makanan bayi yang menolak menyusu Memberi makan bayi berat lahir

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Rinadya Yoghurt Rinadya Yoghurt merupakan usaha rumahtangga yang bergerak dalam bidang pengolahan susu segar yaitu memproduksi yoghurt. Usaha ini

Lebih terperinci

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI) STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI) Elok Zubaidah *, Joni Kusnadi *, dan Pendik Setiawan ** Staf Pengajar Jur. Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak azasi setiap warga masyarakat sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup, aman, bermutu,

Lebih terperinci

Identitas Responden. Lampiran 2: Kuesioner Penelitian

Identitas Responden. Lampiran 2: Kuesioner Penelitian Lampiran 2: Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Mahasiswa Dalam Menggunakan Plastik dan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan Di Fakultas Kesehatan Masrakat, Universitas Sumatera Utara Tahun 2012 No. Responden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Ada berbagai alasan sehingga orang menggunakan kemasan plastik sebagai pembungkus pada makanan

Lebih terperinci

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian mengenai Manfaat Hasil Belajar Manajemen Sistem Penyelenggaraan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan kehidupan (living fluid) yang

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan kehidupan (living fluid) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan kehidupan (living fluid) yang mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi dalam enam bulan kehidupannya seperti karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbelanja melalui internet (online shopping). Maraknya fenomena online

BAB I PENDAHULUAN. berbelanja melalui internet (online shopping). Maraknya fenomena online BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, seluruh aspek dari kehidupan manusia jika dimanfaatkan dengan sunguh-sunguh akan dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Sejak beberapa

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FORMULIR PERMOHONAN MENJADI PENELITIAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FORMULIR PERMOHONAN MENJADI PENELITIAN LAMPIRAN 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FORMULIR PERMOHONAN MENJADI PENELITIAN Saya yang bernama Rizkiariati Widya Sari adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ultra High Temperature merupakan pemanasan bahan pangan dengan temperatur di antara 135 C hingga 150 C selama 2 5 detik [1]. Proses sterilisasi UHT mampu membunuh spora

Lebih terperinci

KAJIAN PAPARAN BISPHENOL-A DARI BOTOL SUSU POLIKARBONAT DALAM ASI DAN AIR PADA BAYI SKRIPSI I.K. MARLA LUSDA F

KAJIAN PAPARAN BISPHENOL-A DARI BOTOL SUSU POLIKARBONAT DALAM ASI DAN AIR PADA BAYI SKRIPSI I.K. MARLA LUSDA F KAJIAN PAPARAN BISPHENOL-A DARI BOTOL SUSU POLIKARBONAT DALAM ASI DAN AIR PADA BAYI SKRIPSI I.K. MARLA LUSDA F34080035 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 EXPOSURE STUDY ON

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6 12 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6 Maret 2016 di Kelompok Tani Ternak Wahyu Agung, Desa Sumogawe, Kecamatan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kelurahan Semanan Kelurahan Semanan yang berada pada wilayah Kecamatan Kalideres, berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah utara, Kelurahan

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul pengaruh variasi periode pemanasan pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah dilaksanakan sejak tanggal 11 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Afrianto (2002), banyak bahan makanan yang mudah busuk atau tidak tahan lama sehingga terbatasnya lama penyimpanan dan daerah pemasarannya tidak begitu luas.

Lebih terperinci

Sanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

Sanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Sanitasi Peralatan Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Definisi Sanitasi Peralatan : Tujuan : membunuh mikroba vegetatif yg tinggal di permukaan

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA LAMPIRAN Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Usia :.tahun Alamat :... Telepon/HP : selaku Bapak/ibu/lainnya(sebutkan..) dari.. usia..bulan, setelah mendapatkan

Lebih terperinci