BAB 3 METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana"

Transkripsi

1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei, dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen sekali waktu (Notoatmodjo, 2010). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan rendahnya wanita usia subur yang memeriksa IVA ke Puskesmas Sidangkal yaitu sekitar (0,35%) dan belum pernah dilakukan penelitian tentang persepsi dan motivasi wanita terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal tersebut Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 sampai Desember Adapun pelaksanaan penelitian dimulai dari pengajuan judul dan survei awal pada bulan Desember 2012, melakukan penyusunan proposal dan konsul bimbingan proposal mulai bulan Desember sampai April, ujian proposal direncanakan akhir bulan April 2013, uji validitas sampai pengumpulan data direncanakan selesai pada

2 bulan Juni 2013, dan seminar hasil pada bulan Oktober 2013 serta ujian kompre pada bulan Desember Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang terdaftar dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal tahun 2012 yaitu sebanyak 2540 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita usia subur yang terdaftar dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal tahun Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar sampel untuk uji hipotesis data proporsi satu populasi yang dikutip oleh Hidayat (2010) sebagai berikut: Keterangan n= 2 { Z1 α / 2 P0 ( 1 P0 ) + Z1 β Pa( 1 Pa )} ( P P ) 2 a o n : Besar sampel minimal Z 1-α/2 : Nilai distribusi baku normal (tabel Z) pada α 5% sebesar 1,96 Z 1-ß : Nilai distribusi baku normal (tabel Z) pada ß 20% sebesar 0,842 Po : Proporsi cakupan pemeriksaan IVA sebesar 0,36 (Yuli, 2010) Pa : Proporsi cakupan pemeriksaan IVA yang diharapkan sebesar 0,46 Pa-Po : Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi sebesar 10%

3 n = { 1,96 0,36(0,64) + 0,842 0,46( 0,54) } 2 ( 0,46 0,36) = 186 Berdasarkan rumus perhitungan sampel tersebut maka diperoleh besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah 186 orang. Kriteria inklusi adalah wanita usia subur yang sudah menikah. Tabel 3.1 Distribusi Perhitungan Besar Sampel Penelitian di Puskesmas Sidangkal Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No Kelurahan Populasi Proporsi Sampel 1 Wek VI /2540 x Sidangkal /2540 x Hanopan-Sibatu /2540 x Ujung Padang /2540 x Jumlah Pengambilan sampel dari tiap-tiap kelurahan dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu mengambil secara acak dengan menggunakan tabel angka acak (C-Survey) sampai memenuhi besar sampel yang diinginkan dari proporsi kelurahan yaitu 186 WUS yang sudah menikah Metode Pengumpulan Data Data Primer Pengumpulan data primer dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya dengan menyebar kuesioner kepada responden untuk mereka isi sendiri dengan terlebih dahulu menjelaskan cara pengisiannya didampingi oleh

4 peneliti. Sebelumnya kuesioner telah diuji coba terlebih dahulu pada populasi yang memiliki karakteristik hampir sama di tempat yang berbeda Data Sekunder Data sekunder penelitian diperoleh dari laporan-laporan dan catatan mengenai pemeriksaan IVA dari data yang tersedia di Puskesmas Sidangkal dan Dinas Kesehatan daerah Kota Padangsidimpuan serta studi kepustakaan (literatur), majalah dan jurnal kesehatan yang berhubungan dengan penelitian ini Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sampel pada uji validitas dan reliabilitas berjumlah 30 orang dengan karakteristik yang sama yaitu Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan. Untuk mengetahui validitas instrumen penelitian digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah skor setiap pertanyaan. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan nilai corrected item total correlation (r), dengan ketentuan jika nilai corrected item total correlation > dari nilai r tabel (=0,361) pada α= 5%, dan df= 28 maka dinyatakan valid dan jika nilai corrected item total correlation (r) < r tabel maka dinyatakan tidak valid (Hidayat, 2010). b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih

5 terhadap gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan yang sama adalah tetap atau konsisten dari waktu ke waktu. Teknik yang digunakan dalam pengujian reliabilitas instrumen adalah menggunakan Cronbach Alpha. Jika hasil uji memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka variabel tersebut dikatakan reliabel (Nursalam, 2008). berikut: Hasil uji validitas variabel persepsi dan motivasi dapat dilihat pada tabel Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Pernyataan Nilai Corrected Cronbach s Nilai r-tabel Status Item-Total Alpha Status 1 0,724 0,361 Valid 2 0,698 0,361 Valid 3 0,723 0,361 Valid 4 0,723 0,361 Valid 5 0,723 0,361 Valid 0,907 Reliabel 6 0,724 0,361 Valid 7 0,698 0,361 Valid 8 0,563 0,361 Valid 9 0,698 0,361 Valid 10 0,724 0,361 Valid Pada Tabel 3.2 di atas dapat diperoleh bahwa dari seluruh variabel persepsi sebanyak 10 pernyataan mempunyai nilai corrected item total correlation (r) > 0,361 (r-tabel) dengan nilai cronbach s alpha 0,907, maka dapat disimpulkan bahwa 10 pernyataan persepsi adalah valid dan reliabel.

6 Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi Pernyataan Nilai Corrected Cronbach s Nilai r-tabel Status Item-Total Alpha Status 1 0,577 0,361 Valid 2 0,716 0,361 Valid 3 0,716 0,361 Valid 4 0,687 0,361 Valid 5 0,687 0,361 Valid 0,883 Reliabel 6 0,623 0,361 Valid 7 0,849 0,361 Valid 8 0,716 0,361 Valid Pada Tabel 3.3 di atas dapat diperoleh bahwa dari seluruh variabel motivasi sebanyak 8 pernyataan mempunyai nilai corrected item total correlation (r) > 0,361 (r-tabel) dengan nilai cronbach s alpha 0,883, maka dapat disimpulkan bahwa 8 pernyataan motivasi adalah valid dan reliabel. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Variabel dependen, yaitu keikutsertaan wanita usia subur dalam pemeriksaaan IVA. b. Variabel independen, yaitu persepsi dan motivasi WUS terhadap skrining kanker serviks metode IVA. c. Variabel confounding dalam penelitian ini adalah umur, pekerjaan, pendidikan, jumlah anak hidup.

7 3.5.2 Definisi Operasional 1. Keikutsertaan wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA adalah peran serta WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA sebagai upaya untuk deteksi dini penyakit kanker serviks dengan metode IVA. 2. Persepsi adalah pandangan WUS yang berbeda setiap individu dalam menanggapi mengenai kanker serviks dan pemeriksaan dini kanker serviks metode IVA. 3. Motivasi adalah dorongan, keinginan atau kemauan dari dalam (intrinsik) atau dari luar (ekstrinsik) wanita untuk memeriksakan IVA. 4. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung dari ulang tahun terakhir. 5. Pendidikan adalah pendidikan formal yang dijalani atau pernah dijalani oleh responden. 6. Jumlah anak adalah banyaknya anak (laki-laki dan perempuan) yang dimiliki responden pada saat penelitian/wawancara. 3.6 Metode Pengukuran Variabel Dependen Keikutsertaan wanita dalam pemeriksaan IVA adalah kondisi responden untuk berpartisipasi atau tidak dalam skrining kanker serviks metode IVA pada saat wawancara dilakukan, selanjutnya dikategorikan menjadi: 0 = Ikut 1 = Tidak ikut

8 3.6.2 Variabel Independen 1. Persepsi Pengukuran variabel persepsi menggunakan skala Likert dengan mengukur melalui 10 pernyataan dengan item jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) dan skor total terendah 10 dan skor tertinggi 50. Adapun ketentuan pemberian bobot nilai pada item jawaban persepsi sebagai berikut (Riduwan, 2010) : Pernyataan positif (2, 5, 6, 8 dan 9 ) Pernyataan negatif (1, 3, 4, 7 dan 10) Sangat setuju : 5 Sangat setuju : 1 Setuju : 4 Setuju : 2 Netral : 3 Netral : 3 Tidak setuju : 2 Tidak setuju : 4 Sangat tidak setuju : 1 Sangat tidak setuju : 5 Berdasarkan total skor jawaban responden, persepsi dikategorikan sebagai berikut: 0 = Baik, jika total skor jawaban 50% atau dalam interval = Kurang Baik, jika total skor jawaban < 50% atau dalam interval Motivasi Pengukuran variabel motivasi didasarkan dari 8 pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan skala Likert dengan item jawaban sangat setuju (5), setuju (4),

9 netral (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1). Maka skor total terendah 8 dan skor tertinggi 40. Berdasarkan total skor jawaban responden, motivasi dikategorikan sebagai berikut: 0 = Baik, jika total skor jawaban 50% atau dalam interval = Kurang Baik, jika total skor jawaban < 50% atau dalam interval Variabel Confounding : a. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati). 0 = 30 tahun 1 = < 30 tahun Skala Ordinal b. Pendidikan adalah pendidikan formal yang dijalani atau pernah dijalani oleh responden. Pendidikan dibagi menjadi: 0 = rendah (SD, SLTP) 1 = Tinggi (SMU, Diploma/ Sarjana) Skala Ordinal c. Jumlah anak hidup, dikategorikan berdasarkan anjuran. 0 = < 3 orang 1 = 3 orang Skala Ordinal

10 3.7 Metode Analisis Data Tahapan analisis data meliputi: 1. Analisis univariat yaitu analisis yang menitik beratkan kepada penggambaran atau deskripsi data yang diperoleh, menggambarkan distribusi frekuensi dari masingmasing variabel independen dan dependen. 2. Analisis bivariat yaitu analisis untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05). 3. Analisis multivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependen secara bersama-sama dengan mengikutsertakan variabel yang dianalisis merupakan variabel confounding. Variabel yang masuk dalam model multivariat adalah variabel yang p<0,25 pada analisis bivariat, setelah itu dilakukan kolinearitas (hubungan antar variabel independen) menggunakan uji chi square dan jika ada kolinearitas dengan nilai p<0,05 tidak boleh bersama dalam satu model. Kemudian ditetapkan beberapa alternatif model, dan yang dipilih adalah yang memiliki nilai percentage correct yang paling tinggi. Setelah terpilih model, dilakukan pemeriksaan interaksi. Pemeriksaan ini untuk melihat interaksi semua variabel dalam model secara multiplikatif, yaitu setelah memperoleh model yang memuat variabel-variabel penting, maka langkah selanjutnya adalah memeriksa adanya interaksi antar variabel independen. Interaksi merupakan keadaan dimana hubungan antara satu variabel independen

11 dengan dependen berbeda menurut tingkat variabel independen yang lain. Bila tidak ada interaksi maka dilanjutkan dengan pemeriksaan confounding. Bila selisih antara model tanpa dan dengan confounding >10%, maka variabel tersebut dianggap sebagai confounding dan tetap dipertahankan dalam model. Pembandingan nilai probabilitas per individu dalam analisis multivariat yang digunakan adalah dengan analisis regresi logistik berganda dengan persamaan ; Dimana : P a b₁,₂ X₁,₂ = Probabilitas variabel dependen = konstanta = nilai koefisien regresi = variabel independen e = bilangan alamiah yang besarnya 2,71828

12 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Keadaan Geografis Puskesmas Sidangkal berlokasi di Jalan Alboin Hutabarat Kelurahan Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan. Secara geografis batasan wilayah kerja Puskesmas Sidangkal adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : dengan Kelurahan Panyanggar b. Sebelah Selatan : dengan Kelurahan Aek Tampang c. Sebelah Barat : dengan Kecamatan Siais (Tapanuli Selatan) d. Sebelah Timur : dengan Kelurahan Kantin Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal terdiri dari 4 Kelurahan yaitu Kelurahan Wek VI, Kelurahan Sidangkal, Kelurahan Hanopan-Sibatu dan Kelurahan Ujung Padang Kependudukan Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Sidangkal Tahun 2012 adalah jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga adalah jiwa. Distribusi jumlah penduduk menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

13 No Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Puskesmas Sidangkal Tahun 2012 Kelurahan Jumlah Penduduk Persentase (%) Jumlah Rumah Tangga (KK) Persentase (%) 1 Wek VI , ,1 2 Sidangkal , ,4 3 Hanopan sibatu , ,3 4 Ujung Padang , ,0 Jumlah , ,0 Sumber: Profil Puskesmas Sidangkal, Tahun 2012 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kelurahan Ujung Padang mempunyai jumlah penduduk yang paling banyak yaitu : 48,3%. Sedangkan Hanopan-Sibatu memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit dibandingkan dari kelurahan lain yaitu : 7,9%. Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Puskesmas Sidangkal Tahun 2012 No Kelurahan Laki - laki Persentase (%) Perempuan Persentase (%) 1 Wek VI , ,6 2 Sidangkal , ,1 3 Hanopan Sibatu 802 7, ,1 4 Ujung Padang , ,0 Jumlah , ,0 Sumber: Profil Puskesmas Sidangkal, Tahun 2012 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki paling banyak terdapat di Kelurahan Ujung Padang (48,7%), dan jumlah penduduk perempuan paling banyak juga ditemukan di Kelurahan Ujung Padang (48,0%).

14 4.1.3 Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal adalah sebagai berikut : a. Puskesmas 1 b. Puskesmas Pembantu 2 c. Poskesdes 1 d. Posyandu 15 e. Klinik Bersalin Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel independen (persepsi dan motivasi), variabel confounding (umur, pekerjaan, pendidikan, jumlah anak hidup) dan variabel dependen (keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA) Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA Distribusi responden berdasarkan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Sidangkal sebahagian besar (57,0%) tidak ikut dan yang ikut sebesar (43,0%) seperti terlihat pada Tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 No Keikutsertaan Skrining Jumlah (n) Persentase (%) 1 Ikut 80 43,0 2 Tidak ikut ,0 Jumlah ,0

15 4.2.2 Persepsi Distribusi frekuensi persepsi untuk masing-masing tingkatan persepsi adalah lebih banyak responden persepsi kurang baik sebesar 51,6% dan persepsi baik sebesar 48,4%, dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 No Persepsi Jumlah (n) Persentase (%) 1 Baik 90 48,4 2 Kurang baik 96 51,6 Jumlah ,0 Persepsi tentang skrining kanker serviks dengan metode IVA terdapat dalam 10 pernyataan. Seluruh pernyataan yang berisi persepsi tentang skrining kanker serviks dengan metode IVA sebagian wanita usia subur tidak tahu mengenai metode IVA secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Item Jawaban Pernyataan Persepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 N STS TS N S SS Persepsi o n % n % n % n % n % 1 Kanker serviks adalah suatu 7 3, , , ,2 18 9,7 keadaan yang jarang terjadi sehingga tidak perlu dikhawatirkan/ diperhatikan 2 Semua wanita yang sudah pernah 8 4, , , , ,8 melakukan hubungan seksual perlu untuk melakukan pemeriksaan IVA 3 Wanita yang perlu memeriksa IVA 15 8, , , ,1 13 7,0 adalah wanita yang berperilaku seks bebas 4 Biaya pemeriksaan IVA mahal 35 18, , , ,7 17 9,1

16 Tabel 4.5 (Lanjutan) N o Persepsi 5 Pelaksanaan pemeriksaan IVA yang dilakukan aman 6 Cara kerja pemeriksaan IVA sederhana 7 Pelaksanaan pemeriksaan IVA lama diketahui hasilnya 8 Bila tidak melakukan pemeriksaan IVA maka kemungkinan tidak diketahui kanker serviks sangat tinggi 9 Pemeriksaan dini (IVA) yang dilakukan dengan teratur akan membantu menjawab kecurigaan adanya kanker serviks yang timbul karena ada keluhan tentang organ reproduksi 10 Pemeriksaan dini kanker serviks (IVA) tidak bermanfaat untuk mencegah kanker serviks STS TS N S SS n % n % n % n % n % 12 6, , , , ,4 10 5, , , , ,3 11 5, , , ,5 9 4, , , ,3 14 7,5 11 5,9 15 8, , , , , , ,1 16 8, ,2 15 8,1 Persepsi responden tentang metode IVA menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan IVA lama diketahui hasilnya yang menyatakan setuju sebesar 50,5% dan sangat setuju 4,8% (pernyataan no 7). Wanita usia subur lebih banyak menyatakan tidak setuju bahwa bila melakukan pemeriksaan IVA maka ada manfaatnya untuk mengetahui kanker serviks sebesar 47,8% dan sangat tidak setuju 13,4% (pernyataan no 8) Motivasi Distribusi frekuensi motivasi tentang metode IVA sebagian besar motivasi baik (62,4%) dan 37,6% motivasi kurang baik, dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

17 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 No Motivasi Jumlah (n) Persentase (%) 1 Baik ,4 2 Kurang baik 70 37,6 Jumlah ,0 Motivasi tentang skrining kanker serviks dengan metode IVA terdapat dalam 8 pernyataan. Seluruh pernyataan yang berisi motivasi tentang skrining kanker serviks dengan metode IVA separuh wanita usia subur tahu mengenai metode IVA secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Item Jawaban Pernyataan Motivasi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 N o Motivasi 1 Bila terdapat keluhan yang tidak normal pada organ kewanitaan anda, maka anda akan langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan 2 Pemeriksaan dini kanker serviks (IVA) sangat perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi setiap wanita 3 Bila mengetahui orangtua atau saudara perempuan anda ada riwayat kanker serviks, maka anda perlu melakukan pemeriksaan IVA 4 Pemeriksaan IVA untuk mencegah penyakit kanker serviks perlu dilakukan teratur sekali setahun 5 Suami/keluarga selalu memberi dukungan biaya untuk melakukan pemeriksaan dini kanker serviks STS TS N S SS n % n % n % n % n % 7 3, , , , 66 35, , , , , , , , , ,0 27, ,5 6, ,9 19, , 7 7, , , , ,8

18 Tabel 4.7 (Lanjutan) N o Motivasi 6 Teman/lingkungan sekitar sering memberi informasi tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks 7 Petugas kesehatan sering memberikan informasi tentang kanker serviks dan pemeriksaan dini (IVA) kepada masyarakat 8 Pelayanan kesehatan reproduksi wanita oleh petugas kesehatan di Puskesmas atau diluar Puskesmas memuaskan STS TS N S SS n % n % n % n % n % 16 8, , , , 11 5, , , , , , , , , , ,5 Motivasi wanita usia subur tentang metode IVA menunjukkan lebih banyak responden menyatakan sangat setuju bahwa pemeriksaan dini kanker serviks (IVA) sangat perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi setiap wanita sebesar 45,7% dan yang setuju 20,4% (pernyataan no 2), sedangkan wanita usia subur yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa suami/keluarga selalu memberi dukungan biaya untuk melakukan pemeriksaan dini kanker serviks sebesar 27,4% dan yang yang tidak setuju sebesar 6,5% (pernyataan no 5) Karakteristik Responden (Umur, Pendidikan dan Jumlah Anak) Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dilihat meliputi umur, pendidikan dan jumlah anak berjumlah 186 orang di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan. Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa kelompok umur tertinggi pada umur 30 tahun (64,0%), dan yang terendah pada kelompok umur <30 tahun (36,0%). Tingkat pendidikan

19 responden lebih banyak berpendidikan rendah (tamat SD, SLTP) sebesar 57,0% dan 43,0% yang berpendidikan tinggi. Jumlah anak 3 orang sebesar 58,1% dan <3 orang sebesar 41,9%. Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Variabel Counfounding (Umur, Pekerjaan, Pendidikan dan Jumlah Anak) di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 No Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%) 1 Umur 30 tahun ,0 <30 tahun 67 36,0 2 Pendidikan Rendah ,0 Tinggi 80 43,0 3 Jumlah Anak <3 orang 78 41,9 3 orang ,1 4.3 Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen (persepsi dan motivasi) dan variabel dependen (keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA) serta hubungan variabel confounding (umur, pendidikan, jumlah anak) dengan variabel dependen Hubungan Persepsi dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 Berdasarkan hasil tabulasi silang antara persepsi dengan keikutsertaan skrining IVA diperoleh bahwa persepsi baik yang mengikuti skrining dengan metode IVA sebanyak 54 orang (60,0%) dan 36 orang (40,0%) yang tidak ikut IVA,

20 sedangkan responden yang persepsi kurang baik mengikuti skrining dengan metode IVA sebanyak 26 orang (27,1%) dan 70 orang (72,9%) yang tidak ikut IVA. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0, 001, artinya ada hubungan yang signifikan antara persepsi dengan keikutsertaan skrining IVA, dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini : Tabel 4.9 Hubungan Persepsi dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 Keikutsertaan Persepsi Ikut Tidak Ikut Jumlah n % n % n % Baik 54 60, , ,0 Kurang baik 26 27, , ,0 Jumlah , , ,0 p χ 2 0,001 20, Hubungan Motivasi dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 Pada Tabel 4.10 terdapat persentase wanita usia subur yang memiliki motivasi baik (51,7%) dengan ikut IVA dan motivasi kurang baik sebesar 71,4% dengan tidak ikut IVA. Hasil uji analisis menunjukkan ada hubungan antara motivasi dengan keikutsertaan skrining dengan metode IVA dengan nilai p=0,002, secara jelas dapat dilihat sebagai berikut :

21 Tabel 4.10 Hubungan Motivasi dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 Keikutsertaan Motivasi Ikut Tidak Ikut Jumlah n % n % n % Baik 60 51, , ,0 Kurang baik 20 28, , ,0 Jumlah , , ,0 p χ 2 0,002 9, Hubungan Variabel Confounding (Umur, Pendidikan dan Jumlah Anak) dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun Hubungan Umur dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh bahwa umur tidak berhubungan dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA dengan nilai p=0,385. Wanita usia subur yang umur 30 tahun ada 119 orang yaitu 45,4% yang ikut IVA sedangkan yang tidak ikut IVA ada 54,6%, dibandingkan umur <30 tahun ada 67 orang yaitu sebesar 38,8% yang ikut IVA sedangkan 61,2% yang tidak ikut IVA. 2. Hubungan Pendidikan dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat bahwa dari 106 responden yang pendidikan rendah (tamat SD, SLTP) ada 44,3% yang ikut IVA dan 55,7% yang tidak ikut IVA, sedangkan yang berpendidikan tinggi (tamat SLTA, diploma, sarjana) ada 41,3% yang ikut IVA dan 58,8% yang tidak ikut IVA. Hasil uji Chi-Square menunjukkan

22 tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA dengan nilai p= 0,673 (p>0,05). 3. Hubungan Jumlah Anak dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA Tidak terdapat hubungan antara jumlah anak dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA nilai p=0,182. Wanita usia subur yang memiliki jumlah anak <3 orang sebesar 48,7% yang ikut IVA dan yang tidak ikut IVA sebesar 51,3%, sedangkan yang memiliki jumlah anak 3 orang sebesar 38,9% ikut IVA dan 61,1% yang tidak ikut IVA. Tabel 4.11 Hubungan Variabel Confounding dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013 Variabel Confounding Umur Keikutsertaan Ikut Tidak Ikut Jumlah p χ 2 n % n % n 30 tahun 54 45, , ,0 <30 tahun 26 38, , ,0 Pendidikan Rendah 47 44, , ,0 Tinggi 33 41, , ,0 Jumlah Anak <3 orang 38 48, , ,0 3 orang 42 38, , ,0 0,385 0,755 0,673 0,178 0,182 1,785 Dari Tabel 4.11 variabel confounding yang masuk kandidat model multivariat adalah jumlah anak, karena p= 0,182 < 0,25, sehingga alternatif model yang dapat digunakan untuk keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA = f (persepsi, motivasi, jumlah anak). Namun sebelumnya terlebih dahulu dilakukan

23 uji kolinieritas untuk melihat adanya hubungan antar variabel independen dan confounding. 4.5 Pemeriksaan Kolinearitas Dari Tabel 4.12 terlihat bahwa antara variabel independen utama dan confounding tidak ada yang saling hubungan (tidak ada kolinearitas) dengan nilai p>0,05 menggunakan uji chi square, sehingga alternatif model yang dapat digunakan untuk analisis multivariat adalah persepsi, motivasi dan jumlah anak. Tabel 4.12 Nilai Signifikansi Hubungan Antar Variabel Independen Utama (Persepsi dan Motivasi) dan Confounding (Jumlah Anak) Variabel Persepsi Motivasi Jumlah Anak Persepsi - 0,343 0,708 Motivasi 0,343-0,913 Jumlah Anak 0,708 0, Analisis Multivariat Untuk menganalisis pengaruh persepsi dan motivasi WUS terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal Kota Padangsidimpuan digunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic regression), karena variabel dependennya 2 kategori yaitu ikut dan tidak ikut. Regresi logistik ganda yaitu salah satu pendekatan model matematis untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomi atau binary dengan metode Backward LR. Karena variabel jumlah anak

24 tidak masuk dalam model, sehingga tidak dilakukan pemeriksaan interaksi dan pemeriksaan confounding, maka model akhir yang terpilih adalah: Tabel 4.13 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Ganda Variabel B Sig. OR 95% CI Persepsi 1,599 0,001 4,947 2,548-9,605 Motivasi 1,260 0,001 3,524 1,750-7,097 Constant -0, Hasil penelitian diperoleh nilai koefisien B dari variabel persepsi yaitu 1,599, hal ini menunjukkan variabel tersebut merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Besar pengaruh variabel tersebut dilihat dari nilai OR dimana dari hasil analisis terlihat bahwa jika wanita usia subur yang persepsi kurang baik tentang metode IVA maka peluang wanita usia subur untuk tidak ikut IVA 5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang persepsi baik. Motivasi berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Besar pengaruh variabel tersebut dilihat dari nilai OR dimana dari hasil analisis terlihat bahwa jika wanita usia subur yang motivasi kurang baik tentang metode IVA maka peluang wanita usia subur untuk tidak ikut IVA 4 kali lebih besar dibandingkan dengan yang motivasi baik. Nilai Overall Percentage diperoleh sebesar 70,4 yang artinya variabel persepsi dan motivasi bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA sebesar 70,4%, sedangkan sisanya sebesar 29,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar penelitian.

25 Model persamaan regresi logistik berganda yang dapat memprediksi keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA adalah sebagai berikut: p ( y) = ( 0,956+ 1,599( persepsi) + 1,260( motivasi)) 1+ e 1 Keterangan: P : Probabilitas keikutsertaan skrining untuk yang tidak ikut IVA X 1 : Persepsi, koefisien regresi 1,599 X 2 : Motivasi, koefisien regresi 1,260 a : Konstanta -0,956 e : Ketetapan 2,71828 Persamaan di atas diketahui bahwa wanita usia subur yang persepsi kurang baik dan motivasi kurang baik memiliki probabilitas sebesar 87,02% untuk tidak ikut IVA. Wanita usia subur yang persepsi dan motivasi baik memiliki probabilitas sebesar 27,77% untuk tidak ikut IVA.

26 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA Hasil penelitian sebagian besar (57,0%) dari 186 responden wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Sidangkal tidak ikut serta dalam skrining kanker serviks metode IVA. Berdasarkan hasil dilapangan bahwa Puskesmas Sidangkal Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu dari delapan puskesmas yang melaksanakan pelayanan skrining kanker serviks dengan metode IVA (Program See and Treat) yang dilaksanakan mulai tahun 2009 sampai sekarang. Puskesmas telah memberikan penyuluhan tentang pemeriksaan IVA dan telah membuat pengumuman jadwal pemeriksaan IVA setiap hari Kamis tetapi bila ada yang memeriksa pada hari lain pasien tersebut tetap dilayani, namun ibu-ibu yang datang masih jauh dari yang diharapkan. Selain itu Puskesmas setiap tahun bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan melakukan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks dan pemeriksaan IVA agar penderita kanker serviks bisa ditemukan dan segera diobati atau dirujuk, dan penderita yang stadium dini bisa cepat ditangani agar jangan sampai menjadi lebih parah. Tetapi wanita yang memeriksakan diri ke Puskesmas malah mengalami penurunan dari sebelumnya. Skrining kanker serviks dianjurkan untuk semua perempuan yang telah melakukan hubungan seksual secara aktif. Wanita yang tidak melakukan skrining 68

27 (menemukan lesi prakanker sedini mungkin diikuti pengobatan yang adekuat) secara teratur memiliki risiko berkembangnya kanker serviks 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang melakukan skrining secara teratur (Depkes RI, 2008). Rendahnya keikutsertaan wanita dalam skrining kanker serviks karena kurangnya kesadaran wanita akan kesehatan reproduksi dan belum menganggap skrining sebagai kebutuhan penting untuk kesehatan. Keikutsertaan skrining kanker serviks merupakan peran serta seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang dalam pelaksanaannya tergantung pada orang yang bersangkutan. Beberapa orang mendapat stimulus yang sama namun respon tiap-tiap orang berbeda (Notoatmodjo, 2007a). Kurang optimalnya usaha petugas kesehatan disebabkan antara lain: 1) tindakan petugas kesehatan selama ini umumnya hanyalah upaya untuk melaksanakan program 2) kurangnya pemahaman tentang tujuan pelaksanaan skrining sedini mungkin. Namun pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dimana saja karena dalam pelaksanaannya alat yang digunakan sangat sederhana. Waktu yang diperlukan dalam pemeriksaan IVA relatif singkat. Prosedurnya juga tidak rumit, tidak memerlukan persiapan dan tidak menyakitkan. Biaya yang diperlukan dalam menjalani pemeriksaan juga relatif murah (Depkes RI, 2008). Wanita usia subur yang tidak ikut pemeriksaan IVA merupakan faktor yang sangat berperan dalam penurunan cakupan IVA. Saat mereka tidak datang untuk melakukan pemeriksaan IVA, hal tersebut bukan sepenuhnya menjadi kesalahan dari WUS, namun juga seharusnya menjadi bahan pertimbangan bagi setiap fasilitas

28 pelayanan kesehatan karena program pemerintah yang saat ini sedang digalakkan belum banyak diketahui oleh sasaran dari pogram tersebut, yaitu WUS. Kurangnya sosialisasi dan perencanaan yang kuat serta dukungan dari pemerintah dan fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri salah satu dari penyebab kurangnya keikutsertaan masyarakat untuk IVA, diluar faktor-faktor yang lain. Beberapa usaha sosialisasi mungkin telah dilakukan, namun distribusinya kurang merata. Sosialisasi dan berbagai hal sederhana yang bisa diupayakan dalam meningkatkan metode IVA antara lain di setiap fasilitas pelayanan kesehatan menyediakan brosur yang bisa dilihat dan dibaca saat mereka sedang menunggu. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA tersebut dapat diwujudkan melalui pemberdayaan tenaga kesehatan untuk memberikan pemahaman tentang akan pentingnya pemeriksaan IVA kepada masyarakat secara berkala. 5.2 Pengaruh Persepsi Wanita Usia Subur terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat persepsi kurang baik sebesar 51,6% dan persepsi baik sebesar 48,4%. Berdasarkan hasil uji statistik didapat nilai p = 0, 001, artinya ada hubungan yang signifikan antara persepsi dengan keikutsertaan skrining IVA. Ada pengaruh persepsi terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Besar pengaruh variabel tersebut terlihat bahwa jika wanita usia subur

29 yang persepsi kurang baik tentang metode IVA maka peluang wanita usia subur untuk tidak ikut IVA 5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang persepsi baik. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan didapatkan bahwa banyak responden tidak mempersepsikan kanker leher rahim sebagai penyakit yang serius dan mengancam kehidupannya sehingga mereka tidak melakukan deteksi dini kanker leher rahim melalui IVA. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh wanita pasangan usia subur. Mereka tidak mengetahui bahwa kanker leher rahim mudah menyerang wanita yang telah aktif secara seksual. Banyak wanita pasangan usia subur yang hanya berpendapat penyakit kanker leher rahim dapat menyebar ke bagian organ tubuh lain dan mengakibatkan kematian, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa kematian akibat kanker leher rahim banyak terjadi karena wanita terlambat memeriksakan diri. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV yang ditularkan melalui hubungan seksual. Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun sampai tigapuluhan, walaupun kankernya sendiri baru muncul tahun sesudahnya. Sebelum terjadi kanker biasanya tidak ada keluhan yang dirasakan (Depkes RI, 2008). Inilah alasan perlunya pemeriksaan dini bagi wanita yang telah melakukan hubungan seksual sebelum timbul penyakit kanker serviks. Persepsi yang kurang baik juga didasarkan pada jawaban responden bahwa pelaksanaan pemeriksaan IVA lama diketahui hasilnya, kanker serviks adalah suatu keadaan yang jarang terjadi sehingga tidak perlu dikhawatirkan/ diperhatikan, dan mereka tidak setuju bahwa dengan pemeriksaan IVA dapat mencegah kanker serviks,

30 mereka juga takut dan malu jika terdeteksi sebagai penderita kanker serviks makanya mereka merasa tidak ada masalah dengan kesehatannya. Pemeriksaan IVA hasilnya dapat diketahui dalam waktu ± 1 menit setelah pengolesan, sehingga apabila diperlukan pengobatan dapat segera dilakukan atau dirujuk bila perlu. Dibandingkan dengan penapisan menggunakan tes Pap, membutuhkan biaya lebih mahal dan sarana- prasarana (laboratorium) yang biasanya hanya terdapat di kota besar serta tenaga ahli besar serta tenaga ahli khusus, dan hasil dapat diterima beberapa minggu kemudian. Hasil positif pada pemeriksaan IVA juga menunjukkan adanya lesi prakanker yang bila diobati bisa sembuh sempurna. Jika tidak diobati, kemungkinan akan menjadi kanker (Depkes RI, 2009). Besarnya masalah yang timbul tergantung pada tingkat penyakitnya. Makin tinggi tingkat penyakitnya, makin besar masalah yang ditimbulkannya. Dengan demikian deteksi dini merupakan hal yang sangat bermanfaat mengeliminasi kerugian fisik, materi, psikis dan sosial yang diakibatkan penyakit ini (Aziz, 2001). Kanker leher rahim sama sekali tidak menunjukkan gejala kesakitan pada stadium awal dan memiliki perkembangan yang cukup lama, sehingga karenanya banyak wanita tidak menyadari bahwa mereka telah terkena kanker leher rahim dan terlambat memeriksakan diri ketika kanker sudah menempati stadium lanjut dimana kanker telah menimbulkan gejala kesakitan pada penderitanya. Hal ini sesuai Health Belief Model (Becker, 1974 dalam Notoatmodjo, 2007a) yang menyatakan bahwa tindakan individu untuk mencari pengobatan atau

31 pencegahan penyakit dalam hal ini pemanfaatan pelayanan IVA akan didorong pula oleh persepsi individu terhadap keseriusan penyakit kanker leher rahim. Individu akan bertindak melawan atau mengobati penyakit bila ia termotivasi oleh keseriusan penyakit yang dirasakannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jepson, Clegg dan Forbes di Amerika Serikat (2000) menemukan adanya hubungan yang kuat antara persepsi rintangan dengan tindakan tidak mendeteksi dini kanker leher rahim. Rintangan yang dirasakan oleh para wanita dalam mendeteksi dini kanker leher rahim adalah rasa malu, rasa takut akan hasil deteksi dini dan rasa sakit dari tes yang dilakukan. 5.3 Pengaruh Motivasi Wanita Usia Subur terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Motivasi tentang metode IVA sebagian besar motivasi baik (62,4%) dan 37,6% motivasi kurang baik. Motivasi tentang metode IVA yang diperoleh dari responden dilapangan bahwasanya pemeriksaan dini kanker serviks (IVA) sangat perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi setiap wanita sebesar 45,7%, sedangkan suami/keluarga selalu memberi dukungan biaya untuk melakukan pemeriksaan dini kanker serviks sebesar 27,4% masih kurang motivasinya pada responden. Kemudian yang responden ragu-ragukan adalah teman/ lingkungan sekitar sering memberi informasi tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks sebesar 58,6%.

32 Hasil uji analisis menunjukkan ada hubungan antara motivasi dengan keikutsertaan skrining dengan metode IVA dengan nilai p=0,002. Terdapat persentase wanita usia subur yang memiliki motivasi baik (51,7%) dengan ikut IVA dan motivasi kurang baik sebesar 71,4% dengan tidak ikut IVA. Motivasi berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Besar pengaruh variabel tersebut terlihat bahwa jika wanita usia subur yang motivasi kurang baik tentang metode IVA maka peluang wanita usia subur untuk tidak ikut IVA 4 kali lebih besar dibandingkan dengan yang motivasi baik. Di lapangan didapatkan bahwa ternyata masih ada wanita pasangan usia subur yang enggan dan tidak memahami manfaat mendeteksi dini kanker leher rahim bagi mereka sendiri. Hal ini dikarenakan masih ada wanita pasangan usia subur yang belum pernah terpapar informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan tes IVA dari petugas kesehatan. Banyak wanita yang enggan melakukan pemeriksaan IVA karena mereka merasa takut dinyatakan terkena kanker leher rahim dan merasa lebih baik bila mereka tidak mengetahui bahwa mereka terkena kanker. Ada juga wanita yang menolak melakukan pemeriksaan IVA karena mereka tidak merasakan gejala-gejala kesakitan apapun dan yakin tidak akan terkena kanker leher rahim. Motivasi adalah berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, dikuatkan, disokong, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif yang timbul dalam organisasi ketika semua ini berlangsung (Tampubolon, 2004). Sedangkan motivasi WUS adalah suatu keadaan atau dorongan yang dapat mempengaruhi WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA. Seseorang yang termotivasi melakukan pemeriksaan

33 IVA maka dia sadar tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi wanita, yang selanjutnya akan melakukan pemeriksaan IVA dan mendukung pemeriksaan IVA. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmadaniar (2005) bahwa dukungan sosial suami berhubungan dengan partisipasi wanita dalam program skrining kanker serviks. Sadli (1982) dalam Notoatmodjo (2003) menggambarkan individu dengan lingkungan sosial yang saling memengaruhi. Lingkungan sosial berupa individu, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan umum. Dalam hal ini suami dan teman di lingkungan sekitar individu tersebut memengaruhi motivasi wanita tersebut untuk melakukan pemeriksaan skrining kanker serviks. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau ikut IVA mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena keikutsertaan IVA memberikan kepuasan dalam kesehatan reproduksi bagi suami istri. Peran motivasi yang ada pada diri seseorang dalam melaksanakan pekerjaan dapat dijelaskan melalui pendapat Gibson (1996) yang menyatakan motivasi sebagai suatu dorongan yang timbul pada atau di dalam diri seorang individu yang menggerakan atau mengarahkan perilaku. Demikian juga keikutsertaan metode IVA, apabila memiliki motivasi yang baik akan dapat ikut sesuai dengan target yang ditetapkan.

34 5.4 Pengaruh Persepsi dan Motivasi Wanita Usia Subur terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan masih ditemukan WUS yang tidak tidak ikut skrining kanker serviks dengan metode IVA sebesar 57,0%, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu persepsi, motivasi, umur, pendidikan dan jumlah anak. Berdasarkan hasil dilapangan ternyata ditemukan WUS yang persepsinya kurang baik (51,6%), motivasinya baik (62,4%), usia WUS 30 tahun (64,0%), banyak WUS yang berpendidikan rendah (57,0%), dan jumlah anak yang dimiliki 3 WUS orang (58,1%). Hubungan persepsi dan motivasi dengan keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA serta hubungan variabel confounding (umur, pendidikan, jumlah anak) dengan keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA dilakukan menggunakan analisis bivariat dengan uji Chi-Square karena data variabel independen dan variabel dependen dalam bentuk kategori. Sehingga dikatakan ada hubungan jika nilai probabilitas kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara umur (p=0,385), pendidikan (p=0,673), dan jumlah anak (p=0,182) dengan keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA hal ini disebabkan karena nilai p>0,05, sedangkan persepsi (p=0,001), dan motivasi (p=0,002) berhubungan dengan keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA ini disebabkan karena nilai p<0,05.

35 Faktor persepsi, motivasi dan jumlah anak dapat dilakukan untuk melihat pengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA atau dapat dilanjutkan pada analisis multivariat, hal ini disebabkan karena 3 variabel itu mempunyai nilai p<0,25 pada analisis bivariatnya. Kemudian dari 3 variabel kandidat dianalisis menggunakan uji regresi logistik berganda dimana dengan keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA bersifat dikotomi dan menggunakan metode Backward LR. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh bahwa variabel persepsi dan motivasi berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA, hal ini disebabkan karena nilai p<0,05, sedangkan jumlah anak tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA karena pada saat dianalisis dengan metode Backward LR dimana variabel yang mempunyai p>0,05 dikeluarkan secara bertahap. Hal ini juga didukung karena perbandingan proporsi jumlah anak 3 orang untuk tidak ikut skrining relatif kecil dibanding dengan jumlah anak yang dimiliki <3 orang, sedangkan persepsi dan motivasi mempunyai perbandingan proporsi yang relatif besar. Kemungkinan penyebab tidak berpengaruh keikutsertaan skrining ini adalah : karena secara umum karakteristik responden yang berkaitan dengan umur, pendidikan dan jumlah anak cukup homogen, artinya responden yang ikut skrining IVA maupun tidak ikut skrining tidak berbeda dilihat dari keikutsertaan skrining IVA tersebut di atas. Faktor persepsi dan motivasi berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA dengan nilai p<0,05. Namun yang paling dominan

36 memengaruhi keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA adalah persepsi dengan nilai OR=4,947 artinya jika wanita usia subur yang persepsi kurang baik tentang metode IVA maka peluang wanita usia subur untuk tidak ikut IVA 5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang persepsi baik. Variabel persepsi dan motivasi menjelaskan pengaruhnya terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA sebesar 70,4%, sedangkan sisanya sebesar 29,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan. Kondisi yang memengaruhi keikutsertaan skrining kanker serviks metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan ternyata wanita usia subur yang memiliki persepsi kurang baik dan motivasi kurang baik kemungkinan untuk tidak ikut skrining IVA sebesar 87,02%. Namun jika wanita usia subur yang memiliki persepsi dan motivasi baik kemungkinan untuk tidak skrining IVA sebesar 27,77%. Puskesmas telah memberikan penyuluhan tentang pemeriksaan IVA dan telah membuat pengumuman jadwal pemeriksaan IVA setiap hari Kamis tetapi bila ada yang memeriksa pada hari lain pasien tersebut tetap dilayani, namun ibu-ibu yang datang masih jauh dari yang diharapkan. Selain itu Puskesmas setiap tahun bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan melakukan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks dan pemeriksaan IVA agar penderita kanker serviks bisa ditemukan dan segera diobati atau dirujuk, dan penderita yang stadium dini bisa cepat ditangani agar jangan sampai menjadi lebih parah. Tetapi wanita yang memeriksakan diri ke Puskesmas malah mengalami penurunan dari sebelumnya.

37 5.5 Pengaruh Variabel Confounding (Umur, Pendidikan dan Jumlah Anak) Wanita Usia Subur terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan 1. Varibel Umur Pada penelitian ini diperoleh kelompok umur tertinggi pada umur 30 tahun (64,0%), dan yang terendah pada kelompok umur <30 tahun (36,0%). Umur tidak berhubungan dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA dengan nilai p=0,385. Wanita usia subur yang tidak ikut IVA pada kelompok umur 30 tahun sebesar 54,6%, dibandingkan umur <30 tahun sebesar 61,2%. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda diperoleh bahwa tidak ada pengaruh umur terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Wanita usia subur yang sudah melakukan aktivitas seksual pada usia dibawah 20 tahun merupakan faktor resiko terjadinya kanker serviks. Insidensinya akan meningkat sekitar usia 35 tahun keatas. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi lebih rentan terhadap stimulus karsinogenik karena proses metaplasia skuamosa yang aktif pada zona transformasi selama periode perkembangan (Kemenkes RI, 2010). Menurut Depkes RI (2008), WHO mengindikasikan skrining dilakukan pada usia antara tahun. Di Indonesia usia target skrining adalah antara tahun, begitu juga dengan semua wanita yang pernah melakukan aktivitas seksual perlu menjalani skrining kanker serviks.

38 Hal ini disebabkan karena usia tahun merupakan usia subur dan berisiko rendah untuk hamil dan melahirkan. Untuk ibu yang usia muda cenderung untuk tingkat pendidikannya rendah sehingga belum memahami akan manfaat skrining kanker serviks dengan metode IVA, sedangkan ibu yang lebih tua cenderung lebih banyak pengalaman dan informasi yang didapat mengenai manfaat IVA. Kondisi ini disebabkan lebih banyak ibu berusia 30 tahun yang merupakan usia produktif. 2. Variabel Pendidikan Hasil penelitian pendidikan responden lebih banyak berpendidikan rendah (tamat SD, SLTP) sebesar 57,0% dan 43,0% yang berpendidikan tinggi. Pendidikan rendah (tamat SD, SLTP) sebesar 55,7% yang tidak ikut IVA, sedangkan yang berpendidikan tinggi (tamat SLTA, diploma, sarjana) sebesar 58,8% yang tidak ikut IVA tetapi responden ada yang sudah ikut pap smear. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA dengan nilai p= 0,673 (p>0,05). Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dimana seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah.

39 Pendidikan adalah suatu proses belajar, yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat yang diperoleh dari jenjang pendidikan formal. Konsep ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilainilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari proses belajar (Notoatmodjo, 2007b). Seseorang dengan pendidikan yang tinggi, akan mudah menerima informasiinformasi kesehatan dari bebagai media dan biasanya ingin selalu berusaha mencari informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan yang belum diketahuinya, informasi yang cukup terutama pada wanita usia subur mengenai IVA diharapkan akan dapat merubah pola perilaku hidup sehat. 3. Variabel Jumlah Anak Jumlah anak wanita usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan diperoleh bahwa jumlah anak 3 orang sebesar 58,1% sedangkan jumlah anak <3 orang sebesar 41,9%. Tidak terdapat hubungan antara jumlah anak dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA nilai p=0,182. Wanita usia subur yang memiliki jumlah anak <3 orang sebesar 48,7% yang ikut IVA dan yang tidak ikut IVA sebesar 51,3%, sedangkan yang memiliki jumlah anak 3 orang sebesar 38,9% ikut IVA dan 61,1% yang tidak ikut IVA. Tidak ada pengaruh jumlah anak terhadap keikutsertaan skrining metode IVA.

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat di seluruh dunia. Kanker yang khusus menyerang kaum wanita salah satunya ialah kanker serviks atau kanker leher

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan social dan sumber informasi terhadap

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. rancangan case control untuk mengetahui pengaruh faktor personal, sosial dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. rancangan case control untuk mengetahui pengaruh faktor personal, sosial dan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan rancangan case control untuk mengetahui pengaruh faktor personal, sosial dan

Lebih terperinci

Heni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK

Heni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR YANG SUDAH MENIKAH DENGAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DI DESA SUKARAME KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA 34 Heni Hendarsah klmkomputer@gmail.com Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan jenis penelitian survei analitik observasional dengan metode cross sectional. B. Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa.

BAB 3 METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa. BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan tipe explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan/pengaruh antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010). Pada

Lebih terperinci

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WUS (WANITA USIA SUBUR) TENTANG DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM METODE IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DI PUSKESMAS SINGGANI 1 Niar Rasyid, 2 Nur Afni 1

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA Lesse Maharsie, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Rowosari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang menyangkut baik secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya terbatas dari penyakit atau kecacatan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku kesehatan terhadap kejadian karies gigi pada murid

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Peneitian Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 dan selesai pada bulan Desember

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nurhidayah 201510104339 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan pendekatan cross sectional. Untuk menganalisis pengaruh ketersediaan sarana posyandu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan descriptive correlational, yang bertujuan untuk mengungkapkan korelasi antara

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMERIKSAAN IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS PADA PASANGAN USIA SUBUR Retno Palupi Yonni Siwi (STIKes Surya Mitra Husada Kediri)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) Herlina Tri Damailia, Theresia Rina Oktavia Prodi Kebidanan Magelang, Poltekkes Kemenkes Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker yang paling banyak pengidapnya. Tiap tahun ada 500 ribu kasus baru kanker serviks di dunia. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah kanker yang dimulai di leher rahim, bagian dari rahim atau rahim yang membuka ke dalam vagina.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim adalah salah satu keganasan atau neoplasma yang terjadi di daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari rahim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkung keilmuan mencakup bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.1.2 Ruang Lingkup Tempat Lingkup tempat dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah kesehatan bagi wanita, sebab penyakit akibat human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Tidak heran, saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh dukungan suami dalam melakukan skrining dini kanker

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian korelasi dimana akan menggali persepsi mengenai hemodialisis dengan tingkat kecemasan. Pendekatan yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek 72 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan jenis desain penelitian korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan atau

Lebih terperinci

Oleh. Anin Nur Sholihah 1) dan Etik Sulistyorini 2) ABSTRAK. Kata kunci: Sikap, Minat, Kanker Serviks, Inpeksi Visual Asam Asetat, Wanita

Oleh. Anin Nur Sholihah 1) dan Etik Sulistyorini 2) ABSTRAK. Kata kunci: Sikap, Minat, Kanker Serviks, Inpeksi Visual Asam Asetat, Wanita HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT DETEKSI DINI MENGGUNAKAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT PADA WANITA USIA SUBUR DI RW IV DESA CANGKOL MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN 2015 Oleh Anin Nur

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita di seluruh dunia. Kanker leher rahim merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode noneksperimen dengan rancangan penelitian observasional yang bertujuan untuk menganalisis suatu hubungan antarvariabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TIPE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. 3.2. DESAIN PENELITIAN Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross sectionalbertujuan untuk mengetahui hubunganumur, jumlah anak, pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan sehat menurut World Helath Organization

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dapat diketahui bahwa yang mengikuti deteksi dini kanker leher rahim dengan tes

BAB V PEMBAHASAN. dapat diketahui bahwa yang mengikuti deteksi dini kanker leher rahim dengan tes BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristrik Responden Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 mengenai umur responden dapat diketahui bahwa yang mengikuti deteksi dini kanker leher rahim dengan tes IVA umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Rowosari

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT... iii ABSTRAK... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN... v PENGESAHAN SKRIPSI... vi RIWAYAT HIDUP PENULIS... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment BAB METODE PENELITIAN.. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas penyuluhan metode ceramah plus tanya jawab

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang di dunia meninggal akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang melanda negara negara di dunia termasuk Indonesia. Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian BAB III METODA PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2003).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gresik karena ibu hamil yang mengalami KEK dan bayi dengan berat lahir rendah masih tinggi. Waktu pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Survey Analitik yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Dalam penelitian ini, Survey

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PETUGAS PROGRAM TB PARU TERHADAP PENEMUAN KASUS BARU DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Ratna Dewi Husein *, Tumiur Sormin ** Penemuan kasus penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1 1 BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakterisitik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar sebanyak 100 orang yang penulis temui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Dimana pengukuran dan pengamatan dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini a. merupakan Jenis Penelitian penelitian kuantitatif dengan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Dian Dwi Retno Wulandari 201410104101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan pembangunan di Indonesia memberi dampak pada bergesernya pola penyakit. Selain penyakit infeksi, saat ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bebas dengan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Sedangkan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. bebas dengan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Sedangkan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yaitu penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai gambaran pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang menyerang wanita. Kanker ini adalah kanker ketiga yang umum diderita oleh wanita secara global

Lebih terperinci

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEGANDAN KOTA SEMARANG TAHUN 2011 Yulia puspitasari 1 Nuke Devi Indrawati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Tentang Mammografi Sikap Terhadap Mammografi Wanita 3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif analitik adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu akseptor KB menggunakan kontrasepsi AKDR. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit mematikan kedua yang sering terjadi pada wanita. Penyakit ini sebanyak 529.800 di dunia pada tahun 2008 dan 85% terjadi di negara berkembang.

Lebih terperinci

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini: METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor internal IGE Timor Leste, alasannya bahwa IGE merupakan satu-satunya internal auditor pemerintah di Timor Leste. Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah analitik observasional (Setiawan dan Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 29 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji potong lintang atau cross sectional untuk menganalisa faktor faktor gaya hidup pada wanita peserta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Survey Reasearch Metodh yaitu metode penelitian tidak dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Survey Reasearch Metodh yaitu metode penelitian tidak dilakukan 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduk yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double burden, yaitu keadaan di mana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menginterpretasikan data dan akhirnya pada kesimpulan yang didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. menginterpretasikan data dan akhirnya pada kesimpulan yang didasarkan pada 33 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu penelitian analisis yaitu penelitian survey yang bertujuan untuk mengumpulkan data, menyusun data, menganalisis data, menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab kematian dengan jumlah terbanyak di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer (IARC) didapatkan data pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional. analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional. analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian semi kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional yaitu sebuah studi yang digunakan untuk mengestimasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN 37 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pengumpulan Data Data didapatkan dari kuesioner Program Skrining See and Treat yang terkumpul dari bulan April hingga Mei 2009 di beberapa puskesmas daerah Jatinegara di Jakarta,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian survei merupakan rancangan yang digunakan untuk menyediakan. antar variabel dalam suatu populasi (Nursalam, 2014).

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian survei merupakan rancangan yang digunakan untuk menyediakan. antar variabel dalam suatu populasi (Nursalam, 2014). BAB 3 METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menurut sifatnya, merupakan penilitian deskriptif analisis dengan rancangan penelitian survei untuk mengetahui gambaran faktor risiko kanker

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini penyakit kanker merupakan penyebab kematian utama kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis.

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari : BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Subyek Penelitian Sebelum melakukan pengujian statistik terlebih dahulu penelitit melihat profil remaja sebagai responden. Peneliti menyertakan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

No. Responden: B. Data Khusus Responden

No. Responden: B. Data Khusus Responden KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN TEST IVA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016 A.

Lebih terperinci