BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan"

Transkripsi

1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan pendekatan cross sectional. Untuk menganalisis pengaruh ketersediaan sarana posyandu lansia (ruang pemeriksaan, alat kesehatan dan laboratorium sederhana) dan pengetahuan dan sikap lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan. 3.2 Lokasi dan Waktu penelitian Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan dengan pertimbangan hanya 11,2% lanjut usia yang memanfaatkan posyandu lansia (Puskesmas Helvetia Kota Medan, 2011). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang terdaftar dalam data posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan yang berjumlah 1962 jiwa (Puskesmas Helvetia Kota Medan, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang terdaftar dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan, berjumlah 131 orang lansia. Besar sampel (menurut Lemeshow) yang dikutip Hidayat (2007), sebagai berikut :

2 n = besar sampel minimal Z 1-α/2 = nilai deviasi standar pada α 5% sebesar 1, 96 Z 1-β = nilai deviasi standar pada β 10% sebesar = 1, 28 Po = proporsi lansia yang memanfaatkan posyandu lansia = 0,112 ( Puskesmas Helvetia, 2011) Pa = proporsi lansia yang diharapkan memanfaatkan posyandu lansia= 0,212 Pa-Po = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi 0, 212-0,112 = 0,10 n= 131 orang Untuk pengambil sampel dari masing-masing posyandu dilakukan secara proporsional sebanding dengan populasi yang tersebar di 10 posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan. Distribusi besar sampel dari masingmasing posyandu lansia seperti terlihat pada tabel berikut :

3 Tabel 3.1 Distribusi Besar Sampel Berdasarkan Posyandu No Posyandu Lansia Jumlah Lansia Lansia yang Besar sampel hadir pada saat posyandu 1. Mawar 150/1962x orang Mekar Sari 199/1962x orang Seroja Indah 202/1962x orang Melati Putih 242/1962x orang Akasia 153/1962x orang Kenanga 146/1962x orang Sei Sikambing CII 325/1962x orang Santo Paulus 247/1962x orang Melati VIII 153/1962x orang Melati VII 145/1962x orang 10 Total sampel 131 Metode penarikan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling yaitu pengambilan sampel dari lanjut usia yang datang memanfaatkan posyandu lansia yang memenuhi syarat penelitian yaitu umur lansia 60 tahun keatas pada tempat pelaksanaan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kota Medan yaitu 131 orang lanjut usia. 3.4 Pengumpulan Data Data Primer Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah disusun dan mengacu pada variabel yang diteliti.

4 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Puskesmas dan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan, seperti (nama, umur, pendidikan dan pekerjaan lansia) Uji validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu diuji coba pada lansia yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden di posyandu lansia di wilayah Puskesmas Sei Agul. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan nilai Corrected Item-Total Correlation masingmasing butir pertanyaan. Berdasarkan hasil uji validitas variabel terlihat hasil korelasi diketahui bahwa semua item mempunyai Corrected Item-Total Correlation > 0,361 maka dapat dikatakan bahwa item alat ukur tersebut valid dan dapat digunakan dalam pengumpulan data penelitian, dapat dilihat pada Tabel 3.2

5 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan dan Sikap Lansia terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan No Variabel Corrected Item-Total Correlation Keterangan 1 Pengetahuan Item1 0,872 Valid Item2 0,480 Valid Item3 0,748 Valid Item4 0,713 Valid Item5 0,502 Valid Item6 0,685 Valid Item7 0,798 Valid Item8 0,736 Valid Item9 0,917 Valid Item10 0,479 Valid 2 Sikap Item1 0,884 Valid Item2 0,885 Valid Item3 0,463 Valid Item4 0,547 Valid Item5 0,885 Valid Item6 0,468 Valid Item7 0,651 Valid Item8 0,519 Valid Item9 0,913 Valid Item10 0,527 Valid b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk melihat konsistensi jawaban. Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbanch s Alpha yaitu untuk mengetahui reliabilitas dengan membandingkan nilai Alpha > 0,60 (Riduwan, 2008).

6 Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel perilaku lanjut usia (pengetahuan, sikap) terlihat nilai Cronbach s Alpha > 0,361 (r tabel) maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel, dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan dan Sikap lanjut Usia terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan No Variabel Cronbach s Alpha Keterangan 1 Pengetahuan 0,773 Reliabel 2 Sikap 0,771 Reliabel Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada pengetahuan, sikap lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Sei-Agul Kota Medan sebanyak 30 orang Variabel dan Defenisi Operasional Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemanfaatan posyandu lansia Variabel Independen dalam penelitian ini adalah ketersediaan sarana dan perilaku lansia Defenisi Operasional 1. Pemanfaatan posyandu lansia adalah tindakan lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia setiap bulan untuk memperoleh pelayanan kesehatan 0. Memanfaatkan : Bila responden memanfaatkan posyandu lansia ( 4 kali) dalam 1 tahun terakhir. 1. Tidak memanfatkan: Bila responden memanfaatkan posyandu lansia < 4 kali dalam 1 tahun terakhir

7 2. Ketersediaan Sarana Puskesmas a. Ruang pemeriksaan : persepsi lansia tentang ada tidaknya tersedia ruang pemeriksaan fisik bagi lansia saat pelayanan posyandu lansia dilaksanakan. Kategori ruang pemeriksaan: 1. Tersedia lengkap bila, terdapat tempat atau pun ruangan khusus (meja, kursi, timbangan berat badan, tensi meter beserta alat tulis yang diperlukan 2. Tidak tersedia lengkap bila, tidak ada ruangan khusus (meja, kursi timbangan berat badan, tensi meter beserta alat tulis yang diperlukan) 3. Alat kesehatan adalah : persepsi lansia tentang ada tidaknya alat-alat kesehatan yang di pergunakan oleh tenaga kesehatan pada posyandu lansia untuk memeriksa keadaan fisik dan mengobati penyakit yang diderita lansia saat posyandu lansia berlangsung Kategori alat kesehatan : 1. Tersedia lengkap bila, ada tensimeter, Hb sahli, timbangan berat badan, alat periksa gula darah, alat periksa asam urat,alat periksa kolesterol, KMS lansia dan obat- obatan. 2. Tidak tersedia lengkap bila, tidak ada salah satu alat kesehatan berupa tensimeter, Hb sahli, timbangan berat badan, alat periksa gula darah, alat periksa asam urat, alat periksa kolesterol, KMS lansia dan obat - obatan.

8 b. Laboratorium sederhana adalah : persepsi lansia tentang ada tidaknya tersedianya tempat, ruangan dan alat laboratorium (pemeriksaan gula darah, pemeriksaan asam urat, pemeriksaan kolesterol) yang dipergunakan untuk mendeteksi adanya penyakit degeneratif pada lansia. Kategori laboratorium sederhana : 1. Tersedia lengkap bila, ada alat periksa gula, alat periksa asam urat dan alat periksa kolesterol. 2. Tidak tersedia lengkap bila, tidak ada alat periksa gula, alat periksa asam urat dan alat periksa kolesterol. 4. Pengetahuan lansia adalah tingkat pengetahuan lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan meliputi sasaran, kegiatan dan jenis pelayanan yang dielenggarakan di posyandu lansia. Pengetahuan diukur dengan 10 pertanyaan, jawaban yang benar diberi nilai 1 dan yang salah di beri nilai 0. Tingkat pengetahuan di bagi atas: (Nursalam, 2008) Kategori pengetahuan : 1. Baik apabila bobot nilai yang dicapai 76% total jawaban (skor 8-10) 2. Kurang apabila bobot nilai yang dicapai < 76% total jawaban (skor 0-7) 5. Sikap lansia adalah reaksi lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan. Kategori sikap : 1. Negatif

9 2. Positif Menurut Arikunto (2000) Untuk mengukur sikap lansia tentang pemanfaatan posyandu disusun sebanyak 10 pertanyaan dimana skor tertinggi nilai 1 dan skor terendah nilai 0, maka total skor untuk variabel sikap adalah 10, jadi : 1. Positif, jika jawaban responden memiliki total skor > 50% total skor (6-10) 2. Negatif, jika jawaban responden memiliki total skor 50 % total skor (0-5) 3.6. Metode Pengukuran Pemanfaatan posyandu lansia Ketersediaan Sarana Puskesmas a. Ruang pemeriksaan Tabel 3.4 Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Defenisi Operasional Kategori Skala Ukur Tindakan lansia datang ke Ordinal posyandu lansia secara teratur untuk memperoleh pelayanan kesehatan Tersedia ruang/tempat pemeriksaan fisik bagi lansia yang memanfaatkan posyandu lansia 0. Memanfaatkan ( 4 kali dalam 1 tahun terakhir) 1. Tidak memanfaatkan (< 4 Kali dalam 1 tahun Terakhir 0. Tersedia lengkap, bila ter dapat ruang pemeriksaan fisik bagi lansia 1. Tidak tersedia lengkap bila, tidak ada ruangan pemeriksaan Ordinal b. Alat kesehatan Tersedianya alat kesehatan yang dipergunakan oleh tenaga kesehatan pada posyandu lansia untuk memeriksa keadaan fisik dan mengobati penyakit yang di derita lansia saat posyandu lansia berlangsung 0. Tersedia lengkap, bila ada tensi meter, Hb sahli, timbang an berat badan, alat periksa kolesterol, periksa asam urat, KMS lansia dan obat-obatan 1. Tidak tersedia lengkap bila, tidak ada alat periksa gula,alat periksa asam urat, dan alat kolesterol Ordinal

10 c. Laboratorium Tersedia tempat, ruangan dan alat laboratorium (pemeriksaan gula darah, pemeriksaan asam urat, pemeriksaan kolesterol) yang digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit degeneratif pada lansia 0. Tersedia lengkap bila, ada alat periksa gula, alat periksa asam urat dan alat periksa kolesterol 1. Tidak tersedia lengkap bila, Hb sahli, timbangan berat badan, alat periksa gula, periksa asam urat periksa kolesterol, KMS lansia dan obat- obatan. Ordinal Pengetahuan Tingkat pengetahuan lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia meliputi sasaran, kegiatan dan jenis pelayanan yang di selenggarakan di posyandu 0. Baik, jika 76% 1. Kurang, jika < 76% Ordinal Sikap Reaksi lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan 0. Positif (>50 %) 1. Negatif ( 50%) Ordinal 3.7 Metode Analisis Data 1 Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran masing-masing variabel, yang meliputi variabel independen (ketersediaan sarana: ruang pemeriksaan, alat kesehatan, laboratorium sederhana), pengetahuan dan sikap serta variabel dependen (pemanfaatan posyandu lansia) 2 Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan ketersediaan sarana puskesmas (ruang pemeriksaan, alat kesehatan dan laboratorium sederhana),

11 pengetahuan dan sikap dengan pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan dengan menggunakan statistik uji chi-square. 3 Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk menguji pengaruh ketersediaan sarana puskesmas (ruang pemeriksaan, alat kesehatan dan laboratorium sederhana), pengetahuan dan sikap terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan dengan menggunakan uji statistik Regresi Logistik Ganda. Alasan pemilihan uji statistik dengan menggunakan uji Regresi Logistik Ganda dengan pertimbangan teknik analisis ini dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang berupa data kategori dikotomi dengan taraf kepercayaan 95 %.

12 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Helvetia terletak di Jl. Kemuning Medan Helvetia Kota Medan, dengan batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Deliserdang 2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Medan Sunggal 3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah 4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Deliserdang Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Menurut Kelurahan Jumlah penduduk di wilayah kerja Pukesmas Helvetia Kota Medan adalah Kelurahan Helvetia sebanyak jiwa dengan jumlah KK sebanyak 3.541, Kelurahan Helvetia Tengah sebanyak jiwa dengan jumlah KK sebanyak dan Kelurahan Helvetia Timur sebanyak jiwa dengan jumlah KK sebanyak 5.722, dan Kelurahan Sei Sikambing CII sebanyak jiwa dengan jumlah KK sebanyak4.339, Kelurahan Tanjung Gusta sebanyak jiwa dengan jumlah KK sebanyak dan Kelurahan Cinta Damai sebanyak jiwa dengan jumlah KK sebanyak 5.084, dan Kelurahan Dwi Kora sebanyak jiwa dengan jumlah KK sebanyak 3.588, seperti pada Tabel 4.1.

13 Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Menurut Kelurahan No Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah KK (jiwa) Helvetia Helvetia Tengah Helvetia Timur Sei Sikambing C II Tanjung Gusta Cinta Damai Dwi Kora Jumlah Sumber: Puskesmas Helvetia, Distribusi Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan adalah sebagai berikut : 1. Rumah Sakit Swasta : 4 buah 2. Rumah Bersalin : 8 buah 3. Apotik : 16 buah 4. Puskesmas Pembantu : 2 buah 5. Praktik Dokter umum dan swasta : 41 buah 6. Praktik Dokter gigi swasta : 14 buah 7. Praktik Bidan : 13 buah Sarana Pendukung Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Sarana pendukung kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan adalah sebagai berikut :

14 1. Posyandu balita : 55 buah 2. Posyandu Lansia : 10 buah 3. Kader : 275 orang 4. Kader patroli kesehatan : 7 buah Fasilitas di Puskesmas Helvetia Kota Medan Puskesmas Helvetia dalam menjalankan semua program didukung oleh berbagai fasilitas fisik, yang meliputi : 1. Gedung puskesmas permanen 2. Sumber daya manusia 3. Obat-obatan 4. Alat-alat kesehatan 5. Administrasi 6. Imunisasi 7. Sumber keuangan Fasilitas Gedung Puskesmas Helvetia Puskesmas Helvetia memiliki fasilitas gedung yang terdiri atas : 1. Ruang kamar dokter : 1 buah 2. Poli gigi : 1 buah 3. Ruang suntik : 1 buah 4. Ruang obat : 1 buah 5. Ruang KIA/KB dan imunisasi : 1 buah 6. Ruang persalinan : 1 buah

15 7. Ruang kartu/loket : 1 buah 8. Ruang rapat : 1 buah 9. Ruang kapus : 1 buah 10. Ruang tata usaha : 1 buah 11. Ruang sanitasi : 1 buah 12. Ruang Gizi : 1 buah 13. Ruang P2P : 1 buah 14. Laboratorium : 1 buah 15. Ruang penyimpanan vaksin : 1 buah 16. Kamar mandi : 2 buah 17. Ruangan dapur : 1 buah Fasilitas Sumber Daya Manusia Tenaga Medis/Non Medis di Puskesmas Helvetia Kota Medan jumlahnya 36 orang dengan rincian sebagai berikut : 1. Dokter umum : 4 orang 2. Dokter gigi : 2 orang 3. Bidan : 6 orang 4. Perawat : 10 orang 5. Perawat gigi : 2 orang 6. Asisten apoteker : 2 orang 7. Gizi : 2 orang 8. Kesling : 1 orang

16 9. Analis : 2 orang 10. SKM : 5 orang Distribusi Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Menurut Kelurahan Jumlah lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan menurut tempat posyandu adalah Posyandu Mawar sebanyak 150 orang, Posyandu Mekar Sari sebanyak 199 orang, Posyandu Seroja Indah 202 orang, Melati Putih 242 orang, Posyandu Akasia 153 orang, Posyandu Kenanga 146 orang, Posyandu Sei Sikambing C II 325 orang, Posyandu Santo Paulus 247 orang, Posyandu Melati VIII 153 orang dan Posyandu Melati VII sebanyak 145 orang seperti pada Tabel 4.2: Tabel 4.2 Distribusi Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Menurut Tempat Posyandu No Posyandu Lansia Jumlah Lansia (orang) 1 Mawar Mekar Sari Seroja Indah Melati putih Akasia Kenanga Sei Sikambing C II Santo Paulus Melati VIII Melati VII 145 Jumlah 1962 Sumber :Puskesmas Helvetia,2011

17 4.1.8 Program yang Dilakukan Untuk Lansia di Puskesmas Helvetia Kota Medan Berdasarkan buku pedoman pembinaan kesehatan lansia bagi petugas kesehatandan lanjut usia adalah: 1. Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berkesinambungan sesuai kebutuhan kesehatan lanjut usia 2. Melaksanakan penjaringan lansia resiko tinggi, pemeriksaan berkala lansia dan memberi petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan psikologis dan bahaya yang dapat terjadi pada lansia 3 Melaksanakan diagnosa dini, pengobatan perawatan bagi lansia. 4 Melaksanakan rujukan medis ke RS untuk pengobatan dan perawatan bagi lansia. Adapun kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lansia di Puskesmas Helvetia terkait program lansia antara lain, pemeriksaan tekanan darah, pengobatan umum, penyuluhan terkait penyakit yang dideritanya dan senam lansia. 4.2 Analisis Univariat Pemanfaatan Posyandu Untuk melihat umur Lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.3 :

18 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan No Pemanfaatan Posyandu Lansia f % 1 Memanfaatkan 4 kali 15 11,5 2 Tidak memanfaatkan ,5 Jumlah ,0 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan mayoritas dengan tidak memanfaatkan sebanyak 111 orang (88,5%) dan minoritas dengan memanfaatkan posyandu lansia 4 kali sebanyak 15 orang (11,5%) Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi : umur, pendidikan dan pekerjaan, dapat dilihat pada tabel 4.4 : Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan No Variabel f % Umur tahun , tahun 10 7,6 Pendidikan f % 1 SD 26 19,9 2 SMP 62 47,3 3 SMA 43 32, Pekerjaan f % IRT 42 32,1 Pensiunan PNS 14 10,7 Dll (tidak mampu bekerja lagi) 75 57,3 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa umur lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan mayoritas dengan umur tahun sebanyak 121

19 orang (92,4%) dan minoritas dengan umur 75 tahun sebanyak 10 orang (7,6%), pendidikan lansia mayoritas dengan pendidikan SMP sebanyak 62 orang(47,3%) dan minoritas dengan pendidikan SD sebanyak 26 orang (19,8%) dan pekerjaan lansia dengan mayoritas dengan tidak mampu bekerja lagi sebanyak 75 orang (57,3%) dan minoritas dengan pensiunan PNS sebanyak 14 orang ( 10,7%) Ketersediaan Sarana Kesehatan Ketersediaan sarana yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: ruang pemeriksaan, alat kesehatan, laboratorium sederhana dapat dilihat pada tabel 4.5 : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan No Variabel f % Ruangan Pemeriksaan 1 Tersedia lengkap 20 15,3 2 Tidak tersedia lengkap ,7 Alat Kesehatan 1 Tersedia lengkap 22 16,8 2 Tidak tersedia lengkap ,2 Laboratorium sederhana 1 2 Tersedia lengkap Tidak tersedia lengkap ,0 84,0 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ruang pemeriksaan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan mayoritas dengan tidak tersedia sebanyak 111 orang ( 84,7 %) dan minoritas dengan tersedia sebanyak 20 orang ( 15,3 %) dengan alat kesehatan mayoritas dengan tidak tersedia sebanyak 109 orang (83,2%) dan minoritas dengan tidak tersedia sebanyak 22 orang ( 16,8%). Laboratorium sederhana

20 mayoritas dengan tidak tersedia sebanyak 110 orang ( 84,0%) dan minoritas dengan tersedia sebanyak 21 orang (16,0%) Pengetahuan Lansia sikap. Perilaku lansia yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: pengetahuan dan Pengetahuan Untuk melihat pengetahuan lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.6 : Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pertanyaan Pengetahuan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan No Pengetahuan Lansia Posyandu lansia adalah pelayanan terpadu untuk lanjut usia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bagi lansia di selenggarakan melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia dan keluarga. Tujuan posyandu lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia Jawaban Ya Tidak n % n % 44 33, , , , , ,3

21 Tabel 4.4 (Lanjutan) Posyandu lansia bertujuan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat Posyandu lansia berguna untuk meningkatkan kemauan dan kesadaran lanjut usia untuk membina sendiri kesehatannya Posyandu lansia bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan peran keluarga serta masyarakat Posyandu lansia membantu untuk mengatasi masalah kesehatan lanjut usia Posyandu lansia bermanfaat untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia Posyandu lansia dilakukan sekali dalam sebulan KMS lansia adalah alat untuk memantau dan menilai kemajuan kesehatan pribadi lanjut usia ,0 29,0 30,5 23,7 28,2 34,4 32, ,0 71,0 69,5 76,3 71,8 65,6 67,9 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang mengetahui bahwa posyandu lansia adalah pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 44 orang (33,6%), pelayanan kesehatan bagi lansia di selenggarakan melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia dan keluarga sebanyak 30 orang (22,9%), tujuan posyandu lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia sebanyak 31 orang (23,7%), posyandu lansia bertujuan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sebanyak 38 orang (29,05), posyandu lansia berguna untuk meningkatkan kemauan dan kesadaran lanjut usia untuk membina sendiri kesehatannya sebanyak 38 orang (29,0%), posyandu lansia bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan peran keluarga serta masyarakat sebanyak 40 orang (30,5%), posyandu lansia membantu

22 untuk mengatasi masalah kesehatan lanjut usia sebanyak 31 orang (30,5%), posyandu lansia bermanfaat untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia sebanyak 45 orang (34,4%), posyandu lansia dilakukan sekali dalam sebulan sebanyak 42 orang (32,1%), KMS lansia adalah alat untuk memantau dan menilai kemajuan kesehatan pribadi lanjut usia sebanyak 42 orang (32,1%). Hasil pengukuran pengetahuan lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan kemudian dikategorikan seperti pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan No Pengetahuan f % 1 Baik 64 48,9 2 Buruk 67 51,1 Jumlah ,0 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kategori pengetahuan lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan mayoritas dengan pengetahuan buruk sebanyak 67 orang (51,1%) dan minoritas dengan pengetahuan baik sebanyak 64 orang (48,9%) Sikap Untuk melihat sikap lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.8 :

23 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pertanyaan Sikap Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan No Sikap Lansia Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia Pemeriksaan ke posyandu lansia tidak penting, hanya mengganggu pekerjaan saya saja. Posyandu lansia dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia. Saya tidak mendukung kegiatan-kegiatan yang ada di posyandu lansia. Pemeriksaan di posyandu tidak penting dilakukan karena saya hidup sehat. Lebih senang berkunjung ke Balai Pengobatan lain di banding datang ke posyandu lansia. Keberadaan posyandu tidak ada manfaat bagi saya. Posyandu lansia dapat meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia. Posyandu lansia sebaiknya dilakukan sekali dalam sebulan. KMS lansia dapat memantau dan menilai kemajuan kesehatan pribadi lanjut usia, sebagai bahan informasi bagi lanjut usia Jawaban Ya Tidak n % n % 49 37, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,5 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang setuju bahwa posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia sebanyak 49 orang (37,4%), pemeriksaan ke posyandu lansia tidak penting, hanya mengganggu pekerjaan saya saja sebanyak 53 orang (40,5%), posyandu lansia dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia sebanyak 50 orang (38,2%), saya tidak mendukung kegiatankegiatan yang ada di posyandu lansia sebanyak 40 orang (30,5%), pemeriksaan di

24 posyandu tidak penting dilakukan karena saya hidup sehat sebanyak 56 orang (42,7%), lebih senang berkunjung ke Balai Pengobatan lain dari pada ke posyandu lansia sebanyak 48 orang (36,6%), keberadaan posyandu tidak ada manfaat bagi saya sebanyak 43 orang (32,8%), posyandu lansia dapat meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia sebanyak 48 orang (36,6%), posyandu lansia sebaiknya dilakukan sekali dalam sebulan sebanyak 53 orang (40,5%), KMS lansia dapat memantau dan menilai kemajuan kesehatan pribadi lanjut usia, sebagai bahan informasi bagi lanjut usia sebanyak 50 orang (38,2%). Hasil pengukuran sikap lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan kemudian dikategorikan seperti pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan No Sikap f % 1 Positif 54 41,2 2 Negatif 77 58,8 Jumlah ,0 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sikap lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan mayoritas dengan sikap negatif sebanyak 77 orang (58,8%) dan minoritas dengan sikap positif sebanyak 54 orang (41,2%). 4.3 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan ketersediaan sarana puskesmas (ruang pemeriksaan, alat kesehatan dan laboratorium sederhana)

25 dan perilaku (pengetahuan dan sikap) dengan pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan. Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel ketersediaan sarana puskesmas dan perilaku dengan pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan ditemukan bahwa : a. Hasil analisis hubungan antara ruangan pemeriksaan dengan pemanfaatan posyandu lansia diperoleh bahwa ada sebanyak 13 dari 20 orang (65,0%) lansia yang menyatakan ruangan pemeriksaan tersedia, datang untuk memanfaatkan posyandu lansia. Sedangkan diantara lansia yang menyatakan ruangan pemeriksaan tidak tersedia ada 2 dari 111 orang (1,8%) yang datang untuk memanfaatkan posyandu lansia. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p=0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pemanfaatan posyandu lansia antara lansia yang menyatakan ruangan pemeriksaan lansia tersedia dengan tidak tersedia (ada hubungan yang signifikan antara ruangan pemeriksaan dengan pemanfaatan posyandu lansia). b. Hasil analisis hubungan antara alat kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia diperoleh bahwa ada sebanyak 14 dari 22 orang (63,6%) lansia yang menyatakan alat kesehatan tersedia, datang untuk memanfaatkan posyandu lansia. Sedangkan diantara lansia yang menyatakan alat kesehatan tidak tersedia ada 1 dari 109 orang (0,9%) yang datang untuk memanfaatkan posyandu lansia. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p=0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pemanfaatan posyandu lansia antara

26 lansia yang menyatakan alat kesehatan tersedia dengan tidak tersedia (ada hubungan yang signifikan antara alat kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia). c. Hasil analisis hubungan antara laboratorium dengan pemanfaatan posyandu lansia diperoleh bahwa ada sebanyak 8 dari 21 orang (38,1%) lansia yang menyatakan laboratorium tersedia, yang datang untuk memanfaatkan posyandu lansia. Sedangkan diantara lansia yang menyatakan laboratorium tidak tersedia ada 7 dari 110 orang (6,4%) yang datang untutk memanfaatkan posyandu lansia. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p=0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pemanfaatan posyandu lansia antara lansia yang menyatakan laboratorium tersedia dengan tidak tersedia (ada hubungan yang signifikan antara laboratorium dengan pemanfaatan posyandu lansia. d. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan posyandu lansia diperoleh bahwa ada sebanyak 13 dari 64 orang (20,3%) lansia dengan berpengetahuan baik, datang untuk memanfaatkan posyandu lansia. Sedangkan diantara lansia dengan pengetahuan buruk ada sebanyak 2 dari 67 orang (3,0%) lansia yang datang untuk memanfaatkan posyandu lansia. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p=0,005 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pemanfaatan posyandu lansia antara lansia berpengetahuan baik dengan berpengetahuan buruk (ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan posyandu lansia.

27 e. Hasil analisis hubungan antara sikap lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia diperoleh bahwa ada sebanyak 13 dari 54 orang (24,1%) lansia yang bersikap positif, datang untuk memanfaatkan posyandu lansia. Sedangkan diantara lansia yang bersikap negatif ada 2 dari 77 orang (2,6%) yang datang untuk memanfaatkan posyandu lansia. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p=0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pemanfaatan posyandu lansia antara lansia yang bersikap positif dengan bersikap negatif (ada hubungan yang signifikan antara sikap lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia. Tabel Hubungan Ketersediaan Sarana Puskesmas, Pengetahuan dan Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan No Variabel 1 Ketersediaan Sarana a Ruang Pemeriksaan b c Pemanfaatan Posyandu Memanfaatkan Tidak Total Memanfaatkan n % n % n % P value χ² OR (95% CI) Tersedia lengkap 13 65,0 7 35, ,0 0,001 66,75 101,21 Tersedia 2 1, , ,0 18,90-539,49 Alat Kesehatan Tersedia lengkap 14 63,6 8 36, ,0 0,001 71,02 189,00 Tersedia 1 0, , ,0 21, ,97 Laboratorium Tersedia lengkap 8 38, , ,0 0,001 17,51 9,05 Tersedia 7 6, , ,0 2,82-29,09

28 Tabel 4.10 (Lanjutan) 2 Perilaku a Pengetahuan Baik 13 20, , ,0 0,005 9,69 8,28 Buruk 2 3, , ,0 1,78-38,38 b Sikap Positif 13 24, , ,0 0,001 14,44 11,89 Negatif 2 2, , ,0 2,55-55, Analisis Multivariat Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui seluruh variabel (lima) yaitu ruangan pemeriksaan, alat kesehatan, laboratorium, pengetahuan dan sikap berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia, sehingga semua variabel dapat dilanjutkan ke analisis multivariat (semua menimbulkan p < 0,25). Analisis multivariat merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh variabel independen (ketersediaan sarana dan perilaku) terhadap variabel dependen (pemanfaatan posyandu lansia) serta mengetahui variabel dominan yang memengaruhinya. Untuk melihat pengaruh ketersediaan sarana, pengetahuan dan sikap terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.11 :

29 Tabel 4.11 Pengaruh Ketersediaan Sarana Puskesmas,Pengetahuan dan Sikap terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Variabel Independen Nilai B Exp (B) 95% C.l.for Exp (B) Nilai p Lower Upper Alat kesehatan 5, ,392 22, ,488 0,001 Pengetahuan 2,787 16,239 1, ,139 0,033 Sikap 2,810 16,602 1, ,692 0,030 Constant -2,605 0,074 0,014 Berdasarkan tabel diatas, dapat terlihat bahwa ketersediaan sarana puskesmas (alat kesehatan), pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan, nilai signifikansi masingmasing variabel < 0,05. Sedangkan variabel ruangan pemeriksaan dan laboratorium tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Hasil analisis uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan memengaruhi pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan adalah variabel alat kesehatan yaitu pada nilai koefisien regresi B 5,884. Hal ini menunjukkan variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan. Jadi dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan akan meningkat jauh lebih baik apabila alat kesehatan puskesmas lansia tersedia. Pada Tabel 4.11 juga terlihat bahwa variabel pengetahuan dan sikap mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja

30 Puskesmas Helvetia Kota Medan, yaitu variabel pengetahuan pada nilai koefisien regresi B 2,787 dan variabel sikap pada nilai koefisien regresi B 2,810. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, variabel alat kesehatan diperoleh nilai Exp (B) atau Odds Ratio (OR) sebesar 359,39 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 22,89 sampai 5640,48, sehingga dapat disimpulkan bahwa lansia yang menyatakan alat kesehatan puskesmas yang tersedia mempunyai kemungkinan 359,39 kali akan memanfaatkan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan dibandingkan lansia yang menyatakan alat kesehatan puskesmas yang tidak tersedia, variabel pengetahuan diperoleh nilai Exp (B) atau Odds Ratio (OR) sebesar 16,23 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 1,24 sampai 211,13 sehingga dapat disimpulkan bahwa lansia yang berpengetahuan baik mempunyai kemungkinan 16,23 kali akan memanfaatkan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan dibandingkan lansia yang berpengetahuan buruk, variabel sikap diperoleh nilai Exp (B) atau Odds Ratio (OR) sebesar 16,60 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 1,32 sampai 208,69, sehingga dapat disimpulkan bahwa lansia yang bersikap positif mempunyai kemungkinan 16,60 kali akan memanfaatkan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan dibandingkan lansia yang bersikap negatif.

31 Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda tersebut dapat ditentukan model persamaan regresi logistik ganda yang dapat menafsirkan faktor ketersediaan sarana puskesmas (alat kesehatan) dan faktor pengetahuan dan sikap yang memengaruhi variabel dependen (pemanfaatan posyandu lansia) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan adalah sebagai berikut: f (Z) = 1 (-2, ,884 (X1) + 2,787 (X2) + 2,810 (X3) 1 + e f(z) = Probabilitas pemanfaatan posyandu lansia α ß 1 - ß 4 X 1 X 2 X 3 E = Konstanta = Koefisien regresi = Alat kesehatan = Pengetahuan = Sikap = Error (tingkat kesalahan) Nilai Percentage Correct diperoleh sebesar 95,4 % yang artinya variabel pengetahuan lansia bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan sebesar 95,4 %, sedangkan sisanya sebesar 4,6 % dipengaruhi oleh faktor lain.

32 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Ketersediaan Sarana Puskesmas terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Pengaruh Ruangan Pemeriksaan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Hasil penelitian tentang variabel ruangan pemeriksaan ditemukan lansia yang menyatakan tersedia lengkap masih banyak yang tidak memanfaatkan posyandu lansia dengan persentase sebesar 35,0%. Uji statistik menunjukkan variabel ruangan pemeriksaan puskesmas tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan walaupun persepsi lansia terhadap ruangan pemeriksaan tersedia lengkap di puskesmas tidak mempengaruhi peningkatan pemanfaatan posyandu lansia. Walaupun demikian pemanfaatan posyandu lansia perlu memperhatikan keadaan dan kondisi ruang pemeriksaan karena dengan tersedianya ruang pemeriksaan merupakan salah satu faktor pendorong untuk memanfaatkan posyandu. Menurut Depkes RI (2003), untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

33 Ketersediaan ruangan pemeriksaan pukesmas merupakan salah satu faktor yang memengaruhi lansia untuk memanfaatkan posyandu, mereka yang yang berpersepsi ruang pemeriksaan lengkap mempunyai peluang lebih besar untuk memanfaatkan posyandu lansia dibandingkan dengan ruang pemeriksaan yang tidak lengkap. Ketersediaan ruangan pemeriksaan puskesmas yang semakin lengkap menjadi alasan utama lansia untuk memanfaatkan posyandu lansia Pengaruh Alat Kesehatan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Hasil penelitian tentang variabel alat kesehatan ditemukan lansia yang menyatakan tersedia lengkap lebih banyak memanfaatkan posyandu lansia dengan persentase sebesar 63,6%. Uji statistik menunjukkan variabel alat kesehatan puskesmas berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan persepsi lansia terhadap alat kesehatan yang tersedia lengkap di puskesmas sangat memengaruhi pemanfaatan posyandu lansia. Namun demikian lansia yang berpersepsi alat kesehatan puskesmas tersedia lengkap masih ada yang tidak memanfaatkan posyandu lansia sebesar 36,4%. Hal ini menunjukkan bukan ketersediaan alat kesehatan yang ada di puskesmas yang memengaruhi lansia memanfaatkan posyandu. Hal penelitian ini sejalan dengan menurut Depkes RI (2003), bahwa untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di posyandu lansia dibutuhkan sarana dan prasarana kesehatan posyandu lansia di puskesmas yaitu: tersedianya meja, kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan,

34 stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer dan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia. Menurut Rochmah dalam Hutauruk (2006), yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan posyandu adalah faktor operasional yaitu ketersediaan sarana dan prasarana baik segi kualitas maupun kuantitas. Suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila prasarana tersebut tersedia atau bisa didapat tanpa mempertimbangkan sulit atau mudahnya penggunaannya. Penelitian Hutauruk (2006) juga mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan alat kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia (p=0,001) Pengaruh Laboratorium terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Hasil penelitian tentang variabel laboratorium ditemukan lansia yang menyatakan tersedia lengkap lebih banyak yang tidak memanfaatkan posyandu lansia dengan persentase sebesar 61,9%. Uji statistik menunjukkan variabel laboratorium pemeriksaan di puskesmas tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan walaupun persepsi lansia terhadap laboratorium tersedia lengkap di puskesmas tidak mempengaruhi peningkatan pemanfaatan posyandu lansia. Walaupun demikian pemanfaatan posyandu lansia perlu memperhatikan tersedia tempat, ruangan dan alat laboratorium berupa alat pemeriksaan gula darah,

35 pemeriksaan asam urat, pemeriksaan kolosterol, karena dengan tersedianya alat laboratorium berguna untuk mendeteksi adanya penyakit degeneratif pada lansia. Lansia yang berpersepsi alat laboratorium tersedia lengkap namun tidak memanfaatkan posyandu, disebabkan lansia tidak ingin memeriksakan kesehatannya di posyandu. Sedangkan lansia yang memanfaatkan posyandu disebabkan lansia ingin mengetahui keadaan kesehatan dan memeriksakan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan tujuan posyandu lansia salah satu diantaranya adalah untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan lansia (Depkes RI, 2006) Menurut Depkes RI (2003), untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di posyandu lansia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia. Ketersediaan laboratorium pukesmas tidak merupakan salah satu faktor yang memengaruhi lansia untuk memanfaatkan posyandu, yang dibuktikan mereka yang berpersepsi ketersediaan laboratorium tersedia lengkap tidak mempunyai peluang lebih besar untuk memanfaatkan posyandu lansia. Hal ini terjadi karena lansia tidak mempertimbangkan kelengkapan alat laboratorium untuk datang memanfatkan lansia, mungkin faktor lain yang lebih berpengaruh lansia memanfaatkan posyandu lansia.

36 Ketersediaan alat laboratorium terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana laboratorium. Untuk dapat dipergunakan laboratorium, pertama kali alat laboratorium harus tersedia dan dapat dipergunakan di puskesmas. 5.2 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan ditemukan lansia dengan pengetahuan baik lebih banyak memanfaatkan posyandu lansia dibandingkan dengan lansia dengan pengetahuan sedang dan kurang. Malah lansia yang berpengetahuan yang kurang semuanya tidak memanfaatkan posyandu lansia. Uji statistik menunjukkan variabel pengetahuan berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan pemanfaatan posyandu lansia, artinya semakin rendah pengetahuan responden maka pemanfaatan posyandu lansia juga rendah. Demikian juga sebaliknya semakin tinggi pengetahuan responden maka pemanfaatan posyandu lansia juga akan meningkat. Pengetahuan lansia yang baik tentang hakekat posyandu lansia akan memengaruhi mereka dalam memanfaatkan posyandu. Hal ini sesuai dengan pendapat Blum yang dikutip oleh Notatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa tindakan seseorang individu termasuk kemandirian dan tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh domain kognitif atau pengetahuan.

37 Lansia mayoritas berpengetahuan baik tentang pemanfaatkan posyandu lansia, hal ini membuktikan bahwa lansia mengetahui tujuan posyandu lansia yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia, mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, meningkatkan kemauan dan kesadaran lanjut usia untuk membina sendiri kesehatannya dan membantu untuk mengatasi masalah kesehatan lanjut usia. Bagi lansia yang belum mengetahui posyandu lansia perlu ditingkatkan pengetahuan mereka dengan jalan tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemanfaatan posyandu pada lansia. Menurut penelitian Yamin (2003) tentang pemanfaatan posyandu di Puskesmas Limus Nuggal, Baros, dan Cikundul Kota Sukabumi menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan lansia maka tingkat pemanfaatan posyandu juga akan semakin tinggi Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Hasil penelitian tentang variabel sikap ditemukan lansia dengan sikap positif lebih banyak memanfaatkan posyandu lansia dibandingkan dengan lansia dengan sikap negatif. Uji statistik menunjukkan variabel sikap berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa sikap berbanding lurus dengan pemanfaatan posyandu lansia, artinya semakin negatif sikap responden maka pemanfaatan posyandu lansia juga rendah. Demikian

38 juga sebaliknya semakin positif sikap responden maka pemanfaatan posyandu lansia juga akan meningkat. Sikap lansia yang positif tentang posyandu lansia merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Sikap lansia terhadap posyandu lansia merupakan kesiapan atau kesediaan lansia untuk memanfaatkan posyandu. Hal ini sesuai dengan pendapat Blum yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa tindakan sesorang individu termasuk kemandirian dan tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh domain sikap. Lansia yang bersifat positif masih banyak yang tidak memanfaatkan posyandu, hal ini membuktikan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Hal ini sesuai dengan Gerungan (2004) bahwa manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Berdasarkan hasil penelitian lansia tidak memanfaatkan posyandu karena lansia lebih senang berkunjung ke balai pengobatan lain untuk memantau kesehatannya di banding datang ke posyandu lansia, keberadaan posyandu tidak ada manfaatnya, posyandu lansia tidak dapat meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia.

39 Hal inilah perlu dilaksanakan pendekatan atau pemahaman kepada lansia oleh petugas kesehatan bahwa memanfaatkan posyandu lansia sangat berguna bagi lansia karena melalui posyandu lansia dapat memantau dan menilai kemajuan kesehatan pribadi lanjut usia dan sebagai bahan informasi bagi lanjut usia dan keluarganya dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. 5.3 Keterbatasan Penelitian 1. Berdasarkan jenis penelitian survei deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, untuk menganalisis pengaruh ketersediaan sarana posyandu lansia (ruang pemeriksaan, alat kesehatan dan laboratorium sederhana) dan pengetahuan sikap lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan dimana penelitian cross sectional ini hanya sesaat dimana variable independen dan dependen diambil secara bersamaan untuk itu diperlukan penelitian yang berkelanjutan untuk melihat hasil penelitian ini lebih lanjut. 2. Pengambilan sampel yang relatif terbatas sebagai sumber informasi diperkirakan tidak akurat 100 % terhadap seluruh anggota populasi di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan 3. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibuat peneliti sendiri, sehingga belum dapat mengungkapkan data tentang variabel yang diteliti secara lengkap, upaya untuk meminimalisir bias dari kuesioner dimana sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu menguji coba kuesioner

40 yang telah disusun, apakah responden sudah paham atau belum maksud dari setiap item pertanyaan dari kuesioner tersebut.

41 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Kondisi ruangan pemeriksaan posyandu lansia yang tersedia merupakan salah satu faktor pendorong lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia 2. Ketersediaan alat kesehatan di posyandu lansia pada Puskesmas Helvetia baik dari segi kualitas maupun kuantitas sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia 3. Ketersediaan laboratorium Puskesmas Helvetia tidak merupakan salah satu faktor yang memengaruhi lansia dalam memanfaatkan posyandu. Hal ini terjadi karena lansia tidak mempertimbangkan kelengkapan alat laboratorium untuk datang memanfaatkan posyandu lansia 4. Pengetahuan lansia yang baik akan memengaruhi mereka dalam memanfaatkan posyandu lansia artinya, semakin rendah pengetahuan responden maka pemanfaatan posyandu lansia juga rendah, dan semakin tinggi pengetahuan responden maka pemanfaatan posyandu lansia juga akan meningkat. 5. Sikap lansia yang positif tentang posyandu lansia tentang posyandu lansia merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.

42 6.2. Saran 1. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar lebih memperhatikan alat kesehatan berupa tensimeter, Hb sahli, timbangan berat badan, alat periksa kolesterol, alat periksa asam urat, KMS lansia dan obat - obatan khususnya untuk posyandu lansia agar pelayanan kesehatan lansia dapat ditingkatkan,sehingga posyandu lansia dapat berjalan dengan sebenarnya. 2. Sedangkan kepada Puskesmas Helvetia Kota Medan untuk lebih menyediakan sarana posyandu lansia yang lengkap dan berfungsi baik seperti, tensimeter, pengukuran tinggi badan, pengukuran KGD, pengukuran asam urat, pengukuran kolesterol dan laboratorium sederhana untuk meningkatkan pemanfaatan posyandu lansia, sehingga lansia dapat memanfaatkan posyandu lansia secara rutin diwilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan agar masalah dan penyakit yang diderita dapat ditangani sedini mungkin serta cakupan pelayanan kesehatan lanjut usia dapat ditingkatkan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku kesehatan terhadap kejadian karies gigi pada murid

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang mengarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Peneitian Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 dan selesai pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Survey Analitik yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Dalam penelitian ini, Survey

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah analitik Cross Sectional.Cross sectional yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah analitik Cross Sectional.Cross sectional yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DESAIN PENELITIAN Jenis penelitian dan rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik Cross Sectional.Cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian terhadap Hubungan Penyuluhan Ibu

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian terhadap Hubungan Penyuluhan Ibu 61 BAB V HASIL PENELITIAN Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian terhadap Hubungan Penyuluhan Ibu Tentang Anak Usia Balita Dengan Kunjungan Imunisasi Di Posyandu Kelurahan Kebun Jeruk Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional, yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan descriptive correlational, yang bertujuan untuk mengungkapkan korelasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Rowosari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Rowosari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa.

BAB 3 METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa. BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan tipe explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan/pengaruh antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana

BAB 3 METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei, dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana pengukuran atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. rancangan case control untuk mengetahui pengaruh faktor personal, sosial dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. rancangan case control untuk mengetahui pengaruh faktor personal, sosial dan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan rancangan case control untuk mengetahui pengaruh faktor personal, sosial dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu untuk memberi gambaran fenomenayang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian ini dilihat adalah faktor-faktor yang berhubungan

BAB 3 METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian ini dilihat adalah faktor-faktor yang berhubungan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan desain studi cross sectional. Dalam penelitian ini dilihat adalah faktor-faktor yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik explanatory study dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross sectionalbertujuan untuk mengetahui hubunganumur, jumlah anak, pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. Pada rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TIPE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. 3.2. DESAIN PENELITIAN Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antar variabel (Alimul, 2003). Rancangan penelitian

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka Konsep dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu variabel independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian eksplanatory research dengan metode observasi dan wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP. Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka

BAB III KERANGKA KONSEP. Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka BAB III KERANGKA KONSEP A. Konsep Penelitian Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam 53 BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. Hal-hal yang akan dijelaskan mencakup desain penelititan, populasi dan sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan rancangan Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen (bebas) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu saat (Notoatmodjo,2010 p: 37-41). 2. Waktu akan dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2011

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu saat (Notoatmodjo,2010 p: 37-41). 2. Waktu akan dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2011 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menentukan pada waktu pengukuran/observasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survei analitik menggunakan rancangan Cross Sectional yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. Cross sectional

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional study. Metode analitik korelasi ini

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional study. Metode analitik korelasi ini BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Metode analitik korelasi ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif studi korelasi (Correlation Study) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian non eksperimental observasional dengan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik yang menjelaskan hubungan variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. bendo Kabupaten Sidoarjo mulai bulan Maret sampai dengan September. B.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. bendo Kabupaten Sidoarjo mulai bulan Maret sampai dengan September. B. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Suwaluh Kecamatan Balong bendo Kabupaten Sidoarjo mulai bulan Maret sampai dengan September Tahun 2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat analitik yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kenyataan atau data objektif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Nursalam (2008), desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian adalah keseluruhan dari

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu akseptor KB menggunakan kontrasepsi AKDR. Untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu 37 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya (status merokok orang tua, pergaulan teman sebaya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian non ekperimental yaitu merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif mengenai hubungan dukungan kader

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Penelitian Kepustakaan 1. Study literatur atau studi kepustakaan, yaitu dengan mendapatkan berbagai literatur dan referensi tentang manajemen

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA Nova Yulita Sellia Juwita Universitas Abdurrab Jl. Riau Ujung No 73 Pekanbaru 085376039565 nova.yulita@univrab.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap karyawan PT. Inhutani I Kantor Direksi Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Dengan penelitian asosiatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (pengetahuan dan sikap) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi analitik karena pada hakekatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Waktu pelaksanaan penelitian bulan Mei 2013. 3.2 Jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan 2 variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh dukungan suami dalam melakukan skrining dini kanker

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu prosedur pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gresik karena ibu hamil yang mengalami KEK dan bayi dengan berat lahir rendah masih tinggi. Waktu pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode case control yaitu suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Perilaku : - Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah analitik observasional (Setiawan dan Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan descriptive correlational, yang bertujuan untuk mengungkapkan korelasi antara

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN BOOKLET DALAM MENINGKATKAN PERSEPSI DAN SIKAP KELUARGA UNTUK MENDUKUNG LANSIA MEMANFAATKAN POSYANDU LANSIA Abdul Halim*, Dwi Agustanti* *Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara status gizi balita dengan kejadian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pasien waktu pelayanan diloket Praktik Petugas Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. hubungan antara pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. PROGRAM KESEHATAN USIA LANJUT DI PUSKESMAS PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil meningkatnya umur harapan hidup dengan meningkatnya populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif study korelasi (Correlation Study ) dengan pendekatan belah lintang (cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif analitik adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

Lebih terperinci

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA Pendahuluan Taraf kesehatan masyarakat yang meningkat disertai meningkatnya fasilitas kesehatan berdampak pada semakin meningkatnya

Lebih terperinci

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Tentang Mammografi Sikap Terhadap Mammografi Wanita 3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sumber data yang dimaksud adalah menyangkut sumber-sumber informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sumber data yang dimaksud adalah menyangkut sumber-sumber informasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Penelitian ini di lakukan di PT. Nyata Grafika Media Surakarta, Sumber data yang dimaksud adalah menyangkut sumber-sumber informasi yang dapat memperkaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel (Alimul,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan BAB III KERANGKA PENELITIAN 1.1 Kerangka Penelitian Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan posyandu lansia. Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. karyawan. Data yang digunakan berupa jawaban responden yang pada dasarnya

BAB II METODE PENELITIAN. karyawan. Data yang digunakan berupa jawaban responden yang pada dasarnya BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan regresi linier dengan maksud mencari pengaruh antara variabel independent (X) yaitu gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis hubungan antara variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN Danik Dwiyanti, Erni Susilowati Akademi Kebidanan YAPPI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik, yaitu untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif korelasi. Penelitian korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah Discriptive Correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif

Lebih terperinci

sedangkan status gizi pada balita sebagai variabel terikat.

sedangkan status gizi pada balita sebagai variabel terikat. 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan pengukuran variabel independen dan dependen,

Lebih terperinci