Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN
|
|
- Doddy Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PETUGAS PROGRAM TB PARU TERHADAP PENEMUAN KASUS BARU DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Ratna Dewi Husein *, Tumiur Sormin ** Penemuan kasus penderita TBC Paru (BTA positip) di Kabupaten Lampung Selatan masih dibawah target, pada hal di daerah diperkirakan bahwa kasus TBC Paru BTA positip sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan gengan kinerja program tuberkulosis paru terhadap penemuan kasus baru BTA positip di Puskesmas Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011 dengan jumlah responden 3 orang. Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain korelasi dan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa 21 orang (55,3%) kinerja baik, 31 orang (1,%) perawat, 20 orang (52,%) pengetahuan baik, 20 orang (52,%) pelatihan kurang, 23 orang (0,5%) 3 tahun bekerja, 20 orang (52,%) laki-laki, 22 orang (57,%) sudah kawin, 27 orang 71,1%) ada alat transportasi, 22 orang (57,%) insentif Rp , 2 orang (,4%) sering supervisi, 22 orang (57,%) kepemimpinan baik, 22 orng (57,%) sarana lengkap dan 21 orang (55,3%) dekat geografis. Dengan Uji Multiple Regression Logistic ada 3 variabel yang berhubungan signifikan, yaitu pelatihan, lama kerja dan status perkawinan. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja program tuberkulosis paru adalah pelatihan ( P-value 0,012 dengan OR 11,474). Peneliti mengusulkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Lampung Selatan agar meningkatkan pelatihan kepada yang masih kurang kinerjanya; yang baru dan belum menikah perlu menyadari pentingnya meningkatkan kinerjanya. Kata Kunci : Petugas Program Tuberkulosis, Cakupan Penemuan Kasus Baru BTA Positip LATAR BELAKANG Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 15 menunjukkan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia. Penyakit TBC adalah merupakan penyakit yang menduduki peringkat pertama pada golongan penyakit infeksi. Tahun 1, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi kasus baru TBC dengan kematian sekitar Secara kasar diperkirakan bahwa setiap.000 penduduk Indonesia, diantaranya terdapat 130 penderita TBC BTA positif (Depkes, 2002). Penemuan kasus penderita TBC Paru (BTA positip) di Kabupaten Lampung Selatan menghadapi permasalahan, dimana masih dibawah target, yakni 45,2% (secara nasional 70%). Pada hal wilayah Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu wilayah yang diperkiraan penderita TBC Paru BTA positip sangat tinggi. Pada tahun 2007 penemuan penderita menurun dan sangat menurun tajam pada tahun 200. Sebanyak 24 Puskesmas, namun baru 1 Puskesmas yang mencapai target sedangkan puskesmas lainnya baru dapat mencapai dibawah 30%. Sehingga dapat diartikan bahwa pencapaian target belum merata dan belum menunjukkan hasil yang menggembirakan (Profil Kesehatan Lampung Selatan Tahun 200). Ditinjau dari segi pelaksanaan, yang bekerja sebagai PMO belum optimal dalam melakukan tugasnya mengawasi penderita tuberkulosis yang minum obat. Dari segi ketenagaan, tenaga analis laboratorium masih dirasakan sangat kurang dan sebahagian tenaga pengelola TB Paru di Puskesmas belum terlatih. Secara teknis, ada 23 unit Puskesmas non perawatan, 1 unit Puskesmas perawatan dan 75 unit Puskesmas Pembantu yang ada di Kabupaten Lampung Selatan, dan baru [52]
2 20 orang diantara 3 orang pengelola TB Paru belum memadai pelatihannya untuk penanggulangan penyakit TB Paru. Disisi lain, sistem pencatatan pelaporan register TB Paru juga belum digunakan secara optimal. Hal ini merupakan suatu masalah yang perlu mendapat perhatian agar keberhasilan pemberantasan penyakit TBC Paru di Kabupaten Lampung Selatan dapat tercapai. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan pembinaan kepada program P2TB Paru. Oleh karena itu ingin meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja P2TB paru dalam penemuan kasus baru BTA positip untuk memberi masukan peningkatan kinerja yang ada. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasi dan pendekatan potong lintang (cross sectional). Penelitian dilakukan bulan Oktober November 2011 di Puskesmas Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Petugas Program Tuberkulosis Paru Terhadap Penemuan Kasus Baru BTA Positip. Populasi penelitian adalah seluruh tenaga pelaksana program tuberkulosis paru sebanyak 3 orang. Responden adalah menggunakan total populasi. Pengumpulan data melalui wawancara dengan pertanyaan yang disusun terstruktur. Analisis data secara univariat untuk mendapatkan gambaran statistik deskriptif dari masing-masing variabel dependen dan independen, bivariat dengan Uji Chi Square untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan tingkat kemaknaan 0,05 dan CI 5%, untuk mengetahui keeratan antara kedua variabel dengan melihat Odd Ratio (OR) dan analisa multivariat dengan dengan Uji Multiple Regression Logistic untuk mengetahui varibel paling dominan berhubungan. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa berdasarkan latar belakang pendidikannya, responden terbanyak adalah berlatar belakang pendidikan perawat (31 orang, 1,%) dan sisanya non perawat (7 orang, 2,4%). Berdasarkan tingkat pengetahuan, responden terbanyak memiliki pengetahuan baik (20 orang, 52,%). Berdasarkan lama kerja, responden terbanyak dengan lama kerja 3 tahun(23 orang, 0,5%). Berdasarkan status perkawinan responden terbanyak dengan status kawin (22 orang, 57,%). Berdasarkan ada tidaknya transportasi responden terbanyak ada transportasi (27 orang, 71,7%), dan berdasarkan insentif yang diterima, responden mayoritas mendapat insentif Rp (22 orang, 57,%). Sedangkan berdasarkan supervise responden terbanyak supervise sering (2 orang,,4%), berdasarkan kepemimpinan maka responden terbanyak kepemimpinan baik (22 orang, 57,%), dan berdasarkan letak geografis maka responden terbanyak geografis dekat (21 orang, 55,3%). Dan berdasarkan kinerja maka responden terbanyak dengan kinerja baik (21 orang, 55,3%). Analisis Bivariat Tabel 1: Hubungan Pendidikan dengan Pendidikan - Perawat - Non Perawat Jumlah OR (5% CI) : 0,11 (0,174-4,7) pv 1,00 [53]
3 Tabel 2: Hubungan Pengetahuan dengan N % n % n % - Baik - Kurang Jumlah OR (5% CI) : 0,7 (0,272-3,51) pv 1,00 Tabel 3:Hubungan Bekerja dengan Lama kerja N % n % n % - 3 tahun - < 3 tahun Jumlah OR (5% CI) : 2,13 (0,734-10,772) pv 0,232 Tabel 4: Hubungan Jenis Kelamin dengan Jenis kelamin N % n % n % - Laki-laki - Perempuan Jumlah OR (5% CI) : 3,7 (0,54-14,02) pv 0,11 Tabel 5: Hubungan Status Perkawinan dengan Status Perkawinan - Kawin - Belum kawin Jumlah OR (5% CI) : 5,7 (1,427-24,113) pv 0,027 Tabel : Hubungan Alat Transportasi dengan Alat transportasi - Ada - Tidak ada Jumlah OR (5% CI) : 1,042 (0,255-4,22) pv 1,00 Tabel 7:Hubungan Insentif dengan Insentif - Rp < Rp Jumlah OR (5% CI) : 3,571 (0,24-13,11) pv 0,122 Tabel : Hubungan Supervisi dengan Supervisi N % n % n % - Sering - Jarang Jumlah OR (5% CI) :,75 (1,433-31,7) pv 0,02 Tabel : Hubungan Kepemimpinan dengan Pengetahuan Kepemimpinan - Baik - Kurang baik Jumlah OR (5% CI) : 3,571 (0,24-13,11) pv 0,012 Tabel 10:Hubungan Sarana dengan Sarana - Lengkap - Tidak lengkap Jumlah OR (5% CI) : 1,444 (0,35-5,25) pv 0,2 Tabel 11: Hubungan Pengetahuan dengan Geografis - Dekat - Jauh Jumlah OR (5% CI) : 1,2 (0,5-,) pv 0,5 Berdasarkan tabel kontigensi 1-11 diatas dapat diketahui bahwa faktor pelatihan, status perkawinan dan supervisi [54]
4 memiliki p-value < 0,05, sehingga disimpulkan ada hubungan dengan kinerja program tuberkulosis paru dalam penemuan kasus baru BTA positip di Kabupaten Lampung Selatan. Sedangkan faktor pendidikan, pengetahuan, lama kerja, jenis kelamin, status perkawinan, alat transportasi, insentif, kepemimpinan, sarana, dan geografis memiliki p-value > 0,05, sehingga tidak ada hubungan dengan dengan kinerja program tuberkulosis paru dalam penemuan kasus baru BTA positip di Kabupaten Lampung Selatan. Analisis Multivariat Tabel 12: Hasil Seleksi Bivariat Variabel p-value Pendidikan 0,12 Pengetahuan 0,73 Pelatihan 0,007 Lama kerja 0,12 Jenis kelamin 0,052 Status perkawinan 0,010 Alat transportasi 0,55 Insentif 0,05 Supervisi 0,010 Kepemimpinan 0,05 Sarana 0,57 Geografis 0,30 Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa ada tujuh variabel yang memiliki p- value < 0,25 dan dapat dimasukkan sebagai variabel kandidat ke model multi variat. Ketujuh variabel tersebut yakni pelatihan, lama kerja, jenis kelamin, status perkawinan, insentif, supervisi dan kepemimpinan. Tabel : Hasil Uji Regresi Logistik Terakhir Variabel B P Wald OR 5% C.I Pelatihan 2,44 0,012 11,47 1,72-7,54 Lama kerja 2,0 0,041 7, 1,0-5,42 Status kawin 2,1 0,01,4 1,42-52, -2 log likelihood = 34,520 G = 1,00 P-v 0,000 Hasil analisis pada tabel diatas memperlihatkan bahwa variabel pelatihan, lama kerja dan status kawin mempunyai p- value yang signifikan, yaitu 0,05, sehingga dapat diartikan bahwa ketiga variabel tersebut berhubungan dengan kinerja. Variabel yang paling dominan berhubungan adalah variabel dengan OR paling besar, yakni variabel pelatihan dengan OR = 11,474. Dapat disimpulkan bahwa program tuberkulosis paru di Kabupaten Lampung Selatan, dengan pelatihan baik memiliki peluang 11,474 kali lebih baik kinerjanya pada penemuan kasus baru BTA positip. PEMBAHASAN Gambaran Petugas Pendapat Gibson, 17, ada tiga variabel yang mempengaruhi perilaku dan penampilan kerja (kinerja) individu, yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologi. Ketiga variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja personil. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai suatu pekerjaan. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa 21 orang (55,3%) responden mempunyai kinerja baik. Sedangkan yang mempunyai kinerja kurang baik ada sebanyak 17 orang (44,7%). Melalui kinerja juga dapat diketahui tentang kesesuaian pekerjaan terhadap pekerjaan yang telah disusun sebelumnya. Dengan hasil ini maka pihak manajemen dapat menggunakan uraian tugas kerja sebagai tolak ukur. Banyaknya program tuberkulosis paru yang berkinerja baik terhadap cakupan penemuan penderita kasus baru BTA (+) di Puskesmas Kabupaten Lampung Selatan menunjukkan bahwa didapatkan efektifitas sumber daya manusia yang baik secara umum di wilayah tersebut. [55]
5 Hubungan pendidikan dengan kinerja sebahagian besar adalah berpendidikan perawat. Sedangkan dari proporsi terlihat bahwa hampir sama antara yang berpendidikan perawat dan non perawat yang memiliki kinerja baik dalam pekerjaannya. Masing-masing diperoleh proporsi 54,% dan 57,1%. Sedangkan hasil uji statistik tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kinerja (p value = 1,000). Hampir tidak ada perbedaan antara berpendidikan keperawatan dan non keperawatan untuk berkinerja baik Hubungan pengetahuan dengan kinerja lebih banyak yang pengetahuannya baik, yakni 20 orang (52,%), diantaranya sebanyak 11 orang (55%) dengan kinerja baik. Sedangkan diantara yang pengetahuannya kurang ada 10 orang (55,%) yang kinerjanya baik. Hasil analisa menunjukkan bahwa pengetahuan tidak mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja (p value = 1,000). Hasil ini tidak sesuai dengan temuan Soerjoasmoro, 14 yang mengatakan bahwa kinerja formulir stratifikasi puskesmas berhubungan dengan pengetahuan. Banyaknya yang mempunyai pengetahuan baik dalam hal ini menunjukkan bahwa selain karena kemampuan individual yang dibawa masing-masing dapat juga merupakan keberhasilan manajemen dinas kesehatan dalam menyelenggarakan pelatihan - pelatihan dan hal ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kinerja. Namun dalam penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kinerja. Hubungan pelatihan dengan kinerja lebih banyak yang pelatihannya kurang di bidang program TB, yakni 20 orang (52,%). Tetapi dengan pelatihan baik lebih banyak dengan kinerja baik, yaitu sebanyak 14 orang (77,%). Sedangkan diantara yang pelatihannya kurang hanya ada 7 orang (35%) saja yang kinerjanya baik. Hasil analisa menunjukkan bahwa ada hubungan pelatihan dengan kinerja program TB (p value = 0,020). Hal ini sesuai dengan pendapat Ambar dan Rosidah, 2003 bahwa pelatihan dan pengembangan penting karena keduanya merupakan cara yang digunakan oleh organisasi untuk mempertahankan, menjaga, memelihara pegawai public dalam organisasi dan sekaligus meningkatkan keahlian para pegawai. Hubungan lama kerja dengan kinerja sebagian besar mempunyai masa kerja 3 tahun. Sedangkan dari proporsi lama kerja terlihat bahwa diantara yang mempunyai masa kerja 3 tahun terdapat orang (5,2 %) yang mempunyai kinerja baik. Sedangkan yang masa kerja < 3 tahun yang mempunyai kinerja baik ada orang (40 %). Hasil uji statistik tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kinerja (p value = 0,232). Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Eltya, 14 dan Marjuki 1 yang mengatakan adanya hubungan masa kerja efektif dengan tingkat penampilan kerja bidan. Demikian mereka mempunyai kinerja lebih baik, dalam hal ini kemungkinan mereka menunjukkan contoh sebagai seorang kepada yang lebih baru bertugas serta adanya perasaan ingin mempertahankan prestasi dalam setiap menjalankan pekerjaannya. [5]
6 Hubungan jenis kelamin dengan kinerja sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan menurut proporsi hubungan jenis kelamin dengan kinerja didapat yang berjenis kelamin laki-laki yang mempunyai kinerja baik sebanyak 14 orang (70%) dan pada yang berjenis kelamin perempuan yang mempunyai kinerja baik sebanyak 7 orang (3,%). Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kinerja (ρ value = 0,110). Hal ini menunjukkan bahwa baik laki-laki lebih baik kinerjanya dibandingkan perempuan yang mempunyai kinerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi suatu persaingan yang sehat antara laki-laki maupun perempuan. Hubungan status perkawinan dengan kinerja Pendapat Siagian (17) bahwa status perkawinan berpengaruh terhadap perilaku karyawan dalam kehidupan organisasinya baik secara positif maupun negatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar berstatus menikah. Sedangkan dari proporsi status perkawinan terlihat bahwa yang telah kawin terdapat 1 orang (72,7%) yang mempunyai kinerja baik sedangkan dari yang belum kawin terdapat 5 orang (31,3%) yang mempunyai kinerja baik. Hasil uji statistik antara status perkawinan dengan kinerja didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna anatara status perkawinan dengan kinerja (ρ value=0,027). Hubungan alat transportasi dengan kinerja Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar memiliki alat transportasi untuk bekerja. Sedangkan dari proporsi ketersediaan alat didapatkan bahwa yang menyatakan ada alat transportasi tidak jauh beda bila dibandingkan dengan yang tidak ada alat transportasi untuk berkinerja baik dalam bekerja. Hasil uji statistik antara ketersediaan alat transportasi dengan kinerja secara statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara alat transportasi dengan kinerja (p-value = 1,000). Hubungan insentif dengan kinerja Hasil penelitian terhadap insentif didapatkan bahwa sebagian besar mendapat insentif yang tinggi. Dari seluruh yang mendapat insentif Rp terdapat orang (,2%) yang mempunyai kinerja baik sedangkan dari yang mendapat insentif < Rp , yang kinerjanya baik ada orang (37,5%) yang mempunyai kinerja baik. Hasil uji statistik antara imbalan dengan kinerja secara statistik didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara imbalan dengan kinerja (ρ value=0,122).adanya yang mendapat insentif yang diberikan kurang sesuai menyebabkan kinerja mereka tidak maksimal. Sehingga dengan demikian sebagian dari merasa kurang puas dengan kebijakan insentif yang mereka dapatkan sehingga tidak satupun mereka berkinerja baik. Hubungan supervisi dengan kinerja sebagian besar dari menyatakan sering ada supervisi dalam bekerja. Secara proporsi terlihat bahwa yang menilai sering ada supervisi mempunyai proporsi berkinerja baik lebih banyak dibandingkan yang menyatakan jarang supervisi dalam bekerja. Hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara supervisi dengan kinerja (p-value = 0,02). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa yang menyatakan jarang supervisi [57]
7 cenderung berkinerja kurang baik. Namun demikian hasil penelitian ini masih multiinterperatif karena bisa saja pihak dinas kesehatan sudah melakukan kegiatan supervisi kepada namun tidak diketahui secara langsung oleh tersebut sehingga menyatakan tidak ada supervisi. Dapat juga menilai bahwa supervisi yang dilakukan selama ini tidak banyak memberikan manfaat atau perbaikan dalam melakukan penemuan kasus TB. Oleh sebab itu dengan adanya supervisi memberikan juga manfaat kepada sehingga juga dijelaskan apa dan manfaat supervisi kepada tersebut. Hubungan kepemimpinan dengan kinerja lebih banyak menyatakan kepemimpinan baik. Dari pekerja yang menilai kepemimpinan baik terdapat orang (,2%) yang mempunyai kinerja baik. Sedangkan dari yang menilai kepemimpinan kurang baik terdapat orang (37,5%) yang mempunyai kinerja baik. Hasil uji statistik antara kepemimpinan dengan kinerja secara statistik didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kepemimpinan dengan kinerja (ρ value=0,122). Responden penelitian ini hampir seluruh sudah menilai kepemimpinan baik, hanya saja sedikit perbedaan jumlah dari yag menilai kepemimpinan kurang baik sehingga kemungkinan menyebabkan tidak terlihatnya hubungan bermakna pada yang menilai kepemimpinan baik atau kurang baik terhadap kinerja. Hubungan sarana dengan kinerja lebih banyak menilai sarana telah lengkap.dari yang menilai sarana tidak lengkap tetapi tidak jauh beda bila dibandingkan yang menilai sarana tidak lengkap untuk mempunyai kinerja baik. Hasil uji statistik anatara sarana dengan kinerja secara statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sarana kinerja. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya beda proporsi yang menilai sarana lengkap maupun yang menilai tidak lengkap dalam memiliki kinerja baik, dalam hal ini dikarenakan walaupun terdapat yang menyatakan sarana tidak lengkap namun ketidaklengkapan tidak menjadi kendala berarti bagi sehingga tersebut tetap dapat melakukan penemuan kasus TB walaupun dengan keterbatasan sarana. Hubungan geografis dengan kinerja lebih banyak menyatakan jarak geografis yang ditempuh untuk menemukan kasus TB dekat. Petugas yang mengatakan jarak geografis dekat lebih banyak yang kinerjanya baik, yakni 13 orang (1,%). Sedangkan yang mengatakan jarak geografis jauh, hanya orang (47,1%) yang mempunyai kinerja baik. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara geografis dengan kinerja (p-value = 0,557). Namun dalam hal ini kinerja lebih banyak yang baik untuk tingkat penemuan kasusnya. Terlihat bahwa yang jarak geografisnya lebih jauh lebih sedikit yang kinerjanya baik. Hal ini kemungkinan dikarenakan bahwa dengan akses yang jauh terhadap pelayanan kesehatan sehingga kemauan dan kemampuan penderita tuberkulosis paru lebih sedikit untuk datang ke pelayanan kesehatan atau menyebabkan orang yang sakit tersebut tidak berobat. KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa. program tuberkulosis paru di Kabupaten Lampung Selatan yang [5]
8 terbanyak adalah dengan kinerja baik, ada variabel yang berhubungan signifikan dengan kinerja program tuberkulosis paru, yaitu pelatihan, lama kerja dan status perkawinan dan ada variabel yang tidak berhubungan dengan kinerja program tuberkulosis paru, yaitu pendidikan, pengetahuan, jenis kelamin, alat transportasi, insentif, supervisi, kepemimpinan, sarana dan geografi, dan pelatihan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja program tuberkulosis paru. Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis menyarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan agar memberi kesempatan pelatihan kepada, melakukan motivasi dan bimbingan kepada program tuberkulosis paru pentingnya meningkatkan, dan untuk penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan penelitian secara kualitatif. Depkes RI,.(2002). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Cetakan ke-, Jakarta Gibson,James, L, et.al,.(17). Organisasi dan Manajemen : Perilaku, Struktur, Proses, Terjemahan Djarkasih, Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta Marzuki,. (1). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelayanan Ibu Hamil (ANC) oleh Bidan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 1, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Naipospos, Nila,. (2001). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Puskesmas dalam Pemberantasan TB Paru di Kota Bogor tahun 2001, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat * Dosen pada Prodi Keperawatan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang ** Dosen pada Prodi Keperawatan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan, Kabupaten Lampung Selatan,.(200). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 200 [5]
BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era sekarang ini tantangan dalam bidang pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin banyaknya berbagai penyakit menular yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Sebagian besar kematian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksplanatory dengan metode survei dan menggunakan desain Cross sectional. Rancangan penelitian ini termasuk
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU Tumiur Sormin*, Yuliati Amperaningsih* *Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Indonesia
Lebih terperinciDETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN, PENULARAN PENYAKIT TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDOSARI
GASTER, Vol. 4, No. 1 Februari 2008 (178-183) DETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN, PENULARAN PENYAKIT TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDOSARI Wahyuni Dosen Program Studi Keperawatan Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global. Penyakit ini menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama kematian di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional bertujuan menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian masyarakat Indonesia agar dapat hidup sejahtera lahir batin dan berkualitas. Salah satu upaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia. 1,5 juta orang meninggal akibat tuberkulosis pada tahun 2014. Insiden TB diperkirakan ada 9,6 juta (kisaran 9,1-10
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan data dimulai 14 september 2015 sampai 24 september 2015. Sumber penelitian diambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016
HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 Yurida Olviani Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Lebih terperinciSri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN
PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT Tumiur Sormin* *Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Masalah stres kerja merupakan ancaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global utama. Hal ini menyebabkan gangguan kesehatan pada jutaan orang setiap tahunnya dan merupakan peringkat kedua
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan kerangka konsep dan hipotesis yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain potong lintang (Crosssectional).
Lebih terperinciKegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)
Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 21) Mulyadi * ** ** ABSTRACT Keyword: PENDAHULUAN Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan kaitannya dengan kemiskinan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di Indonesia telah dimulai sejak diadakan Simposium Pemberantasan TB Paru di Ciloto pada tahun 1969. Namun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).
Lebih terperinciAri Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK
Hambatan-Hambatan Pada Pelaksanaan Terapi Tuberkulosis dan Cara Mengatasinya di Balai Pengobatan penyakit Paru-Paru (BP4) Unit Minggiran Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu Keperawatan,
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan
Lebih terperinciIdentifikasi Faktor Resiko 1
IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO TERJADINYA TB MDR PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA KOTA MADIUN Lilla Maria.,S.Kep. Ners, M.Kep (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Multi Drug
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan variabel independen dan dependen dinilai sekaligus
Lebih terperinciBAB VI HASIL PENELITIAN
63 BAB VI HASIL PENELITIAN 6.1 Analisis Univariat Analisis univariat menjabarkan distribusi frekuensi variabel individu perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S. Sukanto yaitu usia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Laporan World Health Organitation (WHO) tahun 2010 menyatakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU
PENELITIAN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU Fina Oktafiyana*, Nurhayati**, Al Murhan** *Alumni Poltekkes Tanjungkarang ** Dosen Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis pada tahun 2007 dan ada 9,2 juta penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam
Lebih terperinciBAB VI HASIL PENELITIAN
BAB VI HASIL PENELITIAN 6.1 Gambaran Karakteristik Individu Jumantik Dalam penelitian ini karakteristik individu Jumantik yang akan diuraikan adalah usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan, masa kerja
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup A.1. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu penyakit dalam A.2. Ruang lingkup responden Responden
Lebih terperinciKata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90
PENGARUH PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAWI KABUPATEN NGAWI Erwin Kurniasih, Hamidatus Daris Sa adah Akademi Keperawatan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 Nia¹, Lala²* ¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima
Lebih terperinciANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI
ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI Firdawsyi Nuzula 1, Maulida Nurfazriah Oktaviana 1, Roshinta Sony Anggari 1 1. Prodi D
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Penyakit Tuberkulosis paru (TBC paru) sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat yang penting, karena masalah yang ditimbulkan bukan hanya masalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang lingkup A.1. Tempat BKPM Semarang. A.2. Waktu 20 September 20 Oktober 2011. A.3. Disiplin ilmu Disiplin ilmu pada penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat. B.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis Paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) Paru sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut World health Organization
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat memprihatinkan. Tanpa adanya usaha-usaha pengawasan dan pencegahan yang sangat cepat, usaha-usaha di bidang
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga dalam perawatan klien Skizofrenia di Poliklinik Jiwa Puskesmas Kumun Kota Sungai Penuh
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah Kecamatan Palmerah terletak 0,5 2 meter dari permukaan laut dan
BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Keadaan Geografis Wilayah Kecamatan Palmerah terletak 0,5 2 meter dari permukaan laut dan merupakan tanah datar landai, dengan sebagaian besar daerah secara sosial adalah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Kumar dan Clark, 2012). Tuberkulosis (TB) merupakan salah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang akan
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat analitik dengan
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DAN PERAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SARIO KOTA MANADO Andri Saputra Yoisangadji 1), Franckie R.R
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control. Pendekatan case control adalah suatu penelitian non-eksperimental yang menyangkut bagaimana
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK PENDERITA TB PARU DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI PUSKESMAS SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENDERITA TB PARU DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI PUSKESMAS SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA RIDWAN KUSTIAWAN, DEDI MULYONO Abstrak Penelitian ini membahas tentang hubungan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN
PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR Tumiur Sormin* *Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Anak balita merupakan kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) masih merupakan masalah kesehatan global utama. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap tahun dan peringkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran penyakit Tuberkulosis yang begitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menyerang paru paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat menular melalui udara atau sering
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciPENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN
PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN Ratnasari *, Erni Gultom *, Desi Andriyani * Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang sangat luas
Lebih terperinciKonsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol
15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA
PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA Mardiana Zakir* Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN PRODUKTIFITAS PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT Maria Lily Hozana*, Gustop Amatiria** *Perawat RS Panti Secanti Gisting **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes
Lebih terperinciHUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PUSKESMAS MABELOPURA KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PUSKESMAS MABELOPURA KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU Hermiyanty, Bertin Ayu Wandira, Sinta Dewi * Bagian Administrasi dan Kebijakan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KOTA BANDAR LAMPUNG Nyimas Aziza* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Posyandu lansia salah satu upaya
Lebih terperinciPERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE
PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case
27 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case control, yaitu dimana efek diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko
Lebih terperinciHUBUNGAN KINERJA PETUGAS DENGAN CASE DETECTION RATE (CDR) DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR
HUBUNGAN KINERJA PETUGAS DENGAN CASE DETECTION RATE (CDR) DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR Relationship Performance with Case Detection Rate (CDR) In Puskesmas City Of Makassar Dian Ayulestari, Ida Leida M.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional study. Metode analitik korelasi ini
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Metode analitik korelasi ini digunakan untuk
Lebih terperinciPEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA LEAFLET EFEKTIF DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN PONOROGO
PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA LEAFLET EFEKTIF DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN PONOROGO Sulistyo Andarmoyo 1 1 Dosen FIK Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN POLA HIDUP TERHADAP KEJADIAN BUNGKUK OSTEOPOROSIS TULANG BELAKANG WANITA USIA LANJUT DI KOTA BANDAR LAMPUNG Merah Bangsawan * Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya kepadatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu
39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi kasus kontrol untuk mencari hubungan seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN PADA SALAH SATU DESA DI WILAYAH LAMPUNG TIMUR Damayanti*, Siti Fatonah* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisis faktor-faktor..., Kartika, FKM UI, 2009
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang TB merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak ditemukannya penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh invasi organisme mikroskopik yang disebut patogen. Patogen adalah organisme atau substansi seperti bakteri, virus, atau parasit
Lebih terperinciDELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK
Faktor-Faktor yang Barhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Petugas Kebersihan dan Keindahan Kota Martapura Kabupaten OKU Timur Tahun 14 DELI LILIA Deli_lilia@ymail.com Dosen Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya peradangan pada parenkim paru oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman jenis aerob
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia. Mycrobacterium Tuberculosis (Mansyur, 1999). Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya Pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat setiap penduduk agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang sudah cukup lama dan tersebar di seluruh dunia. Penyakit tuberkulosis dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti karena
Lebih terperinci*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KAKI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Rina Al-Kahfi 1, Adriana Palimbo
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Kecamatan Pancoran Mas pada bulan Oktober 2008 April 2009 dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Puskesmas Sukoharjo terletak di Kelurahan Begajah, Kecamatan Sukoharjo. Luas wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo sekitar ± 4.458
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. n % n % Total % %
31 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Kelengkapan Imunisasi di Jawa Barat dan Jawa Tengah Pada penelitian ini, terdapat 521 orang ibu yang memiliki anak usia 12-23 bulan yang berhasil diwawancara, terdiri dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel
Lebih terperinciFAKTOR DETERMINAN KINERJA PETUGAS GIZI DALAM PENANGANAN GIZI BURUK DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
ISSN : 2477 0604 Vol. 2 No. 1 Januari - Maret 2016 69-75 FAKTOR DETERMINAN KINERJA PETUGAS GIZI DALAM PENANGANAN GIZI BURUK DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR 1 Wahyu Cahyono, 1 Rahmani, 1 Staf
Lebih terperinciKINERJA BIDAN PEMBINA WILAYAH PUSKESMAS DI KOTA BEKASI
KINERJA BIDAN PEMBINA WILAYAH PUSKESMAS DI KOTA BEKASI Wahyudin Rajab 1) 1) Poltekkes Kemenkes Jakarta-III Abstract: Performance of Supervisors Midwifve of Public Health Centre Area in Bekasi City. Improvement
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 9, No 2, April 2015: 51-58 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Ibnu Hasyim
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG Nadia Ulfa Taradisa*,Tumiur Sormin **, Musiana** *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGELOLA PROGRAM TB PUSKESMAS DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB DI KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGELOLA PROGRAM TB PUSKESMAS DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB DI KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : ROYHAN AHWAN J 410 100 025 PROGRAM STUDI KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru,
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN KEPATUHAN AKSEPTOR KB PIL DENGAN KEGAGALAN KONTRASEPSI PIL DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Helmi Yenie* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Prevalensi kegagalan KB pil di
Lebih terperinciHUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG
HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG Nunung Nurjanah * Tiara Dewi Septiani** Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Menurut laporan World Health Organitation
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu
37 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya (status merokok orang tua, pergaulan teman sebaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam,
Lebih terperinciFaktor-Faktor Yang Menpengaruhi Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Penanganan Ibu Hamil Risiko Tinggi di Kabupaten Pontianak Tahun 2012
Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Penanganan Ibu Hamil Risiko Tinggi di Kabupaten Pontianak Tahun 2012 ABSTRAK Emy Yulianti Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak
Lebih terperinciPENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT
PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT Puji Hastuti Poltekkes Kemenkes Semarang E-mail: pujih75@gmail.com Abstract: The purpose of this cross-sectional research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immune Deficiency Virus), relatif mudah menular dan mematikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian explanatory yaitu menjelaskan hubungan beberapa faktor pengaruh terhadap keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang
Lebih terperinci