BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan modul pembelajaran Fisika dengan menggunakan model 4D (Four D Model) oleh Thiagarajan dan Sammel (1974) dari tahapan 1 s.d. 4 yaitu: 1) Define (melakukan pengumpulan informasi, termasuk kajian pustaka, pengamatan kelas, membuat kerangka kerja penelitian); 2) Design (melakukan perancangan, merumuskan tujuan penelitian, memperkirakan dana dan waktu yang diperlukan, prosedur kerja penelitian); 3) Develop (mengembangkan bentuk produk awal atau perancangan draf awal produk dan memvalidasi produk, serta melakukan uji coba lapangan permulaan, dan uji coba lapangan utama); 4) Disseminate (penyebarluasan produk yang dilakukan terbatas pada sekolah yang di uji cobakan). Tabel 4.1. Deskripsi Data Proses Penelitian Pengembangan Modul Berbasis KPS No Tahap Sumber Data Teknik Instrumen 1. Studi Pendahul uan Siswa dan guru 1. Lembar observasi 2. Angket 2. Desain Produk 3. Validasi Desain 4. Uji coba terbatas 1. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam kelas 2. Keintegrasian pembelajaran dengan kemampuan berpikir siswa 3. Materi fisika 4. Karakter siswa Dosen Draf I produk pembim- pengembangan bing modul dan revisi pembimbing Validator Draf I produk pengembangan modul dan penilaian serta saran. Siswa Draf II produk: dan guru 1. Penilaian kognitif 1. Studi pustaka 2. Observasi 3. Wawancara 4. Angket Pola desain produk Lembar validasi produk 1. Revisi uji coba terbatas 92

2 93 5. Uji coba luas Siswa, guru, observer 2. Penilaian psikomotor 3. Penilaian afektif 4. Respon siswa dan guru Draff III Produk: 1. Penilaian kognitif 2. Penilaian psikomotor 3. Penilaian afektif 4. Respon siswa dan guru 2. Angket respon siswa 1. Pedoman wawancara 2. Lembar revisi uji coba luas 3. Angket respon siswa Hasil penelitian dan pengembangan ini adalah modul fisika pada materi dinamika gerak berbasis KPS (Keterampilan Proses Sains). Berdasarkan data pada tabel 4.1 dari setiap tahapan prosedur penilaian pengembangan yang dilakukan sebagai berikut: 1. Tahap Pendefinisian (Define) Tahap ini merupakan tahapan yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang ada dalam proses pembelajaran dan menjadi dasar untuk merancang produk berupa modul. Pada tahapan ini dilakukan analisis pada siswa, materi dan kurikulum yang sudah berjalan di SMA Warga Surakarta. a. Studi Pustaka Hasil studi pustaka yang dilakukan diantaranya adalah menganalisis SK dan KD yang memungkinkan untuk dipilih sebagai acuan pengembangan modul pembelajaran, hal ini bertujuan untuk pemilihan materi yang akan dikembangkan. Studi pustaka yang dilakukan untuk mengetahui bahan ajar yang digunakan di sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan dan pengembangan Modul Fisika Berbasis Keterampilan Proses Sains. Analisis mengenai bahan ajar menunjukkan bahwa di sekolah masih menggunakan buku ajar yang terbatas, buku yang menunjang belajar siswa hanya buku BSE yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas, serta tidak melakukan kegiatan eksperimen. Karena commit kegiatan to user eksperimen tidak pernah dilakukan,

3 94 maka keterampilan proses sains siswa belum bisa terlatih, seperti: mengamati, mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, melakukan percobaan, menganalisis data, menyimpulkan dan mengkomunikasikan, akibatnya potensi siswa belum dapat dimanfaatkan secara optimal. b. Analisis Dokumentasi Langkah awal yang dilakukan peneliti dalam mengembangkan modul fisika juga dengan mengidentifikasi kebutuhan dari modul yang digunakan. Analisis kebutuhan ini untuk menunjang pemilihan materi yang akan disampaikan didalam modul. Peringkat Pencapaian Materi Fisika Siswa SMA Warga Surakarta dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Peringkat Pencapaian Materi Fisika Siswa SMA Warga Surakarta No. Materi Besar Penguasaan (%) 1. Besaran, satuan dan vektor 60,92 2. Gelombang, bunyi dan cahaya 50,25 3. Fisika modern 49,88 4. Kinematika 41,38 5. Fluida statik dan fluida dinamik 37,93 6. Dinamika gerak dan perubahan energi 37,04 7. Kemagnetan dan elektromagnetik 36,21 8. Suhu, kalor dan hukum termodinamika 33,72 9. Listrik statik dan listrik dinamis 28,16 Berdasarkan Tabel 4.2. diketahui bahwa hasil analisis dokumentasi dalam hal hasil belajar siswa, diperoleh bahwa besar penguasaan siswa terhadap materi dinamika gerak mencapai 61,9% dan merupakan peringkat 6 dari total 9 materi Fisika kelas X. Sebagai solusi permasalahan tentang minimnya penguasaan materi dinamika gerak di SMA Warga Surakarta maka disusun modul fisika pada materi dinamika gerak berbasis Keterampilan Proses Sains.

4 95 c. Analisis Kebutuhan Penyusunan modul dilakukan berdasar kajian literatur modul yang baik oleh Daryanto (2013) dengan langkah pembelajaran pada modul berdasarkan langkah pendekatan keterampilan proses sains menurut Valentino (2000) yaitu mengamati, mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, melakukan percobaan, menganalisis data, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Isi dalam modul disesuaikan dengan kebutuhan guru dan siswa sebagai berikut: 1) Analisis Kebutuhan Guru Berdasarkan angket analisis kebutuhan guru, dalam proses pembelajaran, guru sudah menggunakan modul rangkuman sendiri untuk membelajarkan materi fisika. Guru mata pelajaran fisika juga sudah menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam membelajarkan fisika. Pendekatan Keterampilan Proses Sains dianggap sangat penting oleh guru, karena dinilai akan lebih memberikan kesan mendalam pada siswa. Dari tahapan pendekatan Keterampilan Proses Sains, terdapat beberapa tahapan yang belum sering dilakukan oleh guru, salah satunya adalah tahapan mengklasifikasikan. Menurut hasil angket analisis guru, siswa kelas X MIA di SMA Warga pada umumnya memiliki kemampuan sedang dalam hal merubah data menjadi grafik, dan memiliki kemampuan rendah dalam hal merubah grafik menjadi persamaan dan dalam hal melakukan analisis grafik dan data. Selain sudah memiliki laboratorium IPA, SMA Warga juga telah memiliki fasilitas laboratorium komputer. Namun keberadaan laboratorium komputer tersebut belum dimanfaatkan secara optimal sebagai tempat proses belajar mengajar untuk mempelajari materi Fisika. Menurut guru mata pelajaran fisika, media ajar yang perlu dikembangkan agar lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa diantaranya adalah berupa animasi/video dalam kehidupan sehari-hari yang menggambarkan commit peristiwa to user dinamika gerak.

5 96 Hasil wawancara dengan guru, memperoleh informasi tentang modul yang diinginkan guru yaitu: sesuai dengan kurikulum yang berlaku, bahan ajar yang digunakan harus dapat melatih siswa untuk membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri, siswa dapat terlibat penuh dalam pembelajaran yang melibatkan dengan kehidupan nyata sehingga mudah dipahami siswa, praktis dan komunikatif, terdapat kegiatan praktikum/demonstrasi yang sesuai dengan materi, terdapat tugas/soal latihan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, materi pelajaran yang disampaikan dapat menarik minat siswa, singkat, jelas dan mudah dipahami, terdapat video aplikasi dalam kehidupan sehari-hari 2) Analisis Kebutuhan Siswa Hasil analisis kebutuhan kelas X SMA Warga Surakarta ditunjukkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Analisis Kebutuhan Siswa Kelas X SMA Warga Surakarta No Aspek yang ingin diketahui 1. Ketersediaan buku pelajaran fisika Indikator Ketersediaan buku pelajaran dan pegangan lain hasil 1. Siswa memiliki buku pelajaran fisika Ya = 86% Tidak = 14% 2. Sumber belajar lain yang dimiliki siswa Buku paket = 17% LKS = 3% Modul = 65% Lainnya = 15% 3. Siswa mencari sumer lain untuk mempelajari materi Ya = 79% Tidak = 21% 4. Bapak/ibu guru mengunakan bahan ajar khusus Ya = 100% Tidak = 0%

6 97 2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran fisika 1. Pengguna an model keterampi lan proses sains pada pembelaja ran fisika 2. kemampu an berpikir kritis siswa 1. Bapak/Ibu guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang perlu dicapai pada suatu materi fisika Ya = 93% Tidak = 7% 2. Bapak/Ibu guru sering membimbing siswa untuk melakukan demonstrasi / percobaan terkait materi fisika yang sedang anda pelajari Ya = 86% Tidak = 14% 3. Bapak/Ibu guru Anda membimbing anda dalam diskusi kelompok untuk memahami konsep fisika Sering = 97% Tidak Pernah = 3% 4. Bapak/Ibu guru membimbing melakukan kegiatan pengamatan terhadap fenomena di lingkungan sekitar terkait materi fisika yang sedang diajarkan Sering = 62% Tidak Pernah = 38% 5. Bapak/Ibu guru membimbing melakukan proses klasifikasi / pengelompokan berbagai fenomena di lingkungan sekitar terkait materi fisika yang sedang diajarkan Sering = 59% Tidak Pernah = 41% 6. Bapak/Ibu guru membimbing mengkomunikasikan atau mendiskusikan fenomena di lingkungan sekitar terkait materi fisika yang sedang diajarkan baik

7 98 dalam kelompok maupun di depan teman sekelas Sering = 59% Tidak Pernah = 41% 3. Kegiatan pembelaja ran yang disukai siswa 7. Siswa bisa merubah data dalam bentuk tabel ke dalam bentuk grafik Bisa = 48% Tidak bisa = 52% 8. Siswa bisa merubah data dalam bentuk grafik kedalam bentuk persamaan Bisa = 41% Tidak Bisa = 59% 9. Siswa sering menyajikan hasil kerja/hasil diskusi kelompok di depan teman sekelas Sering = 76% Tidak Pernah = 24% 10. Siswa sering membuat suatu kesimpulan Sering = 76% Tidak Pernah = 24% 11. Siswa sering mengajukan pertanyaan kepada guru jika diberi kesempatan untuk bertanya Sering = 59% Tidak Pernah = 41% 12. Siswa berani mengungkapkan ide baru kepada guru atau teman Berani = 28% Kurang Berani = 72% Tidak Berani = 0% 13. Kegiatan pembelajaran Fisika yang disukai siswa - Diskusi kelas - Menyenangkan - Disertai kegiatan praktikum/demonstrasi sehingga siswa bisa

8 99 3. Kesulitan yang dirasakan siswa dalam mempelajari fisika 4 Harapan siswa terhadap pembelajaran fisika Kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari Fisika Kegiatan pembelajaran Fisika yang diinginkan siswa praktik secara langsung - Menggunakan media yang menarik dan variatif Siswa sering mengalami kesulitan mempelajari konsep fisika dari buku sumber yang di gunakan Sering = 66% Tidak Pernah = 34% 1. Siswa membutuhkan bahan ajar alternatif yang dapat digunakan untuk mempelajari konsep fisika secara lebih mudah dan menarik Membutuhkan = 97% Tidak Membutuhkan = 3% 2. Bahan ajar yang diinginkan siswa - Menarik dan menyenangkan - Mudah dipahami - Mendorong siswa untuk bisa diskusi - Berupa media yang mudah dioperasikan - Terdapat video contoh aplikasi dalam dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa meskipun siswa telah memiliki bahan sumber belajar untuk mempelajari fisika, tetapi siswa masih mencari sumber belajar lain. Beberapa indikator dalam analisis kebutuhan juga menyatakan bahwa kemampuan berfikir kritis siswa masih perlu ditingkatkan. Ditunjukkan dengan adanya beberapa siswa dalam kelas sampel memiliki kemampuan yang rendah dari beberapa aspek berfikir kritis. Sebagian besar siswa dalam kelas sampel juga sering merasa kesulitan dalam mempelajari fisika dari buku sumber

9 100 yang digunakan. Dari analisis kebuhan juga diperoleh bahwa siswa sangat membutuhkan bahan sumber belajar alternative yang menarik dan menyenangkan, mudah dipahami dan dioperasikan, dapat mendorong siswa untuk melakukan diskusi kemudian disertai video contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hasil wawancara dengan siswa juga memperoleh informasi diantaranya : siswa membutuhkan bahan belajar pendamping untuk mempelajari materi pelajaran yang sedang di sampaikan. Bahan belajar pendamping tersebut dikemas lebih menarik, mudah dipahami, mudah dioperasikan dan menampilkan video contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. d. Analisis motivasi belajar siswa Pengembangan bahan ajar berupa modul ini juga bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga pada siswa diberikan angket motivasi sebanyak 40 butir pernyataan untuk mengukur motivasi belajar siswa sebelum proses pengembangan dilakukan, serta dilakukan observasi sebagai data pendukung dari pengisian angket motivasi siswa tersebut. Sardiman (2011:83) mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang bermotivasi ada 8 aspek, dan hasil observasi awal motivasi belajar siswa ditunjukkan pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Observasi Awal Motivasi Belajar Siswa No. Aspek Motivasi Rerata 1. Tekun dalam menghadapi tugas Ulet dalam menghadapi kesulitan Menunjukkan minat Senang bekerja mandiri Cepat bosan pada tugas rutin Dapat mempertahankan pendapatnya Tidak mudah melepas hal yang diyakini Senang mencari dan memecahkan masalah soalsoal 2.84 Berdasarkan Tabel 4.4. tentang hasil observasi awal motivasi belajar siswa dapat disimpulkan commit to bahwa user kondisi awal motivasi belajar

10 101 siswa masih perlu ditingkatkan. Terbukti bahwa siswa masih cepat bosan terhadap tugas rutin yang dijalani, senang bekerja secara mandiri, kurang dapat mempertahankan pendapat dan kurang senang mencari dan memecahkan masalah soal. 2. Tahap Perencanaan (Design) Berdasarkan hasil tahap studi pendahuluan dan analisis kebutuhan maka dapat dilakukan perencanaan produk pengembangan pembelajaran berupa modul. Tahap perencanaan meliputi perencanaan awal bentuk akhir media, perencanaan template media, perencanaan penyajian materi, serta perencanaan menu akses dalam media. a. Spesifikasi produk Modul yang dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1) Kompetensi Dasar yang dipilih untuk dikembangkan adalah KD 5.1. yaitu menerapkan hukum newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal 2) Tujuan Pembelajaran disesuaikan dengan Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses, yang didalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar, dikembangkan sesuai hakikat sains dan terdiri dari tujuan pembelajaran kognitif produk, kognitif proses, psikomotor, dan afektif. Berdasarkan hal tersebut maka produk pengembangan modul fisika diharapkan dapat memberikan kontribusi program pembelajaran melalui keterampilan proses sains sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. 3) Penyusunan indikator pembelajaran disesuaikan dengan pencapaian kompetensi dasar yang diinginkan, dirumuskan dengan cakupan kompetensi yang terkandung di dalam KD dan dikembangkan sesuai hakikat sains menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan terdiri dari indikator kognitif produk yang dimulai dari C4 sampai

11 102 C6 sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sesuai taksonomi Bloom. 4) Bahan ajar yang dikembangkan berupa modul elektronik berbasis Keterampilan Proses Sains. Modul berisi tentang kegiatan belajar yang disusun secara sistematis dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar secara mandiri. Modul dilengkapi dengan kegiatan eksperimen dan berdiskusi secara kelompok sehingga selain digunakan secara mandiri juga dapat melatih karakter siswa dalam bekerjasama, kedisiplinan, tanggung jawab, berpendapat dengan teman kelompok, di dalam modul juga dilengkapi dengan latihan soal untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Modul yang dikembangkan terdiri dari tiga kegiatan belajar yaitu Hukum 1 Newton, Hukum 2 Newton dan Hukum 3 Newton. Tahapan keterampilan proses sains yang ada di dalam tiap kegiatan belajar antara lain : mengamati, mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, melakukan eksperimen, analisis data, menyimpulkan dan mengomunikasikan. 5) Keterampilan proses sains diintegrasikan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya dari masalah yang disediakan pada modul. Diharapkan siswa dapat merumuskan masalah, menentukan hipotesis, mengidentifikasi variabel, memperoleh data melalui kegiatan praktikum, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan yang diharapkan akan melatih siswa dalam proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan sehingga secara nyata dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuannya dalam berpikir. Selain untuk meningkatkan kemampuan dalam berfikir, diharapkan motivasi belajar siswa juga dapat meningkat.

12 103 6) Masalah berkaitan dengan fenomena sehari-hari sehingga dapat dijadikan contoh nyata dalam mempelajari materi dinamika gerak, memudahkan siswa dalam menemukan dan mempelajari konsep sehingga akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa. b. Desain Awal Modul Komponen pada tahapan perencanaan merupakan bahan yang akan digunakan sebagai pengembangan modul fisika, selanjutnya membuat desain awal modul yang didalamnya terdapat tahapan Keterampilan Proses Sains sebagai karakteristik modul. Produk yang dihasilkan berupa Modul Fisika Berbasis Keterampilan Proses Sains sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada materi dinamika gerak yang terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup, yaitu: 1) Pendahuluan Bagian pendahuluan modul berisi tentang : a) Judul b) Halaman francais c) Kata pengantar d) Daftar Isi e) Pendahuluan f) Bagian-bagian modul g) Peta konsep 2) Isi Modul yang disusun terdiri dari 3 kegiatan belajar, dimana pada bagian isi berisi tentang : a) Video pendahuluan tentang fenomena sehari-hari sesuai dengan materi yang akan dipelajari b) Kegiatan keterampilan proses sains, meliputi: mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi

13 104 variable, melakukan percobaan, menganalisis data, menyimpulkan dan mengomunikasikan. c) Materi yang disusun secara khusus, dimana didalamnya terdapat artikel, gambar, video, animasi dan simulasi d) Contoh soal e) Soal diskusi f) Halaman kosong sebagai catatan kegiatan pembelajaran 3) Penutup Pada bagian penutup berisi tentang : a) Rangkuman materi b) Test Uji Kompetensi c) Daftar Pustaka d) Glosarium Dari tahap perencanaan ini kemudian dilakukan tahap pengembangan. c. Pola Pengintegrasian Modul Modul yang dikembangkan mengintegrasikan keterampilan proses sains dalam setiap kegiatan belajar. Langkah-langkah keterampilan proses sains meliputi: 1) mengamati, 2) merumuskan masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4) mengidentifikasi variabel, 5) melakukan percobaan, 6) analisis data, 7) menyimpulkan dan 8) mengomunikasikan. Terdapat tiga kegiatan belajar dalam modul dengan sub bab materi diantaranya: 1) Hukum I Newton, 2) Hukum II Newton, 3) Hukum III Newton. Sebagai contoh tahapan awal mengamati pada kegiatan belajar I. Dalam tahapan mengamati, dalam modul menyajikan video tentang kegiatan seorang anak dalam membuktikan Hukum I Newton. Didalam video terdapat dua orang anak yang melakukan kegiatan percobaan dengan menggunakan telor, gelas berisi air, piring, dan pipa paralon sebagai penyangga telur, kemudian commit disusun to user dengan posisi telur berada pada posisi

14 105 paling atas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2. Setelah itu anak tersebut memukul piring dengan keras hingga terlontar. Telur yang berada di atas pipa paralon akhirnya jatuh kedalam gelas berisi air. Siswa mengamati kegiatan yang ada di dalam video tersebut. Kemampuan berfikir kritis yang diharapkan muncul adalah membangun keterampilan dasar diantaranya mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi sehingga siswa dapat memberi penjelasan sederhana tentang peristiwa dalam video yang diamati. Aspek motivasi belajar yang diharapkan muncul adalah tekun dan menunjukkan minat. Pola pengintegrasian modul dapat dilihat pada Tabel 2.5. Gambar 4.1. Contoh Video dalam Proses Mengamati Kegiatan Belajar I

15 Tahap Pengembangan (Develop) Dalam tahap pengembangan ini, diharapkan dapat menghasilkan produk berupa modul Fisika berbasis keterampilan proses sains. Setelah draft 1 modul dihasilkan, kemudian dilakukan proses validasi sehingga menghasilkan draf II yang telah diperbaiki berdasarkan saran dan perbaikan oleh para ahli. Pada tahap ini validator yang dilibatkan adalah ahli, teman sejawat (peer review), dan guru. Validasi ahli meliputi ahli materi dan ahli media, keduanya untuk mengetahui kebenaran isi dan format modul pembelajaran. Validasi teman sejawat yaitu validasi dari dua mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk mengetahui keterbacaan materi dan format modul. Sedangkan validasi guru yaitu validasi dari dua guru Fisika SMA untuk mengetahui kemungkinan keterlaksanaan pembelajaran menggunakan modul pembelajaran yang dikembangkan. a. Validasi Ahli Materi Penilaian terhadap media pembelajaran oleh ahli materi disajikan dalam Tabel 4.5. dengan menggunakan skala likert rentang nilai terendah 1 dan tertinggi 4. Aspek yang dinilai meliputi kelayakan isi yang berisi tentang kelayakan isi, kelayakan bahasa dan kelayakan penyajian. Ahli materi yang berperan dalam dalam penilaian produk media ini adalah beliau yang bergelar doctor dan ahli dalam materi pembelajaran fisika. Validasi ahli materi dilakukan sebanyak 2 kali. Pada tahap pertama saran dan masukan dari ahli materi dijadikan acuan untuk revisi isi materi. Hasil revisi kemudian diajukan untuk penilaian yang kedua. Hasil validasi oleh ahli materi disajikan dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5. Hasil Validasi Ahli Materi No. Aspek Rata-Rata Kategori 1. Kelayakan isi 3,78 Sangat Baik 2. Kelayakan bahasa 4,00 Sangat Baik 3. Kelayakan penyajian 3,79 Sangat Baik Rata-Rata Keseluruhan commit Aspek to user 3,85 Sangat Baik

16 107 Validasi Materi Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Gambar 4.2. Histogram Hasil Validasi Ahli Materi Berdasarkan hasil validasi ahli materi modul pada Tabel 4.5., diperoleh rata-rata aspek kelayakan isi sebesar 3,78. Dalam aspek kelayakan isi, kedalaman materi dan ketepatan ilustrasi mendapatkan nilai 3 karena dinilai masih kurang dan membutuhkan revisi. Terdapat ilustrasi video yang perlu direvisi pada kegiatan belajar III, Video pendahuluan berupa video lomba perahu kano, diganti dengan video orang yang naik diatas skateboard kemudian meluncur karena adanya dorongan dari gas tabung APAR. Selain itu video 3.1. yang awalnya video lomba dayung, diganti video kompetisi tarik tambang. Aspek yang kedua tentang kelayakan bahasa menghasilkan nilai rata-rata sebesar 4. Menurut validator materi, bahasa yang dipakai dalam modul sudah sesuai dan tidak memunculkan salah penafsiran. Aspek yang ketiga tentang kelayakan penyajian yang menghasilkan rata-rata sebesar 3,79. Bagian awal (pendahuluan), variasi penyajian dan contoh dan kasus yang up-to-date dan pustaka mutakhir mendapat nilai 3. Hal ini dikarenakan terdapat bagian awal berupa video dan keterangan yang perlu direvisi dan video yang ditampilkan bukan video yang terbaru. Data keseluruhan yang didapatkan menunjukkan penilaian terhadap materi modul mempunyai rata-rata sebesar 3,85 dari keseluruhan

17 108 aspek yang dikategorikan Sangat Baik tetapi masih perlu dilakukan perbaikan berdasarkan saran dan masukan validator materi. b. Validasi Ahli Media Tabel 4.6. Hasil Validasi Ahli Media No. Aspek Rata-Rata Kategori 1. Ukuran fisik modul 4,00 Sangat Baik 2. Tata letak cover modul 3,67 Sangat Baik 3. Tipografi cover modul 4,00 Sangat Baik 4. Ilustrasi Kover Modul 3,34 Baik 5. Tata Letak Isi Modul 3,93 Sangat Baik 6. Tipografi Isi Modul 4,00 Sangat Baik 7. Ilustrasi Isi Modul 4,00 Sangat Baik Rata-Rata Keseluruhan Aspek 3,84 Sangat Baik Validasi Media Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6 Aspek 7 Gambar 4.3. Histogram Hasil Validasi Ahli Media Berdasarkan hasil validasi ahli media pada Tabel 4.6, diperoleh rata-rata 4 untuk aspek ukuran fisik modul. Ukuran modul dinilai sudah baik dan sesuai. Aspek tata letak cover modul mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,67, hal ini karena terdapat beberapa indikator dalam aspek tata letak cover modul yang mendapat nilai 3. Beberapa indikator tersebut diantaranya: 1) Penampilan unsur tata letak pada kulit muka, belakang, dan punggung secara harmonis, memiliki irama dan kesatuan (unity), serta konsisten (sesuai pola), 2) commit menampilkan to user pusat pandang (center point) yang

18 109 baik dan jelas, 3) Komposisi dan ukuran unsur tata letak (judul, pengarang, ilustrasi, logo, dll.). Aspek tipografi cover modul mendapat nilai rata-rata sebesar 4, dalam hal ini aspek tipografi modul dinilai sudah baik. Aspek ilustrasi cover modul mendapat nilai rata-rata sebesar 3,34, hal ini dikarenakan terdapat dua indikator dalam modul yang mendapat nilai 3, yaitu Ilustrasi mampu mengungkapkan karakter obyek dan Bentuk, warna, ukuran, proporsi obyek sesuai realita. Aspek tata letak isi modul mendapat nilai rata-rata sebesar 3,93, terdapat satu indikator dalam aspek ini yang mendapat nilai 3, yaitu entang pemisahan antar paragrap kurang jelas, sehingga dibutuhkan revisi. Aspek tipografi isi modul mendapat nilai ratarata sebesar 4 dan ilustrasi isi modul mendapat nilai rata-rata sebesar 4. Data yang didapatkan menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari keseluruhan aspek sebesar 3,84 dikategorikan Sangat Baik tetapi masih perlu dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukan ahli media. c. Validasi Praktisi Pendidikan (Guru) Hasil validasi oleh praktisi pendidikan yang dinilai oleh dua guru fisika dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Hasil Validasi oleh Guru No. Aspek Rata-Rata Kategori 1. Aspek Isi 3,75 Sangat Baik 2. Aspek Metode Penyajian 3,75 Sangat Baik 3. Aspek Bahasa 4,00 Sangat Baik 4. Aspek Ilustrasi 3,75 Sangat Baik 5. Aspek Kelengkapan 3,75 Sangat Baik 6. Aspek Fisik 3,50 Sangat Baik 7. Aspek Keterlaksanaan 4,00 Sangat Baik Rata-Rata Keseluruhan Aspek 3,78 Sangat Baik

19 Validasi oleh Guru Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6 Aspek 7 Gambar 4.4. Histogram Hasil Validasi Modul oleh Guru Berdasarkan hasil validasi oleh praktisi pendidikan pada Tabel 4.7., diperoleh rata-rata 3,75 untuk aspek isi. Hal ini karena terdapat nilai 3 pada beberapa indikator di aspek isi. Diantaranya kesesuaian materi dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan kedalaman materi dinilai perlu ada penambahan dan penyesaian sesuai dengan taraf berpikir siswa. Aspek metode penyajian mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,75, dalam aspek ini, terdapat 2 indikator yang mendapatkan nilai 3, yaitu indikator mendorong siswa menyimpulkan konsep, hukum atau fakta dan mengajak siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut guru, perlu ada RPP yang jelas sesuai dengan modul yang dibuat, sehingga guru dapat mengetahui aktifitas yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam modul. Aspek bahasa menghasilkan nilai rata-rata sebesar 4. Menurut pendapat guru, bahasa yang digunakan dalam modul tidak memunculkkan makna ganda pada siswa. Aspek ilustrasi menghasilkan rata-rata sebesar 3,75, indikator kesesuaian penempatan ilustrasi/gambar mendapatkan nilai 3. Karena terdapat gambar yang kurang jelas dan peru direvisi. aspek kelengkapan menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,75, karena indikator kejelasan petunjuk menggunakan modul mendapat nilai 3. Perlu ada petunjuk yang jelas terkait tata cara penggunaan modul, karena modul

20 111 berupa modul elektroni yang memerlukan arahan penggunaan modul. aspek fisik menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,5. Indikator kejelasan dan gambar mendapat nilai 3, karena terdapat beberapa tulisan yang terlalu kecil dan kurang jelas ketika dibaca. Aspek yang terakhir tentang aspek keterlaksanaan menghasilkan nilai rata-rata sebesar 4. Nilai rata-rata yang diperoleh dari keseluruhan aspek sebesar 3,78 dan berada pada kategori Sangat Baik tetapi masih perlu perbaikan. d. Validasi Teman Sejawat Hasil validasi oleh teman sejawat dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Hasil Validasi Teman Sejawat No. Aspek Rata-Rata Kategori 1. Aspek Isi 3,67 Sangat Baik 2. Aspek Metode Penyajian 3,75 Sangat Baik 3. Aspek Bahasa 3,63 Sangat Baik 4. Aspek Ilustrasi 3,50 Sangat Baik 5. Aspek Kelengkapan 3,75 Sangat Baik 6. Aspek Fisik 4,00 Sangat Baik 7. Aspek Keterlaksanaan 3,75 Sangat Baik Rata-Rata Keseluruhan Aspek 3,72 Sangat Baik Validasi oleh Teman Sejawat Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6 Aspek 7 Gambar 4.5. Histogram Hasil Validasi Modul oleh Teman Sejawat

21 112 Berdasarkan hasil validasi oleh teman sejawat pada Tabel 4.8., diperoleh rata-rata 3,67 untuk aspek isi. Terdapat 3 indikator dalam aspek isi yang mendapat nilai 3, diantaranya: 1) menekankan kemampuan berfikir kritis, 2) kedalaman materi sesuai dengan taraf berfikir siswa, dan 3) informasi yang dikemukakan mengikuti perkembangan zaman. Aspek yang kedua adalah metode penyajian menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,75. Dalam aspek ini terdapat 2 indikator yang mendapat nilai 3, yaitu memberikan pengalaman langsung dan mendorong siswa menyimpulkan konsep, hukum atau fakta. Hal ini karena terdapat beberapa kalimat dalam tabel yang perlu direvisi karena dapat memunculkan kebingungan siswa. Aspek yang ketiga adalah aspek bahasa yang menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,63. Terdapat 3 aspek yang mendapat nilai 3, diantaranya: 1) kalimat tidak menimbulkan makna ganda, 2) bahasa yang digunakan komunikatif, dan 3) bahasa yang digunakan menarik para siswa. Terkait aspek bahasa, terdapat beberapa kalimat perintah dan arahan siswa yang perlu dilakukan revisi, agar mudah dipahami oleh siswa. Aspek ilustrasi menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,5. Indikator kesesuaian penempatan ilustrasi/gambar mendapatkan nilai 3. Terdapat penempatan gambar yang kurang sesuai dan perlu dilakukan revisi. Aspek selanjutnya tentang aspek kelengkapan menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,75, indikator petunjuk penggunaan modul disajikan dengan jelas mendapat nilai 3. Jadi perlu dilakukan revisi terhadap petunjuk penggunaan modul agar jelas dan modul dapat mudah digunakan oleh siswa. Aspek fisik menghasilkan nilai rata-rata sebesar 4. Validator sejawat menyatakan bahwa sampul modul menarik dan jelas, tetapi terkait background sampul perlu diganti agar tampilan tidak pecah. Aspek yang terakhir adalah aspek keterlaksanaan sebesar 3,75. Indikator keterlaksanaan kegiatan percobaan mendapat nilai 3, karena tidak terdapat alokasi waktu pada modul pada tiap tahapnya. Revisi dilakukan pada RPP yang digunakan, waktu dalam commit RPP to user disesuaikan dengan langkah-klangkah

22 113 dalam modul dan alokasi waktu yang tersedia sehingga kegiatan praktikum dapat dilaksanakan. Rata-rata keseluruhan aspek pada validator teman sejawat menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,72 dan berada pada kategori Sangat Baik, tetapi masih perlu perbaikan berdasarkan saran dan masukan oleh validator teman sejawat. Dari hasil validasi rata-rata oleh ahli materi, ahli media, ahli bahasa, praktisi pendidikan, dan teman sejawat, dapat digambarkan seperti pada Gambar Rekap Hasil Validasi Ahli Materi Ahli Media Guru Teman Sejawat Gambar 4.6. Histogram Validasi Ahli, Praktisi, dan Teman Sejawat Dari Gambar 4.6, diperoleh hasil rata-rata validasi modul yang dilakukan oleh ahli materi, ahli media, praktisi pendidikan (guru) dan teman sejawat. Validasi yang dilakukan pada ahli materi mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,85 yang memenuhi kriteria sangat baik. Hasil validasi yang dilakukan oleh ahli media menghasilkan rata-rata 3,85 yang memenuhi kriteria sangat baik. Hasil validasi pada praktisi pendidikan yang dilakukan pada 2 guru fisika menghasilkan rata-rata 3,78 yang memenuhi kriteria baik. Selain itu validasi yang dilakukan pada 2 teman sejawat juga menghasilkan rata-rata 3,72 yang memenuhi kriteria baik pula. Dari beberapa hasil validasi tersebut, rata-rata

23 114 hasil validasi dari keseluruhan validator sebesar 3,80 sehingga dapat disimpulkan bahwa modul telah memenuhi kriteria sangat baik, dan dapat diujikan pada kelas kecil. Tetapi sebelum modul diuji coba pada kelas kecil, perlu dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukan oleh para validator. 4. Revisi Produk Tahap I Berdasarkan validasi yang telah dilakukan oleh validator ahli, validator bahasa, praktisi pendidikan, dan teman sejawat diperoleh beberapa masukan atau saran untuk perbaikan/revisi modul sebelum dilakukan uji dalam skala terbatas. Saran serta perbaikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Saran dan Masukan Validasi Ahli Materi No Saran dan Masukan Revisi Produk I 1. Video pendahuluan Hukum III Newton harap diganti diganti. Video pendahuluan yang awalnya lomba perahu kano, diganti dengan video orang yang naik diatas skateboard kemudian meluncur karena adanya dorongan dari gas 2. Video 3.1. yang awalnya video lomba dayung, diganti video yang lebih aplikatif 3. Tata penulisan persamaan yang ada harus dicetak miring 4. Setiap gambar/video harus ada nama/keterangannya 5. Lebih diperhatikan lagi dalam menggambar garis gaya, agar tidak menimbulkan salah konsep pada siswa tabung APAR Video 3.1. yang awalnya video lomba dayung, diganti dengan video kompetisi tarik tambang Memperbaiki tata cara penulisan persamaan dalam modul Memperbaiki kelengkapan keterangan pada video/gambar yang ditampilkan dalam modul Memperbaiki tata cara menggambar garis gaya Gambar 4.7. Revisi Garis Gaya commit pada to Benda user

24 115 Gambar 4.8. Revisi Video Pendahuluan Hukum III Newton Tabel Saran dan Masukan Validasi Ahli Media No Saran dan Masukan Revisi Produk I 1. Kalimat perintah lebih Menyederhanakan kalimat disederhanakan perintah yang ada didalam modul 2. Perhatikan penulisan kata Periksa kembali tata cara penulisan berdasarkan EYD kalimat pada modul 3. Meskipun modul elektronik Membuat modul cetak untuk berbentuk file, tetapi sediakan pegangan guru modul cetak untuk pegangan guru 4. Layout header footer diperbaiki Memperbaiki header footer pada halaman modul yang masih kurang Gambar 4.9. Revisi Kalimat Perintah pada Bagian Rumusan Masalah Gambar Revisi Kalimat Perintah pada Bagian Rumusan Hipotesis

25 116 Gambar Revisi Kalimat Perintah pada Bagian Identifikasi Variabel Gambar Revisi Kalimat Tujuan Percobaan Sesuai EYD Tabel Saran dan Masukan Validasi Praktisi Pendidikan (Guru) No Saran dan Masukan Revisi Produk I 1. Diberi alokasi waktu yang jelas Perbaikan RPP untuk kelas tiap sub bab nya sampel 2. Diberi tambahan latihan soal atau tugas yang harus diselesaikan diluar jam pembelajaran Contoh soal dan diskusi bisa dilakukan siswa di luar jam pembelajaran Tabel Saran dan Masukan Validasi Teman Sejawat No Saran dan Masukan Revisi Produk I 1. Layout halaman depan perlu diperbaiki Perbaikan pada layout halaman depan modul 2. Lebih menggunakan video yang Menampilkan video dalam aplikatif dalam kehidupan seharihari kehidupan sehari-hari

26 117 Gambar Revisi Halaman Sampul Pada Modul Berdasarkan saran dan masukan dari ahli materi dan ahli media, praktisi pendidikan dan teman sejawat, selanjutnya dilakukannya revisi pada produk modul. Setelah modul selesai direvisi berdasarkan saran dan masukan para validator, maka selanjutnya dilakukan uji coba lapangan terbatas. 5. Uji Coba Kecil Uji coba kecil dilaksanakan di SMA Warga Surakarta dengan jumlah 15 siswa. Uji coba terbatas dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan modul. Siswa melakukan semua tahapan KPS yang ada di dalam modul, memaca kajian teori, mengerjakan soal dan diskusi. Data hasil uji coba terbatas diperoleh dari LKS dan tanggapan siswa terhadap modul yang dikembangkan. Hasil tanggapan siswa pada uji coba terbatas dapat dilihat pada Tabel Tabel Hasil Tanggapan Siswa pada Uji Coba Kecil No Kegiatan Belajar Tanggapan 1 Kegiatan Belajar I 1. Masih terdapat pertanyaan yang membingungkan siswa 2. Penambahan ilustrasi gambar pada soal evaluasi 3. Penambahan ilustrasi gambar pada soal diskusi commit 4. Siswa to user butuh soal arahan untuk menarik kesimpulan

27 118 2 Kegiatan Belajar II 1. Pada lembar identifikasi variable, kata jawaban lebih baik diganti dengan hipotesis, supaya sesuai dengan perintah sebelumnya 2. Lebih diberi penjelasan pada kegiatan praktikum 3. Penambahan ilustrasi gambar pada soal diskusi 3 Kegiatan Belajar III 1. Terdapat kalimat perintah yang kurang sesuai 2. Perbaikan pada tabel analisis data 3. Penambahan ilustrasi gambar pada contoh soal dan diskusi Berdasarkan tanggapan siswa pada hasil uji kecil yang ditunjukkan pada tabel 4.13., maka perlu dilakukan revisi modul berdasarkan tanggapan siswa setelah melaksanakan seluruh tahapan dalam modul, membaca dan menjawab soal dalam modul. Setelah dilakukan revisi, maka selanjutnya dilaksanakan uji besar untuk menerapkan modul dalam pembelajaran. 6. Hasil Revisi Produk Hasil Uji Coba Terbatas Berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas, didapatkan data berupa tanggapan dari siswa, dapat dilihat pada Tabel Tabel Saran dan Hasil Revisi Tahap II No. Saran dan Masukan Revisi Produk II 1. Perlu ditambahkan gambar ilustrasi pada soal evaluasi dan diskusi agar tidak membingungkan siswa 2. Perbaikan tabel isian data percobaan pada kegiatan belajar II Telah dilakukan penambahan gambar ilustrasi pada soal evaluasi dan diskusi. Sudah dilakukan perbaikan tabel pada tabel isian data percobaan pada kegiatan belajar II 3. Perbaikan pada perintah Sudah dilakukan perbaikan pada identifikasi variabel, kata perintah identifikasi variabel, kata jawaban diganti dengan jawaban diganti dengan hipotesis, supaya sesuai hipotesis, supaya sesuai dengan dengan perintah sebelumnya perintah sebelumnya 4. Perbaikan pada tabel analisis Sudah dilakukan perbaikan pada tabel data pada kegiatan belajar III analisis data pada kegiatan belajar III

28 119 Berdasarkan saran dan masukan pada uji coba lapangan terbatas yang akan digunakan sebagai bahan perbaikan modul fisika berbasis keterampilan proses sains. Tahapan selanjutnya, yaitu modul yang telah mengalami perbaikan pada tahapan revisi produk II, akan digunakan dalam uji coba lapangan operasional. Berikut ini merupakan revisi yang dilakukan uji coba kelas terbatas : Gambar Revisi Penambahan Gambar pada Latihan Soal Gambar Revisi Tabel pada Kegiatan Belajar II Gambar Revisi Kalimat Arahan pada Identifikasi Variabel Gambar Revisi Tabel pada Percobaan 1 Kegiatan Belajar III 7. Uji Coba Besar Data yang diperoleh dari hasil uji coba besar adalah data hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif sekaligus sebagai hasil kemampuan berpikir kritis siswa, afektif, dan psikomotor, serta hasil observasi dari keterampilan proses sains, kemampuan berfikir commit kritis to user dan motivasi belajar siswa. Sebelum

29 120 modul diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran, siswa diberi pretest terlebih dahulu. Soal pretest terdiri dari 20 soal pilihan ganda. Soal yang digunakan telah divalidasi oleh validator ahli instrumen pembelajaran. Soal pretest juga telah diuji validitasnya untuk melihat tingkat kevalidan soal. Setelah melakukan pretest, dilakukan proses pembelajaran dengan mengimplementasikan modul elektronik berbasis keterampilan proses sains. Modul elektronik berbasis keterampilan proses sains ini digunakan sebagai modul pendamping utama dalam pembelajaran di kelas. a. Hasil Belajar Siswa 1) Hasil Belajar Kognitif Data hasil belajar kognitif yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest pada tahap uji coba lapangan operasional meliputi nilai evaluasi dan nilai uji kompetensi dengan ranah soal C4 sampai C6 yang merupakan bagian dari peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk menganalisis peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Jika data normal dan homogen maka uji selanjutnya menggunakan menggunakan uji parametrik. dapat dilihat pada Tabel Tabel Hasil Uji Normalitas pretest dan posttest Kelas Kelas Sampel Kelas Kontrol Jenis Tes Kolmogorov-Smirnov a Statistic df Sig. pretest 0, ,200 * post test 0, ,058 pretest 0, ,200* post test 0, ,058 Tabel Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas Sampel Jumlah Standar Nilai Nilai Jenis Tes Mean Siswa Deviasi Minimum Maksimum Pretest 29 35,7 9, Posttest 29 commit 81,37 to user 6,

30 121 Berdasarkan data hasil belajar kognitif siswa pada kelas sampel, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa sebelum diterapkan pembelajaran menggunakan modul sebesar 35,7 dengan standar deviasi 9,588 dan nilai minimum yang didapatkan 15, serta nilai maksimum 50. Rata-rata yang didapatkan berdasarkan hasil belajar kognitif siswa setelah diterapkannya pembelajaran menggunakan modul sebesar 81,37 dengan standar deviasi 6,322 dan didapatkan nilai minimum 65, serta nilai maksimum 90. Tabel Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas Kontrol Jenis Tes Jumlah Standar Nilai Nilai Mean Siswa Deviasi Minimum Maksimum Pretest 28 36,61 9, Posttest 28 76,96 6, Berdasarkan data hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa sebelum diterapkan pembelajaran sebesar 36,61 dengan standar deviasi 9,335 dan nilai minimum yang didapatkan 15, serta nilai maksimum 55. Rata-rata yang didapatkan berdasarkan hasil belajar kognitif siswa setelah kegiatan pembelajaran sebesar 76,96 dengan standar deviasi 6,432 dan didapatkan nilai minimum 65, serta nilai maksimum 90. Berdasarkan hasil nilai pretest dan posttest pada kelas sampel dan kelas kontrol, kemudian dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan penerapan modul dengan rumus N-gain ternormalisasi. Hasil N-gain ternormalisasi hasil belajar kognitif siswa diperoleh rata-rata sebesar 0,68. Menurut kriteria Hake (1998: 1) besaran capaian nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa dikategorikan sedang.

31 122 Setelah didapatkan hasil perhitungan N-gain ternormalisasi, kemudian hasil belajar kognitif diuji prasyarat, sebelum dilakukan uji one-way ANOVA (Lampiran 8). Hasil analisis nilai pretest dan posttest hasil belajar kognitif siswa tersaji pada Tabel Tabel Ringkasan Hasil Analisis Nilai Pretest dan Posttest Uji Jenis Uji Hasil Keputusan Kesimpulan Sig pretest Kolmogorov- = 0,128 Smirnov Sig posttest H 0 diterima Data normal = 0,159 Normalitas Homogenit as Hasil Pretest- Posttest Levene-Test Sig 0,127 H 0 diterima one-way ANOVA t = -23,352 p-value = 0,000 H 0 ditolak Data homogen Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas sampel dan kelas kontrol Berdasarkan ringkasan mengenai analisis nilai kognitif siswa diketahui bahwa normalitas data yang diuji menggunakan Kolmogorov-Smirnov diperoleh taraf signifikasi sebesar 0,179 untuk nilai pretest dan 0,061 untuk nilai posttest. Kedua nilai pretest-posttest lebih besar dari α=0,05, sehingga H0 diterima dan mempunyai arti nilai pretest-posttest berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan taraf signifikasi sebesar 0,908>0,05, sehingga H0 diterima dan berarti variasi setiap sampel sama (homogen). Data nilai pretest-posttest berdistribusi normal dan homogen, sehingga selanjutnya akan dilakukan analisis menggunakan uji oneway ANOVA. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil t = -23,352 dengan probabilitas sebesar 0,000 (p-value<0,05), sehingga H0 ditolak. Data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai hasil belajar kognitif sebelum diterapkan pembelajaran menggunakan modul dengan nilai hasil belajar kognitif setelah

32 123 diterapkan pembelajaran menggunakan modul antara kelas sampel dan kelas kontrol. 2) Hasil Belajar Afektif Penilaian hasil belajar afektif siswa dilakukan setiap pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari penilaian karakter dan keterampilan sosial dengan penilaian yang menggunakan lembar observasi dan dinilai oleh dua orang observer, ditampilkan pada Tabel Tabel Hasil Belajar Afektif Observer Kegiatan Belajar I (%) Kegiatan Belajar II (%) Kegiatan Belajar III (%) Observer I 89,42 94,25 94,71 Observer II 86,20 93,10 94,25 Rata-rata 87,81 93,67 94, Penilaian Afektif KB I KB II KB III Observer I Observer II Gambar Histogram Penilaian Afektif Berdasarkan Tabel tentang hasil belajar afektif siswa, diketahui bahwa pada kegiatan belajar I rata-rata hasil belajar afektif siswa sebesar 87,81%, kegiatan belajar II sebesar 93,67 dan kegiatan belajar III sebesar 94,48%. Dari data hasil observasi didapatkan

33 124 bahwa hasil belajar afektif siswa selalu mengalami kenaikan pada tiap kegiatan belajarnya, dengan kategori Sangat Baik. 3) Hasil Belajar Psikomotor Penilaian hasil belajar psikomotor siswa dilakukan setiap pelaksanaan pembelajaran dengan penilaian menggunakan lembar observasi yang dilakukan dua orang observer. Hasil data penilaian belajar psikomotor siswa dapat dilihat pada Tabel Tabel Hasil Belajar Psikomotor Observer Kegiatan Belajar I (%) Kegiatan Belajar II (%) Kegiatan Belajar III (%) Observer I 82,88 85,78 86,67 Observer II 85,56 85,11 90,00 Rata-rata 84,22 85,44 89, Observasi Psikomotor KB I KB II KB III Observer I Observer II Gambar Histogram Observasi Psikomotor Berdasarkan Tabel diketahui bahwa rata-rata hasil observasi psikomotor yang dilakukan oleh dua observer pada kegiatan pembelajaran I sebesar 84,13%, pertemuan kedua sebesar 85,17% dan pertemuan ketiga sebesar 88,39%. Dari hasil observasi juga didapatkan bahwa kemampuan psikomotor siswa tiap pertemuan mengalami kenaikan dengan kategori Sangat Baik.

34 125 a. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran 1) Keterampilan Proses Sains Siswa Hasil keterampilan proses sains siswa diambil dari Lembar observasi oleh dua orang observer terkait lembar kerja siswa dalam modul. Penilaian diambil berdasarkan aspek keterampilan proses sains yaitu merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, identifikasi variabel, melakukan percobaan, menganalisis data, menyimpulkan dan mengkomunikasikan yang kemudian akan dirata-rata pada setiap pertemuan, keterampilan proses sains dibatasi pada delapan aspek karena disesuaikan dengan struktur materi pembelajaran, tersaji pada Tabel Tabel Rekap Observasi Keterampilan Proses Sains Tahapan KPS Kegiatan Belajar Rata-rata I II III (%) Kategori Mengamati 63,33 78,75 90,00 77,36 Sangat Baik Merumuskan Masalah 67,50 83,75 89,17 80,13 Sangat Baik Merumuskan Hipotesis 73,75 86,67 90,00 83,47 Sangat Baik Identifikasi Variabel 58,75 75,00 82,92 72,22 Baik Bereksperimen 76,25 87,50 90,83 84,86 Sangat Baik Analisis Data 77,50 87,08 89,17 84,58 Sangat Baik Menyimpulkan 81,25 88,33 89,58 86,39 Sangat Baik Mengomunikasikan 79,58 88,92 88,33 83,61 Sangat Baik Rata-rata 72,24 83,75 88,75 81,58 Sangat Baik

35 Keterampilan Proses Sains Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Gambar Histogram Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan hasil persentase keterampilan proses sains siswa yang dinilai oleh dua orang observer pada Tabel rata-rata diperoleh berdasarkan aktivitas siswa pada kegiatan belajar I sebesar 72,24%, kegiatan belajar II sebesar 83,75%, dan kegiatan belajar sebesar III 88,75%, dengan rata-rata keseluruhan 81,58%. Dari data hasil observasi juga didapatkan bahwa keterampilan proses sains siswa juga meningkat dari tiap kegiatan belajar. Berdasarkan rata-rata keseluruhan keterampilan proses sains siswa dapat dikategorikan Sangat Baik Dari hasil observasi, diketahui juga bahwa skor tertinggi sampai skor terendah keterampilan proses sains yaitu menyimpulkan (86,38%), bereksperimen (84,86%), analisis data (84,58%), mengomunikasikan (83,61%), merumuskan hipotesis (83,47%), merumuskan masalah (80,14%), mengamati (77,36%), dan yang terendah yaitu identifikasi variable (72,22%). 2) Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Penilaian kemampuan berpikir kritis siswa dilakukan pada kegiatan pembelajaran dan akhir pertemuan/evaluasi akhir dengan

36 127 menggunakan posttest dengan hasil pencapaian sama dengan nilai kognitif, serta dilakukan dengan lembar observasi oleh dua orang observer yang diamati dari aktivitas eksperimen. Pembuatan soal berpikir kritis pada LKS merujuk pada aspek berpikir kritis dari Facione (2011). Data kemampuan berpikir kritis yang diperoleh pada tahap uji coba lapangan operasional dengan menggunakan lembar observasi meliputi enam aspek antara lain fokus pada sebuah pertanyaan, Mengajukan dan menjawab pertanyaan klarifikasi, Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi, Melakukan evaluasi percobaan, Memutuskan sebuah tindakan dan Berinteraksi dengan orang lain. Data hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Tabel Tabel Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Observer Kegiatan Belajar Rata-rata I II III (%) Kategori Observer 1 83,57 87,02 89,17 86,59 Sangat Baik Observer 2 79,04 86,42 88,45 84,64 Sangat Baik Rata-rata 81,30 86,72 88,80 85,61 Sangat Baik Penilaian Kemampuan Berfikir Kritis KB I KB II KB III Observer I Observer II Gambar Histogram Kemampuan Berpikir Kritis

37 128 Berdasarkan Tabel diketahui bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kegiatan belajar I sebesar 81,30, kegiatan belajar II sebesar 86,72 dan kegiatan belajar III sebesar 88,80. Dari hasil observasi, diketahui bahwa rata-rata skor tertinggi sampai skor terendah kemampuan berpikir kritis yaitu fokus pada pertanyaan (95,41%), mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi (92,08%), berinteraksi dengan orang lain (91,25%), membuat induksi dan mempertimbangkan induksi (89,17%), mengajukan dan menjawab pertanyaan klasifikasi (88,75%), mengevaluasi percobaan (82,5%), dan skor terendah yaitu memutuskan sebuah tindakan (82,5%). Meskipun demikian, setiap kali pertemuan menunjukkan bahwa hasil kemampuan berpikir kritis siswa selalu mengalami kenaikan yang semuanya memiliki kategori Sangat Baik. 3) Motivasi Belajar Siswa Selain hasil belajar, siswa pada kelas sampel juga diukur motivasi belajarnya. Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, siswa diberi angket motivasi sebanyak 40 butir pernyataan untuk mengukur motivasi belajar siswa sebelum proses pembelajaran. Dari hasil analisis diperoleh bahwa kondisi awal motivasi belajar siswa masih perlu ditingkatkan. Terbukti bahwa siswa masih cepat bosan terhadap tugas rutin yang dijalani, senang bekerja secara mandiri, kurang dapat mempertahankan pendapat dan kurang senang mencari dan memecahkan masalah soal. Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan modul elektronik berbasis keterampilan proses sains pada materi dinamika gerak, dilakukan observasi pada akhir kegiatan belajar III untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa. Tabel menunjukkan perbandingan antara motivasi awal dan hasil observasi

38 129 siswa setelah pembelajaran menggunakan modul elektronik berbasis keterampilan proses sains. Tabel Motivasi Belajar Siswa No Indikator Sebelum (%) Sesudah (%) 1 Tekun dalam menghadapi 84,14 93,53 7 tugas 2 Ulet dalam menghadapi 81,03 94,83 5 kesulitan 3 Menunjukkan minat 83,97 95, Senang bekerja mandiri 73,79 94, Tidak cepat bosan pada 42,59 96,98 1 tugas rutin 6 Dapat mempertahankan 72,07 94,40 6 pendapatnya 7 Tidak mudah melepas hal 82,07 94,83 3 yang diyakini 8 Senang mencari dan 71,21 92,67 8 memecahkan masalah soalsoal Rata-rata 73,86 94, Motivasi Belajar Siswa Sebelum Sesudah Gambar Motivasi Belajar Siswa Tabel menunjukkan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar sebelum siswa menerima pembelajaran dan setelah mendapatkan pembelajaran dengan modul elektronik berbasis KPS. Nilai rata-rata sebelum pembelajaran sebesar 73,86%, sedangkan nilai

39 130 rata-rata setelah pembelajaran menggunakan modul elektronik berbasis keterampilan proses sains sebesar 94,68%. Dari hasil analisis didapatkan bahwa hampir semua aspek dalam motivasi belajar meningkat setelah diberi pembelajaran menggunakan modul elektronik pembelajaran fisika berbasis keterampilan proses sains. 4) Data Angket Respon Siswa Data angket respon siswa diperoleh setelah siswa selesai melaksanakakan kegiatan belajar pada pertemuan kegiatan belajar III. Angket respon siswa terdiri dari 4 aspek. Diantaranya aspek perhatian, aspek keterkaitan, aspek keyakinan dan aspek kepuasan. Deskripsi data angket respon siswa disajikan pada tabel berikut: Tabel Data Hasil Angket Respon Siswa No. Aspek Rata-rata Kategori 1 Perhatian 96,45% Sangat Baik 2 Keterkaitan 95,00% Sangat Baik 3 Keyakinan 98,12% Sangat Baik 4 Kepuasan 96,04% Sangat Baik Rata-rata 96,40% Sangat Baik Respon Siswa Perhatian Keterkaitan Keyakinan Kepuasan Gambar Histogram Respon Siswa Tabel merupakan deskripsi data angket hasil respon siswa. Untuk aspek commit perhatian to user mendapatkan kategori sangat baik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang digilib.uns.ac.id 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan (1974). Pemilihan model Four-D ini karena dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul fisika berbasis inkuiri pada materi listrik dinamis untuk siswa SMA/MA. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau yang sering disebut penelitian R & D. Penelitian Pengembangan adalah metode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Pengembangan Penelitian Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah modul pembelajaran IPA Terpadu Tema Ekosistem dengan pendekatan Jelajah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian pengembangan. Penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan, meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menguji penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer dalam pembelajaran fisika terhadap penguasaan konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian. Prosedur Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengembangkan multimedia interaktif untuk mahasiswa fisika. Penelitian pengembangan ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) seperti yang dikembangkan oleh Thiagarajan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting dimiliki oleh setiap calon guru agar dapat berhasil melaksanakan pembelajaran di laboratorium.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development, R&D). Borg & Gall (Sugiyono 2011: 47) menyatakan bahwa research and development

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut. BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Model Penelitian dan Pengembangan Model penelitian pengembangan yang dipilih untuk pengembangan LKS yaitu model penelitian 4-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanaan di SMP Negeri 1 Sragen yang beralamat Jalan Raya Sukowati No. 162 Sragen, Kabupaten Sragen. 2. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D). Menurut Thiagarajan (1974: 5-9), Research and Development adalah desain penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Peneltian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Peneltian digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Peneltian Penelitian pengembangan ini atau penelitian Educational Research and Development (R&D) yaitu metode penelitian proses pengembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di MAN 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu. 3.2 Populasi Penelitian Populasi penelitian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT Sri Mulyani, Cece Rakhmat, Asep Saepulrohman Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDERA KELAS XI SMA NEGERI 3 PONOROGO

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDERA KELAS XI SMA NEGERI 3 PONOROGO BIOEDUKASI Volume 6, Nomor 2 Halaman 58-75 ISSN:1693-2654 Agustus 2013 PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDERA KELAS XI SMA

Lebih terperinci

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Linda Aprilia, Sri Mulyaningsih Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDRA KELAS XI SMA NEGERI 3 PONOROGO

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDRA KELAS XI SMA NEGERI 3 PONOROGO PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS POEI (PREDIKSI, OBSERVASI, EKSPERIMEN, INTERPRETASI) PADA MATERI SISTEM INDRA KELAS XI SMA NEGERI 3 PONOROGO Adhin Setyo Winarko 1, Widha Sunarno 2, Mohammad Masykuri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode weak experiment dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dibangun dari beberapa asumsi. Asumsi pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dibangun dari beberapa asumsi. Asumsi pertama adalah BAB III METODE PENELITIAN A. PARADIGMA PENELITIAN Penelitian ini dibangun dari beberapa asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa proses dan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian yang terdiri atas bagaimana cara mengembangkan komik discovery learning dengan model

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment (eksperimen semu) dan deskriptif. Metode eksperimen digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana.

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana. BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Tujuan dari penelitian ini adalah mengasilkan produk berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang berorientasi pada produk. Produk yang dikembangan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Model Webbed pada Tema Pencemaran Air untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif, Sikap Peduli

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Wahyu Hidayat, Zainuddin, Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pengembangan bahan ajar khususnya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan metode penelitian quasi eksperimen karena tidak semua variabel ekstra dapat dikendalikan oleh peneliti. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang terdapat pada perumusan masalah, guna menghindari terjadinya perbedaan penafsiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian pengembangan Subject Spesific Pedagogy (SSP) ini menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono (2016:30) mengartikan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental Design) dengan disain matching pretest-posttest control group design yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan BB III METODOLOGI PEELITI. Desain dan Metode Penelitian Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan (dalam Trianto, 010),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian tersebut meliputi:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of Science untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik kelas VII Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen semu, dengan desain yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan sikap imiah dan penguasaan konsep peserta didik antara pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research and Development (R & D).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design. 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2)

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2) Pengembangan LKPD Berbasis Conceptual. (Syella Ayunisa Rani) 231 PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS CONCEPTUAL ATTAINMENT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Puput Ambaryuni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian ini meliputi: bagaimana cara mengembangkan multimedia interaktif, kevalidan multimedia

Lebih terperinci

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini termasuk penelitian pengembangan yang menghasilkan produk pengembangan berupa LKS berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut: 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk lebih memahami makna dari penelitian yang dilakukan maka digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut: 1. Penguasaan Konsep Penguasaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes satu kelompok, one design group pretest-postest (Arikunto, 2002). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi intelektual yang diperlukan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMPN 1 Gadingrejo pada semester

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMPN 1 Gadingrejo pada semester 27 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMPN 1 Gadingrejo pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Sampel Penelitian Teknik pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and Development. Menurut Borg and Gall dalam Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa penelitian

Lebih terperinci

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMP NEGERI 13 BANJARMASIN Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (Syaodih, 2007: 58), dengan disain eksperimen yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode Week experiment dengan the one group pretest posttest design digunakan dalam penelitian ini karena menggunakan satu kelompok perlakuan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk mengembangkan produk yang akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Penguasaan Konsep Fluida statis Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 15 soal.

Lebih terperinci

Pengembangan modul IPA fisika berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa

Pengembangan modul IPA fisika berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 94 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian pengembangan dengan tujuan mengembangkan sebuah produk, yaitu Subject Specific Pedagogy (SSP). Menurut Sugiyono

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa LKS berbasis keterampilan generik sains pada materi hukum-hukum dasar kimia untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tahap pengembangan dan tahap validasi produk awal dilakukan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Uji coba terbatas dan uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Subjek Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA yang berstatus Sekolah Adiwiyata yang berada di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Populasi dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dan metode deskriptif. Metode quasi experiment digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (Research and Development). Alasan penggunaan jenis metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa R&D

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan A. RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Research and Development (R&D) yang merupakan desain penelitian dan pengembangan, yaitu metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009). 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009). Desain yang digunakan adalah The One-Group Pretest-Posttest Design

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada 21

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada 21 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada 21 Agustus 7 September 2013 di SMP Negeri 1 Belalau Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperiment. Menurut Furqon (2010:19), metode ini dipandang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperiment. Menurut Furqon (2010:19), metode ini dipandang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011:2). Metode yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Miftahul Ulum

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Miftahul Ulum 32 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Miftahul Ulum Sekincau Kabupaten Lampung Barat pada semester Ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian merupakan kegiatan memecahkan masalah dan menemukan tafsiran (sebuah interpretasi) baru. Penelitian berperan dalam menguji teori-teori dalam bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Quasi experiment atau eksperimen semu merupakan pengembangan dari true experimental design.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan jumlah dan kategori ranah dari pertanyaan yang diajukan siswa adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat Penelitian Modul pembelajaran fisika ini dikembangkan di Laboratorium Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Arikunto (2010: 173) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian penelitian adalah seluruh siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode praeksperimental. Sugiono (2013, hlm. 109) menyatakan bahwa, Penelitian praeksperimental hasilnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan desain Research and Development (R&D). Sugiyono (2009:407) menjelaskan bahwa, metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen semu. (McMillan & Shumacher, 001). Tahap studi pendahuluan dimulai dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Hasil Penelitian 1. Penelitian dan Pengumpulan Data Penelitian dan pengumpulan data merupakan tahap awal dalam pengembangan media

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLEGENT

PENGEMBANGAN MODUL SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLEGENT PENGEMBANGAN MODUL SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLEGENT (SAVI) UNTUK SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 BANJARMASIN Putri Riski Rahmayanti, Mustika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang dirumuskan, maka penelitian ini menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

Lebih terperinci

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah menetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional

Lebih terperinci

Abstrak PENDAHULUAN.

Abstrak PENDAHULUAN. Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 51 PENGEMBANGAN MODUL MATA PELAARAN AKUNTANSI KEUANGAN KOMPETENSI DASAR PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development) yang bertujuan untuk mengembangkan modul biologi berbasis model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development (R&D). Model penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Februari sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa pocket book IPA berpendekatan authentic inquiry learning. Berdasarkan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis R&D (Research and Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema pencemaran lingkungan berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data untuk penelitiannya. Metode penelitian yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. akhir Agustus 2013 di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah (TBT) Desa Mulya

METODE PENELITIAN. akhir Agustus 2013 di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah (TBT) Desa Mulya 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada akhir Agustus 2013 di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah (TBT) Desa

Lebih terperinci

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & menggunakan model penelitian R & D yaitu melalui 4-D model.

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & menggunakan model penelitian R & D yaitu melalui 4-D model. BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & D). Metode penelitian ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kelayakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Bandung yang terletak di jalan Palasari No. 46 Bandung, Jawa Barat. Sekolah yang berdiri di bawah naungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap buku teks terjemahan adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap buku teks terjemahan adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk menganalisis keterbacaan dan pemahaman mahasiswa terhadap buku teks terjemahan adalah metode deskriptif. Menurut Firman,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekperimen semu (quasi experiment), tujuan metode ini untuk memprediksi

Lebih terperinci

PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 2. Oktober 2013, 105-112 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA MENGINTEGRASIKAN NILAI NILAI KARAKTER AL QUR AN PADA MATERI FLUIDA STATIS DAN FLUIDA DINAMIS UNTUK PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. experimental research) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. experimental research) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental research) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti melakukan

Lebih terperinci