BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Peneltian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Peneltian"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Peneltian Penelitian pengembangan ini atau penelitian Educational Research and Development (R&D) yaitu metode penelitian proses pengembangan dan validasi produk pendidikan. Pada penelitian ini peneliti mengembangkan modul pembelajaran IPA dengan menggunakan model 4-D (Four D Model), adapun tahapan-tahapan pengembangannya adalah sebagai berikut: 1. Define Tahap ini dilakukan oleh peneliti untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran dan dijadikan dasar untuk merancang produk pendidikan berupa modul. Pada tahap define dilakukan analisis kebutuhan, analisis siswa, analisis tugas, analisis materi, dan perumusan tujuan pembelajaran yang sudah berjalan di SMP Negeri 4 Kota Madiun. a. Hasil Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu bahan ajar yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan siswa. Kegiatan Analisis kebutuhan dimulai dengan menyusun kisi-kisi angket untuk menganalisis kebutuhan guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran 2. Kemudian menyusun angket pengungkap kebutuhan guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran 2. Dan selanjutnya mengimplementasikan angket untuk menganalisis kebutuhan guru dan siswa dengan memberikan angket kepada guru dan siswa di SMP Negeri 4 Kota Madiun. Angket pengungkap kebutuhan guru dan siswa diberikan kepada tiga guru SMP Negeri 4 Kota Madiun. Sedangkan untuk siswa diberikan kepada 10 siswa SMP Negeri 4 Kota Madiun. Hasil Analisis kebutuhan guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2. Hasil analisis kebutuhan guru dan siswa selengkapnya dapat dilihat commit pada lampiran to user 2. 63

2 digilib.uns.ac.id 64 Tabel 4.1 Hasil Analisis Pengungkap Kebutuhan Guru No Indikator Sub Indikator 1. Ketersediaan dan kebutuhan bahan ajar 2. Karakteristik PBM No Pertanyaan Jumlah Jawaban Koresponden Ya Tidak Penggunaan bahan ajar lain selain yang diberikan disekolah Keterbatasan dari buku pegangan guru Ketersediaan modul tertentu untuk materi bunyi Ketersediaan modul IPA terpadu berbasis masalah Pembelajaran mengedepankan masalah atau pertanyaan Penyelidikan autentik Menyajikan hasil karya Keterampilan Keterampilan analisis dasar dalam Keteampilan sintesis berpikir kritis Keterampilan memecahkan masalah Keterampilan menyimpulkan Keterampilan mengevaluasi Kelengkapan Kelengkapan materi bunyi dalam materi bahan ajar siswa yang diberikan guru Tabel 4.2. Hasil Analisis Pengungkap Kebutuhan Siswa Jumlah No Indikator Sub Indikator No Item Jawaban Koresponden Ya Tidak 1. Ketersediaan Penggunaan bahan ajar lain selain dan yang diberikan disekolah kebutuhan bahan ajar Ketersediaan modul tertentu untuk materi bunyi Karakteristik Pembelajaran mengedepankan PBM masalah atau pertanyaan Penyelidikan autentik Keterampilan Keterampilan analisis dasar dalam Keterampilan sintesis berpikir kritis Keterampilan memecahkan masalah Keterampilam menyimpulkan Keterampilan mengevaluasi Kelengkapan Kelengkapan commit materi to bunyi user dalam materi bahan ajar siswa yang diberikan guru

3 digilib.uns.ac.id 65 Hasil pengisian angket pengungkap kebutuhan guru dan siswa disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SMP Negeri 4 Kota Madiun setuju apabila dikembang bahan ajar seperti modul IPA berbasis masalah (Problem Based Learning) karena pembelajaran IPA di SMP Negeri 4 Kota Madiun masih belum maksimal menggunakan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), kurang melatih siswa pada keterampilan berpikir kritis, dan bahan ajar yang digunakan materinya belum lengkap. Maka dari itu untuk membuat siswa aktif, mampu berpikir kritis dan senang belajar IPA perlu dikembangkan modul IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning). b. Analisis Siswa Siswa yang dianalisis dalam pengembangan modul berbasis masalah (Problem Based Learning) ini adalah siswa kelas VIII di SMP N 4 Kota Madiun. Hasil analisis siswa adalah tahap perkembangan kognitif menurut Piaget bahwa tingkat operasi formal (umur 11 tahun keatas) merupakan tahap tertinggi dari tahap intelektual ( Rianto, 2009: 123). Anak usia SMP masuk ke dalam kategori tingkat operasi formal. Dengan alasan tersebut dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) dapat diterapkan pada siswa SMP karena telah mencapai tahap tertinggi dari tahap intelektual. Pembelajaran IPA di SMP disajikan dalam bentuk terpadu, keterpaduan yang dipakai peneliti adalah model connected dengan materi bunyi. Model connected memiliki kelebihan yaitu Menyajikan aplikasi tentang dunia nyata yang dialami tentang kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep, Membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman lebih terorganisasi, mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya serta terjadi peningkatan kerjasama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan

4 digilib.uns.ac.id 66 peserta didik, sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna. c. Analisis Materi Hasil analisis materi adalah IPA terpadu materi bunyi. konsep bunyi banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga cocok untuk model PBL. Pembahasan bunyi adalah tentang getaran, gelombang bunyi, cara merambat bunyi, cepat rambat bunyi, hukum mersene, resonansi dan pemantulan bunyi. Pembahasan juga melibatkan struktur morfologi pada telinga sebagai indra pendengaran pada manusia dari kajian biologi. d. Analisis Tugas Analisis tugas digunakan untuk mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan materi. Hasil analisis tugas adalah pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) didahului dengan guru menyajikan suatu permasalahan yang kontekstual dan diselesaikan siswa melalui eksperiman dan diskusi. Untuk mengatasi keterbatasan waktu maka dalam modul IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning) dilengkapi dengan panduan siswa yang dapat mengerjakan tugas eksperimen dan diskusi secara mandiri. Adapun kegiatan siswa saat pembelajaran menggunakan modul ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut. Mengerjakan Pretest Menyiapkan Modul Fisika berbasis masalah Mempelajari petunjuk penggunaan modul dan konsep awal yang diperlukan sebelum pembelajaran Proses Pembelajaran Mengerjakan Posttest Gambar 4.1 Bagan kegiatan siswa commit saat to pelaksanaan user uji coba pemakaian modul

5 digilib.uns.ac.id 67 e. Analisis Tujuan Pembelajaran Standar Kompetensi: 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar: 6.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari 1.3 Mendeskripsikan sistem koordinasi dan alat indra pada manusia serta hubungannya dalam kesehatan. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar hasil analisis tujuan pembelajaran dalam penelitian ini adalah: 1) Menjelaskan pengertian bunyi 2) Menyelidiki penyebab timbulnya bunyi 3) Menjelaskan syarat terjadi dan terdengarnya bunyi 4) Menjelaskan pengertian cepat rambat bunyi 5) Mengukur cepat rambat bunyi 6) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi cepat rambat bunyi 7) Menetukan cepat rambat bunyi pada beberapa medium 8) Membedakan pengertian infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik 9) Menyebutkan contoh infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik 10) Menyebutkan manfaat bunyi ultrasonik dalam kehidupan sehari-hari 11) Menjelaskan struktur, mekanisme, dan fungsi sistem alat indra 12) Menjelaskan kelainan dan penyakit pada alat indra 13) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi 14) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya bunyi 15) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kualitas bunyi 16) Menjelaskan pengertian resonansi 17) Mengamati terjadinya resonansi pada garpu tala 18) Mengamati terjadinya resonansi pada bandul sederhana 19) Menjelaskan aplikasi konsep resonansi pada alat musik 20) Menjelaskan masalah yang commit ditimbulkan to user resonansi

6 digilib.uns.ac.id 68 21) Menjelaskan syarat terjadinya pemantulan bunyi 22) Menemukan hukum pemantulan bunyi 23) Menyebutkan jenis-jenis bunyi pantul 24) Membedakan antara gaung, gema, dan bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli 25) Menjelaskan manfaat pemantukan bunyi dalam kehidupan sehari-hari. 2. Design Tahap ini bertujuan untuk merancang dan membuat desain awal media pembelajaran berupa modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning). Menurut Thiagarajan (1974) tahap perancangan (design) terdiri dari empat langkah yaitu penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format, dan rancangan awal. a. Tahap Penyusunan Tes Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest. Adapun kisi-kisi dan pretest dan posttest. Lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 1. b. Tahap Pemilihan Media Media yang dipilih dalam penelitian adalah modul IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning), pengembangan tersebut meliputi tahap persiapan, tahap penyusunan, tahap validasi dan tahap penyempurnaan. c. Tahap Pemilihan Format Pemililahan format disesuaikan dengan format kriteria modul yang diadaptasi dari pendapat Vembrianto yang disusun berdasarkan komponen pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan dimodifikasi dengan menambahkan tes keterampilan berpikir kritis. Format dari modul dapat dilihat pada bagian daftar isi modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning). Modifikasi bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Penyusunan awal format dari modul pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning) meliputi:

7 digilib.uns.ac.id 69 1) Judul modul, yaitu Modul IPA Terpadu Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Materi Bunyi. Kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari modul IPA terpadu berbasis masalah adalah materi bunyi. 2) Materi berisi pengetahuan tentang bunyi, eksperimen sederhana, aplikasi dalam kehidupan sehari-hari serta latihan-latihan soal yang harus dikuasai oleh siswa. Pembuatan modul IPA terpadu berbasis masalah memiliki tahap-tahap pembelajaran sebagai berikut: a) Tahap I Orientasi siswa pada masalah, tahap ini muncul pada pendahuluan materi. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. b) Tahap II Mengorganisasi siswa untuk belajar, pada tahap ini guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. c) Tahap III Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. d) Tahap IV Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini guru membantu siswa dalam perencanaan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video atau rekaman serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. e) Tahap V Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, pada tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosesproses yang mereka gunakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fitur-fitur yang terdapat dalam modul telah terdapat komponen pembelajaran PBL sekaligus melatihkan keterampilan berpikir kritis.

8 digilib.uns.ac.id 70 d. Tahap Rancangan Awal Rancangan awal pada penelitian ini meliputi modul IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning) materi bunyi. Setelah disusun judul dan langkah-langkah umum dalam modul, maka dilakukan pemilihan format dan desain awal meliputi jenis dan ukuran huruf yang akan dipakai, ukuran kertas, margin, dan fitur pendukung untuk menambah ketertarikan siswa mempelajari modul. Fitur fisika dalam teknologi berisi konsep fisika penerapan fisika khususnya berkaitan dengan bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Dipilih penerapan dalam teknologi yang seautentik mungkin dengan kehidupan siswa. Sedapat mungkin siswa telah mengetahui penerapan tersebut baik dilingkungan sekitar maupun dari media massa. Fitur ini bertujuan untuk memotivasi siswa belajar lebih karena telah mengetahui manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Fitur tokoh dirasa perlu ditambahkan dalam modul, agar siswa mengetahui siapa penemu konsep sub topik yang sedang dibahas. Fitur ringkasan materi bertujuan untuk mempermudah siswa mengetahui konsep utama dalam topik yang terkait sehingga mempermudah siswa mengambil intisari dari sub topik. Menyusun konsep bunyi dari berbagai referensi seperti buku dan internet. Materi yang dikembangkan adalah materi bunyi. Konsep kemudian dirinci ke dalam sub pokok bahasan yang kemudian dibagi menjadi tiga kegiatan pembelajaran. Konsep yang telah siap kemudian dituangkan dalam modul, modul disusun dengan menggunakan sofware sederhana yaitu microsof word Desain dan pengerjaan modul memanfaatkan berbagai fitur dalam software ini, sehingga pembuatan, pengeditan, dan penyempurnaan modul menjadi lebih mudah. Draf I Draf modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning) terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran. Dalam satu modul mewakili satu kompetensi dasar pada kajian fisika yaitu mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi dasar pada kajian biologi yaitu

9 digilib.uns.ac.id 71 mendeskripsikan sistem koordinasi dan alat indra pada manusia serta hubungannya dengan kesehatan. 3. Develop Hasil tahap ini berupa hasil validasi diikuti dengan revisi dan uji coba pengembangan (uji coba terbatas dan uji coba pemakaian). Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning) yang sudah siap untuk disebarkan atau diujicobakan lebih luas lagi setelah dilakukan revisi pada tahap uji coba terbatas. a. Draf I Produk berupa draf modul I, yang divalidasi oleh 2 orang dosen ahli, 2 orang guru IPA dan 2 orang teman sejawat. Pada tabel 4.3 berikut merupakan latar belakang validator pada penelitian ini: Tabel 4.3 Latar Belakang Validator No Nama Validator Instansi Keterangan 1. Ahli 1 UNS Dosen 2. Ahli 2 UNS Dosen 3. Guru 1 MTS HM Tribakti Guru 4. Guru 2 SMP Nasional Tiga Bahasa Guru Harapan Madiun 5. Teman Sejawat 1 UNS Mahasiswa Pasca Sarjana UNS 6. Teman Sejawat 2 UNS Mahasiswa Pasca Sarjana UNS

10 digilib.uns.ac.id 72 Hasil berupa penilaian draf modul dari enam orang ahli validasi, disajikan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Masukan dari Validator No Validator Masukan Revisi 1. Dosen Semua kata-kata pada modul diperiksa memperbaiki katakata kembali dan penulisan yang salah pada Pada Fenomena 1 informasinya belum mendukung untuk rumusan masalah yang akan dipecahkan Berikan alamat web pada setiap gambar Pada setiap eksperimen lengkapi dengan gambar Tambahkan materi tentang frekuensi alami benda berbeda-beda pada benda yang berbeda pula. 2 Guru IPA Pisahkan kolom diskusi pada langkahlangkah PBL Berikan keterangan pada setiap tabel. 3. Teman Sejawat Pada caver tulisan Bunyi masih terlihat kecil Konsistensi jenis huruf pada rangkuman modul Memperbaiki informasi pada fenomena 1. Melengkapi alamat web pada semua gambar. Melengkapi gambar pada setiap eksperimen Menambahkan materi tentang frekuensi alami benda. Memisahkan kolom diskusi pada langkah-langkah PBL. Memberikan keterangan pada setiap tabel Menambah ukuran tulisan Bunyi pada caver Menyamakan jenis huruf pada setiap rangkuman Setelah draf modul direvisi kemudian divalidasi kembali oleh validator dengan hasil sebagai berikut: 1. Hasil dari validator I Tabel 4.5. Hasil Validator I (Ahli Materi) No Komponen Jumlah Skor Kriteria 1. Kelayakan Isi 35 Baik 2. Kelayakan Bahasa 16 Baik 3. Kelayakan Penyaji 52 Baik Jumlah 103 Baik

11 digilib.uns.ac.id 73 Modul memiliki tiga komponen yang divalidasi oleh ahli materi yaitu komponen kelayakan isi, komponen kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian. Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa kelayakan isi memiliki jumlah skor 35 dari skor maksimum 45 sehingga masuk dalam kriteria baik, kelayakan bahasa memiliki jumlah skor 16 dari skor maksimum 20 sehingga masuk dalam kriteria baik, dan kelayakan penyajian memiliki jumlah skor 52 dari skor maksimum 65 dengan kriteria baik. Dengan jumlah total seluruh komponen yaitu 103 dari nilai maksimum 130 dapat disimpulkan bahwa modul yang digunakan memiliki materi yang baik setelah memperbaiki revisi yang disarankan. Data selengkapnya pada lampiran Hasil dari validator II Tabel 4.6. Hasil Validator II (Ahli Kegrafikan) No Komponen Jumlah Skor Kriteria 1. Ukuran Modul 8 Baik 2. Desain Kulit Modul 40 Baik 3. Desain Isi Modul 84 Baik Jumlah 132 Baik Validator ahli kegrafikan memvalidasi modul berdasarkan 3 komponen yaitu komponen ukuran modul, komponen desain kulit modul, dan komponen desian isi modul. Dari Tabel 4.6. terlihat bahwa ukuran modul memiliki jumlah skor 8 dari skor maksimum 10 masuk dalam kriteria baik, desain kulit modul memiliki jumlah skor 40 dari skor maksimum 50 masuk dalam kriteria baik, desain isi modul memiliki jumlah skor 84 dari skor maksimum 105 masuk dalam kriteria baik dan jumlah total seluruh komponen yaitu 132 dari skor maksimum 165 masuk dalam kategiri baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa modul yang digunakan memiliki kegrafikan yang baik setelah memperbaiki revisi yang disarankan. Data selengkapnya pada lampiran Hasil Dari Validator Praktisi Validator praktisi terdiri dari 4 orang validator yaitu dua orang guru IPA SMP dan dua orang teman sejawat. Validator praktisi memvalidasi modul

12 digilib.uns.ac.id 74 berdasarkan materi dan kegrafikan modul. Hasil penilaian draf modul dari 4 validator praktisi, disajikan pada tabel 4.7 dan tabel 4.8. Tabel Hasil Validator Praktisi (Materi) No Komponen Jumlah Skor Kriteria 1 Kelayakan Isi 137 Baik 2 Kelayakan Bahasa 63 Baik 3 Kelayakan Penyajian 207 Baik Jumlah 407 Baik Hasil validasi dari Tabel 4.7 diketahui bahwa hasil validator praktisi (materi) antara lain: kelayakan isi memiliki jumlah skor 137 dari skor maksimum 180 dengan kriteria baik, kelayakan bahasa memiliki jumlah skor 63 dari skor maksimum 80 masuk dalam kriteria baik, kelayakan penyajian memiliki jumlah skor 207 dari skor maksimum 260 masuk dalam kriteria baik. Dengan jumlah total 407 dari skor maksimum 520 masuk dalam kriteria baik, maka dapat disimpulkan bahwa modul yang digunakan memiliki materi yang baik setelah memperbaiki revisi yang disarankan. Data lebih lengkap terdapat pada lampiran 2. Tabel 4.8. Hasil Validator Praktisi (Kegrafikan) No Komponen Jumlah Skor Kriteria 1 Kelayakan Ukuran Modul 35 Sangat Baik 2 Kelayakan Desain Kulit Modul 166 Baik 3 Kelayakan Isi modul 349 Baik Jumlah 550 Baik Tabel 4.8 diketahui bahwa hasil validator praktisi (kegrafikan) antara lain: kelayakan ukuran modul memiliki jumlah skor 35 dari skor maksimum 40 dengan kriteria sangat baik, kelayakan desain kulit modul memiliki jumlah skor 166 dari skor maksimum 200 masuk dalam kriteria baik, kelayakan isi modul memiliki jumlah skor 349 dari skor maksimum 420 masuk dalam kriteria baik. Dengan jumlah skor total 550 dari skor maksimum 660 masuk dalam kriteria baik, maka dapat disimpulkan bahwa modul yang digunakan memiliki kegrafikan yang baik setelah memperbaiki revisi yang disarankan. Untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.

13 digilib.uns.ac.id 75 b. Draf II Setelah melalui tahapan validasi dan revisi maka didapatkan draft modul II. Setelah itu peneliti melakukan uji coba terbatas yaitu peneliti melakukan uji coba pada 10 siswa pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Kota Madiun. Pada tahap uji coba ini bertujuan untuk melihat keterbacaan modul. Hasil dari uji coba terbatas digunakan untuk perbaikan produk sebelum diujicobakan pada kelas yang lebih besar. Pengembangan bahan ajar berupa modul IPA terpadu ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Siswa diberi soal tes keterampilan berpikir kritis untuk mengukur keterampilan berpikir kritis awal dan akhir siswa. Angket keterbacaan modul dan respon siswa terhadap modul diberikan pada akhir pembelajaran. Hasil dari angket siswa keterbacaan modul disajikan pada tabel 4.9. hasil lengkap disajikan pada lampiran 3. Tabel 4.9 Hasil Angket Keterbacaan Modul pada Uji Coba Terbatas No Variabel Indikator Jumlah Kriteria 1 Pengorganisasian Pengorganisasian isi 43 Sanangat baik modul menarik 2 Keterbacaan Kata, istilah dalam 38 Baik modul mudah dipahami Kalimat dalam modul mudah dimengerti 42 Baik 3 Kemenarikan Tampilan modul 44 Sanangat baik menarik Ilustrasi mencukupi 44 Sanangat baik Ilustrasi yang 40 Baik digunakan menarik dan menambah pengetahuan Kualitas ilustrasi dan kejelasan baik 40 Baik Kesesuaian tambahan 38 Baik contoh-contoh dengan isi 4 Kemanfaatan Modul ini menunjang 42 Baik pembelajaran Modul ini mendukung 44 Sanangat baik mengerjakan LKS 5 Kelokalan Wacana dalam modul tidak asing 45 Sanangat baik

14 digilib.uns.ac.id 76 Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa pada variabel pengorganisasian dengan indikator pengorganisasian isi modul menarik memiliki jumlah skor 43 dari skor maksimum 50 sehingga dikategorikan sangat baik, pada variabel keterbacaan terdapat dua indikator yaitu kata, istilah dalam modul mudah dipahami dan kalimat dalam modul mudah dimengerti memiliki jumlah skor 38 dan 42 dari skor maksimum 50 sehingga pada variabel keterbacaan dapat dikategorikan baik. Selanjutnya variabel kemenarikan memiliki lima indikator antaralain: tampilan modul menarik, ilustrasi mencukupi, ilustrasi yang digunakan menarik dan menambah pengetahuan, kualitas ilustrasi dan kejelasan baik, dan kesesuaian tambahan contoh-contoh dengan isi memiliki jumlah skor 44, 44, 40, 40 dan 38 dari skor maksimum 50, sehingga dari jumlah skor indikator tersebut variabel kemenarikan dapat dikategorikan baik. Untuk variabel kemanfaatan memiliki dua indikator yaitu modul menunjang pembelajaran dan modul mendukung pengerjaan LKS memiliki jumlah skor 42 dan 44 dari skor maksimum 50 sehingga variabel kemanfaatan dikategorikan sangat baik. Dan variabel terakhir yaitu variabel kelokalan dengan indikator wacama dalam modul tidak asing bagi siswa, memiliki jumlah skor 45 sehingga variabel tersebut dikategorikan sangat baik. Kerena dari kelima variabel di atas dikategorikan sangat baik dan baik kemudian draf modul II sudah direvisi sesuai dengan respon siswa pada uji coba kecil maka pada tahap ini menghasilkan draf modul III, sehingga dapat disimpulkan bahwa modul IPA terpadu berbasis masalah memiliki keterbacaan yang baik dan layak untuk digunakan pada uji coba kelas yang lebih besar. c. Draf III Setelah draf II direvisi, disusun menjadi draf III yang akan diujicobakan di kelas VIII B SMP Negeri 4 Kota Madiun. Sebelum modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning) diimplementasikan dalam pembelajaran, siswa diberikan pretest terlebih dahulu. Pretest terdiri dari 25 soal pilihan ganda. Soal yang digunakan sudah diuji rebilitas, dan uji daya beda dan tingkat kesukaran. Kisi-kisi pretest dan posttest dapat dilihat pada lampiran 1. Setelah pretest, siswa diberikan commit modul to user IPA terpadu materi bunyi berbasis

15 digilib.uns.ac.id 77 masalah (Problem Based Learning) digunakan sebagai modul inti dalam proses pembelajaran di kelas. Setelah materi dalam modul selesai maka siswa diberikan posttest dengan tes yang sama dengan pretest. Uji coba pemakaian dilakukan untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa sebelum menggunakan modul IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning) dan sesudah menggunakan modul IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning). Karena kelas yang digunakan untuk uji coba pemakaian hanya satu kelas maka peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata pretest yang dibandingkan dengan nilai rata-rata posttest. Sedangkan untuk melihat perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (problem based learning) dilakukan uji paired t-test. Namun sebelum dilakukan uji paired t-test maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk data pretest dan posttest. d. Analisis Hasil 1) Data keterampilan berpikir kritis siswa dapat dideskripsikan pada tabel 4.10 yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Tabel Deskripsi Data Ketampilan Berpikir Kritis Siswa Jenis Tes Jumlah Siswa Mean Nilai Minimum Nilai Maksimum Pretest 30 39, Posttest 30 82, Tabel 4.10 merupakan deskripsi dari keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan sestelah menggunakan modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning). Sebelum menggunakan modul IPA terpadu berbasis masalah, rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa adalah 39,7, nilai minimum 16, dan nilai maksimum 64, dan setelah menggunakan modul IPA terpadu berbasis masalah, nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis adalah 82,8, dengan nilai minimum 72, dan nilai maksimum 96. Melihat nilai rata-rata Posttest yang lebih besar dari nilai rata-rata pretest pada tabel 4.10,

16 digilib.uns.ac.id 78 maka dapat disimpulkan bahwa modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Laerning) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4. Tabel 4.11 Deskripsi Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Skor Jenis Jumlah Memecahkan Tes Siswa Analisis Sintesis Menyimpulkan Mengevaluasi Masalah Pretest Posttest Tabel 4.11 merupakan deskripsi setiap aspek keterampilan berpikir kritis pada pretest dan posttest. Aspek keterampilan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian ini ada 5 aspek, yaitu aspek analisis, sintesis, memecahkan masalah, menyimpulkan, mengevaluasi. Data setiap aspek keterampilan berpikir kritis disajikan pada tabel 4.11 kemudian digambarkan pada histogram berikut. Gambar 4.2 Histogram Aspek Keterampilan Berpikir Kritis siswa pretest posttest Berdasarkan histogram aspek keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilihat peningkatan pada setiap aspeknya. Untuk lebih mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setiap aspeknya dapat diperoleh melalui N- gain setiap aspek keterampilan berpikir kritisnya. Tabel 4.12 merupakan tabel N-gain setiap aspek keterampilan berpikir kritis siswa.

17 digilib.uns.ac.id 79 Tabel 4.12 N-Gain Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kritis N-Gain Kategori 0,7 < g < 1 Tinggi 0,3 g Sedang 0,7 0 < g < 0,3 Rendah Analisis Sintesis Aspek Memecahkan Menyimpulkan Masalah Mengevaluasi 0,71 0,79 0,6 0,66 0,81 Tabel 4.12 medeskripsikan setiap aspek keterampilan berpikir kritis. Aspek mengevaluasi mengalami peningkatan yang lebih tinggi yaitu 0,81, kemudian aspek sintesis 0,71, aspek analisis 0,71, aspek menyimpulkan 0,66, dan yang paling rendah peningkatannya aspek memecahkan masalah 0,6.Untuk mengetahui besarnya peningkatan nilai pretest ke posttest dilakukan uji N-gain dengan hasil 0,71 dalam kategori tinggi, lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4. Untuk menganalisis peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Jika didapatkan data normal dan homogen maka uji selanjutnya menggunakan uji parametrik, tetapi jika didapatkan data tidak normal dan homogen maka dilakukan uji non para metrik. 2) Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sedangkan uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kesamaan variansi data. Uji normalitas dan uji homogenitas di analisis menggunakan PASW statistics 18 disajikan pada tabel Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4. Tabel Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas No Yang Diuji Jenis Uji Hasil Keputusan Kesimpulan 1 Normalitas Shapiro-Wilk Sig. Pretest = 0,213 Sig. Posttest = 0,260 H o Diterima Data Normal 2 Homogenitas Levene Statistic Sig. 0,826 H o Diterima Data Homogen Berdasarkan hasil pada Shapiro-Wilk untuk nilai pretest diperoleh signifikansi 0,213 yang berarti nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, nilai posttest diperoleh signifikansi 0,260 yang berarti nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, kesimpulannya nilai pretest dan posttest berdistribusi normal.

18 digilib.uns.ac.id 80 Berdasarkan hasil uji levene statistic, didapatkan signifikansi 0,826 yang berarti nilai signifikansinya lebih dari 0,005, kesimpulannya nilai pretest dan posttes mempunyai varian yang sama (homogen). Karena data normal dan homogen maka lanjut pada uji paired t-test. Pengolahan data statistik dengan PASW statistics 18. Hipotesis yang diberikan untuk pengujian ini adalh: Ho: Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan adalah sama H 1 : Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan adalah berbeda. Berdasarkan uji paired t-test yang telah dilakukan memperoleh Paired Sample Correlations signifikansi 0,001 dibawah 0,05, maka H o di tolak. Kesimpulannya ada perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah menggunakan modul IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning). 3) Data Penilaian Kognitif diperoleh dari nilai posttest siswa. Setelah siswa diberi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) materi bunyi kemudian siswa diberi posttest. Deskripsi data hasil penilaian kognitif siswa disajikan pada tabel Selengkapnya disajikan pada lampiran 4. Tabel 4.14 Hasil Penilaian Kognitif Jenis Tes Jumlah Siswa Mean Nilai Minimum Nilai Maksimum Posttest 30 82, Tabel 4.14 merupakan deskripsi data hasil penilaian kognitif siswa. Dari 30 siswa diperoleh nilai rata-rata 82,8, nilai minimum 72, dan nilai maksimum 96. 4) Data hasil angket keterbacaan pada uji coba pemakaian disajikan pada tabel hasil lengkapnya disajikan pada lampiran 2.

19 digilib.uns.ac.id 81 Tabel 4.15 Hasil Angket Keterbacaan Modul pada Uji Coba Pemakaian No Variabel Indikator Rata-rata Kriteria 1 Pengorganisasian Pengorganisasian isi 152 Sangat Baik modul menarik 2 Keterbacaan Kata, istilah dalam 155 Sangat Baik modul mudah dipahami Kalimat dalam modul mudah dimengerti 148 Sangat Baik 3 Kemenarikan Tampilan modul 149 Sangat Baik menarik Ilustrasi mencukupi 154 Sangat Baik Ilustrasi yang 150 Sangat Baik digunakan menarik dan menambah pengetahuan Kualitas ilustrasi dan kejelasan baik 152 Sangat Baik Kesesuaian tambahan 149 Sangat Baik contoh-contoh dengan isi 4 Kemanfaatan Modul ini menunjang 149 Sangat Baik pembelajaran Modul ini mendukung 153 Sangat Baik mengerjakan LKS 5 Kelokalan Wacana dalam modul tidak asing 152 Sangat Baik Hasil angket keterbacaan modul pada uji coba pemakaian (kelas besar) termasuk dalam kategori sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa modul IPA terpadu berbasis masalah pada uji coba pemakaian memiliki keterbacaan yang baik dan layak untuk digunakan pada tahap selanjutnya. 4. Disseminate Disseminate merupakan tahap penyebaran. Pada tahap ini dilakukan penyebaran modul IPA terpadu berbasis masalah di dua SMP dan satu MTS. Pada tahap ini penyebaran dilakukan kepada guru-guru IPA kemudian diberikan angket sebagai responden penilaian modul tersebut. Dari hasil penyebaran didapatkan hasil respon guru-guru IPA yang dapat dilihat pada lampiran 4. Dari beberapa sekolah tersebut mendapatkan penilaian rata-rata sebesar 4,7, dengan rata-rata skor maksimum 5,0 sehingga masuk dalam kategori sangat baik. Lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.

20 digilib.uns.ac.id 82 B. Pembahasan 1. Tahap Define a. Tahap Analisis Kebutuhan Tahapan ini dilakukan observasi lapangan dengan menyebarkan angket kepada guru IPA dan siswa di SMP Negeri 4 Kota madiun. Berdasarkan hasil pengisian angket didapatkan data bahwa di SMP Negeri 4 Kota Madiun masih menggunakan kurikulum KTSP, siswa hanya menggunakan buku pegangan dari sekolah, buku pegangan siswa dan pegangan guru belum menggunakan buku IPA terpadu, sehingga siswa dan guru membutuhkan modul sebagai panduan belajar mandiri siswa agar dapat membantu proses pembelajaran. Dari hasil angket dapat disimpulkan juga bahwa siswa dan guru setuju bila dikembangkan modul IPA terpadu berbasis masalah. Pembelajaran IPA yang dilakukan selama ini masih menggunakan buku paket yang belum terpadu, pembelajaran dikelaspun masih belum terpadu pembelajaran di kelas masih dilakukan secara bergantian sesuai dengan bidang dari masing-masing guru. Pada pembelajaran IPA guru juga jarang melakukan eksperimen dengan alasan melakukan eksperimen memerlukan waktu yang banyak sehingga ditakutkan dengan jam pembelajaran yang telah ditentukan materi tidak mencapai target. Menurut Sanjaya (2006: 211) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Berdasarkan pendapat tersebut menguatkan bahwa pembelajaran yang baik dan efektif adalah ketika siswa diberikan suatu pengalaman yaitu siswa diajak bereksperimen yang membuat proses pembelajaran lebih bermakna. Pembuatan modul IPA terpadu berbasis masalah didasari oleh masalah pembelajaran di SMP N 4 Kota Madiun, proses pembelajaran masih terlihat kurang, seperti keterampilan berpikir siswa kurang dikembangkan sehingga siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan sehari-hari. Suyadi (2013: 130) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran aktif dan koloboratif, serta berpusat pada peserta didik, sehingga mampu commit mengembangkan to user kemampuan memecahkan

21 digilib.uns.ac.id 83 masalah secara mandiri. Pendapat Suyadi mempertegas bahwa dengan pembelajaran berbasis masalah sangat cocok dan baik untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Modul IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning) ini bertujuan untuk melihat keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian Eldy dan Sulaiman (2013) menguatkan bahwa berpikir dapat dibangun melalui pembelajran berbasis masalah. Modul IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning) dibuat sebagai buku pegangan siswa untuk belajar mandiri, dapat dilakukan di rumah tanpa harus melakukannya di laboratorium IPA di sekolah. Sehingga diharapkan dengan begitu pembelajaran IPA akan lebih bermakna. Seperti telah diketahui bahwa salah satu fungsi modul adalah sebagai panduan siswa dalam belajar mandiri. b. Analisis Siswa Modul model connected dapat memotivasi siswa dan membantu siswa untuk melihat keterhubungan antar gagasan, dengan materi yang digunakan tetap fokus pada satu disiplin ilmu. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa SMP dengan tingkat berpikir abstrak dan masih melihat dunia sekitar secara menyeluruh. c. Analisis Materi Modul IPA dengan materi bunyi yang dibahas dengan mengaitkan kajian fisika dan kajian biologi. d. Analisis Tugas Siswa mengerjakan tugas didahului dengan penyajian suatu permasalahan pada bagian awal pembelajaran dan siswa mengerjakan tugas tersebut secara mandiri atau berkelompok sesuai dengan petunjuk yang ada di dalam modul yang sudah dilengkapi dengan petunjuk kegiatan. e. Analisis Tujuan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran di dalam modul sudah dilengkapi dengan tujuan pembelajaran pada setiap bagian awal pembelajaran.

22 digilib.uns.ac.id Tahap Design Tahap ini merupakan tahap perencanaan, pada tahap ini menghasilkan modul draf I yang merupakan desain awal modul pembelajaran IPA terpadu materi bunyi berbasis masalah (Problem Based Learning). a. Tahap Penyusunan tes Sebelum memasuki tahapan berikutnya ( tahap develop). Pada tahap design dibuat juga penyusunan tes berupa soal-soal, soal berbentuk pilihan ganda dan soal-soal tersebut dipakai sebagai pretest dan posttest. b. Tahap Pemilihan Media Media yang dipilih dalam penelitian adalah modul IPA terpadu berbasis masalah (problem based learning), yang berupa modul cetak. c. Tahap Pemilihan Format Format kriteria modul yang dikembangkan diadaptasi dari pendapat Vembriarto Cit Prastowo (2014: 110) terdapat lima karakteristik dari bahan ajar. Pertama, modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap. Kedua, modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematis. Ketiga, modul memuat tujuan belajar (pengajaran) yang dirumuskan serta eksplisit dan spesifik. Keempat, modul memungkinkan siswa belajar sendiri (independent), karena modul memuat bahan yang bersifat selfinstructional. Kelima, modul adalah realisasi pengakuan perbedaan individul, yakni salah satu perwujudan pengajaran individual. Pembelajaran berbasis masalah dipilih karena menurut arends, pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Trianto, 2010: 29). d. Tahap Rancangan Awal Modul yang dikembangkan mewakili satu KD fisika dan satu KD biologi, karena kedua KD tersebut saling berhubungan, dalam modul terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran. Hal ini commit diperkuat to user oleh Daryanto (2013: 16) yang

23 digilib.uns.ac.id 85 menyatakan bahwa satu modul disarankan terdiri dari 2-4 kegiatan pembelajaran. Dalam pengembangan modul, desain adalah sebagai salah satu dari komponen prinsip pengembangan modul yang mendasari dalam penyusunan modul. Modul yang dikembangkan mencakup komponen: 1) cover, 2) peta kedudukan modul, 3) pendahuluan, 4) kegiatan belajar, 5) evaluasi, 6) glosarium, 7) kunci evaluasi. Cover dibuat menggunakan Microsoft Power Point 2010 dengan ukuran A4 berisikan judul modul, tujuan dibuat modul untuk siswa SMP/MTS kelas VIII, gambar-gambar pendukung (sumber dari internet), logo universitas dan penyusun. Cover dalam berisi sama dengan cover luar. Pada halaman francis terdapat judul utama modul, tujuan dibuat modul untuk siswa SMP/MTS kelas VIII, dan penyusun. Setelah halam francis terdapat kata pengantar, kemudian daftar isi, dilanjutkan pendahuluan yang berisi deskripsi modul, prasyarat, petunjuk penggunaan modul, standar kompetensi dan kompetensi dasar, bagan connected, dan peta konsep. Kemudian sajian isi modul dengan sajian sekilas isi modul secara keseluruhan. Lembar pembelajaran berisikan tujuan pembelajaran. Disajikan masalahmasalah kontekstual yang harus dijawab oleh siswa. Percobaan yang harus dilakukan untuk menjelaskan masalah yang disajikan. Materi disajikan untuk memperkuat pengetahuan yang diperoleh melalui percobaan. Tes keterampilan berpikir kritis siswa untuk melatih keterampilan berpikir kritis siswa. Rangkuman yang berisi intisari dari materi. Evaluasi untuk menguji pengetahuan yang diperoleh. Glosarium, kunci jawaban, kemudian daftar pustaka. Modul IPA terpadu ini menggunakan basis problem based learning, yang memiliki tahapan berupa orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dengan tahap-tahapan tersebut modul IPA terpadu ini dilengkapi eksperimen yang berkaitan dengan materi dan dapat dipraktekkan siswa baik commit di laboratorium to user sekolah maupun praktek di

24 digilib.uns.ac.id 86 rumah karena pada eksperimen tersebut menggunakan alat-alat yang sederhana (alat yang ada di lingkungan sekitar). Hal tersebut didukung oleh pendapat Arends Cit Rianto (2009: 285) mengidentifikasi 6 keunggulan pembelajaran berbasis masalah, yakni: (1) peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut, (2) menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah, (3) pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki peserta didik sehingga pembelajaran lebih bermakna, (4) peserta didik dapat merasa manfaat pembelajaran sebab masalah yang dikaji merupakan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata, (5) menjadikan peserta didik lebih mandiri dan dewasa, termotivasi, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara peserta didik, dan (6) pengkondisian peserta didik dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi, baik dengan guru maupun teman akan memudahkan peserta didik mencapai ketuntasan belajar. Modul yang dikembangkan ini bertujuan untuk membantu siswa belajar mandiri dengan eksperimen sederhana dan dapat dilakukan oleh siswa secara mandiri. Draf I Draf I modul IPA terpadu berbasis masalah (Problem Based Learning) materi bunyi dibuat, kemudian modul divalidasi oleh dosen ahli, Guru IPA dan teman sejawat. 3. Tahap Develop Tahap develop merupakan tahap pengembangan. Tahapan ini terdiri dari tahapan validasi, uji coba terbatas, dan uji coba pemakaian (kelas besar). Pada tahap validasi, modul dan instrumen lainnya divalidasi oleh dua dosen ahli, dua guru IPA, dan dua teman sejawat. Validasi ini untuk melihat kelayakan isi (materi) dan kegrafikan dari modul yang dikembangkan. Menurut Daryanto (2013: 22) validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Apabila isi modul sesuai artinya efektif untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar, maka modul

25 digilib.uns.ac.id 87 dikatakan valid (sahih). Namun, apabila hasil validasi tidak valid maka modul diperbaiki hingga menjadi valid. a. Validasi Ahli Materi, Ahli Kegrafikan, Guru IPA dan Teman Sejawat. Validasi ahli Materi memiliki latar belakang Profesor dan validasi kegrafikan memiliki latar belakang Magister. Guru IPA terdiri dari dua guru SMP, yang memiliki latar belakang pendidikan fisika dan pendidikan biologi. Validasi guru dan teman sejawat dilakukan karena akan sangat membantu bila berbagi draf modul dengan rekan yang sudah mengenal baik atau familiar dengan siswa, sehingga dapat memeberi masukan kepada peneliti agar menjadi lebih peka akan kemungkinan timbulnya masalah sebelum siswa dilibatkan dalam proses evaluasi. Hasil validasi materi dari ahli materi ada beberapa skor yang kurang baik dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek kedalaman materi dan aspek memuat evaluasi kompetensi. Berdasarkan skor yang diberikan modul mendapatkan masukan dan saran berupa menambahi keterangan pada gambar dalam materi sehingga siswa mengerti dan paham makna dari gambar tersebut, materi yang ada sudah baik tetapi akan lebih lengkap jika ditambahkan materi tentang frekuensi alami benda (benda yang berbeda memiliki fekuensi alami yang berbeda pula), untuk referensi materi tambahkan referensi dari buku universitas, dan untuk evaluasi kompetensi sudah baik tetapi akan lebih baik jika evaluasi terdiri dari C1 sampai C5 atau C6. Dan hasil validasi materi dari validator praktisi yang memiliki skor yang kurang baik terdapat pada contoh dan rujukan serta ketepatan ilustrasi. Berdasarkan skor yang diberikan modul mendapatkan masukan sebaiknya contoh soal diberikan lebih variasi lagi sehingga siswa akan lebih terbantu (dapat belajar mandiri) dalam memecahkan masalah yang ada pada soal tes, untuk rujukan soal alangkah lebih baik jika soal tes mengacu pada soal ujin nasional, dan ketepatan ilustrasi diperhatikan lagi agar siswa tidak bingung dan mudah memahami. Hasil validasi kegrafikan dari ahli kegrafikan terdapat beberapa skor yang kurang baik dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek penempetan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola commit dan to aspek user pengungkap makna dari objek.

26 digilib.uns.ac.id 88 Berdasarkan hal terebut modul mendapatkan masukan dan saran berupa modul sudah cukup baik tetapi akan lebih teratur apabila penempetan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola sehingga akan memudahkan siswa mengenal pola dari modul dan memahami isi modul, serta objek yang ada pada modul sebaiknya lebih dalam lagi untuk menggali materi yang terkait sehingga makna gambar akan nampak jelas dan gambar mudah dimengerti siswa. Dan hasil validasi kegrafikan dari validator praktisi yang memiliki skor kurang baik dilihat dari aspek tata letak kulit modul, ilustrasi kulit modul, dan tipografi isi modul. Berdasarkan hal terebut modul mendapatkan masukan dan saran berupa ilustrasi kulit modul sebaiknya menggunakan 1 karakter objek saja yang bisa mnggambarkan materi ajar, untuk judul-judul materi sebaiknya konsisten untuk memudahkan siswa dalam mencari materi. Untuk mengetahui kelayakan modul dapat dilihat dari skor rata-rata hasil penilaian validator. Jika skor rata-rata hasil penilaian validator lebih dari cut off score (skor batas bawah), maka dapat disimpulkan bahwa layak untuk digunakan. Hasil uji kelayakan modul dapat dilihat pada tabel data lengkap disajikan pada lampiran 2. Tabel 4.16 Hasil Uji Kelayakan Modul No Aspek Validasi Modul Jumlah Aspek Skor Rata-rata Kategori 1 Kelayakan Isi 9 34,63 Baik 2 Kelayakan Bahasa 4 15,88 Baik 3 Kelayakan Penyajian 12 51,88 Baik 4 Kelayakan Ukuran Modul 2 8,37 Baik 5 Kelayakan Desain Kulit Modul 10 40,75 Baik 6 Kelayakan Desain Isi Modul 21 85,65 Baik Jumlah ,16 Layak Hasil penilaian dari validator berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa kelayakan modul meliputi kelayakan materi dan kelayakan kegrafikan. Kelayakan materi terdiri dari 3 komponen yaitu kelayakan isi, kelayakan bahasa dan kelayakan penyajian. Sedangkan kelayakan kegrafikan terdiri dari 3 komponen yaitu ukuran modul, desain kulit modul, desain isi modul. Jumlah skor rata-rata penilaian modul diperoleh 237,16 lebih besar dari nilai cut off

27 digilib.uns.ac.id 89 yaitu 174. Karena skor rata-rata penilaian modul lebih dari nilai cut off, maka dapat disimpulkan bahwa materi dan kegrafikan di dalam modul termasuk dalam kriteria layak, dengan kata lain modul sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Modul draf I yang telah divalidasi dan direvisi sesuai saran validator maka menghasilkan modul draf II. Saran dari validator dapat dilihat pada tabel 4.4. Selanjutnya modul draf II digunakan untuk uji coba terbatas pada 10 siswa kelas VIII SMP N 4 Kota Madiun. Pada uji coba terbatas bertujuan untuk melihat keterbacaan modul. b. Revisi I Setelah divalidasi oleh dosen ahli, guru IPA dan teman sejawat, draf I derevisi berdasarkan saran dari dosen ahli, guru IPA dan teman sejawat disajikan pada tabel 4.4. Saran dari dosen yaitu untuk memerikasa kembali kata-kata pada modul, pada fenomena 1 informasinya belum mendukung untuk rumusan masalah yang akan dipecahkan, berikan alamat web pada setiap gambar, dan pada eksperimen dilengkapi dengan gambar. Berdasarkan saran dari dosen, kata-kata pada modul telah diperiksan dan telah memperbaiki kata-kata yang salah, untuk informasi pada fenomena 1 telah diperbaiki sampai mendukung rumusan masalah yang harus dipecahkan karena informasi yang disajikan pada awal kegiatan pembelajaran merupakan masalah yang harus dicari solusinya dengan keterampilan berpikir kritis oleh siswa, dan disetiap gambar yang ada dalam modul telah diberi alamat webnya agar siswa mudah jika ingin mencari sumbernya. Untuk setiap eksperimen telah dilengkapi dengan gambar percobaan sehingga siswa lebih jelas dalam mengikuti langkah-langkah untuk melakukan percobaan. Hasil salah satu perbaikan gambar adalah sebagai berikut.

28 digilib.uns.ac.id 90 Gambar 4.3 Lembar Eksperimen Gambar 4.4 Lembar Eksperimen Berdasarkan saran dari dosen gambar 4.3 diganti menjadi gambar 4.4. Gambar telah disesuaikan dengan rincian alat yang terdapat pada setiap eksperimen. Selain saran tersebut juga masih terdapat kekurangan pada materi. Pada kegiatan pembelajaran 2 telah ditambahkan materi tentang frekuensi alami benda. Saran dari guru adalah pisahkan kolom diskusi pada langkah-langkah PBL. Pada setiap kegiatan pembelajaran telah diperbaiki kolom diskusi pada langkah-langkah PBL sesuai saran guru karena dengan memisahkan kolom diskusi pada langkah-langkah PBL maka akan terlihat jelas langkah-langkah PBL dalam modul yang harus dilakukan oleh siswa. Hasil salah satu perbaikan kolom diskusi dalam modul adalah sebagai berikut: Gambar 4.5 Kolom Diskusi Gambar 4.6 Kolom Diskusi

29 digilib.uns.ac.id 91 Berdasarkan saran dari guru gambar 4.5 diganti menjadi gambar 4.6. Gambar kolom diskusi telah disesuaikan dengan langkah-langkah PBL. Selain saran tersebut juga masih terdapat saran dari guru yaitu memberikan keterangan pada setiap tabel. Pada setiap tabel yang ada pada modul telah diberi keterangan agar memudahkan siswa mengenali tabel. Selain saran dari dosen dan guru, teman sejawat pun memberikan saran yaitu pada caver tulisan Bunyi masih terlihat kecil dan konsistensi jenis huruf pada setiap rangkuman. Berdasarkan saran tersebut peneliti memperbaiki ukuran tulisan pada caver agar judul terlihat jelas dan menjadi pusat perhatian, dan untuk setiap rangkuman pada setiap kegiatan pembelajaran telah diperbaiki dengan jenis hurufnya yang konsisten pada setiap rangkuman. Draf II Draf II merupakan hasil dari draf I yang telah direvisi berdasarkan saran validator. Selanjutnya draf II diujicoba kecil (uji coba terbatas) kepada 10 siswa SMP Negeri 4 Kota Madiun. c. Uji Coba Terbatas Setelah melalui tahapan revisi dan validasi ahli dan dinyatakan baik, modul kemudian diujicoba terbataskan. Hal ini untuk mengetahui keterbacaan modul apabila akan digunakan sebagai media pembelajaran. Uji coba terbatas dilakukan pada 10 orang siswa di SMP N 4 Kota Madiun kelas VIII. Hal ini sesuai dengan pendapat Dick dan Carey (2005: 291) bahwa jumlah yang diperlukan dalam evaluasi kelompok kicil hanya terdiri dari delapan sampai dengan dua puluh orang. Siswa yang dipilih untuk uji coba terbatas bukan dari siswa yang telah ditentukan sebagai sampel. Hasil dari uji coba terbatas pada tabel 4.9 kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi dan revisi draf modul pada uji coba terbatas dan hasil revisi untuk menerbitkan draf modul pada uji coba pemakaian. Hal yang perlu direvisi dari modul adalah ketidaktepatan ejaan pada beberapa kalimat dalam modul, perlu memperjelas bagian-bagian gambar modul. Hasil pada uji coba terbatas diperoleh dengan nilai rata-rata 4,2 dengan kategori baik yang artinya

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanaan di SMP Negeri 1 Sragen yang beralamat Jalan Raya Sukowati No. 162 Sragen, Kabupaten Sragen. 2. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul fisika berbasis inkuiri pada materi listrik dinamis untuk siswa SMA/MA. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau yang sering disebut penelitian R & D. Penelitian Pengembangan adalah metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang digilib.uns.ac.id 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan (1974). Pemilihan model Four-D ini karena dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA Rachma Indah Kurnia 1, M. Masykuri 2, Sarwanto 3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut. BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Model Penelitian dan Pengembangan Model penelitian pengembangan yang dipilih untuk pengembangan LKS yaitu model penelitian 4-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa pocket book IPA berpendekatan authentic inquiry learning. Berdasarkan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, design and develop

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Pengembangan Penelitian Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah modul pembelajaran IPA Terpadu Tema Ekosistem dengan pendekatan Jelajah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain penelitian the matching only pretest-posttest control group design (Fraenkel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2016 sampai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian pengembangan. Penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pengembangan bahan ajar khususnya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT Sri Mulyani, Cece Rakhmat, Asep Saepulrohman Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan A. RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Research and Development (R&D) yang merupakan desain penelitian dan pengembangan, yaitu metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan dan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian pengembangan digunakan untuk mengembangkan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini tergolong penelitian pengembangan modul pembelajaran pada pokok bahasan segi empat untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi eksperimental adalah desain penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 April 2016 sampai dengan 2 Mei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development (R&D). Model penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development, R&D). Borg & Gall (Sugiyono 2011: 47) menyatakan bahwa research and development

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) seperti yang dikembangkan oleh Thiagarajan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Hasil Uji Validitas Validitas LKS ini dilakukan pada tiga bagian, yakni validitas materi, validitas konstruksi dan validitas bahasa. Adapun hasil validasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian. Prosedur Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengembangkan multimedia interaktif untuk mahasiswa fisika. Penelitian pengembangan ini menggunakan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.3 No.4 (2017) :

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.3 No.4 (2017) : Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.3 No.4 (2017) : 152-157 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI DI KANDANGAN PADA

Lebih terperinci

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS), 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen. Dikarenakan subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan

Lebih terperinci

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini termasuk penelitian pengembangan yang menghasilkan produk pengembangan berupa LKS berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah Research and 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah Research and Development (penelitian dan pengembangan). Menurut Sukmadinata (2011: 167), dalam penelitian

Lebih terperinci

Pengembangan modul berbasis discovery learning untuk meningkatkan pemahaman konsep

Pengembangan modul berbasis discovery learning untuk meningkatkan pemahaman konsep SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 167 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN Latifah Kurnia, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and Development. Menurut Borg and Gall dalam Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. R. W. Monginsidi Karanganyar. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting dimiliki oleh setiap calon guru agar dapat berhasil melaksanakan pembelajaran di laboratorium.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D). BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan produk yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D). Penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research and Development (R & D).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian pengembangan Subject Spesific Pedagogy (SSP) ini menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono (2016:30) mengartikan metode penelitian

Lebih terperinci

Abstrak PENDAHULUAN.

Abstrak PENDAHULUAN. Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 51 PENGEMBANGAN MODUL MATA PELAARAN AKUNTANSI KEUANGAN KOMPETENSI DASAR PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat Penelitian Modul pembelajaran fisika ini dikembangkan di Laboratorium Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan modul pembelajaran Fisika dengan menggunakan model 4D (Four D Model) oleh Thiagarajan dan Sammel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran sub pokok bahasan luas permukaan dan. Permukaan dan Volume Pisma dan Limas tegak.

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran sub pokok bahasan luas permukaan dan. Permukaan dan Volume Pisma dan Limas tegak. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan karena peneliti ingin mengembangkan perangkat pembelajaran sub pokok bahasan luas permukaan dan volume pisma

Lebih terperinci

Desain Nonequivalent Control Group Design

Desain Nonequivalent Control Group Design BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperiment. Menurut Sugiyono (2011) bentuk ini mempunyai kelompok kontrol dan

Lebih terperinci

Kajian Validitas Konstruk Modul IPA Terpadu Berbasis Scientific Approach Materi Pokok Suhu, Kalor dan Perpindahannya SMP Kelas VII

Kajian Validitas Konstruk Modul IPA Terpadu Berbasis Scientific Approach Materi Pokok Suhu, Kalor dan Perpindahannya SMP Kelas VII Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 7 Kajian Validitas Konstruk Modul IPA Terpadu Berbasis Scientific Approach Materi Pokok Suhu, Kalor dan Perpindahannya SMP Kelas VII Intan Pratiwi Wardani 1,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Pra-Eksperimental (Pre- Eksperimental Design). Karena perlakuan tidak menggunakan kelas control.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN Cica Aisyah Nurlatifah 1, Tuti Kurniati 2, Meti Maspupah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development) yang bertujuan untuk mengembangkan modul biologi berbasis model

Lebih terperinci

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan PE NGARUH MO DEL PE MBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CAHAYA KELAS VIII SMP NEGERI 11 MEDAN Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL ELASTISITAS BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENGEMBANGKAN DISIPLIN BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA SMK

PENGEMBANGAN MODUL ELASTISITAS BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENGEMBANGKAN DISIPLIN BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA SMK PENGEMBANGAN MODUL ELASTISITAS BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENGEMBANGKAN DISIPLIN BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA SMK Udi Nugroho 1, Suparmi 2, Nonoh Siti Aminah 3 1 Magister Pendidikan Sains, Fakultas

Lebih terperinci

Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan

Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan Atira, Unggul Wahyono, dan Sahrul Saehana Atirasudirman066@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis), BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis), design (perancangan), development (pengembangan), implementation (implementasi),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar

BAB III METODE PENELITIAN. berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar 62 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan (development research) karena tujuannya untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang berupa Rencana

Lebih terperinci

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Ramona Safitri, M. Arifuddin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang digunakan adalah model pengembangan atau Research and Development (R&D). Metode penelitian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU BERJENDELA SEBAGAI PENDUKUNG IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU BERJENDELA SEBAGAI PENDUKUNG IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU BERJENDELA SEBAGAI PENDUKUNG IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI JURNAL KHUSUS Elvas Sugianto Efendhi Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of Science untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik kelas VII Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan suatu produk (Paidi, 2010: 57). Produk R&D dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan suatu produk (Paidi, 2010: 57). Produk R&D dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) merupakan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan atau mengembangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan BB III METODOLOGI PEELITI. Desain dan Metode Penelitian Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan (dalam Trianto, 010),

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Research and BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Research and Development (R&D) untuk mengembangkan Subject Specific Pedagogy (SSP) IPA dengan Model Problem

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS BIOLOGI BERBASIS KONTEKSTUAL DILENGKAPI DENGAN MIND MAP PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA UNTUK SISWA SMA

PENGEMBANGAN LKS BIOLOGI BERBASIS KONTEKSTUAL DILENGKAPI DENGAN MIND MAP PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA UNTUK SISWA SMA PENGEMBANGAN LKS BIOLOGI BERBASIS KONTEKSTUAL DILENGKAPI DENGAN MIND MAP PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA UNTUK SISWA SMA Fetro Dola Syamsu STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis R&D (Research and Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema pencemaran lingkungan berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development). Metode penelitian dan pengembangan merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA () BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA Yanuar Sinatra Dosen Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Malang Email: ysinatra@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Problem Based Learning (PBL) dan model Group Investigation (GI)

BAB III METODE PENELITIAN. Problem Based Learning (PBL) dan model Group Investigation (GI) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan model Problem Based Learning (PBL) dan model Group Investigation (GI) dalam peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan adalah langkah langkah untuk mengembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan adalah langkah langkah untuk mengembangkan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian Pengembangan LKPD IPA menggunakan metode Research and Development (R & D). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 164) penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 16 Yogyakarta yang terletak di Jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 16 Yogyakarta yang terletak di Jalan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 16 Yogyakarta yang terletak di Jalan Nagan Lor 8 Kraton Yogyakarta. SMP Negeri 16 Yogyakarta memiliki

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 tantiwidodo@gmail.com 2 widhasunarno@gmail.com 3 carinln@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi intelektual yang diperlukan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES. JPM IAIN Antasari Vol. 02 No. 2 Januari Juni 2015, h. 43-58 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Puput Ambaryuni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa dilihat dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk penelitian, sehingga peneliti harus menerima apa adanya

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk penelitian, sehingga peneliti harus menerima apa adanya BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Penelitian eksperimen semu merupakan desain pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. MODEL PENGEMBANGAN Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan inovasi pembelajaran yang menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN A. MODEL PENGEMBANGAN Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan inovasi pembelajaran yang menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. MODEL PENGEMBANGAN Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan inovasi pembelajaran yang menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development / R&D).

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang berorientasi pada produk. Produk yang dikembangan dalam penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN Nila Mutia Dewi*, Kadim Masjkur, Chusnana I.Y Universitas Negeri Malang Jalan Semarang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Deskripsi Data Tentang Hasil Belajar Siswa. kelas eksperimen ( kelas VII.3 ) berjumlah 36 orang, dan pada kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Deskripsi Data Tentang Hasil Belajar Siswa. kelas eksperimen ( kelas VII.3 ) berjumlah 36 orang, dan pada kelas BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Tentang Hasil Belajar Siswa Data yang dideskripsikan adalah data motivasi belajar dan tes hasil belajar matematika siswa. Data tentang hasil

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural 53 BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural Matematika Penelitian ini mengembangkan buku teks. Dalam penelitian ini model pengembangan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Cara Pengembangan Penelitian pengembangan modul Hidrosfer sebagai Sumber Kehidupan dengan pendekatan saintifik untuk pembelajaran geografi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Model Webbed pada Tema Pencemaran Air untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif, Sikap Peduli

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen dengan sampel penelitian yaitu 30 siswa kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran IPS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah 47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi/ Sampel Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 25 yang beralamat di Jl. Baturaden VIII no.21 kota Bandung. Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian merupakan kegiatan memecahkan masalah dan menemukan tafsiran (sebuah interpretasi) baru. Penelitian berperan dalam menguji teori-teori dalam bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pendidikan (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar pada mata pelajaran IPS

Lebih terperinci

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMP NEGERI 13 BANJARMASIN Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 297) menyatakan bahwa R&D adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 297) menyatakan bahwa R&D adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitan ini merupakan desain Research and Development (R&D). Sugiyono (2010: 297) menyatakan bahwa R&D adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut: 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk lebih memahami makna dari penelitian yang dilakukan maka digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut: 1. Penguasaan Konsep Penguasaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian ini meliputi: bagaimana cara mengembangkan multimedia interaktif, kevalidan multimedia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS Inquiry dan Local material MATERI POKOK SISTEM KOORDINASI KELAS XI IPA 2 MA NEGERI PRAMBON NGANJUK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS Inquiry dan Local material MATERI POKOK SISTEM KOORDINASI KELAS XI IPA 2 MA NEGERI PRAMBON NGANJUK PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS Inquiry dan Local material MATERI POKOK SISTEM KOORDINASI KELAS XI IPA 2 MA NEGERI PRAMBON NGANJUK SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Sugiyono (2014) menjelaskan, metode penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, yaitu pengembangan model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan desain 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan desain the matching only pretest posttest control group design (Fraenkel and

Lebih terperinci