Penelitian ini dilakukan di Desa Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok. Panribuan, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penelitian ini dilakukan di Desa Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok. Panribuan, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei"

Transkripsi

1 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei Alat dan bahan Alat Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Komputer untuk mengolah data dan juga pembuatan laporan 2. Kamera untuk dokumentasi guna mendukung data laporan 3. Kuisioner untuk mengumpulkan data sekunder maupun data primer Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Literatur yang berhubungan dengan penelitian 2. Lembar kuisioner yang dugunakan untuk mengumpulkan informasi sebagai pendukukung data primer dan data sekunder 3. Objek pengamatan yaitu Hutan Rakyat Bambu Pondok Buluh Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

2 Metode Penelitian Data penelitian yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan antara lain adalah data yang didapatkan dari hasil reponden masyarakat, bentuk pengolahan bambu dan beberapa data hasil penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi penelitian atau beberapa data umum yang terdapat pada instansi-instansi terkait dengan penelitian. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Lapangan Bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai lokasi penelitian yang meliputi luasan, data Penduduk dan data lain yang berhubungan dengan tujuan penelitian dan yang tidak dapat diperoleh baik dengan wawancara maupun dengan kuisioner. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data yang tidak bisa diperoleh dengan cara wawancara, karena terdapat hal-hal yang bersifat rahasia,sehingga peneliti harus belajar mengamati secara cermat kondisi yang ada di wilayah penelitian, yang sangat mungkin itu merupakan jawaban yang diharapkan. 2. Kuisioner Kuisioner hanya diajukan kepada responden terpilih, dimana responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat petani bambu yang terdapat dalam

3 lokasi penelitian. Masing-masing responden diberikan pertanyaan (kuisioner) yang sama sesuai dengan keperluannya. 3. Wawancara Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi dengan mangajukan pertanyaan sesuai dengan kuisioner dan melengkapi informasi lainnya sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara ini terstruktur menggunakan kuisioner yang ditanyakan kepada beberapa responden, tokoh yang ada pada desa tersebut dan aparat desa setempat. Selain itu, wawancara juga dilakukan pada dinas pemerintah daerah yang dianggap perlu untuk memperoleh informasi pendukung lainnya. 4. Dokumentasi Dokumentasi berupa foto yang dapat menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan sebagai data pelengkap untuk meyakinkan keadaan sebenarnya di lapangan. Teknik Pengambilan Sampel Sampel Responden Teknik pengambilan sampel masyarakat dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu yaitu sampel yang diambil dari masyarakat adalah masyarakat yang memanfaatkan tanaman bambu.

4 Penentuan jumlah sampel Responden mengacu sesuai dengan rumus Slovin (Prasetyo dan Jannah, 2007). n = N ( ) 2 1+ N e Keterangan : n N = Jumlah sampel yang dibutuhkan = Jumlah populasi e = Margin error yang diperkenankan 0,1 Akan tetapi jika dalam lokasi penelitian terdapat petani bambu dengan jumlah 100 orang maka sampel responden akan diambil s emua. Hal ini sesuai dengan literatur Arikunto (2002) dimana dinyatakan bahwa jika jumlah sampel yang terdapat dalam lokasi penelitian berjumlah 100 maka akan dhitung semua sebagai sampel. Maka setelah dilakukan pengamatan dilapangan didapat 22 KK saja yang mempunyai lahan bambu di Desa Pondok Buluh, jadi sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 22 KK. Teknik Analisis Data Menentukan Nilai Ekonomi Bambu yang Dimanfaatkan Data yang diperoleh dari pengamatan dilapangan baik melalui wawancara maupun kuisioner kemudian dianalisis secara kuantitatif. Nilai barang hasil dari bambu untuk setiap jenisnya per tahun yang diperoleh masyarakat dihitung dengan cara :

5 1. Harga barang yang dihasilkan dari bambu dianalisis dengan pendekatan harga pasar. 2. Menghitung nilai rata-rata jumlah bambu yang diambil per responden Rata-rata jumlah bambu yang diambil (Affandi dan Pantana, 2002). RJ = Xi + Xii +... Xn n Keterangan : RJ :Rata-rata jumlah bambu yang diambil. Xi : Jumlah bambu yang diambil responden. n : Jumlah banyak pengambilan bambu. 3. Menghitung total pengambilan per unit bambu per tahun. (Affandi dan Pantana, 2002). TP = RJ x f Keterangan : TP :Total pengambilan per Tahun. f : Frekuensi pengambilan. 4. Menghitung nilai ekonomi barang hasil dari bambu per jenis barang per tahun (Affandi dan Pantana, 2002).

6 NE = TP x Harga Hasil Bambu 5. Menghitung persentase nilai ekonomi dengan cara sebagai berikut, (Affandi dan Pantana, 2002). NEi %NE = NE x 100% Keterangan : %NE : Persentase nilai ekonomi NEi : Nilai ekonomi hasil dari bambu/jenis NE : Jumlah total nilai ekonomi seluruh hasil bambu Menentukan Kontribusi Bambu Untuk mengetahui kontribusi bambu terhadap pendapatan dapat diketahui dengan cara menghitung seluruh pendapatan, baik dari sumber pendapatan dari tanaman bambu maupun sumber pendapatan lainnya. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden, sedangkan persentase pendapatan dari bambu dapat dihitung dengan membandingkan pendapatan yang diperoleh dari bambu dengan total seluruh sumber pendapatan responden melalui rumus sebagai berikut : R = Rhr x 100% Rt

7 Keterangan : R : Persentase pendapatan dari bambu. Rhr : Pendapatan dari bambu. Rt : Pendapatan total yaitu hasil penjumlahan antara pendapatan dari bambu dan pendapatan dari luar bambu. Kontribusi bambu terhadap ekonomi rumah tangga dinilai dari persentase pendapatan yang diperoleh oleh responden dari bambu terhadap pendapatan total. Persentase pendapatan responden dibagi ke dalam lima kelas dari pendapatan sangat kecil hingga sangat besar (Tabel 2). Masing-masing kelas persentase pendapatan menunjukkan keadaan tingkat pendapatan responden dari Bambu. Tabel 2. Persentase kontribusi bambu terhadap pendapatan masyarakat No Persentase Kontribusi Pendapatan Hasil Keterangan Jumlah Responden Bambu 1 0%-20% Kontribusi Pendapatan Sangat Kecil 2 21%-40% Kontribusi Pendapatan Kecil 3 41%-60% Kontribusi Pendapatan Sedang 4 61%-89% Kontribusi Pendapatan Besar 5 90%-100% Kontribusi Pendapatan Sangat Besar Jumlah Sumber : Rensis Likert 1932 dalam Usman dan Purnomo (2009).

8 HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Hutan Rakyat Bambu. Desa Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun memiliki luas Ha dan memiliki potensi bambu sebesar 14,38 Ha. Hutan rakyat bambu di desa ini sudah lama dikembangkan secara turun temurun. Hutan bambu Pondok Buluh merupakan hasil kerja sama pemilik lahan dan masyarakat sekitar hutan dengan dinas kehutanan pemerintahan Kabupaten Simalungun dengan tujuan untuk mengurangi lahan kritis di daerah simalungun khususnya desa pondok buluh. Untuk itu dibutuhkan perhatian dan peranan pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat untuk kepentingan pengelolaan hutan dengan baik seperti alat-alat, sarana penampungan hasil industri kerajinan yang telah dihasilkan masyarakat. Jenis-jenis bambu yang terdapat di Desa Pondok buluh yaitu: 1. Bambu Andong (Gigantochloa pseudoarundinacea) 2. Bambu Betung (Dendrocalamus asper) 3. Bambu Apus (Gigantochloa apus) Dari berbagai jenis bambu inilah masyarakat Desa Pondok Buluh dapat mengembangkan bambu menjadi salah satu sumber penghasilan yang dapat menambah nilai ekonomi masyarakat tersebut. Hasil pengamatan dilapangan didapatkan bahwa terdapat 3 jenis bambu yang tumbuh dilahan Hutan Rakyat Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan,

9 Kabupaten Simalungun. Adapun klasifikasinya sesuai dengan literatur dari (Plantamor, 2008) adalah sebagai berikut: 1. Bambu Andong (Gigantochloa pseudoarundinacea (Widjaja, 1985) Gambar 2. bambu andong Nama lokal : Bambu gombong, bambu andong, awi andong bambu gombong, bambu andong, awi andong. Kingdom : Plantae (tumbuhan). Sub Kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub kelas : Commelinidae Ordo : Poales

10 Famili : Poaceae ( suku rumput-rumputan) Genus : Gigantochloa Spesies : Gigantochloa pseudoarundinacea Batang bambu andong berwarna hijau kekuningan dengan garis kuning yang sejajar dengan batangnya. Bambu ini membentuk rumpun yang tidak terlalu rapat, Diameter batangnya sekitar 5-13 cm, panjang ruas rata- rata 40 sampai 60 cm, dan ketebalan dinding batangnya 20 mm. Tanaman ini tingginya sekitar 7-30 m, Pelepah batang yang muda berwarna hijau pada bagian atas, bagian dalamnya licin mengkilap dan kaku seperti kertas. Pelepah batang yang kering warnanya abu-abu dan mudah gugur. Pelepah ini tertutup oleh miang berwarna cokelat tua. Helaian daunnya berbentuk lanset, tidak berbulu, panjang helaian daun cm, dan lebarnya 2,5 sampai 5 cm. Batang bambu andong biasa digunakan untuk bahan bangunan, chopstick, dan untuk membuat berbagai kerajinan tangan. Rebung bambu andong dapat dimakan tapi rasanya agak pahit, menurut Berlian dan Estu (1995) bahwa rebung bambu andong rasanya agak pahit, biasanya direbus dulu sebelum dimakan.

11 2. Bambu betung (Dendrocalamus asper) Gambar 3. bambu betung Nama lokal : Bambu betung, awi bitung (Sunda), pring petung (Jawa), awo petung (Bugis), bambu swanggi (Papua) Kingdom : Plantae (tumbuhan). Sub Kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae ( suku rumput-rumputan) Genus : Dendrocalamus Spesies : Dendrocalamus asper

12 Hasil pengukuran di lapangan diperoleh data bahwa bambu betung mempunyai jenis rumpun yang agak rapat. Warna batang hijau kekuningankuningan. Ukurannya lebih tinggi dan lebih besar dari pada jenis bambu lain, tinggi batang mencapai 20 m dengan diameter batang yang bisa mencapai 20 cm. Menurut Berlian dan Estu (1995) ruas bambu betung cukup panjang dan tebal, panjangnya antara cm dan ketebalan dindingnya 1-1,5 cm. Daun pelepah buluh sempit dan melipat ke bawah. Bambu betung sifatnya keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratseratnya besar dan ruasnya panjang, dapat dimanfaatkan untuk saluran air, penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam (gedek atau bilik), dan berbagai jenis barang kerajinan. Sedangkan rebung bambu betung terkenal paling enak karena rasanya manis, sehingga masyarakat sekitar desa Pondok Buluh sering memanfaatkannya sebagai sayuran 3. Bambu Apus (Gigantochloa apus) Gambar 4. bambu apus

13 Nama lokal : Bambu apus, awi tali (Sunda), pring tali (Jawa) Kingdom : Plantae (tumbuhan). Sub Kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae ( suku rumput-rumputan) Genus : Gigantochloa Spesies : Gigantochloa apus Bambu apus memiliki tinggi mencapai 20 m dengan warna batang hijau cerah sampai kekuning-kuningan. Batangnya tidak bercabang di bagian bawah. Diameter batang 2,5-15 cm, tebal dinding 3-15 mm, dan panjang ruasnya cm. Panjang batang yang dapat dimanfaatkan antara 3-15 mm, dan bentuk batang bambu apus sangat teratur. Bambu apus berbatang kuat, liat dan lurus, jenis ini terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku kerajinan anyaman karena seratnya yang panjang, kuat, dan lentur, ada juga yang menggunakannya untuk alat musik.

14 Sistem Pengelolaan dan Pengolahan Bambu Dalam kegiatan silvikulturnya, pengelolaan hutan rakyat Desa Pondok Buluh menggunakan pola tanam campuran karena ditanam dengan tanaman lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darusman dan Hardjanto (2006) bahwa pada umumnya hutan rakyat terdiri dari satu jenis pohon (monokultur) atau beberapa jenis pohon yang ditanam secara campuran sebagai usaha kombinasi berupa tanaman kayu-kayu dan tanaman semusim. Adapun kegiatan silvikulturnya yaitu: 1. Persiapan Lahan Para responden petani hutan rakyat bambu di Desa Pondok Buluh tidak melakukan persiapan lahan secara khusus, akan tetapi masyarakat Desa Pondok Buluh sebagai petani bambu hanya melakukan pembersihan lahan saja, seperti menyemprot rumput-rumputan yang tumbuh di lahan mereka, ataupun dengan membabat rumput yang tumbuh disekitar lahan yang akan ditanami tanaman bambu. Dalam kegiatan pembersihan lahan tersebut para petani bambu tidak memerlukan orang lain yang dibayar untuk mengerjakan pembersihan lahannya tersebut, hal ini dikerenakan lahan milik warga tidak begitu besar. Jika mereka memakai tenaga orang lain untuk mengerjakan pembersihan lahan maka para petani bambu harus mengeluarkan biaya tambahan untuk proses pembersihan lahan, sedangkan keuntungan hasil dari penjualan bambu pun tidak begitu besar.

15 2. Pengadaan Bibit Sebelum melakukan penanaman bambu di lahan yang telah dibersihkan terlebih dahulu tersebut, para petani bambu telah memiliki bibit yang telah siap ditanam. Bibit tersebut telah dibuat sendiri oleh petani bambu dengan cara stek batang di lahan bambu tersebut. Para petani bambu membuat sendiri bibitnya dari cabang bambu yang tumbuh dibatangnya dan dipotong untuk ditanam, mereka melakukan pembibitan sendiri karena tidak terlalu banyak yang hendak mereka tanam, para petani bambu hanya menanam bambu pada lahan kosong saja, sementara dilahan itu juga telah terdapat tanaman bambu yang tumbuh secara liar, maka dari itu para petani tidak terlalu banyak menanam bambu. 3. Penanaman Jenis bambu yang paling dominan ditanam oleh masyarakat Desa Pondok Buluh adalah bambu andong. Bambu ini sudah tumbuh sejak lama di lahan masyarakat, adapun alasan petani memilih jenis bambu ini adalah dapat digunakan sebagai pembatas lahan, pelindung dari angin dan air, selain itu cukup menambah penghasilan masyarakat, pembelinya juga lumayan banyak dan pemeliharaannya gampang.berdasarkan hasil wawancara, penanaman bambu dilakukan dengan bibit melalui stek batang dengan jarak tanam tiap rumpunnya 3 x 3 meter. 4. Pemeliharaan Umumnya tidak dilakukan pemeliharaan khusus sejak awal penanaman. Hal ini dikarenakan bambu itu sendiri cepat tumbuh dan berkembang, sehingga hanya dilakukan pembersihan seperti pembabatan pada saat pemanenan. Adapun kegiatan

16 pembersihan lahan dilakukan hanya semata-mata untuk melihat anakan bambu atau tunas bambu yang biasanya sering diambil oleh sebagian petani bambu yang digunakan sebagai sayuran. Masyarakat sering menyebutnya dengan sayuran rebung ataupun tunas bambu tersebut. Setelah itu, para petani bambu di desa pondok buluh tidak ada yang melakukan perawatan khusus untuk tanaman bambu tersebut seperti pemupukan, dan lain-lain melainkan para petani bambu kebanyakan membiarkan tanaman bambu tersebut tumbuh secara sendirinya sampai kepada masa panen. 5. Pemanenan Bambu yang ditanam pertama kali dipanen pada umur 4-6 tahun dan untuk pemanenan selanjutnya dapat dilakukan pada umur 3 sampai 6 bulan. Sistem pemanenan bambu yang dilakukan di Desa Pondok Buluh yaitu sistem tebang pilih, hal ini sesuai dengan pernyataan Berlian dan Estu (1995) bahwa pemanenan bambu yang biasa diterapkan di Indonesia adalah sistem tebang pilih. Menurut responden petani hutan rakyat bambu bahwa banyaknya bambu yang siap untuk ditebang dipengaruhi oleh kebersihan lahan dan lamanya waktu pemanenan. Adapun bambu yang siap panen seperti jenis bambu andong yaitu: batang berwarna hijau tua kusam, dan terdapat lingkaran putih pada batang atau batang berpanu. Jumlah bambu yang siap untuk ditebang berkisar antara 5-10 batang/rumpun dengan panjang bambu yang dipanen antara 8-9 meter untuk setiap batang bambunya. Pada masa pemanenan, proses pemanenan tanaman bambu dilakukan pada saat musim kemarau ataupun pada musim yang tidak terlalu sering turun hujan. Hal ini dikarenakan apabila proses pemanenan bambu dilakukan pada musim hujan, maka

17 akan dapat menyebabkan tanah menjadi mudah longsor, karena akar bambu mempunyai fungsi sebagai pengikat tanah agar tidak mudah longsor. Sesuai yang dinyatakan Dephut, 2004) bahwa waktu yang tepat untuk memanen bambu adalah pada awal musim kemarau. Apabila dilakukan pemanenan dilakukan pada musim penghujan maka nantinya akan menghasilkan bambu dengan kualitas kurang baik dan akan mempengaruhi harga jual dari bambu dan juga dapat mengakibatkan tanah mudah longsor karena tanah sudah tidak diikat lagi oleh akar tanaman bambu tersebut. 6. Penjualan Setelah melakukan proses pemanenan, masyarakat Desa Pondok Buluh yang juga sebagai petani bambu akan menjual hasil dari bambu tersebut kepada konsumen. Sebagian besar masyarakat/petani bambu tersebut ada yang menjual bambu tersebut dalam bentuk bambu gelondongan, dan ada juga yang menjualnya dalam bentuk bambu belah. Bambu dalam bentuk gelondongan dijual para petani bambu dengan harga Rp ,00 kepada konsumen dengan panjang bambu gelondongan tersebut adalah 4 meter. Sedangkan dalam hal mempromosikan produk mereka, petani tidak menawarkan secara langsung ke para pedagang, tetapi mereka hanya menunggu para pembeli datang ke tempat mereka secara langsung dan umumnya pembeli tersebut adalah orang-orang yang telah lama menjadi pelanggan tetap dari para petani tersebut.

18 Gambar 5. bambu gelondongan yang akan dijual Penjualan bambu juga dilakukan masyarakat Desa Pondok Buluh dalam bentuk bambu belah. Masyarakat dengan sengaja memotong-motong bambu yang sudah dipanen sebelumnya menjadi bentuk bambu belah, biasanya bambu belah ini dibeli oleh para konsumen untuk dijadikan sebagai pagar. Untuk satu bambu gelondongan masyarakat dapat menghasilkan bambu belah sebanyak 30 biji bambu belah, sedangkan bambu yang akan dijual dalam bentuk bambu belah di ikat terlebih dahulu menjadi ikatan-ikatan bambu belah yang sudah siap untuk dipasarkan. Satu ikat bambu belah berjumlah 30 buah bambu belah yang akan dijual dengan harga Rp ,00 / ikat dengan panjang bambu belah tersebut adalah 2 meter.

19 Gambar 6. bambu belah siap jual Bambu yang sudah dipanen oleh para petani bambu umumnya dijual hanya dalam bentuk bambu gelondongan dan bambu belah saja. Sedangkan untuk produkproduk lainnya yaitu bahan kerajinan seperti keranjang, kandang ayam, dan bentuk kerajinan lainnya para petani belum mengetahui cara untuk mengolah bambu tersebut untuk dijadikan sebagai bahan kerajinan. Hal ini disebabkan belum pernah dilakukan penyuluhan-penyuluhan dan pengajaran di Desa Pondok Buluh tentang pengolahan produk dari bambu tersebut menjadi barang-barang kerajinan, maka dari itu para petani bambu di desa tersebut menginginkan adanya bantuan dari pemerintah maupun bantuan dari pihak luar lainnya untuk mengadakan penyuluhan-penyuluhan mengenai pengolahan bambu demi menunjang kemajuan nilai ekonomi penduduk desa tersebut. Nilai Ekonomi Bambu di Desa Pondok Buluh Nilai ekonomi adalah nilai suatu barang atau jasa jika diukur dengan uang. Nilai ekonomi hasil bambu dapat juga diartikan sebagai nilai / harga hasil bambu yang dimanfaatkan yang dapat ditukarkan dengan uang. Bambu juga termasuk sumber daya hutan yang nilai ekonominya sangat menjanjikan. Ichwandi (1996) mengatakan bahwa penelitian ekonomi sumber daya hutan adalah suatu metode atau teknik untuk mengekstimasi nilai uang dari barang atau jasa yang diberikan oleh suatu kawasan hutan.

20 Bambu merupakan tanaman rakyat yang sangat penting. Banyak kegunaannya untuk kehidupan sehari-hari, baik sebatas kebutuhan rumah tangga maupun sebagai sumber perdagangan. Dahulu hampir tiap petani di pedesaan memiliki tanaman bambu di kebunnya masing-masing, karena mudah tumbuh dan banyak terdapat di mana-mana,tetapi sekarang bambu nyaris dianggap tanaman biasa saja karena kurangnya pengetahuan masyarakat. Misalkan saja di Desa Pondok Buluh, pengelolaan tanaman bambu seringdianggap tidak punya kelebihan apa-apa, dan masyarakat menanam bambu hanya untuk menambah pendapatan ekonomi sebagai pendapatan sampingan saja,padahal di negara-negara lain, bambu telah dibudidayakan secara serius dan dijadikan sumber devisa yang sangat penting. Dari bambu telah tercipta berbagai produk yang benar-benar dibutuhkan oleh kehidupan manusia masa kini, seperti obat-obatan, makanan, perabotan rumah tangga, kertas, konstruksi bangunan, jembatan, rumah, tanaman hias, konservasi, dan sebagainya. Bambu adalah tanaman yang sangat bernilai ekonomi tinggi, hal ini disebabkan karena tanaman bambu bisa diolah menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat. Antara lain dapat kita lihat banyak dijual berbagai macam produk dari bambu berupa kursi, keranjang, meja, tempat tidur dan lain sebagainya. Nilai ekonomi bambu diperoleh dari hasil perkalian total antara jumlah bambu yang diambil per jenis pertahun dengan harga jual bambu per jenis. Hasil penelitian menunjukan bahwa total nilai ekonomi bambu masyarakat di Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun adalah sebesar Rp ,-/tahun baik yang dijual bambu bulat gelondongan maupun bambu yang dijual berupa bambu belah. Sedangkan jika dirata-ratakan, nilai ekonomi

21 yangdidapat oleh masyarakat / petani bambu adalah sebesar Rp ,-/tahun/kk yang didapat dari nilai ekonomi total dibagi dengan jumlah masyarakat yang memanfaatkan bambu tersebut(lampiran 5). Dalam pemanfaatan bambu di Desa Pondok Buluh, pendapatan terbesar dari hasil penjualan bambu adalah sebesar Rp ,-/tahun yaitu pendapatan dari Albiner Sinaga dengan luas lahan 1 Ha dengan frekuensi pengambilan sebanyak 3 kali dalam satu tahun, selain berprofesi sebagai petani bambu, bapak ini juga berstatus sebagai Kepala Desa di Desa tersebut. Sedangkan pendapatan terkecil untuk penjualan bambu adalah Rp ,-/tahun. Responden yang mendapatkan nilai penjualan bambu terkecil ini disebabkan karena hanya memiliki lahan yang tidak begitu besar, yaitu kurang dari 0,6 Ha. Disamping itu masyarakat yang juga petani bambu tersebut hanya menjadikan tanaman bambu sebagai tanaman sampingan saja sehingga hasil yang didapatkan juga kurang begitu besar. Kontribusi Nilai Ekonomi Bambu Terhadap Pendapatan Masyarakat Tanaman bambu memiliki berapa kegunaan yang sangat berguna dalam kehidupan masyarakat. Selain memiliki kegunaan yang beragam tanaman bambu juga mempunyai fungsi yang baik dalam segi ekologi. Menurut Widjaja (1985) bambu merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan mulai dari benda kerajinan, bahan makanan, bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi. Diantara pemanfaatan bambu antara lain digunakan sebagai topi, kursi, meja, lemari, alat musik angklung, sayur, kertas, dan bahan bangunan. Kegunaan ini tidak hanya dikenal dibeberapa negara saja melainkan hampir di seluruh dunia sejak dahulu kala.

22 Maka tidak salah jika banyak masyarakat yang menjadikan tanaman bambu sebagai salah satu penunjang kehidupannya apalagi masyarakat yang memang tinggal dan berdekatan pada daerah yang sangat subur akan tanaman bambu. Sebagai masyarakat tani, pendapatan utama masyarakat Desa Pondok Buluh Kecamatan Panribuan Kabupaten Simalungun tidak hanya berasal dari sektor pertanian saja, melainkan memiliki beragam profesi seperti Wirausaha, Peternakan, dan juga ada yang PNS. Secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 3 yaitu tabel pendapatan Rumah tangga per tahun dari berbagai jenis usahanya. Tabel 3. Pendapatan Masyarakat Pondok Buluh Per Tahun Dilihat Dari Jenis Usahanya No Sumber Pendapatan Jumlah (Rp.) Presentasi (%) 1 Pertanian (Tanaman semusim) ,84 2 Petani Bambu ,02 3 Peternakan ,03 4 Wirausaha ,52 5 PNS ,56 Jumlah Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukan bahwa sumber pendapatan terbesar adalah terbesar di Desa Pondok Buluh adalah pendapatan dari sektor pertanian yaitu sebesar Rp ,-/ tahun dengan presentasi hampir 50% dan pendapatan terendah adalah pendapatan dari sektor peternakan yaitu sebesar Rp ,- /tahun dengan presentasi hanya 5%. Nilai ekonomi pendapatan dari luar pemanfaatan tanaman bambu adalah sebesar Rp ,-/tahun dari jumlah total hasil pendapatan dari sektor pertanian, peternakan, wirausaha, dan juga pendapatan dari PNS. Hasil penelitian juga menunjukan bambu yang sudah dipanen langsung dijual dalam bentuk bambu bulat gelondongan dan bambu yang sudah dipotong-

23 potong menjadi bentuk bambu belah yang biasanya digunakan para konsumen untuk dijadikan pagar. Masyarakat atau petani bambu yang memanfaatkan bambu gelondongan dan menjual dalam bentuk bambu belah adalah sebanyak 9 orang, mereka menjual bambu belah tersebut dengan harga Rp. 7000,-/ikat dengan ukuran panjang bambu adalah 2m. Sedangkan masyarakat atau petani bambu yang tidak mengolah bambu dan menjualnya dalam benntuk bambu bulat gelondongan adalah sebanyak 13 orang dengan harga jualnya Rp. 3000,-/batang dengan panjang bambu yang dijual adalah sepanjang 4m (Lampiran 5). Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa hasil atau nilai yang didapat dari hasil penjualan bambu baik berupa bambu bulat gelondongan dan bambu belah tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap pendapatan masyarakat di Desa Pondok Buluh, karena masyarakat kurang mengerti untuk mengelola bambu menjadi produkproduk kerajinan tangan ataupun berbagai bentuk olahan lain agar dapat menghasilkan nilai ekonomi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penjualan bambu yang dilakukan masyarakat di desa tersebut, yaitu tanpa diolah terlebih dahulu. Seperti yang dikatakan Widjaja (1985) dalam literturnya bahwa bambu merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan mulai dari benda kerajinan, bahan makanan, bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi. Diantara pemanfaatan bambu antara lain digunakan sebagai topi, kursi, meja, lemari, alat musik angklung, sayur, kertas, dan bahan bangunan.

24 Tabel 4. Presentasi Kontribusi Pendapatan Hasil dari Tanaman Bambu. No Persentase Kontribusi Jumlah Pendapatan Hasil Keterangan Responden Bambu 1 0%-20% Kontribusi Pendapatan Sangat Kecil %-40% Kontribusi Pendapatan Kecil %-60% Kontribusi Pendapatan Sedang %-89% Kontribusi Pendapatan Besar %-100% Kontribusi Pendapatan Sangat Besar - Jumlah 22 Dari tabel diatas dapat dilihat pada hasil penelitian bahwa semua masyarakat di Desa Pondok Buluh termaksud kedalam kontribusi pendapatan sangat kecil, karena kontribusi pendapatan masyarakat tidak ada yang mencapai lebih dari 20%. Hal ini disebabkan karena lahan milik rakyat tidak begitu besar dan masyarakatnya sebagai petani bambu hanya menanam tanaman bambu untuk sumber pendapatan sampingan saja, mereka lebih memperioritaskan sektor pertanian pada tanaman musiman yaitu tanaman kopi (Lampiran 6). Kendala Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Bambu Kendala dalam pengelolaan hutan rakyat bambu yaitu kurangnya modal, keterampilan dan kurangnya promosi dari hutan rakyat bambu menyebabkan terbatasnya jenis produk dari hasil hutan rakyat bambu padahal hutan bambu di desa Pondok buluh memiliki potensi yang cukup besar. Petani hanya dapat membuat bambu belah sebagai produk utama dari hutan rakyat bambu, karena pengerjaannya telah mereka pelajari secara turun temurun. Sedangkan dalam hal pembuatan gedek dan kandang ayam, pembuatannya kurang diutamakan dikarenakan modal yang terbatas dan peralatan yang digunakan kurang. Pemasaran produk bambu yang berupa bambu belah hanya mengharapkan pembeli yang datang dari luar desa dan

25 pembelinya pun adalah orang yang telah lama menjadi pelanggan mereka. Hal ini dikarenakan petani tidak mempunyai modal yang cukup besar untuk memasarkan produk olahan mereka. Sampai saat ini luas lahan hutan rakyat bambu di Desa Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun kian menurun. Hal ini disebabkan banjir sehingga terjadilah tanah longsor yang mengakibatkan robohnya rumpun bambu. Longsor yang terjadi pada lahan hutan bambu menyebabkan kurangnya minat masyarakat terhadap bambu, karena dianggap kurang memiliki prospek yang bagus untuk ke depannya. Karena tidak ada sarana promosi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan pemasaran produk bambu tersebut hanya terbatas pada pembeli yang datang langsung ke tempat pemasaran di desa tersebut yang umumnya adalah pelanggan tetap mereka, atau bahkan hanya menjadi konsumsi sendiri dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang mengganti atau mengalokasikan lahan bambu dengan tanaman pertanian lainnya, seperti kopi, kemiri, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan menurut mereka tanaman pertanian tumbuhnya cepat dan dapat memberikan keuntungan yang lebih banyak dari bambu.

26 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Produk utama yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Pondok Buluh yaitu bambu belah dengan harga jual Rp ,-/ikat/2m dan bambu bulat gelondongan dengan harga Rp ,-/batang/4m. maka dari itu harga jual bambu belah lebih tinggi Rp ,00 jika dibandingkan dengan bambu yang dijual gelondongan. 2. Besar total pendapatan masyarakat dari tanaman bambu adalah sebesar Rp ,-/tahun dengan dan besar nilai pendapatan masyarakat secara keseluruhan adalah Rp ,-/tahun 3. Kontribusi nilai ekonomi dari tanaman bambu terhadapat pendapatan masyarakat terbesar adalah 17,35 % dan kontribusi dari tanaman bambu terhadap pendapatan pendapatan masyarakat terkecil adalah 2,14 % dengan rata-rata presentasi kontribusi tanaman bambu terhadap pendapatan masyarakat Desa Pondok Buluh adalah sebesar 9,27 %. Saran Diharapkan kepada para petani hutan rakyat bambu agar dapat meningkatkan keterampilan dan lebih berinteraksi kepada masyarakat di luar desa. Sehingga, produk yang dihasilkan lebih bervariasi dan pemasaran produk lebih meluas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri Morfologis Bambu Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae (rumput-rumputan). Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah batang (buluh) yang

Lebih terperinci

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Pendahuluan Bambu adalah salah satu jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang potensial untuk mensubstitusi kayu bagi industri berbasis bahan baku kayu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Bambu Sembilang 2.1.1 Klasifikasi Dalam pengelompokannya, bambu termasuk kedalam salah satu jenis rumput-rumputan. Menurut Sutarno (1996) bambu adalah tumbuhan

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT BAMBU DESA PONDOK BULUH KECAMATAN DOLOK PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN

KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT BAMBU DESA PONDOK BULUH KECAMATAN DOLOK PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT BAMBU DESA PONDOK BULUH KECAMATAN DOLOK PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN Dusun Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi No urut sampel PENGENALAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka

TINJAUAN PUSTAKA. dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka TINJAUAN PUSTAKA Hutan Rakyat Hutan Tanaman Rakyat atau HTR adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat TINJAUAN PUSTAKA Bambu Tali Bambu sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki kandungan lignoselulosa melimpah di Indonesia dan berpotensi besar untuk dijadikan sebagai bahan pengganti kayu

Lebih terperinci

Ricardo Felixon Simatupang a, Siti Latifah b, Yunus Afifuddin b

Ricardo Felixon Simatupang a, Siti Latifah b, Yunus Afifuddin b NILAI EKONOMI DAN KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT BAMBU (Bambusa sp) (Studi Kasus di Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat) ECONOMIC VALUE AND CONTRIBUTION OF PEOPLE BAMBOO FOREST (Bambusa sp)

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi Robusta Kedudukan tanaman kopi dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Bambu Sembilang Bambu memiliki bagian-bagian yang menjadi ciri-ciri morfologinya sehingga dapat digunakan untuk membedakan bambu dengan tumbuhan lain maupun

Lebih terperinci

POTENSI EKONOMI PENGUSAHAAN HUTAN RAKYAT BAMBU DESA PONDOK BULUH, KECAMATAN PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN

POTENSI EKONOMI PENGUSAHAAN HUTAN RAKYAT BAMBU DESA PONDOK BULUH, KECAMATAN PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN POTENSI EKONOMI PENGUSAHAAN HUTAN RAKYAT BAMBU DESA PONDOK BULUH, KECAMATAN PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI Oleh: Asnita Octavia Ritonga 051201035 Manajemen Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai September 2014

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai September 2014 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai September 2014 di Desa Guo Batu dan Desa Simanguntong Merupakan desa yang lokasinya berada disekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Fisiografi Wilayah. karakteristik kondisi sosial ekonomi daerah penelitian. Karakteristik kondisi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Fisiografi Wilayah. karakteristik kondisi sosial ekonomi daerah penelitian. Karakteristik kondisi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Fisiografi Wilayah Karakteristik daerah penelitian yang dikaji terdiri atas karakteristik kondisi fisik daerah penelitian, karakteristik kondisi demografis daerah

Lebih terperinci

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH Ariefa Primair Yani Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komparasi Komparasi adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, yang kemudian dilakukan analisis dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dikelompokkan sebagai tanaman berkayu. Bambu tersebar di beberapa belahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dikelompokkan sebagai tanaman berkayu. Bambu tersebar di beberapa belahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bambu merupakan anggota dari famili Graminae, subfamili Bambuscideae dan suku Bambuseae. Bambu memiliki sifat seperti pohon dan dapat dikelompokkan sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keputih-putihan atau kekuning-kuningan serta kehitam-hitaman. Batang tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. keputih-putihan atau kekuning-kuningan serta kehitam-hitaman. Batang tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Rotan Akar tanaman rotan mempunyai sistem perakaran serabut, berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan serta kehitam-hitaman. Batang tanaman rotan berbentuk memanjang dan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep formal

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep formal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah PENDAHULUAN Latar Belakang Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

Keanekaragaman Bambu dan Manfaatnya Di Desa Tabalagan Bengkulu Tengah

Keanekaragaman Bambu dan Manfaatnya Di Desa Tabalagan Bengkulu Tengah Jurnal Gradien Vol. 10 No. 2 Juli 2014 : 987-991 Keanekaragaman Bambu dan Manfaatnya Di Desa Tabalagan Bengkulu Tengah Ariefa Primair Yani Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Bengkulu, Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi sumber dayanya adalah dalam bentuk survei. Macam-macam survey

PENDAHULUAN. potensi sumber dayanya adalah dalam bentuk survei. Macam-macam survey PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam potensi sumber dayanya adalah dalam bentuk survei. Macam-macam survey sumber daya alam meliputi setiap kegiatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki TINJAUAN PUSTAKA Bibit Sungkai (Peronema canescens) 1. Morfologi Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus, sungkai, sekai termasuk

Lebih terperinci

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum 8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI 8.1. Pembahasan Umum Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan bukan merupakan hal yang baru, tetapi pemanfaatannya pada umumnya hanya dilakukan berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom: Tracheobionta; Super Divisi: Spermatophyta ; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Sub Kelas: Commelinidae;

Lebih terperinci

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) I ndonesia merupakan salah satu negara produsen pisang yang penting di dunia, dengan beberapa daerah sentra produksi terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan N TB. Daerah-daerah ini beriklim hangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu Bambu termasuk ke dalam famili Gramineae, sub famili Bambusoidae dansuku Bambuseae. Bambu biasanya mempunyai batang yang berongga, akar yang kompleks, serta daun berbentuk

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman II.TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Agronomis Wortel atau Carrot (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu Bambu adalah tumbuhan yang batangnya berbentuk buluh, beruas-ruas, berbuku-buku, berongga, mempunyai cabang berimpang dan mempunyai daun buluh yang menonjol (Heyne 1987).

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bambu merupakan tanaman dari famili rerumputan (Graminae) yang banyak dijumpai dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Secara tradisional bambu dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m terdapat 3 plot dengan jumlah

Lebih terperinci

FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL. Oleh : RETNO ISMURDIATI

FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL. Oleh : RETNO ISMURDIATI FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL Oleh : RETNO ISMURDIATI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANLAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1998 RETNO ISMURDIATI. Fungsi Tanaman

Lebih terperinci

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga. Bambu memiliki cabang-cabang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bambu merupakan keluarga rumput, dan memiliki sebutan pula sebagai

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bambu merupakan keluarga rumput, dan memiliki sebutan pula sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bambu merupakan keluarga rumput, dan memiliki sebutan pula sebagai rumput raksasa The Giant Grass. Sebagai sebuah tanaman tumbuh tercepat di dunia, bambu pun memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak manfaat yang dapat diambil dari pohon bambu, hal ini terlihat dari produk-produk yang dihasilkan. Setiap

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan

Lebih terperinci

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni Nyamplung tentu tanaman itu kini tak asing lagi di telinga para rimbawan kehutanan. Buah yang berbentuk bulat

Lebih terperinci

Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan

Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan Nurlina Saking dan Novia Qomariyah Disampaikan Dalam Rangka Seminar Nasional Teknologi Peternakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan spesies bambu. Di

TINJAUAN PUSTAKA. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan spesies bambu. Di TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Bambu Deskripsi tanaman Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pisang Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Sudah lama buah pisang menjadi komoditas buah tropis yang sangat populer

Lebih terperinci

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya 1 PENDAHULUAN Hutan rakyat merupakan hutan yang dibangun oleh masyarakat pada lahan milik rakyat. Hutan rakyat tetap penting, karena selain secara ekologi dapat mendukung lingkungan (menahan erosi, mengurangi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu banyak ditemukan di daerah tropis di benua Asia, Afrika, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu banyak ditemukan di daerah tropis di benua Asia, Afrika, dan TINJAUAN PUSTAKA Pengenalan Bambu Bambu banyak ditemukan di daerah tropis di benua Asia, Afrika, dan Amerika. Namun, beberapa spesies ditemukan pula di Australia. Benua Asia merupakan daerah penyebaran

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar di seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan secara taksonomi (Rukmana, 2003) Caisim diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Sub-Kingdom : Tracheobionta

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Hutan Bambu tepatnya di Kawasan Ekowisata Boon Pring Desa Sanankerto Kecamatan Turen Kabupaten Malang, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang kehidupan sosial dan ekonomi bagi masyarakat di negara Indonesia ini. Selain menyediakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus dengan memanfaatkan kemajuan

Lebih terperinci

KEBERADAAN MATERIAL BAMBU SEBAGAI SUBTITUSI MATERIAL KAYU PADA PENERAPAN DESAIN INTERIOR DAN ARSITEKTUR

KEBERADAAN MATERIAL BAMBU SEBAGAI SUBTITUSI MATERIAL KAYU PADA PENERAPAN DESAIN INTERIOR DAN ARSITEKTUR KEBERADAAN MATERIAL BAMBU SEBAGAI SUBTITUSI MATERIAL KAYU PADA PENERAPAN DESAIN INTERIOR DAN ARSITEKTUR Grace Hartanti Jurusan Desain Interior, Fakultas Komunikasi Multimedia, Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

LEMBAR KUISIONER RESPONDEN. PENGENALAN TEMPAT Dusun Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi No urut responden Tanggal JURUSAN KEHUTANAN MANAJEMEN HUTAN

LEMBAR KUISIONER RESPONDEN. PENGENALAN TEMPAT Dusun Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi No urut responden Tanggal JURUSAN KEHUTANAN MANAJEMEN HUTAN LAMPIRAN 1 LEMBAR KUISIONER RESPONDEN PENGENALAN TEMPAT Dusun Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi No urut responden Tanggal JURUSAN KEHUTANAN MANAJEMEN HUTAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Identitas Responden

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam II. TINJAUAN PUSTAKA A. DeskripsiBambuKuning Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat besar.salah satu sumber daya alam yang telah dikenal dan dibudidayakan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu Bambu termasuk ke dalam famili Graminae, sub famili Bambusoidae dan suku Bambuseae. Bambu biasanya mempunyai batang yang berongga, akar yang kompleks, serta daun berbentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum. Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum. Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama dengan padi, jagung, tebu, gandum,

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang Tanaman bawang sabrang TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi bawang sabrang menurut Gerald (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Spermatophyta

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar

Lebih terperinci

A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Bambu (Bambusa Sp) Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan Nina Herlina, Syamsul Millah, Oding Syafrudin Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

Famili Solanaceae. Rommy A Laksono

Famili Solanaceae. Rommy A Laksono Famili Solanaceae Rommy A Laksono Suku terong-terongan atau Solanaceae adalah salah satu suku tumbuhan berbunga. Suku ini memiliki nilai ekonomi cukup tinggi bagi kepentingan manusia. Beberapa anggotanya,

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya tanaman pada dasarnya akan meninggalkan limbah baik limbah kimia maupun limbah organik, limbah organik biasanya berupa sisa tanaman seperti sisa batang dan daun tanaman

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

Peluang Investasi Agribisnis Jagung Halaman1 Peluang Investasi Agribisnis Jagung Jagung termasuk tanaman yang Familiar bagi sebagian masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Untuk lebih mengenal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimum 0,25 ha. Hutan rakyat ini merupakan suatu pengembangan pengelolaan hutan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum 2.1.1. Klasifikasi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama

Lebih terperinci

Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis

Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis sejalan dengan perkembangan teknologi pengolahan, a.l.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sawo

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sawo II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sawo Tanaman sawo memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Subdivisio : Magnoliopshida Classis : Dicotyledoneae Subclassis : Sympetalae

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) LAPORAN PENGAMATAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Botani Tumbuhan Berpembuluh yang diampu oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S. Oleh Nur Azizah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dalig Raya KUISIONER I. Lokasi a. Kabupaten : Simalungun b. Kecamatan : Raya c. Desa : Dalig Raya d. Dusun : Tumbukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL).

Lebih terperinci

Program penanaman bambu ini dilakukan pada tahun 2009 sebagai Pilot Demonstration Activities (PDA) yang didanai oleh Asian Development Bank (ADB). Keg

Program penanaman bambu ini dilakukan pada tahun 2009 sebagai Pilot Demonstration Activities (PDA) yang didanai oleh Asian Development Bank (ADB). Keg Bertanam Bambu di Banjaran Desa Mekarjaya, kecamatan Banjaran dapat dicapai melalui jalan dari Bale Endah menuju ke Pengalengan, Kabupaten Bandung. Memasuki Kampung Pasirbungur, salah satu dusun di Desa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampung Adat Dukuh Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian saat ini masih tetap menjadi prioritas utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini didasarkan pada peningkatan peran sektor pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET 47 6.1. Aspek Biofisik 6.1.1. Daya Dukung Lahan VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cianjur tahun 2010, kondisi aktual pertanaman karet

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Dalam UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat merupakan jenis hutan yang dikelompokkan ke dalam hutan hak. Hutan hak merupakan hutan yang berada di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci