V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk"

Transkripsi

1 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m terdapat 3 plot dengan jumlah pohon yang ditemukan sebanyak 18, dan rata-rata pohon pada setiap plot adalah 6. Tinggi dan diameter rata-rata pohon pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m adalah 15,334 m dan 0,222 m. Volume pohon total adalah 7,514 m 3 dan volume rata-rata setiap pohon adalah 0,417 m 3. Tabulasi perhitungan volume pohon untuk jarak tanam 3 m x 3 m dapat dilihat pada tabel 5, untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran (Tabel 12) : Tabel 5. Volume pohon untuk jarak tanam 3 m x 3 m Petak Sampel No. Plot Jumlah Pohon ditemukan Tinggi Rata- Rata (m) Diameter Rata-Rata (m) Volume Rata-Rata (m 3 ) 3m x 3m ,413 0,217 0, ,516 0,213 0, ,148 0,232 0,453

2 35 2. Volume Pohon pada Jarak Tanam 4 m x 4 m Pada sampel populasi untuk jarak tanam 4 m x 4 m terdapat 2 plot dengan jumlah pohon ditemukan 19 dan rata-rata pohon disetiap plotnya adalah10. Tinggi dan diameter rata-rata adalah 15 m dan 0,221 m. Volume pohon untuk petak sampel jarak tanam 4 m x 4 m sebanyak 7,761 m 3, dan volume rata-rata setiap pohon adalah 0,408 m 3. Tabulasi perhitungan volume pohon untuk jarak tanam 4 m x 4 m dapat dilihat pada tabel 6, untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran (Tabel 13): Tabel 6. Volume pohon untuk jarak tanam 4 m x 4 m Petak Sampel No. Plot Jumlah Pohon ditemukan Tinggi Rata- Rata (m) Diameter Rata-Rata (m) Volume Rata-Rata (m 3 ) 4 m x 4 m ,500 0,222 0, ,334 0,215 0, Volume Pohon pada Jarak Tanam 6 m x 3 m Pada jarak tanam 6 m x 3 m terdapat 7 plot dengan jumlah pohon 24 dan ratarata pohon pada setiap plotnya adalah 3. Tinggi rata-rata pohon adalah 15,333 m dan diameter rata-rata pohon adalah 0,202 m. Volume pohon pada petak sampel untuk jarak tanam 6 m x 3 m sebanyak 8,252 m 3 dan volume rata-rata setiap pohon adalah 0,344 m 3. Tabulasi perhitungan volume pohon untuk jarak tanam 6 m x 3 m dapat dilihat pada tabel 7, untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran (Tabel 14) :

3 36 Tabel 7. Volume pohon untuk jarak tanam 6 m x 3 m Petak Sampel No. Plot Jumlah Pohon ditemukan Tinggi Rata- Rata (m) Diameter Rata-Rata (m) Volume Rata-Rata (m 3 ) 6 m x 3 m ,250 0,201 0, ,000 0,201 0, ,400 0,203 0, ,334 0,201 0, ,250 0,201 0, ,750 0,204 0, ,000 0,201 0, Keuntungan Berdasarkan perkiraan pendapatan yang dihasilkan per satuan luas dan taksiran biaya yang dikeluarkan untuk membuat hutan rakyat dengan jarak tanam tertentu maka diperoleh keuntungan per pohonnya. Petak sampel 3 m x 3 m memiliki keuntungan per pohonnya yang paling tinggi dengan nilai Rp , sedangkan petak sampel 6 m x 3 m memiliki keuntungan per pohonnya yang paling rendah dengan nilai Rp Tabulasi perhitungan keuntungan dapat dilihat pada tabel 8, untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran (Tabel 18): Tabel 8. Keuntungan berdasarkan jarak tanam per pohon Jarak tanam Pendapatan (Rp) Biaya (Rp) Keuntungan/Pohon (Rp) 3 m x 3 m m x 4 m m x 3 m

4 37 Pada jarak tanam 3 m x 3 m diperoleh keuntungan terbesar pada plot 4 dan plot 6, Hal ini disebabkan pada plot tersebut ditemukan jumlah pohon sebanyak 7 pohon dan berbeda dengan plot 5 yang hanya terdapat 4 pohon saja. Tabulasi keuntungan per plot pada jarak tanam 3 m x 3 m dapat dilihat pada tabel 9, untuk lebih rinci dapat dilihat pada lapiran (Tabel 19): Tabel 9. Keuntungan per plot pada jarak tanam 3 m x 3 m Jarak tanam No plot keuntungan per plot (Rp) 3 m x 3 m Keuntungan yang didapatkan pada jarak tanam 4 m x 4 m tidak terlalu jauh berbeda dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Keuntungan terbesar terdapat pada plot 1 dengan nilai Rp Tabulasi keuntungan pada jarak tanam 4 m x 4 m dapat dilihat pada tabel 10: Tabel 10. Keuntungan per plot pada jarak tanam 4 m x 4 m Jarak tanam No plot keuntungan per plot (Rp) 4 m x 4 m Pada jarak tanam 6 m x 3 m diperoleh keuntungan terbesar pada plot 8 dengan nilai Rp Tabulasi keuntungan per plot pada jarak tanam 6 m x 3 m dapat dilihat pada tabel 11:

5 38 Tabel 11. Keuntungan per plot pada jarak tanam 6 m x 3 m Jarak tanam No plot keuntungan per plot (Rp) 6 m x 3 m B. Pembahasan 1. Sistem Pengelolaan Petani hutan rakyat Desa Kota Agung menanam pohon sengon pada tahun Kegitanan pengelolaan meliputi penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Pada awalnya bibit didapatkan dari bantuan pemerintah dengan harga Rp.1000 per batang. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan yaitu pada bulan September. Sejak awal penanaman petani hutan rakyat melakukan kegiatan pemeliharaan antara lain penyulaman, penjarangan, pemupukan, pemberian mulsa, pemangkasan cabang dan pemberantasan hama dan penyakit. Pemeliharaan dilakukan dengan perlakuan yang sama pada setiap jarak tanam. Pada 3 tahun terakhir pemeliharaan yang dilakukan sangat efektif sehingga dalam waktu 3 tahun telah terdapat tanaman yang telah memasuki fase pohon dengan diameter tertinggi 26,752 m pada jarak tanam 4 m x 4 m sebagian besar tanaman sengon telah memasuki fase tiang.

6 39 Pemeliharaan sangat penting dilakukan agar pohon sengon menghasilkan batang yang lurus dan tinggi sehingga hasil yang didapatkan optimal. Kegiatan pemeliharaan yang berbeda adalah penjarangan. Penjarangan hanya dilakukan pada tanaman dengan jarak tanam 2 m x 2 m dan 2 m x 2,5 m, sedangkan jarak tanam 3 m x 3 m, 4 m x 4 m, dan 6 m x 3 m tidak dilakukan. Dengan demikian pada ketiga jarak tanam tersebut jumlah pohon tetap dari awal penanaman sampai sekarang. 2. Volume Pohon dan Keuntungan Hutan Rakyat pada setiap Jarak Tanam Jumlah tanaman sengon pada jarak tanam 3 m x 3 m berjumlah tanaman pada setiap hektarnya. Pada sampel penelitian terdapat 3 plot lingkaran dan ditemukan 18 tanaman sengon dengan volume rata-rata perpohonnya sebesar 0,417 m 3. Keuntungan yang dihasilkan untuk ketiga plot tersebut yaitu pada plot 4 keuntungan yang dihasilkan dari 7 pohon sebanyak Rp , pada plot 6 keuntungan yang dihasilkan dari 7 pohon sebanyak Rp , dan pada plot 5 ditemukan 4 pohon menghasilkan keuntungan sebanyak Rp Keuntungan rata-rata setiap pohonnya Rp Jumlah tanaman sengon pada jarak tanam 4 m x 4 m sebanyak 625 tanaman pada setiap hektarnya. Pada sampel penelitian dengan menggunakan plot lingkaran dalam 3 plot hanya terdapat 19 tanaman yang telah mencapai fase

7 40 pohon dengan total volume pohon 7,761 m 3 dan volume rata-rata sebesar 0,408 m 3. Keuntungan yang diperoleh untuk plot 1 sebanyak Rp dari 16 pohon sengon yang ditemukan dan untuk plot 7 diperoleh 3 pohon menghasilkan keuntungan sebanyak Rp dengan keuntungan rata-rata setiap pohonnya Rp Terdapat 556 tanaman sengon yang ditanam pada jarak tanam 6 m x 3 m pada setiap hektarnya. Berdasarkan plot lingkaran yang digunakan dengan luas areal 0,1 ha diperoleh 7 plot lingkaran yang terdapat 24 pohon. Jumlah volume pada seluruh pohon dengan jarak tanam 6 m x 3 m adalah 8,252 m 3 dengan jumlah rata-rata volume 0,344 m 3. Keuntungan yang dihasilkan Rp dengan keuntungan rata-rata yang diperoleh petani perpohon sebanyak Rp Sengon dimanfaatkan oleh sebagian besar oleh masyarakat sebagai tanaman pelindung bagi tanaman perkebunan dan berguna sebagai sarana pembantu untuk menyuburkan tanah sekitaranya (Apriyani, 2005). Tanaman sengon yang ditanam pada jarak tanam 3 m x 3 m di Desa Kota Agung terdapat tanaman sela yaitu pisang dan cabai yang dapat tumbuh dengan baik dibawah naungan pohon sengon. Keuntungan diperoleh melalui perhitungan pendapatan dan asumsi taksiran biaya yang dilakukan oleh kelompok tani Wana Sengon Jaya. Taksiran seluruh biaya (biaya pembibitan, biaya penanaman, biaya pemeliharaan) yang

8 41 dibutuhkan selama 3 tahun terakhir pada setiap hektarnya adalah Rp , dan taksiran biaya setiap pohonnya adalah Rp , selama 3 tahun terakhir sedangkan biaya untuk semua pohon sampel adalah Rp Pendapatan petani yang yang diperoleh dari penjualan sengon perkubiknya adalah Rp Asumsi pendapatan tersebut diperoleh dari petani hutan rakyat desa Kota Agung. 3. Analisis Perbandingan Jarak Tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m terhadap Volume dan keuntungan Hutan Rakyat Hasil uji Anova pada volume didapatkan hasil analisis statistik pada jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m yaitu nilai signifikansi sebesar 0,067 yang berarti tidak berbeda nyata atau tidak terdapat adanya perbedaan yang terjadi secara signifikan antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m di Desa Kota Agung. Sehingga dalam memilih jarak tanam untuk jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m di Desa Kota Agung tidak bermasalah kareana volume yang dihasilkan kedua jarak tanam tersebut tidak jauh berbeda. Jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m tidak terjadi perbedaan secara signifikan dikerenakan jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m belum terlihat perkembangan dan perbedaan yang terjadi antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m, seiring dengan bertambahnya umur antara kedua jarak tanam tersebut terjadi perbedaan akibat persaingan unsur hara yang diterima jarak tanam 4 m x 4 m lebih besar dibandingkan jarak tanam 3 m x 3 m. Periode

9 42 penyinaran matahari yang cukup juga didapatkan dalam kedua jarak tanam tersebut. Makin rapat jarak tanam makin baik, karena kayu menjadi tegak lurus (Soewarno, 1987) Analisis jarak tanam 3 m x 3 dan 4 m x 4 m pada keuntungan hutan rakyat dengan menggunakan uji Anova menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang berarti bahwa antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m berbeda sangat nyata pada keuntungan hutan rakyat. Beda sangat nyata dari kedua jarak tanam tersebut dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang didapatkan dan biaya (pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan) yang dikeluarkan oleh masing-masing jarak tanam pada luasan areal tertentu. Pada jarak tanam 3 m x 3 m diperoleh pendapatan yang cukup besar pada setiap pohonnya yaitu Rp dan biaya yang dikeluarkan juga cukup besar dibandingkan jarak tanam yang lain yaitu sebesar Rp setiap pohonnya yang berpengaruh pada setiap hektar tanaman sengon, 1 hektar tanaman sengon berjumlah Sedangkan pada jarak tanam 4 m x 4 m mempunyai keuntungan yang cukup baik karna pendapatan yang diperoleh cukup besar yaitu Rp pada setiap pohonnya, biaya yang dikeluarkan Rp , dan pohon yang ditanam hanya 625 pohon yang dapat berpengaruh terhadap keuntungan per hektarnya.

10 43 4. Analisis Perbandingan Jarak Tanam 4 m x 4 m dan 6 m x 3 m terhadap Volume dan Kuntungan Hutan Rakyat Hasil uji anova pada jarak tanam 4 m x 4 m dan 6 m x 3 m terhadap volume hutan rakyat menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,00 yang berarti berbeda sangat nyata atau volume pohon berdiri antara jarak tanam 4 m x 4 m dan 6 m x 3 m berbeda. Volume rata-rata untuk tanaman sengon dengan jarak tanam 4 m x 4 m lebih besar dibandingkan 6 m x 3 m. Pohon-pohon yang berada di dalam plot 6 m x 3 m juga sangat sedikit, umumnya masih banyak terdapat fase tiang. Setiap tanaman membutuhkan intensitas cahaya yang optimum, intensitas cahaya yang optimum adalah cahaya matahari yang diterima oleh tumbuhan tidak terlalu maksimum namun tidak juga minimum (Baskerville,1965). Cahaya yang diterima sengon (Paraserianhes falcataria) terlalu berlebihan akibat dari jarak tanam yang terlalu lebar tersebut sehingga kondisi tersebut tidak baik untuk pertumbuhan tanaman sengon. Jarak tanam 4 m x 4 m yang merupakan jarak yang lebih rapat dibandingkan 6 m x 3 m juga memiliki hasil volume tegakan per hektarnya lebih banyak. Kerapatan juga tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi yang sangat signifikan, dapat dilihat pertumbuhan tinggi dan diameter tidak memiliki perbedaan yang sangat signifikan pada jarak tanam tersebut. Pengaruh jumlah pohon terhadap volume dapat dilihat dari jumlah pohon per hektar dan luas bidang dasar. Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan

11 44 volume, melukiskan pengaruh kerapatan (dengan kerapatan yang diberikan dalam arti volume dalam meter kubik) terhadap pertumbuhan volume. Kenaikan volume tercapai hanya dengan kenaikan jumlah pohon per hektar (Baskerville,1965). Kelebihan jarak tanam 4 m x 4 m dibandingkan jatak tanam 6 m x 3 m di Desa Kota Agung ini juga terlihat dari perlakuan yang dilakukan oleh pengurus-pengurus kebun di Desa Kota Agung yang bekerja di bawah naungan CV Kota Agung. Pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pemberian mulsa, dan pemangkasan cabang dilakukan untuk memperbaiki lingkungan operasional tumbuhan. Sedangkan pada jarak tanam 6 m x 3 m yang lahannya tidak mendapatkan perlakuan yang efektif dari pengurus kebun didesa tersebut. Dilihat dari segi volume lebih menguntungkan menggunakan jarak tanam 4 m x 4 m dibandingkan 6 m x 3 m sehingga keuntungan yang dihasilkan juga cukup besar. Hasil uji statistik diperoleh nilai signifikansi 0,00 pada jarak tanam 4 m x 4 m dan 6 m x 3 m. Nilai signifikansi 0,00 menyatakan bahwa antara jarak tanam 4 m x 4 m dan 6 m x 3 m terjadi perbedaan yang sangat nyata dari segi keuntungan yang diperoleh hutan rakyat di Desa Kota Agung. Berdasarkan analisis statistik yang dihasilkan bahwa kedua jarak tanam tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan dalam perolehan keuntungan yang dihasilkan dikarenakan pada jarak tanam 6 m x 3 m tidak

12 45 menghasilkan keuntungan yang begitu besar dan biaya yang di keluarkan juga kecil, dan jumlah pohon yang ditanam pada 1 hektar areal dengan jarak tanam 6 m x 3 m sebanyak 556, secara statistika hal tersebut tidak berpengaruh terhadap keuntungan hutan rakyat di Desa Kota Agung. Sedangkan menurut hasil statistik pada jarak tanam 4 m x 4 m diperoleh keuntungan yang cukup baik karena terjadi keseimbangan antara pendapatan yang didapat petani, biaya yang dikeluarkan, dan jumlah pohon yang di tanam pada luasan 1 hektar. Jarak tanam 4 m x 4 m dapat dikatakan jarak tanam yang lebih optimal dibandingkan jarak tanam 6 m x 3 m berdasarkan keuntungan yang dihasilkan hutan rakyat Didesa Kota Agung. 5. Analisis Perbandingan Jarak Tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m terhadap Volume dan Keuntungan Hutan Rakyat Pada analisis uji anova jarak tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m terhadap volume hutan rakyat diperoleh nilai signifikansi 0,009 yang berarti terjadi beda sangat nyata antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m. Jarak tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m yang paling menguntungkan dari segi volumenya adalah jarak tanam 3 m x 3 m karena menurut Baskerville, (1965) dalam buku Prinsip- Prinsip Silvikultur menjelaskan dengan bertambahnya jumlah pohon per hektar, luas bidang dasar akan bertambah pada setiap pohon, yang dapat mempengaruhi volume tegakan total. Jumlah pohon dalam jarak tanam 3 m x 3 m lebih banyak dibandingkan jarak tanam 6 m x 3 m yang tentunya lebih rapat dan mempunyai volume yang lebih banyak dibandingkan 6 m x 3 m..

13 46 Secara analisis statistik yaitu uji anova pada keuntungan hutan rakyat diperoleh nilai signifikansi 0,077 antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m pada keuntungan hutan rakyat yang berarti bahwa tidak berbeda nyata antara kedua jarak tanam tersebut. Perbedaan tidak signifikan dalam keuntungan antara jarak tanam tersebut. Selang kepercayaan menggunakan 93% dalam analisi jarak tanam 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m. Antara jarak tanam 3 m x 3 m dan 6 m x 3 m tidak mempunyai perbedaan signifikansi yang nyata tetapi keuntungan yang optimal terdapat pada jarak tanam 3 m x 3 m yang mempunyai keuntungan yang cukup besar yaitu Rp Sedangkan pada jarak tanam 6 m x 3 m keuntungan yang diterima petani cukup kecil yaitu Rp Pengaruh Jarak Tanam terhadap Volume dan Keuntungan Hutan Rakyat Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor genetika dan lingkungan. Pengelolaan sistem budidaya suatu tanaman merupakan suatu sistem manipulasi yang dilakukan agar faktor genetika melalui pemilihan varietas dan pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara bercocok tanam seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan sebagainya merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal. Jarak tanam 3 m x 3 m

14 47 merupakan jarak tanam yang optimal karena terdapat jumlah volume rata-rata terbesar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 volume rata-rata 3 m x 3 m 4 m x 4 m 6 m x 3 m volume rata-rata Gambar 2. Pengaruh jarak tanam terhadap volume rata-rata Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan populasi lain atau antara satu individu dengan individu lain adalah bersifat persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat. Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda (Daniel, 1992).

15 48 Berdasarkan analisis perhitungan statistika dapat diartikan bahwa semakin rapat jarak tanam volume yang dihasilkan semakin besar dibandingkan jarak tanam yang keraptannya luas. Makin rapat jarak tanam makin baik, karena kayu menjadi tegak lurus (Soewarno, 1987). Sedangkan keuntungan yang dihasilkan berpengaruh pada pendapat dan biaya yang dikeluarkan petani. Jarak tanam yang menghasilkan volume yang cukup besar adalah jarak tanam 3 m x 3 m. Dalam analisis keuntungan, semakin kecil kerapatan jarak tanam maka pendapatan yang dihasilkan semakin besar dan biaya yang dibutuhkan semakin besar pula seperti pada jarak tanam 3 m x 3 m. Sedangkan semakin luas jarak tanam, maka kecil pendapatan yang dihasilkan tetapi biaya yang dikeluarkan juga kecil sehingga tidak dapat menghasilkan keuntungan yang optimal seperti pada jarak tanam 6 m x 3 m. Jarak tanam 4 m x 4 m yang paling optimal yang dapat diterapkan di Desa Kota Agung karena menurut perhitungan yang dihasilkan jarak tanam tersebut mempunyai pendapatan yang besar dan biaya yang dikeluarkannya cukup kecil sehingga menghasilkan keuntungan yang besar di setiap hektarnya. Jarak tanam 3 m x 3 m merupakan jarak tanam yang optimal karena terdapat keuntungan terbesar dari setiap pohonnya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.

16 Keuntungan 3 m x 3 m 4 m x 4 m 6 m x 3 m Series 1 Gambar 3. Pengaruh jarak tanam terhadap keuntungan 7. Kemitraan Secara garis besar, pola kemitraan yang dikembangkan CV. Kota Agung pada kelompok tani wana sengon jaya adalah sebagai berikut: a. Bantuan bibit dan jaminan pemasaran : bantuan bibit diperoleh dari perusahaan (CV. Kota Agung) dan hasil kayunya dijual kepada perusahaan. b. Bagi hasil : semua bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga dari perusahaan kecuali lahan. Besarnya bagi hasil menyesuaikan dengan perjanjian dalam kemitraan antara CV. Kota Agung dan kelompok tani sengon jaya. Hutan Rakyat Desa Kota Agung memiliki pola kemitraan yang baik antara CV. Kota Agung dan masyarakat disekitar hutan rakyat maupun diluar kawasan Desa Kota Agung. CV. Kota Agung berkerja bersama masyarakat

17 50 dengan membantu masyarakat dalam memberikan bibit sengon kepada masyarakat, menjadi penyewa lahan masyarakan untuk ditanami pohon sengon (Paraserianthes falcataria), bantuan pupuk, dan lain-lain. Dalam penelitian yang dilakukan terdapat 2 pemilik lahan yang bermitra dengan CV. Kota Agung, yaitu Bapak Firdaus dan Bapak Toni. Dalam pola kemitraan dibuatlah ketentuan tentang hak dan kewajiban masingmasing pihak Berdasarkan perjanjian yang telah disepakati mengenai sistem bagi hasil. Petani pemilik lahan mendapatkan imbalan dari CV. Kota Agung dengan proporsi sebagai berikut: a. Lahan milik Bapak. Firdaus terdapat 1 hektar; bagi hasil yang disepakati 90% : 10%. Dalam hal ini Bapak Firdaus mendapat bantuan bibit dan pupuk dari CV. Kota Agung. Pembagian hasil tersebut dapat diartikan bahwa Bapak Firdaus mendapat keuntungan 90%. Sebaliknya CV. Kota Agung mendapatkan bagian dari hasil penjualan sebesar 10 %. Bapak Firdaus berperan sebagai pemilik lahan sedangkan pengelolanya berasal dari pihak CV. Kota Agung. b. Lahan milik Bapak Toni terdapat 4,5 ha; bagi hasil yang disepakati 75% : 25%. Dalam bagi hasil ini Bapak Toni mendapatkan bantuan bibit dari CV. Kota Agung. Bapak toni mendapatkan 75% dari bagi hasil tersebut, sedangkan CV. Kota Agung mendapatkan 25% dari hasil penjualan kayu sengon tersebut. Bapak Toni berperan sebagai pemilik lahan sedangkan yang melakukan pengelolaannya berasal dari pihak CV. Kota Agung.

18 51 c. Selain itu lahan yang termasuk dalam penelitian dimiliki Bapak.Muhadjirin sebagai direktur CV. Kota Agung dan di kelola sendiri oleh CV, Kota Agung. Pemilihan pohon sengon sebagai pohon yang ingin ditanam dalam hutan rakyat Desa Kota Agung dilakukan oleh pihak CV. Kota Agung, alasan pemilihan sengon adalah menurut mereka sengon adalah tanaman yang mudah di tanam dan usia panen umumnya dalam waktu singkat yaitu berkisar antara 5 6 tahun. Menanam sengon umumnya sangat mudah, tidak memerlukan persyaratan tempat yang khusus. Ketinggian tempat untuk menanam sengon sampai 1500 dpl. Sengon juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Kerusakan hutan dapat menurunkan produktivitas sumber daya hutan, sehingga hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal.

I. PENDAHULUAN. Kerusakan hutan dapat menurunkan produktivitas sumber daya hutan, sehingga hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan hutan dapat menurunkan produktivitas sumber daya hutan, sehingga hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. Berdasarkan data yang ada, kerusakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati dikenal sebagai kayu mewah karena kekuatan dan keawetannya dan merupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di indonesia. Hal tersebut tercermin dari

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ini dilakukan pada lokasi umur yang berbeda yaitu hutan tanaman akasia (A. crassicarpa) di tegakan berumur12 bulan dan di tegakan berumur 6 bulan. Jarak

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI 10712027 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah umum mengenai penanaman hutan pinus, yang dikelola oleh PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun 1967 1974. Menyadari

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PENANAMAN Tujuan pembelajaran : Setelah

Lebih terperinci

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN 2012-2014 TUJUAN untuk merumuskan model agroforestry yang dapat diterapkan dengan mempertimbangkan aspek budidaya, lingkungan dan sosial ekonomi SASARAN

Lebih terperinci

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT. Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH Oleh : PT. Sari Bumi Kusuma PERKEMBANGAN HPH NASIONAL *) HPH aktif : 69 % 62% 55%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani merupakan sebuah badan usaha yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa dan Madura dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN Isi Materi Teknik Tk ikpenanaman Teknik Pemeliharaan Tanaman Evaluasi Hasil Penanaman Faktor Keberhasilan Penanaman Kesesuaian Tempat Tumbuh/Jenis Kesesuaian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Blok Koleksi Tanaman Tahura Wan Abdul Rachman. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari 2012 sampai dengan Maret 2012.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman

Lebih terperinci

Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan

Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan TOLERANSI POHON Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan Air, keasaman, salinitas, dingin, panas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!!

Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!! KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!! NAMA : ELI RUSTIKA DEWI NIM : 11.01.2930 KELAS JURUSAN : 11-D3TI-02 : TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 a. Abstrak I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

MANAJEMEN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT PENDAHULUAN

MANAJEMEN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT PENDAHULUAN MANAJEMEN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT Tri Sulistyati Widyaningsih, Dian Diniyati, dan Eva Fauziyah BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI AGROFORESTRY CIAMIS, JAWA BARAT PENDAHULUAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan tropis merupakan sumber utama kayu dan gudang dari sejumlah besar keanekaragaman hayati dan karbon yang diakui secara global, meskupun demikian tingginya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MANADO 2016 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan. 26 III. METODE PENELITIAN A. dan 1. Umur Umur merupakan usia dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Umur diukur dalam satuan tahun. Umur diklasifikasikan menjadi tiga kelas sesuai

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Pemanenan merupakan kegiatan mengeluarkan hasil hutan berupa kayu maupun non kayu dari dalam hutan. Menurut Suparto (1979) pemanenan hasil hutan adalah serangkaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG ASPEK : SILVIKULTUR Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Dr. Tati Rostiwati Judul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN Suwarno Asisten Direktur Perum Perhutani Unit 2 PENDAHULUAN Perusahaan Umum (Perum) Perhutani Unit 2 berdasar Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2010 mendapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif. Hal

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

Lampiran 1 Rekapitulasi data tegakan akasia (Acacia mangium)

Lampiran 1 Rekapitulasi data tegakan akasia (Acacia mangium) Lampiran 1 Rekapitulasi data tegakan akasia (Acacia mangium) Data Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Volume total petak 2.667164112 2.741236928 2.896762245 2.572835298 2.753163234 Volume per hektar 66.6791028

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM 0 PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM 10712017 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden. petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah.

Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden. petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah. V. HASIL PENGAMATAN 5.1 Karakteristik Responden Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah. Responden petani berjumlah

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu tuntutan yang harus dipenuhi. Produktivitas ditentukan oleh kualitas tempat tumbuh dan teknik

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) LAMPIRAN 2. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN NOMOR : P.9/VI-BPHA/2009 TANGGAL : 21 Agustus 2009 PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) 1 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014 No. 76/12/33 Th. VIII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PRODUKSI USAHA TANAMAN CABAI MERAH PER

Lebih terperinci

TANAMAN PORANG Karakter, Manfaat dan Budidaya

TANAMAN PORANG Karakter, Manfaat dan Budidaya TANAMAN PORANG Karakter, Manfaat dan Budidaya Oleh : Dr. Ir. Ramdan Hidayat, M.S. F. Deru Dewanti, S.P., M.P. Hartojo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Luas Areal Yang Terbuka 5.1.1. Luas areal yang terbuka akibat kegiatan penebangan Dari hasil pengukuran dengan menggunakan contoh pengamatan sebanyak 45 batang pohon pada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaturan hasil saat ini yang berlaku pada pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia menggunakan sistem silvikultur yang diterapkan pada IUPHHK Hutan Produksi dalam P.11/Menhut-II/2009.

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya 1 PENDAHULUAN Hutan rakyat merupakan hutan yang dibangun oleh masyarakat pada lahan milik rakyat. Hutan rakyat tetap penting, karena selain secara ekologi dapat mendukung lingkungan (menahan erosi, mengurangi

Lebih terperinci

ARTIKEL.

ARTIKEL. ARTIKEL tati@ut.ac.id Kelapa merupakan komoditi andalan di Kota Pariaman, menurut data Dinas Pertanian Kota Pariaman luas lahan perkebunan kelapa saat ini mencapai 4.000 hektar. Namun di lapangan terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan penyediaan kayu jati mendorong Perum Perhutani untuk menerapkan silvikultur intensif guna memenuhi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Dedi Soleh Effendi, S. Taher, dan W. Rumini Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya 1 I. PENDAHULUAN Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan fenomena alam meningkatnya suhu permukaan bumi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman yang memiliki luasan 1.143 ha. Secara geografis terletak

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

Lokasi Penelitian Penetapan Lokasi Kajian Analisa Data

Lokasi Penelitian Penetapan Lokasi Kajian Analisa Data PENDAHULUAN Hutan produksi merupakan suatu kawasan hutan tetap yang ditetapkan pemerintah untuk mengemban fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Pengelolaan hutan produksi tidak semata hanya untuk mencapai

Lebih terperinci

FORMAT PENYUSUNAN USULAN RENCANA KERJA TAHUNAN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN RAKYAT (RKTUPHHK-HTR)

FORMAT PENYUSUNAN USULAN RENCANA KERJA TAHUNAN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN RAKYAT (RKTUPHHK-HTR) Lampiran IV Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 26 /Menhut-II/2008 Tanggal : 6 November 2008 Tentang : Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia hingga

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB)

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB) LAMPIRAN 4. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN NOMOR : P.9/VI-BPHA/2009 TANGGAL : 21 Agustus 2009 PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB) 1 PEDOMAN

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

Hasil perhitungan t tabel

Hasil perhitungan t tabel Lampiran 6. Hasil perhitungan t tabel t tabel = C 0 + ( C ( B 1 1 C0 ) (B-B 0 ) B ) 0 Keterangan : B B 0 B 1 C C 0 C 1 : Nilai dk yang dicari : Nilai dk pada awal nilai yang sudah ada : Nilai dk pada akhir

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

USAHA PEMBIBITAN JABON YANG DISUSUN OLEH NAMA: ELISKA ERLIANDA NPM:

USAHA PEMBIBITAN JABON YANG DISUSUN OLEH NAMA: ELISKA ERLIANDA NPM: USAHA PEMBIBITAN JABON YANG DISUSUN OLEH NAMA: ELISKA ERLIANDA NPM: 10712014 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Tanaman hutan sebelumnya belum di usahakan

Lebih terperinci

VI PEREMAJAAN OPTIMUM KARET RAKYAT

VI PEREMAJAAN OPTIMUM KARET RAKYAT VI PEREMAJAAN OPTIMUM KARET RAKYAT Peremajaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peremajaan karet yang dilakukan oleh petani karet di Kabupaten Banyuasin. Peremajaan yang dilakukan petani akan dianalisis

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar Dalam Kecamatan Sidomulyo

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar Dalam Kecamatan Sidomulyo III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar Dalam Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. Waktu penelitian dari bulan Agustus - September 2014.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas KOPI Panduan teknis budidaya kopi Kopi merupakan komoditas perkebunan yang paling banyak diperdagangkan. Pusat-pusat budidaya kopi ada di Amerika Latin, Amerika Tengah, Asia-pasifik dan Afrika. Sedangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimum 0,25 ha. Hutan rakyat ini merupakan suatu pengembangan pengelolaan hutan yang

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN DAN POTENSI TEGAKAN HUTAN RAKYAT KECAMATAN NUSAHERANG KABUPATEN KUNINGAN

SISTEM PENGELOLAAN DAN POTENSI TEGAKAN HUTAN RAKYAT KECAMATAN NUSAHERANG KABUPATEN KUNINGAN SISTEM PENGELOLAAN DAN POTENSI TEGAKAN HUTAN RAKYAT KECAMATAN NUSAHERANG KABUPATEN KUNINGAN Agus Yadi Ismail, Oding Syafrudin, Yudi Yutika Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian yaitu di RPH Jatirejo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu,

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.1. Karakteristik Data Pengamatan karakteristik tegakan hutan seumur puspa dilakukan pada dua plot di Hutan Pendidikan Gunung Walat dengan luas masing-masing plot berukuran 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional. Berbagai jenis tanaman pangan diusahakan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci