HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan dan Simpangan Baku Henday Production Telur Ayam Arab Umur Minggu dengan Perlakuan Suhu yang Berbeda

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan dan Simpangan Baku Henday Production Telur Ayam Arab Umur Minggu dengan Perlakuan Suhu yang Berbeda"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Telur (Henday Production) Henday Production merupakan salah satu peubah yang diamati dalam penelitian. Henday Production merupakan salah satu informasi penting dalam mengetahui tingkatan produksi telur ayam. Tabel 10 berikut merupakan rataan dan simpangan baku henday production ayam Arab selama penelitian. Tabel 9. Rataan dan Simpangan Baku Henday Production Telur Ayam Arab Umur Minggu dengan Perlakuan Suhu yang Berbeda Perlakuan Rataan dan Simpangan Baku % Netral (24,7 o C) 43,6 ± 16,3 Panas (27,9 o C) 39,3 ± 12,6 Lingkungan (27,4 o C) 26,3 ±10,9 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu kandang yang berbeda tidak berpengaruh terhadap henday production ayam Arab. Secara umum terlihat bahwa rataan produksi ayam Arab lebih rendah bila dibandingkan dengan pendapat Natalia et al., 2005, dan Sulandari et al., 2007, dimana Produksi telur ayam Arab berkisar butir/ tahun yang berarti nilai henday production ayam Arab sebesar 52% - 68%. Rendahnya rataan henday production ini disebabkan oleh faktor umur ayam Arab yang digunakan baru memasuki tahap produksi sehingga tingkat henday production rendah. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi telur ayam arab yakni adanya kanibalisme. Kanibalisme ini terjadi pada sebagian ayam Arab pada semua taraf perlakuan. Pengamatan terhadap tingkah laku kanibalisme yang terjadi berupa pematukan bulu, dan pematukan kloaka. Kanibalisme terjadi bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah masalah hormonal. Kandungan estrogen dan progesteron dalam darah ayam pada awal masa produksi dapat mendorong munculnya kanibalisme (Tabbu, 2002). Kanibalisme pada ayam Arab dapat menyebabkan kondisi tidak nyaman (stres) pada ayam yang dipatuk sehingga menyebabkan produksi telur menurun bahkan Tabbu (2002) menjelaskan untuk kasus pematukan kloaka dapat menyebabkan kematian. 31

2 Faktor lain yang menyebabkan rendahnya produksi telur yakni terjadinya penyakit koksidosis. Efek dari penyakit koksidiosis mungkin tidak terlalu signifikan terhadap produksi dan kualitas telur bila dibandingkan dengan penyakit seperti IB, ND, dan Egg Drop Syndrome. Namun, koksidiosis dapat menyebabkan terjadinya infeksi usus serta menggangu keseimbangan hormon-hormon yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi. Koksidiosis menyerang ayam Arab pada taraf perlakuan suhu netral, dan suhu panas, akan tetapi pada taraf perlakuan suhu lingkungan penyakit koksidiosis pada minggu pertama dan berlangsung hingga akhir masa penelitian. Kondisi inilah yang menyebabkan rataan produksi (henday) ayam Arab pada taraf perlakuan suhu lingkungan sangat rendah (26,3%). Akibat dari penyakit koksidiosis ini selain menyebabkan penurunan produksi juga menyebabkan kematian pada ayam Arab. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya henday production ayam Arab yakni adanya tingkah laku mengeram selama penelitian berlangsung. Tingkah laku mengeram merupakan gambaran dari kondisi hormonal ayam, dimana kandungan prolaktin tinggi dalam darah ayam. Prolaktin merupakan hormon hipofisis yang dapat menyebabkan sekresi estrogen dan progesteron berkurang sehingga menyebabkan terjadinya penurunan produksi. Hormon prolaktin diproduksi karena adanya gen promotor prolaktin (Dunn et al., 1998). Tingkah laku mengeram tidak hanya disebabkan oleh adanya hormon prolaktin, tetapi juga disebabkan oleh adanya pengaruh dari gen dominan autosomal (Romanov et al., 2002), dan major gen sexlinked (Dunn et al., 1998). Gen prolaktin dapat diminimalisasi jumlahnya dengan metode seleksi konvensional guna mengurangi tingkah laku mengeram. Lebih lanjut, Sartika et al. (2004) menjelaskan bahwa gen promotor prolaktin dibagi menjadi dua tipe yakni tipe W (wild/ liar) yang menyebabkan sifat mengeram tinggi, dan tipe L (layer) yang tidak menyebabkan sifat mengeram. Gen promotor prolaktin tipe W sendiri terdiri dari tipe W unidentified, tipe W homosigot, dan tipe W heterosigot, sedangkan gen promotor prolaktin tipe L hanya mempunyai satu pita (homosigot). Hasil penelitian yang dilakukan Sartika et al. (2004) terhadap seleksi konvensional tiga generasi ayam Kampung (G0-G3) berdasarkan sifat mengeram rendah (0-10 hari) dan sifat mengeram tinggi ( hari), diperoleh fakta bahwa pada G0 jumlah pola pita promotor prolaktin tipe W (wild) menunjukkan jumlah yang sangat tinggi 32

3 baik pada ayam dengan sifat lama mengeram rendah maupun tinggi, yaitu sebesar 75% dan 87,5%. Sementara pita promotor prolaktin tipe L (layer) menunjukkan jumlah yang masih rendah, yaitu sebesar 25% dan 12,5%, masing-masing untuk sifat lama mengeram rendah dan tinggi. Setelah dilakukan seleksi selama tiga generasi, terlihat adanya peningkatan pola pita promotor prolaktin tipe L pada generasi G3 menjadi sebesar 75% dan 25% untuk ayam dengan sifat mengeram rendah dan tinggi, yang bersamaan dengan penurunan tipe W menjadi sebesar 25% dan 75%. Kondisi tersebut seiring dengan peningkatan produksi telur pada generasi G3 dari yang semula sebesar 54,32 butir/ekor/6 bulan menjadi 89,10 butir/ekor/6 bulan (Sartika et al., 2002). Kualitas Eksterior Telur Komponen kualitas eksterior telur terdiri dari keutuhan telur, berat telur, bentuk telur, indeks telur, kebersihan telur, berat kerabang, dan ketebalan kerabang, kekuatan kerabang. Berat Telur Berat telur menjadi salah satu indikator kualitas telur, akan tetapi variasi selera dan kepentingan konsumen juga mempengaruhi permintaaan akan berat telur itu sendiri. Berat telur ayam Arab hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 10. Berat Telur Ayam Arab dengan Perlakuan Suhu yang Berbeda Perlakuan Rataan dan Simpangan Baku gram Netral (24,7 o C) 37,60 ± 3,19 Panas (27,9 o C) 37,95 ± 3,20 Lingkungan (27,4 o C) 37,83 ± 4,03 33

4 Meningkatnya suhu lingkungan mengakibatkan penurunan berat, dan soliditas kerabang telur, akan tetapi penurunan tersebut merupakan pengaruh tidak langsung karena dengan meningkatnya temperatur lingkungan akan berakibat pada penurunan konsumsi pakan dan konsumsi kalsium sehingga mempengaruhi keseimbangan asam basa di dalam darah ayam (Yuwanta, 2010). Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan suhu tidak berpengaruh terhadap berat telur ayam Arab. Hasil penelitian tidak sesuai dengan yang dijelaskan oleh Bell dan Weaver (2002); Islam et al. (2001); dan Amrullah (2002) bahwa suhu lingkungan mempengaruhi berat telur. Islam et al. (2001) meyebutkan bahwa berat telur yang dihasilkan pada suhu lingkungan diatas 27 o C umumnya memiliki berat yang lebih rendah dibandingkan suhu lingkungan dibawah 20 o C. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 o C temperatur kandang akan menyebabkan penurunan 0,4 gram berat telur dan penurunan berat telur akan terjadi bila suhu lingkungan lebih dari 28 o C. Rataan suhu kandang selama penelitian pada perlakuan suhu panas yakni 27,9 o C artinya suhu tersebut masih tergolong pada suhu lingkungan yang ideal menurut Yuwanta (2010) berkisar o C. Telur konsumsi yang diproduksi oleh ayam merupakan deposisi nutrisi dari pakan, oleh karena itu maka kualitas telur akan sangat dipengaruhi oleh kualitas nutrisi dari pakan. Ayam dengan kualitas genetik yang baik tidak akan mampu menampilkan performa produksi yang maksimal bila tidak ditopang oleh kualitas pakan yang baik pula (Amrullah, 2002). Secara umum, nutrisi penting yang harus terkandung dalam pakan yang dibutuhkan oleh ayam saat bertelur yakni protein, energi, asam amino, kalsium, fosfor, vitamin, dan beberapa mineral penting lainnya (Amrullah, 2002). Tabel 11 berisikan perbandingan kualitas pakan yang digunakan selama penelitian dengan standardisasi kualitas minimum pakan untuk ayam lokal periode bertelur yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/ OT.140/10/2006. Protein kasar (PK) pakan komersil dengan nomor kode produksi 105M yang digunakan dalam penelitian sudah memenuhi standar kualitas pakan yang ditetapkan oleh pemerintah (standar minimum protein kasar pakan yakni 15%) dan protein pakan yang digunakan berkisar 16,0-18,0%. Level protein 13-17% tidak berpengaruh terhadap berat telur, akan tetapi bila level protein lebih dari 17% mampu 34

5 Tabel 11. Perbandingan Nilai Nutrisi Pakan 105M dan Standardisasi Pemerintah No Kandungan Nutrisi Peraturan Menteri Pakan 105M 1 Kadar air (KA) maksimal 14 % 13,0% 2 Energi metabolis (ME) 2600 kkal ME/kg ransum Tidak disebutkan 3 Protein kasar (PK) 15 % 16,0-18,0% 4 Kalsium (Ca) 3,4 % Min. 3,0-4,2% 5 Phosphor (P) 0,34 % Min. 0,6-1,0% 6 Serat kasar (SK) maksimal 5 % 6,0% 7 Aflatoksin (maksimal) 50 ppb Tidak disebutkan 8 Asam amino lisin 0,7 % Tidak disebutkan 9 Asam amino metionin 0,3 % Tidak disebutkan meningkatkan berat telur dan kenaikannya hanya sekitar 1,7% (Yuwanta, 2010). Secara umum, kandungan nutrisi pakan yang berpengaruh cukup signifikan terhadap berat telur adalah energi, asam amino metionin, dan asam amino lisin (Yuwanta (2010). Akan tetapi kandungan energi metabolis, asam amino metionin, dan asam amino lisin pakan yang digunakan dalam penelitian tidak diketahui karena tidak tercantum pada labelnya. Informasi lain yang tidak dapat diperoleh dari pakan dengam nomor kode produksi 105M yakni kandungan aflatoksin. Aflatoksin merupakan salah satu faktor pembatas dalam penyusunan ransum ayam. Aflatoksin adalah toksin (racun) yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus sehingga tergolong ke dalam mikotoksin. Aflatoksin dapat ditemukan pada biji kacang-kacangan, rempahrempah serta serealia. Aflatoksin sangat berbahaya bagi unggas, sehingga dapat menurunkan produktivitas seperti adanya penurunan berat badan, penurunan produksi telur dan dapat pula menyebabkan kematian (Mulyadi, 2011). Faktor pembatas lain dalam penyusunan ransum ayam yakni kandungan serat kasar. Menurut Wahju (1978) serat kasar dibatasi jumlahnya dalam penyusunan ransum ayam karena serat kasar dapat menghambat proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Akibatnya zat-zat makanan yang seharusnya dapat dicerna akan keluar bersama feces sebelum diserap oleh usus. Berdasar pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/10/2006 kandungan 35

6 maksimal serat kasar untuk pakan ayam lokal adalah 5%, sedangkan informasi pakan yang digunakan pada penelitian mengandung serat kasar Maksimal 6%. Kondisi ini memungkinkan terjadinya penurunan pada tingkat kecernaan ayam Arab yang berakibat pada penurunan produksi dan kualitas telur termasuk berat telur. Rataan berat telur ayam Arab pada penelitian yakni 37 gram/ butir. Rataan berat telur Ayam Arab yang dihasilkan sesuai dengan pendapat Abubakar et al. (2005), yakni berat telur ayam Arab berkisar gram/ butir. Nilai rataan berat telur ayam Arab yang dihasilkan lebih rendah jika dibandingkan dengan yang diperoleh Dewi (2006), sebesar gram/ butir pada umur 15 bulan. Sodak (2011) mengemukakan bahwa berat telur ayam Arab umur minggu berkisar 33,33-53,27 gram/ butir. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh perbedaan umur induk ayam Arab yang digunakan. Ayam Arab yang digunakan dalam penelitian berumur 22 minggu sampai 28 minggu dan merupakan ayam yang baru memasuki fase produksi. Yuwanta (2010) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi berat telur yang diproduksi adalah umur ayam. Ayam akan menghasilkan telur dengan ukuran dan berat yang semakin besar seiring dengan bertambahnya umur ayam karena semakin meningkatnya ukuran kuning telur, namun sebaliknya produksi telur akan semakin menurun karena degradasi organ reproduksi. Faktor lain yang menjadi penyebab perbedaan berat telur yang dihasilkan dengan penelitian sebelumnya yakni berat induk ayam Arab yang digunakan. Rataan berat induk ayam Arab di awal penelitian 1,17 kg, sedangkan rataan berat induk ayam arab yang diteliti oleh Sodak (2011) 1,34 kg, dan 1,56 kg. Yuwanta (2010) menyebutkan bahwa berat telur yang diproduksi berkorelasi positif dengan berat ayam. Menurut ketentuan yang dikeluarkan oleh United States Department of Agriculture (2000) maka telur ayam Arab yang dihasilkan pada penelitian termasuk kategori peewee. Indeks Telur Nilai indeks telur merupakan perbandingan antara lebar dan panjang telur. Nilai indeks telur akan mempengaruhi penampilan dari telur. Nilai indeks telur ayam Arab hasil penelitian disajikan pada Tabel 12 berikut. 36

7 Tabel 12. Rataan Indeks Telur Ayam Arab Umur Minggu dengan Perlakuan Suhu yang Berbeda. Perlakuan Rataan dan Simpangan Baku Netral (24,7 o C) 0,79 ± 0,19 Panas (27,9 o C) 0,78 ± 0,04 Lingkungan (27,4 o C) 0,78 ± 0,06 Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan suhu yang berbeda tidak berpengaruh terhadap indeks telur ayam Arab. Nilai indeks telur yang ideal berkisar 0,70-0,74. Rataan indeks telur ayam pada perlakuan suhu netral (24,7 0 C), suhu panas (27,9 0 C), dan suhu lingkungan (27,4 0 C) adalah berturut-turut 0,79; 0,78; dan 0,78. Perlakuan suhu panas seharusnya memberikan pengaruh terhadap nilai indeks telur yang dihasilkan karena ayam akan mengurangi konsumsi pakan untuk menjaga suhu tubuh. Pengurangan konsumsi pakan akan berdampak pada deposisi nutrisi pada pembentukan telur sehingga indeks, dan bentuk telur akan berubah akan tetapi hal itu tidak terjadi pada penelitian. Konsumsi pakan ayam Arab yang diberikan perlakuan suhu panas tidak berkurang artinya perlakuan suhu panas yang diberikan belum menimbulkan stres panas yang cukup yang mengharuskan ayam untuk mengurangi konsumsi pakan agar heat increment yang berasal dari metabolisme pakan berkurang. Kondisi ini memungkinkan ayam Arab yang diberi perlakuan suhu panas tetap berproduksi secara normal. Rataan nilai indeks telur ayam Arab pada perlakuan suhu suhu netral sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan suhu panas, dan suhu lingkungan. Beberapa penelitian sebelumnya telah mencoba mencari tahu pengaruh beberapa modifikasi/ suplementasi pakan terhadap indeks telur beberapa ayam lokal. Penelitian tersebut antara lain Rahayu (2003) yang menyebutkan bahwa suplementasi omega-3 berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap indeks telur ayam merawang, dimana rataan indeks telur ayam yang diberi perlakuan suplementasi omega-3 bernilai 0,81 sedangakan indeks telur yang tidak memperoleh suplemntasi omega-3 bernilai 0,77. Hasil penelitian Rahayu (2003) berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Basmacioglu et al. (2003) yang meneliti tentang pengaruh penambahan fish oil (FO), dan flax seed (FS) dalam pakan terhadap komposisi kolesterol dan asam lemak pada 37

8 120 ekor ayam petelur Isa-White umur 34 minggu. Basmacioglu et al. (2003) mengemukakan bahwa penambahan 1,5% FO; 4,32% FS; dan 1.5% FO+, 4,32% FS tidak berpengaruh terhadap kualitas telur ayam yang dihasilkan, feed intake, dan konversi pakan. Basmacioglu et al. (2003) mengungkapkan penambahan FO, dan FS pada pakan mampu menaikkan 4,32% produksi telur. Penelitian lain yakni Zainuddin dan Jannah (2005) yang meneliti tentang suplementasi asam amino lisin dalam ransum basal untuk ayam kampung petelur. Zainuddin dan Jannah (2005) menyebutkan bahwa suplementasi asam amino lisin sebanyak 0,10% dan 0,20% kedalam ransum basal yang mengandung lisin 0,70%, tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap berat telur, indeks telur, daya tunas dan daya tetas telur ayam kampung, padahal Yuwanta (2010) menyebutkan bahwa asam amino metionin dan lisin berperan penting terhadap berat telur. Yuwanta (2010) menjelaskan bahwa nilai indeks telur sangat bervariasi antara individu dalam suatu kelompok dan peneluran dari satu seri peneluran, selain itu penyebab perbedaan nilai indeks telur belum dapat diterangkan secara jelas namun diduga karena perputaran telur di dalam alat reproduksi, ritme tekanan alat reproduksi, atau ditentukan oleh lumen alat reproduksi. Berdasar pada pendapat tersebut maka indeks telur lebih dipengaruhi oleh variasi individu bila dibandingkan dengan komposisi dan atau suplementasi pakan. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa indeks telur bervariasi antara 0,65-0,82. Apabila telur oval memanjang maka indeks telur berkisar 0,65, sedangkan telur oval bulat indeksnya akan mencapai 0,82. Rataan indeks telur ayam hasil penelitian yakni 0,77 dan termasuk ke dalam kategori baik menurut Romanoff dan Rommanoff (1963) (berada pada kisaran 0,70-0,79). Telur dengan nilai indeks yang menyimpang disamping mempengaruhi penampilan, juga akan sulit dalam pengemasan, dan sangat rentan mengalami kerusakan selama transportasi dan penyimpanan. Hasil tentang penelitian indeks telur ayam arab sama dengan yang dikemukakan Sodak (2011), bahwa rataan indeks telur ayam Arab yakni berkisar 0,70-0,79 pada ayam Arab umur minggu. 38

9 Berat dan Ketebalan Kerabang Kualitas kerabang merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi kualitas telur. Sementara itu, variabel yang mempengaruhi kualitas kerabang meliputi berat, dan ketebalan kerabang. Tabel 13 berikut akan menyajikan berat dan ketebalan kerabang telur ayam Arab yang diberi perlakuan suhu yang berbeda. Tabel 13. Rataan Ketebalan dan Berat Kerabang Telur Ayam Arab Umur Minggu dengan Perlakuan Suhu yang Berbeda Perlakuan Rataan dan Simpangan Baku Ketebalan Kerabang (mm) Rataan dan Simpangan Baku Berat Kerabang (gram) Netral (24,7 o C) 0,29 ± 0,03 5,14 ± 0,51 Panas (27,9 o C) 0,30 ± 0,03 5,28 ± 0,53 Lingkungan (27,4 o C) 0,30 ± 0,03 5,20 ± 0,65 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu yang berbeda tidak berpengaruh terhadap ketebalan kerabang. Idealnya perlakuan suhu panas akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kerabang karena asupan ion Ca untuk pembentukan kerabang akan berkurang seiring menurunnya konsumsi pakan. Akan tetapi konsumsi pakan tidak berkurang selama penelitian berlangsung, artinya suhu perlakuan panas belum mampu menimbulkan stres panas yang cukup signifikan, selain itu tidak ditemui ayam arab yang melakukan aktifitas panting. Rataan suhu pada taraf perlakuan suhu panas adalah 27,9 o C, dan masih dalam kisaran suhu ideal untuk pemeliharaan ayam (20-28 o C). Faktor-faktor yang mempengaruhi ketebalan dan berat kerabang dapat dibagi menjadi dua yakni ketesediaan sumber kalsium untuk proses kalsifikasi, dan proses kalsifikasi itu sendiri. Kerabang telur disusun oleh air (1,6%) dan bahan kering (98,4%) yang terdiri dari mineral (95,1%) dan protein (3,3%). Mineral yang menyusun kerabang meliputi CaCO 3 (98,43%), MgCO 3 (0,84%), dan Ca 3 (PO 4 ) 2 (0,75%) (Yuwanta, 2010). Oleh karena itu maka kerabang telur sebagian besar terbentuk dari kalsium carbonat (CaCO 3 ). Sumber ion Ca untuk pembentukan CaCO 3 berasal dari pakan dan tulang meduler. Yuwanta (2010) menjelaskan bahwa sekitar 39

10 35%-75% kalsium untuk pembentukan kerabang telur berasal dari pakan. Tingkat kebutuhan kalsium pakan ayam petelur umur minggu sebesar 3,25% (Amrullah, 2002), sedangkan ketetapan pemerintah sebesar 3,4% berdasar pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/10/2006. Pakan dengan kode produksi 105M yang digunakan memberikan informasi persentase kalsium berkisar Min. 3,0%-4,2%. Kerancuan informasi minimum kadar kalsium dari label pakan tersebut (3,0%) dapat menyebabkan kebutuhan kalsium tidak terpenuhi, sehingga pembentukan CaCO 3 tidak maksimal. Kalsium yang bersumber dari tulang meduler akan digunakan bila kalsium dari pakan untuk kalsifikasi tidak mencukupi. Kalsium dari tulang meduler bersifat terbatas, oleh karena itu bila suhu tinggi dan konsumsi pakan menurun maka kalsium yang dibutuhkan untuk pembentukan kerabang akan berkurang dan kerabang telur menjadi tipis dan lembek. Yuwanta (2010) menjelaskan mekanisme pembentukan kerabang diatur oleh mekanisme hipokalsemi dan hiperkalsemi yaitu azas keseimbangan kadar kalsium dalam plasma darah berdasarkan kebutuhan dan konsumsi pakan. Ketika kadar kalsium dalam plasma darah meningkat (hiperkalsemi) maka ayam akan menurunkan retensi dari tulang meduler, dan dari pakan, sebaliknya ketika kadar kalsium dalam plasma darah menurun (hipokalsemi) maka ayam akan meningkatkan resorpsi kalsium dari tulang meduler, dan absorpsi kalsium pakan. Mekanisme pengaturan ini memerlukan bantuan hormon dan vitamin D. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya kualitas kerabang (berat dan tebal) telur ayam yakni pada stres panas yang menyebabkan aktivitas panting. Panting dilakukan ayam untuk mengontrol kestabilan suhu tubuh dengan melepas sebagian besar panas tubuh melalui saluran pernapasan. Ketika aktivitas panting berlangsung ayam membuka mulut dan menggerakkan tenggorokannya sehingga ada aliran udara keluar masuk melalui kerongkongan, akibatnya evaporasi meningkat. Peningkatan frekuensi pernapasan atau panting merupakan upaya ayam untuk membuang panas tubuh melalui mekanisme insensible heat loss yang menghabiskan sekitar 574 kalori tenaga setiap gram air yang menguap (Yuwanta, 2010). Konsekuensi lain dari mekanisme insensible heat loss dengan cara panting adalah berkurangnya kadar CO 2 dalam darah yang menyebabkan proses metabolisme di 40

11 dalam tubuh ayam pun berubah. Kondisi ph darah akan meningkat, menjadi bersifat alkalis dan kemampuan mengikat dan membawa kalsium yang diperlukan untuk pembentukan kerabang telur menjadi berkurang, akibatnya kerabang telur menjadi lebih tipis (Yuwanta, 2010). Panting yang dilakukan oleh ayam akan memberikan hasil yang efektif jika suhu udara panas dengan tingkat kelembaban yang rendah (udara kering), namun kurang efektif jika terjadi pada saat suhu tinggi namun udaranya basah (kelembaban tinggi). Rataan berat kerabang telur ayam Arab yang berumur 52 minggu mencapai 4,69 gram / butir (Sodak, 2011) dengan rataan tebal kerabang 0,34 mm, sedangkan tebal, dan berat kerabang hasil penelitian 0,29 mm, dan 5,2 gram. Rataan tebal, dan berat kerabang hasil penelitian sedikit lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Sodak (2011), hal ini mungkin disebabkan karena ayam Arab yang digunakan dalam penelitian terkena penyakit koksidiosis. Penyakit ini memang tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas kerabang telur seperti penyakit yang mengakibatkan gangguan pernapasan (tetelo, dan infeksi bronkhitis (IB)) akan tetapi kondisi ayam yang tidak sehat dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonhormon reproduksi sehingga kualitas kerabang menurun. Kebersihan Kerabang Kebersihan kerabang telur menjadi salah satu indikator kualitas ekterior dari telur ayam. Kebersihan kerabang telur penting untuk diperhatikan dikarenakan kontaminan bisa menjadi media untuk berkembangnya mikroorganisme yang bisa masuk telur. Introduksi (masuknya) mikroorganisme ke dalam telur dapat melalui poripori kerabang telur yang terbuka selama masa peyimpanan. Tabel 14 berikut ini merupakan hasil analisa banyaknya kotoran yang menempel pada kerabang telur ayam Arab selama penelitian berlangsung. Tabel 14. Rataan dan Simpangan Baku Kotoran Kerabang Telur Ayam Arab Umur Minggu dengan Perlakuan Suhu yang Berbeda Perlakuan Rataan dan Simpangan Baku Kotoran Kerabang Netral (24,7 o C) 30,3 ± 31,7 Panas (27,9 o C) 29,4 ± 26,0 Lingkungan (27,4 o C) 21,4 ± 30,4 41

12 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu yang berbeda tidak berpengaruh terhadap besarnya kotoran (kontaminasi) yang menempel pada kerabang telur. Idealnya ayam yang mengalami stres panas akan cenderung menghasilkan telur yang terkontaminasi oleh ekskreta penyebabnya yakni ayam akan sering melakukan urinasi, dan ekskreta berair. Kondisi ini disebabkan karena ayam akan mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air guna menjaga themoregulasi tubuh selama stres panas berlangsung. Sumber kontaminan yang menempel pada telur ayam Arab yang diamati berupa ekskreta, namun ekskreta yang menempel pada kerabang telur ayam Arab dikarenakan oleh buruknya manajemen pemeliharaan (kebersihan kandang), selain itu penyebab telur kotor yakni adanya beberapa ayam Arab yang bertelur pada litter (sekam) bukan pada sarang bertelur. Faktor lain yang menyebabkan telur ayam Arab kotor selama penelitian yakni ada ayam Arab yang membuang ekskreta pada sarang bertelur. Kontaminan lain yang mungkin bisa menempel pada kerabang telur ialah sekam dan bulu ayam. Kontaminasi dari ekskreta ayam pada kerabang akan menyebabkan perubahan warna kerabang telur, telur menjadi kotor, dan bau. Ekskreta tersebut kemungkinan besar akan menjadi media bagi bakteri untuk berkembang sehingga telur terkontaminasi melalui pori-pori kerabang telur dan menurunkan kualitas telur selama masa penyimpanan. Kerabang telur meskipun memiliki ketebalan yang yang cukup akan tetapi masih sangat rentan akan kontaminasi dari mikroba pasca oviposisi karena kerabang telur mengandung sebanyak pori-pori (rata-rata /cm 2 ) (Yuwanta, 2010). Pori-pori ini juga memungkinkan terjadinya pertukaran gas dari luar ke dalam selama penyimpanan dan begitu juga sebaliknya. Pori-pori kerabang telur sebenarnya dilapisi oleh kutikula yang diproduksi 1,5 jam sebelum peneluran. Kutikula berfungsi untuk menutupi pori-pori kerabang telur sehingga mampu menjaga telur dari kontaminasi mikroba dan evaporasi air dari dalam telur selama masa penyimpanan, akan tetapi kutikula hanya bersifat sementara dan hanya bertahan 100 jam lamanya (Yuwanta, 2010). Telur dengan kerabang yang bersih akan masuk dalam kategori kualitas AA dan A (United States Department of Agriculture, 2000) dan kualitas mutu kelas pertama (Dewan Standarisasi Nasional, 2008), sementara telur dengan kerabang yang terkontaminasi hanya masuk kategori kualitas B dan mutu kelas ketiga. Kebersihan 42

13 kandang dan frekuensi pengoleksian telur akan mengurangi kemungkinan kontaminasi ekskreta pada kerabang telur. Selain kontaminan berupa ekskreta, sekam, dan bulu ayam kontaminan lain yang bisa menempel pada kerabang telur selama distribusi dan masa penyimpanan yakni kerabang, yolk (kuning telur), dan putih telur (albumen), selama penelitian berlangsung tidak ditemukan kontaminasi tersebut. Kontaminan tersebut kemungkinan bisa berasal dari telur lain yang pecah selama distribusi dan penyimpanan. Pasca ovoposisi, telur ayam harus mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat, guna menjaga kualitas telur. Apabila ditemukan telur yang kotor maka sebaiknya menghindari pencucian telur, karena akan menyebabkan kutikula telur hilang dan pori-pori kerabang menjadi terbuka. Berdasar pada aturan yang dikeluarkan Dewan Standarisasi Nasional (1995) pencucian telur ayam konsumsi masih diperbolehkan, akan tetapi dalam revisi terbaru Dewan Standarisasi Nasional (2008) pencucian telur ayam konsumsi tidak diperbolehkan lagi. Menurut Dewan Standarisasi Nasional (1995) telur-telur yang kotor bisa dibersihkan dengan cara: a). Dengan kain lap yang bersih dan kering. b). Bila terpaksa dicuci, harus dengan cara yang benar yaitu: 1. Air pencuci harus hangat pada suhu ± 35 0 C. 2. Harus menggunakan detergen khusus untuk telur atau senyawa Cl (Clorine Compound). 3. Setelah dicuci harus segera dikeringkan, dapat digunakan alat pengering. Kualitas Interior Putih Telur Haugh Unit Pengukuran kualitas putih telur secara fisik merupakan teknik yang sering digunakan, dalam pengukurannya telur dipecahkan di atas meja kaca yang memiliki cermin serta menggunakan alat mikrometer. Haugh unit (HU) merupakan rumusan yang dikemukakan Haugh pada tahun Nilai HU seringkali dijadikan patokan kualitas dari putih telur. Nilai HU bervariasi antara dan pada telur yang baik antara (Yuwanta, 2010). Haugh unit yang merupakan satuan nilai dari putih telur dengan cara menghitung secara logaritma terhadap tinggi putih telur kental dan 43

14 kemudian ditransformasikan ke dalam nilai koreksi dari fungsi berat telur (Yuwanta, 2010). Tabel 16 berikut akan mencantumkan hasil analisa statistik haugh unit dari telur ayam Arab pada masing-masing taraf perlakuan. Tabel 15. Rataan dan Simpangan Baku HU Telur Ayam Arab Umur Minggu dengan Perlakuan Suhu yang Berbeda Perlakuan Netral (24,7 o C) Panas (27,9 o C) Lingkungan (27,4 o C) Rataan dan Simpangan Baku HU 83,94 ± 7,96 a 84,05 ± 7,68 a 78,94 ± 9,09 b Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda nyata (P < 0,05). Berdasar pada hasil analisis statisk diperoleh bahwa perlakuan suhu lingkungan (fluktuatif) berpengaruh nyata terhadap nilai HU bila dibandingkan dengan masingmasing perlakuan suhu netral, dan suhu panas, akan tetapi perlakuan suhu panas dan suhu netral tidak berbeda secara uji statistik. Hal ini diduga karena adanya variasi individu yang ada pada ayam Arab, pendugaan ini sama dengan yang dikemukakan oleh Williams (1992) bahwa variasi HU ayam petelur putih jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan ayam petelur cokelat. Kualitas albumen/ putih telur menurut Williams (1992) sangat tidak dipengaruhi oleh nutrisi unggas, selain itu Williams (1992) menjelaskan kembali bahwa faktor lingkungan, perkandangan bahkan stres panas tidak berpengaruh langsung terhadap kualitas albumen saat oviposisi. Pernyataan Williams (1992) diperkuat oleh penemuan Franco dan Beck (2003) yang melakukan penelitian pengaruh paparan panas (35 o C) terhadap kualitas telur pada tiga varietas/ strain ayam petelur yakni Hy-Line Brown, Hy-Line W-98, dan Hy-Line W- 36. Selama stres panas yang diberikan hanya berpengaruh terhadap nilai HU dari Hy- Line W-36, sedangkan nilai HU Hy-Line Brown, dan Hy-Line W-98 tidak dipengaruhi oleh stres panas padahal feed intake dari masing-masing strain berkurang secara nyata selama stres panas diberikan. Lebih lanjut Yuwanta (2010) menjelaskan bahwa kualitas putih telur memiliki nilai heritabilitas 0,2-0,6 sehingga dapat diseleksi untuk meningkatkan dan menurunkan kualitasnya terutama kandungan lisosom. 44

15 Buckle et al. (1987) berpendapat bahwa nilai HU untuk telur yang baru ditelurkan adalah 100, sedangkan untuk telur dengan mutu terbaik nilainya 75 serta telur yang busuk biasanya rnemiliki nilai HU dibawah 50. Penurunan nilai HU pada telur akan mempengaruhi kualitas telur. Tingkatan kualitas telur berdasarkan nilai HU yaitu jika <72 termasuk kualitas AA, nilai HU antara termasuk kualitas A, dan nilai HU antara termasuk kualitas B (Brown, 2000). Rataan HU putih telur ayam Arab tergolong ke dalam kualitas AA menurut standar yang dikeluarkan oleh United States Department of Agriculture (>72). Hasil penelitian HU telur ayam Arab lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian Sodak (2011) yakni HU telur ayam Arab umur 58 minggu dengan kisaran suhu pemeliharaan 23,5-33,1 o C adalah 63,76. Berat Putih Telur Putih telur terdiri atas merupakan sumber protein telur (9,7%-10,8%), selain itu juga mengandung fraksi gula (0,4%-0,9%), garam mineral (0,5%-0,6%), lemak (0,03%), abu (0,5%-0,6%), dan berat kering dari putih telur berkisar antara 10,6%- 12,1%. Air merupakan komponen terbesar dari putih telur. Berat kering putih telur bervariasi tergantung dari strain, umur ayam, berat telur, dan lama penyimpanan telur (Yuwanta, 2010). Putih telur tersusun atas empat lapisan yang berbeda yaitu lapisan encer luar (hampir dekat dengan membran luar kerabang) sebesar 23%, lapisan kental luar sebesar 57%, lapisan encer dalam sebesar 19%, dan lapisan kental sebesar 11% dengan chalaziferus. Perbedaan kekentalan ini disebabkan oleh perbedaan kandungan air pada masing-masing lapisan tersebut. Bagian putih telur yang mengikat putih telur dengan kuning telur adalah khalaza. Khalaza adalah serabutserabut protein telur yang membentuk spiral. Susunan putih telur mungkin berubah, tergantung pada induk, kondisi lingkungan, ukuran telur, dan tingkat produksi (Mine, 2008). Tabel 16 berikut merupakan hasil uji statistik terhadap berat putih telur ayam Arab terhadap perlakuan suhu yang berbeda. 45

16 Tabel 16. Rataan dan Simpangan Baku Berat Putih Telur Ayam Arab Umur Minggu dengan Perlakuan Suhu yang Berbeda Perlakuan Rataan dan Simpangan Baku gram Netral (24,7 o C) 20,73 ± 2,53 Panas (27,9 o C) 20,70 ± 2,35 Lingkungan (27,4 o C) 20,71 ± 2,50 Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu kandang yang berbeda tidak berpengaruh terhadap berat putih telur. Idealnya perlakuan suhu panas akan berakibat pada penurunan berat putih telur yang dikarenakan selama stres panas berlangsung pada ayam akan menurunkan konsumsi pakan (Rao dan Reddy, 2004), terjadi perubahan: tingkah laku, fisiologis, hormonal, dan molekuler (Etches et al., 1995) serta depresi pada ovarium dan oviduk (Arima et al.,1975). Hasil penelitian Arima et al. (1975) menunjukkan bahwa terjadi depresi pada ovarium dan oviduk ayam yang diberi perlakuan suhu panas lingkungan secara mendadak dari 21,5 0 C hingga 35 0 C. Depresi ini mengakibatkan terjadinya penurunan aktifitas selsel gonad (Rao dan Reddy, 2004) dan berakibat pada penurunan kadar hormonhormon gonadotropin yang meliputi estrogen, progesteron, dan androgen. Hormon yang berperan dalam pembentukan putih telur yakni estrogen dan progesteron (Yuwanta, 2010). Yuwanta (2010) menjelaskan bahwa fungsi estrogen dan progesteron yang berkaitan dengan pembentukkan putih telur untuk mengontrol sintesa protein telur di magnum, selain itu progesteron sangat dibutuhkan dalam pembentukkan avidin. Lebih lanjut Yuwanta (2010) menjelaskan bahwa sintesis putih telur merupakan proses yang sangat komplek karena ditentukan oleh adanya ekspresi gen yang berasosiasi dengan regulasi beberapa hormon untuk mensintesis putih telur, sebagai contohnya peran insulin dalam sintesis protein putih telur (Sanders dan McKnight, 1987) serta Ovalbumin dan konalbumin yang dibentuk karena adanya pengaruh langsung dari estrogen dan progesteron, (Seaver dan Skafar, 1984). Rao dan Reddy (2004) menambahkan ketika ayam mengalami stres panas maka ayam akan mengalami peripheral vasodilatation atau meningkatkan aliran darah perifer (tepi) (jengger, pial, dan kaki). Kondisi ini akan berakibat pada 46

17 berkurangnya darah yang mengalir ke saluran reproduksi sehingga transpor air, dan nutrisi terutama protein untuk dideposisikan menjadi putih telur berkurang dan berat putih telurpun akan berkurang. Williams (1992) berpendapat lain, dimana faktor lingkungan, perkandangan bahkan stres panas tidak berpengaruh langsung terhadap kualitas albumen saat oviposisi. Williams (1992) menjelaskan kembali bahwa kualitas putih telur hanya dipengaruhi oleh penyakit, dan umur ayam. Penyakit ND, dan IB dapat menyebabkan putih telur menjadi encer (Rao dan Reddy, 2004). Selama penelitian berlangsung ayam Arab yang digunakan tidak menderita penyakit tersebut, sehingga kualitas putih telur masih terjaga. Faktor lain yang menyebabkan perlakuan suhu kandang tidak berpengaruh terhadap berat putih telur yakni umur ayam Arab yang digunakan masih tergolong muda, sehingga stres panas masih bisa diatasi dengan baik seperti yang dikemukakan oleh Arima et al. (1975) bahwa ayam umur delapan bulan lebih mampu dalam mengatasi cekaman panas jika dibandingkan dengan ayam umur 14 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan berat putih telur ayam Arab berkisar 20,72 gram, sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sodak (2011) dengan berat putih telur berkisar 21,93-22,9 gram. Rataan berat putih telur yang lebih rendah ini kemungkinan disebabkan oleh umur ayam Arab yang digunakan dalam penelitian lebih muda. Yuwanta (2010) menjelaskan bahwa terjadi kenaikan berat putih telur seiring dengan bertambanya umur ayam, namun kenaikan berat putih telur ini dikarenakan terjadinya peningkatan kadar air dan penurunan berat kering putih telur. Kualitas Interior Kuning Telur Indeks dan Berat Kuning Telur Pengukuran indeks kuning telur bertujuan untuk mengetahui kekuatan membran dan bentuk kuning telur. Pengukuran indeks kuning telur dilakukan dengan mengukur dan menghitung perbandingan antara tinggi kuning telur dengan diameter diukur setelah dipecahkan di atas meja kaca, sedangkan berat kuning telur dilakukan setelah kuning telur dipisahkan dengan putih telur. Tabel 18 berikut akan menunjukkan nilai rataan dan simpangan baku dari indeks, dan berat kuning telur. 47

18 Tabel 17. Rataan dan Simpangan Baku Berat, dan Indeks Kuning Telur Ayam Arab Umur Minggu dengan Perlakuan Suhu yang Berbeda Perlakuan Rataan dan Simpangan Baku Berat Kuning Telur (gram) Rataan dan Simpangan Baku Indeks Kuning Telur Netral (24,7 o C) 10,78 ± 1,84 0,46 ± 0,04 Panas (27,9 o C) 10,83 ± 1,34 0,45 ± 0,03 Lingkungan (27,4 o C) 11,13 ± 1,80 0,45 ± 0,04 Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu kandang yang berbeda tidak berpengaruh terhadap indeks, dan berat kuning telur. Idealnya perlakuan suhu panas akan berakibat pada penurunan nilai indeks, dan berat kuning telur. Hal ini disebabkan stres panas yang disebabkan oleh akan mengkibatkan terjadinya depresi pada ovarium dan oviduk. Hasil penelitian Arima et al. (1975) menunjukkan bahwa terjadi depresi pada ovarium dan oviduk ayam yang diberi perlakuan suhu panas lingkungan secara mendadak dari 21,5 C hingga 35 C. Depresi ini mengakibatkan terjadinya penurunan aktifitas sel-sel gonad (Rao dan Reddy, 2004) dan berakibat pada penurunan kadar hormon-hormon gonadotropin yang meliputi estrogen, progesteron, dan androgen. Hormon yang berperan penting dalam pembentukan kuning telur yakni estrogen yang diproduksi pada teka folikel (Yuwanta, 2010). Yuwanta (2010) menjelaskan bahwa fungsi estrogen yang berkaitan dengan pembentukkan kuning telur yakni: untuk sintesa protein dan lipid kuning kuning telur pada hati; dan transpor lipoprotein dan kalsium darah untuk dideposisikan di kuning telur. Rao dan Reddy (2004) menambahkan ketika ayam mengalami stres panas maka ayam akan mengalami peripheral vasodilatation atau meningkatkan aliran darah perifer (tepi) (jengger, pial, dan kaki). Kondisi ini akan berakibat pada berkurangnya darah yang mengalir ke saluran reproduksi sehingga transpor nutrisi terutama lipoprotein untuk dideposisikan di kuning telur menjadi sedikit. Perlakuan suhu kandang yang berbeda tidak menunjukkan adanya perbedaan indeks, dan berat telur yang nyata, kondisi ini mungkin dikarenakan ayam Arab yang digunakan mampu mengatasi stres panas yang diberikan. Kemampuan mengatasi stres panas ini dikarenakan ayam Arab yang digunakan relatif memiliki berat badan yang ringan, dan umur yang 48

19 masih muda (22-28 minggu). Franco dan Beck (2003) menyebutkan bahwa ayam Hy- Line W-98 dengan rataan berat 1,3 kg lebih kuat menghadapi cekaman panas jika dibandingkan dengan ayam Hy-Line Brown dengan rataan berat 1,9 kg terlihat dengan tingginya angka kematian pada ayam Hy-Line Brown. Akan tetapi hasil penelitian Franco dan Beck (2003) memperlihatkan bahwa ayam Hy-Line Brown, Hy-Line W- 98, dan Hy-Line W-36 yang diberikan paparan panas 35 o C tidak berpengaruh terhadap berat kuning telur selama paparan panas diberikan. Arima et al. (1975) menyebutkan bahwa ayam umur delapan bulan lebih mampu dalam mengatasi cekaman panas jika dibandingkan dengan ayam umur 14 bulan. Selain itu perlakuan suhu kandang pada taraf suhu panas dinilai kurang memberikan cekaman panas yang cukup berarti hanya 27,9 o C. Suhu yang umumnya digunakan oleh peneliti dalam mencari tahu pengaruh stres panas pada ayam yakni berkisar o C, seperti yang dilakuan oleh Marshaly et al. (2004) (35 o C), Arima et al. (1975) (35 o C), Usayran et al. (2001) (33 o C), Melesse et al. (2011) (30-32 o C), dan Franco dan Beck (2003) (35 o C). Yuwanta (2010) menyatakan bahwa indeks kuning telur sangat bergantung pada lama, dan suhu penyimpanan. Indeks kuning telur pada penelitian ini berkisar antara 0,45-0,46 dengan rataan sebesar 0,45 dan hasil yang diperoleh ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2010), dimana besaran indeks kuning telur yang baru dikeluarkan sebesar 0,45. Kondisi ini disebabkan karena kuning telur yang diukur pada penelitian ini merupakan telur yang baru dihasilkan. Nilai indeks kuning telur pada saat telur dikeluarkan berkisar 0,45 dan akan menurun menjadi 0,30 dengan suhu penyimpanan 25 o C selama 25 hari. Penurunan nilai indeks kuning telur ini dimungkinkan karena adanya perbedaan tekanan osmosis antara putih telur dan kuning telur yang berakibat pada perpindahan air dari putih telur ke kuning telur. Tekanan osmose kuning telur adalah 320 mosm, dan putih telur sebesar 250 mosm. Air yang berpindah dari putih telur ke kuning telur sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10 o C. Besaran jumlah transfer air ini tergantung pada kekentalan dan suhu selama telur berlangsung. Perpindahan air dari putih telur ke kuning telur ini akan mengakibatkan kuning telur menjadi lembek sehingga indeksnya menurun, membrane vitelin rusak sehingga kuning telur mudah pecah, dan menurunkan viskositas kuning telur (Yuwanta, 2010). 49

20 Prinsip nilai indeks kuning telur menurut menurut SNI adalah bahwa semakin tua umur telur maka semakin besar kuning telur dan semakin kecil indeks kuning telur. Semakin kecil nilai indeks kuning telur, maka semakin buruk kualitas kuning telur. Indeks kuning telur menurut SNI (Dewan Standarisasi Nasional, 2008) terdiri dari tiga tingkatan mutu, yaitu mutu I (0,458-0,521 mm), mutu II (0,394-0,457 mm), dan mutu III (0,330-0,393 mm). Jika dibandingkan, rataan indeks kuning telur hasil penelitian tergolong baik, yaitu berada pada mutu II. Indeks kuning telur hasil penelitian sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian Sodak (2011) dengan kisaran indeks kuning telur 0,32-0,42. Berat kuning telur hasil penelitian berkisar 10,78-11,13 gram. Berat kuning telur hasil penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan berat kuning telur penelitian Sodak (2011) dengan kisaran 14,93-16,97 gram. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan umur ayam Arab yang diteliti, dimana umur ayam Arab yang digunakan minggu sedangkan Sodak (2011) menggunakan ayam Arab umur lebih dari 52 minggu. Berat kuning telur semakin meningkatnya seiring dengan bertambahnya umur ayam. Pertambahan berat kuning telur karena usia ini sejalan dengan pertambahan berat kering kuning telur, berbeda dengan putih telur yang disebabkan oleh meningkatnya kandungan air, dan disertai dengan penurunan berat kering putih telur (Yuwanta, 2010). Berat kuning telur selain dipengaruhi oleh umur ayam, juga dipengaruhi oleh pakan, genetik, temperatur, dan cara pemeliharaan (Yuwanta, 2010). Faktor pakan yang paling berpengaruh terhadap kuning telur yakni kandungan lisin dalam pakan, berat kuning akan berkurang bila kandungan lisin pakan tidak memenuhi persyaratan. Berdasar pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/10/2006 kandungan lisin yang harus dipenuhi untuk pakan ayam yakni sebesar 0,7%. Faktor lain yang berpengaruh terhadap berat kuning telur adalah cara pemeliharaan, dimana persentase kuning telur ayam yang dipelihara dalam kandang batere akan berkurang sebesar 2%-4% bila dibandingkan dengan ayam yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan litter tanah. 50

21 Warna Kuning Telur Warna kuning telur termasuk ke dalam faktor penentu kualitas internal telur. Warna kuning telur memiliki daya tarik yang pada akhirnya akan berpengaruh pada preferensi bagi konsumen. Konsumen di Indonesia cenderung lebih menyukai telur dengan warna kuning telur dari kuning hingga kemerahan. Kuning telur berwarna mulai dari kuning pucat sekali sampat orange tua kemerahan. Hal ini disebabkan oleh pigmen dalam pakan ternak ayam, seperti xantofil (Brown, 2000). Tabel 18 merupakan hasil penelitian terhadap warna kuning telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna kuning telur pada taraf suhu netral (24,7 o C) berkisar 6-10 dengan rataan 8,56; taraf suhu panas (27,9 o C) berkisar 4-10 dengan rataan 8,03; dan taraf suhu lingkungan (27,4 o C) berkisar 5-10 dengan rataan 7,71. Tabel 18. Kisaran Warna Kuning Telur Ayam Arab Umur Minggu dengan Perlakuan Suhu yang Berbeda Perlakuan Kisaran warna Netral (24,7 o C) 6-10 Panas (27,9 o C) 4-10 Lingkungan (27,4 o C) 5-10 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kuning telur menjadi pucat yakni cacing (Murtidjo, 2001), faktor-faktor penghambat fungsi hati yang mengakibatkan terhambatnya metabolisme dan deposisi pigmen dalam kuning telur seperti mycotoxicosis yang disebabkan oleh aflatoksin B1 (Zaghini et al., 2005) dan koksidiosis (meskipun jarang terjadi pada ayam betina dewasa) (Gerber, 2006). Penyebab munculnya perbedaan warna kuning telur yang lebih pucat pada telur ayam Arab yang dihasilkan pada perlakuan suhu lingkungan, dan suhu panas diduga karena adanya penyakit koksidiosis selama penelitian berlangsung. Penyakit koksidiosis juga menyerang ayam Arab pada taraf perlakuan suhu netral akan tetapi pada taraf perlakuan suhu panas, dan taraf suhu lingkungan penyakit koksidiosis pada minggu pertama dan berlangsung hingga akhir masa penelitian. Koksidiosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang bernama Eimeria sp. famili Eimeriidae atau yang lebih sering dikenal dengan penyakit berak darah, dimana Eimeria ini mengivestasi bibit mikroorganisme ke 51

22 dalam sel tubuh sehingga menyebabkan gangguan kesehatan infestasi klinis yang merusakkan jaringan pencernaan terutama usus. Akibatnya terjadi pada proses pencernaan berupa gangguan metabolisme dan penyerapan zat makanan, bahkan kehilangan darah dari rusaknya jaringan usus, dan hampir pasti rentan terhadap penyakit lain dengan bercirikan diare berlendir warna gelap/ darah yang sangat bau, bulu berdiri, lesu, lemah, menekuk leher (seolah seperti mengantuk), anemia, dehidrasi, dan kerdil. Penyakit koksi menyerang pada ayam semua umur, akan tetapi umumnya lebih banyak menimbulkan akibat yang lebih parah yaitu pada umur yang muda karena lebih rentan terhadap masuknya penyakit. Kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari penyakit ini jelas terjadi berupa kemerosotan produksi yang cukup signifikan, serta menjadi pemicu gagalnya program vaksinasi, dengan titer antibodi yang diperoleh akan rendah dan tidak optimal dapat memicu timbulnya penyakit lain seperti ND, Gumboro, Mareks bahkan Coryza atau biasa yang disebut infeksi sekunder (Murtidjo, 2001). Kerusakan usus yang disebabkan koksidiosis inilah yang memungkinkan terhambatnya penyerapan zat warna (pigmen) berupa xantofil, lutein, zeaxantin, dan kriptosantin yang berakibat pada lebih pucatnya warna kuning telur pada taraf perlakuan suhu lingkungan, dan suhu panas. 52

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian produksi telur ayam Arab dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Blok B), sedangkan penelitian kualitas internal

Lebih terperinci

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Minum Data hasil pengamatan dan analisis rata-rata konsumsi air minum selama penelitian disajikan pada Tabel 3. Tabel 1. Rata-rata konsumsi air minum (ml/ekor/minggu)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and II. TINJAUAN PUSTAKA.1. Telur dan Komposisi Telur Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and Tannenbaum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian berupa konsumsi pakan, produksi telur, konversi pakan serta konsumsi lemak, protein, serat dan vitamin A ayam petelur pada tiap perlakuan tecantum dalam Tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Telur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Telur Kedalaman Kantung Udara HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Telur Pembesaran kantung udara telur ayam ras dengan pengolesan minyak kelapa dapat ditekan sampai umur simpan 35 hari (Tabel 6). Kedalaman kantung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diikuti dengan tingginya kesadaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan performa produksi meliputi produksi telur, bobot telur, dan konversi pakan) Coturnix-coturnix japonica dengan penambahan Omega-3 dalam pakan ditampilkan pada Tabel 4. Tabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Ayam Ras Petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Itik adalah salah satu jenis unggas yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam tipe petelur berperan penting sebagai sumber protein. Sasaran sub sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur ayam ras merupakan bahan pangan yang mengandung protein cukup tinggi dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan pangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari, 19 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, di Peternakan Ayam Petelur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) merupakan jenis unggas darat yang mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena produktivitasnya cukup tinggi.

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Breeding Center Puyuh Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaranyang terletak di lingkungan Kampus Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Puyuh merupakan salahsatu komoditas unggas sebagai penghasil telur. Keberadaan puyuh mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat. Puyuh yang dikembangkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Maret--02 April 2014 bertempat di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Maret--02 April 2014 bertempat di 22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Maret--02 April 2014 bertempat di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR AYAM ARAB UMUR MINGGU PADA SUHU KANDANG YANG BERBEDA AGUNG PRABOWO

PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR AYAM ARAB UMUR MINGGU PADA SUHU KANDANG YANG BERBEDA AGUNG PRABOWO PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR AYAM ARAB UMUR 29-34 MINGGU PADA SUHU KANDANG YANG BERBEDA AGUNG PRABOWO DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab HASIL DAN PEMBAHASAN Inseminasi Buatan pada Ayam Arab Ayam Arab yang ada di Indonesia sekarang adalah ayam Arab hasil kawin silang dengan ayam lokal. Percepatan perkembangbiakan ayam Arab dapat dipacu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Telur Itik Tegal Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014, bertempat di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014, bertempat di Laboratorium 24 III. BAHAN DAN METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 10--24 April 2014, bertempat di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ayam Arab Betina dan Jantan (Meijers, 2010)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ayam Arab Betina dan Jantan (Meijers, 2010) TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab Ayam Arab ada dua jenis yaitu Brakel Kriel-Silver dan Brakel Kriel-Golden yang merupakan ayam lokal yang tergolong unggul di Belgia. Pola warna bulunya sangat menarik, dari kepala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam yang dipelihara untuk menghasilkan daging. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen pada umur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan salah satu ternak unggas yang mempunyai potensi besar untuk dibudidayakan karena dalam pemeliharaannya tidak membutuhkan area

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Protein Kasar Tercerna Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara tingkat kepadatan kandang dengan suplementasi vitamin C terhadap nilai protein kasar tercerna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur memiliki keunggulan dan kelemahan, keunggulan ayam petelur yaitu memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur. telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur. telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh terhadap Bobot Telur Hasil penelitian mengenai penggunaan grit dan efeknya terhadap bobot telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram. Hasil rataan

Lebih terperinci

Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur

Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur Telur Titis Sari Kusuma Ilmu Bahan Makanan-Telur 1 MACAM TELUR Ilmu Bahan Makanan-Telur 2 TELUR Nilai gizi telur sangat lengkap, sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, >> tiap butir telur akan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA SIMPAN TELUR ITIK TERHADAP PENURUNAN BERAT, INDEKS KUNING TELUR (IKT), DAN HAUGH UNIT (HU).

PENGARUH LAMA SIMPAN TELUR ITIK TERHADAP PENURUNAN BERAT, INDEKS KUNING TELUR (IKT), DAN HAUGH UNIT (HU). 23 PENGARUH LAMA SIMPAN TELUR ITIK TERHADAP PENURUNAN BERAT, INDEKS KUNING TELUR (IKT), DAN HAUGH UNIT (HU). Joko Purdiyanto dan Slamet Riyadi Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura

Lebih terperinci

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman Struktur Telur Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman Struktur dan komposisi telur 1.Kuning telur (yolk) 2.Putih telur (albumen) 3.Membrane shell 4.Kerabang telur Kuning Telur (31%): 1. Latebra : Pertautan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Nugraha dkk., 2012). Itik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Nugraha dkk., 2012). Itik 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Tegal Itik merupakan unggas air yang tahan penyakit, pertumbuhan cepat serta mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Nugraha dkk., 2012). Itik diklasifikasikan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Ras Petelur Tipe Medium Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Jenis ayam ini merupakan spesies Gallus domesticus.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Keong Mas Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput murbei merupakan salah satu jenis keong air tawar yang berasal dari Benua Amerika,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan puyuh dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Fase Grower Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TELUR. Pada umumnya telur mempunyai 3 struktur bagian, yaitu :

TEKNOLOGI TELUR. Pada umumnya telur mempunyai 3 struktur bagian, yaitu : TEKNOLOGI TELUR STRUKTUR UMUM TELUR Pada umumnya telur mempunyai 3 struktur bagian, yaitu : Kulit Telur Mengandung Ca = 98.2 % Mg = 0.9 % ( menentukan kekerasan cangkang/kulit); P = 0.9%. Ketebalan yang

Lebih terperinci

ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di

ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di hasilkan dari unggas.telur merupakan salah satu produk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa

Lebih terperinci

11/10/2017. Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur MACAM TELUR

11/10/2017. Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur MACAM TELUR Telur Titis Sari Kusuma 1 MACAM TELUR 2 1 TELUR Nilai gizi telur sangat lengkap, sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, >> tiap butir telur akan diperoleh sekitar 8 gram protein. Kandungan asam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Gallus gallus gallus) dan Ayam Hutan Merah Jawa ( Gallus gallus javanicus).

TINJAUAN PUSTAKA. (Gallus gallus gallus) dan Ayam Hutan Merah Jawa ( Gallus gallus javanicus). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Menurut Mansjoer (1985) bahwa ayam kampung mempunyai jarak genetik yang paling dekat dengan Ayam Hutan Merah yaitu Ayam Hutan Merah Sumatra (Gallus gallus gallus)

Lebih terperinci

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (2001) adalah sebagai Kingdom Animalia, Subkingdom Metazoa, Phylum

TINJAUAN PUSTAKA. (2001) adalah sebagai Kingdom Animalia, Subkingdom Metazoa, Phylum II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur memiliki sifat nervous (mudah terkejut), bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih, produksi telur tinggi (350 butir/ekor/tahun), efisien dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konsumsi Ransum Tabel 7. Pengaruh suplementasi L-karnitin dan minyak ikan lemuru terhadap performa burung puyuh Level Minyak Ikan Variabel Lemuru P0 P1 P2 P3 P4 Pr > F *) Konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suhu Lingkungan Setiap makhluk hidup memiliki suatu zona fisiologis yang disebut zona homeostasis (Noor dan Seminar, 2009). Apabila terjadi stress, maka zona homeostasis ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang Penelitian Rataan suhu kandang pada pagi, siang, dan sore hari selama penelitian secara berturut-turut adalah 25,53; 30,41; dan 27,67 C. Suhu kandang

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Mineral 2.1.1. Kalsium Kalsium merupakan golongan mineral yang dibutuhkan oleh ayam petelur untuk pembentukan kerabang telur dan pemenuhan akan zat ini tidak cukup

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Kualitas Eksterior Telur Tetas Ayam Arab

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Kualitas Eksterior Telur Tetas Ayam Arab HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Eksterior Telur Tetas Keberhasilan suatu usaha penetasan bergatung pada beberapa hal salah satunya adalah kualitas telur. Seleksi telur tetas menentukan tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan peningkatan permintaan protein hewani seperti telur, susu, dan daging. Telur merupakan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan PENGANTAR Latar Belakang Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan produktivitasnya untuk meningkatkan pendapatan peternak. Produktivitas itik lokal sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat dan merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak 22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Mikro Suhu dan kelembaban udara merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak homeothermic,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking dikategorikan sebagai tipe pedaging yang paling disukai baik di Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Mojosari Itik Mojosari merupakan salah satu jenis itik lokal yang cukup populer di Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, menghasilkan produk peternakan seperti telur dan daging yang memiliki kandungan protein hewani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kisaran rataan temperatur kandang hasil pengukuran di lokasi selama penelitian adalah pada pagi hari 26 C, siang hari 32 C, dan sore hari 30 C dengan rataan kelembaban

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum Berbeda Terhadap Total Protein Darah Ayam KUB Rataan total protein darah ayam kampung unggul Balitbangnak (KUB) pada penelitian ini

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa

1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, bergizi tinggi, dan harganya relatif murah sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler sebagai Subtitusi Tepung Ikan di dalam Ransum terhadap Kadar Protein Telur Ayam Arab (Gallus turcicus) Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelompok Ternak Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan ternak untuk menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai bibit harus memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hen Day Production (HDP) ayam petelur pada THI yang berbeda (kuningan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hen Day Production (HDP) ayam petelur pada THI yang berbeda (kuningan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hen Day Production (HDP) Hen Day Production (HDP) ayam petelur pada THI yang berbeda (kuningan dan Cililin) berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik merupakan ternak unggas penghasil daging dan telur yang cukup potensial disamping ayam. Ternak itik disebut juga sebagai unggas air, karena sebagian hidupnya dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler sebagai Substitusi Tepung Ikan di dalam Ransum terhadap Ketebalan Kerabang Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puyuh Jantan aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, sub ordo Phasianoide, famili Phasianidae, sub famili Phasianinae, genus Coturnix,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Pengamatan tingkah laku pada ayam broiler di kandang tertutup dengan perlakuan suhu dan warna cahaya yang berbeda dilaksanakan dengan menggunakan metode scan sampling.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kedu Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam Kedu berasal dari Desa Karesidenan Kedu Temanggung Jawa Tengah. Ayam Kedu memiliki kelebihan daya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember Januari 2015 di kandang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember Januari 2015 di kandang 19 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember 2014 18 Januari 2015 di kandang ayam petelur milik CV. Varia Agung Jaya, Desa Varia Agung, Kecamatan

Lebih terperinci