BAB I PENDAHULUAN. PT XYZ Indonesia adalah lembaga swasta penyedia jasa layanan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. PT XYZ Indonesia adalah lembaga swasta penyedia jasa layanan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT XYZ Indonesia adalah lembaga swasta penyedia jasa layanan sertifikasi diantaranya sistem manajemen produk dan jasa, yang merupakan bagian dari PT XYZ Group yang berpusat di Jerman, berdiri sejak tahun 1872 di Cologn, Jerman dan memperluas jaringannya di Indonesia pada tahun 1996 yang berkantor di Jakarta. Untuk mewujudkan visinya yaitu menjadi penyedia jasa testing, inspection and certification (TIC) yang paling sukses di Indonesia, independen, dan mandiri secara finansial, PT XYZ Indonesia berusaha merebut pangsa pasar sertifikasi, testing dan inspeksi produk sebesar-besarnya dimana peluang untuk memperbesar pangsa pasar sertifikasi di Indonesia masih terbuka luas, hal ini dibuktikan dengan adanya laju pertumbuhan sektor jasa di tahun 2014 yang tumbuh sebesar 9.15 persen dibanding tahun 2013 yang tumbuh sebesar 6.81 persen yang bisa dilihat pada tabel 1.1. Namun demikian tingkat persaingan antar badan sertifikasi (certification body) di Indonesia juga akan semakin meningkat, di sisi lain kapabilitas jasa audit PT XYZ Indonesia memang mempunyai keunggulan di beberapa aspek namun demikian keunggulan tersebut tetap harus terus disesuaikan dengan dinamika 21

2 lingkungan internal maupun eksternal, diperlukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan usaha, serta kemampuan memberikan layanan terbaik bagi pelangganpelanggannya untuk mempertahankan eksistensi dan mampu menjadi market leader. Tabel 1.1: Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (persen), Lapangan Usaha * 2014** 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH a. B a n k b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan JASA JASA a. Pemerintahan Umum ). Adm. Pemerintahan & Pertahanan ). Jasa Pemerintahan lainnya b. S w a s t a ). Sosial Kemasyarakatan ). Hiburan dan Rekreasi ). Perorangan dan Rumah tangga PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara (Sumber: 22

3 Sebagai lembaga sertifikasi, PT XYZ Indonesia bergabung ke dalam Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia (ALSI) di tahun 2008 dan menjadi anggota aktif di organisasi tersebut dimana tercatat hingga November 2015 organisasi ini berjumlah 40 (empat puluh) lembaga sertifikasi. Berikut adalah tabel badan sertifikasi yang bergabung ke dalam Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia: Tabel 1.2: Anggota Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia No. Nama Perusahaan 1. Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Quality System Certification (B4T QCS) 2. PT Sucofindo (Persero) 3. PT Mutuagung Lestari 4. Balai Besar Tekstil Textile Industry Quality Assurance (BBT TIQA) 5. Balai Besar Keramik Quality Assurance Certification Scheme (BBK- QACS) 6. Balai Besar Karet, Kulit dan Plastik Yogyakarta Quality Assurance (BBKKP-YOQA) 7. Balai Industri Semarang Quality Assurance Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BISQA-BBTPPI) 8. Agro-Based Industry Quality Assurance Balai Besar Industri Agro (ABIQA-BBIA) 9. LMK PT PLN (Persero) Jasa Sertifikasi 10. PT TÜV NORD Indonesia 11. PT SGS Indonesia 12. PT Indah Karya Registered Certification Services (IKRCS) 13. Balai Sertifikasi Industri (BSI) 14. Baristand Industri Palembang (BIPA) 15. PT SAI Global Indonesia 16. Bureau Veritas Indonesia 17. Batan Quality System Services (BQSS) 18. PT TUV Rheinland Indonesia 23

4 Lanjutan Tabel 1.2 No. Nama Perusahaan 19. Balai Besar Pulp & Kertas LSPro PaPICS (BBPK-LSPro PaPICS) 20. Baristand Industri Surabaya 21. Baristand Industri Bandar Lampung 22. Balai Besar Logam dan Mesin LSPro MIDC (BBLM-LSPro MIDC) 23. Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Makassar (BBIHP Makassar) 24. Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado 25. Balai Besar Kerajinan dan Batik LSPro Toegoe (BBKB-Toegoe) 26. Baristand Industri Samarinda LSPro Samarinda Etam 27. PT CEPRINDO (Certification of Product in Indonesia) 28. PT Amerika Sistem Registrasi Internasional Indonesia (ASRICERT INDONESIA) 29. PT TÜV SUD Indonesia 30. PT Turangga Tosan Indonesia 31. PT Lloyd s Register Quality Assurance Indonesia 32. PT BSI Group Indonesia 33. Balai Besar Kimia dan Kemasan LSPro Chempack (BBKK-LSPro Chempack) 34. PT Mutu Indonesia Strategis Berkelanjutan 35. IAPMO R&T 36. PT Agri Mandiri Lestari 37. PT Bureau Veritas Consumer Products Services Indonesia 38. Balai Besar Penerapan Pengujian Hasil Perikanan 39. PT Integrita Global Sertifikat 40. Pusat Pengawasan Mutu Barang (PPMB) Sumber: 24

5 Berdasarkan penyebaran lokasi badan sertifikasi di atas bisa dipetakan sebagai berikut: Gambar 1.1: Penyebaran Lokasi Lembaga Sertifikasi di Indonesia Sumber: Penyebaran kantor lembaga sertifikasi yang bergabung di dalam ALSI merata hampir di semua wilayah, dimana 58% perusahaan lembaga sertifikasi tersebut berada di Jabodetabek, 14% berada di Jawa Barat, 8% berdiri di Jawa Tengah, 3% berkantor di Jawa Timur, 8% berada di Sumatra, 3% berada di Kalimantan, dan 6% berkantor di wilayah Indonesia bagian timur, seperti yang digambarkan pada gambar 1.1. Dalam pelaksanaanya untuk mampu unggul bersaing serta mampu memberikan pelayanan jasa secara prima kepada seluruh customer dan stakeholder, PT XYZ Indonesia akan menghadapi banyak sekali risiko-risiko yang akan mengganggu, baik itu risiko internal (internal context) maupun eksternal (external context). 25

6 Hal ini tentu saja dapat terjadi dikarenakan PT XYZ Indonesia merupakan perusahaan swasta yang berdomisili di Indonesia yang sebagian besar operasi, aset, dan pelanggannya berada di Indonesia. Akibatnya, kondisi politik, ekonomi, hukum dan sosial di Indonesia di masa mendatang, serta tindakan dan kebijakan tertentu yang diambil atau tidak diambil oleh pemerintah secara material dapat berdampak negatif terhadap usaha, kondisi keuangan dan hasil operasi PT XYZ Indonesia. Pertumbuhan pasar di bidang sertifikasi jasa/produk semakin meningkat dikarenakan dukungan regulasi misalnya perjanjian World Trade Organization (WTO), sebagaimana telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1994, khususnya Agreement on Technical Barrier to Trade (TBT) yang mengatur standarisasi. Ditegaskan bahwa seluruh negara anggota, dalam hal ini termasuk Indonesia, diwajibkan untuk menyesuaikan peraturan perundang-undangan perdagangan, perindustrian dan perlindungan konsumen mengacu kepada standar dan pedoman yang dikembangkan oleh organisasi internasional yang relevan. Bersumber dari Badan Standarisasi Nasional (BSN), bahwasanya organisasi perumus standar internasional yang diakui dan direkomendasikan oleh WTO antara lain adalah ISO (International Organization for Standarization), IEC (International Electrotechnical Commision), CAC (Codex Alimentarius Commision), dan ITU (International Telecommunication Union). Hal ini berdampak menjadi tuntutan bagi seluruh produk maupun jasa untuk 26

7 distandarisasikan dan disertifikasi seperti ISO 9001, ISO dan OHSAS 18001, sehingga membuka banyak kesempatan bagi new entrant masuk ke bisnis jasa sertifikasi sistem manajemen. Persaingan yang ketat menuntut tiap-tiap lembaga sertifikasi untuk lebih jeli dalam melihat opportunity (peluang) dan risiko yang akan dihadapi. Semakin besar suatu badan sertifikasi, maka semakin besar opportunity dan risk yang dihadapi. Terlebih, sertifikasi produk/jasa adalah suatu bisnis yang membutuhkan investasi besar dan tingkat return yang tinggi sehingga pada dasarnya terdapat risiko besar yang melekat. Tingkat risiko yang tinggi menyebabkan tidak sedikit lembaga sertifikasi yang tidak berkembang di dalam persaingan dan bahkan ada pula yang harus diakuisisi oleh lembaga lainnya maupun dicabut lisensinya dikarenakan tidak memperhatikan regulatory yang harus ditaati. Banyak hal yang perlu diperhatikan oleh lembaga sertifikasi untuk mengendalikan risiko bisnisnya, seperti risiko bencana (disaster risk), risiko teknologi informasi (information technology risk), risiko hukum (legal risk), risiko reputasi (reputational risk), dan risiko sistem (system risk). Manajemen risiko berstandar internasional ISO 31000:2009 digunakan sebagai standar untuk mengelola risiko yang ada pada tiap perusahaan, diterbitkan oleh organisasi ISO, menggambarkan kerangka kerja implementasi manajemen risiko dengan lingkup proses manajemen yang terdiri atas identifikasi konteks risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, perlakuan risiko, pemantauan dan telaah 27

8 ulang serta koordinasi dan komunikasi sebagaimana gambar 1.2. Gambar tersebut menjelaskan versi sederhana dari proses manajemen risiko ISO 31000:2009. Gambar 1.2: Proses Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000:2009 Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi Asesmen Risiko Identifikasi Risiko Analisis Risiko Evaluasi Risiko Penanganan Risiko Pemantauana dan Riviu (Sumber: Airmic, 2010:7) Proses manajemen risiko seperti pada gambar 1.2. merupakan kegiatan kritikal dalam manajemen risiko, karena merupakan penerapan dari pada prinsip dan kerangka kerja yang telah dibangun. Proses manajemen risiko menurut standar ISO 31000:2009 terdiri atas tiga proses besar, yaitu: 1. Penetapan konteks (establishing the context) Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan sasaran organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak dicapai, stakeholders yang berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko, dimana hal-hal ini akan membantu mengungkapkan dan menilai sifat dan kompleksitas dari risiko. 28

9 2. Penilaian risiko (risk assessment) Penilaian risiko terdiri atas: I. Identifikasi risiko: mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. II. Analisis risiko: menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi. III. Evaluasi risiko: membandingkan hasil analisis risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan bagaimana penanganan risiko yang akan diterapkan. 3. Penanganan risiko (risk treatment) Dalam menghadapi risiko terdapat empat penanganan yang dapat dilakukan oleh organisasi yaitu menghindari risiko (risk avoidance); mitigasi risiko (risk reduction); transfer risiko kepada pihak ketiga (risk sharing); menerima risiko (risk acceptance). 4. Komunikasi dan Konsultasi Dimana manajemen risiko harus dilakukan oleh seluruh bagian organisasi dan memperhitungkan kepentingan dan dukungan dari seluruh stakeholder organisasi serta memegang prinsip transparan dan inklusif. 5. Pemantauan dan Review Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa implementasi manajemen risiko telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Hasil 29

10 monitoring dan review juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan terhadap proses manajemen risiko. Menurut laporan Economist Intelligence Unit, (Christoper Watss & Kim Benjamin, 2008) yang melakukan survey terhadap 316 perusahaan jasa keuangan, lebih dari 70% responden mengaku nilai kerugian timbul dari krisis pengkeditan terutama disebabkan oleh kegagalan menangani masalah sebuah manajemen risiko dan sebanyak 59% responden mengatakan dari krisis pengkreditan yang terjadi membuat mereka harus menilai kembali manajemen risiko yang dipergunakan di perusahaan. Manajemen risiko juga dibutuhkan evaluasi secara periodik melalui aktivitas pengendalian. Survey yang dilakukan deloitte (2012) pada kuarter ke tiga tahun 2010, berdasar dari respon 131 institusi dari berbagai negara, termasuk retail dan bank komersial, perusahaan asuransi, dan aset manajer dengan agregat nilai total aset lebih dari US$ 17 triliun. Didapatkan bahwa sebanyak 79% institusi telah menerapkan manajemen risiko, nilai ini meningkat dibanding tahun 2008 sebesar 59%. Pada krisis keuangan global ini, pentingnya kesadaran dalam mengelola risiko berdampak pada evaluasi kinerja perusahaan. Hal ini sudah didiskusikan secara luas sebanyak 37% dari institusi melaporkan bahwa mereka secara penuh mengimplementasikan manajemen risiko untuk personal unit bisnis mereka. Belajar dari banyaknya kasus kerugian yang dialami berbagai perusahaan dikarenakan kegagalan menangani masalah, manajemen risiko hendaknya menjadi 30

11 catatan penting bagi PT XYZ Indonesia untuk melakukan upaya sistem yang menjamin pengawasan atas penyimpangan dengan tujuan untuk mendeteksi apabila terjadi penyimpangan dan segera dilakukan tindakan perbaikan Rumusan Masalah 1. Berdasarkan visi perusahaan, PT XYZ Indonesia berusaha merebut pangsa pasar sertifikasi, testing dan inspeksi sebesar-besarnya dan menjadi market leader. Untuk unggul bersaing, PT XYZ Indonesia harus mengelola risiko (eksternal dan internal) yang berpotensi mengganggu pencapaian tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. 2. Situasi lingkungan eksternal dan internal perusahaan mengalami perkembangan yang akan diikuti oleh semakin kompleksnya risiko bagi aktivitas usaha Perusahaan. 3. Semakin kompleksnya risiko terhadap Perusahaan tersebut meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola yang baik (good corporate governance) termasuk di dalamnya pelaksanaan pengelolaan risiko yang efektif dan komprehensif Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang menjadi dasar dilakukan penelitan adalah: 1. Apa saja risiko-risiko tinggi (extreme risk dan/atau high risk) yang mungkin timbul dalam aktivitas bisnis jasa sertifikasi sistem manajemen dan berdampak pada ketidaktercapaian tujuan perusahaan? 31

12 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Identifikasi potensi risiko yang berdampak pada kinerja jasa sertifikasi sistem manajemen. 2. Melakukan penilaian dan pengendalian risiko menggunakan sistem manajemen risiko dengan standar internasional ISO 31000: Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan deskripsi risiko dalam bisnis jasa sertifikasi sistem manajemen. 2. Dikarenakan urgensinya keberadaan manajemen risiko, maka diharapkan penelitian ini mampu menggerakkan manajemen PT XYZ Indonesia untuk segera merencanakan, membangun dan mengelola manajemen risiko demi keberlangsungan dinasti perusahaan di tengah kompetisi pasar yang semakin besar. 3. Sumbangan pemikiran bagi mahasiswa serta pemahaman kepada pembaca maupun penulis mengenai manajemen risiko dan standar internasional Risk Analysis ISO 31000:2009, metode analisis dan berbagai teori-teori yang perlu untuk diterapkan di industri jasa sertifikasi sistem manajemen. 32

13 1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 1. Kegiatan penelitian dilakukan di PT XYZ Indonesia. Penelitian dilakukan untuk menganalisis risiko-risiko yang mungkin terjadi di luar risiko keuangan (non finance risk) dikarenakan faktor kerahasiaan data keuangan perusahaan, baik pada internal maupun eksternal perusahaan sehingga PT XYZ Indonesia dapat menciptakan dan/atau melindungi value-nya. 2. Di dalam penelitian ini juga hanya dibatasi pada variabel jasa sertifikasi sistem manajemen (lihat gambar 1.4). Sebagai badan sertifikasi internasional, PT XYZ Indonesia memiliki banyak jasa yaitu penyediaan jasa testing, inspection and certification (TIC) terhadap berbagai proyek seperti konstruksi bangunan dan perumahan, pendidikan, ketenagakerjaan, keamanan informasi, manajemen sistem, kesehatan dan keselamatan kerja, pabrik dan mesin, uji produk, serta uji kendaraan dan lalu linstas seperti pada gambar

14 Gambar 1.3. Penyediaan Jasa Sertifikasi PT XYZ Indonesia (Sumber: Penelitian ini hanya dibatasi pada variabel jasa sertifikasi sistem manajemen mencakup sistem manajemen lingkungan dan energi (environmental and energy (ISO 50001, ISO 14001)), sistem manajemen kendali makanan (food and animal feed (ISO 22000)), sistem manajemen informasi (information technology (ISO 27001)), sistem manajemen keselamatan kerja (occupational safety (OHSAS 18001)), sistem manajemen mutu (quality (ISO 9001)), sistem manajemen perhotelan & resort (tourism and leisure (eco-hotel & resort management system)), sistem manajemen CSR (Sustainability and CSR (ISO 26000)), dan sistem manajemen keamanan transportasi (Transportation (ISO 28000)) seperti pada gambar

15 Gambar 1.4: Penyediaan Jasa Sertifikasi Sistem Manajemen PT XYZ Indonesia (Sumber: management_systems_id.html) 1.7. Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi menjadi 5 bab dan pada setiap bab akan diuraikan kembali menjadi beberapa sub bab. 35

16 BAB 1: PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penulisan, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan berbagai tinjauan teori mengenai manajemen risiko berdasarkan ISO 31000:2009, konsep risiko, tipe risiko, jasa sertifikasi sistem manajemen, dan kegiatan sertifikasi sistem manajemen dimulai dari tahapan perencanaan hingga finalisasi projek jasa sertifikasi. Landasan teori diambil dari berbagai sumber primer maupun sekunder yang akuntabel. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas rancangan penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam memperoleh data dan metode analisis yang sesuai dengan tujuan penelitan. Obyek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian juga akan dijelaskan lebih detail pada bab ini. 36

17 BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dipaparkan hasil identifikasi dan analisis risiko baik dari faktor lingkungan internal maupun eksternal yang ditindaklanjuti ke dalam evaluasi/assessment risiko, dan treatment risiko jasa sertifikasi mengacu pada standar ISO 31000:2009. BAB V: SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi mengenai kesimpulan isi permbahasan, keterbatasan, implikasi teoritis dan praktis serta saran-saran dari penelitian yang telah dilakukan. 37

ALSI Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia

ALSI Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia ALSI by Muhammad Bascharul Asana (Chairman) Nyoman Susila (Secretary General) 2015-02-12 1 Main Programs 2013-2016 2 Increase number of members Extend cooperation with all stakeholders especially BSN and

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TANDA SNI DIREKTORAT STANDARDISASI Jakarta, 14 April 2014

PENGGUNAAN TANDA SNI DIREKTORAT STANDARDISASI Jakarta, 14 April 2014 PENGGUNAAN TANDA SNI DIREKTORAT STANDARDISASI Jakarta, 14 April 2014 Kegunaan standar: Dasar persyaratan teknis untuk perdagangan antara pembeli dan penjual Diadopsikedalamregulasiteknis(terkaitkeselamatan,

Lebih terperinci

NO NAMA LEMBAGA ALAMAT

NO NAMA LEMBAGA ALAMAT 2012, No.870 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91/M-IND/PER/8/2012 TANGGAL 16 Agustus 2012 A. LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK YANG TELAH TERAKREDITASI DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO)

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO) PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO) Sistem suatu kondisi harmonis dan interaksi yang teratur Manajemen suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan publik, bank dan BUMN di Indonesia saat ini wajib memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk membantu memastikan

Lebih terperinci

PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Disampaikan pada Focus Group Discussion Kementerian BUMN Jakarta, 30 September 2015 PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Dr. Ir. Sufrin Hannan, M.M. Direktur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai pengaturan pengaturan technical barrier to trade sebagai salah satu perjanjian

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mensukseskan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional dan mewujudkan sasaran jangka menengah seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden No.

Lebih terperinci

2017, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng Sawit Secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang (Lemba

2017, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng Sawit Secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang (Lemba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.676, 2017 KEMENPERIN. SNI Minyak Goreng Sawit. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/M-IND/PER/5/2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara umum, bank yang sehat adalah bank yang menjalankan fungsifungsinya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara umum, bank yang sehat adalah bank yang menjalankan fungsifungsinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum, bank yang sehat adalah bank yang menjalankan fungsifungsinya dengan baik. Bank merupakan salah satu industri yang kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan

Lebih terperinci

Studi Banding Badan Mutu ke PT. Surveyor Indonesia dan WQA

Studi Banding Badan Mutu ke PT. Surveyor Indonesia dan WQA Studi Banding Badan Mutu ke PT. Surveyor Indonesia dan WQA Kegiatan Badan Mutu Pelayanan Kesehatan yang telah dilaksanakan, memiliki berbagai tujuan, salah satunya adalah melakukan pengembangan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga intermediasi yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga intermediasi yang menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga intermediasi yang menjalankan kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga untuk selanjutnya disalurkan dalam bentuk pinjaman untuk memperoleh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan dalam melakukan penelitian, batasan terhadap penelitian serta sistematika penulisan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan memiliki peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan memiliki peranan yang strategis dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan perbankan memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan, terutama dalam posisinya sebagai financial intermediary; sebagai lembaga perantara keuangan

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

2017, No Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Pupuk Anorganik Majemuk secara Wajib; Menging

2017, No Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Pupuk Anorganik Majemuk secara Wajib; Menging No.832, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI Pupuk Anorganik Majemuk. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/M-IND/PER/6/2017

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2016

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2016 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2016 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI J A K A R T A 2 0 1 6 Laporan Triwulan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2016

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2016 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2016 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI J A K A R T A 2 0 1 6 Laporan Triwulan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA. 2017

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA. 2017 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA. 2017 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI J A K A R T A 2 0 1 7 Laporan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2015

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2015 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2015 Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana pembangunan. BAB I I Rencana Program K E M E N T E R I A N P E R I N

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan global memberikan pengaruh besar terhadap sekolah kejuruan dalam mempersiapkan persaingan tenaga kerja. Persaingan tenaga kerja yang sangat ketat,

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan No.156, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Plastik. Tangki Air. Silinder Vertikal. PE. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013 PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013 TENTANG PENGAWASAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. UMUM Ketentuan Pasal 39 UU BPJS mengatur bahwa

Lebih terperinci

BAB II RUANG LNGKUP PERUSAHAN

BAB II RUANG LNGKUP PERUSAHAN BAB II RUANG LNGKUP PERUSAHAN Ruang lingkup kegiatan B4T sebagai mitra industri untuk meningkatkan mutu produk dan jasa industri meliputi penelitian dan pengembangan, pengujian bahan dan barang teknik,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri di Indonesia mendorong munculnya industriindustri berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya kompetisi

Lebih terperinci

2016, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Biskuit Secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lem

2016, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Biskuit Secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lem No. 155, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Biskuit. Lembaga Penilaian Kesuaian. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/M-IND/PER/1/2016 TENTANG LEMBAGA PENILAIAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Bank Index adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1992, dan mulai resmi beroperasi dalam

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

2012, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Penunjukan

2012, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Penunjukan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.801, 2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI. Pupuk Anorganik. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80/M-IND/PER/7/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perubahan teknologi, globalisasi dan transaksi bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus dihadapi

Lebih terperinci

PERAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN DAYA SAING BANGSA. Surabaya, 20 Oktober 2016

PERAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN DAYA SAING BANGSA. Surabaya, 20 Oktober 2016 PERAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN DAYA SAING BANGSA Surabaya, 20 Oktober 2016 Badan Standardisasi Nasional SNI (Standar Nasional Indonesia) UU 20 tahun 2014

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 Nomor : 8/1 Edisi-Revisi : E-2 Tanggal : 01 Juni 2016 Hal : 1 dari 9 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Perusahaan Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN DAN

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN DAN 7 2013, No.1220 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/M-IND/PER/10/2013 TENTANG PENUNJUKAN LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.868, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pemberlakuan dan Pengawasan. SNI. Alumunium Sulfat. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/M-IND/PER/6/2014

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG Salinan BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG KOMITE NASIONAL PENANGANAN HAMBATAN TEKNIS PERDAGANGAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

50001, BAB I PENDAHULUAN

50001, BAB I PENDAHULUAN Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ADOPSI, PENERAPAN DAN PROGRES PENCAPAIAN SNI ISO 37001:2016

ADOPSI, PENERAPAN DAN PROGRES PENCAPAIAN SNI ISO 37001:2016 ADOPSI, PENERAPAN DAN PROGRES PENCAPAIAN SNI ISO 37001:2016 Prof. Dr. Bambang Prasetya Kepala Badan StandardisasiNasional/ Ketua Komite Akreditasi Nasional Mengenal BSN Lembaga Pemerintah Non Kementerian

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA. 2017

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA. 2017 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA. 2017 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI J A K A R T A 2 0 1 7 Laporan Triwulan

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh. Dalam kebanyakan kasus, pemegang saham akan memilih direksi, yang

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh. Dalam kebanyakan kasus, pemegang saham akan memilih direksi, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemegang saham merupakan pemilik dari sebuah perusahaan dengan membeli sahamnya dan berharap adanya pengembalian keuangan yang dapat diperoleh. Dalam kebanyakan

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016 KODE PROGRAM RUPIAH MURNI 19.1.2 19.2.7 19.3.6 19.4.8 19.5.9 19.6.3 19.7.12 19.8.1 19.9.11 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian Program Peningkatan Sarana

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pertenunan yang dikenal dengan nama Textiel Inrichting Bandoeng (TIB)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pertenunan yang dikenal dengan nama Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat BBT Pada tahun 1922 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Balai Percobaan Pertenunan yang dikenal dengan nama Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) bernayng

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA.2016

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA.2016 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA.2016 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI J A K A R T A 2 0 1 6 Laporan Triwulan

Lebih terperinci

2016, No Nomor 48/M-IND/PER/9/2013 tentang Penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional I

2016, No Nomor 48/M-IND/PER/9/2013 tentang Penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional I No.1116, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. BjLS. Lembaga Penilaian. Kesesuaian. Penunjukan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/M-IND/PER/7/2016

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11 PIAGAM KOMITE AUDIT Rincian Administratif dari Kebijakan Nama Kebijakan Piagam Komite Audit Pemilik Kebijakan Fungsi Corporate Secretary Penyimpan Kebijakan - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy

Lebih terperinci

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 215 BERDASARKAN JENIS NO SUMBER ANGGARAN RINCIAN ANGGARAN TA 215 (dalam ribuan rupiah) BARANG MODAL JUMLAH 1 RUPIAH MURNI 629459711 1.468.836.8 42882193 2.527.117.694

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai salah satunya adalah meningkatkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Lembaga. Penilaian. Kesesuaian. SNI. Gula Kristal Rafinasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Lembaga. Penilaian. Kesesuaian. SNI. Gula Kristal Rafinasi. No.85, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Lembaga. Penilaian. Kesesuaian. SNI. Gula Kristal Rafinasi. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 95/M-IND/PER/11/2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam era globalisasi, semua bidang industri saling bersaing untuk memperebutkan pasar. Tingginya tingkat persaingan dalam suatu industri mendorong perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas

BAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas intern untuk menunjukkan kontribusinya pada perbaikan kinerja organisasi. Laporan juga

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi Nasional - Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) dalam memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Departemen perdagangan adalah departemen dalam pemerintahan indonesia yang membidangi urusan perdagangan. Departemen perdagangan dipimpin oleh

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

2017, No penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian untuk melaksanakan sertifikasi dan pengujian mutu Kopi Instan; c. bahwa berdasarkan pertimbang

2017, No penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian untuk melaksanakan sertifikasi dan pengujian mutu Kopi Instan; c. bahwa berdasarkan pertimbang BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.675, 2017 KEMENPERIN. SNI Kopi Instan. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/M-IND/PER/5/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012 NO KODE UNIT KERJA/PROGRAM PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 212 BARANG MODAL (Dalam ribuan rupiah) 1 SEKRETARIAT JENDERAL 12,47,993 53,265,361 283,213,727

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke-4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke-4 di dunia. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

2013, No.271. NO NAMA LEMBAGA ALAMAT LSPro PPMB-Kementerian Perdagangan

2013, No.271. NO NAMA LEMBAGA ALAMAT LSPro PPMB-Kementerian Perdagangan 5 2013, No.271 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-IND/PER/2/2013 TENTANG PENUNJUKAN LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS DAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL

ETIKA BISNIS DAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL MODUL 4 ETIKA BISNIS DAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL PENGANTAR BISNIS Bahan Ajar Untuk Kalangan Sendiri Etika bisnis adalah serangkaian nilai moral yang akan membentuk perilaku perusahaan. Perusahaan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melonjak, dan krisis energi yang dibarengi dengan harga minyak dunia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. melonjak, dan krisis energi yang dibarengi dengan harga minyak dunia yang terus BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia saat ini penuh dengan ketidakpastian. Beberapa diantaranya adalah nilai tukar rupiah yang naik turun, kebutuhan bahan pokok yang terus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta pada pembahasan Bab IV mengenai Pengaruh Dorongan Akuntansi Manajemen Lingkungan Proaktif Terhadap Kinerja Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2015

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2015 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2015 Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana pembangunan. BAB I I Rencana Program K E M E N T E R I A N P E R I N D

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja, material, dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus dana dalam suatu perekonomian. Jika sebuah bank mengalami permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN. arus dana dalam suatu perekonomian. Jika sebuah bank mengalami permasalahan, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga yang berperan menjalankan fungsi intermediasi atas arus dana dalam suatu perekonomian. Jika sebuah bank mengalami permasalahan, dampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keakuratan sebuah informasi dan kecepatan dalam mendapatkan informasi sangat diperlukan oleh perusahaan untuk menjalankan proses bisnisnya. Akan tetapi, tidak menutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era pembangunan dewasa ini telah tumbuh dan berkembang bermacam-macam perusahaan di Indonesia baik di bidang jasa, perdagangan, maupun industri yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6 6.1 Kesimpulan Dalam pembahasan tentang kesiapan PT PAL Indonesia (Persero), penelitian ini menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) pada prinsipnya memiliki kesiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darurat (contingency planning) dan mengelola risiko (risk management) dalam

BAB I PENDAHULUAN. darurat (contingency planning) dan mengelola risiko (risk management) dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan strategi pemasaran dan daya saing perusahaan, saat ini banyak perusahan yang hanya berfokus kepada peningkatan produktivitas dan penghasilan

Lebih terperinci

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 20118.A/PER/BSN/2/2010 TANGGAL : 1 Februari 2011 Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan

Lebih terperinci

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas Semester 1 Tahun 2015 Identifikasi Penataan Peraturan Kepala dengan Peraturan Perundang-undangan Lain 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

Penerapan Skema Sertifikasi Produk Penerapan Skema Sertifikasi Produk Barang Rumah Tangga Lainnya dan Peralatan Komersiel (21.06) Daftar isi 1 Ruang lingkup 2 Acuan Normatif 3 Sistem sertifikasi 4 Definisi 5 Proses sertifikasi 6 Persyaratan

Lebih terperinci

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN)

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN) SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN) 1 SISTEM STANDARDISASI NASIONAL 1. Tatanan jaringan sarana dan kegiatan standarisasi yang serasi, selaras dan terpadu serta berwawasan nasional. 2. Merupakan dasar dan

Lebih terperinci

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

PT Wintermar Offshore Marine Tbk PT Wintermar Offshore Marine Tbk ( Perusahaan ) Piagam Audit Internal I. Pembukaan Sebagaimana yang telah diatur oleh peraturan, yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 yang ditetapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas Semester 2 Tahun Identifikasi Penataan Peraturan Kepala dengan Peraturan Perundang-undangan Lain 1. Latar Belakang Peraturan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Repuhlik Indonesia

Menteri Perindustrian Repuhlik Indonesia Menteri Repuhlik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 51/M-IND/PER/5/2011 TENTANG PENUNJUKAN LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ekonomi global di mana persaingan sengit dan sekat-sekat antar

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ekonomi global di mana persaingan sengit dan sekat-sekat antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam ekonomi global di mana persaingan sengit dan sekat-sekat antar negara nyaris tidak ada dan di mana pelanggan menjadi semakin menuntut perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda pada proses perencanaan strategis. itu dilakukan (Bryson and Roering 1988; Elbanna 2007; Hassan et al).

BAB I PENDAHULUAN. berbeda pada proses perencanaan strategis. itu dilakukan (Bryson and Roering 1988; Elbanna 2007; Hassan et al). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan strategis pada awalnya merupakan tradisi yang dikembangkan oleh organisasi sektor swasta menghadapi perubahan dalam memenangkan persaingan. Tetapi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu faktor dalam mendukung perekonomian di Indonesia. Perkembangan perbankan yang semakin pesat saat ini menimbulkan persaingan bank semakin

Lebih terperinci

2016, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan L

2016, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan L No.17, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. LPK Terdaftar ASEAN. Sertifikat Produk. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kondisi eksternal dan internal perbankan

Lebih terperinci

2013, No.268.

2013, No.268. 7 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/M-IND/PER/2/2013 TENTANG PENUNJUKAN LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SETARA DENGAN ESELON II

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SETARA DENGAN ESELON II Lampiran 1 Pengumuman Nomor : PENG-01/JPT.Pratama/MBU/10/2015 Tanggal : 30 Oktober 2015 RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN NO. A. KELOMPOK JABATAN I 1. Nama

Lebih terperinci

PERAN SUCOFINDO SEBAGAI MITRA BISNIS BUMN

PERAN SUCOFINDO SEBAGAI MITRA BISNIS BUMN PERAN SUCOFINDO SEBAGAI MITRA BISNIS BUMN ISI MISI PERUSAHAAN Didirikan pada tahun 1956 Perusahaan BUMN 95% saham negara Republik Indonesia 5% saham SGS Perusahaan inspeksi pertama dan terbesar di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan antar kontraktor untuk memenangkan tender proyek semakin ketat, sehingga perlu adanya daya bersaing yang unggul. Perusahaan kontraktor swasta sedikit

Lebih terperinci