BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dari sudut pandang biologis, perilaku adalah suatu tindakan atau aktivitas makhluk hidup yang memiliki bentangan yang sangat luas, yaitu: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Oleh sebab itu, semua makhluk hidup berperilaku karena mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Seorang ahli psikologi, Skiner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini dikenal dengan teori S-O-R atau Stimulus-Organisme-Respons. Teori ini membedakan adanya dua respons, yaitu: 1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraan dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2 2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job descriptions) kemudian memeroleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya (Notoatmodjo, 2007). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Perilaku tertutup (covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk unobservable behavior atau covert behavior yang dapat diukur dari pengetahuan dan sikap. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior (Notoatmodjo, 2010).

3 2.2. Domain Perilaku Perilaku seseorang merupakan keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari luar). 1. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. 2. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: a. Kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik. d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

4 Seorang ahli psikologi pendidikan, Benyamin Bloom (1908) membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah, atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychmotor) (Notoatmodjo, 2010). Teori Bloom ini pun berkembang dalam pendidikan kesehatan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut: 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek memengaruhi pengetahuan seseorang melalui penginderaan tersebut.secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: a. Tahu (know) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu, seperti: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

5 menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunakan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri.

6 Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahun yang telah diuraikan di atas (Notoatmodjo, 2007). 2. Sikap (attitude) Sikap adalah respons tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana, yakni: An individual s attitude is syndrome of response consistency with regard to object.. Dapat diartikan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Seorang ahli psikologis sosial, Newcomb menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. (Notoatmodjo, 2010). Menurut Allport (1954), sikap itu terbagi dalam 3 komponen pokok, yaitu: a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

7 b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Artinya, bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya, sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2010). Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga memiliki 4 tingkatan, yaitu: a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau menerima stimulus yang diberikan (objek). b. Menanggapi (responding) Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan pertanyaan atau objek yang dihadapi. c. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. d. Bertanggung jawab (responsible)

8 Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoatmodjo, 2010). Sikap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu. 2. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap suatu kelompok. 3. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tapi dapat juga berupa kumpulan dari hal-hal tersebut. 4. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan. Fungsi sikap dibagi dalam 4 golongan (Ahmadi, 1992), yaitu: 1. Sebagai alat menyesuaikan diri Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubungan antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain. 2. Sebagai pengatur tingkah laku Tingkah laku anak kecil atau hewan umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan sudah lanjut usianya, perangsang itu umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-

9 perangsang itu. Jadi, antara perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan kesusilaan, keinginan pada orang itu, dsb. 3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar, sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani tetapi memilih nama yang perlu dan yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih. 4. Sebagai pernyataan kepribadian Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebutkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan mengetahui sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007).

10 3. Tindakan atau Praktik (practice) Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Tindakan atau praktik ini mempunyai 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu: a. Persepsi (perception) Diartikan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. b. Respon terpimpin (guided respons) Diartikan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. c. Mekanisme (mechanism) Diartikan seseorang yang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sudah merupakan kebiasaan. d. Adopsi (adaptation) Diartikan adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang baik. Artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003). Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).

11 2.3. Teori Snehandu B. Karr Karr mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu: 1. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya. 2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula, untuk berperilaku kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya, paling tidak, tidak menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat. 3. Terjangkaunya informasi (accessibility of information) adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. 4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri, dalam pengambilan keputusan masih sangat tergantung kepada suami. 5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apa pun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada (Notoatmodjo, 2010).

12 2.4. Polimer Plastik Plastik adalah benda yang dapat diacu dalam bentuk kumpulan zat organik yang stabil pada suhu tinggi biasanya, tetapi pada beberapa tahap pembuatannya bersifat plastik sehingga dapat diubah bentuk dengan menggunakan kalor dan tekanan. Plastik merupakan material yang banyak digunakan untuk membuat produk atau barang-barang yang berguna bagi kehidupan manusia. Hampir setiap barang mengandung bahan plastik, mulai dari barang elektronik seperti TV, Kulkas, Handphone, sampai pestisida. Plastik memiliki keuntungan yaitu lebih praktis (simple), biasanya tidak lebih mahal harganya daripada bahan di luar bahan plastik, serta mudah didapatkan di pasar. Dan juga kelebihan plastik adalah ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak berkarat, dan memiliki warna yang menarik perhatian masyarakat serta membutakan konsumen tentang dampak yang ditimbulkan, seperti terjadinya perpindahan zat-zat penyusun dari plastik ke dalam makanan/minuman, terutama jika makanan/minuman itu tidak cocok dengan plastik yang mengemasnya. Zatzat penyusun itu cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan penyakit kanker pada manusia (Fadli, 2012). Pada industri makanan dan minuman, Bisphenol-A (BPA) merupakan salah satu bahan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan, botol air mineral, dan botol bayi. Satu test membuktikan bahwa 95% orang pernah memakai barang mengandung BPA (Anonim, 2009). Plastik merupakan salah satu polimer yang memiliki sifat fisio-kimia, yaitu: 1. Termoset, yaitu jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang atau dicetak, contohnya poliviniliden klorida (PVdC), akrilik yang sering digunakan untuk botol-botol minuman, polietra fluoroetilen (PTFE) yang terdapat

13 pada peralatan daput seperti Teflon dan Ediblefilm dari amilosa pati jagung untuk kemasan permen dan sosis yang dapat dimakan. 2. Termoplastik, yaitu jenis plastik yang dipakai untuk mengemas atau kontak dengan bahan makanan/minuman dan dapat didaurulang/dicetak kembali, contoh plastik kresek. (Fadli, 2012) Setiap perusahaan umumnya telah memiliki standar perlindungan konsumen dengan mencantumkan jenis bahan plastik yang digunakan pada wadah makanan atau minuman dan dapat didaur-ulang. Standar ini dikeluarkan oleh SPI (Society of Plastic Industry) di Amerika Serikat dengan membuat kode jenis plastik. Kode-kode ini dicetuskan oleh ISO (International Organization for Standardization) dan kemudian diikuti oleh lembaga berwenang, seperti FDA (Food & Drugs Administration), EPSA (European Food Safety Authority), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk Indonesia (Utiya, 2009). Secara umum, tanda pengenal plastik tersebut: a. Terletak di bagian bawah wadah plastik berupa cetakan timbul. b. Bergambar panah yang membentuk segi tiga. c. Di dalam segi tiga, terdapat sebuah angka. d. Serta nama jenis plastik berupa inisial kandungan kimianya di bawah segitiga berpanah itu. (Neo Mujahid, 2009) Simbol daur ulang (recycle) menunjukkan jenis bahan resin yang digunakan untuk membuat materi.

14 Kode Polimer Plastik pada Botol Minuman 1. PET atau PETE (Polyethylene Etilen Terephalate) a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik biasanya tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya serta tulisan PETE atau PET (Polyethylene Terephthalate) di bawah segi tiga. b. Dalam dunia tekstil, PET biasa disebut dengan polyester. Biasanya digunakanuntuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, wadah makanan dan hampir semua botol minuman lainnya. c. Tidak untuk air hangat apalagi panas. Untuk jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak untuk mewadahi pangan dengan suhu >60 C, hal ini akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh atau terkontaminasi oleh mikroba dan mengeluarkan zat karsinogenik (penyebab kanker) (Sopyanhadi, 2008). Dalam proses pembuatan PET, menggunakan bahan yang disebut dengan SbO 3 (antinomi trioksida) yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya karena SbO 3 masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan yaitu akibat menghirup debu yang mengandung senyawa tersebut. Terkontaminasinya senyawa ini dalam waktu yang lama akan mengalami iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, bila melahirkan, anak mereka kemungkinan

15 besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan. Bahan ini dapat dibuat lagi ke dalam bulu domba kutub, serat, karpet, dll. 2. HDPE (High Density Polyethylene) a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik umumnya tertera logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (Polyethylene Densitas Tinggi) di bawah segi tiga. b. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, dll. c. Botol plastik jenis HDPE ini merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram, dan lebih tahan lama terhadap suhu tinggi, namun dapat melunak pada suhu 75 C. e. Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya sekali pakai pemakaian karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu (Sopyanhadi, 2008). 3. PVC (Polyvinyl Chloride) a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V. V itu berarti PVC (Polyvinyl Chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.

16 b. PVC bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap) dan botolbotol. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC, saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut. Karena DEHA bisa lumer pada suhu 150 C. c. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati, dan berat badan. d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang mengandung lemak/minyak, alkohol, dan dalam kondisi panas. Sebaiknya mencari alternatif pembungkus makanan/minuman, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami yaitu daun pisang (Sopyanhadi, 2008). Bahan ini juga dapat diolah kembali menjadi mudflaps, panel, tikar, dll. 4. LDPE (Low Density Polyethylene) a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE (Low Density Polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol-botol yang lembek, pakaian, mebel, dll. b. Sifat mekanis jenis LDPE ini adalah kuat, tembus pandang, fleksibel, kedap air tetapi tembus cahaya, dan permukaan agak berlemak, pada

17 suhu 70 C akan melunak dan menjadi sangat resisten terhadap reaksi kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, dapat didaur ulang. c. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini (Sopyanhadi, 2008). LDPE dapat didaur ulang dengan banyak cara, misalnya dilarutkan ke dalam kaleng, keranjang kompos, dan landscaping tiles. 5. PP (Polypropylene) a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP adalah bahan plastik terbaik terutama untuk produk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum, dan terpenting botol minum untuk bayi. b. Karakteristik adalah biasanya botol transparan yang tidak jernih atau berawan, keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak/minyak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu 150 C. (Sopyanhadi, 2008). PP dapat diolah kembali menjadi garpu, sapu, nampan, dll.

18 6. PS (Polystyrene) a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS. Polystyrene ditemukan pada tahun 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman secara tidak sengaja. b. Terdapat dua macam PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam. c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, mudah terpengaruh lemal dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk, melunak pada suhu 95 C. Contoh: wadah plastik bening berbentuk kotak untuk wadah makanan. d. PS yang lunak berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak, dan mudah terpengaruh lemat dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan ini melepaskan styrene jika kontak dengan pangan. Contohnya yang sudah sangat terkenal styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah makanan atau minuman sekali pakai, karton wadah telur, dll. e. Styrofoamyaitu kemasan yang umumnya berwarna putih dan kaku yang sering digunakan sebagai kotak pembungkus makanan. Tadinya styrofoam ini dipakai untuk pengaman barang non-makanan seperti barang-barang elektronik agar tahan benturan ringan, namun pada saat ini seringkali dipakai sebagai kotak pembungkus makanan. Kegunaannya yang mudah, praktis, enak dipandang, murah, anti bocor, tahan terhadap suhu panas dan dingin seolah membutakan masyarakat akan dampak dan efek bagi lingkungan serta kesehatan tubuh manusia (Khomsan, 2003).

19 f. Kemasan styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak digunakan untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama dalam keadaan panas. g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan, dan bahan konstruksi gedung. i. Bahan ini harus dihindari karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan, dan sistem saraf. Bahan ini juga sulit didaur ulang. Jika harus didaur ulang, PS memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. j. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga (Sopyanhadi, 2008). k. PS mengandung benzene, suatu zat penyebab kanker dan tidak boleh dibakar. Bahan ini diolah kembali menjadi isolasi, kemasan, pabrik tempat tidur, dll.

20 7. OTHER (Polycarbonate) a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER. Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS/acrylonitrile butadiene styrene, PC/polycarbonate, dan Nylon). b. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan. c. PC/polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak balita (sippy cup). d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. e. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk mensterilkan botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air mendidik dan tidak direbus atau dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah retak sebaiknya tidak digunakan lagi. f. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. g. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi.

21 h. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman (Iman, 2005) Cara Mengenal Jenis Plastik pada Kemasan Botol Minuman Berikut cara-cara mengenal jenis plastik pada kemasan botol minuman adalah: a. Periksa nomor kode daur ulang, biasanya diletakkan pada bagian bawah botol dalam tutup, atau dicetak pada label untuk kemasan fleksibel. b. Periksa keras atau lunak: PP ditekan akan balik ke bentuk semula; HDPE ditekan tidak kembali; LDPE lebih lunak dari HDPE; PET keras; PC lebih keras; PVC kurang keras. c. Periksa permukaan mengilap atau tidak: PC, PET, dan PVC mengilap; PP mengilaptapi tidak keras; HDPE dan LDPE tidak mengilap. d. Test bakar: HDPE dan LDPE akan berbau wax; PC berbau phenol; PVC berbau chlorine; PET berbau buah. e. Kemasan tersebut harus dapat melindungi produk dari kerusakan fisik dan mekanis. f. Cegah penggunaan botol susu bayi dan cangkir bayi (dengan lubang penghisapnya) berbahan polycarbonate, cobalah pilih dan gunakan botol susu bayi berbahan kaca, polyethylene, atau polyropylene. Gunakanlah cangkir bayi berbahan stainless steel, polypropylene, atau polyethylene. Untuk dot, gunakanlah yang berbahan silikon, karena tidak akan mengeluarkan zat karsinogenik sebagaimana pada dot berbahan latex.

22 g. Jika penggunaan plastik berbahan polycarbonate tidak dapat dicegah, janganlah menyimpan air minum ataupun makanan dalam keadaan panas. h. Hindari penggunaan botol plastik untuk menyimpan air minum. Jika penggunaan botol plastik berbahan PET (kode 1) dan HDPE (kode 2), tidak dapat dicegah, gunakanlah hanya sekali pakai dan segera dihabiskan karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Bahan alternatif yang dapat digunakan adalah botol stainless steel/ atau kaca (Nurheti, 2007) Kerangka Konsep Faktor Internal: Karakteristik Responden: - Umur - Pendidikan - Pekerjaan IRT - Pendapatan per bulan - Lama menggunakan Botol Minuman Berplastik Faktor Eksternal: Sumber Informasi tentang Botol Minuman Berplastik - Televisi - Radio - Majalah - Internet/media sosial - Teman sesama IRT - Penjual/Penjaga toko botol minuman berplastik Pengetahuan Tentang Pemakaian Botol Minuman Berplastik Sikap Tentang Pemakaian Botol Minuman Berplastik Pemakaian Botol Minuman Berplastik

23 Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas akan melihat bagaimana hubungan dari faktor internalyang termasuk di dalamnya karakteristik responden yaitu umur, pendidikan, pendapatan per bulan, lama menggunakan botol minuman berplastik, pengetahuan, sikap, dan faktor eksternal yaitu sumber informasi mencakup televisi, radio, majalah, internet/media sosial, teman sesama Ibu Rumah Tangga, dan petugas kesehatan Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara penelitian, patokan dugaan atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik. Ho : Tidak ada hubungan antara sikap responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik. Ha : Ada hubungan antara sikap responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik. Ho : Tidak ada hubungan antara sumber informasi responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik. Ha : Ada hubungan antara sumber informasi responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik.

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN Pendahuluan PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

Ilmu Bahan. Bahan Polimer Ilmu Bahan Bahan Polimer Bahan Polimer Polimer disebut juga makromolekul merupakan molekul besar yang dibentuk dengan pengulangan molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer berasal dari dua kata :

Lebih terperinci

Segitiga pada Plastik. 5 April 2013 Linda Windia Sundarti

Segitiga pada Plastik. 5 April 2013 Linda Windia Sundarti Segitiga pada Plastik 5 April 2013 Mutu Kemasan Industri Kemasan Daya saing Pasar Global Pilar Industri Pangan interaksi kontaminasi Kemasan produk Memahami kemasan solusi Kebijakan penggunaan kemasan

Lebih terperinci

1. PET Polyethylene Terephthalate

1. PET Polyethylene Terephthalate Perlu kita ketahui bersama bahwa secara internasional telah diatur kode untuk kemasan plastik, yang mungkin bagi kita yang awam sangat perlu untuk diketahui, karena tanda tersebut berkaitan dengan jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Sistem pengolahan limbah botol diharapkan dapat dimanfaatkan kembali sebagai suatu bahan baru. Dengan suatu teknologi pembuatan, hasil pemanfaatan sampah secara

Lebih terperinci

Pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak?

Pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak? Pertanyaan yang sering ditanyakan Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak? 1 2 Bagaimana ASI diproduksi? Ibaratnya pabrik: 1. Pabrik 2. Jalur distribusi

Lebih terperinci

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine BOTOL PLASTIK Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine Botol Plastik wadah untuk benda cair, yg berleher sempit dan terbuat dari plastik. Jenis-jenis botol plastik 1. PETE atau PET (polyethylene

Lebih terperinci

AYO KENALI TANDA PENGENAL PLASTIK ( SUDAH ADA LHO! ) KALAU ANDA PEDULI HIDUP SELAMAT

AYO KENALI TANDA PENGENAL PLASTIK ( SUDAH ADA LHO! ) KALAU ANDA PEDULI HIDUP SELAMAT AYO KENALI TANDA PENGENAL PLASTIK ( SUDAH ADA LHO! ) KALAU ANDA PEDULI HIDUP SELAMAT Ayo bergabung di Warga Indonesia Siesta Peduli Lingkungan Dengan mengirimkan sms ke 9123 dan atau emailkan ke sapanusantara@matoa.org

Lebih terperinci

Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani

Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani Botol Plastik Sustainable Design Monica Tjenardi Putri 10120210198 Anastasia Sonia 10120210208 Olivia Sylvia Bellani 10120210320 Definisi Definisi, Material, Proses Pembuatan, Sistem Segel Sebuah wadah

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN MATERIAL POLIMER PLASTIK UNTUK WADAH PENYIMPANAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG AMAN OLEH : MUCHTAR IBRAHIM

ANALISIS PEMILIHAN MATERIAL POLIMER PLASTIK UNTUK WADAH PENYIMPANAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG AMAN OLEH : MUCHTAR IBRAHIM ANALISIS PEMILIHAN MATERIAL POLIMER PLASTIK UNTUK WADAH PENYIMPANAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG AMAN OLEH : MUCHTAR IBRAHIM Pendahuluan Perkembangan polimer saat ini sangatlah pesat. Bahan-bahan polimer lebih

Lebih terperinci

PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN

PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN Dalam kehidupan sehari-hari, pangan merupakan salah satu. kebutuhan primer manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi, produk pangan pun mengalami perkembangan, antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Ada berbagai alasan sehingga orang menggunakan kemasan plastik sebagai pembungkus pada makanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

Mengurangi plastik penting dan baik untuk kesehatan dan lingkungan kita

Mengurangi plastik penting dan baik untuk kesehatan dan lingkungan kita Seiring dengan hebohnya kandungan kimia di botol bayi yang katanya berbahaya (yang bikin jadi ngeliat-liat botol susu kemana-mana pergi...--dasar pengen belanja terus ajah heuheuhe) Jadi dikutiplah beberapa

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sampah merupakan suatu pokok permasalahan yang banyak di perbincangkan oleh orang-orang, seperti yang kita ketahui jumlah sampah di Indonesia setiap tahunnya mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap oranguntuk hidup

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 52 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA KELAS X TERHADAP PENGGUNAAN PLASTIK SEBAGAI TEMPAT PENYIMPANAN ATAU PENGEMAS MAKANAN DAN MINUMAN Nomor : A.KARAKTERISTIK RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plastik Plastik adalah bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk mengemas langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

Lebih terperinci

INTRODUCTION TO POLYMER. Oleh : LILIK MIFTAHUL KHOIROH, M.Si

INTRODUCTION TO POLYMER. Oleh : LILIK MIFTAHUL KHOIROH, M.Si INTRODUCTION TO POLYMER Oleh : LILIK MIFTAHUL KHOIROH, M.Si The term of polymer was first used by chemists from Sweden, Berzelius (1833) History of Polymer Polimer alam Polymer is combination from several

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup berperilaku karena mereka semua mempunyai aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup berperilaku karena mereka semua mempunyai aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Dari segi biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat

Lebih terperinci

PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT.

PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT. 1 PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT. 2 Regulasi terkait Pencemaran Tanah Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah PP No. 150 th. 2000 ( Kerusakan tanah untuk produksi

Lebih terperinci

Identitas Responden. Lampiran 2: Kuesioner Penelitian

Identitas Responden. Lampiran 2: Kuesioner Penelitian Lampiran 2: Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Mahasiswa Dalam Menggunakan Plastik dan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan Di Fakultas Kesehatan Masrakat, Universitas Sumatera Utara Tahun 2012 No. Responden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pembuangan kemasan plastik. Dengan keleluasaan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. dari pembuangan kemasan plastik. Dengan keleluasaan yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya pertumbuhan perekonomian dan industri plastik di Indonesia khususnya area Surabaya, menjadi modal penting yang dapat dimanfaatkan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Sampah adalah barang sisa suatu kegiatan/aktivitas manusia atau alam. Sampah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 2.1.1 Sampah Organik Yaitu sampah yang mudah membusuk atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Plastik Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Plastik Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Plastik Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi pilihan bagi konsumen. Sejak ditemukan oleh seorang peneliti dari Amerika Serikat pada tahun 1968

Lebih terperinci

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan Drg. Novitasari RA,MPH Pendahuluan Aspek Biologis Batasan Perilaku (Behavior) S-O-R Situmulus-Organisme-Respons Dua Jenis Respons (Skiner, 1938) 1. Respondent Respons

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Kesehatan 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PERMASALAHAN

BAB 4 ANALISIS PERMASALAHAN 54 BAB 4 ANALISIS PERMASALAHAN 4.1 Permasalahan Yang Dihadapai Konsumen Akibat Penggunaan Produk Plastik Sebagai Kemasan Pangan Plastik merupakan kemasan pangan yang banyak digunakan oleh pelaku usaha

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia dan kemajuan akan suatu industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut data statistik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Limbah merupakan material sisa bahan buangan yang tidak digunakan lagi dari hasil suatu kegiatan yang terjadi dimasyarakat. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Sampah dikategorikan menjadi dua golongan, yang pertama adalah sampah organik yang berupa makanan sisa, sayuran, dan lain-lain dapat dihancurkan oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 FUNGSI KEMASAN WADAH PERLINDUNGAN FISIK PERLINDUNGAN BARRIER KOMUNIKASI KEAMANAN KENYAMANAN Identifikasi dan informasi produk Isi Ukuran Keamanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN 6.1. Bahan Pengemas Dan Metode Pengemasan Menurut Suyitno (1990), pengemasan adalah penempatan produk didalam suatu kemasan untuk memberikan proteksi atau perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. konsumen/pasien. Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. konsumen/pasien. Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kunjungan Kembali Kunjungan kembali pasien merupakan pengambilan keputusan oleh konsumen/pasien. Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah proses pengintegrasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Makanan Makanan adalah hasil dari proses pengolahan suatu bahan pangan yang dapat diperoleh dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan adanya teknologi. Makanan dalam ilmu

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan dalam menangani anaknya sehari-hari. Pengasuhan anak adalah

Lebih terperinci

Oleh : Endang Warsiki

Oleh : Endang Warsiki PENJAMINAN PANGAN AMAN MELALUI Bogor Agricultural University (IPB) PEMILIHAN BAHAN, PROSES DAN KEMASAN Oleh : Endang Warsiki Disampaikan pada Workshop Standar Food Safety Untuk Bisnis Makanan, Jakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) Pada botol plastik yang transparan dan tembus pandang seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,

Lebih terperinci

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Menurut Lewit (1993), perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Logo Tara. Kode. Kemasan Pangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Logo Tara. Kode. Kemasan Pangan. No.92, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Logo Tara. Kode. Kemasan Pangan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/M-IND/PER/2/2010 TENTANG PENCANTUMAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Teori 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. A. Pengertian Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Sutrisno Koswara, Bahaya di balik Kemasan Plastik, <ebookpangan.com> 2 Ibid.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Sutrisno Koswara, Bahaya di balik Kemasan Plastik, <ebookpangan.com> 2 Ibid. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan bahan kemasan pangan yang paling populer digunakan. Banyak pelaku usaha yang memilih plastik sebagai kemasan bagi produk mereka. Hal ini karena

Lebih terperinci

LEMBAR BERITA. Apa persyaratan mendasar dari kemasan pangan? Apa saja fungsi kemasan pangan?

LEMBAR BERITA. Apa persyaratan mendasar dari kemasan pangan? Apa saja fungsi kemasan pangan? ISSN: 0854-2996 VOLUME XIV, No. 1, 2008 LEMBAR BERITA Apa persyaratan mendasar dari kemasan pangan? Kemasan pangan harus mampu melindungi dan mempertahankan mutu pangan serta tidak boleh dipengaruhi maupun

Lebih terperinci

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi) PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi) 1. PENDAHULUAN Pengembangan industri plastik mempunyai peranan yang besar dalam menunjang cabang industri lainnya, mulai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB III SIKAP (ATTITUDE)

BAB III SIKAP (ATTITUDE) BAB III SIKAP (ATTITUDE) A. Pengertian Sikap atau disebut juga dengan attitude pengertiannya adalah sikap terhadap obyek tertentu yang disertai dengan kecenderungan untuk bertidak sesuai dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prakti prientasi pasien baru 1. Pengertian Orientasi Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau tahu (Purwadarminta, 1999). Dalam konteks keperawatan orientasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan adalah hasil dari proses pengolahan suatu bahan pangan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan adalah hasil dari proses pengolahan suatu bahan pangan yang dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Makanan adalah hasil dari proses pengolahan suatu bahan pangan yang dapat diperoleh dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan adanya teknologi (Moertjipto, 1993).

Lebih terperinci

terhadap lingkungan (Khomsan, 2003). Kemasan polistirena foam atau Styrofoam

terhadap lingkungan (Khomsan, 2003). Kemasan polistirena foam atau Styrofoam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia selain sandang dan papan yang sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan hidup manusia. Pangan yang dimaksud dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Ginjal Kronik Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan struktur dan penurunan fungsi ginjal yang bisa berdampak pada ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang daun mulanya ada di pulau Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur), terutama di

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang daun mulanya ada di pulau Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur), terutama di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Bawang Daun Bawang daun diduga berasal dari benua Asia yang memiliki iklim panas (tropis), terutama kawasan Asia Tenggara (Cina dan Jepang). Di Indonesia budidaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Karakteristik Remaja Kepribadian Remaja dalam Sudut Pandang Konsumen

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Karakteristik Remaja Kepribadian Remaja dalam Sudut Pandang Konsumen TINJAUAN PUSTAKA Remaja Karakteristik Remaja Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun (Santrock 2007). Menurut Santrock (2002), ciri utama remaja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner

Lebih terperinci

menimbulkan penyakit kanker pada manusia (Koswara, 2006).

menimbulkan penyakit kanker pada manusia (Koswara, 2006). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plastik Plastik adalah senyawa polimer yang terbentuk dari polimerisasi molekulmolekul kecil (monomer) hidrokarbon yang membentuk rantai yang panjang dengan struktur yang kaku.

Lebih terperinci

BAB II PENANGANAN SAMPAH PLASTIK KOTA BANDUNG

BAB II PENANGANAN SAMPAH PLASTIK KOTA BANDUNG BAB II PENANGANAN SAMPAH PLASTIK KOTA BANDUNG 2.1. Sampah Plastik Sampah menurut SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat

Lebih terperinci

BAHAYA PENGGUNAAN PLASTIK SEBAGAI PENGEMAS MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP KESEHATAN. dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed.Sc JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY

BAHAYA PENGGUNAAN PLASTIK SEBAGAI PENGEMAS MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP KESEHATAN. dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed.Sc JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY BAHAYA PENGGUNAAN PLASTIK SEBAGAI PENGEMAS MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP KESEHATAN dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed.Sc JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY PLASTIK Polimer sintetik Polyethylene, Polypropylen, Poly

Lebih terperinci

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP)

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Aspek Perlindungan dan

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP TIMBULAN SAMPAH PLASTIK HDPE DAN LDPE SERTA UPAYA REDUKSI YANG DAPAT DITERAPKAN DI KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

STUDI TERHADAP TIMBULAN SAMPAH PLASTIK HDPE DAN LDPE SERTA UPAYA REDUKSI YANG DAPAT DITERAPKAN DI KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA STUDI TERHADAP TIMBULAN SAMPAH PLASTIK HDPE DAN LDPE SERTA UPAYA REDUKSI YANG DAPAT DITERAPKAN DI KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA STUDY ON HDPE AND LDPE PLASTIC WASTE GENERATION WITH IT S REDUCTION EFFORTS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer

Lebih terperinci

Menurut Manuaba (2010), terdapat beberapa teori pada dismenorea primer, yaitu: a) Obstruksi Servikal

Menurut Manuaba (2010), terdapat beberapa teori pada dismenorea primer, yaitu: a) Obstruksi Servikal 4 2.1 Dismenorea 2.1.1 Definisi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dismenorea atau nyeri haid merupakan nyeri berupa kram yang terjadi beberapa jam sebelum perdarahan yang dapat terjadi dalam beberapa jam sampai hari

Lebih terperinci

BAB II PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN. kekristalan lebih rendah daripada serat, dan dapat dilunakkan atau

BAB II PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN. kekristalan lebih rendah daripada serat, dan dapat dilunakkan atau BAB II PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN 2.1 Plastik Nama plastik mewakili ribuan bahan berbeda yang bersifat fisis, mekanis, dan kimia. Plastik adalah bahan yang mempunyai derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak Das, S. Dan Pande 2007, Telah mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur ulang tersier. Merubah sampah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sekilas Tentang Flu Burung 2.1.1 Pengertian Flu Burung Penyakit influenza pada unggas ( Avian Influenza / AI ) yang pada saat ini kita kenal dengan sebutan Flu Burung adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Balita Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam dunia industri pirolisis plastik sudah banyak dan tersebar dimanamana. Untuk penelitiannya sendiri juga sudah banyak, akan tetapi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan-minuman bagi konsumsi manusia,

Lebih terperinci