Menurut Manuaba (2010), terdapat beberapa teori pada dismenorea primer, yaitu: a) Obstruksi Servikal
|
|
- Liani Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 2.1 Dismenorea Definisi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dismenorea atau nyeri haid merupakan nyeri berupa kram yang terjadi beberapa jam sebelum perdarahan yang dapat terjadi dalam beberapa jam sampai hari selama menstruasi. Dismenorea primer biasanya terjadi pada kisaran umur tahun, sedangkan dismenorea sekunder terjadi pada umur yang lebih tua. (Al-Kindi dan Al-Bulushi, 2011). Dismenorea primer terjadi tanpa adanya kelainan patologi di daerah pelvis (Sugumar, 2012), sedangkan dismenorea sekunder terjadi karena ada kelainan patologi pada alat reproduksi (Manuaba, 2010) Klasifikasi Manuaba (2010) membagi dismenorea menjadi tiga berdasarkan gejala klinis, yaitu: 1. Dismenorea ringan bersifat sebentar, dapat segera pulih, tidak memerlukan pengobatan dan tidak mengganggu aktifitas atau pekerjaan sehari-hari. 2. Dismenorea sedang bersifat lebih sakit dari dismenorea ringan, biasanya memerlukan obat-obatan untuk menghilangkan rasa sakit tanpa meninggalkan aktifitasnya. 3. Dismenorea berat bersifat sangat sakit sehingga mengganggu aktifitas dan memerlukan obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit serta dibutuhkan istirahat Patofisiologi Menurut Manuaba (2010), terdapat beberapa teori pada dismenorea primer, yaitu: a) Obstruksi Servikal
2 5 Diungkapkan oleh Mackitosh (1832), disebabkan oleh obstruksi pada kanalis servikalis akibat terlalu kecil atau anteversi / retroversi sehingga aliran darah terhambat dan menimbulkan dismenorea. b) Prostaglandin Produksi prostaglandin dalam jumlah besar yang didorong oleh cyclic AMP, estrogen dan progesteron semakin menurun, dan trauma jaringan. Walaupun prostaglandin cepat mengalami metabolisme, tetapi menyebabkan kontraksi miometrium, vasokontriksi, iskemia jaringan yang menyebabkan nekrosis, gangguan aliran darah menstruasi, disintegrasi endometrial, dan diikut i rasa sakit. c) Hipotesa neurogenik Terjadi apabila terdapat rangsangan dari uterus menuju sistem saraf pusat. d) Teori Vasopressin Vasopressin banyak dikeluarkan selama menstruasi yang menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah dan menimbulkan kerusakan jaringan, iskemia pertanda mulainya perdarahan, dan kontraksi uterus sehingga menyebabkan rasa sakit. Dari beberapa teori yang sudah diungkapkan diatas, teori hormonal tetap memegang peranan dalam patogenesis dismenorea primer. Berikut konsep patogenesis dismenorea primer. Empat hari setelah ovulasi, terjadi penurunan produksi estrogen dan progesteron yang menimbulkan efek kerusakan jaringan berupa iskemi yang menyebabkan pelepasan enzim lipooksigenase dan siklooksigenase, kemudian kerusakan membran sel yang menyebabkan pelepasan fosfolipid, asam arakidonat, dan ion kalsium. Sehingga terjadi pembentukan prostaglandin dan vasopressin yang menimbulkan vasokontriksi, iskemi endometrium bagian atas, merusak jaringan dan semakin dihasilkan fosfolipid. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus semakin kuat, tekanan intra uterin meninggi yang menyebabkan perangsangan terhadap serat saraf simpatis dan parasimpatis sehingga terjadi nyeri haid atau dismenorea (Manuaba, 2010).
3 6 Dismenorea sekunder berkaitan dengan kelainan anatomi organ pelvis yang menyebabkan nyeri haid (dismenorea). Menurut Harada (2013), penyebab paling sering dismenorea sekunder adalah endometriosis. Diagnosa terhadap dismenorea sekunder dilakukan dengan pemeriksaan fisik Gambaran Klinis Menurut Al-Kindi dan Al-Bulushi (2011) dan Sugumar et al. (2013) dismenorea secara fisik berhubungan gejala sistemik seperti nyeri pinggang yang dapat menjalar ke anterior paha, mual, muntah, diare, lelah, sakit kepala, dan nyeri kolik suprapubik. Selain itu dismenorea juga dapat menyebabkan nyeri punggung, sulit tidur, serta gugup (Wang et al., 2013) 2.2 Perilaku Definisi Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Ensiklopedia Amerika dalam Kholid (2012), perilaku diartikan sebagai aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan 2 teori yang disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respons yang membedakan adanya 2 respon. 1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang terjadi oleh karena rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut elicting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. 2. Operant respons atau instrumental respon, yakni respon yang muncul dan berkembang setelah diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena memperkuat respon.
4 Klasifikasi Menurut Notoatmodjo (2007), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: a) Perilaku tertutup (covert behaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati dengan jelas oleh orang lain. b) Perilaku terbuka (overt behaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Dalam Kholid (2012), respons berbentuk dua macam, yaitu: a. Bentuk pasif, adalah respons internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku ini jelas dapat diobservasi secara langsung. Pengetahuan dan sikap merupakan respons individu terhadap stimulus yang masih bersifat terselubung yang disebut covert behaviour, sedangkan tindakan nyata (practice) merupakan overt behaviour Domain Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
5 8 a. Determinan atau faktor internal yaitu karakteristik seseorang yang bersifat bawaan atau given, contohnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. b. Determinan atau faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor eksternal ini merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku seseorang. Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) membagi perilaku menjadi 3 domain, ranah atau kawasan yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Tetapi dalam perkembangannya, dilakukan modifikasi yaitu: a. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan yang dilakukan melalui pancaindra manusia. Pengetahuan yang diterima biasanya diperoleh dari mata dan telinga. Menurut Kholid (2012) tingkat pengetahuan secara rinci dibagi enam tingkatan, yaitu: 1. Tahu (Know) Berupa mengingat sesuatu yang telah dipelajari seperti mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau stimulus yang telah diterima dan merupakan tingkatan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Mampu menjelaskan objek yang diketahui secara jelas dan dapat menginterpretasikan. 3. Aplikasi (Application) Mampu mengaplikasikan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. 4. Analisis (Analysis) Mampu menjabarkan objek atau materi dalam suatu kelompok atau organisasi yang masih memiliki kaitan satu dengan yang lain.
6 9 5. Sintesis (Synthesis) Mampu menghubungkan atau membentuk bagian-bagian dalam suatu bentuk utuh yang baru. 6. Evaluasi (Evaluation) Mampu memberi penilaian terhadap suatu objek atau materi dengan menentukan sendiri kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007). b. Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi respons terhadap stimulus atau objek yang masih bersifat tertutup yang belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas (Notoatmodjo, 2007). Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa ada 3 komponen pokok sikap, yaitu: 1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Sama seperti pengetahuan, sikap juga memiliki beberapa tingkatan, yaitu: 1. Menerima (receiving) Stimulus yang diberikan objek diterima oleh subjek. 2. Merespon (responding) Berupa reaksi seperti menjawab apabila ditanya, atau melakukan apabila diminta dan merupakan indikasi suatu sikap. 3. Menghargai (valuing) Dalam tingkatan ini termasuk mengajak untuk mengerjakan atau berdiskusi. 4. Bertanggung jawab (responsible) Dalam hal ini dimaksudkan bertanggung jawab terhadap pilihan yang telah dipilih dan merupakan tingkatan yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).
7 10 c. Praktik atau Tindakan (practice) Sikap tidak otomatis terbentuk sebagai suatu tindakan. Hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas dan faktor dukungan dari pihak lain. Praktik juga memiliki beberapa tingkatan, yaitu: 1. Persepsi (perception) Memilih dan mengenal berbagai objek berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan. 2. Respons terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. 3. Mekanisme (mechanism) Dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau bahkan sudah menjadi sebuah kebiasaan. 4. Adopsi (adoption) Tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007). Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007), perilaku manusia berdasarkan tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku ditentukan oleh 3 faktor: 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik seperti tersedia atau tidak fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana. 3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud berupa sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
8 11 Hal diatas digambarkan sebagai berikut: B = f (PF, EF, RF) di mana: B = Behaviour RF = Reinforcing factors PF= Predisposing factors f = fungsi EF= Enabling factors Perubahan Perilaku Perubahan atau adopsi perilaku merupakan suatu proses yang cukup panjang dan kompleks (Notoatmodjo, 2007). Dalam Kholid (2012), secara sederhana perubahan perilaku merupakan suatu proses belajar setelah terlebih dahulu mengalami perubahan perilaku sebelumnya. Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Kholid (2012) proses belajar antara lain masukan (input), proses dan keluaran (output). Pengetahuan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perubahan perilaku, dapat dilihat dari alur berikut ini (Kholid, 2012). Pengetahuan Sikap Perilaku Perubahan Perilaku Gambar 2.1. Alur perubahan perilaku Salah satu teori perubahan perilaku adalah teori Stimulus Organisme (SOR), dimana dalam teori ini penyebab perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme (Notoatmadjo, 2007). Hosland et al (1953) dalam Notoatmodjo (2007), proses perubahan perilaku dari proses belajar terdiri dari:
9 12 1. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau tidak. Apabila tidak diterima maka stimulus tidak efektif. Tetapi bila stimulus diterima berarti ada perhatian dari organisme yang menerima stimulus dan stimulus efektif. 2. Stimulus yang mendapat perhatian dari organisme sebagai pertanda bahwa ia mengerti dan dapat dilanjutkan ke stimulus selanjutnya. 3. Setelah stimulus diolah, terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterima (sikap). 4. Kemudian dengan adanya dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus memiliki efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Perubahan perilaku dapat terjadi apabila stimulus dapat melebihi stimulus semula yang berarti dapat meyakinkan organisme oleh peran faktor reinforcement. 2.3 Remaja Definisi Menurut WHO dalam Kusmiran (2011) remaja (adolescent) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013), remaja merupakan masa peralihan kanak-kanak menjadi dewasa dengan melibatkan beberapa aspek seperti biologis, psikologis dan sosial-budaya Klasifikasi Menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat dalam Kusmiran (2011) remaja berusia antara tahun dengan pengelompokan remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Secara umum remaja dibagi menjadi 3 bagian yaitu: a. Masa remaja awal (12-15 tahun)
10 13 Pada masa ini individu mulai meninggalkan perannya sebagai anak-anak dan mulai tidak menggantungkan diri kepada orang tua. Ikatan individu terhadap teman sebaya sangat kuat. b. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun) Pada masa ini individu mulai mampu mengembangkan pola pikir yang baru. Walaupun pada masa ini peran teman sebaya masih cukup kuat, tapi individu sudah bisa mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini penerimaan lawan jenis menjadi hal yang penting. c. Masa remaja akhir (19-21 tahun) Pada masa ini individu mengalami persiapan akhir untuk memasuki peranperan dewasa. Pada masa ini individu sudah dapat memantapkan tujuan dan adanya keinginan yang kuat serta diterima dalam kelompok teman sebayanya (Kusmiran, 2011). 2.4 Patofisiologi Dismenorea Menyebabkan Perubahan Perilaku Menurut Devall dan Lovick (2010), persepsi nyeri pada individu dipengaruhi oleh jenis kelamin. Wanita memiliki tingkat sensitifitas terhadap nyeri yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Penyebab dasar dari hal ini belum diketahui secara pasti dan diduga bersifat multifaktorial. Pada wanita, salah satu faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah hormon sex yang terjadi secara bersiklus yang dapat mengenai semua wanita bahkan yang sehat sekalipun. Adapun persepsi nyeri tidak tergantung kepada eksitasi yang terjadi pada nociceptor perifer tetapi juga dipengaruhi aktifitas kontrol endogen desending yang memfasilitasi atau menghambat proses noceptif spinal. Pada menstruasi atau saat fase luteal, kontrol penghambat nyeri (diffuse noxious inhibitory control) melalui kontrol endogen desending mengalami penurunan. Keadaan ini menyebabkan gejala psikologi seperti kecemasan dan perubahan perasaan. Hormon yang mengubah kecemasan menyebabkan peningkatan sensitifitas nyeri dengan mempengaruhi mekanisme endogen kontrol nyeri (Devall dan Lovick, 2010).
11 14 Bagian otak tengah yaitu midbrain periaquaductal gray matter (PAG) merupakan sumber utama proses nociceptif endogen desending. Hal ini berhubungan dengan kecemasan seperti perubahan emosi. Perubahan hormonal selama siklus estrogen menunjukkan efek pada eksitabilitas otak di PAG. Perubahan fungsional yang terjadi di PAG dapat mempengaruhi perubahan responsif nociceptif (Devall dan Lovick, 2010). Nyeri yang dirasakan menyebabkan peningkatan stress yang menyebabkan peningkatan sensitifitas terhadap nyeri. Nyeri haid berhubungan dengan stress psikologi yang dapat mengaktifkan sistem simpatis tubuh untuk melepaskan epineprin dan norepineprin serta menurunkan aktifasi sistem parasimpatis (Wang et al., 2013). Pengalaman nyeri dan stress menjadi pengalaman psikologis yang menyebabkan perubahan perasaan, emosi, kecemasan dan perilaku yang cenderung mengalami perubahan (Santina, Wehbe, dan Ziade, 2011).
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan
Lebih terperinciDilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
Lebih terperinciBerbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi
Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan
Lebih terperinciKonsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH
Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan Drg. Novitasari RA,MPH Pendahuluan Aspek Biologis Batasan Perilaku (Behavior) S-O-R Situmulus-Organisme-Respons Dua Jenis Respons (Skiner, 1938) 1. Respondent Respons
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
Lebih terperinciTujuan pendidikan kesehatan
Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Ginjal Kronik Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan struktur dan penurunan fungsi ginjal yang bisa berdampak pada ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dismenore 2.1.1 Definisi Dismenore Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti sulit atau menyakitkan atau tidak normal. Meno berarti bulan dan rrhea yang berarti
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
Lebih terperinci5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
A. Pengertian Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Batu ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batu ginjal 1. Pengertian Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces ginjal atau di saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang. Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangannya adalah masa remaja. Masa remaja merupakan periode peralihan dari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena itu dari pengalaman dan
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. konsumen/pasien. Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kunjungan Kembali Kunjungan kembali pasien merupakan pengambilan keputusan oleh konsumen/pasien. Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah proses pengintegrasian
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan dalam menangani anaknya sehari-hari. Pengasuhan anak adalah
Lebih terperincimemang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari
TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Balita Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Konsep Mobilisasi a. Pengertian Mobilisasi Mobilisasi adalah jalan untuk melatih hampir semua otot tubuh dan meningkatkan fleksibilitas sendi ( Rasjad, 1998 ).
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Kesehatan 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan keadaan sehat karena dengan keadaan sehat setiap orang dapat melakukan segala aktifitas tanpa hambatan. Begitu pula dengan wanita. Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai
Lebih terperincisuatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :
1. Hakekat Perilaku 1. Pengertian Perilaku suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni : 1) dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat menstruasi sebagian besar perempuan sering mengalami keluhan sensasi yang tidak nyaman seperti nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan selama menstruasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dismenore didefinisikan sebagai nyeri perut bagian bawah ketika menstruasi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dismenore 2.1.1.Definisi. 1,2,3,4 Dismenore didefinisikan sebagai nyeri perut bagian bawah ketika menstruasi. Istilah dismenore berasal dari bahasa Yunani dys, yang berarti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek
Lebih terperinciKONSEP DASAR PENDIDIKAN KESEHATAN
KONSEP DASAR PENDIDIKAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diera globalisasi sekarang ini bidang kesehatan banyak mengalami pemuktahiran dan pekembangan-perkembangan ilmu yang mencuri perhatian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Ilmu berbeda dengan pengetahuan. Semua ilmu adalah pengetahuan, namun pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku 1. Defenisi Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan dan menggambarkan penggunaan obat sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Ada beberapa pengertian tentang kecemasan, diantaranya disampaikan oleh Kaplan dan Saddok (1997) kecemasan merupakan suatu
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri.
25 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SADARI 2.1.1. Defenisi SADARI Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI adalah suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai aktifitas salah satunya adalah belajar. Seseorang yang dikatakan remaja berada dalam usia 10 tahun sampai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teori 1. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi (2010), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spruth), dan pada umumnya belum mencapai tahap kematangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perawatan Pada Penderita Hipertensi 1. Perilaku (Practice) Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi dewasa, yang ditandai dengan perubahan-perubahan secara fisik, endokrin, emosional, dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Alat kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) a. Pengertian DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera, diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Tanpa Rokok 2.1.1 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok Kawasan Tanpa Rokok merupakan ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan merokok atau kegiatan
Lebih terperinci1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.
Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya
17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala yang dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di Amerika presentase kejadian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pra Nikah 1. Perilaku Purwanto (1999), berpendapat bahwa perilaku manusia berasal dari dorongan yang terdapat dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi antara usia 12 sampai dengan 21 tahun (Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang terjadi antara usia 12 sampai dengan 21 tahun (Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Natrium adalah logam alkali lunak, berwarna putih perak; unsur dengan nomor atom 11, berlambang Na, dan bobot atom 22,9898.
2.1. Natrium 2.1.1. Definisi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Natrium adalah logam alkali lunak, berwarna putih perak; unsur dengan nomor atom 11, berlambang Na, dan bobot atom 22,9898. 2.1.2. Fungsi Sebagai kation
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan pengolahan hasil data yang terkumpul diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan premenstrual syndrome dan emotion focused
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tetap di atas batas normal. Seseorang dianggap terkena darah tinggi bila angka tekanan darahnya menunjukkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sekitar 1 miliyar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk di dunia adalah remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup di negara berkembang, seperti Indonesia. Di Indonesia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung (Judha, Sudarti, & Fauziah,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat - zat gizi. Status gizi ini menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. perilaku terdiri
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut konsep tentang variabel variabel yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut konsep tentang variabel variabel yang terkait dalam penelitian yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dan organisasi profesi keperawatan (PPNI)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perilaku Bidan dalam pemberian Asuhan ASI Eksklusif. suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Bidan dalam pemberian Asuhan ASI Eksklusif 2.1.1 Defenisi Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
Lebih terperinciobjek. (Notoatmodjo, 2003, p. 124)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Sikap a. Pengertian Sikap di definisikan sebagai reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Di sini dapat di simpulkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan
Lebih terperinciPRINSIP PERUBAHAN PERILAKU
PROMOSI KESEHATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN PRINSIP PERUBAHAN PERILAKU Oleh : Andreas W. Sukur PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Content List/ Outline Study 1. Prinsip Perubahan Perilaku
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prakti prientasi pasien baru 1. Pengertian Orientasi Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau tahu (Purwadarminta, 1999). Dalam konteks keperawatan orientasi
Lebih terperinciGreen menganalisis perilaku manusia dari kesehatan. Kesehatan seseorang atau
2 Teori Determinan Perilaku 1. Teori Lawrence Green Green menganalisis perilaku manusia dari kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis dengan penyebab yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif
Lebih terperinci