BAB II GEOGRAFIS DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO DI DUSUN III NAMORINDANG DESA MBARUAI KECAMATAN SIBIRU BIRU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GEOGRAFIS DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO DI DUSUN III NAMORINDANG DESA MBARUAI KECAMATAN SIBIRU BIRU"

Transkripsi

1 BAB II GEOGRAFIS DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO DI DUSUN III NAMORINDANG DESA MBARUAI KECAMATAN SIBIRU BIRU 2.1 Wilayah Geografis Masyarakat Karo di Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1-4 Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas daratan km². Provinsi Sumatera Utara berbatasan dengan: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Selat Malaka 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan Samudera Indonesia 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 33 Kabupaten dan Kota seperti yang tertera di bawah ini: 1. Kabupaten Asahan 2. Kabupaten Batubara 3. Kabupaten Dairi 4. Kabupaten Deli Serdang 5. Kabupaten Humbang Hasundutan 6. Kabupaten Karo 7. Kabupaten Labuhanbatu Selatan 8. Kabupaten Labuhan Batu Utara 9. Kabupaten Langkat 10. Kabupaten Mandailing 11. Kabupaten Mandailing Natal 12. Kabupaten Nias 13. Kabupaten Nias Barat 14. Kabupaten Nias Selatan 15. Kabupaten Nias Utara 16. Kabupaten Padang Lawas 17. Kabupaten Padang Lawas Utara 17

2 18. Kabupaten Pakpak Barat 19. Kabupaten Samosir 20. Kabupaten Serdang Bedagai 21. Kabupaten Simalungun 22. Kabupaten Tapanuli Selatan 23. Kabupaten Tapanuli Tengah 24. Kabupaten Tapanuli Utara 25. Kabupaten Toba Samosir 26. Kota Binjai 27. Kota Gunung Sitoli 28. Kota Medan 29. Kota Padang Sidempuan 30. Kota Pematang Siantar 31. Kota Sibolga 32. Kota Tanjung Balai 33. Kota Tebing Tinggi Menurut Darwan Prins (2008:1), Kerajaan Haru identik dengan suku Karo, yakni salah satu suku di Indonesia. Pada zaman keemasannya kekuasaan Kerajaan Haru mulai dari Aceh Besar sampai ke sungai Siak di Riau. Eksistensi Haru-Karo di Aceh dapat di pastikan dengan beberapa nama desa berasal dari bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja sekarang menjadi Banda Aceh, Kuta Bijei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta Lubok, Kuta Laksamana Mahmud, Kuta Cane, dan lainnya. Terdapat suku Karo di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee. Dari pendapat Darwan Prins tersebut kita dapat melihat penyebaran suku Karo yang terdapat di beberapa daerah. Suku Karo pada umumnya mendiami dataran tinggi Kabupaten Karo, namun selain daerah Kabupaten Karo suku Karo juga terdapat di daerah-daerah lain, misalnya di daerah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 Kecamatan yaitu: 1. Bangun Purba 2. Batang Kuis 3. Beringin 4. Biru-Biru 18

3 5. Deli Tua 6. Galang 7. Gunung Meriah 8. Hamparan Perak 9. Kutalimbaru 10. Labuhan Deli 11. Lubuk Pakam 12. Namo Rambe 13. Pagar Merbau 14. Pancur Batu 15. Pantai Labu 16. Patumbak 17. Percut Sei Tuan 18. Sibolangit 19. Sinembah Tanjung Muda Hilir 20. Sinembah Tanjung Muda Hulu 21. Sunggal 22. Tanjung Morawa Wilayah penelitian dari tulisan ini adalah berada di daerah Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Biru-Biru, Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai. Kecamatan Biru-Biru terdiri dari 17 Desa yaitu: Aji Baho, Biru-Biru, Kampung Selamat, Kuala Dekah, Kuto Mulyo, Mardinding Julu, Mbaruai, Namo Suro Baru, Namo Tualang, Penen, Peria-Ria, Rumah Gerat, Sari Laba Jahe, Sidodadi, Tanjung Sena, Candi Rejo, Sidomulyo. Desa Mbaruai terbagi menjadi 4 dusun yaitu, Dusun I Kepala Gajah, Dusun II Mbaruai, Dusun III Namo Rindang, Dusun IV Suka Rakyat. Upacara Muncang tersebut dilaksanakan di Dusun III Namorindang. Dari Kota Medan sendiri berjarak kurang lebih 30 Km, dan dapat ditempuh dalam waktu satu jam pejalanan dengan mengendarai kendaraan bermotor. 19

4 2.2 Unsur-unsur Kebudayaan Karo di Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai Koentjaraningrat pada bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (1986) mengungkapkan bahwa ada 7 unsur kebudayan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia,yaitu: 1. Bahasa 2. Sistem Pengetahuan 3. Organisasi Sosial 4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi 5. Sistem Mata Pencaharian Hidup 6. Sistem Religi 7. Sistem Kesenian Sistem Bahasa Deskripsi dari bahasa suku bangsa dalam karangan etnografi tentu tak perlu sama dalamnya seperti suatu deskripsi khusus yang dilakukan oleh seorang ahli bahasa tentang bahasa yang bersangkutan. Deskripsi mendalam oleh seorang ahli bahasa khusus mengenai susunan sistem fonetik, fonologi, sintaks, dan semantik suatu bahasa akan menghasilkan suatu buku khusus, yaitu suatu buku tata bahasa tentang yang bersangkutan. Sedangkan deskripsi mendalam mengenai kosa kata suatu bahasa akan menghasilkan suatu daftar teksikografi, atau vocabulary, atau lebih mendalam lagi suatu kamus kecil ataupun besar. Masyarakat suku Karo biasanya menyebut diri mereka sendiri sebagai Kalak Karo atau orang Karo. Istilah Batak umumnya tidak digunakan pada saat orang Karo saling memperkenalkan diri satu sama lain kecuali jika mereka sedang memperkenalkan diri dengan orang-orang dari etnis lain (Sunda, Jawa, dan lain- 20

5 lain) sedangkan bahasa asli Karo mereka sebut sebagai Cakap Karo atau Bahasa Karo Dalam ilmu antropologi bahasa/language dikenal dengan sistem pelambang yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia. Dan yang digunakan sebagai sarana interaksi antar manusia. Menurut Kamisa (1997:49) Bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri: percakapan (perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun. Menurut Drs. Tridah Bangun (1986:65), dialek dalam bahasa Karo dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: a. Dialek Gunung (Cakap Kalak Julu) yaitu di daerah Kecamatan Munte, Juhar, Tigabinanga, Kutabuluh dan Mardinding. Contohnya: bila seorang orang Karo pergi ke apotek, dan ia ingin membeli obat mata dengan menggunakan dialek gunung-gunung, maka pengucapannya dalam kalimat adalah lit dayaken ndu tambar mate b. Dialek Kabanjahe (Cakap Kalak Julu) di daerah Kecamatan Kabanjahe, Tigapanah, Barusjahe, Simpang Empat dan Payung. Contohnya: bila seorang orang Karo pergi ke apotek, dan ingin membeli obat mata dengan menggunakan dialek Kaban Jahe, maka pengucapannya dalam kalimat adalah lit dayaken ndu tambar mata. c. Dialek Jahe-jahe (Cakap Kalak Karo Jahe) dipakai oleh penduduk di Kecamatan-Kecamatan Pancur Batu, Biru-biru, Sibolangit, Lau Mbekeri dan Namo Rambe (termasuk Kabupaten Deli Serdang) dan di daerah kabupaten Langkat Hulu seperti Salapian, Kuwala, Bahorok dan sebagainya. Contohnya: bila seorang Karo pergi ke apotek, dan ia ingin membeli obat mata dengan menggunakan dialek Kabanjahe, maka pengucapannya dalam kalimat adalah lit dayaken ko tambar mata. Dari ketiga dialek diatas dapat silihat perbedaan pengucapan, tetapi mempunyai arti yang sama. Dapat dilihat pada penggunaan kalimat lit dayaken ndu tambar mate, lit dayaken ndu tambar mata, dan lit dayaken ko tambar mata yang mempunyai arti bahwa seseorang ingin membeli obat untuk sakit mata. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan kata mate menurut dialek Gunung-Gunung, 21

6 penggunan kata mata menurut dialek Kabanjahe, dan penggunaan kata mata pada dialek Jahe-jahe yang mempunyai arti yang sama yaitu mata. Penggunaan kata mate dalam konteks lain menurut dialek Kabanjahe dan dialek Jahe-Jahe dapat berarti menyebutkan seseorang telah meninggal. Contoh dalam kalimat enggo mate nini bulang Raja Sembiring artinya bahwa kakek dari Raja Sembiring telah meninggal dunia. Untuk penggunakaan kata ndu dalam kalimat lit dayaken ndu tambar mate dan lit dayaken ndu tambar mata mempunyai makna yang lebih halus yaitu kamu, serta untuk penggunaan kata ko dalam kalimat lit dayaken ko tambar mata mempunyai maksud yang sama yaitu kamu, akan tetapi penggunaan kata ko pada dialek Jahe-Jahe seperti ini lebih kasar menurut kata ngko yang berarti kau. Masyarakat Karo pada umumnya baik menggunakan dialek Gunung-Gunung dan dialek Kabanjahe kurang sopan mengucapkan kata kau terhadap lawan bicara yang tua dan kepada turang. Akan tetapi pada masyarakat Karo menggunakan dialek Jahe-Jahe menggunakan kata ko adalah hal yang wajar baik kepada yang lebih tua atau pun kepada turang. Untuk masyarakat Karo yang berada di wilayah Desa Mbaruai menggunakan dialek Jahe-Jahe (Cakap Karo Kalak Jahe) karena berada di Kecamatan Biru-Biru Organisasi Sosial yang Terdapat Pada Masyarakat Desa Mbaruai Dalam setiap kehidupan bermasyarakat diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan mana ia hidup dan bergaul sehari-hari. Kesatuan sosial yang paling dekat adalah kesatuan 22

7 kekerabatan, yaitu keluarga inti yang dekat, dan kaum kerabat yang lain. Kemudian ada kesatuan-kesatuan di luar kerabat tapi dalam lingkungan komunitas. Setiap masyarakat manusia, dan masyarakat desa, terbagi-bagi kedalam lapisan-lapisan, maka tiap orang di luar kaum kerabatnya menghadapi lingkungan orang-orang yang lebih tinggi daripadanya, tetapi orang-orang yang sama tingkatnya. Diantara golongan terakhir ini ada orang-orang yang dekat padanya ada pula yang jauh padanya. Di Desa Mbaruai terdapat organisasi sosial bagi pemuda-pemudi desa, yaitu Karang Taruna Desa Mbaruai. Menurut Amat Suka Ginting pengertian dari Karang Taruna adalah Organisasi Sosial wadah pengembangan generasi muda untuk berinteraksi dengan masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan dan terutama bergerak di bidang kesejahteraan sosial. Di Desa Mbaruai fungsi Karang Taruna adalah sebagai wadah untuk pembinaan bagi generasi muda untuk berinteraksi dengan masyarakat, hal ini dapat di lihat dalam pelaksanaam pesta adat. Contoh bila ada salah satu dari masyarakat desa sedang melaksanakan pesta adat, baik itu upacara pernikahan, kemalangan, dan lain sebagainya, maka fungsi dari Karang Taruna adalah Ngelai (pengertian Ngelai dalam bahasa Indonesia yaitu membantu anak beru untuk membagiakan makanan dan minuman untuk orang yang ada dalam pesta atau upacara). 23

8 2.2.3 Sistem Kekerabatan Pada Masayarakat Karo Banyak masayarakat yang membuat kebiasaan identitas diri dengan memakai nama keluarga. Nama keluarga didapat dari nama ayah, nama ibu, nenek moyang, atau asal usul dari keluarga tersebut. Hal ini terjadi karena masyarakat ingin mempertahankan system kehidupan keluarga untuk keberlangsungan hidup dalam mempertahankan nilai-nilai yang dimilikinya, terutama yang berkaitan dengan jati diri. Hal ini sesuai dengan yang ditulis oleh E. Evans. Pritchard (1986:154) Dalam tiap-tiap masayarakat walaupun bentuk yang paling sederhana sekali kita akan dapat menemui suatu bentuk kehidupan keluarga, pengakuan mengenai ikatan kekeluargaan, system ekonomi dan politik, status sosial,cara menyelesaikan konflik dan hukuman terhadap penjahat, dan lain-lain, disamping kebudayaan material, suatu kumpulan pengetahuan mengenai alam semesta dan tradisi Menurut Roberto Bangun (1989:18) Jika dilihat sepintas pada masyarakat Karo yang beranggapan bahwa dalam menarik garis keturunan secara patrilineal akan tetapi kalau diteliti secara lebih mendalam lagi barulah dimengerti letak kekhasan masayarakat Karo dalam menarik garis keturunannya. Mereka bukan patrilineal melainkan parental (bilateral) yang menarik garis keturunan melalui garis keturunan melalui garis ayah dan ibu sekaligus Merga Silima Sistem kekerabatan pada masyarakat Karo dikenal dengan istilah Merga Silima. Merga Silima artinya terdapat lima kelompok marga pada masyarakat suku Karo, yaitu: a. Karo- Karo b. Ginting c. Tarigan d. Sembiring 24

9 e. Perangin-angin Klan (nama keluarga) dalam suku Karo disebut merga. Berbeda halnya dengan suku Batak (Silindungi-Samosir-Humbang-Toba) yang disebut dengan marga. Menurut Martin L.Perangin-angin (hal ) persebaran marga suku Karo adalah sebagai berikut: A. Merga Karo-Karo, cabang-cabangnya, dan daerah asal merga 1. Karo-Karo Sinulingga di Lingga, Bintang Meriah, dan Gunung Merlawan. 2. Karo-Karo Surbakti di Surbakti dan Gajah. 3. Karo-Karo Kacaribu di Kutagerat dan Kerapat 4. Karo-Karo Sinukaban di Kaban dan Sumbul 5. Karo-Karo Barus di Barus Jahe, dan Pitu Kuta 6. Karo-Karo Sinubulan di Bulan Julu, dan Bulan Jahe 7. Karo-Karo Ujung di Kuta Nangka, Kalang, Perbesi, dan Batu Karang 8. Karo-Karo Purba di Kabanjahe, Berastagi, dan Lau Cih (Deli Hulu) 9. Karo-Karo Ketaren di Raya, Ketaren Sibolangit, dan Pertampilen 10. Karo-Karo Gurusinga di Gurusinga dan Rajaberneh 11. Karo-Karo Kaban di Pernantin, Kabantua, Bintang Meriah, Buluh Naman dan L.LinggaKaro 12. Karo Sinuhaji di Ajisiempat 13. Karo-Karo Sekali di Seberaya 14. Karo-Karo Kemit di Kuta Bale 15. Karo-Karo Bukit di Bukit dan Buluh Awar 16. Karo-Karo Sinuraya di Bunuraya, Singgamanik, dan Kandibata 17. Karo-Karo Samura di Samura 18. Karo-Karo Sitepu di Naman dan Sukanalu B. Merga Ginting, cabang-cabangnya, dan daerah asal merga 1. Ginting Munte di Kutabangun, Ajinembah, Kubu, Dokan, Tanggung, Munte, Rajatengah dan Bulan Jahe 2. Ginting Babo di Gurubenua, Munte, dan Kutagerat 3. Ginting Sugihen di Sugihen, Juhar, dan Kutagunung 4. Ginting Gurupatih di Buluh Naman, Sarimunte, Naga, dan Lau Kapur. 5. Ginting Ajartambun di Rajamerahe 6. Ginting Capah di Bukit dan Kalang 7. Ginting Beras di Laupetundal 8. Ginting Garamata di (Simarmata) Raja Tengah, dan Tengging 9. Ginting Jadibata di Juhar 10. Ginting Suka di Suka, Lingga julu, Naman dan Berastepu 11. Ginting Manik di Tengging dan Lingga 12. Ginting Sinusinga di Singa 25

10 13. Ginting Jawak di Cingkes 14. Ginting Seragih di Lingga Julu 15. Ginting Tumangger di Kidupen dan Kemkem 16. Ginting Pase tidak ada sumber yang pasti yang menyebutkan dimana marga ini sekarang C. Merga Tarigan, Cabang-Cabangnya, dan Daerah Asal merga 1. Tarigan Sibero di Juhar, Kutaraja, Keriahen, Munte, Tanjung Beringin, Selakar, dan Lingga 2. Tarigan Tambak di Kebayaken dan Sukanalu 3. Tarigan Silangit di Gunung Meriah 4. Tarigan Tua di Pergendangen dan Talimbaru 5. Tarigan Tegor di Suka dan Gurubenua 6. Tarigan Gersang di Nagasaribu dan Berastepu 7. Tarigan Gerneng di Cingkes (Simalungun) 8. Tarigan Gana-Gana di Batu Karang 9. Tarigan Jampang di Pergendangen 10. Tarigan Tambun di Rakut Besi, Binangara dan Sinaman 11. Tarigan Bondong di Lingga 12. Tarigan Pekan (Cabang dari Tambak) di Sukanalu 13. Tarigan Purba di Purba (Simalungun) D. Merga Sembiring, Cabang-cabangnya, dan Daerah Asal Merga I. Sembiring Siman Biang Sembiring Siman Biang artinya merga sembiring yang memakan daging anjing. Sembiring Siman Biang tidak bisa kawin campur darah dengan cabang Sembiring lainnya, artinya tidak diperbolehkan perkawinan sesama merga Sembiring. 1. Sembiring Kembaren di Samperaya dan hampir di seluruh urung Liang Melas 2. Sembiring Sinulaki di Silalahi 3. Sembiring Keloko di Pergendangen 4. Sembiring Sinupayung di Juma Raja dan Negeri. 26

11 II. Sembiring Simantangken Biang Sembiring Simantangken Biang artinya merga sembiring tetapi tidak memakan daging anjing. Sembiring Simantangken Biang dapat melakukan perkawinan antara cabang merga Sembiring. 1. Sembiring Colia di Kubucolia dan Seberaya 2. Sembiring Pandia di Seberaya, Payung, dan Beganding 3. Sembiring Gurukinayan di Gurukinayan 4. Sembiring Brahmana di Kabanjahe, Perbesi, dan Limang 5. Sembiring Meliala di Sarinembah, Munte Rajaberneh, Kidupen, Kabanjahe, Naman, Berastepu dan Biaknampe 6. Sembiring Pande Bayang di Buluh Naman dan Gurusinga 7. Sembiring Tekang di Kaban 8. Sembiring Muham di Susuk dan Perbesi 9. Sembiring Depari di Seberaya, Perbesi, dan Munte 10. Sembiring Pelawi di Ajijahe, Perbaji, Kandibata, dan Hamparan Perak (Deli). 11. Sembiring Busuk di Kidupen dan Lau Perimbon 12. Sembiring Sinikapar di Pertumbuken dan Sarintono 13. Sembiring Keling di Juhar dan Rajatengah 14. Sembiring Bunuh Aji di Sukatepu, Kuta Tonggal, dan Beganding 15. Sembiring Malau di Lau Renun E. Merga Peranginangin, Cabang-Cabangnya, dan Asal Daerah Merga 1. Peranginangin Namohaji Kuta di Kutabuluh 2. Peranginangin Sukatendel di Sukatendel 3. Peranginangin Mano di Pergendangen 4. Peranginangin Sebayang di Perbesi 5. Peranginangin Pencawan di Perbesi 6. Peranginangin Sinurat di Kerenda 7. Peranginangin Perbesi di Seberaya 8. Peranginangin Ulunjan di di Juhar 9. Peranginangin Penggarus di Susuk 10. Peranginangin Pinem di Serintono (Sidikalang) 11. Peranginangin Uwir di Singgamanik 12. Peranginangin Laksa di Juhar 13. Peranginangin Singarimbun di Mardinding, Kutambaru, dan Temburun 14. Peranginangin Keliat di Mardinding 15. Peranginangin Kacinambun di Kacinambun 16. Peranginangin Bangun di Batukarang 17. Peranginangin Tanjung di Penampen dan Berastepu 18. Peranginangin Benjerang di Batukarang 27

12 Tutur Siwaluh Pengertian dari Tutur Siwaluh yaitu dibagi menjadi dua kata: Tutur dan Siwaluh. Tutur yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kedudukan dalam adat, dan Siwaluh adalah kedelapan. Jadi yang dimaksud dengan Tutur Siwaluh dalam penelitian ini adalah delapan kedudukan dalam adat bagi masayarakat suku Karo. Pembagian Tutur Siwaluh pada masyarakat Karo adalah sebagai berikut: 1. Sembuyak Sembuyak adalah orang-orang yang bersaudara (satu ayah dan satu ibu), atau satu kakek. Misalnya, Anto Ginting, mempunyai adik laki-laki yang berasal dari ayah dan ibu yang sama. Maka Anto dan adik laki-lakinya adalah Sembuyak. Contoh lain, Anto Ginting dan Andi Ginting, keduanya mempunyai kakek yang sama yaitu Dermawan Ginting. Maka Anto Ginting dan Andi Ginting dapat juga dikatakan Sembuyak. 2. Senina Senina adalah setiap orang yang memiliki merga yang sama, terkecuali bila ada seorang laki-laki dan seorang perempuan memiliki klan merga yang sama maka mereka adalah erturang. Misalnya, Adi Tarigan dan Sanja Tarigan maka mereka adalah Senina. Contoh lain Adi Tarigan dan Doni br Tarigan maka mereka adalah erturang berdasarkan klan merga yang sama walaupun tidak berasal dari satu kakek. 3. Senina Sipemeren Senina Sipemeren adalah orang yang bersaudara (ersenina, erturang) karena ibu mereka bersaudara atau beru ibu mereka sama. Misalnya, Anto Barus mempunyai mempunyai ibu beru Ginting, dan Juah Tarigan 28

13 memiliki ibu beru Ginting, maka Anto Barus dan Juah Tarigan adalah Senina Sipemeren. 4. Senina Siparibanen Senina Siparibanen adalah orang-orang yang bersaudara karena beru istri mereka sama. Misalnya, Robby Ginting mempunyai istri beru Tarigan, dan Budi Barus mempunyai istri beru Tarigan. Maka Robby dan Budi adalah Senina Siparibanen. 5. Kalimbubu Kalimbubu yaitu kelompok pemberi istri bagi keluarga (merga) tertentu. Misalnya Henry Tarigan mempunyai istri beru Bangun. Maka kalimbubu dari Henry adalah klan merga Bangun. 6. Puang Kalimbubu Puang Kalimbubu adalah Kalimbubu dari Kalimbubu atau dapat juga disebut Kalimbubu pihak Paman. Misalnya, RudiTarigan, mempunyai ibu beru Bangun bere-bere Sembiring, maka Puang Kalimbubu dari Rudi adalah merga Sembiring atau dalam bahasa Karo puang kalimbubu dapat juga disebut mama nandenta (Kalimbubu dari ibu). 7. Anak Beru Anak Beru adalah sekelompok yang mengambil istri dari keluarga (merga) tertentu Misalnya Joni Tarigan menikah dengan seorang perempuan beru Ginting. Maka Joni Tarigan akan menjadi anak beru di keluarga merga Ginting (istri). 29

14 8. Anak Beru Menteri Anak beru menteri adalah anak beru dari anak beru. Misalnya, Riko Ginting mempunyai saudara perempuan, kemudian saudara perempuan Riko Ginting menikah dengan Aldo Tarigan. Dari hasil pernikahan itu lahirlah seorang anak perempuan, yaitu Mbelgah br Tarigan. Kemudian Mbelgah Tarigan menikah dengan Tangke Bangun, maka Tangke Bangun tersebut beserta keturunannya menjadi anak beru menteri di keluarga Riko Ginting Rakut Si Telu Pengertian Rakut Si Telu menurut Maju Sitepu adalah Rakut mempunyai arti ikatan, dan Si Telu berarti tiga, jadi Rakut Si Telu adalah tiga ikatan hubungan. Rakut Si Telu dapat juga mempunyai arti sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi orang Karo. Kelengkapan hidup yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat pada masyarakat Karo yaitu: 1. Kalimbubu Yang dimaksud dengan kalimbubu adalah marga pihak pemberi istri, dan saudara laki-laki dari pihak istri. 2. Anak Beru Anak beru adalah anak perempuan yang dalam kehidupan masyarakat Karo dikenal sebagai kelompok yang mengambil istri dari keluarga tertentu 30

15 3. Senina Senina dibagi menjadi dua kata yaitu se berarti satu, nina berarti kata atau pendapat, jadi yang dimaksud dengan senina adalah orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Pengertian senina dalam konteks lain yaitu orang yang mempunyai marga yang sama dan masih satu keturunan atau masih terdapat satu marga. Ke-3 inilah yang disebut dengan Rakut Si Telu atau ada juga yang menyebutnya dengan Sangkep Si Telu. Rakut Si Telu sangat berperan penting dalam upacara adat bagi masyarakat Karo, jika dalam sebuah upacara adat salah satu dari Rakut Sitelu belum hadir maka acara adat tersebut tidak dapat dimulai Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Mbaruai Di Desa Mbaruai sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah petani dan buruh tani. Dimana petani maksudnya adalah orang yang sudah mempunyai lahan sendiri untuk diolah dan dapat ditanami berbagai jenis tanaman, sedangkan buruh tani maksudnya adalah orang yang tidak mempunyai lahan sendiri, dan bekerja di lahan orang lain dengan menerima upah baik harian ataupun mingguan. Hasil pertanian masyarakat Desa Mbaruai adalah padi, coklat, sawit, karet, jagung, ubi kayu, kelapa, dan palawija yang lainnya. Jenis tanaman yang banyak di tanam di Desa Mbarua adalah padi dan coklat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya lahan pertanian masyarakat yang ditanamai dengan tanaman padi dan coklat yang di jual ke luar daerah asal Desa Mbaruai. 31

16 Selain dari pertanian masyarakat Desa Mbaruai ada juga yang bekerja sebagi Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari guru, TNI/POLRI, dan pegawai swasta yang bekerja di kantor. Serta ada juga masyarakat yang bekerja sebagai wiraswasta yang meliputi pedagang, bengkel, dorrsmer, peternakan dan lain-lain. Mata pencaharian masyarakat di Desa Mbaruai pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Mata pencaharian dari masyarakat Desa Mbaruai Tahun 2012 No Nama Pekerjaan 1 Petani dan Buruh Tani 2 3 Pegawai: PNS, Guru, TNI/POLRI Swasta, dan lain-lain Wiraswasta: Pedagang, Bengkel, Dorrsmer, Depot, Peternakan, dan lain-lain Jumlah total masyarakat yang bekerja Jumlah 788 orang 108 orang 134 orang 1030 orang Sumber: Data-data buku kependudukan Sekretariat Desa Mbaruai tahun 2012, jumlah keseluruhan masyarakat Desa Mbaruai yaitu 1452 orang Sistem Religi Masyarakat Karo di Desa Mbaruai Sistem religi pada masyarakat Karo pada zaman dahulu adalah animisme dan dinamisme. Kata animisme berasal dari bahasa latin, yaitu anima yang berarti roh. Kepercayaan animisme adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan rohroh. Paham animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar jiwa tersebut tidak mengganggu manusia, bahkan rohroh tersebut diminta untuk membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos, sedangkan dalam bahasa Inggris berarti dynamic dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan arti kekuatan, daya, dan kekuasaan. Definisi dari dinamisme memiliki arti 32

17 tentang kepercayaan terhadap benda-benda di sekitar manusia yang memiliki kekuatan gaib. Menurut masyarakat Karo, roh manusia yang masih hidup disebut Tendi. Tendi atau jiwa atau roh manusia yang masih hidup sewaktu-waktu bias meninggalkan badan manusia, misalnya saat melihat kejadian luar biasa atau terkejut. Maka untuk itu diperlukan pengadaan upacara yang dipimpin oleh Guru Sibaso (datu atau dukun) agar tendi itu segera kembali ke badan manusia tersebut. Tendi yang keluar meninggalkan badan manusia tadi dapat di panggil kembali melalui upacara Raleng Tendi (atau memanggil Tendi atau roh seseorang) dengan menggunakan Gendang Kulcapi. Apabila Tendi seseorang keluar dari tubuh untuk selama-lamanya, maka orang tersebut meninggal dunia (Mate). Masyarakat Karo menyebut roh manusia yang sudah meninggal dengan sebutan arwah atau Begu. Kepercayaan terhadap Begu sering di sebut Perbegu atau Sipelbegu yang diartikan menyembah setan. Adapun untuk menghindari konotasi negatif terhadap kepercayaan Karo tersebut maka pada tahun 1946 istilah Perbegu diganti menjadi Pemena yang artinya agama mula-mula, dengan tujuan untuk menghindari anggapan bahwa kepercayaan bahwa kepercayaan Perbegu menyembah roh-roh jahat atau menyembah setan (putro 1981:46) Ada beberapa upacara ritual yang dilaksanakan masyarakat Karo secara umum, yang bersifat mistis (gaib) sesuai dengan kepercayaan zaman dahulu, yaitu: 1. Perumah Begu yaitu upacara pemanggilan arwah seseorang yang sudah meninggal melalui media Guru Sibaso (dukun) 33

18 2. Ndilo Tendi upacara ini sering dilakukan apabila ada seseorang yang terkejut karena mengalami suatu kejadian, baik karena pengelihatan, pendengaran atau jatuh, hanyut, dan lain-lain. Dimana tendi tersebut akan meninggalkan tubuhnya karena terkejut. 3. Nengget adalah upacara yang di tujukan pada pasangan suami istri yang setelah sekian tahun berumah tangga namun belum memiliki anak. 4. Ngarkari ialah upacara menghindari suatu kemalangan yang dialami oleh suatu keluarga dimana guru sibaso berperan penting dalam upacara ritual. 5. Perselihi ialah upacara pengobatan suatu penyakit seseorang, untuk memperoleh kesembuhan dan untuk menghindari penyakit menjadi semakin parah. 6. Ngulaken adalah upacara yang dilaksanakan karena suatu penyakit yang sengaja di buat oleh seseorang untuk menyerang orang lain hingga orang tersebut jatuh sakit. Orang yang jatuh sakit tersebut meminta kepada guru sibaso untuk memantulkan penyakit tersebut kepada si pembuatnya. 7. Erpangir Ku Lau adalah upacara untuk membersihkan diri seseorang atau keluarga secara keseluruhan, menghilangkan kesulitan, malapetaka, dan lainnya. 8. Ndilo Wari Udan adalah upacara untuk memanggil turunnya hujan kepada Tuhan agar kemarau tidak berkepanjangan. 9. Ngeluncang (Muncang) adalah upacara ritual untuk menolak bala dan mengusir segala pengganggu seperti roh-roh halus agar terhindar dari bahaya dan bencana alam. 34

19 10. Njujungi Beras Piher adalah suatu upacara selamatan dan doa agar orang tersebut dapat diberikan keteguhan iman, berkat, dan lain-lain. 11. Guro- Guro Aron pesta yang dilakukan oleh masyarakat desa setahun sekali. Guro-guro Aron adalah ungkapan rasa syukur atas pertanian yang dilaksanakan dalam waktu setahun telah membuahkan hasil yang melimpah, sehingga masyarakat desa berinisiatif untuk melakukan pesta syukuran. Pada saat sekarang ini masyarakat Karo sudah memiliki agama, dan masyarakat di Desa Mbaruai sudah tidak terlalu percaya kepada kekuatan bendabenda gaib atau keramat. Menurut Amat Suka Ginting sebagai kepala Desa Mbaruai ada empat agama yang berkembang di Desa Mbaruai yaitu: 1. Kristen Protestan 2. Kristen Khatolik 3. Islam Berikut ini tabel yang menunjukkan jumlah masyarakat yang memeluk kepercayaan dari ke-3 agama diatas: Tabel 2 Perkembangan Agama di Desa Mbaruai Tahun 2012 No. Agama yang berkembang di masyarakat Jumlah 1 Kristen Protestan 566 orang 2 Kristen Khatolik 496 orang 3 Islam 390 orang Jumlah seluruh masyarakat Desa Mbaruai Sumber: Data-data buku kependudukan Sekretariat Desa Mbaruai tahun rang 35

20 2.2.6 Sistem Kesenian yang Terdapat pada Masyarakat Karo Kesatuan alam, budaya dan seni merupakan perwujudan menyeluruh dari sebuah etnik. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan ragam etnik juga mempunyai keragaman kesenian yang dimiliki masing-masing etnik tersebut. Suku Karo sebagai salah satu etnik dari beratus etnik yang dimiliki Nusantara tentu memiliki keunikan kesenian tersendiri. Keunikan kesenian Karo inilah yang menjadi kebanggaan suku Karo dalam menjalankan budayanya. Tapi potensi dan pengembangan kesenian Karo tidak terlepas dari bagaimana masyarakat Karo dalam mengapresiasikan kesenian Karo itu sendiri. Menurut Joey Bangun, dalam Art is My Blood kesenian pada masyarakat Karo pada umumnya terdiri dari: (1) Seni Sastra, (2) Seni Musik, (3) Seni Suara, (4) Seni Tari, (5) Seni Pahat dan Seni Ukir, dan (6) Seni Drama 1. Seni Sastra Bahasa Karo adalah bahasa yang digunakan masyarakat Karo. Ruang lingkup penggunaan bahasa itu sendiri tidak mengenal ruang dan waktu. Dimanapun dan pada saat kapanpun jika ada sesame Karo bertemu ataupun bukan orang karo berhak untuk berdialog dengan bahasa Karo. Aksara Karo merupakan salah satu bentuk kekayaan sastra Karo. Menurut sejarahnya aksara Karo bersumber dari aksara Sumatera Kuno yaitu campuran aksara Rejang, Lebong, Komering, dan Pasaman. Kemungkinan aksara ini dibawa dari India selatan, Myanmar/Siam dan akhirnya sampai ke Tanah Karo. Aksara ini hampir mirip dengan Simalungun dan Pakpak Dairi. Aksara Karo dulu di tulis di kulit kayu, tulang dan bambu. 36

21 2. Seni Musik Alat musik tradisional suku Karo biasanya disebut Gendang Lima Sedalanen yang artinya terdiri dari lima unsur yaitu Sarune, Gendang Singindungi, Gendang Singanaki, Penganak, dan Gung. Alat Musik tradisional ini sering digunakan untuk mengiringi tarian, nyayian dan berbagai ritus tradisi. 3. Seni Suara Seni suara dapat juga diartikan sebagai musik vocal. Pengertian Rende secara umum adalah bernyanyi, sedangkan Ende-enden berarti nyanyian. Orang Karo yang pintar bernyanyi disebut Perende-rende. Perende-rende yang biasa dipanggil untuk bernyanyi sekaligus menari dalam satu konteks upacara disebut Perkolong-kolong. Menurut Perikuten Tarigan (2004: ) musik vocal atau nyanyian dalam kebudayaan masyarakat Karo terdiri dari beberapa jenis, yaitu Katoneng- Katoneng, Tangis-Tangis, Io-Io, Didong Doah, dan nyanyian percintaan mudamudi. Katoneng-Katoneng merupakan suatu musik vocal yang diiringi Gendang Lima Sedalanen. Seacara komposisi, Katoneng-Katoneng telah memiliki garis melodi yang baku, namun lirik atau teks dari komposisi tersebut senantiasa berubah disesuaikan dengan satu konteks upacara. Katoneng-katoneng dapat juga disebut dengan Pemasu-masun. Tangis-Tangis adalah nyayian yang berisi tentang kesedihan atau penderitaan seseorang. Contoh Tangis-Tangis pada masyarakat Karo dapat dilihat pada upacara kemalangan. Isi dari tema lagu adalah berupa ungkapan kesedihan 37

22 karena salah satu anggota keluarga telah meninggal dunia. Io-Io merupakan nyanyian tentang rasa rindu. Didong Doah adalah rangkaian kata yang disajikan Bibi Sirembah Ku Lau (saudara perempuan ayah pengantin wanita) pada saat pesta perkawinan permennya (anak perempuan saudara laki-laki) dengan cara bernyanyi. 4. Seni Tari Tari dalam bahasa Karo disebut Landek. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam tari Karo yaitu Endek, Jole atau Jemole, dan Tan Lemampir. Namun disamping itu bagaimana ketiga unsur tersebut dapat diwujudkan dalam gerakan-gerakan tari, terkait dengan musik pengiring itu sendiri dan dalam konteks tarian itu sendiri, misalnya dalam tarian adat, muda-mudi, khusus, dan sebagainya. Tarian yang bersifat khusus dan berhubungan dengan peran seseorang biasanya dipimpin oleh seorang Guru (dukun) misalnya Mulih-Mulih, Tari Baka, Tari Begu Deleng, Tari Muncang, Tari Tungkat, Erpangir Ku Lau, dan lain-lain. Tarian yang berkaitan dengan adat dan peranan kelompok-kelompok sosial tertentu yang sesuai dengan filosofi adat Karo Merga Silima, Tutur Siwaluh, dan Rakut Si Telu misalnya Tari Kalimbubu, Tari Senina, Tari Anak Beru, dan lain sebagainya. Tarian yang berkaitan dengan hiburan kepada masyarakat Karo secara umum. Misalnya Tari Adu Perkolong-kolong, Tari Mayan atau Ndikar (seni bela diri khas Karo), Tari Gundala-Gundala (Tembut-Tembut Seberaya), dan lain sebagainya. Tari kreasi baru yang berkaitan dengan muda-mudi yaitu Tari 38

23 Roti Manis, Tari Terang Bulan, Tari Lima Serangkai, Tari Telu Serangke, Tari Uis Gara, dan sebagainya. Pada umumnya tari yang unsur dasarnya adalah gerak dapat kita temui dalam ritus-ritus dalam upacara-upacara yang ada pada masyarakat Karo. Dengan demikian setiap gerakan dalam tari mempunyai makna dan filosofi tergantung jenis tariannya. Disamping itu juga makna gerakan-gerakan tangan juga mempunyai makna tersendiri. Menurut Julianus P. Limbeng ada beberapa makna dari gerakan tari Karo berupa perlambangan, yaitu: Gerak Tangan Kiri naik, gerakan tangan kanan ke bawah melambangkan tengah rukur, yaitu maknanya selalu menimbang segala sesuatunya dalam bertindak; Gerakan tangan kanan ke atas gerakan tangan kiri ke bawah melambangkan sisampat-sisampaten, yang artinya saling tolong menolong dan saling membantu Gerakan tangan kanan kedepan melambangkan ise pe la banci ndeher adi lenga si oraten, yang artinya siapa pun tidak boleh dekat kalu belum mengetahui hubungan kekerabatan, ataupun tidak kenal maka tidak saying Gerakan tangan memutar dan mengepal mengepal melambangkan perarihen enteguh, yang artinya mengutamakan persatuan, kesatuan dan musyawarah untuk mencapai mufakat, gerakan tangan ke atas melambangkan ise pe la banci ndeher, artinya siapapun tidak bisa mendekat dan berbuat sembarangan. 39

24 Gerakan tangan sampai kepala dan membentuk seperti burung merak, melambangkan beren rukur, yang maknanya menimbang sebelum memutuskan, pikirkan dulu pendapat, sesal kemudian tiada berguna Gerak tangan kanan dan kiri sampai bahu, malambangkan baban simberat ras menahang ras sibaba, yang bermakna ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Artinya mampu berbuat mampu bertanggung jawab dan serasa sepenanggungan, gerakan tangan dipinggang melambangkan penuh tanggung jawab Dan gerakan tangan kiri dan tangan kanan ke tengah posisi badan berdiri melambangkan isepe reh adi enggo ertutur ialo-aloalu mehuli, artinya siapapun yang datang jika sudah berkenalan dan mengetahiu hubungan kekerabatan diterima dengan baik sebagai keluarga (kade-kade). 5. Seni Pahat dan Seni Ukir Keragaman seni pahat dan ukir suku Karo terlihat dari corak ragam bangunannya. Hal ini terlihat dari beberapa jenis seni pahat dan seni ukir dalam budaya masayarakat Karo secara umum seperti. a. Pengret-ret adalah suatu ukiran yang terbuat dari ijuk dan merupakan pengikat untuk memperkuat dinding (derpik) pada Rumah Siwaluh Jabu. Pengret-ret di ukir dan saling dihubungkan sehingga bentuknya seperti cecak. Contoh lukisan Pengret-ret pada gambar di bawah ini 40

25 Gambar 1: Pengeret-ret Sumber: Ir. M. Nawaiy Loebis dkk (2004: 123) b. Pucuk Tengiang adalah lukisan yang diukir berbentuk seperti akar pakis yang terletak pada dinding bagian bawah rumah siwaluh jabu. Contoh lukisan Pucuk Tenggiang dapat kita lihat pada gambar dibawah ini Gambar 2: Pucuk Tenggiang Sumber: Ir. M. Nawaiy Loebis dkk (2004: 127) c. Tapak Raja Sulaiman yaitu berupa tali yang terbuat dari ijuk yang diukir pada dinding rumah adat Karo, Gantang Beru-Beru, dan Ukat. Contoh lukisan Tapak Raja Sulaiman dapat kita lihat pada gambar di bawah ini Gambar 3: Tapak Raja Sulaiman Sumber: Ir. M. Nawaiy Loebis dkk (2004: 121) 41

26 d. Embun Sikawiten adalah ukiren berbentuk awan yang berarak, di ukir pada tangkai pisau. Contoh lukisan Embun Sikawiten dapat kita lihat pada gambar di bawah ini Gambar 4: Embun Sikawiten Sumber: Ir. M. Nawaiy Loebis dkk (2004: 121) e. Keret-Keret Ketadu adalah ukiran yang berbentuk sejenis ulat hijau, di ukir pada Gantang Beru-Beru, dan Ukat (sendok nasi atau pun sayur). Contoh lukisan Keret-Keret Ketadu dapat kita lihat pada gambar di bawah ini: Gambar 5: Keret-Keret Ketadu Sumber: Ir. M. Nawaiy Loebis dkk (2004: 128)\ f. Ipen-Ipen adalah ukiran yang pola berbentuk gigi, diukir pada Ciken (tongkat). Contoh lukisan Ipen-Ipen dapat kita lihat pada gambar di bawah ini. Gambar 6: Ipen-Ipen Sumber: Ir. M. Nawaiy Loebis dkk (2004: 127) 42

27 g. Lukisan Tonggal yaitu gambar tunggal atau satu-satunya, diukir pada busan (tempat yang digunakan untuk menyimpan bibit padi atau jagung). Contoh Lukisan Tunggal dapat kita lihat pada gambar dibawah ini Gambar 7: Lukisen Tonggal Sumber: Ir. M. Nawaiy Loebis dkk (2004: 128) 6. Seni Drama Seni drama tergolong langka pada masyarakat Karo. Kalaupun ada biasanya berhubungan dengan tarian seperti Tari Mondong-Ondong yang berhubungan dengan drama Perlanja Sira (Pemikul garam), Tari Tungkat, dan Tari Guru. 43

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PENGGUNAAN GENDANG LIMA SEDALANEN PADA UPACARA MUNCANG DI DUSUN III NAMO RINDANG DESA MBARUAI KECAMATAN BIRU BIRU KABUPATEN DELI SERDANG

FUNGSI DAN PENGGUNAAN GENDANG LIMA SEDALANEN PADA UPACARA MUNCANG DI DUSUN III NAMO RINDANG DESA MBARUAI KECAMATAN BIRU BIRU KABUPATEN DELI SERDANG FUNGSI DAN PENGGUNAAN GENDANG LIMA SEDALANEN PADA UPACARA MUNCANG DI DUSUN III NAMO RINDANG DESA MBARUAI KECAMATAN BIRU BIRU KABUPATEN DELI SERDANG Skripsi sarjana Disusun O L E H NAMA: ELIESER BARUS NIM:

Lebih terperinci

BAB III KEBUDAYAAN KARO DAN COKONG-COKONG DALAM MASYARAKAT KARO. diantara Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas

BAB III KEBUDAYAAN KARO DAN COKONG-COKONG DALAM MASYARAKAT KARO. diantara Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas BAB III KEBUDAYAAN KARO DAN COKONG-COKONG DALAM MASYARAKAT KARO I. KEBUDAYAAN KARO Wilayah Suku Karo Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang menjadi wilayah administratif Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Timbangan Perangin-angin : Medan Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) 2. Nama : Mail bangun : kabanjahe Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, yang di dalam kebudayaan tersebut terdapat adat istidat, seni tradisional dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA. Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang

BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA. Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA 2.1 Letak Geografis Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang menjadi wilayah administratif Kabupaten Karo. Secara geografis letak Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai

Lebih terperinci

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Letak Desa Desa Lau Rakit merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Lau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Karo merupakan suku bangsa tersendiri dalam tubuh bangsa Indonesia. Suku Karo mempunyai bahasa tersendiri yaitu bahasa Karo. Suku Karo yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan memiliki norma,

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami

BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO 2.1 Domisili Orang Karo Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami sebagian besar daerah Sumatra Timur, wilayah ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. solidaritas yang sangat tebal terhadap masyarakatnya. Disamping itu, setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. solidaritas yang sangat tebal terhadap masyarakatnya. Disamping itu, setiap individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ` Sejarah merupakan rentetan peristiwa yang mempunyai kaitan dengan kejadiankejadian dalam bentuk periode tertentu, karena manusialah yang bersejarah dan manusia pulalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan penduduk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

II. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

II. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN II. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Masyarakat Karo Masyarakat Karo menggunakan bahasa Karo untuk berkomunikasi dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa masyarakat etnis Karo adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama

BAB II GAMBARAN UMUM. dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Wilayah Kabupaten Karo Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani

DAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun 2. Nama : Rustina Br Sembiring (Nd.Mena) Umur : 52 tahun 3. Nama : Sanggup Br Ginting (Nd.Atin) Umur : 65 tahun 4. Nama : Ngasali

Lebih terperinci

KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO

KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO 86 " Kerja Tahunan, Pesta Tradisi Masyarakat Karo. Junita Setiana Ginting. KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO Junita Setiana Ginting Staf Pengajar FIB Universitas Sumatera Utara Abstrak: Karya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KECAMATAN TIGABINANGA. Propinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya adalah 160,38 km 2

BAB II DESKRIPSI KECAMATAN TIGABINANGA. Propinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya adalah 160,38 km 2 BAB II DESKRIPSI KECAMATAN TIGABINANGA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Tiga Binaga adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya adalah 160,38 km 2 dengan jumlah

Lebih terperinci

Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo

Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo 1.1. Profil Karo adalah salah Suku Bangsa asli yang mendiami Pesisir Timur (Ooskust) Sumatera atau bekas wilayah Kresidenan Sumatera Timur, Dataran Tinggi Karo, Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

RINCIAN ALOKASI DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN KARO TAHUN ANGGARAN 2017

RINCIAN ALOKASI DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN KARO TAHUN ANGGARAN 2017 RINCIAN ALOKASI DANA SETIAP DI KABUPATEN KARO TAHUN ANGGARAN 2017 LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI KARO MOR : TANGGAL : TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN, PENGGUNAAN DAN PENETAPAN RINCIAN ALOKASI DANA, BAGI HASIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO

BAB II GAMBARAN UMUM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO BAB II GAMBARAN UMUM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO 2.1 Sejarah Keberadaan Masyarakat Karo Menurut mitos yang masih hidup sampai sekarang, terutama di kalangan masyarakat Batak Toba, leluhur pertama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat umum dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Negara yang banyak memiliki beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya hampir disemua bidang termasuk bidang kesenian terkhusus seni musiknya, dimana terjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Utara Indonesia, yang memiliki berbagai ragam kebudayaan yang unik. Setiap etnis di sumatera Utara

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Lubuk Pakam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik. Ir. Hulman Siagian, MM

Sekapur Sirih. Lubuk Pakam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik. Ir. Hulman Siagian, MM Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara kesatuan yang menganut paham demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu Pulau Jawa, Pulau

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu, menyatakan, dan mengungkapkan isi pikirannya. Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

BAB II. Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan Tigapanah yang

BAB II. Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan Tigapanah yang BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO KECAMATAN TIGA PANAH KABUPATEN KARO, DAN BIOGRAFI RINGKAS BAJI SEMBIRING PELAWI SEBAGAI SENIMAN MUSIK TRADISIONAL KARO Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari

Lebih terperinci

BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI. penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan

BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI. penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI Pada bab ini dimulai dengan penjelasan singkat mengenai kondisi geografis desa Surbakti yang kemudian dilanjutkan dengan latar belakang sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II. SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

BAB II. SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA BAB II SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA 2.1 Lokasi dan Letak Geografis Cinta Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Medan

Lebih terperinci

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo.

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo. 242 GLOSARIUM Aditia Aditia Naik Aditia Turun Aerophone : Hari pertama dalam sistem penanggalan Karo. : Hari kedelapan dalam sistem penanggalan Karo. : Hari ke-22 dalam sistem penanggalan Karo. : Alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum keluarga yang memegang peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DESA. dari latar belakang ataupun sejarah masa lalu desa tersebut. Demikian juga Desa

BAB II IDENTIFIKASI DESA. dari latar belakang ataupun sejarah masa lalu desa tersebut. Demikian juga Desa BAB II IDENTIFIKASI DESA 2.1 Latar Belakang Historis Berbicara mengenai perkembangan sebuah desa tentu saja tidak dapat terlepas dari latar belakang ataupun sejarah masa lalu desa tersebut. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

KEBERADAAN KEYBOARD PADA GENDANG GURO-GURO ARON DAN PENGARUHNYA TERHADAP KARAKTER MUDA- MUDI KARO

KEBERADAAN KEYBOARD PADA GENDANG GURO-GURO ARON DAN PENGARUHNYA TERHADAP KARAKTER MUDA- MUDI KARO KEBERADAAN KEYBOARD PADA GENDANG GURO-GURO ARON DAN PENGARUHNYA TERHADAP KARAKTER MUDA- MUDI KARO SITTI RAHMAH, S.Pd, M.Si UYUNI WIDIASTUTI, S.Pd, M.Pd Dra. PITA HD SILITONGA, M.Pd Perubahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran Tinggi di Bukit Barisan, Sumatera Utara yang di kelilingi oleh pegunungan. Kabupaten Karo beribu

Lebih terperinci

Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo

Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo 9 Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo Marta Ulina Perangin angin 1) J ika kita melihat judul yang tertera di atas, maka akan terlintas di dalam benak

Lebih terperinci

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PEKERJAAN/KEGIATAN DINAS PEKERJAAN UMUM KAB KARO TA. 2012

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PEKERJAAN/KEGIATAN DINAS PEKERJAAN UMUM KAB KARO TA. 2012 PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PEKERJAAN/KEGIATAN DINAS PEKERJAAN UMUM KAB KARO TA. 2012 JL. LETJEND GINTING NO. 72 KABANJAHE TELP. (0628) 20261 PENGUMUMAN PEMBATALAN PELELANGAN Nomor: 160/PAN-PUD/KARO/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem politik yang menganut paham demokrasi, rakyat dipandang sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat jejak keberadaannya, salah satunya adalah Rumah Tradisional Kalak Karo atau disebut dengan Siwaluh

Lebih terperinci

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan. Jiwa (Ribu) Persentase (%) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 12.55 11.51 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. dengan spesifikasi objek penelitian surdam belin (tangko kuda) yang terdapat di Desa

BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. dengan spesifikasi objek penelitian surdam belin (tangko kuda) yang terdapat di Desa BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Di dalam Bab II ini penulis akan menerangkan gambaran lokasi penelitian dengan spesifikasi objek penelitian surdam belin (tangko kuda) yang terdapat di Desa Hulu, yang

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 INFORMED CONSENT Lembar Pernyataan Persetujuan oleh Subjek Saya yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap Etnis yang ada di Indonesia mempunyai kebudayaan maupun kepercayaan, sehingga Indonesia merupakan Negara yang terkenal akan kebudayaan yang bermacam-macam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Masyarakat Batak Toba di Kota Medan 2.1.1 Etnografi Kota Medan Kota Medan merupakan ibukota provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan merupakan hasil cipta manusia dan juga merupakan suatu kekayaan yang sampai saat ini masih kita miliki dan patut kita pelihara. Tiap masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan suku lain. Ciri khas inilah yang akan membentuk identitas suatu suku bangsa. Identitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut / Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) / 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Nias 3.887.995 4.111.318 13.292.683.44 14. 046.053.44

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA TIGA JUHAR. masa itu wilayah administrasi dan geografi Kabupaten Deli Serdang sangat luas.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA TIGA JUHAR. masa itu wilayah administrasi dan geografi Kabupaten Deli Serdang sangat luas. 45 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA TIGA JUHAR 2.1 Masyarakat Karo di Desa Tiga Juhar Sebelum kemerdekaan republik Indonesia, wilayah Kabupaten Deli Serdang memiliki dua pemerintahan yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang merupakan ibukota Kecamatan Barusjahe yang menaungi 19 desa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO 2.1 Pengenalan Terhadap Masyarakat Karo Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi dan bertingkah laku menurut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah penelitian, yang tidak hanya mengenai lokasi penelitian melainkan juga meliputi penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Beragam kebudayaan Indonesia di berbagai daerah seperti bahasa dan budaya yang berbeda dan keunikan yang dipengaruhi lingkungan sosial maupun ekoniminya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Karo merupakan salah satu suku bagian dari Batak selain Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada umumya menempati wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah berkembang sejak masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki aliran kepercayaan lokal

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn FERI JULLIANTO Disusun oleh : GREGORIAN ANJAR P NIM 14148107

Lebih terperinci

Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK

Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK ANALISIS TINDAK TUTUR RAKUT SITELU SAAT ERDIDONG-DIDONG DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH. Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH. Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota BAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH 2.1 Letak Geografis Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota Kabupaten ke desa ini lebih kurang sekitar 26 km, sedangkan dari kota Berastagi

Lebih terperinci

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba , Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Mandailing. Di. dengan cara mempelajarinya. (Koentjaraningrat, 1990:180)

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Mandailing. Di. dengan cara mempelajarinya. (Koentjaraningrat, 1990:180) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak adalah suatu suku terbesar yang mendiami pulau Sumatera Utara. Suku Batak memiliki 6 sub suku-suku bangsa yaitu, Batak karo, Batak Simalungun, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat dan dalam pengembangannya terbuka untuk umum, yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HUKUM WARIS ADAT PADA MASYARAKAT ADAT BATAK KARO (STUDI KECAMATAN MERDEKA, KABUPATEN KARO) TESIS

PERKEMBANGAN HUKUM WARIS ADAT PADA MASYARAKAT ADAT BATAK KARO (STUDI KECAMATAN MERDEKA, KABUPATEN KARO) TESIS 1 PERKEMBANGAN HUKUM WARIS ADAT PADA MASYARAKAT ADAT BATAK KARO (STUDI KECAMATAN MERDEKA, KABUPATEN KARO) TESIS Oleh FRANS CORY MELANDO GINTING 077011023/MKn SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku yang kaya akan seni budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan, dengan ciri khas daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari banyak pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari banyak pulau, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari banyak pulau, sehingga dijuluki sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Pada tahun 2013 tercatat bahwa

Lebih terperinci