BAB II GAMBARAN UMUM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO 2.1 Sejarah Keberadaan Masyarakat Karo Menurut mitos yang masih hidup sampai sekarang, terutama di kalangan masyarakat Batak Toba, leluhur pertama dari seluruh orang Batak bernama Si Raja Batak. Leluhur ini tinggal di kaki gunung Pusuk Buhit, yang terletak di sebelah barat Danau Toba. Keturunan Si Raja Batak ini mendiami pulau Samosir yang terletak di tengah danau itu. Sebagian di antaranya menyeberang ke daratan dan tinggal terpencar di wilayah sekitar danau. Pada mulanya suku bangsa ini terbagi atas dua cabang, yakni cabang Toba dan cabang Pakpak-Dairi. Cabang Toba terbagi lagi atas beberapa ranting, yaitu ranting Toba, Angkola, Mandailing dan Simalungun. Cabang Pakpak-Dairi terbagi atas ranting Dairi dan Karo. Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Sebagian besar masyarakat suku Karo tidak mau disebut sebagai orang Batak karena mereka merasa berbeda. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba. Dari beberapa literatur yang penulis dapatkan tentang karo asal kata Karo berasal dari kata Haru. Kata Haru ini berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitar abad

2 14 sampai abad 15 di daerah Sumatera Bagian Utara. Kemudian pengucapan kata Haru ini berubah menjadi Karo. Inilah diperkirakan awal terbentuknya nama Karo. Pada jaman keemasannya kekuasaan Kerajaan Haru/Karo mulai dari Aceh Besar sampai sungai Siak di Riau. Keberadaan Haru/Karo di Aceh dapat dipastikan dengan beberapa desa di sana yang berasal dari bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja atau Banda Aceh sekarang, Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta Lubok, Kuta Laksamana Mahmud, Kuta Cane, dan lainnya. Dan terdapat suku karo di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee. Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad" (1981). Beliau menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan keturunan dari batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H. M. Zainuddin dalam bukunya "Tarikh Aceh dan Nusantara" (1961) dikatakan bahwa di lembah Aceh Besar selain kerajaan Islam ada kerajaan Karo. Brahma Putra, dalam bukunya "Karo Sepanjang Zaman" mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah Manang Ginting Suka. 2.2 Lokasi dan Batas Geografis Suku Karo merupakan subsuku bangsa Batak yang mendiami daerah antara Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak di Propinsi Sumatera Utara, terutama di dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu dan sebagian Dairi. Gambaran tentang daerah domisili masyarakat Karo dapat pula dilihat seperti apa yang digambarkan oleh J.H. Neuman dalam buku Lentera Kehidupan Orang Karo dalam berbudaya (Sarjani Tarigan, 2009 : 36), yaitu:

3 Wilayah yang didiami oleh suku Karo dibatasi sebelah timur oleh pinggir jalan yang memisahkan dataran tinggi dari Serdang. Di sebelah Selatan kirakira dibatasi oleh sungai Biang (yang diberi nama sungai Wampu, apabila memasuki Langkat), di sebelah Barat dibatasi oleh gunung Sinabung dan di sebelah Utara wilayah itu meluas sampai ke dataran rendah Deli dan Serdang. Dari gambaran di atas tampak bahwa terdapat masyarakat Karo yang bertempat tinggal di daerah pesisir dan bertetangga dengan suku-suku yang telah menempatinya terlebih dahulu. Suku-suku tersebut yaitu Melayu Sumatera Timur di sebelah utara, Alas di sebelah barat, Simalungun di sebelah timur dan Pakpak di sebelah selatan. Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo tahun 2007, batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi NAD) 2.3 Penduduk dan Bahasa Penduduk Menurut sensus penduduk tahun 2006 jumlah penduduk Karo adalah sebanyak jiwa. Ditinjau dari segi etnis, penduduk Kabupaten Karo 95% adalah suku karo,

4 sedangkan 5% lagi adalah suku lainnya yaitu suku batak toba, jawa, simalungun dan lain-lain 10. Berdasarkan Keputusan Kongres Kebudayaan Karo pada tanggal 3 Desember 1995 di Sibayak International Hotel Berastagi, pemakaian merga di masyarakat Karo didasarkan pada Merga Silima, yaitu : Ginting, Karo-Karo, Perangin-angin, Sembiring dan Tarigan Bahasa Sejak berabad-abad suku-suku bangsa penghuni kepulauan Nusantara mempergunakan bahasanya masing-masing dalam pergaulan hidup antar keluarga dalam suku itu. Bahasa-bahasa itu dinamakan bahasa daerah yang sering disebut sesuai dengan nama suku bangsa tersebut, misalnya bahasa karo digunakan oleh suku Karo. Identifikasi seseorang dengan suatu suku bangsa lebih bersifat pribadi, artinya tergantung kepada dirinya sendiri merasa sebagai anggota suku bangsa apa. Biasanya orang lebih suka atau lebih mudah mengidentifikasikan dirinya dengan suku bangsa dalam masyarakat dimana dia hidup daripada dengan kemurnian keturunan atau darahnya Pada umumnya dalam berkomunikasi dengan sesamanya, orang Karo menggunakan bahasa Karo. Dalam berkomunikasi atau pembicaraan sehari-hari, penggunaan bahasa Karo ini tidak memerlukan suatu bentuk atau susunan dan aturan yang baku, yang penting apa yang dikehendaki atau yang perlu disampaikan bisa dimengerti oleh lawan bicara/pendengar. 10 Sumber : situs resmi Kabupaten Karo,

5 Namun untuk keperluan tertentu, seperti ungkapan keluh kesah, pembicaraan adat, bernyanyi dan lain sebagainya dilakukan pemilihan kosa kata yang dianggap paling sesuai. Salah satu jenis pemilihan kosa kata dalam masyarakat karo cakap lumat (bahasa halus). Cakap lumat adalah dialog yang dipadu dengan pepatah, perumpamaan atau pantun.. Cakap lumat ini sering digunakan dalam upacara adat seperti upacara perkawinan, memasuki rumah baru dan dalam pergaulan muda-mudi (ungkapan percintaan). Berkaitan dengan hal di atas, Djaga Depari juga menggunakan cakap lumat dalam mencipta lirik-lirik lagu. Sehingga sering muncul makna-makna kiasan dalam lirik-lirik lagu yang beliau ciptakan Tingkatan bahasa Dari berbagai sumber yang didapat, ada 3 dialek utama dalam pengucapan dan tulisan masyarakat Karo menurut letak geografisnya : a. Dialek Gunung-gunung cakap Karo gununggunung, yaitu di daerah Kecamatan Munte, Juhar, Tigabinanga, Kutabuluh dan Mardinding. b. Dialek Kabanjahe Cakap orang julu di daerah Kecamatan Kabanjahe, Tigapanah, Barusjahe, Simpang Empat dan Payung. c. Dialek Jahe-jahe Cakap kalah Karo Jahe dipakai oleh penduduk di kecamatan Pancurbatu, Biru-biru, Sibolangit, Limabekeri dan Namo rante (semua termasuk kabupaten Deli Ladang) dan di daerah Kabupaten Langkat Hulu seperti Salapian, Kuwala, Bohorok dan sebagainya.

6 Tata cara penggunaan bahasa Adapun tata cara penggunaan bahasa pada masyarakat karo dibedakan dalam hal-hal berikut : a. Tabas atau mantra adalah untuk para guru si baso (dukun) dan masyarakat awam jarang mengetahuinya. Umumnya tabas ini digunakan untuk mengobati orang sakit, upacara pemanggilan roh dan sebagainya. b. Pantun dikenal dengan 2 jenis berupa pantun biasa dan pantun berkias. Biasanya digunakan untuk golongan muda-mudi yang sedang pacaran, orang tua yang ingin menyampaikan petuah dan nasehat atau bisa juga dinyanyikan oleh para biduan di dalam acara pertunjukan kesenian tradisional. c. Perumpamaan atau tamsil, perumpamaan Karo ada yang memakai keterangan dan ada pula yang tidak. Keterangan itu dapat disebut lebih dahulu dan di belakang. Seperti juga halnya perumpamaan Melayu yang di dalamnya terdapat kata-kata seperti, sebagai, ibarat, bak. d. Turi-turin atau cerita adalah berbentuk prosa mengenai berbagai hal seperti kesedihan, kesaktian, asal-usul kampung, hewan, legenda. e. Cakep lumat merupakan dialog diselingi dengan pepatah, perumpamaan, pantun dan gurindam yang

7 digunakan untuk sepasang kekasih untuk saling menggoda. Misalnya dahulu seorang pemuda bercintaan dengan seorang gadis di ture (teras rumah adat) maka untuk menarik perhatian gadis tersebut dia menggunakan cakep lumat. f. Bilang-bilang adalah katakata yang dilagukan atau didendangkan berupa ratapan peleh orang (biasanya kaum wanita) yang sedang mengalami kemalangan. g. Ndung-ndungen adalah sejenis puisi tradisional yang hampir sama dengan pantun dalam sastra Melayu, terdiri dari empat baris, di mana dua baris pertama adalah sampiran dan dua baris terakhir merupakan isi. h. Ermangmang adalah bila seorang guru si baso atau orang lain mengucapkan pidato tanpa teks di hadapan kaum kerabat yang menghadiri suatu upacara misalnya memanggil arwah leluhur. 2.4 Sistem Kekerabatan Dalam hubungan kekerabatan pada masyarakat karo, baik berdasarkan pertalian darah maupun pertalian karena hubungan perkawinan, dapat dibagi menjadi tiga jenis kekeluargaan, yaitu: kalimbubu, senina atau sembuyak dan anak beru, yang biasanya disimpulkan dalam banyak istilah, tetapi maksudnya sama yaitu: daliken si telu 11. Daliken si telu (daliken adalah tungku batu tempat memasak di dapur, sedangkan si telu adalah tiga). Hubungan antara ketiganya tidak dapat dipisahkan di dalam hal adat, 11 Hasil wawancara dengan beberapa masyarakat sekitar Desa Seberaya

8 menyusupi aspek-aspek kehidupan secara mendalam, menentukan hak-hak dan kewajiban di berbagai kegiatan dalam masyarakat, seperti di dalam upacara-upacara dan hokum adat. Berikut adalah sistem kekerabatan di masyarakat Karo atau sering disebut Daliken Sitelu atau Rakut Sitelu. Secara etimologis, daliken Sitelu berarti tungku yang tiga (Daliken : batu tungku, Si : yang, Telu : tiga). Arti ini menunjuk pada kenyataan bahwa untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak lepas dari yang namanya tungku untuk menyalakan api (memasak). Lalu Rakut Sitelu berarti ikatan yang tiga. Artinya bahwa setiap individu Karo tidak lepas dari tiga kekerabatan ini. Namun ada pula yang mengartikannya sebagai sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) 12. Unsur Daliken Sitelu ini adalah Kalimbubu, Sembuyak/Senina dan Anak Beru. Setiap anggota masyarakat Karo dapat berlaku baik sebagai kalimbubu, senina/sembuyak dan anak beru, tergantung pada situasi dan kondisi saat itu Kalimbubu Dalam banyak literatur tentang masyarakat Karo, Kalimbubu ini didefinisikan adalah kelompok pemberi dara atau gadis (Prints, 1986: 66; Bangun, 1981: 109). Adapun peranan dan fungsi para Kalimbubu ini dalam struktur daliken si telu adalah sebagai supremasi keadilan dan kehormatan. Menurut Darwan Prints kalimbubu diumpamakan sebagai badan legislatif, pembuat undang-undang (Prints, 1986: 67). Oleh Roberto Bangun, kalimbubu sebagai dewan pertimbangan agung, pemberi saran kalau 12 disadur dari makalah berjudul Daliken Si Telu dan Solusi Masalah Sosial Pada Masyarakat Karo : Kajian Sistem Pengendalian Sosial oleh Drs. Pertampilan Brahmana, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

9 diminta (Bangun, 1989: 12). Dan sarannya, berpedoman kepada obyektif konstruktif dalam kaitan keutuhan keluarga. Masyarakat Karo meyakini bahwa kalimbubu adalah pembawa berkat sehingga kalimbubu itu disebut juga dengan Dibata Ni Idah (Tuhan yang nampak). Sikap menentang dan menyakiti hati kalimbubu sangat dicela. Kalau dahulu pada acara jamuan makan, pihak kalimbubu selalu mendapat prioritas utama, para anak beru (kelompok pihak penerima istri) tidak akan berani mendahului makan sebelum pihak kalimbubu memulainya, demikian juga bila selesai makan, pihak anakberu tidak akan berani menutup piringnya sebelum pihak kalimbubunya selesai makan, bila ini tidak ditaati dianggap tidak sopan. Dalam hal nasehat, semua nasehat yang diberikan kalimbubu dalam suatu musyawarah keluarga menjadi masukan yang harus dihormati, perihal dilaksanakan atau tidak masalah lain. Kalimbubu dapat dibagi atas dua yaitu Kalimbubu berdasarkan tutur dan Kalimbubu bedasar kekerabatan (perkawinan). Kalimbubu berdasar tutur dapat dibagi lagi menjadi : Kalimbubu Bena-Bena (kalimbubu tua) adalah kelompok keluarga pemberi istri kepada keluarga tertentu. Dikategorikan kalimbubu Bena-Bena, karena kelompok ini telah berfungsi sebagai pemberi istri sekurang-kurangnya tiga generasi. Kalimbubu Simajek Lulang adalah golongan kalimbubu yang ikut mendirikan kampung. Status kalimbubu ini selamanya dan diwariskan secara turun temurun. Penentuan kalimbubu ini dilihat berdasarkan merga. Kalimbubu ini selalu diundang bila diadakan pesta-pesta adat di desa di Tanah Karo.

10 Kalimbubu berdasarkan kekerabatan (perkawinan) dapat dibagi lagi menjadi : Kalimbubu Simupus/Simada Dareh adalah pihak pemberi istri terhadap generasi ayah, atau pihak semarga dari ibu kandung. Kalimbubu I Perdemui (kalimbubu si erkimbang), adalah pihak kelompok dari mertua. Dalam bahasa yang populer adalah bapak mertua berserta seluruh senina dan sembuyaknya dengan ketentuan bahwa si pemberi istri ini tidak tergolong kepada tipe Kalimbubu Bena-Bena dan Kalimbubu Si Mada Dareh. Puang Kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu, yaitu pihak submarga pemberi anak istri terhadap kalimbubu ego. Dalam bahasa sederhana pihak sub marga dari istri saudara laki-laki istri. Kalimbubu Senina, golongan kalimbubu ini berhubungan erat dengan jalur semarga dari kalimbubu. Dalam pesta adat, kedudukannya berada pada golongan kalimbubu, peranannya adalah sebagai juru bicara bagi kelompok sub marga kalimbubu. Kalimbubu Sendalanen/Sepengalon, golongan kalimbubu ini berhubungan erat dengan kekerabatan dalam jalur kalimbubu dari senina sendalanen, sepengalon pemilik pesta Anak beru Anakberu adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak gadis untuk diperistri (Prints, 1986:64; Bangun, 1981:109). Oleh Darwan Prints, anakberu ini diumpamakan sebagai badan yudikatif, kekuasaan peradilan (Prints, 1986: 67). Dalam

11 hal ini maka anakberu disebut pula hakim moral, karena bila terjadi perselisihan dalam keluarga kalimbubunya, tugasnya mendamaikan perselisihan tersebut. Sama seperti kalimbubu, Anakberu dapat dibagi menjadi dua yaitu Anakberu bedasarkan tutur dan Anakberu berdasarkan kekerabatan. Anakberu berdasarkan tutur dapat dibagi lagi menjadi : Anakberu Tua adalah pihak penerima istri dalam tingkatan nenek moyang yang secara bertingkat terus menerus minimal tiga generasi. Anakberu Taneh adalah penerima istri pertama, ketika sebuah kampung selesai didirikan. Anakberu berdasarkan kekerabatan dapat dibagi lagi menjadi : Anakberu Jabu (Cekoh Baka Tutup, dan Cekoh Baka Buka). Cekoh Baka artinya orang yang langsung boleh mengambil barang simpanan kalimbubunya. Dipercaya dan diberi kekuasaan seperti ini karena dia merupakan anak kandung saudara perempuan ayah. Anakberu Iangkip, adalah penerima istri yang menciptakan jalinan keluarga yang pertama karena di atas generasinya belum pernah mengambil anak wanita dari pihak kalimbubunya yang sekarang. Anakberu ini disebut juga anakberu langsung yaitu karena dia langsung mengawini anak wanita dari keluarga tertentu. Masalah peranannya di dalam tugas-tugas adat, harus dipilah lagi, kalau masih orang pertama yang menikahi keluarga tersebut, dia tidak dibenarkan mencampuri urusan warisan adat dari pihak mertuanya. Yang boleh mencampurinya hanyalah Anakberu Jabu.

12 Anakberu Menteri adalah anakberu dari anakberu. Fungsinya menjaga penyimpangan-penyimpangan adat, baik dalam bermusyawarah maupun ketika acara adat sedang berlangsung. Anakberu Menteri ini memberi dukungan kepada kalimbubunya yaitu anakberu dari pemilik acara adat. Anakberu Singikuri adalah anakberu dari anakberu menteri, fungsinya memberi saran, petunjuk di dalam landasan adat dan sekaligus memberi dukungan tenaga yang diperlukan Senina/sembuyak Senina adalah pertalian saudara senenek atau semerga. Hal umum yang menyebabkan terbentuknya hubungan senina/sembuyak adalah pertalian darah, sesubklen (semerga/seberu), sepemeren (ibu bersaudara), separibanen (istri bersaudara), mempunyai istri dari beru yang sama, mempunyai suami yang bersaudara (kandung, gamet, atau semarga). Menurut Darwan Prints senina ini diumpamakan sebagai eksekutif, kekuasaan pemerintahan (Prints, 1986: 67). Hal ini nampak dalam berbagai upacara adat karo di mana Senina dalam musyawarah adat bertugas sebagai penyambung lidah dan juga sebagai dan penengah. Senina ini dapat dibagi dua yaitu senina berdasarkan tutur yaitu senina semarga dan senina berdasarkan kekerabatan. Senina bedasarkan kekerabatan dapat dibagi menjadi : Senina siparibanen, perkerabatan karena istri saling bersaudara.

13 Senina sepemeren, mereka yang berkerabat karena ibu mereka saling bersaudara, sehingga mereka mempunyai bebere (beru atau ibu) yang sama. Senina sepengalon (sendalanen) persaudaraan karena pemberi istri yang berbeda merga dan berada dalam kaitan wanita yang sama. Atau mereka yang bersaudara karena satu submarga (beru) istri mereka sama. Tetapi dibedakan berdasarkan jauh dekatnya hubungan mereka dengan marga istri. Dalam musyawarah adat, mereka tidak akan memberikan tanggapan atau pendapat apabila tidak diminta. Senina secimbangen (untuk wanita) mereka yang bersenina karena suami mereka sesubmarga (bersembuyak). Sembuyak adalah mereka yang satu submarga atau orang-orang yang satu keturunan (dilahirkan dari satu rahim), tetapi tidak terbatas pada lingkungan keluarga kadung, melainkan mencakup saudara seketurunan di dalam batas sejarah yang masih jelas diketahui. Saudara perempuan tidak termasuk sembuyak walaupun dilahirkan dari satu rahim, hal ini karena perempuan mengikuti suaminya. Peranan sembuyak adalah bertanggungjawab kepada setiap upacara adat sembuyak-sembuyaknya, baik ke dalam maupun keluar. Bila perlu mengadopsi anak yatim piatu yang ditinggalkan oleh saudara yang satu marga. Mekanisme ini sesuai dengan konsep sembuyak, sama dengan saudara kandung. Sembuyak dapat dibagi dua bagian yaitu sembuyak berdasarkan tutur dan sembuyak berdasarkan kekerabatan. Sembuyak berdasarkan kekerabatan, ini dapat dibagi

14 menjadi Sembuyak Kakek (kakek yang bersaudara kandung), Sembuyak Bapa (bapak yang bersaudara kandung), Sembuyak Nande (ibu yang bersaudara kandung). 2.5 Kesenian Seni suara (vokal) Dalam berkesenian, orang Karo tidak mengenal istilah seni suara (vokal), namun biasanya orang bernyanyi sering disebut rende, dan penyanyi berarti perende-ende. Jika seorang perende-ende juga pandai menari (landek) dan sudah biasa bernyanyi sekaligus menari dalam suatu pesta Gendang guro-guro aron, maka sebutan untuknya telah berubah menjadi Perkolong-kolong 13. Kemampuan ini tidak terbatas hanya pada kemampuan menyanyikan lagu-lagu Karo yang bertemakan percintaan atau muda mudi, namun juga mampu menyanyikan lagu-lagu yang bertemakan pemasu-masun (nasihat-nasihat) yang secara teks atau liriknya sangat bergantung kepada konteks suatu upacara. Artinya melodi lagu pemasumasun memang telah diketahui atau dihapal, namun lirik dari melodi tersebut harus dibuat (dinyanyikan) sendiri oleh Perkolong-kolong tersebut pada saat bernyanyi sesuai dengan konteks upacara yang sedang berlangsung pada saat itu. Sementara dalam perkembangan selanjutnya budaya karo mengenal beberapa jenis seni vokal diantara: Katoneng-katoneng (nyanyian yang berisikan pengharapan), Didong dong (nyanyian yang berisikan nasehat-nasehat), Mangmang (nyanyian yang berisikan doa-doa), 13 Hasil wawancara dengan beberapa masyarakat sekitar Desa Seberaya

15 Tangis-tangis (nyanyian ungkapan keluh kesah), Turi-turin (nyanyian untuk menceritakan sesebuah cerita), Ende-enden (nyanyian muda-mudi) Seni drama Dari hasil wawancara dengan Beri Pana Sitepu, seni drama dalam masyarakat karo tergolong langka. Biasanya seni drama dalam masyarakat karo berhubungan dengan tarian seperti Tari Mondong-mondong yang berhubungan dengan drama Perlanja Sira (Pemikul Garam), Tari Tungkat dan Tari Guru serta Gundala-gundala (drama tari topeng Karo). Djaga Depari pada masa penjajahan juga pernah berperan dalam seni drama. Salah satu kelompok drama yang pernah diikuti oleh Djaga Depari adalah Perhimpunan Teater Rakyat yang dipimpin oleh Datuk H. Wan Umaruddin. Di kelompok ini Djaga Depari bertugas sebagai pemusik yaitu pemain biola Seni musik Istilah musik dalam masyarakat karo disebut dengan istilah gendang. Masyarakat karo memiliki beberapa jenis musik yang biasanya digunakan dalam kesenian 14 Hasil wawancara dengan Bapak R. Ginting

16 tradisionalnya 15. Ada jenis musik yang diiringi oleh alat musik yang dimainkan secara bersama-sama (ensambel). Ensambel ini terbagi dua yaitu: gendang lima sendalanen dan gendang telu sendalanen. Selain berbentuk ensambel, ada pula jenis musik yang diiringi oleh alat musik yang dimainkan tunggal (solo). Selain alat musik, terdapat pula beberapa genre musik vokal (nyanyian), baik yang dinyanyikan secara solo, maupun diiringi alat musik Gendang lima sendalanen Gendang Lima Sendalanen merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu ensambel musik tradisional Karo yang terdiri dari 5 (lima) alat musik karo, yaitu: (1) sarune, (2) gendang singanaki, (3) gendang singindungi, (4) penganak dan (5) gung. Istilah gendang pada Gendang Lima Sendalanen ini berarti alat musik, lima berarti lima buah, dan sendalanen berarti sejalan. Dengan demikian Gendang Lima Sendalanen mengandung pengertian lima buah alat musik yang dimainkan sejalan atau secara bersama-sama. Kadang-kadang Gendang Lima Sendalanen disebut dengan istilah Gendang Sarune 16. Adanya dua istilah atau penyebutan satu ensambel musik tradisional Karo yang sama ini (Gendang Lima Sendalanen dan Gendang Sarune) terjadi karena perbedaan latar belakang dari orang-orang yang menggunakannya. 15 Hasil wawancara dengan Benson A. Kaban 16 Istilah Gendang Sarune muncul karena dalam ensambel tersebut sarune merupakan alat musik pembawa melodi

17 Masing-masing alat musik dalam ensambel Gendang Lima Sendalanen dimainkan oleh seorang pemain, kecuali alat musik penganak dan gung yang dapat dimainkan oleh seorang pemain Gendang telu sendalanen Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1) Kulcapi/balobat, (2) keteng-keteng dan (3) mangkok. Dalam ensambel ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu Kulcapi atau balobat. Pemakaian Kulcapi atau balobat sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda. Sedangkan Ketengketeng dan mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan keteng-keteng serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah Gendang telu sendalanen sering disebut Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi, dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya tersebut menjadi gendang balobat. Masing-masing alat musik dimainkan oleh seorang pemain Alat musik tradisional Karo non-ensambel Selain alat-alat musik yang termasuk dalam kedua ensambel yang telah diuraikan di atas, masih terdapat lagi beberapa alat musik tradisional Karo yang dimainkan secara sendiri (solo) tanpa disertai atau diiringi dengan alat musik yang lain (non-ensembel).

18 Alat musik solo tersebut adalah Kulcapi, balobat, surdam, embal-embal, empi-empi, murbab, genggong dan tambur. 2.6 Sistem Pengetahuan Penanggalan karo Masyarakat Karo mengenal penanggalan hari dan bulan serta pembagian waktu siang dan malam hari. Satu bulan dibagi dalam 30 hari dan satu tahun dibagi dalam 12 bulan dan masing-masing ada namanya. Adapun nama-nama hari dalam satu bulan adalah Aditia, Suma Pultak, Nggara, Budaha, Beraspati pultak, Cukera enem berugi, Belah naik, Aditia baik, Sumana siwah, Nggara sepuluh, Budaha ngadep, Beras pati tangkep, Cukera dudu, Belah Purnama, Tula, Suma cepik, Nggara enggo tula, Budaha Gok, Beras pati sepuluh Siwah, Cukera dua puluh, Belah turun, Aditia turun, Suma, Nggara simbelin, Budaha medem, Beras pati medem, Cukera mate, Mate bulan, Dalan bulan, Samis. Adapun jumlah bulan untuk satu tahun tetap dihitung dua belas bulan dengan penamaan yang dilambangkan dengan nama hewan atau benda-benda sebagai berikut: Sipaka sada (kambing), Sipaka dua (lampu), Sipaka telu (cacing), Sipaka empat ( kodok), Sipaka lima (arimo atau harimau), Sipaka enem (kuliki atau elang), Sipaka pitu (kayu), Sipaka waluh (tambak atau kolam), Sipaka siwah (kepiting), Sipaka sepuluh (baluat), Sipaka sepuluh sada (batu), Sipaka sepuluh dua (nurung atau ikan) Dari informasi yang didapat, masyarakat karo juga mempercayai adanya hari baik dan hari buruk. Namun informasi tentang penentuan hari baik dan hari buruk tersebut tidak dapat ditemukan penulis. Dalam hal penciptaan karya seperti penciptaan

19 lagu atau karya seni lainnya, masyarakat karo juga menghubungkannya dengan hari baik dan hari buruk tersebut. Masyarakat karo mempercayai aktifitas penciptaan karya tersebut sebaiknya dilakukan pada hari baik Aksara karo Pada umumnya tulisan atau aksara Karo jaman dulu digunakan untuk menuliskan ramuan-ramuan obat, mantra atau cerita. Tulisan ini diukir di kulit kayu atau bambu yang dibentuk sedemikian rupa agar dapat dilipat-lipat, dan biasanya huruf-huruf ini diukir dengan menggunakan ujung pisau dan setelah itu tulisan tersebut diwarnai (dihitamkan) dengan bahan baku tertentu. Umumnya tulisan itu dibuat pada kulit kayu, bambu dan tulang hewan. Selain itu fungsi dari tulisan karo ini adalah sebagai alat komunikasi dalam bentuk surat menyurat sesame masyrakat karo. Sejauh ini penulis tidak menemukan data tentang tulisan karo ini dalam hal penciptaan lagu. Sehingga dapa dipastikan bahwa aksara karo ini hanya berfungsi sebagai tulisan mantra dan alat komunikasi saja. Huruf (aksara) karo terdiri atas 21 huruf induk utama ditambah sisipan Ketelengan dan lain-lain. Berikut adalah bentuk dari huruf-huruf karo tersebut : Gambar 6. Aksara Karo

20 Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, yang di dalam kebudayaan tersebut terdapat adat istidat, seni tradisional dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,

Lebih terperinci

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo.

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo. 242 GLOSARIUM Aditia Aditia Naik Aditia Turun Aerophone : Hari pertama dalam sistem penanggalan Karo. : Hari kedelapan dalam sistem penanggalan Karo. : Hari ke-22 dalam sistem penanggalan Karo. : Alat

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Timbangan Perangin-angin : Medan Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) 2. Nama : Mail bangun : kabanjahe Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Utara Indonesia, yang memiliki berbagai ragam kebudayaan yang unik. Setiap etnis di sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat umum dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Negara yang banyak memiliki beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya hampir disemua bidang termasuk bidang kesenian terkhusus seni musiknya, dimana terjadi

Lebih terperinci

BAB II. Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan Tigapanah yang

BAB II. Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan Tigapanah yang BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO KECAMATAN TIGA PANAH KABUPATEN KARO, DAN BIOGRAFI RINGKAS BAJI SEMBIRING PELAWI SEBAGAI SENIMAN MUSIK TRADISIONAL KARO Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan

Lebih terperinci

DALIKEN SI TELU DAN SOLUSI MASALAH SOSIAL PADA MASYATAKAT KARO: KAJIAN SISTEM PENGENDALIAN SOSIAL

DALIKEN SI TELU DAN SOLUSI MASALAH SOSIAL PADA MASYATAKAT KARO: KAJIAN SISTEM PENGENDALIAN SOSIAL DALIKEN SI TELU DAN SOLUSI MASALAH SOSIAL PADA MASYATAKAT KARO: KAJIAN SISTEM PENGENDALIAN SOSIAL DRS. PERTAMPILAN S. BRAHMANA, M.SI kawarmedan@yahoo.com Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara kesatuan yang menganut paham demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu Pulau Jawa, Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan memiliki norma,

Lebih terperinci

KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO

KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO 86 " Kerja Tahunan, Pesta Tradisi Masyarakat Karo. Junita Setiana Ginting. KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO Junita Setiana Ginting Staf Pengajar FIB Universitas Sumatera Utara Abstrak: Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

Kabupaten Langkat yang dikenal sekarang ini mempunyai sejarah yang cukup panjang.

Kabupaten Langkat yang dikenal sekarang ini mempunyai sejarah yang cukup panjang. BAB II : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO JAHE DI DESA RAJA TENGAH KABUPATEN LANGKAT, DAN BIOGRAFI RINGKAS LAPE SITEPU SEBAGAI SENIMAN MUSIK TRADISIONAL GENDANG GALANG LANGKAT 2.1 Sejarah Kabupaten Langkat

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO 2.1 Pengenalan Terhadap Masyarakat Karo Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi dan bertingkah laku menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku yang kaya akan seni budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan, dengan ciri khas daerahnya

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami

BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO 2.1 Domisili Orang Karo Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami sebagian besar daerah Sumatra Timur, wilayah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang

BAB I PENDAHULUAN. Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang perludilestarikanadalahrengget. Menurut Kumalo Tarigan (dalam Kaban 2007:18), Rengget dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO 2.1 Gambaran Umum Wilayah Karo Suku Karo/Batak Karo banyak terdapat didaerah Kabupaten Karo (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten

Lebih terperinci

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Letak Desa Desa Lau Rakit merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Lau

Lebih terperinci

BAB III KEBUDAYAAN KARO DAN COKONG-COKONG DALAM MASYARAKAT KARO. diantara Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas

BAB III KEBUDAYAAN KARO DAN COKONG-COKONG DALAM MASYARAKAT KARO. diantara Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas BAB III KEBUDAYAAN KARO DAN COKONG-COKONG DALAM MASYARAKAT KARO I. KEBUDAYAAN KARO Wilayah Suku Karo Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang menjadi wilayah administratif Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. dengan spesifikasi objek penelitian surdam belin (tangko kuda) yang terdapat di Desa

BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. dengan spesifikasi objek penelitian surdam belin (tangko kuda) yang terdapat di Desa BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Di dalam Bab II ini penulis akan menerangkan gambaran lokasi penelitian dengan spesifikasi objek penelitian surdam belin (tangko kuda) yang terdapat di Desa Hulu, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik tanah yang muncul sering sekali terjadi karena adanya masalah dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

Lebih terperinci

Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo

Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo 1.1. Profil Karo adalah salah Suku Bangsa asli yang mendiami Pesisir Timur (Ooskust) Sumatera atau bekas wilayah Kresidenan Sumatera Timur, Dataran Tinggi Karo, Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama

BAB II GAMBARAN UMUM. dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Wilayah Kabupaten Karo Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. M usik tak sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan

Lebih terperinci

JUPIIS VOLUME 5 Nomor I Juni * Dosen Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, UNIMED

JUPIIS VOLUME 5 Nomor I Juni * Dosen Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, UNIMED PERUBAHAN KERJA ADAT PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT KARO (SUATU STUDI PADA MASYARAKAT KARO BALUREN, DESA PALDING JAYA SUMBUL KECAMATAN TIGALINGGA KABUPATEN DAIRI) Oleh: Mbina Pinem * Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak etnis yang ada di Kepulauan Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap Etnis yang ada di Indonesia mempunyai kebudayaan maupun kepercayaan, sehingga Indonesia merupakan Negara yang terkenal akan kebudayaan yang bermacam-macam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Karo merupakan suku bangsa tersendiri dalam tubuh bangsa Indonesia. Suku Karo mempunyai bahasa tersendiri yaitu bahasa Karo. Suku Karo yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai macam kekayaan tradisional yang memiliki jenis dan ciri khas dari tiap daerahnya masing-masing. Baik itu adat istiadat, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Mandailing. Di. dengan cara mempelajarinya. (Koentjaraningrat, 1990:180)

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Mandailing. Di. dengan cara mempelajarinya. (Koentjaraningrat, 1990:180) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak adalah suatu suku terbesar yang mendiami pulau Sumatera Utara. Suku Batak memiliki 6 sub suku-suku bangsa yaitu, Batak karo, Batak Simalungun, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK. Tugas Akhir S1 Seni Musik. Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM

EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK. Tugas Akhir S1 Seni Musik. Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK Tugas Akhir S1 Seni Musik Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM. 1011587013 Program Studi Seni Musik Jurusan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani

DAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun 2. Nama : Rustina Br Sembiring (Nd.Mena) Umur : 52 tahun 3. Nama : Sanggup Br Ginting (Nd.Atin) Umur : 65 tahun 4. Nama : Ngasali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn FERI JULLIANTO Disusun oleh : GREGORIAN ANJAR P NIM 14148107

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi sumatera utara dewasa ini mencatat adanya suku Batak dan Suku Melayu sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang membentuk

Lebih terperinci

BAB II KEBUDAYAAN MUSIK KARO. Secara garis besar suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, dan

BAB II KEBUDAYAAN MUSIK KARO. Secara garis besar suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, dan BAB II KEBUDAYAAN MUSIK KARO 2.1 Pendukung kebudayaan dan Kesenian Karo Secara umum, pendukung kebudayaan dan kesenian Karo adalah masyarakat suku karo. Secara garis besar suku Karo adalah suku asli yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terlebih dahulu harus diketahui apa itu sebenarnya Batak. Di zaman sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk merujuk kepada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pilihan-pilihan individu. Pilihan-pilihan ini secara normatif diatur atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pilihan-pilihan individu. Pilihan-pilihan ini secara normatif diatur atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parsons: Teori Tindakan Sosial Tindakan sosial menekankan pada orientasi subjektif yang mengendalikan pilihan-pilihan individu. Pilihan-pilihan ini secara normatif diatur atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku. Suku-suku di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri dan budaya tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. suku. Suku-suku di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri dan budaya tersendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indnesia adalah bangsa yang besar yang mempunyai beragam bahasa dan suku. Suku-suku di Indnesia pada umumnya mempunyai ciri dan budaya tersendiri termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Umpasa merupakan salah satu ragam sastra lisan yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Sebagai ragam sastra lisan, umpasa awalnya berkembang di masyarakat tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya. Keberagamaan budaya yang dimiliki Indonesia dikarenakan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya. Keberagamaan budaya yang dimiliki Indonesia dikarenakan Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Indonesia adalah negara yang besar dan memiliki keanekaragaman budaya. Keberagamaan budaya yang dimiliki Indonesia dikarenakan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pesta merupakan suatu acara sosial yang dimaksudkan sebagai perayaan, dengan perjamuan makan dan minum dengan suasana yang sangat meriah. Baik yang bertujuan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,

Lebih terperinci

BAB II. SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

BAB II. SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA BAB II SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA 2.1 Lokasi dan Letak Geografis Cinta Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Medan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E DAN 2014 KAJIAN ORGANOLOGIS SURDAM PUNTUNG BUATAN PAUZI

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E DAN 2014 KAJIAN ORGANOLOGIS SURDAM PUNTUNG BUATAN PAUZI KAJIAN ORGANOLOGIS SURDAM PUNTUNG BUATAN PAUZI GINTING DI DESA LINGGA KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO SKRIPSI SARJANA O L E H SEPTIANTA BANGUN NIM: 090707010 DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan suku lain. Ciri khas inilah yang akan membentuk identitas suatu suku bangsa. Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari banyak pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari banyak pulau, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari banyak pulau, sehingga dijuluki sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Pada tahun 2013 tercatat bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita negara Bineka tunggal ika, yang terdiri dari beberapa suku Bangsa dengan berbagai adat istiadat, bahasa dan kebudayaanya.namun kesemuanya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku yang berada di

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum masyarakat tersebut mengenal keberaksaraan. Setiap bentuk sastra lisan, baik cerita maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah, misalnya; kesenian, sopan santun, ilmu pengetahuan. Hampir setiap daerah yang ada di berbagai pelosok

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa suku Batak yaitu suku Batak Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA TIGA JUHAR. masa itu wilayah administrasi dan geografi Kabupaten Deli Serdang sangat luas.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA TIGA JUHAR. masa itu wilayah administrasi dan geografi Kabupaten Deli Serdang sangat luas. 45 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA TIGA JUHAR 2.1 Masyarakat Karo di Desa Tiga Juhar Sebelum kemerdekaan republik Indonesia, wilayah Kabupaten Deli Serdang memiliki dua pemerintahan yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Beragam kebudayaan Indonesia di berbagai daerah seperti bahasa dan budaya yang berbeda dan keunikan yang dipengaruhi lingkungan sosial maupun ekoniminya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang merupakan ibukota Kecamatan Barusjahe yang menaungi 19 desa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam. Kekayaan akan budaya ini tumbuh karena banyaknya suku atau etnis yang ada di bumi Nusantara.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Saat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Saat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 69 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sanggar Seni Mejuah-Juah Medan terbentuk berawal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci