BAB I PENDAHULUAN. solidaritas yang sangat tebal terhadap masyarakatnya. Disamping itu, setiap individu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. solidaritas yang sangat tebal terhadap masyarakatnya. Disamping itu, setiap individu"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ` Sejarah merupakan rentetan peristiwa yang mempunyai kaitan dengan kejadiankejadian dalam bentuk periode tertentu, karena manusialah yang bersejarah dan manusia pulalah yang mengkajinya 1. Pada hakikatnya, untuk mencapai taraf kesempurnaannya manusia hidup dari dan dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, manusia mempunyai rasa solidaritas yang sangat tebal terhadap masyarakatnya. Disamping itu, setiap individu yang menjadi suatu anggota masyarakatnya harus tunduk kepada ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan hak dan kewajibannya. 2 Dalam hal ini dapat diamati bagaimana seorang memberikan pandangannya atas perkembangan umat manusia dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam mengamati proses perkembangan itu, tentunya salah satu yang turut memegang peranan cukup penting adalah dunia pengetahuan yang dalam zaman ke zaman selalu mengalami perkembangan. Dunia pengetahuan adalah salah satu dari aspek yang turut mempengaruhi umat manusia dari generasi ke generasi. Wadah dari pengetahuan yang digunakan oleh umat manusia juga mempengerahui perkembangan desa-desa yang ada. Perkembangan desa-desa ini menjadi rantai sejarah bagi masa lalu, akar bagi hidup dimasa sekarang dan membimbing untuk melangkah ke masa depan. Dalam pembahasan mengenai masalah pedesaan masa lampau, terdapat beberapa asumsi yang kini masih dipersoalkan, dan ada pula yang tidak 1 Wiratmo Sukito, Renungan Tentang Sejarah, Jakarta: 1955, hlm Karto Hadikoesoemo Sutardjo, Desa, Jogjakarta, Sumur Bandung, 1965, hlm 3. 11

2 valid. Asumsi pertama ialah yang menerima bahwa setiap karakteristik yang dijumpai pada sesuatu desa adalah hal umum pada desa-desa di semua waktu dan tempat. Asumsi kedua ialah bahwa apa yang benar mengenai pedesaan dalam suatu kebudayaan adalah benar untuk pedesaan dalam kebudayaan lain. Bukanlah pembawaan seorang manusia untuk hidup menyendiri perseorangan atau bertempat tinggal hanya dengan istri dan anak ataupun hidup mengembara saja. Kehidupan kelompok masyarakat yang di zaman berburu masih nomaden, secara perlahan mengalami perubahan dan mulai menetap serta bertempat tinggal dalam jangka yang sangat lama. Mereka kemudian berkumpul, kemudian membangun daerah yang mereka tempati menciptakan kebiasaan hingga melahirkan budaya. Akan tetapi, awalnya kelompok tersebut akan membangun sebuah kelompok bertani alasannya adalah agar dapat menyeimbangkan persediaan makanan demi kelangsungan hidupnya. Alasan-alasan untuk membangun masyarakat ada tiga tahapan yang harus dibenahi terlebih dahulu yaitu: yang pertama adalah untuk bertahan hidup, yaitu mencari makanan, membuat pakaian, dan perumahan, yang kedua adalah, untuk mempertahankan hidupnya terhadap ancaman dari luar dan ketiga adalah, untuk mencapai kemajuan dalam hidupnya. Bersama-sama mereka membuka hutan belukar dan masing-masing atau bersama-sama mengolah tanah yang telah kosong untuk ditanami tumbuh-tumbuhan yang dapat menghasilkan bahan-bahan makanan. Semakin baik keadaan tanah pertanian yang dibuka itu semakin banyak orang yang menggabungkan diri untuk turut bertempat tinggal serta menetap ditempat tersebut. Dan semakin ringanlah orang dapat menjalankan kerjakerjanya untuk mempertahankan diri terhadap bahaya alam yang menimpa atau serangan binatang buas dari hutan belukar. Demikianlah dapat dimengerti, bahwa didaerah-daerah 12

3 yang subur tanahnya kemudian terdapat masyarakat-masyrakat yang besar dan tergabung dalam ikatan desa yang kuat dan banyak penduduknya. Perkataan Desa, berasal dari bahasa sansekerta yang artinya tanah-air, tanah asal, ataupun tanah kelahiran. Perkataan desa umumnya di pakai di daerah Jawa, Madura, dan Bali. Sedangkan Dusun dipakai di daerah Sumatera Selatan; di Maluku orang mengenal dengan istilah dusundati. Daerah Batak, dusun dipakai buat nama pedukuhan. Di Aceh orang memakai nama gampong dan meunasah buat daerah-hukum yang paling bawah. Di Batak daerah Hukum setingkat dengan Desa diberi dengan nama Kuta atau Huta. Pedukuhannya dinamakan dusun sosor dan pagaran. 3 Menurut undang-undang no 5 tahun 1979 tentang pemerintah daerah desa adalah: suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan kesatuan negara Republik Indonesia. Kata Karo berasal dari Haro atau Haru yang merupakan bahasa Karo tua yang sampai sekarang masih hidup dalam bahasa Karo dan bahasa Pakpak, yang artinya khawatir atau merasa sangsi dan ketakutan. Orang Karo termasuk Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) yang mendiami dataran rendah pantai timur Sumatera Utara merasa khawatir dan ketakutan terhadap imigran-imigran Deutro Melayu (Melayu Muda) sebagian diantaranya melarikan diri ke pedalaman yaitu daerah Bukit Barisan sekarang dan daerah orang karo berada di dataran tanah tinggi karo. Bangsa Melayu Tua itu merasa Haru atau aru, takut dan khawatir akan terjadinya peperangan dan pembunuhan, sehingga mereka melarikan diri kepedalaman dan menyendiri di daerah 3 Karto Hadikoesoemo Sutarjo, op.cit, hlm 35 13

4 pegunungan dan mulai menetap serta membangun kelompoknya. Dalam perkembangan berikutnya jumlah masyarakat semakin bertambah dalam membentuk anggota-anggota masyarakat, lambat laun maka individu-individu harus diatur kehidupan sosial budayanya berdasarkan kaidah adat. Dengan demikian terciptalah adat istiadat yang mengatur dan berlaku serta rasa solidaritas yang didukung kerja sama yang kuat dalam kelompok tersebut. 4 Dataran tinggi karo mencakup seluruh wilayah kabupaten karo yang pusat administratifnya berada di daerah Kabanjahe. Wilayah dataran Tinggi tanah karo ini menjorok kesaelatan hingga masuk kedaerah Kabupaten Dairi (khususnya daerah Kecamatan Tanah Pinem dan Tiga Lingga), serta kearah timur masuk kebagian wilayah Kecamatan Si Lima Kuta yang terletak di daerah Kabupaten Simalungun. Masyarkat karo menyebut wilayah pemukiman ini dengan nama Karo Gunung. Dataran rendah Tanah Karo yang mencakup wilayah-wilayah Kecamatan dari wilayah Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang yang terletak pada bagian ujung selatan secara geografis (namun tertinggi secara topografi). Wilayah ini dimulsi dari plato Tanah Karo yang membentang kebawah hingga mencapai sekitar kampung-kampung Bahorok, Namo Ukur, Pancur Batu, dan Namo Rambe yang ada di sebelah utara, serta Bangun Purba, Tiga Juhar dan Gunung Meriah disebelah timur. Masyarakat Karo menyebut daerah ini dengan Karo Jahe (Karo Hilir). Masyarakat Karo sendiri bermukim di Wilayah sebelah barat Danau Toba yang memiliki luas wilayah sekitar kilo meter persegi yang secara astronomis terletak sekitar antara 3' 3'30º lintang utara serta 98'30º bujur timur. 4 Brahmo Putro, Karo dari Jaman ke Jaman, Jilid I, Medan, Yayasan Masa, 1981, hlm

5 Banyak sekali kebudayaan suku batak karo yang sangat unik. Diantaranya tradisi Merdang Merdem atau Kerja Tahun adalah sebuah perayaan suku Karo di Kabupaten Karo. Konon merdang merdem tersebut merupakan kegiatan rutin setiap tahun yang biasanya dilaksanakan setelah acara menanam padi di sawah selesai. Perayaan tersebut merupakan bagian dari ucapan syukur kepada sang Pencipta karena kegiatan menanam padi telah selesai. Teriring doa agar tanaman padi tersebut diberkati sehingga bebas dari hama dan menghasilkan panen yang berlimpah. Momen yang melibatkan seluruh warga kampung tersebut biasanya juga dimanfaatkan muda-mudi sebagai ajang mencari jodoh. Setiap acara merdang merdem biasanya dimeriahkan dengan gendang guro-guro aron yaitu acara kesenian karo seperti tari dan musik karo yang melibatkan pasangan muda-mudi. Setiap kecamatan di Tanah Karo merayakan merdang merdem pada bulan yang berbeda. Kecamatan Munte merayakan merdang merdem pada hari ke-26 beraspati medem kalender Karo yang biasanya jatuh di bulan juli. Konon, pesta sekampung tersebut sebegitu meriahnya sehingga lama perayaannya sampai Tujuh hari dimana setiap hari mempunyai makna yang berbeda. Desa juhar terletak di daerah kabupaten Karo yang terbentuk secara tradisonal oleh manusia yang menetap di daerah tersebut. Desa Juhar termasuk daerah yang bentuk dan keadaan alamnya sebagian berbukitbukit dengan dataran rendah yang tidak begitu lurus, di beberapa tempat terdapat jurang yang cukup sempit memiliki ketinggian sekitar m dari permukaan laut beriklim tropis dengan suhu udara maksimum 30º derajat Celcius serta suhu minimum 18º derajat Celcius sehingga keadaan udara cukup dingin. Dengan letaknya yang berada di daerah pegunungan, maka daerah ini memiliki curah hujan yang cukup banyak dengan luas 15

6 seluruh wilayahnya Km persegi. Seperti daerah lainnya desa Juhar mempunyai sejarah tersendiri. Adapun yang pertama mendiami daerah ini adalah orang Karo yaitu dari klen merga Tarigan. Akan tetapi asal kata Juhar yang di gunakan orang untuk menyebut daerah tersebut berasal dari nama pohon yang tumbuh di tengah-tengah desa. 5 Pohon juhar tersebut sangat rindang sehingga menjadi tempat persinggahan bagi orang-orang yang melintas maupun yang telah menetap di wilayah tersebut. secara tidak langsung dalam interaksi masyarakatnya yang masih sedikit, tetapi kekerabatan yang dimiliki cukup kental dan saling mengenal satu sama lain. Setiap orang yang hendak bepergian maupun menuju dari wilayah tersebut, mereka selalu menyebutkan kata juhar sebagai pengenal wilayah tersebut. karena sering disebutkan, sehingga daerah itu dinamakan menjadi Desa juhar oleh penduduk setempat hingga saat ini. Dalam perkembangannya daerah tersebut mulai ramai dan menjadi sebuah desa yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri. Sistem pemerintahan yang dimaksud adalah suatu kesatuan keluarga-keluarga yang berasal dari satu klan disebut kesain. Pemerintahan di kenal dengan sistem urung atau raja kuta. Adapun raja kuta yang pertama adalah Narum Tarigan yang merupakan klen merga pendiri desa juhar. Klan merga Tarigan yang mendirikan desa Juhar berasal dari desa Lingga, dimana awal dari kedatangan mereka kedaerah Juhar adalah untuk mencari lahan Pertanian. Kemudian mereka merambah Hutan lebat karena lahannya dianggap subur, kemudian klompok tersebut mulai menetap di daerah Juhar. Suatu kelompok kekerabatan yang besar dalam masyarakat karo adalah merga. Pada orang karo, merga merupakan nama kolektif tanpa menghiraukan adanya satu nenek moyang. 5 Hasil Wawancara dengan Terabe Beru Sebayang tgl 15 Januari 2011 pukul Wib 16

7 Selain kefasihan dalam berbahasa Karo, ciri identitas terpenting seorang Karo dapat diketahui dari nama marga yang bersangkutan. Orang-orang Karo memiliki lima macam klan patrilineal atau marga, yaitu Karo-karo, Ginting, Tarigan, Sembiring, dan Peranginangin. Tiap-tiap marga ini terpecah lagi menjadi 13 hingga 18 submarga, sehingga secara keseluruhan dapat dijumpai sbanyak 83 submarga. 1. Karo- karo terbagi atas beberapa sub marga yaitu: Karo- karo purba Ketaren Sinukaban Karo- karo sinuraya/sinuhaji Karo- karo sekali Karo- karo Bukit Karo- karo Sinulingga Kaban Kacaribu Surbakti Karo- karo sitepu Karo- karo Barus 17

8 Karo- karo Manik 2. Ginting terbagi atas beberapa sub marga yaitu: Ginting Pase Ginting Manik Ginting Munthe Ginting Sinusinga Ginting Sinisuka Ginting Babo Ginting Sugihen Ginting Guru Patih Ginting Suka Ginting Beras Ginting Bukit Ginting Garamata Ginting Ajar Tambun Ginting Jadi Bata Ginting Tumangger 18

9 Ginting Jawak Ginting Capah 3. Tarigan terbagi atas beberapa sub marga yaitu: Tarigan Sibero Tarigan Tua Tarigan Silangit Tarigan Tambak Tarigan Tegur Tarigan Gersang Tarigan Gerneng Tarigan Gana- gana Tarigan Jampang Tarigan Tambun Tarigan Bondong Tarigan Pekan Tarigan Purba 19

10 4. Sembiring terbagi atas beberapa sub marga yaitu: Sembiring Kembaren Sembiring Keloko Sembiring Sinulaki Sembiring Sinupayung Sembiring Singombak Sembiring Brahmana Sembiring Guru kinayan Sembiring Colia Sembiring Muham Sembiring Pandia Sembiring Keling Sembiring Depari Sembiring Bunuaji Sembiring Milala Sembiring Pelawi Sembiring Sinukapor 20

11 Sembiring Tekang 5. Peranginangin terbagi atas beberapa sub marga yaitu: Peranginangin Sukatendel Peranginangin Kuto Buloh Peranginangin Jombor Beringen Peranginangin Jenabun Peranginangin Kacinambun Peranginangin Bangun Peranginangin Keliat Peranginangin Beliter Peranginangin Mano Peranginangin Pinem Peranginangin Laksa Peranginangin Pengarun Sebayang Peranginangin Uwir Peranginangin Sinurat 21

12 Peranginangin Pincawan Peranginangin Singarimbun Peranginangin Limbeng Peranginangin Prasi Seluruh marga dan submarga ini merupakan nama-nama khas yang ada pada masyarakat Karo, namun sering juga tampak memiliki keterkaitan dengan nama-nama marga dari kelompok masyarakat suku-suku Batak lain, khususnya masyarakat Batak Simalungun dan Batak Pakpak. Identitas dan subetnis orang Batak ini pada umumnya dapat langsung diketahui dari nama marganya, misal marga Tarigan dan Sembiring adalah marga khas Batak Karo, nama Saragih dan Damanik adalah marga khas Batak Simalungun, nama Bancin dan Berutu adalah marga khas Batak Pakpak, dan sebagainya. Berbeda dengan orang Batak Toba bahwa nama ataupun marga yang berarti menunjukkan nama dan nenek moyang asalnya. Jika misalnya seorang Karo bernama Perangin-angin, maka hal itu tidak berarti bahwa dulu nenek moyangnya bernama Bangun, anak dari si Peranngin-angin. Sebaliknya jika seorang Toba bernama Siregar Silo maka hal itu berarti bahwa yang bersangkutan adalah keturunan dari seorang nenek moyang yang bernama Silo dan bahwa Silo adalah anaknya Siregar. 6 Sejak tahun 1902 desa Juhar memiliki komposisi masyarakat yang terdiri dari berbagai klen merga yang kemudian membuat desa Juhar dibagi dalam 3 daerah Genealogis 7 yaitu: Desa juhar Tarigan (1902), Desa Juhar Perangin-angin dan Desa Juhar 6 Tridah Bangun, Manusia Batak Karo, Jakarta, Inti Idayu Press, 1986, hlm Genealogis adalah masyarakat hukum yang terjadi dari orang- orang yang berasal dari turunan satu suku. 22

13 Ginting yang memiliki hukum adat serta perangkat desa masing-masing. Akan tetapi keharmonisan ditingkatan masyarakatnya dapat dipelihara dalam bentuk-bentuk gotong royong yang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat pedesaan pada umumnya. Proklamasi kemerdekaan Republik indonesia telah membawa perubahan bagi seluruh rakyat indonesia. Bangsa indonesia bebas dan berhak menentukan nasib sendiri tanpa adanya campur tangan dari bangsa lain, hal ini diatur sesuai dengan Bab I pasal I, Bab VI pasal 18 Undang- undang dasar Republik Indonesia serta Pancasila yang bertujuan untuk membangun dan meningkatkan kesejahteraan Bangsa Indonesia yang cukup lama menderita akibat penjajahan dari bangasa lain. Dengan kondisi pemerintahan yang masih berpusat di Pulau Jawa akan tetapi pemerintah Indonesia kemudian membentuk pemerintahan di seluruh daerah Indonesia yang diwujudkan dalam daerah pemerintahan Tingkat I (satu) yaitu Provinsi, Daerah Tingkat II (dua) yaitu Kabupaten dan Daerah Tingkat III (tiga) yaitu kecamatan. Pada Tahun 1945 pemerintahan daerah Tiga kecamatan juhar terbentuk dan masuk kedalam wilayah kewedanan Karo Selatan. Matang Sitepu merupakan wedana Karo Selatan yang membawahi lima kecamatan yaitu: kecamatan Juhar dengan camatnya Tandil Tarigan, Kecamatan Tiga binanga dengan camatnya Pulung Tarigan, Kecamatan Munthe dengan camatnya Pangkat Sembiring meliala, kecamatan Kuta Buluh dengan camatnya Masa Sinulingga, dan Kecamatan Mardingding dengan camatnya Tuahta Barus. Desa Juhar di tetapkan sebagai Ibukota Kecamatan Sejak berdirinya kecamatan Tersebut, hal ini tidak terlepas dari perkembangan desa Juhar dan letak alamnya yang strategis berada di tengah-tengah banyak desa disekelilingnya. Sebagai Ibukota kecamatan desa juhar memiliki peranan yang cukup berpengaruh terhadap daerah 23

14 lainnya, selain sebagai pusat administrasi tingkat kecamatan desa Juhar juga berperan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat desa lainnya, bidang ekonomi tersebut adalah peran sentral sebagai tempat pelemparan hasil-hasil pertanian dari desadesa sekelilingnya. Pada tahun 1945 perkembangan desa Juhar masih dalam bentuk administratif wilayah begitu juga dengan peranannya, dan mengalami kehancuran pada Tahun 1949 akibat dari agresi militer Belanda, meski tidak sempat di duduki oleh tentara Belanda akan Tetapi bangunan penting yang ada di desa Juhar sempat dibumi hanguskan oleh tentara indonesia sendiri, hal ini bertujuan untuk menjaga data-data penting agar tidak dikuasai oleh Belanda. Pada tahun 1960-an adalah masa mulainya desa Juhar mengalami perkembangan, baik dari segi Pemerintahan, infrasturktur, ekonomi dan Sosial, baik dari segi pertumbuhan penduduk yang secara langsung mendorong pertumbuhan desa-desa yang ada di daerah sekitarnya. Secara keseluruhan hingga Tahun 1970 Kecemaatan Juhar terdiri dari 21 desa dengan jumlah penduduk jiwa. Penelitian ini berjudul Desa Juhar: Perkembangan dan Peranannya Sebagai Ibukota Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo ( ). Adapun periodisasi yang dilakukan dalam penelitian ini untuk membatasi penulisan agar tidak terlalu luas. Penelitian diawali pada tahun 1945 sebagai awal terbentuknya kecamatan Juhar dan pada tahun 1970 menjadi akhir periode penelitian karena merupakan salah satu titik puncak perkembangan desa Juhar sebagai ibukota Kecamatan Juhar dan telah memberikan banyak pengaruh terhadap desa-desa yang ada di sekelilingnya. 24

15 1.2. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang diatas maka dibuatlah suatu perumusan mengenai masalah yang hendak diteliti sebagai landasan utama dalam penelitian. Penelitian ini dibuat untuk membahasa Perkembangan Desa Juhar dan peranannya sebagai Ibukota Kecamatan Juhar tahun Untuk mempermudah tulisan dalam upaya menghasilkan penelitian yang objektif, maka pembahasannya dirumuskan terhadap masalah-masalah sebagai berikut: Bagaimana Latar belakang berdirinya desa Juhar? Bagaimana Perkembangan Desa Juhar? Apa peranan Desa Juhar bagi kecematan Juhar? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Masa lampau manusia memang tidak dapat ditampilkan kembali dan direkonstruksi seutuhnya. Namun rekonstruksi kehidupan manusia perlu dipelajari sebagai aktivitas kehidupan manusia masa kini dan akan datang karena sejarah memberikan dan menjadi pelajaran bagi manusia untuk tidak melakukan kesalahan yang sama pada masa lampau di masa kini dan akan datang. Adapun tujuan dari penelitian/penulisan skripsi ini adalah: Mengetahui latar belakang berdirinya desa Juhar Menjelaskan perkembangan Desa Juhar Menjelaskan peranan Desa Juhar sebagai ibukota kota kecamatan Juhar 25

16 berikut: Di samping tujuan di atas, juga diharapkan akan menghasilkan manfaat sebagai Menambah wawasan pembaca mengenai berdirinya Desa Juhar bagaimana peranan serta perkembangannya bagi Kecamatan Juhar. Menambah literatur dalam penulisan sejarah guna membuka ruang penulisan sejarah yang berikutnya. Memberikan motivasi bagi pembaca sebagai bahan bacaan untuk penelitian lanjutan bagi yang ingin meneliti permasalahan yang sama atau yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini Tinjauan pustaka Adapun buku yang digunakan sebagai rujukan dalam penelitian ini antara lain: Dalam bukunya Tridah Bangun yang berjudul Manusia Batak Karo menjelaskan tentang bagaimana kehidupan orang karo, sistem kekerabatan orang karo dan tentang kebiasaan orang karo tersebut. buku ini membantu penulis untuk menyelediki kehidupan orang karo yang ada di daerah pedalaman. Dalam bukunya Brahma Putro yang berjudul karo dari jaman ke jaman menjelaskan tentang bagaimana bentuk-bentuk dan cara orang Karo membangun sebuah tempat tinggal cara-cara bertahan hidup orang Karo serta bagaimana orang Karo membangun sebuah daerah. Buku ini membantu penulis mengupas bagaimana orang karo bisa memajukan sebuah daerah yang dibangunnya. Dalam bukunya Soetardjo Kartohadikoesomo yang berjudul Desa menjelaskan bagaimana awal berdirinya sebuah desa, sifat-sifat desa, bentuk-bentuk desa, serta 26

17 pengertian desa secara nasional. Buku ini sangat membantu penulis untuk mengetahui pengertian desa konsep-konsep pembangunan desa secara nasional serta gambaran seluruh desa yang ada di indonesia mulai dari kemerdekaan Republik Indonesia Metode Penelitan Penelitian sejarah mempunyai metode tersendiri dengan menggunakan pengamatan. Penggunaan metode sejarah harus hati-hati 8. Untuk memperoleh data yang lebih ilmiah dilakukan suatu penyusunan metode. Tujuannya agar penelitian yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta dapat memahami secara ilmiah objek penelitian yang dimaksud. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian histories sebagai rujukan untuk merekonstruksi masa lampau pada objek yang akan diteliti, dipakai metode sejarah dengan menggunakan sumber sejarah sebagai bahan penelitian. Tahapan pertama yang akan dilakukan adalah melalui heuristik yakni metode yang dilakukan dengan mengumpulkan data, fakta-fakta dan sumber yang sesuai dengan objek penelitian, dalam hal ini ada dua langkah yang dapat dilakukan yaitu: Penelitian Kepustakaan atau Library Research yaitu penelitian mencari data dalam perpustakaan yakni memperoleh buku-buku dan keterangan melalui bahan-bahan penulisan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian Lapangan atau Field Research yaitu penelitian mencari data dalam bentuk wawancara atau observasi secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan keterangan tentang peristiwa yang terjadi. 27

18 Penelitian kepustakaan yang akan dilakukan dengan mengumpulkan sumbersumber tertulis baik primer maupun sumber sekunder berupa buku, majalah, artikel, skripsi, dilakukan dengan menggunakan metode wawancara yang berstruktur/ tertutup dan terbuka terhadap informan-informan yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini. Tahapan kedua yang di lakukan adalah kritik sumber. Dalam tahapan ini kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari kesahihan sumber tersebut baik dari segi substansial (isi) yakni dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis misalnya, buku-buku atau dokumen yang berkaitan dengan perpustakaan daerah, kritik ini disebut kritik intern. Dan mengkritik dari segi materialnya untuk mengetahui keaslian atau palsukah sumber tersebut agar diperoleh keautentikannya, kritik ini disebut kritik ekstern. Tahapan yang ketiga adalah Interpretasi. Dalam tahapan ini data yang di peroleh dianalisa sehingga melahirkan suatu pemahaman baru yang sifatnya objektif dan ilmiah. Objek kajian yang cukup jauh kebelakang serta minimnya data dan fakta yang membuat interpretasi menjdai sangat fital. keakuratan serta analisa yang tajam perlu di lakukan untuk mendapatlan fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain tahap ini dilakukan sebagai penyimpulan kesaksian atau data yang dapat dipercaya dari data-data yang ada. Tahapan yang keempat adalah Historiografi, yakni penyusunan kesaksian yang dapat terpercaya tersebut menjadi suatu kisah atau kajian yang menarik dan berrmanfaat.dalam hal ini di usahakan memperhatikan aspek-aspek kronologisnya. Metode yang di pakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis. Yaitu dengan mengenalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang 28

19 kritis dan ilmiah mengenai Desa Juhar: Perkembangan serta Peranannya Sebagai Ibukota Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo ( ). 29

BAB III KEBUDAYAAN KARO DAN COKONG-COKONG DALAM MASYARAKAT KARO. diantara Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas

BAB III KEBUDAYAAN KARO DAN COKONG-COKONG DALAM MASYARAKAT KARO. diantara Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas BAB III KEBUDAYAAN KARO DAN COKONG-COKONG DALAM MASYARAKAT KARO I. KEBUDAYAAN KARO Wilayah Suku Karo Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang menjadi wilayah administratif Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA. Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang

BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA. Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA 2.1 Letak Geografis Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang menjadi wilayah administratif Kabupaten Karo. Secara geografis letak Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buahbuahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk dapat hidup manusia memiliki banyak kebutuhan untuk dapat menopang kelangsungan kehidupannya. Kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi kebutuhan primer (pangan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun

BAB I PENDAHULUAN. Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa Jawa, bertempat tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur

Lebih terperinci

KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO

KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO 86 " Kerja Tahunan, Pesta Tradisi Masyarakat Karo. Junita Setiana Ginting. KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO Junita Setiana Ginting Staf Pengajar FIB Universitas Sumatera Utara Abstrak: Karya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pesta merupakan suatu acara sosial yang dimaksudkan sebagai perayaan, dengan perjamuan makan dan minum dengan suasana yang sangat meriah. Baik yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran Tinggi di Bukit Barisan, Sumatera Utara yang di kelilingi oleh pegunungan. Kabupaten Karo beribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang merupakan ibukota Kecamatan Barusjahe yang menaungi 19 desa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. 1 Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu komunitas atau kelompok, dapat disebutkan sejarah sosial. Adapun manifestasi kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I. diperhitungkan berdasarkan garis keturunan laki-laki, artinya laki-lakilah yang. menjadi patokan dalam penghitungan garis keturunan.

BAB I. diperhitungkan berdasarkan garis keturunan laki-laki, artinya laki-lakilah yang. menjadi patokan dalam penghitungan garis keturunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ditinjau dari aspek-aspek kesamaan atau kemiripan dari berbagai kebudayaan yang dimiliki etnis Pakpak merupakan sub etnis Batak, seperti adanya kesamaan struktur sosial,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH. Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH. Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota BAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH 2.1 Letak Geografis Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota Kabupaten ke desa ini lebih kurang sekitar 26 km, sedangkan dari kota Berastagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan bahasa Pakpak yang digunakan oleh masyarakat suku Pakpak. Masyarakat suku Pakpak merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari ujung Utara sampai Selatan dan Timur sampai ke Barat baik kebudayaan asli dari bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI 2.1. Letak Geografis Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat jejak keberadaannya, salah satunya adalah Rumah Tradisional Kalak Karo atau disebut dengan Siwaluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa

BAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan sejarah tidak akan pernah sampai pada puncak kebenaran, sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa lalu, dan supaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di sepanjang pulau sumatera dengan posisi yang jauh lebih dekat ke pantai Barat. disebelah utara

Lebih terperinci

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 Alur dalam bab ini dimulai dengan deskripsi sejarah, dan terbentuknya Desa Hutajulu, kemudian menjelaskan desa dan seluruh isi desa tersebut hingga tahun 1960 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum keluarga yang memegang peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka sama. - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Martelu. - Sebelah Selatan berbatasan dengan DATI II Karo

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka sama. - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Martelu. - Sebelah Selatan berbatasan dengan DATI II Karo BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIKEBEN 1965-1998 2.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Desa Sikeben Desa Sikeben merupakan satu desa kecil yang ada di wilayah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. besar terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit yang terletak antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Kabupaten Dairi mempunyai luas 191.625 hektar yaitu sekitar 2,68% dari luas propinsi Sumatera Utara (7.160.000 H). Dimana Kabupaten Dairi terletak disebelah barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deli Tua adalah sebuah kota kecil yang terletak di kecamatan Deli Tua kabupaten Deli Serdang, kota ini adalah kota yang bisa dipastikan sebagai sendisendi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. km dari Ibu Kota takengon Provensi Aceh yaitu Kota Banda Aceh dengan ketinggian ±

BAB 1 PENDAHULUAN. km dari Ibu Kota takengon Provensi Aceh yaitu Kota Banda Aceh dengan ketinggian ± BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Takengon terletak di sebelah barat Danau Laut Tawar, yang jaraknya ± 330 km dari Ibu Kota takengon Provensi Aceh yaitu Kota Banda Aceh dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA. serta menetap di Tanah Karo. Menurut orang tua dahulu, Togan Raya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA. serta menetap di Tanah Karo. Menurut orang tua dahulu, Togan Raya merupakan BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA 2.1. Sejarah Desa Raya Nama Desa Raya pada mulanya berawal dari sebuah marga karo yang bernama Togan Raya. Togan Raya merupakan manusia pertama suku karo

Lebih terperinci

BAB II. Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan Tigapanah yang

BAB II. Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan Tigapanah yang BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO KECAMATAN TIGA PANAH KABUPATEN KARO, DAN BIOGRAFI RINGKAS BAJI SEMBIRING PELAWI SEBAGAI SENIMAN MUSIK TRADISIONAL KARO Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel data responden kemiri Kecamatan Kuta Buluh

Lampiran 1. Tabel data responden kemiri Kecamatan Kuta Buluh Lampiran 1. Tabel data responden kemiri Kecamatan Kuta Buluh No Nama Responden Umur (Tahun) Pendidikan Jumlah Anggota keluarga Pekerjaan Pendapatan per Bulan (Rp) Desa Kuta Maleh 1 Purnama P 40 SMP 5 Tani

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami

BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO 2.1 Domisili Orang Karo Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami sebagian besar daerah Sumatra Timur, wilayah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Berastagi merupakan kota yang terletak di Kabupaten Karo. Kabupaten Karo terkenal dengan nama Tanah Karo Simalem yang berarti tanah yang tidak sakit (tanah yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya dinamai suku Karo sekarang ini (P. Sinuraya,2000: 1). Setelah hancurnya Kerajaan Haru Wampu, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dijelaskan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn FERI JULLIANTO Disusun oleh : GREGORIAN ANJAR P NIM 14148107

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama

BAB II GAMBARAN UMUM. dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Wilayah Kabupaten Karo Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya hampir disemua bidang termasuk bidang kesenian terkhusus seni musiknya, dimana terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN HUKUM WARIS ADAT BATAK KARO PADA MASYARAKAT BATAK KARO (STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG)

PELAKSANAAN HUKUM WARIS ADAT BATAK KARO PADA MASYARAKAT BATAK KARO (STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG) PELAKSANAAN HUKUM WARIS ADAT BATAK KARO PADA MASYARAKAT BATAK KARO (STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Stara I pada Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan memiliki norma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Karo merupakan salah satu suku bagian dari Batak selain Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada umumya menempati wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa suku Batak yaitu suku Batak Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Mandailing. Di. dengan cara mempelajarinya. (Koentjaraningrat, 1990:180)

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Mandailing. Di. dengan cara mempelajarinya. (Koentjaraningrat, 1990:180) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak adalah suatu suku terbesar yang mendiami pulau Sumatera Utara. Suku Batak memiliki 6 sub suku-suku bangsa yaitu, Batak karo, Batak Simalungun, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Langkat sekarang adalah Stabat. Jarak rata-rata dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencatatan sejarah adalah sangat penting,karena tanpa pencatatan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencatatan sejarah adalah sangat penting,karena tanpa pencatatan sejarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencatatan sejarah adalah sangat penting,karena tanpa pencatatan sejarah itu makin lama makin kabur, dan akhirnya keasliannya akan hilang sama sekali dan tinggal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria.

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat literatur tentang perkebunan di Sumatera Utara yang umumnya hanya terdapat di daerah eks Sumatera Timur 1, seperti yang ditulis oleh Karl J. Pelzer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN 2.1. Letak dan Lokasi Desa Bangun merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Jarak Desa Bangun ke Ibukota kecamatan sekitar 7 km,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6º LU 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6º LU 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6º LU 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, antara benua Asia dan benua Australia, dan pada pertemuan dua rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembangunan di suatu daerah tidak dapat dipisahkan dari peran media massa di daerah itu sendiri, karena media massa menyebarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku yang kaya akan seni budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan, dengan ciri khas daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan kebutuhan hidup. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan kebutuhan hidup. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya sebagai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan ekonomi merupakan salah satu perwujudan adaptasi manusia terhadap lingkungan. Faktor yang mendorong manusia untuk melalukan kegiatan ekonomi pada awalnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci