BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. lalu lintas menjadi pembunuh terbesar ketiga, setelah penyakit jantung koroner

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 menyatakan kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh terbesar ketiga, setelah penyakit jantung koroner dan tuberculosis/tbc (Badan Inteligensi Negara, 2013). Pada tahun 2013, hampir setiap hari terjadi kecelakaan lalu lintas di Yogyakarta (Kompas, 2014). Data Unit Kecelakaan Lalu Lintas SatLantas Yogyakarta Polresta Yogyakarta tahun 2013 tercatat ada 528 kasus kecelakaan. Pada tahun 2014 mengalami penurunan sebanyak 496 kasus dengan jumlah korban tewas sebanyak 41. Dari data tersebut kecelakaan lalu lintas tahun 2014 didominasi oleh usia-usia yang masuk dalam kategori usia produktif yaitu tahun dengan jumlah korban sebanyak 168, usia tahun sebanyak 95 korban, usia tahun sebanyak 63 korban dan sisanya adalah di bawah usia 15 tahun. Sementara jumlah kecelakaan lalu lintas mengalami peningkatan pada tahun SatLantas Yogyakarta Polresta Yogyakarta mencatat terdapat 630 kasus kecelakaan dengan jumlah korban yang tewas sebanyak 46 jiwa. Adapun penyebab utama kecelakaan lalu lintas adalah pelanggaran terhadap aturan lalu lintas yang dilakukan oleh pengguna jalan dan di bawah pengaruh alkohol terdapat dua kasus. 1

2 2 Pada wawancara yang dilakukan terhadap tiga orang subjek, peneliti mengajukkan sejumlah pertanyaan terkait dengan perilaku mengemudi berisiko. Pada pertanyaan mengenai faktor pendorong melakukan pelanggaran lampu merah, subjek menjawab ada tidaknya waktu. Saat subjek hanya memiliki waktu yang sempit untuk sampai ke tempat tujuan dalam waktu tertentu, maka subjek cenderung beranggapan lampu merah tersebut sebagai penghambat dalam perjalanannya. Faktor lain dalam tindakan mengemudi berisiko adalah emosional, ketika sedang marah subjek cenderung mengemudi dengan kecepatan tinggi dan berkendara zig zag. Risiko yang muncul akibat perilaku mengemudi berisiko telah dipikirkan terlebih dahulu ketika akan melanggar lalu lintas. Subjek menyatakan bahwa risiko mengalami kecelakaan berpeluang besar muncul ketika melakukan tindakan berisiko. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pengguna jalan mengharapkan keselamatan lalu lintas saat berkendara, dimana suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan lingkungan. Willemsen, Dula, DeClercq, dan Verhaeghe (2008) menyatakan bahwa mengemudi berisiko diidentifikasikan sebagai kontributor penting dalam kecelakaan lalu lintas. Willemsen, Dula, DeClercq, & Verhaeghe (2008) menjelaskan bahwa perilaku mengemudi berisiko merupakan perilaku berkendara yang membahayakan akan tetapi tidak ditujukan secara sengaja untuk menyakiti diri sendiri, pengendara lain dan penumpang. Pendapat lain dikemukakan oleh Ferreira, Martinez, dan Guisande (2009) bahwa perilaku mengemudi berisiko

3 3 merupakan perilaku yang dapat menimbulkan akibat berupa bahaya maupun ancaman yang dapat merugikan pengemudi itu sendiri. Penelitian Ross, dkk (2014) menyebutkan bahwa remaja lebih terlibat dalam perilaku berisiko dibanding dengan orang dewasa. Pengemudi remaja, terutama laki-laki memiliki tingkat lebih tinggi pada kecelakaan kendaraan bermotor dan terlibat dalam perilaku berkendara berisiko dibanding dengan orang dewasa lainnya (Juarez, Schlundt, Goldzweig & Stinson, 2006). Perilaku mengemudi berisiko pada remaja dilakukan tanpa menyadari munculnya peningkatan risiko dari perbuatan yang mereka lakukan. Remaja sering kali melupakan keselamatan mereka, kurang peduli dan minim kesadaran dalam mematuhi aturan lalu lintas. Ada pengakuan yang berkembang bahwa remaja yang terlibat dalam perilaku berisiko sering berpartisipasi dalam beberapa jenis perilaku berisiko lainnya (Jaurez, Schlundt, Goldzweig & Stinson, 2006). Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, ditemukan faktor-faktor yang dapat memprediksi munculnya perilaku mengemudi berisiko. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku mengemudi berisiko adalah keperibadian conscientiousness. Menurut Rahma (2014) conscientiousness yaitu mengukur derajat organisasi seseorang, ketekunan dan motivasi untuk mencapai tujuan. Bogg dan Roberts (2004) menyatakan bahwa conscientiousness traits yang negatif berhubungan dengan tingkat kontrol diri yang rendah dalam semua tindakan berisiko. Sementara penelitian lain yang dilakukan oleh Yu-Sheng Lin (2009), kontrol diri yang rendah dikaitkan dengan tindakan pidana. Pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa kontrol diri yang rendah dapat

4 4 menyebabkan kecelakaan dan tindakan berisiko. Individu yang rendah dalam kontrol diri cenderung berperilaku menantang, aktif, dan berani. Sebaliknya, individu dengan kontrol diri yang tinggi cenderung berhati-hati, kognitif dan berpikir dengan kepala dingin. Karena itulah kontrol diri merupakan suatu unsur penting untuk mengendalikan perilaku mengemudi berisiko. Praptiani (2013) menyatakan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan remaja untuk berperilaku yang tidak impulsif, dapat memikirkan resiko dari perilakunya, berusaha mencari informasi sebelum mengambil keputusan, tidak mengandalkan kekuatan fisik dalam menyelesaikan masalah dan tidak bersikap egois atau mudah marah. Gottfredson dan Hirschi (dalam Aroma dan Suminar, 2012) menjelaskan bahwa individu dengan kontrol diri yang rendah akan kecenderungan menjadi impulsif, senang berperilaku berisiko, dan berpikiran sempit. Sementara individu dengan kontrol diri yang tinggi akan mampu memahami setiap efek dan akibat jangka panjang dari perbuatan mereka. Kontrol diri akan membantu remaja dalam mengendalikan kebutuhan pemuasan dorongan-dorongan dalam dirinya agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Kontrol diri dilihat sebagai salah satu alasan yang mempengaruhi proses terjadinya perilaku mengemudi berisiko pada remaja. Kemampuan kontrol diri mempengaruhi remaja agar dapat mengendalikan dan menahan diri dari kebutuhan dasar manusia serta membuat pilihan agar tidak melakukan tindakan yang berbahaya dan mampu memperhatikan komponen penting saat berkendara.

5 5 B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah memahami dan mendeskripsikan bagaimana hubungan antara kontrol diri dan perilaku mengemudi berisiko pada remaja. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memperluas wawasan penelitian pada bidang ilmu psikologi, khususnya ilmu psikologi sosial dan psikologi perkembangan untuk mendukung teori-teori tentang perilaku mengemudi berisiko dan kontrol diri. Serta sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya, yang berhubungan dengan perilaku mengemudi berisiko dan kontrol diri pada remaja. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada remaja mengenai kemampuan individu dalam mengontrol dirinya ketika berkendara. Perilaku berkendara berisiko diharapkan dapat diminimalisir dengan meningkatkan kontrol diri pada remaja. D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai mengemudi berisiko pernah dibahas sebelumnya oleh Ferreira, Martínez and Guisande (2009) dengan judul Risky Behavior,

6 6 Personality Traits And Road Accidents Among University Students. Penelitian ini menggunakan teori dari Arthur dan Graziano (1996), Dula dan Ballard (2003) serta Miles dan Johnson (2003). Penelitian ini memiliki dua tujuan, yang pertama untuk mengetahui hubungan perilaku mengemudi berisiko dengan variabel kepribadian yang terkait dengan aspek-aspek kepribadian. Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui perilaku mengemudi berisiko terkait dengan kecelakaan tunggal lalu lintas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepribadian secara langsung mempengaruhi kecelakaan yang dilihat melalui perilaku mengemudi berisiko. Penelitian mengenai mengemudi berisiko juga diteliti oleh Ross, dkk (2014) dengan judul The Relation Between Cognitive Control and Risky Driving in Young Novice Drivers. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kontrol kognitif dan kinerja mengemudi pada pembalap muda pemula. Subjek dalam penelitian ini adalah 38 peserta, usia tahun dengan pengalaman berkendara kurang dari satu tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi kognitif pada pembalap muda pemula berhubungan dengan mengemudi berisiko dan dapat menjelaskan penyebab kecelakan. Penelitian yang dilakukan oleh Santi Praptiani (2013) dengan judul Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Agresivitas Remaja Dalam Menghadapi Konflik Sebaya Dan Pemaknaan Gender. Teori yang digunakan adalah Crick (1996) dan Gottfredson & Hirschis s (1990). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kontrol diri terhadap agresivitas remaja yang menghadapi konflik sebaya, mengetahui perbedaan kontrol diri dan agresivitas pada remaja

7 7 laki-laki dan perempuan dalam menghadapi konflik sebaya serta mengetahui pemaknaan gender dengan menggunakan analisis Harvard melalui aspek akses, manfaat, aktivitas, kontrol dan faktor yang berpengaruh. Subjek penelitian ini adalah siswa SMKN 1 Malang kelas X dan XI sejumlah 149 yang telah diseleksi. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kontrol diri terhadap agresivitas remaja dalam menghadapi konflik sebaya yang diukur dengan instrument self control scale (SCS) untuk mengukur kontrol diri dan aggression scale (AS) untuk mengukur agresivitas dan peer conflict scale (PCS) untuk mengukur konflik sebaya. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang telah dijabarkan maka dapat ditarik kesimpulan keaslian penelitian sebagai berikut : 1. Keaslian Topik Penelitian ini menggunakan topik seperti penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian oleh Ferreira, Martínez dan Guisande (2009) dengan judul Risky Behavior, Personality Traits And Road Accidents Among University Students. Ross, dkk (2014) dengan judul penelitian The Relation Between Cognitive Control And Risky Driving In Young Novice Drivers. Santi Praptiani (2013) dengan judul penelitian Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Agresivitas Remaja Dalam Menghadapi Konflik Sebaya Dan Pemaknaan Gender. Sementara penelitian ini mengangkat topik mengenai perilaku mengemudi berisiko dihubungkan dengan kontrol diri pada remaja. 2. Keaslian Teori

8 8 Teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori yang telah ada sebelumnya. Penelitian ini menggunakan aspek perilaku mengemudi berisiko oleh Iversen (2004). Teori kontrol diri menggunakan teori yang dikemukakan oleh Gottfredson dan Hirschi (dalam Arneklev, Elis dan Medlicott, 2006). 3. Keaslian Alat Ukur Penelitian ini, rencananya akan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana dalam hal ini variabel dependen ialah perilaku mengemudi berisiko, dan variabel independen yakni kontrol diri. Untuk alat ukur mengemudi berisiko diaptasi dari alat ukur risky driving behavior scale oleh Iversen (2004) dan low self-control scale dari Gottfredson dan Hirschi (dalam Arneklev, Elis dan Medlicott, 2006). 4. Keaslian Subjek Penelitian Karakteristik individu yang menjadi subjek penelitian di dalam penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ross, dkk (2014), yakni remaja. Subjek penelitian ini yaitu rentang usia tahun. Memiliki surat ijin mengemudi kendaraan roda dua.