BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pada era zaman globalisasi ini kendaraan sepeda motor semakin banyak

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era zaman globalisasi ini kendaraan sepeda motor semakin banyak dimiliki oleh semua kalangan. Fakta bahwa pengguna sepeda motor di Indonesia memiliki jumlah yang sangat besar. Menurut Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Gunadi Shindhuwinata (2014), jumlah sepeda motor di Indonesia saat ini sebanyak 85 juta unit. Meningkatnya jumlah pengguna sepeda motor di Indonesia mengiringi meningkatnya kecelakaan yang melibatkan sepeda motor dimana lebih banyak dibanding mobil penumpang dan manusia merupakan faktor paling dominan penyebab terjadinya kecelakaan (Permanawati, Sulistion & Wicaksono, 2010). Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di dunia yang menyebabkan kematian. Di Indonesia tingkat kecelakaan lalu lintas masih tinggi, secara umum kecelakan lalu lintas yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor,diantara: kelalaian manusia, kondisi geometric jalan, kelayakan kendaraan dan kondisi lingkungan sekitar. Berdasarkan data Korlantas Polri sepanjang 2015 masih tergolong tinggi dan data tersebut menunjukan bahwa faktor manusia berpengaruh dalam menyumbang tingkat kecelakaan lalu lintas dan kecepatan merupakan bagian dari faktor manusia tersebut (R.Manggala. J.Angga J & D.Purwanto, 2015). 1

2 Menurut Shope dan Raymond (2008) dari penelitian sebelumnya, resiko kecelakaan berkendaraan motor pada pengemudi pemula sangat tinggi resikonya. Diantaranya ada beberapa faktor kategori yang mempengaruhinya, diantaranya: kemampuan mengemudi, faktor perkembangan, faktor perilaku, faktor kepribadian, demografi, lingkungan yang dirasakan, dan lingkungan mengemudi. Kemampuan mengemudi, kemampuan dasar yang diperlukan bagi seseorang untuk mengarahkan dan menghindari kecelakaan saat mengemudi. Kemampuan mengemudi juga harus mempunyai pengetahuan,keterampilan dan pengalaman. Pengemudi pemula harus memiliki pengetahuan peraturan lalu lintas di jalan dan dapat mengendalikan kendaraan yang digunakannya. Pengemudi pemula harus memiliki keterampilan dalam penanganan kendaraan yang digunakannya seperti mengontrol kecepatan, harus tahu jalur mana yang harus digunakan dan berhenti ditempat yang diperbolehkan. Menurut Mau-roung lin dan jess F. Kraus (2009), Pengalaman saat mengemudi itu sangat penting dalam berkendaraan, pengemudi pemula resiko kecelakaannya lebih besar dibandingkan dengan pengemudi yang sudah lama. Pengemudi yang sudah lama sudah memiliki pengalaman berkendaraan dan sudah tahu potensi beresiko saat berkendaraan sedangkan pengemudi pemula kurang mampu mengenali dan mendekteksi tingkat resiko kecelakaannya dan pengendara sepeda motor memiliki resiko 34 kali lipat lebih tinggi terjadi kematian dalam suatu kecelakaan dari mengemudi jenis lain selain dari kendaraan bermotor. Oleh karena itu setiap pengemudi 2

3 diwajibkan untuk memakai perlengkapan kendaraan untuk menghindari kecelakaan yang lebih fatal lagi. Sementara menurut Jusri Pulubuhu selaku Direktur Jakarta Defensive Driving Consulting, kecelakaan bukan karena keterampilan tetapi karena pelanggaran yang berkaitan dengan perilaku berkendara. Tidak memiliki keterampilan, pola pikir lah yang berperan. Serobot-serobotan, langgar lalu lintas, lawan arus, yang demikian yang membuat orang celaka di jalan raya (Antara News, 2016). Perilaku melanggar lalu lintas, melawan arus merupakan perilaku memberontak (rebellious behaviors). Hal ini ditandai oleh perilaku yang mencari tantangan (thrill-seeking behaviors) dengan melanggar peraturan yang berlaku. Perilaku serobot-serobotan merupakan perilaku antisosial (antisocial behaviors) dimana pengemudi tidak tertib dan disiplin dalam berlalu lintas. Sementara tidak memiliki keterampilan mengemudi yang baik merupakan perilaku yang berbahaya (reckless behaviors). Dalam ilmu psikologi, perilaku tersebut termasuk dalam risk taking behavior. Menurut Steinberg(1999), risk taking behavior adalah tingkah laku yang di hasilkan dari rangkaian proses beberapa identifikasi yang dimana setiap indentifikasinya memiliki konsekuensinya setiap pilihannya. Menurut Fischoff dkk. (dalam Yates,1992) menyebutkan risk sebagai suatu ancaman terhadap nyawa dan mempunyai persepsi yang berbeda mengenai hal-hal yang mereka anggap beresiko. Sedangkan Gullone dkk (2000) 3

4 mendefinisikan risk sebagai tingkah laku yang diasosiasikan dengan kemungkinan konsekuensinya negatif. Risk taking behaviour merupakan aspek psikologis yang ada pada diri seseorang yakni perilaku pengambil resiko ( Steinberg, 1999). Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi risk taking behaviour menurut Gullone dkk (2000) yaitu: (1) Kepercayaan tentang resiko, pada seseorang untuk menentukan pilihan apakah ia akan melakukan risk taking behavior atau tidak.(2) Jenis Kelamin, perempuan lebih cenderung mempunyai persepsi terhadap suatu tindakan dapat beresiko tinggi dibandingkan laki-laki cenderung mempersepsikan bahwa suatu tindakan yang beresiko itu menjadikan suatu tantangannya, (3) Usia, seseorang yang masih berusia muda berpendapat bahwa resiko dari risk taking behaviour tidaklah besar dibandingkan dengan usia yang lebih tua. (4) Kepribadian, sebagian besar orang yang memiliki kepribadian ekstrovert diketahui bahwa mereka mempunyai sensation seeking yang tinggi. Faktor perilaku menjadi masalah dalam pengambilan perilaku beresiko. Sebagai pengendara sepeda motor, mereka terlibat dalam perilaku antisosial yaitu terkait dengan mengemudi beresiko dikalangan umum. Hidup itu penuh dengan keputusan beresiko, pengendara sepeda motor yang menggunakan alkohol lebih beresiko saat berkendaraan dibandingkan yang tidak memnggunakan alkohol dinilai lebih baik cenderung memiliki perilaku mengemudi kurang beresiko. Situasi seperti itu akan mempengaruhi dan mengubah perilaku (Figner B,.and Elke U. Weber U,E., 2011). 4

5 Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai alat ukur untuk mengukur risk taking behaviour khususnya untuk pengendara sepeda motor di Indonesia. Maka dari itu, peneliti ingin melakukan penelitian ini untuk pertama kalinya dan mempopulerkannya dalam pengembangan alat ukur risk taking behavior secara psikometri. Penelitian ini menggunakan beberapa dimensi yang digunakan oleh Gullone and Moore yaitu diantaranya: Thrill Seeking behavior, Rebellious behavior, Reckless behavior, Antisocial behavior. Oleh Karena itu, peneliti ingin menguji seberapa besar validasi konstruk alat ukur risk taking behavior menggunakan beberapa analisis factor sehingga penggunaan taksonomi dalam alat tes ini bisa dikembangkan dan diaplikasikan di Indonesia dan peneliti juga ingin menguji apakah dimensidimensi dalam risk taking behavior tersebut universal Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapa tingkat validitas alat ukur risk taking behavior pada pengendara sepeda motor di Subang? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas alat ukur risk taking behavior yang berkendaraan sepeda motor di Subang. 5

6 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui berapa tingkat validitas alat ukur risk taking behavior pada orang yang berkendaraan sepeda motor. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi penting untuk menambah pengetahuan tentang risk taking behavior yang berkendaraan sepeda motor. Konstribusi materi ini berguna dalam keilmuan psikologi, khususnya di bidang psikometri dan psikologi sosial Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan tentang seberapa jauh gambaran tentang aspek-aspek risk taking behaviour berkendaraan sepeda motor yang dilakukan oleh dewasa awal, dan sebagai intropeksi diri terhadap sikap pengambilan keputusan beresiko yang akan diambil pada nantinya. Tentunya juga diharapkan dengan adanya penelitian ini,dapat melihat hal-hal negative yang akan terjadi sehingga lebih berhati-hati dalam mengendarai sepeda motor. 6