SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS
|
|
- Yuliana Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011 ISSN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS (Studi Kasus : Usahatani dan Industri Kecil Penyulingan dalam Klaster Agroindustri Minyak Nilam di Kabupaten Kuningan) Hendrastuti Program Studi Teknologi Industri Pertanian, SPs IPB Abstract To improve the Performance of farming and small industries patchouli oil refining in an agroengineering cluster system, an integrated performance measurement system given priority with Integrated Performance Measurement Sistem (IPMS). With IPMS, Key Performance Indicators (KPI) of farming and small industries patchouli oil refining in an agro-engineering cluster system based on stakeholder requirement with four steps: identify stakeholder requirements, external monitor, the objectives, and identify KPI. The result of Performance Measurement Sistem research is identify 16 KPI. Key Words : Patchouli oil, IPMS, Performance indicators, KPI. Pendahuluan Strategi pembangunan nasional seharusnya didasarkan pada keunggulan kompetitif yang dimiliki Indonesia. Salah satu cara mendapatkan keunggulan kompetitif adalah dengan mengembangkan sektor pertanian yang didukung oleh sumberdaya domestik dan memiliki peluang usaha. Dalam perumusan strategi serta implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat pedesaan, sektor pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu mendapatkan perhatian dengan sangat serius dari para pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait. Pembangunan agroindustri di daerah-daerah dapat diwujudkan terutama melalui upaya pemihakan dan pemberdayaan masyarakat serta optimalisasi nilai tambah setiap komoditi pertanian pada tingkat produsen. Diharapkan peran agroindustri pedesaan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, kualitas sumberdaya manusia, dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan teknologi maju yang murah, sederhana, dan efektif disertai penataan dan pengembangan kelembagaan di pedesaan. Agroindustri minyak atsiri memiliki keunggulan komparatif dalam pengadaan bahan bakunya disamping teknologi pengolahannya yang cukup sederhana dan mudah dikembangkan. Pengembangan industri minyak atsiri bukan hanya meningkatkan kesejahteraan pengusaha agroindustri, akan tetapi juga akan meningkatkan kesejahteraan petani tanaman atsiri. Minyak nilam (patchouli oil) merupakan salah satu komoditas minyak atsiri Indonesia. Sebagian besar tanaman nilam diusahakan oleh petani di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, dan Jawa Tengah (Ditjenbun, 1998). Saat ini pangsa pasar ekspor Indonesia untuk minyak nilam menguasai sekitar sekitar 80-90% ekspor dunia atau rata-rata 34% dari total ekspor (Departemen Perdagangan, 2007). Berdasarkan kajian-kajian pustaka yang telah dilakukan, terdapat permasalahan pokok yang harus dikaji yaitu bagaimana kinerja usahatani dan industri kecil penyulingan dalam klaster agroindustri minyak nilam. Diharapkan dengan adanya model pengukuran kinerja, usahatani dan industri kecil penyulingan dalam klaster agroindustri minyak nilam dapat lebih berkembang. Model Integrated Performance Measurement Sistem (IPMS) Pengukuran kinerja sebuah perusahaan atau organisasi merupakan kunci untuk menjadi efektif dan efisien. Jika tidak ada pengukuran berarti tidak bisa dikelola. Persoalan yang sering dihadapi berkaitan dengan implementasi sebuah sistem pengukuran kinerja adalah adanya kesalahpahaman perancang maupun praktisi dalam menerjemahkan beberapa komponen dasar yang meliputi ukuran kinerja 82
2 Sistem Pengukuran Kinerja (Hendrastuti) (performance measure), pengukuran kinerja (performance measurement) dan sistem pengukuran kinerja (performance measurement sistem). Ketidaktepatan ini dapat menimbulkan ketidak optimalan bahkan kesalahan dalam pengambilan keputusan (Peppard dan Rowland, 1995). Pengukuran kinerja adalah suatu strategi dan pendekatan terpadu untuk menghasilkan keberhasilan yang berkelanjutan pada suatu organisasi dengan peningkatan kinerja dari orang-orang yang bekerja di dalamnya dan dengan mengembangkan kapabilitas kontribusi baik secara tim maupun individu (Armstrong dan Baron, 1998). Sementara itu Fletcher dalam Armstrong (1998) memberikan alternatif lain tentang definisi pengukuran kinerja yaitu suatu pendekatan untuk menghasilkan visi dari suatu maksud dan tujuan dari organisasi, membantu setiap karyawan untuk mengerti dan menyadari kontribusi mereka dalam organisasi dan juga mengelola dan meningkatkan kinerja baik individu maupun organisasi. Integrated Performance Measurement Sistem (IPMS) merupakan sistem pengukuran kinerja yang dibuat di Centre for Strategic Manufacturing, University of Strathclyde, Glasgow (Suwignyo, 2000), dengan tujuan mendeskripsikan dalam arti yang tepat bentuk dari integrasi, efektif dan efisien sistem pengukuran kinerja, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut maka dideskripsikan sebagai berikut: (1) Komponen pokok dari sistem pengukuran kinerja dan (2) Membuat garis arahan pengukuran kinerja terbaik yang sebaiknya digunakan. Moodel IPMS membagi level bisnis menjadi empat tingkatan yaitu (1) Bisnis Induk, (2) Unit Bisnis, (3) Proses Bisnis dan (4) Aktivitas. Tingkatan tersebut dapat berupa fisik dan logis yaitu suatu kondisi di mana tingkatan tidak bisa dilihat secara fisik dalam organisasi. Level bisnis induk menunjukkan bisnis secara keseluruhan yang bisa terdiri dari beberapa unut bisnis, dalam hal ini setiap unit bisnis diartikan sebagai satu unit yang merupakan bagian dari organisasi yang melayani sebagian segmen pasar dengan tuntutan pasar yang bersaing. Perbedaan kebutuhan pasar memisahkan satu unit bisnis dengan yang lain. Setiap unit bisnis selanjutnya dapat terdiri dari beberapa proses bisnis yang secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu: (1) Proses Inti, yaitu proses yang menunjukkan alasan dasar bagi keberadaan organisasi dan (2) Proses Pendukung, yaitu proses-proses lain yang ditambahkan dalam proses inti, sehingga dalam hal ini proses bisnis inti merupakan pemangku kepentingan (stakeholder) dari proses pendukung. Secara skematis pembagian level pada pendekatan IPMS dapat dilihat pada Gambar 1. Pada keempat level tersebut di atas selanjutnya diidentifikasi Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicator (KPI) berdasarkan kebutuhan pemangku kepentingan, external monitor dan tujuan. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam bangunan model IPMS adalah sebagai berikut: (Bittici dalam Suwignyo, 1999) (1) Identifikasi kebutuhan dari masing-masing stakeholder (2) Membandingkan kemampuan bisnis dalam memenuhi kebutuhan stakeholder dengan bisnis lain yang sejenis (monitor eksternal) (3) Menetapkan tujuan-tujuan bisnis (4) Menentukan Indikator Kinerja Kunci (IKK) (5) Melakukan validasi IKK (6) Melakukan spesifikasi IKK Bisnis Induk Unit Bisnis Proses Bisnis Akltivitas Gambar 1. Pembagian Level Bisnis berdasarkan Pendekatan IPMS (Bittici, 1996) Kebutuhan Stakeholder Pada tiap-tiap level binis (organisasi) harus diketahui siapa saja stakeholder- nya atau pemangku kepentingan pada bisnis tersebut. Selanjutnya diidentifikasikan permintaan/keinginan mereka terhadap bisnis yang diistilahkan dengan Kebutuhan 83
3 EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011 ISSN Stakeholder. Stakeholder dapat meliputi; pemegang saham/pemilik, lingkungan sosial, pegawai/karyawan, pemerintah/instansi lain Tujuan (objectives) Penyusunan tujuan harus didasarkan pada keterlibatan dan prioritas perkembangan kebutuhan bersama dengan target dan skala waktu yang tepat. Tujuan seharusnya juga didasarkan pada pemikiran sejumlah masukan yaitu; permintaan stakeholder, kinerja bisnis pesaing, kesenjangan dan rencana pesaing, tingkat kinerja dimana organisasi mampu mencapainya dengan berbagai batasan yang ada (target realistis), tingkat kinerja dimana organisasi memiliki kemampuan untuk mencapainya dengan menghilangkan berbagai batasan yang ada (target potensial) (Suwignyo, 2000). Mengukur Kinerja Suatu bisnis (organisasi) seharusnya memiliki pengukuran kinerja yang benar-benar menunjukkan tingkat kinerja yang dicapai, serta mampu menunjukkan seberapa berhasil pencapaian tujuan pada tiap level. Pengukuran kinerja untuk setiap bisnis memiliki perbedaan, oleh sebab itu diperlukan pemahaman yang baik dari bisnis agar diperoleh pengukuran kinerja yang benar. Untuk memperoleh ukuran kinerja atau IKK yang benar perlu dilakukan validasi terhadap IKK yang dibuat. Kemudian apabila IKK sudah valid, maka IKK dispesifikasikan untuk memudahkan proses pengukurannya. Proses spesifikasi IKK dilakukan antara lain untuk mengetahui deskripsi yang jelas tentang IKK, tujuan, keterkaitan dengan tujuan, target dan ambang batas, cara mengukur IKK, frekuensi pengukuran, siapa yang mengukur, dan apa yang mereka kerjakan. Metode Pengukuran Kinerja Kinerja Usahatani dan Industri Kecil Penyulingan dalam Agroindustri Minyak Nilam diukur dengan menggunakan metode Integrated Performance Management System (IPMS) dan Analytic Hierarchi Process (AHP). Perancangan Model Pengukuran Kinerja Perancangan model pengukuran kinerja usahatani dan industri kecil penyulingan dalam agroindustri minyak nilam dilakukan mengikuti beberapa tahapan yang sistematis. Penelitian yang dilakukan merujuk pada metode IPMS khususnya dalam hal identifikasi stakeholder dan penentuan Indikator Kinerja Kunci (IKK) yang dijadikan ukuran keberhasilan sebuah klaster agroindustri minyak nilam. a. Identifikasi Kebutuhan Stakeholder Informasi tentang kebutuhan Stakeholder sangat diperlukan dalam perancangan sistem pengukuran kinerja usaha tani dan industri kecil penyulingan pada klaster agroindustri minyak nilam. Stakeholder adalah seluruh elemen pemangku kepentingan yang terdiri dari pelaku industri baik inti maupun pendukung dan institusi terkait lainnya, termasuk di dalamnya adalah pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Berdasarkan pendekatan sistem dan pembagian level organisasi dapat diketahui stakeholder usaha tani dan industri kecil penyulingan adalah pihak-pihak yang terkait dengan klaster agroindustri minyak nilam seperti petani, pedagang/pengumpul nilam kering, petani-penyuling, industri kecil penyulingan, pedagang/pengumpul minyak nilam dan industri pendukung lainnya termasuk institusi/dinas terkait. Dari masing-masing stakeholder tersebut kemudian diidentifikasi kebutuhannya dan dilakukan seleksi untuk melihat adanya kesamaan kebutuhan dari masing-masing stakeholder. Pada penelitian ini identifikasi kebutuhan stakeholder dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang ditujukan pada sejumlah pakar dan pelaku. Pakar dalam konteks adalah individu yang mempunyai komitmen, kompetensi dan kapasitas secara substansi yang diharapkan dapat merepresentasikan pandangan/jawaban dari seluruh stakeholder usaha tani dan industri kecil penyulingan dalam klaster agroindustri minyak nilam. Hasil identifikasi kebutuhan stakeholder: 1. Ketenagakerjaan 2. Akseptabilitas sosial 3. Pertumbuhan usaha 4. Kelembagan 5. Kapasita produksi penyulingan 84
4 Sistem Pengukuran Kinerja (Hendrastuti) 6. Pendistribusian minyak nilam 7. Finansial 8. Akseptabilitas teknis 9. Penyerapan tenaga kerja 10. Kualitas SDM 11. Sarana peningkatan kualitas SDM 12. Pertumbuhan industri minyak nilam 13. Kontribusi terhadap devisa tahunan 14. Efektivitas fungsional 15. Keterwakilan industri 16. Pasokan nilam kering tahunan 17. Pasokan nilam per kali panen 18. Kapasitas penyulingan 19. Frekuensi penyulingan 20. Rendemen minyak nilam 21. Keuntungan industri tahunan 22. Harga jual minyak nilam 23. Penjualan minyak nilam tahunan 24. Keterlibatan masyarakat di industri 25. Program masyarakat 26. Tingkat komplain 27. Pertumbuhan luas lahan nilam 28. Pertumbuhan petani nilam 29. Pasokan bibit nilam tahunan 30. Jumlah pasokan pupuk 31. Produktivitas nilam kering 32. Luas lahan 33. Rata-rata keuntungan petani 34. Penjualan nilam kering tahunan 35. Harga jual nilam kering 36. Keterlambatan pasokan nilam kering 37. Proses produksi ramah lingkungan 38. Pemenuhan persyaratan lingkungan hidup 39. Jumlah SDM berpendidikan SD 40. Jumlah SDM berpendidikan SMP 41. Jumlah SDM berpendidikan SMU 42. Jumlah SDm berpendidikan > SMU 43. Jumlah balai pelatihan pertanian 44. Jumlah sekolah kejuruan pertanian 45. Kualitas sistem evaluasi 46. Mekanisme koordinasi 47. Jumlah kelompok tani nilam 48. Jumlah petani per kelompok 49. Jumlah pabrik penyulingan 50. Jumlah industri penyulingan b. Penetapan Tujuan (Objectives) Setelah kebutuhan stakeholder ditentukan, kemudian ditetapkan tujuannya. Dari hasil penelitian dapat ditentukan 5 tujuan sebagai upaya yang akan dilakukan industri kecil penyulingan minyak nilam dalam memenuhi keinginan dari stakeholder. Kelima tujuan yang dimaksud yaitu (1) keunggulan komparatif yang berkelanjutan, (2) pertumbuhan usahatani dan industri kecil penyulingan, (3) kemampuan berinovasi, (4) peningkatan kesejahteraan pelaku usaha, dan (5) rantai nilai yang kokoh c. Penetapan Indikator Kinerja Kunci Indikator Kinerja Kunci (IKK) ditetapkan sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat pencapaian masing-masing tujuan. Dalam penelitian ini dari 50 Indikator Kinerja berhasil diidentifikasi sebanyak 16 IKK seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Daftar alternatif Indikator Kinerja Kunci Kriteria / Sub Kriteria Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penyerapan Tenaga Kerja 1 Jumlah tenaga kerja (%) 2 Tingkat turn over tenaga kerja Kualitas SDM 1 Jumlah SDM berpendidikan SD (%) Sarana Peningkatan Kualitas SDM 2 Jumlah SDM berpendidikan SMP (%) 3 Jumlah SDM berpendidikan SMU (%) 4 Jumlah SDM berpendidikan > SMU (%) 1 Jumlah balai pelatihan industri nilam 2 Jumlah sekolah kejuruan pertanian Efektivitas Fungsional 1 Kualitas sistem evaluasi 2 Mekanisme koordinasi 85
5 EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011 ISSN Mekanisme koordinasi 1 Jumlah pertemuan 2 Prosentase kehadiran wakil petani Keterwakilan industri 1 Jumlah kelompok tani Pasokan nilam kering tahunan 2 Jumlah petani per kelompok 1 Jumlah pabrik penyulingan 2 Jumlah industri pendukung d. Validasi IKK Validasi IKK dilakukan setelah IKK yang teridentifikasi disusun dalam bentuk hirarki Sistem Perancangan Kinerja dengan level teratas kinerja Industri Kecil Penyulingan, level di bawahnya kriteria kinerja dilihat dari berbagai aspek dan level paling bawah adalah IKK. Proses validasi ini dilakukan dengan cara mengembalikan hirarki SPK tersebut kepada pengambil keputusan di industri kecil penyulingan untuk memberikan penilaian apakah IKK dan hirarki SPK yang ada sudah sesuai atau belum dalam arti valid atau perlu perbaikan. Berdasarkan proses validasi yang dilakukan ternyata IKK yang tersusun dinyatakan valid berdasarkan pendekatan sistem bisnis industri penyulingan minyak nilam. e. Spesifikasi IKK Proses spesifikasi IKK dilakukan untuk mengetahui deskripsi yang jelas tentang IKK, tujuan, keterkaitan dengan tujuan, target, formula/cara mengukur IKK, frekuensi pengukuran, frekuensi review, siapa yang mengukur, dan apa yang mereka kerjakan seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Spesifikasi IKK IKK No. 1 Deskripsi Penyerapan tenaga kerja Tujuan Untuk memastikan jumlah tenaga kerja selalu meningkat dari waktu ke waktu sehingga Usaha Tani dan Industri Kecil Penyulingan dapat berkembang Terkait dengan Tujuan Pertumbuhan Usaha Tani dan Industri Kecil Penyulingan Cara mengukur Frekuensi Dengan kuesioner Setahun sekali pengukuran Frekuensi review Setahun sekali Siapa yang Tim evaluasi dan pengendalian mengukur Sumber data kinerja Data usaha tani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam Siapa yang punya Usaha tani, industri kecil penyulingan, institusi/dinas terkait Kesimpulan 1. Tujuan dari sistem pengukuran kinerja usaha tani dan industri kecil penyulingan dalam klaster agroindustri minyak nilam dengan metode IPMS, yaitu: (1) keunggulan komparatif yang berkelanjutan, (2) pertumbuhan usaha tani dan industri kecil penyulingan, (3) kemampuan berinovasi, (4) peningkatan kesejahteraan pelaku usaha, dan (5) rantai nilai yang kokoh 2. Dengan metode ini dari empat puluh Indikator Kerja (IK) dapat diidentifikasi sebanyak enam belas IKK (Indikator Kinerja Kunci) 86
6 Sistem Pengukuran Kinerja (Hendrastuti) Saran 1. Sistem pengukuran kinerja ini dapat diimplementasikan pada agroindustri minyak atsiri lainnya agar kinerja agroindustri minyak atsiri dapat ditingkatkan 2. Dukungan dari institusi pemerintah/ Pemerintah Daerah sangat diperlukan agar kualitas SDM dapat meningkat Daftar Pustaka Armstrong M, Baron A Developing Practice Performance Management. British: Institute of Personnel Development Bittici US, Carrie AS, Mc-Devitt L Performance Measurement: A Business Process View. Proceeding of IFIP WG 5.7 Workshop on Modelling Techniques. Business Process and Bendhmarking. France Bittici US, Mendibil K, Nudurupati S, Garengo P, Turner T Dynamics of Performance Measurement and Organizational Culture. International Journal of Operation and Production Management, 26(12): Busi M, Bititci US Collaborative performance management: present gaps and future research. International Journal of Productivity and Performance Management, 55(1):7-25 Departemen Perdagangan Strategi Industri Nasional. Jakarta Dixon RW, Nanni AJ, Vollman TE The Performance Challenge: Measuring Operations for World Class Competition. Dow Jones-Irwin, Homewood, II Garengo P, Biazzo S, Bititci US Performance Measurement System in SME: A Review for a research agenda. Blackwell Publishing Ltd Marimin Teknik dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial Bogor: IPB Press Neely A, GregoryM, Platts K Performance Measurement System Design: A Literature Review and Research Agenda. International Journal of Operation Production Management, 15(4): Peppard and Rowland The Essence of Business Process Re-Engineering. Prentice-Hall International Stenzel Cand J From Cost to Performance Management, A Blueprint for Organizational Development. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc Susila WR Verifikasi dan Validasi Model. Forum Statistik. Maret-Juni 87
Yunia Dwie Nurcahyanie : Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Dengan Metode Integrated Performance Measurement System (IPMS)
PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS (IPMS) (Studi Kasus: Program Studi Teknik Industri Universitas PGRI Adi buana Surabaya) Oleh : Yunia Dwie
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL. Identifikasi kebutuhan stakeholder klaster agroindustri hasil laut
PENGEMBANGAN MODEL Pembangunan model pengukuran kinerja komprehensif sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan mengikuti beberapa tahapan yang sistematis. Secara skematis kerangka kerja logis
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA
PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA Welin Kusuma 1, Patdono Suwignjo 1, Iwan Vanany 1 1 Program Pascasarjana Bidang
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serius seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi harus menghadapi tantangan yang semakin berat dan serius seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung cepat
Lebih terperinciPENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX
PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX Vita Rias Prastika 1*, Ahmad Mubin 2*, Shanty Kusuma Dewi 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dari hasil perancangan metode, alat pengukuran kinerja dan hasil pengukuran kinerja yang sudah dilakukan beserta saran sebagai masukan bagi
Lebih terperinciMODEL RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM
Teknika : Engineering and Sains Journal Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, 33-40 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-4146 print MODEL RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE
Lebih terperinciANALISIS SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS PADA PT. X
e-jurnal Teknik Industri FT USU Vol 2, No. 1, Mei 2013 pp. 37-41 ANALISIS SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS PADA PT. X Tania Alda 1, Khawarita Siregar 2,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. urutan ke-2, Malaysia urutan ke-21, dan Thailand urutan ke-39. Salah satu cara untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai diterapkan 1 Januari 2015, tantangan yang dihadapi oleh anggotanya termasuk Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA BANK XYZ MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2952 PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA BANK XYZ MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM DESIGN
Lebih terperinciSTUDI PENINGKATAN KUALITAS PENYELENGGARA PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA STRATEGI MENINGKATKAN MINAT CALON DIDIK
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PENYELENGGARA PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA STRATEGI MENINGKATKAN MINAT CALON DIDIK Yanti Pasmawati, M.T. Program Studi Teknik Industri Universitas Bina Darma, Palembang E-mail: yantipasmawati@mail.binadarma.ac.id
Lebih terperinciPERBAIKAN DAYA SAING PERUSAHAAN MELALUI SISTEM PENGUKURAN KINERJA TERINTEGRASI: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PERBAIKAN DAYA SAING PERUSAHAAN MELALUI SISTEM PENGUKURAN KINERJA TERINTEGRASI: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Ronald Sukwadi Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
23 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perumusan strategi serta implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan, sektor pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu
Lebih terperinciForm A Kuesioner Profil Usaha Tani Program Penelitian Pemberdayaan Agroindustri Nilam di Pedesaan dalam Sistem Klaster
200 Lampiran 1 Profil Usahatani, Industri Kecil Penyulingan dan Pedagang/Pengumpul Form A Kuesioner Profil Usaha Tani Program Penelitian Pemberdayaan Agroindustri Nilam di Pedesaan dalam Sistem Klaster
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan perusahaan jasa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan perusahaan jasa dan manufaktur di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut menuntut perusahaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan berbagai dasar dan harapan dapat dijadikan sebagai perangkat bantuan untuk pengelolaan
Lebih terperinciPerancangan Key Performance Indicators (KPI) Menggunakan Metode Performance Prism (Studi Kasus di Batik Putra Bengawan)
Performa (2012) Vol. 11, No.2: 153-158 Perancangan Key Performance Indicators (KPI) Menggunakan Metode Performance Prism (Studi Kasus di Batik Putra Bengawan) Murman Budijanto 1), Yusuf Priyandari, Santi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang
Lebih terperinciPerancangan Key Performance Indicators (KPI) Menggunakan Metode Balanced Scorecard di PT. Aston System Indonesia
Performa (2014) Vol. 13, No.1: 1-6 Perancangan Key Performance Indicators (KPI) Menggunakan Metode Balanced Scorecard di PT. Aston System Indonesia Febrinata *1), Murman Budijanto 2), dan Irwan Iftadi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit saat ini meningkat dengan sangat cepat. Terutama industri pabrik kelapa sawit yang ada di wilayah Sumatera
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED (I Made Suartika, et al)
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS (Studi Kasus: Jurusan Teknik Mesin Universitas Mataram) I Made Suartika Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IPMS) PADA PT. OMETRACO ARAYA SAMANTA
Prosiding SNIRA Seminar Nasional Industrialisasi Madura & Call Paper Pengembangan Kawasan Industry Dan System Inovasi Yang Berkelanjutan Untuk Percepatan Pengembangan Baerah Tertinggal:Riset, Konsep, Pemikiran
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM (Studi Kasus pada Hotel X)
JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 6, NO. 2, DESEMBER 2004: 148-155 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM (Studi Kasus pada Hotel X) Iwan Vanany, Dian Tanukhidah
Lebih terperinciVII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN
76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT. ABC, TBK Andreas Tri Panudju, Andi Hasryningsih Asfar, Fitri Fauziah
Lebih terperinciPERBANDINGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN
PERBANDINGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN Freddy Simbolon Management Department, School of Business Management, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 freddysimbolon@hotmail.com;
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM (STUDI KASUS PADA PDAM TIRTA MOEDAL CABANG SEMARANG TENGAH)
PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM (STUDI KASUS PADA PDAM TIRTA MOEDAL CABANG SEMARANG TENGAH) Nia Budi Puspitasari, Heru Prastawa, dan Aimathin Diana Program Studi Teknik
Lebih terperincie-proceeding of Engineering : Vol.5, No.1 Maret 2018 Page 1287
e-proceeding of Engineering : Vol.5, No.1 Maret 2018 Page 1287 PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA DI UKM XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS (IPMS) PERFORMANCE MANAGEMENT
Lebih terperinciPeningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS)
Petunjuk Sitasi: Suprihatin, E., & Amsori, M. A. (2017). Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS). Prosiding
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran
62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendekatan manajemen rantai pasok telah banyak digunakan sebagai salah satu model untuk meningkatkan keunggulan bersaing dalam industri. Manajemen rantai pasok merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk Bogasari Division sebagai salah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Industri tepung terigu merupakan industri dengan pertumbuhan yang tinggi di jaman Orde Baru. Hal ini karena industri tepung terigu merupakan industri
Lebih terperinciANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto
ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,
Lebih terperinciTidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN
Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN Software Vensim Simulasi Daya Saing Rantai Nilai Sistem Dinamik Pemodelan Sistem Klaster Industri Makro ergonomi
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL
ISSN 1410-6086 PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH XIII TAHUN 2015 Seminar Nasional Teknologi Limbah XIII Sekretariat : Gd. 50, PTLR-BATAN, Kawasan Puspiptek Setu, Tangerang Selatan,
Lebih terperinciMODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN
140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.
JISI : JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI VOLUME 3 NO. 2 AGUSTUS 2016 PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.
Lebih terperinciPERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR
PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR Natalis Sariman Simbolon 1), Febriliyan Samopa ) 1) Magister
Lebih terperinciPengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode Integrated Performance Measurement System (IPMS) Pada Industri Perbankan
Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode Integrated Performance Measurement System (IPMS) Pada Industri Perbankan Adi Prasetyo 1, Shanti K.Anggraeni 2, Sirajuddin 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas
Lebih terperinciPengukuran Kinerja Program Studi Teknik Industri Universitas Trunojoyo
Pengukuran Kinerja Program Studi Teknik Industri Universitas Trunojoyo Ernaning Widyaswanti Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Jalan Raya Telang PO BOX 2 Kamal,
Lebih terperinciPERENCANAAN MASTER PLAN PENGEMBANGAN TI/SI MENGGUNAKAN STANDAR COBIT 4.0 (STUDI KASUS DI STIKOM)
Sholiq, Perencanaan Master Plan Pengembangan TI/SI V - 75 PERENCANAAN MASTER PLAN PENGEMBANGAN TI/SI MENGGUNAKAN STANDAR COBIT 4.0 (STUDI KASUS DI ) Erwin Sutomo 1), Sholiq 2) 1) Jurusan Sistem Informasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan
Lebih terperinciTESIS PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS X MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM
TESIS PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS X MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM SAMSUDIN HARIYANTO 2504 201 006 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M.Eng.Sc.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan bisnis yang kompetitif dan turbulen mengakibatkan persaingan bisnis yang begitu ketat. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: pengukuran kinerja, stakeholder, kpi
ABSTRAK Perusahaan belum pernah menerapkan pengukuran kinerja terhadap pihakpihak yang berhubungan dengan perusahaan.. Melihat hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran kinerja.
Lebih terperinci8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI
8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif
Lebih terperinciANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK
ANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK Widhy Wahyuni Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya ( ITATS ) Jl. Arief Rahman Hakim 100, Surabaya
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISIS
BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Visi, Misi dan Tujuan Balai Besar Latihan Kerja Industri Serang 4.1.1 Visi Balai Besar Latihan Kerja Industri Serang Menjadi pusat tenaga kerja yang professional dan berkualitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penulisan rencana bisnis ini adalah untuk membangun sebuah usaha yang terintegrasi dalam pengembangan komoditas minyak nilam, yang merupakan tanaman
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA MENGGUNAKAN METODE PRISM PERFORMANCE (STUDI KASUS DI PT. POLOWIJO)
Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja... (Indarwati dkk.) PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA MENGGUNAKAN METODE PRISM PERFORMANCE (STUDI KASUS DI PT. POLOWIJO) Putri Indarwati * 1, Narto 2, Zeplin Jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman diikuti juga dengan semakin banyaknya perusahaan yang tumbuh dan bersaing dengan perusahaan yang telah lebih dulu ada. Setiap pemilik perusahaan
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :
PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai salah satu sub sistem pembangunan nasional harus selalu memperhatikan dan senantiasa diupayakan untuk menunjang pembangunan wilayah setempat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semakin berkembang pesat. Perusahaan harus memberikan produk berkelas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Seiring berjalannya era pasar bebas seperti sekarang ini perkembangan perusahaan manufaktur dan jasa di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang melibatkan berbagai aktivitas dan operasi bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
Lebih terperinciBAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA
BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undangundang
Lebih terperinciVolume 5, No. 2, Oktober 2012 ISSN:
SISTEM PENGUKURAN KINERJA PRODI DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS (IPMS) DAN MULTI-ATTRIBUTE UTILITY THEORY (MAUT) (STUDI KASUS: PRODI TEKNIK INFORMATIKA UTM) Fika Hastarita R. 1,
Lebih terperinciPerancangan Sistem Pengukuran Kinerja Organisasi Non Profit (Studi Kasus pada UTDC PMI Surakarta)
Performa (2010) Vol. 9, No.1: 47-54 Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Organisasi Non Profit (Studi Kasus pada UTDC PMI Surakarta) Wakhid Ahmad Jauhari, Eko Liquiddanu dan Eka Agustina Nugraheni Jurusan
Lebih terperinciPERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA BISNIS UNIT. di PT. XYZ
PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA BISNIS UNIT dengan PERFORMANCE PRISM di PT. XYZ Waskito Budi Susanto, Patdono Suwignjo Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciA. KERANGKA PEMIKIRAN
III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAAN
35 BAB III METODOLOGI PENELITIAAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian
Lebih terperinci3 KERANGKA PEMIKIRAN
12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
BAB III METODE KAJIAN Pengambilan data primer berupa data gapoktan dan kuesioner AHP terhadap pakar dilakukan dari tanggal 16 Maret sampai dengan 29 April 2013. Data gapoktan diambil dari gapoktan penerima
Lebih terperinciMANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI
MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI MATERI 1. Konsep dasar operasi dan produktivitas 2. Strategi Operasi 3. Perencanaan pengendalian operasi, Perencanaan dan 4. persediaan 5. Perencanaan Kebutuhan Bahan (MRP)
Lebih terperinci5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis
5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem manajemen kinerja merupakan suatu pendekatan sistematik untuk memperbaiki kinerja melalui proses berkelanjutan dan berjangka panjang yang meliputi kegiatan penetapan
Lebih terperinciKey Performance Indicators Perusahaan
Key Performance Indicators Perusahaan Cascade Strategic Visi dan Misi Unit : Corporate Unit Pelayanan Memberikan pelayanan terbaik dengan standart perbankan untuk mencapai kepuasan pelanggan. 1. Meningkatkan
Lebih terperinciPENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF UNTUK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELAPA SECARA TERINTEGRASI
PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF UNTUK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELAPA SECARA TERINTEGRASI Banun Diyah Probowati 1, Yandra Arkeman 2, Djumali Mangunwidjaja 2 1) Prodi Teknologi Industri Pertanian, Fak Pertanian
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan Dalam bab I ini akan dijelaskan latar belakang yang mendasari munculnya ide pembuatan rancangan IT Governance dengan mengacu pada kerangka kerja COBIT. Disamping itu akan dibahas juga
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN MELALUI PERENCANAAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA DI SURABAYA
PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN MELALUI PERENCANAAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA DI SURABAYA Suseno Budi Prasetyo Teknik Industri-FTI-UPNV Jatim Abstrak Peningkatan sumber daya
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi dan analisis permasalahan,
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi dan analisis permasalahan, solusi permasalahan dan perancangan sistem dalam Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bisnis di industri farmasi masih terus berkembang dan menggiurkan bagi para pelaku bisnis farmasi. Hal ini dipicu oleh peningkatan pertumbuhan pengeluaran pada obat-obatan
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem
76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)
Lebih terperinciagribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang industri manufaktur yaitu pembuatan kaleng dengan system make to order.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Arthawenasakti Gemilang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur yaitu pembuatan kaleng dengan system make to order. Perusahaan ini berdiri
Lebih terperinciPEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF
PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF Nunu Noviandi Peneliti Utama Kajian Pemodelan Pengembangan PI-UMKM Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing 2010 1 Latar Belakang Kebijakan pengembangan
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena
Lebih terperinciPengukuran Kinerja SCM
Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN SARAN
IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan sistem menghasilkan Model Strategi Pengembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri suatu daerah diarahkan untuk menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah melalui keterkaitan antara budidaya,
Lebih terperinciEVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR
EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR Oleh : STEFAHAYU ILLOZA LAROZZA NO BP 07173047 JURUSAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki cadangan. lahan sangat luas berupa hutan konversi yang dapat dimanfaatkan sebagi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki cadangan lahan sangat luas berupa hutan konversi yang dapat dimanfaatkan sebagi perkebunan kelapa sawit. Lahan yang
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP HUMAN RESOURCE SCORECARD DI PT JB
PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP HUMAN RESOURCE SCORECARD DI PT JB Moses L. Singgih 1, Sri Gunani Partiwi 2 dan Arum S. Dani 3 Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciVI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL
VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Penjelasan rinci dari masing-masing subbab dijelaskan
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.
SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja pada sistem klaster agroindustri hasil laut di Indonesia ini dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, posisi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan-batasan serta sistematika penulisan laporan yang digunakan dalam penelitian.
Lebih terperinci