PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN MANGROVE DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN MANGROVE DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG"

Transkripsi

1 PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN MANGROVE DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG (Society Participation Against the Existence of Mangrove Forest in Percut, Percut Sei Tuan Sub district, Deli Serdang Regency) 1) Uswatun Nisa, 2) Darma Bakti, 2) Febrina Arli 1) Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155, uswatunnisa600yahoo.com 2) Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, ABSTRACT Mangrove forest in Percut, Percut Sei Tuan sub district, Deli Serdang regency be degraded and damaged due to human activities and nature process. This study focused on community participation level toward the existence of mangrove forest in the Percut. The objective of study was to determine the existence of relationship between the identity of individual with community participation and the constraints that affect community participation. This study was conducted on April to May In taking the sample, the researcher used purposive sampling method which was done by conducted interviews and distributing questionnaires to community in mangrove areas, in Percut. The result showed that community participation toward the existence of mangrove forest is in average level with the 58.65% index. It means that there is no significant relationship between the identity of individual (age, number of family members, long living, and education) and community participation. So, the identity of individual such as income and job showed that they have significant relationship with community participation toward the existence of the mangrove forest. Keywords: Community Participation, Identity of Individual, Mangrove Forests PENDAHULUAN Wilayah pesisir umumnya memiliki kompleksitas yang tinggi, baik secara ekonomi maupun secara ekologi. Berbagai ragam bentuk aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam pesisir di bidang perekonomian seperti kegiatan budidaya ikan dan udang di tambak, budidaya rumput laut, budidaya kepiting, pariwisata, industri, pemukiman, perhubungan dan aktivitas lainnya (Sarmila, 2012). Mangrove memiliki fungsi baik secara fisik maupun biologi. Adapun fungsi fisik dari mangrove adalah pelindung daratan dari abrasi pantai, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan, perangkap zat pencemar, tempat singgah migrasi burung. Fungsi mangrove secara biologi adalah sebagai daerah pemijahan dan tempat untuk mencari makan ikanikan serta sebagai habitat satwa liar. Disamping itu mangrove memiliki manfaat langsung bagi manusia yaitu obat-obatan tradisonal, makanan, dan mangrove yang sudah mati dapat dijadikan tiang rumah serta kayu bakar. Mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan luas keseluruhannya yaitu 600 ha, 300 ha terdapat di desa Percut. Namun

2 berdasarkan informasi yang didapatkan dari tokoh masyarakat, lahan mangrove di desa ini telah mengalami alih fungsi lahan menjadi sawit, tambak dan pemukiman. Sampai saat ini ±30 ha lahan mangrove yang belum mengalami alih fungsi lahan. Banyaknya aktivitas masyarakat di desa percut mengakibatkan berkurangnya lahan mangrove dan terjadinya kerusakan sehingga pentingnya diketahui partisipasi dan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana partisipasi masyarakat yang ada di desa Percut terhadap keberadaan hutan mangrove. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2016 di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara yang berada pada titik koordinat 3 o 42'58.42"LU - 98 o 47'02.6"BT. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Desa Pantai Pesisir Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitan ini adalah GPS (Global Positioning System), kamera digital, alat tulis, kalkulator, dan laptop. Bahan yang digunakan adalah kuesioner dan Software SPSS (Stastictical Product and Service Solution). Prosedur Penelitian Prosedur penelitian diawali dengan menentukan lokasi pengamatan dan dilaksanakan di kawasan mangrove yang terletak disekitar pemukiman warga dengan kondisi sudah mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi di kawasan mangrove Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan adalah konveksi lahan menjadi lahan kelapa sawit dan tambak. Penelitian ini dilaksanakan melalui wawancara dengan masyarakat dan penebaran kuesioner. Kuesioner disusun untuk pemenuhan kebutuhan data dan pertanyaan disusun sedemikian rupa agar dapat mewakili seluruh data masyarakat yang akan diamati dalam penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data analisis partisipasi masyarakat setempat dan data kependudukannya. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah purposive sampling (acak sederhana) serta data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara tokoh masyarakat serta kuesioner masyarakat, sedangkan data sekunder didapat dari tinjauan pustaka diantaranya buku, jurnal, skripsi, tesis, disertasi serta data pendukung lainnya. Wawancara dilakukan dengan tokoh masyarakat maupun perangkat desa, ada beberapa kriteria orang atau jabatan yang dapat dijadikan informan kunci, yaitu. a. Orang yang berhubungan dan paling mengerti dengan keseluruhan pengelolaan hutan mangrove. b. Orang yang berhubungan dengan ketenagakerjaan pengelolaan mangrove, dan Masyarakat yang berdomisili di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Perhitungan pengambilan sampel berdasarkan Rumus Slovin. Menurut Umar (2000) Data primer diperoleh dengan penentuan sample penelitian menggunakan rumus Slovin yaitu:

3 N n = 1 + N(e) 2 Keterangan: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Tingkat Kelonggaran (10%) Jadi berdasarkan jumlah kepala keluarga tahun 2015 di desa percut sebesar 278 jiwa dan e = 10%, di peroleh jumlah sampel sebesar. 278 n = (0,1) 2 n = 73 Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini mengkaji partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove. Analisis yang digunakan adalah deskriftif dan kuantitatif, metode analisis berusaha menyelesaikan pola pemanfaatan mangrove dan partisipasi masyarakat terhadap keberadaan mangrove, sehingga memberi informasi mengenai pentingnya keberadaan mangrove. Data yang digunakan adalah data yang memiliki indikasi ada atau tidaknya partisipasi masyarakat terhadap mangrove di desa Percut. Data diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara langsung pada masyarakat Desa Percut. Karakteristik masyarakat yang di perlukan adalah. 1. Karakteristik individu sampel; umur, jumlah anggota keluarga, lama bermukim, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. 2. Partisipasi masyarakat meliputi; Penanaman, pengawasan, dan pemeliharaan baik atas kehendak sendiri maupun oleh pemerintah dalam pelestarian hutan mangrove. 3. Luas dan penyebaran hutan mangrove di Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang. Data yang sudah terkumpul diolah dan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dengan penelitian digunakan metode Skala Likert dan Uji Korelasi Peringkat Spearman Menurut Sugiyono (2012) Skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, partisipasi dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Cara pengukuran adalah dengan menghadapkan seorang respoden dengan sebuah pernyataan dan kemudian diminta untuk memilih dari lima pilihan jawaban, di manasetiap pilihan jawaban memiliki nilai yang berbeda. Penelitian ini menggunakan pernyataan tertutup dengan rentang skala penilaian Sangat Tidak Setuju : 1, Tidak Setuju : 2, Ragu-ragu : 3, Setuju : 4 dan Sangat Setuju : 5. Setelah data diperoleh kemudian dicari skornya untuk mengetahui besar persentase dari responden, untuk lebih jelas sebagai berikut. a. Interpretasi Skor S = Re x SL Keterangan: S = Skor Re = Responden yang memilih SL = Skor Likert yang dipilih x = ST x R y = SR x R Keterangan: ST = Skor Tertinggi Likert SR = Skor Terendah Likert R = Jumlah Responden ln = TS x x 100% Keterangan: ln = Indeks TS = Skor b. Interval I = 100 I = 100 = LT 5 20 Keterangan: I = Interval LT = Skor (Likert) Tertinggi

4 Kriteria interpretasi skor berdasarkan interval : 1. 80% - 100% = Sangat Setuju (Bobot 5) 2. < 80% = Setuju (Bobot 4) 3. < 60% = Ragu-ragu (Bobot 3) 4. < 40% = Tidak Setuju (Bobot 2) 5. < 20% = Tidak Setuju (Bobot 1) Analisis data dilakukan dengan deskriptif korelasional menggunakan uji Korelasi Peringkat Spearman tahun 1904 (Nazir, 2005). Uji Korelasi Peringkat Spearman adalah alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif dua variabel bila datanya berskala ordinal (ranking) serta untuk melihat kuat lemah suatu hubungan dan arah hubungan antara dua variabel. Rumus yang digunakan adalah. 6 di 2 r s = 1 N 3 N Keterangan : rs =Koefision Korelasi Spearman di =Beda antara 2 pengamatan berpasangan N = pengamatan Menurut Sugiyono (2012) untuk menentukan interval koefesien tingkat hubungan dapat dilihat pada pedoman interpretasi koefesien korelasi. 1. 0,00 0, 199 : Sangat rendah/lemah 2. 0,20 0, 399 : Rendah 3. 0,40 0,599 : Sedang 4. 0,60 0,799 : Kuat 5. 0,80 1,000 : Sangat Kuat Mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t (Djarwanto, 2014), dengan rumus. t = r s N 2 1 r s 2 Keterangan : t = Studen (Taraf Signifikansi) r s = Koefisien Korelasi Spearman N = Pengamatan Dengan kriteria uji sebagai berikut. H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel H1 diterima apabila t-hitung > t-tabel Hipotesis yang diuji adalah. H0 :Tidak terdapat hubungan antara variabel individu masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove. H1 :Terdapat hubungan antara variabel individu masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove. Mengolah dan menganalisis data, maka dipergunakan Microsoft Excel dan Software SPSS for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur Karakteristik responden pada desa penelitian banyak yang berusia produktif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur. Rentang Umur (Tahun) Jumlah Penduduk Kepala Keluarga Persentase , , , ,06 >60 5 6,84 Jumlah Berdasarkan Tabel 4 diketahui jumlah umur terbanyak yaitu 27 KK (36,98%), kelompok umur terendah adalah > 60 tahun terdapat 5 KK (6,84%). Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Karakteristik jumlah anggota keluarga adalah keluarga yang menetap dalam satu rumah tangga dan masih mendapat tanggungan. Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga. Jumlah Anggota Jumlah Penduduk Keluarga (Jiwa) Kepala Keluarga Persentase 2-3 Jiwa 28 38, Jiwa 32 43, Jiwa 13 17,80 Jumlah

5 Berdasarkan Tabel 5 diketahui jumlah anggota keluarga yang paling banyak 4-5 jiwa yaitu 32 KK (43,83%), yang terkecil 6-7 jiwa yaitu 13 KK (17,80%). Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bermukim Karakteristik Lama bermukim adalah lamanya menetap atau tinggal di desa sampai penelitian dilaksanakan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan lama bermukim. Lama Jumlah Penduduk Bermukim (Tahun) Kepala Keluarga Persentase < , , , , ,84 > ,06 Jumlah Berdasarkan Tabel 6 diketahui jumlah terbanyak yang bermukim di desa Percut tahun, tahun, tahun, masing-masing sebanyak 15 KK (20,54%) yang terkecil tahun 5 KK (6,84%). Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Pendapatan adalah jumlah responden berdasarkan penghasilan yang diperoleh dalam 1 bulan. Tabel 7. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan. Jumlah Penduduk Pendapatan Kepala Keluarga Persentase > , , , ,46 < ,95 Jumlah Berdasarkan Tabel 7 diketahui banyak kepala keluarga berpendapatan Rp Rp yaitu31 KK (42,26%) dan 3 KK (4,10%) yang berpendapatan > Rp Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik pendidikan adalah lama pendidikan formal yang diikuti dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan. Pendidikan Jumlah Penduduk Kepala Keluarga Persentase Tidak Sekolah 5 6,84 SD 46 63,01 SLTP 11 15,06 SLTA 10 13,69 Perguruan Tinggi 1 1,36 Jumlah Berdasarkan Tabel 8 diketahui banyak responden yang lulusan SD (Sekolah Dasar) yaitu 46 KK (63,01%). Hanya 1 KK (1%) lulus perguruan tinggi. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Karateristik pekerjaan dimaksud mengetahui mata pencaharian utama para responden. Hal ini dapat dilihat Tabel 9. Tabel 9. Karateristik respoden berdasarkan Jenis Pekerjaan Jumlah Peduduk Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga Persentase Nelayan 49 67,12 Pedagang 5 6,84 Wiraswasta 8 10,95 Lain-Lain 11 15,06 Jumlah Berdasarkan Tabel 9 diketahui pekerjaan yang banyak ditekuni adalah nelayan yaitu 49 KK (67,12%). Partisipasi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Mangrove Analisis tingkat partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari karakteristik individu terhadap partisipasi yang masyarakat berikan demi menjaga kelestarian hutan mangrove di desa Percut. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10

6 Tabel 10. Partisipasi Responden Terhadap Keberadaan Hutan Mangrove Partisipasi Responden SS S RG TS STS Ind Kat PERNYATAAN N S N S N S N S N S Skor 1. Mengenal dan mengerti tentang hutan mangrove ,19 T 2. Kondisi hutan bakau mangrove di desa mulai ,53 S rusak. 3. Menanam tanaman bakau untuk menjaga melestarikan ,52 S hutan mangrove. 4. Melakukan kegiatan pemeliharaan hutan mangrove ,97 S atas kehendak sendiri 5. Melakukan kegiatan pengawasan (menjaga) ,05 S terhadap hutan mangrove 6. Kegiatan penanaman, penyuluhan, dan pemeliharaan hutan mangrove ,60 S diadakan oleh kelembagaan 7. Berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan oleh lembaga ,63 S 8. Mengetahui fungsi dan mendapat manfaat hutan mangrove dari kegiatan yang ,34 S dilaksanakan oleh lembaga 9. Mengambil hasil hutan bakau membantu menambah ,28 T pendapatan 10.Wajib melakukan penanaman kembali bagi masyarakat yang memanfaatkan hasil dari ,06 S hutan bakau 11.Keberadaan hutan mangrove sangat penting oleh sebab itu perlu dijaga dan dilestarikan ,15 T 12.Kerusakan hutan bakau berdampak buruk pada ,82 T kehidupan masyarakat 13.Kegiatan penanaman bakau dilakukan berdasarkan kondisi ,41 S hutan bakau yang mulai rusak 14.Saya menanam bibit/anakan ketika kondisi hutan bakau mulai rusak ,50 S 15.Pemeliharaan hutan bakau secara rutin dan terjadwal oleh masyarakat dapat ,32 T melestarikan hutan mangrove 16.Merusak hutan bakau, dikenai hukuman (sanksi) dari pemerintah dan masyarakat ,02 T

7 Tabel 10. Lanjutan PERNYATAAN 17.Saya bersedia menjadi anggota dalam pemeliharaan dan pelestarian bibit mangrove 18.Pemerintah mempunyai hak untuk mengelola hutan bakau secara penuh dengan mengikutsertakan masyarakat desa 19.Pemerintahan desa membentuk organisasi khusus mengenai pemeliharaan dan pengawasan hutan bakau dan anggotanya terdiri dari masyarakat desa. 20.Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal demi menjaga kelestarian mangrove Partisipasi Responden SS S RG TS STS N S N S N S N S N S Skor Ind ,54 T ,69 S ,43 S ,01 T TOTAL (JIWA) PERSENTASE N 3,63 25,342 37,53 27,67 5, Kat Keterangan: SS = Sangat Setuju (Jiwa) S = Setuju (Jiwa) RG = Ragu-ragu (Jiwa) TS = Tidak Setuju TST = Sangat Tidak Setuju N = Jumlah Responden (jiwa) T/S = Tinggi/Sedang S = Skor Ind = Indeks Kat = Kategori Berdasarkan Tabel 10 diketahui hasil yang diperoleh dari analisis tingkat partisipasi masyarakat menggunakan Skala Likert. 8 pernyataan kategori tinggi dan 12 pernyataan kategori sedang. Indek 62,19% dari pernyataan pertama menggambarkan tidak ada responden yang sangat mengerti mengenai mangrove dan banyak raguragu. Berdasarkan perhitungan skor pernyataan ini termasuk kategori tinggi. Hasil pada Tabel 10 yang berkaitan dengan pernyataan pemanfaatan hutan mangrove termasuk tinggi dengan indek 63,28% dan responden memilih setuju 32 jiwa, yang memilih tidak setuju 20 jiwa. Tinggi dalam hal ini adalah banyaknya masyarakat yang masih mengambil hasil dari hutan mangrove seperti ikan, kayu dan buah. Sebagian dari responden mengambil hasil dari hutan mangrove ini untuk konsumsi pribadi dan ada menjualnya untuk menambah pendapatan. Namun ada yang tidak memanfaatkan hasil dari hutan mangrove. Hal ini berhubungan dengan pernyataan ke sepuluh yaitu wajib melakukan penanaman kembali bagi masyarakat yang memanfaatkan hasil dari hutan mangrove dengan indek 55,06% termasuk kategori sedang. Berdasarkan Tabel 10 mengenai pemeliharaan mangrove secara rutin dan terjadwal dapat melestarikan mangrove memiliki indek 72,32% kategori tinggi. Responden banyak yang menyetujui pernyataan ini, mereka berharap agar pemerintah lebih terlibat dalam kegiatan pemeliharaan mangrove. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Karakteristik Responden Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Kelompok Umur Analisis tingkat partisipasi berdasarkan karakteristik umur dapat dilihat dari Tabel 11. Tabel 11. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan kelompok umur.

8 Umur Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebradaan Hutan Mangrove S.T T S R S. R , , , ,06 > ,84 Jumlah Berdasarkan pada Tabel 11 diketahui kategori umur tahun memiliki tingkat partisipasi yang tinggi. 4 KK tinggi dan termasuk sedang adalah 23 KK (36,98%). Partisipasi terkecil pada rentang umur >60 KK (6,84%). Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Analisis tingkat partisipasi berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat diketahui dari hasil Tabel 12. Tabel 12. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah Partisipasi Masyarakat Terhadap Anggota Kebradaan Hutan Mangrove Keluarga S.T T S R S.R 2-3 Jiwa , Jiwa , Jiwa ,80 Jumlah Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa jumlah anggota keluarga terbanyak pada 4-5 jiwa, 3 KK kategori tinggi dan 29 KK kategori sedang. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Lama Bermukim Analisis tingkat partisipasi berdasarkan lama bermukim dapat diketahui dari hasil Tabel 13. Tabel 13. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan lama bermukim Lama Partisipasi Masyarakat Terhadap Bermukim Kebradaan Hutan Mangrove (Tahun) S.T T S R S.R < , , , , ,84 > ,06 Jumlah Berdasarkan Tabel 13 diketahui hasil analisis partisipasi terbanyak tahun, 4 KK kategori Tinggi dan 11 KK kategori sedang. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Pendapatan Analisis tingkat partisipasi berdasarkan pendapatan diketahui dari hasil pengolahan data pada Tabel 14. Tabel 14. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan pendapatan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pendapatan Kebradaan Hutan Mangrove S.T T S R S.R > , , , ,46 < ,95 Jumlah Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 14 pendapatan para responden ratarata berkisar Rp Rp /bulan. Pada pendapatan Rp Rp , 4 KK termasuk kategori tertinggi dan 21 KK pada kategori sedang. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Pendidikan Analisis tingkat partisipasi pendidikan menggambarkan bagaimana tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan mangrove, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan pendidikan. Partisipasi Masyarakat Terhadap Pendidikan Kebradaan Hutan Mangrove S.T T S R S.R Tidak Sekolah 5 6,84 SD ,01 SLTP ,06 SLTA 10 13,69 Perguruan Tinggi 1 1,369 Jumlah Tingkat pendidikan berdasarkan hasil analisis pada Tabel 15 diketahui partisipasi tertinggi pada pendidikan SD yaitu 6 KK termasuk tinggi dan 40 KK termasuk kategori sedang.

9 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Pekerjaan Analisis tingkat partisipasi pekerjaan menggambarkan bagaimana partisipasi masyarakat terhadap mangrove, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan pekerjaan Partisipasi Masyarakat Terhadap Jenis Kebradaan Hutan Mangrove Pekerjaan S.T T S R S.R Nelayan ,12 Pedagang 1 4 6,84 Wiraswasta 8 10,95 Lain -Lain 11 15,06 Jumlah Berasarkan Tabel 16 pekerjaan yang memiliki tingkat partisipasi tertinggi adalah nelayan. 8 KK kategori tinggi dan 41 KK kategori sedang. Analisis Hubungan Antara Karakteristik Individu Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Mangrove Hubungan antara karakteristik individu masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap hutan mangrove dapat diketahui dengan Korelasi Rank Spearman (rs) dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Korelasi Rank Spearman antara karakteristik individu masyarakat dengan tingkat partisipasi. Karakteristik Individu Masyarakat Partisipasi Signifikansi (ɑ=0,05) t-hitung t-tabel Umur -0,055 0,643-0,464 1,993 Jumlah Anggota Keluarga -0,033 0,780-0,278 1, 993 Pendapatan 0,341** 0,003 3,056 1, 993 Pendidikan 0,161 0,175 1,374 1, 993 Lama Bermukim -0,043 0,721-0,362 1, 993 Pekerjaan -0,239* 0,042-2,073 1, 993 Sumber Data: Correlation Rank Spearman SPSS 20 (2016 Pembahasan Analisis Tingkat Partisipasi terhadap Keberadaan Hutan Mangrove Hasil pada Tabel 12 diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove di desa percut berdasarkan karakteristik individu masyarakat (umur, jumlah anggota keluarga, lama masa bermukim, tingkat pendapatan, pekerjaan dan tingkat pendidikan) diperoleh nilai tingkat partisipasi pada kategori sedang yaitu 58,65%. Nilai ini diperoleh dari nilai ratarata total skor tingkat partisipasi para responden yang telah diwawancari sebelumya dan berdasarkan hasil dari perhitungan Skala Likert pada Tabel 12, namun nilai ini berbeda dengan Hipotesis 1 yang menyatakan tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan adalah rendah. Jadi H0 diterima dan H 1 ditolak, artinya hipotesis 1 ditolak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutapea (2009) di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, di manapada penelitian tersebut diperoleh nilai tingkat partisipasi masyarakat sebesar 49,78% termasuk kategori sedang dan nilai tersebut diperoleh dari rata-rata total skor tingkat partisipasi para responden yang telah diwawancari sebelumya. Berdasarkan pada tabel 1 dan dari wawancara tokoh masyarakat. Diketahui luas wilayah mangrove di Kabupaten Deli Serdang pada awalnya adalah ±600 ha namun hanya 300 ha yang terdapat di desa percut (Sebelum terjadinya alih fungsi lahan) setelah terjadinya alih fungsi lahan menjadi tambak, pemukiman dan lahan sawait hanya ±200 ha yang masih tetap dipertahankan. Mangrove yang masih bertahan akan mengalami kehancuran

10 apabila masyarakat tidak melakukan pemeliharaan dan melakukan kegiatan jual beli lahan mangrove. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Lahan Mangrove yang Sudah Lama Ditinggalkan Analisis Hubungan Antara Karakteristik Individu Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi Analisis Hubungan Umur dengan Tingkat Partisipasi Dari hasil analisis hubungan umur dengan partisipasi pada Tabel. 13 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi (rs) sebesar -0,055 dan hubungan ini sangat lemah dan memiliki angka probabilitas sebesar 0,643 lebih besar dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0 diterima) hal ini diinterpretasikan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hal ini tidak berbeda dengan angka t-hitung = -0,464 lebih kecil dari angka t-tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0 diterima) sehingga dikatakan tidak adanya hubungan antara umur dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Menurut Hartono dan Azis (1990) bahwa seseorang dikatakan matang atau dewasa untuk melakukan sesuatu aktivitas seperti pelestarian hutan mangrove tidak hanya diukur berdasarkan umur, melainkan dilihat dari tingkat berfikirnya. Menurut penelitian Budiyanto (2002) yang menyatakan tidak ditemukan adanya hubungan antara usia responden yang sudah tua atau masih muda dengan tingkat partisipasi masyarakat. Kelompok usia muda lebih mudah menerima ide baru dan cenderung lebih cepat mengambil keputusan tentang objek yang diamati. Tidak adan hubungan antara umur dengan partisipasi diduga karena pemahaman hutan mangrove belum menyentuh semua lapisan umur masyarakat. Analisis Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Tingkat Partisipasi Berdasarkan hasil analisis hubungan jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi (rs) sebesar -0,033 dan hubungan ini sangat lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,780 lebih besar dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0 diterima), hal ini diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove. Hal ini tidak berbeda dengan angka t-hitung = -0,278 lebih kecil dari angka t-tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0 diterima) dan berah negatif (tidak searah) sehingga dapat di katakakan bahwa tidak adanya hubungan yang berpengaruh antara jumlah anggota keluarga dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan Hutapea (2009). Nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,060. Hubungan ini sangat lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,583 lebih besar dari α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 % (artinya, H0 diterima) dan berarah positif. Jumlah anggota keluarga yang besar mempunyai peluang yang besar pula untuk turut berperan serta terhadap tingkat partisipasi. Meskipun korelasinya sangat lemah namun arahnya positif maka dapat diartikan dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga cenderung untuk memberikan partisipasi meskipun kecil. Analisis Hubungan Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Berdasarkan hasil analisis hubungan pendapatan dengan partisipasi pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai

11 koefesien korelasi (rs) sebesar 0,341 ** dan hubungan ini dikatakan lemah namun memiliki angka probabilitas 0,003 lebih kecil dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0 ditolak) hal ini diinterpretasikan adanya hubungan yang antara pendapatan dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hal ini tidak berbeda dengan angka t-hitung =3,056 lebih besar dari angka t-tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0 ditolak), dapat di simpulkan bahwa adanya hubungan antara pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan mangrove. Hal ini sesuai dengan Saptorini (2003) yang menyatakan pendapatan merupakan unsur yang penting bagi setiap orang, karena dengan adanya penghasilan seseorang akan dapat meningkatkan kesejahteraannya dan dengan pendapatan yang relatif tinggi seseorang tidak hanya memikirkan bagaimana upaya memenuhi kebutuhan hidup yang layak tetapi dapat menyisihkan sebagian untuk kebutuhan hidup yang lainnya. Analisis Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Dari hasil analisis hubungan pendidikan dengan partisipasi pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi (rs) sebesar 0,161 dan hubungan ini dikatakan sangat lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,175 lebih besar dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0 diterima) hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove. Hal ini tidak berbeda dengan angka t-hitung = 1,374 lebih kecil dari angka t-tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0 diterima) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan yang berpengaruh antara pendidikan dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hal ini juga sejalan dengan Budiyanto (2002) yang menyatakan karakteristik pendidikan penduduk tidak memiliki suatu korelasi positif yang nyata dengan tingkat partisipasi. Hal ini mengandung arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi partisipasi responden atau semakin rendah pendidikan maka tingkat partisipasi responden semakin rendah. Analisis Hubungan Lama Bermukim dengan Tingkat Partisipasi Berdasarkan hasil analisis hubungan bermukim dengan partisipasi pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi (rs) sebesar -0,043 dan hubungan ini dikatakan lemah negatif namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,721 lebih besar dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0 diterima) hal ini dapat diinterpretasikan tidak adanya hubungan antara lama bermukim dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hal ini tidak berbeda dengan angka t-hitung = -0,362 lebih kecil dari angka t-tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0 diterima) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan antara lama bermukim dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Suroso.,dkk (2014) menyatakan tidak ada perbedaan keaktifan berpartisipasi dilihat dari lamanya tinggal di desa, namun hal ini berbeda dengan pendapat sebelumnya bahwa lamanya seorang tinggal dalam lingkungan tertentu dapat mempengaruhi partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tersebut maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih meningkat partisipasinya dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut. Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Partisipasi Dari hasil analisis hubungan pekerjaan dengan partisipasi pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi (rs) sebesar -0,239 * dan hubungan ini dikatakan lemah berarah negatif serta memiliki angka probabilitas sebesar 0,042 lebih kecil dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0 ditolak) hal

12 ini dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan yang tidak terlalu signifikan antara pekerjaan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove, negatif disini dimaksudkan meskipun pekerjaannya kurang baik tetapi partisipasinya baik begitu pula sebaliknya. Hal ini tidak berbeda dengan angka t- hitung = -2,073 lebih besar dari angka t- tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0 ditolak), dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang lemah dan berarah negatif antara pekerjaan dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Menurut Saptorini (2003) yang menyatakan ada kaitan antara pekerjaan dengan partisipasi, pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan nafkah kehidupan sehari-hari. Umumnya orang akan selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan maupun keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaannya agar lebih berhasil, baik melalui pendidikan formal maupun non formal atau juga otodidak. Kendala-Kendala yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Menjaga Kelestarian Hutan Mangrove di Desa Percut Berdasarkan hasil, beberapa kendala yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap mangrove yaitu. 1. Masyarakat mengeluhkan kurangnya tanggapan pemerintah terhadap keadaan ekonomi mereka, sehingga berdampak pada kurangnya kepedulian mereka terhadap keberadaan mangrove. Hal ini mengakibatkan masyarakat melakukan penebangan tanpa memperhatikan keberlanjutan ekologi dari mangrove tersebut. Disamping itu, harga yang ditawarkan kepada pemilik lahan mangrove cukup tinggi sehingga pemilik lebih memilih untuk menjualnya dibandingkan melakukan kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pengawasan. 2. Kurangnya waktu yang dimiliki oleh masyarakat yang berdampak pada tingkat partisipasi masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih banyak menggunakan waktu untuk melakukan penangkapan untuk menambah pendapatan. Setiap kepala keluarga memiliki tanggungan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga kurangnya partisipasi masyarakat melestarikan hutan mangrove baik itu atas kehendak sendiri maupun atas dorongan kelembagaan. Informasi Pengelolaan Hutan Mangrove Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan informasi pengelolaan hutan mangrove kepada masyarakat desa percut yaitu. 1. Analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang secara umum masuk kategori sedang yaitu 58,65% (<60%). Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi dan kelestarian hutan mangrove yaitu setiap masyarakat yang melakukan pemanfaatan terhadap hutan mangrove sebaiknya juga harus melakukan penanaman, pemeliharaan, pengawasan secara teratur dan terjadwal. Menerapkan peraturan yang cukup ketat oleh tokoh tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh yang cukup besar di desa tersebut. 2. Pengaruh hubungan partisipasi masyarakat dapat diketahui melalui beberapa karakteristik yaitu melalui pekerjaan, pendapatan, pendidikan, umur, lama bermukim dan jumlah anggota keluarga. Setelah analisis menggunakan korelasi Speraman 1904 didapatkan hasil bahwa karateristik pendapatan dan pekerjaan saja yang memiliki pengaruh hubungan terhadap partisipasi masyarakat. Upaya yang dilakukan agar dapat meningkatkan pendapatan dan pekerjaan adalah. a. Mengikut sertakan peran wanita dengan menciptakan kegiatan pemberdayaan wanita seperti membuat minuman dan

13 obat-obatan tradisional. Salah satunya dari jenis mangrove Acanthus illicifoliu dapat dioalah menjadi jamu dan air rebusannya dapat menjadi obat diabetes. Selain dari jenis Acanthus illicifoliu, daun jenis Nypa fruticans dapat dioalah menjadi atap rumah. Disamping itu kegiatan akan terlaksana apabila adanya kemauan dari masyarakat dan tim ahli yang melakukan penyulahan secara rutin dan terjadwal. b. Untuk meningkatkan kinerja para nelayan agar hasil tangkapan lebih optimal yaitu dengan cara melakukan pengelolaan hutan mangrove bersama, tidak dibebankan kepada kelompok tertentu. Pengelolaan hutan mangrove dilaksanakan dengan menentukan jadwal yang teratur untuk setiap masyarakat khususnya kepala keluarga, sehingga masyarakat dapat membagi waktunya untuk melakukan kegiatan penangkapan atau kegiatan lainnya yang dapat menambah pendapatan tetapi tidak meningalkan kewajibannya sebagai masyarakat yang berperan dalam menjaga kelestarian hutan mangrove. Karena dampak negatif yang dihasilkan dari rusaknya hutan mangrove bukan hanya dirasakan oleh sebagian masyarakat, melainkan seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar desa tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisis data maka kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang masuk kategori sedang 58,65% ( <60% ). 2. Karateristik individu tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi masyarakat, hanya karateristik pendapatan dan pekerjaan yang memiliki hubungan dengan partisipasi masyarakat di desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Meskipun arah hubungan dari pekerjaan negatif tetapi pekerjaan memiliki hubungan dengan partisipasi 3. Kendala yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu kurangnya waktu yang dimiliki masyarakat untuk melakukan kegiatan pelestarian. Saran Perlunya keterlibatan atau kerjasama masyarakat dan pemerintah sehingga keberadaan hutan mangrove menjadi lestari dan terjaga. DAFTAR PUSTAKA Budiyanto Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem mangrovepulau Kecil Berpenghuni. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Djarwanto Statistik Nonparametrik. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Hartono, H., dan Azis, A Ilmu Sosial Dasar. Bumi Aksara; Jakarta. Nazir, M Metode Penelitian. Penerbit Ghalia. Bogor. Saptorini Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Konservasi Hutan Mangrove di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. [Tesis]. Universitas Diponegoro. Semarang. Sarmila, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Hutan Mangrove di Kelurahan Terusan, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak. [Tesis]. Universitas Terbuka. Jakarta. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Umar, H Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penetuan Daerah Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN MANGROVE DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG USWATUN NISA

PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN MANGROVE DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG USWATUN NISA PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN MANGROVE DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG USWATUN NISA 120302005 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Roganda Malau ¹), Hasman Hasyim ²),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

SIKAP NELAYAN TERHADAP PROGRAM UNGGULAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN DELI SERDANG

SIKAP NELAYAN TERHADAP PROGRAM UNGGULAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN DELI SERDANG SIKAP NELAYAN TERHADAP PROGRAM UNGGULAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN DELI SERDANG (Kasus: Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang) Rofiqoh Ahmad 1), Yusak Maryunianta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di wilayah pesisir. Hutan mangrove menyebar luas dibagian yang cukup panas di dunia, terutama

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem

Lebih terperinci

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province By Gita Rizanty 1) Kusai 2) and Lamun Bathara 3) ABSTRACT The research

Lebih terperinci

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Lancang Besar dan perairan sekitarnya, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan

Lebih terperinci

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Oleh Ibas.boyz@yahoo.com Bastari 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT DESA SAHAN TERHADAP SATUAN POLHUT REAKSI CEPAT (SPORC)

PERSEPSI MASYARAKAT DESA SAHAN TERHADAP SATUAN POLHUT REAKSI CEPAT (SPORC) PERSEPSI MASYARAKAT DESA SAHAN TERHADAP SATUAN POLHUT REAKSI CEPAT (SPORC) (Perception Of Community Sahan Village Towards Satuan Polhut Reaksi Cepat (SPORC)) Erwin Anton Teterissa, Bachrun Nurdjali, Sofyan

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-65 Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan Yani Wulandari dan Rulli Pratiwi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan uji t- hitung pada taraf t- tabel = 1, Karakteristik umur ( nilai r s = 0,035 ). t- hit = r s N - 2.

Lampiran 1. Perhitungan uji t- hitung pada taraf t- tabel = 1, Karakteristik umur ( nilai r s = 0,035 ). t- hit = r s N - 2. Lampiran 1. Perhitungan uji t- hitung pada taraf t- tabel = 1,980 1. Karakteristik umur ( nilai r s = 0,035 ). t- hit = r s N - = 0,035 87-1 - (0,035) = 0,035 ( 9, ) = 0,3. Karakteristik jumlah anggota

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM PADA TAMAN NASIONAL MERU BETIRI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI

KAJIAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM PADA TAMAN NASIONAL MERU BETIRI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI KAJIAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM PADA TAMAN NASIONAL MERU BETIRI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI Oleh: AYU PUSPITANINGSIH NIM. 071510201086 JURUSAN

Lebih terperinci

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Pengaruh perubahan kondisi hutan mangrove terhadap pola mata pencaharian nelayan : studi kasus di Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas di dunia sekitar 19% dari total hutan mangrove dunia, dan terluas se-asia Tenggara sekitar 49%

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan yang semakin ketat, membuat setiap perusahaan harus memiliki suatu keunggulan bersaing agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE UNTUK MENANGGULANGI ABRASI DI PANTAI SARI DESA TOLAI BARAT KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Ketut Rediasti No. Stb A 351 10 052 Diajukan

Lebih terperinci

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA Kartini V.A. Sitorus 1, Ralph A.N. Tuhumury 2 dan Annita Sari 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Budidaya Perairan

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla) STUDI KASUS DI DESA SUNGAI ENAU KECAMATAN KUALA MANDOR B KABUPATEN KUBU RAYA

MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla) STUDI KASUS DI DESA SUNGAI ENAU KECAMATAN KUALA MANDOR B KABUPATEN KUBU RAYA MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENANAMAN MAHONI (Swietenia STUDI KASUS DI DESA SUNGAI ENAU KECAMATAN KUALA MANDOR B KABUPATEN KUBU RAYA (Society Motivation on Study Case in Sungai Enau Village, Sub-District

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan mengandung pengertian suatu perubahan besar yang meliputi perubahan fisik wilayah, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang didukung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Babakan Madang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bogor, Kesatuan Pemangkuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM REHABILITASI MANGROVE DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS MASYARAKAT TESIS. Oleh

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM REHABILITASI MANGROVE DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS MASYARAKAT TESIS. Oleh PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM REHABILITASI MANGROVE DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS MASYARAKAT ( Studi Kasus Di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis berbentuk kepulauan dengan 17.500 pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan kawasan tempat tumbuh hutan

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN HUTAN MANGROVE BERDASARKAN NDVI DAN KRITERIA BAKU DI KAWASAN HUTAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN HUTAN MANGROVE BERDASARKAN NDVI DAN KRITERIA BAKU DI KAWASAN HUTAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN HUTAN MANGROVE BERDASARKAN NDVI DAN KRITERIA BAKU DI KAWASAN HUTAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI YOHANES GINTING 101201064 PROGRAM STUDI KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan BAB II METODE PENELITIAN A. BENTUK PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah metode penelitian asosiatif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani karet dengan perilaku menabung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi 41 METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran Restoran fast food yang banyak bermunculan di kota Bogor saat ini memicu persaingan antar restoran fast food tersebut di kota

A. Kerangka Pemikiran Restoran fast food yang banyak bermunculan di kota Bogor saat ini memicu persaingan antar restoran fast food tersebut di kota III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Restoran fast food yang banyak bermunculan di kota Bogor saat ini memicu persaingan antar restoran fast food tersebut di kota Bogor. Tiap perusahaan akan mengunggulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove memiliki sifat khusus yang berbeda dengan ekosistem hutan lain bila dinilai dari keberadaan dan peranannya dalam ekosistem sumberdaya alam, yaitu

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI (Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Melati di Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)

Lebih terperinci

( 2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

(  2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara 1 PERSEPSI MASYARAKAT DAN DAYA DUKUNG PERAIRAN BAGI KEGIATAN BUDIDAYA PERIKANAN DI KAWASAN DANAU PONDOK LAPAN DUSUN PULKA KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT Public Perception and Carrying Capacity of

Lebih terperinci

MOTIVATION LEVEL FISHERMEN DUANO TO FISHING ENTERPRISE TANJUNG PASIR VILLAGE OF RIAU PROVINCE. Abstract I. PENDAHULUAN

MOTIVATION LEVEL FISHERMEN DUANO TO FISHING ENTERPRISE TANJUNG PASIR VILLAGE OF RIAU PROVINCE. Abstract I. PENDAHULUAN 200 TINGKAT MOTIVASI BERUSAHA NELAYAN SUKU DUANO TERHADAP USAHA PENANGKAPAN IKAN DI DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU MOTIVATION LEVEL FISHERMEN DUANO TO

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang 29 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan di

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO Riska Yulianti, Agung Wibowo, Arip Wijianto Program Studi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi

METODE PENELITIAN. deskriptif bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 28 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif, yang dilakukan untuk menganalisis pembentukan citra perusahaan

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010 PENGARUH AKTIVITAS EKONOMI PENDUDUK TERHADAP KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyarataan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 302-308 Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Dalam pelaksanaan proses pembangunan, manusia tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword: Perception, Tanjung Rambutan Village, Ex quarry land (Quarri)

ABSTRACT. Keyword: Perception, Tanjung Rambutan Village, Ex quarry land (Quarri) PUBLIC PERCEPTION OF EX QUARRY LAND UTILIZATION (QUARRY) AS BUSSINESS PLACE OF FLOATING NET CAGES CULTURE (FNC) IN TANJUNG RAMBUTAN VILLAGE KAMPAR DISTRICT KAMPAR REGENCY RIAU PROVINCE By Jalisman 1) ;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam 2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan mangrove terjadi interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK

Lebih terperinci

Edu Geography

Edu Geography Edu Geography 1 (2) (2013) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI ANAK PADA JENJANG PENDIDIKAN TINGGI Agus Arifin,

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) Ikram Anggita Nasution

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT. Coca Cola Botling, Co adalah salah satu perusahaaan yang telah menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini menunujukkan bahwa PT.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu sumberdaya pesisir yang penting adalah ekosistem mangrove, yang mempunyai fungsi ekonomi dan ekologi. Hutan mangrove dengan hamparan rawanya dapat menyaring dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Menurut Singarimbun (1995) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha restoran saat ini dinilai sebagai bisnis yang berprospek tinggi. Perkembangan usaha restoran di Kota Bogor telah menimbulkan persaingan dalam

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI KELURAHAN KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI KELURAHAN KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA SKRIPSI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI KELURAHAN KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA SKRIPSI ISMIMARHAMA 205 13 11 018 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

STUDI AKTIVITAS NELAYAN KETURUNAN BUGIS-MAKASSAR WILAYAH PESISIR LAMPU SATU DI KOTA MERAUKE

STUDI AKTIVITAS NELAYAN KETURUNAN BUGIS-MAKASSAR WILAYAH PESISIR LAMPU SATU DI KOTA MERAUKE STUDI AKTIVITAS NELAYAN KETURUNAN BUGIS-MAKASSAR WILAYAH PESISIR LAMPU SATU DI KOTA MERAUKE Rosa Delima Pangaribuan 1) dan Imelda Carolina La Ode 2) Surel: pangaribuanrosa@yahoo.com 1 Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat a. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 2 bulan terhitung dari bulan Juli 2016 sampai dengan Agustus 2016. b. Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang terletak di Jl. DR. Setiabudhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Hal tersebut dikarenakan berhasil atau tidaknya suatu penelitian akan dipengaruhi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan Tlanakan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas wilayah 48,10 Km 2 dan terletak

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal (The Relationship of Social

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki. Ekosistem mangrove menjadi penting karena fungsinya untuk

PENDAHULUAN. beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki. Ekosistem mangrove menjadi penting karena fungsinya untuk PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan masyarakat tumbuhan atau hutan yang beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki peranan penting dan manfaat yang

Lebih terperinci

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN 8.1. Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove Pendekatan AHP adalah suatu proses yang dititikberatkan pada pertimbangan terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RPH Tenjo Kelas Perusahaan Acacia mangium BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah pengguna sepatu Converse, dan lokasi dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, maka jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. menjelaskan hubungan kausal antar variabel yang menggunakan rumus-rumus

BAB II METODE PENELITIAN. menjelaskan hubungan kausal antar variabel yang menggunakan rumus-rumus BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional dengan analisis kuantitatif, yaitu metode penelitian yang menjelaskan

Lebih terperinci

TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT TEGAL DALAM BERASURANSI Oleh: Gunistiyo dan Subekti ABSTRAK

TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT TEGAL DALAM BERASURANSI Oleh: Gunistiyo dan Subekti ABSTRAK TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT TEGAL DALAM BERASURANSI Oleh: Gunistiyo dan Subekti ABSTRAK This research is purposed to recognize asurance are grade of Tegal people and to recognize correlation care grade.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang memusatkan diri dalam meneliti

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan di Desa Karang Song, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yaitu tempat yang ditetapkan pemerintah sebagai lahan pemukiman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Dalam menjalankan suatu bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan. PT BFI Finance Indonesia Tbk sebagai perusahaan yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Disusun Oleh : Eliya Saidah H0402035 III. METODE PENELITIAN A. Metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tapanuli Selatan. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT KEPEDULIAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP HUTAN LINDUNG GUNUNG PEMANCING - GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

STUDI TINGKAT KEPEDULIAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP HUTAN LINDUNG GUNUNG PEMANCING - GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA STUDI TINGKAT KEPEDULIAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP HUTAN LINDUNG GUNUNG PEMANCING - GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA Study of Public Awareness Level around Forest toward Protected Forest of

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual English First Bogor adalah lembaga kursus bahasa Inggris yang menggunakan tenaga pengajar penutur asli bahasa Inggris, memiliki jadwal kursus

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi pada PT.Telkom Pekanbaru yang terletak di jalan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi pada PT.Telkom Pekanbaru yang terletak di jalan 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi pada PT.Telkom Pekanbaru yang terletak di jalan Sudirman No.199 Kota Pekanbaru yang dimulai pada tanggal 25 april 2014 sampai

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ICE CREAM DALAM WADAH BATOK KELAPA MUDA DI KOTA MEDAN

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ICE CREAM DALAM WADAH BATOK KELAPA MUDA DI KOTA MEDAN ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ICE CREAM DALAM WADAH BATOK KELAPA MUDA DI KOTA MEDAN ABSTRAK Risa Yanti Diannisa Siregar*), Iskandarini**), Emalisa**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU JURNAL Motivasi Pembudidaya Dalam Usaha Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Jorong Rambahan Nagari Tanjung Betung Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat OLEH RAFIKAH NIM:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel 31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI JASA LINGKUNGAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR KECAMATAN MEDAN BELAWAN HASIL PENELITIAN

VALUASI EKONOMI JASA LINGKUNGAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR KECAMATAN MEDAN BELAWAN HASIL PENELITIAN VALUASI EKONOMI JASA LINGKUNGAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR KECAMATAN MEDAN BELAWAN HASIL PENELITIAN Oleh: MARIA KRISTINA SIHOMBING 051201032/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

`BAB III METODE PENELITIAN. bimbingan kelompok dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII di

`BAB III METODE PENELITIAN. bimbingan kelompok dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII di `BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasi, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara keaktifan mengikuti layanan bimbingan kelompok

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK DENGAN KENAIKAN TINGKAT PENDAPATAN PETANI KOPI

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK DENGAN KENAIKAN TINGKAT PENDAPATAN PETANI KOPI HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK DENGAN KENAIKAN TINGKAT PENDAPATAN PETANI KOPI Siti Aminah 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Siti_sarahaminah@yahoo.co.id Tedi Hartoyo 2) Fakultas

Lebih terperinci

KATA KUNCI: PUAP, Dinamika Organisasi dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pertanian

KATA KUNCI: PUAP, Dinamika Organisasi dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pertanian DINAMIKA ORGANISASI GAPOKTAN DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN(PUAP) Evri Ricky Rodesta Sianturi *), Meneth Ginting **), dan Rahmanta Ginting **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2013, pengambilan sampel sudah dilaksanakan di Pantai Patra Sambolo, Kecamatan Anyer Kabupaten

Lebih terperinci

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu tindakan penelitian ilmiah perlu digunakan metode-metode penelitian mulai dari mengumpulkan data, sampai kepada menampilkan data data serta memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Desember 2011 dan Bulan

Lebih terperinci