BAB I PENDAHULUAN. sehingga jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah
|
|
- Shinta Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia, sehingga jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap minggu, berita itu menghiasi media massa; bukan hanya tawuran antar pelajar saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran antar polisi dan tentara, antar polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, bahkan tawuran juga terjadi diantara mahasiswa dengan mahasiswa. Tawuran antar kelompok semakin semarak semenjak terciptanya geng-geng. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng/kelompoknya (Alim Sumarno, 2011). Rasa dendam dan kesetiakawanan dapat menjadi pemicu terjadinya tawuran. Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi, maka sekelompok orang membalas perlakuan yang disebabkan kelompok lain yang dianggap merugikan individu dalam kelompok atau mencemarkan nama baik kelompok tersebut ( Iskandar, 2011). Salah satu aksi tawuran antar kelompok adalah tawuran antar kelompok mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian yang terjadi pada bulan Oktober 2011, seperti ditulis oleh Harian Analisa, 1 November 2011,
2 Peristiwa tawuran terjadi antara mahasiswa Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Pertanian (FP) (USU) di dalam lingkungan kampus, Senin (31/10) siang Lebih lanjut menurut salah seorang mahasiswa Departemen Teknik Mesin (dalam Tabloid Suara USU, Desember 2011), ratusan polisi mengamankan lokasi dengan menahan sekitar 119 mahasiswa Fakultas Teknik di Polresta Medan. Sementara itu, dari sekitar 119 mahasiswa Fakultas Teknik, polisi menetapkan lima mahasiswa ditahan selama satu bulan. Sedangkan mahasiswa Fakultas Pertanian memilih kembali ke fakultas. Sekitar 150 mahasiswa Fakultas Pertanian berjaga hingga pukul 4 dini hari. Tian (nama samaran), salah seorang pelaku tawuran tersebut, menyatakan bahwa permasalahan yang terjadi antara mahasiswa Fakultas Pertanian dengan Fakultas Teknik, bukan merupakan hal yang baru terjadi. Beberapa tahun sebelumnya juga pernah terjadi perkelahian antar kedua fakultas ini. Namun, permasalahan tersebut tidak pernah lagi muncul sampai dengan kejadian pada tanggal 30 Oktober 2011 yang lalu. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 Oktober 2011 yang lalu juga diawali dengan beberapa kejadian yang akhirnya memicu perkelahian yang lebih besar. Perkelahian itu sebenarnya karna masalah sepele ajanya. Pas hari II POMB kemaren, tanggal 9 September itu kalo ga salah Jadi kami kumpulkanlah semua adek-adek itu di lapangan itu, hampir sampe keluar trotoar itu memang. Barislah kan orang itu disitu. Trus, tiba-tiba datanglah barisan Pertanian Lewatlah barisan orang itu kan, disenggol orang itulah barisan belakang adek-adek kami. Pas kebetulan yang tersenggol itu anak Mesin. Baru siap itu orang itu lari, sambil ketawak ngejek gitu. Kan ngajak maen kali orang itu. Tapi, disitu memang belum rusuh kalilah, paling beberapa senior kami aja yang datangi orang itu. Bukan dari Mesin aja, dari Sipil, Industri, Elektro, Kimia juga datangi orang itu kan. Entah apa dibilangi abang itu, baru ya udah siap...
3 Berdasarkan kutipan wawancara diatas, dapat dilihat bahwa permasalahan yang sederhana ternyata dapat memunculkan perkelahian. Meskipun permasalahan tersebut hanya dialami oleh mahasiswa Departemen Teknik Mesin, namun mahasiswa Fakultas Teknik lainnya (selain Departemen Teknik Mesin) juga turut membela kepentingan Departemen lainnya. Suwarno (2008), menyatakan bahwa kebanggaan yang begitu besar terhadap kelompok dan anggota didalamnya menyebabkan fanatisme terhadap kelompoknya dan secara tidak langsung membuat mereka memiliki nilai yang negatif terhadap kelompok lain. Dengan kata lain, pandangan anggota kelompok terhadap kelompoknya akan sangat berpengaruh terhadap perilaku setiap anggota terhadap kelompoknya tersebut (social identity). Menurut Burke (2000), social identity adalah bagaimana seseorang menyadari keberadaannya dalam sebuah kelompok dan menyatakan identitasnya sesuai dengan kelompoknya. Hal ini menjadi dasar bagi setiap individu untuk dapat menerima dan menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan menurut Social Identity Theory (Hoggs & Abrams, 1988; Tajfel, 1978) secara alamiah setiap individu melakukan pengelompokan terhadap atribut-atribut sosial yang dikenalnya. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan kompleksitas berbagai stimulus sosial dan informasi yang diperolehnya dari lingkungan. Dengan demikian, individu melakukan pemrosesan informasi didasarkan atas kategorisasi hasil pengelompokan yang dilakukan tersebut, yang dikenal sebagai category based information processing (Oetzel, 2002). Pemrosesan informasi berdasar atribut kategori menyebabkan seseorang tidak
4 dilihat berdasarkan karakteristik-karakteristik individual yang dimilikinya, melainkan berdasar atribut kelompok tempat ia menjadi anggotanya (Dahesihsari, 2008). Individu juga mengidentifikasikan dirinya dengan suatu kelompok sosial sebagai usahanya untuk mencari identitas sosial yang positif (Ellemers & Van Knippenberg, 2002). Hal itu dilakukan dengan cara melakukan perbandingan antara kelompoknya dengan kelompok lain. Terjadi penilaian-penilaian yang terpolarisasi menjadi baik dan buruk, atribut yang positif diberikan kepada kelompoknya sendiri, sedangkan atribut yang kurang positif diberikan kepada kelompoknya lain (Abrams, 2003). Perbandingan tersebut, secara alamiah akan menimbulkan distorsi informasi, karena terdapat kecenderungan individu untuk membuat batasan-batasan dalam menginterpretasikan informasi yang diterimanya. Dalam situasi ini, streotipe dan bias dalam penilaian kelompok sangat mungkin untuk terjadinya kondisi yang potensial menimbulkan kesalahpahaman dan konflik. Dalam kondisi tersebut, rasa saling percaya antar kelompok dan kesediaan untuk berbagi informasi antar mereka akan cenderung berkurang (Dahesihsari, 2008). Baru pas yang tanggal 31 Oktober kemaren, sebenarnya itu da tinggal masalah sepele aja. Tapi memang karna sebelum-sebelumnya sudah mulai hidup kompornya. Jadi yang kemaren, tinggal meledak ajalah. Hahaha... Jadi, kemaren itu adalah anak Teknik 2011 yang lagi jalan lewat Pertanian. Baru tiba-tiba dari belakang adalah yang teriak Woii Botak!!. Gitu sampe di kampus, dibilang si adek inilah sama kawan-kawannya, sama seniornya juga yang kebetulan ada disitu. Geraklah semuanya ngumpul, baru datangi Pertanian. Disitulah mulai kami yang serang orang itu, lempar batu, anak Mesin bawa peralatannya masing-masing. Woo..aslilah perang disitu... Malamnya pun, masing-masing ngatur strategi. Kami ngumpul di kampus semua untuk bicarakan rencana berikutnya. Mereka pun ngumpul juga, tapi ntah dimana. Kayaknya di daerah Kampung
5 Susuk. Soalnya kemaren ada kabar jalan dari Kampung Susuk ke kampus, ditutup, jadi harus mutar kalo mau ke kampus. Malamnya kami tiba-tiba diserang duluan sama Pertanian. Itulah lab-lab kami ada yang rusak. Kami pun serang baleklah. Sampe polisi datang, barulah mulai berlarian semua. Tapi banyak juga yang kena tangkap kemaren itu... (Komunikasi Personal, 20 Desember 2011) Pandangan setiap anggota terhadap kelompoknya juga dapat dipengaruhi oleh dampak ataupun peranan yang dimiliki oleh kelompok tersebut (Halim, 2004). Salah satu hal yang dapat membuat seseorang membandingkan antar kelompok yang satu dengan yang lain adalah dilihat dari kesatuan individu yang ada didalamnya. Secara personal setiap orang pastinya memiliki keragaman kepribadian yang bervariasi, namun sekelompok orang tersebut dapat dipandang sebagai satu kesatuan. Sejauh mana sekelompok orang bersatu dan saling berpengaruh satu dengan yang lain, dikenal sebagai entitativity kelompok atau group entitativity (Campbell, 1958). Hogg (2004) menjelaskan bahwa group entitativity merupakan sifat atau kekhasan yang terdapat dalam sebuah kelompok, tidak ada batasan antar anggota kelompok, homogenitas internal, interaksi sosial, tidak ada tingkatan sosial, memiliki tujuan bersama. Group entitativity juga menyatakan bahwa setiap anggota dalam kelompok memiliki kesamaan pengalaman yang menuntun anggota-anggota didalamnya memikirkan dan melakukan perlakuan yang seragam, yang sesuai dengan kekhasan yang dimiliki oleh kelompok tersebut (Campbell, 1958; Hamilton & Sherman, 1996). Sedangkan bagaimana pandangan atau penerimaan oleh setiap anggota yang terdapat dalam kelompok tersebut
6 terhadap kesatuan kelompok dikenal dengan istilah perceived entitativity (Rodgers, 2004). Seperti kutipan diskusi (Focus Group Discussion) yang diadakan pada tanggal 4 Desember 2011 yang lalu dengan mahasiswa Fakultas Teknik pelaku tawuran, ketika ditanya mengapa tawuran tersebut bisa terjadi. Menurutku, itu terjadi karna adanya disorientasi fungsi mahasiswa. Ini dikarenakan adanya kelompok-kelompok tertentu yang lebih mengutamakan kepentingan kelompok-kelompoknya sendiri. Dalam hal ini, ada ego yang bermain. Akhirnya ketika kepentingannya diusik/diganggu, maka orang/kelompok tersebut akan merasa tersinggung dan muncullah perilaku massa yang disebut tawuran Selain itu karena merasa harga dirinya dilecehkan. Walaupun masalahnya itu sepele, misalnya panggilan atau julukan yang diberikan oleh kelompok lain kepada anggota kelompoknya, dapat memicu perselisihan. Meskipun cuma satu anggota yang diejek, tapi semua anggota kelompok merasa tersinggung. Terjadilah tawuran. Trus, karna kurangnya keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan yang positif. Misalnya PEMA, atau organisasi mahasiswa lainnya yang bisa membuat mahasiswa melakukan sesuatu yang berguna baginya dan bagi orang-orang disekitarnya. Kalau mahasiswa yang mengikuti sebuah organisasi akan memiliki kegiatan, sedangkan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan organisasi akan cenderung untuk ikut-ikutan dalam aksi-aksi seperti tawuran ini. Karena ga ada kerjaannya yang lain. (Focus Group Discussion, 4 Desember 2011) Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa entitativity dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap kelompoknya, yaitu pertama, entitativity dapat mempengaruhi proses representasi kognitif atau kesan seseorang terhadap kelompok. Hamilton dan Sherman (1996) menjelaskan bahwa perbedaan yang terjadi antara harapan individu (anggota kelompok) dan harapan kelompok, dapat mempengaruhi pandangan individu (anggota kelompok) sehingga dapat
7 menimbulkan penilaian yang berbeda dari sebelumnya dan munculnya penilaian yang baru terhadap kelompoknya. Ketika individu memandang bahwa kelompoknya memiliki kesatuan yang baik (entitativity yang tinggi), maka perilaku yang akan ditunjukkan oleh individu tersebut juga akan cenderung sama dengan apa yang diharapkan oleh kelompoknya (Batang, Mart, Millar, & Cole, 1984). Kedua, entitativity dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap kelompoknya ketika kelompok tersebut memiliki dampak atau pengaruh yang relatif besar bagi sekitarnya (Hamilton dan Sherman, 1996). Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara social identity dengan perceive entitativity pada mahasiswa Fakultas Teknik pelaku tawuran. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan social identity dengan perceived entitativity pada mahasiswa Fakultas Teknik pelaku tawuran? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan social identity dengan perceived entitativity pada mahasiswa Fakultas Teknik pelaku tawuran.
8 D. Manfaat Penelitian Dari tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini, maka dapat dilihat manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Mengembangkan kajian ilmu di bidang psikologi, khususnya psikologi sosial yang menyangkut permasalahan mengenai social identity dan perceived entitativity, khususnya pada mahasiswa pelaku tawuran b. Memperkaya literatur dan menambah daftar temuan penelitian yang berkaitan dengan social identity dan perceived entitativity, khususnya pada mahasiswa pelaku tawuran. Selain itu, untuk berbagi dasar pengetahuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai social identity dan perceived entitativity 2. Manfaat Praktis a. Dapat bermanfaat bagi orangtua, pendidik, dan terutama mahasiswa sendiri, sehingga dapat lebih memahami hubungan ataupun dinamika yang terjadi di dalam kelompoknya b. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pihak-pihak yang ingin melakukan intervensi ataupun tindakan preventif untuk mencegah kemungkinan terjadinya tawuran, khususnya pada mahasiswa Fakultas Teknik USU E. Sistematika Penulisan lain: Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam penelitian ini antara
9 BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi uraian singkat mengenai latar belakang dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti yaitu teori social identity, teori perceived entitativity, teori mengenai tawuran, teori mengenai hubungan antara social identity dengan perceived entitativity, serta hipotesa penelitian. BAB III : Metode Penelitian Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur penelitian, validitas dan reliabilitas, uji daya beda aitem, prosedur pelaksanaan penelitian, serta metode analisis data. BAB IV : Analisa Data dan Pembahasan Bab ini berisi uraian tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian yang meliputi hasil uji asumsi, hasil utama penelitian, dan hasil tambahan penelitian, serta pembahasan. BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini memuat mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang diperoleh.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Social Identity 1. Definisi Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu. Ragam budaya Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan sering melakukan tindakan di luar batas-batas norma agama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geng motor bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena sudah sering mendengar ataupun membaca dari media massa mengenai munculnya geng-geng motor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tawuran merupakan suatu perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran sepertinya bagi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mungkin senantiasa dibawa ke dalam kehidupan sehari-hari. tersebut adalah Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup seorang diri dan membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Hal ini mengantarkan individu untuk cenderung
Lebih terperinciBab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam
Bab II Kajian Pustaka 2.1. Identitas Sosial Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ingatan. Hampir semua aktivitas yang kita lakukan dimulai dari yang paling
BAB I PENDAHULUAN III. A. Latar Belakang Masalah Aktivitas-aktivitas keseharian yang dilakukan oleh manusia membutuhkan ingatan. Hampir semua aktivitas yang kita lakukan dimulai dari yang paling sederhana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Indonesia
1 LAMPIRAN 2 I. Identitas Pribadi Subjek 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Agama 4. Suku Bangsa Pedoman Wawancara Lampiran 1: Pedoman Wawancara II. Gambaran Pribadi Subjek 1. Masa Kecil Subjek (Prob: Peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan
PENDAHULUAN I.A. Latar belakang Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan seseorang, disamping siklus lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian (Pangkahila, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentak, dan berbicara kasar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa agresivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan kekerasan atau agresivitas menjadi isu yang terus berkembang di masyarakat sehingga hampir setiap hari pemberitaan mengenai berbagai tindakan kekerasan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, kasus tindak kekerasan semakin marak terjadi. Hal tersebut tidak hanya terjadi di tempat yang rawan kriminalitas saja tetapi juga banyak terjadi di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing dalam dirinya, baik untuk menghadapi masalah dalam dirinya sendiri atau dalam bersosialisasi dengan teman-teman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena tawuran merupakan hal yang tidak asing lagi dalam pemberitaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena tawuran merupakan hal yang tidak asing lagi dalam pemberitaan dan pembicaraan masyarakat. Bahkan kasus aksi tawuran antar pelajar pada setiap tahunnya mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai orangtua. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya di negara kita sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. Menurut Kartini Kartono (2010: 21) pada umumnya bentuk perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dari tahun ke tahun tidak membuat kuantitas dan kualitas masalah kenakalan remaja menurun. Hal ini sepertinya sudah menjadi budaya di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) telah menyeret nama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) telah menyeret nama sejumlah institusi pendidikan lewat kasus-kasus yang terjadi selama pelaksanaannya. Dari waktu ke waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja menaruh minat dan perhatian yang cukup besar terhadap relasi dengan teman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan semakin meluas seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut untuk dapat
Lebih terperinciPedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual
85 Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual Tujuan Penelitian: 1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinciPedoman Wawancara Siswi Sebagai Informan Tambahan Nama : Kelas : Pertanyaan 1. Menurut Adik penting tidak rasa percaya diri saat berpidato? Alasannya?
1. Apa tugas Adik sebagai pembimbing? 2. Materi-materi apa saja yang Adik berikan saat membimbing kegiatan public 3. Metode seperti apa yang Adik gunakan dalam membimbing kegiatan public 4. Upaya apa yang
Lebih terperinciKutipan Wawancara dengan Wartawan Waspada yang Meliput Demo Mahasiswa terkait Kenaikan Harga BBM
Kutipan Wawancara dengan Wartawan Waspada yang Meliput Demo Mahasiswa terkait Kenaikan Harga BBM Nama Wartawan : Surya Hari/ Tanggal : Rabu/ 26 Nopember 2008 Waktu Wawancara : 10.00-10.30 WIB Keterangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salatiga adalah salah satukota kecil yang berada di Jawa tengah. Terletak di selatan Kota Semarang atau sering diberi julukan Indonesia Mini, pemberian julukan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1
Lebih terperinciPantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011
Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?
LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). Salah satu kunci
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, bekerja secara terus menerus untuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa dimana seorang manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan ini setiap remaja meninggalkan identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja diakui sebagai masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas dan ambang dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi, dididik dan diharapkan menjadi calon-calon intelektual (Knopfemacher, 1978). Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan, Ujian Nasional (UN) bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah syarat utama untuk meningkatkan martabat dan kualitas suatu bangsa. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui tercapai atau tidaknya
Lebih terperinciHUBUNGAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DENGAN INTENSI MELANJUTKAN PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI DI FAKULTAS
HUBUNGAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DENGAN INTENSI MELANJUTKAN PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI DI FAKULTAS PSIKOLOGI USU SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, baik cara berpikir,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat terlepas dari interaksi lingkungan sekitarnya. Interaksi yang dilakukan oleh manusia dimulai dari interaksi pada lingkup
Lebih terperinciLAMPIRAN BIODATA DIRI
LAMPIRAN BIODATA DIRI A. Identitas Nama : IRNA SYAFITRI Nim : 080904052 Departemen : Ilmu Komunikasi Stambuk 2008 Tempat/Tanggal lahir : Kisaran, 22 Mei 1989 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Golongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang berbeda pada masing-masing masa. Diantara masamasa
BAB I PENDAHULUAN I. A LATAR BELAKANG Manusia disebut sebagai mahluk sosial, karena setiap manusia saling membutuhkan satu sama lain. Sepanjang hidupnya manusia mempunyai tugastugas perkembangan yang berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan konsumsi. Konsumsi, dari bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak pernah lepas dari salah satu kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan konsumsi. Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berada dalam sebuah kelompok dan membangun interaksi didalamnya sering dilakukan setiap individu. Melalui kelompok, individu bisa membangun interaksi, hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah pelajar yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah pelajar yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri yang memiliki pemikiran ilmiah (rasional), yang mana atas dasar itu pulalah mahasiswa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian Kuantitatif. Tabel 4.1 Gambaran Usia dan Lama Perkawinan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Kuantitatif Penelitian dilakukan kepada 80 istri yang berada di wilayah Bekasi dan sekitarnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini diselenggarakan pada
Lebih terperinciMARAKNYA PERILAKU AGRESIF DI TINJAU DARI SEGI PSIKOLOGI
Semnas Mengurai Akar Kekerasan Massa di Indonesia MARAKNYA PERILAKU AGRESIF DI TINJAU DARI SEGI PSIKOLOGI Oleh: Alexander Angga Harmawan Mahasiswa Fakultas Psikologi - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg dan mulai resmi dapat di akses secara umum pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siswa SD kelas IV hingga VI umumnya berada pada masa kanakkanak akhir yang berusia 6-12 tahun. Masa kanak-kanak akhir merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam
15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang, sedangkan penting maksudnya bahwa ilmu pengetahuan itu besar
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu hal yang perlu dan penting. Perlu maksudnya bahwa ilmu pengetahuan yang terkandung dalam pendidikan harus dimiliki oleh setiap orang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan (Kartono, 2007). Pendidikan di Indonesia diatur dengan jelas pada pasal
Lebih terperinciPentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa
Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi yang aman dan kondusif merupakan salah satu syarat guna mendukung proses penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Karena proses penyelenggaraan pemerintahan akan
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses. pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan.
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan. Periode ini menunjukkan bahwa dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kampus merupakan salah satu sarana pendidikan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampus merupakan salah satu sarana pendidikan yang membantu mewujudkan generasi muda berprestasi dan unggul dalam bidang tertentu. Fenomena yang terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan tugas kelompok semakin populer dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan tugas kelompok semakin populer dalam dunia perkuliahan. Tugas kelompok telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, baik untuk dosen
Lebih terperinciBullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon
Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami pertumbuhan secara fisik dan perkembangan menuju tingkatan yang lebih tinggi. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciMakalah Peran BK Dalam Mengatasi Tawuran Pelajar. Tawuran Tidak Membuatmu Merasa Keren
Makalah Peran BK Dalam Mengatasi Tawuran Pelajar Tawuran Tidak Membuatmu Merasa Keren Disusun oleh : Suci Ayu Kharisma 11001193 BK / D / Sem III BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia dalam hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia dalam hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri, mereka selalu bersosialisasi atau senang berkelompok, manusia diciptakan di dunia ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini kasus kekerasan di sekolah makin sering ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun di layar televisi. Selain perkelahian antar pelajar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk dapat melatih tanggungjawab, belajar bekerjasama dan mengembangkan soft skill yang dimiliki. Melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah sarana untuk membangun kepribadian dan sisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja adalah sarana untuk membangun kepribadian dan sisi kemanusiaan bagi seseorang. Selain itu, kerja merupakan cara alami manusia untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Calon Peserta
90 PEDOMAN WAWANCARA Calon Peserta Demand Masyarakat Menjadi Peserta Mandiri Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Di Kota Medan Tahun 2016 I. Identitas Nama : Umur : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Relations merupakan suatu hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator memperlakukan komunikannya secara
Lebih terperinciStudi Deksriptif Mengenai Identitas Sosial Anggota KBPPP Yang Bergabung ke Dalam Kelompok Geng Motor Brigez Di Sukabumi
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deksriptif Mengenai Identitas Sosial Anggota KBPPP Yang Bergabung ke Dalam Kelompok Geng Motor Brigez Di Sukabumi 1 Ahmad Qhalvin Octawidyanata, 2 Suci Nugraha
Lebih terperinciDINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU MEMBUNUH (Study Kasus pada Seorang Pelaku Pembunuhan)
0 DINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU MEMBUNUH (Study Kasus pada Seorang Pelaku Pembunuhan) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Guna Memenuhi Persyaratan Sebagian Tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang sedang dalam proses pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut maupun akademi. Mahasiswa adalah generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa,etnis/suku, dan keyakinan
Lebih terperinci3. MASALAH DAN METODE PENELITIAN
3. MASALAH DAN METODE PENELITIAN Pada Bab ini akan dibahas tentang permasalahan yang menjadi dasar penelitian, definisi operasional dari motivasi dan bullying, teknik pengambilan sampel, alat ukur yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan organisasi lain sehingga dapat terus mengembangkan organisasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu susunan dengan penyediaan sumber daya manusia menjadi sebuah kesatuan dan memiliki identitas serta bekerja sama untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai warga masyarakat. Meskipun manusia mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat.
Lebih terperinciANGKET PENELITIAN. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Kelas : 3. Jenis Kelamin : 4. Alamat :
1 ANGKET PENELITIAN Nama : Deri Ciciria NPM : 0913032006 Judul : Faktor-faktor Pencegahan Tindakan Tawuran Antar Pelajar di SMK 2 Mei Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 I. Identitas Responden 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi diri yang dimiliki seseorang, pada dasarnya merupakan sesuatu yang unik. Artinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak perusahaan yang menerapkan dan mengembangkan teknologi dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, khususnya pembangunan di bidang industri. Oleh karena itu banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penderita umumnya berusia belasan tahun (Hutagalung dalam Kompas, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker tulang merupakan salah satu jenis kanker yang cukup sering dijumpai di Indonesia. Berbeda dengan kanker mulut rahim atau kanker payudara, informasi tentang gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kekuatan mutlak untuk mempertahankan sebuah negara adalah kekuatan militer, Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan bagian dari birokrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan komunikasi pada era globalisasi seperti sekarang ini. Teknologi informasi merupakan istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data statistik Indonesia tahun 2005, jumlah remaja usia tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut data statistik Indonesia tahun 2005, jumlah remaja usia 15-19 tahun mencapai 20,329,673 juta jiwa. Jumlah ini termasuk cukup besar, karena berada pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Nelayan Belawan merupakan perkampungan yang terletak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung Nelayan Belawan merupakan perkampungan yang terletak di Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Perkampungan ini dihuni sekitar 800 Kepala
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Setiap suku
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di. bidang ekonomi antar negara ASEAN (www.bppk.kemenkeu.go.id).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada
Lebih terperinciLAMPIRAN A VALIDITAS DAN RELIABILITAS
72 LAMPIRAN A VALIDITAS DAN RELIABILITAS 73 KONFORMITAS Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Valid 40 100,0 Cases Excluded a 0,0 Total 40 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup kita tidak akan lepas dari peran media massa, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi pikiran kita dipenuhi informasi dari media massa. Betapa media
Lebih terperinci