BAB I PENDAHULUAN. paling utama, oleh karena itu kesehatan termasuk dalam kepentingan yang
|
|
- Ridwan Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hajat hidup manusia sekaligus karunia dari tuhan yang paling utama, oleh karena itu kesehatan termasuk dalam kepentingan yang dilindungi oleh negara. Konstitusi telah mengatur tentang kepastian jaminan kesehatan dan sosial. Hal ini diatur dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak mendapatkan layanan kesehatan. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar melancarkan usaha - usaha untuk meningkatkan kualitas dan perikehidupan masyarakatnya dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global dengan berpedoman pada Pancasila. Pembangunan dilakukan diberbagai sektor di Indonesia, maka dari itu pelayanan kesehatanyang diselenggarakan oleh negara sangatlah penting mengingat salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menunjang tercapainya pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah dengan melakukan suatu manajemen, pengelolaan dan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya 1. Tidak bisa dipungkiri, terlihat dengan jelas di negara ini bahwa kemampuan dari masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan atas kesehatan tidak merata. 1 Bagian Konsideran Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 1
2 2 Sudah menjadi tugas pemerintah agar menciptakan keadaan yang sedemikian rupa agar setiap lapisan masyarakat dapat memenuhi baik kebutuhan maupun tuntutan kesehatannya, hal ini lah yang juga melatarbelakangi timbulnya bantuan persediaan obat serta layanan kesehatan oleh negara. Jaminan kesehatan masyarakat dan hal hal yang berkaitan dengan itu termasuk dalam kategori kepentingan publik, karena memiliki eksternalitas tinggi,sehingga tidak dapat begitu saja diselenggarakan oleh korporasi atau diserahkan kepada sembarang pihak,agar negara dapat mengontrol pelaksanaan dan distribusinya termasuk pengadaan obat obatan bagi penyelenggaraan layanan kesehatan bagi masyarakat. Salah satu barang yang penting dan berkaitan erat dengan kesehatan ialah obat obatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa, pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya layanan kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau serta menjamin ketersediaan, pemerataan serta keterjangkauan perbekalan kesehatan, termasuk obat-obatan. Dalam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh negara, pengadaannya tentu tidak dapat dapat dilakukan secara serampangan, selain karena sifat obat obatan itu sendiri yang cenderung khusus (hal ini dibuktikan dengan banyaknya regulasi yang mengatur secara khusus tentang pemakaian, pemanfaatan dan distribusi obat obatan), namun juga mengingat dalam hal pelayanan kesehatan yang disediakan oleh negara dan bantuan persediaan obat bagi rakyat miskin sumber dana yang digunakan untuk melakukan pengadaannya tidak lain berasal dari anggaran pemerintah, baik pusat maupun daerah. Tanpa terkecuali pengadaan
3 3 obat obatan bagi penyelenggaraan layanan kesehatan dari pemerintah yang merupakan komponen dasar suatu pelayanan kesehatan. Melalui pemberian obat, penyakit yang diderita oleh pasien dapat diukur tingkat kesembuhannya. Mengingat obat merupakan kebutuhan kesehatan masyarakat, maka pantaslah disebut jikasalah satu bentuk masyarakat menikmati pelayanan kesehatan dari negara adalah menerima obat setelah berkunjung ke sarana kesehatan baik puskesmas, rumah sakit maupun poliklinik. Salah satu bentuk pemerintah turut andil dalam mengatasi masalah kesehatan adalah pengadaan obat dalam pelayanan kesehatan juga merupakan indikator untuk mengukur tercapainya efektifitas dan keadilan dalam pelayanan kesehatan. Sebagaimana disebutkan dalam ketentuan peralihan Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa peraturan tentang pengadaan obat - obatan yang ada sebelumnya masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undang undang tersebut. Regulasi pengadaan obat obatan pada instansi-instansi layanan kesehatan oleh pemerintah terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan kebutuhan dan pesatnya arus teknologi yang semakin maju. Pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah secara general diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015, obat termasuk dalam kriteria barang/jasa khusus, karena jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, sehingga dapat dilakukan pengadaan melalui penunjukan langsung. Dalam hal pengadaan obat obatan, Menteri Kesehatan telah menetapkan Keputusan Menteri
4 4 Kesehatan RI Nomor : 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang mengatur secara khusus. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor KF/MENKES/167/III/2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik, seluruh satuan kerja di bidang kesehatan baik Pusat maupun daerah dan fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dalam pengadaan obat baik untuk Program Jaminan Kesehatan Nasional maupun program kesehatan lainnya dihimbau agar pengadaan obat dilaksanakan secara elektronik atau melalui sistem e- procurement yang dapat dilakukan dengan e-tendering atau e-purchasing, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 63 tahun E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem elektronik, sedangkan Katalog eleketronik (e-catalogue) merupakan pengadaan obat dengan menggunakan metode pembelian secara elektronik (e-purchasing). 2 Hal ini dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan dan pemerataan obat yang aman, bermutu dan berkhasiat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, yang pengadaannya dilaksanakan secara transparan, efektif, efisien serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan dikembangkannya sistem e-catalogue untuk obat, 2 Ketentuan Umum Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
5 5 maka pengadaan obat oleh Kementrian /Lembaga /Dinas /Instansi dapat dilaksanakan dengan: 1. Pengadaan obat yang tersedia dalam daftar e-catalogue Portal Pengadaan Nasional dilakukan dengan prosedur e-purchasing. 2. Pengadaan obat yang belum ada dalam e-catalogue menggunakan proses pengadaan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Regulasi mengenai pengadaan obat oleh pemerintah bagi fasilitas pelayanan kesehatan ini tergolong kebijakan baru, sehingga masih banyak pertanyaan pertanyaan serta hambatan yang timbul dari implementasi kebijakan berbasis elektronik ini, terkait bagaimana kepastian hukumnya serta penyelesaian sengketanya. Disamping itu, sistem perjanjian pengadaan barang secara elektronik ini dilakukan dengan frekuensi tatap muka antara para pihak yang sangat minim atau bahkan tanpa sekalipun bertatap muka secara langsung. Hal ini tentu rentan menimbulkan sengketa atau terjadi peristiwa yang tidak diinginkan yang bukan hanya merugikan para pihak yaitu penyedia barang atau panitia pengadaan barang, namun juga negara mengingat pengadaan bantuan obat ini dilaksanakan dengan menggunakan anggaran negara. Berdasarkan uraian hukum di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian terkait dengan pelaksanaan kebijakan pengadaan persediaan obat - obatan oleh negara dalam rangka pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional menggunakan sistem e-procurement agar kemudian diketahui sudahkah sesuai
6 6 implementasinya di lapangan dengan kebijakannya, serta sudah cukupkah norma kebijakan yang ada mengatur sedemikian rupa, sehingga seluruh pihak mendapat perlindungan hukum. Bukannya justru dengan banyaknya regulasi yang mengatur membuat adanya tumpang tindih norma hukum yang malah menghilangkan kepastian hukum bagi seluruh stakeholder dalam kebijakan ini. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah implementasi kebijakan pengadaan obat obatan oleh pemerintah serta hambatan yang terjadi dalam pengadaan obat melalui proses e- procurement? 2. Apa pengaruh implementasi pengadaan secara e-procurement terhadap efisiensi dan efektivitas proses pengadaan persediaan obat pada pelayanan kesehatan oleh pemerintah? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan objektif sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan mengkaji proses administrasi dan pengadaan obat obatan publik melalui proses e-procurement khususnya dengan e-katalog sehingga peneliti dapat mengetahui dan mengidentifikasi hambatan hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pengadaan persediaan obat obatan secara e- procurement khususnya dengan e- katalog.
7 7 2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh implementasi pengadaan secara e- procurement e-katalog tersebut terhadap kepuasan masyarakat terhadap proses pelayanan administrasi dan pengadaan persediaan obat obatan diukur dari efisiensi dan efektivitas pengadaan secara elektronik. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran dan informasi yang telah penulis kumpulkan di perpustakaan Universitas Gadjah Mada secara singkat, bahwa setelah ditelaah penulisan hukum ini, belum pernah dilakukan. Berdasarkan penelusuran tersebut, penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang memiliki kemiripan atas beberapa unsur yang dibahas dalam penulisan hukum ini, namun dalam karya-karya tersebut terdapat perbedaan mendasar dengan apa yang akan penulis teliti dan bahas dalam penelitian ini, baik dari judul, rumusan masalah maupun objek kajian. Penelitian yang memiliki relevansi tersebut yaitu : Analisis Penerapan E- Procurement Obat dengan Prosedur E-purchasing Berdasar E-Catalogue di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang ditulis oleh Sutriatmoko, dan Hubungan Penerapan Elektronik Katalog terhadap Efisiensi Pengadaan Dan Ketersediaan Obat di RSUD Kelas B Yogyakarta yang ditulis oleh Andryani Ningsih, dalam bentuk Tesis pada tahun 2015 pada Program Pascasarjana S2 Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dengan rumusan masalah sebagai berikut:
8 8 1. Apakah manajemen dan kontrol data memberikan pengaruh yang positif pada kinerja e-procurement obat dengan prosedur e-purchasing berdasarkan e- catalogue? 2. Apakah kualitas hasil dan produksi memberikan pengaruh yang positif pada kinerja e-procurement obat dengan prosedur e-purchasing berdasarkan e- catalogue? 3. Apakah hubungan dengan mitra kerja memberikan pengaruh yang positif pada kinerja e-procurement obat dengan prosedur e-purchasing berdasarkan e-catalogue? 4. Apakah manajemen dan kontrol data, kualitas dan hasil produksi, dan hubungan dengan mitra kerja secara bersama sama memberikan pengaruh positif pada kinerja e-procurement obat dengan prosedur e-purchasing berdasarkan e-catalogue? 5. Apakah peningkatan kinerja e-procurement obat dengan prosedur e- purchasing berdasarkan e-catalogue memberikan pengaruh positifpada efisiensi proses pengadaan obat publik? 3 6. Apakah terdapat hubungan penerapan e-katalog secara e-purchasing (persiapan, pelaksanaan, manfaat kendala) terhadap efisiensi pengadaan obat di RSUD Kelas B Yogyakarta? 3 Sutriatmoko. Analisis Penerapan E-Procurement Obat dengan Prosedur E-purchasing Berdasar E- Catalogue di Dinas KesehatanKabupaten/Kota di Jawa Tengah. Tesis. Yogyakarta Hlm 3
9 9 7. Apakah terdapat hubungan penerapan e-katalog secara manual-purchasing (persiapan, pelaksanaan, manfaat kendala) terhadap efisiensi pengadaan obat di RSUD Kelas B Yogyakarta? 8. Apakah terdapat hubungan penerapan e-katalog secara e-purchasingdan manual-purchasing (manfaat kendala) terhadap ketersediaan obat di RSUD Kelas B Yogyakarta? 4 Kedua penelitian tersebut menggunakan metode penilitian deskriptif analitik melalui survei cross sectional dan pembahasan masalahnya lebih menitikberatkan pada ilmu kefarmasian terkait kualitas hasil dan produksi, hubungan dengan mitra kerja yang secara parsial berpengaruh pada kinerja pengadaan obat menggunakan e-procurement dan nilai signifikansi pengadaan obat. Hal inilah yang menjadi pembeda terbesar antara penelitian-penelitian yang telah ada tersebut dengan penulisan hukum ini, dimana penulisan ini merupakan penelitian yuridis empiris dimana data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif-kualitatif berdasarkan peraturan perundang undangan serta hukum yang berlaku dengan motif menggali aspek hukum kebijakan publik negara atas pengadaan barang yang dilakukan oleh negara. Kedua penelitian yang telah ada ini menggunakan ilmu kefarmasian sebagai pedoman dalam melakukan analisis terkait kerja produksi dan distribusi obat 5, sedangkan penulisan hukum ini lebih menggunakan teori dan ilmu hukum administrasi negara dalam menganalisis kebijakan dan implementasi kebijakan e- 4 Andryani Ningsih. Hubungan Penerapan Elektronik Katalog terhadap Efisiensi pengadaan dan ketersediaan obat di RSUD Kelas B Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta Hlm 8 5 Ibid, Hlm 4
10 10 procurement dalam pengadaan obat obatan pada fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menggunakan kuesioner dalam pengambilan data, kemudian menyadur peraturan perundang-undangan sebagai tinjauan pustaka belaka, bukan sebagai tolak ukur dalam melakukan penelitian. Penulisan hukum dilakukan dengan membahas lebih dalam aspek aspek kepastian hukum yang terkandung dalam kebijakan mengenai e-procurement ini. Usaha pelengkapan penelitian hukum dikerjakan dengan cara menemukan asas asas umum dari peraturan yang ada kemudian diolah melalui proses induksi sehingga nantinya dari hasil penelitian yang didapat, peneliti dapat memberikan masukan bagi kebijakan yang akan datang yang tidak terbatas pada sektor distribusi dan produksi obat obatan melainkan juga mencakup pengawasan negara atas kegiatan pengadaan ini serta optimalisasi pelaksanaan pengadaan persediaan obat yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah. Berbeda dari penelitian yang telah ada sebelumnya yang terbatas meniliti kinerja dan sistem kerja daripada pihak yang terlibat dalam produksi dan distribusi obat tanpa memperhatikan kepastian hukum bagi seluruh stakeholder dalam kebijakan ini. Perlu dipertimbangkan pula hasil akhir daripada penelitian yang telah ada sebelumnya mengukur efektivitas pengadaan obat e-procurement hanya berdasarkan pada kinerja produsen, dimana penelitian hukum ini meninjau efektivitas dan efisiensi daripada pengadaan obat secara e-procurement itu sendiri dengan memperhitungkan segala usur khususnya perihal hukum yang berlaku dalam pengadaan obat secara elektronik.
11 11 Berdasarkan permasalahan dari penelitian yang ada, dapat dinyatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang pernah ada sebelumnya. Apabila tanpa sepengetahuan penulis ternyata pernah ada penelitian yang sama dengan penelitian ini, maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitianpenelitian yang pernah ada. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu hukum administrasi negara, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengadaan barang oleh negara. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian yang sejenis dan berkaitan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis Mengembangkan kemampuan penulis dalam menerapkan Metode Penelitian dalam Penulisan Hukum. b. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengadaan barang oleh negara, khususnya barang barang yang pengadaannya dilakukan melalui metode pengadaan elektronik atau e- Procurement.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang pembangunan secara nasional. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata, ketentuan ini berbunyi Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodir dan selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,
Lebih terperinciTULISAN HUKUM PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE. Abstrak
TULISAN HUKUM PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE google images/medicine Abstrak Tulisan ini membahas pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur e-purchasing Berdasarkan
Lebih terperinci2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lem
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1510, 2014 KEMENKES. Katalog Elektronik. Obat. Pengadaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG PENGADAAN OBAT BERDASARKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah menjadi salah satu kebutuhan dari setiap orang. Informasi merupakan hasil pemrosesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau pengadaan obat. Berdasarkan Undang-undang kesehatan No.36 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UUD 1945 dalam konstitusinya mengakui bahwa Kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia di Indonesia. Sebagai perwujudan dari perlindungan hak atas dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun Tentang Rumah sakit ditegaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah sakit ditegaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE
2013, No.999 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT
Lebih terperinciKEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006
KEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006 Oleh : Drs. Richard Panjaitan, Apt., SKM DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP KETERSEDIAAN, KETERJANGKAUAN DAN PEMERATAAN OBAT ESENSIAL GENERIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Dunia (WHO 1948), menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak-hak dasar manusia yang harus dipenuhi, baik yang memiliki status sosial tinggi maupun yang status sosialnya rendah. Konstitusi Organisasi Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Good governance merupakan paradigma baru dalam tatanan pengelolaan pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance tidak menyurut kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan unsur penunjang dalam sistem pelayanan kesehatan, akan tetapi kedudukannya sangat penting dan tidak bisa tergantikan. Tidak hanya pada intervensi kuratif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidaksetaraan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) merupakan salah satu tantangan utama bagi kesehatan masyarakat, sehingga dibutuhkan suatu
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pasal 28 huruf H ayat (1), Undang undang Dasar Negara Republik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang telah dijamin oleh Konsitusi melalui pasal 28 huruf H ayat (1), Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia pada saat ini sedang berada dalam masa transisi menuju sistem pelayanan kesehatan universal. Pasal 28 H (1) dan Pasal 34 (3) Amandemen IV UUD 1945
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG MONITORING DAN EVALUASI TERHADAP PERENCANAAN, PENGADAAN BERDASARKAN KATALOG ELEKTRONIK DAN PEMAKAIAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2013 telah tersedia Puskesmas, sekitar Puskesmas
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam upaya pemberian pelayanan kesehatan makin merata dan bermutu, ketersedian sarana pelayanan kesehatan dasar sangat diperlukan. Sampai dengan akhir tahun 2013 telah
Lebih terperinciSAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNDANG-UNDANG KESEHATAN Pasal 106 NO. 36 TAHUN 2009 Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur penting yang harus dimiliki manusia untuk mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya, kesehatan merupakan hak setiap manusia. Hal tersebut sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan Menurut Kemenkes RI (2006), Obat adalah bahan atau paduan bahanbahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyedilidki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh Pemerintah. Di samping itu kesehatan juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan setiap penduduk berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu pemerintah telah membentuk Pusat
Lebih terperinciSeksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum
PENGGUNAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL UNTUK JASA PELAYANAN KESEHATAN DAN DUKUNGAN BIAYA OPERASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH http://www.prodia.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adil, sejahtera dan makmur. Keadilan dan kesejahteraan serta kemakmuran merupakan citacita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan modal utama dalam perkembangan dan pertumbuhan kehidupan masyarakat suatu bangsa.faktor kesehatan mempengaruhi pembentukan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang selalu ada pada setiap negara tanpa memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada kenyataannya tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau 1.192, 305 kecamatan dan 3.270 desa/kelurahan. Sebanyak 22 Kabupaten/Kota di Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dalam dunia lelang peranan internet terasa sangat penting. Hal tersebut terlihat dari merebaknya jumlah dan jenis pelelangan yang ada di internet.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan Undang-Undang 1945 adalah untuk membentuk pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik dengan menerapkan sistem e-government,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pelayanan publik dengan menerapkan sistem e-government, dalam memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, memiliki keuntungan, terwujudnya
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Sumber : www.okezone.com I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara. UUD 1945 telah menjamin hak tersebut
Lebih terperinciB A B V KESIMPULAN DAN SARAN
B A B V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang Evaluasi Pengelolaan Persediaan Logistik Obat Pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Pariaman Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan hak konstitusional setiap warga Negara. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat layanan kesehatan. Jaminan
Lebih terperinciREGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN
REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN Sekretaris Ditjen Binfar Alkes Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9-12 November 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hampir semua aspek kehidupan manusia. Dengan majunya perkembangan teknologi, manusia dapat bekerja dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu contoh sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal bagi masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Implementasi 2.1.1 Pengertian Evaluasi Evaluasi merupakan suatu penilaian secara sistematis untuk menentukan atau menilai kegunaan dan keefektifan sesuatu yang didasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah mengalami pergeseran paradigma baru dalam pelaksanaannya, terutama setelah kegiatan pengadaan dilakukan melalui sistem elektronik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam deklarasi PBB untuk hak asasi manusia (Declaration of Human Rights) disebutkan bahwa sehat merupakan salah satu hak asasi manusia, sehingga merupakan kewajiban
Lebih terperinciDIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN
DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN E CATALOGUE 2014 PROSES e-catalogue 2016 FORNAS PROSES NEGOSIASI LELANG CATALOGUE OBAT PROSES e-catalogue 2016 NIE Generik Ada Tidak ada > 1 Hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah merubah tatanan demokrasi bangsa Indonesia dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah,
Lebih terperinciPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG PENGADAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI UNTUK KEBUTUHAN PELAYANAN SEGERA PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KALABAHI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDirektur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SOSIALISASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2015 Batam, 10 Desember 2015 Sistematika Presentasi Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wajib menjamin kesehatan bagi warganya. Peran aktif serta pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin pesat membuat masyarakat kini menjadi lebih sadar lagi mengenai pentingnya kesehatan bagi dirinya sendiri maupun keluarganya. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi Jawa Timur Layanan pengadaan secara elektronik adalah unit kerja yang dibentuk di seluruh kementrian, lembaga, satuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sekarang, yang menitikberatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sekarang, yang menitikberatkan pada pembangunan dalam mensejahterakan rakyat Indonesia dalam berbagai aspek, hukum mempunyai fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tesebut diselenggarakan program pembangunan nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan tujuan nasional bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tesebut diselenggarakan
Lebih terperinciMENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejalan dengan meningkatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu serta
Lebih terperinci-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG
-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah satu perwujudannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang efisien dan efektif merupakan salah satu bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai amanat Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dalam melaksanakan kewajibannya untuk meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai amanat Undang- Undang Dasar 1945, tentunya perlu
Lebih terperinci1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, judul yang diambil beserta alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, metode yang dipakai dalam pemecahan
Lebih terperinciDinas Kesehatan Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Organisasi Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 bahwa Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi kesehatan sedunia, dan secara nasional dalam amandemen UUD 1945 pada Pasal 28-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini terdapat perubahan dalam paradigma pelayanan jasa yang diberikan oleh suatu rumah sakit dari pandangan masyarakat dan pengelola rumah sakit. Perubahan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, baik. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dilaksanakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dilaksanakan untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat akan fasilitas-fasilitas
Lebih terperinciB A B P E N D A H U L U A N
1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kebijakan pemerintah terhadap jabatan notaris, bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD Negara R.I. tahun 1945
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan / atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan konstruksi. Proses pelelangan yang baik akan menghasilkan output
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Proses pelelangan memegang peran penting dalam tahapan pengadaan pekerjaan konstruksi. Proses pelelangan yang baik akan menghasilkan output pekerjaan yang baik, demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, yaitu melindungi. perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Tujuan lain adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yang berarti
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran
Lebih terperinciANALISA KENDALA PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA
ANALISA KENDALA PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA Liziad Aditya Soetanto 1, dan Kenny Jonathan Setiobudi 2 ABSTRAK : E-Procurement atau Pengadaan secara elektronik adalah Pengadaan Barang/Jasa
Lebih terperinciLAMPIRAN I UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
LAMPIRAN I UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG- UNDANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial dan
Lebih terperinciRINGKASAN UU 25/2009 tentang PELAYANAN PUBLIK
BAB 1: KETENTUAN UMUM 1 RINGKASAN UU 25/2009 tentang PELAYANAN PUBLIK Pasal 1 : Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA UNIT OBAT
KERANGKA ACUAN KERJA UNIT OBAT I. PENDAHULUAN Menurut Departemen Kesehatan RI tentang standar Pelayanan Puskesmas adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa untuk melaksanakan fungsinya dan untuk mencapai kinerjanya. Instansi atau organisasi
Lebih terperinciTEKNIK PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG- UNDANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI, DAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
LAMPIRAN I UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG- UNDANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI,
Lebih terperinciMATERI 7 PENGANTAR E-PROCUREMENT
MATERI 7 PENGANTAR E-PROCUREMENT PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya 1 DAFTAR ISI TUJUAN PELATIHAN PENDAHULUAN e-tendering e-purchasing 2 TUJUAN PELATIHAN SETELAH MATERI INI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN CAPAIAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sistem informasi sangat penting bagi eksistensi suatu perusahaan. diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem informasi sangat penting bagi eksistensi suatu perusahaan. Perkembangan teknologi sistem informasi dan komunikasi akan berpengaruh terhadap organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat
Lebih terperinciBUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014
BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapatkan pelayanan sesuai dengan hak-haknya
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tugas pokok Pemerintah diantaranya adalah memberikan pelayanan kepada setiap warga negara, tanpa pengecualian. Oleh karenanya setiap warga negara berhak
Lebih terperinciBUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan yang berguna untuk menyelamatkan kehidupan dan meningkatkan kualitas
Lebih terperinci2 Ruang lingkup Penyelenggara Pelayanan Publik merupakan salah satu aspek penting yang perlu dijabarkan agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penerap
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini sedang giatnya melakukan pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana diberbagai sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipungkiri masalah kemiskinan selalu menjadi penghambat kemajuan tiap - tiap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan merupakan masalah yang selalu ada pada setiap Negara, meskipun zaman telah memasuki era globalisasi namun tidak dapat dipungkiri masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia (HAM). Hal ini diatur di dalam Pasal 28 H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Setiap
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 104 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT Menimbang : DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat sejahtera. Usaha-usaha mencapai tujuan itu dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pembangunan ekonomi yang berkesinambungan bagi suatu bangsa sangatlah penting. Terjangan krisis ekonomi yang melanda secara global di seluruh dunia di tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan merupakan salah satu fungsi penting pada organisasi pemerintah, namun hingga saat ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Fungsi pengadaan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
Lebih terperinci