BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Implementasi Pengertian Evaluasi Evaluasi merupakan suatu penilaian secara sistematis untuk menentukan atau menilai kegunaan dan keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari suatu program. Hal yang paling penting dalam melakukan suatu evaluasi adalah harus memiliki tujuan evaluasi yang jelas. Evaluasi dirancang untuk memberikan nilai pada suatu intervensi dengan mengumpulkan informasi yang valid dan reliable terhadap intervensi tersebut yang dilakukan secara sistematis (Ovretveit, 1998). Evaluasi terhadap suatu intervensi yang diberikan baru dapat dilakukan jika suatu intervensi tersebut telah berjalan dalam cukup waktu. Untuk melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang baru diambil dapat dilakukan dalam waktu yang cukup lama untuk mengetahui outcome atau dampak yang ditimbulkan. Semakin strategis dan semakin terstrukturnya suatu kebijakan maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui outcome atau dampak dari kebijakan tersebut. Namun jika ingin mengetahui bagaimana proses dan pelaksanaan dari suatu kebijakan yang sifatnya lebih teknis maka dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, misalnya 2 tahun setelah kebijakan tersebut diimplementasikan (Ervina, 2008). 8

2 Tujuan Evaluasi Tujuan dari evaluasi menurut Ervina (2008) adalah sebagai berikut : 1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Dengan melakukan evaluasi dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran dari kebijakan 2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan Dengan melakukan evaluasi dapat diketahui keefektifan suatu kebijakan yang dilihat biaya, sumber daya dan manfaat dari suatu kebijakan 3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan Evaluasi digunakan untuk mengukur seberapa besar dan kualitas keluaran dari suatu kebijakan 4. Mengukur dampak suatu kebijakan Evaluasi dapat digunakan untuk menilai dampak dari implementasi kebijakan yang dapat berdampak positif maupun negatif 5. Untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi Evaluasi dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi dengan membandingkan tujuan dan sasaran dengan target yang dicapai 6. Untuk bahan masukan dalam kebijakan selanjutnya Tujuan akhir dari suatu evaluasi adalah untuk memberikan masukan dalam perumusan kebijakan berikutnya. Namun tujuan akhir yang merupakan tujuan yang utama dari evaluasi adalah untuk pengambilan keputusan. Keputusan tersebut akan berguna dalam perumusan kebijakan selanjutnya dan juga dapat digunakan untuk menentukan keefektifan kebijakan sebelumnya.

3 Metode Evaluasi Beberapa ahli menyebutkan berbagai macam metode dalam melakukan evaluasi. Menurut Azwar (2010) dan Notoatmodjo (2011) evaluasi dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu : 1. Evaluasi terhadap input, evaluasi yang menyangkut pemanfaatan berbagai sumber daya yang mencakup sumber daya manusia, sumber dana ataupun sarana. 2. Evaluasi terhadap proses, evaluasi yang menitikberatkan pada pelaksanaan program apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak 3. Evaluasi terhadap output, evaluasi terhadap hasil yang dicapai dari suatu program. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui capaian program apakah sudah sesuai dengan target atau kriteria yang ditetapkan 4. Evaluasi terhadap dampak, evaluasi terhadap dampak dari suatu program yang mencakup pengaruh yang ditimbulkan atau intervensi yang diberikan terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat Implementasi Kebijakan Implementasi suatu kebijakan sangatlah berhubungan dengan perencanaan kebijakan. Keberhasilan dari implementasi suatu kebijakan sangat dipengaruhi oleh bagaimana sebuah desain kebijakan mampu merumuskan secara komperehensif aspek pelaksanaan sekaligus metode evaluasi yang akan dilaksanakan. Implementasi kebijakan merupakan intervensi yang diberikan pada suatu kebijakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mazmanian & Sabatier.1986). Setelah proses implementasi kebijakan berjalan diharapkan akan muncul suatu keluaran (output) hingga dampak akhir (impact). Dalam perjalanannya tidak semua kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik untuk mencapai tujuannya karena dalam proses

4 11 implementasi tidak bisa dilakukan dengan sempurna seperti dalam proses perumusan kebijakan. Banyak kebijakan yang tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna, artinya terdapat beberapa kegiatan yang gagal dalam proses implementasinya. Kegagalan dalam implementasi kegiatan disebabkan oleh dua hal utama yaitu kebijakan yang tidak terlaksana atau tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya dan kebijakan yang mengalami kegagalan saat dilaksanakan. Dalam implementasi suatu kebijakan dikenal dengan berbagai model implementasi kebijakan. Menurut Buse (2012) dalam bukunya yang berjudul Making Health Policy menyebutkan ada dua model teori implementasi kebijakan, yaitu : 1. Teori Implementasi Top-Down Merupakan suatu teori yang mengedepankan pembagian yang jelas antara formulasi kebijakan dan implementasi, proses implementasi yang rasional dan linier dimana tingkat tingkat di bawahnya melaksanakan praktek berdasarkan apa yang diarahkan oleh pihak yang tingkatnya lebih tinggi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Teori Implementasi Bottom-Up Merupakan teori yang mengakui dimana tingkatan di bawah yang lebih rendah dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam proses implementasi, termasuk memiliki berbagai keleluasaan untuk merubah kebijakan dalam sistem, dengan demikian dapat mencapai tujuan kebijakan sesuai dengan yang dikehendaki atau yang tidak dibayangkan oleh pihak di atas.

5 Evaluasi Implementasi Dalam siklus kebijakan terdapat berbagai proses dalam menunjang tercapainya tujuan dari kebijakan tersebut. Proses dalam siklus tersebut dimulai dari perumusan kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi kegiatan (Buse, 2012). Implementasi dan evaluasi merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan. Implementasi merupakan intervensi yang diberikan dalam suatu kebijakan sedangkan evaluasi merupakan proses untuk melakukan penilaian terhadap intervensi yang diberikan. Dalam melakukan evaluasi implementasi, proses evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dirancang untuk memberikan kontribusi langsung bagi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab program sehingga membentuk wajah program yang baik dalam perumusan sampai implementasinya. Evaluasi sumatif dirancang untuk memberikan ruang dalam proses pengambilan keputusan, dimana berfokus kepada dampak yang ditimbulkan dari capaian program yang telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. 2.2 Pengadaan Obat Pengertian Obat Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia obat memiliki pengertian sebagai bahan yang digunakan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari penyakit. Secara garis besar pengertian obat tersebut hanya penjelasan yang spesifik mengenai obat yaitu hanya berfungsi dalam proses penyembuhan penyakit. Namun sebenarnya obat dapat digunakan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kekebalan tubuh dan juga dapat digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit (Bahfen, 2006).

6 13 Pengertian obat jika dilihat dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah yaitu dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah bahan atau campuran bahan yang dibuat, ditawarkan atau disajikan untuk digunakan dalam proses pengobatan, pencegahan, pemulihan, atau diagnosa. Obat juga memiliki berbagai istilah dalam penggunaannya, antara lain : 1. Obat jadi, adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam berbagai bentuk obat yang mempunyai nama teknis sesuai dengan Farmako Indonesia 2. Obat paten, merupakan obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau yang dikuasakan dan dijual dalam bentuk bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya 3. Obat baru, adalah obat yang terdiri atau berisi suatu zat baik sebagai bagian yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat misalnya lapisan, pengisi, pelarut atau komponen lain yang tidak dikenal sehingga belum dikenal 4. Obat esensial, adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang meliputi diagnose, profilaksis terapi dan rehabilitasi 5. Obat generik, merupakan obat esensial yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena diproduksi dengan CPOB dan diuji ulang oleh BPOM Pengadaan Obat Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah proses untuk menyediakan kebutuhan obat di Unit Pelayanan Kesehatan. Pengadaan obat publik

7 14 dan perbekalan kesehatan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota sesuai dengan ketentuan ketentuan dalam Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah. Dalam melakukan pengadaan obat perlu memperhatikan beberapa kriteria diantaranya kriteria obat publik dan perbekalan kesehatan, persyaratan pemasok, penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat, penerimaan dan pemeriksaan obat dan pemantauan status pesanan. Tujuan dari melakukan pengadaan obat adalah : 1. Tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan 2. Menjamin mutu sediaan obat 3. Obat dapat diperoleh pada saat dibutuhkan Proses Pengadaan Obat Proses pengadaan obat yang efektif akan menjamin ketersediaan obat yang baik dalam jumlah yang tepat, harga yang wajar dan kualitas yang sesuai dengan standar yang diakui (Quick, 2007). Untuk memperoleh obat dapat dilakukan dengan pembelian, sumbangan atau melalui pabrik. Dalam pengadaan obat terdapat suatu siklus yang terdiri dari : 1. Perencanaan kebutuhan obat Proses perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas merupakan proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas (Dirjen Binfar, 2010). Proses perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas bertujuan untuk mendapatkan perkiraan jumlah dan jenis obat yang sesuai dengan kebutuhan, meningkatkan efisiensi penggunaan obat dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional. Proses perencanaan

8 15 kebutuhan obat sangat penting karena dapat menunjang ketersediaan obat dalam pelayanan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan (Yuliastini, 2014). Dalam proses perencanaan kebutuhan obat, alternatif yang perlu diperhatikan adalah mekanisme substitusi jenis obat. Dalam merencanakan kebutuhan akan obat di Puskesmas atau Rumah Sakit tidak semua obat yang dibutuhkan tersedia di pasaran sehingga sangat penting untuk merencakanan mekanisme substitusi jenis obat (Hartono, 2012). 2. Proses pemesanan dan perjanjian kontrak Proses pengadaan obat melibatkan pihak pemerintah dari pusat hingga daerah dengan pihak swasta. Pihak swasta yang terlibat kerja sama dan perjanjian kontrak yang paling mendukung suksesnya proses implementasi kebijakan tersebut adalah pihak distributor atau penyedia obat (Sauwir, 2013). Kemampuan pihak distributor dalam proses pengadaan merupakan ujung tombak terlaksananya seluruh proses pengadaan obat. Kerja sama dengan pihak distributor dimulai dari pengajuan pemesanan terhadap obat yang disiapkan oleh PBF selaku distributor. Setelah melakukan pemesanan maka akan ada perjanjian kontrak bersama dengan pihak distributor. 3. Proses distribusi obat Proses distribusi obat ke Puskesmas merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan obat dari Puskesmas (Dirjen Binfar, 2010). Proses distribusi merupakan proses yang sangat penting dalam menunjang ketersediaan kebutuhan obat di Puskesmas selaku FKTP pada era JKN. Pemerintah telah mengeluarkan aturan mengenai cara distribusi obat yang baik yang diatur dalam

9 16 Peraturan Kepala BPOM No. H.K Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB). Pada penelitian yang dilakukan oleh Antonius (2012) tentang Implementasi Cara Distribusi Obat yang Baik pada Pedagang Besar Farmasi di Yogyakarta menunjukkan bahwa belum semua aspek CDOB dilakukan oleh PBF secara baik. 2.3 Kebijakan Pengadaan Obat Dasar Kebijakan Umum Obat Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pemenuhan kebutuhan serta pemanfaatan dan pengawasan obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi tingginya. Tujuan utama dalam pelaksanaan subsistem obat dan perbekalan kesehatan yaitu tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang mencukupi, terdistribusi secara adil dan merata dalam upaya menjamin terselenggaranya pembangunan nasional di bidang kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi tingginya (Kepmenkes RI No.131/Menkes/II/2004). Prinsip dalam penyelenggaraan subsistem obat dan perbekalan kesehatan yaitu: 1. Obat dan perbekalan kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia oleh karena itu tidak dilakukan sebagai komoditas ekonomi semata 2. Obat dan perbekalan kesehatan sebagai barang publik sehingga harus dijamin ketersediaan dan keterjangkaunnya, karena itu penetapan harga

10 17 obat dan perbekalan kesehatan tidak diserahkan kepada mekanisme pasar melainkan melalui pemerintah 3. Pengadaan obat, yang mengutamakan obat generik bermutu, serta penyediaan perbekalan kesehatan diselenggarakan secara adil dan merata 4. Pengadaan dan pemanfaatan obat di sarana pelayanan kesehatan mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) 5. Pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan secara rasional dengan mempelajari aspek mutu, manfaat, harga, kemudahan diakses serta keamanan bagi masyarakat dan lingkungannya. Bentuk pokok dari subsistem obat dan perbekalan kesehatan yang diatur oleh pemerintah yaitu : 1. Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan secara nasional diselenggarakan oleh pemerintah 2. Perencanaan obat merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh pemerintah bekerja sama dengan organisasi profesi 3. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan menjadi tanggung jawab pemerintah 4. Pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan melalu Pedagang Besar Farmasi (PBF) 5. Pemerataan obat dan perbekalan kesehatan diarahkan pada pemakaian obat obat esensial generik 6. Peningkatan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan dilaksanakan melalui kajian dan penetapan harga secara berkala oleh pemerintah bersama pengusaha dengan menggunakan harga obat produksi industri farmasi pemerintah sebagai acuan

11 18 7. Pengawasan mutu produksi obat dan perbekalan kesehatan pada tahap pertama dilakukan oleh industri yang bersangkutan sesuai CPOB yang ditetapkan oleh pemerintah 8. Pengawasan distribusi, promosi serta pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan, termasuk efek samping serta pengendalian harganya dilakukan oleh pemerintah bekerja sama dengan kalangan pengusaha, organisasi profesi dan masyarakat Pengadaan Obat berdasarkan E-Catalogue Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement merupakan pengadaan barang/ jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Kemajuan teknologi informasi mempermudah dan mempercepat proses pengadaan barang/ jasa, karena penyedia barang/jasa tidak perlu lagi datang ke Kantor Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) untuk melihat, mendaftar dan mengikuti proses pelelangan tetapi cukup melakukannya secara online melalui website pelelangan elektronik. Penerapan sistem pengadaan secara elektronik bertujuan untuk : 1. Meningkatkan transparansi/ keterbukaan dalam proses pengadaan barang/ jasa 2. Meningkatkan persaingan yang sehat dalam rangka penyediaan pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintah yang baik 3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan proses pengadaan barang/ jasa. Pengadaan barang/ jasa secara elektronik dapat dilakukan dengan sistem E- Purchasing. Sistem E-Purchasing merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/

12 19 jasa yang dapat dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/ jasa yang terdaftar pada sistem elektronik. Prinsip pemilihan penyedia barang/ jasa sebagaimana mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 yaitu secara efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel. Dengan sistem tersebut maka proses pengadaan obat yang dilakukan oleh seluruh Satuan Kerja di bidang kesehatan mulai dari Puskesmas, Dinas Kesehatan hingga Rumah Sakit Pemerintah dilakukan berdasarkan katalog elektronik (E-Catalogue) dengan sistem E-Purchasing. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengadaan Obat berdasarkan E-Catalogue terdapat tata cara dalam melakukan pengadaan obat pemerintah yang akan dijabarkan sebagai berikut : 1. Persiapan Pengadaan obat dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) atau Pejabat Pengadaan Satuan Kerja berdasarkan perintah dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja di Bidang Kesehatan. a. Satuan Kerja Bidang Kesehatan di daerah maupun pusat menyampaikan rencana kebutuhan obat kepada PPK b. PPK melihat E-Catalogue obat dalam Portal Pengadaan Nasional yang memuat nama, provinsi, nama obat, nama penyedia, kemasan, harga satuan terkecil, distributor dan kontrak payung penyediaan obat. c. PPK menetapkan Daftar Pengadaan Obat sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran yang terdiri atas 1) Daftar Pengadaan Obat berdasarkan E-Catalogue 2) Daftar Pengadaan Obat diluar E-Catalogue

13 20 d. Daftar Pengadaan Obat berdasarkan E-Catalogue ditandatangani oleh PPK selanjutnya diteruskan kepada Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan untuk diadakan dengan metode E-Purchasing e. Daftar Pengadaan Obat diluar E-Catalogue ditandatangani oleh PPK selanjutnya diteruskan kepada Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan untuk diadakan dengan metode lain sesuai Peraturan Presiden Nomor 70 tahun Pengadaan obat dengan E-Purchasing Pengadaan obat dengan E-Purchasing berdasarkan E-Catalogue dilakukan oleh PPK dan Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan melalui aplikasi E- Purchasing pada website Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Untuk dapat menggunakan aplikasi tersebut PPK dan Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan harus memiliki kode akses (user id dan password) dengan cara melakukan pendaftaran sebagai pengguna kepada LPSE setempat. Adapun tahapan E-Purchasing adalah sebagai berikut : a. Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan membuat paket pembelian obat dalam aplikasi E-Purchasing berdasarkan Daftar Pengadaan Obat sebagaimana tercantum dalam formulir yang diberikan oleh PPK b. Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan selanjutnya mengirimkan permintaan pembelian kepada penyedia obat/ industri farmasi yang termasuk dalam kelompok paket pengadaan c. Penyedia obat/ industri farmasi yang telah menerima permintaan pembelian obat melalui E-Purchasing dari Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan memberikan persetujuan atas permintaan pembelian obat

14 21 dan menunjuk distributor/ PBF. Apabila menolak harus menyampaikan alasan penolakan d. Persetujuan penyedia obat/ industri farmasi kemudian oleh Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan kepada PPK untuk ditindaklanjuti e. PPK selanjutnya melakukan perjanjian/ kontrak jual beli terhadap obat yang telah disetujui dengan distributor/ PBF yang ditunjuk penyedia obat/ industri farmasi f. Distributor/ PBF kemudian melaksanakan penyediaan obat sesuai dengan isi perjanjian/ kontrak jual beli g. PPK selanjutnya mengirim perjanjian pembelian obat serta melengkapi riwayat pembayaran dengan cara mengunggah pada aplikasi E- Purchasing. h. PPK melaporkan item dan jumlah obat yang ditolak atau tidak dipenuhi oleh penyedia obat/ industri farmasi kepada Kepala Lembaga Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP). Dalam hal aplikasi E-Purchasing mengalami kendala operasional/ offline (gangguan daya listrik, gangguan jaringan atau kerusakan aplikasi) maka pembelian dapat dilakukan secara manual dengan tetap melalui koordinasi PPK dan Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan beserta pihak penyedia obat/ industri farmasi. Tahapan yang dilakukan dalam pengadaan obat secara manual yaitu : 1. Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan membuat paket pembelian obat dalam aplikasi E-Purchasing berdasarkan Daftar Pengadaan Obat sebagaimana tercantum dalam formulir yang diberikan oleh PPK

15 22 2. Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan selanjutnya mengirimkan permintaan pembelian kepada penyedia obat/ industri farmasi yang termasuk dalam kelompok paket pengadaan 3. Penyedia obat/ industri farmasi yang telah menerima permintaan pembelian obat melalui dari Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan memberikan persetujuan atas permintaan pembelian obat dan menunjuk distributor/ PBF. Apabila menolak harus menyampaikan alasan penolakan 4. Persetujuan penyedia obat/ industri farmasi kemudian oleh Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan kepada PPK untuk ditindaklanjuti 5. PPK selanjutnya melakukan perjanjian/ kontrak jual beli terhadap obat yang telah disetujui dengan distributor/ PBF yang ditunjuk penyedia obat/ industri farmasi 6. Distributor/ PBF kemudian melaksanakan penyediaan obat sesuai dengan isi perjanjian/ kontrak jual beli 2.4 Kedudukan Dinas Kesehatan Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2004 tentang Puskesmas, Dinas Kesehatan merupakan satuan kerja pemerintah daerah yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan tentang kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota merupakan unsur pelaksana bidang kesehatan yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah Walikota dan bertanggung jawab melalui Sekretaris Daerah. Dalam menjalankan tugasnya Dinas Kesehatan dilakukan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Pada era desentralisasi setiap daerah memiliki peranan yang sangat menentukan dalam perencanaan upaya kesehatan.

16 23 Dalam upaya mewujudkan pembangunan kesehatan di Kabupaten/ Kota, telah ditetapkan visi dan misi dalam bidang kesehatan yang disusun oleh Walikota. Pada era desentralisasi setiap daerah memiliki rencana pembangunan sendiri atas daerahnya, dalam program kerja di bidang kesehatan terkait dengan pengelolaan obat di daerah Dinas Kesehatan Kota Denpasar melakukan berbagai kegiatan pengelolaan obat dan farmasi, antara lain : 1. Perencanaan, kegiatannya meliputi : a. Perencanaan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar b. Perencanaan Obat Penunjang c. Perencanaan Obat Klinik Praja Husada d. Perencanaan Bahan Laboratorium 2. Pengadaan Dana pengadaan obat untuk unit pelayanan kesehatan di Kota Denpasar berasal dari berbagai sumber dana dari dana DAK (Dana Alokasi Khusus) dan dana APBD II. 3. Pendistribusian. Obat-obat untuk unit pelayanan kesehatan di Kota Denpasar baik yang diadakan di Dinas Kesehatan Kota Denpasar maupun yang diterima dari Dinas Kesehatan Propinsi Bali dan Departemen Kesehatan R.I pengelolaannya diserahkan kepada UPT Pengawasan Farmasi dan Makanan Kota Denpasar dengan,menerapkan sistem pengelolaan obat satu pintu. Selanjutnya obat-obatan tersebut didistribusikan ke Puskesmas setiap bulan sesuai dengan permintaan dari masing-masing puskesmasdan disesuaikan dengan stok obat yang ada di UPT Pengawasan Farmasi dan Makanan.

17 24 4. Pencatatan dan Pelaporan Seksi Pelayanan Perijinan dan Perbekalan Kesehatan Farmasi merekap semua Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang dikirim oleh Puskesmas setiap bulan. Rekapan laporan tersebut dilaporkan pertriwulan ke Dinas Kesehatan Provinsi. 5. Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan pengawasan pengelola obat di puskesmas dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pelaksanaannya dengan mengadakan pembinaan dan pengawasan langsung ke Puskesmas yang ada di Kota Denpasar yang berjumlah 11 Puskesmas setiap triwulan. 1.5 Implementasi Kebijakan E-Catalogue di Puskesmas Dalam menjalankan peranan dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota memiliki Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan untuk menunjang tercapainya berbagai program kesehatan yang disusun untuk meningkatkan derajat kesehatan di daerahnya. Unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan adalah Puskesmas. Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/SK/II/2004 mengenai pengertian Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Tujuan Puskesmas secara umum mengacu pada tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan status derajat kesehatan masyarakat setinggi tingginya dengan upaya meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bermukim di wilayah kerja dari Puskesmas tersebut. (Kemenkes RI, 2004).

18 25 Puskesmas memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama. (Kemenkes RI, 2004). Dalam menjalankan fungsi fungsi tersebut setiap Puskesmas memiliki sumber daya dan beberapa aspek aspek yang dapat menunjang keberhasilan dari ketiga fungsi tersebut. Aspek penunjang di Puskesmas dapat dilihat dari konsep 6 M yang terdiri dari man, money, method, materials, market dan machine (Muninjaya, 2004). 1. Man Sumber daya manusia merupakan faktor penentu tercapainya suatu tujuan organisasi. Oleh karena itu, tercapainya tujuan organisasi disebabkan oleh kerja sama sumber daya manusia di dalamnya (Iskandar, 2011). Pada era JKN diperlukan suatu perencanaan akan kebutuhan SDM di bidang kesehatan. Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan pada era JKN sangat penting dilakukan untuk memberikan gambaran dan informasi bagi setiap pemangku kebijakan di daerah untuk dapat memperkirakan jumlah kebutuhan SDM Kesehatan, merencanakan distribusi SDM Kesehatan termasuk meningkatkan kompetensi SDM Kesehatan melalui pendidikan, pelatihan, pembinaan dan pengawasan untuk menunjang pelayanan kesehatan (Badan PPSDM Kesehatan RI, 2013). Sumber daya manusia di Puskesmas pada era JKN masih kurang secara kuantitas, hal tersebut dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nopiyani (2014) dan Handayani (2009) menunjukkan bahwa petugas di Puskesmas memiliki beban kerja ganda.

19 26 2. Money Untuk menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan baik upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang menjadi fungsi utama dari Puskesmas maka perlu ditunjang dengan ketersediaan pendanaan yang mencukupi. Menurut Kepmenkes RI No. 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas sumber pembiayaan di Puskesmas yang utama berasal dari Pemerintah Kabupaten atau Kota yang berupa dana APBD dan dana jaminan kesehatan. Puskesmas juga dapat menerima sumber dana dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat (Kemenkes RI, 2004). 3. Materials Materials atau bahan baku merupakan suatu unsur yang merupakan objek yang digunakan sebagai sarana yang digunakan oleh sumber daya untuk mencapai tujuan (Satrianegara, 2009). Petunjuk teknis pelaksanaan merupakan salah satu bahan baku yang menunjang pelaksanaan suatu program. Berdasarkan Petunjuk Penyelenggaraan Sistem Manajemen Kwartir No. 162A, (2011) petunjuk teknis merupakan aturan yang memuat hal hal yang berkaitan dengan teknis kegiatan, tidak menyangkut wewenang dan prosedur. Petunjuk teknis pelaksanaan suatu kegiatan biasanya dimuat dalam Surat Keputusan yang dibuat oleh pembuat kebijakan/ program atau pihak pemangku kebijakan. Petunjuk teknis suatu kegiatan tidak hanya penting dalam menunjang proses pelaksanaan suatu kegiatan, tapi juknis juga dapat menunjang tercapainya tujuan dari suatu

20 27 program sehingga juknis harus disosialisasikan kepada setiap petugas yang menjalankan program. 4. Market Setiap kebijakan dibuat pasti memiliki sasaran untuk mencapai tujuan dari kebijakan tersebut.). Puskesmas sebagai FKTP pada era JKN merupakan salah satu sasaran dari kebijakan yang diambil oleh Kementerian Kesehatan RI. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyani (2011) menyebutkan bahwa keberhasilan implementasi suatu kebijakan di Puskesmas ditopang dari ketersediaan sumber daya yang mendukung dan menjalankan kebijakan sesuai dengan petunjuk teknis. 2.6 Penelitian Terkait Belum ada penelitian terkait yang dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan pengadaan obat berdasarkan E-Catalogue, namun terdapat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan evaluasi proses pelaksanaan pengadaan obat. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini yang dapat dilihat dalam tabel berikut.

21 28 Tabel 2.1 Keaslian Penelitian Indikator Penelitian Istinganah dkk. Penelitian Sri Purwaningsih dkk. Penelitian Ini Evaluasi sistem pengadaan obat Evaluasi penerapan Peraturan Daerah dari dana APBD tahun Kabupaten Gunung Kidul No. terhadap ketersediaan dan efisiensi 14/2000 terhadap ketersediaan obat di obat Puskesmas 2014 Judul penelitian Tujuan Untuk melakukan evaluasi terhadap sistem pengadaan obat yang berasal dari dana APBD Pemerintah DIY tahun di RS Grhasia untuk melihat pengaruh diterapkannya Perda Kabupaten Gunung Kidul no. 14/2000 terhadap ketersediaan obat di Puskesmas Evaluasi implementasi proses pengadaan obat berdasarkan E- Catalogue di Kota Denpasar tahun Untuk melakukan evaluasi pelaksanaan pengadaan obat berdasarkan E-Catalogue di Kota Denpasar tahun 2014 Tempat Yogyakarta Gunung Kidul Denpasar Jenis Deskriptif kualitatif Cross Sectional kuantitatif Deskriptif kualitatif Penelitian Unit Analisis Proses perencanaan dan proses pengadaan obat Subyek Penelitian Informan penelitian dibagi menjadi 2, yaitu : 1.) Kelompok pengadaan yang meliputi Bappeda Provinsi, Subbag Penyusunan RS, Subbag Keuangan RS, Panitia Pengadaan ; 2.) Kelompok pengguna yang terdiri dari Kepala IFRS, Ketua Input, proses sampai output yang dilihat dari sumber daya yang tersedia, proses pelaksanaan hingga capaian Informan penelitian Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas, Petugas Pengelola Obat di Puskesmas Input, proses sampai output pelaksanaan pengadaan obat berdasarkan E-Catalogue yang dilihat dari ketersediaan input, proses perencanaan, pemesanan dan perjanjian kontrak, distribusi obat, realisasi obat dan hambatan dalam pelaksanaan Informan penelitian Pejabat Pembuat Komitmen, Kepala Puskesmas, Petugas Pengelola Obat di Puskesmas

22 29 Komite Medik, Petugas Farmasi, Dokter dan Perawat Kepala Ruangan Metode pengumpulan data Wawancara mendalam dan observasi Wawancara mendalam dan data sekunder Analisis Data Content analysis Data disajikan dalam bentuk tabel dengan presentase Hasil Sistem pengadaan obat dari dana Stok obat yang tersedia cukup dan APBD waktunya lama, harga obat relatif menjadi lebih mahal frekuensinya kecil dan prosedurnya melewati beberapa tahapan baku. Ketersediaan obat tidak efektif dan tidak efisien karena terjadi penumpukan stok obat Wawancara mendalam dan data sekunder Analisis tematik -

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lem

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1510, 2014 KEMENKES. Katalog Elektronik. Obat. Pengadaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG PENGADAAN OBAT BERDASARKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang pembangunan secara nasional. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE 2013, No.999 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG -1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

TULISAN HUKUM PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE. Abstrak

TULISAN HUKUM PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE. Abstrak TULISAN HUKUM PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE google images/medicine Abstrak Tulisan ini membahas pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur e-purchasing Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidaksetaraan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) merupakan salah satu tantangan utama bagi kesehatan masyarakat, sehingga dibutuhkan suatu

Lebih terperinci

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN E CATALOGUE 2014 PROSES e-catalogue 2016 FORNAS PROSES NEGOSIASI LELANG CATALOGUE OBAT PROSES e-catalogue 2016 NIE Generik Ada Tidak ada > 1 Hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan. e-catalogue Obat

Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan. e-catalogue Obat Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan e-catalogue Obat Direktorat Tata Kelola Obat Publik & Perbekalan Kesehatan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

2014, No Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 368, Tambah

2014, No Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 368, Tambah No.1938, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LKPP. E-Purchasing. Kartu Keluarga Sejahtera. Indonesia Pintar. Indonesia Sehat. Pengadaan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan Menurut Kemenkes RI (2006), Obat adalah bahan atau paduan bahanbahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyedilidki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial dan

Lebih terperinci

Ketersediaan Obat di Era JKN: e-catalogue Obat. Engko Sosialine M. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan

Ketersediaan Obat di Era JKN: e-catalogue Obat. Engko Sosialine M. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Ketersediaan Obat di Era JKN: e-catalogue Obat Engko Sosialine M. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Upaya Peningkatan Ketersediaan, Pemerataan dan Keterjangkauan Obat dalam

Lebih terperinci

Make Public Procurement Easy

Make Public Procurement Easy Make Public Procurement Easy Kebutuhan Barang/Jasa E_Procurement (SPSE) Dikerjakan Sendiri Swakelola Instansi Pemerintah Kel. Masyarakat Pelelangan Pelelangan Konvensional e-tendering Penyedia e-purchasing/

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,

Lebih terperinci

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN Sekretaris Ditjen Binfar Alkes Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9-12 November 2015

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah menjadi salah satu kebutuhan dari setiap orang. Informasi merupakan hasil pemrosesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH ULP/PEJABAT PENGADAAN

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH ULP/PEJABAT PENGADAAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH ULP/PEJABAT PENGADAAN Update 21 Januari 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH DISTRIBUTOR/PELAKSANA PEKERJAAN

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH DISTRIBUTOR/PELAKSANA PEKERJAAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH DISTRIBUTOR/PELAKSANA PEKERJAAN Update 21 Januari 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Produk Barang/Jasa

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PENYEDIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PENYEDIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PENYEDIA Update 21 Januari 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah Dalam

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA 1 tujuan: ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA APRIL 2018 1 DASAR HUKUM UU NO 36 TAHUN 2009 tentang KESEHATAN PP NO 12 TAHUN 2013 tentang JAMINAN KESEHATAN PERPRES NO

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PANITIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PANITIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PANITIA Update 19 Juni 2013 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Obat Pemerintah Dalam Aplikasi... 4 2 Memulai Aplikasi... 5 2.1 Akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata, ketentuan ini berbunyi Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku

BAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata, ketentuan ini berbunyi Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodir dan selanjutnya

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PPK

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PPK PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PPK Update 22 Januari 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah Dalam Aplikasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1239, 2012 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. E-Purchasing. Pengadaan Elektronik

BERITA NEGARA. No.1239, 2012 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. E-Purchasing. Pengadaan Elektronik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1239, 2012 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. E-Purchasing. Pengadaan Elektronik PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa

nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa 73 I.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PANITIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PANITIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PANITIA Update 27 Februari 2014 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e-purchasing Alsintan Pemerintah Dalam Aplikasi...

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT BERAT PENYEDIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT BERAT PENYEDIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT BERAT PENYEDIA I. PENDAHULUAN Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang efisien dan efektif merupakan salah satu bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN

PETUNJUK PENGGUNAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN Update 25 Mei 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e-purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah Dalam

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN Update 18 Februari 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN BERMOTOR PANITIA

PETUNJUK PENGGUNAAN BERMOTOR PANITIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing KENDARAAN BERMOTOR PANITIA Update 27 Februari 2014 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e-purchasing Kendaraan bermotor Pemerintah Dalam Aplikasi... 4

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PPK

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PPK PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PPK Update 12 Februari 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah Dalam Aplikasi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PP- SHEET PENYEDIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PP- SHEET PENYEDIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PP- SHEET PENYEDIA I. PENDAHULUAN Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang efisien dan efektif merupakan salah satu bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan

Lebih terperinci

PERAN APOTEKER DI DALAM PENGELOLAAN OBAT DAN ALKES DI INSTALASI FARMASI PROVINSI, KABUPATEN/ KOTA. Hardiah Djuliani

PERAN APOTEKER DI DALAM PENGELOLAAN OBAT DAN ALKES DI INSTALASI FARMASI PROVINSI, KABUPATEN/ KOTA. Hardiah Djuliani PERAN APOTEKER DI DALAM PENGELOLAAN OBAT DAN ALKES DI INSTALASI FARMASI PROVINSI, KABUPATEN/ KOTA. Hardiah Djuliani LANDASAN HUKUM UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan PP 51 Th. 2009 tentang pekerjaan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PENYEDIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PENYEDIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PENYEDIA Update 13 Juni 2013 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Obat Pemerintah Dalam Aplikasi... 4 2 Memulai Aplikasi... 5 2.1

Lebih terperinci

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012 E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012 Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi internet sudah mencapai kemajuan yang sangat pesat. Aplikasi Internet

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR LAYANAN PENGADAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR LAYANAN PENGADAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan unsur penunjang dalam sistem pelayanan kesehatan, akan tetapi kedudukannya sangat penting dan tidak bisa tergantikan. Tidak hanya pada intervensi kuratif,

Lebih terperinci

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014 BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan yang berguna untuk menyelamatkan kehidupan dan meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, 1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PPK

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PPK PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PPK Update 22 Januari 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah Dalam Aplikasi

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PPK

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PPK PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PPK Update 13 Juni 2013 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Obat Pemerintah Dalam Aplikasi... 4 2 Memulai Aplikasi... 5 2.1 Akses

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT KESEHATAN PENYEDIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT KESEHATAN PENYEDIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT KESEHATAN PENYEDIA Update 29 Oktober 2013 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Alat Kesehatan Pemerintah Dalam Aplikasi... 4 2 Memulai

Lebih terperinci

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN

Lebih terperinci

TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS R Faris Mukmin Kalijogo C2C016007 PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS JENDRAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito (2007), SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PPK

PETUNJUK PENGGUNAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PPK PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PPK Update 25 Mei 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e-purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah Dalam Aplikasi (Tanpa

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PENYEDIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PENYEDIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PENYEDIA Update 12 Februari 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PERALATAN BERAT PPK

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PERALATAN BERAT PPK PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PERALATAN BERAT PPK I. PENDAHULUAN Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang efisien dan efektif merupakan salah satu bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun Tentang Rumah sakit ditegaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun Tentang Rumah sakit ditegaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah sakit ditegaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR : 14 TAHUN 2015

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR : 14 TAHUN 2015 SOSIALISASI PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR : 14 TAHUN 2015 LATAR BELAKANG Pelaksanaan ketentuan Pasal 110 ayat (6) Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT KESEHATAN PPK

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT KESEHATAN PPK PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT KESEHATAN PPK Update 29 Oktober 2013 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Alat Kesehatan Pemerintah Dalam Aplikasi... 4 2 Memulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, sistem jaminan kesehatan di Indonesia saat ini mulai memasuki fase baru. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN PANITIA 1 D I R E K T O R A T P E N G E M B A N G A N S I S T E M K A T A L O G - L K P P

PETUNJUK PENGGUNAAN PANITIA 1 D I R E K T O R A T P E N G E M B A N G A N S I S T E M K A T A L O G - L K P P PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing PP-SHEET PANITIA 1 D I R E K T O R A T P E N G E M B A N G A N S I S T E M K A T A L O G - L K P P - RI@ 2 0 1 3 I. PENDAHULUAN Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN BERMOTOR PENYEDIA

PETUNJUK PENGGUNAAN BERMOTOR PENYEDIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing KENDARAAN BERMOTOR PENYEDIA Update 27 Februari 2013 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e-purchasing Kendaraan bermotor Pemerintah Dalam Aplikasi...

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan BAB TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Le

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan undang-undang No. 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DISTRIBUTOR/PELAKSANA PEKERJAAN

PETUNJUK PENGGUNAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DISTRIBUTOR/PELAKSANA PEKERJAAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH DISTRIBUTOR/PELAKSANA PEKERJAAN Update 25 Mei 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e-purchasing Produk Barang/Jasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai

Lebih terperinci

1.1. Pejabat Pembuat Komitmen

1.1. Pejabat Pembuat Komitmen PPK Daftar Isi Pendahuluan... 1 1.1. Pejabat Pembuat Komitmen... 2 1.2. Alur Proses PPK... 3 Memulai Aplikasi... 4 2.1. Akses ke dalam SPSE... 4 Penjelasan Fungsi dan Fitur... 6 3.1. Menu Home... 6 3.2.

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN/ATAU JASA PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI PONOROGO TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN PONOROGO.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI PONOROGO TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN PONOROGO. 1 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT dan atas berkat dan karunianya Buku Laporan Tahunan Pelaksanaan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Lebih terperinci

B A B P E N D A H U L U A N

B A B P E N D A H U L U A N 1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling utama, oleh karena itu kesehatan termasuk dalam kepentingan yang

BAB I PENDAHULUAN. paling utama, oleh karena itu kesehatan termasuk dalam kepentingan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hajat hidup manusia sekaligus karunia dari tuhan yang paling utama, oleh karena itu kesehatan termasuk dalam kepentingan yang dilindungi oleh negara.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Sosialisasi & Bimtek. Oleh: Aditya Widyawan Prima, S.Kom. Selasa, 24 Oktober 2017

Sosialisasi & Bimtek. Oleh: Aditya Widyawan Prima, S.Kom. Selasa, 24 Oktober 2017 Sosialisasi & Bimtek Aplikasi e-kontrak Oleh: Aditya Widyawan Prima, S.Kom Selasa, 24 Oktober 2017 memanfaatkan SPSE 2015 Perpres No. Perubahan kev. Perpres 54/2010 Pendahuluan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lebih terperinci

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI Aspek legal penggunaan TIK untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan Yustina Sri Hartini - PP IAI Disampaikan dalam Annual Scientific Meeting Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, 23 Maret 2017

Lebih terperinci

Pengertian SKN. Maksud dan Kegunaan SKN 28/03/2016. BAB 9 Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Pengertian SKN. Maksud dan Kegunaan SKN 28/03/2016. BAB 9 Sistem Kesehatan Nasional (SKN) BAB 9 Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Oleh Adila Prabasiwi, S.K.M, M.K.M Pengertian SKN Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PENYEDIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PENYEDIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PENYEDIA Update 27 Februari 2013 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e-purchasing Alsintan Pemerintah Dalam Aplikasi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh rumah sakit. Diantara tantangan yang ada adalah bagaimana mengubah paradigma

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006

KEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006 KEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006 Oleh : Drs. Richard Panjaitan, Apt., SKM DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP KETERSEDIAAN, KETERJANGKAUAN DAN PEMERATAAN OBAT ESENSIAL GENERIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses perencanaan Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari

Lebih terperinci

BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010

BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010 BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK ( E-PROCUREMENT ) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ENDE BUPATI ENDE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia, Puskesmas perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- CATALOGUE PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PENYEDIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- CATALOGUE PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PENYEDIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- CATALOGUE PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PENYEDIA Update 21 Januari 2015 E- CATALOGUE PENYEDIA 1 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 3 1.1 Alur Proses e- Catalogue Produk Barang/Jasa

Lebih terperinci

2011, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah

2011, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.801, 2011 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA.Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik. Ketentuan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. PPK "Buat Paket"

PETUNJUK PENGGUNAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. PPK Buat Paket PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PPK "Buat Paket" Update 25 Mei 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e-purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah Dalam

Lebih terperinci

Petunjuk Pengoperasian SPSE Verifikator

Petunjuk Pengoperasian SPSE Verifikator Petunjuk Pengoperasian SPSE 3.5 - Verifikator i Daftar Isi 1 Pendahuluan... 1 1.1 Verifikator... 2 2 Memulai Aplikasi... 3 2.1 Akses ke dalam SPSE... 3 3 Penjelasan Fitur dan Fungsi... 4 3.1 Menu Home...

Lebih terperinci

BAB VII SUBSISTEM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN PENGERTIAN

BAB VII SUBSISTEM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN PENGERTIAN REPUBLIK INDONESIA BAB VII SUBSISTEM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN A. PENGERTIAN Subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin ketersediaan, pemerataan,

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adam Smith (1776) dalam An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations mengemukakan bahwa ada tiga fungsi negara yaitu memelihara pertahanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah sebagai berikut ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah sebagai berikut ini. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengadaan Barang/Jasa Menurut Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015, bahwa Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementrian/Lembaga/Satuan

Lebih terperinci