BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Vera Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia pada saat ini sedang berada dalam masa transisi menuju sistem pelayanan kesehatan universal. Pasal 28 H (1) dan Pasal 34 (3) Amandemen IV UUD 1945 menjelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. Dalam mewujudkan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan melalui penyediaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang berbasis bukti dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif. Hal ini menjadi sangat penting karena masyarakat memiliki hak untuk menjangkau kesehatan yang bermutu secara adil dan merata untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Salah satu pemangku jabatan fungsional yang menjadi perhatian utama Kementerian Kesehatan adalah pemangku jabatan fungsional dokter yang merupakan pemangku jabatan fungsional yang sangat strategis dalam layanan kesehatan. Pemangku jabatan fungsional dokter di lingkungan Kementerian Kesehatan berjumlah sekitar orang yang tersebar di beberapa satuan kerja pelayanan teknis seperti rumah sakit dan kantor kesehatan pelabuhan. Dokter merupakan salah satu profesi kesehatan yang mempunyai peran sangat penting dalam layanan kesehatan. Hal ini dapat dipahami karena hampir semua masyarakat yang berkunjung ke rumah sakit, selalu ingin bertemu dengan dokter dalam upaya mencari kesembuhan atau konsultasi tentang penyakit yang dideritanya, sehingga kinerja dokter akan sangat berpengaruh terhadap kualitas layanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). 1
2 2 Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan, yang merupakan instansi pembina jabatan fungsional dokter, berupaya untuk memenuhi kontribusi profesional pemangku jabatan fungsional yang terukur secara objektif pada pencapaian layanan publik kesehatan. Uraian pekerjaan pemangku jabatan fungsional dokter berkaitan langsung dengan pola layanan kesehatan kepada masyarakat, sehingga penilaian kinerja yang objektif terhadap kinerja pemangku jabatan fungsional dokter diharapkan dapat menjadi indikator kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan sekaligus faktor penentu pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Dengan menggulirkan penilaian kinerja pemangku jabatan fungsional dokter, Kementerian Kesehatan diharapkan dapat membuat mekanisme perubahan dalam penentuan butir-butir kegiatan jabatan fungsional dokter, sehingga pengukuran pencapaian kinerja menjadi lebih objektif sesuai dengan kondisi pekerjaan. Pekerjaan dokter yang bekerja di rumah sakit agak berbeda dengan dokter yang bekerja di kantor kesehatan pelabuhan, sehingga model penilaian perlu terus dikembangkan agar tidak ada pihak yang dirugikan akibat penataan sistem penilaian karena penilaian kinerja yang tidak objektif dan akan berakibat langsung pada tingkat ketidakpuasan pegawai. Menurut Ruky (2004), penilaian kinerja seharusnya tidak hanya berorientasi pada pencapaian target jenis pekerjaan dan tingkat pencapaian kinerja yang ditetapkan, tetapi berpihak pada kebutuhan organisasi dan layanan masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam menggagas model penilaian kinerja pemangku jabatan dokter, Kementerian Kesehatan perlu melibatkan berbagai stakeholder yang terkait, seperti tim penilai kinerja pemangku jabatan dokter, ikatan profesi terkait, satuan kerja terkait, dan sebagainya agar kepentingan dari setiap pihak dapat terakomodasi dengan adil. Dengan adanya penyesuaian penilaian kinerja terhadap jenis pekerjaan dan tingkat kesulitan, dokter yang dinilai merasa target kinerja yang ditetapkan tidak terlalu rendah atau dinilai terlalu tinggi, sehingga dapat terjangkau. Apalagi saat ini, seiring dengan meningkatnya tuntutan profesionalisme pegawai sebagai tujuan
3 3 utama reformasi birokrasi, dokter sebagai aparatur sipil negara merasa terbebani oleh laporan-laporan pekerjaan untuk membuktikan pencapaian target kinerja. Tuntutan profesionalisme aparatur sipil negara dalam beberapa tahun terakhir mendorong penataan SDM birokrasi semakin terfokus pada spesialisasi pemangku jabatan fungsional tertentu. Setiap pemangku jabatan tertentu pada aparatur sipil negara dituntut mampu memberikan kontribusi profesional yang terukur secara objektif pada pencapaian layanan publik. Seiring dengan hal tersebut, penilaian kinerja pemangku jabatan fungsional dokter merupakan langkah yang tepat untuk mengukur secara objektif aktualisasi hasil tugas dan fungsi dokter yang terkait langsung dengan kualitas layanan kesehatan. Dasar hukum pelaksanaan penilaian kinerja pemangku jabatan fungsional dokter sebagai aparatur sipil negara di lingkungan kerja Kementerian Kesehatan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Penilaian kinerja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 adalah penilaian prestasi kerja PNS yang dilakukan berdasarkan prinsip objektif, terukur, dapat diandalkan, partisipatif dan transparan. Peraturan tersebut dibuat dengan maksud untuk mengelola kinerja aparatur sipil negara agar dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan sekaligus peningkatan profesionalisme pegawai negeri sipil (Sekretariat Negara RI, 2011). Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil di Kementerian Kesehatan dilakukan secara operasional melalui Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 1 Tahun 2013 tentang penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil (BKN RI, 2013) dengan mengacu pada Keputusan Menteri PAN dan RB No. 139 tahun 2003 tentang pemangku jabatan fungsional dokter dan angka kreditnya (Kementerian PAN RB RI, 2003). Hal tersebut secara rinci dituangkan dalam Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No Tahun 2003 tentang pemangku jabatan fungsional dokter dan angka kreditnya. Terformulasikannya keputusan bersama ini ditujukan untuk memberikan
4 4 kepastian penilaian kinerja dokter sebagai aparatur sipil negara yang memiliki tugas dan fungsi sangat strategis dalam pelayanan kesehatan. Berdasarkan pra-survei yang dilakukan pada bulan Oktober 2014 melalui diskusi awal yang telah dilakukan terhadap beberapa pengelola kepegawaian di beberapa satuan kerja pelayanan teknis seperti rumah sakit, kantor kesehatan pelabuhan, dan poliklinik di lingkungan kerja Kementerian Kesehatan, dirasakan bahwa proses implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil pada pemangku jabatan fungsional dokter masih belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Proses penilaian masih menjadi persoalan karena adanya beberapa permasalahan yang cukup berarti dalam pelaksanaannya. Salah satu masalah yang ditemukan dalam pra survei melalui diskusi awal adalah implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil pada pemangku jabatan fungsional dokter belum sesuai dengan tujuan dan sasaran dari penilaian untuk mengukur kinerja yang dilakukan secara objektif. Hal ini terlihat dengan adanya keluhan beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh para dokter di lapangan belum sesuai dengan butir-butir kegiatan yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu, secara nyata pada pekerjaan-pekerjaan rutin yang spesifik di rumah sakit dan kantor kesehatan pelabuhan belum memenuhi tujuan program untuk dapat penilaian kinerja yang ada secara objektif. Temuan awal lainnya adalah belum optimalnya sumber daya yang memadai dalam menunjang implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 pada pemangku jabatan fungsional dokter baik penilai, peraturan teknis, dan pembiayaan. Hal tersebut disebabkan keterbatasan tenaga penilai dalam memahami aspek-aspek pekerjaan dokter, peraturan yang dijadikan acuan dalam menilai pekerjaan dokter, serta anggaran yang memadai untuk membangun aplikasi sistem penilaian secara online. Sumber daya yang ada dirasakan masih bersifat umum, belum menunjang secara optimal penilaian pekerjaan yang dilakukan oleh pemangku jabatan fungsional dokter.
5 5 Proses implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil pada pemangku jabatan fungsional dokter menunjukkan fakta awal bahwa butir-butir kegiatan yang ditetapkan belum sepenuhnya menyentuh situasi dan kondisi pekerjaan yang dilakukan di lapangan. Sebaliknya beberapa pemangku jabatan fungsional dokter belum melakukan semua pekerjaan yang ditetapkan, bahkan banyak melakukan pekerjaan yang tidak tercantum pada target-target pencapaian kinerja yang sudah ditetapkan. Temuan awal lainnya yang cukup menarik perhatian peneliti adalah tentang hasil penilaian. Hasil penilaian berdasarkan peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil belum menyertakan rekomendasi tindak lanjut dari hasil pencapaian kinerja yang diperoleh seperti umpan balik peningkatan potensi kinerja, saran pengembangan kompetensi, evaluasi proses penyelesaian pekerjaan, serta hal lainnya yang berkaitan dengan peningkatan pencapaian kinerja yang lebih baik pada pencapaian kinerja pekerjaan selanjutnya. Berdasarkan adanya permasalahan tersebut, implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil pada pemangku jabatan fungsional dokter dirasakan memerlukan penelitian evaluasi yang komprehensif dan multi-sektoral. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian evaluasi dengan menggunakan metode evaluasi implementasi kebijakan, sehingga hasil studi dapat menjadi pertimbangan dalam implementasi kebijakan. Fokus evaluasi adalah implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil oleh Kementerian kesehatan. Penelitian yang dilakukan adalah process or implementation policy evaluation research yaitu penelitian evaluasi berupa proses penilaian terhadap tahapan menjalankan program kebijakan, memperoleh akses untuk mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan implementasi kebijakan. Penelitian ini dilakukan untuk menilai proses implementasi kebijakan yang dikonfirmasikan terhadap indikator hasil pada implementasi sebuah kebijakan.
6 6 Dalam pandangan Starling (2008), langkah di atas dapat dikategorikan sebagai penelitian implementasi atau implementation evaluation. Penelitian terhadap implementasi berbeda dengan pengertian impact evaluation yang ditujukan untuk melihat dampak atau konsekuensi yang ditimbulkan dari implementasi sebuah kebijakan (summative evaluation). Penelitian implementasi lebih bersifat deskriptif tentang yang terjadi dan penyebab terjadi. Hal ini dalam istilah Starling disebut formative evaluation atau process evaluation. Process evaluation yang dikemukakan Starling membandingkan antara yang terjadi dan dilakukan dalam pelaksanaan program dengan hasil yang diperoleh dan dibandingkan pula dengan hasil yang diharapkan. Langkah ini tidak hanya akan menghasilkan pemahaman serta koreksi bagi implementasi kebijakan, tetapi juga sekaligus menjadi cara untuk melihat tahapan dan aktivitas implementasi kebijakan yang dilaksanakan memungkinkan pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam tujuannya atau tidak. Pendekatan penelitian implementasi merupakan upaya tepat untuk mendapatkan data yang akurat pada suatu organisasi dengan tipikal sektor publik. Mengingat adanya potensi hambatan mendapatkan data akurat karena adanya pertimbangan psikologis dan birokratis, maka akan digunakan kombinasi antara data primer dan sekunder. Di antara model-model evaluasi terhadap proses implementasi kebijakan yang menurut peneliti cocok untuk mengkaji proses pencapaian hasil dalam implementasi kebijakan penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil pada penilaian kinerja pemangku jabatan fungsional dokter adalah model implementasi kebijakan dari Jones (1996). Jones (1996) mengemukakan bahwa model implementasi yang diterapkan pada implementasi sebuah kebijakan berupa sistem evaluasi dasar terbuka yang meliputi aktivitas pengorganisasian, interpretasi dan aplikasi. Pelaksanaan aktivitas organisasi, interpretasi dan aplikasi dari implementasi kebijakan penilaian prestasi kerja sangat menentukan pencapaian tujuan akhir penilaian prestasi kerja PNS khususnya pada jabatan fungsional dokter. Terlebih untuk melihat organisasi implementasi telah bekerja sesuai dengan ukuran kinerja yang ditetapkan atau belum. Begitu pula dari sisi
7 7 interpretasi, dapat dilihat sejauh mana para pelaku kebijakan terkait, termasuk para dokter menginterpretasikan penilaian prestasi kerja sebagai bagian dari ukuran keberhasilan. Dari sisi aplikasi dapat dilihat sjeauh mana penilaian prestasi kerja tersebut dapat diaplikasikan di lingkungan kerja Kementerian Kesehatan. Dengan demikian, penelitian evaluasi implementasi kebijakan penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil pada penilaian kinerja pemangku jabatan fungsional dokter merupakan pilihan penelitian yang tepat untuk mengukur kebijakan penilaian kinerja yang diterapkan pada dokter sudah mencapai hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Dokter merupakan salah satu profesi kesehatan yang mempunyai peran sangat penting dalam layanan kesehatan, sehingga kinerja dokter akan sangat menentukan kualitas layanan kesehatan. Hasil penelitian ini akan berguna dalam memperbaiki kebijakan-kebijakan yang terkait, optimalisasi kinerja dokter dalam layanan kesehatan. Kondisi inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Implementasi Kebijakan Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil pada Pemangku Jabatan Fungsional Dokter. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini akan difokuskan pada implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil pada pemangku jabatan fungsional dokter di layanan kesehatan lingkup kerja Kementerian Kesehatan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, dapat diidentifikasi beberapa pokok persoalan sebagai das sein antara lain dari sisi aplikasi, prestasi kerja pegawai negeri sipil pada pemangku jabatan fungsional dokter belum sesuai dengan tujuan dan sasaran dari penilaian untuk mengukur kinerja yang dilakukan secara objektif. Selain itu, dari sisi interpretasi penilai masih terdapat keterbatasan pemahaman mengenai profesi dokter. Dari sisi pengorganisasian masih ditemukan persoalan seperti standar yang belum menyentuh sepenuhnya situasi dan kondisi pekerjaan yang dilakukan di lapangan. Masih banyaknya persoalan ini bertentangan dengan kondisi normatif yang seharusnya terjadi (das solen) penilaian kinerja menurut
8 8 Ruky (2004) harus sesuai dengan kebutuhan organisasi dan layanan masyarakat yang lebih luas. Untuk memahami lebih mendalam atas pokok-pokok permasalahan tersebut di atas, disusun rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana implementasi kebijakan penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil pada pemangku jabatan fungsional dokter di Kementerian Kesehatan? Fokus masalah tersebut dirumuskan dalam sejumlah sub-fokus permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana aktivitas pengorganisasian implementasi kebijakan Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil pada pemangku jabatan fungsional dokter di Kementerian Kesehatan? 2. Bagaimana aktivitas interpretasi pada implementasi kebijakan Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil pada pemangku jabatan fungsional dokter di Kementerian Kesehatan? 3. Bagaimana aktivitas aplikasi pada implementasi kebijakan Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil pada pemangku jabatan fungsional dokter di Kementerian Kesehatan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas pengorganisasian, interpretasi dan aplikasi pada implementasi kebijakan Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil dalam mendorong tercapainya hasil kerja yang nyata dan terukur pada pemangku jabatan fungsional di Kementerian Kesehatan. D. Manfaat Penelitian Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kajian kebijakan publik, khususnya yang menyangkut kebijakan penilaian kinerja pegawai negeri sipil pada pemangku jabatan fungsional dokter di Kementerian Kesehatan. Manfaat-manfaat yang diperoleh dari penelitian evaluasi program ini adalah:
9 9 1. Bagi akademisi di bidang manajemen kesehatan, dapat menindaklanjuti hasil penelitian ini untuk menggali lebih dalam dan luas kondisi eksisting potensi dan permasalahan dalam penataan sistem penilaian kinerja dokter. 2. Bagi pimpinan birokrasi di Kementerian Kesehatan, dapat menentukan kebijakan penilaian kinerja pemangku jabatan fungsional dokter dengan tepat berdasarkan hasil penelitian. 3. Bagi pengelola kepegawaian di Kementerian Kesehatan, dapat mengantisipasi berbagai potensi dan tantangan bidang penilaian kinerja kepegawaian di masa mendatang, serta alternatif model-model penataan sistem penilaian kinerja pemangku jabatan fungsional dokter untuk meningkatkan kualitas SDM. 4. Bagi pengelola kepegawaian di rumah sakit, kantor kesehatan pelabuhan, dan poliklinik dapat melaksanakan penilaian penilaian kinerja pemangku jabatan fungsional dokter secara objektif E. Keaslian Penelitian 1. Hayati (2014), melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Sistem Penilaian Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengembangkan sistem penilaian kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Hasil penelitiannya bahwa suatu perubahan pada sistem penilaian kinerja perawat pelaksana yang terdiri dari tim penilaian kinerja, alur, instrumen, SOP yang merujuk kepada konsep penilaian kinerja, SKKNI dan PPNI sebagai dasar penyusunan instrumen penilaian kinerja dan penerapan unsur kepedulian pada proses pelaksanaan penilaian kinerja. Selain itu, penelitian ini menghasilkan dampak adanya perbedaan rata-rata pada pengetahuan perawat, kepuasan perawat dan meningkatnya kepuasan pasien. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah objek penilaian kinerja pada tenaga kesehatan. Perbedaannya pada jenis penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut adalah action research, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan metode evaluasi implementasi.
10 10 2. Christian (2011), melaksanakan penelitian yang berjudul Pengukuran kinerja perusahaan jasa penerbangan di Indonesia dengan metode performance prism. Penelitian tersebut membahas pengukuran kinerja perusahaan jasa penerbangan di Indonesia dengan menggunakan metode Performance Prism. Selain itu, penelitian ini tidak hanya mengukur kinerja dari sisi strategi saja, namun juga memperhatikan kepuasan dan kontribusi stakeholder, proses dan kapabilitas perusahaan. Pengolahan data dilakukan dengan model analisis kuantitatif TEV di antaranya pembobotan dengan Delphi method dan penilaian kinerja dengan expected value. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah fokus penelitian pada penilaian kinerja, namun penelitian ini mempunyai fokus cukup luas yang melibatkan faktor-faktor eksternal. Pada penelitian yang dilakukan ini fokus diarahkan pada penilaian kinerja dokter secara spesifik, sehingga hasil penelitian ini lebih kontekstual pada permasalahan penilaian kinerja di sektor kesehatan. 3. Sigiro (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisis Sistem Penilaian Kinerja Karyawan di TK Embun Pagi. Tujuan penelitian ini untuk melakukan analisis terhadap pelaksanaan sistem penilaian kinerja (performance appraisal) karyawan di TK Embun Pagi. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan pada tujuan untuk mengungkapkan sebuah proses penilaian kinerja karyawan diterapkan, cara prosedur pelaksanaannya, tujuan penilaian kinerja serta kendala dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan penilaian kinerja karyawan. Perbedaannya pada subjek penelitian dan latar belakang penelitian. Penelitian yang dilakukan terfokus pada tenaga dokter di lingkungan Kementerian Kesehatan dengan situasi dan kondisi pekerjaan yang berbeda-beda di rumah sakit dan kantor kesehatan pelabuhan. Penelitian ini menggunakan metode yang sama, yaitu analisis kualitatif, namun penelitian ini dilengkapi dengan disain deskriptif kuantitatif. Keseluruhan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa proses penilaian kinerja di dalam organisasi sangat terkait dengan perilaku SDM baik dalam hal inovasi, budaya kerja maupun sikap. Fokus penelitian evaluasi tentang penilaian kinerja pemangku jabatan fungsional dokter kali ini pun sejalan.
11 11 Penerapan kebijakan penilaian juga sangat terkait dengan tuntutan proses transformasi aparatur sipil negara. Namun, proses transformasi dalam perilaku SDM tidak bisa terlepas dari strategi implementasi yang diambil oleh organisasi. Atas dasar hal tersebut, penelitian evaluasi tentang penilaian kinerja pemangku jabatan fungsional dokter ini diharapkan dapat memberikan gambaran baru dalam proses transformasi aparatur sipil negara di sektor kesehatan, yakni peran strategis dokter sebagai sub-unsur dari organisasi Kementerian Kesehatan.
1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah, memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu birokrat pemerintah daerah dituntut untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Pelatihan staf pengadaan di LPMP dan P4TK Kemdikbud dalam hasil penelitian secara umum menggambarkan tingkat implementasi yang baik memenuhi kriteria dan
Lebih terperinci2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20
No.154, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong kinerja aparatur pemerintah. Tuntutan kinerja untuk lebih professional, bermoral, bersih dan beretika
Lebih terperinci2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi
No.1115, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Widyaiswara. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Penilaian. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciPROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI
PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI Manajemen Perubahan Seluruh proses reformasi birokrasi di instansi akan mengarah pada rekonseptualisasi organisasi dan mekanisme kerja instansi secara menyeluruh. Proses
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi
No.1178, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Jabatan Fungsional. Penilai Pemerintah. Juklak. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBINAAN
Lebih terperinciTUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
14 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008
1 1. PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara akademis dan praktis, batasan penelitian serta model operasional
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB III PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RANHAM
- 28 - BAB III PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RANHAM A. KOORDINASI 1. Dalam melakukan penyusunan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan RANHAM dibutuhkan upaya koordinasi
Lebih terperinciPENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua
PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua Jumat, 27 Februari 2015 Abstrak Perkembangan teknologi, serta
Lebih terperincijaminan kesehatan nasional. (Kemenkes, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN pada alinea ke empat yang dijadikan sebagai landasan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang menerapkan konsep welfare state, sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pada alinea
Lebih terperinci2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya
No.1802, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Fungsional. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA RSUD KOTA SALATIGA TAHUN 2017
PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA RSUD KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN STRATEGIS SKPD VISI DAN MISI 1. Pernyataan Visi Visi RSUD
Lebih terperinciBADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN I N S P E K T O R A T
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN I N S P E K T O R A T KEPUTUSAN INSPEKTUR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-004/IN/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN INSPEKTUR BPKP NOMOR
Lebih terperinciJabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014
Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014 Suharyanto Pustakawan Madya Perpustakaan Nasional RI Suharyanto_m @ yahoo.com -- FB : Suharyanto Mallawa Abstrak Jabatan fungsional
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1330, 2014 LAN. Formasi. Jabatan Fungsional. Analis Kebijakan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas berkaitan erat dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 atau lebih dari 10 tahun terakhir telah berhasil meletakkan reformasi sebagai landasan politik bagi kehidupan demokrasi di
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan publik yang baik, efisien, efektif dan berkualitas menuntut kehadiran sumber daya manusia (SDM) aparatur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi politik yang bergulir sejak Tahun 1998 merupakan upaya untuk mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu pemerintahan yang berkeadilan,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL BIDANG KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam sistem ketatanegaraan Indonesia melalui Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang diputuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini
BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang didalamnya terdapat sejumlah kegiatan sekelompok orang yang bekerja sama dengan tata cara yang diatur
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.95, 2014 KEUANGAN. Tunjangan Kinerja. Dewan Perwakilan Rakyat. RI. Sekretariat Jenderal. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN
Lebih terperinciBAB IV P E N U T U P
BAB IV P E N U T U P Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai media untuk menjawab amanah yang diberikan oleh pemangku kepentingan (stakeholders) kepada Pemerintah pada dasarnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam meningkatkan kinerja aparatur. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Di sejumlah negara yang sedang berkembang pendidikan telah mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global, untuk mewujudkan pemerintahan yang baik diperlukan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Rekruitmen. Pegawai Lembaga Penegak Hukum.
No.63, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Rekruitmen. Pegawai Lembaga Penegak Hukum. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1609, 2016 KEMENPAN-RB. Pelayanan Publik. Inovasi. Kompetisi. Tahun 2017. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 untuk dapat menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, berbagai program pembangunan diarahkan
Lebih terperinci2012, No BAB I PENDAHULUAN
2012, No.750 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1984, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Analis Kebijakan. Uji Kompetensi. Petunjuk. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS UJI KOMPETENSI JABATAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sebagaimana telah tercantum di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dan tujuan negara sebagaimana telah tercantum di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mewujudkan
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1180, 2017 BKN. Jabatan Fungsional. Pemeriksa Pajak. Juklak. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBINAAN JABATAN
Lebih terperinciMeningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM Aparatur
CAPAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PADA PROGRAM PROGRAM PENATAAN SDM APARATUR Terdapat 6 (enam) Sasaran yang akan dicapai pada Program Penataan ini, ketaatan terhadap pengelolaan transparansi dan
Lebih terperinciARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA
ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG TEPAT UNTUK DAERAH Assalammu alaikum Wr.Wb
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1769, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Jabatan Fungsional. Analis Kebijakan. Standar Kompetensi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KOMPETENSI
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2013
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG KRITERIA PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN KEPADA PEGAWAI
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikaskan, bekerja secara terus menerus untuk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R
No.788, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Karier Pegawai. Manajemen. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan secara berturut-turut dibahas tentang latar
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan secara berturut-turut dibahas tentang latar belakang masalah yang mendasari proses penelitian tentang pelaksanaan penilaian kinerja pegawai pada PT Perusahaan Listrik
Lebih terperinciDeputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi KONDISI UMUM SEBELUM REFORMASI BIROKRASI 2 MASIH DIWARNAI DENGAN
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017)
Lampiran I Pengumuman Nomor : 12 /PANSEL.KOMINFO/KP.03.01/03/2018 Tanggal : 4 Maret 2018 STANDAR KOMPETENSI (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai suatu instansi sehubungan dengan visi yang dimiliki organisasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Obyek Penelitian Sekretariat Wakil Presiden sebagai lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Sekretaris
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilingkungan Badan Usaha Milik Negara. Pelayanan publik berbentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelayanan publik merupakan tanggungjawab pemerintah dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik itu di pusat, di Daerah, dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 103/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober Tahun 2013 sebagai penyempurnaan Permentan Nomor : 17/Permentan/OT.140/02/2007
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.705, 2015 KEMENKES. Kebutuhan SDM Kesehatan. Perencanaan. Penyusunan. Pedoman. Pencabutan PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indon
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1747, 2016 KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Lebih terperinciLEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI INOVASI KOTA PONTIANAK
LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI INOVASI KOTA PONTIANAK 1 Lab. Inovasi : KOTA PONTIANAK 2 Nama Instansi/ : UPTD Pusat laboratorium Kesehatan Kota Pontianak / Dinas Kesehatan Kota Pontianak SKPD
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS
Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan L LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2014-2018 A. Latar Belakang RPJMD Kota Tangerag tahun 2014-2018 adalah merupakan tahapan ke- III dalam rangka mewujudkan Visi Rencana Pembangunan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG
Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan
Lebih terperinciBUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KEBIJAKAN MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA. DR. Adi Suryanto, MSi. Kepala LAN RI
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MODEL APARATUR SIPIL NEGARA DR. Adi Suryanto, MSi Kepala LAN RI Disampaikan pada Sosialisasi Program Diklat Tahun 2017 Provinsi Jawa Tengah 18 Januari 2017 Pokok Pembahasan 1 Kebijakan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan
Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan bahwa setiap lembaga pemerintah
Lebih terperinciBAHAN PEMBAHASAN KOMISI I FORUM KONSULTASI JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN HOTEL ALILA, JAKARTA 2 DESEMBER 2013
BAHAN PEMBAHASAN KOMISI I FORUM KONSULTASI JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN HOTEL ALILA, JAKARTA 2 DESEMBER 2013 PERMASALAHAN PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah merupakan hak dan investasi bagi semua warga negara Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum dalam
Lebih terperinciINDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN KANREG I BKN YOGYAKARTA
INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN KANREG I BKN YOGYAKARTA TAHUN 2014 1 Pengantar Upaya pemerintah dalam melakukan reformasi birokrasi dalam bidang tata kelola pemerintahan selama beberapa tahun
Lebih terperinciMANAJEMEN STRATEGI PENILAIAN KINERJA PARTISIPATIF DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN KARIER PENILIK
MANAJEMEN STRATEGI PENILAIAN KINERJA PARTISIPATIF DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN KARIER PENILIK Oleh : KIKI BUDIANA, M.Si. Penilik Madya UPT Dindik Kec. Kaduhejo - Kabupaten Pandeglang A. Pengantar
Lebih terperinci3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung
Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bila dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan
Lebih terperinciEDISI 22 AGT 2011 PANDUAN PENILAIAN KINERJA KETUA PROGRAM KEAHLIAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN
EDISI 22 AGT 2011 PANDUAN PENILAIAN KINERJA KETUA PROGRAM KEAHLIAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN SDM PENDIDIKAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi sekarang ini, teknologi dan ilmu pengetahuan sangat berpengaruh pada pola kehidupan manusia untuk secara terus menerus mengembangkan diri.
Lebih terperinciKEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Pangkalpinang, April 2014 POLA PIKIR MANAJEMEN SDM APARATUR DASAR HUKUM UU No. 5 Tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam mempercepat
Lebih terperinci2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1537, 2016 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Penilai Pemerintah. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18
Lebih terperinci2015, No Tahun 1999 Nomor 167; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Ta
No.697, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya. Standar Kompetensi. Bidang. Manajerial PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Visi Rumah Sakit
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Rumah Sakit 4.1.1 Visi Rumah Sakit Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai Rumah
Lebih terperinciLAMPIRAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ( IKU ) DI LINGKUNGAN DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN BADUNG BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR : 32 TAHUN 2014 TANGGAL : 2 FEBRUARI 2014 TENTANG : PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN BADUNG NOMOR 61
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, ternyata telah terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, ternyata telah terjadi banyak perubahan besar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Perubahan tersebut sangat dirasakan
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENGHARGAAN ADIBAKTI MINA BAHARI.
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/212 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENGHARGAAN ADIBAKTI MINA BAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN
Lebih terperinci13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut :
RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Jenderal Tahun 2011 adalah perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012
PERATURAN MENTERI NOMOR 38 TAHUN 212 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan aparatur negara yang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.113, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tata Laksana. Penataan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENATAAN TATALAKSANA
Lebih terperinciTINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI
TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN PELAYANAN SEKRETARIAT DPRD
BAB I PENDAHULUAN Sekretariat DPRD Kabupaten Lamandau merupakan salah satu unsur dari Pemerintah Kabupaten Lamandau yang mempunyai tugas pokok yaitu memberikan pelayanan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Lebih terperinciAREA PERUBAHAN 1. Program Manajemen Perubahan 2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan
AREA PERUBAHAN Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) didasarkan pada kondisi dan kebutuhan Kemenko PMK dalam mewujudkan agenda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesuksesan sebuah penyelenggaraan tugas pemerintahan, terutama pada penyelenggaraan pelayanan public kepada masyarakat sangat tergantung pada kualitas SDM Aparatur.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumahan dan permukiman merupakan salah satu sektor yang strategis dalam upaya membangun manusia Indonesia yang seutuhnya. Sebagai salah satu kebutuhan mendasar manusia,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.228, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Tunjangan Kinerja. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104
Lebih terperinciBab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG
Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi
BAB I PENDAHULUAN Bab I di dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, konteks penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika
Lebih terperinci