STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN PURI (PERIKSA URIN SENDIRI) MENGGUNAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN PURI (PERIKSA URIN SENDIRI) MENGGUNAKAN"

Transkripsi

1 STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN PURI (PERIKSA URIN SENDIRI) MENGGUNAKAN GRAFIK WARNA URIN PADA REMAJA KELAS 1 DAN 2 DI SMAN 63 JAKARTA TAHUN 2015 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : DONNA PERTIWI PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/ 1436 H

2 i

3 Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat Skripsi, Oktober 2015 Donna Pertiwi, NIM : Status Dehidrasi Jangka Pendek Berdasarkan Hasil Pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) Menggunakan Grafik Warna Urin pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta Tahun xix Halaman, 17 tabel, 2 Bagan, 5 Lampiran ABSTRAK Dehidrasi jangka pendek adalah kehilangan cairan yang berlebihan dari jaringan tubuh dalam jangka waktu yang pendek. Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, maka akan timbul kejadian dehidrasi atau kehilangan air secara berlebihan. Dampak dehidrasi jangka pendek bila dibiarkan, maka akan berdampak buruk bagi tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Januari 2015 Juni Sampel penelitian ini berjumlah 75 responden. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis data univariat dan analisis data bivariat dengan menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta yang mengalami dehidrasi jangka pendek sebanyak 45.3%. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa obesitas (Pvalue = 0.036), konsumsi cairan (Pvalue = 0.000), pengetahuan tentang air dan dehidrasi (Pvalue = 0.000) memiliki hubungan yang bermakna dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (periksa warna urin) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang bisa diberikan adalah pihak sekolah dapat melakukan perencanaan program berbasis kesehatan dengan memasukkan materi dehidrasi pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan rohani, remaja sebaiknya meningkatkan pengetahuan tentang air dan dehidrasi terutama pencegahan dari dehidrasi, siswa yang obesitas dan kegemukan (overweight) diharapkan melakukan penurunan berat badan dan siswa meningkatkan konsumsi cairannya berdasarkan angka kecukupan gizi, kecukupan air untuk laki-laki sebesar 2200 ml/hari dan perempuan sebesar 2100 ml/hari dan meningkatkan konsumsi buah dan sayur yang mengandung banyak air. Kata Kunci : Dehidrasi, Remaja, Konsumsi Cairan Daftar bacaan : 57 ( ) ii

4 Faculty of Medicine and Health Sciences Public Health Study Program Nutrition Society Undergraduate Thesis, October 2015 Donna Pertiwi, NIM: Dehydration Status in Short term Based on Measurement Result PURI (Check Urine Alone) Using Urine Colour Chart In Adolescents Grade 1 And 2 In 63 Senior High School Jakarta xix Pages, 17 tables, 2 charts, 5 Annex ABSTRACT Dehydration status in short term is an excessive loss of fluid from body tissues in the short term. The dehydration or excessive water loss occurs when the body experiences an imbalance of fluid. The impact of dehydration couldn t be ignored, it will be bad for the body. The purpose of this study is dehydration status in short term based on measurement result puri (check urine alone) using urine colour chart in adolescents grade 1 and 2 in 63 senior high school jakarta This is a quantitative study with cross sectional design that was implemented from January 2015 to June The sample of this study are 75 respondents. Analysis of the data in this study consisted of univariate and bivariate data analysis using the chi-square test. The results showed that 45.3% adolescents grade 1 and 2 in 63 Senior High School Jakarta was categorized as dehydrated status in short term. Based on bivariate analysis known that obesity (Pvalue = 0.036), the consumption of liquids (Pvalue = 0.000), knowledge of water and dehydration (Pvalue = 0.000) had a significant association with dehydration status in short term based on measurement result puri (check urine alone) using urine colour chart in adolescents grade 1 and 2 in 63 senior high school jakarta Based on the study, the advices that can be given is the school be able to conduct planning based program of health by incorporating the material dehydration on the subjects of physical education and spiritual, adolescents should increase knowledge about water and dehydration especially for prevention of dehydration, obesity and overweight student are recommended to loss some weight and students increase consumption of liquids based nutritional adequacy rate, sufficient water 2200 ml/day for boys and 2100 ml/day for girls and increase consumption of fruit and vegetables that contain a lot of water. Keyword : Dehydration, Adolescents, Consumption of liquids Reading list: 57 ( ) iii

5 iv

6 v

7 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA Nama Jenis kelamin : Donna Pertiwi : Perempuan Tempat, tanggal lahir : Palembang, 18 Maret 1993 Status Agama : Belum Menikah : Islam PENDIDIKAN FORMAL : TK ROSI PALEMBANG : SDN 51 PALEMBANG : SMPN 19 PALEMBANG : MAN 3 PALEMBANG Sekarang : Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. vi

8 KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr. wb, Segala puji bagi Allah semesta alam, pemilik segala apa yang ada di langit dan bumi. Shalawat serta salam dilimpahkan selalu kepada teladan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan keberkahan kepada kita semua. Aamiin. Atas perkenan-mu jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung tersusunnya skripsi ini. Terima kasih penulis haturkan kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan di setiap harinya. Selalu memberikan apa yang dibutuhkan penulis, memberikan semangat, memberiku bahagia setelah kesedihan, memberiku solusi saat ada masalah, yang selalu menemaniku setiap saat. Terima kasih atas kehidupam ini ya Rabb dengan segala nikmat yang telah diberikan kepada hamba-mu ini. Tanpa takdir-mu aku takkan berada di sini hingga saat ini. Tanpa perlindungan dari-mu aku takkan sekuat ini. Terima kasih Rabb. 2. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku yang telah memberikan doa dan dukungan dalam berbagai hal. 3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Febrianti, Sp, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan ilmu, bimbingan, pengarahan, motivasi, dan meluangkan waktunya untuk membimbing saya hingga skripsi ini selesai. vii

9 Terima kasih untuk segala masukan dan nasihat ibu. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dan semoga ibu sehat selalu. 5. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan saya bimbingan hingga skripsi ini selesai. Terima kasih untuk masukan dan nasihat yang telah bapak berikan. Semoga bapak sehat selalu. 6. Bapak/Ibu penguji yang telah memberikan masukan demi penyempurnaan dan perbaikan dari laporan skripsi ini. 7. Terima kasih juga untuk segenap dosen pengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan penulis wawasan dan ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan. 8. Pihak sekolah SMAN 63 Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Pemerintah Musi Banyuasin Sumatera Selatan dan Kementerian Agama. 10. Teman-teman seperjuangan santri jadi dokter MUBA Teman-teman seperjuangan GIZI 2011, kakak-kakak dan adik-adik serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan motivasi kepada peneliti. viii

10 Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih kurang dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan dimasa yang akan datang. Terima kasih. Wassalamualaikum. Wr.wb. Ciputat, Oktober 2015 Penulis ix

11 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN.... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xv DAFTAR BAGAN... xviii DAFTAR LAMPIRAN... xix BAB 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Pertanyaan Penelitian... 4 D. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus... 6 E. Manfaat Penelitian Bagi Civitas Akademik Sekolah Bagi Mahasiswa... 8 F. Ruang Lingkup Penelitian... 8 x

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9 A. Fungsi air bagi tubuh... 9 B. Kebutuhan air C. Keseimbangan air D. Dehidrasi Jangka Pendek Pengertian Tingkatan Dehidrai Pengukuran Dehidrasi Tanda Dan Gejala Dehidrasi Patofisiologis Dehidrasi E. Dampak Dehidrasi F. Faktor-faktor yang mempengaruhi dehidrasi jangka pendek Obesitas Usia Jenis kelamin Aktifitas fisik Konsumsi cairan Pengetahuan tentang air Suhu tubuh Wilayah ekologi Pengeluaran air F. Kerangka Teori BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep B. Definisi Operasional C. Hipotesis BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian Lokasi Penelitian xi

13 C. Populasi dan sampel Populasi Sampel D. Tehnik Sampling E. Pengumpulan Data Jenis Data Metode Pengumpulan Data F. Alur Pengumpulan Data Primer dan Sekunder G. Manajemen Data H. Analisis Data BAB V HASIL A. Hasil Analisis Univariat Gambaran status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Gambaran obesitas pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Gambaran jenis kelamin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Gambaran aktivitas fisik pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Gambaran konsumsi cairan pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Gambaran pengetahuan tentang air dan dehidrasi pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun B. Hasil Analisis Bivariat Hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) xii

14 menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian B. Gambaran status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun C. Hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun D. Hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun E. Hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun xiii

15 F. Hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun G. Hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv

16 DAFTAR TABEL Nomor Tabel Halaman Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Persentase Kehilangan Air Tubuh Dengan Tanda dan Gejalanya Klasifikasi Status Gizi Remaja Menurut WHO- NCHS Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) Anak Umur 5-18 tahun Kategori Tingkat Aktivitas Fisik dengan Nilai Physical Activity Level Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian 45 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Besar Minimal Sampel Berdasarkan Penelitian Sebelumnya Distribusi Status Dehidrasi Jangka Pendek Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015 Distribusi Status Dehidrasi Jangka Pendek Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.3 Distribusi Obesitas Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Tabel 5.4 Distribusi Obesitas Berdasarkan Jenis Kelamin 63 Tabel 5.5 Distribusi Jenis Kelamin Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun xv

17 Tabel 5.6 Distribusi Aktivitas Fisik Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta Tahun Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Distribusi Aktivitas Fisik Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi Konsumsi Cairan Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Distribusi Konsumsi Cairan Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.10 Distribusi Konsumsi Cairan 66 Tabel 5.11 Distribusi Pengetahuan tentang air dan dehidrasi Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Tabel 5.12 Distribusi Pengetahuan air dan dehidrasi berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.13 Hubungan obesitas dengan dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Tabel 5.14 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Tabel 5.15 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Tabel 5.16 Hubungan Konsumsi Cairan dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun xvi

18 Tabel 5.17 Hubungan Pengetahuan tentang Air dan Dehidrasi dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun xvii

19 DAFTAR BAGAN Nomor Bagan Halaman Bagan 2.1 Kerangka Teori 41 Bagan 3.1 Kerangka Konsep 44 xviii

20 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Tabel Physical Activity Ratio (PAR) Berbagai Aktivitas Fisik Data berat badan dan tinggi badan responden Output SPSS Foto/Dokumentasi xix

21 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dehidrasi adalah kehilangan cairan yang berlebihan dari jaringan tubuh. Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, maka akan timbul kejadian dehidrasi atau kehilangan air secara berlebihan (Tamsuri, 2009). Dehidrasi juga merupakan gangguan yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak ketika keluaran cairan total tubuh melebihi asupan cairan total (Muscari, 2005). Hal ini didukung dengan Brenna dkk (2012) yang menyebutkan bahwa dehidrasi adalah kondisi dimana tubuh kehilangan cairan atau defisit volume cairan sebanyak 1 % atau lebih dari berat badan. Berdasarkan penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) tahun 2010 yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia, Jakarta menempati angka dehidrasi terbesar kedua setelah Makassar yaitu sebesar 53,1% pada penduduk Indonesia dan dehidrasi ringan atau jangka pendek ternyata lebih banyak terjadi pada kelompok usia remaja (15-18 tahun) sebesar 49,5%. Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari di saat melakukan aktivitas (D Anci et al, 2009). Kehilangan tersebut, sebagian besar berupa kehilangan cairan ekstraselular. Selain itu, remaja lebih sering mengalami dehidrasi dikarenakan banyaknya aktivitas fisik remaja yang dapat menguras tenaga dan cairan tubuh, sehingga menyebabkan kurangnya konsumsi cairan (Briawan dkk, 2011). 1

22 2 Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Januari tahun 2015 terhadap 30 orang siswa siswi kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta didapatkan bahwa 33,3% siswa siswi mengalami dehidrasi jangka pendek. Penelitian dilakukan di sekolah ini karena lokasi sekolah yang mudah mengakses makanan dan minuman, kelengkapan fasilitas sekolah dan banyaknya kegiatan ekstrakurikuler sehingga banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh siswa siswi yang diharapkan menjadi pendukung data penelitian. Di samping itu, belum pernah ada penelitian mengenai status dehidrasi pada wilayah tersebut. Dampak dehidrasi jangka pendek ini bila dibiarkan, maka akan berdampak buruk bagi tubuh karena dehidrasi jangka pendek bisa melemahkan anggota gerak, hipotonia, hipotensi dan takikardia, kesulitan berbicara, bahkan sampai pingsan. Dehidrasi jangka pendek yang terjadi terus menerus juga bisa meningkatkan risiko batu ginjal, infeksi saluran kencing, kanker usus besar dan konstipasi (Popkin et al, 2010). Dampak dari dehidrasi jangka pendek bila dibiarkan secara terus menerus dapat menyebabkan kejadian stroke. Darah dalam tubuh terdiri dari 90% air, apabila darah tubuh kekurangan air maka darah menjadi lebih kental. Pengentalan darah membuat persediaan oksigen yang diantarkan ke otak berkurang dan memungkinkan terjadinya stroke. Dampak dari dehidrasi jangka pendek juga dapat mempengaruhi performa kognitif, menurunkan daya tahan fisik dan psikomotor (Grandjean, 2007). Menurut Murray (2007) juga memaparkan bahwa dehidrasi berpengaruh pada perubahan termoregulator suhu pada tubuh.

23 3 Dehidrasi jangka pendek dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya dehidrasi jangka pendek diantaranya yaitu obesitas, wilayah ekologi, suhu tubuh, pengeluaran air, jenis kelamin, usia, pengetahuan air dan dehidrasi, aktivitas fisik serta konsumsi cairan (Santoso dkk, 2012 ; Tamsuri, 2009; Berman dkk, 2009; Hardinsyah dkk, 2009; Brenna dkk, 2012). Dehidrasi jangka pendek adalah kondisi ketika tubuh kehilangan cairan karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan dalam jangka waktu yang pendek. Dehidrasi terjadi bila keluaran airnya adalah cairan hipotonik, yaitu volume air keluar jauh lebih besar dari jumlah natrium yang keluar. Hal ini mengakibatkan peningkatan tonisitas plasma oleh karena adanya peningkatan kadar natrium plasma hipernatremia. Akibat peningkatan tonisitas plasma, air intrasel akan bergerak menuju ektrasel sehingga volume cairan intrasel berkurang sehingga menyebabkan dehidrasi (Santoso dkk, 2012). Pengeluaran air harus diseimbangkan dengan pemasukan air melalui mekanisme keseimbangan dimana cairan di dalam tubuh berusaha setiap waktu untuk tetap seimbang dan konstan jumlahnya. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan cairan yang keluar dari tubuh. Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, akan timbul kejadian dehidrasi (Almatsier, 2009). Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

24 4 B. Rumusan Masalah Remaja merupakan kelompok yang rentan terjadinya penurunan kandungan air. Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, maka akan timbul kejadian dehidrasi. Hasil penelitian studi pendahuluan di SMAN 63 Jakarta didapatkan bahwa siswa siswi yang mengalami dehidrasi jangka pendek sebesar 33,3%. Selain itu, dehidrasi jangka pendek dapat berdampak buruk bagi tubuh karena bisa melemahkan anggota gerak, hipotonia, hipotensi dan takikardia, kesulitan berbicara, bahkan sampai pingsan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015? 2. Bagaimana gambaran obesitas pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015? 3. Bagaimana gambaran jenis kelamin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015? 4. Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015?

25 5 5. Bagaimana gambaran konsumsi cairan pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015? 6. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang air dan dehidrasi pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015? 7. Apakah ada hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015? 8. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015? 9. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015? 10. Apakah ada hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015? 11. Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015?

26 6 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran obesitas pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun b. Diketahuinya gambaran jenis kelamin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun c. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun d. Diketahuinya gambaran konsumsi cairan pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun e. Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang air dan dehidrasi pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun f. Diketahuinya hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun g. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

27 7 h. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun i. Diketahuinya hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun j. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Civitas Akademik Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 sehingga pihak sekolah dapat melakukan upaya dalam menghadapi masalah dehidrasi jangka pendek pada siswa siswi. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi masukan untuk dasar pelaksanaan pengembangan kegiatan di sekolah untuk meningkatkan program gizi berbasis sekolah.

28 8 2. Bagi Mahasiswa Mahasiswa memperoleh wawasan dan pengetahuan baru dalam ilmu kesehatan masyarakat mengenai dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015, khususnya pada anak sekolah dan penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi program studi kesehatan masyarakat untuk mengetahui status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMAN 63 diketahui status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 cukup tinggi yaitu sebesar 33,3%. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 Juni 2015 di SMAN 63 Jakarta dengan menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dan analisis data bivariat dengan menggunakan chi square. Data primer dikumpulkan dengan cara melakukan pengambilan urin, menyebarkan kuesioner dan melakukan pengukuran antropometri (tinggi badan dan berat badan) kepada responden, serta melakukan Food recall 1x24 jam untuk melihat konsumsi cairan dan recall aktivitas fisik selama 1x24 jam.

29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Air Bagi Tubuh Menurut Santoso dkk (2012) air mempunyai fungsi penting bagi tubuh manusia, yaitu: 1. Air sebagai pembentuk sel dan cairan tubuh Peran penting air adalah sebagai pembentukan berbagai cairan tubuh, seperti darah, cairan lambung, hormon, enzim, dan lainnya. Selain itu air juga terdapat dalam otot dan berfungsi untuk menjaga tonus otot sehingga otot mampu berkontraksi. 2. Air sebagai pengatur suhu tubuh Fungsi air sebagai pengatur suhu tubuh karena air menghasilkan panas, menyerap dan menghantarkan panas ke seluruh tubuh sehingga dapat menjaga suhu tubuh tetap stabil. Melalui produksi keringat yang sebagian besar terdiri atas air dan garam, air turut mendinginkan suhu tubuh. Air juga membantu mendinginkan tubuh melalui penguapan. Ketika tubuh memproduksi keringat, penguapan dari permukaan kulit menyebabkan suhu tubuh menurun sehingga tubuh tetap merasa dingin. 3. Air sebagai pelarut Air sebagai pelarut zat-zat gizi lainnya yang membantu proses pencernaan makanan. Mulai dari membantu produksi air liur saat makanan tiba di mulut, melarutkan makanan dan membantu melumasi makanan agar dapat masuk ke kerongkongan karena air merupakan zat 9

30 10 anorganik, yang tidak dicerna. Air dengan cepat melewati usus halus dan sebagian besar diserap kemudian turut berfungsi sebagai salah satu komponen mukus agar sisa zat makanan dapat keluar sebagai feses. 4. Air sebagai pelumas dan bantalan Air berfungsi juga sebagai pelumas atau lubrikan dalam bentuk cairan, yang memungkinkan sendi untuk bergerak dengan baik dan meredam gesekan antar sendi. Tulang rawan yang terdapat di ujung tulang panjang mengandung banyak air yang berfungsi sebagai pelumas. Saat tulang rawan mengalami kurang air, maka kerusakan akibat gesekan dapat meningkat dan pada akhirnya menyebabkan nyeri sendi. Air berfungsi sebagai bantalan tahan getar pada jaringan tubuh, misalnya pada otak, medulla spinalis, mata, dan kantong amnion dalam rahim. Air menjaga agar organ tersebut tidak mengalami banyak getaran sehingga dapat berfungsi dengan baik. 5. Air sebagai media transportasi Air merupakan media transportasi di dalam sel, sehingga air sebagai media transportasi yang efektif (Carrier) dalam membantu pertumbuhan dan regenerasi sel. 6. Air sebagai media eliminasi sisa metabolisme Tubuh menghasilkan berbagai sisa metabolisme yang tidak diperlukan termasuk toksin. Sehingga air berfungsi sebagai media eliminasi untuk mengeluarkan sisa metabolisme melalui saluran kemih, saluran cerna, saluran nafas dan kulit.

31 11 B. Kebutuhan Air Keseimbangan air di dalam tubuh perlu dijaga melalui pemenuhan kebutuhan air. Kebutuhan air bagi setiap individu akan berbeda-beda, tergantung dari ukuran fisik, umur, jenis kelamin, aktivitas fisik dan lingkungannya. Perkiraan kebutuhan air tubuh biasanya berdasarkan asupan energi, luas permukaan tubuh, atau berat badan tubuh (Santoso dkk, 2012). Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Pemenuhan kebutuhan air diperlukan untuk menggantikan pengeluaran air dari pernapasan, kulit, ginjal (urin), serta saluran pencernaan. Untuk remaja usia 15 tahun dibutuhkan sebanyak 70 sampai 85 ml/kg/hari, sedangkan untuk remaja usia 18 tahun adalah 40 sampai 50 ml/kg/hari (Hany, 2005). Adapun tabel kebutuhan air yaitu sebagai berikut: Tabel 2.1 Angka kecukupan Gizi (AKG) 2013 Jenis kelamin Umur AKG air (ml) Laki-laki tahun tahun tahun 2500 Perempuan tahun tahun tahun 2300 Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) Tahun 2014 C. Keseimbangan Air Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar tubuh. Keseimbangan air di dalam tubuh dipengaruhi oleh konsumsi cairan dan pengeluaran air. Melalui mekanisme

32 12 keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan di dalam tubuh setiap waktu berada di dalam jumlah yang tetap/konstan. Kontrol keseimbangan air di dalam tubuh sangat penting untuk mengatur osmolalitas cairan ekstraselular (CES). Setiap keadaan yang menyebabkan perubahan osmolalitas cairan ekstraselular (CES). Jika terjadi defisit air di cairan ekstraselular, maka osmolalitas akan meningkat. Untuk mengembalikan menjadi kondisi normal, air berpindah secara osmosis dari intrasel menuju ekstrasel sehingga volume cairan intraselular berkurang yang disebut dehidrasi (Sherwood, 2011). Terdapat dua regulator dalam mekanisme pengaturan keseimbangan air dan natrium di dalam tubuh manusia yaitu regulator osmotik dan regulator volume. Regulator osmotik tugasnya mengatur pengeluaran air melalui ginjal, sedangkan regulator volume mengatur ekskresi natrium melalui ginjal (Santoso dkk, 2012). Regulator osmotik merupakan regulator yang sangat peka terhadap perubahan osmolalitas plasma dengan kata lain osmolalitas plasma merupakan pemicu dari regulator ini. Perubahan osmolalitas plasma ini akan dirasakan oleh sensor dari regulasi osmotik atau osmoreseptor dan pusat rasa haus yang terletak di hipotalamus. Osmoreseptor akan berefek terhadap sekresi Antidiuretic Hormone (ADH) dan pusat rasa haus. ADH dan kepekaan rasa haus disebut juga sebagai efektor regulasi osmotik. Osmolalitas plasma yang meningkat akan meningkatkan sekresi ADH dan kepekaan rasa haus oleh hipotalamus, sebaliknya osmolalitas plasma menurun akan meredam sekresi ADH dan kepekaan rasa haus. ADH memiliki

33 13 reseptor yang disebut reseptor-v2 terletak di duktus koligentes merupakan bagian distal dari nefron ginjal (Santoso dkk, 2012). Regulator volume merupakan regulator yang sangat peka terhadap perubahan volume sirkulasi efektif, dengan kata lain volume sirkulasi efektif merupakan pemicu dari regulator ini. Perubahan volume sirkulasi efektif ini akan dirasakan oleh sensor dari regulasi volume atau disebut baroreseptor yang terletak di 1) sinus karotikus, berfungsi untuk mengatur aktivitas simpatis dan pada derajat yang lebih rendah merangsang atau meredam sekresi ADH, 2) arteri aferen glomerulus, berfungsi mengatur aktivitas sistem renin-angiotensin-aldoteron, 3) atrium dan ventrikel, berfungsi mensekresi Atrial/Natriuretic Peptide (ANP) bila terjadi peningkatan tekanan dalam atrium/ventrikel. Secara singkat bahwa pengaturan oleh regulator osmotik dan regulator volume adalah untuk mengembalikan volume air tubuh ke posisi sebelum terjadi perubahan keseimbangan (Santoso dkk, 2012). Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, akan timbul kejadian dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan). Konsumsi air terdiri atas air yang diminum dan yang diperoleh dari makanan sebagai hasil metabolisme yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai urine, air di dalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru (Almatsier, 2009). D. Dehidrasi Jangka Pendek 1. Pengertian Dehidrasi adalah kehilangan cairan atau kekurangan cairan dari jaringan tubuh yang berlebihan. Status dehidrasi jangka pendek adalah

34 14 suatu kondisi atau keadaan yang menggambarkan jumlah cairan dalam tubuh seseorang dalam jangka waktu pendek yang dapat diketahui dari warna urin. Dehidrasi merupakan gangguan yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak ketika keluaran cairan total tubuh melebihi asupan cairan total (Muscari, 2005). Dehidrasi terjadi bila keluaran airnya adalah cairan hipotonik, yaitu volume air keluar jauh lebih besar dari jumlah natrium yang keluar. Hal ini mengakibatkan peningkatan tonisitas plasma oleh karena adanya peningkatan kadar natrium plasma hipernatremia. Akibat peningkatan tonisitas plasma, air intrasel akan bergerak menuju ektrasel sehingga volume cairan intrasel berkurang yang disebut sebagai dehidrasi (Santoso dkk, 2012). 2. Tingkatan Dehidrasi Derajat keparahan dehidrasi menurut AFIC (1999) dalam Kit dan Teng (2008), yaitu : a. Dehidrasi Ringan/ Dehidrasi Jangka Pendek Ditandai dengan rasa haus, sakit kepala, kelelahan, wajah memerah, mulut dan kerongkongan kering. Dehidrasi ringan ini merupakan dehidrasi yang terjadi dalam jangka waktu pendek dan tidak terlalu parah tetapi apabila dibiarkan maka akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. b. Dehidrasi Sedang Ditandai dengan detak jantung yang cepat, pusing, tekanan darah rendah, lemah, volume urin rendah namun konsentrasinya tinggi.

35 15 c. Dehidrasi berat/ Dehidrasi Jangka Panjang Ditandai dengan kejang otot, lidah bengkak (swollen tongue), sirkulasi darah tidak lancar, tubuh semakin melemah dan kegagalan fungsi ginjal. Dehidrasi berat ini merupakan dehidrasi jangka panjang yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. 3. Pengukuran Dehidrasi Berbagai metode yang digunakan untuk penilaian kecukupan air tubuh, antara lain penurunan berat badan (body mass loss), air tubuh total (total body water) dengan pemeriksaan isotop (D 2 O), analisis aktivitas neutron, multiple frequency bioelectrical impedance, volume darah, perubahan volume plasma, osmolalitas plasma, berat jenis urin, osmolalitas urin, konduktivitas urin, volume urin 24 jam, warna urin, urine dipsticks (variabel tambahan), pemeriksaan klinis mengenai status hidrasi, rasa haus (Santoso dkk, 2012). Dari semua metode yang telah disebutkan di atas metode dengan akurat tinggi adalah metode isotop, analisis aktivitas neutron, osmolalitas plasma atau urin, perubahan volume plasma. Akan tetapi metode-metode tersebut memerlukan keahlian dan biaya yang tinggi serta risiko yang tinggi terhadap subyek (Santoso dkk, 2012). Ada lima metode yang mampu dan sering digunakan yaitu penurunan berat badan, berat jenis urin, volume urin 24 jam, warna urin, dan rasa haus. Metode penurunan berat badan lebih cocok digunakan pada subyek yang mengalami kurang air tubuh mendadak atau akut (olahraga sedang/berat dan muntah/diare). Pengukuran volume urin 24 jam lebih

36 16 sesuai diterapkan pada subyek pasien rawat inap. Metode rasa haus sangat subjektif dan dipengaruhi umur. Rasa haus muncul setelah tubuh mengalami kurang air sekitar 0,5% (Santoso dkk, 2012). Metode warna urin menggunakan nomor skala yang menunjukkan rentang warna urin mulai dari jernih dengan skala 1 hingga yang pekat (coklat kehijauan) dengan skala 8 (Armstrong, 2005). Metode berat jenis urin berkorelasi kuat dengan metode osmolalitas urin. Osmolalitas urin mungkin tidak secara akurat mencerminkan status dehidrasi (Armstrong, 2005). Selain itu, warna urin berkorelasi kuat dengan berat jenis urin (r 2 =0,80) maupun osmolalitas urin (r 2 =0,82). Oleh karena itu, pada tingkat laboratorium, metode berat jenis urin dapat digunakan sedangkan pada tingkat masyarakat, metode warna urin dapat digunakan untuk penilaian kecukupan air (Santoso dkk, 2012). Metode warna urin untuk menentukan dehidrasi jangka pendek dipengaruhi oleh bahan makanan atau minuman yang dikonsumsi dan obat-obatan. Menurut Amstrong (2005) bahan makanan yang dapat mempengaruhi warna urin tersebut adalah : 1. Warna kecoklatan dapat dipengaruhi dari minuman teh (kafein). Kafein memberikan efek diuretik dan dehidrasi bila dikonsumsi dalam dosis besar (lebih dari 500 mg / 4 cangkir). Namun jumlah yang diminum di dalam secangkir kopi atau teh tidak secara langsung memberikan efek dehidrasi dan mempengaruhi perubahan urin secara langsung.

37 17 2. Warna oranye dapat dipengaruhi zat makanan dari wortel, labu, suplement vitamin C dan suplement B kompleks. Konsumsi wortel dan labu dalam sehari agar tidak menyebabkan perubahan warna urin yaitu tidak lebih dari 400 mg. 3. Warna merah dapat dipengaruhi dari makanan boysen berries, dan sereal buatan mengandung silica, diuretik alami yang akan menyerap air kemudian mengeluarkannya melalui urin serta minuman yang mempunyai zat pewarna merah seperti sirup dan minuman sachet (minuman bersoda) tidak secara langsung memberikan efek dehidrasi dan mempengaruhi perubahan urin secara langsung. Namun, penggunaan metode warna urin akurat karena memiliki nilai sensitifitas sampai 80 % sebagai indikasi adanya dehidrasi jangka pendek. Hal tersebut karena disebabkan ginjal menyaring urin dengan konsentrasi yang tinggi sehingga warna urin menjadi semakin gelap. Semakin gelap warna urin, tubuh berada dalam kondisi yang semakin asam dan semakin membahayakan sel di dalam tubuh, sehingga mengalami risiko dehidrasi yang semakin berat. Warna ekstrim urin yaitu warna jingga dan cokelat. Jika seseorang terhidrasi dengan baik maka warna urin akan semakin jernih dan transparan (Feltz dkk, 2006). Sehingga pada penelitian ini menggunakan warna urin untuk mengukur dehidrasi jangka pendek karena praktis dan mudah digunakan untuk peneliti. Warna urin dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan status dehidrasi seseorang secara praktis. Hasil pengukuran

38 18 warna urin berasal dari pemeriksaan warna urin, dikatakan dehidrasi jika skala warna urin 4-8 dan dikatakan tidak dehidrasi jika skala warna urin 1-3 (PT. Tirta investana dan PDGMI, 2011). Pengambilan sampel menggunakan botol kaca bening, pemeriksaan warna urin dilakukan dengan menggunakan PURI (Periksa Urin Sendiri) dengan grafik warna urin. Cara pemeriksaan warna urin yaitu sebagai berikut : a. Tampung urin dalam wadah yang bening atau transparan (pot urin botol bening) ketika berkemih. b. Perhatikan warna urin dalam wadah bening di bawah cahaya matahari atau di bawah lampu neon putih yang terang. c. Bandingkan dengan tabel PURI grafik warna urin. Menurut Amstrong (2005) kafein tidak terbukti dapat menyebabkan dehidrasi kecuali jika meminumnya dalam jumlah berlebihan. Jumlah yang berlebihan yaitu lebih dari 4 cangkir minuman kafein (masing-masing berukuran 200 ml) per hari atau 500 mg kafein. Jumlah yang berlebihan inilah yang dapat mengakibatkan meningkatnya risiko dehidrasi. Salah satu alasan minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, cokelat dan minuman energi dapat memberikan efek buruk terhadap dehidrasi karena kafein memberikan efek diuretik bila dikonsumsi dalam dosis besar (lebih dari 500 mg). Namun jumlah yang diminum di dalam secangkir kopi atau teh tidak secara langsung memberikan efek dehidrasi dan mempengaruhi perubahan urin secara langsung.

39 19 Menurut Amstrong (2005) bahwa kafein yang merubah warna urin menyebabkan ketidakseimbangan cairan tubuh dan elektrolit tetapi tidak terbukti mempengaruhi status cairan harian secara keseluruhan. Hal ini terbukti dengan studi di Inggris bahwa tidak ada perbedaan tingkat hidrasi antara konsumsi minum kafein dalam jumlah sedang memberikan efek hidrasi tak jauh berbeda dengan konsumsi cairan air putih. Kafein memiliki sifat diuretik sehingga meningkatkan kebutuhan untuk buang air kecil. Hal inilah yang menyebabkan kafein dapat menyebabkan dehidrasi karena hilangnya cairan saat terlalu banyak mengeluarkan cairan saat buang air kecil. 4. Tanda Dan Gejala Dehidrasi Rasa lemah, cepat lelah, haus, dan kram otot dan hipotensi ortostatik (pandangan menjadi gelap pada posisi berdiri lama) karena berkurangnya volume cairan ektrasel akibat hipovolemia pada tingkat yang ringan. Pada tingkat yang lebih berat (kurang air 6% berat badan), juga dapat menyebabkan otot lemah, bicara tak lancar, bibir membiru, renjatan (shock), bahkan fatal (Santoso dkk, 2012).

40 20 Tabel 2.2 Persentase Kehilangan Air Tubuh Dengan Tanda dan Gejalanya % kehilangan berat badan Tanda-tanda yang ditimbulkan karena Air 1-2 Rasa haus yang kuat, kehilangan cita rasa, perasaan tidak nyaman. 3-5 Mulut kering, pengeluaran urin berkurang, bekerja dan konsentrasi lebih sulit, kulit merasa panas, gemetar berlebihan, tidak sadar, mengantuk, muntah, ketidakstabilan emosi. 6-8 Peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut jantung dan pernapasan, pusing, sesak nafas, bicara tak lancar, pusing, otot lemah, bibir membiru Kejang, berhalusinasi, lidah bengkak, keseimbangan dan sirkulasi yang lemah, kegagalan ginjal, menurunnya volume dan tekanan darah Sumber: Thomson Janice, Manore Melinda, Vaughan Linda dalam santoso dkk (2012) 5. Patofisiologis Dehidrasi Menurut Muscari (2005) patofisiologi bergantung pada tipe dehidrasi. a. Dehidrasi isotonik 1) Kehilangan cairan terutama melibatkan komponen ektrasel dan volume darah sirkulasi, menyebabkan anak rentan terhadap syok hipovolemik. 2) Kadar natrium serum menurun atau tetap dalam batas normal, kadar klorida (Cl) menurun dan kadar kalium (K) tetap normal atau menurun.

41 21 b. Dehidrasi hipertonik 1) Kehilangan air yang berlebihan dibandingkan elektrolit, mengakibatkan perpindahan cairan dari kompartemen intrasel ke ekstrasel, yang dapat menyebabkan gangguan neurologis seperti kejang. 2) Kadar natrium serum meningkat, kadar kalium (K) serum bervariasi dan kadar klorida (Cl) meningkat. c. Dehidrasi hipotonik 1) Pada dehidrasi hipotonik, cairan berpindah dari kompartemen ekstrasel ke kompartemen intrasel sebagai usaha mempertahankan keseimbangan osmorik, yang selanjutnya dapat meningkatkan kebocoran CES dan secara umum mengakibatkan syok hipovolemik. 2) Kadar natrium dalam serum menurun, klorida (Cl) menurun dan kadar kalium bervariasi. E. Dampak Dehidrasi Dampak dehidrasi jangka pendek bila dibiarkan, maka akan berdampak buruk bagi tubuh karena dehidrasi bisa melemahkan anggota gerak, hipotonia, hipotensi dan takikardia, kesulitan berbicara, bahkan sampai pingsan. Dehidrasi jangka pendek yang terjadi terus menerus juga bisa meningkatkan risiko batu ginjal, infeksi saluran kencing, kanker usus besar dan konstipasi (Popkin et al, 2010). Dampak dari dehidrasi jangka pendek juga dapat mempengaruhi performa kognitif, menurunkan daya tahan fisik dan psikomotor (Grandjean, 2007). Menurut Murray (2007) juga memaparkan

42 22 bahwa dehidrasi jangka pendek berpengaruh pada perubahan termoregulator suhu pada tubuh. Pada dehidrasi jangka pendek, mulanya adalah rasa haus yang muncul dan tubuh kehilangan air sekitar 2 persen cairan tubuh, mulut dan lidah menjadi kering, air liur pun berkurang. Pada saat itulah otak memberikan perintah untuk segera minum sebagai pengganti cairan yang hilang. Pusat rasa haus dikontrol oleh hipotalamus yang juga mengatur sekresi vasoperin sekaligus. Keduanya bekerja secara terpadu memantau osmolaritas cairan di sekitarnya yang kemudian akan mencerminkan konsentrasi keseluruhan lingkungan cairan intrasel. Seiring dengan kebutuhan tubuh yang terus meningkat dan peningkatan osmolaritas karena tubuh mengalami defisit air maka sekresi vasopresin dan rasa haus harus diaktifkan. Akibatnya terjadi reabsorpsi air pada tubulus distal dan koligentes meningkat sehingga tubuh menghemat cadangan air, keadaan seperti ini akan memacu dehidrasi semakin berat. Dehidrasi ringan yang dibiarkan secara terus menerus akan menjadi dehidrasi yang jangka panjang mengakibatkan kegagalan multi organ dan mengakibatkan kematian (Sherwood, 2011). Dehidrasi dalam waktu yang lama juga dapat menyebabkan stroke. Darah dalam tubuh terdiri dari 90% air. Saat terjadi dehidrasi, aliran darah yang masuk dan keluar di otak tak seimbang. Pembuluh darah balik dari otak menuju serambi jantung mengalami kolaps atau kempot karena kekurangan cairan. Dalam jangka panjang, kolaps melambatkan aliran darah. Apabila darah tubuh kekurangan air maka darah menjadi lebih kental. Pengentalan darah membuat persediaan oksigen yang diantarkan ke otak berkurang dan

43 23 memungkinkan terjadinya stroke. Di otak, darah yang mengental sangat sulit untuk bersirkulasi, karena sel-sel otak sangat boros mengkonsumsi makanan dan oksigen yang hanya bisa diperoleh dari darah, maka aliran darah yang lambat ini bisa menyebabkan sel-sel otak cepat mati sehingga risiko serangan stroke lebih besar (Sherwood, 2011). F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dehidrasi Jangka Pendek 1. Obesitas Obesitas adalah Kondisi dimana tubuh mengalami penumpukan lemak yang berlebih sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal. Obesitas yang dimaksud pada penelitian ini merupakan obesitas umum, menurut Riskesdas (2007) istilah obesitas umum digunakan untuk gabungan kategori berat badan lebih (overweight) dan obese. Obesitas merupakan faktor risiko untuk terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif (Harmanto, 2006). Kelebihan berat badan sebanyak 20% akan berdampak pada risiko kesehatan. Efek obesitas yang merugikan kesehatan bukan hanya berhubungan dengan berat badan total tetapi juga dengan distribusi simpanan lemak. Lemak sentral atau lemak viseral berkaitan dengan risiko kesehatan yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan akumulasi lemak yang berlebihan dalam jaringan subkutan (Mitchell, 2006). Obesitas merupakan gangguan pada keseimbangan energi. Kalau energi yang berasal dari makanan melampaui pengeluaran energi, kalori yang berlebihan akan disimpan dalam bentuk trigliserida di

44 24 dalam jaringan adiposa (Mitchell, 2006). Orang yang obesitas sangat rentan terhadap kehilangan air. Kekurangan air (dehidrasi) dapat terjadi dengan cepat selama berlangsungnya mekanisme kehilangan air seperti berkeringat, demam, diare dan muntah (Slonane, 2004). Jumlah air di luar sel berbeda menurut tingkat kegemukan seseorang, yaitu jumlah air lebih rendah pada orang gemuk dan lebih tinggi pada orang kurus. Jumlah air di luar sel pada orang kurus, kurang lebih 25 % berat badan. Pada orang yang memiliki berat badan sedang 20 % berat badan. Sedangkan pada orang yang gemuk hanya 15 % berat badan (Almatsier dkk, 2011). Hal tersebut juga didukung oleh penjelasan Santoso dkk (2012) yaitu pada orang obesitas dan kegemukan kandungan lemak dalam tubuhnya lebih banyak jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak obesitas. Dengan demikian, kekurangan air lebih cenderung terjadi pada seseorang yang gemuk dan obesitas. Penelitian yang dilakukan oleh Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional didapatkan bahwa terdapat perbedaan status hidrasi antara obesitas dan non obesitas (p= 0,024), kejadian dehidrasi lebih banyak dialami pada remaja obesitas yaitu sebesar 83,9 %. Peningkatan konsumsi air dapat membantu proses metabolisme cadangan lemak. Mekanismenya ialah saat konsumsi air kurang, ginjal akan bekerja cukup keras dan bergantung pada hati untuk menggantikan tugasnya sehingga hati tidak lagi melakukan tugasnya

45 25 memecah lemak dalam tubuh. Ketika hati bekerja, lemak tubuh akan cenderung disimpan dan bukan dipecah sehingga kurangnya konsumsi cairan akan meningkatkan cadangan lemak pada bagian tertentu, penyebaran lemak tubuh pada perempuan dan laki-laki berbeda (Ega dkk, 2012). Secara umum, respon metabolik pada laki-laki dan perempuan cenderung sama, namun perempuan mengoksidasi lebih banyak lemak daripada laki-laki selama latihan fisik, 63% cairan disimpan di otot walaupun tidak kelihatan namun perempuan bergantung lebih banyak pada glukosa darah dan kekurangan otot yang mengandung glikogen daripada laki-laki. Hal ini yang menyebabkan perbedaan persen lemak tubuh pada laki-laki dan perempuan karena laki-laki memiliki lebih banyak otot daripada perempuan yang memiliki lebih banyak lemak (Ega dkk, 2012). Obesitas dapat dinilai dengan beberapa metode pengukuran antropometri, yaitu dengan pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh), metode ini sangat sering digunakan karena adanya kemudahan dalam melakukannya. Pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh) membutuhkan dua pengukuran sekaligus yaitu pengukuran berat badan yang diukur menggunakan timbangan seca ketelitian 0.1 kg dan pengukuran tinggi badan yang diukur menggunakan microtoise ketelitian 0.1 cm. Untuk mendapatkan nilai IMT, diperlukan ukuran berat badan, dan tinggi badan. Berikut masing-masing ukuran antropometri tersebut, antara lain:

46 26 a. Berat badan Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang (Gibson, 2005). Berat badan ini diukur menggunakan timbangan sebagai alat ukur. b. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat (Supariasa dkk, 2002). Alat ukur untuk menentukan tinggi badan adalah microtoise. Tinggi badan dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan pantat menempel pada dinding dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua tangan bergantung relaks disamping badan. Potongan kayu (atau logam), bagian dari alat pengukur tinggi badan digeser, kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (verteks) kepala. Sentuhan harus diperkuat jika subjek berambut tebal (Arisman, 2007). Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak, diketahui bahwa penilaian status gizi remaja didasarkan pada Indeks IMT/U (Kemenkes, 2011). IMT (Indeks massa tubuh) merupakan hasil dari pembagian antara berat badan dengan tinggi badan yang dikuadratkan, seperti pada rumus berikut:

47 27 Pengukuran status gizi anak umur diatas 5-18 tahun diukur berdasarkan Z score dengan perbandingan indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U). Status gizi dikategorikan menjadi sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas (WHO, 2007). Indeks IMT/U diatas, dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu (Kemenkes, 2011): IMT = Berat badan (kg) Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m) Tabel 2.3 Klasifikasi Status Gizi Remaja Menurut WHO-NCHS Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) Anak Umur 5-18 tahun Klasifikasi Ambang Batas (Z-score) Sangat Kurus < -3 SD Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD Normal -2 SD sampai dengan 1 SD Gemuk > 1 SD sampai dengan 2 SD Obesitas > 2 SD Sumber : Kementrian Kesehatan RI tahun Usia Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa (Tamsuri, 2009). Pada masa remaja, proses perubahan anatomis dan fisiologis berlangsung dengan cepat. Peningkatan kecepatan dalam pertumbuhan akan meningkatkan proses

48 28 metabolik dan mengakibatkan sejumlah air dihasilkan sebagai produk akhir metabolisme (Potter, 2005). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia menggunakan desain cross sectional study didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kelompok umur dengan kejadian dehidrasi (p>0,05). 3. Jenis kelamin Total air tubuh juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ukuran tubuh. Orang dengan persentase lemak tubuh lebih tinggi mempunyai cairan tubuh yang lebih sedikit karena sel lemak mengandung sedikit atau tidak ada air, dan jaringan tidak berlemak mengandung banyak air. Wanita secara proporsional mempunyai lemak tubuh yang lebih banyak dan air tubuh yang kurang dibanding pria. Air terhitung sekitar 60 persen dari berat badan seorang pria, tetapi hanya 50 persen dari berat badan wanita dewasa. Pada orang yang obesitas, perhitungan tersebut makin kurang, sekitar persen dari berat badan orang tersebut (Berman dkk, 2009). Usia lebih dari 12 tahun akan mempengaruhi total air tubuh antara laki-laki dan perempuan, dimana pada laki-laki lebih banyak kandungan air tubuhnya dibandingkan perempuan karena laki-laki mempunyai massa tubuh yang lebih tinggi dibandingkan perempuan (Briawan dkk, 2011). Hal tersebut akan mempengaruhi kebutuhan cairan yang lebih tinggi pada laki-laki, juga kebutuhan akan zat gizi lainnya sehingga memicu terjadinya obesitas. Menurut penelitian yang

49 29 dilakukan oleh Tate et al (2012) menunjukkan kejadian obesitas lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia menggunakan desain cross sectional study didapatkan bahwa pada remaja menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi (p<0,05). Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional yang diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan status hidrasi berdasarkan jenis kelamin (p=0,186). 4. Aktivitas fisik Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari (inseble water loss) juga mengalami peningkatan akibat peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat (Tamsuri, 2009). Baik aktivitas tinggi maupun rendah, keduanya memiliki peluang terhadap dehidrasi. Aktivitas fisik yang rendah juga dapat menyebabkan berkurangnya konsumsi minum sehingga terdapat peluang untuk terjadinya dehidrasi (Briawan, dkk, 2011). Kehilangan air melalui keringat dapat meningkatkan 3 L/jam selama aktivitas berat

50 30 dan lingkungan yang panas dan jika asupan air yang tidak mencukupi dapat menimbulkan hypohydration persistent. Volume air yang direkomendasikan umumnya antara % dari volume yang hilang untuk menggantikan kehilangan air setelah melakukan aktivitas fisik (Sharp, 2007). Remaja lebih sering mengalami dehidrasi dikarenakan banyaknya aktivitas fisik remaja yang dapat menguras tenaga dan cairan tubuh, sehingga menyebabkan kurangnya konsumsi cairan (Briawan dkk, 2011). Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, akan timbul kejadian dehidrasi (Almatsier, 2009). Penelitian di Amerika pada orang dewasa menunjukkan bahwa aktivitas luang memiliki hubungan dengan intake air putih dan total asupan air. Menurut Kant et al (2009) aktivitas yang tinggi memiliki hubungan dengan air dari minuman dan total asupan airnya. Aktivitas fisik memiliki hubungan dengan asupan air. Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia menggunakan desain cross sectional study didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dengan tingkat aktivitas fisik (p>0,005), hal ini karena aktivitas fisik pada subjek penelitian berada pada tingkat ringan dan hanya sedikit yang aktivitasnya berat. Total Volume aktivitas fisik dapat diukur dengan satuan Metabolic Energy Turnover (MET) baik perhari maupun perminggu. Cara

51 31 perhitungan ini sering digunakan dalam menghitung total aktivitas fisik dengan menggunakan kuesioner. Rumus Tingkat Aktivitas Fisik: PAL= Keterangan : PAL PAR : Physical Activity Level (Tingkat Aktivitas Fisik) : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu. Tabel 2.4 Kategori Tingkat Aktivitas Fisik dengan Nilai Physical Activity Level Kategori Aktivitas Fisik Nilai PAL Ringan 1,40 PAL 1,69 Sedang 1,70 PAL 1,99 Berat 2,00 PAL 2,40 Sumber : FAO/WHO/UNU, Konsumsi cairan Konsumsi cairan sangat dibutuhkan oleh tubuh karena air memiliki banyak fungsi yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai medium transportasi, pengatur suhu tubuh, pembentuk sel dan cairan tubuh serta sebagai pelarut (Santoso dkk, 2012). Apabila air yang keluar dari tubuh tidak digantikan dengan jumlah konsumsi cairan yang cukup maka sel-sel tubuh akan kehilangan air, kehilangan air inilah yang menyebabkan dehidrasi (Brenna dkk, 2012).

52 32 Total cairan tubuh adalah cairan yang menempati ruang intrasel dan ekstraseluler, yang terdiri dari sekitar 0,6 L/Kg (63,3%) dari massa tubuh (Amstrong et al, 2005). Konsumsi air diatur oleh rasa haus dan kenyang. Hal ini terjadi melalui perubahan yang dirasakan oleh mulut, hipotalamus (pusat otak yang mengontrol pemeliharaan keseimbangan air dan suhu tubuh) dan perut. Bila konsentrasi bahan-bahan di dalam darah terlalu tinggi, maka bahan-bahan ini akan menarik air dan kelenjar ludah. Mulut menjadi kering, dan timbul keinginan untuk minum guna membasahi mulut. Bila hipotalamus mengetahui bahwa konsentrasi darah terlalu tinggi, maka timbul rangsangan untuk minum. Pengaturan minum dilakukan oleh saraf lambung (Almatsier, 2009). Orang obesitas lebih mudah mengalami kekurangan air dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Kebutuhan air mengalami obesitas sebaiknya 2 gelas lebih banyak dibandingkan kondisi normal (Santoso dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional bahwa terdapat perbedaan total konsumsi cairan pada remaja obesitas dan non obesitas (p=0.035). Konsumsi cairan lebih tinggi pada remaja obesitas yaitu sebesar 2074,6 ml dibanding non obesitas sebesar 1896,6 ml. Namun tidak ditemukan perbedaan konsumsi air putih, konsumsi minuman lainnya dan cairan dari makanan pada remaja obesitas dan non obesitas (p=0,744; p=0,097; p=0,318).

53 33 Menurut penelitian oleh Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia dengan menggunakan desain cross sectional study didapatkan bahwa asupan air pada remaja tidak berbeda signifikan terhadap kejadian dehidrasi (p>0,05). Pengukuran konsumsi cairan menggunakan food recall selama 24 jam, Menurut Supariasa dkk (2002) Prinsip dari metode food recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan URT (ukuran rumah tangga) seperti sendok, gelas, piring dan lain-lain atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari. Recall dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Kelebihan menggunakan metode recall 24 jam, yaitu : a. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden b. Biaya relatif murah c. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden d. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Konsumsi cairan yang berasal dari makanan dikonversikan kedalam kandungan air dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Adapun konversi yang digunakan untuk mengukur konsumsi cairan dengan menggunakan rumus (Hardinsyah dan Briawan, 1994) :

54 34 KGij = (BJ/100) x Gij x (BDD/100) Keterangan : KGij Bj Gij = kandungan air dalam bahan makanan = berat makanan yang dikonsumsi (gram) = kandungan air dalam 100 gram BDD bahan makanan BDDj = bagian bahan makanan yang dapat dimakan 6. Pengetahuan tentang air dan dehidrasi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi konsumsi cairan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas, serta dalam kebiasaan minum sehari-harinya. Pengetahuan yang semakin baik akan mendorong seseorang untuk mengkonsumsi cairan sesuai kebutuhan dan memiliki kebiasaan minum yang lebih baik pula sehingga risiko mengalami dehidrasi lebih kecil (Hardinsyah dkk, 2009). Kurangnya pengetahuan mengenai manfaat lebih dari air putih bagi kesehatan tubuh juga memberikan peluang bagi remaja untuk tidak memperhatikan air putih bagi tubuhnya (Maulana, 2010). Menurut penelitian oleh Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia dengan desain

55 35 cross sectional study didapatkan bahwa pada remaja dan total subyek menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan subyek (p<0,05). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional menyatakan bahwa pengetahuan tentang cairan diketahui signifikan mempengaruhi perbedaan status hidrasi (p=0,003). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket dan kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas (Arikunto, 2009). Penilaian pengetahuan dapat dilihat dari setiap item pertanyaan yang akan diberikan peneliti kepada responden. Menurut Khomsan (2003) dalam Diyani (2012) kategori pengetahuan dapat ditentukan dengan kriteria : a. Pengetahuan Rendah : apabila nilai 80 % dari semua jawaban yang benar. b. Pengetahuan Tinggi : apabila nilai > 80 % dari semua jawaban yang benar.

56 36 7. Suhu tubuh Kehilangan cairan melalui penguapan bergantung pada suhu serta kelembaban lingkungan atau wilayah ekologi. Makin tinggi suhu dan makin rendah kelembaban akan meningkatkan kehilangan cairan, sedangkan makin rendah suhu dan makin tinggi kelembaban akan menurunkan jumlah kehilangan cairan. Tingkat kelembaban yang tinggi pada suhu yang sama atau hampir sama dengan suhu tubuh dapat menyebabkan pengeluaran air melalui paru (Santoso dkk, 2012). Suhu tubuh dapat berubah pada waktu kerja dan pada suhu lingkungan ekstrem, karena mekanisme pengaturan suhu tidak 100% efektif. Bila dihasilkan panas yang berlebihan pada tubuh akibat kerja yang berat suhu rektum dapat meningkat sampai setinggi o F, tubuh akan mengeluarkan keringat sehingga tubuh memerlukan air dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya pada keadaan sangat dingin dapat turun sampai 98 o F (Gibson, 2002). Air membantu mendinginkan tubuh melalui penguapan dan permukaan kulit, membawa kelebihan panas keluar tubuh (Santoso dkk, 2012). Suhu tubuh yaitu antara 36-37,5 o C. Dalam sehari dapat terjadi perubahan suhu tubuh dalam beberapa jam dan maksimum pada sore hari. Pola ini bervariasi pada setiap orang, namun hal ini tidak berubah jika seseorang bekerja pada malam hari (Gibson, 2002). Menurut hasil penelitian dari Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia menggunakan desain cross sectional study didapatkan bahwa pada remaja tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dengan suhu tubuh (p<0,05).

57 37 Pengukuran suhu tubuh dapat dengan menggunakan termometer suhu badan yang merupakan termometer yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia. Termometer ini mempunyai skala ukur mulai dari 35 o C - 42 o C. Tiap skala dibagi lagi atas skala yang lebih kecil sehingga kenaikan dan penurunan suhu dapat diketahui secara teliti. Termometer suhu badan ada juga yang berbentuk penunjuk digital sehingga suhu badan dapat dibaca lebih mudah (Umar, 2008). 8. Wilayah Ekologi Wilayah ekologi tempat tinggal seseorang akan berpengaruh terhadap status dehidrasi seseorang. Makin tinggi suhu dan semakin rendah kelembaban akan meningkatkan kehilangan air sehingga terjadi dehidrasi (Santoso dkk, 2012). Orang sakit dan orang yang melakukan aktivitas berat berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit bila suhu lingkungan tinggi. Cairan yang keluar melalui keringat meningkat pada lingkungan yang panas karena usaha tubuh untuk menghilangkan panas. Pengeluaran cairan ini bahkan terjadi lebih banyak pada orang yang belum bisa menyesuaikan diri dengan iklim lingkungan (Berman dkk, 2009). Menurut penelitian dari Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia menggunakan desain cross sectional study didapatkan bahwa terdapat hubungan antara status dehidrasi dan wilayah ekologi pada remaja (p<0,05) hal ini karena kehilangan air melalui penguapan bergantung pada suhu serta kelembaban lingkungan.

58 38 9. Pengeluaran Air Pengeluaran air tubuh dapat berupa keluaran air wajib dan keluaran air kehendak sendiri (alektif). Keluaran air wajib yaitu yang berasal dari urin, kulit, saluran nafas, dan feses. Keluaran air alektif yaitu pengeluaran air tubuh yang biasanya dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan suhu. Dalam keadaan sehat dengan fungsi ginjal yang normal asupan harus seimbang dengan keluaran air, apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh maka akan timbul kejadian dehidrasi (Santoso dkk, 2012). Pengeluaran air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur konsetrasi garam di dalam darah, merangsang kelenjar pituari mengeluarkan hormon antidiuretika ADH. ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila volume darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap kembali air dan mengedarkannya kembali ke dalam tubuh. Jadi, semakin banyak air dibutuhkan tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan (Altmatsier, 2009). Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein di dalam darah yang dinamakan angiostensinogen ke dalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik. Di samping itu, angiotensin mengatur hormon aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk

59 39 menahan natrium dan air. Akibatnya, bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan dari tubuh (Altmatsier, 2009). Mekanisme ini tidak akan berjalan, bila seseorang tidak minum air dalam jumlah cukup. Tubuh paling kurang harus mengeluarkan 500 ml air sehari melalui urine yaitu jumlah minimal yang diperlukan untuk mengeluarkan bahan sisa sehari sebagai aktivitas metabolisme di dalam tubuh. Di luar jumlah ini, pengeluaran air harus diseimbangkan dengan pemasukan air. Bila seseorang minum air dalam jumlah lebih banyak, urine akan lebih encer. Di samping melalui urine, tubuh kehilangan air melalui paru-paru sebagai uap, melalui kulit sebagai keringat, dan sedikit melalui feses. Jumlah air hilang rata-rata tiap hari sebanyak 2 ½ liter (Altmatsier, 2009). Secara klinis pengukuran air tubuh atau besarnya pengeluaran air sulit dilakukan. Anamnesis, pengamatan asupan cairan harian dan pengukuran pengeluaran urine, muntah, diare dan fistula saluran cerna sering sudah dapat memberikan penjelasan mengenai gangguan cairan tubuh. Perhitungan kesetimbangan cairan harus mencakup pengeluaran air yang tidak dirasakan (Insensible Water Loss) melalui keringat dan menembus kulit (Sacher, 2004). Pengukuran pengeluaran air dapat menggunakan pemeriksaan laboratorium dengan sampel whole blood, plasma, serum, urine, keringat, feses dan cairan tubuh. Pemeriksaan pada whole blood biasanya dilakukan bersama dengan pemeriksaan ph dan gas darah dan harus segera diperiksa (kurang dari 1 jam). Sampel serum, plasma atau urine dapat disimpan pada refrigerator dalam

60 40 tabung tertutup pada suhu 2 o C-8 o C dan dihangatkan kembali pada suhu ruangan (15 o C-30 o C) sebelum diperiksa. Sampel feses harus dicair, disaring dan diputar (sentrifugasi) sebelum dilakukan pemeriksaan (Yaswir dkk, 2012). c. Kerangka Teori Kerangka teori ini merupakan gabungan dari berbagai teori atau sumber yang disebutkan pada tinjauan pustaka tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status dehidrasi. Menurut Santoso dkk (2012) yaitu obesitas, faktor wilayah ekologi, faktor suhu tubuh dan faktor pengeluaran air, menurut Tamsuri (2009) yaitu usia dan aktivitas fisik, menurut Berman dkk (2009) yaitu faktor jenis kelamin, menurut Hardinsyah dkk (2009) yaitu faktor pengetahuan air dan dehidrasi, serta menurut Brenna dkk (2012) yaitu faktor konsumsi cairan. Berikut ini merupakan kerangka teori hasil adaptasi dari beberapa teori:

61 41 Pengetahuan DEHIDRASI JANGKA PENDEK Wilayah ekologi Suhu Tubuh Aktivitas Fisik Usia Konsumsi Cairan Pengeluaran air Obesitas Jenis Kelamin Bagan 2.1 kerangka teori Sumber : Adaptasi Santoso dkk (2012), Tamsuri (2009), Berman dkk (2009), Hardinsyah dkk (2009) dan Brenna (2012).

62 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah dehidrasi jangka pendek sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independennya adalah obesitas, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi cairan, dan pengetahuan air dan dehidrasi. Berikut merupakan alasan dari pemilihan variabel yang diteliti: 1. Variabel obesitas diteliti karena orang yang obesitas sangat rentan terhadap kehilangan air, kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah dari kandungan air di dalam sel otot. Sehingga, orang yang obesitas sangat rentan terhadap kehilangan air (dehidrasi). 2. Variabel jenis kelamin diteliti karena orang dengan persentase lemak tubuh lebih tinggi mempunyai cairan tubuh yang lebih sedikit karena sel lemak mengandung sedikit atau tidak ada air, dan jaringan tidak berlemak mengandung banyak air. Wanita secara proporsional mempunyai lemak tubuh yang lebih banyak dan air tubuh yang kurang dibanding pria. 3. Variabel aktivitas fisik diteliti karena remaja lebih sering mengalami dehidrasi dikarenakan banyaknya aktivitas fisik remaja yang dapat menguras tenaga dan cairan tubuh, sehingga menyebabkan kurangnya konsumsi cairan sehingga rentan dengan kejadian dehidrasi. 4. Variabel konsumsi cairan diteliti karena konsumsi cairan yang kurang berisiko untuk terjadinya risiko dehidrasi. 42

63 43 5. Variabel pengetahuan air dan dehidrasi juga diteliti karena kurangnya pengetahuan mengenai manfaat lebih dari air putih bagi kesehatan tubuh juga memberikan peluang bagi remaja untuk tidak memperhatikan air putih bagi tubuhnya sehingga berisiko terjadi dehidrasi. Adapun variabel lainnya seperti usia, pengeluaran air, wilayah ekologi dan suhu tubuh yang secara teori memiliki pengaruh terhadap dehidrasi jangka pendek seseorang namun tidak dijadikan variabel untuk diteliti. Variabel usia tidak diteliti karena rata-rata usia remaja ditempat penelitian adalah tahun sehingga dianggap homogen. Variabel Pengeluaran air tidak diteliti karena pengeluaran air terlalu sulit dihitung sebab terdapat beberapa sumber pengeluaran air seperti feses, kulit (keringat), dan paru-paru (pernapasan) yang membutuhkan alat dan biaya yang mahal serta pengawasan dalam pengambilan data pengeluaran air tersebut. Selain itu, pengeluaran air melalui keringat dan paru-paru merupakan pengeluaran yang tidak dapat dikontrol oleh tubuh dan membutuhkan pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan sampel whole blood, plasma, serum, urine, keringat, feses dan cairan tubuh. Sedangkan variabel wilayah ekologi tidak diteliti karena pada saat penelitian status dehidrasi jangka pendek dilakukan, subjek berada pada lokasi penelitian yang sama sehingga lokasi ekologinya sama yaitu di kota Jakarta. Variabel Suhu tubuh juga tidak diteliti karena suhu tubuh dalam kondisi tidak normal (demam) tidak dapat diteliti karena adanya perubahan fungsional dari tubuh sehingga masuk dalam kriteria eksklusi penelitian. Disamping itu, kriteria inklusi sampel adalah

64 44 siswa dan siswi yang sehat (tidak menderita sakit/demam) oleh karena itu variabel suhu tubuh dianggap sama (homogen), karena sampel semuanya dalam keadaan sehat. Variabel Independen Variabel Dependen Obesitas Jenis Kelamin DEHIDRASI JANGKA PENDEK Aktivitas fisik Konsumsi Cairan Pengetahuan air dan dehidrasi Bagan 3.1 Kerangka Konsep

65 45 B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Dependen 1. Dehidrasi Jangka Kondisi dimana kekurangan Pendek jumlah cairan yang dibutuhkan dan dikeluarkan oleh tubuh dalam jangka waktu pendek dinilai dengan indikator warna urin. Variabel Independen 2. Obesitas Kondisi dimana tubuh mengalami penumpukan 3. Jenis kelamin 4. Aktivitas Fisik lemak yang berlebih sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal yang diukur dari berat badan dan tinggi badan, dikategorikan obesitas jika di dapatkan Z score > 2 SD Identitas biologis responden yang dapat dilihat dari penampilan fisik Seluruh kegiatan yang melibatkan fisik selama 24 jam Pemeriksaan warna urin. Pengukuran Antropometri Pengisian kuesioner Pengisian Kuesioner Kartu PURI (Periksa Urin Sendiri) dengan grafik warna urin. Timbangan Digital dan Microtoise Kuesioner Physical Activity Level (PAL) dengan form recall 1. Dehidrasi, jika skala warna urin Tidak dehidrasi, jika skala warna urin 1-3 ( PT. Tirta dan 2011). investana PDGMI, 1. Ya, obesitas (obesitas didapatkan Z score > 2 SD 2. Tidak obesitas (tidak obesitas didapatkan Z score 2 SD (Kemenkes 2011) 1. Laki-laki 2. Perempuan RI, 1. Ringan, apabila 1,40 PAL 1,69 2. Sedang, apabila Ordinal Ordinal Nominal Ordinal

66 46 5. Konsumsi Cairan 6. Pengetahuan air dan dehidrasi. yang ditentukan dengan menghitung pengeluaran energi dinyatakan dengan nilai PAL Jumlah asupan rata-rata air yang berasal dari air putih, minuman lainnya selain air putih atau minuman berwarna seperti sirup, kopi, susu dll) dan yang berasal dari makanan Jawaban dari hasil kuesioner yang dijawab oleh responden mengenai pemahaman tentang dehidrasi dan sumber zat gizi air. aktivitas fisik 1x24 jam Wawancara Form Food recall 1x24 jam yang dilakukan selama 1 hari. Pengisian kuesioner Kuesioner 1,70 PAL 1,99 3. Berat, apabila 2,00 PAL 2,40 (FAO/WHO/UNU, 2001). 1. Kurang: laki-laki <2200 ml, Perempuan <2100 ml 2. Cukup: Laki-laki 2200 ml Perempuan 2100 ml (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) Tahun 2014) 1. Rendah (skor 80%) dari seluruh jawaban benar 2. Tinggi (skor > 80%) dari seluruh jawaban yang benar (Khomsan, 2003 dalam Diyani, 2012) Ordinal Ordinal

67 47 C. Hipotesis 1. Adanya hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Adanya hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Adanya hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Adanya hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

68 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional, yaitu data yang menyangkut variabel dependen dan variabel independen dikumpulkan dan diamati dalam waktu yang bersamaan. Variabel dependen yang diteliti adalah dehidrasi jangka pendek, sedangkan variabel independen yang diteliti adalah obesitas, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi cairan, dan pengetahuan air dan dehidrasi. Desain studi cross sectional digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun B. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitan Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2015 Juni Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMAN 63 Jakarta. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dari penelitian ini merupakan seluruh siswa siswi kelas 1 dan kelas 2 di SMAN 63 Jakarta tahun

69 49 2. Sampel Untuk jumlah sampel menggunakan uji hipotesis beda proporsi (Ariawan, 1998): n Z1 / 2 2P 1 P Z1 P11 P1 P2 1 P2 P1 P2 2 2 Keterangan: n = besar sampel yang diharapkan Z 1 -α /2 = tingkat kemaknaan pada α = 5% ( Z score = 1,96) Z 1 -β = kekuatan uji pada β = 80 % P = P 1 +P 2 /2 P 1 = proporsi dehidrasi jangka pendek dengan aktivitas fisik tinggi yaitu 8,7 % P 2 = proporsi dehidrasi jangka pendek dengan aktivitas fisik rendah yaitu 57,6 % (Nilai P1 dan P2 diperoleh dari penelitian Riance, 2012). Tabel 4.1 Besar Minimal Sampel Berdasarkan Penelitian Sebelumnya Variabel P 1 P 2 Jumlah Sumber independen sampel Obesitas 0,84 0,52 33 Prayitno dkk 2012 Jenis Kelamin 0,70 0,31 25 Nursita, 2013 Aktivitas 0,87 0,57 Riance, Fisik Konsumsi 0, Ratnasari dkk, 2012 Cairan Pengetahuan air dan dehidrasi. 0,91 0,33 10 Riance, 2012

70 50 Dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan besar sampel minimal yaitu sebesar 34 responden. Berhubung rumus sampel yang digunakan adalah proporsi untuk 2 kelompok, maka hasil besar sampel minimal tersebut dikalikan dua menjadi 68 responden untuk mewakili masing-masing kelompok. Sebagai antipasi jika terdapat kesalahan ataupun tidak lengkapnya data yang diinginkan baik pengukuran berat badan, tinggi badan, status dehidrasi dan pengisian kuesioner, maka peneliti menambahkan jumlah sampel sebesar 10% sehingga diperoleh total sampel sebanyak 75 responden. D. Teknik Sampling Pengambilan sampel pada penelitian dengan menggunakan metode simple random sampling sehingga semua responden mendapatkan kesempatan yang sama. Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyusun frame sampling yang berisi daftar nama seluruh siswa siswi SMAN 63 Jakarta. 2. Melakukan pengambilan secara acak/pengundian terhadap beberapa siswa siswi sebagaimana terdaftar dalam kerangka sampel sampai terambil 75 orang responden. Nama-nama yang terambil merupakan sampel dalam penelitian ini. E. Pengumpulan Data 1. Jenis data Pengumpulan data menggunakan data primer dengan melakukan pengisian kuesioner oleh responden yang telah dipilih sebelumnya, dan akan dimintai ketersediannya dalam mengisi

71 51 kuesioner. Data primer terdiri dari beberapa hal terkait variabelvariabel yang diteliti seperti dehidrasi jangka pendek, obesitas, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi cairan, dan pengetahuan air dan dehidrasi. Selain kuesioner terkait data-data mengenai variabel tersebut, pengumpulan data juga dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk mendapatkan data indeks massa tubuh (IMT) sehingga dapat mengetahui status obesitas serta dilakukannya pemeriksaan warna urin untuk melihat status dehidrasi. 2. Metode Pengumpulan Data a. Variabel Dehidrasi Jangka Pendek 1. Instrumen/alat ukur : Alat pemeriksaan warna urin yaitu dengan menggunakan Kartu PURI (Periksa Urin Sendiri) dengan grafik warna urin. Warna urin telah teruji keakuratannya oleh PDGMI (Persatuan Dokter Medik Indonesia) pada tahun 2011 dan memiliki nilai sensitifitas sampai 80 % sebagai indikasi adanya dehidrasi jangka pendek, warna urin berkorelasi kuat dengan berat jenis urin (r 2 =0.80) maupun osmolalitas urin (r 2 =0.82). Pada penelitian ini, metode warna urin tidak dipengaruhi oleh obat-obatan karena siswa yang mengonsumsi suplemen multivitamin tidak diteliti dan hanya meneliti siswa yang sehat tidak mengkonsumsi obat-obatan serta siswa yang

72 52 mengkonsumsi sirup, jumlahnya tidak sampai menimbulkan perubahan warna urin. 2. Cara Ukur : Dilakukan dengan cara pemeriksaan warna urin. Pengambilan sampel menggunakan botol kaca bening (pot urin), pemeriksaan warna urin dilakukan dengan menggunakan PURI (Periksa Urin Sendiri) dengan grafik warna urin. 3. Hasil Ukur : Hasil pengukuran warna urin berasal dari pemeriksaan warna urin, dikatakan dehidrasi jika skala warna urin 4-8 dan dikatakan tidak dehidrasi jika skala warna urin 1-3 ( PT. Tirta investana dan PDGMI, 2011). b. Variabel Obesitas 1. Instrumen/alat ukur: Penimbangan berat badan dengan timbangan berat badan electrik merk Seca buatan jerman dengan ketelitian 0,1 Kg (Weta dkk, 2009) dan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan Microtoise dengan ketelitian 0,1 Cm (Weta dkk, 2009). 2. Cara Ukur : responden melakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan berat badan kemudian responden melakukan pengukuran tinggi badan yang dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan pantat menempel pada dinding dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua tangan bergantung relaks disamping

73 53 badan. Potongan kayu (atau logam), bagian dari alat pengukur tinggi badan digeser, kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (verteks) kepala. Sentuhan harus diperkuat jika subjek berambut tebal (Arisman, 2007). Setelah hasil antropometri berupa berat badan dan tinggi badan didapatkan, kemudian digunakan penentuan indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U) dengan obesitas jika di dapatkan Z score > 2 SD. 3. Hasil Ukur: ya, obesitas dan tidak obesitas. c. Variabel Jenis kelamin 1. Instrumen/alat ukur : kuesioner 2. Cara ukur : responden mengisi kuesioner pada kolom identitas responden dan dilihat dari identitas biologis responden dari penampilan fisik 3. Hasil ukur : jenis kelamin dikategorikan menjadikan laki-laki dan perempuan. d. Variabel Aktivitas Fisik 1. Instrumen/alat ukur: kuesioner variabel aktivitas fisik yang diukur dengan menggunakan standar kuesioner Physical Activity level (PAL) metode recall 1x24 jam yang di recall pada hari sekolah dinyatakan dengan nilai PAL dengan nilai r = 0,07 dan 0,13 untuk korelasi 24 jam aktivitas fisik recall tetapi untuk semua pemeriksaan usia korelasi disesuaikan dengan r = 0,17 (Bandmann, 2008).

74 54 2. Cara Ukur : mencatat seluruh kegiatan yang melibatkan fisik dan diperoleh melalui metode recall aktivitas fisik 1x24 jam kemudian aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity level (PAL) dengan menggunakan rumus Physical Activity level (PAL). 3. Hasil Ukur: aktivitas ringan, apabila 1,40 PAL 1,69, aktivitas Sedang, apabila 1,70 PAL 1,99 dan aktivitas berat, apabila 2,00 PAL 2,40 (FAO/WHO/UNU, 2001). e. Variabel Konsumsi Cairan 1. Instrumen/alat ukur: sumber Form 1x24 jam Food Recall berasal dari kuesioner Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 untuk melihat konsumsi cairan yang dilakukan 1 kali. Untuk validitas dan reliabilitas kuesioner konsumsi makan (Food Recall) ini telah diuji oleh kementerian kesehatan sehingga dapat digunakan. 2. Cara Ukur : food recall dilakukan sebanyak 1 kali pengukuran untuk melihat semua asupan dari jenis makanan dan minuman. Dalam membantu responden mengingat apa yang dimakan dan diminum di luar rumah, pewawancara melakukan konversi dari URT kedalam ukuran berat (gram). Dalam menaksir atau memperkirakan ke dalam ukuran berat pewawancara

75 55 menggunakan berbagai alat bantu seperti piring, gelas, sendok dan food model, makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan alat bantu ini. Menganalisa bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), kemudian membandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). 3. Hasil Ukur : konsumsi cairan kurang apabila laki-laki <2200 ml, Perempuan <2100 ml dan konsumsi cairan cukup apabila Laki-laki 2200 ml, Perempuan 2100 ml (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) Tahun 2014). f. Variabel Pengetahuan air dan dehidrasi 1. Instrumen/alat ukur: Kuesioner berasal dari penelitian Diyani (2012) dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. 2. Cara Ukur : Dilakukan dengan cara mengisi kuesioner tentang pengetahuan yang mana soal pengetahuan pada kuesioner berjumlah 12 pertanyaan. Setiap pertanyaan yang benar akan diberikan skor 1 dan yang salah akan diberi skor 0. Dari total skor jawaban yang benar akan dijumlahkan dan kemudian akan dibagi total soal yaitu 12 kemudian dikalikan 100% sehingga akan didapatkan nilai total pengetahuan. 3. Hasil Ukur: Apabila skor pengetahuan rendah apabila 80% dari semua jawaban yang benar dan tinggi apabila >

76 56 80% dari semua jawaban yang benar ( Khomsan, 2003 dalam Diyani, 2012). F. Alur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini terlebih dilakukan seperti sebagai berikut: 1. Mengurus perizinan ke program studi yang dipilih sebagai tempat penelitian (Perizinan pengambilan data di sekolah yang akan dituju). 2. Menyusun frame sampling berdasarkan absen sekolah untuk mendapatkan sampel. Sedangkan pengumpulan data primer dalam penelitian ini, yaitu: 1. Berdasarkan jumlah sampel yang diperlukan, kemudian dipilih secara acak dari masing-masing kelas sesuai dengan jumlah yang diperlukan. 2. Nama-nama dari absen tersebut yang telah terpilih kemudian akan dipanggil dan diminta kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian yang akan dilakukan. 3. Dilakukannya pengumpulan data berupa pengisian kuesioner, wawancara untuk food recall, pengukuran antropometri, recall aktivitas fisik dan pengambilan urine. 4. Data yang telah diperoleh dan hasil pengukuran yang telah dikumpulkan kemudian di cek kembali dan kemudian akan di analisis.

77 57 G. Manajemen Data Manajemen atau pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan manual maupun dengan menggunakan bantuan software komputer guna memudahkan prosesnya. Tahapan pengolahan data terdiri dari: 1. Editing data Editing dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang telah diisi dilihat dan dikoreksi kelengkapan jawaban, sebelum dilakukan proses pemasukan data. 2. Coding data Coding data dilakukan untuk membuat kelompok jawaban dan memberi kode jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner sebelum di masukkan data ke dalam komputer. Fungsi coding data dalam penelitian ini agar memudahkan pengolahan data setelah data tersebut sudah masuk ke komputer. Variabel dehidrasi jangka pendek diukur berdasarkan pemeriksaan warna urin dilakukan dengan menggunakan PURI (Periksa Urin Sendiri) dengan grafik warna urin. Diberikan coding 1 yang artinya dehidrasi jika skala warna urin 4-8 dan diberikan coding 2 yang artinya tidak dehidrasi jika skala warna urin 1-3 ( PT. Tirta investana dan PDGMI, 2011). Variabel obesitas di ukur berdasarkan data antropometri responden terkait berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan program software WHO anthroplus sebagai alat penghitung IMT/U dengan kategori obesitas jika di dapatkan Z score > 2 SD sehingga

78 58 data lebih akurat yang hasilnya akan di coding dengan 1 yang artinya Ya obesitas, sedangkan Coding dengan 2 yang artinya tidak obesitas. Variabel Jenis Kelamin diukur dari identitas biologis responden yang dapat dilihat dari penampilan fisik diberikan coding 1 yaitu lakilaki dan coding 2 yaitu perempuan. Variabel Aktivitas Fisik di Coding 1 Ringan, apabila 1,40 PAL 1,69 diberikan coding 2 berarti Sedang, apabila 1,70 PAL 1,99 dan diberikan coding 3 yang berarti Berat, apabila 2,00 PAL 2,40. Variabel konsumsi cairan diukur dengan cara melakukan wawancara terhadap responden tersebut dengan menggunakan form Food Recall yang hasilnya akan di coding dengan 1 yang artinya kurang (laki-laki <2200 ml, Perempuan <2100 ml) dan coding dengan 2 yang artinya Cukup (laki-laki >2200 ml, Perempuan >2100 ml). Variabel pengetahuan air dan dehidrasi didapatkan dari hasil kuesioner skor didapatkan dari jumlah soal yang dijawab benar dibagi jumlah soal dikali dengan seratus persen, kemudian di coding 1 yaitu skor pengetahuan rendah apabila 80% dari semua jawaban yang benar dan coding 2 yaitu skor pengetahuan tinggi apabila > 80% dari semua jawaban yang benar. 3. Data struktur dan data file Data file berupa membuat template sesuai dengan format yang digunakan.

79 59 4. Entry data Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan data ke dalam template yang telah disediakan. Agar mudah disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. 5. Cleaning data Peneliti melakukan kegiatan pengecekkan kembali data yang telah di entry untuk memastikan bahwa data tersebut tidak ada kesalahan baik dalam pengcodingan maupun membaca kode sehingga jika ditemukan kesalahan dapat langsung dilakukan perbaikan dan penyesuaian dengan data yang telah dikumpulkan. H. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis univariat dan analisis bivariat. 1. Analisis data univariat Analisis data univariat dilakukan pada setiap variabel, adapun variabel dependen yaitu dehidrasi jangka pendek sedangkan variabel independen yaitu obesitas, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi cairan, dan pengetahuan air dan dehidrasi. Analisis ini digunakan agar dapat menjelaskan atau mendeskripsikan data secara sederhana yang bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi masingmasing variabel yang diteliti yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

80 60 2. Analisis data bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan adanya hubungan yang bermakna antara variabel dependen, yaitu dehidrasi jangka pendek dengan variabel independen, yaitu obesitas, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi cairan, dan pengetahuan air dan dehidrasi. Pembuktian dengan uji Chi Square dapat menggunakan rumus: (Hastono, 2007). Rumus Uji Chi Square adalah: X 2 = Σ (O E) 2 Df = (b-1) (k-1) Keterangan: E X 2 O E K b = Chi square = Nilai observasi = Nilai Ekspektasi = Jumlah kolom = Jumlah baris Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antar dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai P 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan variabel independen. Namun sebaliknya, bila nilai P > 0,05 berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan variabel independen.

81 BAB V HASIL A. Hasil Analisis Univariat Analisis univariat adalah distribusi frekuensi untuk mendapatkan gambaran dari variabel dependen dan variabel independen. Hasil analisis univariat berikut ini terdiri dari status dehidrasi jangka pendek, obesitas, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi cairan serta pengetahuan tentang air dan dehidrasi. 1. Gambaran status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Distribusi status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini : Tabel 5.1 Distribusi Status Dehidrasi Jangka Pendek Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015 Status Dehidrasi Jangka Jumlah (n) Persentase (%) Pendek Dehidrasi Tidak dehidrasi Total Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebanyak 34 siswa (45.3%) mengalami dehidrasi jangka pendek. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mengalami dehidrasi jangka pendek lebih sedikit daripada siswa yang tidak mengalami dehidrasi. Dari 34 siswa (45.3%) yang mengalami dehidrasi jangka pendek, didapatkan bahwa ada sebanyak 13 siswa yang berjenis 61

82 62 kelamin laki-laki yang mengalami dehidrasi jangka pendek. Adapun gambaran distribusi frekuensi status dehidrasi jangka pendek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.2 Distribusi Status Dehidrasi Jangka Pendek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Status Dehidrasi Laki-laki Perempuan n % n % Dehidrasi Tidak Dehidrasi Total Gambaran obesitas pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Distribusi obesitas pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini : Tabel 5.3 Distribusi Obesitas Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Obesitas Jumlah (n) % Obesitas 6 8 Tidak obesitas Total Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa sebanyak 6 siswa (8%) mengalami obesitas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mengalami obesitas lebih sedikit daripada siswa yang tidak mengalami obesitas. Dari 6 siswa (8%) siswa yang mengalami obesitas, didapatkan bahwa ada sebanyak 4 siswa yang berjenis kelamin laki-laki mengalami obesitas.

83 63 Adapun gambaran distribusi frekuensi obesitas berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.4 Distribusi Obesitas Berdasarkan Jenis Kelamin Obesitas Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan N % n % Obesitas Tidak Obesitas Total Gambaran jenis kelamin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Distribusi jenis kelamin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini : Tabel 5.5 Distribusi Jenis Kelamin Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%) Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebanyak 49 siswa (65.3%) berjenis kelamin perempuan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berjenis kelamin perempuan.

84 64 4. Gambaran aktivitas fisik pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Distribusi aktivitas fisik pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini : Tabel 5.6 Distribusi Aktivitas Fisik Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Aktivitas Fisik Jumlah (n) Persentase (%) Ringan Sedang Berat Total Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebanyak 63 siswa (84%) memiliki aktivitas fisik ringan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki aktivitas fisik ringan. Dari 63 siswa (84%) didapatkan bahwa ada sebanyak 43 siswa berjenis kelamin perempuan memiliki aktivitas fisik ringan. Adapun gambaran distribusi frekuensi aktivitas fisik berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.7 Distribusi Aktivitas Fisik Berdasarkan Jenis Kelamin Aktivitas Fisik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan N % n % Ringan Sedang Berat Total

85 65 5. Gambaran konsumsi cairan pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Distribusi konsumsi cairan pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini : Tabel 5.8 Distribusi Konsumsi Cairan Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Konsumsi Cairan Jumlah (n) Persentase (%) Kurang Cukup Total Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa sebanyak 48 siswa (64%) memiliki konsumsi cairan yang kurang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki konsumsi cairan yang kurang. Dari 48 siswa (64%) didapatkan bahwa ada sebanyak 17 siswa berjenis kelamin laki-laki memiliki konsumsi cairan yang kurang. Adapun gambaran distribusi frekuensi konsumsi cairan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5.9 Distribusi Konsumsi Cairan Berdasarkan Jenis Kelamin Konsumsi Cairan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan N % n % Kurang Cukup Total

86 66 Tabel 5.10 Distribusi Konsumsi Cairan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Konsumsi Cairan (ml) Mean Persentase (%) Konsumsi cairan dari makanan Konsumsi cairan dari Minuman Konsumsi cairan dari Makanan dan minuman Konsumsi cairan dari makanan Konsumsi cairan dari Minuman Konsumsi cairan dari Makanan dan minuman Pada hasil analisis yang didapatkan dari food recall diketahui bahwa rata-rata konsumsi cairan dari makanan dan minuman pada siswa laki-laki ialah ml (87.9%), dimana konsumsi cairan tersebut bersumber dari konsumsi cairan dari minuman sebesar ml (65.4%) dan konsumsi cairan dari makanan sebesar ml (20.4%). Selain itu, pada siswa perempuan diketahui bahwa rata-rata konsumsi cairan dari makanan dan minuman yaitu sebesar ml (84.5%), dimana konsumsi cairan tersebut bersumber dari konsumsi cairan dari minuman sebesar ml (60%) dan konsumsi cairan dari makanan sebesar ml (24.5%). Bila dibandingkan dengan AKG (Angka Kecukupan Gizi) pada lakilaki yaitu sebesar 2200 ml, konsumsi cairan pada siswa laki-laki hanya sebesar ml dan AKG (Angka Kecukupan Gizi) pada perempuan yaitu sebesar 2100 ml, konsumsi cairan pada siswa perempuan hanya sebesar ml. Sehingga, hal ini menunjukkan bahwa konsumsi cairan pada siswa laki-laki dan perempuan kuramg dari angka kecukupan gizi air dan

87 67 persentase yang didapatkan merupakan persentase yang dibandingkan dengan angka kecukupan gizi berdasarkan jenis kelamin. 6. Gambaran pengetahuan tentang air dan dehidrasi pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Distribusi pengetahuan tentang air dan dehidrasi pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini Tabel 5.11 Distribusi Pengetahuan Tentang Air dan Dehidrasi Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Pengetahuan tentang air dan dehidrasi Jumlah (n) Persentase (%) Rendah Tinggi Total Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa sebanyak 48 siswa (64%) memiliki pengetahuan yang rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki pengetahuan yang rendah. Dari 48 siswa (64%) didapatkan bahwa ada sebanyak 33 siswa berjenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan yang rendah. Adapun gambaran distribusi frekuensi pengetahuan air dan dehidrasi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

88 68 Tabel 5.12 Distribusi Pengetahuan Air dan Dehidrasi Berdasarkan Jenis Kelamin Pengetahuan Air dan Jenis Kelamin Dehidrasi Laki-laki Perempuan n % n % Rendah Tinggi Total B. Hasil Analisis Bivariat Pada analisis bivariat ini akan disajikan hubungan antara masingmasing variabel independen dengan variabel dependen yang dianalisis melalui uji chi square. 1. Hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Hasil analisis bivariat antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek, dapat dilihat pada tabel 5.13 dibawah ini : Tabel 5.13 Hubungan Obesitas dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Status Dehidrasi Obesitas Tidak Total Dehidrasi Dehidrasi N % N % N % Obesitas Tidak Obesitas Total OR (95%CI) P-value ( ) 0.026

89 69 Hasil analisis hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek diperoleh siswa yang obesitas sebanyak 5 siswa (83.3%) yang mengalami dehidrasi jangka pendek, sementara pada siswa yang tidak obesitas diperoleh sebanyak 28 siswa (40.6%) yang mengalami dehidrasi jangka pendek. Hasil uji statistik yang dilakukan diperoleh nilai Pvalue = yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= ( ), artinya siswa yang obesitas memiliki peluang kali untuk mengalami dehidrasi dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas. 2. Hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Hasil analisis bivariat antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek dapat dilihat tabel 5.14 berikut ini : Tabel 5.14 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Status Dehidrasi Jenis Total Kelamin Tidak OR Dehidrasi Dehidrasi (95% CI) N % N % N % Laki-laki Perempuan ( ) Total P- value Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi diperoleh sebanyak 13 siswa (50%) dengan jenis kelamin laki-

90 70 laki mengalami dehidrasi jangka pendek dan siswa dengan jenis kelamin perempuan diperoleh sebanyak 21 siswa (42.9%) yang mengalami dehidrasi jangka pendek. Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= ( ), artinya siswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang kali untuk mengalami dehidrasi dibandingkan siswa yang berjenis kelamin perempuan. 3. Hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Hasil analisis bivariat antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut ini : Tabel 5.15 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Aktivitas Fisik Status Dehidrasi Total P- value Dehidrasi Tidak OR 95% CI Dehidrasi N % n % N % Ringan Sedang Berat Total

91 71 Dari hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan status dehidrasi diperoleh hasil siswa dengan aktivitas fisik ringan ada sebanyak 27 siswa (42.9%), sedangkan siswa dengan aktivitas fisik sedang ada sebanyak 6 siswa (60%) dan siswa dengan aktivitas fisik berat ada sebanyak 1 siswa (50%) yang mengalami dehidrasi. Dari uji statistik diperoleh Pvalue = yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi. Sementara itu nilai OR nya adalah ( ) dan ( ) yang artinya siswa yang aktivitas fisiknya berat memiliki risiko kali lebih besar daripada siswa yang aktivitas fisiknya ringan dan siswa yang aktivitas fisiknya sedang memiliki risiko lebih besar dibandingkan siswa yang aktivitas fisiknya ringan. 4. Hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Hasil analisis bivariat antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek dapat dilihat pada tabel 5.16 dibawah ini : Tabel 5.16 Hubungan Konsumsi Cairan dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Status Dehidrasi Konsumsi Cairan Tidak Dehidrasi Dehidrasi Total n % N % N % Kurang Cukup Total OR (95% CI) ( ) P-value 0.000

92 72 Dari analisis hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek diperoleh hasil bahwa siswa dengan konsumsi cairan yang kurang ada sebanyak 30 (62.5%), sementara siswa dengan konsumsi cairan yang cukup ada sebanyak 4 (14.8%). Dari hasil analisis diperoleh Pvalue = yang berarti ada hubungan signifikan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= ( ), artinya siswa yang konsumsi cairannya kurang memiliki peluang kali untuk mengalami dehidrasi dibandingkan siswa yang konsumsi cairannya cukup. 5. Hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Hasil analisis bivariat antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut ini : Tabel 5.17 Hubungan Pengetahuan tentang Air dan Dehidrasi dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Pengetahuan Status Dehidrasi tentang air dan Tidak Total dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi N % N % N % Rendah Tinggi Total OR (95% CI) ( ) P-value 0.000

93 73 Dari analisis hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek diperoleh hasil bahwa siswa dengan pengetahuan yang rendah ada sebanyak 31 (64.6%), sementara siswa dengan pengetahuan yang tinggi ada sebanyak 3 (11.1%). Dari hasil analisis diperoleh Pvalue = yang berarti ada hubungan signifikan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= ( ), artinya siswa yang pengetahuan air dan dehidrasi rendah memiliki peluang kali untuk mengalami dehidrasi dibandingkan siswa yang pengetahuan air dan dehidrasi tinggi.

94 BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini memiliki beberapa kekurangan akibat keterbatasan dari peneliti, antara lain : 1. Total pengeluaran air lainnya tidak diteliti karena terlalu sulit dihitung sebab terdapat beberapa sumber pengeluaran air seperti feses, kulit (keringat), dan paru-paru (pernapasan) yang membutuhkan alat dan biaya yang mahal serta pengawasan dalam pengambilan data pengeluaran air tersebut. 2. Pada penelitian ini pengumpulan data survei konsumsi cairan dilakukan dengan menggunakan metode recall menggunakan food model pada saat pengumpulan data sehingga food model yang digunakan akan menimbulkan bias karena food model belum tentu sama dengan ukuran yang responden makan. B. Gambaran status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Dehidrasi jangka pendek adalah kehilangan cairan dari jaringan tubuh yang berlebihan dalam jangka waktu yang pendek. Dehidrasi terjadi bila keluaran airnya adalah cairan hipotonik, yaitu volume air keluar jauh lebih 74

95 75 besar dari jumlah natrium yang keluar. Hal ini mengakibatkan peningkatan tonisitas plasma oleh karena adanya peningkatan kadar natrium plasma hipernatremia. Akibat peningkatan tonisitas plasma, air intrasel akan bergerak menuju ektrasel sehingga volume cairan intrasel berkurang yang disebut sebagai dehidrasi (Santoso dkk, 2012). Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta yang mengalami dehidrasi jangka pendek lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak dehidrasi. Status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta didapatkan bahwa 45.3% mengalami dehidrasi jangka pendek, hasil penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Hardinsyah dkk (2009) yang menunjukkan bahwa 41.67% remaja di dataran rendah yang mengalami dehidrasi. Sedangkan, penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) tahun 2010, dehidrasi jangka pendek atau dehidrasi ringan terjadi pada kelompok usia remaja (15-18 tahun) sebesar 49,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini, tingkat kejadian dehidrasi jangka pendek cukup tinggi jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Apabila kejadian dehidrasi jangka pendek ini tidak diatasi pada anak usia sekolah, maka kondisi dehidrasi dapat mempengaruhi fungsi kognitif yaitu menurunnya kemampuan konsentrasi, kewaspadaan dan memori jangka pendek. Menurut Janice et al (2008) dalam Santoso dkk (2012), kehilangan berat badan 3-5% akan menimbulkan konsentrasi lebih sulit. Hal ini akan berdampak buruk pada kecerdasan dan pendidikannya. Hal ini juga

96 76 diperkuat oleh D Anci et al (2006) yaitu anak yang dehidrasi memiliki kemampuan mengingat jangka pendek (short term memory) yang berkaitan dengan otak. Otak adalah bagian yang paling rentan terhadap kondisi dehidrasi dan merupakan bagian tubuh yang mengatur sistem perhatian, kesadaran, psikomotor, menganalisis, berpikir, mengingat dan sebagainya. Semakin parah tingkat dehidrasi, semakin banyak pula bagian otak yang terganggu (Hardinsyah dkk, 2009). Terdapat hubungan yang bermakna pada responden yang mengalami dehidrasi kaitannya dengan otak seperti melemahnya konsentrasi, daya ingat, kelelahan, bergerak lamban, masalah keseimbangan, pusing dan sakit kepala. Sehingga dehidrasi dapat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa dikelas (Akshay et al, 2007). Apabila tubuh mengalami dehidrasi maka terdapat juga beberapa gangguan yang timbul seperti gangguan pada kesehatan, performa fisik dan kebugaran (Hardinsyah dkk, 2009). Gangguan lain yang timbul akibat dehidrasi yaitu berpengaruh juga pada perubahan termoregulator suhu pada tubuh (Murray, 2007). Dehidrasi jangka pendek juga berdampak buruk bagi tubuh karena dehidrasi bisa melemahkan anggota gerak, hipotonia, hipotensi dan takikardia, kesulitan berbicara, bahkan sampai pingsan. Dehidrasi yang terjadi terus menerus juga bisa meningkatkan risiko batu ginjal, infeksi saluran kencing, kanker usus besar dan konstipasi (Popkin et al, 2010). Pengaruh teknik pengukuran dehidrasi jangka pendek pada penelitian ini dan sebelumnya merupakan salah satu alasan terjadinya perbedaan pada hasil penelitian ini. Teknik pengukuran dehidrasi yang digunakan pada

97 77 penelitian Hardinsyah dkk (2009) menggunakan teknik pengukuran gejala atau tanda dehidrasi, berat jenis urin, warna urin dan mikroskopik urin. Gejala dan tanda dehidrasi meliputi volume urin yang sedikit, jarang berkemih, konsistensi feses yang keras, frekuensi buang air besar yang rendah, keringat berlebih, haus, pusing dan lemas. Dehidrasi juga dapat diukur dengan urine specific gravity atau berat jenis urin. Teknik urine specific gravity ini membutuhkan perlengkapan alat yang tidak mudah sebab teknik ini membutuhkan alat laboratorium (Santoso dkk, 2012). Adapun pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengukuran warna urin. Teknik ini mudah dan tidak membutuhkan alat laboratorium sebagai alat pengukuran. Urin yang diambil adalah urin pada jam yaitu pada saat responden berada di sekolah. Alat yang digunakan sebagai alat ukur dehidrasi pada penelitian ini adalah kartu PURI (Periksa Urin Sendiri). Penggunaan metode warna urin akurat sebagai indikasi adanya dehidrasi jangka pendek. Hal tersebut karena disebabkan ginjal menyaring urin dengan konsentrasi yang tinggi sehingga warna urin menjadi semakin gelap. Semakin gelap warna urin, tubuh berada dalam kondisi yang semakin asam dan semakin membahayakan sel di dalam tubuh, sehingga mengalami risiko dehidrasi yang semakin berat. Warna ekstrim urin yaitu warna jingga dan cokelat. Jika seseorang terhidrasi dengan baik maka warna urin akan semakin jernih dan transparan (Feltz dkk, 2006).

98 78 C. Hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Pada hasil analisis univariat diketahui bahwa siswa yang mengalami obesitas lebih sedikit daripada siswa yang tidak mengalami obesitas. Pada penelitian ini presentase siswa yang obesitas ada sebanyak 6 siswa (8%) dan siswa yang tidak obesitas ada sebanyak 69 siswa (92%). Dari 6 siswa (8%) yang mengalami obesitas, didapatkan bahwa ada sebanyak 4 siswa yang berjenis kelamin laki-laki mengalami obesitas. Jumlah air di luar sel berbeda menurut tingkat kegemukan seseorang, yaitu jumlah air lebih rendah pada orang gemuk dan lebih tinggi pada orang kurus. Jumlah air di luar sel pada orang kurus, kurang lebih 25 % berat badan. Pada orang yang memiliki berat badan sedang 20 % berat badan. Sedangkan pada orang yang gemuk hanya 15 % berat badan (Almatsier dkk, 2011). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = yang artinya menunjukkan ada hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta dengan kejadian dehidrasi jangka pendek lebih banyak dialami pada remaja obesitas yaitu sebesar 83.3%. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = ( ), artinya siswa yang obesitas memiliki peluang kali untuk mengalami dehidrasi dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas.

99 79 Batmanghelidj (2007) menjelaskan fenomena ini melalui respon lapar dan haus yaitu pada penderita kegemukan dan obesitas sinyal lapar dan haus sulit untuk dibedakan, orang obesitas lebih terbiasa menanggapi sinyal lapar bila dibandingkan dengan sinyal haus. Kedua sinyal tersebut termasuk respon subyektif dan dikeluarkan oleh sumber yang sama yaitu histamin. Makanan dianggap memberikan efek yang lebih besar sebagai sensasi rasa kenyang bila dibandingkan hanya dengan minum air. Padahal makanan biasanya cenderung berkontribusi menyumbang energi lebih besar. Energi yang banyak lalu ditumpuk menjadi timbunan lemak pada beberapa organ tertentu. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional didapatkan bahwa terdapat perbedaan status hidrasi antara obesitas dan non obesitas dengan nilai Pvalue = dengan kejadian dehidrasi lebih banyak dialami pada remaja obesitas yaitu sebesar 83,9%. Hal tersebut juga didukung oleh penjelasan Santoso dkk (2012) bahwa tanda-tanda kekurangan air dalam tubuh pada seseorang yang obesitas dan kegemukan jarang terlihat jelas. Pada orang obesitas dan kegemukan kandungan lemak dalam tubuhnya lebih banyak jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak obesitas. Dengan demikian, kekurangan air lebih cenderung terjadi pada seseorang yang gemuk dan obesitas. Disamping itu, seseorang yang gemuk dan obesitas memiliki total air tubuh yang lebih kecil. Defisit cairan akan lebih besar terjadi pada seseorang yang memiliki total air tubuh yang lebih kecil. Total air tubuh dibutuhkan untuk menjaga kardiovaskular dan sistem

100 80 termoregulator. Oleh karena itu, pada penelitian ini untuk siswa yang mengalami obesitas sebaiknya melakukan penurunan berat badan rata-rata sebesar kg untuk mencapai berat badan ideal sebagai upaya untuk mengurangi risiko terjadinya dehidrasi jangka pendek dan pada siswa yang mengalami overweight sangat penting untuk mencegah agar tidak menjadi obesitas dan berisiko untuk dehidrasi jangka pendek sehingga siswa yang mengalami kegemukan (overweight) sebaiknya melakukan penurunan berat badan rata-rata sebesar 9-15 kg untuk mencapai berat badan ideal. D. Hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Total air tubuh dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ukuran tubuh. Usia lebih dari 12 tahun akan mempengaruhi total air tubuh antara laki-laki dan perempuan, dimana pada laki-laki lebih banyak kandungan air tubuhnya dibandingkan perempuan (Briawan dkk, 2011). Wanita secara proporsional mempunyai lemak tubuh yang lebih banyak dan air tubuh yang kurang dibanding pria (Berman dkk, 2009). Sehingga adanya kecenderungan dehidrasi terjadi pada perempuan. Pada analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi siswa yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak sebesar 49 siswa (65.3%) dan siswa yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 26 siswa (34.7%). Selain itu diketahui bahwa adanya kecenderungan perempuan untuk terjadinya dehidrasi

101 81 karena perempuan mempunyai lemak tubuh yang lebih banyak dan air tubuh yang kurang dibanding laki-laki. Hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan status dehidrasi diperoleh sebanyak 13 siswa (50%) dengan jenis kelamin laki-laki mengalami dehidrasi jangka pendek dan siswa yang berjenis kelamin perempuan diperoleh sebanyak 21 siswa (42.9%) yang mengalami dehidrasi jangka pendek. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa diperoleh nilai Pvalue = maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional yang diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan status hidrasi berdasarkan jenis kelamin dengan Pvalue = 0,186. Menurut Prayitno dkk (2012) menyatakan mulai usia remaja awal komposisi tubuh antara laki-laki dan perempuan berbeda, yaitu kandungan air pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan karena laki-laki mempunyai massa tubuh yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sehingga adanya kecenderungan perempuan untuk terjadinya dehidrasi karena perempuan mempunyai lemak tubuh yang lebih banyak dan air tubuh yang kurang dibanding laki-laki. Hubungan status dehidrasi dengan jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dan diketahui bahwa status dehidrasi jangka pendek lebih tinggi terjadi pada laki-laki. Terdapat peluang risiko 1.333

102 82 kali siswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang untuk mengalami dehidrasi dibandingkan siswa yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya pengaruh obesitas, kejadian obesitas lebih tinggi terjadi pada remaja laki-laki yaitu sebesar 15.4% dibandingkan perempuan yang hanya 4.1% sehingga pada kondisi obesitas sangat rentan terhadap kehilangan air. Orang dengan persentase lemak tubuh lebih tinggi mempunyai cairan tubuh yang lebih sedikit karena sel lemak mengandung sedikit atau tidak ada air, dan jaringan tidak berlemak mengandung banyak air. Konsumsi cairan yang kurang juga lebih tinggi terjadi pada remaja laki-laki yaitu sebesar 65.4% bila dibandingkan dengan perempuan sebesar 63.3%. Hal tersebut juga didukung oleh penjelasan Santoso dkk (2012) yaitu pada orang obesitas dan kegemukan kandungan lemak dalam tubuhnya lebih banyak jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak obesitas. Dengan demikian, kekurangan air lebih cenderung terjadi pada seseorang yang gemuk dan obesitas. Jumlah air di luar sel berbeda menurut tingkat kegemukan seseorang, yaitu jumlah air lebih rendah pada orang gemuk dan lebih tinggi pada orang kurus.

103 83 E. Hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek menggunakan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) dengan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh karena otot meningkatkan pengeluaran melalui tenaga dan energi (kalori). Aktivitas fisik akibat kontraksi otot rangka mengakibatkan pengeluaran tenaga. Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki aktivitas fisik ringan. Aktivitas fisik ringan ada sebanyak 63 siswa (84%), aktivitas sedang ada sebanyak 10 siswa (13.3%) sedangkan aktivitas fisik berat sebanyak 2 siswa (2.7%). Baik aktivitas tinggi maupun rendah, keduanya memiliki peluang terhadap dehidrasi. Aktivitas fisik yang rendah juga dapat menyebabkan berkurangnya konsumsi minum sehingga terdapat peluang untuk terjadinya dehidrasi (Briawan, dkk, 2011). Beberapa kejadian dehidrasi dan lemah performa fisik ditemui pada seseorang yang beraktivitas berat dalam durasi yang lama. Hal ini menyebabkan pengeluaran yang tidak disadari melalui kulit (keringat) dan paru-paru (pernafasan) berupa peningkatan kecepatan respirasi. Hal ini mengakibatkan peningkatan keluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari (inseble water loss) juga mengalami

104 84 peningkatan akibat peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat (Tamsuri, 2009). Berdasarkan penelitian ini menunjukkan hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi, yang paling banyak mengalami dehidrasi jangka pendek yaitu siswa yang memiliki aktivitas berat sebanyak 1 orang (50%) dan siswa yang memiliki aktivitas fisik ringan sebesar 27 siswa (42.9%) sedangkan siswa yang memiliki aktivitas fisik sedang ada sebanyak 6 siswa (60%). Pada penelitian ini jumlah siswa yang memiliki aktivitas berat lebih sedikit ada sebanyak 2 siswa (7.7%) dan siswa yang mengalami dehidrasi jangka pendek hanya ada sebanyak 1 siswa (50%) sehingga persentase aktivitas berat lebih besar. Hasil uji chi square diperoleh Pvalue = yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek. Hal ini sejalan dengan penelitian Hardinsyah dkk (2012) yang dilakukan di Indonesia menggunakan desain cross sectional study didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dengan tingkat aktivitas fisik dengan nilai P value sebesar Menurut Kant et al (2009) aktivitas yang tinggi memiliki hubungan dengan air dari minuman dan total asupan airnya. Aktivitas fisik memiliki hubungan dengan asupan air, remaja lebih sering mengalami dehidrasi dikarenakan banyaknya aktivitas fisik remaja yang dapat menguras tenaga dan cairan tubuh, sehingga menyebabkan kurangnya konsumsi cairan (Briawan dkk, 2011). Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, akan timbul kejadian dehidrasi (Almatsier, 2009).

105 85 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi jangka pendek dengan aktivitas fisik. Hal ini dikarenakan dehidrasi jangka pendek lebih tinggi terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dehidrasi jangka pendek banyak terjadi pada laki-laki disebabkan karena obesitas lebih tinggi pada laki-laki. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Sudikno dkk (2010) didapatkan hasil bahwa risiko obesitas lebih tinggi pada laki-laki yang aktivitas fisiknya kurang (OR=1,59) dibandingkan dengan perempuan yang aktivitas fisiknya kurang (OR=1,29). Sehingga diduga pengaruh obesitas lebih besar untuk terjadinya dehidrasi bila dibandingkan dengan pengaruh dari aktivitas fisik. F. Hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Konsumsi cairan sangat dibutuhkan oleh tubuh karena air memiliki banyak fungsi yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai medium transportasi, pengatur suhu tubuh, pembentuk sel dan cairan tubuh serta sebagai pelarut (Santoso dkk, 2012). Apabila air yang keluar dari tubuh tidak digantikan dengan jumlah konsumsi cairan yang cukup maka sel-sel tubuh akan kehilangan air, kehilangan air inilah yang menyebabkan dehidrasi (Brenna dkk, 2012). Pada hasil univariat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki konsumsi cairan yang kurang. Persentase siswa yang memiliki konsumsi

106 86 cairan yang kurang ada sebanyak 48 siswa (64%) sedangkan siswa yang konsumsi cairannya yang cukup ada sebanyak 27 siswa (36%). Hasil penelitian mengenai hubungan konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta diperoleh bahwa dari hasil analisis hubungan diperoleh Pvalue = yang berarti ada hubungan signifikan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek. Dari analisis hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek diperoleh siswa yang konsumsi cairan yang kurang ada sebanyak 30 (62.5%), sementara siswa dengan konsumsi cairan yang cukup ada sebanyak 4 (14.8%). Adanya hubungan konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek pada penelitian karena konsumsi cairan yang kurang lebih banyak dibandingkan konsumsi cairan yang cukup. Siswa yang konsumsi cairannya kurang memiliki risiko peluang kali untuk mengalami dehidrasi dibandingkan siswa yang konsumsi cairannya cukup. Apabila air yang keluar dari tubuh tidak digantikan dengan jumlah konsumsi cairan yang cukup maka sel-sel tubuh akan kehilangan air, sehingga hal ini akan menyebabkan dehidrasi karena terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi cairan dengan pengeluaran air. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari dkk (2012) didapatkan bahwa santriwati yang berstatus dehidrasi banyak dijumpai pada santriwati yang jumlah konsumsi cairannya kurang. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan hubungan antara jumlah konsumsi cairan terhadap status dehidrasi.

107 87 Menurut Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa tubuh manusia terus menerus membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika bernafas. Tubuh juga kehilangan air melalui keringat, produksi urin dan ketika buang air besar. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional bahwa terdapat perbedaan total konsumsi cairan pada remaja obesitas dan non obesitas (p=0.035) karena orang yang obesitas lebih mudah mengalami kekurangan air dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. G. Hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pada hasil analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki pengetahuan yang rendah. Diketahui sebanyak 48 siswa (64%) yang memiliki pengetahuan yang rendah dan sebanyak 27 siswa (36%) yang memiliki pengetahuan yang tinggi.

108 88 Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan tentang air dan dehidrasi didapatkan bahwa dehidrasi jangka pendek lebih banyak terjadi pada siswa yang pengetahuannya rendah sebanyak 31 siswa (64.6%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki pengetahuan yang tinggi sebanyak 3 siswa (11.1%). Hasil uji statistik bahwa diperoleh nilai Pvalue = yang berarti ada hubungan signifikan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= ( ), artinya siswa yang pengetahuan air dan dehidrasi rendah memiliki peluang kali untuk mengalami dehidrasi dibandingkan siswa yang pengetahuan air dan dehidrasi tinggi. Pada penelitian ini pengetahuan yang kurang lebih banyak dibandingkan dengan pengetahuan yang cukup sehingga kurangnya pengetahuan mengenai manfaat lebih dari air putih bagi kesehatan tubuh juga memberikan peluang bagi remaja untuk tidak memperhatikan air putih bagi tubuhnya (Maulana, 2010). Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi konsumsi cairan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas, serta dalam kebiasaan minum sehari-harinya. Pengetahuan yang semakin baik akan mendorong seseorang untuk mengkonsumsi cairan sesuai kebutuhan dan memiliki kebiasaan minum yang lebih baik pula sehingga risiko mengalami dehidrasi lebih kecil (Hardinsyah dkk, 2009). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia dengan desain cross sectional study didapatkan bahwa pada remaja dan total subyek menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan subyek. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang

109 89 dilakukan oleh Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional menyatakan bahwa pengetahuan tentang cairan diketahui signifikan mempengaruhi perbedaan status hidrasi (p=0,003).

110 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta yang mengalami dehidrasi jangka pendek hanya sebanyak 34 siswa (45.3%). 2. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta yang mengalami obesitas lebih sedikit daripada siswa yang tidak mengalami obesitas. 3. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta sebagian besar berjenis kelamin perempuan. 4. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta sebagian besar memiliki aktivitas fisik ringan. 5. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta sebagian besar memiliki konsumsi cairan yang kurang. 6. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta sebagian besar memiliki pengetahuan tentang air dan dehidrasi yang rendah. 7. Terdapat hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun

111 91 8. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Tidak terdapat hubungan aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Terdapat hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun Terdapat ada hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun B. Saran 1. Bagi Sekolah a. Pihak sekolah disarankan untuk melakukan perencanaan program berbasis kesehatan dengan memasukkan materi dehidrasi pada mata pelajaran di sekolah seperti mata pelajaran pendidikan jasmani dan rohani (penjaskes) untuk menambah pengetahuan siswa dan menanggulangi masalah dehidrasi pada siswa/i SMA. b. Adanya penyediaan sarana dan prasarana tempat air minum di sekolah.

112 92 2. Bagi Siswa di SMAN 63 Jakarta a. Remaja disarankan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan dan dampak kekurangan cairan pada tubuh dan siswa disarankan jangan menunggu haus terlebih dahulu baru minum agar terhindar dari risiko dehidrasi. b. Anjuran untuk melakukan penurunan berat badan berdasarkan perhitungan berat badan dari responden yang dihitung untuk mencapai berat badan idealnya. Diharapkan untuk siswa yang mengalami obesitas melakukan penurunan berat badan rata-rata sebesar kg dan pada siswa yang mengalami kegemukan (overweight) sebaiknya melakukan penurunan berat badan rata-rata sebesar 9-15 kg untuk mencapai berat badan ideal agar tidak terjadi obesitas sebagai upaya untuk mengurangi risiko untuk terjadinya dehidrasi. c. Disarankan agar siswa meningkatkan konsumsi cairannya berdasarkan angka kecukupan gizi, kecukupan air untuk laki-laki sebesar 2200 ml/hari dan perempuan sebesar 2100 ml/hari. Anjuran Tumpeng Gizi Seimbang untuk minimal minum 2 liter atau 8 gelas sehari bagi penduduk usia remaja dan dewasa. Siswa juga disarankan untuk meningkatkan konsumsi cairan dari makanan berupa konsumsi buah dan sayur yang mengandung banyak air. 3. Bagi Peneliti Lain a. Peneliti selanjutnya dalam mengukur status dehidrasi jangka pendek sebaiknya dapat menggunakan metode lain, seperti penurunan berat badan, berat jenis urin, volume urin 24 jam dan rasa haus.

113 93 b. Bagi peneliti lain diharapkan dapat meneliti total pengeluaran lainnya seperti pengeluaran air yang berasal dari keringat dan feses yang kemungkinan berhubungan dengan kejadian dehidrasi menggunakan alat laboratorium dengan biaya yang memungkinkan peneliti selanjutnya. c. Peneliti lain yang akan menggunakan food model diharapkan dapat mengikuti responden atau meminta responden membawa peralatan yang biasa digunakan di rumah untuk melihat ukuran rumah tanggga (URT) agar persepsi yang digunakan sama.

114 DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Almatsier, Sunita, Susirah Soetardjo & Moesijanti Soekarti Gizi Seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Akshay et al Neuropsychological performance, postural stability, symptomps after dehydration. Journal of atheletic training vol 42 (1), Altman, Gaylene B Fundamental and advancede nursing skills third edition. USA: Delmar cengage Learning. Amstrong et al, Hydration Assessment Techniques. Journal Nutrition Reviews, Vol 63(6). Ariawan, Iwan Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Depok: Jurusan Biostatistik dan kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Arisman Buku Ajar Ilmu Gizi : Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bandmann, Elin Physical Activity Questionnaire- A critical review of methods used in validity and reproducibility studies. Sport Science and Health Science. Batmanghelidj, F Air Untuk Menjaga Kesehatan dan Menyembuhkan Penyakit. Jakarta:Gramedia. 94

115 95 Berman, Audrey, Shirlee Snyder, Barbara Kozier, Glenora Erb Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. Brenna H, dkk Nutrition made incredibly easy second edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Briawan,dkk Kebiasaan minum dan asupan cairan di perkotaan. Jurnal Klinik Gizi Indonesia Vol 8(1), Diyani, Dika Aning Hubungan Pengetahuan, Aktivitas Fisik dan Faktor Lain terhadap Konsumsi Air Minum Pada Mahasiswa FKM UI Tahun Depok : Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi. D Anci, K. et al Hydration and cognitive function in children. Nutrition reviews. Vol 64(10), Voluntary Dehydration and Cognitive Performance in Trained College Athletes. Perceptual and Motor Skills, 109, pp Ega, dkk Perbedaan Konsumsi Cairan, Status Gizi, Aktifitas Fisik, Dan Persen Lemak Tubuh Pada Murid Kelas Vii Sltpn 69 Jakarta. Forum ilmiah VOL 9(3). FAO/WHO/UNU Human Energy Requirement, Report of a join FAO/WHO/UNU Expert Consultation. Feltz, Brian D, Ferra, Joe Dehydration s hidden symptoms. Chiropractic Journal vol 20 (10), 1-2. Gibson MD Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

116 96 Gibson S, Rosalind Princeples Nutritional of Assessment second edition. New York : Oxpord University Press. Grandjean, Ann C Dehydration and cognitive performance. Journal of the American College of Nutrition Vol 26(5), Hany, Alfrina Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Harmanto, N Herbal Untuk Keluarga Ibu Sehat Dan Cantik Dengan Herbal, Jakarta, Pt. Elex Media Komputindo. Hardinsyah, Briawan D Penilaian dan perencanaan asupan pangan. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB. Hardinsyah, Dodik Briawan, dkk Studi Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Wilayah Ekologi yang Berbeda. Bogor : Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan Indonesia (PERSAGI), Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB. Hardinsyah, Gustam dan Briawan Faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan Vol 8. Hastono, Sutanto Priyo Analisis Data Kesehatan. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Kant, Ashima K, Barry I Graubard Contributors of water intake in US Children and Adolescent: Associations with Dietary and Meal Characteristics-National Health and Nutrition Examination Survey American Journal Clinical Nutrition Vol 92, Kementrian Kesehatan RI Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Bina Gizi.

117 97 Kit, Leong Wai dan Karen Tong Fluid The Forgetten Factor. In A Singapore General Hospital Bi-monthly Publication Journal, Issue 6. Maulana, Bayu Kampanye Minum Air Putih di Kalangan Remaja. Bandung Mitchell, Kumar, Abbas & Fausto Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Edisi 7, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran. Murray, Bob Hydration and physical performance. Journal of the American College of Nutrition Vol 26(5), Muscari, M. E Keperawatan Pediatrik, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC Notoatmodjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nursita, Annisa A Hubungan Status Gizi dan Faktor lainnya dengan Status Hidrasi Pada Remaja Di 3 SMA Kota Bekasi Tahun Depok : Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi Universitas Indonesia. Prayitno, S. O. & Fillah Dieny. F Perbedaan Konsumsi Cairan Dan Status Hidrasi Pada Remaja Obesitas Dan Non Obesitas. Journal Of Nutrition College, 1(1) Popkin, M. Barry, D'anci KE, Rosenberg IH Water, hydration and health. Nutrition reviews 68(8) : Potter, Patricia A Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktik edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Ratnasari, Moesijanti Soekarti Hubungan Pola Minum Dan Jumlah Konsumsi Cairan Dari Minuman Terhadap Status Dehidrasi Santriwati

118 98 Usia Tahun di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan Tahun Gizi Indon 35(2) : Riance, Maya Gambaran Status Hidrasi Pada Siswa/i SMA Triguna Utama Tahun Jakarta : Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi. Sacher, Ronald Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Santoso, B. I., Hardinsyah, Siregar, P. & Pardede, S. O Air Bagi Kesehatan, Jakarta, Centra Communications. Sharp Rick Role of whole foods in promoting hydration after exercise in humans american. College of Nutrition 26(5):592S 596S. Sherwood, Lauralee Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Simerville et al Urinalysis: A comprehensive review. Journal American Family Physician vol 71(6). Slonane, Ethel Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sudikno, dkk Hubungan Aktivitas Fisik dengan kejadian Obesitas pada orang Dewasa di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007). Journal of The Indonesian Nutrition Association 33 : Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

119 99 Tamsuri, Anas Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. Tate, Deborah F, et al Replacing Caloric Beverages with Water or Diet Beverages for Weight Loss in Adults: Main Results of the Choose Healthy Options Consciously Everyday (CHOICE) Randomized Clinical Trial. American Journal Clinical Nutrition Umar, Efrizon Buku Pintar Fisika. Jakarta : Penerbit Media Pusindo, Grup Puspa Swara, Anggota Ikapi. Weta, Wayan dan NL Pratiwi W Kecukupan Zat Gizi dan Perubahan Status Gizi Pasien selama dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Jurnal Gizi Indonesia Vol 32(2): WHO (World Health Organization) Growth reference 5-19 years. Yaswir, Rismawati dan Ira Ferawati Fisiologi dan gangguan keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1(2).

120 LAMPIRAN 100

121 STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN PURI (PERIKSA URIN SENDIRI) MENGGUNAKAN GRAFIK WARNA URIN PADA REMAJA KELAS 1 DAN 2 DI SMAN 63 JAKARTA TAHUN 2015 KUESIONER PENELITIAN Assalamualaikum Wr.Wb, perkenalkan nama saya Donna Pertiwi, mahasiswi kesehatan masyarakat peminatan gizi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan Saya sedang melakukan penelitian mengenai status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran puri (periksa urin sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di sman 63 jakarta tahun Saya meminta kesediaan anda untuk menjadi responden (orang yang diteliti) dalam penelitian saya dan mengisi kuesioner semua pertanyaan pada kuesioner ini. Kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya diketahui oleh saya sebagai peneliti. Kejujuran dan kelengkapan data dari anda dalam mengisi kuesioner ini sangat membantu kelancaran penelitian ini. Untuk itu, saya ucapkan terimakasih atas kesediaan anda. Waalaikumsalam Wr.Wb Lembar Persetujuan Responden Dengan ini saya bersedia menjadi responden yang akan diukur berat badan dan tinggi badan dan pengambilan urin serta bersedia mengisi kuesioner penelitian ini dengan jawaban sebenar-benarnya dan apabila ada kekurangan di kemudian hari, maka saya bersedia dihubungi kembali untuk dimintai informasi lebih lanjut. Tanda Tangan

122 Petunjuk pengisian kuesioner : Isilah identitas responden pada kuesioner yang telah disediakan dan beri lingkaran pada kolom jenis kelamin. NO. RESPONDEN A. IDENTITAS RESPONDEN Koding diisi oleh peneliti A1 Nama A2 Tanggal Lahir.../... /... A4 Umur... tahun... bulan A5 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan [ ] A6 A7 No Hp Kelas B. PENGUKURAN STATUS DEHIDRASI B1 Warna urin (diisi oleh peneliti) C. PENGUKURAN ANTROPOMETRI (Diisi oleh Peneliti) C1 Berat badan...,...kg C2 Tinggi Badan...,...Cm C3 IMT...Kg/m 2

123 Petunjuk pengisian : Lingkari salah satu jawaban yang sesuai dan dianggap benar. D. PENGETAHUAN Koding diisi oleh Peneliti D1 D2 D3 D4 D5 Manakah yang memiliki fungsi penting bagi tubuh manusia? 1. Air 2. Karbohidrat 3. Kedua jawaban diatas benar Apakah fungsi air bagi tubuh? 1. Regenerasi sel dan pengatur suhu tubuh 2. Memenuhi kebutuhan minum 3. Sumber energi Manakah yang merupakan sumber cairan tubuh? 1. Makanan 2. Minuman 3. Semua Jawaban Benar Manakah yang kandungan airnya paling banyak? 1. Jeruk, mangga, pepaya 2. Selai, madu, minyak 3. Ikan, ayam, telur Apakah yang membuat kebutuhan air setiap orang berbeda-beda? 1. Jenis kelamin [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

124 D6 D7 D8 D9 D10 2. Aktivitas fisik 3. Kedua jawaban benar Kebutuhan air untuk atlet... dibandingkan yang bukan atlet 1. Lebih banyak 2. Sama 3. Lebih sedikit Kapankah saat yang tepat untuk minum? 1. Saat haus 2. Sebelum merasa haus 3. Saat mulut terasa kering Berapa gelas dalam sehari anjuran minum yang baik? 1. 6 gelas 2. 7 gelas 3. 8 gelas Pada suhu tinggi, lewat cara apakah air paling banyak keluar? 1. Urin 2. Kulit (keringat) 3. Pernafasan Maksimal berapa lama tubuh mampu bertahan tanpa air? 1. 3 hari 2. 2 hari 3. 1 hari [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

125 D11 D12 Apa gejala awal dehidrasi? 1. Haus 2. Pusing 3. Sakit tenggorokkan Apa akibatnya bila tubuh kekurangan air terus menerus? 1. Dehidrasi 2. Nafsu makan meningkat 3. Denyut nadi menurun Sumber : [ ] [ ] Diyani, dika aning Hubungan pengetahuan, aktivitas fisik, dan faktor lain terhadap konsumsi air minum pada mahasiswa FKM UI tahun Depok :Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat

126 FORM KUESIONER AKTIVITAS FISIK 1X24 JAM Berikut ini adalah daftar aktivitas fisik yang rutin dilakukan. Kegiatan apa saja yang anda lakukan setipa hari selama 24 jam? Alokasi waktu No Jam (Waktu) Jenis Kegiatan melakukan kegiatan (menit) Jumlah Sumber : Kuesioner Physical Activity Level recall

127 Form Food Recall Hari ke: Waktu Menu Bahan Makanan Ukuran rumah tangga (URT) Berat (gram) Sumber : Kuesioner Riset Kesehatan Dasar tahun SELESAI- TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN ANDA UNTUK MENGISI KUESIONER

128 Lampiran 2 Tabel Physical Activity Ratio (PAR) Berbagai Aktivitas Fisik Aktivitas Physical Activity Ratio/ satuan waktu Tidur 1.0 Melakukan pekerjaan rumah 2.8 Berkendaraan dalam bus/mobil 1.2 Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) 1.4 Makan 1.5 Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) 1.5 Mengendarai kendaraan/berjalan 2.0 Memasak 2.1 Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2 Mandi dan berpakaian 2.3 Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2.8 Berjalan 3.2 Berkebun 4.1 Olahraga ringan (jalan kaki) 4.2 Kegiatan yang dilakukan dengan duduk 1.5 Transportasi dengan bus 1.2 Kegiatan ringan 1.4 Sumber : FAO/WHO/UNU Human Energy Requiment. WHO Technical Report Series, no Geneva: World Health Organization Contoh perhitungan aktivitas fisik Jenis Aktivitas Fisik Alokasi waktu (menit) PAR Alokasi x PAR Rata-rata PAL Tidur Berpakaian dan mandi Makan Memasak Duduk Mengendarai kendaraan Melakukan pekerjaan rumah Berjalan Menonton Total /1440= 1.52 (aktivitas fisik ringan)

129 Lampiran 3. Data berat badan dan tinggi badan responden No Nama BB TB IMT Ambang Batas Z score Status Gizi 1 Haryalfa Razy > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight 2 M.Haekal SD sampai dengan 1 SD Normal 3 Lucki anjani > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight 4 Tisnaeny >2SD Obesitas 5 Erina SD sampai dengan 1 SD Normal 6 karina candana SD sampai dengan 1 SD Normal 7 sakina SD sampai dengan 1 SD Normal 8 Shelva SD sampai dengan 1 SD Normal 9 Gusti SD sampai dengan 1 SD Normal 10 Farhan SD sampai dengan 1 SD Normal 11 Ahmad iftihar SD sampai dengan 1 SD Normal 12 dita puspita > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight 13 M. zidanne >2SD Obesitas 14 Fikka Diaz SD sampai dengan 1 SD Normal 15 Dinar Amanda SD sampai dengan 1 SD Normal 16 Fitri rahma danti >2SD Obesitas 17 siti mutmainah SD sampai dengan 1 SD Normal 18 meirizka SD sampai dengan 1 SD Normal 19 Aprillya Sekar SD sampai dengan 1 SD Normal 20 Fida Alfilliana SD sampai dengan 1 SD Normal 21 nurrizky bening SD sampai dengan 1 SD Normal 22 Dewi yanti SD sampai dengan 1 SD Normal 23 Elvira Nelvi SD sampai dengan 1 SD Normal 24 Eko aprianto > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight 25 metha rosalina > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight 26 Silvina Amelia SD sampai dengan 1 SD Normal 27 siti anastasia SD sampai dengan 1 SD Normal 28 yulitha aulia > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight 29 laila siti > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight 30 nelly marta sari SD sampai dengan 1 SD Normal 31 shania putri SD sampai dengan 1 SD Normal 32 irman fahrezy SD sampai dengan 1 SD Normal 33 syifa febriani SD sampai dengan 1 SD Normal 34 Ocha dilawati SD sampai dengan 1 SD Normal 35 alma lutfiani SD sampai dengan 1 SD Normal 36 hari camel SD sampai dengan < -2 Kurus 37 gilang lian SD sampai dengan 1 SD Normal 38 yudha kusdiantara > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

130 39 nur atikah > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight 40 andika yudha >2SD Obesitas 41 erni SD sampai dengan 1 SD Normal 42 M.arvin SD sampai dengan 1 SD Normal 43 yosua ivan > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight 44 wisnu satria budi SD sampai dengan 1 SD Normal 45 eka syahfitri SD sampai dengan 1 SD Normal 46 dessy armadanie SD sampai dengan 1 SD Normal 47 laras adinda SD sampai dengan 1 SD Normal 48 vidia SD sampai dengan 1 SD Normal 49 annisa defita SD sampai dengan 1 SD Normal 50 lydia augustina SD sampai dengan 1 SD Normal 51 alma reyhania SD sampai dengan 1 SD Normal 52 suci witri SD sampai dengan 1 SD Normal 53 novita rahmah SD sampai dengan 1 SD Normal 54 syifa maharani SD sampai dengan 1 SD Normal 55 alfiyan dwi ariyanto SD sampai dengan 1 SD Normal 56 amirah putri SD sampai dengan 1 SD Normal 57 iva agustariani SD sampai dengan 1 SD Normal 58 Rizal Fadlur rahman SD sampai dengan 1 SD Normal 59 Rasheila N SD sampai dengan 1 SD Normal 60 sultan Purba >2SD Obesitas 61 Anisa Chika SD sampai dengan 1 SD Normal 62 rayhan SD sampai dengan 1 SD Normal 63 fajar >2SD Obesitas 64 dede wahyu SD sampai dengan 1 SD Normal 65 vieri SD sampai dengan 1 SD Normal 66 tsabita Z.D SD sampai dengan 1 SD Normal 67 Lithania SD sampai dengan 1 SD Normal 68 Sri Wati SD sampai dengan 1 SD Normal 69 Lutfiatul Nabila SD sampai dengan 1 SD Normal 70 Nadia Zhafirah SD sampai dengan 1 SD Normal 71 Imanda Azizah SD sampai dengan 1 SD Normal 72 Anggraini Anisa SD sampai dengan 1 SD Normal 73 Dennisa SD sampai dengan 1 SD Normal 74 Ulil Amri > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight 75 Farel SD sampai dengan < -2 Kurus

131 Lampiran 4. OUTPUT SPSS Analisis Univariat status dehidrasi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 Tidak dehidrasi, jika skala warna urin Total Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent jenis_kelamin = 2 (FILTER) * status dehidrasi % 0.0% % jenis_kelamin = 2 (FILTER) * status dehidrasi Crosstabulation status dehidrasi Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 Tidak dehidrasi, jika skala warna urin 1-3 Total jenis_kelamin = 2 (FILTER) Selected Count % within jenis_kelamin = 2 (FILTER) 42.9% 57.1% 100.0% Total Count % within jenis_kelamin = 2 (FILTER) 42.9% 57.1% 100.0%

132 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent jenis_kelamin = 1 (FILTER) * status dehidrasi % 0.0% % jenis_kelamin = 1 (FILTER) * status dehidrasi Crosstabulation status dehidrasi Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 Tidak dehidrasi, jika skala warna urin 1-3 Total jenis_kelamin = 1 (FILTER) Selected Count % within jenis_kelamin = 1 (FILTER) 50.0% 50.0% 100.0% Total Count % within jenis_kelamin = 1 (FILTER) 50.0% 50.0% 100.0% Obesitas Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya, obesitas Z score > 2 SD Tidak obesitas Z score? 2 SD Total

133 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent jenis kelamin * obesitas % 0.0% % jenis_kelamin = 1 (FILTER) * obesitas Crosstabulation obesitas Ya, obesitas Z score > 2 SD Tidak obesitas Z score? 2 SD Total jenis_kelamin = 1 (FILTER) Selected Count % within jenis_kelamin = 1 (FILTER) 15.4% 84.6% 100.0% Total Count % within jenis_kelamin = 1 (FILTER) 15.4% 84.6% 100.0% Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent JK = 2 (FILTER) * obesitas % 0.0% %

134 jenis_kelamin = 2 (FILTER) * obesitas Crosstabulation obesitas Ya, obesitas Z score > 2 SD Tidak obesitas Z score? 2 SD Total jenis_kelamin = 2 (FILTER) Selected Count % within jenis_kelamin = 2 (FILTER) 4.1% 95.9% 100.0% Total Count % within jenis_kelamin = 2 (FILTER) 4.1% 95.9% 100.0% jenis kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid laki-laki perempuan Total aktivitas fisik Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ringan, apabila 1,40 PAL 1,69 Sedang, apabila 1,70 PAL 1,99 Berat, apabila 2,00 PAL 2, Total

135 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent jenis_kelamin = 1 (FILTER) * aktivitas fisik % 0.0% % jenis_kelamin = 1 (FILTER) * aktivitas fisik Crosstabulation aktivitas fisik Ringan, Sedang, Berat, apabila apabila 1,70 apabila 2,00 1,40? PAL? PAL?? PAL?? 1,69 1,99 2,40 Total jenis_kelamin = 1 (FILTER) Selected Count % within jenis_kelamin = 1 (FILTER) 76.9% 15.4% 7.7% 100.0% Total Count % within jenis_kelamin = 1 (FILTER) 76.9% 15.4% 7.7% 100.0% Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent jenis_kelamin = 2 (FILTER) * aktivitas fisik % 0.0% %

136 jenis_kelamin = 2 (FILTER) * aktivitas fisik Crosstabulation aktivitas fisik Ringan, apabila 1,40? PAL? 1,69 Sedang, apabila 1,70? PAL? 1,99 Total jenis_kelamin = 2 (FILTER) Selected Count % within jenis_kelamin = 2 (FILTER) 87.8% 12.2% 100.0% Total Count % within jenis_kelamin = 2 (FILTER) 87.8% 12.2% 100.0% Statistics konsumsi cairan N Valid 26 Missing 0 Mean Minimum 1000 Maximum 2450 Statistics konsumsi cairan N Valid 49 Missing 0 Mean Minimum 950 Maximum 2540

137 konsumsi cairan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Kurang: laki-laki <2200 ml, Perempuan <2100 ml Cukup: Laki-laki 2200 ml Perempuan 2100 ml Total Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent jenis_kelamin = 2 (FILTER) * konsumsi cairan % 0.0% % jenis_kelamin = 2 (FILTER) * konsumsi cairan Crosstabulation konsumsi cairan Kurang: lakilaki <2200 ml, Perempuan <2100 ml Cukup: Lakilaki?2200 ml Perempuan?2100 ml Total jenis_kelamin = 2 (FILTER) Selected Count % within jenis_kelamin = 2 (FILTER) 63.3% 36.7% 100.0% Total Count % within jenis_kelamin = 2 (FILTER) 63.3% 36.7% 100.0%

138 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent jenis_kelamin = 1 (FILTER) * konsumsi cairan % 0.0% % jenis_kelamin = 1 (FILTER) * konsumsi cairan Crosstabulation konsumsi cairan Kurang: lakilaki <2200 ml, Perempuan <2100 ml Cukup: Lakilaki?2200 ml Perempuan?2100 ml Total jenis_kelamin = 1 (FILTER) Selected Count % within jenis_kelamin = 1 (FILTER) 65.4% 34.6% 100.0% Total Count % within jenis_kelamin = 1 (FILTER) 65.4% 34.6% 100.0% pengetahuan air dan dehidrasi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Rendah skor 80% Tinggi skor > 80% Total Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent

139 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent jenis_kelamin = 1 (FILTER) * pengetahuan air dan dehidrasi % 0.0% % jenis_kelamin = 1 (FILTER) * pengetahuan air dan dehidrasi Crosstabulation pengetahuan air dan dehidrasi Rendah skor? 80% Tinggi skor > 80% Total jenis_kelamin = 1 (FILTER) Selected Count % within jenis_kelamin = 1 (FILTER) 57.7% 42.3% 100.0% Total Count % within jenis_kelamin = 1 (FILTER) 57.7% 42.3% 100.0% Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent jenis_kelamin = 2 (FILTER) * pengetahuan air dan dehidrasi % 0.0% %

140 jenis_kelamin = 2 (FILTER) * pengetahuan air dan dehidrasi Crosstabulation pengetahuan air dan dehidrasi Rendah skor? 80% Tinggi skor > 80% Total jenis_kelamin = 2 (FILTER) Selected Count % within jenis_kelamin = 2 (FILTER) 67.3% 32.7% 100.0% Total Count % within jenis_kelamin = 2 (FILTER) 67.3% 32.7% 100.0%

141 Analisis Bivariat Variabel Obesitas obesitas * status dehidrasi Crosstabulation status dehidrasi Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 Tidak dehidrasi, jika skala warna urin 1-3 Total Obesitas Ya, obesitas Z score > 2 SD Tidak obesitas Z score? 2 SD Count % within obesitas 83.3% 16.7% 100.0% Count % within obesitas 40.6% 59.4% 100.0% Total Count % within obesitas 44.0% 56.0% 100.0% Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases b 75 a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,64. b. Computed only for a 2x2 table

142 Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Lower Upper Odds Ratio for obesitas (Ya, obesitas Z score > 2 SD / Tidak obesitas Z score? 2 SD) For cohort status dehidrasi = Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 For cohort status dehidrasi = Tidak dehidrasi, jika skala warna urin N of Valid Cases 75 Variabel Jenis Kelamin Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent jenis kelamin * status dehidrasi % 0.0% %

143 jenis kelamin * status dehidrasi Crosstabulation status dehidrasi Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 Tidak dehidrasi, jika skala warna urin 1-3 Total jenis kelamin laki-laki Count % within jenis kelamin 50.0% 50.0% 100.0% perempuan Count % within jenis kelamin 42.9% 57.1% 100.0% Total Count % within jenis kelamin 45.3% 54.7% 100.0% Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square.350 a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 75 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,79. b. Computed only for a 2x2 table

144 Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Lower Upper Odds Ratio for jenis kelamin (laki-laki / perempuan) For cohort status dehidrasi = Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 For cohort status dehidrasi = Tidak dehidrasi, jika skala warna urin N of Valid Cases 75 Variabel Aktivitas Fisik Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent aktivitas fisik * status dehidrasi % 0.0% % aktivitas fisik * status dehidrasi Crosstabulation status dehidrasi Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 Tidak dehidrasi, jika skala warna urin 1-3 Total aktivitas fisik Ringan, apabila 1,40 PAL 1,69 Count % within aktivitas fisik 42.9% 57.1% 100.0% Sedang, apabila 1,70 PAL 1,99 Count % within aktivitas fisik 60.0% 40.0% 100.0%

145 Berat, apabila 2,00 PAL 2,40 Count % within aktivitas fisik 50.0% 50.0% 100.0% Total Count % within aktivitas fisik 45.3% 54.7% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 75 a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,91. Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1 a kat_aktivitas_fisik Lower Upper kat_aktivitas_fisik(1) kat_aktivitas_fisik(2) Constant a. Variable(s) entered on step 1: kat_aktivitas_fisik.

146 Variabel Konsumsi Cairan Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent konsumsi cairan * status dehidrasi % 0.0% % konsumsi cairan * status dehidrasi Crosstabulation status dehidrasi Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 Tidak dehidrasi, jika skala warna urin 1-3 Total konsumsi cairan Kurang: laki-laki <2200 ml, Perempuan <2100 ml Cukup : Laki-laki?2200 ml Perempuan?2100 ml Count % within konsumsi cairan 62.5% 37.5% 100.0% Count % within konsumsi cairan 14.8% 85.2% 100.0% Total Count % within konsumsi cairan 45.3% 54.7% 100.0%

147 Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value Df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 75 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,24. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Lower Upper Odds Ratio for konsumsi cairan (Kurang: laki-laki <2200 ml, Perempuan <2100 ml / Cukup: Laki-laki?2200 ml Perempuan?2100 ml) For cohort status dehidrasi = Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 For cohort status dehidrasi = Tidak dehidrasi, jika skala warna urin N of Valid Cases 75

148 Variabel Pengetahuan tentang air dan dehidrasi Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent pengetahuan air dan dehidrasi * status dehidrasi % 0.0% % pengetahuan air dan dehidrasi * status dehidrasi Crosstabulation status dehidrasi Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 Tidak dehidrasi, jika skala warna urin 1-3 Total pengetahuan air dan dehidrasi Rendah skor? 80% Tinggi skor > 80% Count % within pengetahuan air dan dehidrasi 64.6% 35.4% 100.0% Count % within pengetahuan air dan dehidrasi 11.1% 88.9% 100.0% Total Count % within pengetahuan air dan dehidrasi 45.3% 54.7% 100.0%

149 Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value Df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 75 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,24. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Lower Upper Odds Ratio for pengetahuan air dan dehidrasi (Rendah skor? 80% / Tinggi skor > 80%) For cohort status dehidrasi = Dehidrasi, jika skala warna urin 4-8 For cohort status dehidrasi = Tidak dehidrasi, jika skala warna urin N of Valid Cases 75

150 Lampiran 5. Foto/Dokumentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air merupakan komponen utama dari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan

Lebih terperinci

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Lebih terperinci

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi: Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arisman (2004) mengungkapkan bahwa secara umum lanjut usia atau lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo dalam Azizah (2011), lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup tidak hanya bergantung pada makanan tetapi juga minuman, karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup beminggu minggu tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia dan zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya memerlukan air untuk minum. Manusia tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air sebagai Zat Gizi Esensial Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Asupan air yang kurang ataupun

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT Disampaikan pada kuliah KDDK_1_2011 Komposisi cairan tubuh Fungsi cairan tubuh Faktor berpengaruh pada kebutuhan cairan Kebutuhan cairan tubuh Intake dan output cairan

Lebih terperinci

HYDRATION & EXERCISE. 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C

HYDRATION & EXERCISE. 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C HYDRATION & EXERCISE 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C 2 Status Hidrasi Meningkatkan Exercise Performance Status hidrasi yang baik meningkatkan daya tahan/endurance pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama pada tubuh manusia. Pada orang dewasa, air menyumbang sebanyak 60% berat badan total, dan persentase tersebut lebih tinggi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut biasanya ditandai dengan adanya berbagai masalah kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi perubahan fisiologi yang menurunkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan 25% bahan padat. Air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolesceere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 2004). Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut aktivitas

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air

TINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air 4 TINJAUAN PUSTAKA Lansia Masa lanjut usia pada kelompok lansia merupakan masa penutup dari kehidupan manusia. Seseorang diatas umur 55 tahun disebut dalam tahap masuk lanjut usia (Setiyono 2010). Departemen

Lebih terperinci

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA http://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/studi-kebiasaan-minum-dan-hidrasi-pada-remaja-dan-dewas a STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA STUDI KEBIASAAN

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan. (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari di saat

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan. (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari di saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dehidrasi merupakan ketidakseimbangan cairan tubuh dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa Yulianasari (2009) yang mengacu pada WHO (1995) mengkategorikan usia remaja berada pada kisaran umur 10-19 tahun dan dewasa berada pada kisaran umur 20-59 tahun. Ciri-ciri

Lebih terperinci

lebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi keseimbangan

lebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi keseimbangan TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak Anak-anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra sekolah, sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan intravaskular. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada di antara sebagian sel tubuh dan menyusun

Lebih terperinci

Manfaat Minum Air Putih

Manfaat Minum Air Putih Manfaat Minum Air Putih "Teman-teman, mungkin banyak dari kita yang malas minum air putih...padahal manfaatnya banyak banget...yuks kita kupas manfaatnya!" Sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari air. Otak

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Minum 2.1.1. Definisi Air Minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana pertumbuhan manusia, pada masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan dan gizinya dapat mudah terpengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas menjadi hal yang paling diperhatikan di dunia karena prevalensi obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu masalah kesehatan yang

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran transportasi di Indonesia kini semakin mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya waktu. Jumlah kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI SISWA-SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI SISWA-SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI SISWA-SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi menjadi dua tingkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang

BAB I PENDAHULUAN. cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang berkaitan dengan termoregulasi dan keseimbangan cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang melakukan latihan saat suhu udara panas.

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI SERAT PADA SISWA OVERWEIGHT DAN TIDAK OVERWEIGHT DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI SERAT PADA SISWA OVERWEIGHT DAN TIDAK OVERWEIGHT DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI SERAT PADA SISWA OVERWEIGHT DAN TIDAK OVERWEIGHT DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah satu Syarat

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEBIASAAN MINUM DAN STATUS HIDRASI PADA REMAJA OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMK BATIK 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KEBIASAAN MINUM DAN STATUS HIDRASI PADA REMAJA OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMK BATIK 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KEBIASAAN MINUM DAN STATUS HIDRASI PADA REMAJA OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMK BATIK 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa mengandung air. Air memiliki beberapa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

Mitos & Fakta Mengenai Hidrasi Hal yang Perlu di ketahui Dokter

Mitos & Fakta Mengenai Hidrasi Hal yang Perlu di ketahui Dokter Mitos & Fakta Mengenai Hidrasi Hal yang Perlu di ketahui Dokter Oleh: dr. Bambang Djarwoto, SpPD-KGH Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UGM FK UGM/RSUP Dr. Sardjito 4 Kelompok

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian.masa neonatal,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA

UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA LUH PUTU JULIANI 1320015007 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DEHIDRASI PADA REMAJA

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DEHIDRASI PADA REMAJA Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 7 No 2, Hal 54-59, Oktober 2017 Jurnal Sekolah Ilmiah Tinggi Permas: Ilmu Kesehatan Jurnal Ilmiah Kendal STIKES Kendal Volume 7 No 2, Hal 54-59,

Lebih terperinci

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi Syok Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Tanggal: PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Salam, perkenalkan nama saya Ririn Triana Putri, mahasiswi Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT A.HIPERKALEMIA a. pengertian JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi b. penyebab 1.pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal misalnya spironolakton

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% pada orang dewasa (Almatsier, 2004). Menurut Fraser (2009), tercapainya keseimbangan asupan dan

Lebih terperinci

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Membran sel Membran nukleus Retikulum endoplasma Aparatus golgi Mitokondria lisosom Kurnia Eka Wijayanti 60 % dari berat tubuh

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL. 29 Hubungan antara..., Wita Rizki Amelia, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 5 HASIL. 29 Hubungan antara..., Wita Rizki Amelia, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 5 HASIL 5.1 Gambaran Umum RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo (RSCM) merupakan rumah sakit rujukan nasional yang melayani pasien dari seluruh wilayah Indonesia bahkan ada beberapa diantaranya adalah warga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal dan berlebihan yang dapat menggangu kesehatan. (1) Obesitas adalah penyakit yang timbul sebagai akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Kampanye sosial merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk mengubah perilaku sesuatu yang berkenaan dengan kelompok masyarakat melalui pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Elektrolit Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang di sebut kation bermuatan positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai elektronetralitas.

Lebih terperinci

Oleh SHOFI IKRAMINA

Oleh SHOFI IKRAMINA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, AKTIVITAS FISIK, Z-SKOR, DAN FREKUENSI LATIHAN TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI PEMAIN BASKET REMAJA LAKI-LAKI DI KLUB BASKET SCORPIO, JAKARTA TIMUR Skripsi Ini Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

KOMPOSISI CAIRAN REHIDRASI PADA OLAHRAGA

KOMPOSISI CAIRAN REHIDRASI PADA OLAHRAGA KOMPOSISI CAIRAN REHIDRASI PADA OLAHRAGA dr. Sri Murni Proboprastowo, Sp Gz dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS Pendahuluan Tubuh manusia terdiri dari sebagian besar air (60%). Asupan cairan yang adekuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nefrolitiasis adalah sebuah material solid yang terbentuk di ginjal ketika zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit ini bagian

Lebih terperinci

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2 By: Syariffudin Definisi Teori Penyebab Penyakit Teori penyebab penyakit memiliki pengertian sebuah teori yang mempelajari gejala-gejala timbulnya penyakit karena adanya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi Diare Menurut Latief, dkk. (2005), diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Dr. Suparyanto, M.Kes GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH Cairan tubuh adalah larutan isotonik yang tersusun atas air dan zat terlarut (mineral)

Lebih terperinci