Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13 DAFTAR ISI BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI Daftar isi Daftar Gambar Daftar Tabel PENDAHULUAN Hal Latar Belakang I Dasar Hukum Penyusunan I Hubungan Antar Dokumen I Sistematika Penulisan I Maksud dan Tujuan I - 7 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi II Aspek Kesejahteraan Masyarakat II Aspek Pelayanan Umum II Aspek Daya Saing Daerah II - 50 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu III Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu III Kerangka Pendanaan III - 14 ANALISIS PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Daerah IV Isu Strategi IV 23 ARAHAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Arahan Visi V Arahan Misi V Tujuan dan Sasaran V - 9 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Strategi VI Arah Kebijakan VI Arah Kebijakan Pengembangan Kewilayahan VI- 17 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Program Pembangunan Daerah Untuk Pencapaian Visi dan Misi VII - 1 BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG VIII-1 DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH IX-1 BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1 Pedoman Transisi X Kaidah Pelaksanaan X-1 i ii iv i

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Tahapan Penyusunan RPJMD Kabupaten Berau I - 3 Gambar 1.1 Hubungan antara RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I - 6 Gambar 2.1 Peta Kabupaten Berau II - 2 Gambar 2.1 Peta Sebaran Karst di Kab. Berau dan Kutai Timur II - 5 Gambar 2.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Berau, Tahun II - 13 Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Berau, Tahun 2015 II - 14 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Pola Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Berau Tahun Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Berau, Gambar 2.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Berau (Persen) Tahun Hal. II - 14 II - 17 II - 19 Gambar 2.7 Gini Ratio Kabupaten Berau, Tahun II - 21 Gambar 2.8 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Berau, Tahun II - 22 Gambar 2.9 PDRB per Kapita Kabupaten Berau, Tahun II - 23 Gambar 2.10 Laju Inflasi Kabupaten Berau, Tahun II - 23 Gambar 2.11 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau, Tahun II - 25 Gambar 2.12 Harapan Lama Sekolah Kabupaten Berau, Tahun II - 27 Gambar 2.13 Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Berau, Tahun II - 28 Gambar 2.14 Angka Harapan Hidup Kabupaten Berau, Tahun II - 28 Gambar 2.15 Penyebab Kematian Ibu Melahirkan Kabupaten Berau, 2014 II - 29 Gambar 2.16 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Berau, Tahun II - 30 Gambar 2.17 Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Berau, Tahun 2015 II - 31 Gambar 2.18 Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Berau, Tahun 2014 II - 37 Gambar 2.19 Jalan menurut Jenis Permukaan, Kabupaten Berau Tahun 2015 II - 39 Gambar 2.20 Jalan menurut Kondisi JalanKabupaten Berau Tahun 2015 II - 40 Gambar 2.21 Rumahtangga menurut Sumber Air Minum, Kabupaten Berau, Tahun 2015 II - 41 Gambar 2.22 Penanaman Modal Dalam NegeriKabupaten Berau, Tahun II - 43 Gambar 2.23 Gambar 2.24 Gambar 2.25 Gambar 2.26 Penanaman Modal Asing (Ribu US Dolar)Kabupaten Berau, Tahun Produksi Ikan Segar (Ton) Kabupaten Berau, Tahun Produksi Budidaya Perikanan Darat menurut Jenis Budidaya Kabupaten Berau, Tahun 2015 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Kabupaten Berau, 2015 II - 43 II - 48 II - 49 II - 51 ii

15 Gambar 2.27 Gambar 4.1 Gambar 4.1 Gambar 4.1 Gambar 4.1 Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Terakhir Yang Ditamatkan Kabupaten Berau, 2015 Mata Rantai Permasalahan Utama Pembangunan Daerah Kabupaten Berau Perbandingan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, 2014 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, 2015 Perbandingan Gini Ratio Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, 2014 II - 53 IV 2 IV 11 IV 12 IV - 13 Gambar 5.1 Lima Dimensi Pembangunan Ekonomi Hijau V - 1 Gambar 5.1 Hubungan Antarelemen Visi V - 4 Gambar 5.1 Hubungan Antar elemen Visi dan Misi V - 8 Gambar 6.1 Strategi Pembangunan Jangka Menengah Tahun VI - 2 Gambar 6.1 Fokus/Tema Pembangunan Kabupaten Berau Tahun VI- 10 iii

16 DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1.1 Integrasi KLHS terhadap RPJMD Kabupaten Berau Tahun I-1 Tabel 2.1 Data Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015 II - 3 Tabel 2.2 Statistik Klimatologi Kabupaten Berau, 2015 II - 6 Tabel 2.3 Rencana Pola Ruang Kabupaten Berau II - 7 Tabel 2.4 Laporan Kejadian Bencana di Kabupaten Berau, Tahun 2015 II - 10 (Januari-Oktober 2015) Tabel 2.5 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabutapten II 13 Berau Tahun Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin II - 15 Kabupaten Berau, Tahun 2015 Tabel 2.7 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk II - 16 Kabupaten Berau, Tahun 2015 Tabel 2.8 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku II - 18 Kabupaten Berau (Persen) Tahun Tabel 2.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha II - 19 Kabupaten Berau, Tahun Tabel 2.10 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur II - 20 Tahun (%) Tabel 2.11 Penyelesaian Tindak Pidana Menurut Kecamatan Kabupaten II - 24 Berau, Tahun 2015 Tabel 2.12 Indeks Pembangunan Manusia Beserta Komponen Penyusunnya Kabupaten Berau, II - 26 Tabel 2.13 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Berau Tahun II Tabel 2.14 Aset Kebudayaan Kabupaten Berau Tahun 2015 II - 32 Tabel 2.15 Aset Pariwisata Kabupaten Berau Tahun 2015 II - 32 Tabel 2.16 Beberapa Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Berau II - 33 Tabel 2.17 Statistik Pariwisata Kabupaten Berau Tahun II - 35 Tabel 2.18 Nama Maskapai di Kabupaten Berau II - 35 Tabel 2.19 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) II - 37 Kabupaten Berau, Tahun Tabel 2.20 Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Kabupaten Berau (Unit), Tahun II Tabel 2.21 Panjang Jalan (Km) menurut Pemerintahan yang Berwenang II - 38 Kabupaten Berau Tahun 2015 Tabel 2.22 Statistik Perumahan Kabupaten Berau Tahun II - 41 Tabel 2.23 Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Berau, II - 44 Tahun Tabel 2.24 Hasil Penilaian atas Evaluasi Pelayanan Publik Pemerintah Daerah II - 44 Kalimantan Timur Tahun Anggaran 2012 Tabel 2.25 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Padi (Sawah dan Ladang) II - 45 Menurut Kecamatan Tabel 2.26 Luas Panen dan Produksi Palawija Kabupaten Berau Tahun 2015 II - 46 Tabel 2.27 Luas Tanam, Produksi, Produktivitas, dan Tenaga Kerja Kabupaten II - 48 iv

17 Berau, Tahun 2015 Tabel 2.28 Luas Kawasan Hutan menurut Fungsinya (berdasarkan Peta Penunjukan II - 48 Kawasan Hutan dan Perairan) Kabupaten Berau, Tahun 2015 Tabel 2.29 Produksi Hasil Penangkapan (Ton) Kabupaten Berau, Tahun II - 49 Tabel 2.30 Produksi Budidaya (Ton) Kabupaten Berau, Tahun II - 50 Tabel 2.31 Jumlah Hotel, Kamar, dan Tempat Tidur Kabupaten Berau, Tahun II Tabel 2.32 Jumlah Kasus Kriminalitas Kabupaten Berau Tahun II - 52 Tabel 2.33 Jumlah Penduduk, Jumlah Tindak Pidana, dan Angka Kriminalitas II - 52 Kabupaten Berau, Tahun Tabel 2.34 Standar Pelayanan Minimal Nasional Kabupaten Berau II - 55 Tabel 3.1 Derajat Desentralisasi Fiskal Tahun Kabupaten Berau, Tahun III - 2 Tabel 3.2 Kinerja Keuangan Daerah (Realisasi Pendapatan Daerah) Kabupaten III - 3 Berau Tahun Tabel 3.3 Rata-Rata Pertumbuhan Belanja Daerah Kabupaten Berau Tahun III Tabel 3.4 Proporsi Penggunaan Anggaran Pegawai Pemerintahan Kabupaten Berau Tahun (Juta Rupiah) III - 8 Tabel 3.5 Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Berau III - 9 Tahun (Juta Rupiah) Tabel 3.6 Realisasi Pengeluaran Belanja Periodik Dan Pengeluaran Pembiayaan III - 10 Yang Wajib Dan Mengikat Serta Prioritas Utama Kabupaten Berau Tahun (Juta Rupiah Tabel 3.7 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Berau (Juta Rupiah) III - 10 Tabel 3.8 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten Berau (dalam juta III - 13 rupiah) Tabel 3.9 Proyeksi Pendapatan Kabupaten Berau Tahun (Juta Rupiah) III - 15 Tabel 3.10 Proyeksi Belanja Tidak Langsung Tahun (Juta Rupiah) III - 17 Tabel 3.11 Proyeksi SILPA Kabupaten Berau Tahun (Juta Rupiah) III - 18 Tabel 3.12 Proyeksi Kapasitas Riil Keuangan Daerah Kabupaten Berau Tahun III (dalam juta rupiah) Tabel 3.13 Pendanaan Prioritas Kabupaten Berau Tahun (jutaan rupiah) III 19 Tabel 3.14 Pembagian Dana Prioritas 3 Kabupaten Berau Tahun (jutaan III - 19 rupiah) Tabel 4.1 Perbandingan Panjang Jalan Menurut Kondisinya (km) IV - 3 Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, 201 Tabel 4.2 Perbandingan Luas Lantai Rumah (m 2 ) Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, 2014 IV - 3 Tabel 4.3 Rumusan Permasalahan Rendahnya Kuantitas Maupun Kualitas IV 4 Infrastruktur Pelayanan Masyarakat Tabel 4.4 Kewenangan Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) dalan Urusan IV - 8 Lingkungan Hidup Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 Tabel 4.5 Rumusan Permasalahan Belum Optimalnya Tata Kelola Lingkungan IV - 10 Hidup yang Baik Tabel 4.6 Rumusan Permasalahan Hasil-hasil pembangunan belum dinikmati oleh IV - 13 masyarakat secara merata Tabel 4.7 Rumusan Permasalahan Hasil-hasil pembangunan belum dinikmati oleh IV - 15 masyarakat secara merata Tabel 4.8 Perbandingan Produktivitas Tanaman Pangan (Padi) Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, 2015 IV - 16 v

18 Tabel 4.9 Rumusan Permasalahan Pengembangan Ekonomi Lokal Daerah yang Belum Maksimal Tabel 4.10 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, Tabel 4.11 Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, Tabel 4.12 Perbandingan Angka Harapan Hidup (Tahun) Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, Tabel 4.13 Rumusan Permasalahan Rendahnya Daya Saing dan Kualitas Sumber Daya Manusia Tabel 4.14 Rumusan Permasalahan Belum Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Tabel 4.15 Target Prioritas Pembangunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun Tabel 4.16 Pencapaian Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Pengangguran, dan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau dan Provinsi Kalimantan Timur Tabel 4.17 Penyandingan Substansi Utama RPJMD Kota Samarinda ( ), Kabupaten Kutai Kartanegara ( ), dan Kabupaten Kutai Timur ( ) IV - 17 IV - 18 IV - 19 IV - 19 IV - 20 IV - 21 IV - 26 IV - 27 IV - 30 Tabel 4.18 Rencana Pola Ruang Kabupaten Berau IV - 45 Tabel 4.19 Peruntukan Kawasan Budidaya Kehutanan Kabupaten Berau IV - 53 Tabel 5.1 Tabel 1.2 Target Sasaran Untuk Lima Tahun Kedepan Kabupaten V - 11 Berau Tabel 6.1 Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Berau Tahun VI - 11 Tabel 6.2 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan VI - 15 Tabel 6.3 Identifikasi Potensi Lokasi Pariwisata di Kabupaten Berau VI - 24 Tabel 7.1 Program Pembangunan Daerah Kabupaten Berau Tahun Dalam Rangka Pencapaian Visi dan Misi Daerah VII - 2 Tabel 8.1 Indikasi Rencana Program Prioritas Beserta Pagu Indikatif Kabupaten VIII - 3 Berau (dalam jutaan) Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja IX - 2 Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Kabupaten Berau vi

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan merupakan suatu proses perumusan kebijakan pembangunan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya seefektif dan seefisien mungkin guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan tantangan yang dihadapi, rencana pembangunan dijabarkan dalam jangka panjang, menengah, dan tahunan oleh pemerintah pusat dan daerah yang masing-masing diwujudkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 263 ayat 3 (tiga ), RPJMD merupakan penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan pembangunan daerah dan keuangan daerah, serta program perangkat daerah dan lintas perangkat daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Dengan telah dilantiknya H. Muharram S.Pd, M.M dan H. Agus Tantomo sebagai Bupati dan Wakil Bupati Berau masa bakti periode pada tanggal 17 Februari 2016 maka Kepala Daerah berkewajiban untuk menyusun RPJMD sebagai pedoman pembangunan selama 5 (lima) tahun mendatang. Berdasarkan pasal 264 ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, RPJMD ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah kepala daerah dilantik. Untuk menghasilkan kebijakan yang selaras dengan aspek tata ruang, penyusunan RPJMD telah diintegrasikan dengan rencana tata ruang. Adapun, untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar kebijakan pembangunan lima tahun ke depan maka perumusan RPJMD telah terintegrasi dan menindaklanjuti rekomendasi hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Dengan telah diintegrasikannya instrumen KLHS dalam perumusan kebijakan RPJMD ini diharapkan kebijakan strategis dalam jangka menengah benar-benar dapat meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan dan pada saat yang sama lebih terjaminnya keberlanjutan pembangunan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Secara ringkas, integrasi KLHS kedalam dokumen RPJMD terlihat terlihat pada tabel berikut. Bab I Pendahuluan I - 1

20 Tabel 1.1 Integrasi KLHS terhadap RPJMD Kabupaten Berau Tahun BAB RPJMD Kabupaten Berau Tahun BAB I BAB IV BAB V BAB VI Penajaman latar belakang terkait KLHS Menyesuaikan isu strategis KLHS terhadap dokumen; Penjabaran singkat mengenai KLHS dalam visi kepala daerah Menyesuaikan arah kebijakan dokumen RPJMD dengan arah kebijakan di dokumen KLHS; Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Berau Tahun berpedoman pada RPJPD Kabupaten Berau Tahun dan memerhatikan RPJMD Provinsi Kalimantan Timur dan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis dan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya, kemudian disusun dengan empat pendekatan berikut: 1. Pendekatan Politik; 2. Pendekatan Teknokratik; 3. Pendekatan Partisipatif; dan 4. Pendekatan Atas-Bawah (top-down) dan Bawah-Atas (bottom-up); Keempat pendekatan di atas dilakukan secara simultan bersamaan dengan tahapan-tahapan: 1. Penyusunan Rancangan Awal Sementara (Rancangan Teknokratik) RPJMD; 2. Penyusunan Rancangan Awal RPJMD; 3. Penyusunan Rancangan RPJMD; 4. Penyelenggaraan Musrenbang RPJMD; 5. Penyusunan Rancangan Akhir RPJMD; dan 6. Penetapan RPJMD. Keenam tahapan di atas, dirumuskan bersamaan dan diintegrasikan dengan penyusunan Renstra Perangkat Daerah di lingkungan Kabupaten Berau, sebagaimana terlihat pada gambar 1.1 berikut. Bab I Pendahuluan I - 2

21 Gambar 1.1 Tahapan Penyusunan RPJMD Kabupaten Berau Pelantikan Bupati dan wakil Bupati Kabupaten Berau Penyusunan Draft Rancangan Awal RPJMD TAHAPAN PENYUSUNAN RPJMD Daerah Draft Ranwal RPJMD PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJMD Rancangan RPJMD Musrenbang RPJMD Ranc. Akhir RPJMD Perda RPJMD Evaluasi SE KDH ttg Penyusunan Rancangan Renstra-SKPD VERIFI- KASI Penyempurnaan Rancangan Akhir Renstra-SKPD Penyesuaian Rancangan Renstra-SKPD VERIFI- KASI SKPD Rancangan Renstra SKPD Penyusunan Rancangan Renstra SKPD Rancangan Akhir Renstra SKPD Penetapan Renstra SKPD Penyusunan Draft Rancangan Renstra SKPD TAHAPAN PENYUSUNAN RENSTRA SKPD 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Landasan hukum dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Berau Tahun adalah landasan konstitusional dan landasan operasional. Landasan konstitusional berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, sementara landasan operasionalnya yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); Bab I Pendahuluan I - 3

22 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Imdonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah kedua kalinya terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3747); 11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48); Bab I Pendahuluan I - 4

23 15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 16. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Strategis Dalam Penyusunan Atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 994); 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036); 20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2016 tentang Pengangkatan Bupati Berau Provinsi Kalimantan Timur; 21. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2016 tentang Pengangkatan Wakil Bupati Berau Provinsi Kalimantan Timur; 22. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2008 Nomor 15); 23. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 Nomor 7); 24. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Nomor 1). 25. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 14); dan 26. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Berau Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Berau Tahun 2006 Nomor 2) Hubungan Antar Dokumen RPJMD merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan Kabupaten Berau yang harus terintegrasi dengan sistem perencanaan pembangunan Provinsi Kalimantan Timur dan Nasional, baik dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Penyelenggaraan sistem perencanaan Bab I Pendahuluan I - 5

24 pembangunan kabupaten harus dapat menopang pencapaian sasaran pembangunan provinsi dan nasional. Hubungan dokumen perencanaan di masing-masing tingkatan pemerintahan sebagaimana terlihat pada gambar 2.1 berikut. Gambar 1.2 Hubungan antara RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional RTRWN RPJPN RPJMN RENSTRA K/L RKP RENJA K/L Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Timur RTRWP RPJPD Prov. RPJMD Prov. RENSTRA SKPD-Prov. RKPD Prov. RENJA SKPD-Prov. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Berau RTRW K/K RPJPD K/K RPJMD K/K RENSTRA SKPD-K/K RKPD K/K RENJA SKPD-K/K Dokumen RPJMD Kabupaten Berau Tahun dibuat dengan memedomani RPJMN Tahun , RPJMD Provinsi Kalimantan Timur Tahun dan RPJPD Kabupaten Berau Tahun Selain itu, RPJMD Kabupaten Berau Tahun juga harus mengacu pada dokumen RTRW Nasional Tahun dan RTRW Provinsi Kalimantan Timur sebagaimana ditunjukan pada gambar di atas Sistematika Penulisan Sistematika utama penulisan RPJMD Kabupaten Berau Tahun merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, dengan struktur sebagai berikut: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Hukum Penyusunan 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Hubungan Antar Dokumen 1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan I - 6

25 BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.3 Aspek Pelayanan Umum 2.4 Aspek Daya Saing Daerah BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan 3.1 Kinerja Masa Lalu 3.2 Kerangka Pendanaan BAB IV Analisis Isu-Isu Strategis 4.1 Permasalahan Pembangunan 4.2 Isu Strategis BAB V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran 5.1 Visi 5.2 Misi 5.3 Tujuan dan Sasaran BAB VI Strategi dan Arah Kebijakan 6.1 Strategi 6.2 Arah Kebijakan Bab VII Bab VIII Bab IX Bab X Program Pembangunan Daerah Indikasi Rencana Program Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Penetapan Indikator Kinerja Daerah Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan 10.1 Pedoman Transisi 10.2 Kaidah Pelaksanaan 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan RPJMD Kabupaten Berau dimaksudkan untuk memberikan arahan kebijakan pembangunan bagi seluruh pemangku kepentingan tentang kesepahaman, kesepakatan dan komitmen bersama guna mewujudkan visi dan misi Pemerintahan Kabupaten Berau secara berkesinambungan. Bab I Pendahuluan I - 7

26 Adapun maksud dan tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Berau Tahun adalah: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis perkembangan hasil pembangunan dan potensi sumber daya daerah; 2. Menjabarkan visi, misi dan program Bupati kedalam Rencana pembangunan daerah jangka menengah; 3. Memberikan fondasi yang baik bagi pengendalian dan evaluasi kinerja di masa mendatang; 4. Sebagai tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih periode ; 5. Sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan ( stakeholder) dalam melaksanakan pembangunan di Kabupaten Berau; 6. Sebagai pedoman penyusunan Renstra Perangkat Daerah dalam jangka menengah dan RKPD setiap tahun; dan 7. Menjadi pedoman DPRD dalam melaksanakan fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi anggaran dalam rangka mengendalikan penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan daerah. Bab I Pendahuluan I - 8

27 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Kabupaten Berau merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki keanekaragaman hayati dan potensi sumber daya alam yang cukup tinggi. Berbagai potensi sumber daya alam baik yang terbaharukan maupun tak terbaharukan menjadikan Kabupaten Berau menjadi salah satu pendukung utama pencapaian beberapa target penting pembangunan Provinsi Kalimantan Timur. Dengan lokasi yang berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Utara, Kabupaten Berau memiliki peran strategis di bidang distribusi dan arus barang maupun jasa. Akses yang lebih dekat dengan ibukota Provinsi Kalimantan Utara melalui Kabupaten Bulungan, merupakan keuntungan tersendiri dalam pengembangan perekonomian Kabupaten Berau, jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. A. Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Berau Analisis tentang gambaran umum kondisi Kabupaten Berau terdiri dari aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan rakyat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah. Keempat aspek tersebut diturunkan menjadi fokus-fokus pembangunan daerah sebagai bagian dari capaian kinerja pembangunan daerah. Untuk memahami lebih lanjut berbagai potensi dan kinerja pembangunan selama ini, berikut gambaran umum Kabupaten Berau dari berbagai aspek Aspek Geografi dan Demografi Aspek geografi dan demografi merupakan informasi spasial dan mendasar dalam menganalisis gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Berau. Penjabaran aspek geografi dalam dokumen perencanaan pembangunan akan memberikan gambaran utuh bagaimana karakteristik wilayah Kabupaten Berau baik dalam kaitannya dengan luas dan batasan wilayah, letak geografis, topografi, hingga penggunaan lahan dalam pembangunan daerah. Selain itu, akan dilihat pula berbagai potensi pengembangan wilayah hingga identifikasi wilayah rawan bencana. Adapun, aspek demografi dalam pembangunan daerah akan memberikan ukuran, struktur, maupun distribusi/persebaran penduduk baik secara series maupun kewilayahan. Analisis aspek demografi ini menjadi penting mengingat subyek sekaligus obyek pembangunan adalah masyarakat atau penduduk, sehingga keterkaitan antara demografi dengan aspek-aspek lain akan menjadi perlu untuk diperhatikan secara seksama Karakteristik lokasi dan wilayah a. Luas dan batas wilayah administrasi Bab II Gambaran Umum Daerah II - 1

28 Kabupaten Berau berada di bagian utara Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Utara. Sampai dengan tahun 2015, wilayah administrasi Kabupaten Berau terbagi dalam 13 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 100 desa dan 10 kelurahan. Gambar 2.1 Peta Kabupaten Berau Sumber: Bappeda Kabupaten Berau, 2016 Sebelum tahun 2000, Kabupaten Berau hanya terdiri dari 8 kecamtan saja, namun kemudian terjadi penambahan kecamatan baru yaitu Kecamatan Teluk Bayur yang merupakan gabungan sebagian wilayah Kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Sambaliung dan Kecamatan Gunung Tabur. Kemudian pada tahun 2002 terjadi penambahan kecamatan lagi yaitu Kecamatan Maratua dan Kecamatan Tubaan (yang kemudian pada tahun 2002 berubah menjadi Kecamatan Tabalar). Selanjutnya pada tahun 2012 terjadi lagi penambahan dua kecamatan yaitu Kecamatan Biatan dan Kecamatan Batu Putih. Pada tahun 2012 juga terdapat perubahan yaitu dua Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) bergabung ke Desa Sukan yang wilayahnya berada di Kecamatan Sambaliung, serta terdapat penambahan satu desa di Kecamatan Talisayan yaitu desa Capuak dan dua desa di wilayah Kecamatan Segah yaitu Desa Batu Rajang dan Siduung Indah. Kabupaten Berau memiliki luas wilayah ,35 Km2 yang terdiri dari daratan ,50 Km2 dan lautan ,85 Km2 sepanjang 4 mil dari garis pantai pulau terluar. Jika dilihat dalam lingkup Provinsi Kalimantan Timur, secara administrasi pemerintahan terbagi menjadi 7 (tujuh) kabupaten (Berau, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Kutai Barat, Paser, Penajam Paser Utara, dan Mahakam Ulu) dan 3 (tiga) kota (Balikpapan, Bontang dan Samarinda). Adapun pembagian wilayah administratif Provinsi Kalimantan Timur menurut kabupaten/kota dapat dirinci sebagai berikut: Bab II Gambaran Umum Daerah II - 2

29 Data Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015 Kabupaten/Kota Luas Daratan (Ha) Jumlah Kecamatan Jumlah Desa dan Kelurahan 1. Paser Kutai Barat Mahakam Ulu Kutai Kartanegara Kutai Timur Berau Penajam Paser Utara Balikpapan Samarinda Bontang Kalimantan Timur Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bappeda Provinsi Kalimantan Timur, 2016 Kabupaten terluas di Provinsi Kalimantan Timur adalah Kabupaten Kutai Timur dengan luas sebesar Ha atau 25,06 persen dari total luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur, sedangkan Kabupaten Berau berada di urutan ketiga dengan luas daratan sebesar Ha yang terdiri dari 13 Kecamatan dan 110 Kelurahan. Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Berau adalah sebagai berikut: Wilayah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bulungan; Wilayah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur; Wilayah Timur dibatasi oleh Laut Sulawesi; dan Wilayah Barat berbatasan dengan Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Kutai Barat. b. Letak dan kondisi geografis Letak Kabupaten Berau berada tidak jauh dari Garis Khatulistiwa dengan posisi antara 116 sampai dengan 119 Bujur Timur dan 1 Lintang Utara sampai dengan 2 33' Lintang Selatan. Kabupaten Berau merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di wilayah Provinsi Kalimantan Timur bagian utara dengan potensi sumber daya alam yang tidak terbaharui cukup besar yakni berupa batu bara. Selain itu, terdapat potensi pariwisata yang cukup menjanjikan sebagai salah satu daya tarik bagi wisatawan baik asing maupun domestik. Delapan kecamatan di Kabupaten Berau memiliki wilayah pesisir yaitu Kecamatan Sambaliung, Tabalar, Biatan, Talisayan, Batu Putih, Biduk-Biduk, Pulau Derawan, dan Maratua yang secara geografis berbatasan langsung dengan lautan lepas. Khusus Kecamatan Pulau Derawan dan Maratua sudah dikenal secara internasional sebagai daerah dan tujuan wisata dimana pantai dan alam bawah lautnya memiliki panorama yang indah. Di samping itu, Kabupaten Berau juga memiliki Bab II Gambaran Umum Daerah II - 3

30 31 pulau kecil dan wilayah laut yang cukup luas dengan keanekaragaman sumber daya hayati yang tinggi. c. Topografi Topografi Kabupaten Berau bervariasi berdasarkan bentuk relief, kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut. Wilayah daratan Kabupaten Berau lebih banyak berbentuk gugusan bukit yang sebagian besar tidak dihuni oleh penduduk sehingga rata-rata kecamatan memiliki wilayah yang luas dengan kepadatan penduduk yang minim. Wilayah daratan tidak lepas dari perbukitan yang terdapat hampir di seluruh wilayah, terutama Kecamatan Kelay yang membentang perbukitan batu kapur hampir mencapai 100 Km. Selanjutnya di Kecamatan Talisayan terdapat perbukitan dengan bukit tertinggi dikenal dengan nama Bukit Padai. Sedangkan Kabupaten Berau memiliki tujuh buah danau yang secara total memiliki luas kurang lebih 15 Ha. d. Hidrologi Di Kabupaten Berau terdapat enam kecamatan yang dialiri oleh sungai dimana jumlah sungai secara total mencapai 20 aliran sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Berau yang berada di Kecamatan Gunung Tabur dengan panjang mencapai 292 km dan Sungai Kelay di Kecamatan Kelay sepanjang 254 km. e. Geologi Kabupaten Berau terdapat kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat. Karst, mempunyai pengertian sebagai suatu kawasan yang memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas, disebabkan oleh derajat pelarutan batu-batuan yang intensif, terutama batuan gamping dan dolomit. Ekosistem karst memiliki keunikan, baik secara fisik yang ditandai dengan perbukitan, lembahlembah terjal, gua dan sungai bawah tanah, maupun secara keanekaragaman hayati. Uniknya ekosistem tersebut membuat karst berpotensi terutama sebagai pemasok ketersediaan air tanah/air bersih, yang dengan perkembangannya kini sebagian besar kawasan karst telah menjadi lokasi wisata alam, budaya dan ilmiah, serta tak luput dari ancaman kelestarian kawasan mencakup penambangan marmer, semen, maupun penggalian batu kapur. Indonesia sendiri sangat kaya akan kawasan karst, dengan luas sekitar 15,4 juta hektar dan tersebar di seluruh Nusantara dengan perkiraan umur mulai 470 juta tahun sampai yang terbaru sekitar tahun. Sedangkan di Provinsi Kalimantan Timur kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat hanya terdapat di Kabupaten Berau dan Kutai Timur dengan total luas ha atau seluas 12 persen dari total luas karst di Indonesia. Kawasan Karst ini memiliki peran penting dalam siklus hidrologi yaitu berdasarkan pendekatan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur, kawasan tersebut merupakan hulu dari 5 sungai utama di Berau dan Kutai Timur (Dumaring, Tabalar, Menubar, Karangan dan Bengalun) dan merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat di 100 desa. Kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan ( nonrenewable), yang jika rusak tidak dapat dipulihkan ( unretrievable) Bab II Gambaran Umum Daerah II - 4

31 dan kawasan yang sangat peka untuk segala bentuk perubahan lingkungan. Keanekaan hayati maupun nirhayati kawasan karst merupakan unsur penting penyusun keanekaan bumi ( geodiversity). Tiga aspek utama kawasan karst yang bernilai ilmiah, ekonomi, dan kemanusiaan, merupakan sendisendi strategis begitu penting sehingga pada 1997 International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengukuhkan karst sebagai kawasan yang lingkungannya harus dilestarikan. Selain itu, saat ini kawasan karst juga diakui turut memainkan peran penting dalam siklus karbon dunia. Gambar 2.2 Peta Sebaran Karst di Kab. Berau dan Kutai Timur Sumber: Lampiran I Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 67 Tahun 2012 Kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat di Berau mempunyai keunikan sendiri karena selain dihiasi perbukitan hijau, dinding-dinding terjal dan gua bawah tanah yang eksotis, membentang indah dan meraksasa dari Kabupaten Berau hingga Kabupaten Kutai Timur juga pada dinding-dinding guanya terdapat jejak kehidupan manusia purba berupa lukisan tangan dan lukisan berbagai jenis binatang, yang diperkirakan sudah berusia sekitar tahun Sebelum Masehi. Berdasarkan hasil penelitian, diperkirakan penyebaran rumpun manusia purba Austronesia berawal di pegunungan karst Sangkulirang, yang artinya disinilah titik awal masuknya manusia purba ke wilayah Nusantara. Selain memiliki keindahan dan keunikan alam, karst Sangkulirang-Mangkalihat Bab II Gambaran Umum Daerah II - 5

32 juga menyimpan potensi sumber daya alam bernilai ekonomis, berupa sarang burung Rating, potensi wisata alam, hasil hutan kayu maupun non kayu, serta batuan mineral. Keanekaragaman hayatinya pun melimpah, diantaranya menjadi salah satu habitat penting orang utan dan beberapa fauna lain, selain menjadi kawasan berpotensi penyerapan karbon yang cukup tinggi. Oleh karena itu bentang alam, karst raksasa Sangkulirang-Mangkalihat bukan tidak mungkin ke depan akan menjadi warisan dunia satu-satunya di Kalimantan untuk warisan alam dan budaya serta masuk dalam daftar warisan dunia UNESCO. Peluang ini harus dimanfaatkan karena lonjakan kunjungan wisata yang akan terjadi dengan mengembangkan kegiatan non ektraktif seperti ekowisata di daerah karst Sangkulirang Mangkalihat. f. Klimatologi Suhu udara pada suatu tempat di daerah antara lain ditentukan oleh ketinggian tempat terhadap permukaan laut. DI Kabupaten Berau, pengamatan iklim dilakukan oleh BMKG Kabupaten Berau yang beroperasi di Stasiun Meteorologi Tanjung Redeb). Secara umum, Kabupaten Berau beriklim tropis dengan suhu udara pada tahun 2015 berkisar dari 20,4ºC sampai dengan 37,0ºC. Sedangkan suhu udara rata-rata terendah adalah 26,0ºC dan rata-rata tertinggi adalah 28,0 ºC. Udara di Kabupaten Berau tergolong cukup lembab dimana kelembaban udara mencapai 91 persen pada bulan januari dan paling minim hanya berkisar 78 persen pada bulan agustus Sedangkan pada kecepatan angina, di Kabupaten Berau hanya berkisar pada 4-5 knot saja dengan tekanan udara mencapai 1.013,8 mb pada bulan maret. Bulan Tabel 2.1 Statistik Klimatologi Kabupaten Berau, 2015 Rata-rata Rata-rata Tekanan Kecepatan Suhu Kelembaban Udara Angin Udara Udara Penyinaran Matahari Curah Hujan Januari 26, ,9 4 23,8 350,4 Februari 26, ,2 4 34,0 83,7 Maret 26, ,8 4 41,2 229,4 April 27, ,1 4 74,8 119,7 Mei 27, ,2 4 64,5 140,6 Juni 26, ,6 4 57,3 128,4 Juli 27, ,3 5 74,3 27,0 Agustus 27, ,8 5 72,0 72,4 September 28, ,6 4 28,0 138,0 Oktober 27, ,2 4 34,0 190,7 November 26, ,9 4 50,0 178,2 Desember 27, ,0 4 56,0 164,8 Sumber: BMKG Kabupaten Berau, 2016 Bab II Gambaran Umum Daerah II - 6

33 Penyinaran matahari yang minim menyebabkan kelembaban meningkat, hal ini terlihat pada rendahnya penyinaran matahari yang mencapai 23,8 persen saja pada bulan januari dan mencapai 74,8 persen pada bulan april. Curah hujan yang tinggi pada bulan januari juga menyebabkan kelembaban yang tinggi pula dimana pada bulan tersebut curah hujan mencapai 350,4 mm 3. g. Penggunaan lahan Potensi penggunaan lahan di Kabupaten Berau cukup direncanakan dengan matang dimana jumlah kawasan lindung seluas ,80 ha dan kawasan budidaya seluas ,05 ha sesuai dengan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau tahun Berikut rencana pengembangan penggunaan lahan secara keseluruhan dari Kabupaten Berau: Tabel 2.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten Berau No Pola Ruang Luas (ha) A Kawasan Lindung 1 Hutan Lindung ,97 2 Kawasan Konservasi Pesisir 106,47 3 Kawasan Lindung Geologi (karst) ,74 4 Mangrove 344,93 5 Sungai ,86 6 Suaka Margalaut 35,87 7 Taman Wisata Alam Laut 21,26 Jumlah Kawasan Lindung ,80 B Kawasan Budidaya 1 Hutan Produksi ,77 2 Hutan Produksi Terbatas ,41 3 Kawasan Pertanian ,28 4 Perkebunan ,48 5 Kawasan Budidaya Laut 6.360,71 6 Pemukiman Perkotaan ,64 7 Pemukiman Perdesaan ,70 8 Kawasan Industri ,24 9 Kawasan Pertambangan ,99 10 Kawasan Pariwisata ,21 11 Zona Pariwisata Kepulauan 705,32 Jumlah Kawasan Budidaya ,05 Bab II Gambaran Umum Daerah II - 7

34 No Pola Ruang Luas (ha) Luas Kabupaten Berau Luas Kabupaten Berau + Perairan Laut Sumber: Hasil RTRW Kabupaten Berau Tahun Potensi Pengembangan Wilayah Dalam penataan tata ruang terkait sistem pusat kegiatan, Kabupaten Berau membagi menjadi tiga sistem yakni Pusat Kegiatan Wilayah yang terletak di perkotaan Tanjung Redeb; Pusat Kegiatan Lokal yang meliputi tujuh perkotaan; dan Pusat Pelayanan Kawasan yang meliputi 15 perkotaan. Selain itu, terdapat juga sistem perdesaan yang disebut Pusat Pelayanan Lingkungan sebanyak 77 perdesaan yang tersebar merata di seluruh wilayah Kabupaten Berau. Kabupaten Berau memiliki kawasan-kawasan strategis yang merupakan kawasan prioritas karena memiliki pengaruh yang besar dan penting dalam lingkup nasional maupun regional daerah baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun lingkungan. Kawasan strategis di Kabupaten Berau dibagi menjadi tiga kawasan yakni: 1. Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang meliputi pulau -pulau kecil terluar di Provinsi Kalimantan Timur yang meliputi Pulau Sebatik, Gosong Makasar, Pulau Maratua, dan Pulau Sambit. 2. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) berupa kawasan pesisir dan Laut Kepulauan Derawan. 3. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) yang meliputi: a. Kawasan strategus untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang meliputi kawasan Heart Of Borneo (HOB), pesisir dan laut kepulauan Derawan, pesisir dan laut kepulauan Maratua, konservasi laut Pulau Semama dan Sangalaki, hutan lindung Lesan, taman-taman/obyek wisata alam, dan kawasan karst; b. Kawasan strategis untuk kepentingan social ekonomi yang meliputi kawasan KTM Labanan, konsesi pertambangan batubara, pusat industri perkebunan, dan kawasan industri Mangkajang; c. Kawasan strategis untuk pendayagunaan sumber daya alam yang meliputi Pulau Kakaban, pesisir dan kepulauan Blambangan dan Sambit, pesisir dan kepulauan Bilang- Bilang dan Pulau Mataha, dan pesisir dan kepulauan Manimbora dan Balikukup; serta d. Kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan keamanan di Kabupaten Berau berupa banda udara HANKAM di Pulau Maratua. Prioritas pembangunan di Kabupaten Berau diletakkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di bidang agrobisnis dan pariwisata. Pembangunan bidang lainnya dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan potensi dan permasalahan khusus yang ada di Kabupaten Bab II Gambaran Umum Daerah II - 8

35 Berau. Terkait pariwisata, berdasarkan RTRW Kabupaten Berau tahun 2012, pengembangan pariwisata melalui perwujudan kawasan pariwisata dilakukan dengan: Pengembangan penyediaan fasilitas pariwisata Pengembangan promosi pariwisata Pengembangan pusat-pusat oleh-oleh khas daerah Pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat di sekitar obyek pariwisata Pengembangan kapasitas kelembagaan pariwisata Wisata yang dikembangkan meliputi wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan/binaan manusia. Masing-masing wisata yang dikembangkan beserta lokasinya sebagai berikut: 1) Pengembangan Wisata Alam a) Pengembangan Wisata Bahari Kecamatan Pulau Derawan; Kecamatan Maratua; Kecamatan Biduk-Biduk; Kecamatan Batuputih, dan Kecamatan Talisayan. b) Pengembangan Wisata Sejarah Kecamatan Gunung Tabur; Kecamatan Sambaliung; Kecamatan Tanjung Redeb; dan Kecamatan Teluk Bayur c) Pengembangan Wisata Alam/Ekowisata Kecamatan Kelay; dan Kecamatan Segah 2) Pengembangan Wisata Budaya a) Wisata Budaya Banua Kecamatan Gunung Tabur; dan Kecamatan Sambaliung. b) Wisata Budaya Dayak Kecamatan Kelay; dan Kecamatan Segah c) Wisata Budaya Bajau Kecamatan Derawan; dan Kecamatan Maratua. 3) Pengembangan Wisata Buatan/Binaan Manusia Bab II Gambaran Umum Daerah II - 9

36 a) Wisata buatan/ binaan Tangab, dan Danau Tumbit di Kecamatan Teluk Bayur b) Wisata buatan/ binaan Bendungan Merancang, Sungai Ulak di Kecamatan Gunung Tabur c) Wisata buatan/ binaan Air panas Biatan, di Kecamatan Biatan d) Wisata buatan/ binaan Makam Raja Alam, di Kecamatan Batu Putih; dan e) Wisata buatan/ binaan Arung jeram, di Kecamatan Kelay dan Segah Wilayah Rawan Bencana Bencana baik alam maupun bencana lainnya merupakan suatu kejadian yang meningkatkan rasa cemas dan kekhawatiran dan diiringi oleh kerugian materiil maupun moral/psikologis. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan daerah harus memberikan gambaran terkait statistik bencana yang akan menjadi bahan dalam merumuskan program penanggulangan bencana pada periode pembangunan saat ini. Selama tahun 2015 di bulan Januari s.d. Oktober, bencana yang paling seirng terjadi adalah kebakaran lahan maupun tempat lain seperti kantor, rumah, maupun mobil. Berikut rincian laporan kejadian bencana di seluruh wilayah Kabupaten Berau. No 1 Januari Tabel 2.3 Laporan Kejadian Bencana di Kabupaten Berau, Tahun 2015 (Januari-Oktober 2015) Waktu Kejadian 2 Februari 3 Maret 4 April Kejadian Langkah yang Dilakukan Keterangan Kebakaran Mobil Melakukan pemadaman Membawa 20 jerigen bensin terbakar Konsleting listrik Kebakaran Melakukan pemadaman akibat rice cooker yang Permukiman ditinggal Banjir Melakukan bantuan Pasang surut air sungai penyebrangan warga Kelai Kebakaran Mobil Melakukan pemadaman Konsleting Tanah Longsor yang Membangun jembatan Kurang kuatnya menyebabkan darurat pondasi jembatan jembatan ambruk Banjir Kebakaran Rumah Meninjau dan mendata permukiman masyarakat yang terkena banjir BPBD Kab. Berau dan Personil DAMKAR melakukan pemadaman Saluran induk tidak berfungsi Api berasal dari rumah kontrakan yang tidak berpenghuni disebabkan karena terjadinya arus pendek 5 Mei BPBD Kab. Berau menurunkan 4 unit Kebakaran 1 unit 6 Juni mobil pemadam Konsleting listrik bangunan rumah kebakaran dan seluruh anggota DAMKAR Bab II Gambaran Umum Daerah II - 10

37 No 7 Juli 8 Agustus Waktu Kejadian Kejadian Korban tenggelam Kebakaran 1 unit bangunan rumah Angin beliung puting Kebakaran 1 unit bangunan rumah kayu Kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan untuk kebutuhan sehari-hari dan lahan pertanian warga Penyelam WNA hilang Kebakaran Lahan (16 Ags) Kebakaran Lahan (17 Ags) Langkah yang Dilakukan BPBD Kab. Berau dibantu Rescue PT. Berau Coal melakukan pencarian selama 42 jam BPBD Kab. Berau dan personil DAMKAR melakukan pemadaman selama 2 jam dan menurunkan 3 unit mobil pemadam kebakaran BPBD Kab. Berau melakukan pendataan dan peninjauan ke lokasi bencana BPBD Kab. Berau dan personil DAMKAR sebanyak 9 dan menurunkan 3 unit mobil pemadam kebakaran BPBD Kab. Berau dan personil DAMKAR langsung turun ke lokasi kekeringan dan langsung memberikan bantuan air yang menggunakan armada DAMKAR sebanyak 4 unit Melakukan pencarian yang terlibat dari unsur: - Pemkab. Berau - Basarnas - BPBD KALTIM - POLSEK - POLRES - TNI AL - TNI AD - POL AIRUD - TIMSAR PT. Berau Coal - PT. BMI - Pemerintah Kampung & Masyarakat Melakukan Pemadaman Melakukan Pemadaman Keterangan Diduga korban tidak bisa berenang Konsleting listrik yang disebabkan oleh sambaran petir Hujan yang terjadi menyebabkan pohon tumbang dan rumah penduduk mengalami kerusakan Pada saat kejadian pemilik rumah tidak berada ditempat, api diduga berasal dari lilin Akibat kemarau panjang warga dua desa yang ada di kab. Berau menjadi korban kekeringan lahan dan banyaknya kebutuhan air bersih bagi warga WNA hilang saat melakukan penyelaman di Kep. Sangalaki Kab. Berau (dalam pencarian 10 hari tidak menemukan tanda-tanda adanya korban) Kebakaran diakibatkan pembukaan lahan baru untuk pertanian - Akibat membakar sampah, api membesar meluas ke lahan warga Bab II Gambaran Umum Daerah II - 11

38 No Waktu Kejadian Kejadian Langkah yang Dilakukan Keterangan 9 September 10 Oktober Kebakaran Lahan (18 Ags) Kebakaran Lahan (29 Ags) Orang Tenggelam Kebakaran Lahan (7 Sep) Kebakaran Rumah Tinggal Kebakaran Pemukiman Kebakaran Lahan (21 Sep) Kebakaran kios Kebakaran Lahan (5 Okt) Kebakaran kantor KESBANGPOL Melakukan Pemadaman Melakukan Pemadaman Melakukan Pencarian Melakukan pemadaman Melakukan Pemadaman Melakukan Pemadaman Melakukan Pemadaman Melakukan pemadaman Melakukan Pemadaman Melakukan pemadaman - Pembukaan lahan baru yang mengakibatkan kebakaran lahan Pembakaran lahan oleh oknum masyarakat yang tidak bertanggung jawab Pembakaran lahan oleh masyarakat sekitar untuk membuka lahan baru Korban ditemukan keesokan harinya Kebakaran lahan gambut disebabkan unsur kesengajaan masyarakat membuka lahan, diperkirakan sekitar 4 ha Kebakaran disebabkan konsleting listrik, tidak ada korban, kerugian diperkirakan 100 juta rupiah Api berasal dari konsleting listrik, tidak ada korban, kerugian diperkirakan 200 juta rupiah Satgas Kabut Asap yang dipimpin oleh Asisten II Bidang Pembangunan melakukan pemadaman dan mengamankan 5 orang yang diduga melakukan pembakaran lahan Kios terbakar diakibatkan konsleting listrik, tidak ada korban, kerugian diperkirakan 100 juta rupiah Lahan yang terbakar 2 ha, diakibatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab Api berasal dari konsleting listrik, tidak ada korban jiwa, kerugian diperkirakan 2 milyar rupiah Bab II Gambaran Umum Daerah II - 12

39 No Waktu Kejadian Sumber: Renstra BPBD Kejadian Kebakaran Rumah Tinggal Langkah yang Dilakukan Melakukan pemadaman Keterangan Pemilik rumah meninggal karena serangan jantung setelah kaget mengetahui rumahnya terbakar, kerugian diperkirakan 80 juta rupiah, penyebab kejadian masih diselidiki oleh pihak kepolisian Demografi Perkembangan penduduk merupakan salah satu dari karakteristik demografi yaitu dari proses kelahiran, kematian, dan pindah (migrasi) penduduk. Pada tahun 2015, jumlah penduduk Kabupaten Berau mencapai jiwa yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,80 persen jika dibandingkan dengan pada tahun sebelumnya yang sebesar jiwa. Kecamatan Tanjung Redeb merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi, dimana hal ini dapat dimaklumi mengingat Kecamatan Tanjung Redeb merupakan ibukota dari Kabupaten Berau dengan pusat-pusat pemerintahan dan perekonomian tentunya berada di kecamatan ini. Tabel 2.4 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabutapten Berau Tahun 2015 Kepadatan Penduduk Kecamatan Penduduk per Km2 Kelay 2,37 0,84 Talisayan 5,53 6,71 Tabalar 2,66 2,45 Biduk-Biduk 2,68 1,94 Pulau Derawan 4,72 2,67 Maratua 1,63 0,86 Sambaliung 13,20 11,97 Tanjung Redeb 35, ,37 Gunung Tabur 8,36 9,17 Segah 4,77 2,01 Teluk Bayur 11,97 148,80 Batu Putih 3,75 4,95 Biatan 2,81 4,27 Total 100 6,39 Sumber: Daerah Dalam Angka Kabupaten Berau, 2016 Bab II Gambaran Umum Daerah II - 13

40 Gambar 2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Berau, Tahun Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Berau, Tahun Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Bab II Gambaran Umum Daerah II - 14

41 Gambar 2.4 Pola Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Berau Tahun , ,99 4,25 3, , Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Berau tergolong cukup fluktuatif naik turun selama 13 tahun terakhir. Pertumbuhan penduduk terkecil berada pada kisaran 1,06 persen yang terjadi pada tahun 2012 dan paling tinggi sebesar 7,51 persen yang terjadi pada tahun Selama periode 2006 sampai dengan 2015, pertumbuhan penduduk Kabupaten Berau berkisar di bawah angka 5 persen, terkecuali pada tahun 2011 yang mencapai 7,11 persen. Pada tahun 2015 sendiri, pertumbuhan penduduk menurun dari tahun sebelumnya yakni sebesar 3,80 persen dimana tahun sebelumnya mencapai 4,25 persen. Karakteristik jenis kelamin penduduk Kabupaten Berau dapat dilihat dari angka ra s i o jenis kelamin ( sex ratio) yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki diantara seratus penduduk perempuan. Jika dilihat perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, Kabupaten Berau memiliki penduduk laki-laki yang lebih banyak dibanding penduduk perempuan. Hal tersebut juga terjadi di setiap kecamatan di Kabupaten Berau dimana angka rasio jenis kelamin mencapai lebih dari 100. Rasio jenis kelamin Kabupaten Berau pada tahun 2015 adalah sebesar 113,48 yang berarti terdapat orang laki-laki diantara 100 orang perempuan. Kecamatan yang memiliki rasio jenis kelamin terbesar adalah kecamatan Segah yang mencapai 127,32, sedangkan Kecamatan Biduk- Biduk memiliki jumlah rasio jenis kelamin yang relatif paling kecil jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu sebesar 105,20. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 15

42 No. Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Berau, Tahun 2015 Kecamatan Laki-laki Penduduk (Jiwa) Perempuan Jumlah Penduduk Rasio Jenis Kelamin 1 Kelay ,69 2 Talisayan ,66 3 Tabalar ,22 4 Biduk-Biduk ,20 5 Pulau Derawan ,56 6 Maratua ,69 7 Sambaliung ,63 8 Tanjung Redeb ,03 9 Gunung Tabur ,84 10 Segah ,32 11 Teluk Bayur ,54 12 Batu Putih ,97 13 Biatan ,55 Total ,48 Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Tingkat kepadatan penduduk antar kecamatan di Kabupaten Berau memiliki ketimpangan yang sangat tinggi. Ketimpangan kepadatan penduduk ini terjadi dikarenakan distribusi penduduk yang tidak merata antar kecamatan dimana pada daerah pedalaman/terpencil pasti hanya memiliki jumlah penduduk yang sedikit jika dibandingkan wilayah yang lebih maju padahal daerah pedalaman/terpencil tersebut memiliki luas wilayah yang jauh lebih besar daripada wilayah maju tersebut. Ibukota Kabupaten Berau ( Kecamatan Tanjung Redeb) memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi yakni mencapai 3.266,37 jiwa per km 2 pada tahun Hal ini berarti bahwa dalam wilayah seluas 1 km 2 dihuni oleh kurang lebih jiwa. Sebaliknya, wilayah yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Kelay dan Kecamatan Maratua dengan kepadatan penduduk tidak mencapai satu yakni hanya sebesar 0,84 jiwa per km 2 (Kecamatan Kelay) dan 0,86 Jiwa per km 2 (Kecamatan Maratua). Bab II Gambaran Umum Daerah II - 16

43 Tabel 2.6 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Berau, Tahun 2015 No. Kecamatan Rumah Tangga Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) 1 Kelay ,84 2 Talisayan ,71 3 Tabalar ,45 4 Biduk-Biduk ,94 5 Pulau Derawan ,67 6 Maratua ,86 7 Sambaliung ,97 8 Tanjung Redeb ,37 9 Gunung Tabur ,17 10 Segah ,01 11 Teluk Bayur ,80 12 Batu Putih ,95 13 Biatan ,27 Total ,39 Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek kesejahteraan masyarakat memberikan gambaran dan hasil analisis terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat, mencakup fokus kesejahteraan dan pemerataan perekonomian, kesejahteraan masyarakat, serta seni budaya dan olahraga Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Indikator yang umum dipakai untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah yang bersangkutan. Kabupaten Berau merupakan daerah yang memiliki ketergantungan sumber daya alam tak terbaharui cukup tinggi sehingga analisis pada PDRB baik secara total (dengan migas+batubara) maupun partial tanpa adanya migas maupun batubara (non migas dan non migas+batu bara) akan memberikan gambaran lebih proporsional jika dihubungkan dengan analisis mikro kesejahteraan masyarakat. a. Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator keberhasilan Bab II Gambaran Umum Daerah II - 17

44 pembangunan dan tingkat kesejahteraan masyarakat dari sisi makro ekonomi. PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto yang timbul akibat adanya berbagai kegiatan ekonomi atau proses produksi yang tercipta di suatu daerah atau region dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki daerah tersebut atau bukan. Gambar 2.5 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Berau, , , , , , , , , , , , ,00 0, Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Nilai tambah produksi yang dihasilkan di Kabupaten Berau terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Capaian tersebut menjadikan nilai PDRB pada tahun 2015 merupakan nilai yang tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Berau pada tahun 2015 mencapai ,47 milyar rupiah, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai ,69 milyar rupiah. Pada tahun 2015, Sektor Pertambangan dan Penggalian masih menjadi sektor andalan di Kabupaten Berau, walaupun nilai tambah sektor ini sedikit mengalami penurunan. Andil sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Kabupaten Berau merupakan yang terbesar dalam struktur perekonomian daerah yaitu mencapai 61,09 persen. Sedangkan penyumbang kue perekonomian terbesar kedua adalah sektor pertanian yang mencapai 11,00 persen dan ketiga adalah sektor transportasi dan pergudangan yang mencapai 5,83 persen. Selain itu, sektor yang paling sedikit berkontribusi dalam pembentukan perekonomian Kabupaten Berau adalah sektor pengadaan listrik dan gas yaitu 0,02 persen serta sektor pengadaan air sebesar 0,04 persen; sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 18

45 Tabel 2.7 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Berau (Persen) Tahun Lapangan Usaha A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10,23 11,00 B Pertambangan dan Penggalian 63,13 61,09 C Industri Pengolahan 3,78 3,87 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,02 0,02 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,04 0,04 F Konstruksi 4,73 4,94 G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,94 4,94 H Transportasi dan Pergudangan 5,42 5,83 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,95 1,06 J Informasi dan Komunikasi 0,77 0,82 K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,51 0,54 L Real Estate 0,91 0,95 M,N Jasa Perusahaan 0,10 0,10 O Adiministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,20 1,30 P Jasa Pendidikan 2,06 2,19 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,67 0,75 R,S,T,U Jasa Lainnya 0,53 0,56 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau menunjukkan trend menurun dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 mencapai 21,75 persen, menurun menjadi 15,47 persen pada tahun 2012 dan kembali menurun signifikan di tahun 2015 menjadi 5,07 persen. Meski mengalami perlambatan, namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Berau ini berada jauh di atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur yang mengalami pertumbuhan ekonomi -1,28 persen. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 19

46 25,00 Gambar 2.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Berau (Persen) Tahun ,00 21,75 15,00 15,47 10,00 10,38 9,88 5,00 5,07 0, Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Adapun laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha yang tertinggi selama setahun terakhir ditempati oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan kisaran pertumbuhan sebesar 10,36 persen serta sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 9,77 persen., sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Berau, Tahun Lapangan Usaha A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,28 11,51 10,36 B Pertambangan dan Penggalian 13,91 8,69 4,88 C Industri Pengolahan -12,43-1,49 3,67 D Pengadaan Listrik dan Gas 4,62 8,59 5,57 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3,83 5,23-1,23 F Konstruksi 21,40 60,06 1,18 G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,68 2,52 4,98 H Transportasi dan Pergudangan 8,02 11,20 3,21 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 12,42 3,04 5,21 J Informasi dan Komunikasi 5,56 6,64 6,97 K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,54 1,36 0,65 L Real Estate 9,27 6,45 3,53 Bab II Gambaran Umum Daerah II - 20

47 M,N Jasa Perusahaan 7,23 5,80 2,18 O Adiministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,28 9,00 5,76 P Jasa Pendidikan 9,44 8,57 4,10 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,66 9,14 9,77 R,S,T,U Jasa Lainnya 5,49 4,81 5,23 Produk Domestik Regional Bruto 10,38 9,88 5,07 Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Jika dilihat berdasarkan wilayah Kabupaten/Kota se-kalimantan Timur, Kabupaten Berau memiliki pertumbuhan ekonomi paling tinggi yakni mencapai 5,07 pada tahun Hal ini menunjukkan kemandirian yang cukup baik di wilayah regional Berau mengingat secara umum laju pertumbuhan ekonomi provinsi mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Berikut pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur pada periode lima tahun terakhir. Tabel 2.9 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur Tahun (%) Kabupaten/Kota Paser 8,30 6,05 6,81 4,51-0,97 2. Kutai Barat 18,53 18,99 2,84 1,48-1,42 3. Kutai Kartanegara 1,52 5,49 0,04-1,53-7,64 4. Kutai Timur 17,58 11,54 4,10 3,55 1,33 5. Berau 21,75 15,47 10,38 9,88 5,07 6. Penajam Pasir Utara 18,53 5,85 7,46 4,37 0,18 7. Balikpapan 4,60 5,57 3,60 4,66 1,31 8. Samarinda 15,71 0,50 4,93 5,32 0,01 9. Bontang -7,42-9,18-5,72-3,23 3, Mahakam Ulu 7,13 10,06 0,60 4,77 3,18 Kalimantan Timur 21,75 15,47 10,38 9,88 5,07 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2016 b. Indeks Gini Pembangunan daerah di segala bidang merupakan proses menuju tercapainya kesejahteraan masyarakat dalam setiap aspek kehidupan. Namun seringkali hasil dari pembangunan tidak Bab II Gambaran Umum Daerah II - 21

48 sepenuhnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga kesenjangan penghidupan antarindividu semakin terasa. Meskipun secara makro terlihat hasil positif pembangunan daerah, namun jika ditelaah secara mikro masih terdapat masyarakat rentan memiliki masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, hingga kesehatan dan pendidikan. Kerentanan tersebut diakibatkan tidak meratanya kesejahteraan masyarakat sebagai hasil dari kurang optimalnya pelaksanaan pembangunan daerah. Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk melihat kesenjangan pendapatan penduduk dalam suatu wilayah adalah rasio gini dengan menganalisis nilai dengan interpretasi semakin mendekati nilai 1 maka semakin tidak merata pendapatan penduduk suatu wilayah. Kabupaten Berau memiliki gini ratio yang cukup tinggi, seperti yang terlihat pada gambar di bawah yakni 0,3204 dan angka ini menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,3305 sehingga dapat dikatakan tingkat ketimpangan pendapatan penduduk Kabupaten Berau termasuk dalam kategori sedang yang berarti bahwa tingkat pemerataan sedang, karena terletak diantara nilai 0,3 dan 0,4 atau dibawah angka 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran antar kelompok pendapatan tergolong sedang. Gambar 2.7 Gini Ratio Kabupaten Berau, Tahun ,3350 0,3300 0,3305 0,3250 0,3200 0,3190 0,3204 0,3150 0,3100 0,3050 0,3076 0,3000 0, Sumber: BPS Kabupaten Berau, 2015 c. Angka Kemiskinan Angka kemiskinan suatu wilayah akan menjadi salah satu indikator penting dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Tingkat kemiskinan disini merupakan persentase penduduk yang memiliki pengeluaran baik makanan maupun non makanan di bawah garis kemiskinan. Selama lima tahun terakhir yakni tahun , secara absolut jumlah penduduk miskin di Kabupaten Berau tidak jauh berbeda, namun secara persentase mengalami Bab II Gambaran Umum Daerah II - 22

49 penurunan. Hal ini karena disamping jumlah penduduk miskin yang berkurang, jumlah penduduk sebagai pembagi juga mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2014, tingkat kemiskinan di Kabupaten Berau mencapai 4,75 persen yang turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,84 persen. Tingkat kemiskinan yang menurun dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.8 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Berau, Tahun ,00 6,50 6,60 6,00 5,50 5,00 5,46 5,25 4,50 4,84 4,75 4,00 3,50 3, Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015 d. PDRB per Kapita PDRB merupakan suatu gambaran perekonomian makro suatu wilayah yang identik dengan peningkatan pembangunan perekonomian. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, dapat dilihat secara makro berdasarkan PDRB per kapita yaitu gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh penduduk secara makro sehingga untuk analisis lebih lanjut diperlukan analisis ketimpangan pendapatan. Meskipun ukuran ini memiliki kelemahan karena perlakuan yang dibagi rata tersebut, namun setidak-tidaknya dapat memberikan gambaran awal perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro. Secara umum, terjadi peningkatan angka PDRB per Kapita di Kabupaten Berau pada lima tahun terakhir. Namun, pada tahun 2015 ini mengalami penurunan meskipun tidak signifikan yakni menjadi sebesar 139,53 juta rupiah dari tahun sebelumnya yang mencapai 141,60 juta rupiah. Puncak tertinggi PDRB per Kapita memang terjadi pada tahun 2014 dan dikarenakan gejolak perekonomian Kalimantan Timur maupun global yang terjadi pada level nasional internasional maka secara tidak langsung perekonomian daerah juga mengalami sedikit fluktuasi negatif. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 23

50 Gambar 2.9 PDRB per Kapita Kabupaten Berau, Tahun ,00 140,00 139,13 141,60 139,53 130,00 128,43 120,00 110,00 100,00 107,45 90,00 80, Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2016 e. Laju Inflasi Inflasi merupakan suatu proses menurunnya nilai mata uang disertai dengan peningkatan harga barang secara umum dan terus-menerus ( continue). Inflasi merupakan proses dari suatu peristiwa dan bukan tergantung tinggi-rendahnya tingkat harga. Dalam aplikasinya, inflasi dapat menjadi indikator langsung untuk melihat tingkat perubahan atau proses kenaikan/penurunan harga yang berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi. Berkaitan dengan mekanisme pasar, inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, hingga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Laju inflasi yang cukup fluktuatif dan tergolong tinggi dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten Berau dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.10 Laju Inflasi Kabupaten Berau, Tahun ,66 4,89 3, (proyeksi) Bab II Gambaran Umum Daerah II - 24

51 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2016 Laju inflasi di Kabupaten Berau cukup fluktuatif dari tahun ke tahun dimana paling tinggi berada pada tahun 2014 (7,66%) dan paling rendah berada pada tahun 2015 yakni sebesar 4,89 persen. Jika dilihat secara agregrat, laju inflasi di Kabupaten Berau masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi nasional yang hanya berkisar 3,35 persen. f. Angka Kriminalitas yang Tertangani Kriminalitas merupakan salah satu penghambat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam menciptakan rasa aman, damai, dan tentram dalam kehidupan sehari-hari. Masih cukup tingginya kejadian tindak kriminalitas di Kabupaten Berau haruslah memberi suatu pemicu bagi aparat penegak hukum maupun pemerintah daerah untuk terus melakukan berbagai upaya pencegahan dan antisipasi berbagai kasus kriminalitas yang sering terjadi. Penyelesaian kasus kriminalitas di Kabupaten Berau cukup baik dimana terdapat beberapa kasus di kecamatan yang 100 persen telah diselesaikan meskipun pada tahun 2015 masih terdapat kecamatan yang hanya 71 persen saja penyelesaian tindak pidananya. Tabel 2.10 Penyelesaian Tindak Pidana Menurut Kecamatan Kabupaten Berau, Tahun 2015 No. Kecamatan Kelay Talisayan Tabalar Biduk-Biduk Pulau Derawan Maratua Sambaliung Tanjung Redeb Gunung Tabur Segah Teluk Bayur Batu Putih Biatan Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Bab II Gambaran Umum Daerah II - 25

52 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Masyarakat Fokus kesejahteraan masyarakat menguraikan gambaran umum bidang pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Fokus ini akan melihat sejauh mana kesejahteraan masyarakat Kabupaten Berau selama ini. a. Indeks Pembangunan Manusia Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik secara vertikal (menyeluruh di semua lapisan masyarakat dan horizontal (kehidupan lebih baik dari segala bidang). Pembangunan suatu daerah sendiri akan tercapai apabila setiap orang memperoleh peluang seluas-luasnya untuk hidup sehat, berpendidikan dan berketerampilan serta mampu mencukupi kebutuhan baik primer, sekunder maupun tersier. Untuk melihat keberhasilan pembangunan manusia salah satunya dilakukan dengan menggunakan IPM sebagai indeks komposit yang dapat diperbandingkan di seluruh wilayah Indonesia. Indeks pembangunan manusia atau Human Development Index (HDI) yang diperkenalkan oleh United Nations Development Programes (UNDP) sejak tahun 1990 adalah sebuah indeks komposit untuk mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara/wilayah dalam bidang pembangunan manusia. Dengan IPM, kita bisa melakukan analisis pembandingan pencapaian pembangunan manusia antar wilayah. Berdasarkan metode penghitungan terbaru, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yang mencakup Angka Harapan Hidup (kesehatan), Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah (pendidikan) serta Produk Nasional Bruto (PNB) Per Kapita (standar hidup layak/ekonomi). Gambar 2.11 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau, Tahun , ,02 72,26 72,72 71, , ,43 70,77 69, Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2016 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau mengalami kenaikan dari tahun ke tahun hingga mencapai 72,26 pada tahun 2014 dan terus meningkat menjadi 72,72 pada tahun Angka Bab II Gambaran Umum Daerah II - 26

53 ini secara nasional tergolong cukup tinggi, namun angka ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan angka IPM Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 74,17. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, IPM Kabupaten Berau selalu menduduki peringkat keempat diantara kabupaten/kota se- Kalimantan Timur. Komponen penyusun Indeks Pembangunan Manusia, antara lain angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran perkapita. Pada tahun 2015 pengeluaran per kapita Kabupaten Berau sebesar ,23 (Dalam Jutaan) dari yang sebelumnya sebesar ,60 (Dalam Jutaan) pada tahun Berikut komponen-komponen penyusun Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau dalam lima tahun terakhir. Tahun Tabel 2.11 Indeks Pembangunan Manusia Beserta Komponen Penyusunnya Kabupaten Berau, Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah Pengeluaran Per Kapita (Disesuaikan) Indeks Pembangunan Manusia ,05 12,02 8, ,01 70, ,10 12,06 8, ,35 70, ,15 12,86 8, ,68 72, ,21 12,96 8, ,60 72, ,31 13,17 8, ,23 72,72 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2016 b. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat suatu wilayah. Melalui tingkat pendidikan dapat menggambarkan kualitas sumber daya manusia yang ada. Oleh karena itu, sebagai salah indikator dalam melihat kualitas sumber daya manusia, penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) salah satunya dipengaruhi oleh indikator pendidikan yakni harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Harapan Lama Sekolah (HLS) dapat didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang. Nilai HLS yang semakin tinggi, dapat menggambarkan bahwa rata-rata lamanya sekolah seseorang diharapkan akan semakin besar (semakin tinggi pendidikan yang ditempuh). HLS ini dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. Berdasarkan gambar di bawah terlihat bahwa nilai HLS Kabupaten Berau tahun 2015 selama 13,17 tahun. Hal ini berarti bahwa seseorang yang berumur 7 tahun ke atas memiliki harapan untuk dapat bersekolah selama tahun. Dengan kata lain, dalam kondisi normal, seseorang berumur 7 tahun ke atas diharapkan dapat bersekolah sampai dengan tamat SMA dan memasuki perguruan tinggi (semester I). Cukup tingginya harapan lama sekolah ini mengindikasikan meningkatnya berbagai Bab II Gambaran Umum Daerah II - 27

54 fasilitas pendidikan di Kabupaten Berau bahkan terdapat perguruan tinggi yang dapat meningkatkan kualitas dan daya saing individu. Gambar 2.12 Harapan Lama Sekolah Kabupaten Berau, Tahun ,4 13,2 13, ,8 12,6 12,4 12,2 12,86 12, ,8 11,6 12,02 12,06 11, Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2016 Selain harapan lama sekolah, indikator lain yang memperlihatkan kualitas pendidikan suatu wilayah adalah Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Angka RLS merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki, dan pendidikan yang telah ditamatkan. Angka ini mengindikasikan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk suatu wilayah dalam mengenyam pendidikan sekolah formal. Dalam penghitungan RLS, diasumsikan bahwa dalam kondisi normal, rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Adapun cakupan penduduk yang dihitung dalam RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun, proses pendidikan sudah berakhir. Penghitungan ini mengikuti standar inetrnasional yang digunakan oleh UNDP. Rata-rata lama sekolah Kabupaten Berau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 8,62 tahun pada tahun Angka ini berarti bahwa penduduk Kabupaten Berau rata-rata mengenyam jenjang pendidikan sekolah selama 8,62 tahun atau Kelas 2 SMP semester kedua, sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar di bawah ini. Meskipun begitu, rata-rata lama sekolah di Kabupaten Berau masih berada di bawah rata-rata lama sekolah Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 9,15 tahun. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 28

55 Gambar 2.13 Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Berau, Tahun ,7 8,6 8,5 8,4 8,52 8,53 8,62 8,3 8,34 8,2 8,25 8, Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2016 c. Kesehatan Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan indikator penyusun Indeks Pembangunan Manusia dalam bidang kesehatan dimana angka tersebut mengindikasikan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Angka harapan hidup Kabupaten Berau semakin lama semakin meningkat yang mengindikasikan keberhasilan program dan kegiatan di bidang kesehatan. Angka harapan hidup Kabupaten Berau pada tahun 2015 lebih tinggi dari tahun sebelumnya yakni mencapai 71,31 tahun yang berarti setiap bayi yang baru lahir hidup pada tahun 2015 memiliki harapan hidup hingga mencapai usia tahun. Perkembangan nilai AHH dari tahun 2010 sampai dengan 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Meskipun angka ini cukup tinggi, namun AHH Kabupaten Berau masih lebih rendah jika dibandingkan dengan angka harapan hidup Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 73,65 tahun. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 29

56 Gambar 2.14 Angka Harapan Hidup Kabupaten Berau, Tahun ,35 71,30 71,31 71,25 71,20 71,15 71,10 71,05 71,00 71,05 71,10 71,15 71,21 70,95 70, Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2016 Selain Angka Harapan Hidup, Derajat Kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa Indikator yang mencerminkan kondisi Mortalitas (Kematian), Status Gizi, dan Morbiditas (Kesakitan). Angka kematian bayi ( IMR) adalah Jumlah Penduduk yang meninggal sebelum mencapai 1 tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia Bayi merupakan kondisi yang rentang terhadap Kesakitan maupun kematian. Angka kematian bayi ( IMR) Kabupaten Berau Pada tahun 2010 adalah 39,04 per 1000 kelahiran hidup, Pada tahun 2011 adalah 34,36 per kelahiran hidup, tahun 2012, IMR adalah 20,67 per kelahiran hidup sedangkan pada Tahun 2011 IMR adalah per kelahiran hidup. Angka kematian ibu (MMR) menggambarkan jurnlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup. Namun bagi wilayah yang jumlah kelahiran hidupnya tidak sampai dengan angka tidak di:wajibkan menggooakan angka tersebut tetapi diwajibkan menggunakan angka absolut atau jumlah sebenarnya, tetapi rumus diatas tetap dipedomani sebagai standar dan merupakan target setiap wilayah. Pada Tahun 2010 terdapat 7 kematian dari 4226 kelahiran hidup, Pada 2011 terdapat 8 kematian dari Kelahiran hidup, Tahun 2012 terdapat 10 kematian dari Kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2013 terdapat 15 kematian dari kelahiran hidup dan pada tahun 2014 terdapat 11 kematian dari kelahiran hidup. Jika Dibandingkan dengan standar Nasional MDGs Tahun 2015 angka Kematian Thu adalah 225 per kelahiran hidup maka di:kabupaten beran dengan Jumlah Kelahiran hidnp maka paling tinggi 11 kematian. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 30

57 Gambar 2.15 Penyebab Kematian Ibu Melahirkan Kabupaten Berau, 2014 Penyakit penyerta 27,27% Perdarahan 54,55% Hipertensi 9,09% infeksi 9,09% Sumber : Laporan Kasie Kesehatan Keluarga Tahun 2014 Angka kematian Balita untuk tahun 2006 sebesar 32,10/1000 penduduk Balita (data lap dari program Kesga dan BPS 2006), tahun 2007 sebesar 32,84 per 1000 penduduk Balita, dan pada tahun 2008 kematian Balita turun menjadi 31,82 per Jika dilihat dari Sarana Pelayanan Kesehatan maka sampai dengan akhir tahun 2014 sarana pelayanan kesehatan yang ada yaitu: 1. Rumah Sakit umum Daerah Abdul Rivai Tipe C 1 unit, Rumah Sakit Pratama Talisayan yang dibangun pada tahun 2014 serta 1 unit Klinik Bersalin KIA yang terletak di Tanjung Redeb. 2. Pelayanan Kesehatan masyararakat di berikan oleh puskesmas induk 19 unit dibantu Puskesmas Pembantu 111 unit dan Pos kesehatan desa 44 unit. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan maka Puskesmas melaksanakan Program pelayanan 24 jam, Puskesmas UGD dan Puskesmas Biasa. Dan dalam rangka meningkatkan akses pelayanan Puskesmas induk melakukan Operasioaal luar gedung rutin setiap bulan ke kampung-kampung. 3. Disamping itu ada terdapat UPTD yaitu Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK), Laboratoriun Kesehatan Daerah (Labkesda), dan Jaminan Kesehatan Da erah (Jamkesda) yang terletak di Tanjung Redeb. d. Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan bidang yang penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat karena dalam bidang ini akan terlidapat menunjukkan hat kualitas sumber daya manusia sekaligus income rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam bahasan ketenagakerjaan, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator yang relevan dalam melihat pencapaian tujuan pembangunan di bidang Bab II Gambaran Umum Daerah II - 31

58 ketenagakerjaan dimana semakin menurun tingkat pengangguran akan mengindikasikan peningkatan kesejahteraan manusia karena diasumsikan pendapatan rumahtangga yang meningkat. Tabel 2.12 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Berau Tahun 2015 Laki-Laki Perempuan Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 86,27 41,50 66,07 Gambar 2.16 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Berau, Tahun ,21 10, ,79 5,85 3, Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2016 TPT Kabupaten Berau memiliki tren fluktuatif naik turun dalam setiap periodenya. Setelah sempat mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai 2012, pada tahun 2013 tingkat pengangguran meningkat menjadi 5,85 persen. Kenaikan kembali berlanjut pada tahun 2014 yang bahkan mencapai angka 10,05 persen hingga akhirnya menurun tajam pada tahun 2015 menjadi 3,78 persen. Jika dilihat perbandingan dengan TPT Provinsi Kalimantan Timur yang sebesar 7,50 persen, TPT Kabupaten Berau masih berada jauh di bawah TPT Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan TPAK Kabupaten Berau pada tahun 2015 sebesar 66,10. Di Kabupaten Berau, sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani baik dalam komoditas tanaman pangan, perikanan, perkebunan, maupun kehutanan. penduduk yang bekerja pada sektor tersebut mencapai 36,25 persen yang diikuti pekerja pada sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan sebanyak 22,25 persen. Sedangkan tenaga kerja paling sedikit berada pada pekerjaan sektor listrik, gas, dan air minum. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 32

59 Gambar 2.17 Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Berau, Tahun 2015 Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 22,25% Keuangan, Asuransi, Usaha Sewa Bangunan, dan Jasa Perusahaan 2,01% Angkutan & Komunikasi 3,45% Pertanian 36,25% Perdagangan, Hotel, dan Restoran 15,99% Bangunan 6,17% Listrik, Air Minum 0,71% Pertambangan dan Industri Pengolahan Penggalian 4,61% 8,56% Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, Fokus Seni Budaya dan Olahraga Fokus seni budaya dan olahraga menguraikan gambaran umum bidang kebudayaan serta pemuda dan olahraga. Fokus ini akan melihat sejauh mana kesejahteraan masyarakat Kabupaten Berau selama ini. a. Kebudayaan Sumber daya yang dimiliki Kabupaten Berau selain dari SDM adalah ketersediaan aset-aset yang terkait dengan sarana dan prasarana pendukung pembangunan dan pengembangan kebudayaan dan pariwisata. Dari sisi aset kebudayaan, Kabupaten Berau memiliki aset yang cukup beragam sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 33

60 Tabel 2.13 Aset Kebudayaan Kabupaten Berau Tahun 2015 No. Aset Budaya Jumlah 1. Desa Adat/Budaya 3 Desa 2. Desa Wisata 2 Desa 3. Situs Dan Bcb 507 Unit 4. Kelompok Kesenian 90 Kelompok 5. Permainan Tradisional 18 Jenis 7. Lembaga Budaya 6 Lembaga 8. Upacara Tradisional 20 Event Sumber: Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau Aset yang dimiliki Kabupaten Berau terkait dengan ketersediaan destinasi pariwisata dan komponen pendukungnya sebagai prasyarat utama dalam menarik kunjungan wisatawan ke Kabupaten Berau dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.14 Aset Pariwisata Kabupaten Berau Tahun 2015 NO. ASET WISATA JUMLAH 1. Wisata Buatan 13 LOKASI 2. Wisata Gelanggang 3 LOKASI 3. Wisata Religi 5 LOKASI 4. Wisata Sejarah 16 LOKASI 5. Wisata Budaya 11 LOKASI 6. Wisata Alam 63 LOKASI 7. Wisata Pantai 8 LOKASI 8. Wisata Pulau 29 LOKASI 9. Wisata Bahari 4 LOKASI 10. Wisata Bahari/Pantai 5 LOKASI 11. Hotel Dan Penginapan 273 UNIT 12. Restoran 85 UNIT 13. Biro Perjalanan Wisata 61 UNIT 14. Toko Souvenir Dan Oleh-Oleh 5 UNIT 15. Pramuwisata 10 ORANG 16. Pokdarwis 13 KELOMPOK Sumber: Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau b. Pariwisata Potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Berau terbentuk dari kondisi geografis, sejarah dan budaya yang dimiliki Kabupaten Berau. Potensi wisata yang berasal dari kondisi geografis meliputi obyek laut/bahari. Potensi wisata yang berasal dari sejarah meliputi obyek wisata peninggalanpeninggalan sejarah. Potensi wisata yang berasal dari budaya meliputi keunikan masyarakat Kabupaten Berau dengan segala kebudayaannya. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 34

61 Berkaitan dengan pengembangan pariwisata di Kalimantan Timur, pemerintah pusat telah membagi ke dalam 3 (tiga) Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan 12 (dua belas) Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) sebagai berikut: DPN 1 yaitu Long Bangun Melak dan sekitarnya meliputi 3 KPPN mencakup Long Apari dan sekitarnya, Long Bagun dan sekitarnya dan Melak Kersik dan sekitarnya. DPN 2 yaitu Tenggarong Balikpapan dan sekitarnya meliputi 5 KPPN mencakup Kota Bangun Tanjung Isuy dan sekitarnya, Tenggarong dan sekitarnya, Samarinda dan sekitarnya, Bontang Sangata dan sekitarnya, Balikpapan dan sekitarnya. DPN 3 yaitu Derawan Kayan Mentarang dan sekitarnya mencakup Tanjung Redeb dan sekitarnya, Derawan Sangalaki dan sekitarnya, Kayan Mentarang dan sekitarnya, dan Tarakan dan sekitarnya. Kabupaten Berau memiliki banyak objek wisata yang cukup menarik dan potensial untuk dipasarkan. Sayang sekali, objek-objek wisata di Kabupaten Berau belum tertata dan dikembangkan secara baik yang memiliki standar kepariwisataan. Jumlahnya pun masih belum pasti. Sebagian potensi objek wisata di Kabupaten Berau saat ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.15 Beberapa Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Berau No. Nama Obyek Bentuk Daya Tarik/Atraksi 1 2 Wisata Bahari Pulau Derawan Bumi Pekemahan Tangap Pantai, akuarium laut, panorama alam pasir putih, olahraga pantai di Derawan Pemandangan alam, tempat berkemah, pusat aktivitas kegiatan Pramuka Teluk Bayur 3 Pulau Samama Panorama alam, Pasir Putih, Derawan 4 Pulau Kakaban Panorama alam, hamparan terumbu karang, Derawan 5 Pulau Maratua Panorama alam, pasir putih, Maratua 6 Taman Laut Panorama alam, akuarium laut, Derawan dan sekitarnya 7 Taman Cendana Taman Rekreasi Keluarga 8 Taman Sanggam Taman Rekreasi Keluarga 9 Taman Segah Wisata kuliner disepanjang Jl. P. Antasari ke Jl. A.Yani ditepi Sungai Segah sebagai tempat rekreasi keluarga, untuk menikmati lebih baik pada malam hari. 10 Pulau Sangalaki Pulau tempat penyu bertelur, Derawan Keraton Kerajaan Gunung Tabur Keraton Kerajaan Sambaliung Wisata sejarah, merupakan peninggalan kerahaan yang pernah hidup ratusan tahun silam, Gunung Tabur Wisata sejarah yang merupakan peninggalan yang hidup ratusan tahun silam, Sambaliung Bab II Gambaran Umum Daerah II - 35

62 No. Nama Obyek Bentuk Daya Tarik/Atraksi 13 Kuburan, Sumur Tua dan Benteng Belanda Pulau Derawan 14 Batarbang 15 Tari Dalling Wisata sejarah yang merupakan peninggalan jaman penjajahan Belanda, Derawan Kesenian tradisional bernuansa Islam yang dipertunjukkan dalam hari-hari besar keagamaan dan hari-hari besar lainnya serta penyambutan tamu, di hampir seluruh tempat di Kabupaten Berau Tarian yang berasal dari wilayah pesisir yang mempertunjukkan atraksi tarian yang indah, tari suku Bajau 16 Gusung Batimbung Akuarium laut, panorama alam pasir putih di Derawan 17 Gusung Tenggalau Akuarium laut, panorama alam pasir putih di Derawan Danau Haji Buang (pulau Maratua) Danau Ubur-Ubur (pulau Kakaban) Airnya cernih rasa asin yang dihuni oleh ubur- ubur tidak menyengat, Maratua Airnya cernih rasa asin yang dihuni oleh ubur- ubur tidak menyengat, Derawan (P. Kakaban) 20 Gua Angkal-angkal Memiliki struktur yang unik, Maratua 21 Payung-Payung Batu yang menyerupai payung, Maratua 22 Hutan Mangrove Hamparan tumbuhan bakau, Maratua, Teluk Sulaiman 23 Goa Pangeran Memiliki struktur yang unik, Maratua 24 Goa Tangkapa Memiliki struktur yang unik, Maratua 25 Tebing Panji-Panji 26 Gua Tembakau Pemandangan alam, bisa melihat punggung hewan yang terbang, Maratua Goa yang ditumbuhi sepucuk tanaman tembakau, Kelay 27 Batu Anjing Batu yang menyerupai anjing, Kelay 28 Batu Kapen Batu bisa ditempati bertedu saat air sungai surut, Kelay 29 Batu Lungun Tempat penguburan mayat, Kelay 30 Gua Lungun Tempat Penguburan mayat, Kelay 31 Batu Tembak Batu yang tersusun menyerupai susunan persenjataan, Kelay 32 Tari Leleng Dayak Sebuah pertunjukan seni tari dayak,tari suku Dayak 33 Tebing Batu Putih Pemandangan, dan lokasi panjat tebing, Kelay 34 Goa Ching Yang Goa kecil dan sempit di Kecamatan Kelay 35 Kampung Bena Baru Danau Labuan Cermin Air Terjun Danum Baputar Kampung Budaya, merupakan kehidupan sehari-hari suku dayak kenyah dengan adat istiadat, musik serta tari-tarian tradisional, dan benda-benda kerajinan/cagar budaya asli dari suku dayak kenyah. Airnya jernih dan dua rasa, Biduk-biduk Airnya jernih dan ketingian 12 meter, Teluk Sulaiman Bab II Gambaran Umum Daerah II - 36

63 No. Nama Obyek Bentuk Daya Tarik/Atraksi 38 Air Terjun Wirittasi Airnya deras dan ketinggian 6 meter, Teluk Sulaiman 39 Pantai Sungai Serai Wisata keluarga, Tanjung Batu 40 Pantai Teluk Sulaiman Pemandangan dan Panorama alam, Teluk Sulaiman 41 Tao Pe Kong Wisata religi masyarakat tionghoa di Kabupaten Berau 42 Kersik Kehidupan masyarakat dan panorama alam 43 Penngkaran rusa Penangkaran rusa 44 Kuburan Nisan Kuda Kuburan dengan nisan berbentuk kuda, Derawan Kawasan Karst Goa Purba di Bloyot dan Danau Nyadeng di Kampung 45 Merabu Merabu Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Berau Pariwisata Kabupaten Berau sebenarnya sudah cukup berkembang dari tahun ke tahun dimana resort-resort semakin diminati oleh wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Namun, kurang effisiennya akses menuju resort menjadi salah satu permasalahan sekaligus tantangan bagi pemerintah untuk mengoptimalkan potensi obyek pariwisata tersebut. Pada tahun 2015, jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Berau mencapai orang dimana orang merupakan wisatawan mancanegara dan orang merupakan wisatawan nusantara Sektor kepariwisataan tidak terlepas dari dukungan sektor perhotelan. Jumlah hotel di Kabupaten Berau pada tahun 2015 sebanyak 267 buah. Restoran yang terdapat di Kabupaten Berau juga meningkat di tahun 2015 menjadi sebanyak 86 restoran, yang terdiri dari restoran yang berkualitas dan layak dikunjungi wisatawan. Tabel 2.16 Statistik Pariwisata Kabupaten Berau Tahun No. Uraian Jumlah Obyek Wisata 2 Jumlah Hotel dan Akomodasi Lain Jumlah Wisatawan Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Berau, 2016 Akses ke Kabupaten Berau lewat udara, misalnya dari Jakarta ke Kabupaten Berau hanya ditempuh selama 4 jam termasuk jam tunggu di masing-masing bandara transit, yaitu di Balikpapan (Bandara Sepinggan), kemudian perjalanan dilanjutkan ke Kabupaten Berau (Ba ndara Kalimarau). Sampai dengan akhir Desember 2014, terdapat beberapa maskapai penerbangan yang beroperasi di Bab II Gambaran Umum Daerah II - 37

64 Bandara Kalimarau, Berau. Adapun rute dan jenis maskapai yang beroperasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.17 Nama Maskapai di Kabupaten Berau No Nama Maskapai Tujuan Frekuensi Penerbangan Tarif Jadwal ETD Keterangan 1 KAL STAR AIRLINES BERAU - SAMARINDA SAMARINDA - BERAU BERAU - TARAKAN TARAKAN - BERAU 2X PENERBANGAN Tentatife LT LT Daily 2X PENERBANGAN Tentatife LT LT Daily 1X PENERBANGAN Tentatife LT Daily 1X PENERBANGAN Tentatife LT Daily 2 WINGS AIRLINES BERAU - BALIKPAPAN BALIKPAPAN - BERAU 2X PENERBANGAN Tentatife LT LT Daily 2X PENERBANGAN Tentatife LT LT Daily 3 GARUDA INDONESIA AIRLINES BERAU- BALIKPAPAN BALIKPAPAN - BERAU 1X PENERBANGAN Tentatife LT Daily 1X PENERBANGAN Tentatife LT Daily 4 SRIWIJAYA BERAU - AIRLINES BALIKPAPAN BALIKPAPAN BERAU Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Berau 2X PENERBANGAN Tentatife LT LT Daily 2X PENERBANGAN Tentatife LT Daily Akses perjalanan darat ke Kabupaten Berau dapat ditempuh melalui Kabupaten Bulungan yang merupakan kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Berau, dapat ditempuh dengan perjalanan selama 4 jam, dari Samarinda ke Kabupaten Berau dapat ditempuh dengan jalan darat selama 19 jam kalau kondisi jalan masih seperti sekarang. Selama perjalanan, wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang indah, yang tercipta dari kondisi geografis yang sebagian besar terdiri dari lautan. c. Pemuda dan Olahraga Pemuda sebagai motor penggerak pembangunan mempunyai peran serta dan arti penting bagi pelaksanaan pembangunan Kabupaten Berau. Dalam rangka meningkatkan kepedulian dan partisipasi pemuda dalam pembangunan daerah, dilaksanakan Program peningkatan sarana dan prasarana olahraga. Kesadaran akan pentingnya seni, budaya dan olahraga memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional dan daerah yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta menciptakan iklim kondusif dan harmonis. Sedangkan pembangunan dan kemajuan di bidang olahraga, selain mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang kesehatan, juga meningkatkan martabat dan nama baik negara/daerah dalam pergaulan nasional dan daerah. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 38

65 Tabel 2.18 Sarana dan Prasarana Pemuda dan Olahraga Kabupaten Berau Tahun 2015 No. Nama Aset Lokasi Jumlah (Unit) 1. Water Boom / Kolam Renang Jl. Gatot Subroto Tanjung 4 Redeb 2. Gedung Serba Guna / Graha Jl. Mangga I Tanjung Redeb 1 Pemuda 3. Lapangan Pemuda Jl. Mangga I Tanjung Redeb 1 4. Lapangan Tenis Cendana Jl. Cendana Tanjung Redeb 5 5. Lapangan Sepak Bola Batiwakal Jl. Murjani I Tanjung Redeb 1 Sumber: Renstra Dispora Kab. Berau Organisasi pemuda dan olahraga di suatu wilayah menggambarkan kapasitas pemerintah daerah dalam memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan. Semakin banyak jumlah organisasi pemuda menunjukkan ketersediaan fasilitas penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk memberdayakan pemuda dalam partisipasi membangun daerah. Adapun jumlah sarana dan prasarana pemuda dan olahraga di Kabupaten Berau adalah sebanyak 12 unit pada tahun 2015, dengan jumlah waterboom sebanyak 4 unit, 1 gedung serba guna, 1 lapangan pemuda, 5 lapangan tenis cendana, serta 1 lapangan sepakbola Aspek Pelayanan Umum Pada bagian aspek pelayanan umum berikut ini menjelaskan perkembangan kinerja yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Berau, baik pada urusan pelayanan wajib dan urusan pilihan Urusan Pelayanan Wajib Urusan pelayanan wajib merupakan urusan pemerintahan yang harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah karena berkaitan dengan pelayanan dasar terhadap masyarakat. Secara umum, penyelenggaraan pelayanan dasar Kabupaten Berau memang sudah mulai ada perbaikan pada setiap tahapan pembangunan daerah, namun masih perlu adanya peningkatan terutama sarana prasarana penunjang pendidikan dan kesehatan yang merupakan prioritas pembangunan daerah demi tercapainya kesejahteraan masyarakat. a. Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) menggambarkan seberapa banyak atau besar penduduk usia sekolah yang telah menikmati pendidikan tanpa melihat jenjang pendidikannya. Secara umum, peningkatan APS menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, terutama yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini, bahwa di Kabupaten Berau berlaku pola APS nasional dimana semakin tinggi umur seseorang maka angka partisipasi sekolahnya menurun. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 39

66 Gambar 2.18 Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Berau, Tahun ,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00-99,15 98,89 74,10 21, Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015 Angka Partisipasi Kasar (APK) mengindikasikan sejumlah penduduk yang mengikuti jenjang pendidikan formal tanpa melihat batasan umur usia sekolahnya.apk Kabupaten Berau mengalami peningkatan di setiap jenjang pendidikannya dimana pada tahun 2015 APK SD/MI mencapai 112,43, APK SMP/MTs sebesar 99,29, dan APK SMA/MA/SMK sebesar 95,21. Lain halnya dengan Angka Partisipasi Murni dimana mengindikasikan jumlah penduduk suatu wilayah yang mengenyam pendidikan tertentu sesuai batasan usia sekolah. Kabupaten Berau memiliki APM cukup tinggi pada jenjang SD/MI (97,45) dan semakin tinggi jenjang pendidikan maka APM semakin kecil dimana APM pada SMA/MA/SMK mencapai 71,11. Tabel 2.19 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Berau, Tahun Jenjang Pendidikan APK APM APK APM SD/MI 103,35 94,10 112,43 97,45 SMP/MTs 97,17 75,32 99,29 87,96 SMA/MA/SMK 83,31 61,21 95,21 71,11 Sumber : Kabupaten Berau dalam Angka, 2016 b. Kesehatan Perkembangan bidang kesehatan suatu daerah menjadi salah satu tujuan pokok pemerintah daerah dalam menyejahterakan masyarakatnya dalam kerangka peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sehat jasmani dan rohani. Terkait dengan hal tersebut, bidang kesehatan sendiri juga menjadi salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah dari segi fasilitas, sarana prasarana, pemerataan kesehatan, hingga tingkat kesehatan penduduk suatu wilayah. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 40

67 Kabupaten Berau memiliki satu rumah sakit daerah yakni Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Rivai yang terletak di Kecamatan Tanjung Redeb. Setiap kecamatan di Kabupaten Berau juga telah memiliki Puskesmas Induk yang merupakan fasilitas kesehatan utama yang berada di pusat kecamatan. Selain itu, unit pembantu pengembangan kesehatan berupa Puskesmas Pembantu, dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) juga telah banyak tersebar di berbagai perdesaan. Adapun jumlah fasilitas kesehatan yang telah tersedian di Kabupaten Berau dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.20 Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Kabupaten Berau (Unit), Tahun 2015 Fasilitas Kesehatan 2015 Rumah Sakit 2 Puskesmas 20 Puskesmas Pembantu 111 Posyandu 240 Klinik/Balai Kesehatan 30 Poskesdes 56 Dokter Spesialis 18 Dokter Umum 58 Dokter Gigi 22 Bidan 245 Perawat 595 Sumber : Kabupaten Berau dalam Angka, 2016 c. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bidang pekerjaan umum merupakan salah satu bidang penting dalam peningkatan kualitas dan kuantitas penunjang pembangunan daerah seperti sarana dan prasarana perhubungan, permukiman layak huni, dan sebagainya. Oleh karena itu, salah satu indikator penting dalam bidang pekerjaan umum adalah terkait proporsi kualitas jalan baik dari bahan pembuatan jalan maupun kondisi jalan. Jalan merupakan salah satu infrastruktur utama dalam mendorong perekonomian suatu daerah. Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya untuk transportasi darat. Untuk mendukung transportasi darat di Kabupaten Berau, sampai dengan tahun 2015, Pemerintah Republik Indonesia telah membangun jalan sepanjang 143,53 km, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sepanjang 170,6 km, sedangkan Pemerintah Kabupaten Berau membangun jalan kabupaten sepanjang 1.413,39 km. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 41

68 Kelas Jalan Tabel 2.21 Panjang Jalan (Km) menurut Pemerintahan yang Berwenang Kabupaten Berau Tahun 2015 Perincian Kabupaten Provinsi Negara Jumlah - Kelas I - 170,60 137,77 308,37 - Kelas II Kelas IIIA dan IIIB Kelas IIIC 257, ,66 - Tidak Diperinci 1.155,73-5, ,49 Jumlah 1.413,39 170,60 143, ,33 Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Berdasarkan jenis permukaan, sebagian besar jenis permukaan jalan di Kabupaten Berau masih berupa kerikil yakni mencapai 48,86 persen. Jalan yang memiliki jenis permukaan berupa aspal meningkat hingga mencapai 41,28 persen sekaligus sebagai jalan yang sudah layak untuk dilalui kendaraan bermotor. Belum optimalnya peningkatan permukaan jalan layak ini menunjukkan masih kurangnya peningkatan kualitas pada infrastruktur perhubungan sebagai pintu aksesibilitas antar wilayah. Meskipun begitu, di Kabupaten Berau hanya ditemukan sebesar 4,48 persen jalan yang masih merupakan jalan tanah mengingat Kabupaten Berau cukup luas dan berada di wilayah Kalimantan yang geografisnya cukup sulit. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 42

69 Gambar 2.19 Jalan menurut Jenis Permukaan, Kabupaten Berau Tahun 2015 Aspal; 41,28% Kerikil; 48,86% Tidak Diperinci; 0,26% Cor; 5,03% Tanah; 4,58% Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Namun, dilihat berdasarkan kondisi jalannya, sebanyak 62,92 persen jalan yang memiliki kondisi baik, sedangkan sebanyak 35,90 persen berada pada kondisi sedang dan sisanya mengalami kerusakan baik kerusakan biasa ( 0,38 persen) maupun kerusakan berat ( 0,13 persen) sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini. Dibandingkan dengan tahun 2014, kondisi jalan di Kabupaten Berau mengalami peningkatan, dimana persentase jalan yang kondisinya baik sebesar 60,44 persen, sedang 39,56 persen sisanya mengalami rusak dan rusak berat. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tahun pemerintah daerah telah berupaya melakukan peningkatan infrastruktur jalan serta perbaikan kondisi jalan yang ada. Dengan kondisi jalan yang baik, akan mampu mengurangi biaya perjalanan dan meningkatkan efisiensi. Dengan demikian, diharapkan agar aksesibilitas antar wilayah sebagai salah satu motor penggerak pemerataan pembangunan dapat menjadi lebih mudah. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 43

70 Gambar 2.20 Jalan menurut Kondisi Jalan Kabupaten Berau Tahun 2015 Baik; 62,92% Tidak Diperinci; 0,67% Rusak Berat; 0,13% Rusak; 0,38% Sedang; 35,90% Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 d. Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Indikator perumahan merupakan salah satu cara dalam menilik kesejahteraan masyarakat dari segi kepemilikan fisik berupa fasilitas perumahan yang dimilikinya. Indikator ini dapat dilihat melalui penggunaan sumber air minum, status kepemilikan rumah, luas lantai tempat tinggal dan penggunaan fasilitas tempat pembuangan air besar. Berdasarkan sumber air minum yang digunakan oleh rumah tangga di Kabupaten Berau, pada tahun 2015, sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Berau menggunakan air kemasan bermerk maupun air isi ulang sebagai sumber air minumnya yaitu sebanyak 47,43 persen. Namun, masih banyak juga rumah tangga yang menggunakan jenis air lainnya (air sungai dan air hujan) sebagai sumber air minumnya yang mencapai 15,42 persen. Rumah tangga yang menggunakan sumber air minum berupa air ledeng (meteran maupun eceran) dan air sumur (terlindung maupun tak terlindung) juga masih cukup banyak yaitu masing-masing sebanyak 14,48 persen dan 14,73 persen. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 44

71 Gambar 2.21 Rumahtangga menurut Sumber Air Minum, Kabupaten Berau, Tahun 2015 Air Isi Ulang dan Kemasan 47,43% Lainnya (Air Sungai, Air Hujan, dst) 15,42% [CATEGORY NAME]; [VALUE]% Mata Air (Terlindung & Tak Terlindung) 7,94% Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 Sumur (Terlindung & Tak Terlindung) 14,73% Berkaitan dengan status kepemilikan rumah, lebih dari 70 persen rumah tangga di Kabupaten Berau menempati rumah miliknya sendiri. Rumah tangga ini biasanya sudah menetap tinggal di Kabupaten Berau dalam jangka waktu yang cukup lama. Sedangkan rumah tangga yang tinggal di rumah kontrakan maupun rumah sewaan sebesar 11,21 persen, dimana paling banyak dijumpai di daerah perkotaan. Sisanya merupakan rumah tempat tinggal bebas sewa, milik orang tua/sanak/saudara, dinas ataupun tempat tinggal lainnya. Adapun luas lantai rumah yang ditempati rumah tangga di Kabupaten Berau sebagian besar (79,91 persen rumah tangga) berukuran 20 m 2 sampai dengan 99 m 2. Ketersediaan fasilitas tempat pembuangan air besar dapat menjadi salah satu indikator kesehatan rumah tangga yang menggunakannya dan juga dapat dijadikan asumsi terkait kebersihan pemukiman. Pada tahun 2015, rumah tangga di Kabupaten Berau sebagian besar menggunakan tempat pembuangan air besar milik sendiri yakni sebanyak 87,62 persen rumah tangga. Sedangkan rumah tangga yang menggunakan tempat buang air besar bersama sebanyak 4,67 persen; tempat buang air besar umum 2,34 persen. Selain itu, masih ditemukan sebanyak 5,37 persen rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas tempat pembuangan air besar. Tabel 2.22 Statistik Perumahan Kabupaten Berau Tahun No. Uraian Kepemilikan Rumah - Milik Sendiri 71,57 74,56 79,21 - Kontrak /Sewa 13,77 12,81 11,21 Bab II Gambaran Umum Daerah II - 45

72 Bebas Sewa 5,25 4,99 8,18 - Milik Orang Tua/Sanak/Saudara 4,83 3,25 1,17 - Dinas 2,69 2, Lainnya 1,89 2,12 0,23 Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah - < 20 1,43 1,24 3, ,42 35,65 37, ,73 43,65 42, ,68 12,87 10, ,74 6,59 6,54 Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Tempat Pembuangan Air Besar - Sendiri 80,27 84,53 87,62 - Bersama 1,69 1,98 4,67 - Umum 3,13 0,72 2,34 - Tidak ada 14,91 12,77 5,37 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2016 e. Penanaman Modal Penanaman modal oleh investor akan memberikan dampak positif bagi peningkatan perekonomian daerah secara langsung. Selain itu, pembukaan lapangan usaha oleh investor yang diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja akan menurunkan tingkat pengangguran secara langsung. Namun investasi yang akan masuk ke suatu daerah bergantung kepada daya saing investasi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Pembentukan daya saing ini memiliki tahapan yang cukup kompleks dan berlangsung otomatis secara terus menerus selama pembangunan daerah berjalan. Faktor penentu dalam menarik investor agar menanamkan modalnya di suatu daerah antara lain pertumbuhan ekonomi, situasi politik, keamanan hingga kemudahan perijinan dalam mendirikan maupun pengembangan usaha. Investor yang menanamkan modal di Kabupaten Berau bisa berasal dari dalam negeri maupun asing. Namun, iklim investasi di Kabupaten Berau cukup fluktuatif baik pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Keanekaragaman sumber daya alam Kabupaten Berau yang merupakan potensi besar menjadi daya tarik tersendiri bagi investor dalam menanamkan modalnya. Posisi PMDN di Kabupaten Berau selama tahun 2014 adalah sebesar ,8 juta rupiah. Hal ini merupakan penurunan yang drastis dibandingkan tahun sebelumnya, bahkan mencapai 53,44 persen. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, PMDN selalu mengalami peningkatan dan sempat mencapai juta rupiah pada tahun Posisi penanaman modal di Kabupaten Berau dapat terlihat pada grafik berikut ini: Bab II Gambaran Umum Daerah II - 46

73 ,00 Gambar 2.22 Penanaman Modal Dalam Negeri Kabupaten Berau, Tahun , , , , , , , , , , Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2015 PMA di Kabupaten Berau mengalami siklus yang fluktuatif. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, nilai PMA dari tahun 2010 sampai dengan 2013 mengalami naik turun. PMA pada tahun 2013 meningkat menjadi ,5 ribu US dolar dari ,6 ribu US dolar pada tahun Berbanding terbalik dengan nilai PMDN, nilai PMA Kabupaten Berau tahun 2014 justru mengalami kenaikan menjadi ,14 ribu US dolar atau meningkat sebesar 172,60 persen dibanding tahun Gambar 2.23 Penanaman Modal Asing (Ribu US Dolar) Kabupaten Berau, Tahun , , , , , , , , , , , , , , , Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka, 2015 Bab II Gambaran Umum Daerah II - 47

74 f. Keuangan Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah ditunjukkan dengan adanya akuntabilitas pelaporan keuangan yang memadai, meliputi kewajaran penyajian Laporan Keuangan Pemerintah daerah (LKPD) dan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LK K/L). Opini BPK terhadap Laporan Keuangan pemerintah Kabupaten Berau memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yang menunjukkan bahwa akuntabilitas pelaporan keuangan pemerintah daerah di wilayah Kabupaten Berau mengalami perbaikan. Tabel 2.23 Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Berau, Tahun No Tahun Opini Publik Tidak Wajar (TW) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Menurut hasil penelitian atas evaluasi pelayanan publik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur tahun 2012, Kabupaten Berau mendapatkan nilai 466 dengan peringkat C. Peringkat C dimaksud Agak Kurang dalam artian bahwa kualitas pelayanan publik belum memuaskan masyarakat sehingga peningkatan pelayanan public Pemerintah Kabupaten Berau harus ditingkatkan. Berikut ini adalah tabel hasil penilaian atas evaluasi pelayanan publik pemerintah di Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur. Tabel 2.24 Hasil Penilaian atas Evaluasi Pelayanan Publik Pemerintah Daerah Kalimantan Timur Tahun Anggaran 2012 No Nama Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2012 Nilai Peringkat 1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur 558 CC 2. Kota Balikpapan 898 AA 3. Kota Samarinda 677 B 4. Kota Bontang 422 C 5. Kabupaten Kutai Timur Kabupaten Kutai Kertanegara Kabupaten Kutai Barat 429 C 8. Kabupaten Paser 546 CC Bab II Gambaran Umum Daerah II - 48

75 No Nama Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2012 Nilai Peringkat 9. Kabupaten Penajam Paser Uatara 511 CC 10. Kota Tarakan Kabupaten Nunukan 442 C 12. Kabupaten Bulungan Kabupaten Berau 466 C 14. Kabupaten Malinau 354 C 15. Kabuaten Tana Tidung 263,5 D Fokus Layanan Urusan Pilihan Pada fokus layanan urusan pilihan pemerintah daerah dalam menjalankan roda pembangunan terdapat beberapa bidang urusan yang menjadi perhatian seperti pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, kelautan dan perikanan, perdagangan, dan perindustrian. a. Pertanian Kontribusi sektor pertanian secara umum (pertanian, perkebunan, hortikultura, perikanan, peternakan, dan kehutanan) pada pembentukan struktur perekonomian Kabupaten Berau mengalami fluktuatif dari tahun 2010 hingga Pada tahun 2010, kontribusi sektor pertanian mencapai 12,20 persen dan menurun pada tahun 2011 menjadi 9,10 persen. Peningkatan kontribusi sektor pertanian kembali meningkat pada tahun 2012 menjadi 9,57 persen, namun pada tahun 2013 kembali menurun menjadi 9,06 persen. Pada tahun 2014, pada sektor pertanian terjadi peningkatan kembali andil terhadap PDRB yang mencapai 10,35 persen dan 11,00 persen pada tahun Subsektor Pertanian Tanaman Pangan Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Berau memiliki tugas untuk mendukung program swasembada beras yang dicanangkan oleh gubernur dimana hingga saat ini program tersebut masih jauh dari harapan. Pada tahun 2015 ini, produktivitas padi sawah dan lading di Kabupaten Berau mengalami penurunan yang cukup signifikan. Luas panen pada tahun 2015 hanya mencapai ha dengan produksi ton. Hal ini menjadikan produktivitas padi hanya sebesar 2,91 ton per hektar. Angka ini jauh dibanding pada tahun sebelumnya yang mencapai produksi ton dengan produktivityas mencapai 3,14 ton per hektar. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 49

76 Tahun Tabel 2.25 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Padi (Sawah dan Ladang) Menurut Kecamatan Padi Sawah Luas Panen (Ha) Padi Ladang Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Berau, 2016 Selain padi, tanah di Kabupaten Berau dapat juga ditanami berbagai macam tanaman palawija, antara lain: jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, ubi kayu dan ubi jalar. Diantara berbagai tanaman palawija tersebut, jagung merupakan palawija yang memiliki luas panen terbesar di Kabupaten Berau pada tahun 2015 yaitu mencapai ha. Namun, dari sisi produksi yang dihasilkan, palawija yang memiliki produksi terbesar di Kabupaten Berau adalah ubi kayu dengan total produksi pada tahun 2015 sebesar ton dengan produktivitas terbesar pula yakni 18,32 ton/ha. Selain itu, kacang hijau di Kabupaten Berau memiliki luas panen dan produksi terkecil yaitu 60 ha dengan produksi 70 ton. Tabel 2.26 Luas Panen dan Produksi Palawija Kabupaten Berau Tahun 2015 Jenis Palawija Total Luas Panen (Ha) Padi Sawah Produksi (Ton) Produktivitas (Ha/Ton) Jagung ,25 Kacang Tanah ,18 Kacang Hijau ,17 Kacang Kedelai ,76 Ubi Kayu ,32 Ubi Jalar ,36 Sumber : Kabupaten Berau dalam Angka, 2016 Produksi (Ton) Padi Ladang Total Produktivitas (Ton/Ha) , , , , , ,91 Subsektor Perkebunan Sebagai salah satu Kabupaten yang berada di Pulau Kalimantan, Kabupaten Berau juga memiliki struktur tanah gambut yang cocok untuk tanaman perkebunan. Pada tahun 2014, berbagai jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan oleh masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten Berau berupa kelapa, karet, kopi, lada, cengkeh, kakao, dan kelapa sawit. Secara umum, produksi dari Bab II Gambaran Umum Daerah II - 50

77 berbagai jenis tanaman perkebunan tersebut mengalami kenaikan. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini, pada tahun 2015 komoditas perkebunan yang memiliki produksi terbesar adalah kelapa sawit yakni sebesar ,83 ton dengan luas tanam seluas ,82 ha. Produksi kelapa yang banyak di temukan di daerah-daerah pesisir seperti Kecamatan Biduk-Biduk dan Maratua, menempati posisi kedua dengan produksi sebesar 3.184,25 ton. Tanaman karet yang memiliki luas tanam sebesar 2.900,50 ha, baru dapat memproduksi sebanyak 412,82 ton getah karet. Hal ini dimungkinkan karena penanaman karet di Kabupaten Berau cukup luas, namun sampai dengan 2015 tanaman karet tersebut belum cukup umur untuk dapat dipanen. Dari sisi produktivitas, komoditas yang memiliki produktivitas paling tinggi juga tanaman kelapa sawit yang memiliki produktivitas sebesar 10,88 ton/ha yang berarti setiap hektar kelapa sawit yang ditanam mampu menghasilkan panen sebanyak 10,88 ton kelapa sawit. Komoditas Tabel 2.27 Luas Tanam, Produksi, Produktivitas, dan Tenaga Kerja Kabupaten Berau, Tahun 2015 Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Tenaga Kerja (Orang) Kelapa 2.753, ,35 1, Karet 2.900,50 412,82 0, Kopi 389,70 65,59 0, Cokelat 2.463, ,39 0, Lada 2.018,25 839,02 0, Kelapa Sawit , ,83 10, Lainnya 258,60 34,80 0, Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2015 Subsektor Kehutanan Sebagai bagian dari pulau Kalimantan yang memiliki keanekaragaman hayati terutama kawasan hutannya, Kabupaten Berau memiliki hutan yang cukup luas hingga mencapai lebih dari 1,6 juta hektar. Sebagian besar kawasan hutan di Kabupaten Berau merupakan hutan produksi tetap maupun hutan produksi terbatas, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 51

78 Tabel 2.28 Luas Kawasan Hutan menurut Fungsinya (berdasarkan Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan) Kabupaten Berau, Tahun 2015 Tata Guna Hutan Kesepakatan Luas (Ha) Hutan Lindung ,9 Hutan Suaka Alam dan Wisata - Hutan Produksi Terbatas ,8 Hutan Produksi Tetap ,1 Hutan Produksi yang dapat dikonversi ,4 Hutan Pendidikan/Penelitian 7.989,0 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 b. Energi dan Sumber Daya Mineral Jumlah ,2 Struktur perekonomian terbesar di Kabupaten Berau disumbang oleh sektor pertambangan dan penggalian yang memiliki andil dalam pembentukan PDRB sebesar 61,09 persen pada tahun Sebagai penyumbang struktur perekonomian terbesar di Kabupaten Berau, sektor ini mengalami permasalahan karena termasuk sektor yang mengeksploitasi sumber daya alam tak terbaharui. Selain itu industri batubara Indonesia memiliki kecenderungan hanya dikuasai oleh produsen besar dan pelaku skala kecil yang memiliki tambang batubara kecil dan konsesi tambang batubara tidak dominan. Oleh karena itu, tingginya kontribusi yang setiap tahun diberikan oleh sektor ini harus diperhatikan oleh pemerintah daerah untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan. c. Kelautan dan Perikanan Perikanan merupakan salah satu komoditas unggulan dari Kabupaten Berau. Bahkan beberapa kecamatan yang memiliki daerah perairan menjadikan sektor perikanan sebagai sumber mata pencaharian utama. Perikanan dibagi ke dalam dua jenis, yaitu perikanan laut dan perikanan darat. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, produksi ikan segar di Kabupaten Berau selama lima tahun terakhir ( ) mengalami kenaikan secara kontinyu. Pada tahun 2011 produksi ikan segar sebanyak ,80 ton dan meningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga mencapai ,00 ton ikan segar pada tahun 2014 dan terus meningkat lagi pada tahun 2015 menjadi ,50 ton. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 52

79 Gambar 2.24 Produksi Ikan Segar (Ton) Kabupaten Berau, Tahun , , , , , , , , , , , , , , Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Pada budidaya perikanan darat, total produksi ikan yang dihasilkan sebesar 1.866,2 ton. Adapun sebagian besar produksi tersebut merupakan hasil budidaya di tambak yaitu sebesar 62,51 persen dari total produksi budidaya perikanan darat dengan produksi 1.166,5 ton. Sedangkan yang paling sedikit produksinya adalah produksi hasil budidaya yang menggunakan keramba yakni sebesar 4,47 persen atau 83,4 ton, sebagaimana yang terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.25 Produksi Budidaya Perikanan Darat menurut Jenis Budidaya Kabupaten Berau, Tahun 2015 Tambak; 62,51% Kolam; 13,77% Budidaya Laut; 19,26% Keramba; 4,47% Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2016 Seperti terlihat pada tabel di bawah ini, produksi hasil penangkapan selama lima tahun terakhir ( ) di Kabupaten Berau mengalami kenaikan produksi secara kontinyu. Pada tahun Bab II Gambaran Umum Daerah II - 53

80 2011 hasil penangkapan ikan mencapai ,9 ton dan meningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga mencapai ,7 ton pada tahun 2014 dan meningkat kembali pada tahun 2015 menjadi ,7 ton. Tabel 2.29 Produksi Hasil Penangkapan (Ton) Kabupaten Berau, Tahun No Hasil Penangkapan Penangkapan di Laut , , , , ,5 2. Penangkapan Perairan Umum 1.203, , , , ,20 Sumber: Dinas Perikanan, 2016 Total , , , , ,7 Pada kegiatan budidaya perikanan, peningkatan produksi cukup pesat dialami oleh budidaya tambak dimana pada tahun 2015 mencapai 1.166,5 ton produksinya. Hal ini menjadikan produksi budidaya tambak menjadi budidaya yang paling menjanjikan dibanding yang lain mengingat dominasi produksi mencapai 62,51 persen. Secara keseluruhan, produksi budidaya meningkat mencapai lebih dari 200 persen dari tahun 2011 ke 2015 dimana secara total produksi budidaya mencapai 1.866,2 ton. Tabel 2.30 Produksi Budidaya (Ton) Kabupaten Berau, Tahun No Hasil Perikanan Budidaya Tambak 459,00 497,00 590,50 710, ,5 2. Kolam 73,00 154,70 194,92 311,60 256,9 3. Keramba 66,60 103,40 107,00 159,80 83,4 4. Laut 83,50 124,10 146,70 411,80 359,4 Total 682,1 879, , , ,2 Sumber: Dinas Perikanan, 2016 d. Perdagangan Kontribusi keempat terbesar dalam andil pembentukan perekonomian di Kabupaten Berau adalah sektor perdagangan besar dan eceran (termasuk reparasi mobil dan motor) yang pada tahun 2014 dan 2015 memiliki kontribusi yang sama yakni 4,94 persen. Kontribusi ini mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dimana pada tahun 2012 dan 2013 memiliki dominasi kontribusi 5,71 persen (ketiga terbesar) pada perekonomian daerah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi khusus sektor ini mencapai 4,98 persen. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 54

81 e. Industri Sektor Industri pengolahan berdasarkan jumlah tenaga kerja di perusahaan dikelompokkan ke dalam 4 skala yaitu industri besar (tenaga kerja 100 orang), industri sedang (tenaga kerja orang), industri kecil (tenaga kerja 5-19 orang) dan industri mikro (tenaga kerja 1-5 orang). Pemerintah Kabupaten Berau harus memiliki perhatian khusus kepada industri kecil karena sebagian besar merupakan industri mikro kecil yang digerakkan oleh masyarakat (rumah tangga). Pada tahun 2014, jumlah industri kecil mencapai 725 industri dengan tenaga kerja sebanyak orang Aspek Daya Saing Daerah Daya saing daerah dalam pembangunan merupakan salah satu cara dalam mengoptimalkan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah terutama sumber daya baik alam maupun manusianya. Suatu daya saing (competitivness) merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan ekonomi yang memiliki keterkaitan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Pada aspek daya saing daerah memberikan gambaran tentang kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah/infrastruktur, iklim berinvestasi, dan sumber daya manusia Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator penting dalam melihat kemampuan perekonomian daerah. Hal ini dikarenakan pengeluaran konsumsi rumah tangga akan memberikan gambaran secara mikro bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat dalam menjalani kehidupan kesehariannya. Secara total, pengeluaran konsumsi rumah tangga di Kabupaten Berau pada tahun 2015 sebanyak Rp ,- per bulan. Sebagian besar pengeluaran digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang mencapai 75,52 persen (Rp , -). Sedangkan sisanya digunakan untuk pengeluaran konsumsi non pangan yang mencapai Rp ,- atau 26,48 persen. Bab II Gambaran Umum Daerah II - 55

82 Gambar 2.26 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Kabupaten Berau, 2015 Pengeluaran konsumsi rumah tangga pangan; ,75 ; 73,52% Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur a. Hotel dan Restoran Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini, jumlah hotel di Kabupaten Berau mengalami peningkatan setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2015 mencapai 267 unit hotel/akomodasi jenis lainnya yang beroperasi. Dari ke 267 hotel tersebut terdapat kamar yang bisa ditempati dengan tempat tidur. Kenaikan yang cukup signifikan ini disebabkan karena meningkatnya sektor kepariwisataan di Kabupaten Berau sehingga perlu memenuhi akomodasi wisatawan yang meningkat setiap tahunnya Pengeluaran konsumsi rumah tangga non pangan; ,56 ; 26,48% b. Fasilitas Listrik Tabel 2.31 Jumlah Hotel, Kamar, dan Tempat Tidur Kabupaten Berau, Tahun Tahun Hotel Kamar Tempat Tidur Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Berau, 2016 Listrik merupakan kebutuhan dasar masyarakat dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Saat ini, dalam meningkatkan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, kelistrikan merupakan bidang strategis untuk mencapai pembangunan berbasis IPTEK tersebut. Di Kabupaten Berau, Bab II Gambaran Umum Daerah II - 56

83 persentase pelanggan rumah tangga yang menggunakan jasa PLN dalam kehidupan sehari-hari mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sebanyak 91,28 persen dari total keseluruhan pelanggan PLN merupakan rumahtangga. Meskipun demikian, pemakaian daya listrik yang diproduksi PLN terbanyak justru dari sektor bisnis, industri maupun pemerintahan. Selain itu, rumah tangga yang menjadi pelanggan PLN tersebut adalah rumah tangga yang di wilayah tempat tinggalnya sudah mendapat aliran listrik PLN. Sedangkan di wilayah yang belum terjangkau listrik PLN, rumah tangga harus mengusahakan sendiri bagaiamana sumber penerangannya. Dari total keseluruhan rumah tangga yang ada di Kabupaten Berau, hanya sebesar 67,60 persen yang menggunakan sumber penerangan utama dari listrik PLN Fokus Iklim Berinvestasi a. Angka Kriminalitas Secara umum, hingga tahun 2015 Jumlah kasus kriminalitas mengalami penurunan dari tahun 2013 sebesar 5638 kasus menjadi 4316 kasus pada tahun Sedangkan pada tahun 2015 naik kembali sebesar 4509 kasus, sehingga angka kriminalitas di Kabupaten Berau mengalami penurunan setiap tahunnya yang berbanding lurus dengan kasus kriminalitas yang terjadi. Pada tahun 2015, kriminalitas di Kabupaten Berau mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga mencapai 114 kasus dengan angka kriminalitas sebesar 5,23 yang berarti terdapat 5 hingga 6 tindak kriminalitas yang terjadi diantara penduduk Kabupaten Berau. Tabel 2.32 Jumlah Kasus Kriminalitas Kabupaten Berau Tahun No Tahun Jumlah Kasus Kriminalitas Sumber: Badan Kesbangpol Kab. Berau 2016 Tabel 2.33 Jumlah Penduduk, Jumlah Tindak Pidana, dan Angka Kriminalitas Kabupaten Berau, Tahun No Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Tindak Pidana Angka Kriminalitas , , ,23 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 Bab II Gambaran Umum Daerah II - 57

84 2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia Manusia sebagai subjek sekaligus objek pembangunan merupakan pondasi awal sekaligus sebagai tujuan akhir dari pembangunan daerah. Namun untuk mencapai pembangunan yang diinginkan, tidak hanya kuantitas penduduk saja yang dibutuhkan, melainkan sumber daya manusia berkualitaslah yang menjadi harapan utama penyokong pembangunan suatu daerah. Indikator paling mudah dalam melihat kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh masyarakat. Selain itu, kelompok umur produktif dan non poduktif juga dapat dijadikan acuan dalam menunjang analisis beban kualitas sumber daya manusia. Analisis kinerja atas sumber daya manusia dapat dilakukan terhadap indikator pendidikan penduduk yang telah ditamatkan sehingga akan terlihat kualitas sumber daya manusia serta rasio ketergantungan yang menggambarkan ketergantungan penduduk usia non produktif terhadap penduduk produktif. a. Pendidikan Angkatan Kerja Angkatan kerja merupakan kelompok penduduk yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan baik yang sudah bekerja maupun belum mendapatkan pekerjaan (pengangguran). Oleh karena itu, pendidikan bagi angkatan kerja merupakan modal dasar yang sangat penting dalam bersaing di pasar kerja untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak. Di Kabupaten Berau, sebagian besar angkatan kerja merupakan lulusan SMA sederajat yang mencapai 41,00 persen dan disusul oleh lulusan Sekolah Dasar sebesar 18,33 persen. Hal yang perlu digarisbawahi adalah masih tingginya angkatan kerja yang belum tamat SD sebesar 8,29 persen dan bahkan belum sekolah sama sekali sebesar 0,88 persen. Gambar 2.27 Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Terakhir Yang Ditamatkan Kabupaten Berau, 2015 SMP Sederajat 17,27% SMA Sederajat 41,00% DI/II/III 3,36% S1/S2/S3 10,87% SD Sederajat 18,33% Tidak/Belum Tidak/Belum Pernah Sekolah Tamat SD 0,88% 8,29% Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2016 Bab II Gambaran Umum Daerah II - 58

85 b. Angka Ketergantungan Selain dari kualitas pendidikan, produktivitas penduduk juga ditentukan oleh kelompok umur dimana terdapat kelompok usia non produktif (<15 tahun dan >64 tahun) serta usia produktif (15-64 tahun). Asumsi umum yang berlaku adalah penduduk usia non produktif akan menjadi beban tanggungan oleh penduduk usia produktif baik dalam hal pendidikan, kesehatan, maupun pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Di Kabupaten Berau, dari jiwa penduduk terdapat usia non produktif sebanyak jiwa sehingga didapatkan angka ketergantungan sebanyak 52,81. Angka ketergantungan tersebut memiliki arti bahwa diantara 100 penduduk yang produktif harus menanggung penduduk usia non produksi muda maupun tua Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (4) Undang -Undang Dasar Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan pedoman wajib bagi penyelenggaraan pelayanan publik dimana secara jelas pasal tersebut berbunyi, Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa SPM merupakan pelayanan minimal yang seyogyanya diterima oleh masyarakat untuk dapat menunjang aktivitas kesehariannya. Capaian SPM Kabupaten Berau dijabarkan dalam indikatorindikator sebagai berikut: Bab II Gambaran Umum Daerah II - 59

86 Tabel 2.34 Capaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Berau sampai dengan Tahun 2015 No. Jenis Pelayanan Dasar No. Standar Pelayanan Minimal Indikator Nilai Capaian 1 Bidang Kesehatan Pelayanan Kesehatan Dasar 1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4. 2 Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani. 3 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Perangkat Daerah Penanggung Jawab Dasar Hukum Dinas Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan Ri Nomor 741/Menkes/Per/Vii/ ,3 Dinas Kesehatan Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota 90 34,88 Dinas Kesehatan 4 Cakupan pelayanan Ibu Nifas 90 21,87 Dinas Kesehatan 5 Cakupan neonatal dengan 80 28,3 Dinas Kesehatan komplikasi yang ditangani 6 Cakupan kunjungan bayi Dinas Kesehatan 7 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Dinas Kesehatan 8 Cakupan pelayanan anak balita. 9 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin. 10 Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatanat 90 31,5 Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan II - 60 Bab II Gambaran Umum Daerah

87 11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat Dinas Kesehatan 12 Cakupan peserta KB Aktif 70 38,46 Dinas Kesehatan Pelayanan Kesehatan Rujukan 13 Cakupan Penemuan dan penanganan penderita penyakit Dinas Kesehatan a b c d Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun Penemuan Penderita Pneumonia Balita Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif Penderita DBD yang Ditangani Dinas Kesehatan 100 4,29 Dinas Kesehatan ,43 Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan e Penemuan Penderita Diare ,43 Dinas Kesehatan 14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 15 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin. 100 Dinas Kesehatan 100 0,99 Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB 16 Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota. 17 Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan II - 61 Bab II Gambaran Umum Daerah

88 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 2 Bidang Perhubungan Angkutan Jalan Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan 18 Cakupan Desa Siaga Aktif Dinas Kesehatan 1 Tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan Kabupaten/Kota 75% Dinas Perhubungan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.81 Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota 2 Tersedianya angkutan umum yang melayani jaringan trayek yang menghubungkan daerah tertinggal dan terpencil dengan wilayah yang telah berkembang pada wilayah yang telah tersedia jaringan jalan Kabupaten/Kota. 60% Dinas Perhubungan Jaringan Prasarana Angkutan Jalan Fasilitas Perlengkapan Jalan 3 Tersedianya halte pada setiap Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek. 4 Tersedianya terminal angkutan penumpang pada setiap Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek. 5 Tersedianya fasilitas perlengkapan jalan (rambu, marka, dan guardrill) dan penerangan jalan umum (PJU) pada jalan Kabupaten/Kota. 63% Dinas Perhubungan 40% 50% Dinas Perhubungan 60% 87% Dinas Perhubungan II - 62 Bab II Gambaran Umum Daerah

89 Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor 6 Tersedianya unit pengujian kendara-an bermotor bagi Kabupaten/Kota yang memiliki populasi kendaraan wajib uji minimal 4000 (empat ribu) kendaraan wajib uji. 60% Dinas Perhubungan Sumber Daya Manusia (SDM) 7 Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang terminal pada Kabupaten/Kota yang telah memiliki terminal. 8 Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pengujian kendaraan bermotor pada Kabupaten/Kota yang telah melakukan pengujian berkala kendaraan bermotor. 50% 42% Dinas Perhubungan 70% Dinas Perhubungan 9 Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang MRLL, Evaluasi Andalalin, Pengelolaan Parkir pada Kabupaten/Kota. 10 Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan pada setiap perusahaan angkutan umum 40% 33% Dinas Perhubungan 50% Dinas Perhubungan II - 63 Bab II Gambaran Umum Daerah

90 Keselamatan 11 Terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum yang melayani trayek di dalam Kabupaten/Kota. Dinas Perhubungan Angkutan Sungai dan Danau. Jaringan Pelayanan Angkutan Sungai dan Danau 12 Tersedianya kapal sungai dan danau untuk melayani jaringan trayek dalam Kabupaten/Kota pada wilayah yang tersedia alur sungai dan danau yang dapat dilayari. 75% 67% Dinas Perhubungan 13 Tersedianya kapal sungai dan danau yang melayani trayek dalam Kabupaten/Kota yang menghubung-kan daerah tertinggal dan terpencil dengan wilayah yang telah berkembang pada wilayah yang tersedia alur sungai dan danau yang dapat dilayari. 40% 67% Dinas Perhubungan Jaringan Prasarana Angkutan Sungai dan Danau 14 Tersedianya pelabuhan sungai dan danau untuk melayani kapal sungai dan danau yang beroperasi pada trayek dalam Kabupaten/Kota pada wilayah yang telah dilayari angkutan sungai dan danau. 60% 60% Dinas Perhubungan II - 64 Bab II Gambaran Umum Daerah

91 Keselamatan 15 Terpenuhinya standar keselamatan bagi kapal sungai dan danau yang beroperasi pada lintas antar pelabuhan dalam satu Kabupaten/Kota. Dinas Perhubungan Sumber Daya Manusia (SDM) 16 Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi sebagai awak kapal angkutan sungai dan danau untuk daerah yang telah melayani angkutan sungai dan danau. 50% 68% Dinas Perhubungan Angkutan Penyeberangan Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan 17 Tersedianya kapal penyeberangan yang beroperasi pada lintas dalam Kabupaten/Kota pada wilayah yang telah ditetapkan lintas penyeberangan dalam Kabupaten/Kota. 60% 67% Dinas Perhubungan 18 Tersedianya kapal penyeberangan yang beroperasi pada lintas dalam Kabupaten/Kota untuk menghubung-kan daerah tertinggal dan terpencil dengan wilayah yang telah berkembang pada wilayah yang telah ditetapkan lintas penyeberangan dalam kabupaten/kota. 67% Dinas Perhubungan II - 65 Bab II Gambaran Umum Daerah

92 Jaringan Prasarana Angkutan Penyeberangan 19 Tersedianya pelabuhan penyebe-rangan pada Kabupaten/Kota yang memiliki pelayanan angkutan penye-berangan yang beroperasi pada lintas penyeberangan dalam Kabupaten/ Kota pada wilayah yang memiliki alur pelayaran. 60% 60% Dinas Perhubungan Keselamatan 20 Terpenuhinya standar keselamatan kapal penyeberangan dengan ukuran di bawah 7 GT dan kapal penyebe-rangan yang beroperasi pada lintas penyeberangan dalam Kabupaten/ Kota Dinas Perhubungan Sumber Daya Manusia (SDM) 21 Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi sebagai awak kapal penyeberangan dengan ukuran di bawah 7 GT atau yang beroperasi di lintas penye-berangan dalam Kabupaten/Kota 50% 68% Dinas Perhubungan II - 66 Bab II Gambaran Umum Daerah

93 Angkutan Laut Jaringan Pelayanan Angkutan Laut 22 Tersedianya kapal laut yang beroperasi pada lintas dalam Kabupaten/Kota pada wilayah yang memiliki alur pelayaran dan tidak ada alternatif angkutan jalan. 90% Belum Ada Dinas Perhubungan 23 Tersedianya kapal laut yang beroperasi pada lintas atau trayek dalam Kabupaten/Kota untuk menghubungkan daerah tertinggal dan terpencil dengan wilayah yang telah berkembang pada wilayah yang memiliki alur pelayaran dan tidak ada alternatif angkutan jalan. Belum Ada Dinas Perhubungan Jaringan Prasarana Angkutan Laut 24 Tersedianya dermaga pada setiap ibukota Kecamatan dalam Kabupaten/Kota untuk melayani kapal laut yang beroperasi pada trayek dalam Kabupaten/Kota pada wilayah yang memiliki alur pelayaran dan tidak ada alternatif angkutan jalan. 60% Belum Ada Dinas Perhubungan Keselamatan 25 Terpenuhinya standar keselamatan kapal dengan ukuran di bawah 7 GT yang beroperasi pada lintas dalam Kabupaten/Kota. Belum Ada Dinas Perhubungan II - 67 Bab II Gambaran Umum Daerah

94 Sumber Daya Manusia (SDM) 26 Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi sebagai awak kapal angkutan laut dengan ukuran di bawah 7 GT Belum Ada Dinas Perhubungan 3 Bidang Kesenian Pelindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan 1 Cakupan kajian seni 50% 6,67% Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.106/HK.501/MKP/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesenian Sarana dan Prasarana 5 Cakupan sumber daya manusia kesenian 4 Bidang Lingkungan Hidup Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air. 1 Jumlah perusahaan dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pecegahan pencemaran air. 2 Cakupan fasilitasi seni 30% 14,29% Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 3 Cakupan gelar seni 75% 50% Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 4 Cakupan misi kesenian 0 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 25% 12,50% Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 6 Cakupan tempat 50% Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 7 Cakupan organisasi 34% 0 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 60% Badan Lingkungan Hidup Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal II - 68 Bab II Gambaran Umum Daerah

95 Pelayanan Pen-cegahan Pence-maran Udara Dari Sumber Tidak Bergerak. Pelayanan Pe-nyediaan Infor-masi Status Ke-rusakan Lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa. Pelayanan Tin-dak Lanjut Pe-ngaduan Masya-rakat Akibat Adanya Dugaan Pencemaran dan/atau Peru-kan Lingkungan Hidup. 2 Jumlah perusahaan dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan Admnistrasi dan teknis pecegahan pencemaran udara. 3 Presentase luasan lahan yang telah di-tetapkan status kerusakan lahan dan /atau tanah untuk produksi biomassa yg diinformasikan. 4 Jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pen-cemaran dan /atau perusakan lingkungan hidup yang ditindak-lanjuti. 0% Badan Lingkungan Hidup Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota 0% Badan Lingkungan Hidup 90% 75% Badan Lingkungan Hidup 5 Bidang Ketenagakerjaan Pelayanan Pelatihan Kerja 1 Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi 2 Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat 3 Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja 4 Besaran pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan 75% Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 60% Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 60% Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 70% Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.15/Men/X/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketenagakerjaan II - 69 Bab II Gambaran Umum Daerah

96 Pelayanan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 5 Besaran Kasus yang diselesaikan dengan perjanjian Bersama (PB) Pelayanan Kepesertaan Jamsostek 6 Besaran Pekerja/ Buruh yang menjadi peserta Jamsostek Pelayanan Pengawasan Ketenagakerjaan 7 Besaran pemeriksaan perusahaan 6 Bidang Ketahanan Pangan Pelayanan Ketersediaan dan Cadangan Pangan 8 Besaran pengujian peralatan di perusahaan Distribusi dan akses Pangan 3 Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga, dan Akses Pangan 50% Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 50% Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 45% Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 50% Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 Ketersediaan energi dan protein 89% 88,81% Badan Ketahanan Pangan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 65/Permentan/Ot.140/12/ Penguatan Cadangan Pangan 75% 27,70% Badan Ketahanan Pangan Tentang Standar Pelayanan Minimal 85% 76,14% Badan Ketahanan Pangan Bidang Ketahanan Pangan Provinsi Dan Kabupaten/Kota 4 Stabilitas harga dan pasokan pangan Penganakaragaman dan Keamanan Pangan 5 Pencapaian skor pola pangan harapan (PPH) 6 Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan Penanganan Kerawanan Pangan 7 Penanganan Daerah Rawan Pangan 7 Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Pelayanan Komunikasi Informasi dan Edukasi KB dan KS 1 Cakupan PUS yang usianya dibawah usia 20 tahun 90% 90,17% Badan Ketahanan Pangan 85% 59,63% Badan Ketahanan Pangan 75% Badan Ketahanan Pangan 50% 66,67% Badan Ketahanan Pangan 3,5 2,09% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor: 55 /Hk-010/B5/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal II - 70 Bab II Gambaran Umum Daerah

97 2 Cakupan sasaran PUS menjadi peserta KB Aktif 3 Cakupan PUS yang ingin berkb tidak terpenuhi (Unmed Need 4 Cakupan anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber KB 5 Cakupan PUS peserta KB anggota UPPKS yan ber KB 65 70,98% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana 5 13,72% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana 70 89,70% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana 87 65,80% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera Di Kabupaten/Kota 6 Ratio Penyuluh KB (PKB/PLKB) 1 PKB untuk 2 Desa/Kel 0,15 (1/6,5) Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana 7 Ratio Petugas Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) 1 PPKBD untuk 1 Desa/Kel 1 (1/1) Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana II - 71 Bab II Gambaran Umum Daerah

98 Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi 8 Cakupan Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat Penyediaann Informasi Data Mikro 9 Cakupan penyediaan Informasi Data Mikro Keluarga di setiap Desa/Kelurahan 30 0,00% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana ,00% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana 8 Bidang Komunikasi dan Informatika Pelaksanaan Diseminasi Informasi Nasional 1 Pelaksanaan Diseminasi dan Pendistribusian Informasi Nasional melalui: a b Media massa seperti majalah, Koran SKH, dan televisi; Media baru seperti website (media online); Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika 12 x /tahun 9 Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Setiap hari Setiap hari Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/M.Kominfo/12/2010 tanggal 20 Desember 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Komunikasi dan Informatika di Kabupaten/Kota c Media tradisionil seperti pertunjukan rakyat; 12 x /tahun 0 Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika d Media interpersonal seperti sarasehan, ceramah/ diskusi dan lokakarya; 13 x /kecamatan 5 Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika e Media luar ruang seperti media buletin, leaflet, buku, brosur, spanduk, dan baliho 13 x /tahun 72 Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Pengembangan dan Pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) 2 Cakupan pengembangan dan pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat di Tingkat Kecamatan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika II - 72 Bab II Gambaran Umum Daerah

99 9 Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Sumber Daya Air Prioritas Utama penyediaan Air untuk kebutuhan masyarakat 1 Tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari hari. 2 Tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada. Jalan Aksesbilitas 3 Tersedianya jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota. Mobilitas 4 Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat perindividu melakukan perjalanan. Keselamatan 5 Tersedianya jalan yang menjamin pengguna jalan berkendara dengan selamat Kondisi Jalan 6 Tersedianya jalan yang menjamin kendaraan dapat berjalan dengan selamat dan nyaman. Kecepatan 7 Tersedianya jalan yang menjamin perjalanan dapat dilakukan sesuai dengan kecepatan rencana 8 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR 70% 7 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR Dinas Pekerjaan Umum/DPTR Dinas Pekerjaan Umum/DPTR 60% Dinas Pekerjaan Umum/DPTR 60% Dinas Pekerjaan Umum/DPTR 60% Dinas Pekerjaan Umum/DPTR Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Air minum Cluster Pelayanan 8 Tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum Sangat buruk 40% dengan jaringan perpipaan Buruk 50% Dinas Pekerjaan Umum/DPTR II - 73 Bab II Gambaran Umum Daerah

100 Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan Sedang dan bukan jaringan perpipaan 70% Baik terlindungi dengan kebutuhan 80% pokok minimal 60 Sangat Baik liter/orang/ hari Air Limbah 9 Tersedianya sistem air limbah 60% Dinas Pekerjaan Permukiman setempat yang memadai. Umum/DPTR 10 Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota Pengelolaan Sampah 11 Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan. 12 Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan. Drainase 13 Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun 5% 50 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR 20% 7 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR 70% 7 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR 50% #DIV/0! Dinas Pekerjaan Umum/DPTR Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Izin Mendirikan Bangunan Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) 14 Berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan. 15 Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota. 16 Tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di Kabupaten /kota 10% 0.00 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR 4 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR 4 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR II - 74 Bab II Gambaran Umum Daerah

101 Jasa Konstruksi Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 17 Penerbitan IUJK dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah persyaratan lengkap. 5 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR Sistem Informasi Jasa Konstruksi 18 Tersedianya Sistem Informasi Jasa Konstruksi setiap tahun 4 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR Penataan Ruang Informasi Penataan Ruang 19 Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital 9 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR Pelibatan Peran Masyarakat Dalam Proses Penyusunan RTR 20 Terlaksananya penjaringan aspirasi masyarakat melalui forum konsultasi publik yang memenuhi syarat inklusif dalam proses penyusunan RTR dan program pemanfaatan ruang, yang dilakukan minimal 2 (dua) kali setiap disusunnya RTR dan program pemanfaatan ruang. 6 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR Izin Pemanfaatan Ruang 21 Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan Peraturan Daerah tentang RTR wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya 4 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR II - 75 Bab II Gambaran Umum Daerah

102 Pelayanan Pengaduan Pelanggaran Tata Ruang 22 Terlaksanakannya tindakan awal terhadap pengaduan masyarakat tentang pelanggaran di bidang penataan ruang, dalam waktu 5 (lima) hari kerja 4 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik 23 Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan. 25% 4 Dinas Pekerjaan Umum/DPTR 10 Bidang Sosial Pelaksanaan program/kegiatan bidang sosial: Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial skala Kabupaten/ Kota 1 (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar Dinas Sosial Peraturan Menteri Sosial Nomor 129/HUK/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial skala Kabupaten/Kota 2 (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya ,62 Dinas Sosial Penyediaan sarana dan prasarana sosial: Penyediaan sarana prasarana pantai sosial skala kabupaten/kota 3 Presentase (%) pantai sosial skala kabupaten/ kota yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial Dinas Sosial II - 76 Bab II Gambaran Umum Daerah

103 Penanggulangan korban Bencana: Penyediaan sarana prasarana pelayanan luar panti skala Kabupaten/Kota Bantuan sosial bagi korban bencana skala Kabupaten/Kota 4 Presentase (%) wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. 5 Presentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat 60 16,67 Dinas Sosial Dinas Sosial Evaluasi korban bencana skala Kabupaten/kota 6 Presentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang dievakuasi dengan menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap Dinas Sosial Pelaksanaan dan pengembangan jaminan sosial bagi penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial: Penyelenggaraan jaminan sosial skala Kabupaten/Kota 7 Presentase (%) penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial 40 32,60 Dinas Sosial 11 Bidang Penanaman Modal Kebijakan Penanaman Modal 1 Tersedianya informasi peluang usaha sektor/bidang unggulan PDPKM Peraturan Kepala Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang II - 77 Bab II Gambaran Umum Daerah

104 Kerjasama Penanaman Modal 2 Terselenggaranya fasilitasi pemerintah daerah dalam rangka kerjasama kemitraan: PDPKM Penanaman Modal Provinsi Dan Kabupaten/Kota a Antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) tingkat kabupaten/kota dengan pengusaha tingkat provinsi/nasional 0% 0% PDPKM Promosi Penanaman Modal 3 Terselenggaranya promosi peluang penenaman modal Kabupaten. Pelayanan Penanaman Modal 4 Terselenggaranya pelayanan perizinan dan non perizinan bidang penanaman modal melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman modal: 0% PDPKM PDPKM II - 78 Bab II Gambaran Umum Daerah

105 a Pendaftaran Penanaman Modal Dalam Negeri, Izin Prinsip Penanaman Modal Dalam Negeri, Izin Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Perpanjangan Izin Mempekerjajan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang bekerja di lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota, sesuai kewenangan pemerintah kabupaten/kota. 0% Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Penanaman Modal Penyebarluasan, Pendidikan dan Pelatihan Penanaman Modal. 5 Terselenggaranya bimbingan pelaksanaan Kegiatan Penanaman Modal kepada masyarakat dunia usaha. 6 Terimplementasikannya Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE). 7 Terselenggaranya sosialisasi kebijakan penanaman modal kepada masyarakat dunia usaha 25% 1 kali PDPPM dan PDKPM 0% PDKPM 25% 1 kali PDKPM 12 Bidang Pelayanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan II - 79 Bab II Gambaran Umum Daerah

106 Penanganan Pengaduan/ Laporan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak 1 Cakupan Perempaun dan Anak korban Kekerasan yang mendauapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam Unit pelayanan terpadu Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan Pelayanan Kesehatan bagi Perempauan dan Anak Korban Kekerasan 2 Cakupan Perempuan dan Anak Ko orban Kekerasan yang Mendapatkan Llayanan Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan Terlatih di Puskesmas Mampu Tatalaksana KtP/A dan PPT / PKT di RS. 0% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Rehabilitasi Sosial Bagi Perempuan dan anak korban kekerasan 3 Cakupan layanan rehabilitasi sosial yang diberikan oleh petugas Rehabilitasi sosial terlatih bagi perempuan dan anak Korban Kekerasan di dalam Unit Perlayana n 75% 0% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana 4 Cakupan layanan bimbingan Rohani yang diberikan oleh petugas Bimbingan Rohani terlatih bagi perempuan dan Anak korban kekerasan terhadap Perempuan dan anak 75% 0% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana II - 80 Bab II Gambaran Umum Daerah

107 Penegakan dan bantuan Hukum bagi perempuan dan anal korban kekerasan Pemulangan dan Reintegrasi Sosial bagi Perempuan dan Anak korban Kekerasan 5 Cakupan Penegakan Hukum dari Tingkat Penyelidikan sampai putusan pengadilan atas Kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak 6 Cakupan perempuan dan anak Korban Kekerasan yang mendapatkan layanan bantuan Hukum 7 Cakupan Layanan Pemulangan Bagi Perempuan dan anak Korban Kekerasan 8 Cakupan Layanan Reintegrasi Sosial bagi Perempuan dan anak korban Kekerasan. 80% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana 50% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana 50% 0% Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana 13 Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Pelayanan Dokumen Kependudukan 1 1. Cakupan Penerbitan Kartu Keluarga 2 2. Cakupan Penerbitan Kartu Tanda Penduduk 3 3. Cakupan Penerbitan Kuitipan Akta Kelahiran 4 4. Cakupan Penerbitan Kutipan Akta Kematian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 90% 90% Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 70% 70% Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota II - 81 Bab II Gambaran Umum Daerah

108 Pemeliharaan Keten- traman & Ketertiban Masyarakat 5 5. Cakupan penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah di Kabupaten/Kota Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 6 6. Cakupan patroli siaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 3 x patrol dlm sehari 3 x patrol dlm sehari Satuan Polisi Pamong Praja 7 7. Cakupan rasio petugas perlindungan masyarakat (Linmas) di kabupaten / kota 1 org setiap RT atau sebutan lainnya 1 org setiap RT atau sebutan lainnya Satuan Polisi Pamong Praja Penanggulangan Bencana Kebakaran 8 8. Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran di Kabupaten/Kota 9 9. Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) 80% 80% Badan/Dinas/Kantor/ UPT Pemadam Kebakaran 75% 75% Badan/Dinas/Kantor/ UPT Pemadam Kebakaran aparatur pemadam kebakaran yang memenuhi standar kualifikasi Jumlah mobil pemadam kebakaran diatas liter pada WMK ( Wilayah Manajemen Kebakaran) 85% 85% Badan/Dinas/Kantor/ UPT Pemadam Kebakaran 90% 90% Badan/Dinas/Kantor/ UPT Pemadam Kebakaran 14 Bidang Pendidikan Dasar II - 82 Bab II Gambaran Umum Daerah

109 1 Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil 50% Dinas Pendidikan Peratiran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota 2 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis 50% Dinas Pendidikan 3 Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik Dinas Pendidikan II - 83 Bab II Gambaran Umum Daerah

110 4 Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru Dinas Pendidikan 5 Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan Dinas Pendidikan 6 Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran 7 Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan II - 84 Bab II Gambaran Umum Daerah

111 8 Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masingmasing sebanyak 40% dan 20% Dinas Pendidikan 9 Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris Dinas Pendidikan 10 Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 11 Di setiap kab/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik - - Dinas Pendidikan - - Dinas Pendidikan II - 85 Bab II Gambaran Umum Daerah

112 12 Di setiap ka/kota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat Pendidik 13 Pemerintah kab/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif - - Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan 14 Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan Dinas Pendidikan Pendidikan dasar oleh satuan pendidikan 1 Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik - Dinas Pendidikan II - 86 Bab II Gambaran Umum Daerah

113 2 Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik - Dinas Pendidikan 3 Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA Dinas Pendidikan 4 Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi,dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi - - Dinas Pendidikan II - 87 Bab II Gambaran Umum Daerah

114 5 Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan Dinas Pendidikan 6 Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut : a) Kelas I II : 18 jam per minggu; b) Kelas III : 24 jam per minggu; c) Kelas IV - VI : 27 jam per minggu atau d) Kelas VII - IX : 27 jam per minggu - - Dinas Pendidikan 7 Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku - - Dinas Pendidikan II - 88 Bab II Gambaran Umum Daerah

115 8 Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya 9 Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik 10 Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester 11 Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik - - Dinas Pendidikan - - Dinas Pendidikan - Dinas Pendidikan - - Dinas Pendidikan II - 89 Bab II Gambaran Umum Daerah

116 12 Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester - - Dinas Pendidikan 13 Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS) 15 Bidang Perumahan Rakyat Rumah Layak Huni dan Terjangkau 1 Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni Rumah Layak Huni dan Terjangkau Lingkungan yang Sehat dan Aman yang didukung dengan Sapras dan Utilitas Umum (PSU) 2 Cakupan Layanan Rumah Layak Huni yang terjangkau 3 Cakupan Lingkungan Sehat dan Aman Yang didukung dengan PSU - Dinas Pendidikan 88,37% Dinas Perumahan dan Tata Ruang 70% 62,67% Dinas Perumahan dan Tata Ruang Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22/PERMEN/M/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota II - 90 Bab II Gambaran Umum Daerah

117 Bab II Gambaran Umum Daerah II - 91

118 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pelaksanaan otonomi daerah secara langsung akan berpengaruh terhadap sistem pembiayaan, pengelolaan, dan pengawasan keuangan daerah. Sistem pembiayaan daerah dalam konteks otonomi daerah merupakan aspek yang sangat penting. Daerah diharapkan mampu meningkatkan kapasitas fiskal (fiscal capacity) agar mampu mencukupi kebutuhan fiskalnya (fiscal need) sehingga tidak mengalami defisit fiskal (fiscal gap). Salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah tersebut adalah dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Terkait dengan hal tersebut, pengelolaan keuangan daerah mencakup keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah adalah hal yang sangat penting dalam proses perencanaan suatu daerah secara keseluruhan. Tahapan-tahapan dalam pengelolaan keuangan daerah sangat krusial dalam memulai roda pemerintahan dan pembangunan setiap tahunnya. Oleh karena itu, perwujudan pelayanan dan kesejahteraan kepada masyarakat dari pengelolaan keuangan daerah harus melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi pembangunan yang terstruktur dengan baik. 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja keuangan daerah pada masa-masa lalu menggambarkan kemampuan pendanaan pembangunan pemerintahan daerah selama ini. Derajat Otonomi Fiskal Daerah (DOFD) sebagai salah satu indikator untuk menganalisis kemampuan keuangan daerah diukur melalui kontribusi realisasi PAD terhadap APBD. Kesinambungan penyelenggaraan pembangunan di masa datang ditentukan sejauh mana kemandirian pembiayaan tersedia untuk melaksanakan pembangunan daerah. Perkembangan DOFD Kabupaten Berau periode tahun , dapat dilihat pada tabel berikut. Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 1

119 Tabel 3. 1 Derajat Otonomi Fiskal Daerah Kabupaten Berau Tahun (Jutaan Rupiah) Pendapatan Asli No. Tahun Total Pendapatan Daerah ,523 1,184,062 8% ,643 1,706,072 9% ,187 1,977,946 8% ,662 1,904,809 9% ,026 2,364,660 10% ,671 2,211,606 10% Rata-Rata 175,785 1,891,526 9% Sumber: Dispenda Kabupaten Berau, 2016 Dari tabel di atas tampak bahwa derajat otonomi fiskal Kabupaten Berau rata-rata 9 persen, ini berarti konstribusi pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan daerah masih sedikit. Namun persentase derajat desentralisasi fiskal daerah naik setiap tahunnya. Diharapkan di tahun tahun mendatang, pemerintahan Kabupaten Berau dapat meningkatkan peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam era desentralisasi fiskal. Pada bagian kinerja keuangan masa lalu mengambarkan kinerja masa lalu tentang pendapatan, belanja, dan pembiayaan. 1) Pendapatan Daerah Sumber penerimaan daerah terdiri atas: (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah; (2) Dana Perimbangan yang meliputi Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; (3) Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 2

120 Tabel 3. 2 Kinerja Keuangan Daerah (Realisasi Pendapatan Daerah) Kabupaten Berau Tahun No. Uraian (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 PENDAPATAN ,48% 1.1. Pendapatan Asli Daerah ,48% Pajak daerah ,07% Retribusi daerah ,39% Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan ,01% Lain-lain PAD yang sah ,95% 1.2. Dana Perimbangan ,22% Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak ,62% Dana alokasi umum ,20% Dana alokasi khusus ,40% 1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah ,07% Hibah Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya ***) ,22% Dana penyesuaian dan otonomi khusus****) ,36% Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya Sumber: Dispenda Kabupaten Berau, ,74% III - 3 Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

121 Analisis terhadap perkembangan pendapatan daerah ini dapat dijelaskan antara lain. 1. Realisasi pendapatan daerah mengalami kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,48 persen yang dipengaruhi oleh adanya kenaikan semua unsur-unsur pendapatan daerah, yaitu: PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah. Jumlah dana terbanyak didapat dari komponen dana perimbangan yaitu Dana Bagi Hasil Pajak/bagi hasil bukan pajak. 2. Realisasi pendapatan asli daerah (PAD) meningkat signifikan dengan rata -rata pertumbuhan sebesar 11,48 persen. Semua unsur PAD menunjukan trend meningkat (pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain PAD yang sah). Komponen yang menunujukkan kenaikan yang signifikan adalah pajak daerah yaitu 20,07 persen. Nilai pajak daerah yang semakin tinggi setiap tahunnya menunjukkan kesadaran masyarakat Berau pentingnya pajak bagi pembangunan. 3. Realisasi penerimaan dana perimbangan mengalami kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,22 persen. Kenaikan ini dipengaruhi oleh unsur dana bagi hasil pajak dan atau bukan pajak serta DAU yang juga cenderung meningkat. Sedangkan unsur lainnya yaitu DAK terjadi fluktuasi. Kenaikan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada Kabupaten Berau menunjukkan bahwa Kabupaten Berau belum mampu menyelenggarakan pemerintahan dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (SDA) saja. 4. Secara total realisasi, Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 14,07 persen. Bantuan keuangan dari Pemda Lainnya mengalami kenaikan yang signifikan. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap total Pendapatan Daerah Kabupaten Berau mulai tahun 2011 hingga 2015 berada pada kisaran 8 hingga 12 persen yang menunjukkan tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap pemerintah pusat tingkat tinggi. Kontribusi pendapatan yang paling tinggi adalah Dana Perimbangan yaitu berada pada kisaran 71 persen sampai dengan 80 persen. Namun nilai Dana Perimbangan mengalami penurunan setiap tahunnya, sebaliknya nilai PAD dan PAD lain-lain yang sah mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan adanya upaya pemerintah Kabupaten Berau untuk tidak bergantung pada pemerintahan pusat. 2) Belanja Daerah Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai dalam pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama dengan pemerintah provinsi dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan pembangunan melalui peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 4

122 Analisis belanja dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan alokasi dana untuk belanja daerah. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran realisasi dari kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan daerah pada periode tahun anggaran sebelumnya yang digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan dimasa datang dalam rangka peningkatan kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Analisis belanja dilakukan melalui analisis sebagai berikut: a. Analisis proporsi realisasi belanja daerah dibanding anggaran; b. Analisis proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur; c. Analisis belanja periodik dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama; dan d. Analisis proyeksi belanja daerah. Proporsi realisasi belanja daerah dibanding anggaran belanja tahun dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut. Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 5

123 Tabel 3. 3 Rata-Rata Pertumbuhan Belanja Daerah Kabupaten Berau Tahun No Uraian REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI Rata-Rata (%) BELANJA 595,095,069, ,913,228, ,373,832, ,899,603, ,130,907,009, % A Belanja Tidak Langsung 348,754,109, ,602,865, ,482,508, ,759,673, ,804,036, % 1 Belanja Pegawai 328,996,411, ,084,849, ,519,829, ,387,847, ,965,168, % 2 Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah 3,366,642, ,673,370, ,017,510, ,994,399, ,250,000, % 5 Belanja Bantuan Sosial 4,263,404, ,026,250, ,211,680, ,488,860, ,256, % 6 Belanja Bagi Hasil 265,599, ,599, ,308, ,999, ,284,703, % 7 Belanja Bantuan Keuangan 11,628,950, ,916,051, ,078,347, ,574,568, ,325,909, % 8 Belanja Tidak Terduga 233,100, ,745, ,083,833, ,000, ,000, % B Belanja Langsung 246,340,960, ,310,362, ,891,323, ,139,929, ,102,972, % 1 Belanja Pegawai 22,904,260, ,118,905, ,938,925, ,247,961, ,886,928, % 2 Belanja Barang dan Jasa 79,221,186, ,611,460, ,714,931, ,921,138, ,397,321, % 3 Belanja Modal 144,215,513, ,579,996, ,237,466, ,970,829, ,818,722, % Sumber: BPKAD Kabupaten Berau, 2016 III - 6 Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

124 Analisis terhadap realisasi belanja daerah selama tahun anggaran dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) realisasi total belanja mengalami kenaikan pada periode , yaitu dengan rata-rata pertumbuhan 17,70 persen. Hal ini disebabkan oleh Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung yang juga mengalami kenaikan. 2) Rata-rata pertumbuhan Belanja Tidak Langsung pada periode mengalami kenaikan adalah sebesar 13,57 persen. Komponen Belanja pegawai yang paling berkontribusi atas naiknya belanja tidak Langsung, denga rata-rata pertumbuhan 7,89 persen. 3) Rata-rata pertumbuhan Belanja Langsung adalah sebesar 24,63 persen. Realisasi belanja langsung meningkat karena kenaikan unsur belanja barang dan jasa, belanja pegawai, serta belanja modal. 4) Terjadinya kenaikan porsi realisasi belanja tidak langsung dan realisasi belanja langsung menggambarkan bahwa kebutuhan pemerintah daerah dalam pembangunan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu perlu adanya optimalisasi anggaran agar tingginya penyerapan anggaran berbanding lurus dengan keberhasilan pembangunan daerah yang telah direncanakan. 3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Analisis belanja dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan alokasi dana belanja daerah dengan tujuan untuk memperoleh gambaran realisasi dari kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan daerah pada periode tahun anggaran sebelumnya. Analisis ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan di masa datang dalam rangka peningkatan kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Analisis belanja dilakukan melalui analisis sebagai berikut: a. Analisis proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur; b. Analisis belanja periodik dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama; serta c. Analisis proyeksi belanja daerah Proporsi Penggunaan Anggaran Realisasi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur dapat dikaji dari informasi pada tabel berikut: Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 7

125 No. Tabel 3. 4 Proporsi Penggunaan Anggaran Pegawai Pemerintahan Kabupaten Berau Tahun (Juta Rupiah) Uraian Tahun A. Belanja Tidak Langsung 310, , , , , ,224 1 Belanja Gaji dan Tunjangan 204, , , , , ,935 2 Belanja Tambahan Penghasilan 102, , , , , ,757 3 Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH 2,290 2,290 2,277 2,464 2, Belanja Pemungutan Pajak 1,099 2,205 2,867 1, Daerah B Belanja Langsung 175, , , ,812 1,654,710 1,523,580 1 Belanja Honorarium PNS 29,474 38,665 34,502 45,548 63,532 72,895 2 Belanja Uang Lembur 13,428 8,337 5,207 6,216 6,973 8,785 3 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 4 Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS 5 Belanja Premi Asuransi Kesehatan 6 Belanja Makanan dan Minuman Pegawai 7 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya 8 Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari Tertentu 5,207 4,572 3,074 4, ,069 41,421 6,600 14,570 13,693 7,988 9, ,112 13,551 15,790 24,942 29,836 34, , ,470 1,405 1,004 1,798 1,226 2,840 2,755 2,577 3,756 9 Belanja Perjalanan Dinas 69,371 75, , , ,857 93, Belanja Perjalanan Pindah ,00 - Tugas 11 Belanja Pemulangan Pegawai 3,226 3, ,00-12 Belanja Modal (Kantor, Mobil Dinas, Meubelair, peralatan dan perlengkapan, dll) ,00 1,297,824 TOTAL 485, , , ,879 2,152,777 2,105,804 Sumber: BPKAD Kabupaten Berau, 2015 Proporsi penggunaan Anggaran Pemerintah untuk Pegawai Pemerintahan hanya diperuntukkan PNS. Proporsi ini dibagi menjadi belanja langsung dan tidak langsung, dengan jumlah nilai paling besar pada belanja tidak langsung. Pada Belanja Langsung, komponen Belanja perjalanan Dinas mempunyai nilai yang besar dan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Rata-rata pertumbuhan Belanja Perjalanan Dinas sebesar persen. Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 8

126 No. Tahun Tabel 3. 5 Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Berau Tahun (Juta Rupiah) Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Total pengeluaran (Belanja + Pembiayaan Pengeluaran) ,827 1,332, % ,657 1,407, % ,020 1,652, % , ,574 68,13% ,829 1,025,879 72,90% ,488 1,130,907 75,65% Sumber: BPKAD Kabupaten Berau, 2016 Dari tabel 3.5 di atas dapat dilihat persentase proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami penurunan. Penurunan yang paling drastis pada tahun 2010 sebesar persen ke tahun 2011 sebesar persen. Namun pada tahun 2013 mengalami kenaikan mencapai 68,13 persen. Analisis terhadap realisasi pengeluaran wajib dan mengikat dilakukan untuk menghitung kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran pembiayaan yang tidak dapat dihindari dan ditunda sehingga harus dibayar dalam suatu tahun anggaran pemerintah daerah seperti: gaji dan tunjangan pegawai serta anggota dewan, bunga, belanja jasa kantor, sewa kantor yang telah ada kontrak jangka panjang atau belanja sejenis lainnya. Sedangkan belanja periodik prioritas utama adalah pengeluaran yang harus dibayar setiap periodik oleh Pemerintah Daerah dalam rangka keberlangsungan pelayanan dasar prioritas Pemerintah Daerah yaitu pelayanan pendidikan dan kesehatan seperti honorarium tenaga medis, dan belanja sejenis lainnya. Total pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan anggaran belanja dalam rangka penghitungan kapasitas riil keuangan daerah dan analisis kerangka pendanaan. Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 9

127 Tabel 3. 6 Realisasi Pengeluaran Belanja Periodik Dan Pengeluaran Pembiayaan Yang Wajib Dan Mengikat Serta Prioritas Utama Kabupaten Berau Tahun (Juta Rupiah) URAIAN Rata-Rata Pertumbu han (%) Belanja Tidak Langsung 310, , , , , , % Gaji dan Tunjangan 204, , , , , , % Tambahan Penghasilan PNS Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan dan anggota DPRD serta KDH/WKDH Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/K ota 102, , , , , , % 2,290 2,290 2,277 2,464 2, % 1, % Belanja Langsung 103, , , , ,790 1,923, % Belanja Pegawai 79,446 84,177 97, , , , % Pendidikan PNS 5,207 4,572 3,074 4, , % Belanja Jasa Kantor 18,354 18,154 20,156 25,751 37,924 42,203 15,56% Belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor Pembiayaan Pengeluaran Pembentukan Dana Cadangan Pembayaran Pokok Utang 893 1, ,445 1,264 2, % 0.00% 0.00% 0.00% Total 414, , , , ,523 2,786, % Sumber: BPKAD Kabupaten Berau, 2016 Analisis terhadap realisasi pengeluaran belanja periodik dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama selama tahun dapat dijelaskan antara lain. 1) Pertumbuhan rata-rata total realisasi pengeluaran belanja periodik dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama periode tahun adalah sebesar persen. Rata-rata pertumbuhan yang besar nilainya adalah Belanja langsung. Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 10

128 2) Pertumbuhan rata-rata total belanja tidak langsung pada pengeluaran periodik dan pengeluaran yang wajib dan mengikat sebesar 27,46 persen. Peningkatan terjadi di semua unsur belanja tidak langsung dengan pertumbuhan rata-rata paling tinggi yakni unsur belanja tambahan penghasilan PNS mencapai persen dan memiliki nominal terbesar diantara semua unsur belanja tidak langsung. 3) Pertumbuhan rata-rata total belanja langsung pada pengeluaran periodik dan pengeluaran yang wajib dan mengikat sebesar 31,48 persen. Peningkatan terjadi di semua unsur belanja langsung dengan pertumbuhan rata-rata paling tinggi yakni unsur Belanja Jasa Kantor sebesar 15,56 persen diantara unsur-unsur yang lain Analisis Pembiayaan Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Adapun pembiayaan tersebut bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, serta penerimaan piutang daerah. Berikut dapat dilihat perkembangan defisit anggaran pada tabel berikut: Adapun penutup defisit riil anggaran Kabupaten Berau adalah sebagai berikut: Tabel 3. 7 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Berau (Juta Rupiah) No. Uraian Tahun Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya 920, ,232 1,027,332 1,352,551 1,501,480 1,611,162 2 Pencairan Dana Cadangan 3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah 5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 6 Penerimaan Piutang Daerah Sumber: BPKAD Kabupaten Berau, 2015 Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa komposisi defisit anggaran belanja daerah Kabupaten Berau seluruhnya ditutup dari Sumber Pembiayaan Sisa Lebih Penggunaan Anggaran tahun sebelumnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar persen. Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 11

129 Tabel 3. 8 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten Berau (dalam juta rupiah) Rata-rata No. Uraian pertumbuhan*) Rp Rp Rp Rp Rp Rp 1 Jumlah SiLPA 163,798,523, ,247,352, ,072,386, ,022,332, ,565,551, % 2 Pelampauan penerimaan PAD 995,502, ,709,084, ,321, ,058,218, ,902,364, % 3 Pelampauan penerimaan dana perimbangan 28,816,147, ,535,048, ,893,353, ,178,731, ,645,152, % 4 Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan -23,166,627, ,807,722, ,449,594, ,711,235, ,970,163, % daerah yang sah 5 Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya 132,553,436, ,403,868, ,536,125, ,968,492, ,653,641, % 6 Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan Kegiatan lanjutan Sumber: BPKAD Kabupaten Berau III - 12 Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

130 SiLPA adalah sisa anggaran tahun lalu yang ada dalam APBD tahun anggaran berjalan/berkenaan. SiLPA merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari sisa kas tahun anggaran sebelumnya. Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya pada tahun mengalami kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 21,33 persen. Hal ini menunjukkan adanya upaya penghematan yang dilakukan oleh Kabupaten Berau dengan menekan angka belanja baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung. 3.3 Kerangka Pendanaan Pada bagian kerangka pendaaan memberikan gambaran tentang proyeksi pendapatan, Proyeksi Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran (SiLPA), dan Proyeksi belanja waj ib dan mengikat. 1. Proyeksi Pendapatan Analisis terhadap pendapatan daerah dilakukan berdasarkan pada data dan mengkaitkan dengan informasi yang dapat memengaruhi pertumbuhan pendapatan daerah, antara lain: a. Angka rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu b. Asumsi indikator makro ekonomi (PDRB/laju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lain-lain); c. Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah;dan d. Kebijakan dibidang keuangan negara. Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 13

131 Tabel 3. 9 Proyeksi Pendapatan Kabupaten Berau Tahun (Juta Rupiah) No Uraian P Pendapatan Asli A Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Peng. Kekayaan Daerah Yang dipisahkan Lain-Lain PAD Sah B C. Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan pajak DAU DAK Lain-Lain Pendapatan Sah Pendapatan Hibah Dana Darurat Bagi hasil Pajak Provinsi dan Penerimaan Daerah Lainnya Dana Penyusesian dan otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi Dana Desa dan Desa Adat TOTAL PENDAPATAN (A+B+C) Sumber: Dispenda Kabupaten Berau Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 14

132 2. Proyeksi Belanja Tidak Langsung Tabel Proyeksi Belanja Tidak Langsung Tahun (Juta Rupiah) No Uraian Belanja Pegawai Belanja bagi hasil kepada provinsi/kota dan pemerintah desa Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan Partai Politik Belanja Tidak Terduga Belanja Wajib dan Mengikat Sumber: BPKAD Kabupaten Berau Berdasarkan tabel diatas total belanja dan pengeluaran yang wajib mengikat serta prioritas utama Kabupaten Berau tiap tahun meningkat dengan rata-rata kenaikan sebesar 8,95 persen. kenaikan tertinggi terjadi pada tahun sebesar 18,62 persen yang sebelumnya Rp menjadi Rp sedangkan kenaikan terendah terjadi pada tahun sebesar 3,90 persen yang sebelumnya Rp menjadi Rp Total belanja wajib dan mengikat serta prioritas utama Kabupaten Berau selama enam tahun ( ) adalah berjumlah Rp Janji Bupati untuk pembangunan infrastruktur dari bawah, merata dan berkeadilan dengan menyediakan anggaran Rp.2-5 Milyar tiap desa tiap tahun untuk pembangunan sarana dan prasarana desa direalisasikan dalam Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan Partai Politik. 3. Proyeksi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Kabupaten Berau Tabel Proyeksi SILPA Kabupaten Berau Tahun (Juta Rupiah) No. Uraian Pelampauan penerimaan PAD Pelampauan penerimaan dana perimbangan Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan 6 Kegiatan lanjutan Total Silpa Sumber: BPKAD Kabupaten Berau Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 15

133 4. Kapasitas Riil Keuangan Daerah Tabel Proyeksi Kapasitas Riil Keuangan Daerah Kabupaten Berau Tahun (dalam juta rupiah) No Uraian I Penerimaan Total Pendapatan SILPA II Belanja Wajib dan Mengikat Kapasitas Riil (I-II) Dengan kapasitas riil yang tersedia sebagaimana Tabel 3.12 maka pendanaan selama 6 (enam) tahun dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Prioritas I, digunakan untuk alokasi pembangunan untuk program pembangunan daerah yang terkait langsung dengan Visi dan Misi Bupati, serta program yang bersifat multiyear. 2. Prioritas II, digunakan untuk alokasi pembangunan untuk program penyelenggaraan urusan lainnya. 3. Prioritas III, digunakan untuk alokasi Belanja Tidak Langsung Lainnya seperti Bantuan Sosial dan Hibah. Pembagian pendanaan untuk program prioritas di atas secara lebih lanjut dapat dilihat dalam tabel 3.13 Prioritas I Prioritas II Tabel Pendanaan Prioritas Kabupaten Berau Tahun (jutaan rupiah) Uraian Prioritas III JUMLAH Prioritas pertama yang terdiri dari program prioritas mendapatkan porsi besar, dibandingkan dengan program rutin di prioritas kedua. Sedangkan pendanaan untuk prioritas III lebih terperinci terlihat dalam Tabel Tabel Pembagian Dana Prioritas 3 Kabupaten Berau Tahun (jutaan rupiah) Uraian Bantuan Sosial Hibah JUMLAH Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 16

134 Secara ringkas kerangka pendanaan pembangunan jangka menengah Kabupaten Berau Tahun 2016 sampai dengan 2021 disajikan melalui tabel sebagai berikut: No Uraian A PENDAPATAN B BELANJA Belanja Tidak Langsung Belanja Wajib dan Mengikat Prioritas III Belanja Langsung Prioritas I Prioritas II C PENERIMAAN PEMBIAYAAN Silpa Surplus (Defisit) (25.321) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 17

135 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Sebagai salah satu tahap dalam perumusan isu strategis daerah, sebuah kebijakan publik selalu selalu diawali dengan identifikasi permasalahan kebijakan ( policy problem). Suatu analisis dilakukan guna menemukan permasalahan utama yang dihadapi oleh daerah dengan pendalaman akar masing-masing masalah. Adapun dinamika lingkungan eksternal yang kemungkinan besar terjadi di masa mendatang adalah kesempatan yang memberi peluang positif atau yang memberi dampak buruk bagi masyarakat. Hal-hal semacam ini harus dikenali dengan baik sebagai bagian dari identifikasi isu-isu strategis pembangunan daerah. Isu-isu strategis baik berskala regional, provinsi, nasional, maupun internasional harus dianalisis untuk mendapatkan kerangka kebijakan atas peluang apa yang harus dimanfaatkan dan ancaman apa yang harus diantisipasi. Rumusan kebijakan inilah yang akan menjadi prioritas pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Berau Permasalahan Pembangunan Penuntasan permasalahan pembangunan merupakan salah satu esensi dari tujuan pembangunan daerah sehingga kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan tahap demi tahap. Oleh karena itu, permasalahan pembangunan menjadi salah satu rujukan utama dalam merumuskan setiap arah kebijakan pembangunan daerah. Permasalahan pembangunan daerah bersifat kompleks, baik bersumber dari permasalahan sektoral maupun wilayah. Dengan kebijakan yang tepat otomatis akan menghasilkan rumusan program dan kegiatan yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan permasalahan pembangunan. Untuk itu, hasil pengendalian dan evaluasi hasil-hasil pembangunan periode lalu sangat penting untuk memahami sejauhmana kebijakan pembangunan di masa lalu mampu memecahkan berbagai permasalahan. Dari hasil evaluasi terhadap gambaran umum kondisi daerah dan analisis permasalahan pembangunan, permasalahan pokok Kabupaten Berau adalah Kurang optimalnya pengelolaan potensi lokal dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Indikasi lebih lanjut atas permasalahan pokok dimaksud dan menjadi perhatian utama dalam perumusan kebijakan pembangunan dalam lima tahun mendatang adalah sebagai berikut. 1. Rendahnya kuantitas maupun kualitas infrastruktur pelayanan masyarakat; 2. Belum optimalnya tata kelola lingkungan hidup 3. Hasil-hasil pembangunan belum dinikmati oleh masyarakat secara merata; 4. Pengembangan ekonomi lokal daerah yang belum maksimal; Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 1

136 5. Rendahnya daya saing dan kualitas sumber daya manusia; 6. Belum terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik; serta Optimalisasi pengelolaan potensi sumber daya yang berada di Kabupaten Berau merupakan realisasi pengejawantahan dirumuskannya sistem pemerintahan desentralisasi atau otonomi daerah dalam efisiensi pembangunan nasional. Oleh sebab itu, setiap hambatan-hambatan dalam mengembangkan potensi sumber daya harus diminimalisir dengan mengetahui permasalahanpermasalahan yang membebani pencapaian pembangunan daerah. Rangkaian permasalahan tersebut nantinya akan menjadi sebuah kerangka dasar dalam penentuan perencanaan kebijakan ke depan dengan disempurnakan oleh evaluasi pembangunan periode-periode sebelumnya beserta kajiankajian pembangunan nasional maupun regional. Berikut ini pemetaan permasalahan permasalahan utama Kabupaten Berau dalam merealisasikan terwujudnya visi pembangunan daerah: Gambar 4.1 Mata Rantai Permasalahan Utama Pembangunan Daerah Kabupaten Berau Belum Optimalnya tata kelola lingkungan hidup Belum terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik Hasil-hasil pembangunan belum dinikmati oleh masyarakat secara merata Kurangnya optimalisasi pengelolaan potensi lokal dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Rendahnya kuantitas maupun kualitas infrastruktur pelayanan masyarakat Pengembangan ekonomi lokal daerah yang belum maksimal Rendahnya daya saing dan kualitas sumber daya manusia Permasalahan pokok pembangunan daerah akan dijabarkan ke dalam permasalahan pembangunan daerah dan akar permasalahannya, sebagai berikut: 1. Rendahnya kuantitas maupun kualitas infrastruktur pelayanan masyarakat Pelayanan terhadap masyarakat merupakan tugas pokok aparatur pemerintah daerah terutama pelayanan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti pelayanan kesehatan, Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 2

137 pendidikan, hingga pelayanan administrasi kependudukan. Untuk mewujudkan pelayanan yang prima, pemerintah daerah harus memberikan merumuskan program-program kegiatan penunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia yang selama ini masih belum maksimal direalisasikan. Dari masalah utama Rendahnya kuantitas maupun kualitas infrastruktur pelayanan masyarakat, terdapat beberapa permaslahan yang memicu masalah utama, antara lain: a. Minimnya infrastruktur penunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia Salah satu permasalahan mendasar di Kabupaten Berau adalah aksesibilitas wilayah yang belum sepenuhnya terjangkau secara mudah sehingga menyebabkan kesulitan baik distribusi barang maupun jasa. Peningkatan aksesibilitas akan mempermudah masyarakat dalam memperoleh pelayanan dasar pendidikan maupun kesehatan disamping sarana prasarana inti dari pelayanan juga harus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya seperti peningkatan kualitas puskesmas maupun poskesdes. Kualitas infrastruktur aksesibilitas wilayah yang belum memadai dan tidak merata ditandai dengan kondisi jalan rusak sepanjang 66,29 km dan rusak berat sepanjang 38,25 km. Untuk menjawab beberapa permasalahan tersebut sesuai dengan janji Bupati akan dilakukan beberapa program aksi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan pariwisata. Program aksi Bupati diwujudkan dengan pelaksanaan program pembangunan infrastruktur dari bawah, merata dan berkeadilan dengan menyediakan anggaran Rp juta tiap RT tiap tahun untuk pembangunan sarana dan prasarana RT. Tabel 4.1 Perbandingan Panjang Jalan Menurut Kondisinya (km) Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, 2015 Wilayah Baik Sedang Rusak Rusak Berat Total Berau 1.087,01 620,19 6,62 2,30 11,50 Samarinda* 159,63 247,34 152,07-721,34 Kutai Timur* 1.457,74 834,24 556,31 297, ,11 Bulungan (Kaltara)* 550, ,34 43,31 4, Kalimantan Timur 7.885, , , , ,95 *Data Tahun 2014 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 b. Kurangnya pemukiman yang sehat dan layak huni Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan dimana kondisi rumah tinggal secara kasat mata akan memperlihatkan tingkat kesejahteraan penduduk. Berdasarkan kepemilikannya, pada Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 3

138 tahun 2014 rumah tangga yang telah menempati rumah sendiri mencapai 74,56 %. Selain itu,sekitar 35,65 % rumah tangga di Kabupaten Berau menempati rumah dengan luas lantai antara 20 hingga 49 m 2 dan sekitar 1,24 % rumah tangga masih menempati rumah dengan luas lantai kurang dari 20 m 2. Tabel 4.2 Perbandingan Luas Lantai Rumah (m 2 ) Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, 2014 Wilayah Berau 1,24 35,65 43,65 12,87 6,59 Samarinda 7,59 31,29 39,89 11,95 9,28 Kutai Timur 1,84 42,05 42,65 8,86 4,60 Kalimantan Timur 4,24 35,53 42,04 10,66 7,53 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Salah satu prasyarat kondisi perumahan yang baik adalah apabila sanitasinya baik dan terstruktur.kepemilikan dan penggunaan jamban/tempat buang air besar dapat menjadi indikator untuk melihat kondisi sanitasi suatu wilayah dimana pada Kabupaten Berau tingkat %tase Rumah Tangga yang memiliki jamban sendiri yaitu sebesar 68,89 %. Perhatian pemerintah harus diarahkan pada penduduk yang tidak menggunakan jamban dalam buang air besar (8,73%) karena sangat berpengaruh sekali dalam penurunan tingkat kesehatan di masyarakat. Permasalahan-permasalahan di atas dipicu oleh beberapa akar masalah yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Rumusan Permasalahan Rendahnya Kuantitas Maupun Kualitas Infrastruktur Pelayanan Masyarakat No Permasalahan Akar Permasalahan 1 Minimnya infrastruktur penunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia 1. Belum optimalnya penyelenggaraan infrastruktur perhubungan meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan 2. Aksesibilitas wilayah yang belum sepenuhnya terjangkau dengan baik 3. Sarana prasarana mobilisasi dan distribusi barang dan jasa yang tersedia belum memadai 2 Kurangnya pemukiman yang sehat 1. Kebutuhan dasar masyarakat air Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 4

139 No Permasalahan Akar Permasalahan dan layak huni bersih masih minim pengembangan 2. Belum optimalnya pemenuhan listrik perkotaan 3. Rendahnya kesadaran masyarakat akan perumahan bersanitasi layak 2. Belum optimalnya tata kelola lingkungan hidup Berbagai potensi sumber daya alam di kabupaten Berau dapat dimanfaatkan sebagai penunjang maupun dasar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, pendayagunaan potensi sumber daya alam yang kurang memerhatikan batas kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan menimbulkan ancaman terhadap kelestarian lingkungan hidup dan kesinambungan pembangunan itu sendiri. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa sumber daya alam akan tersedia selamanya dalam jumlah yang tidak terbatas, secara cuma-cuma. Air, udara, iklim, serta kekayaan alam lainnya dianggap sebagai anugerah Tuhan yang tidak akan pernah habis. Demikian pula pandangan bahwa lingkungan hidup akan selalu mampu memulihkan daya dukung dan kelestarian fungsinya sendiri. Pandangan demikian sangat menyesatkan, akibatnya masyarakat tidak termotivasi untuk ikut serta memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup di sekitarnya. Hal ini dipersulit dengan adanya berbagai masalah mendasar seperti kemiskinan, kebodohan, dan keserakahan. Berbagai permasalahan muncul dan memicu terjadinya kerusakan sumber daya alam di lingkungan hidup sehingga dikhawatirkan akan berdampak besar bagi kehidupan makhluk di bumi, terutama manusia yang populasinya semakin besar. Beberapa permasalahan pokok dapat digambarkan berikut ini: a. Terus menurunnya kondisi hutan Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya dalam menunjang perekonomian wilayah tetapi juga dalam menjaga daya dukung lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem wilayah. Berdasarkan hasil telaah World Agro Forestry Center dan The Nature Conservancy (TNC) pada tahun 2009 saja atau selama periode 1990 sampai 2008 sekitar hektar Hutan Berau mengalami kerusakan akibat deforestasi dan degradasi serta menghasilkan emisi karbon dioksida lebih dari 20 juta ton. Meningkatnya kerusakan itu masih akan terus terjadi seiring tingginya ambisi perusahaanperusahaan tambang yang ada untuk mencapai target produksi yang terus meningkat setiap tahunnya. Ancaman lain terhadap hutan Berau cukup tinggi jika pembangunan tidak dilakukan dengan bijaksana. Dengan dinamika pembangunan dan kegiatan penambangan yang semakin meningkat, maka kuantitas hutan mulai menurun. Tak hanya itu, komitmen perusahaan juga saat ini semakin menurun. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 5

140 b. Habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak Kabupaten Berau merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang tinggi dan beragam di Indonesia. Di wilayah laut kabupaten ini terdapat terumbu karang yang luas dengan kondisi cukup baik. Keragaman terumbu karang Berau tertinggi kedua di Indoensia setelah Raja Ampat dan ke tiga di dunia. Hutan mangrove ditemukan di Delta Berau dan di sepanjang daerah pesisir. Sejumlah pulau-pulau kecil dan ekosistem padang lamun juga terdapat di daerah ini. Beberapa spesies yang dilindungi dapat ditemukan seperti penyu, paus, lumba lumba, duyung dan beberapa spesies lainnya. Perairan Berau dikenal sebagai wilayah yang memiliki habitat penyu hijau terbesar di Indonesia. Selain itu, potensi perikanan dan pariwisatanya masih baik. Namun demikian, di kawasan pesisir dan laut Berau juga terdapat berbagai permasalahan seperti perusakan terumbu karang, penurunan populasi penyu, praktek penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dan lain sebagainya. Kerusakan daerah pesisir dan indikasi perkembangan Delta Sungai Mahakam dan Berau ke arah lepas pantai, erat sekali hubungannya dengan kegiatan di daratan Kalimantan timur terutama eksploitasi kayu secara liar (illegal loging) dan penebangan hutan mangrove di daerah pesisir yang makin lama tidak terkontrol. Selain itu, kendati masuk ke dalam salah satu tujuan wisata bawah laut kelas dunia, Kabupaten Berau masih harus berkutat dengan maraknya penggunaan bom dan racun ikan yang digunakan oleh nelayan setempat. Saat ini kerusakan terumbu karang yang masuk dalam Kawasan Konservasi Laut (KKL) Berau mencapai 60% dari luas total sebesar hektare. Ini salah satunya diakibatkan oleh cara menangkap ikan dengan bahan kimia dan bom, selain karena faktor alam. Kita perkirakan kerusakannya sudah 60%. Memang tidak semua karena manusia, juga karena pemanasan global, ujarnya. Sebanyak 12 pulau yang masuk dalam Kawasan Konservasi Laut (KKL) Berau, Kalimantan Timur dengan luasan 1,2 juta ha, diperkirakan sebanyak 40 % atau ha merupakan kawasan terumbu karang. Rata-rata kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Derawan termasuk buruk. Menurut informasi mantan nelayan di Pulau Derawan, hal ini dikarenakan dahulu masyarakat nelayan menggunakan bahan peledak da racun untuk mencari ikan disekitar Pulau Derawan. Karang-karang mati dan patahan patahan karang yang sudah cukup lama di dasar laut menjadi Rubble dengan presentase berkisar 11% - 52 %. Ditemukan juga karang mati ber-algae (Death Coral Algae/ DCA) cukup banyak pada beberapa lokasi pengamatan diluar PIT (Point Intercept Transect). Banyaknya karang mati yang ditemukan, juga diduga disebabkan oleh aktivitas manusia dari daratan akibat pembukaan lahan untuk penginapan yang dapat meningkatkan kekeruhan, mengurangi cahaya matahari yang masuk sehingga dapat menghambat pertumbuhan zooanthelae simbion dari karang. Disamping itu, aliran drainase yang mengandung kotoran yang terbuang ke perairan pantai memacu pertumbuhan algae yang akan bersaing dengan larva karang untuk menempel pada substrat keras. Penangkapan Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 6

141 ikan secara berlebihan dapat membuat masalah ini bertambah buruk karena ikan-ikan pemakan algae juga ikut tertangkap. Dengan potensi sumberdaya pesisir dan laut yang besar beserta permasalahannya, wilayah pesisir dan laut Kabupaten Berau perlu dikelola dengan baik dan tepat. Hal ini guna menjaga kelestarian dan berjalannya fungsi dari sumberdaya tersebut sehingga dapat mendukung kesejahteraan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. c. Citra pertambangan yang merusak lingkungan Aktifitas pertambangan di Berau yang mempunyai potensi merusak lingkungan jika tidak diatur, diawasi dan dikelola dengan bijak. Sifat usaha pertambangan, khususnya tambang terbuka (open pit mining), selalu merubah bentang alam sehingga mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Dalam skala besar akan mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Dengan citra semacam ini usaha pertambangan cenderung ditolak masyarakat. Citra ini diperburuk oleh banyaknya pertambangan tanpa ijin (PETI) yang sangat dapat merusak lingkungan. d. Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity) Kabupaten Berau termasuk daerah yang kaya akan keanekaragaman hayati. Kekayaan tersebut terletak baik di perairan maupun daratan. Keanekaragaman hayati flora dan fauna akuatik di Kabupaten Berau yang banyak dijumpai di perairan atau kawasan laut kepulauan Derawan meliputi mangrove, lamun ( seagrass-meadows), terumbu karang, ikan karang, Cetacean dan Manta Rays (kelompok paus dan lumba-lumba), penyu, ubur-ubur, biota lainnya (decapoda, alga, plankton, gastropoda, bentik foraminifera). Keanekaragaman hayati flora dan fauna daratan di Kabupaten Berau banyak dijumpai di hutan, dan hasil survei fauna darat menunjukkan telah ditemukan sebanyak 42 jenis mamalia, 108 jenis burung, 6 jenis reptil, 9 jenis amphibi, 35 jenis ikan air tawar dan 14 jenis nyamuk. Fauna mamalia terdiri dari 4 jenis primata, 10 jenis rodentia, 3 jenis tupai, 3 jenis kucing, 4 jenis tikus, 9 jenis kelelawar dan 9 jenis mamalia lainnya. Bekantan dan orang utan termasuk mamalia dan merupakan endemik Pulau Kalimantan, sedangkan 13 jenis mamalia yang termasuk kategori dilindungi, yaitu beruang madu, garangan, kancil, kukang, kijang kuning, kucing hutan, landak, macan dahan, musang hitam, muncak, pelanduk napu, rusa, dan trenggiling. Fauna burung (avifauna) diantaranya adalah beo atau tlung (Gracula religiosa), elang bondol (Hallaster indus), burung raja udang ( Alcedo meninting) yang merupakan avifauna kategori dilindungi. Sedangkan reptil kategori dilindungi adalah ular sawa (Phyton molurus), dan 3 jenis amphibi. Kekayaan keanekaragaman hayati tersebut akan hilang jika tidak dilindungi dan dipelihara dengan bijak. e. Pencemaran air semakin meningkat Salah satu penyebab pencemaran air adalah aktifitas tambang yang tidak ramah lingkungan. Aktifitas tambang batubara di Indonesia umumnya dilakukan dengan cara tambang terbuka, walaupun ada beberapa yang menggunakan tambang bawah tanah Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 7

142 (underground mining), sehingga akan berdampak terhadap perubahan bentang alam, sifat fisik, kimia, dan biologis tanah, serta secara umum menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi. Dampak ini secara otomatis akan mengganggu ekosistem di atasnya, termasuk tata air (Subardja, 2007). Menurut Sayoga (2007) permasalahan lingkungan dalam aktivitas pertambangan batubara umumnya terkait dengan Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mine Drainage (AMD). Air tersebut terbentuk sebagai hasil oksidasi mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan oleh oksigen di udara pada lingkungan berair. Pestisida dan herbisida yang berlebih dari perkebunan kelapa sawit juga berpotensi mencemari sungai. Pengelolaan limbah yang kurang baik (membuang langsung ke sungai) mengakibatkan air tercemar, kotor, dan bau yang efeknya berbahaya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Marganingrum dan Noviardi (2010) diketahui bahwa aktifitas tambang secara langsung maupun tak langsung mencemari air. Hasil analisis data yang diperoleh baik di lapangan maupun analisis laboratorium, baik dari sampel air maupun sampel tanah, menunjukkan bahwa keasaman air di sepanjang Sungai Lati lebih disebabkan oleh faktor lingkungan di sekitar penambangan batubara, daripada pencemaran dari limbah hasil pengolahan batubara. Hal ini ditunjukkan dengan ph sampel air dari outlet pengolahan sebesar 6,3 pada saat hujan dan 9,7 pada saat tidak hujan. Setelah mendapatkan masukan dari aliran sungai yang berasal dari disposal (A5), ph Sungai Lati kembali turun pada nilai 4. Oleh karena itu pengelolaan lahan bekas tambang perlu dilakukan secermat mungkin untuk menghindari kontak dengan udara dan air dari luar. Untuk meminimalisir polutan dari lokasi bekas tambang ataupun tanah di sekitar penambangan batubara yang kaya akan mineral sulfide. f. Kualitas udara, khususnya di kota-kota besar, semakin menurun Pencemaran udara di Kabupaten Berau lebih disebabkan adanya pembakaran lahan yang rutin dilakukan masyarakat tiap tahunnya. Kualitas udara di Tanjung Redeb semakin menurun saat musim tanam tiba. Ini tidak lain akibat gangguan asap tebal yang mengurung langit akibat pembakaran lahan oleh masyarakat. Hal ini tentu memerlukan suatu pengaturan dan pemahaman kepada masyarakat serta perlu segera diambil langkah antisipasi agar ke depannya tidak terjadi hal seperti ini. g. Pembagian wewenang dan tanggung jawab pengelolaan urusan hutan lingkungan hidup. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah mengatur mengenai pembagian urusan kehutanan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah (Kabupat en/kota). Menurut undang-undang tersebut, urusan bidang kehutanan sebagian besar mejadi wewenang Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Kewenangan Pemerintah Daerah terhadap urusan bidang kehutanan terletak pada sub urusan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kewenangan Pemerintah Daerah hanya untuk pelaksanaan pengelolaan tanaman hutan raya (TAHURA) saja. Hal ini tentu saja membatasi wewenang Pemerintah Daerah dalam mengelola bidang kehutanan. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 8

143 Sedangkan kewenangan Pemerintah Daerah dalam urusan Lingkungan Hidup dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Kewenangan Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) dalan Urusan Lingkungan Hidup Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 No Sub Bidang Kewenangan 1 Perencanaan Lingkungan Hidup RPPLH kabupaten/kota 2 3 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup KLHS untuk Kebijakan Rencana dan/atau Program (KRP) kabupaten/kota Pencegahan penanggulangan dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dalam Daerah kabupaten/kota. 4 Keanekaragaman Hayati (Kehati) Pengelolaan Kehati kabupaten/kota Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) Pembinaan dan pengawasan terhadap izin lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH) Pengakuan keberadaan masyarakat hokum adat (MHA), kearifan lokal dan hak MHA yang erkait dengan PPLH Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan lingkungan hidup untuk masyarakat a. Penyimpanan sementara limbah B3. b.pengumpulan limbah B3 dalam 1 (satu) Daerah kabupaten/kota Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungan dan izin PPLH diterbitkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota. a.penetapan pengakuan MHA, kearifan lokal atau pengetahuan tradisional dan hak kearifan local atau pengetahuan tradisional dan hak MHA terkait dengan PPLH yang berada di Daerah kabupaten/kota. b.peningkatan kapasitas MHA, kearifan lokal atau pengetahuan tradisional dan hak kearifan lokal atau pengetahuan tradisional dan hak MHA terkait dengan PPLH yang berada di daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan lingkungan hidup untuk lembaga kemasyarakatan tingkat daerah kabupaten/kota Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 9

144 No Sub Bidang Kewenangan 9 Penghargaan lingkungan hidup untuk masyarakat Pemberian penghargaan lingkungan hidup tingkat daerah kabupaten/kota. Penyelesaian pengaduan masyarakat di bidang PPLH terhadap: 10 Pengaduan lingkungan hidup a.usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungan dan/atau izin PPLH diterbitkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota. b.usaha dan/atau kegiatan yang lokasi dan/atau dampaknya di Daerah kabupaten/kota. a. Pengelolaan sampah. 11 Persampahan b.penerbitan izin pendaurulangan sampah/pengolahan sampah, pengangkutan sampah dan pemrosesan c. akhir sampah yang diselenggarakan oleh swasta. d.pembinaan dan pengawasan pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh pihak swasta h. Belum harmonisnya peraturan perundangan lingkungan hidup Hukum lingkungan atau peraturan perundangan di bidang lingkungan hidup masih kurang bersinergi dengan peraturan perundangan sektor lainnya. Banyak terjadi inkonsistensi, tumpang tindih dan bahkan saling bertentangan, baik peraturan perundangan yang ada di tingkat nasional maupun peraturan perundangan daerah. Untuk memberikan penguatan sebagai upaya pengarusutamaan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, maka pengembangan hukum lingkungan perlu terus dilakukan. Untuk mengatasi masalah dan menjaga kualitas lingkungan, pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijakan dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan, sumberdaya manusia dan kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum dan perundangan, informasi serta pendanaan. Keterkaitan dan keseluruhan aspek lingkungan telah memberi konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 10

145 termasuk sistem pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi berintegrasi dengan seluruh pelaksanaan pembangunan. Oleh karena itu saat ini dan seterusnya, masalah lingkungan hidup telah menjadi sorotan terutama dalam kaitannya dengan pembangunan daerah berbasis peningkatan perekonomian. Mulai generasi sekarang hingga seterusnya, pembangunan setiap wilayah harus memikirkan kelanjutan dari kualitas lingkungan hidup baik agar pembangunan yang tercipta akan menuju masa depan yang lebih baik, berkualitas, sejahtera, seimbang, harmonis, dan berkelanjutan. Permasalahan-permasalahan di atas dipicu oleh beberapa akar masalah yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Rumusan Permasalahan Belum Optimalnya Tata Kelola Lingkungan Hidup yang Baik No Permasalahan Akar Permasalahan 1 Kualitas lingkungan hidup yang rendah 1) Meluasnya sektor/subsektor lapangan usaha yang merusak lingkungan terutama pada sumber daya tak terbaharui 2) Pemanfaatan potensi sumber daya alam yang melebihi kapasitasnya 3) Kualitas air sungai menurun akibat limbah 4) Upaya reklamasi oleh perusahaan pertambangan berjalan lambat 5) Minimnya kebijakan pemerintah tentang pembangunan daerah dengan memerhatikan lingkungan hidup khususnya emisi gas rumah kaca 6) Kurangnya pemahaman masyarakat akan keterbatasan sumber daya alam dan dampak ekploitasi SDA yang tidak ramah lingkungan 7) Belum harmonisnya peraturan perundangan lingkungan hidup 8) Maraknya Pembakaran lahan untuk pertanian masyarakat Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 11

146 3. Hasil-hasil pembangunan belum dinikmati oleh masyarakat secara merata Kabupaten Berau merupakan sebuah daerah yang memiliki luas wilayah cukup signifikan di Kalimantan Timur dan terbagi habis menjadi 13 kecamatan dengan 110 desa/kelurahan. Luas wilayah ini menjadi salah satu keuntungan sekaligus kelemahan yang dimiliki Kabupaten Berau. Dengan wilayah yang luas dan memiliki potensi lebih banyak, Kabupaten Berau juga memiliki permasalahan yang lebih kompleks seperti distribusi penduduk yang tidak merata, minimnya aksesibilitas ke setiap wilayah (terutama wilayah terpencil), dan sebagainya. Terlepas dari hal tersebut, perbedaan potensi baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di setiap wilayah menyebabkan kesenjangan sosial di masyarakat semakin terlihat. Bahkan dalam satu wilayah yang samapun, kesenjangan masih kerap terjadi baik dalam kerangka kehidupan sosial maupun ekonominya. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki pekerjaan rumah yang merupakan permasalahan utama dan periodik yakni menurunkan kesenjangan kesejahteraan masyarakat dengan merumuskan kebijakan terkait pemberdayaan masyarakat di wilayah yang jauh dari pusat perekonomian. Dari masalah utama Hasil-hasil pembangunan yang belum dinikmati oleh masyarakat secara merata, terdapat beberapa fenomena yang menggambarkan atau memicu permasalahan utama tersebut, antara lain: a. Tingkat kemiskinan menurun, namun masih belum tampak signifikan Kesenjangan sosial dalam masyarakat sangat terlihat pada masyarakat yang berada pada kategori miskin maupun keluarga pra sejahtera. Meskipun pada tahun 2014 tingkat kemiskinan Kabupaten Berau (4,75%) lebih rendah dari periode sebelumnya dan lebih rendah dari angka Provinsi Kalimantan Timur yakni sebesar 6,31 %, namun kemiskinan harus selalu diminimalisir sebagai salah satu amanat pembangunan nasional untuk menyejahterakan kehidupan rakyat. Gambar 4.2 Perbandingan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, ,00 12,00 12,03 10,00 9,10 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 4,75 4,56 Berau Samarinda Kutai Timur Bulungan (Kaltara) 6,31 Kalimantan Timur Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 12

147 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Dari perbandingan dengan wilayah sekitar juga terlihat masih minimnya kemiskinan di Kabupaten Berau yang mengindikasikan daya saing wilayah terkait kesejahteraan social lebih baik jika dibandingkan wilayah sekitarnya. Namun, meski secara %tase lebih rendah, akan tetapi harus dilihat indikator-indikator lainnya seperti gini rasio (pemerataan), kedalaman kemiskinan, maupun keparahan kemiskinan wilayah. b. Pengangguran mulai meningkat (pada satu tahun terakhir) Semakin meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Berau berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja yang merupakan masa produktif untuk mandiri secara ekonomi. Terkait dengan tingkat pengangguran pada tahun 2014, Pemerintah Kabupaten Berau harus mewaspadai kenaikan tingkat pengangguran pada satu tahun terakhir yang sangat signifikan hingga mencapai 10,05 %. Hal ini menjadi perlu diperhatikan, harus dikaji penyebabnya, serta dihimpun solusinya agar ke depannya pengangguran di Kabupaten Berau tidak mengalami fluktuasi. Jika dilihat keterbandinagn dengan wilayah lain, kenaikan angka pengangguran di Kabupaten Berau ini menyebabkan tingkat pengangguran menjadi paling tinggi di antara wilayah sekitar. Padahal indikator ini hanya melihat kuantitas dari masyarakat yang mencari pekerjaan dan belum melihat kualitas pekerjaan bagi yang bekerja, lulusan tenaga kerja, dan sebagainya. Oleh karena itu, penting kiranya pemerintah membuat suatu rumusan dan terobosan dalam menangani persoalan ketenagakerjaan ini agar masyarakat dapat lebih tenang dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya. Gambar 4.3 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, ,00 7,50 7,00 6,00 5,00 5,61 5,14 5,74 4,00 3,78 3,00 2,00 1,00 0,00 Berau Samarinda Kutai Timur Bulungan (Kaltara)* Kalimantan Timur *Data tahun 2014 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 13

148 c. Pendapatan masyarakat yang belum merata Indeks Gini memiliki kisaran 0 sampai 1 dimana angka 0 menunjukkan distribusi yang sangat merata yaitu setiap orang memiliki jumlah penghasilan atau kekayaan yang sama persis sedangkan angka 1 menunjukkan hal yang sebaliknya. Dilihat dari tabel indeks gini Kabupaten Berau, ketimpangan pendapatan di Kabupaten Berau termasuk ketimpangan sedang karena masih di bawah angka 0,5. Indeks gini menurun dari angka 0,3305 di tahun 2013 ke angka 0,3204 di tahun 2014 yang berarti terjadi penurunan ketimpangan pada pemerataan pendapatan masyarakat. Meskipun mengalami penurunan gini ratio, akan tetapi jika dibandingkan dengan wilayah lain masih termasuk pada ketimpangan pendapatan yang tinggi. Oleh karena itu, Pemerintahan Kabupaten Berau harus merumuskan program pemerataan pendapatan masyarakat agar kesenjangan sosial menurun dan berusaha mestabilkan pemerataan pendapatan masyarakat dalam kualitas yang optimal. Gambar 4.4 Perbandingan Gini Ratio Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, ,3400 0,3355 0,3300 0,3200 0,3204 0,3100 0,3076 0,3047 0,3030 0,3000 0,2900 0,2800 Berau Samarinda Kutai Timur Bulungan (Kaltara) Kalimantan Timur Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Permasalahan-permasalahan di atas dipicu oleh beberapa akar masalah yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.6 Rumusan Permasalahan Hasil-hasil pembangunan belum dinikmati oleh masyarakat secara merata No Permasalahan Akar Permasalahan 1 Tingkat kemiskinan menurun, namun masih belum signifikan 1. Pemberdayaan dan rehabilitasi masyarakat dalam pengentasan kemiskinan belum optimal 2. Rendahnya kualitas sumber daya Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 14

149 No Permasalahan Akar Permasalahan manusia pada masyarakat ekonomi lemah 3. Program kegiatan pembangunan terkait pengentasan kemiskinan yang belum efektif dan efisien dijalankan 1. Belum optimalnya pelatihan bagi masyarakat dalam mengembangkan kemampuan berwirausaha 2 3 Pengangguran mulai meningkat (pada satu tahun terakhir) Pendapatan masyarakat yang belum merata 2. Permintaan tenaga kerja berkualifikasi khusus pada setiap perekrutan pegawai (pabrik, perusahaan, dsb) 3. Kecilnya gaji tenaga kerja berpendidikan/berketerampilan rendah 1. Belum maksimal distribusi barangbarang kebutuhan pokok. 2. Belum maksimal dan meratanya subsidi terhadap kebutuhan dasar masyarakat (pendidikan, kesehatan, dan ekonomi) 3. Ketetapan pendapatan berdasarkan Upah Minimum Provinsi belum sepenuhnya dilaksanakan oleh pemilik tempat kerja (perusahaan, pabrik, dll 4. Pengembangan ekonomi lokal daerah yang belum maksimal Sebagai salah satu wilayah administrasi di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki potensi sumber daya alam tergolong tinggi, pengembangan perekonomian lokal daerah melalui pemanfaatan sumber daya alam dan manusia merupakan cara yang efektif dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan pembangunan daerah yang telah disusun selama ini memiliki program-program yang memberdayakan masyarakat dalam perekonomian lokal tapi kurang maksimal implementasinya. Hal ini dikarenakan permasalahan pengembangan ekonomi lokal selalu terkait dengan permasalahan lain seperti aksesibilitas wilayah, sumber daya manusia, maupun koordinasi pemerintah daerah. Dari masalah utama Pengembangan ekonomi lokal Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 15

150 daerah yang belum maksimal, terdapat beberapa permasalahan yang memicu masalah utama, yaitu: a. Pertumbuhan ekonomi menurun Laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Berau menurun secara signifikan dalam kurun waktu lima tahun dimana pada tahun 2011 mencapai 21,75 % menjadi sebesar 5,07 % pada tahun Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh fluktuasi perekonomian global yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan dan penggalian yang merupakan kontributor dominan dalam pembentukan struktur perekonomian Kabupaten Berau. Jika dibandingkan antar wilayah, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Berau masih memiliki daya saing dari wilayah lain dimana stabilitas perekonomian masih dijaga bahkan jauh di atas angka provinsi yang bahkan tumbuh negatif ( -1,28%). Meskipun begitu, gejolak ekonomi global maupun nasional perlu diwaspadai untuk ke depannya agar perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak terjadi sehingga pergerakan perekonomian daerah lebih konsisten. Tabel 4.7 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, Wilayah Berau 21,75 15,47 10,38 9,88 5,07 Samarinda 15,71 0,50 4,93 5,32 0,01 Kutai Timur 17,58 11,54 4,10 3,55 1,33 Bulungan (Kaltara) 9,00 7,92 5,44 4,47 1,08 Kalimantan Timur 6,30 5,26 2,25 1,57-1,28 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 b. Pusat pertumbuhan perekonomian masih terpusat di perkotaan Pemerataan pembangunan daerah akan sulit diimplementasikan, mengingat pergerakan perekonomian Kabupaten Berau terpusat pada wilayah perkotaan. Distribusi penduduk yang tidak merata merupakan salah satu penyebab permasalahan tersebut timbul. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yakni Tanjung Redeb, sebesar penduduk menjadi pusat perekonomian daerah sekaligus mendominasi kontribusi perekonomian daerah. Kegiatan perekonomian di daerah pedesaan belum mampu menggerakkan roda perekonomian secara masif pada masing-masing wilayah sehingga pertumbuhan ekonomi di daerah tidak terlalu signifikan. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 16

151 c. Potensi pariwisata belum terkelola secara maksimal Sebagai daerah yang memiliki kekayaan alam luar biasa potensial, Kabupaten Berau memiliki beberapa tempat eksotis yang menjanjikan untuk menjadi tujuan pariwisata dunia. Bidang kepariwisataan Kabupaten Berau mempunyai obyek wisata yang memiliki daya tarik tetapi masih belum dikelola secara optimal padahal memiliki prospek pasar skala nasional dan internasional. Perlu adanya terobosan-terobosan yang baru dan efektif terkait pemasaran, pengelolaan resort, hingga peningkatan aksesibilitas menuju tempat wisata. Menurut Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA), di Kabupaten Berau terdapat 37 potensi objek wisata yang dapat dikembangkan. Potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Berau terbentuk secara alamiah dari kondisi geografis, sejarah dan budaya yang dimiliki Kabupaten Berau. Potensi wisata yang berasal dari kondisi geografis meliputi obyek laut/bahari. Potensi wisata yang berasal dari sejarah 7 meliputi obyek wisata peninggalan-peninggalan sejarah. Potensi wisata yang berasal dari budaya meliputi keunikan masyarakat Kabupaten Berau dengan segala kebudayaannya. Pada tahun 2014, jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Berau mencapai orang, dimana orang merupakan wisatawan mancanegara dan orang merupakan wisatawan nusantara. Jika pariwisata dikelola secara optimal maka potensi wisatawan lokal maupun mancanegara bisa meningkat mencapai angka 100 % sehingga secara langsung akan meningkatkan daya saing pariwisata hingga level internasional. Oleh karena itu, agar potensi pariswisata bisa meningkatkan perekonomian wilayah dan menjadi sumber pendapatan masyarakat, maka perlu dilakukan pengembangan pariwisata yang berkesinambungan dan terarah. d. Belum terpenuhinya kebutuhan pangan Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Berau memiliki tugas untuk mendukung program swasembada beras yang dicanangkan oleh gubernur dimana hingga saat ini program tersebut masih jauh dari harapan. Rata-rata hasil panen padi di Kabupaten Berau sebanyak 3,14 ton di setiap hektarnya pada tahun Sebagai bagian dari provinsi yang memiliki tujuan swasembada pangan, maka seyogianya Kabupaten Berau memberikan kontribusi yang maksimal dalam memenuhi produksi tanaman pangan baik dengan cara pengembangan lahan atau penggunaan teknologi pertanian tepat guna. Hal ini dikarenakan produktivitas tanaman pangan utamanya padi di Kabupaten Berau masih berada di bawah kabupaten sekitar bahkan jauh di bawah angka provinsi yang mencapai 4,25 ton/ha. Wilayah Tabel 4.8 Perbandingan Produktivitas Tanaman Pangan (Padi) Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, 2015 Luas Panen Tanaman Pangan (Ha) Produksi Padi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Berau ,91 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 17

152 Samarinda* ,37 Kutai Timur* ,48 Bulungan (Kaltara) ,72 Kalimantan Timur ,17 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Selain itu, produk pertanian lainnya perlu mendapat perhatian pemerintah dalam pengembangan maupun distribusinya di setiap wilayah Kabupaten Berau. Sedangkan komoditas-komoditas yang tidak diproduksi di Kabupaten Berau perlu mendapat sorotan untuk mulai mengoptimalkan sumber daya regional agar kebutuhan pangan tidak tergantung dari luar wilayah. Permasalahan-permasalahan diatas dipicu oleh beberapa akar masalah yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Rumusan Permasalahan Pengembangan Ekonomi Lokal Daerah yang Belum Maksimal No Permasalahan Akar Permasalahan 1. Belum efektifnya pemanfaatan potensi pertanian maupun sumber daya alam lain di Kabupaten Berau 2. Belum optimalnya dukungan hubungan pemerintah daerah terhadap iklim investasi yang kondusif 3. Masih rendahnya SDM pengelolaan potensi lokal daerah 1 Pertumbuhan ekonomi menurun 4. Kurang adanya kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakat terutama petani dalam pengembangan potensi pertanian berwawasan iptek 5. Kurangnya dukungan dan perhatian pemerintah terhadap penciptaan/pengembangan produk unggulan daerah dan management pasca panen 6. Hilirisasi produk yang belum optimal 7. Ketersediaan infrastruktur pertanian Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 18

153 No Permasalahan Akar Permasalahan yang rendah 8. Masih kurangnya ketersediaan sarana produksi pertanian tanaman pangan Pusat pertumbuhan perekonomian masih terpusat di perkotaan Potensi pariwisata belum terdongkrak dengan maksimal Belum terpenuhinya kebutuhan pangan 1. Sumber daya manusia yang berkualitas bermigrasi ke perkotaan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik 1. Pola pengembangan pariwisata belum terintegrasi dengan stakeholder terkait 2. Penggalian potensi wisata yang belum berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi 3. Marketing wisata alam masih belum optimal 4. Akses menuju wisata alam yang belum terintegrasi dengan efektif 1. Kurang adanya optimalisasi pengembangan lahan pertanian tanaman pangan dan penggunaan teknologi tepat guna 5. Rendahnya daya saing dan kualitas sumber daya manusia Sumber daya manusia merupakan inti dari pelaksanaan pembangunan daerah dimana manusia sebagai subyek pembangunan harus memiliki kualifikasi pada bidang tertentu untuk meningkatkan segala bentuk pencapaian pembangunan pada berbagai aspek kehidupan. Pada akhir tahun 2015, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai dilaksanakan sebagai bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Dengan meningkatnya daya sain manusia antarnegara di dalam pelaksanaan MEA menyebabkan persaingan akan kualitas, dan kompetensi sangat di butuhkan bagi SDM Indonesia. Terkait dengan hal itu, daya saing sumber daya manusia memiliki hubungan dengan bagaimana kualitas masyarakat Kabupaten Berau berperan di berbagai sektor penting dalam perekonomian daerah. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 19

154 Tabel 4.10 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, Wilayah Berau 70,43 70,77 72,02 72,26 72,72 Samarinda 77,05 77,84 77,84 78,39 78,69 Kutai Timur 67,73 69,79 69,79 70,39 70,76 Bulungan (Kaltara) 67,63 68,66 68,66 69,25 69,37 Kalimantan Timur 72,02 72,62 73,21 73,82 74,17 Nasional 67,09 67,70 68,31 68,90 69,55 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Jika dilihat perbandingan antar wilayah sekitar maupun level provinsi, maka Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau berada di pertengahan meskipun berada di bawah angka Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah daerah agar merumuskan berbagai program prioritas dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai kebijakan strategis yang mendukung tercapainya daya saing masyarakat. Menerjemahkan dari bahasan di atas, permasalahan rendahnya daya saing dan kualitas sumber daya manusia memiliki hubungan bahwa sumber daya manusia yang tidak berkualitas akan menyebabkan rendahnya daya saing sumber daya manusia tersebut. Dari masalah utama Rendahnya daya saing dan kualitas sumber daya manusia, permasalahan yang memicu persoalan utama, antara lain: a. Belum optimalnya peningkatan kualitas pendidikan terdapat beberapa Kualitas sumber daya manusia akan selalu dihubungkan dengan kualitas pendidikan di suatu wilayah. Begitu juga dengan Kabupaten Berau, belum optimalnya peningkatan kualitas pendidikan memiliki dampak yang tinggi terhadap rendahnya daya saing dan kualitas sumber daya manusia. Permasalahan dalam bidang pendidikan di Kabupaten Berau antara lain menyangkut kualifikasi guru maupun tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan terutama di kawasan pedalaman, hingga sosialisasi ke masyarakat akan pentingnya pendidikan. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Berau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 8,62 tahun pada tahun 2015, yang berarti penduduk Kabupaten Berau rata-rata mengenyam jenjang pendidikan sekolah selama 8,62 tahun atau kelas 2 SMP semester kedua. Meskipun begitu, rata-rata lama sekolah di Kabupaten Berau masih berada jauh di bawah rata-rata lama sekolah Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 9,15 tahun. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 20

155 Tabel 4.11 Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, Wilayah Berau 8,25 8,34 8,52 8,53 8,62 Samarinda 9,97 10,00 10,20 10,26 10,31 Kutai Timur 8,12 8,39 8,56 8,60 8,69 Bulungan (Kaltara) 7,65 7,88 7,90 8,27 8,29 Kalimantan Timur 8,79 8,83 8,87 9,04 9,15 Nasional 7,52 7,59 7,61 7,73 7,84 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 b. Derajat kesehatan masyarakat masih perlu ditingkatkan Peran kesehatan menjadi vital, mengingat setiap orang memerlukan kondisi tubuh sehat guna memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan pada masyarakat dengan memeratakan tenaga medis ke wilayah pedalaman, meningkatkan kualifikasi tenaga medis, hingga mengefisiensikan pelayanan kesehatan terhadap pasien. Angka harapan hidup di Kabupaten Berau yang cenderung naik perlahan pada tahun 2010 sebesar 70,99 tahun, meningkat menjadi 71,31 tahun pada tahun Meskipun angka ini cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan angka harapan hidup Provinsi Kalimantan Timur (73,65 tahun) masih cukup tertinggal. Tabel 4.12 Perbandingan Angka Harapan Hidup (Tahun) Kabupaten Berau dan Wilayah Sekitarnya, Wilayah Berau 71,05 71,10 71,15 71,21 71,31 Samarinda 73,53 73,56 73,59 73,63 73,65 Kutai Timur 72,16 72,23 72,30 72,37 72,39 Bulungan (Kaltara) 71,64 71,84 72,02 72,11 72,21 Kalimantan Timur 73,10 73,32 73,52 73,62 73,65 Nasional 70,01 70,20 70,40 70,59 70,78 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Permasalahan-permasalahan dicatas dipicu oleh beberapa akar masalah yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 21

156 Tabel 4.13 Rumusan Permasalahan Rendahnya Daya Saing dan Kualitas Sumber Daya Manusia No Permasalahan Akar Permasalahan 1. Masih kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang menjangkau wilayah terpencil 2. Rendahnya kualitas dan pemerataan pendidikan di daerah terpencil 1 2 Belum optimalnya peningkatan kualitas pendidikan Derajat kesehatan masyarakat masih perlu ditingkatkan 3. Kualitas tenaga pendidik dan pendidikan belum sepenuhnya terkualifikasi baik 4. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan keterampilan yang tinggi 5. Masih kurangnya pendidikan anak usia dini 1. Belum terpenuhinya Jenis, Jumlah dan kualifikasi Tenaga Kesehatan 2. Akses dan Kualitas pelayanan Kesehatan dasar dan rujukan perlu ditingkatkan 3. Peran serta masyarakat, tokoh masyarakat, stake holder dalam bidang kesehatan perlu ditingkatkan 4. Prilaku Hidup Sehat Masyarakat Masih rendah 5. Kualitas Lingkungan dan Sanitasi dasar masih rendah 6. Belum optimalnya riset obat-obatan lokal asli Indonesia (plasma nutfah) 6. Belum terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik Tata kelola pemerintah yang baik merupakan core business dalam mengimplementasikan pembangunan daerah mengingat aparatur pemerintah adalah subyek pembangunan utama. Sekurang-kurangnya terdapat empat elemen penting dalam penyelenggaraan pemerintahan yang harus diperhatikan untuk mencapai good governance, yakni accountability, transparency, predictability, Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 22

157 dan participation. Empat hal tersebut akan menjadikan pelaksanaan pemerintahan menjadi efektif dan efisien. Dari masalah utama Belum terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, terdapat beberapa permasalahan yang memicu masalah utama, antara lain: a. Pelaksanaan dan pengawasan pemerintah yang bersih dan bebas KKN perlu ditingkatkan Di Kabupaten Berau terdapat beberapa hal yang harus dijaga dan diawasi pelaksanaannya untuk mencapai efektifitas jalannya pemerintahan seperti peningkatan pelaksanaan dan pengawasan pemerintah yang bersih dan bebas KKN. b. Kapasitas dan akuntabilitas kinerja pemerintah Kabupaten Berau perlu ditingkatkan Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah ditunjukkan dengan adanya akuntabilitas pelaporan keuangan yang memadai, meliputi kewajaran penyajian Laporan Keuangan Pemerintah daerah (LKPD) dan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LK K/L). Opini BPK terhadap Laporan Keuangan pemerintah Kabupaten Berau memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yang menunjukkan bahwa akuntabilitas pelaporan keuangan pemerintah daerah di wilayah Kabupaten Berau mengalami perbaikan. c. Rendahnya kualitas pelayanan publik Menurut hasil penelitian atas evaluasi pelayanan publik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur tahun 2012, Kabupaten Berau mendapatkan nilai 466 dengan peringkat C. Peringkat C dimaksud Agak Kurang dalam artian bahwa kualitas pelayanan publik belum memuaskan masyarakat sehingga peningkatan pelayanan public Pemerintah Kabupaten Berau harus ditingkatkan. d. Masih rendahnya kualitas pembangunan desa Pembangunan masyarakat desa diarahkan untuk meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat dalam pembangunan daerah. Masih rendahnya kualitas pembangunan desa disebabkan oleh belum terintegrasinya program pemerintah pusat one village one product sebagai salah satu indikasi produktivitas dan penguatan perekonomian desa. Selain itu, kapasitas Aparat kampung yang masih rendah juga menjadi penyebab rendahnya pembangunan tingkat kampung. Pemerintah Kabupaten Berau perlu meberikan arahan mengenai pemberian tugas pembantuan ke desa/kampong melalui aparatur di tingkat kecamatan pembangunan desa sangat strategis dan penting dalam rangka mendukung program pembangunan pemerintah pusat membangun Indonesia dari pinggiran. Permasalahan-permasalahan di atas dipicu oleh beberapa akar masalah yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 23

158 Tabel 4.14 Rumusan Permasalahan Belum Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik No Permasalahan Akar Permasalahan 1. Manajemen pengelolaan aset daerah belum terkelola dengan efektif, efisien, dan maksimal Pelaksanaan dan pengawasan pemerintah yang bersih dan bebas KKN perlu ditingkatkan Kapasitas dan akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Berau perlu ditingkatkan Rendahnya kualitas pelayanan publik Masih rendahnya kualitas pembangunan desa 2. Perencanaan penganggaran dalam pelaksanaan pembangunan daerah belum efektif dan efisien 3. Masih kurangnya kesadaran aparatur pemerintahan sebagai pelayan masyarakat 1. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi belum optimal mencerminkan realisasi dari perencanaan pembangunan daerah 2. Penyelenggaraan pemerintahan belum sepenuhnya menerapkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, adil, dan mampu menyuarakan aspirasi masyarakat 3. Pencapaian sasaran pembangunan tingkat daerah maupun SKPD belum dikendalikan dengan baik dan bersistem 1. Pengelolaan penyelenggaraan dan manajemen pemerintahan dalam mendukung pelayanan publik belum maksimal 2. Pelayanan PRIMA yang sesuai dengan SPM belum dilaksanakan oleh seluruh aparatur pemerintahan 1. Belum optimalnya implementasi UU Desa 2. Belum optimalnya pembentukan BUMDesa Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 24

159 No Permasalahan Akar Permasalahan 3. Minimnya kegiatan ekonomi dan produksi di daerah pedesaan terutama daerah terdalam dan terpencil 4.2. Isu-Isu Strategis Isu-isu strategis merupakan berbagai persoalan yang menjadi perbincangan baik internasional, nasional, hingga regional karena krusialnya kondisi atau perihal dalam pembangunan daerah masa kini maupun mendatang. Terkait dengan hal tersebut, perlu kiranya isu-isu strategis menjadi salah satu acuan pokok dalam menyusun program kegiatan prioritas pembangunan agar pencapaian tujuan pembangunan daerah lebih terstruktur, tepat, dan cepat. Diharapkan dengan memperhatikan setiap isu strategis yang muncul, dalam waktu lima tahun ke depan pembangunan Kabupaten Berau lebih signifikan dan memiliki keterkaitan dengan perwujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera. Isu-isu strategis jika diprioritaskan penanganan maupun antisipasinya, maka akan menjadi kelebihan tersendiri dalam meningkatkan peluang tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan, namun sebaliknya jika isu strategis tidak diindahkan maka bukan hal yang mustahil terjadi beberapa kegagalan dalam pelaksanaan tahapan pembangunan daerah. Suatu isu strategis dirumuskan melalui identifikasi berbagai permasalahan pembangunan daerah yang bersifat strategis dari berbagai bidang dan memiliki pengaruh terhadap agenda pembangunan lima tahun kedepan. Rumusan dari isu strategis mencakup isu internasional, isu nasional, dan isu regional yang memiliki keterkaitan. 1. Penelaahan Isu Strategis Internasional a. Isu lingkungan global belum dipahami dan diterapkan dalam pembangunan nasional dan daerah Tumbuhnya kesadaran global tentang kondisi lingkungan dan sumber daya alam yang semakin buruk, telah mendesak seluruh negara untuk merubah paradigma pembangunannya, dari ekonomi-konvensional menjadi ekonomi-ekologis. Untuk itu telah dihasilkan 154 perjanjian internasional dan multilateral agreement yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan isu lingkungan global. Indonesia telah meratifikasi 14 perjanjian internasional di bidang lingkungan tetapi sosialisasi, pelaksanaan dan penaatan terhadap perjanjian internasional tersebut kurang mendapat perhatian sehingga pemanfaatannya untuk kepentingan nasional belum dirasakan secara maksimal. Selain itu, masukan Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan nasional di berbagai konvensi internasional juga masih terbatas mengingat lemahnya kapasitas institusi, sumber daya manusia, serta sistem perwakilan Indonesia di berbagai konvensi tersebut. Dengan aktifnya Indonesia pada perjanjian perdagangan baik regional seperti AFTA dan APEC atau global seperti WTO, maka pembangunan nasional dan daerah perlu mengantisipasi dampaknya terhadap lingkungan. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 25

160 Isu strategis internasional yang relevan pada sebagian besar perencanaan pembangunan daerah adalah pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan melalui Program MDGs yang berakhir pada tahun 2015 ini dan diteruskan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang disahkan di Sidang Umum PBB akhir September di New York, USA. SDGs tidak terpisah dari MDGs dan merupakan penyempurnaan dari MDGs. Bentuk penyempurnaan dilakukan melalui sejumlah pendekatan yang dipandang perlu dengan tetap melibatkan peran aktif warga dunia bagi terciptanya kepentingan global yang lebih luas. Tahun 2016 merupakan tahun pertama implementasi agenda pembangunan dunia Post-2015 (SDGs). Sidang Umum PBB pada 4 Desember 2014 telah menyetujui platform agenda pembangunan dunia Post-2015 berdasar pada hasil Open Working Group (OWG) on Sustainable Development Goals yang akan menjadi target dan tujuan pembangunan dunia sampai Rumusan SDG terdiri dari 17 tujuan dan 169 target dimana pencapaian lebih terukur untuk menciptakan masyarakat dunia 2030 jauh lebih baik dari saat ini. Ke-17 tujuan SDGs tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menghapus segala bentuk kemiskinan dimana pun berada; 2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, dan mencanangkan pertanian berkelanjutan; 3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan penduduk di segala usia; 4. Menjamin kualitas pendidikan yang adil dan inklusif serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua; 5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan; 6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang berkelanjutan dari air dan sanitasi untuk semua; 7. Memastikan seluruh penduduk mendapat akses untuk energi yang terjangkau, dapat diandalkan, dan berkelanjutan; 8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, lapangan kerja yang penuh dan produktif, dan pekerjaan yang layak untuk semua secara berkelanjutan; 9. Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan industrialisasi inklusif berkelanjutan, dan inovasi asuh; 10. Mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara-negara; 11. Membuat pemukiman kota dan pemukiman manusia yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan; 12. Pastikan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan; 13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya; 14. Pelestarian dan pemanfaatan samudera, laut dan sumber daya kelautan berkelanjutan dalam rangka pembangunan berkelanjutan; 15. Melindungi, memulihkan dan mempromosikan pemanfaatan ekosistem darat, lestari mengelola hutan, memerangi pengguruan, dan menghentikan dan membalikkan degradasi lahan dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati; Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 26

161 16. Meningkatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua, dan membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua tingkatan; serta 17. Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. Target pembangunan universal yang tertuang dalam SDGs membutuhkan dukungan dari semua elemen masyarakat dunia, termasuk dari pemerintahan, Lembaga Swadaya Masyarakat, swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat. Di setiap negara, tidak hanya negara miskin dan berkembang tetapi juga negara maju, rumusan SDGs merupakan sumber penting untuk menyelaraskan strategi dan kebijakan demi membuat kehidupan di muka bumi menjadi lebih baik. Selain SDGs, isu internasional juga berkisar dalam hal penerapan green economic global (ekonomi ramah lingkungan), krisis ekonomi global yang masih mengancam perekonomian, penerapan sumber energi alternatif, antisipasi semakin menipisnya cadangan mineral dunia, antisipasi perubahan iklim global ( global warning/climate change), serta kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat. Penerapan isu internasional dalam perumusan perencanaan pembangunan Kabupaten Berau sudah dilaksanakan sejak lama. Namun realisasi kebijakan pembangunan yang telah disusun masih memiliki beberapa kekurangan sehingga pencapaian target kinerja masih belum optimal. Penghapusan kemiskinan dan transformasi ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan belum tercapai sepenuhnya sehingga perlu evaluasi dan pembenahan dalam pelaksanaan program dan kegiatannya. 2. Penelaahan Isu Strategis Nasional (RPJMN Periode ) Daerah yang maju, mandiri dan berdaya saing menjadi kekuatan utama dalam membangun kemajuan dan kemandirian bangsa serta memperkuat daya saing antarbangsa khususnya menghadapi ekonomi ASEAN. Selain itu, komitmen untuk membangun wilayah dan memajukan daerah dipertegas dalam agenda prioritas (NAWA CITA) kedua, yaitu: Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpecaya; prioritas ketiga: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; prioritas kelima: meningkatkan kualitas hidup manusia; prioritas keenam: meningkatkan produktifitas rakyat dan dasa saing di pasar internasional; prioritas ketujuh: mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Perekonomian wilayah Pulau Kalimantan ditopang oleh 3 sektor utama, yaitu pertambangan dan penggalian, pertanian terutama perkebunan, dan industri pengolahan; serta sektor perikanan dan kehutanan. Berdasarkan potensi keunggulan wilayah Pulau Kalimantan, maka tema besar pembangunan wilayah Kalimantan: Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia, dengan meningkatkan konservasi dan rehabilitasi DAS, lahan kritis, hutan lindung, dan hutan produksi; serta Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 27

162 mengembangkan sistem pencegahan dan penanggulangan bencana alam banjir dan kebakaran hutan. Lumbung energi nasional dengan pengembangan hirilisasi komoditas batu bara, termasuk pengembangan energi baru terbaharukan berbasis biomasa dan air atau matahari atau sesuai dengan kondisi SDA. Pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zircon dan pasir kuarsa. Menjadikan Kalimantan sebagai salah satu lumbung nasional. Tujuan pengembangan wilayah Pulau Kalimantan tahun adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan wilayah Pulau Kalimantan dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: (a) pengembangan hirilisasi komoditas batu bara, serta pengembangan insutri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zircon dan pasir kuarsa, (b) Penyediaan infrastruktur wilayah, (c) Peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus. Pada akhir tahun 2019, pengembangan wilayah Pulau Kalimantan semakin meningat. Hal ini, dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB wilayah Pulau Kalimantan terhadap PDB nasional, yaitu dari sekitar 8,7 % (2013) menjadi 9,6 % (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah Pulau Kalimantan. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.15 Target Prioritas Pembangunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun Indikator Sasaran Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,5 5,6 5,6 6,4 7,0 Tingkat Kemiskinan (%) 5,1 4,7 4,3 3,9 3,5 Tingkat Pengangguran (%) 8,4 8,0 7,6 7,2 6,9 Sumber: RPJMN Isu atau Kebijakan Strategis Provinsi (RPJMD Provinsi Kalimantan Timur ) Berdasarkan komitmen gubernur dan wakil gubernur terpilih serta hasil analisis permasalahan dan isu strategis Provinsi Kalimantan Timur yang menjadi prioritas untuk ditangani dalam lima tahun ke depan serta keselarasan dengan sasaran pokok pembangunan jangka panjang dalam RPJPD Provinsi Kalimantan Timur , maka untuk memajukan Provinsi Kalimantan Timur ke depan ditetapkan visi RPJMD Provinsi Kalimantan Timur periode adalah sebagai berikut: Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 28

163 MEWUJUDKAN KALTIM SEJAHTERA YANG MERATA DAN BERKEADILAN BERBASIS AGROINDUSTRI DAN ENERGI RAMAH LINGKUNGAN Kondisi yang ingin dicapai melalui pokok-pokok visi di atas adalah adanya keseimbangan antara kesejahteraan sosial dan ekonomi, keharmonisan antara pembangunan ekonomi, sosial, serta aspek lingkungan hidup yang kesemuanya diketahui saling memengaruhi. Elemen Visi Kaltim Sejahtera Yang Merata dan Berkeadilan pada intinya adalah pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat saat ini maupun masa datang melalui pemerataan pembangunan ekonomi yang bertumpu pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan visi di atas maka ditetapkan misi pembangunan daerah jangka menengah sebagai berikut: 1. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia Kaltim yang mandiri dan berdaya saing tinggi; 2. Mewujudkan daya saing ekonomi yang berkerakyatan berbasis SDA dan energi terbarukan; 3. Mewujudkan infrastruktur dasar yang berkualitas bagi masyarakat secara merata; 4. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan dan berorientasi pada pelayanan publik; dan 5. Mewujudkan kualitas lingkungan yang baik dan sehat serta berprespektif perubahan iklim. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, Kabupaten Berau telah berusaha semaksimal mungkin dalam mencapai target pembangunan daerah sekaligus mendukung pencapaian tujuan nasional. Indikator yang jelas terlihat pada keberhasilan pembangunan Kabupaten Berau dan terkait dengan isu-isu strategis utama internasional maupun nasional adalah pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan, angka pengangguran, serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tabel 4.16 Pencapaian Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Pengangguran, dan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau dan Provinsi Kalimantan Timur Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) Kemiskinan (%) Pengangguran (%) Indeks Pembangunan Manusia Kaltim Berau Kaltim Berau Kaltim Berau Kaltim Berau ,59 7,76 6,06 5,84 7,94 5,85 77,33 75, ,3-3,2 6,97 6,00 5,45 8,00 5,57 77,01 75, ,2-3,7 7,41 5,75 5,09 7,00 5,44 77,14 75, ,6-4,3 7,75 5,35 4,74 6,50 5,24 77,28 75, ,2-4,8 7,95 5,15 4,41 6,00 4,98 77,42 75,77 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 29

164 2018 4,7-5,3 8,20 5,00 4,10 5,11 4,66 78,00 75,91 Sumber: RPJMD Provinsi Kalimantan Timur Telaahan RPJPD Kabupaten Berau Tahun Tujuan pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Berau tahun adalah terwujudnya Kabupaten Berau sebagai Sentra Industri dan Daerah Ekowisata Berbasis Pertanian dan Kelautan Terkemuka di Wilayah Indonesia Timur tahun 2026 untuk menuju masyarakat sejahtera dan mandiri sesuai dengan tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar Untuk mewujudkan tujuan pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Berau tahun tersebut, pembangunan daerah diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok dan arah pembangunan jangka panjang selama kurun waktu 20 tahun mendatang sesuai misi daerah. Misi RPJPD Berau adalah sebagai berikut: 1) Mewujudkan Perekonomian Daerah dengan Berorientasi Kerakyatan, Memiliki Daya Saing dan Berkelanjutan, dengan sasaran: Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh melalui pengembangan sentra industri berbasis pertanian dan kelautan, serta ekowisata yang berdaya saing global sebagai motor penggerak perekonomian daerah, dan jasa menjadi perekat ketahanan ekonomi Terwujudnya pendapatan perkapita pada tahun 2026 mencapai sekitar US$ 7600 dengan pertumbuhan ekonomi daerah sekitar 7% dengan tingkat pemerataan yang relatif baik dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5% Kemandirian pangan secara aman dengan kualitas gizi yang memadai, serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga Terwujudnya pengelolaan, pendayagunaan sumber daya alam dan perlindungan fungsi lingkungan hidup secara berkelanjutan dan berkeadilan guna memperoleh nilai tambah yang optimal bagi kepentingan daerah dan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat 2) Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Melalui Peningkatan Kualitas SDM yang Menguasai IPTEK dan BERBASIS IMTAK, dengan sasaran: Penumbuhan sentra-sentra industri/manufaktur di setiap desa/kecamatan sebagai basis ekonomi rakyat APBD untuk pendidikan di atas 20 % dan kualitas dan kuantitas pendidikan telah mencapai/melampaui rata-rata standar nasional Keseimbangan proporsi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dan perdesaan serta masyarakat tani pedalaman menjadi penyangga agro-industri Para pekerja memiliki kompetensi/ketrampilan setara dengan pekerja luar negeri sehingga mampu berkompetisi dalam persaingan global Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 30

165 Kabupaten Berau menjadi pusat keunggulan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni (IPTEKS) yang menjadi acuan daerah lain di Propinsi Kalimantan Timur Pekerjaan sektor non formal menjadi primadona bagi angkatan muda Pelayanan pendidikan melampaui Standar Pelayanan Minimal (SPM) Nasional Kabupaten Berau menjadi Pusat Keunggulan (center of excellence) di Provinsi Kalimantan Timur Pelayanan kesehatan di pusat-pusat kesehatan telah memenuhi standar ISO Dokter-dokter dan tenaga paramedis di Kabupaten Berau memiliki kompetensi tingkat internasional Kabupaten Berau sebagai penghasil manusia-manusia unggul Kabupaten Berau sebagai penghasil manusia sehat dan produktif Layanan kesehataan di Kabupaten Berau menjadi acuan nasional Tingkat kemiskinan di Kabupaten Berau menjadi 5% 3) Pengembangan dan Pembangunan Infrastruktur dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, dengan sasaran: Tersusunnya jaringan infrastruktur yang terintegrasi satu sama lain, khususnya pelabuhan, lapangan terbang, kereta api, dan jalan raya dalam sistem jaringan inter dan antar-moda, baik antarnegara tetangga maupun dalam dan antar-wilayah NKRI dengan tingkat keselamatan, jaminan kelaikan prasarana dan sarana sesuai dengan standar internasional Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal sesuai permintaan kebutuhan tenaga listrik termasuk hampir sepenuhnya elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan dapat terpenuhi tercapainya tingkat efisiensi yang memuaskan baik sisi pembangkitan, transmisi dan distribusi; terwujudnya sistem ketenagalistrikan yang berbasis pada energi terbarukan, PLTA dan energi fosil non BBM; serta terciptanya industri penunjang ketenagalistrikan dalam negeri yang mampu memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan sistem kelistrikan nasional Terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga berkelanjutan fungsi sumber daya air; terwujudnya pendayagunaan sumber daya air yang adil untuk berbagai kebutuhan masyarakat yang memenuhi kualitas dan kuantitas; dan terwujudnya pengendalian daya rusak air yang mampu melindungi keselamatan jiwa dan harta benda penduduk 4) Menumbuh Kembangkan Budaya Daerah Menuju Masyarakat yang Madani, dengan sasaran: Terbentuknya watak masyarakat yang religius, bermoral, dan beretika sebagai landasan kehidupan sosial yang penuh toleransi, tenggang rasa, harmonis, damai dan sejahtera Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 31

166 Terbentuknya kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya daerah dan berjiwa sportif yang akan meningkatkan peran serta masyarakat dalam menyokong pembangunan daerah dalam kondisi masyarakat yang beragam (pluralitas) 5) Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa dengan Mengutamakan Kepentingan Publik, dengan sasaran: Terciptanya pengendalian, pengawasan dan supremasi penegakan hukum di daerah demi terciptanya peradilan yang lebih profesional, transparan dan bertanggung jawab Meningkatkan dukungan kebijakan aspiratif serta profesionalisme aparatur di daerah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, bertanggung jawab, dan mampu mendukung pembangunan daerah Refokusing postur dan struktur pertahanan dengan melibatkan seluruh potensi yang diselenggarakan secara terpadu, terarah dan berkelanjutan Terwujudnya demokrasi, melalui konsolidasi demokrasi yang bertahap pada berbagai aspek kehidupan politik sehingga demokrasi konstitusional dapat diterima sebagai konsesus dan pedoman politik dalam kehidupan bernasyarakat, berbangsa dan bernegara 5. Hasil Telaah RPJMD Kabupaten/Kota Sekitar Dalam perencanaan pembangunan daerah, pengaruh dari regional perbatasan wilayah sangat signifikan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan daerah. Setiap program dan kegiatan di regional sekitar akan mempengaruhi capaian kinerja pembangunan. Oleh karena itu, untuk menjaga konsistensi sekaligus meningkatkan akselerasi capaian kinerja pembangunan, maka keselarasan setiap rumusan kebijakan perlu diintegrasikan secara terpadu dan berkesinambungan. Kabupaten Berau merupakan bagian wilayah administrasi Provinsi Kalimantan Timur yang berada di pintu gerbang menuju Provinsi Kalimantan Utara. Diantara sepuluh kabupaten/kota di Kalimantan Timur, Kabupaten Berau merupakan salah satu kabupaten yang memiliki pembangunan cukup baik dan positif dalam setiap pergerakannya. Oleh karena itu, dalam penelaahan RPJMD regional sekitar, salah satu yang akan diambil adalah rumusan pembangunan Kota Samarinda sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Selain itu juga akan dijabarkan rumusan pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai wilayah yang samasama memiliki capaian positif pembangunan daerah utamanya dalam aspek ekonomi serta Kabupaten Kutai Timur yang merupakan wilayah berbatasan langsung dengan Kabupaten Berau. Berikut substansi RPJMD Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Kutai Timur baik visi, misi, tujuan, maupun prioritas pembangunan daerah pada periode pembangunan saat ini. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 32

167 Tabel 4.17 Penyandingan Substansi Utama RPJMD Kota Samarinda ( ), Kabupaten Kutai Kartanegara ( ), dan Kabupaten Kutai Timur ( ) Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Timur (Rankir) Periode Visi Terwujudnya Kutai Barat Yang Semakin Adil, Mandiri Dan Sejahtera Berlandaskan Ekonomi Kerakyatan Dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Terwujudnya Kabupaten Kutai Kartanegara yang Maju, Mandiri, Sejahtera, dan Berkeadilan Terwujudnya Kemandirian Kutai Timur Melalui Pembangunan Agribisnis dan Agroindustri 1. Peningkatan pembangunan 1. Memantapkan reformasi birokrasi 1. Meningkatkan kualitas Misi infrastruktur dasar publik yang semakin merata ke seluruh wilayah Kutai Barat 2. Peningkatan kualitas SDM melalui penyediaan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang semakin berkualitas dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat 3. Reformasi tata kelola pemerintahan dalam upaya menciptakan untuk rakyat 2. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkompeten 3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan daerah 4. Meningkatkan pengelolaan pertanian dan pariwisata untuk percepatan transformasi struktur ekonomi daerah 5. Meningkatkan keterpaduan pembangunan infrastruktur menuju daya saing daerah sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa 2. Mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui pembangunan agribisnis dan agroindustri 3. Meningkatkan infrastruktur dasar yang berkuailtas secara merata 4. Mengoptimalkan pengelolaan IV - 33 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

168 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Timur (Rankir) pemerintahan yang bersih dan pelayanan publik yang semakin cepat, mudah, dan murah 4. Pembangunan ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan dan sektor ekonomi potensial dalam upaya penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup 5. Penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat lokal, terutama masyarakat miskin dan tidak mampu 6. Penerapan nilai-nilai keagamaan dan budaya luhur dalam upaya menciptakan lingkungan dan hubungan sosial yang harmonis, tertib dan aman berbasiskan sikap toleransi, tenggang rasa, dan gotong 6. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan 7. Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan serta penguatan perlindungan anak ruang untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik dan lebih sehat bagi kehidupan manusia 5. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang professional, kredibel, dan berorientasi pada pelayanan publik IV - 34 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

169 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Timur (Rankir) royong 7. Pemberdayaan peran kampung, pemuda dan perempuan sebagai basis pembangunan masyarakat. Tujuan Pembangunan 1. Pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah dan memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui peningkatan cakupan sarana dan prasarana dasar publik ke kecamatan-kecamatan dan kampung-kampung yang telatif masih terbelakang. 2. Peningkatan taraf dan martabat hidup masyarakat lokal sehingga mampu menjadi subjek pembangunan 3. Menciptakan tata pemerintahan yang efektif dan efisien yaitu pemerintah yang mampu mengelola anggaran baik dari segi belanja maupun 10. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dan kuailtas pelayanan publik 11. Mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, sehat, berpendidikan, terampil, berakhlak dan berperilaku mulia 12. Meningkatkan kemandirian fiscal daerah dan kerjasama pembangunan daerah 13. Mewujudkan percepatan kedaulatan pangan dan revolusi pembangunan pertanian dalam arti luas sebagai daya ungkit pertumbuhan ekonomi daerah 14. Mewujudkan Kutai Kartanegara sebagai branding pariwisata unggulan di 1. Menyiapkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kompetensi daerah 2. Mendorong masyarakat untuk lebih meningkatkan pemahaman dan implementasi nilai dan norma spiritual keagamaan dalam pembangunan 3. Meningkatkan dan memantapkan kecuukupan pangan di setiap wilayah 4. Memantapkan daya saing IV - 35 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

170 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Timur (Rankir) pendapatan secara bijaksana dalam menyelenggarakan pembangunan yang tepat sasaran, jumlah dan waktu serta bebas dari KKN 4. Pemerintahan yang responsif maksudnya adalah pemberian pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat 5. Pemerintahan yang bertanggung jawab, artinya pemerintahan yang dalam pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pelayanan publik dilaksanakan secara mudah, cepat dan murah (easier, faster and cheaper) 6. Mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat 7. Meningkatkan kapasitas dan Kalimantan Timur 15. Mewujudkan ekonomi perdesaan berbasis kelompok dan kewirausahaan yang didukung industri dan perdagangan potensial daerah berbasis keterkaitan dan keterpaduan potensi antar wilayah (Integrated Territorial Development) 16. Menurunkan kesenjangan pembangunan antar wilayah 17. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup 18. Meningkatnya peran serta perempuan segala bidang pembangunan dan perlindungan anak komoditi unggulan daerah melalui kegiatan agribisnis dan agroindustri 5. Optimalisasi peran pemangku kepentingan dalam pembangunan agribisnis, agroindustri, dan ketahanan pangan 6. Tercapainya pemerataan ekonomi melalui peningkatan pendapatan per kapita dan menurunkan tingkat kemiskinan 7. Memenuhi kebutuhan infrastruktur dasar bagi masyarakat terutama konektivitas antar wilayah, air bersih, energy listrik dan sanitasi pemukiman 8. Mengefektifkan perencanaan, IV - 36 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

171 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara kapabilitas penduduk miskin sehingga mampu keluar atau setidaknya mengurangi jumlah masyarakat miskin dalam jangka menengah dan panjang serta membantu masyarakat miskin dan tidak mampu mampu memenuhi kebutuhan hidup dasar (basic needs) sehari-hari dalam jangka pendek 8. Menciptakan lingkungan dan hubungan sosial yang harmonis, tertib dan aman berbasiskan sikap toleransi, tenggang rasa, dan gotong royong Kabupaten Kutai Timur (Rankir) pemanfaatan dan pengendalian ruang untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang nyaman bagi kehidupan 9. Meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah 10. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang berorientasi kepuasan masyarakat 9. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masayarakat kampung, pemuda dan perempuan sebagai basis pembangunan daerah, sehingga mereka mandiri dan mampu mampu bereperan aktif dalam proses IV - 37 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

172 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Timur (Rankir) pembangunan daerah. 1. Peningkatan Sarana dan Prasarana 26. Revitalisasi pelaksanaan fungsi 1. Peningkatan darana dan Transportasi yang memadai manajemen pemerintahan prasarana pendidikan Strategi/Prioritas Pembangunan 2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Perhubungan dan Telekomunikasi ke seluruh wilayah Kecaatan dan kampong 3. Pelayanan Air Bersih Bagi Seluruh Lapisan Masyarakat 4. Peningkatan Layanan Irigasi 5. Peningkatan akses layanan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah 6. Peningkatan Derajad Kesehatan Masyarakat 27. Fasilitasi dan pendampingan pelaksanaan dana desa 28. Penguatan sistem pengendalian intern pemerintah, pemberantasan korupsi dan penegakan hukum 29. Penguatan pelayanan kependudukan di tingkat kewilayahan 30. Peningkatan KB keluarga 31. Peningkatan sinergitas pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha 32. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan 33. Peningkatan kualitas dan manajemen 2. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan pendidikan 3. Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan 4. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan 5. Peningkatan kondisi pengarusutamaan gender dan perlindungan kepada anak dan perempuan 6. Peningkatan peran dan fungsi perpustakaan daerah 7. Peningkatan kualitas struktur 7. Peningkatan Partisipasi Masyarakat sekolah keluarga sejahtera dalam Ber KB 34. Inovasi pelayanan perpustakaan 8. Peningkatan dan pembinaan 8. Peningkatan Pemerintahan yang 35. Perluasan cakupan promosi dan seni dan budaya Transparan dan Akuntabel pelibatan masyarakat dalam perluasan 9. Peningkatan kegiatan IV - 38 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

173 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Timur (Rankir) 9. Peningkatan Perencanaan Pembangunan Yang partisipatif 10. Peningkatan Tertib Administrasi Kependudukan 11. Penyelengaaraan Tertib Kearsipan 12. Pengendalian harga dan kelancaran Distribusi Barang 13. Peningkatan Investasi Daerah 14. Peningkatan Peran Koperasi dan UKM 15. Peningkatan pengembangan Industri Lokal yang Berbasis pada Pemanfaatan Sumber Daya Lokal 16. Peningkatan Peran Sektor Pertanian 17. Pengelolaan Hutan dan hasil Hutan lainnya 18. Pengendalian Kelestarian Lingkungan Hidup Pengendalian Kelestarian Lingkungan Hidup layana kesehatan dan pencegahan penyakit 36. Peningaktan ketersediaan dan kuailtas sarana dan prasarana kesehatan dengan memperhatikan keterjangkauan akwasan permukiman dan perkembangan kesehatan masyarakat 37. Peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kesehatan guna memenuhi kebutuhan lapangan 38. Optimalisasi penerapan SPM kesehatan 39. Peningkatan tata kelola pelayanan kesehatan melalui penerapan standar pelayanan dan keterlibatan masyarakat 40. Fasilitasi keterampilan dan penempatan kerja 41. Fasilitasi sinkronisasi kebijakan pembangunan ketenagakerjaan 42. Meningkatkan pembinaan kepemudaan 43. Meningkatkan dukungan kebiatan masyarakat dalam pembangunan 10. Terciptanya kerukunan hidup beragama 11. Penanggulangan bencana daerah 12. Pemenuhan infrastruktur pertanian berdasarkan kluster wilayah untuk penciptaan sistem agribisnis dan agroindustri 13. Pembangunan sarana dan rpasarana serta fasilitas tempat ibadah 14. Peningkatan rasio elektrifikasi 15. Peningaktan cakupan dan kualitas pelayanan air bersih 16. Pengembangan kawasan perdesaan dan perkotaan yang merupakan kewenangan IV - 39 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

174 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Timur (Rankir) 19. Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata 20. Peningkatan Kesempatan Kerja 21. Pemanfaatan Ruang Wilayah 22. Peningkatan Kualitas Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Bagi PMKS 23. Penciptaan Rasa Aman, Toleransi, Saling Pengertian dan Kebersamaan 24. Pengembangan Nilai Budaya, Pelestarian dan Aktualisasi Adat Budaya Lokal 25. Pengembangan Organisasi Kemasyarakatan di Kampung pemuda dan olahraga 44. Pengembangan desa berketahanan sosial 45. Gerakan Desa Membangun 46. Pengembangan desa berketahanan sosial 47. Meningkatkan koordinasi pemerintah baik pusat maupun daerah 48. Kebijakan insentif dan disinsentif 49. Meningkatkan kerjasama dengan pihak ketiga 50. Peningkatan kualitas Pendapatan Daerah (PAD) 51. Intensifikasi Pendapatan Asli Daerah berbasis IT 52. Ekstensifikasi Pendapatan Daerah 53. Membuka ruang komunikasi antara pemerintah dengan dunia usaha 54. memfasilitasi pelaku usaha dalam gerakan pembangunan Kutai kabupaten 17. Sinkronisasi operasional penataan ruang wilayah 18. Penetapan dan pengembangan komoditi dan produk unggulan potensial berdasarkan kluster wilayah per kecamatan 19. Peningkatan prduktivitas petani dan pengendalian harga faktor-faktor produksi sektor agribisnis dan agroindustri 20. Pemantapan kerjasama terpadu antar stakeholder pembangunan berdasarkan kapasitas dan fungsi masingmasing pihak 21. Peningkatan nilai tambah komoditas unggulan melalui IV - 40 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

175 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kartanegara 55. Optimalisasi pengembangan irigasi pertanian dan peningkatan luasan lahan produktif yang beririgasi 56. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif ke non pertanian tanaman pangan 57. Perbaikan image infrastruktur pertanian (ketersediaan sarana prasarana pertanian hulu, tengah, dan hilir) utamanya pasar 58. Pembukaan lahan/usaha pertanian tanaman pangan yang baru dan peningkatan produktivitas pertanian 59. Peningkatan efisiensi peralatan pasca panen hasil pertanian tanaman pangan 60. Peningkatan efektivitas distribusi pupuk bersubsidi untuk tanaman pangan 61. Pengembangan dan promosi komoditas unggulan daerah dan peningkatan kuantitas dan kualitas SDM aparatur Kabupaten Kutai Timur (Rankir) peningkatan investasi padat karya dan pengendalian lingkungan serta penegakan hukum lingkungan 22. Peningkatan partisipasi pemuda dan olahraga serta kontribusi pariwisata dalam pembangunan 23. Menurunnya tingkat pengangguran, jumlah penduduk miskin, dan meningkatnya daya beli masyarakat melalui sektor informal dan non formal perdesaan 24. Pengembangan moda transportasi darat dan laut 25. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi 26. Meningkatkan mutu dan IV - 41 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

176 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara (PPL) 62. Peningkatan optimalisasi industri pasca panen tanaman pangan (RPU) 63. Jaminan ketersediaan lahan produksi pertanian dan bahan baku untuk menarik investor 64. Pengembangan bahan pangan sumber karbohidrat 65. Pengembangan ketersediaan sumber pangan non beras dan edukasi pola konsumsi masyarakat 66. Optimalisasi pengembangan bahan pangan berbasis sumber daya peternakan 67. Adaptasi perubahan lingkungan global dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu 68. Inovasi terhadap peningkatan produktivitas perikanan tangkap 69. Pengembangan perikanan berbasis Kabupaten Kutai Timur (Rankir) kualitas pelayanan publik pemerintah daerah 27. Meningkatkan kapasitas ASN (Aparatur Sipil Negara) dan kapasitas aparatur desa 28. Meningkatkan akuntabilitas pemerintahan 29. Peningkatan kualitas pelayanan publik 30. Peningkatan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik 31. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan 32. Peningkatan kualitas regulasi daerah dalam rangka mendukung implementasi program pembangunan daerah IV - 42 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

177 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Timur (Rankir) kawasan 70. Pengembangan industri pasca panen dan pengolahan perikanan berdaya saing 71. Budidaya ikan spesifik local yang terancam punah 72. Pengendalian alih fungsi sumber daya perikanan (area rawa) 73. Pengembangan branding untuk memperkuat Kutai Kartanegara sebagai daerah tujuan wisata 74. Pengembangan kebijakan pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara yang komprehensif 75. Pengembangan pasar baru dan revitalisasi pasar eksisting 76. Penyediaan fasilitas dan sarana ODTW secara komprehensif 77. Penyiapan pelaku usaha pariwisata local masyarakat sebagai tuan rumah destinasi IV - 43 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

178 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Timur (Rankir) 78. Optimalisasi peningkatan nilai tambah usaha jasa dan produksi kreatif pendukung pariwisata 79. Revitalisasi seni budaya guna mendukung sektor pariwisata 80. Penguatan kelembagaan koperasi dan UKM 81. Fasilitasi ekspansi pasar 82. Revitalisasi pasar daerah 83. Pengembangan kerjasama perdagangan antar daerah 84. Pengembangan agroindustry 85. Fasilitasi pengembangan industri dalam dan luar negeri 86. Penguatan dan penambahan infrastruktur jalan dan jembatan 87. Revitalisasi layanan transportasi public 88. Peningkatan konektivitas jaringan telekomunikasi 89. Pengembangan sistem informasi IV - 44 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

179 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Timur (Rankir) terintegrasi 90. Pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana permukiman 91. Pengembangan penataan ruang yang berkelanjutan dan berdampak pada pengendalian pemanfaatan sumber daya alam 92. Revitalisasi sungai 93. Pemulihan lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam termasuk kegiatan pertambangan dan penggalian yang berdampak pada pencemaran lingkungan 94. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup 95. Pengembangan nilai tambah sumber daya alam sebagai potensi unggulan baru 96. Pengembangan jaringan listrik ke IV - 45 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

180 Elemen Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Timur (Rankir) seluruh Kabupaten Kutai Kartanegara 97. Meningkatkan kesempatan dan partisipasi perempuan dalam pembangunan 98. Meningkatkan perlindungan anak IV - 46 Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis

181 6. Telaahan RTRW Kabupaten Berau Dalam menelaah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau yang diimplementasikan dari tahun 2012 hingga 2032, perencanaan pembangunan harus diarahkan menuju mindset pembangunan berbasis spasial. Kabupaten Berau yang memiliki daratan seluas ,50 km 2 dan lautan seluas ,85 km 2 (sepanjang 4 mil dari garis pantai pulau terluar), memerlukan perencanaan kewilayahan yang massive dan terstruktur untuk mendukung pencapaian pembangunan daerah. Penataan ruang wilayah Kabupaten Berau memiliki tujuan untuk mewujudkan Kabupaten Berau sebagai kawasan sentra industri dan ekowisata berbasis pertanian dan kelautan yang memiliki daya saing dan berkelanjutan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu adanya kebijakan-kebijakan yang mendukung penataan ruang wilayah, meliputi: 1. Pembangunan kawasan sentra industri Dalam merealisasikan kebijakan tata ruang wilayah ini, pemerintah Kabupaten Berau akan memusatkan kegiatan pengolahan terpadu pada suatu kawasan industri; membangun infrastruktur penunjang kawasan industri; menciptakan iklim usaha yang kondusif; dan mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di sekitar kawasan industri. 2. Peningkatan pengelolaan kawasan ekowisata Pariwisata merupakan salah satu potensi andalan Kabupaten Berau untuk dikembangkan. Oleh karena itu, untuk melaksanakan kebijakan ini pemerintah akan meningkatkan promosi obyek wisata alam dan budaya; meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata alam dan budaya; serta mengembangkan dan melestarikan peninggalan budaya dan sejarah sebagai daya tarik wisata. 3. Pengembangan kawasan pertanian Sebagai peringkat kedua dalam menyumbang struktur ekonomi di Kabupaten Berau, sektor pertanian hanya tumbuh sebesar 2,96 %. Oleh karena itu, untuk melaksanakan kebijakan ini, pemerintah memiliki strategi untuk mengoptimalkan kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura; mengembangkan kawasan terpadu mandiri; meningkatkan produktivitas hortikultura, perkebunan rakyat, dan perkebunan besar/swasta; serta mengembangkan produk unggulan lokal. 4. Peningkatan pengelolaan sumber daya hutan secara berkelanjutan Dalam melaksanakan kebijakan ini, pemerintah akan memanfaatkan hasil hutan melalui prinsip pengelolaan hutan lestari; mengembangkan sistem pengelolaan hutan melalui Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi/Lindung; melaksanakan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan; mengembangkan hutan kemasyarakatan, hutan desa, dan hutan tanaman rakyat guna meningkatkan produksi lokal; serta mengembangkan potensi pengelolaan jasa lingkungan. 5. Pemantapan pemanfaatan ruang kawasan lindung sesuai dengan fungsinya Untuk merealisasikan kebijakan ini, pemerintah akan meningkatkan pengelolaan dalam kawasan lindung; meningkatkan jasa lingkungan secara optimal tanpa mengganggu fungsi Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 47

182 lindung; dan mengembalikan fungsi kawasan lindung akibat kegiatan eksploitasi yang tidak terkendali. 6. Pengelolaan wilayah pesisir melalui keterpaduan ekosistem dan sumber daya secara berkelanjutan Sebagai daerah yang memiliki pesisir cukup panjang, maka arah kebijakan dalam pengelolaan tata ruang ini perlu dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, pemerintah merumuskan strategi untuk menetapkan batas kawasan konservasi laut Kabupaten Berau; melindungi pelestarian ekologi pesisir dan pulau kecil serta kawasan perlindungan bencana pesisir; mengembangkan budidaya perikanan; mengoptimalkan fungsi hutan mangrove; mengembangkan perikanan tangkap; serta mengendalikan pencemaran di kawasan pesisir dan laut. 7. Pengembangan fungsi pusat pelayanan yang terintegrasi dengan sistem prasarana wilayah Kebijakan ini akan dilaksanakan melalui strategi mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi, sumber daya air, energi, telekomunikasi, dan permukiman. 8. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara Dalam pengelolaan tata ruang wilayah untuk pertahanan dan keamanan negara, pemerintah Kabupaten Berau akan mendukung penetapan Kawasan Strategis Nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan; mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif dari dalam dan di sekitar Kawasan Strategis Nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan; mengembangkan Kawasan Lindung dan/atau Kawasan Budidaya tidak terbangun di sekitar Kawasan Strategis Nasional dengan kawasan budidaya terbangun; serta turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/tni. Dalam penataan tata ruang terkait sistem pusat kegiatan, Kabupaten Berau membagi menjadi tiga sistem yakni Pusat Kegiatan Wilayah yang terletak di perkotaan Tanjung Redeb; Pusat Kegiatan Lokal yang meliputi tujuh perkotaan; dan Pusat Pelayanan Kawasan yang meliputi 15 perkotaan. Selain itu, terdapat juga sistem perdesaan yang disebut Pusat Pelayanan Lingkungan sebanyak 77 perdesaan yang tersebar merata di seluruh wilayah Kabupaten Berau. Kabupaten Berau memiliki kawasan-kawasan strategis yang merupakan kawasan prioritas karena memiliki pengaruh yang besar dan penting dalam lingkup nasional maupun regional daerah baik dalam bidang ekonomi, social, budaya, maupun lingkungan. Kawasan strategis di Kabupaten Berau dibagi menjadi tiga kawasan yakni: 1. Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang meliputi pulau -pulau kecil terluar di Provinsi Kalimantan Timur yang meliputi Pulau Sebatik, Gosong Makasar, Pulau Maratua, dan Pulau Sambit. 2. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) berupa kawasan pesisir dan Laut Kepulauan Derawan. 3. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) yang meliputi: a. Kawasan strategus untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang meliputi kawasan Heart Of Borneo (HOB), pesisir dan laut kepulauan Derawan, pesisir dan Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 48

183 laut kepulauan Maratua, konservasi laut Pulau Semama dan Sangalaki, hutan lindung Lesan, taman-taman/obyek wisata alam, dan kawasan karst; b. Kawasan strategis untuk kepentingan social ekonomi yang meliputi kawasan KTM Labanan, konsesi pertambangan batubara, pusat industri perkebunan, dan kawasan industri Mangkajang; c. Kawasan strategis untuk pendayagunaan sumber daya alam yang meliputi Pulau Kakaban, pesisir dan kepulauan Blambangan dan Sambit, pesisir dan kepulauan Bilang- Bilang dan Pulau Mataha, dan pesisir dan kepulauan Manimbora dan Balikukup; serta d. Kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan keamanan di Kabupaten Berau berupa banda udara HANKAM di Pulau Maratua. Tabel 4.18 Rencana Pola Ruang Kabupaten Berau No Pola Ruang Luas (ha) A Kawasan Lindung 1 Hutan Lindung ,97 2 Kawasan Konservasi Pesisir 106,47 3 Kawasan Lindung Geologi (karst) ,74 4 Mangrove 344,93 5 Sungai ,86 6 Suaka Margalaut 35,87 7 Taman Wisata Alam Laut 21,26 Jumlah Kawasan Lindung ,80 B Kawasan Budidaya 1 Hutan Produksi ,77 2 Hutan Produksi Terbatas ,41 3 Kawasan Pertanian ,28 4 Perkebunan ,48 5 Kawasan Budidaya Laut 6.360,71 6 Pemukiman Perkotaan ,64 7 Pemukiman Perdesaan ,70 8 Kawasan Industri ,24 9 Kawasan Pertambangan ,99 10 Kawasan Pariwisata ,21 11 Zona Pariwisata Kepulauan 705,32 Jumlah Kawasan Budidaya ,05 Luas Kabupaten Berau Luas Kabupaten Berau + Perairan Laut Sumber: Hasil RTRW Kabupaten Berau Tahun Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 49

184 Prioritas pembangunan di Kabupaten Berau diletakkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di bidang agribisnis dan pariwisata. Pembangunan bidang lainnya dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan potensi dan permasalahan khusus yang ada di Kabupaten Berau. Terkait pariwisata, berdasarkan RTRW Kabupaten Berau tahun 2012, pengembangan pariwisata melalui perwujudan kawasan pariwisata dilakukan dengan: Pengembangan penyediaan fasilitas pariwisata Pengembangan promosi pariwisata Pengembangan pusat-pusat oleh-oleh khas daerah Pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat di sekitar obyek pariwisata Pengembangan kapasitas kelembagaan pariwisata Wisata yang dikembangkan meliputi wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan/binaan manusia. Masing-masing wisata yang dikembangkan beserta lokasinya sebagai berikut: 1) Pengembangan Wisata Alam a) Pengembangan Wisata Bahari Kecamatan Pulau Derawan; Kecamatan Maratua; Kecamatan Biduk-Biduk; Kecamatan Batuputih, dan Kecamatan Talisayan. b) Pengembangan Wisata Sejarah Kecamatan Gunung Tabur; Kecamatan Sambaliung; Kecamatan Tanjung Redeb; dan Kecamatan Teluk Bayur c) Pengembangan Wisata Alam/Ekowisata Kecamatan Kelay; dan Kecamatan Segah 2) Pengembangan Wisata Budaya a) Wisata Budaya Banua Kecamatan Gunung Tabur; dan Kecamatan Sambaliung. b) Wisata Budaya Dayak Kecamatan Kelay; dan Kecamatan Segah c) Wisata Budaya Bajau Kecamatan Derawan; dan Kecamatan Maratua. 3) Pengembangan Wisata Buatan/Binaan Manusia a) Wisata buatan/ binaan Tangab, dan Danau Tumbit di Kecamatan Teluk Bayur Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 50

185 b) Wisata buatan/ binaan Bendungan Merancang, Sungai Ulak di Kecamatan Gunung Tabur c) Wisata buatan/ binaan Air panas Biatan, di Kecamatan Biatan d) Wisata buatan/ binaan Makam Raja Alam, di Kecamatan Batu Putih; dan e) Wisata buatan/ binaan Arung jeram, di Kecamatan Kelay dan Segah. 7. Isu Strategis Kabupaten Berau Berdasarkan hasil analisis dan perumusan permasalahan yang mengiringi pembangunan daerah selama ini, isu-isu strategis pembangunan baik isu internasional, isu dan kebijakan strategis nasional, isu dan kebijakan strategis provinsi, dan telaahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Berau, maka dapat dirumuskan isu -isu strategis pembangunan Kabupaten Berau sebagai berikut: a. Pengelolaan Kawasan Karst Berkelanjutan Istilah karst secara luas di Kalimantan dikenal dengan sebutan batu, sehingga gunungnya disebut gunung-batu. Istilah ini untuk membedakan dengan gunung-gunung tanah. Penampakan utama eksokarst Kalimantan adalah menara pinacle dan board tower. Tidak ditemukan bukit tempurung maupun kerucut. Muara gua sungai menjadi ciri penting kawasan karst Kalimantan. Pemanfaatan kawasan karst yang tidak terkendali akan memberikan dampak negatif terhadap ekosistem sekitar, misalnya seperti hilangnya bentangalam karst yang alami (kerucut karst, dolina, uval a, polje, dan lain-lain), kerusakkan gua-gua yang mempunyai stalagmit, stalagtit, flowstone, hilangnya nilai budaya dan hayati, penurunan kualitas air tanah dan pencemaran air bawah tanah, serta kerusakan lain yang menganggu kehidupan disekitarnya. Secara administrasi, Kawasan Karst di Kabupaten Berau terbentang dari arah utara sampai dengan ke selatan yang termasuk ke dalam satu ekosistem karst Sangkurilang- Mangkulihat yang meliputi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur. Kabupaten Berau khususnya Kecamatan Kelay memiliki Kawasan Karst yang memiliki nilai yang cukup tinggi dari sisi arkeologi dengan ditemukannya artefak didalamnya. Selain itu kawasan karst Sangkurilang-Mangkalihat dan Kars Merabu telah ditetapkan di dalam Pergub Kalimantan Timur No. 67 tahun Kawasan Karst di Kecamatan Kelay sendiri termasuk ke dalam kawasan lindung geologi dan merupakan Kawasan Strategis Kabupaten yang ditetapkan berdasarkan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan sebagaimana dimaksud tersebut, yaitu kawasan lindung geologi di Kecamatan Kelay. Perkembangan Kawasan Budidaya di Wilayah Perencanaan menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi adalah salah satu dasar penetapan perencanaan pengelolaan kawasan karst di Kabupaten Berau (Kecamatan Kelay). Kegiatan ekonomi yang berkembang terlihat di sepanjang koridor jalan arteri primer. Pengaruh dari posisi tersebut bahwa sebagian wilayah yang dilalui ruas jalan koridor utama tersebut akan mengalami perkembangan dan peningkatan intensitas kegiatan ekonomi yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan dan alih fungsi lahan yang akan berpengaruh pula terhadap penurunan kualitas Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 51

186 lingkungan, sedangkan pada lahan produktif dan berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Untuk mengembangkan kawasan karst ini, Pemerintah Berau perlu melakukan pencegahan dari isu-isu terkait pelestarian kawasan karst: 1. Adanya ancaman eksploitasi dan konversi lahan karst untuk industry semen 2. Adanya ancaman ekosistem sekeliling karst, yaitu penanaman sawit yang tidak memperhatikan aspek perlindungan 3. Belum adanya pengelolaan kawasan karst, padahal beberapa areal merupakan kawasan lindung (sumber air, bagian budaya, sumber ekonomi) 4. Potensi pengembangan ekowisata kawasan karst belum didukung oleh pemerintah, misalnya dengan menyediakan fasilitas pendukung seperti aksesibilitas dll Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur bersama Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA)/Kementerian Kehutanan, Pemkab Berau dan Kutai Timur telah proaktif membahas dan merencanakan pengelolaan kawasan karst ini untuk mengenali kawasankawasan yang akan diprioritaskan untuk dikelola dan dilindungi dengan menerbitkan Laporan Akhir Pengelolaan Karst Berau. Tujuan perencanaan pengelolaan kawasan karst tidak terlepas dari tujuan penataan ruang Kabupaten Berau secara umum Atas dasar pertimbangan potensi yang dimiliki, permasalahan, tantangan dan peluang serta prospek pengembangan wilayah, maka tujuan perencanaan pengelolaan kawasan karst di Kecamatan Kelay adalah: Perencanaan Pengelolaan Kawasan Karst di Kabupaten Berau (Kecamatan Kelay) bertujuan untuk mewujudkan ruang Kecamatan Kelay yang berbasis pengembangan pariwisata unggulan berbasis pengelolaan kawasan karst, potensi kehutanan dan produk hasil kehutanan dan agribisnis. Dalam rangka Pengelolaan Kawasan Karst di Kecamatan Kelay, pemanfaatan ruang yang akan diwujudkan harus digali dari budaya setempat yang dipadukan dengan fungsi kawasan yang dielaborasi sedemikian rupa sehingga akan mempunyai makna secara mendalam yang diwujudkan dalam perencanaan secara matang. Rencana pola ruang ini didasari pertimbangan dalam 20 tahun mendatang, dimana wilayah perencanaan harus mampu berperan sebagai kawasan Industri pariwisata dan industri kehutanan dalam lingkup Kabupaten Berau maupun Provinsi Kalimantan Timur. Disamping itu, wilayah perencanaan harus mampu menampung berbagai kegiatan pendukung yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah perencanaan dengan tetap mempertimbangan aspek lingkungan hidup. Pembentukan peruntukan lahan dan unit kegiatan dimaksudkan untuk mewujudkan fungsi wilayah perencanaan sebagai kawasan industri pariwisata dengan segala kegiatan penunjang lainnya, juga mempertegas kembali fungsi-fungsi setiap blok kawasan. Pengembangan peruntukan lahan dan unit kegiatan tersebut perlu memperhatikan karakteristik fungsi lahan yang ada di wilayah perencanaan.. b. Tenurial dan Zonasi Kawasan Isu tenurial terkait dengan batas-batas pengelolaan yang belum jelas antara satu dengan yang lain. Isu ini terkait dengan masih belum jelas wilayah-wilayah pengelolaan antara satu wilayah dengan wilayah yang lain misalnya antara konsesi HPH, HTI, Tambang dan Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 52

187 Sawit. Selain itu terkait juga dengan isu-isu pengelolaan oleh masyarakat. Masih adanya tumpeng tindih pengelolaan kawasan pertambangan dengan bidang bidang lain seperti kehutanan, pertanian bahkan dengan masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar wilayah tambang. Beberapa isu penting terkait tenurial dan zonasi kawasan menurut dokumen KLHS adalah sebagai berikut: 1. Konflik perebutan sumber daya alam Perebutan akses sumber daya sering menimbulkan konflik antara perusahaan dan masyarakat. Hal ini dikarenakan batas antar kampung belum seluruhnya ditetapkan dan dipertegas. Selain itu, pengelolaannya belum memperhatikan aspek lingkungan, social, dan budaya, dan arah pembangunan tidak konsiseten dengan peruntukan penggunaan lahan. 2. Belum seluruh kawasan yang ditunjuk sebagai kawasan hutan belum ditetapkan dan ditegaskan Batas kawasan hutan dan aktifitas masyarakat belum disepakati karenaa kurangnya partisipasi masyarakat dalam penetapan dan penegasan batas kawasan hutan, serta akses masyarakat di wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan hutan melalui perhutanan sosial Selain itu, kurangnya perhatian pemerintah terhadap Hak-hak adat yang belum diakui dan dilindungi. c. Kontribusi pada Perubahan Iklim Sebagai bagian dari Provinsi Kalimantan Timur yang beriklim tropis, Kabupaten Berau merupakan salah satu wilayah yang memiliki daerah hutan yang luasnya mencapai ,23 hektar. Dari luasan hutan tersebut, hutan lindung di Kabupaten Berau mencapai ,45 hektar yang memiliki peran penting dalam mengantisipasi perubahan iklim dan menjadi garda terdepan dalam upaya internasional dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Selain itu, terdapat juga hutan produksi seluas ,93 hektar dan hutan produksi terbatas seluas ,85 hektar sebagai sumber daya kehutanan yang dapat dimanfaatkan baik untuk kepentingan perekonomian maupun untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup. Tutupan hutan yang tinggi menyebabkan ancaman yang tinggi pula pada kawasan tersebut. Lebih dari 75% wilayah Berau dengan luas 2,2 juta hektar merupakan kawasan hutan, tetapi hanya 17% yang secara resmi merupakan hutan lindung. Sisa lahan yang ada semua sudah dibebani hak yang diperuntukkan untuk hutan produksi yang luasnya kurang lebih 1,3 juta hektar sebagai penghasil kayu komersil dan HTI serta penggunaan lainnya di luar sektor kehutanan seperti perkebunan kelapa sawit, pertambangan batu abra, dan permukiman. Awalnya lebih dari 75 % dari semua emisi karbon diperkirakan lebih banyak bersumber dari degradasi hutan daripada deforestasi. Akan tetapi dengan adanya aktivitas penggunaan lahan yang meningkat maka hal ini berubah total, laju deforestasi mulei berpengaruh besar terhadap emisi karbon. Pembukaan hutan di seluruh Kalimantan Timur juga berpengaruh terhadap kondisi ini, apalagi pembukaan hutan mulai beralih dan berpusat di Berau. Para investor di bidang kehutanan, perkebunan maupun pertambangan mulai Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 53

188 melirik potensi tutupan lahan di Kabupaten Berau, sehingga mengancam hutan yang masih baik. Menurut Worldbank (2010) deforestasi dan degradasi hutan memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengemisis CO2 yaitu sebesar 18 %. Sebagian besar dari jumlah tersebut atau sekitar 75 %nya berasal dari negara berkembang. Berau yang memiliki luas hutan tropis ynag besar ikut memiliki masalah dalam hal deforestasi dan degradasi hutan. Sebagai bentuk peran positif untuk mengurangi emisi tersebut, Indonesia khususnya Berau mengusung konsep REDD, yang kemudian berkembang menjadi REDD+. REED (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) di Indoneisa dikenal sebagai pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Sebagai salah satu kabupaten yang mengembangkan program penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD) pada skala kabupaten di Indonesia, Kabupaten Berau menjadi salah satu daerah pembelajaran penting pengembangan program REDD terutama pada tahap readiness phase. Pemerintah Kabupaten Berau telah menunjukkan komitmennya untuk melakukan upaya penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan melalui pengelolaan hutan dan lahan yang lebih baik. Upaya ini kemudian banyak dibahas dalam satu Kelompok Kerja (POKJA) REDD yang dibentuk pada pertengahan tahun Terobosan dilakukan dengan visi penerapan strategi pembangunan rendah emisi dalam skala kabupaten. Kasus deforestasi dan degradasi di Berau yang ternyata dilakukan oleh beberapa pengusaha yang tidak bertanggung jawab. Sekitar hektar lahan telah dibuka untuk areal perkebunan sawit tetapi sampai sekarang lokasi tersebut belum dilakukan penanaman kepala sawit. Hal inilah mengapa masyarakat di kawasan Hulu Segah lebih berhati-hati lagi ketika ada investor yang masuk ke wilayah administratif mereka. Inisiatif pengelolaan bersama masyarakat juga menjadi salah satu strategi pelibatan masyarakat dalam program REDD+ agar masyarakat juga mendapatkan manfaat secara langsung adanya program ini. Ada lima target dalam konsep REDD+ yang harus dicapai Kabupaten Berau yaitu: a) Pengurangan emisi melalui pengurangan deforestasi b) Pengurangan emisi melalui pengurangan degradasi hutan c) Peningkatan penyerapan karbon melalui pengelolaan hutan konservasi yang baik d) Peningkatan penyerapan karbon melalui pengelolaan hutan produksi yang lestari e) Peningkatan penyerapan akrbon melalui restorasi hutan Untuk pencapaian lima target tersebut membutuhkan dukungan kebijakan dan kelembagaan yang tepat, termasuk dalam hal kesiapan data dan informasi pada masing-masing wilayah tentang kesiapan dan kendala implementasi REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation). Pada dasarnya kesiapan daerah Berau dalam pembagian peran dan koordinasi antar lembaga dalam mendukung implementasi REDD+ sudah berjalan dengan dibentuknya Kelompok Kerja dan Dewan Pengarah PKHB (Program Karbon Hutan Berau) sebagai upaya meningkatkan koordinasi lintas sector untuk mengembangkan REDD di tingkat Kabupaten. Namun yang masih menjadi kendala ialah koordinasi lintas ektor yang belum maksimal dan perlu ditingkatkan. Disamping itu aspek insentif dan disinsentif yang Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 54

189 masih menjadi masalah. Belum maksimalnya pemahaman-pemahaman tentang bentuk insentif dan disinsentif bukan disebabkan oleh rendahnya perhatian pada aspek ini. Satusatunya alasan adalah karena secara nasioal, aspek insentif dan disinsentif REDD+ ini masih dalam proses perumusan, atau bias dikatakan masih dalam proses pencarian bentuk dan mekanisme yang paling ideal. Secara umum para pihak di kabupaten menjadi sangat berhatihati dalam menginisiasikan suatu terobosan dalam upaya pemacuan implementasi REDD+ di daerahnya. Para pengambul keputusan secara psikis mengalami sindrom menunggu petunjuk/pedoman pemerintah pusat. Kekuatiran terjebak pada kasus hokum akibat pembuatan kebijakan yang dianggap salah melatarbelakangi lahirnya sindrom ini. d. Pembangunan Berkelanjutan melalui Ekonomi Hijau (Green Governance) Pada dasarnya ekonomi hijau adalah perekonomian yang tidak merugikan lingkungan hidup. Program Lingkungan PBB (UNEP; United Nations Environment Programme) dalam laporannya berjudul Towards Green Economy menyebutkan, ekonomi hijau adalah ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial. Ekonomi hijau ingin menghilangkan dampak negatif pertumbuhan ekonomi terhadap lingkungan dan kelangkaan sumber daya alam. Dari definisi yang diberikan UNEP, pengertian ekonomi hijau dalam kalimat sederhana dapat diartikan sebagai perekonomian yang rendah karbon (tidak menghasilkan emisi dan polusi lingkungan), hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial. Konsep ekonomi hijau melengkapi konsep pembangunan berkelanjutan. Sebagaimana diketahui prinsip utama dari pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Sehingga dapat dikatakan bahwa ekonomi hijau merupakan motor utama pembangunan berkelanjutan. Pembangunan Hijau pembangunan berkelanjutan/sustainable development adalah proses pembangunan yang mencakup tidak hanya wilayah (lahan, kota) tetapi juga semua unsur, bisnis, masyarakat dan sebagainya yang berprinsip memenuhi kebutunan sekarang, tanpa mengorbankan kebutuhan masa depan (menurut Brundtland Report, PBB, 1987). Konsep pembangunan ini dibangun oleh tiga pilar utama pembangunan yakni pliar pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan yang harus dilakukan secara berimbang dan saling memperkuat. Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan, namun lebih luas daripada itu yakni mencakup pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. UNEP/ United Nation Environment Programme (2008) mencetuskan gagasan mengenai Green Economy dalam rangka mendukung upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Gagasan Green Economy tersebut bertujuan memberikan peluang yang besar bagaimana upaya memanfaatkan konsepsi Green Economy dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada aspek lingkungan dan ekosistem. Terkait dengan gagasan konsepsi tersebut, terdapat dua hal yang ingin dicapai. Pertama, ekonomi hijau mencoba untuk membuat konsep ekonomi yang bukan hanya sekedar mempertimbangkan masalah makro ekonomi, khususnya investasi di sektor-sektor yang memproduksi produk ramah lingkungan maupun produksi barang dan jasa yang lebih ramah lingkungan ( green Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 55

190 investment/ investasi hijau ), namun juga difokuskan pada bagaimana kontribusi investasi hijau tersebut terhadap produksi barang dan jasa serta dan pertumbuhan lapangan pekerjaan di bidang yang terkait dengan ramah lingkungan ( green job). Kedua, green economy mencoba untuk menyiapkan panduan pro-poor green investment, atau investasi hijau yang mampu mendorong pengentasan masalah kemiskinan. Tujuan utamanya adalah untuk mendorong agar para pembuat kebijakan mampu membuat semua jajaran pemerintahan dan sektor swasta ikut serta untuk mendukung peningkatan investasi hijau. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ekonomi hijau secara singkat dicirikan sebagai: (i) peningkatan investasi hijau; (ii) peningkatan kuantita s dan kualitas lapangan pekerjaan pada sektor hijau; (iii) peningkatan pangsa sektor hijau; (iv) penurunan energi/sumberdaya yang digunakan dalam setiap unit produksi; (v) penurunan CO2 dan tingkat polusi per GDP yang dihasilkan; serta (vi) penurunan konsumsi yang menghasilkan sampah (decrease in wasteful consumption). Dalam pengembangan ekonomi hijau perubahan paradigma dan perilaku sangat penting untuk selalu mengambil setiap kesempatan dalam mencari informasi, belajar dan melakukan tindakan demi melindungi dan mengelola lingkungan hidup. Dengan kualitas lingkungan hidup yang lebih baik akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, namun pola hidup masyarakat modern saat ini telah membuat pembangunan sangat eksploitatif terhadap sumber daya alam dan mengancam kehidupan. Pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan produksi terbukti membuahkan perbaikan ekonomi, tetapi gagal di bidang sosial dan lingkungan. Sebut saja, meningkatnya emisi gas rumah kaca, berkurangnya areal hutan serta musnahnya berbagai spesies dan keanekaragaman hayati. Di samping itu adalah ketimpangan rata-rata pendapatan penduduk negara kaya dengan negara miskin. Konsep ekonomi hijau diharapkan menjadi jalan keluar. Menjadi jembatan antara pertumbuhan pembangunan, keadilan sosial serta ramah lingkungan dan hemat sumber daya alam. Tentunya konsep ekonomi hijau baru akan membuahkan hasil jika kita mau mengubah perilaku Selain mempunyai arti penting bagi Kab Berau, pengembangan ekonomi hijau juga merupakan tindakan untuk mendukung deklarasi Kaltim Green sebagai cikal bakal transformasi (pergerakan) perekonomian berbasis lingkungan. Oleh karena itu, maka dalam setiap perumusan perencanaan pembangunan harus memiliki komitmen khusus untuk keberlangsungan kualitas lingkungan hidup. Setiap perangkat kebijakan, tata kelola pemerintahan, serta program kegiatan pembangunan daerah harus menjamin dan memberikan perlindungan social dan ekologis terhadap keselamatan dan kesejahteraan masyarakat sekaligus keberlanjutan lingkungan hidup sehingga generasi mendatang dapat merasakan kenyamanan dalam menjalankan aktivitasnya. e. Pengelolaan Hutan dan Lahan Secara Lestari Pengelolaan kawasan hutan dan lahan secara lestari menjadi isu strategis yang banyak dibahas dalam kegiatan pelingkupan. Berdasarkan status kawasan hutan maka Berau memiliki kawasan hutan seluas 1,742 juta ha, berdasarkan analisis tutupan lahan maka Berau memiliki 1,191 juta Ha kawasan hutan primer, 551 ribu Ha kawasan hutan sekunder. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 56

191 Berdasarkan Rencana rencana tata ruang maka kawasan hutan di Berau adalah terdiri atas Kawasan Budidaya Kehutanan dan Kawasan Lindung yang diantaranya adalah Hutan Lindung dan Hutan Konservasi. Data dari SK 718 Kemenhut menunjukkan luasan peruntukan kawasan sebagai berikut: Tabel 4.19 Peruntukan Kawasan Budidaya Kehutanan Kabupaten Berau No. Peruntukan Kawasan Luas Kawasan 1 APL ,74 2 HL ,53 3 HP ,84 4 HPK ,68 5 HPT ,32 Total Luas Kawasan ,11 Hutan Lindung Sungai Lesan berada pada ketinggian 40 hingga 430 m dari permukaan laut merupakan salah satu perwakilan hutan dataran rendah di Kabupaten Berau yang kondisinya cukup baik. 85 % arealnya merupakan hutan bekas tebangan dalam kondisi sehat yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae serta menjadi habitat penting bagi orangutan ( Ponggo Pygmaeus), Bangau Strom (Ciconia Stormi), Bekantan ( Nasalis Larvatus), Monyet Ekor Panjang (M acaca facicularis), Kangkareng Hitam ( Anthrococerus malayanus), Burung Rangkong (Aceros cassidix). Hutan Lindung Sungai Lesan menjadi sumber penghidupan masyarakat di sekitarnya, yaitu sumber protein hewani dan berbagai jenis hasil hutan bukan kayu. Sebagai hutan lindung, HLSL juga memiliki fungsi hidro-orologis penting bagi kawasan di sekitarnya, kawasan ini merupakan daerah tangkapan air (DTA) Sungai Pesan dan Sungai Leja yang bermuara di Sungai Lesan. Kawasan Hutan Sungai Lesan yang terletak di DAS Kelay merupakan daerah tangkapan air dan pengendali banjir bagi wilayah bawahannya termasuk Kota Tanjung Redeb yang menjadi jantung perekonomian serta ibukota pemerintahan di Kabupaten Berau. Isu-isu terkait dengan pengelolaan hutan dan lahan secara lestari menurut KLHS antara lain: 1. Tingkat ketergantung masyarakat terhadap hutan masih tinggi. Hal ini dikarenakan Hutan merupakan terutama di wilayah-wilayah pedalaman merupakan sumber-sumber penghidupan secara ekonomi sosial budaya, serta Pengaturan pemanfaatan hutan & lahan harus memperhatikan daya dukung lingkungan dan kebutuhan (manfaat) bagi daerah, terutama masyarakat (di kampung) sebagai penerima dampak langsung 2. Alih fungsi dan pembukaan kawasan hutan untuk perkebunan sawit belum memperhatikan aspek keberlanjutan. Walaupun Sawit merupakan sumber penghidupan Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 57

192 jangka panjang, namun perlu memerhatikan dampak terhadap lingkungan seperti berkurangnya sumber air bersih dan populasi burung wallet. 3. Terjadinya kebakaran pada kawasan hutan dan lahan perkebunan. 4. Penggunaan lahan yang belum memperhatikan dampaknya terhadap emisi karbon. 5. Degradasi Lahan. 6. Pengembangan hasil hutan non kayu dan Jasa Lingkungan Hidup. 7. Perlindungan satwa yang dilindungi dari perburuan dan konversi lahan. 8. Belum ada kebijakan perlindungan lahan pangan dari ancaman konversi. 9. Pengelolaan lahan di daerah hulu berdampak terhadap degradasi hutan mangrove. Hal ini menyebabkan Abrasi Pantai dan tekanan terhadap kawasan hutan mangrove. f. Pengelolaan Limbah Pengelolaan limbah menjadi isu penting dalam pengelolaan lingkungan di Kabupaten Berau. Beberapa sektor utama di Berau merupakan bagian yang memerlukan perhatian serius dalam pengelolaan limbah. Contohnya pada sektor pertambangan. Pertambangan memerlukan perhatian khusus dalam hal pengelolaan limbah, pengelolaan limbah yang tidak baik misalnya akan memengaruhi hajat hidup masyarakat luas mengingat limbah pertambangan mengandung kandungan racun dan kandungan logam yang berbahaya bagi manusia. Beberapa indikasi pengelolaan limbah yang kurang tepat juga menjadi hal penting yang harus digali, supaya tidak terjadi pencemaran. Analisis dan perbandingan dari lokasi lain seperti Kalsel dan Kalteng menunjukkan bahwa pengelolaan limbah yang tidak baik akan mencemari sungai. Selain itu, pada limbah dari sektor perkebunan kelapa sawit juga perlu perhatian. Limbah sawit mengandung banyak kandungan organik yang dapat memicu blooming algae. Selain limbah pengolahan juga limbah pemupukan sawit. Oleh karena itu pengelolaan limbah perlu perhatian kusus. Selain limbah sawit, isu lain terkait dengan pengelolaan limbah di Kabupaten Berau menurut dokumen KLHS antara lain: 1. Pencemaran Sungai yang tinggi karena Pengelolaan limbah yang kurang baik (membuang langsung ke sungai) mengakibatkan air tercemar, kotor, dan bau yang efeknya berbahaya. Selain itu Pestisida dan herbisida yang berlebih dari perkebunan kelapa sawit berpotensi mencemari sungai. 2. Pengelolaan sampah yang terpadu di luar wilayah perkotaan. Selain itu kurangnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah dari awal turut andil dalam penyebab pengelolaan limbah yang jurang efektif. g. Pengelolaan Kawasan Pertambangan Berau masih menggantungkan sumber PAD dari sektor pertambangan, analisis PDRB Berau menunjukkan bahwa PDRB dari sektor pertambangan mencapai diatas 50 %. Kawasan pertambangan di kabupaten Berau masih belum dikelola dengan baik. Bisa dikatakan bahwa pengelolaan kawasan misalnya dengan penerapan tambang yang ramah lingkungan belum dilakukan. Saat ini banyak ditemukan lubang-lubang tambang yang Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 58

193 terbuka dan tidak ditutup dengan baik pasca satu kegiatan pertambangan. Isu-isu lain terkait dengan kawasan pertambangan menurut dokumen KLHS antara lain: 1. Pemenuhan energi masih kurang dan belum mencukupi dan merata. Hal ini disebabkan karena pengembangan energi alternatif terbaharukan masih kecil padahal banyak potensi yang bisa dikembangkan seperti biomasa, air, surya dan lainnya. Selain itu, pemanfaatan energi terbarukan masih terpaku dengan bahan bakar fosil. 2. Belum ada perencanaan pengembangan wilayah bekas tambang. 3. Rencana Pengembangan Energi Nuklir oleh Provinsi Kalimantan Timur di Kabupaten Berau Aspek ekonomi misalnya belum dilakukan dengan menerapkan strategi yang utuh dimana pengembangan pertambangan belum dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Masyarakat masih sedikit yang terlibat di sector tambang dan pada posisi-posisi buruh. Aspek sosial masih ditemui adanya konflik antara pertambangan dengan masyarakat. Masyarakat masih mengeluhkan program-program CSR yang belum tepat serta program perekrutan pegawai yang belum memprioritaskan masyarakat sekitar kawasan tambang. Beberapa indikasi pengelolaan limbah yang kurang tepat juga menjadi hal penting yang harus digali, supaya tidak terjadi pencemaran. h. Kebakaran Hutan dan Lahan Badan Administrasi Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) menyatakan bahwa pemanasan global berimbas pada semakin ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat dipradugakan sebelumnya, sehingga menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di tempat yang lain. Topan dan badai tropis baru, yang akan membawa musim kemarau di wilayah Indonesia Timur menjadi lebih panjang. Dalam dua dekade terakhir, perubahan iklim menjadi isu besar. Dalam konteks Indonesia, Perubahan Iklim berpotensi untuk menimbulkan bencana Hydrometrology yang meliputi: banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor, abrasi dan cuaca ekstrim. Untuk bencana kekeringan dan kebakaran hutan, kajian yang paling lengkap mengenai luas lahan yang terbakar pada peristiwa El Nino 1997/1998 memperkirakan total lahan yang terbakar sekitar 9,75 juta hectare (Bappenas-ADB, 1999). Setiap tahun, Indonesia menghadapi persoalan serius pada musim kemarau yakni, bencana kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini berkontribusi dalam pencemaran kabut asap yang menyumbang emisi untuk pemanasan global. Pada bencana kebakaran tahun ini, Kepala Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), William Rampangilei mengatakan dampak ekonomi akibat kabut asap yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia pada tahun 2015 lebih dari 20 triliun. Ini belum termasuk kerugian ini belum termasuk kerugian dari sisi pengeluaran atau dampak kesehatan, hilangnya keanekaragaman hayati dan perhitungan emisi gas rumah kaca. Karena itu, upaya mitigasi perubahan iklim dan penanggulangan bencana telah mendapat perhatian khusus oleh pemerintah pusat dengan membentuk Dewan Nasional Perubahan Iklim dan BP REDD pada tahun 2012 yang kemudian dilebur kedalam Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 59

194 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi Dirjen Perubahan Iklim. Pemerintah pun sudah berupaya melakukan integrasi pengurangan risiko bencana dengan membentuk Badan Penanggulangan Bencana Nasional sampai pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Tetapi sejauh ini, upaya dengan hasil yang signifikan belum terlihat. Penanggulangan bencana di daerah terbentur masalah klasik terutama minimnya anggaran, kurangnya koordinasi antara lembaga, kurangnya kapasitas, tidak adanya sistem pangkalan data, serta hal teknis manajerial lainnya. Kecenderungan serupa juga terjadi di Kalimantan Timur, terutamanya Kabupaten Berau. Kebijakan pembangunan daerah kurang memerhatikan aspek pengurangan risiko bencana dalam pengelolaan sumber daya hutan, khususnya terkait ancaman dan kerentanan yang menimbulkan bencana kebakaran hutan, serta belum terkordinasinya upaya untuk mengoptimalkan kapasitas yang dimiliki untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan risiko bencana. Data Bulan Agustus 2015, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Berau, dalam waktu kurang 2 bulan sudah terjadi 26 kali kebakaran. Tiga di antaranya menghanguskan pemukiman warga. Berbeda dengan kebakaran di pemukiman yang relatif lebih mudah dipadamkan, kebakaran hutan masih sulit ditangani. Kebakaran hutan umumnya terjadi secara sporadis, terutama saat musim kemarau. Semak belukar yang mengering seolah menjadi bahan bakar, ditambah angin kencang membuat kobaran api semakin meluas. i. Pengembangan Agro-Industri berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pengembangan agro-industri merupakan salah satu isu penting dalam pembangunan Provinsi Kalimantan Timur mengingat pengembangan sektor ini akan meningkatkan potensi ekonomi lokal serta memunculkan daya saing daerah. Dalam lingkup Kabupaten Berau sendiri, rendahnya pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan industri dapat menjadi pemicu untuk menggabungkan sektor tersebut menjadi salah satu potensi daerah untuk menciptakan produk unggulan Kabupaten Berau. Transformasi agro-industri ini cukup penting mengingat sumber daya alam merupakan sumber daya tak terbaharui sehingga pemerintah harus melakukan terobosanterobosan penting untuk mengantisipasi perekonomian di masa depan. Salah satu terobosan yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan industrialisasi sektor pertanian melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Agro-industri juga memiliki kelebihan lain karena pengembangannya akan diikuti oleh pembangunan infrastruktur, transportasi, komunikasi, dan kelembagaan social yang secara otomatis menjadi daya tarik bagi investor-investor. Jika dilihat pada subsektor pertanian, potensi pada setiap subsector memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pendekatan yang digunakan dalam agro-industri adalah dengan mengembangkan pusat-pusat subsektor pertanian dan dikoneksikan dengan manufakturnya sehingga terjadi interkoneksi, interpendensi, dan interelasi pada kawasan industri. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 60

195 j. Komitmen atas Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi Untuk mewujudkan Good Governance sudah merupakan hal mutlak bagi pemerintah daerah untuk mencanangkan pemberantasan dan pencegahan korupsi pada seluruh elemen pemerintahan. Komitmen seluruh stakeholder pembangunan terhadap setiap upaya pemberantasan korupsi oleh penegak hukum akan menjadikan suasana kinerja menjadi lebih baik dan nyaman dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Untuk itulah diperlukan transparansi anggaran baik mulai dari perencanaan pembangunan, pelaksanaan program pembangunan, hingga evaluasi hasil pembangunan daerah. Terkait pengelolaan sumber daya alam, pada tahun 2014 KPK telah melakukan koordinasi dan supervisi atas pertambangan mineral dan batubara yang berlokasi di 12 provinsi yakni Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Kegiatan tersebut melibatkan instansi pemerintah pusat yang terkait, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Hasil dari kegiatan tersebut antara lain dicabutnya izin-izin yang tidak memenuhi ketentuan, dibayarkannya kewajiban keuangan yang selama ini diabaikan oleh pelaku usaha, penegakan aturan, dan pengawasan yang diperketat dengan melibatkan berbagai pihak. Selanjutnya di 2015, gerakan penyelamatan Sumber Daya Alam ini diperluas ke Sektor Kehutanan dan Perkebunan di 24 Provinsi serta Sektor Kelautan di 34 Provinsi. Provinsi Kaltim telah menyusun rencana aksi penyelamatan Sumber Daya Alam (SDA) khususnya minyak dan gas alam di wilayahnya. Provinsi Kalimantan Timur merupakan provinsi pertama yang menggagas penetapan moratorium pertambangan di Indonesia, Kaltim dinilai sebagai pelopor gerakan penyelamatan sumber daya alam (SDA) di daerah. Tindakan tersebut sejalan dengan program Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) rencana aksi bersama gerakan nasional penyelamatan SDA di Indonesia antara KPK dengan semua Departemen Kementerian yang meliputi sektor kelautan, pertambangan, kehutanan dan perkebunan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki tata kelola sumber daya alam sebagai salah satu upaya untuk mencegah korupsi. Ada delapan hal yang menjadi sasaran dari gagasan tersebut yaitu: 1) Pengembangan sistem data dan informasi yang terintegrasi termasuk basis data, perizinan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi 2) Mendorong perbaikan tata kelola di sektor SDA 3) Mendorong kepatuhan para pihak dalam melaksanakan keawajibanya 4) Melakukan harmonisasi terhadap aturan perundang-undangan terkait 5) Meningkatkan kapasitas kelembagaan terutama kelembagaan yang berhubungan dengan pengelolaan SDA 6) Menjamin perlindungan dan pemberian hak-hak masyarakat dalam pengelolaan SDA 7) Mendorong perlindungan dan pemulihan kekayaan alam 8) Mendorong pembangunan sistem pengendalian anti korupsi. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 61

196 Kabupaten Berau yang telah menandatangani MoU Gerakan Nasional Penyelamatan SDA tersebut diharapkan pencegahan tindakan korupsi di sektor pengelolaan SDA semakin berkurang, sehingga kekayaan alam yang masih ada di Negara ini dapat terjaga dengan baik dan tidak disalahgunakan pemanfaatannya k. Peningkatan Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan Dukungan Kabupaten Berau terhadap program swasembada pangan di Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu cara pemerintah daerah dalam berpartisipasi mewujudkan keberhasilan pembangunan provinsi dan nasional. Perlu digarisbawahi bahwa pertumbuhan sektor pertanian yang cukup rendah menyebabkan ketahanan pangan yang berkelanjutan akanmenjadi jalan yang terjal untuk diwujudkan. Oleh sebab itu, pemerintah harus merumuskan solusi khusus mengenai hal tersebut dimana salah satunya adalah dengan pengembangan agro-industri pada subsector pertanian tanaman pangan. l. Penerapan SDG s (Sustainable Development Goals) Tujuan pembangunan dalam Millennium Development Goals (MDGs) sebagai nomenklatur tidak akan berhenti pada tahun Agenda ke depan untuk melanjutkan MDGs, dikembangkan suatu konsepsi dalam konteks kerangka/agenda pembangunan pasca 2015, yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs). Perbedaan terlihat jelas antara MDGs dan SDGs, permasalahan isu lingkungan global lebih ditekankan dan diprioritaskan. Sehingga program baru ini merupakan hasil evaluasi terhadap perubahan kurun waktu selama 15 tahun program MDGs berjalan. Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca 2015-MDGs. Terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia sejak tahun 2000 mengenai isu deplation sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perubahan iklim semakin krusial, perlindungan sosial, food and energy security, dan pembangunan yang lebih berpihak pada kaum miskin. Kerangka Pembangunan Pasca 2015 menjadi salah satu isu yang dibahas di KTT Rio. Adapun tiga pilar yang menjadi indikator dalam konsep pengembangan SDGs yaitu, pertama indikator yang melekat pembangunan manusia ( Human Development), diantaranya pendidikan, kesehatan. Indikator kedua yang melekat pada lingkungan kecilnya ( Social Economic Development), seperti ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan, serta pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, indikator ketiga melekat pada lingkungan yang lebih besar (Environmental Development), berupa ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan yang baik. Dalam penyusunan indikator dalam konsep SDGs pasca MDGs 2015, selain memikirkan standar global dalam mengedepankan suatu konsep pembangunan yang berkelanjutan, tetapi ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan. Di antaranya segala sesuatu itu harus terukur, tidak terlepas dari prinsip Environmental Sustainability, Economic Sustainability dan Social Sustainability, serta juga ditentukan apakah ini difokuskan pada negara berkembang atau negara maju. Secara Global terdapat 17 Goals yang mesti dicapai hingga 2030 yaitu: 1) Mengentaskan kemiskinan dari segala bidang Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 62

197 2) Pengentasan kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan peningkatan nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan 3) Memastikan tingkat kesehatan dan usia hidup, untuk semua usia 4) Memastikan kesamaan kualitas pendidikan dan mempromosikan peluang pembelajaran untuk semua pihak. 5) Mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan anak 6) Memastikan keberadaan dan keberlanjutan pengelolaan air dan sanitasi untuk semua 7) Memastikan akses, daya dukung, dan keberlanjutan energy untuk semua 8) Mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, pekerja yang produktif untuk semua pihak. 9) Membangun insfrastruktur yang memiliki reliansi, dan mendukung industralisasi yang berkelanjutan, keterbukaan serta mendukung inovasi 10) Menurunkan ketidakadilan dalam dan antar Negara 11) Menbentuk kota dan pemukiman masyarakat, aman, kuat dan berkelanjutan. 12) Memastikan keberlanjutan konsumsi dan pola-pola produksi 13) Beraksi dalam mencegah perubahan iklim dan dampaknya 14) Konservasi dan sumberdaya laut, samudera dan pantai untuk pembangunan berkelanjutan 15) Melindungi, mengembalikan, dan mendorong pemanfaatan ekosistem teresterial secara berkelanjutan, pengelolaan hutan secara berkelanjutan, mencegah/menghentikan penggurunan, dan mencegah degradasi dan hilangnya keragaman hayati. 16) Mendukung perdamaian dan ketebukaan masyarakat untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, dapat dipertanggungjawabkan dan kelembagaan terbuka pada setiap level. 17) Penguatan implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. m. Pengembangan Potensi Pariwisata Level Internasional Khusus untuk bidang kepariwisataan, Kabupaten Berau mempunyai banyak obyek wisata yang berpotensi besar dalam pengembangannya karena memiliki nilai jual skala nasional bahkan internasional. Oleh karena itu, fokus pengembangan pembangunan daerah berbasis kepariwisataan akan menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan perekonomian wilayah baik kepariwisataan itu sendiri maupun sektor lain yang berkaitan. Sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan ekonomi baik pariwisata yang berfokus pada sumber daya alam yang telah ada maupun pariwisata buatan. Meskipun bukan leading sector dalam pembentukan perekonomian baik di tingkat nasional maupun regional, sektor pariwisata juga merupakan stimulus bagi berkembangnya sektor-sektor lain seperti jaringan transportasi, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, pemasaran, sosial budaya, lingkungan dan sebagainya. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 63

198 Sebagai sektor yang memiliki keterkaitan dengan pengembangan sektor lain, kegiatan kepariwisataan merupakan aktivitas yang memiliki hubungan pula dengan kegiatan sosial kemasyarakatan, bisnis, hingga pemerintahan. Kegiatan yang memiliki nilai lebih di Provinsi Kalimantan Timur tersebut belum tergali sepenuhnya karena pengolahan dan pengembangan potensi sumber daya kepariwisataan yang belum optimal. Dalam perencanaan pembangunan daerah ke depan, pengembangan kepariwisataan Provinsi Kalimantan Timur akan menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan kapasitas perekonomian sebagai pengganti sektor pertambangan dan penggalian yang semakin lama semakin menurun sumber dayanya. Pengembangan pariwisata Kabupaten Berau harus menguntungkan dari segi ekonomi dalam hal meningkatkan pendapatan dan menyejahterakan masyarakat, pemerintah daerah, maupun pihak swasta. Keuntungan ekonomi yang dihasilkan dari pembangunan pariwisata seyogyanya dapat dirasakan terutama oleh masyarakat Kabupaten Berau. Pemerintah berfungsi sebagai penyedia ( enabler) bagi masyarakat dan fasilitator bagi pengusaha, yang mengarahkan pembangunan pariwisata agar kegiatan ekonomi dan bisnis dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, perencanaan kepariwisataan harus mendukung dan saling menunjang bagi kemajuan wilayah Kabupaten Berau secara keseluruhan baik sebagai alat dalam pengembangan wilayah, penggerak kegiatan perekonomian wilayah, maupun kontributorterhadap pemecahan permasalahan kewilayahan, termasuk ketimpangan perkembangan wilayah Untuk saat ini, Kabupaten Berau memiliki gugusan Pulau Derawan dan Maratua yang menjadi andalan pariwisata dimana kunjungan wisatawan cukup tinggi di wilayah tersebut. Namun jika dilihat dari potensinya, peningkatan dan pemanfaatan potensi sumber daya pariwisata baik di gugusan Pulau Derawan dan Maratua maupun tempat lain seharusnya dapat lebih dioptimalkan sehingga menjadi suatu resort pariwisata bukan saja level internasional, tetapi memiliki nilai lebih berupa prestise. n. Penguatan Pertahanan dan Keamanan Nasional Kabupaten Berau memiliki kelebihan dibanding wilayah lain dimana terdapat kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan keamanan nasional yang berada di Pulau Maratua yakni Bandar udara HANKAM. Sebagai salah satu kabupaten yang memiliki wilayah terluar di Kalimantan Timur, penguatan pertahanan dan keamanan nasional sebagai penjaga kedaulatan NKRI menjadi harga mati bagi pembangunan nasional. Setiap personil TNI yang berada di bandar udara HANKAM ini akan menjaga wilayah terluar/perbatasan di Kabupaten Berau dan Provinsi Kalimantan Timur, utamanya nasional melalui penjagaan wilayah udara. Bab IV Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis IV - 64

199 BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Salah satu hal terpenting dalam rumusan kebijakan pembangunan adalah kejelasan mengenai apa yang akan diwujudkan dalam lima tahun mendatang ( impact) berdasarkan analisis kinerja pembangunan sat ini, serta permasalahan dan isu strategis pembangunan daerah yang akan ditangani selama lima tahun ke depan. Impact pembangunan sebagai salah satu komponen penting arsitektur kinerja merupakan indikator tertinggi (high level indicators) yang akan dicapai dan menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan di masa mendatang Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi menjadi fokus dan arahan pembangunan serta program kerja selama lima tahun pelaksanaan kepemimpinan kepala daerah terpilih. Visi menjadi penting karena akan menyatukan dan mengintegrasikan setiap aspek pendukung pembangunan daerah yang akan dilaksanakan oleh seluruh elemen masyarakat Kabupaten Berau baik aparatur pemerintahan, masyarakat, maupun swasta. Berdasarkan aturan dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan yang berpedoman pada RPJPD dan memerhatikan permasalahan pembangunan di Kabupaten Berau, serta Visi, Misi, dan program unggulan yang telah disampaikan oleh Bupati dan Wakil Bupati pada saat kampanye yang telah diselaraskan dengan kajian teknokratik, maka visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Berau tahun adalah sebagai berikut: MEWUJUDKAN BERAU SEJAHTERA, UNGGUL, DAN BERDAYA SAING BERBASIS SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SECARA BERKELANJUTAN Kabupaten Berau merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang terletak di sebelah utara dan berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Utara. Sebagai daerah yang memiliki keindahan wilayah daratan, pesisir pantai, dan lautan dengan sumber daya alam yang beraneka ragam, visi tersebut sangatlah tepat, dimana peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Berau dilandaskan pada keberhasilan pengembangan sumber daya manusianya dengan tetap ditopang oleh pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Untuk menghasilkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan maka hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana paradigma pembangunan di Berau harus diarahkan agar Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 1

200 bertumpu pada struktur ekonomi yang lebih hijau. Selaras dengan kebijakan pembangunan jangka panjang Provinsi Kalimantan Timur, ke depan, pengembangan ekonomi Berau tidak hanya dititikberatkan pada pengelolaan unrenewable resources tetapi lebih pada (transformasi) renewable resources yang berpihak pada lingkungan dan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Pemerintah daerah akan terus memotori model pembangunan ekonomi hijau sebagai rezim pembangunan untuk menjaga keseimbangan antara pilar ekonomi, lingkungan, dan sosial, serta mewujudkan kondisi masyarakat yang lebih baik dan berkeadilan sosial. Dimensi-dimensi yang bernilai penting dalam ekonomi hijau adalah pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, ekosistem produktif yang terjaga sebagai penyedia jasa lingkungan, pertumbuhan yang adil dan merata, ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta penurunan emisi gas rumah kaca, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar berikut. Gambar 5.1 Lima Dimensi Pembangunan Ekonomi Hijau Sumber: Global Green Growth Institute, 2013 Dimensi pembangunan ekonomi hijau sebagaimana dijelaskan pada gambar di atas juga makin relevan sebagai jawaban atas diintegrasikannya instrumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam perumusan kebijakan pembangunan dalam RPJMD ini guna mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari, dan menjamin diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam, pengambilan keputusan yang bersifat strategis. Tahapan dan prosedur dalam penyusunan RPJMD ini telah diupayakan secara maksimal agar memiliki dampak negatif lingkungan yang serendah mungkin, sekaligus untuk meningkatkan aspek keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya melalui KLHS. Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 2

201 Dalam tataran implementasi, pengembangan agrobisnis merupakan salah satu opsi yang perlu dikembangkan sebagai industri berbasis sumberdaya alam yaitu sektor pertanian untuk menggeser dominasi sektor pertambangan. Agrobisnis memiliki potensi untuk meningkatkan penyediaan lapangan kerja yang mampu menyatukan kegiatan berbasis sentra pertanian dengan bisnis. Selanjutnya, pengembangan agrobisnis akan sangat strategis jika dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Pengertian terpadu adalah keterkaitan usaha sektor hulu dan hilir (backward and forward linkages), serta pengintegrasian kedua sektor tersebut secara sinergis dan produktif. Sedangkan dengan konsep berkelanjutan, diartikan sebagai pemanfaatan teknologi konservasi sumber daya dengan melibatkan kelompok/lembaga masyarakat, serta pemerintah pada semua aspek secara terusmenerus. Agrobisnis dapat terlaksana dengan tepat dan cepat melalui upaya percepatan penyiapan industri-industri pengolah hasil pertanian. Selanjutnya, proses ini dievaluasi dan diperbaiki dari tata kelola industri dan mata rantainya dari hulu ke hilir. Terkait dengan hal ini, dalam menunjang pergerakan agribisnis diperlukan jaringan kerja dan peran aktif semua pihak yang terkait. Keterpaduan dan berkelanjutan kinerja akan menempatkan UKM dan UMKM yang tergabung dalam sentra-sentra industri menjadi variabel penting. Selain agrobisnis, pengembangan sektor pariwisata juga mempunyai nilai dan pengaruh yang sangat vital terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Berau. Sebagai daerah yang memiliki kekayaan alam luar biasa indahnya, Kabupaten Berau memiliki tempat-tempat yang berpotensi untuk menjadi obyek wisata jika dapat dikelola secara optimal, bahkan ada juga beberapa tempat pariwisata di Kabupaten Berau yang sudah menjadi tujuan berlibur bagi wisatawan asing. Perlu adanya terobosan-terobosan yang baru dan efektif terkait pemasaran, pengelolaan resort, hingga peningkatan aksesibilitas menuju tempat wisata. Kabupaten Berau setidaknya mempunyai 37 potensi objek wisata yang bisa dikembangkan. Potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Berau memiliki pasar skala nasional maupun internasional jika dapat dikelola secara maksimal. Jika dilihat dari kondisi geografis, daerah ini memiliki keanekaragaman obyek wisata laut/bahari. Kemudian, potensi wisata kedua, berasal dari peninggalan-peninggalan sejarah. Untuk potensi wisata terakhir, terdapat obyek wisata yang berasal dari kebudayaaan unik masyarakat Kabupaten Berau. Agar potensi pariswisata bisa meningkatkan perekonomian wilayah dan menjadi sumber pendapatan masyarakat, maka perlu dilakukan pengembangan pariwisata yang berkesinambungan dan terarah dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Dalam pelaksanaan pengembangan agrobisnis dan pariwisata, yang harus menjadi pedoman ialah bagaimana seluruh lapisan masyarakat terutama kaum marginal dan masyarakat lokal untuk diberdayakan dan diajak untuk ikut berpartisipasi. Turut berpartisipasinya seluruh lapisan masyarakat harus diwujudkan yang bertujuan untuk meratakan keuntungan ekonomi dari pengembangan agrobisnis dan pariwisata tersebut. Dengan mekanisme tersebut, diharapakan tidak hanya mampu meningkatkan perekonomian wilayah, namun juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 3

202 secara merata sehingga dapat tercipta kesejahteraan yang berkeadilan. Selain itu, dimensi keagamaan masyarakat juga perlu ditingkatkan. Dengan naiknya kadar religiusitas masyarakat, diharapkan dapat menjembatani perbedaan yang ada di dalam masyarakat, sehingga perbedaan suku dan agama tidak menjadi halangan yang berarti dalam membangun kehidupan bersama yang bahagia dan sejahtera. Disamping itu juga pengembangan wilayah secara menyeluruh dapat berkelanjutan jika dalam pelaksanaan pembangunannya selalu memerhatikan keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu maka aspek kualitas lingkungan harus dijadikan landasan utama pengembangan tersebut. Gambar 5.2 Hubungan Antarelemen Visi Penjelasan dari masing-masing elemen visi di atas adalah sebagai berikut: Sejahtera: Unggul: Suatu tata kehidupan dan penghidupan masyarakat Berau yang memiliki rasa aman, damai dan tenteram lahir dan batin dimana masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pokok/dasar secara jasmani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri dan lingkunganya dengan menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban manusia. Kesejahteraan yang akan diwujudkan adalah suatu kondisi yang sesuai dengan kondisi sosial-budaya masyarakat dan kearifan lokal Kabupaten Berau. Berau yang unggul mengandung pengertian wilayah Kabupaten Berau memiliki sumber-sumber daya lebih tinggi dari wilayah lainnya dengan masyarakat yang aman dan sejahtera. Menciptakan Berau yang Unggul dan Sejahtera merupakan usaha menciptakan keunggulan di sektor tertentu guna menciptakan masyarakat yang cukup pangan, sandang, Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 4

203 papan dan kualitas hidupnya meningkat secara lahir batin menuju suatu peradaban manusia unggul, sosial ekonomi yang lebih baik, atau yang lebih modern sesuai dengan amanat Pembukaan UUD Berau yang unggul dimaksudkan terwujudnya Berau sebagai pusat pengembangan kegiatan perekonomian dan budaya unggulan daerah yang didukung oleh kualitas SDM dan sumber sumber daya keunggulan lokal, pengembangan potensi sosial ekonomi Pariwisata Berau sebagai kawasan Wisata terpadu. Berau yang Sejahtera diwujudkan melalui peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta daya saing daerah seluruh masyarakat Kabupaten Berau meliputi peningkatan pendapatan perkapita, penurunan angka kemiskinan, dan peningkatan IPM (peningkatan derajat kesehatan, mutu pendidikan dan paritas daya beli). Berdaya saing: Konsep daya saing pada umumnya dikaitkan dengan kemampuan suatu daerah dalam mempertahankan atau meningkatkan keunggulan komparatif secara berkelanjutan. Daya saing merupakan kondisi Berau yang memiliki kemampuan ekonomi dimana masyarakat dapat berkompetisi secara wajar untuk meningkatkan standar hidupnya. Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal. Daya saing juga dapat juga diartikan sebagai kemampuan Berau untuk menghadapi tantangan persaingan pasar internasional dan tetap menjaga atau meningkatkan pendapatan riil-nya Misi Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan dan diwujudkan agar sasaran pembangunan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi yang telah ditetapkan. Untuk mencapai visi yang telah diuraikan di atas, Pemerintah Kabupaten Berau menetapkan misi pembangunan jangka menengah daerah sebagai suatu arahan berikut ini. 1. Misi Pertama: Membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana publik yang berkualitas, adil, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan Sarana dan prasarana publik merupakan suatu bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Berau. Hal lain yang tidak kalah penting dari kebutuhan sarana dan prasarana publik adalah kebutuhan kenyamanan, keamanan, dan kelancaran yang menunjang pelaksanaan pembangunan berupa penyebaran kebutuhan pembangunan, pemerataan Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 5

204 pembangunan, dan distribusi hasil pembangunan di berbagai sektor ke seluruh pelosok misalnya, sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan. Peningkatan sarana dan prasarana publik yang berkualitas, adil, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan diharapkan akan memengaruhi peningkatan pendapatan daerah, menciptakan serta memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat Kabupaten Berau. Sejalan dengan tujuan ekonomis tersebut adapula tujuan yang bersifat non ekonomis yaitu untuk meningkatkan integritas, serta meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional. Mengingat penting dan strategisnya peran sarana dan prasarana publik dalam kehidupan bermasyarakat, maka kepentingan warga sebagai pengguna jasa transportasi perlu mendapatkan prioritas dan pelayanan yang optimal, baik dari pemerintah maupun penyedia jasa transportasi. Selain itu, perlindungan hukum atas hak-hak masyarakat sebagai konsumen sarana dan prasarana publik juga perlu mendapat kepastian. Penyelenggaraan sarana dan prasarana publik perlu dilakukan secara berkelanjutan agar lebih luas jangkauan dan pelayanannya kepada masyarakat, dengan tetap memerhatikan kepentingan umum, kemampuan masyarakat, kelestarian lingkungan, dan ketertiban masyarakat. Peningkatan sarana dan prasarana publik secara berkelanjutan merupakan sistem yang dapat memenuhi rasa keadilan yaitu dengan mengakomodasi kebutuhan atau permintaan akan aksesibilitas semua pengguna sarana dan prasarana publik dengan aman dan nyaman, memenuhi tingkat efisiensi sumber daya alam, baik dalam hal pemanfaatan sumber daya energi maupun pemanfaatan ruang; dapat dikelola secara transparan dan partisipatif; serta menjamin kesinambungan untuk generasi mendatang. 2. Misi Kedua: Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, memberdayakan usaha ekonomi kecil menengah yang berbasis kerakyatan, dan perluasan lapangan kerja termasuk pengembangan ekonomi kreatif berbasis pariwisata dan kearifan lokal Meningkatkan taraf hidup masyarakat adalah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Berau dengan cara memenuhi kebutuhan dasar/pokok masyarakat. Salah satu penopang pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah tingginya aktivitas ekonomi yang digerakkan oleh sektor industri. Pemerintah Kabupaten Berau harus memerhatikan sektor industri yang telah ada dengan cara menciptakan iklim usaha yang sehat guna mendorong produktivitas serta daya saing pelaku usaha industri. Pemerintah Kabupaten Berau juga harus menjamin adanya keadilan dalam menjalankan usaha ekonomi, baik terhadap pelaku industri berskala besar maupun kecil. Pemerintah Kabupaten Berau diharapkan dapat terus mempromosikan potensi dan keunggulan-keunggulan daerah agar memiliki nilai tambah yang tinggi dengan dukungan industri kecil menengah berbasis kerakyatan. Dalam mendukung aktivitas ekonomi berbasis kerakyatan, peran koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan UMKM dan koperasi yang berkontribusi terhadap perekonomian Berau. Peran koperasi Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 6

205 diharapkan menjadi cikal bakal tumbuhnya iklim usaha melalui akses permodalan yang mudah, sehingga jumlah wirausaha di Berau meningkat. Pengembangan masyarakat dapat membantu menanggulangi masalah dan berbagai isu penting untuk kesejahteraan, salah satunya dalam bidang perekonomian. Pengembangan masyarakat merupakan proses perubahan menuju suatu kondisi yang lebih baik, antara lain melalui koperasi. Keberadaan koperasi memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seperti keberadaan koperasi perkebunan dalam program kemitraan dengan perkebunan besar swasta (PBS) yang berkembang di beberapa kecamatan. Begitu juga dengan sektor lainnya, seperti koperasi di bidang pertanian, perikanan, maupun koperasi unit desa dengan berbagai jenis usaha di dalamnya. Pengembangan ekonomi kerakyatan dimaksudkan untuk menggali potensi-potensi kemandirian dan pengembangan ekonomi rakyat melalui pemberdayaan dan pengembangan ekonomi dalam pengelolaan Sumber Daya Alam secara berkelanjutan. Salah satu faktor yang memengaruhi perekonomian masyarakat adalah ketersediaan sumber daya alam. Sumber daya yang tersedia di sekitar lingkungan masyarakat akan dapat memberikan manfaat dalam peningkatan taraf ekonomi apabila dapat dikelola dengan baik. Potensi sumber daya alam yang diimbangi dengan sumber daya manusia akan mampu menghasilkan suatu produksi yang nantinya akan meningkatkan perekonomian masyarakat. Misi ini diarahkan untuk mendorong Kabupaten Berau sebagai salah satu daerah tujuan wisata, yang memiliki potensi budaya dan pariwisata yang tak kalah menariknya dengan daerah tujuan wisata lain di Indonesia. Kekuatan wisata seperti obyek wisata laut dan pesisir merupakan andalan daerah wisata Berau. Pelaku usaha di bidang kepariwisataan dan kearifan lokal akan didorong untuk berkembang. Didukung penuh adanya industri-industri kreatif masyarakat sebagai pendamping sektor wisata, kemudian disinergikan dengan keberadaan industri perhotelan dan jasa pariwisata. Kebijakan sektor perekonomian akan diarahkan pada pemberdayaan dan penguatan pelaku ekonomi sektor informal. Hal ini ditandai oleh adanya pengembangan usaha kecil yang berbasis rumah tangga ( home industry), penataan dan pengembangan usaha pedagang kaki lima, penataan dan pengembangan pedagang musiman, dan penguatan daya saing para pedagang keliling.selain itu, misi ini diarahkan pada pemberdayaan pelaku ekonomi sektor informal dengan memberikan berbagai pengetahuan yang dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka. Pemberdayaan ini dimaksudkan agar pelaku ekonomi sektor informal ini mampu mengembangkan usahanya menjadi lebih besar. Dengan demikian, taraf hidup masyarakat semakin baik, dan kemakmuran masyarakat Berau akan bisa terwujud. 3. Misi Ketiga: Mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, sejahtera, bermartabat dan berdaya saing tinggi Misi ini memprioritaskan pada peningkatan kualitas pendidikan Kabupaten Berau. Pendidikan yang berkualitas, murah dan terjangkau oleh semua kalangan menjadi target dalam misi ini. Melalui misi ini,diharapkan mampu diwujudkan iklim dan sistem pendidikan yang demokratis Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 7

206 dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, disiplin dan bertanggung jawab, berketrampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas masyarakat Kabupaten Berau. Dengan demikian akan terwujud masyarakat yang berkualitas dan serta menghasilkan outcome yang mampu bersaing dalam menghadapi globalisasi. Cakupan peningkatan kualitas pendidikan bukan hanya pendidikan formal namun juga meliputi pendidikan non formal. Pendidikan non formal termasuk pembinaan iman dan takwa bagi masyarakat untuk mengannggulangi penyakit masyarakat (narkoba, perzinahan dan lain-lain) Misi ini juga diarahkan untuk peningkatan kualitas lingkungan sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat serta mendorong pemberdayaan masyarakat yang dimulai dari lingkup masyarakat terkecil yakni keluarga. Dengan suasana dan kondisi keluarga yang sehat, produktivitas masyarakat di segala bidang akan meningkat. Untuk dapat disebut sebagai daerah yang bermartabat, maka harus diwujudkan Kabupaten Berau yang aman, tertib, bersih, dan asri, dimana masyarakat Kabupaten Berau adalah masyarakat yang mandiri, makmur, sejahtera, terdidik dan berbudaya, serta memiliki nilai religiusitas yang tinggi dilandasi dengan sikap toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat, dengan Pemerintah Kabupaten Berau yang bersih dari KKN dan sungguh-sungguh melayani masyarakat. Sehingga, Kabupaten Berau secara umum akan memiliki keunggulankeunggulan dan berdaya saing tinggi. 4. Misi Keempat: Menciptakan tata pemerintahan yang bersih, berwibawa, transparan dan akuntabel Misi ini akan memprioritaskan peningkatan kualitas pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat Kabupaten Berau. Pelayanan publik terutama pelayanan dasar, pelayanan umum dan pelayanan unggulan menjadi perhatian dalam misi ini. Pemerintah didorong untuk melakukan pelayanan yang maksimal, profesional, bersih, berwibawa, transparan, dan akuntabel. Dalam menjalankan pelayanan publik pemerintah harus senantiasa mengedepankan konsep adil sebagai landasan etik dalam melakukan setiap layanan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan dan pendidikan diprioritaskan kepada warga miskin yang diimplementasikan dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan pendidikan murah yang berkualitas. Kondisi ini ditandai dengan semakin mudahnya masyarakat mengakses layanan pendidikan dan kesehatan yang bermutu. Persoalan disparitas antara sekolah unggulan dan non unggulan juga menjadi perhatian serius dalam misi ini untuk diatasi. Misi ini juga akan mendorong pemerintah menjalankan pelayanan publik yang bersih dan berbudaya. Kondisi ini diwujudkan dengan tidak adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam melakukan kerja pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, dalam menjalankan pelayanan masyarakat, prosedur dan mekanisme yang ada senantiasa ditaati. Dalam menjalankan misi ini, Pemerintah Kabupaten Berau harus mempermudah segala jenis pelayanan perizinan, baik izin usaha, izin Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 8

207 kependudukan, izin kepemilikan, izin bangunan, dan sebagainya dengan senantiasa taat pada aturanaturan yang berlaku. Gambar 5.3 Hubungan Antar elemen Visi dan Misi Sejahtera Unggul Berdaya saing Ekonomi Kualitas SDM Infrastruktur & Lingk. Hidup Birokrasi Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 9

208 5.3. Tujuan dan Sasaran Sebagai salah satu komponen dari perencanaan strategis, tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Berau ditetapkan dengan mengacu pada pernyataan visi dan misi sebagai gambaran tentang kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang. Tujuan dan sasaran merupakan impact dari segenap operasionalisasi kebijakan melalui program dan kegiatan sepanjang lima tahun ke depan. Impact tersebut harus memberi ultimate goal dari keseluruhan kinerja utama setiap elemen pelaksana pembangunan Kabupaten Berau. Adapun tujuan dan sasaran Kabupaten Berau untuk periode adalah sebagai berikut: a. Menyediakan infrastruktur yang berkualitas Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu syarat utama tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Infrastruktur yang berkualitas merupakan tujuan dari misi pertama yaitu Membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana publik yang berkualitas, adil, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, adapun sasaran dari tujuan menyediakan infrastruktur yang berkualitas ialah: Tersedianya pelayanan infrastruktur dasar Meningkatnya aksesibilitas antar wilayah b. Mempertahankan kualitas lingkungan hidup Kualitas lingkungan hidup sangat memengaruhi keberlanjutan pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu kualitas daya dukung lingkungan harus dijaga agar pembangunan dan kehidupan manusia dapat terus berlangsung. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup merupakan tujuan dari misi pertama yaitu Membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana publik yang berkualitas, adil, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Adapun sasaran dari tujuan ini ialah: Terjaganya kualitas air sungai (Sungai Segah, Kelay, Berau) Terjaganya kualitas udara Menurunnya intensitas emisi c. Meningkatkan taraf hidup masyarakat Meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu meningkatkan tingkat kehidupan masyarakat di suatu daerah dengan cara memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi dan dengan cara-cara tertentu. Keberdayaan kemandirian ekonomi dapat mencerminkan peningkatan taraf hidup masyarakat. Tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat merupakan bagian dari misi kedua yaitu Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, memberdayakan usaha ekonomi kecil menengah yang berbasis kerakyatan, dan perluasan lapangan kerja termasuk pengembangan ekonomi kreatif berbasis pariwisata dan kearifan lokal. Adapun sasaran dari sasaran dari tujuan Meningkatkan taraf hidup masyarakat ialah: Menurunnya tingkat kemiskinan Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 10

209 Menurunnya tingkat pengangguran Meratanya pendapatan masyarakat d. Mempertahankan kinerja ekonomi daerah Pertumbuhan ekonomi berbasis potensi sumber daya alam pada dasarnya adalah sebuah pendekatan untuk mencapai sejumlah tujuan simultan yang membawa lebih dekat untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Peningkatan ekonomi berbasis potensi sumber daya alam ini dititikberatkan pada daya saing serta pengembangan ekonomi hijau yang seluas-luasnya yang berbasis pada usaha agrobisnis. Tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis potensi sumber daya alam merupakan bagian dari misi kedua yaitu Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, memberdayakan usaha ekonomi kecil menengah yang berbasis kerakyatan, dan perluasan lapangan kerja termasuk pengembangan ekonomi kreatif berbasis pariwisata dan kearifan lokal. Adapun sasaran dari sasaran dari tujuan meningkatnya pertumbuhan ekonomi berbasis potensi sumber daya alam ialah: Menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian Meningkatknya kesejahteraan petani Meningkatnya pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata e. Meningkatkan kualitas SDM Pendidikan dan kesehatan memegang peranan kunci dalam penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Keberhasilan upaya meningkatkan derajat dan mutu pendidikan dapat diukur antara lain dengan melihat angka melek huruf maupun rata-rata lama sekolah. Untuk meningkatkan derajat pendidikan masyarakat, maka sarana prasarana pendidikan harus ditingkatkan, mutu belajar mengajar harus ditingkatkan, serta jangkauan pendidikan secara merata harus diperluas. Disamping terus meningkatkan kualitas pendidikan, kualitas kesehatan juga perlu menjadi perhatian semua pihak. Pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan murah bagi masyarakat merupakan kunci kesuksesan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, kita harus melanjutkan program pelayanan kesehatan harus ditingkatkan agar usia harapan hidup dapat meningkat. Tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan bagian dari misi ketiga yaitu Mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, sejahtera, bermartabat dan berdaya saing tinggi. Adapun sasaran dari tujuan meningkatkan kulitas sumber daya manusia ialah: Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia Meningkatnya rata-rata lama sekolah Meningkatnya usia harapan hidup Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 11

210 f. Mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan, profesional, dan akuntabel. Tata kelola pemerintahan yang baik, merupakan bagian dari paradigma baru yang berkembang dan memberikan nuansa yang cukup mewarnai terutama pasca krisis multi dimensi seiring dengan tuntutan era reformasi. Situasi dan kondisi ini menuntut adanya kepemimpian nasional masa depan, yang diharapkan mampu menjawab tantangan bangsa Indonesia mendatang. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik merupakan tujuan dari misi keempat yaitu Menciptakan tata pemerintahan yang bersih, berwibawa, transparan dan akuntabel. Adapaun sasaran dari tujuan ini ialah: Terciptanya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi Terwujudnya pelayanan publik prima Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja aparatur Meningkatnya kualitas pembangunan desa Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 12

211 Tabel 5.1 Target Sasaran Untuk Lima Tahun Kedepan Kabupaten Berau VISI: MEWUJUDKAN BERAU SEJAHTERA, UNGGUL, DAN BERDAYA SAING BERBASIS SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SECARA BERKELANJUTAN Kondisi TARGET TAHUNAN Target Tujuan/Sasaran Indikator Sasaran (satuan) awal Akhir (2015) (2021) Misi I : Membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana publik yang berkualitas, adil, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan 1 Menyediakan infrastruktur yang berkualitas 1 Tersedianya pelayanan Cakupan Rumah Tangga pengguna air 55,69 60,66 62,99 65,33 67, infrastruktur dasar bersih (persen) Luas Kawasan kumuh (ha) 149,21 145,54 120,00 98,00 50,00 35,00 12,50 Tingkat elektrifikasi (persen) 78,50* 82,32 82,75 83,18 83,61 84,04 90,00 2 Meningkatnya aksesibilitas antarwilayah 2 Mempertahankan kualitas lingkungan hidup 3 Terjaganya kualitas air sungai panjang jalan dalam kondisi baik (persen) Tingkat pencemaran air sungai: Sungai Segah, Sungai Kelay, SungaiBerau (Indeks Pencemaran/IP<5) 60,44 63,00 66,00 69,00 73,00 77,00 90,00 3,71 < 5 < 5 < 5 < 5 < 5 < 5 4 Terjaganya kualitas Indeks standar pencemaran udara (Indeks 80,93 < 100 < 100 < 100 < 100 < 100 < 100 udara Standar Pencemaran Udara/ISPU<100) 5 Menurunnya intensitas emisi Tingkat Emisi karbon (ton CO2 eq) Misi II : Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, memberdayakan usaha ekonomi kecil menengah yang berbasis kerakyatan, dan perluasan lapangan kerja termasuk pengembangan ekonomi kreatif berbasis pariwisata dan kearifan lokal 3 Meningkatkan taraf hidup masyarakat 6 Menurunnya tingkat Tingkat Kemiskinan (persen) 4,83 4,76 4,51 4,16 3,81 3,46 3,13 kemiskinan 7 Menurunnya tingkat Tingkat Pengangguran (persen) 10, V - 13 Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

212 pengangguran 8 Meningkatnya pendapatan masyarakat 9 Meningkatnya konsumsi rumah tangga Indeks Gini (angka) 0,32 0,32 0,31 0,30 0,29 0,28 0,28 Pengeluaran Per Kapita , , , , , , ,7 3 4 Mempertahankan kinerja ekonomi daerah 10 Menjaga stabilitas Laju Pertumbuhan Ekonomi (persen) 5,07 6,25 7,00 7,50 7,75 7,98 8,00 pertumbuhan ekonomi 11 Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian Kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terhadap PDRB (persen) 11,00 11,00 12,08 12,66 13,81 14,38 15,00 12 Meningkatnya kesejahteraan petani Nilai Tukar Petani (persen) 100,00 102,50 105,00 107,50 110,00 112,50 115,00 13 Meningkatnya Jumlah kunjungan wisatawan (orang) pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata Rata-Rata Lama Tinggal wisatawan (hari) 3 ** Misi III : Mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, sejahtera, bermartabat dan berdaya saing tinggi 5 Meningkatkan kulitas SDM 14 Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (angka) 72, Meningkatkatnya ratarata lama sekolah 16 Meningkatnya usia harapan hidup Rata-rata lama sekolah (tahun) 8,53 8,55 9,00 9,50 11,00 12,00 12,00 Angka harapan hidup (tahun) 71,21 71,32 71,38 71,43 71, Misi IV : Menciptakan tata pemerintahan yang bersih, berwibawa, transparan dan akuntabel 6 Mewujudkan pemerintah yang bersih, transparan, profesional dan akuntabel 17 Terciptanya pemerintahan yang bersih dan bebas Opini Badan Pemeriksa Keuangan WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP V - 14 Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

213 korupsi 18 Meningkatnya kualitas layanan publik 19 Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja aparatur 20 Meningkatnya kualitas pembangunan desa *) angka Provinsi Kalimantan Timur tahun 2015 **) angka sangat sementara SKPD yang berada di Zona Hijau Standar Kepatuhan Pelayanan Publik versi Ombudsman RI Hasil Evaluasi Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Berau C B B B A A A Indeks Pembangunan Desa 56,37* 57,00 57,50 58,00 58,50 59,00 59,00 V - 15 Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

214 Bab V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran V - 16

215 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan yang komprehensif tentang bagaimana pemerintah Kabupaten Berau mencapai tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dengan efektif dan efisien. Pendekatan yang komprehensif dalam merencanakan strategi akan mengoptimalkan kinerja pemerintah baik dalam melakukan transformasi, reformasi, maupun perbaikan kinerja birokrasi. Perencanaan strategis tidak saja mengagendakan aktivitas pembangunan, tetapi juga segala program yang mendukung dan menciptakan layanan masyarakat, termasuk didalamnya upaya memperbaiki kinerja dan kapasitas birokrasi, sistem manajemen, serta pemanfaatan teknologi informasi Strategi Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi dijadikan salah satu rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah (strategy focused management) dimana perumusan strategi merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana sasaran akan dicapai dan selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan. Rumusan strategi menunjukkan keinginan yang kuat dari pemerintah daerah dalam menciptakan nilai tambah ( added value) bagi para pemangku kepentingan pembangunan daerah. Penetapan strategi dilakukan untuk menjawab bagaimana tahap-tahap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan dengan batas waktu tertentu. Sebuah strategi dapat dilakukan untuk menjawab lebih dari 1 (satu) sasaran pembangunan dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi pencapaian target sasaran. Berdasarkan kertas kerja yang telah dikembangkan, strategi pembangunan jangka menengah Kabupaten Berau Tahun , dapat dilihat pada Gambar 6.1. VI - 1 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan

216 Gambar 6.1 Strategi Pembangunan Jangka Menengah Tahun Sasaran Strategi 1. Meningkatnya pelayanan infrastruktur dasar 1. Pemenuhan infrastruktur dasar yang berkualitas 2. Meningkatnya aksesibilitas antarwilayah 2. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana 3. Terjaganya kualitas air sungai 4. Terjaganya kualitas udara 5. Menurunnya intensitas emisi 6. Menurunnya tingkat kemiskinan 7. Menurunnya tingkat pengangguran 8. Meningkatya pendapatan masyarakat dan prasarana transportasi 3. Pengendalian pencemaran lingkungan 4. Pemberdayaan ekonomi masyarakat 9. Menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi 5. Penguatan dan Pengembangan Sektor 10. Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian 11. Meningkatnya kesejahteraan petani 12. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata Unggulan 6. Pengembangan agribisnis 7. Peningkatan daya saing dan diversifikasi produk wisata 13. Meningkatnya rata-rata lama sekolah 8. Penataan dan peningkatan kualitas pelayanan pendidikan 14. Meningkatnya usia harapan hidup 9. Penataan dan peningkatan kualitas 15. Terciptanya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi 16. Terwujudnya pelayanan publik prima 17. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja aparatur pelayanan kesehatan 10. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan 18. Meningkatnya kualitas pembangunan desa 11. Pemberdayaan pemerintahan dan masyarakat desa Penjelasan masing-masing strategi pada perencanaan pembangunan Kabupaten Berau adalah sebagai berikut: 1. Pemerataan akses infrastruktur dasar yang berkualitas Infrastruktur merupakan aspek penting suatu wilayah untuk maju dan bersaing dengan wilayah lain. Kualitas infrastruktur sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Penyediaan infrastrukur yang berkualitas akan menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, mempercepat gerak VI - 2 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan

217 ekonomi, serta mengurangi ketimpangan pembangunan antar daerah. Dengan akses infrastruktur dasar yang berkualitas dan berkeadilan, maka diharapkan masyarakat dapat maju dan berkembang dan tidak ada kesenjangan dan keterisolasian suatu wilayah. Selain itu kualitas infrastruktur yang baik juga akan mampu menarik investasi yang dapat mempercepat jalannya pembangunan suatu wilayah. Penyediaan infrastruktur sebagian besar masih dilakukan oleh pemerintah. Peran swasta dalam penyediaan infrastruktur terbatas pada infrastruktur yang bersifat komersil. Infrastruktur dasar yang bersifat publik dan sosial terutama di kawasan terpencil dan perdesaan disediakan oleh pemerintah. Oleh karena itu umumnya pembangunan infrastruktur dasar terutama di wilayah perdesaan atau perbatasan pertumbuhannya sangat lambat. Untuk menjawab masalah infrastruktur wilayah Kabupaten Berau maka perlu dilakukan strategi Pemerataan Akses Infrastruktur Dasar Berkualitas. Upaya pemerataan akses infrastuktur dasar difokuskan pada penyediaan layanan air bersih dan energi listrik secara merata dan berkeadilan, penyediaan perumahan bagi masyarakat, dan peningkatan kualitas lingkungan perumahan. Penyediaan infrastruktur dasar fokus pada pemenuhan perumahan layak huni bagi masyarakat dengan kondisi lingkungan yang sehat serta lengkap dengan fasilitas air bersih, energi listrik dan lain sebagainya. Untuk peningkatan konektivitas antar wilayah difokuskan pada pembangunan jalan dan jembatan serta akses komunikasi. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Peningkatan infrastruktur diprioritaskan untuk meningkatkan pengembangan wisata dan pemasaran hasil produksi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Berau sebagian besar didominasi oleh sektor pariwisata dan pertanian. Selain itu peningkatan infrastruktur juga ditujukan untuk antisipasi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan dan lainnya. 2. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana transportasi Kemajuan pembangunan daerah ditambah dengan tingginya urbanisasi mengakibatkan problem kualitas sarana dan prasarana publik di Kabupaten Berau. Strategi ini mendorong tersedianya sarana dan prasarana publik yang baik untuk menyelesaikan problematika tersebut, yang antara lain ditandai dengan penyediaan sarana dan prasarana jalan yang memadai, berkurangnya kemacetan, kelayakan fasilitas transportasi publik, serta meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi aturan-aturan pemanfaatan fasilitas umum di bidang transportasi perkotaan. Strategi ini akan mendorong tumbuhnya rasa aman dan nyaman bagi para wisatawan, melalui keamanan, kenyamanan, dan kelestarian lingkungan. Kesan negatif terhadap keamanan, semacam tindakan kriminalitas akan ditangani dengan serius. Melalui strategi ini, upaya-upaya serius akan dilakukan agar berbagai persoalan yang membuat wisatawan tidak nyaman, semacam: kemacetan, tumpukan sampah, dan banjir, dapat diatasi dengan baik. Pelaku usaha di bidang kepariwisataan dan kebudayaan daerah akan didorong untuk berkembang. Akan ditumbuhkan dan didukung penuh VI - 3 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan

218 adanya industri-industri kreatif masyarakat sebagai pendamping sektor wisata, disinergikan dengan keberadaan industri perhotelan dan jasa pariwisata. 3. Pengendalian pencemaran lingkungan Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Berau dalam strategi pengendalian pencemaran lingkungan hidup adalah dengan menurunkan pencemaran air, pengendalian pencemaran udara dan pengurangan emisi GRK berbasis lahan (pertanian, perkebunan dan kehutanan). Dalam rangka mewujudkan lingkungan hidup yang baik maka perlu disadari bahwa penegakan hukum lingkungan yang efektif dan adil perlu dilaksanakan agar keseimbangan integritas undang-undang dan lingkungan alam sekitar tetap terjaga. Persiapan menghadapi dinamika pasar global perekonomian dilakukan dengan mengnyinergikan peningkatan perekonomian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Di sisi lain, perlu disadari sepenuhnya bahwa kegiatan pembangunan perekonomian terutama yang bersifat fisik dan memanfaatkan sumber daya alam mengandung resiko perubahan ekosistem dengan dampak negatif maupun positif. Salah satu dampak negatif kemajuan ilmu dan teknologi yang tidak digunakan dengan benar adalah terjadinya polusi (pencemaran). Polusi merupakan peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lain yang merugikan kedalam lingkungan akibat aktivitas manusia atau proses alami. Oleh karena itu tranformasi ekonomi berbasis unrenewable resources ke renewable resources harus dilakukan dengan mewujudkan keseimbangan antara pilar ekonomi, lingkungan, dan sosial dalam perencanaan pembangunan menuju ekonomi hijau. Diharapkan transformasi pembangunan menuju ekonomi hijau akan mewujudkan kondisi masyarakat yang lebih baik dan berkeadilan sosial serta mengurangi resiko lingkungan dan kerusakan ekologi serta resiko bencana. 4. Pemberdayaan ekonomi masyarakat Strategi ini diharapkan dapat mendorong pemerintah, masyarakat dan swasta untuk mengembangkan potensi sumberdaya daerah Kabupaten Berau, agar dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Diharapkan, semakin tumbuh dan berkembangnya lapangan pekerjaan baru yang berkembang dari pengelolaan potensi daerah. Investasi-investasi bisnis distimulasi dan pemanfaatannya ditujukan untuk pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasilnya. Strategi ini memerhatikan potensi daerah yang berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia. Strategi ini juga menekankan perlunya strategi pembangunan daerah yang tetap memerhatikan aspek kelestarian lingkungan. Ke depan, diharapkan tidak terjadi kasus-kasus pelanggaran lingkungan, disertai dengan meningkatnya luas lahan yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan kawasan resapan air sebagai pencegahan terhadap bencana banjir. Strategi implementasi dari misi ini antara lain berupa penataan industri dan kawasan industri. Salah satu penopang pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah tingginya aktivitas ekonomi yang digerakkan oleh industri berskala besar. Pemerintah Kabupaten Berau harus memperhatikan usaha industri berskala besar yang telah ada dengan cara menciptakan iklim usaha yang sehat guna VI - 4 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan

219 mendorong produktivitas serta daya saing pelaku usaha industri berskala besar. Pemerintah Kabupaten Berau harus juga menjamin adanya rasa adil dalam menjalankan usaha ekonomi, baik terhadap pelaku industri berskala besar maupun kecil. Untuk itu juga, dibutuhkan tindakan yang bersih dari KKN dari aparatur pemerintah Kabupaten Berau. Hal ini mendorong pemerintah untuk pro-aktif terhadap investasi ekonomi berskala besar. Pemerintah Kabupaten Berau diharapkan dapat terus mempromosikan potensi dan keunggulan-keunggulan daerah agar memiliki nilai tambah yang tinggi dengan dukungan industri berskala besar. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Berau dalam berbagai bidang terkait diperlukan agar investor merasa nyaman dan aman melakukan investasi mereka ke Kabupaten Berau. Strategi ini mengarahkan pada peningkatan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kebersihan serta keasrian kota, utamanya oleh pelaku usaha industri berskala besar. Pendirian dan pengoperasian pabrik industri harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Pemerintah harus melakukan kontrol yang kuat terhadap dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kalangan industri. Sehingga mendorong agar dampak sosial dari industri-industri berskala besar dapat dikendalikan. Konflik industrial harus dideteksi, dimediasi, dan diselesaikan dengan cara yang baik dan sikap keberpihakan pada kepentingan masyarakat luas. 5. Penguatan dan Pengembangan Sektor Unggulan Pembangunan ekonomi ini merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan wilayah. Pembangunan ekonomi yang baik adalah jika lebih mengedepankan peningkatan produktifitas ekonomi kerakyatan dan berbasis pada sumberdaya lokal. Sumberdaya lokal yang dimaksud tidak hanya pada material saja namun juga sumberdaya tenaganya. Penguatan dan Pengembangan Sektor Unggulan dan Potensial ekonomi Daerah dimaksudkan untuk penggalian potensi-potensi kemandirian dan pengembangan ekonomi rakyat melalui pemberdayaan dan pengembangan ekonomi strategis dalam pengelolaan sumber daya alam/agraria secara adil dan berkelanjutan. Pengembangan ekonomi strategis berbasis potensi lokal harus memerhatikan akar budaya dan kearifan lokal masyarakat. Selain itu, dalam menumbuhkembangkan model-model pengembangan ekonomi berbasis rakyat perlu adanya dasar keswadayaan dan kemandirian dengan diperkuat institusi dan kelembagaan ekonomi masyarakat. Perekonomian Kabupaten Berau utamanya ditopang oleh tiga skctor utama yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel, serta restoran. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan yang terbesar dalam struktur perekonomian Berau karena menyumbang 57,84 % PDRB Kabupaten Berau. Penyumbang terbesar kedua adalah sektor pertanian yang mencapai 13,78 % dan ketiga adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mencapai 11,87 %. Oleh karena itu fokus pengembangan ekonomi wilayahnya juga harus berdasarkan ketiga sektor tersebut dan strateginya melalui Penguatan dan Pengembangan Sektor Unggulan. VI - 5 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan

220 Dalam strategi ini, pembangunan dilakukan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan produktivitas sektor unggulan yang ada terutama pada sumberdaya energi (pertambangan dan penggalian), sektor pertanian dalam arti luas maupun, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Namun perlu kita perhatikan disini ialah bahwa sumberdaya mineral tidak dapat dijadikan sebagai penopang ekonomi utama wilayah secara terus menerus. Hal ini disebabkan karena kekayaan mineral merupakan sumberdaya yang sifatnya tidak terbaharukan. Oleh karena itu perlu suatu upaya transformasi ekonomi ke arah pemanfaatan sumberdaya terbaharukan. Salah satu caranya ialah dengan mengembangkan ekonomi kerakyatan sesuai dengan sektor unggulan lainnya dan potensi daerah. Dalam hal ini pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis pada sektor perdagangan, jasa serta pertanian. Pengembangan ekonomi kerakyatan ini bertujuan untuk menumbuhkan/meningkatkan kegiatan perekonomian pada masyarakat, terutama pada masyarakat miskin. Usaha di bidang ekonomi kerakyatan dan kreatif umumya berskala kecil dan memiliki sifat risiko bisnis yang berbeda dengan usaha di sektor lain. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) dapat diarahkan untuk menjadi pelaku ekonomi kerakyatan yang berdaya saing sekaligus sebagai salah satu lembaga keuangan daerah melalui penguatan kewirausahaan dan peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar/multi usaha serta pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi dalam kerangka peningkatan kualitas dan daya saing produk. Dengan begini maka produktifitas perekonomian masyarakat dapat meningkat. Untuk merealisasikannya tidak cukup dengan anggaran dari pemerintah daerah saja, namun juga harus diserap sebesar-besarnya investasi masuk, baik investor lokal maupun internasional. Dengan begitu akan muncul pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru serta munculnya industri pengolahan produk lokal baik yang bersifat padat karya maupun yang padat modal yang berorientasi untuk ekspor. 6. Pengembangan agribisnins Sebagai bagian dari negara agraris, sektor pertanian masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di Kabupaten Berau. Walaupun masih besar, namun, persentase jumlah tenaga kerja yang ada di sektor pertanian mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penyebab utama merosotnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian adalah terlalu kecilnya pendapatan dari pekerjaan sebagai petani. Rendahnya pendapatan petani juga terkait erat dengan kepemilikan lahan petani. Dengan rendahnya pendapatan di sektor pertanian, perpindahan profesi dari sektor pertanian ke sektor lainnya, terutama ke sektor industri tidak bisa terhindarkan lagi. Masyarakat memilih bekerja di sektor yang memberikan penghasilan besar. Merosotnya persentase tenaga kerja di sektor pertanian harus segera ditanggapi serius oleh pemerintah daerah dengan kebijakan yang bisa mendorong peningkatan pendapatan petani seperti mengembangkan bantuan permodalan dan penerapan manajemen teknologi pertanian. Upaya tersebut harus diikuti dengan upaya perbaikan di sektor pasca panen. Petani sering kali tidak VI - 6 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan

221 mendapatkan harga jual yang baik di saat panen tiba. Karena itu, pemerintah akan menjamin hasil panen bisa terserap dengan baik dan dengan harga yang menguntungkan. Peningkatan kesejahteraan petani akan menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk terjun ke sektor itu. 7. Peningkatan daya saing dan diversifikasi produk wisata Sektor Pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki keterkaitan dan melibatkan beberapa sektor ekonomi lainnya, misalnya sektor kehutanan, sektor kelautan, pertanian dan perkebunan, sektor industri dan perdagangan, telekomunikasi serta sektor perhubungan. Oleh karena itu, arah kebijakan pembangunan dan pengembangan pariwisata memiliki paradigma dalam rencana pembangunan dan pengembangannya. Paradigma pembangunan kepariwisataan meliputi pengembangan pariwisata secara berkelanjutan yang menekankan pada 4 (empat) prinsip sebagai berikut. a) Berwawasan lingkungan (enviromentaly sustainable) b) Diterima secara sosial dan budaya (socially and culturally acceptable) c) Layak secara ekonomi (ecomically viable) d) Memanfaatkan teknologi yang pantas ditetapkan (technologically appropriate) Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik permintaan konsumsi maupun permintaan investasi, yang pada gilirannya akan menimbulkan kegatan produksi barang dan jasa, baik barang konsumsi maupun barang modal. Dengan demikian, produk dan pendapatan masyarakat dan daerah meningkat. Keindahan alam yang mempesona, keragaman budaya dan kehidupan masyarakat yang religius merupakan modal dasar yang potensial bagi kepariwisataan. Usaha untuk mengeksploitasi bagi kepentingan pariwisata dengan memperhatikan kelestariannya akan menjamin kelangsungan lingkungan hidup secara keseluruhan sekaligus menjamin kelangsungan kepariwisataan itu sendiri. Arah pembangunan dan pengembangan kepariwisataan kabupaten Berau dilaksanakan dengan berdasarkan prinsip pembangunan kepariwisataan yang senantiasa menjunjung tinggi norma agama, nilai budaya dan kearifan lokal secara berkelanjutan, serta dengan orientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, dan pelestarian alam dan lingkungan hidup, serta memperkaya dan mempercantik sumber daya alam. Pengembangan sektor pariwisata di Berau tidak lepas dari empat hal utama yaitu: Peningkatan mutu sarana dan prasarana serta pelayanan jasa pariwisata dan jasa penunjang dengan tetap memelihara kebudayaan daerah; Pembinaan pelestarian peninggalan sejarah Promosi objek-objek pariwisata dilakukan sesuai dengan perkembangan kepariwisataan; dan Kegiatan kepariwisataan diarahkan untuk penggalian objek wisata baru VI - 7 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan

222 Potensi wisata unggulan Kabupaten Berau adalah wisata pantai dan laut. Kabupaten Berau memiliki potensi wisata yang dikembangkan di wilayah Pulau Derawan, Pulau Kakaban, Pulau Maratua, Pulau samama, Pulau Sambit, Pulau Bakungan, Pulau Inaka, Pulau Sangalaki, dan Pulau Nambora (terdapat di wilayah kecamatan Biduk -Biduk). Di perairan sekitar pulau-pulau tersebut terhampar pulau karang laut yang indah, berbagai jenis ikan hias juga terdapat ikan duyung, ikan Manta (jenis ikan pari), kepiting kenari, penyu hijau dan mutiara alam. Namun, hal itu tidaklah cukup untuk meningkatkan kontribusi pariwisata dalam perekonomian wilayah. Maka dari itu, masih perlu digali potensi-potensi lainnya dan kemudian dikembangkan menjadi obyek wisata baru. Pengembangan obyek wisata tersebut tidak harus berupa wisata alam saja, tetapi juga dapat dikembangkan wisata budaya dan wisata minat khusus. Pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Berau dapat dilakukan dengan strategi Peningkatan Daya Saing dan Diversifikasi Produk Wisata. Strategi ini dapat dilakukan melalui 4 hal utama yaitu. a. Pengembangan obyek wisata yang ada dengan dukungan aksesibilitas dan infrastruktur yang lebih baik (investasi swasta maupun pemerintah). b. Menggali obyek potensial pariwisata untuk dikembangan (diversifikasi) dengan dukungan infrastruktur dan aksesbilitas yang baik (investasi swasta maupun pemerintah). c. Mempromosikan obyek wisata secara luas, menarik dan berkesinambungan. d. Membangun kelembagaan terkait pengelolaan sektor pariwisata (Badan Promosi Pariwisata). 8. Penataan dan peningkatan kualitas pelayanan pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pembangunan suatu wilayah merupakan modal yang sangat penting dan berharga, karena keberhasilan suatu pemabangunan tersebut akan sangat ditentukan oleh mutu/kualitas Sumber Daya Manusianya. Oleh karena itu pencapaian visi dan misi, sasaran pembangunan suatu wilayah tergantung dari kualitas manusianya. Seperti diketahui, globalisasi bukan lagi merupakan isu, tapi merupakan sebuah realita yang harus dipandang sebagai sebuah keniscayaan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi terhadap tantangan yang dihadapi oleh pemerintah/wilayah manapun. Tantangan yang dihadapi adalah masalah daya saing SDM untuk mampu survive dalam tantangan pasar global yang menuntut kualitas SDM yang tinggi. Lemahnya kemampuan mutu SDM akan membawa implikasi pada proses produksi, daya kreasi, pencitraan dan keberhasilan pembangunan serta daya saing suatu wilayah menghadapai kompetisi dan tantangan masa global. Kondisi SDM yang masih lemah dari segi kapastias, profesionalisme dan keterampilan di Kabupaten Berau menuntut adanya strategi untuk segera dilakukan dalam hal pembinaan pengembangan SDM, dimulai dari pengkajian kebutuhan (need assesment), peningkatan pendidikan, kesehatan dan skill serta evaluasinya. Pendekatan mutu modal manusia (human capital quality) menekankankan fungsi manusia sebagai faktor produksi yang amat penting selain modal finansial, teknologi, material. Pengembangan SDM disini difokuskan untuk meningkatkan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat. VI - 8 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan

223 Pembangunan sektor pendidikan dalam keterkaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan, maka pembangunannya tersebut diarahkan untuk meningkatkan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah penduduk Kab. Berau. Untuk mewujudkannya maka harus diciptakan sistem pendidikan yang berkualitas prima yang disasarkan untuk pendidikan masyarakat yang buta aksara, penuntasan wajib belajar hingga 12 tahun, pemerataan sarana dan prasarana pendidikan, sera penyediaan dan pemerataan tenaga pendidik dan kependidikan yang berkualitas, dan diharapkan kualitas pembangunan manusia dapat berhasil guna. 9. Penataan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan Disamping pembangunan dimensi pendidikan pembangunan di bidang kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitaannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia. Fokus pembangunan sektor kesehatan ialah pada peningkatan akses dan mutu di bidang kesehatan yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan angka harapan hidup bagi masyarakat Kabupaten Berau. Perhatian kepada bidang kesehatan menjadi semakin penting dimasa desentralisasi ini karena kemampuan daerah menentukan arah dan kebijakan pembangunannya, akan menentukan pula pembangunan di bidang ini secara mendasar. Oleh karena itu perluasan akses dan peningkatan mutu di bidang pendidikan wajib diselenggarakan oleh pemerintah kepada masyarakatnya. Dimensi perluasan akses dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pelayanan secara merata serta promosi kesehatan yang menyentuh semua lapisan masyarakat. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan juga harus ditingkatkan dimana disediakan tenaga kesehatan yang professional dan berkualitas dalam setiap pelayanan kesehatan, penyediaan system dan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas serta dilakukan berbagai aktifitas untuk mencegah dan menanggulangi penyakit menular dan tidak menular di masyarakat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas SDM yang komprehensif dapat dilakukan melalui strategi Penataan dan peningkatan kualitasn pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Berau yang terutama akan difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara merata. 10.Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan Majunya suatu wilayah tidak lepas dari peran pemerintah dalam mengelola pembangunan wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintahan tersebut harus merupakan pemerintahan yang baik (Good Governance). Good Governance juga merupakan wujud nyata dalam penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang bersih atau tata kelola yang baik dan benar. Oleh karena itu untuk mewujudkannya diperlukan strategi Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan. Reformasi birokrasi meliputi beberapa aspek tentang pelayanan masyarakat, peningkatan kinerja, dan penegakan hukum. Dalam melakukan reformasi birokrasi, pemerintah melakukan pembenahan sistem birokrasi, mulai dari penataan kewenangan, prosedur operasi standar, kerjasama, sinergi, dan integrasi organisasi, serta penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. VI - 9 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan

224 Dalam menjalankan pemerintahan yang baik dan benar tersebut, tidak terlepas dari efektivitas SDM sebagai salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam usaha mencapai tujuan suatu negara. Sehingga dengan SDM yang profesional diharapkan tujuan negara dapat diwujudkan. Pemerintah daerah yang ditopang oleh aparatur dengan kinerja baik, bertanggung jawab, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, diharapkan mampu menciptakan pemerintahan yang bersih, transparan, profesional, dan efektif dalam menjalankan tugasnya. Kondisi ini diharapkan mampu menjamin kinerja pemerintah dalam menciptakan pelayanan publik yang prima serta menciptakan kepastian hukum dan akuntabilitas publik. Disamping itu, birokrasi pemerintahan daerah tidak saja menitikberatkan kepada kualitas atau kinerja aparatur, namun juga kepada kelembagaan dan ketatalaksanaan. Pemantapan tata kelola pemerintahan yang lebih baik dilakukan melalui melalui terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hokum yang berwibawa, dan transparan disertai peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh efisiensi struktur pemerintah daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai, dan data kependudukan yang baik. 11.Pemberdayaan pemerintahan dan masyarakat desa Pembangunan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat agar makmur dan berkeadilan. Kebijakan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pemerintah daerah di segala bidang terus diupayakan dan dimaksimalkan dalam rangka melaksanakan pembangunan. Pemberdayaan pemerintahan dan masyarakat desa adalah pemberdayaan pemilikan faktor-faktor produksi, pemberdayaan penguasaan distribusi dan pemasaran, pemberdayaan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan pemberdayaan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan pada beberapa aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, mapun aspek kebijakannya. Karena persoalan atau isu strategis perekonomian masyarakat bersifat lokal dan problem spesifik. Salah satu masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa tertinggal adalah dalam hal akses untuk memperoleh modal. Dalam pasar uang, masyarakat perdesaan, baik yang berprofesi sebagai petani, buruh, pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah, terus didorong untuk meningkatkan tabungan. Tetapi, ketika mereka membutuhkan modal, mereka diperlakukan diskriminatif oleh lembaga keuangan. Sehingga yang terjadi adalah aliran modal dari masyarakat lemah menuju ke masyarakat yang kuat. Lembaga keuangan atas posisinya sebagai perantara, maka di dalamnya berbagi risiko dengan nasabah peminjam, memberikan informasi kepada peminjam, dan menyediakan likuiditas Arah Kebijakan Arah kebijakan merupakan instrumen perencanaan yang memberikan panduan kepada pemerintah daerah agar lebih terarah dalam menentukan pencapaian tujuan. Arah kebijakan VI - 10 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan

225 pembangunan jangka menengah daerah merupakan pedoman untuk menentukan tahapan dan prioritas pembangunan lima tahunan guna mencapai sasaran RPJMD secara bertahap. Tahapan dan prioritas yang ditetapkan harus mencerminkan urgensi permasalahan dan isu strategis yang hendak diselesaikan dengan memerhatikan pengaturan waktu. Meski penekanan prioritas pada setiap tahapan berbeda-beda, namun memiliki kesinambungan dari satu periode ke periode lainnya dalam rangka mencapai sasaran tahapan lima tahunan dalam RPJMD. Disamping itu, arah kebijakan juga dimaksudkan untuk memberikan jawaban atas permasalahan dan isu-isu strategis pembangunan kewilayahan. Analisis permasalahan dan isu-isu strategis kewilayahan akan menjadi basis utama rumusan arah kebijakan pembangunan kewilayahan untuk memberikan prioritas terkait pemerataan pembangunan dan penciptaan daerah-daerah unggulan. Untuk selanjutnya, fokus kebijakan kewilayahan harus dipedomani bersama seluruh SKPD yang terlibat di dalamnya. Rumusan arah kebijakan ini berfungsi untuk merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan tujuan sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya. Penekanan fokus atau tema dalam setiap tahun selama 5 (lima) tahun memiliki kesinambungan dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan. Fokus atau tema pembangunan Kabupaten Berau dapat dilihat pada Gambar 6.2. sebagai berikut: Gambar 6.2. Fokus/Tema Pembangunan Kabupaten Berau Tahun Arah Kebijakan Tahunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Arah kebijakan merupakan keputusan dari stakeholder sebagai pedoman untuk mengarahkan perumusan strategi yang dipilih agar selaras dalam mencapai tujuan dan sasaran pada setiap tahapan selama kurun waktu lima tahun. Secara keseluruhan arah kebijakan berdasarkan fokus tema pembangunan tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini: VI - 11 Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFI GEOGRAPHY

BAB I GEOGRAFI GEOGRAPHY BAB I GEOGRAFI GEOGRAPHY Berau Dalam Angka 2013 Page 1 Berau Dalam Angka 2013 Page 2 Kalimantan Timur Terdiri dari 4 Kota Madyah dan 10 Kabupaten diantaranya adalah Kabupaten Berau yang letaknya berada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Amandemen ke-empat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Daerah pada dasarnya harus selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional secara exsplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng )

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng ) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

H. MUHARRAM, S.Pd., MM

H. MUHARRAM, S.Pd., MM PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 2018 Oleh Bupati Berau: H. MUHARRAM, S.Pd., MM Disampaikan pada : MUSRENBANG RKPD TAHUN 2017 SENIN 3 APRIL 2017, PLENARY HALL KOMPLEK STADION MADYA SEMPAJA SAMARINDA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan daerah yang menjadi acuann untuk pembangunan selama periode satu tahun dan Pemerintah daerah memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2015 telah berakhir pada periode masa kepemimpinan Kepala Daerah Drs. MAHSUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA Kab. Kutai Timur)

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2014 BUKU I PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii vi xi PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN

Lebih terperinci

TAMAN PESISIR KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

TAMAN PESISIR KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR TAMAN PESISIR KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Kabupaten Berau termasuk dalam 10 (sepuluh)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki arti sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI.......................................................... i DAFTAR TABEL....................................................... iii DAFTAR GAMBAR....................................................

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3. Hubungan Antar-Dokumen Perencanaan... I-6 1.4. Maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 5 Ayat (2) UU Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pengertian RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi,

Lebih terperinci